Kelompok 6

53
MAKALAH OBAT-OBAT CACING , OBAT PENCAHAR, dan ANALGETIKA Disusun Oleh : Nama : 1. Ari Setiani ( 4311411018) 2. Ismi Arinal Haq ( 4311411019) Mata Kuliah : Kimia Farmasi

description

A. Latar BelakangFarmakologi berasal dari kata “pharmacon” (obat) dan logos (ilmu pngetahuan), sehingga secara harfiah farmakologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari obat. Namun, secara umum farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada sistem biologi. Disamping itu, juga mempelajari asal-usul (sumber) obat, sifat fisika-kimia, cara pembuatan, efek biokimiawi dan fisiologi yang ditimbulkn, nasib obat dalam tubuh, dan kegunaan obat dalam terapi.Definisi obat adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan biologi, dan menurut WHO, obt adalah zat yang dapat mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dari rasa sakit, gejala sakit, dan atau penyakit, untuk meningkatkan kesehatan, dan kontrasepsi. Oleh karena itu, pengertian obat meliputi bahan dan sediaan obat yang terwadah-kemaskan, diberi label dan penandaan yang memuat pernyataan dn atau klain. Menurut pengertian KONAS obat meliputi obat untuk manusia dan hewan. (Priyanto, 2010)Dalam segi sediaan tidak hanya obat, tetapi juga meliputi obat tradisional dan kosmetika.Ketentuan ini tercantum dalam pasal 40 UU no. 23/1992 tentang kesehatan. Dalam makalah ini penulis akan merangkum beberapa informasi medis mengenai beberapa obat. Yaitu meliputi obat-obat cacing (Anthelmintika), obat-obat pencahar (Laksantif), dan Analgetika.Obat-obat antelmintik digunakan untuk membasmi (mengeradikasi) atau mengurangi jumlah parasit-parasit cacing (helminth) dalam saluran atau jaringan intestinal dalam tubuh.Sebagian besar antelmintik yang digunakan saat ini aktif terhadap parasit-parasit tertentu dan sebagian bersifat toksik.Oleh karenanya, parasit harus terlebih dahulu diidentifikasi sebelum pengobatan dimulai, umumnya dengan jalan menemukan parasit, telur, atau larva dalam kotoran, urine, darah, air liur, atau jaringan-jaringan tubuh inang (pasien).Sebagian besar obat cacing diberikan secara oral yaitu pada saat makan atau sesudah makan dan beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pencahar.Pencahar (laksansia) adalah zat-zat yang dapat mempercepat gerakan-gerakan peristaltik di dalam usus sebagai refleks dari perangsangan langsung terhadap dinding usus atau lebih singkatnya memudahkan perlintasan dan pengeluaran tinja dari kolon dan rektum yang sering disebut dengan pembuangan air besar (defekasi). Pencahar bermanfaat untuk konstipasi karena efek sampig obat untuk mengeluarkan parasit (cacing) setelah pemberian antelmintik (obat cacing) atau untuk mengosongkan saluran pencernaan ketika akan dilakukan tindakan pembedahan atau rontgen (prosedur radiologi). Pengunaan pencahar sedapat mungkin dihindari kecuali kalau tidak menggunakannya akan terjadi peningkatan keparahan, seperti pada angina (nyeri jantung) atau meningkatnya resiko pendarahan di rectal pada penderita hemoroid.Sedangkan Analgetika adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psychis yang diakibatkan oleh rangsangan sakit. Pada pengobatan rasa nyeri dengan analgetika, faktor-faktor psikis turut berperan, misalnya kesabaran individu dan daya menerima nyeri dari si pasien.Secara umum analgetika dibagi dalam dua golongan, yaitu analgesik non-narkotinik atau analgesik non-opioid atau integumental analgesik (misalnya asetosal dan parasetamol) dan analgetika narkotik atau analgesik opioid atau visceral analgesik (misalnya morfin).Untuk mengenal lebih dalam mengenai Laksansia, Anthelmintika dan Analgetika penulis akan menjabarkan informasi yang mengenai hal-hal tersebut dalam makalah ini. (Katzung, 2004)

Transcript of Kelompok 6

Page 1: Kelompok 6

MAKALAH

OBAT-OBAT CACING , OBAT PENCAHAR,

dan ANALGETIKA

Disusun Oleh :

Nama : 1. Ari Setiani ( 4311411018)

2. Ismi Arinal Haq ( 4311411019)

Mata Kuliah : Kimia Farmasi

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SEMARANG

2013

Page 2: Kelompok 6

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “OBAT-OBAT CACING , OBAT

PENCAHAR, dan ANALGETIKA” yang disusun untuk melengkapi tugas Kimia Farmasi

ini dalam waktu yang telah ditentukan.

Dengan adanya makalah ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentang

obat-obat cacing, obat pencahar, dan analgetika, serta dapat menumbuhkan kesadaran

masyarakat Indonesia untuk hidup lebih bersih dan sehat.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada bapak Achmad Binadja selaku Dosen

pengampu mata kuliah kimia farmasi serta semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan makalah ini.

Makalah ini penulis susun dengan semaksimal mungkin, namun penulis menyadari

bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi fisik maupun isi.Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Wassalamu alaikum wr.wb

Semarang, 1 April 2013

Penyusun

Page 3: Kelompok 6

DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................................i

Kata Pengantar.............................................................................................................ii

Daftar isi......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................3

1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Obat Cacing..........................................................................................................4

2.2 Obat Pencahar.....................................................................................................10

2.3 Analgetika...........................................................................................................19

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan.............................................................................................................28

3.2 Saran...................................................................................................................29

Daftar Pustaka............................................................................................................30

Lampiran.....................................................................................................................31

Page 4: Kelompok 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmakologi berasal dari kata “pharmacon” (obat) dan logos (ilmu

pngetahuan), sehingga secara harfiah farmakologi berarti ilmu pengetahuan yang

mempelajari obat. Namun, secara umum farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang

mempelajari obat dan cara kerjanya pada sistem biologi. Disamping itu, juga

mempelajari asal-usul (sumber) obat, sifat fisika-kimia, cara pembuatan, efek

biokimiawi dan fisiologi yang ditimbulkn, nasib obat dalam tubuh, dan kegunaan obat

dalam terapi.

Definisi obat adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan biologi, dan

menurut WHO, obt adalah zat yang dapat mempengaruhi atau menyelidiki sistem

fisiologi atau kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan dari rasa sakit, gejala sakit, dan atau penyakit, untuk

meningkatkan kesehatan, dan kontrasepsi. Oleh karena itu, pengertian obat meliputi

bahan dan sediaan obat yang terwadah-kemaskan, diberi label dan penandaan yang

memuat pernyataan dn atau klain. Menurut pengertian KONAS obat meliputi obat

untuk manusia dan hewan. (Priyanto, 2010)

Dalam segi sediaan tidak hanya obat, tetapi juga meliputi obat tradisional dan

kosmetika.Ketentuan ini tercantum dalam pasal 40 UU no. 23/1992 tentang kesehatan.

Dalam makalah ini penulis akan merangkum beberapa informasi medis mengenai

beberapa obat. Yaitu meliputi obat-obat cacing (Anthelmintika), obat-obat pencahar

(Laksantif), dan Analgetika.Obat-obat antelmintik digunakan untuk membasmi

(mengeradikasi) atau mengurangi jumlah parasit-parasit cacing (helminth) dalam

saluran atau jaringan intestinal dalam tubuh.Sebagian besar antelmintik yang

digunakan saat ini aktif terhadap parasit-parasit tertentu dan sebagian bersifat

toksik.Oleh karenanya, parasit harus terlebih dahulu diidentifikasi sebelum

Page 5: Kelompok 6

pengobatan dimulai, umumnya dengan jalan menemukan parasit, telur, atau larva

dalam kotoran, urine, darah, air liur, atau jaringan-jaringan tubuh inang

(pasien).Sebagian besar obat cacing diberikan secara oral yaitu pada saat makan atau

sesudah makan dan beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pencahar.

