Kelompok 5 Ap1 Printtt

21
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Sabtu 28 Februari 2015 Manajemen Laboratorium Mutu Pangan PJ Praktikum : Ir. Bogy Purbojo IDENTIFIKASI BAHAYA & PENILAIAN RESIKO K3 DI LAORATORIUM MIKROBIOLOGI Kelompok 5 / A-P1 Liri Larasati J3E113029 Octaviani Hardi P J3E113057 SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015

description

:)

Transcript of Kelompok 5 Ap1 Printtt

Laporan PraktikumHari/Tanggal : Sabtu 28 Februari 2015

Manajemen Laboratorium Mutu PanganPJ Praktikum : Ir. Bogy Purbojo

IDENTIFIKASI BAHAYA & PENILAIAN RESIKO K3 DI LAORATORIUM MIKROBIOLOGI

Kelompok 5 / A-P1

Liri Larasati J3E113029

Octaviani Hardi PJ3E113057

SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan perlindungan tenaga kerja dari segala aspek yang berpotensi membahayakan dari sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut. Pencegahan kecelakaan dan penserasian peralatan kerja,dan karakteristik pekerja serta orang yang berada di sekelilingnya. Tujuannya agar tenaga kerja mencapai ketahanan fisik,daya kerja dan tingkat kesehatan yang tinggi sehingga menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi.

Laboratorium adalah salah satu tempat kerja yang banyak mengandung resiko keselamatan dan kesehatan kerja. Bahaya-bahaya yang biasa menimbulkan kerugian tersebut harus dicegah atau dikendalikan. Pengendalian bahaya dimulai dengan melakukan identifikasi bahaya,hasil dari identifikasi bahaya merupakan bahan masukkan untuk mengetahui dan menilai resiko bahaya tersebut kemudian tindakan selanjutnya adalah pengelolaan resiko yaitu dengan memilih alternative yang mungkin dapat diambil,antara lain penggantian bahan atau proses,mendesain ulang peralatan sampai penggunaan peralatan perlindungan diri.

Bahaya yang ada oleh karena unsafe act dan unsafe condition dilakukan identifikasi tidak hanya agar kecelakaan tidak terluang lagi,tetapi masih ada factor-faktor yang mempunyai kontribusi terhadap terjadinya kecelakaan tersebut. Adanya penyelidikan tambahan agar menjadi evaluasi sehinga dihasilkan langkah koreksi yang lebih sempurna dan tepat.

1.2 Tujuan

Mengidentifikasi bahaya yang terjadi di laboratorium mikrobiologi serta menilai resiko bahaya kemudian dilakukan pengendalian bahaya tersebut.

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Tabel Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko

No.

Kegiatan

Bahaya

Risiko

Penilaian Risiko (R)

Pengendalian

Kemungkinan

Konsekuensi

Resiko = P X S

1

Mengepel Lantai

Terpeleset

(Bahaya Statik)

Kaki Memar

Jarang

Bisa Diobati

Low

Memasang tanda Lantai Basah

2

Menyalakan Bunsen

Tersambarnya api sehingga Api mengenai bagian tubuh praktikan

(Bahaya Kimia)

Mengalami luka bakar sedang

Mungkin Terjadi

Luka sebagian

Low

Membuat instruksi kerja

instruksi kerja penggunaan Bunsen dan disosialisasikan

Pengadaan kotak P3K yang berisi perban steril

3

Menyimpan Bunsen di ujung meja

Bunsen terjatuh

(Bahaya kimia)

Mengalami luka bakar ringan

Mungkin terjadi

Bisa diobati

low

Menempelkan instruksi kerja penggunaan Bunsen dan disosialisasikan

Pengadaan kotak P3K yang berisi perban steril

Pengadaan APAR

Pecahan kaca Bunsen melukai tangan dan kaki praktikan

Jarang

Bisa diobati

Low

Menggunakan sepatu bagi praktikan

4

Proses Pengembangbiakan Kultur

Mengenai bagian tubuh praktikan

(Bahaya biologi)

Terjadinya iritasi pada kulit

Jarang

Bisa diobati

Low

Memasang SOP

Memasang sign untuk hati-hati dalam bekerja di laboratorium

Menggunakan jas lab dan sapatu

Pengadaan Kotak P3K yang berisi krim yang mengobati iritasi

5

Penyimpanan media

Terhirupnya gas yang dihasilkan mikroba (bahaya fisik)

