kelompok-5

52
MAKALAH SEMINAR WAHAM, RESIKO BUNUH DIRI, & DEFISIT PERAWATAN DIRI DISUSUN OLEH : Farikha Magdalena 125070201131023 Lu’luil Maknun 125070207131009 Rizal Bachtiar 125070207111018 Fepti Yulita 125070201131022 Firdaus Kristyawan 125070201131015 Alif Dewi Safitri 125070207131006 Kadek Lina 125070200111038 Novian Andriyanti 125070200111036 Riyan Aji Anggana 125070207111012 Niken Asih Laras A 125070201111020 Shenda Maulina W 125070207111014 Desy Karmia P 125070207131007 Lia Dewi Mustika 125070200111010 Vinda Aditama 125070201111022 JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

description

m

Transcript of kelompok-5

Page 1: kelompok-5

MAKALAH SEMINAR

WAHAM, RESIKO BUNUH DIRI, & DEFISIT PERAWATAN DIRI

DISUSUN OLEH :

Farikha Magdalena 125070201131023

Lu’luil Maknun 125070207131009

Rizal Bachtiar 125070207111018

Fepti Yulita 125070201131022

Firdaus Kristyawan 125070201131015

Alif Dewi Safitri 125070207131006

Kadek Lina 125070200111038

Novian Andriyanti 125070200111036

Riyan Aji Anggana 125070207111012

Niken Asih Laras A 125070201111020

Shenda Maulina W 125070207111014

Desy Karmia P 125070207131007

Lia Dewi Mustika 125070200111010

Vinda Aditama 125070201111022

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2015

Page 2: kelompok-5

WAHAM

1. Definisi WahamWaham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta

dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misal, mata saya adalah komputer yang dapat mengontrol dunia) atau bisa pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak mungkin, misal, “FBI mengikuti saya”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham disorganisasi dan waham tidak simetris. (Tomb, 2003)

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien. Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya (Keliat, 1999).Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, 2006).

2. Teori Waham1. Teori Biologis

Teori biologi terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap waham: a) Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu

kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).

b) Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia.

c) Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.

2. Teori Psikososiala) Teori sistem keluarga Bawen dalam Towsend (1998 : 147) menggambarkan

perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.

Page 3: kelompok-5

b) Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dari orang tua dan tidak mampu membentuk rasa percaya terhadap orang lain.

c) Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi antara orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan ego pada waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen id dalam kepribadian.

3. Klasifikasi WahamWaham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurutDireja (2011) yaitu :1. Waham kebesaran

Keyakinan secara berlebihan bahawa dirinya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang- ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh perilaku klien :

“Saya ini pejabat di kementrian semarang!”.“Saya punya perusahaan paling besar lho “.2. Waham agama Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh perilaku klien :“ Saya adalah tuhan yang bisa menguasai dan mengendalikan semua makhluk”.3. Waham curigaKeyakinan seseorang atau sekelompok orang yang mau merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang- ulang tetapai tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh perilaku klien :“ Saya tahu mereka mau menghancurkan saya,karena iri dengan kesuksesan saya”.4. WahamsomatikKeyakinanseseorangbahwatubuhatausebagiantubuhnyaterserangpenyakit, diucapkanberulang-ulangtetapitidaksesuaidengankenyataan. Contohperilakuklien :“ Sayamenderitakanker”.Padahalhasilpemeriksaan lab tidakadaselkankerpadatubuhnya.5. Waham nihlistikKeyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan berulang ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh perilaku klien :“ ini saya berada di alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh- rohnya”.

4. Fase WahamMenurut Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :1. Fase of human need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan

Page 4: kelompok-5

kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti denganself ideal sangat tinggi.2. Fase lack of self esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.3. Fase control internal external

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.4. Fase envinment support

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.5. Fase comfortingKlien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial)6. Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

5. Manifestasi Klinis WahamKeyakinan yang salah, tidak dapat digoyahkan dengan argumentasi rasional dan bukti.Manifestasi• Harga Diri Rendah • Rasa putus asa• Takluk dan kecemasan• Mudah tersinggung (bisa diakibatkan malah masa lalu)• Curiga (dapat berlangsung seumur hidup)• Pasien meyakini bahwa pemikirannya mempengaruhi suatu kejadian

Page 5: kelompok-5

• Berpikir bahwa dirinya punya kekuatan super• Curiga, pemarah dan merasa takut• Perhatian menurun• Sulit berkonsentrasi pada aktivitas• Pola bicara inkoheren (sulit dipahami)• Pola tidur tidak teratur• Ambivalen

6. Proses Terjadi WahamProses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :1. Fase Lack of Human need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dn diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ).2. Fase lack of self esteem

Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh,support system semuanya sangat rendah.3. Fase control internal external

Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.4. Fase environment supportAdanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan

Page 6: kelompok-5

tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.5. Fase comfortingKlien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ).6. Fase improvingApabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.• PenyebabBerbagai kehilangan dapat terjadi pada pasca bencana, baik kehilangan harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini menyebabkan stress bagi mereka yang mengalaminya. Jika stress ini berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan jiwa dan waham. (Budi Anna Keliat, 2006: 147)• AkibatAkibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

7. Pohon Masalah Waham

8. Penatalaksanaan WahamMenurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham antara lain :

Kerusakan komunikasi verbal

Risisko tinggi menciderai diri, lingkungan dan orang

lain

Gangguan isi pikir: Waham

Harga diri rendah

Page 7: kelompok-5

1. Psikofarmalogisa. Litium Karbonat1) Farmakologi

Litium Karbonat adalah jenis litium yang paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Sejak disahkan oleh “Food and Drug Administration” (FDA). Pada 1970 untuk mengatasi mania akut litium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar. Meski demikian, efek samping yang dilaporkan pada gangguan litium cukup serius. Efek yang ditimbulkan hampir serupa dengan efek mengkonsumsi banyak garam, yakni tekanan darah tinggi, retensi air, dan konstipasi. Oleh karena itu, selama penggunaan obat ini harus dilakukan tes darah secara teratur untuk menentukan kadar litium.2) Indikasi

Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.3) Dosis

Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4 kali sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari interval 12 jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis. Untuk menukar bentuk tablet dari immediate release maka diusahakan agar dosis total harian keduanya tetap sama.

Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah 0,6-1,2 mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar 900mg-1200mg per hari dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan setiap bulan, pasien yang supersensitive biasanya memperlihatkan tanda toksik pada kadar serum dibawah 10mEq/L4) Efek Samping

Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar litium dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi. Misalnya tremor ringan pada tangan, poliuria nausea, dan rasa haus. Efek ini mungkin saja menetap selama pengobatan. 5) Contoh obat

Berbentuk tablet ataupun kapsul immediate release dan tablet controlled release.6) Mekanisme kerja

Menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas dari reseptor dopamine.

b. Haloperidol 1) Farmakologi Haloperidol merupakan obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama dari turunan butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui.2) Indikasi

Page 8: kelompok-5

Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada anak-anak yang sering membangkang an eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motorik berlebih disertai kelainan tingkah laku seperti : impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi.3) Dosis Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:• Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari• Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehariUntuk mencapai diperlukan dosis control yang cepat, kadang-kadang diperlukan dosis yang lebih tinggi. Pasien usia lanjut atau labil :1/2-2 mg, 2 atau 3 kali sehari. Pasien yang tetap menunjukkan gejala yang berat atau adekuat perlu disesuaikan dosisnya. Dosis harian sampai 100mg mungkin diperlukan pada kasus-kasus tertentu untuk mencapai respon optimal. Jarang sekali haloperidol diberikan dengan dosis diatas 100mg untuk pasien berat yang resisten.Sedangkan pada pasien anak-anak dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:Haloperidol tidak boleh diberikan pada anak-anak usia kurang dari 3tahun. Pada anak-anak dengan usia 3-12 tahun (berat badan 15-40kg). obat mulai diberikan dengan dosis terkecil (0,5mg sehari). Jika perlu dosis dapat ditingkatkan sebesar 5-7 hari sampai tercapai efek terapi yang diinginkan. Dosis total dapat dibagi yaitu 2 atau 3 kali sehari. Kelainan psikotik : 0,05-0,15mg/kg/hari.4) Efek sampingPada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal, diskinesia Tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan temperature tubuh, agitasi, pusing. Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang.Pada kardiovaskular akan menyebabkan timbulnya takikardi, hipertensi/hipotensi, kelainan EKG (gelombang T abnormal dengan perpanjangan repolarisasi ventrikel), aritmia. Sedangkan pada hematologik : Timbul leucopenia dan leukositosis ringan. Pada hati dapat menimbulkan gangguan fungsi hati

Pada kulit memungkinkan timbulnya makulopapular dan akneiform, dermatitis kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada endokrin dan metabolic antara lain laktasi, pembesaran payudara, martalgia, gangguan haid, amenore, gangguan seksual, nyeri payudara, hiponatremia. Pada saluran cerna : Anoreksia, konstipasi, diare dan mual muntah. Mata : Penglihatan kabur. Pernapasan : Spasme laring dan bronkus. Saluran genitourinaria : Retensi urin.5) Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi, penyakit Parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau penyakit hati berat, koma.6) Mekanisme kerjaMemblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak. Menekan pelepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolism basal. Temperature tubuh, tonus vasomotor dan emesis.

Page 9: kelompok-5

c. Karbamazepin 1) Farmakologi Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor, serta neuralgia trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak berhubungan dengan obat antikonvulsan lain maupun obat-obat lain yang digunakan untuk mengobati nyeri pada neuralgia trigeminal.2) Indikasi Karbamazepin diindikasikan sebagai obat antikonvulsan yaitu jenis :a) Kejang parsial dengan symptom atologi komplek (psikomotor, lobus temporalis) pasien dengan jenis kejang ini menunjukkan perbaikan yang lebih besar dibandingkan jenis yang lain.b) Pola kejang campuran termasuk jenis diatas dan kejang parsial maupun kejang umum yang lain. Kejang jenis petitmal tampaknya tidak efektif diobati dengan karbamazepin.c) Neuralgia trigeminalKarbamazepin diindikasikan untuk pengobatan nyeri akibat neuralgia trigeminal murni. Obat ini bukan merupakan analgesic dan tidak boleh diberikan untuk mengobati sakit/nyeri.3) Dosis a) Dewasa dan anak-anak : diatas 12tahunDosis awal : 200mg 2x sehari untuk tablet/ 1 sendok teh 4x1 hari suspense (400mg sehari). Umumnya dosisnya tidak melebihi 1000mg sehari pada anak usia 12-15 tahun dan 1200mg sehari pada diatas 15tahun.b) Anak usia 6-12tahunDosis awal : 100mg 2 kali sehari, untuk tablet atau ½ sendok teh 4x1 hari. Untuk suspense (200mg sehari), umumnya dosis tidak melebihi 1000mg sehari.c) Neuorologi trigeminalDosis awal pada hari pertama diberikan 100mg 2x1 hari untuk tablet atau ½ sendok teh 4x1 hari untuk suspense dengan dosis total 200mg x 1 hari. Dosis ini dapat ditingkatkan sampai 200mg sehari dengan peningkatan sebesar 100mg tiap 12jam untuk tablet /50mg (setengah sendok teh) 4x 1 hari untuk suspense, hanya jika diperlukan untuk obat nyeri. Jangan melebihi dosis 1200mgx 1 hari.4) Efek sampingEfek samping paling berat terjadi pada system liemopoetik, kulit dan kardivaskular. Efek samping yang paling sering timbul yang terutama terjadi pada awal terapi adalah pusing, ngantuk, mual, dan muntah.Contoh obat: Tegritol (ciba), Temporal (orion), Karbamazepin (generic).5) KontraindikasiHipersensitif terhadap karbamazepin, antidepresan trisiklik, atau komponen sediaan, depresi sumsum tulang belakang.6) Mekanisme kerjaSelain sebagai antikonvulsan, karbamazepin mempunyai efek sebagai antikolinergik, antineuralgik, antideuritik, pelemas otot, antimanik, antidepresif dan antiariunia.