Pencahar (laksansia) adalah zat-zat yang dapat mempercepat gerakan-gerakan

peristaltik di dalam usus sebagai refleks dari perangsangan langsung terhadap dinding

usus atau lebih singkatnya memudahkan perlintasan dan pengeluaran tinja dari kolon

dan rektum yang sering disebut dengan pembuangan air besar (defekasi). Pencahar

bermanfaat untuk konstipasi karena efek sampig obat untuk mengeluarkan parasit

(cacing) setelah pemberian antelmintik (obat cacing) atau untuk mengosongkan

saluran pencernaan ketika akan dilakukan tindakan pembedahan atau rontgen

(prosedur radiologi). Pengunaan pencahar sedapat mungkin dihindari kecuali kalau

tidak menggunakannya akan terjadi peningkatan keparahan, seperti pada angina (nyeri

jantung) atau meningkatnya resiko pendarahan di rectal pada penderita hemoroid.

Sedangkan Analgetika adalah obat yang mengurangi atau  melenyapkan rasa

nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Obat penghalang nyeri (analgetik)

mempengaruhi proses pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran akan

perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psychis yang diakibatkan

oleh rangsangan sakit. Pada pengobatan rasa nyeri dengan analgetika, faktor-faktor

psikis turut berperan, misalnya kesabaran individu dan daya menerima nyeri dari si

pasien.Secara umum analgetika dibagi dalam dua golongan, yaitu analgesik non-

narkotinik atau analgesik non-opioid atau integumental analgesik (misalnya asetosal

dan parasetamol) dan analgetika narkotik atau analgesik opioid atau visceral analgesik

(misalnya morfin).Untuk mengenal lebih dalam mengenai Laksansia, Anthelmintika

dan Analgetika penulis akan menjabarkan informasi yang mengenai hal-hal tersebut

dalam makalah ini. (Katzung, 2004)

B. Rumusan Masalah

a. Apa sajakah pengertian obat Anthelmintika, obat pencahar, dan analgetika ?

b. Bagaimana penggolongan dari obat Anthelmintika, obat Pencahar, dan

analgetika?

c. Bagaimanakah indikasi, penggunaan, kontra indikasi, dan efek samping dari

penggunaan obat Anthelmintika, obat Pencahar, dan analgetika?

Page 6: Kelompok 6

C. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui pengertian dari obat Anthelmintika, obat Pencahar, dan

analgetika.

b. Untuk mengetahui penggolongan dari obat Anthelmintika, obat Pencahar, dan

analgetika.

c. Untuk mengetahui indikasi, penggunaan, kontra indikasi, dan efek samping dari

penggunaan obat Anthelmintika, obat pencahar, dan analgetika.

D. Manfaat Penulisan

a. Dapat dengan mudah untuk memahami pengertian obat dan mekanisme kerja

obatnya

b. Kita bisa mengetahui lebih dalam lagi tentang obat Anthelmintika, obat Pencahar,

dan obat analgetikaserta efek samping yang didapatkan dari penggunaan obat-

obat tersebut.

Page 7: Kelompok 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Obat Cacing

A.1 Pengertian

Anthelmintika atau obat cacing adalah obat yang digunakan untuk

memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh.

Sebagian besar obat cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing,

sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu.

Infeksi oleh cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar

di dunia, di Indonesia termasuk penyakit rakyat yang umum dan sampai saat ini

diperkirakan masih cukup banyak anak-anak di Indonesia yang menderita infeksi

cacing sehingga pemerintah perlu mencanangkan pemberantasan cacing secara masal

dengan pemberian obat cacing kepada seluruh siswa sekolah dasar pada momen-

momen tertentu.

          Penularan penyakit cacing umumnya terjadi melalui mulut, meskipun ada juga

yang melalui luka dikulit.Larva dan telur cacing ada di mana-mana di atas tanah,

terutama bila sistim pembuangan kotoran belum memenuhi syarat-syarat

hygiene.Gejala penyakit cacing sering kali tidak nyata. Umumnya merupakan

gangguan lambung usus seperti mulas, kejang-kejang kehilangan nafsu makanan pucat

(anemia) dan lain – lain.

Pencegahannya sebenarnya  mudah sekali yaitu :

- Menjaga kebersihan baik tubuh maupun makanan

- Mengkomsumsi makanan yang telah di masak dengan benar (daging, ikan

dll)

- Mencuci tangan sebelum makanan.

Page 8: Kelompok 6

A.2 Penggolongan

Obat cacing digolongkan berdasarkan khasiatnya terhadap jenis cacing yang

menginfeksi.Banyak obat cacing memiliki khasiat yang efektif terhadap satu atau dua

jenis cacing saja.Hanya beberapa obat saja yang memiliki khasiat terhadap lebih

banyak jenis cacing (broad spectrum) seperti mebendazol.

Mekanisme kerja obat cacing yaitu dengan menghambat proses penerusan

impuls neuromuskuler sehingga cacing dilumpuhkan. Mekanisme lainnya dengan

menghambat masuknya glukosa dan mempercepat penggunaan (glikogen) pada

cacing.

Dari sekian banyak jenis- jenis infeksi cacing yang dikenal, hanya sejumlah

kecil yang paling sering terjadi di Indonesia dan akan dibahas di bawah ini beserta

obat- obat yang terpilih untuk mengatasinya.

a) Cacing kremi  (Oxyuris vermicularis)

Termasuk golongan cacing bulat, masa hidup cacing dewasa tidak lebih dari 6

minggu.Cacing betina menempatkan telurnya disekitar anus pada malam hari sehingga

menyebabkan rasa gatal.

Dengan garukan, telur cacing akan pindah ke tangan dan dapat tertelan

kembali .Cara penularan yang demikian disebut reauto infeksi. Obat yang sesuai

adalah mebendazol (obat pilihan untuk semua pasien di atas 2 tahun) dan piperazin.

b)      Cacing gelang (Ascaris lumbricoides)

Termasuk cacing bulat yang dapat mencapai ukuran cukup besar dan cukup

berbahaya karena dapat keluar dari usus, menjalar ke organ-organ lain bila tidak

diobat dengan tepat.Obat pilihan yang paling efectif adalah levamisol.

c)      Cacing pita (Taenia saginata/Taenia solium/Taenia lata)

Merupakan cacing pipih beruas-ruas, yang penularannya lewat daging yang

mengandung telur cacing pita karena kurang lama dimasak.Taenia saginata terdapat

dalam daging sapi, Taenia solium terdapat dalam daging babi, Taenia lata  terdapat

dalam daging ikan.

Page 9: Kelompok 6

Taenia sulit dibasmi karena kepala cacing yang memiliki semacam alat hisap

terhunjam dalam selaput lendir usus sehingga sulit kontak dengan obat dan segmen –

segmen (bagian tubuh cacing) yang telah rusak karena obat, dapat dilepaskan dan

cacing kemudian membuat segmen-segmen baru.Gejala yang tampak disamping

gangguan lambung usus adalah anemia .Obat yang paling banyak digunakan untuk

cacing pita adalah niklosamid dan prazikuantel.

d)      Cacing tambang (Ankylostoma duodenale dan Necator Americanus)

Adalah dua macam cacing tambang yang menginfeksi manusia, penularannya

melalui Larva yang masuk ke dalam kulit kaki yang terluka cacing tambang hidup

pada usus halus bagian atas dan menghisap darah pada tempat dia menempelkan

dirinya di mukosa usus. Seperti cacing pita, cacing ini menyebabkan anemia karena 

defisiensi besi. Pengobatan: mencakup pembasmian cacing sekaligus pengobatan

anemia. Mebendazol  merupakan pilihan karena memiliki Spectrum luas dan efektif

terhadap cacing tambang.

e)      Filaria

Ditularkan oleh Larva microfilaria dari cacing Wuchereria

bancrofti dan Brugia malaymelalui gigitan nyamuk culex. Microfilaria dari cacing

akan membendung getah bening pada kaki dan daerah sekitar kandung kemih

sehingga mengakibatkan daerah yang diserang menjadi bengkak dan besar sehingga

keadaan ini disebut elephantiasis.

f)          Schistosoma

Adalah sebangsa cacing halus yang ditularkan oleh larva yang disebut

myracidium melalui kulit atau siput yang dimakan manusia. Schistosoma

hematobium dewasa hidup dalam vena saluran kemih sedangkan Schistosoma

mansonii hidup di vena kolon.Schistosoma japonicum tersebar lebih luas dalam

saluran cerna dan sistem porta. Gejala penyakit tergantung pada tempat yang terinfeksi

, bisa gatal – gatal, kulit kemerahan, diare berlendir, hematuria dan lain – lain. Obat

pilihan Frazikuantel efektif terhadap semua jenis schistosoma.

g)        Cacing benang (Strongiloides stercularis)

Ditularkan melalui kulit oleh larva yang berbentuk benang dan hidup dalam

usus.Larva yang dihasilkan dapat menembus dinding usus dan menyusup ke jaringan,

Page 10: Kelompok 6

menimbulkan siklus auto infeksi. Obat pilihan : Tiabendazol, obat alternatif :

albendazol. Invermectin merupakan obat alternatif yang paling efektif untuk infeksi

kronis.