Sesak napas

Jarang terjadi

Bisa diobati

Low

Memasang sign peringatan kebedaan gas yang dapat menimbulkan sesak nafas

Menggunakan masker pelindung

Dipasang ventilasi pengenceran udara

6

Pengamatan melakuakan mikroskop

Pecahnya object glass (bahaya fisik)

Tergoresnya jari praktikan

Jarang terjadi

Bisa diobati

Low

Memasang sign untuk berhati-hati

Pengadaan kotak P3K yang berisi antiseptik, kapas,

dan plester penutup luka.

Pencahayaan pada mikroskop

pusing

Jarang

Bisa diobati

Low

Pengadaan SOP penggunaan mikroskop

Pengadaan Air Conditioner

Pengaturan waktu maksimal penggunaan mikroskop

Penglihatan menjadi kunang-kunang

Jarang

Bisa diobati

Low

Pemilihan lampu yang tepat

Penggunaan kacamata safety

7

Membawa Peralatan dari laboratorium persiapan

Terjatuhnya nampan yang beisi peralatan

Kaki praktikan terluka

Jarang terjadi

Luka sebagian

Low

Memasang sign untuk berhati-hati

Pengadaan kotak P3K yang berisi antiseptik, kapas, dan plester penutup luka.

Pemilihan nampan yang kuat

Menggunakan sepatu safety

8

Meletakan tas sembarangan

Terjatuh (bahaya fisik)

Memar

Jarang

Bisa diobati

Low

Menyediakan rak khusus penyimpanan tas

Memasang tanda simpan tas disini

Terlukanya dahi praktikan

Jarang

Bisa diobati

Low

Menyediakan rak khusus penyimpanan tas

Memasang tanda simpan tas disini

Pengadaan kotak P3K yang berisi perban steril, antiseptic, dan obat penutup luka

9

Menyambungkan arus listrik

Aliran listrik (bahaya fisik)

Tersengat aliran listrik

Jarang terjadi

Bisa diobati

Low

Menyediakan sign berhati-hati pada listrik

Dilengkapi penutup yang aman pada stop contact atau kabel

10

Makan dan minum di laboratorium

Mikroba menepel pada makan atau minuman (bahaya biologi)

diare

Jarang terjadi

kritis

Low

Pengadaan SOP di laboratorium

Memasang sign tidak boleh makan atau minum

2.2 Pembahasan

Identifikasi bahaya,peniaian dan pengendalian resiko pada proses produksi harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehtan kerja. Untuk itu harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya. Sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk mnentukan tingkat resiko yang dijadikan sebagai tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Anonim 2011).

Identifikasi bahaya adalah suatu teknik yang komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu bahan,alat,atau system. Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengenal seluruh situasi atau kejadian-kejadian yang dapat berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul ditempat kerja (Tarwaka,2008).

Langkah pertama untuk menghilangkan atau mengendalikan bahaya adalah dengan mengidentifikasi atau mengenali kehadiran bahaya ditempat kerja. Identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan yaitu :

a. Teknik Pasif

Bahaya dapat dikenali dengan mudah jika kita mengalami secara langsung. Metode ini sangat rawan,karena tidak semua bahaya dapat menunjukkan eksistensi sehingga dapat terlihat. Terdapat berbagai jenis bahan dan peralatan. Melakukan identifikasi pasif,ibarat menyimpan bom waktu yang dapat meledak setiap saat.

b. Teknik Semi Proaktif

Belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak perlu mengalami sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya. Namun kurang efektif karena tidak semua bahaya telah diketahui,tidak semua kejadian dilaporkan atau dikonfirmasi kepihak lain,kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian. (Anonim 2011)

c. Teknik Proaktif

Teknik terbaik untuk mengidentifikasi bahaya dengan mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan. Teknik pro aktif memiliki kelebihan yaitu :

1) Bersifat preventif

2) Bersifat peningkatan berkelanjutan karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya-upaya perbaikan.

3) Meningkatkan kepedulian

4) Mencegh pemborosan yang tidak diinginkan

Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangan :

1) Kondisi dan kejadian yang menimbulkan potensi bahaya

2) Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.