Page 10: kelompok-5

Menekan aktifitas senralis nucleus pada thalamus/menurunkan jumlah stimulasi temporal yang menyebabkan neural discharge dengan cara membatasi influks ion natrium yang menembus membran sel atau mekanisme lain yang belum diketahui, menstimulasi pelepasan ADH untuk mereabsorbsi air, secara kimiawi terkait dengan antidepresan trisiklik.

2. Pasien Hiperaktif atau Agitasi Anti Psikotik Low PotensialPenatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti psikotik untuk pasien waham. Dimana pedoman penggunaan antipsikotik adalah:a. Tentukan target symptom b. Antipsikosis yang telah berhasil masa lalu sebaiknya tetap digunakan c. Penggantian antipsikosis baru dilakukan setelah penggunaan antipsikosis yang lama 4-6 minggud. Hindari polifarmasie. Dosis maintenans adalah dosis efektif terendah.Contoh obat antipsikotik adalah:a. Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone).Pilihan awal Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg, 100mg.Keuntungan : angka keberhasilan tinggi, ekstra pyramidal symptom minimal.Kerugian : harganya mahalb. Tipikal (chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100mgKeuntungan : harganya relatif lebih murah, efektif untuk mmenghilangkan gejala positif.Kerugian : angka keberhasilan rendah, efek samping pyramidal (gejala mirip Parkinson, distonia akut, akathisia, tardive dyskinesia, (pada 24% pasien), neuroleptic malignant syndrome, dan hyperprolactinaemia) kurang efektif untuk menghilangkan gejala negatif.3. Penarikan Diri High PotensialSelama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri high potensial. Hal ini berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri dari lingkungan sosial.4. ECT Tipe KatatonikElectro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan katatonik episode.5. Psikoterapi Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala

Page 11: kelompok-5

terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif.

9. Asuhan KeperawatanPengkajianWaham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.Untuk mendapatkan data waham, anda harus melakukan observasi terhadap perilaku berikut ini:1. Waham Kebesaran. Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “saya ini pejabat di departemen kesehatan lho” atau “Saya punya tambang emas”.2. Waham Curiga. Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Saya tahu anda ingin menghancurkan hidup saya karena iri dengan kesuksesan saya”.3. Waham Agama. Meyakini keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Kalau saya mau masuk surge saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari”.4. Waham Somatik. Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Saya sakit kanker”. Setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda tanda kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.5. Waham Nihilistik. Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Ini kana lam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh – roh”.Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang bisa digunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham:1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang – ulang diungkapkan dan menetap?2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda – benda disekitarnya aneh atau tidak nyata?4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya?5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar?7. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?Selama pengkajian harus mendengarkan dan memperhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling

Page 12: kelompok-5

percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.(Keliat, 2011)

Pengkajian Pada Waham

LatihanDokumentasikan pengkajian dan diagnosis keperawatan pasien waham dengan menggunakan format yang tersedia.Proses Pikir( ) Sirkumstansial ( ) Tangensial( ) Flight of Ideas ( ) Blocking( ) Kehilangan asosiasi ( ) Pengulangan bicaraIsi Pikir( ) Obsesi ( ) Fobia( ) Depersonalisasi ( ) Ide terkait( ) Hipokondria ( ) Pikiran MagisWaham( ) Agama ( ) Somatik ( ) Kebesaran( ) Curiga( ) Nihilistik ( ) Sisip Pikir ( ) Siat Pikir ( ) Kontrol pikir(Keliat, 2011)

Page 13: kelompok-5

ASUHAN KEPERAWATAN WAHAM

Page 14: kelompok-5

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional1 Gangguan

proses pikir :Waham

Pasien mampu :- berorientasi kepada

realitas secara bertahap- berinteraksi denganorang

lain dan lingkungan- menggunakan obat

dengan prinsip 5 benar

SP 1- identifikasi kebutuhan pasien bicara

konteks realita (tidak mendukung atau membantah waham pasien)

- latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya

- masukkan dalam jadwal harian pasien

- mengetahui kebutuhan klien- memperdekat hubungan

kontak dengan klien agar terpenuhi kebutuhan klien

SP 2- evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)- tanyakan program pengobatan- jelaskan pentingnya penggunaan obat

p- ada gangguan jiwa- jelaskan akibat bila tidak digunakan

sesuai program- jelaskan akibat bila putus obat- jelaskan cara mendapatkan obat- jelaskan pengobatan dengan prinsip 5

B- latih pasien minum obat- masukkan dalam jdwal kegiatan

pasien

- mengetahui evaluasi / kemajuan klien dari sebelumnya

- minum obat secara benar dengan prinsip 5 benar dapat mempercepat penyembuhan penyakit klien.