A.3 Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping

1. Mebendazol

Mebendazol merupakan obat cacing yang paling luas

spektrumnya.Obat ini tidak larut dalam air, tidak bersifat higroskopis sehingga

stabil dalam keadaan terbuka (Ganirwarna, 1995).Mebendazol adalah obat

cacing yang efektif terhadap cacing Toxocara canis, Toxocara cati, Toxascaris

leonina.Trichuris vulpis, Uncinaria stenocephala, Ancylostoma caninum,

Taenia pisiformis, Taenia hydatigena, Echinococcus

granulosus dan aeniaformis hydatigena (Tennant, 2002).Senyawa ini

merupakan turunan benzimidazol, obat ini berefek pada hambatan pemasukan

glukosa ke dalam cacing secara ireversibel sehingga terjadi pengosongan

glikogen dalam cacing.Mebendazol juga dapat menyebabkan kerusakan

struktur subseluler dan menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing

(Ganirwarna, 1995). Nama kimia mebendazole yaitu methyl [(5-benzoyl-3H-

benzoimidazol-2-yl)amino]formate. Rumus kimia : C16H13N3O3

Indikasi : Infeksi tunggal maupun campuran yang disebabkan cacing

kremi, cacing tambang, cacing gelang, cacing cambuk.

Kontra indikasi : Kehamilan (efek teratogenik) dan ibu menyusui

Efek samping : Kadang-kadang sakit perut, diare, reaksi hipersensitiv

Peringatan : Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 2 tahun, kadang-

kadang cacing   askaris akan bermigrasi keluar melalui

hidung/ mulut selama pengobatan terutama pada anak dengan

infeksi berat.

Sediaan : Mebendazol (generik) tabl. 100 mg

Page 11: Kelompok 6

2. Piperazin

Pada tahun 1950an piperazin diketahui mempunyai efek antinematoda

yang kuat.Semua derivate piperazin bersifat efektif dalam melumpuhkan

cacing akaris pada semua spesies ternak.Efektivitas derivate piperazin sendiri

tergantung dari piperazin basenya, hingga dosis masing-masing derivate juga

berbeda-beda.Diketahui, garam hexahidrat hanya mengandung 43%piperazin

base.Obat ini telah diketahui mempunyai efektivitas pada cacing jenis ascaris,

sedangkan untuk spesies cacing tambang hasilnya bisa tidak menentu.

Pemberian obat ini pada cacing pita sama sekali tidak efektif.

Piperazin

Indikasi : Cacing kremi dan cacing gelang

Kontra indikasi : Gangguan fungsi ginjal, epilepsi,kehamilan

Efek samping : Mual, muntah, kolik, diare

Peringatan : Tidak dianjurkan dipakai terus menerus pada anak-anak

(nefrotoksik)

Sediaan : Piperazin (generik) Sirup 1 gr/ 5 ml,

Tablet 300 mg, 500 mg

3. Pyrantel pamoat

Pirantel pamoat adalah obat cacing yang banyak digunakan saat ini.

Mungkin karena cara penggunaannya yang praktis, yaitu dosis tunggal,

sehingga disukai banyak orang. Selain itu khasiatnya pun cukup baik.

Pirantel pamoat dapat membasmi berbagai jenis cacing di usus.

Beberapa diantaranya adalah cacing tambang (Necator

americanus dan Ancylostoma duodenale), cacing gelang (Ascaris

lumbrocoides), dan cacing kremi (Enterobiusvermicularis) (MIMS,1998).

Cara kerja pirantel pamoat adalah dengan melumpuhkan cacing. Cacing

yang lumpuh akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah keluar dari

tubuh, cacing akan segera mati.

Page 12: Kelompok 6

Pirantel pamoat dapat diminum dengan keadaan perut kosong, atau

diminum bersama makanan, susu atau jus. (Drugs.Com, 2007).Pemakaiannya

berupa dosis tunggal, yaitu hanya satu kali diminum.

Dosis biasanya dihitung per berat badan (BB), yaitu 10 mg / kgBB.

Walaupun demikian, dosis tidak boleh melebihi 1 gr (MIMS,1998). Sediaan

biasanya berupa sirup (250 mg/ml) atau tablet (125 mg /tablet). Bagi orang

yang mempunyai berat badan 50 kg misalnya, membutuhkan 500 mg pirantel.

Jadi jangan heran jika orang tersebut diresepkan 4 tablet pirantel (125 mg)

sekali minum.

Nama dagang pirantel pamoat yang beredar di Indonesia bermacam-

macam, ada Combantrin, Pantrin, Omegpantrin, dll.

Indikasi : Infeksi tunggal/ campuran cacing gelang, cacing kremi,

cacing tambang. Obat pilihan untuk cacing gelang dan kremi

Efek samping : Sangat jarang (sakit kepala, insomnia, mual, muntah, ruam

kulit)

Peringatan : Tidak untuk anak di bawah 2 tahun

Sediaan : Pyrantel Pamoat (generik)tablet 365 mg Suspensi 115  mg/5

ml

4. Dietil karbamazin

Indikasi : Filariasis

Kontra Indikasi : Penyakit hati, ginjal yang berat, kehamilan

Efek samping : Menyebabkan kambuhnya malaria, sakit kepala, pusing,

mual,muntah.

Sediaan : Dietil karbamazin (generik) tabl. 1000 mg.

Page 13: Kelompok 6

5. Albendazol

Albendazol berkhasiat membasmi cacing di usus yang hidup sebagai

parasit tunggal atau majemuk.  Albendazol efektif untuk pengobatan cacing

gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing

kremi (Enterobius vermicularis), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan

Necator americanus), cacing pita (Taenia sp.) dan Strongyloides stercoralis.

Indikasi : Terapi tambahan (sesudah operasi) untuk kista hidatid atau

obat primer strongiloides

Kontra Indikasi : kehamilan

Efek samping : Gangguan saluran cerna, sakit kepala, gangguan darah.

Sediaan : Albenazol (generik) tabl. 200 mg

B. OBAT-OBAT PENCAHAR

B.1 Pengertian

Pencahar (laksansia) adalah zat-zat yang dapat mempercepat gerakan-gerakan

peristaltik di dalam usus sebagai refleks dari perangsangan langsung terhadap dinding

usus atau lebih singkatnya memudahkan perlintasan dan pengeluaran tinja dari kolon

dan rektum yang sering disebut dengan pembuangan air besar (defekasi).

Pencahar bermanfaat untuk konstipasi karena efek samping obat untuk

mengeluarkan parasit (cacing) setelah pemberian antelmintik (obat cacing) atau untuk

mengosongkan saluran pencernaan ketika akan dilakukan tindakan pembedahan atau

rontgen (prosedur radiologi). Pengunaan pencahar sedapat mungkin dihindari kecuali

kalau tidak menggunakannya akan terjadi peningkatan keparahan, seperti pada angina

(nyeri jantung) atau meningkatnya resiko pendarahan di rectal pada penderita

hemoroid (Priyanto, 2010).

B.2 Penggunaannya

Konstipasi atau sembelit adalah keadaan dimana defekasi terhenti atau

berlangsung tidak lancar dan tidak teratur.Sembelit dapat disebabkan karena kurang

minum atau terlalu sedikit makan bahan makanan yang dapat memperbesar isi usus,

seperti pada serat-serat dalam sayur-mayur yang tidak dapat dicernakan

(selulosa).Juga ketegangan saraf dan emosi (“stress”) dapat mengakibatkan sembelit,

karena orang yang sedang menderita ketegangan demikian (misalnya marah atau

Page 14: Kelompok 6

cemas) mengalami kejang pada ususnya.Pergerakan usus terhenti dan usus besar dapat

kesempatan untuk menyerap kembali terlalu banyak air dari isi usus, sehingga

defekasi terhenti.