Jenis-jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi bahaya benda fisik (physical hazards),bahaya fisik dapat berupa pencahayaan yang terang/gelap,suhu yang terlalu panas/dingin,tekanan,bahkan kebisingan. Bahaya benda diam (static hazards) dapat berupa bahaya pemasangan,bahaya konstruksi kerja dan bahaya kerusakan perkakas. Bahaya benda bergerak (kinetic hazards) dapat berupa benda bergerak lurus (linear movement) seperti mesin penempa, mesin potong, ban berjalan, mobil, dll,benda bergerak berputar (rotation) seperti roda, roda gigi, katrol, dll. Bahaya kimiawi (chemical hazards) dapat berupa Kebakaran/ledakan,bahaya keracunan gas / uap / kabut,bahaya korosif (zat asam. basa alkali dll) Pestisida, dll. Bahaya listrik (electrical hazards) seperti loncatan api dan isolasi yang tidak sempurna,bahaya biologis (biological hazards) dapat berupa kuman,bakteri bahkan serangga. Bahaya ergonomis (ergonomics hazards) seperti posisi mengagkat barang dan posisi pada saat bekerja. Dan yang terakhir adalah jenis bahaya psikologis (psychological hazards) yang dapat berupa stress,hubungan yang tidak harmonis.

Kegunaan identifikasi bahya adalah untuk mengetahui bahya-bahaya yang ada,untuk mengetahui potensi bahaya tersebut (baik akibat maupun frekuensi terjadinya), untuk mengetahui lokasi bahaya,untuk menunjukkan bahwa bahaya-bahaya telah dapat mmberikan perlindungan,untuk menunjukkan bahwa bahaya tertentu tidak akan menimbulkan menimbulkan kecelakaan sehingga tidak diberikan perlindungan serta untuk analisa lebih lanjut.

Resiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu. Setiap pekerjaan perlu dilakukan penilaian resiko untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kecelakaan di tempat kerja,sehingga dapat mnetapkan pencegahan dan pengendalian keselamatan kerja. Tingkat resiko merupakan pengkalian antara tigkat kekerapan (probability) dan keparahan (severity) dari suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian,kecelakaan atau cedera dan sakit yang mungki timbul dari pemaparan suatu hazard di tempat kerja. Resiko rendah yaitu resiko yang dapat diterima,pengendalian tambahan tidak perlu dilakukan.

Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa pengendalian telah dipelihara dan diterapkan dengan baik dan benar. Resiko sedang perlu tindakan untuk mengurangi resiko,tetapi biaya pencegahan yang diperlukan harus dihitung dan dibatasi. Pengukurn pengurangan resiko harus diterapkan dalam jangka waktu yang ditentukan. Resiko tinggi merupakan kegiatan yang tidak boleh dilaksanakan sampai resiko telah direduksi. Perlu pertimbangan sumber daya yang akan dilokasikan untuk mereduksi resiko. Apabila resiko terdapat dalam pelaksanaan pekerjaan yang masih berlangsung maka tindakan harus segera dilakukan. (Anonim 2011)

Pengendalian resiko dapat mengikuti pendekatan hirarki pengendalian atau hierarchly of control. Hirarki pengendalian resiko adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian resiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan. Salah satunya dengan membuat rencana pengendalian antara lain eliminasi,subtitusi,rekayasa teknik,isolasi,pengendalian administrasi dan alat pelindung diri. (Anonim 2011)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi terdapat beberapa jenis kegiatan yang dapat menimbulkan bahaya dan resiko. Kegiatan menegepel lantai merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan bahaya statik seperti terpeleset resiko yang terjadi dapat berupa memarnya kaki praktikan atau korban, dengan kemungkinan yang jarang dan kondisi yang bisa diobati penegndalian yang dapat dilakukan yaitu dengan memasang tanda lantai basah sehingga, jika ada praktikan yang akan melewati jalan yang sedang di pel dan melihat tanda tersebut maka, praktikan akan mencari jalan lain atau berjalan dengan hati-hati.