SP 3- evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan

SP 2)- identifikasi potensi/ kemampuan yang

dimiliki- pilih/ latih potensi /kemampuan lain

yang dimiliki- masukkan dalam jadwal kegiatan

- memperoleh dan menggali kemampuan yang dimiliki klien

SP 4- evaluasi kegiatan yang lalu (SP1, SP2,

dan SP 3)- pilih kemampuan yang dapat

dilakukan- pilih dan latih potensi kemampuan

lain yang di miliki

- Untuk menggali dan memperdalam kemampuan klien secara mendalam yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari

Page 15: kelompok-5

RESIKO BUNUH DIRI (RBD)

1. Definisi RBDBunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009).Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri (Clinton, 1995).

2. Teori RBDa.Oleh Emile Durkheim (1858-1917)Durkheim menyatakan bahwa derajat integrasi sebuah masyarakat adalah berhubungan terbalik dengan tingkat bunuh dirinya.Tingkat bunuh diri akan rendah pada Negara-negara Katholik dimana agama menyediakan thema pemersatu.Disamping itu ia juga mengemukakan bahwa solidaritas social akan meningkat pada saat perang dan depresi ekonomi.Durkheim menyatakan ada 4 jenis bunuh diri yang berbeda,yyaitu 1. Altruistic suicideBunuh diri ini muncul pada saat individu adalah sangat dekat mengidentifikasikan dirinya dengan kemlompok sosialnya dan individu merasa harus mengorbankan hidupnya untuk tujuan yang lebih mulia.Individu mengalami solidaritas yang ekstrem dengan system.Contoh : Kamikaze,dll2. Egoistic SuicideBunuh diri muncul pada saat individu tidak dapat mengintegrasikan dirinya secara tepat pada kelompok sosialnya dan individu merasa ditolak atau kehilangan muka dihadapan kelompo sosialnya.3. Fatalistic SuicideBunuh diri ini muncul pada saat individu merasakan terpojok dan tidak ada jalan keluar.Contohnya adalah narapidana yang dihukum pertama kali kemudian memutuskan untuk menggantung diri.4. Anomic SuicideBunuh diri muncul pada saat individu merasakan bahwa norma-norma sudah tidak dapat berfungsi sebagai akibat dan karakter dari masyarakat yang tidak berfungsi dengan baik,tidak ada kesatuan dan kelekatan.

3. Klasifikasi RBDPerilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori (Stuart, 2006):

Page 16: kelompok-5

• Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non verbal. • Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.• Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.

Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri, meliputi:• Bunuh diri anomikBunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh factor lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk bunuh diri. • Bunuh diri altruistikBunuh diri altruistic adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya. • Bunuh diri egoistikBunuh diri egoistic adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan factor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

4. Fase dan proses terjadi RBDPerilaku bunuh diri berkembang dalam rentang diantaranya :• Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/ tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati• Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuhdiri,• Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yang dalam, bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .• Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara mati dan hidup dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin di selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap inisering di namakan “Crying for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu di selesaikan.• Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang

Page 17: kelompok-5

mematikan . walaupun demikian banyak individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.• Suicide. Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri .hal ini telah didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang yang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk mengatasi kesedihan yang mendalam.

5. Manifestasi Klinis RBD

Psikodinamika Bunuh Diri

Pikiran Ingin mati* (ex:Riwayat)

Respon (dilakukan atau tidak bergantung lingkungan, social, fisik dan jiwa)

↓ ↓

Maladaptif Adaptif – Peningkatan diri

Motivasi

Niat (pergulatan, ex-catatan bd)

Destruksi secara tidak langsung

Pencideraan Diri

Bunuh Diri (destruksi langsung)

6. Pohon Masalah RBD

Kecewa karena orla atau tujuan tak tercapai

Pasien tampak Murung, tak bergairah,diam, putus asa, merasa bersalah, gagal, tak berguna, depresi, agirasi, gelisah, insomnia, bb turun, bicara lamban, letih, dan menarik diri

Apatis, dan Ragu-ragu

Merokok, Mengebut, Berjudi, Tindakan criminal, Terlibat dalam tindakan rekreasi beresiko tinggi, Penyalahgunaan zat, Perilaku yang menyimpang secara social, Perilaku yang menimbulkan stress, Gangguan makan

Pada Pasien tampak membakar kulit, melukai tubuh sedikit demi sedikit, , menggigit jari

Lompat gedung, minum racun, senjata api

Page 18: kelompok-5

7. Penatalaksanaan RBDPenatalaksanaan Medis1. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi.2. Diberikan obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.Penatalaksanaan Keperawatan1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.2. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara: a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif. c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya pentingd) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan3. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnyab) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian masalahc) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

Penatalaksanaan 1. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada

diri sendiri, dengan cara :- Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah.- Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan

social yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping mekanisme yang biasa digunakan

2. Berikan lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko , managemen untuk klien yang memiliki resiko tinggi- Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan

didekat ruang perawatan yang mudah di monitor oleh perawat. - Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang dapat

membahayakan klien misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya lainnya.