Dahulu kala obat-obat pencahar banyak sekali digunakan terhadap segala jenis

penyakit dan yang paling terkenal adalah minyak kastor sebagai obat pencuci

perut.Ketika itu terutama anak-anak dngan segan diharuskan secara periodic minum

minyak kastor dengan tujuan untuk “memelihara kesehatan”.

Sembelit lebih banyak terjadi pada orang-orang yang berusia lanjut

dikarenakan kurangnya pergerakan badan, karena diet tertentu atau kurang minum.

Dalam hal ini kesulitan defekasi dapat diatasi dengan minum dua gelas air hangat

sebelum sarapan pagi.

Sembelit dapat pula timbul akibat efek samping dari penggunaan obat-obat

seperti atropine dan zat-zat parasimpatolitik, candu dan alkaloida-alkaloidanya serta

beberapa garam logam (bismuth, besi, dan kalsium).

Dalam keadaan konstipasi itulah digunakan obat-obat pencahar guna

menstimulir proses defekasi. Begitu pula pada peristiwa keracunan oral yang akut,

guna mengeluarkan zat racunnya dari tubuh segera mungkin, dalam hal ini digunakan

obat-obat pencahar yang bekerja terhadap usus kecil (golongan A,b) dan garam-garam

anorganik seperti magnesium dan natriumsulfat.

Minyak kastor dan garam inggris sering kali digunakan pada pasien-pasien

sebelum menjalani pembedahan atau untuk pemeriksaan dengan sinar Rontgen dari

saluran lambung-usus, kandung empedu, dan sebagainya.

Laksansia juga diberikan sebelum atau sesudah penggunaan obat cacing, untuk

mengekspose parait-parasit terhadap obat cacing atau untuk mengeluarkan cacing dan

sisa-sisa obat cacing jika diberikan sesudahnya.

B.3 Bahayanya

Banyak orang menganggap obat-obat pencahar sebagai obat yang tak

berbahaya dan boleh digunakan setiap waktu.Tetapi, sebenarnya penggunaan laksansia

kerapkali berbahaya.Pertama karena adsorpsi, bahan-bahan gizi di dalam usus kecil

terganggu.Sintesis vitamin-vitamin oleh bakteri di dalm usus besar (vitamin-vitamin K

dan B-kompleks) juga terhambat.Di samping itu mineral-mineral (kalium dan natrium)

Page 15: Kelompok 6

yang penting bagi tubuh tidak diadsorpsi kembali dalam usus besar, sehingga dapat

menyebabkan kelemahan otot-otot.

Penggunaan laksansia sebaiknya digunakan pada waktu tertentu saja dan jika

misalnya diet yang dilakukan tidak memberikan hasil.Umumnya meminum laksansia

dulu yang dapat memperbesar isi usus atau melicinkan jalannya tinja.Baru setelah

obat-obat ini tidak memberikan hasil, maka dapat digunakan zat-zat kimia yang

merangsang peristaltik.

B.4 Kontra indikasi

Pada umumnya pemberian obat pencahar pada seeorang yng sedang menderita

nyeri di perut misalnya ileus, radang usus dan radang usus butu (appendicitis) harus

dihindari, begitu pula pada wanita hamil (bahaya keguguran).Garam inggries

(magnesium sulfat) tak boleh diberikan pada penderita penyakit kandung empedu

karena garam ini dapat menyebabkan kontraksi hebat dari organ tersebut.

B.5 Penggolongan

Dulu laksansia digolongkan menurut intensitas daripada efeknya, yakni dapat

menyebabkan defekasi yang lebih cair (melunakkan). Oleh karena itu, digolongkan

berdasarkan daya kerjanya dan meningkat : laksansia, katarktika, purgative, dan

drastika (Katzung, 2004). Namun lebih tepatnya bila penggolongan dilakukan atas

dasar mekanisme kerja dan sifat kimiawinya, yaitu :

a. Zat-zat perangsang dinding usus

b. Zat-zat pembesar isi usus

c. Zat-zat pelican

A. Zat-zat yang merangsang, yaitu zat-zat yang merangsang secara langsung pada

saluran usus, sehingga mempertinggi peristaltiknya dan mengakibatkan

pengeluaran isi usus dengan cepat. Laksansia dari golongan ini secara kimiawi

terdiri dari persenyawaan difenilmeton (fenolftalein dan bisakodil), dan antrakinon

(Senna, Cascara sagrada dan dioksiantrakinon atau danthron). Laksansia dari

golongan ini dapat pula dibagi dalam dua kelompok, sebagai berikut :

a. Obat-obat yang merangsang dinding usus besar antara lain yaitu tumbuh-

tumbuhan yang mengandung glikosida-glikosida(Cascara sagrada, Senna,

Rhei, dan Aloe), dioksiantrakinon, fenolftalein, bisakodil dan diasatin yang

Page 16: Kelompok 6

semuanya terutama digunakan pada keadaan sembelit yang kronis. Zat-zat ini

merangsang dinding usus besar, sehingga pergerakan yang meneruskan

chymus sangat dipercepat.

b. Obat-obat yang merangsang dinding usus kecil, misalnya minyak kastor

dan kalomel.

Tumbuh-tumbuhan seperti Colocynthidis fructus, Podophylli rhizome, dan

Jalapae radix jarang digunakan lagi karena bersifat terlalu merangsang

(drastika). Obat-obat dari golongan ini semuanya mempercepat penerusan

bahan-bahan makanan di usus kecil, sehingga resorpsinya menurun

sekali.Karena obat-obat ini merugikan tubuh maka obat-obat tersebut tidak

cocok untuk dipergunakan pada keadaa sembelit yang kronis.Defekasi timbul

setelah 1-3 jam dan disertai pengeuaran banyak lender.

B. Zat-zat yang memperbesar isi usus

a. Karena menahan air (osmosis) di dalam usus (retensi air), yaitu garam-

garam magnesium sulfat/sitrat, natrium sulfat/fosfat dan sebagainya. Garam-

garam ini memiliki khasiat mencahar karena ion-ionnya lambat sekali

diadsorpsi oleh usus. Akibatnya air dari luar usus ditarik olehnya melalui

dinding ke dalam usus (proses osmosa). Air yang banyak ini merupakan suatu

rangsangan mekanik atas dinding usus yang mempertinggi kegiatan

peristaltiknya dan mengakibatkan pengeluaran isi usus yang telah menjadi cair

dengan sangat cepatnya. Dalam hal ini juga termasuk zat-zat khusus yang

digunakan untuk menimbulkan reflex defekasi di poros usus (rectum),

misalnya gliserol yang digunakan sebagai obat pompa (lavement).

b. Karena mengembang : zat zat lendir sebagai agar-agar, C.M.C. dan Tyose.

Khasiatnya juga berdasarkan retensi air, sedangkan zat-zatnya sendiri tidak

diserap. Keuntungan dari zat-zat lender adalah sifatnya yang melindungi

dinding usus terhadap rangsangan-rangsangan kimiawi walaupun rangsangan-

rangsangan mekanik tetap terpelihara. Inilah sebabnya mengapa zat-zat ini

tidak dapat digunakan serentak dengan laksansia kimia lainnya (misalnya

persenyawaan antrakinon) karena dalam prosesnya sering dihambat olehnya.

c. Karena tidak dicernakan, sayur-mayur, buah-buahan yang mengandung

banyak serat (sisa-sisa selulosa), yang tak dapat dicernakan usus.

C. Zat-zat pelicin, yang mempermudah defekasi karena memperlunak tinja

(emulsifikasi) dan melicinkan jalannya, misalnya paraffin cair.

Page 17: Kelompok 6

Kelompok ini termasuk suppositoria dengan gliserin, laksansia yang diberikan

melalui liang dubur atau enema dengan larutan sabun atau minyak mineral dan zat-

zat dengan aktivitas permukaan (detergensia) sebagai

dioktilnatriumsulfosuksinat(Colace, Mead Johnson) untuk melunakkan tinja.

B.6 Zat-zat lainnya

1. Tumbuh-tumbuhan yang mengandung glikosida-glikosida antrakinon

Laksansia ini juga dinamakan pencahar-pencahar emodin, dan hanya

bekerja terhadap usus besar. Proses pencahar diperlambat oleh waktu antara

adsorpsi dan pelepasan zat-zat aktifnya dari ikatan glikosida. Maka efek dari

obat-obat pencahar ini baru tampak setelah kira-kira enam jam bahkan setelah

24 jam.