Kegiatan menyalakan Bunsen juga dapat menimbulkan bahaya. Bahaya yang ditimbulkan termasuk kedalam kategori bahaya kimia yaitu api dari Bunsen dapat menyambar ke bagian tubuh praktikan, sehimgga resiko yang paling parah adalah praktikan mengalami luka bakar dengen tingkat sedang. Dengan kemungkinan yang mungkin terjadi dan konsekuensi luka sebagian maka, tingkat resiko dari kegiatan menyalakan Bunsen ini berada pada tingkat medium. Cara pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan membuat instruksi kerja dalam penggunaan Bunsen, ditempel di laboratorium dan di sosialisasikan kepada praktikan pada awal kegiatan masuk laboratorium. Pengadaan kotak P3K juga sangat d butuhkan guna berjaga-jaga dan menjamin tersededianya pertolongan pertama pada praktikan yang terkena luka bakar.

Selain kegiatan menyalakan Bunsen, kegiatan menyimpan Bunsen di ujung meja juga dapat menimbulkan bahaya kimia, Bunsen yang menyala dapat terjatuh dan api tersebut dapat melukai praktikan, meskipun resiko yang timbul berupa luka bakar tingkat ringan namun praktikan harus tetap berhati-hatu dalam menggunakkan Bunsen. Dengan kemungkinan yang mungkin terjadi, dan konsekuensi yang dapat di obati, maka tingkat resiko yang ditimbulkan dari kegiatan menyimpan Bunsen di ujung meja berada pada tingkat rendah. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan menempelkan instruksi kerja penggunaaan Bunsen di laboratorium dan di sosialisasikan kepada para praktikan, selain itu pengadaan APAR dapat meminimalkan resiko yang semakin parah dari bahay api. Selain dari bahay api Bunsen, bahaya yang dapat terjadi juga timbul dari pecahan kaca Bunsen, resiko yang terjadi adalah terlukanya tangan dan kaki praktikan. Dengan kemungkinan yang jarang terjadi dan keadaan yang bisa diobati. Maka tingkat bahaya dari kegiatan ini berada pada tingkat rendah. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu, praktikan menggunkan APD berupa sepatu safety dan pengadaan kotak P3K yang berisi antiseptic, kapas, kasa steril dan plester penutup luka.

Kegiatan pengembangbiakan kultur juga dapat menimbulkan resiko bahaya biologi, kultur yang berisi mikroba dapat menempel pada bagian tubuh praktikan dan menimbulkan terjadinya iritasi kulit. Tingkat resiko dari kegiatan ini berada pada tingkat rendah karena kemungkinan terjadinya resiko tersebut adalah jarang terjadi dengan konsekuensi yang bisa diobati. Penegndalian yang dapat dilakukan yaitu, memasang SOP atau intruksi kerja, memasang tanda untuk berhati-hati dalam bekerja di laboratorium, menggunakan jas lab dan sepatu safety bagi praktikan yang akan bekerja di laboratorium, pengadaan kotak P3K yang berisi krim yang dapat mengobati atau mengurangi iritasi yang timbul.

Pada kegiatan penyimpanan media, dapat menimbulkan bahaya fisik berupa terhirupnya gas yang dihasikan oleh mikroba sehingga dapat menyebabkan sesak napas. Dengan kemungkinan yang jarang terjadi dan keadaan yang bisa diobati maka tingkat bahay dari kegiatan ini berada pada tingkat rendah. Pengendalian yang dapat dilakuakn adalah dengan menempelkan Sisn yang berisi peringatan bahwa terdapat gas yang dapat menimbulkan sesak napas, pengendalian lain yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan masker pelindung dan memasang ventilasi jenis pengencer udara.

Kegiatan pengamatan dengan mikroskop dapat menimbulkan beberapa macam bahaya. Bahaya yang timbul seperti pecahnya object glass sehingga dapat menyebabkan tergoresnya jari praktikan saat memberihkan pecahan kacanya. Tingkat bahaya dari kegiatan ini berada pada tingkat rendah. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah memasang sign untuk berhati-hati, pengadaan kotak P3K yang berisi antiseptik, kapas, dan plester penutup luka. Bahaya lain akibat penggunaan mikroskop adalah bahaya penglihatan atau bahaya fisik. Resiko yang dapat terjadi pada praktikan adalah pusing dan penglihatan menjadi kunang-kunang. Kedua resiko ini berada pada tingkat resiko yang rendah. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan pengadaan SOP cara menggunakan mikrkoskop yang baik, pengadaan vebtilasi berupa air conditioner atau AC, adanya pengaturan waktu maksimal dalam penggunaan mikroskop, pemilihan lampu yang tepat untuk mikroskop, dan menggunakan kaca mata safety untuk mengurangi pancaran sinar yang masuk ke mata.