Risiko tinggi menciderai diri, lingkungan dan orang lain

Risiko bunuh diri

Harga diri rendah kronis

Page 19: kelompok-5

3. Membantu meningkatkan harga diri klien- Tidak menghakimi dan empati- Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya- Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain- Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control

impuls yang rendah- Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila

diindikasikan.4. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social

- Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan dukungan social yang adekuat

- Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring sosial yang bisa di akses.

- Dorong klien untuk melakukan aktivitas social 5. Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positip.

- Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif- Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri. - Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi ‘ apa yang terjadi sebelum

anda memiliki pikiran bunuh diri’- Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping - Explorasi perilaku alternative - Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai

Pemeriksaan dan penatalaksanaan1. klinik harus menilai resiko bunuh diri pada pasien individual berdasarkan

pemeriksaan klinis. Hal yang paling prediktif yang berhubungan dengan resiko bunuh diri

2. memeriksa pasien yang berusaha bunuh diri, jangan meninggalkan mereka sendirian dan keluarkan benda yang berbahaya dari ruangan

3. pasien yang baru saja melakukan usaha bunuh diri.4. penatalaksaannya adalah sangat tergantung pada diagnosis. Pada pasien dengan

gangguan depresi berat mungkin diobati sebaga pasien rawat jalan jika keluarganya dapat mengawasi mereka secara ketat dan pengobatannya dapat dimulai secar cepat.

5. ide bunuh diri pada pasien alkoholik biasanya menghilang dengan abstinensia dalam beberapa hari. Jika depresi menetap setelah tanda psikologis dari putusnya alkohol yang menghilang dengan adanya kecurigaan yang tinggi pada ganguan depresi berat

6. ide bunuh diri pada pasien skizofrenia harus ditanggapi secara serius, karena mereka cendrung menggunakan kekerasan atau metode yang kacau dengan letalitas yang tinggi

7. pasien dengan gangguan keperibadian mendapat manfaat dari konfrontasi empatik dan bantuan dengan mendapatkan pendekatan yang rasional dan bertanggung jawab.

Page 20: kelompok-5

8. hospitalisasi jangka panjang, diindikasi pada keadaan yang menyebabkan mutilasi diri.

Psikoterapi dengan pedoman wawancara. Mulailah dengan bertanya apakah pasien pernah merasa menyerah atau merasa mereka lebih baik meninggal. Pendekatan tersebut menyebabkan stigma yang kecil dan dapat dilakukan sebagian besar orang Berbicaralah mengenai apa yang sebenarnya yang difikirkan pasien dan catatlah fikirannya (Lontarkan pertanyaan pada pasien) Pertimbangkan usia dan kecanggihan pasien dan apakah maksud pertanyaan pasien sesuai dengan caranya (Apakah cara yang dipilih untuk bunuh diri tersedia pada pasien) Pertanyaan yang terakhir menentukan penilaian dan pengobatan karena pasien dapat menunjukkan cara untuk keluar dari dilemanya.

8. Asuhan Keperawatan RBD

Pengkajian

Bunuh diri adalah tindakan secara sadar yang dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, kita mengenal tiga macam perilaku bunuh diri, yaitu isyarat bunuh diri, ancaman bunuh diri, dan percobaan bunuh diri.

Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya, dengan mengatakan “Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh” atau “segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”.

Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal – hal negative tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.

(Keliat, 2011)

Ancaman bunuh diri

Ancaman bunuh diri umumnya diungkapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati disertai rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencan bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri.

Walaupun dalam kondisi ini pasien belum mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.

Page 21: kelompok-5

(Keliat, 2011)

Percobaan bunuh diri

Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi. Berdasarkan jenis jenis bunuh diri ini dapat dilihat data data yang diharus dikaji tiap jenisnya.

(Keliat, 2011)

Pengkajian Risiko Bunuh Diri

1. Keluhan Utama:………………………………………………………………………2. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:………………………………3. Konsep diri : Harga

Diri………………………………………………………………(Umumnya pasien mengatakan hal hal negative tentang dirinya, yang menunjukkan

harga diri rendah) 4. Alam Perasaan:( ) Sedih ( ) Putus Asa( ) Ketakutan ( ) Gembira Berlebihan(Pasien umumnya merasakan kesedihan dan keputusasaan yang sangat dalam)

5. Interaksi selama wawancara:( ) Bermusuhan ( ) Kontak mata kurang( ) Tidak kooperatif ( ) Defensif( ) Mudah tersinggung ( ) Curiga(Pasien biasanya menunjukan kontak mata kurang)

6. Afek:( ) Datar ( ) Labil( ) Tumpul ( ) Tidak sesuai(Pasien biasanya menunjukan afek yang datar atau tumpul)

7. Mekanisme koping maladaptive (cara penyelesaian masalah yang tidak baik):( ) Minum alcohol ( ) Menghindar( ) Reaksi Lambat ( ) Mencederai( ) Bekerja berlebihan ( ) Lainnya(Pasien biasanya menyelesaikan masalahnya dengan cara menghindar dan

mencederai diri sendiri)8. Masalah psikososial dan lingkungan:( ) Masalah dengan dukungan keluarga( ) Masalah dengan perumahan

(Keliat, 2011)

Page 22: kelompok-5

Diagnosa Keperawatan Risiko Bunuh Diri 1. Perilaku Kekerasan (Resiko mencederai diri sendiri)2. Resiko Bunuh Diri3. Gangguan Interaksi Sosial (Menarik diri)4. Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

Ada 5 gejala yang timbul setiap hari selama 2 minggu yaitu :• Mood depresi, kehilangan minat & kesenangan.• Berat badan turun, insomnia, hipersomnia, gangguan psokomotur, kelelahan,

merasa tidak berharga atau bersalah, tidak mampu berpikir, sering ingin mati.