Penting untuk diketahui bahwa zat-zat ktif dari pencahar-pencahar

emodin ini antara lain dikeluarkan oleh tubuh di dalam air susu sehingga dapat

mempengaruhi bayi. Begitu pula setelah penggunaan Senna dan Rhei radix,

maka ginjal akan mengeluarkan asam-krisofan yang memberikan warna

kuning-coklat kepada air seni yang bersifat asam, dan warna merah-ungu

kepada air seni yang bereaksi alkalis.

a. Rhamni frangulae Cortex dan Rhamni purshianae Cortex (Cascara sagrada)

Kulit-kulit pohon dan kulit-kulit dahan ini diperoleh dari pohon-pohon

Rhamnus frangula (di Eropa) dan Rhamnus purshiana (di Amerika Utara)

dan mengandung glikosida-glikosida dari frangulaemodin.Biasanya

digunakan sebagai obat godokan (decoctum) atau seagai ekstrak cair atau

kering.

Dosis : 1-2 gram kulit pohon

b. Sennae Foliolum

Daun-daun yang diperoleh dari pohon Cassia angustifoia.Sebagai zat-

zat aktif terpenting yang berada dalam tumbuhan ini antara lain ditemukan

oleh Stoll c.s. (1949) dua persenyawaan glikosida isomer :sennosida A dan

B.

Dengan kemungkinan timbulnya efek-efek samping yang berupa

kejang-kejang dan sakit peut karena adanya persenyawaan anthranol bebas

(tidak terikat sebagai glikosida) yang dapat diresorpsi dalam usus kecil,

maka suatu cara kerja tertentu harus diperhatikan dalam pembuatan suatu

Page 18: Kelompok 6

sediaan daun Sennae, yakni Infusum Sennae Compositum.Dalam bentuk

serbuk daun Senna digunakan dalam Pulvis Liquiritae composites.Dari

pohon-pohon Casia angustifolia dan Cassia acutifolia juga kacangnya

(Sennae folliculum) dapat digunakan sebagai obat pencahar yang jarang

menimbulkan efek samping kejang-kejang.

c. Rhei Radix

Adalah akar tinggal dari tumbuhan Rheum palmatum (kelembak), yang

asalnya dari R.R.C., dan merupakan suatu obat pencahar yang baik sekali

dan dapat diberikan sebagai bubuk (2-5 gram sehari), sebagai Extractum

Rhei dan Sirupus Rhei (compositus).

d. Aloe

Adalah getah yang dikeringkan dari daun-daun yang diperoleh dari

pelbagai jenis tumbuhan Aloe (Aloe vera), yang terutama terdapat di

Afrika, India Barat dan Indonesia (lidh buaya). Aloe antara lain

mengandung suatu glikosida, aloin yang di dalam usus dihidrolisa menjadi

suatu persenyawaan antrakinon, yang bersifat mencahar. Obat ini

merupakan suatu pencahar yang paling merangsang dari pencahar-pencahar

emodin lainnya dan dapat menyebabkan kejang-kejang perut.Dosis yang

berlebih-lebihan dapat menimbulkan radang ginjal (nefritis).

Dosis : oral, Aloe 50-300 mg ; Aloin 15 mg ; ekstrak Aloe 50-200 mg.

2. Dantron : dioksiantrakinon, Istizin (Bayer)

Persenyawaan sintesis yang jauh kurang aktif daripada glikosida-

glikosida yang telah diuraikan di atas.

Efek sampingnya yang terpenting adalah kejang-kejang.

Dosis : 150-600 mg sekaligus setelah makan malam.

3. Fenolftalein

Suatu serbuk putih kekuning-kuningan, sukar melarut dalam air, tidak

mempunyai rasa dan tidak berbu, sehingga merupakan suatu obat pencahar

yang dapat digunakan dengan baik.Terkadang dapat menimbulkan reaksi

kepekaan pada kulit.

Di dalam usus kecil persenyawaan ini dilarutkan oleh garam-garam dan

empedu; sifat mencaharnya berdasarkan rangsangan terhadap usus

besar.Fenolftalein bekerja berdasarkan rangsangan terhadap usus

besar.Fenolftalein bekerja 4-8 jam setelah pemberiannya tanpa menyebabkan

rasa sakit perut atau kejang-kejang.

Page 19: Kelompok 6

Dosis: oral 100-200 mg, diberikan pada malam hari sebelum tidur.

4. Oksifenisatin : diasatin, Isacen (Roche)

Defekasi terjadi setelah kira-kira 8 jam. Karena berefek samping pada

hati (icterus) jika dalam penggunaan lama, maka kini di beberapa Negara tidak

diedarkan lagi antara lain negeri Belanda.

Dosis: oral 5-20 mg

5. Bisakodyl : Dulcolax (Boehr.)

Zat ini merupakan laksans-kontak yang bekerja langsung terhadap

dinding usus besar dengan memperkuat peristaltiknya.Dalam usus halus

diresorpsi sampai 50% dan setelah desasetilasi dalam hati sebagian dikeluarkan

dengan empedu dan mengalami siklus enteroheptik; metabolit ini juga aktif.

Sisanya diekskresi melalui ginjal. Bagian yang tak diresorpsi melakukan

khasiatnya terhadap dinding usus. Karena resorpsi tidak digunakan dan tidak

akan membebankan hati, maka tablet diberikan enteric coating tahan-asam

yang bereaksi dibagian bawah usus halus; dengan demikian resorpsi dibatasi

sampai jumlah yang kecil saja. Defekasi terjadi setelah lebih kurang 7 jam,

pada penggunaan rectal setelah kurang lebih 30 menit.Laksans yang aman ini

banyak digunakan.

Efek sampingnya jarang terjadi dan berupa kejang-kejang di perut,

secara rectal dapat merangsang selaput lender rektum.Tidak boleh digunakan

bersama zat-zat yang bereaksi alkalis.

Dosis: sebelum tidur 1-2 drag dari 5 mg (utuh), suppositoria 10 mg (asetat)

pada pagi hari.

Natriumpikosulfat(Laxoberon, Boehr.) adalah derivate-sulfat dengan

khasiat dan sifat-sifat yang sama. Zat ini baru aktif setelah dihidrolisa

oleh enzim-enzim didalam coccum (usus buntu) menjadi metabolit-

metabolitnya. Resorpsinya dari usus halus dan dikeluarkan sebagai

glukuronidanya melalui ginjal.

Dosis: malam hari sebelum tidur 5-10 mg, anak-anak 4-6 tahun 2,5-5

mg

6. Laktulosa : Duphalac (Ph.D.)

Page 20: Kelompok 6

Disaccharida sintesis ini terdiri dari 1 molekul fruktosa dan 1 molekul

galaktosa dan dalam usus halus tidak dihidrolisa karena tidak terdapat enzim

yang tepat, maka tidak diresorpsi juga. Baru pada usus besar diuraikan oleh

bakteri-bakteri tertentu, antara lain Lactobacillus, menghasilkan asam-asam

asetat dan laktat. Asam-asam organik ini menstimulir peristaltik dan disamping

itu juga menahan air dengan jalan osmosis, hingga tinja menjadi lunak.

Efek sampingnya berupa perut kembung dan banyak gas, terutama

selama hari-hari pertama, jika overdosis terjadi nyeri perut dan diarrhea.

Dosis: pemula 15-30 gr larutan 50% (pagi hari), dosis pemeliharaan 5-15 g

7. Minyak kastor: Oleum Ricini, minyak jarak

Diperoleh dari biji pohon jarak (Ricinus communis) dan mengandung

trigliserida dari asam risinolat, suatu asam lemak tidak jenuh.

Dosis: orang dewasa oral 15-30 ml; anak-anak 4-15 ml.

8. Kalomel (F.I.) : merkurolorida; Hg2Cl2

Kalomel adalah suatu persenyawaan raksa yang sangat sukar larut

dalam air.Maka zat ini melewati lambung tanpa perubahan apapun, dan baru di

dalam usus sebagian kecil dari ion-ion merkuri.Ion-ion ini yang dapat larut dan

sangat beracun, merangsang saluran usus dan memperkuat peristaltiknya

sehingga mempercepat defekasi.

Bersamaan dengan ini, kalomel yang berlebihan juga dikeluarkan dari

usus. Keracunan dapat terjadi jika persenyawaan ini, yang sendirinya tidak

beracun, oleh satu dan lain sebab tertinggal terlalu lama dalam tubuh, sehingga

pengubahan menjadi ion-ion merkuri yang sangat beracun itu berlangsung

terus.