Membawa peralatan dari laboratorium persiapan juga dapat menimbulkan bahaya seperti bahaya fisik. Dari bahaya ini dapat menimbulkan resiko yaitu terlukanya kaki praktikan. Tingkat bahaya dari kegiatan ini tergolong rendah karena dari kemungkinan terjadinya resiko ini adalah jarang terjadi dengan konsekuensi resiko terjadi luka sebagian. Pengendalian yang dapat dilakukan yaitu memasang sign untuk berhati-hati, Pengadaan kotak P3K yang berisi antiseptik, kapas, dan plester penutup luka, Pemilihan nampan yang kuat, dan Menggunakan sepatu safety.

Meletakan tas sembarangan dapat menimbulkan bahaya fisik berupa terjatuh. Dari bahay terjatuh ini, dapat menimbulkan resiko memar dan terlukanya dahi praktikan yang terjatuh akibat tersandung tas. Tingkatan resiko bahaya yang tibul berada di tingkat rendah. Pada resiko memar pengendalian yang dapat dilakukan adalah menyediakan rak khusus untuk penyimpanan tas dan memeasang tanda simpan tas disini agar praktikan dapat mengetahui tempat untuk menyimpan tas. Pada resiko terlukanya dahi praktikan, pengendalian yang dapat dilakuakan selain menyediakan rak dan memasang tanda simpan tas disini yaitu dengan penyediakan kotak P3K yang berisi antiseptik, perban steril, dan obat penutup luka.

Saat di laboratorium mikrobiologi, tidak jarang praktikan harus berhubungan dengan sumber listrik. Hal ini dapat menimbulkan bahaya fisik berupa tersengatnya praktikan dengan aliran listrik. Tingkat resiko bahaya dari kegiatan ini tergolong rendah. Penendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan memasang sign untuk berhati-hati pada listri dan alat penyambung aliran listrik dilengkapi dengan penutup yang aman.

Kegiatan mkan dan minum di laboratorium adalah hal yang dilarang. Hal ini karena dapat menimbulkan bahaya biologi yaitu mikroba yang dapat ikut termakan bersamaan dengan makanan atau minuman sehingga menyebabkan diare bagi praktikan. Tingkat resiko bahaya dari kejadian ini adalah dengan menempel aturan-aturan di laboratorium atau menempel tanda yang berisi larangan untuk makan dan minum selama berada di laboratorium.

Pengendalian tersebut dapat berlangsung dengan baik jika praktikan atau semua anggota pengguna Laboratorium dpat melaksanakannya dengan baik sesuai dengan SOP dan instruksi kerja sehingga dapat meminimalisir terjadinya kecelakaan di Laboratorium Mikrobiologi.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Setiap kegiatan yang dilakukan dan menggunakan alat-alat yang dapat menciptakan kondisi berbahaya harus diidentifikasi dan dinilai resiko bahayanya serta membuat SOP dan instruksi kerja yang tepat sehingga menciptakan kondisi aman pada saat proses kegiatan berlangsung. Bahaya merupakan suatu bahan, benda atau alat yang dapat menimbulkan kerusakan harta benda, cedera bahkan kematian. Jenis-jenis bahaya diantaranya yaitu bahaya benda bergerak, diam, benda fisik, biologis dan kimiawi. Sebelum praktikum sebaiknya untuk mengidentifikasi semua bahan, kondisi alat maupun tempat yang akan digunakan sehingga kita bisa menilai besarnya resiko yang akan terjadi.

3.2 Saran

Kita sebagai praktikan ketika sedang melakukan praktikum di laboratorium wajib mematuhi peraturan yang telah ditetapkan, supaya tidak menimbulkan kerusakan harta benda, penyakit akibat kerja, cedera, cacat sementara dan permanen, maupun kematian.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2009. Analisa Risiko Keselamatan Kerja Dengan Menggunakan Metode Hazards

Identification,Risk Assesment And Risk Control (Hirarc) Di Laboratorium Btpldd Ptlr Batan Serpong Banten.s1.indip.ac.id.

Anonim 2011. Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko di Unit Destilasi Atmosferis Pengolahan

Minyak Pusdiklat Migas Cepu. Eprtints.uns.ac.id