Perencanaan. Tujuan :1. Mencegah menyakiti diri sendiri.2. Meningkat harga diri klien3. Menggali masalah dalam diri klien.4. Mengajarkan koping yang sehat.

Intervensi

Perawat harus menyadari responsnya terhadap suicide supaya bersikap obyektif. I. Proteksi (mencegah menyakiti diri) Mengatakan kepada klien bahwa tim kesehatan akan mencegah klien untuk mencoba bunuh diri.

1. Verbal2. Nonverbal : Menghilangkan benda- benda berbahaya seperti : Ikat pinggang,

benda tajam.3. Observasi Perilaku (Mencegah klien melukai dirinya) 4. Perhatikan verbal & nonverbal klien. 5. Ditempatkan ditempat aman, bukan diisolasi dan semua tindakan dijelaskan 66. Pengawasan selama 24 jam (Menemani pasien terus-menerus sampai Dia

dapat dipindahkan ketempat yang aman)7. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien

mendapatkan obat8. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi

pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri 9. Intervensi krisis klien tetap waspada. 10.Kadang- kadang klien merasa baik, dan berhenti tapi karena kambuh lagi

Pada klien yang anoreksia,1. Awasi klien pada saat makan, agar banyak yang dimakan. 2. Meningkatkan harga diri

• Setiap kegiatan / prilaku positif segera dipuji.• Menghilangkan rasa bersalah & menyalahkan

Page 23: kelompok-5

• Sediakan waktu untuk klien sehingga klien merasa dirinya penting• Bantu untuk mengekspresikan perasaan positif/negative.• Identifikasi sumber kepuasan dan rencana aktivitas yang cepat berhasil• Dorong klien menuliskan hasil yang telah dicapai

3. Menguatkan koping yang sehat.• Membuat klien bertanggung jawab terhadap perilakunya• Modifikasi Prilaku dibutuhkan dengan prilaku yg responsif. Misal : Pada

anoreksia • Boleh dikunjungi keluarga bila berat badan naik ½ Kg.• Bila tidak mau makan, pasang NGT.

4. Eksplorasi perasaan. Tujuan membuat klien memahami proses penyakitnya/ masalahnya.

• Mengeksplorisasi faktor predisposisi & pencetus.• Mengikuti terapi kelompok.• Mengarah pada masalahnya. Misal : Klien marah, belajar marah konstruktif

5. Mengatur batasan dan control• Membuat daftar perilaku yang mesti diubah / dikontrol.• Dibuat berstruktur dan batasan yang jelas Misal : Dalam 2 hari ini tidak ada

usaha merusak diri.6. Mengarahkan dukungan sosial. Karena Klien tidak punya sumberdaya internal

dan eksternal, maka :• Melibatkan keluarga & teman.• Mengajarkan tentang pola-pola suicide & cara mengatasinya.• Keluarga mencurahkan perasaan dan membuat rencana masa depan.• Kalau perlu terapi keluarga.• Buat pusat penanganan krisis.

7. Pendidikan mental• Pendidikan gizi bagi A. Nervosa dan bulimia.• Pentingnya patuh pada prigram pengobatan.• Penyakit kronis yand diderita.

Perawatan selama di rumah sakit Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan : Risiko Bunuh Diri 1. Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri a. Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat b. Tindakan : Melindungi pasien

Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara dapat melakukan tindakan berikut :1. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang

aman2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali

pinggang)

Page 24: kelompok-5

3. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien mendapatkan obat

4. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri

SP 1 Pasien: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri

1. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri a. Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang

mengancam atau mencoba bunuh dirib. Tindakan:

1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah meninggalkan pasien sendirian

2. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang berbahaya disekitar pasien

3. Mendiskusikan dengan keluarga perlunya melibatkan pasien agar tidak sering melamun sendiri

4. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur

SP 1 Keluarga : Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang mencoba bunuh diri.Isyarat Bunuh Diri dengan diagnosa harga diri rendah diri.1. Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri

a. Tujuan:1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya 2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya 3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya 4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik

b. Tindakan keperawatan1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan

meminta bantuan dari keluarga atau teman.2. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:

a. Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannyab. Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.c. Meyakinkan pasien bahwa dirinya pentingd. Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasiene. Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan

3. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:a. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnyab. Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian

masalahc. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

Page 25: kelompok-5

SP 2 Pasien : Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri SP 3 Pasien : 1. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien isyarat bunuh diria . Tujuan : keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.b. Tindakan keperawatan:

1. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri2. Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang penah

muncul pada pasien.3. Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada

pasien berisiko bunuh diri.4. Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri

a. Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.

b. Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:1. Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di tempat yang

mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau jangan meninggalkan pasien sendirian di rumah

2. barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri. Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri, seperti: tali, bahan bakar minyak / bensin, api, pisau atau benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun serangga.

3. Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan tanda dan gejala untuk bunuh diri.

4. Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.5. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien

melakukan percobaan bunuh diri, antara lain :1. Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat

untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut2. Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas

mendapatkan bantuan medis

6. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien

7. Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan 8. Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol secara

teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.9. Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip

lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara penggunakannya, benar waktu penggunaannya

SP 2 Keluarga : Percakapan untuk mengajarkan keluarga tentang cara merawat anggota keluarga berisiko bunuh diri. (isyarat bunuh diri)

Page 26: kelompok-5

SP 3 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh diri/isyarat bunuh diri SP 4 Keluarga : Membuat perencanaan Pulang bersama keluarga dengan pasien risiko bunuh diri

Evaluasi• Perhatikan hari- demi hari. • Libatkan klien dalam mengevaluasi prilakunya. 1. Apakah ancaman Bunuh diri sudah menghilang ?2. Apakah perilaku menunjukkan kepedulian pada kegiatan sehari-hari ?3. Apakah sumber koping sudah dipakai semua ? 4. Apakah klien sudah dapat menggambarkan dirinya dengan positif ?5. Apakah sudah memakai koping positif ?6. Apakah klien terlibat dalam aktivitas meningkatkan diri ?7. Apakah klien sudah mendapat keyakinan untuk pertumbuhan diri ?

Page 27: kelompok-5

DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD)

1. Definisi DPDPerawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).Defisit perawatan diri adalah Salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya,dan kesejaterannya, sesuaia dengan kondisi kesehtannya. Klien dinyatakan terganggu perawtaan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya (Gondohutomo, 2008) 

2. Teori DPDTeori Keperawatan Orem

Orem mendefinisikan perawatan diri sebagai kegiatan-kegiatan yaitu individu memulai dan melaksanakannya untuk diri sendiri,dalam hal mempertahankan kehidupan,kesehatan,dan kesejahteraan (Orem,1991). Orem menyatakan bahwa upaya perawatan diri dilakukan untuk memenuhi tiga macam kebutuhan perawatan diri : universal,perkembangan,dan deviasi kesehatan. Kebutuhan universal meliputi aktivitas dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti udara,air,dan makanan ;eliminasi;istirahat dan aktivitas;mencari ketenangan (solitude) dan interaksi social;mendapat kesempatan untuk hidup dan sejahtera;dan kebutuhan untuk merasa normal.sedangkan kebutuhan perawatan diri secara perkembangan berfokus pada proses dan kejadian perkembangan manusia,seperti kehamilan atau kehilangan anggota keluarga.Terakhir deviasi kesehatan meliputi kegiatan yang muncul akibat adanya kecacatan pada struktur tubuh manusia (Orem,1991)

Orem (1991) menyatakan bahwa masalah deficit perawatan diri terjadi apabila seseorang tidak mampu merawat dirinya sendiri atau bergantung pada orang lain (anggota keluarga yang lain).Defisit perawatan diri terjadi apabila kebutuhan perawatan diri yang terapeutik (total aktivitas keseluruhan yag dilakukan untuk memenuhi kebutuhan universal,perkembangan dan deviasi kesehatan) melampaui kemampuan self-care (kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri).

Page 28: kelompok-5

3. Klasifikasi DPD1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/ kebersihandiri

2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

3. Kurangperawatandiri : MakanKurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.

4. Kurang perawatandiri : ToiletingKurang perawatandiri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.(Nurjannah, 2004)

4. Fase DPDPada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana-mana, tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional, dan hubungan positif dengan orang lain yang melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia terus berusaha mendapatkan rasa aman. Begitu menyakitkan sehingga rasa nyaman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia membayangkan nasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada kenyataan. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami stressor interval atau lingkungan dengan adekuatnya.

5. Manifestasi Klinis DPD

Page 29: kelompok-5

Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009) adalah sebagai berikut:a. Mandi/hygieneKlien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.b. Berpakaian/berhiasKlien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.c. MakanKlien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.d. BAB/BAK (toileting)Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:a. Fisik1) Badan bau, pakaian kotor; 2) Rambut dan kulit kotor; 3) Kuku panjang dan kotor; 4) Gigi kotor disertai mulut bau; 5) penampilan tidak rapi.b. Psikologis1) Malas, tidak ada inisiatif; 2) Menarik diri, isolasi diri; 3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.c. Sosial1) Interaksi kurang; 2) Kegiatan kurang;3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma; 4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan

mandi tidak mampu

6. Proses Terjadi DPD

Page 30: kelompok-5

Menurut DepKes (2000: 20) Proses penyebab kurang perawatan diri adalah :1. Faktor Predisposisi• Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

• BiologisPenyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

• Kemampuan realitas turunKlien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitasyang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

• SosialKurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor PresipitasiYang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:1. Body ImageGambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.2. Praktik SosialPada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.3. Status Sosial EkonomiPersonal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.4. PengetahuanPengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.5. BudayaDi sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.6. Kebiasaan SeseorangAda kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.7. Kondisi Fisik atau PsikisPada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.