Guna mencegah bahaya ini dan mengeluarkan sisa kalomel, mala

biasanya diberikan pula obat pencahar lain (garam inggries). Berhubung

bahaya keracunan ini, maka kalomel yang dahulu sangat popular sebagai obat

pencahar, sekarang eringkali diganti oleh obat-obat pencahar yang lebih aman

dan sama efektifnya.

Dosis: oral 15-50 mg sekaligus

9. Garam-garam anorganik

a. Magnesiumsufat :MgSO4.7H2O;garam inggries, garam Epsom.

Dosis : 15-30 g sekaligus

b. Magnesiumsitrat

Page 21: Kelompok 6

Sediaan-sediaan :Magnesii citras effervescens; Mixtura Magnesii Citratis

(Limonade purgative).

c. Natriumsulfat: Na2SO4.10H2O; garam Glauber.

Dosis: 15 g dalam 150-500 ml air.

Dosis yang lebih besar dapat mengakibatkan muntah-muntah

d. Natriumfosfat: dinatriumfosfat.

Dosis: 10-30 g

10. Zat-zat yang mengembang

a. Agar-agar

Terutama terdiri dari hemiselulosa yang tak dapat dicernakan.

Dosis: 10-40 g

b. Metilselulosa: Tylose (Kalle), Methocel (Dow)

Dosis: 2-5 g

c. Karboksimetilselulosa (C.M.C.)

Dipergunakan sebagai garam natriumnya

Daya viskositasnya tergantung daripada type-nya. Persenyawaan semi-

sintesis ini di dalam tubuh sama sekali tak bereaksi (indifferen).

d. Psyllium atau Plantago

Benih-benih ini diperoleh dari pelbagai jenis tumbuhan Plantago, yang

mengandung zat lender (mucilage) dalam jumlah besar dan dapat

membentuk suatu gel jika bersentuhan dengan air.

Dosis: 1-3 kali sehari 4-10 g dalam air

Metamucil powder (Searle) di samping psyllium, juga mengandung

dektrosa sebagai penyebar.

11. Parafinum cair: Paraffinum liquidum (spissum), white mineral oi, liquid

petrolatum, Agarol (Substantia)

Terdiri atas campuran persenyawaan-persenyawaan hidrokarbon cair

yang diperoleh dari minyak bumi.Zat ini tak dicernakan dalam saluran

lambung-usus dan diabsorpsi dalam jumlah yang sedikit.

Kerugian dari paraffin cair adalah sifatnya yang mengurangi absorpsi oleh

tubuh dari vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, sehingga penggunaanya

tidak baik untuk jangka waktu yang lama.

Dosis: oral 15-45ml, diberikan pada malam hari sebelum tidur

Page 22: Kelompok 6

C. ANALGETIKA

C.1 Pengertian

Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau

menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika

umum) (Tjay, 2007).

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan

dengan (ancaman) kerusakan jaringan.keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri,

misalnya emosi dapat menimbulkan sakit (kepala) atau memperhebatnya, tetapi dapat

pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri. nyeri merupakan suatu perasaan

seubjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. batas

nyeri untuksuhu adalah konstan, yakni pada 44o-45oC (Tjay, 2007).

Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level) pada mana nyeri dirasakan

untuk pertama kalinya. Dengan kata lain, intensitas rangsangan yang terendah saat

orang merasakan nyeri. Untuk setiap orang ambang nyerinya adalah konstan (Tjay,

2007).

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang

berfungsi melindungi tubuh.Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang

adanya ganguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang

otot.Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis dapat

Page 23: Kelompok 6

menimbulkan kerusakan pada jaringan.Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat

tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri antara lain dapat mengakibatkan

reaksi 2 radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung saraf

bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nocireseptor ini terdapat diseluruh jaringan

dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan di salurkan ke otak melalui

jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat benyak sinaps via sumsumtulang

belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah.Dari thalamus impuls kemudian

diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay,

2007).

C.2 Pengelompokan Anelgetika

Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok

besar, yakni:

1. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak

bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Analgetika antiradang termasuk

jenis ini.Secara kimiawi analgetika perifer dapat dibagi dalam beberapa

kelompok, yakni:

a. parasetamol

b. salisilat: astosal, salisilamida,dan benorilat

c. penghambat prostaglandin (nsaid): ibuprofen, dll

d. derivat-antranilat: mefenaminat, glafenin

e. derivat-pirazolinon: propifenazon, isopropilaminofenazon dan

metamizol

f. lainnya: benzidamin (tantum)

Co-analgetika adalah obat yang khasiat dan indikasi utamanya

bukanlah menghalau nyeri,misalnya  antidepresiva trisiklis (amitripilin)

dan antiepileptika(karbamazepin, pregabalin, fenytoin, valproat). Obat-obat

ini digunakan tunggal atau terkombinasi dengan analgetika lain pada

keadaan-keadaan tertentu, seperti pada nyeri neuropatis.

Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri

tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak

menimbulkan ketagihan.Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan

atau antiradang.Oleh karena itu tidak hanya digunakan sebagai obat

Page 24: Kelompok 6

antinyeri, melainkan juga pada demam (infeksi virus/kuman, pilek) dan

peradangan seperti rema dan encok. Obat-obat ini banyak diberikan

untuk nyeri ringan atau sedang, yang penyebabnya beraneka ragam,

misalnya nyeri kepala, gigi, otot atau sendi (rema,encok), prut, haid

(dysmenorroe), nyeri akibat benturan atau kecelakaan (trauma).

Daya antipiretisnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengtu

kalorhypothalamus yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit)

dengan bertambahnya pengeluaran kalor yang disetai keluarnya banyak

keringat.

Daya antiradang (antiflogistis) kebanyakan analgetika memiliki daya

antiradang khususnya kelompok besar dari zat-zat penghambat

(NSAIDs, termasuk asetosal), begitu pula benzidamin.Zat-zat ini banyak

digunakan untuk rasa nyeri yang disertai peradangan.

Kombinasi dari dua atau lebih analgetika sering kali digunakan karena

terjadi efekpotensiasI Lagi pula efek sampingnya yang berlainan, dapat

berkurang karena dosis dari masing-masing komponenya dapat

diturunkan.Kombinasi analgetika dengan kofein dan kodein sring kali

digunakan khususnya dalam sediaan dngan parasetamol dan asetosal.

Efek sampingnya yang paling umum adalah gangguan lambung-usus,

kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, dan juga reaksi alergi

kulit.Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau

dalam dosis tinggi.Oleh karena itu penggunaan analgetika scara kontinu

tidak dianjurkan.Interaksi analgetikamemperkuat efek antikoagulansia,

kecuali parasetamol dan glafenin.Kedua obat ini pada dosis biasa dapat

dikombinasi dengan aman untuk waktu maksimal dua minggu.hanya

parasetamol yang dianggap aman bagi wanita hamil dan menyusui,

walaupun dapat mencapai air susu. Asetosal dan salisilat, NSAIDs dan

metamizol dapat mengganggu perkembangan janin,sebaiknya dihindari.

Dari aminofenazon belum terdapat cukup data.

Zat-zat yang Terkandung

Page 25: Kelompok 6

1. Aminofenazon : Aminopyrin, Pyramidon

Derivat-pirazolinon ini  berkhasiat untuk analgetis,

antipiretis dan antiradang. Resorpsinya di usus cepat, mulai kerjanya

sesudah 30-45 menit.Bila timbul borok-borok kecil, di mulut, nyeri

tenggorokkan atau demam (tanda-tanda agranulositosis) pengobatan

harus segera dihentikan.

a. Isopropilaminofenazon (isopirin, *Pehazon,*Migran) adalah derivat-

aminopirin dengan khasiat yang sama,disamping itu zat ini

juga berdaya sedatifdan pada dosis tinggi berdaya hipnotis.

b. Fenazon (antipirin) adalah senyawa induk dari obat-obat tersebut di

atas tanpa khasiat antiradang. Karena berkhasiat lebih lemah dan

lebih sering menimbulkan reaksi kulit, obat ini kini praktis sudah di

tinggalkan.adakalanya fenazon masih digunakan dalam obat kumur

pada nyeri tenggorokan, berdasarkan efek lokal-anestetis (lemah)

dan kerja vasokonstriksinya.

c. Propifenazon (propilantipirin, *Saridon) adalah derivat fenazon

tanpa daya antiradang dengan sifat sama. Resiko agranulositosis

lebih ringan.

d. Metamizol (antalgin, dipiron, novaminsulfon, metampiron, *Dolo

Neurobion, Novalgin, *Unagen) adalah derivat-sulfonat dari

aminofenazonyang larut dalam air. Khasiat dan efek sampingnya

adalah sama. Obat ini sering dikombinasi dengan obot-obat lain.

Obat ini dapat secara mendadak dan tak terduga menimbulkan

kelainan darah yang ada kalanya fatal.

2. Asam asetilsalisilat: Asetosal, Aspirin, Cafenol, Naspro

Asetosal adalah obat anti nyeri tertua yang paling banyak

digunakan diseluruh dunia.Zat ini berkhasiat anti-demam kuatdan pada

dosis rendah sekali berdaya menghambat agregasi trombosit. pada

dosis lebih besar darinormal obat ini juga berkhasiat antiradang akibat

gagalnya sintesa prostaglandin.

Selain merupakan analgetikum asetosal dewasa ini banyak

digunakan sebagai alternatif dari antikoagulansia untuk obat pencegah

infark kedua setelah terjadi serangan.Hal ini berkat daya

antitrombotisnya.Obat inijuga efektif untuk prokfilaksis serangan

Page 26: Kelompok 6

stroke kedua setelah menderita TIA (serangan kekurangan darah

sementara di otak), terutama pada pria.

Efek samping yang paling sering terjadi berupa iritasi mukosa

lambung dengan resiko tukak lambung dan perdarahan samar. Selain

itu juga, asetosal menimbulkan efek spesifik, seperti reaksi alergi

kulit dan tinnitus.Efek yang lebih serius adalah kejang-kejang bronchi

hebat, yang pada pasien asma dapat menimbulkanserangan, walaupun

dalam dosis rendah. Anak-anak kecil yang menderita cacar air atau

flu/selesma sebaiknya jangan diberikan asetosal (melainkan

parasetamol) karena beresikoterkena Sindroma Rye yang

berbahaya.Sindroma ini bercirikan muntah hebat, termangu-mangu,

gangguan pernapasan, konvulsi dan adakalanya koma.Wanita hamil

tidak dianjurkan menggunakan asetosal dalam dosis tinggi terutama

pada triwulan terakhir dan sebelmum persalinan karena lama kehamilan

dan persalinan dapat diperpanjang juga kecenderungan perdarahan

meningkat. Kendati masuk ke dalam air susu,ibu dapat menggunakan

asetosalselama laktasi, tetapi sebaiknya secara insidentil.

a. Diflunsial (Diflonid, Dolocid) adalah derivat-difluorfenil dengan

khasiatnyaanalgetis, antiradang, dan urikosuris (mengeluarkan asam

urat). jarang mengakibatkan pendarahan lambung-usus.

b. Benorilat (Bentu, Benortan) adalah ester-asetosal dengan

parasetamol. Setelah resorpsi segera dihidrolisa menjadi asam

salisilat dan parastamol.Gangguan lambung-usus lebih jarang terjadi

dibanding dengan asetosal.

c. Salisilamida (Salimid, *Neozep, *Refagan) adalah derivat-salisilat

dengan khasiat lebih lemah disemua bidang. Efeknya kurang dapat

dipercaya.Di dinding-usus mengalami FPE besar, sehingga dosisnya

harus tinggi. Zat ini sering mengganggu pencernanan, perdarahan

samar jantung timbul dibandingkan dengan asetosal.

d. Natriumsalisilat (*Nephrolit, Enterosalicyl) lebih lemah khasiatnya

dibanding kan dengan asetosal. Efek sampingnya lebih kurang sama,

kecuali tidak menghambatagregasi trombosit.

Page 27: Kelompok 6

e. Metilsalisilat  (Wintergreen oil, *Sloan’s liniment) adalah cairan

dengan bau khas yang diperoleh dari daun dan akar tumbuhan  akar

wangi. Metilasilat diresorpsi baik oleh kulit dan banyak digunakan

dalam obat gososk dan krem untuk nyeri otot, sendi, dll.

3. Fenilbutazon Butazolidin (*New Skelan, *Pehazone/Forte) adalah

derivat-pyrazolidin yang khasiatnya sebagai antiradang lebih kuat

daripada analgetisnya. Efek sampingnya serius terhadap darah dan

lambung.

4. Glafenin (Glaphen, Glifanan) adalah suatu derivat-aminokinolin

(seperti obat rema klorokuin). Pada dosis biasa obat ini tidak berdaya

antipiretis atau antiradang; potensi kerja analgetisnya dapat disamakan

dengan asetosal. Repsorpsinya diusus cepat; didalam hati zat ini

dirombak menjadi asam glafeninat, yang mungkin berperan utama bagi

efek anti nyerinya. Efek sampingnya adalah gangguan lambung-usus,

rasa kantuk dan pusing. Yang lebih serius adalah reaksi anafilaktis,

kerusakan hati dan anemia hemolitis, yang adakalanya berakibat fatal.

5. Parasetamol (Asetaminofen, Panadol, Tylenol, Tempra, *Nipe) adalah

derivat-asetanilida. Khasiatnya analgetis dan antipiretis tetapi tidak

antiradang. Efek samping tak jarang terjadi, antara lain reaksi

hipersensitivitas dan kelainan darah . Wanita hamil dapat menggunakan

parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air

susu ibu.

6. Tramadol (Tramal, Theradol) analgetikum opiat ini tidak menekan

pernapasan dan tidak mempengaruhi sistem kardiovaskuler dan

mobilitas lambung-usus. Obat ini digunakan untuk nyeri tidak

terlampau hebat bila kombinasi parasetamol-kodein dan NSAIDs

kurang efektif atau tidak dapat digunakan. 

2. Analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,

seperti pada fractura hebat dan kanker.

Analgetika narkotik, kini disebut juga opioida ( = mirip opiati) adalah

obat-obat yang daya kerjanya meniru (mimic) opioid endogen dengan

memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor opioid (biasanya µ-

reseptor). Zat-zat ini bekerja terhadap reseptor opioid khas di SSP, hingga

persepsi nyeri dan respons emosional terhadap nyeri berubah

Page 28: Kelompok 6

(dikurangi).Daya kerjanya diantagonir oleh a.1.nalokson. Minimal ada 4

jenis reseptor, yang pengikatan padanya menimbulkan analgesia. Tubuh

dapat mensintesa zat-zat opioidnya sendiri, yakni zat-zat endorfin,yang

juga bekerja melalui reseptor opioid tersebut.

Endorfin (morfin endogen) adalah kelompok polipeptoda yang terdapat

di CCS dan dapat menimbulkan efek yang menyerupai efek morfin.Zat-zat

ini dapat dibedakan antara            β-endorfin,

dynorfin dan enkefalin (Yun. Enkephalos = otak), yang menduduki

reseptor-reseptor berlainan. Secara kimiawi zat-zat ini berkaitan dengan

hormon-hormon hipofisis dan berdaya menstimulasi pelepasan

dari kortikotropin(ACTH), juga dari somatropin dan prolaktin. Sebaliknya,

pelepasan LH dan FSH dihambat oleh  zat-zat ini. β-endorfin pada hewan

berkhasiat menekan pernapasan, menurunkan suhu

tubuh dan menimbulkan ketagihan. Lagi pula berdaya analgetik kuat,

dalam arti tidak mengubah persepsi nyeri, melainkan memperbaiki

“penerimaannya”. Rangsangan listrik dari bagian-bagian tertentu otak

mengakibatkan peningkatan kadar endorfin dalam CCS. Mungkin hal ini

menjelaskan efek analgesia yang timbul selama elektrostimulasi pada

akupunturatau pada stress, misalnya pada cedera hebat.Peristiwa efek

plasebo juga dihubungkan dengan endorfin.

Penggolongan

Atas dasar cara kerjanya, obat-obat ini dapat dibagi dalam 3 kelompok,

yakni :

Agonis opiat, yang dapat dibagi dalam

Alkaloida candu : morfin, kodein, heroin, nikomorfin

Zat-zat sintetis : metadon dan derivat (dekstromoramida,

propoksiten, bezitramida), petidin dan derivatnya (fentanil,

sufentanil ) dan tramadol.