Page 31: kelompok-5

1. Dampak FisikBanyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.2. Dampak PsikososialMasalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

7. Pohon Masalah DPD

8. Penatalaksanaan DPD1. Penatalaksanaan MedisPasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan perawatan medis karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan terapai kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.2. Penatalaksanaan Keperawataan• Tindakan keperawatan1. Tindakan keperawatan untuk pasiena. Tujuan1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandirib. Tindakan Keperawatan1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diriUntuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat melakukan tahapan tindakan yang meliputi:a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diric) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan dirid) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri2) Melatih pasien berdandan/berhias

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat

diri

Defisit perawatan diri

Isolasi sosial Harga diri rendah

Page 32: kelompok-5

Perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita.Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :a) Berpakaianb) Menyisir rambutc) BercukurUntuk pasien wanita, latihannya meliputi :d) Berpakaiane) Menyisir rambutf) Berhias3) Melatih pasien makan secara mandiriUntuk melatih makan pasien Saudara dapat melakukan tahapan sebagai berikut:a) Menjelaskan cara mempersiapkan makanb) Menjelaskan cara makan yang tertibc) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makand) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiriSaudara dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan berikut:a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuaib) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAKc) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

2. Tindakan keperawatan pada keluarga Tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri juga ditujukan untuk keluarga sehingga keluarga mampu mengarahkan pasien dalam melakukan perawatan diri.a. TujuanKeluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan diri.b. Tindakan keperawatanUntuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang baik maka perawat harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan dirinya meningkat. Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri sendiri yaitu :

3. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri :b. Bina hubungan saling percayac. Bicarakan tentang pentingnya kebersihand. Kuatkan kemampuan klien merawat diri4. Membimbing dan menolong klien merawat diri : a. Bantu klien merawat diri b. Ajarkan keterampilan secara bertahap c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari 3. Ciptakan lingkungan yang mendukung a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi

Page 33: kelompok-5

b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien

9. Asuhan Keperawatan DPDPengakajianKurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat gangguan perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias secara mandiri, dan eliminasi/toileting (buang air kecil/besar) secara mandiri.Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah defisit perawatan diri maka tanda dan gejala yang dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu:5. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki

dan bau, kuku panjang dan kotor.6. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak – acakan,

pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki – laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.

7. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan secara mandiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.

8. Ketidakmampuan defekasi/berkemih secara mandiri, ditandai dengan defekasi/berkemih tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah defekasi/berkemih.

(Keliat, 2011)

Pengkajian Defisit Perawatan DiriStatus Mental1. Penampilan tidak rapiPenggunaan Pakaian tidak sesuaiCara berpakaian tidak seperti biasanyaJelaskan..............................................................................................................Masalah Keperawatan........................................................................................

Kebutuhan Sehari – hari1. Makan : bantuan minimal/bantuan total2. Mandi : bantuan minimal/bantuan total3. Defekasi/berkemih : bantuan minimal/bantuan total4. Berpakaian/Berhias : bantuan minimal/bantuan totalJelaskan..............................................................................................................Masalah Keperawatan........................................................................................(Keliat, 2011)

Diagnosa Keperawatan

Page 34: kelompok-5

Berdasarkan data yang didapat ditetapkan diagos keperawatan Defisit Perawatan Diri: (kebersiha diri, makan, berdandan, defekasi/berkemih)

Tindakan KeperawatanTindakan Keperawatan untuk PasienTujuan Tindakan:1. Pasien mamapu melakukan kebersihan diri secara mandiri2. Pasien mampu melakukan berhias atau berdanda secara baik3. Pasien mampu melakukan makan dngan baik4. Pasien mampu melakukan defekasi atau berkemih secara mandiri

Tindakan Keperawatan :1. Melatih pasien tentang cara –cara perawatan kebersihan diri. Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri. Perawat dapat melakukan tahapan tindakan yang meliputi:a. Menjelaskan pentingnya cara menjaga kebersihan dirib. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diric. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan dirid. Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri2. Melatih pasien berdandaan dan berhias. Perawat dapat mlatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki harus dibedakan dengan wanita.a. Untuk pasien laki-laki meliputi :- Berpakaian - Menyisir rambut- Bercukurb. Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :- Berpakaian - Menyisir rambut- Berdandan3. Melatih pasien makan dan minum sendiri. Untuk melatih pasien makan sendiri, kita dapat melakukan tahapan sebagai berikut:a. Menjelaskan cara mempersiapkan makanan dan minuman b. Menjelaskan cara makan dan minum yang tertib dan baik c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan setelah makan dan minumd. Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik4. Mengajarkan pasien melakukan defekasi dan berkemih secara mandiri. Perawat dapat melatih pasien untuk defekasi dan berkemih mandiri sesuai tahapan berikut:a. Menjelaskan tempat defekasi/berkemih yang sesuaib. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah defekasi dan berkemih c. Menjelaskan cara membersihkan tempat defekasi dan berkemihTindakan Keperawatan untuk KeluargaTujuan Tindakan:1. Keluarga mampu mendukung pasien agar perawatan dirinya meningkat2. Keluarga dapat melatih pasien

Page 35: kelompok-5

3. Keluarga dapat memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawata diri

Tindakan Keperawatan :1. Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam

merawat pasien 2. Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma 3. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh

pasien untuk menjaga perawatan diri pasien 4. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu

mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang telah disepakati)5. Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan pasien dalam

merawat diri6. Melatih keluarga mengenai cara merawat pasien defisit perawatan diri.

Page 36: kelompok-5

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna., dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komuitas CMHN (Basic

Course). Jakarta: EGC

www.akperppni.ac.id/download-askep

Tomb, David A. (2004). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Keliat, Budi Anna. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Keliat, Budi Anna, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP&SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan

Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.

Yogyakarta : Momedia

Varcarolis, E M (2000). Psychiatric Nursing Clinical Guide, WB Saunder Company,

Philadelphia.

Stuart, GW and Laraia (2005). Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed. Elsevier

Mosby, Philadelphia

Jallo, Harnawati A. 2008. “Perilaku Kekerasan