Cara kerja obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan

mengenai potensi dan lama kerjanya, efek samping dan risiko akan

kebiasaan dengan ketergantungan fisik.

Page 29: Kelompok 6

Antagonis opiat : nalokson, nalofin, fentazosin dan buprenofin

(Temgesic). Bila digunakan sebagai analgetikum, obat-obat ini dapat

menduduki salah satu reseptor.

Campuran : nalorfin, nalbufin (nubain). Zat-zat ini dengan kerja

campuran juga mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak atau hanya

sedikit mengaktivasi daya kerjanya.Kurva dosis/efeknya memperlihatkan

plafon, sesudah dosis tertentu peningkatan dosis tidak memperbesar lagi

efek analgetiknya.Praktis tidak menimbulkan depresi pernapasan.

Potensi analgetik

Khasiat analgetik dari morfin oral 30-60 mg dapat disamakan dengan

dekstromoramida 5-10 mg, metadon 20 mg, dekstropropoksifen 100 mg,

tramadol 120 mg, pentazosin 100/180 mg dan kodein 200 mg.

Khasiat analgetik dari morfin subkutan/ i.m 10 mg adalah kurang lebih

ekivalen dengan fentanil 0,1 mg, heroin 5 mg, metadon 10 mg, nalfubin 10

mg, petidin 75/100 mg, pentazosin 30/60 mg dan tramadol 100 mg.

Undang-undang narkotika. Dikebanyakan negara, beberapa unsur dari

kelompok obat ini, seperti propoksifen, pentazosin, dan tramadol tidak

termasuk dalam Undang-undang narkotika karena bahaya kebiasaan dan

adikisnya ringan sekali.Namun penggunaannya untuk jangka waktu lama

tidak di anjurkan.Sejak tahun 1978 sediaan-sediaan dengan kandungan

propoksifen di atas 135 mg di negeri Belanda dimasukkan dalam opiumwat

(Undang-undang opiat).

Mekanisme kerja

Endorfin bekerja dengan jalan meduduki reseptor-reseptor nyeri

di SSP, hingga perasaan nyeri dapat diblokir.Khasiat analgetik opiopida

berdasarkan kemampuannya untuk menduduki sisa-sisa reseptor nyeri

yang belum ditempati endorfin.Tetapi bila analgetika tersebut

digunakan terus-menerus, pembentukanreseptor-reseptor

baru distimulasi dan diproduksi endorfin di ujung saraf otak.Akibatnya

terjadilah kebiasaan dan ketagihan.

Page 30: Kelompok 6

Penggunaan

Rasa nyeri hebat (seperti pada kanker).Ada banyak penyakit

yang disertai rasa nyeri, yang terkenal adalah influenza dan kejang-

kejang (pada otot atau organ), artrose dan renal (pada sendi) dan

migrain.Untuk gangguan-gangguan ini tersedia obat-obat khasiat

(parasetamol, NSAID’s, sumatriptan) tetapi yang paling hebat dan

mencemaskan adalah rasa sakit pada kanker, walaupun sebetulnya

hanya k.1.dua per tiga dari penderita yang mengalaminya. Begitu pula

hanya k.1.70% disebabkan langsung oleh penyakit ganas ini, diluar ini

perasaan sakit memiliki etiologi lain, misalnya artritis. Oleh karena itu

prinsip untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit berupa

penelitian dengan saksama penyebabnya, obat-obat apa yang layak

digunakan sesuai tangga analgetika dan memantaunya secara periodik

untuk mendapatkan cara pengendalian rasa sakit yang optimal.

Rasa sakit merupakan suatu pengalaman yang rumit dan unik

untuk tiap individu yang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

psikososial dan spiritual dari yang bersangkutan.Oleh karena itu untuk

kasus-kasus perasaan nyeri yang tidak/sukar terkendalikan adalah

penting untuk memperhitungkan faktor-faktor tersebut.

Page 31: Kelompok 6

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Anthelmintika atau obat cacing adalah obat yang digunakan untuk memberantas

atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh.

2. Cara pencegahannya dari penyakit cacing diantaranya yaitu :

- Menjaga kebersihan baik tubuh maupun makanan

- Mengkomsumsi makanan yang telah di masak dengan benar (daging, ikan

dll)

- Mencuci tangan sebelum makanan.

3. Beberapa obat cacing yang efektif dalam penggunaannya adalah mebendazol,

piperazin, pyrantel pamoat,dietil karbamanzil, albendazol.

4. Pencahar (laksansia) adalah zat-zat yang dapat memudahkan perlintasan dan

pengeluaran tinja dari kolon dan rektum yang sering disebut dengan pembuangan

air besar (defekasi).

5. Penggolongan obat pencahar dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Zat-zat perangsang dinding usus

b. Zat-zat pembesar isi usus

c. Zat-zat pelicin

6. Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau

menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan

anestetika umum).

7. Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar,

yakni:

a. Analgetika perifer

b. Analgetika narkotika

B. Saran

Page 32: Kelompok 6

1. Pembaca diharapkan selalu menjaga kebersihan diri dan makanan.

2. Pembaca diharapkan selalu menjaga kesehatan dengan memperhatikan makanan

dan menjaga daya tahan tubuh agar selalu terhindar dari penyakit.

3. Pembaca diharapkan selalu memperhatikan dosis obat yang diberikan dan tidak

menggunakan obat – obatan secara terus – menerus.

DAFTAR PUSTAKA

Page 33: Kelompok 6

Katzung BG.2004.Basic and Clinical Pharmacology, ninth (international) editions.

Singapore: Mc Graw Hill.

Priyanto.2010.Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi &Keperawatan. Jakarta:

LESKONFI.

Suwandono & Bambang Soekardjo.1995. Buku Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga

University Press.

Tjay, Tan Hoan & Kirana Rahardja. 2007. Obat – Obat Penting Khasiat dan

Penggunaannya. Jakarta :PT Elex Media Komputindo.

Lampiran

Page 34: Kelompok 6

Pertanyaan

1. Berikut ini adalah macam – macam penggolongan obat pencahar, kecuali :

a. Zat-zat perangsang dinding usus

b. Zat-zat pembesar isi usus

c. Zat-zat pelicin

d. Zat-zat penghancur feses

2. Obat di bawah ini yang merupakan golongan analgetika perifer adalah :

a. Morfin

b. Ibuprofen

c. Metadon

d. Fentanil

3. Berciri gatal – gatal sekitar dubur ( anus ) dan kejang – kejang hebat pada anak

– anak, dan adakalanya mengakibatkan radang umbai – umbai usus buntu yang

akut ( appendicitis ) . Pernyataan di atas merupakan ciri – ciri penderita

penyakit :

a. Oxyuris vermicularis

b. Ascaris lumbricoides

c. Necator Americanus

d. Strongiloides stercularis

4. methyl [(5-benzoyl-3H-benzoimidazol-2-yl)amino]formate adalah nama kimia

dari obat cacing :

a. pyrantel pamoat

b. albendazol

c. mebendazol

d. piperazin

5. Tumbuh – tumbuhan di bawah ini mengandung glikosida-glikosida

antrakinon, kecuali :

a. Sennae Foliolum

b. Rhei Radix

c. Aloe

d. Dantron

6. Taenia solium/saginata sulit dibasmi karena :

Page 35: Kelompok 6

a. memendam kepalanya (scolex) di dalam selaput lendir usus sehingga

sehingga sulit kontak dengan obat

b. mempunyai kemampuan membelah diri

c. memiliki banyak telur sehingga sulit mati

d. membendung getah bening pada kaki dan daerah sekitar kandung kemih

7. Analgetik narkotik yang masih digunakan di Indonesia, kecuali :

a. Morfin HCl

b. Kodein

c. Khatinon

d. Tramadol

8. Dosis yang harus diberikan kepada orang dewasa untuk obat pencahar jenis

minyak kastor adalah

a. 15 g dalam 150-500 ml air.

b. 1-3 kali sehari 4-10 g dalam air

c. oral 15-30 ml

d. 5-10 mg

9. Mebendazole adalah obat cacing yang baik digunakan untuk cacing jenis, kecuali :

a. Toxocara canis

b. Toxocara cati

c. Toxascaris leonine

d. Ascaris lumbrocoides

10. Efek samping dari Albendazole adalah, kecuali :

a. Gangguan saluran cerna

b. sakit kepala

c. gangguan darah

d. gangguan pernafasan