Kelompok 4 Sistem Endokrin

34
BAB II KONSEP DASAR KANKER HATI 2.1 Konsep Dasar Penyakit 2.1.1 Pengertian Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler (Smeltzer, 2001). Pengertian hepatoma (karsinoma hepatoseluler) menurut www.medicastore.com adalah kanker yang berasal dari sel-sel hati. Pengertian lain menurut Isselbacher, 2000 karsinoma hepatoseluler (KHS) merupakan salah satu tumor yang menimbulkan stenosis. 2.1.2 Penentuan Stadium Tumor Nodus Metastasis (TNM) untuk hepatoma: NO. TINGKATAN KETERANGAN 1. Stadium I Tumor 1, Nodus 0, Metastasis 0 2. Stadium II Tumor 2, Nodus 0, Metastasis 0 3. Stadium III Tumor 1, Nodus 1, Metastasis 0 Tumor 2, Nodus 1, Metastasis 0 Tumor 3, Nodus 0, Metastasis 0 Tumor 3, Nodus 1, Metastasis 0 4 Stadium IV A Tumor 4, setiap Nodus , Metastasis 0

description

kanker hati

Transcript of Kelompok 4 Sistem Endokrin

Page 1: Kelompok 4 Sistem Endokrin

BAB II

KONSEP DASAR KANKER HATI

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Pengertian

Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel

abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler (Smeltzer,

2001). Pengertian hepatoma (karsinoma hepatoseluler) menurut

www.medicastore.com adalah kanker yang berasal dari sel-sel

hati. Pengertian lain menurut Isselbacher, 2000 karsinoma

hepatoseluler (KHS) merupakan salah satu tumor yang

menimbulkan stenosis.

2.1.2 Penentuan Stadium Tumor Nodus Metastasis (TNM) untuk

hepatoma:

NO. TINGKATAN KETERANGAN

1. Stadium I Tumor 1, Nodus 0, Metastasis 0

2. Stadium II Tumor 2, Nodus 0, Metastasis 0

3. Stadium III Tumor 1, Nodus 1, Metastasis 0

Tumor 2, Nodus 1, Metastasis 0

Tumor 3, Nodus 0, Metastasis 0

Tumor 3, Nodus 1, Metastasis 0

4 Stadium IV A Tumor 4, setiap Nodus , Metastasis 0

5. Stadium IV B Setiap Tumor, setiap Nodus , Metastasis 1 Tabel 1 : Penentuan stadium TNM untuk Hepatoma. Sumber: Smeltzer, 2001: 1199

Keterangan:

T1 : Tumor soliter yang memiliki ukuran terbesar 2 cm atau

kurang tanpa invasi vaskuler.

T2 : Tumor soliter yang memiliki ukuran terbesar 2 cm atau

kurang dengan invasi vaskuler , atau Tumor multiple yang

terbatas pada satu lobus dengan ukuran terbesar tidak lebih

dari 2 cm tanpa invasi vaskuler, atau Tumor soliter dengan

Page 2: Kelompok 4 Sistem Endokrin

ukuran terbesar lebih dari 2 cm tanpa invasi vaskuler.

T3 : Tumor soliter yang memiliki ukuran terbesar lebih dari 2

cm tanpa invasi vaskuler atau Tumor multiple yang

terbatas pada satu lobus dengan ukuran terbesar tidak lebih

dari 2 cm dan dengan invasi vaskuler atau Tumor multiple

yang terbatas pada satu lobus dan tidak ada satupun yang

memiliki ukuran terbesar lebih dari 2 cm, dengan atau

tanpa unvasi vaskuler.

T4 : Tumor meliputi pada lebih dari satu lobus paru atau tumor-

tumor yang meliputi cabang utama vena porta atau vena

hepatika.

Nodus Limfatikus

N0 : Tidak terdapat metastasis pada nodus limfatikus.

N2 : Metastasis terjadi pada nodus limfatikus regional.

Metasatasis jauh (M)

M0 : Tidak terdapat

Metastasis Jauh.

M1 : Terdapat metastasis jauh.

2.1.3 Anatomi Dan Fisiologi

1. Anatomi

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar

1.500 gr atau 2,5 % berat badan pada orang dewasa

normal. Hati merupakan organ plastis lunak yang tercetak oleh

struktur sekitarnya.

Gambar 1: Anatomi HeparMemperlihatkan bersatunya hati dan diaphragma: Lig.

Falciforme hepatis dan Lig. teres hepatic disayat; tampak ventral.

Page 3: Kelompok 4 Sistem Endokrin

a. Permukaan superior cembung dan terletak dibawah kubah

kanan diagfragma dan sebagian kubah kiri.

b. Bagian bawah hati cekung dan merupakan atap ginjal

kanan, lambung, pankreas dan usus.

c. Hati memiliki dua lobus utama :

1) Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan

posterior oleh fisura segmentalis kanan yang tidak

terlihat dari luar.

2) Lobus kiri dibagi menjadi segmen segmen medial dan

lateral oleh ligamentum falsiforme yang dapat dilihat

dari luar.

Gambar 2 : Segmen medial dan lateral dari hepar; porta hepatis; pita pengikat yang memfiksasi hati dan pembuluh-pembuluh darah

disayat; tampak dorsal.

3) Permukaan hati diliputi oleh peritoneum viseralis, kecuali daerah

kecil pada permukaan posterior yang melekat langsung pada

diagfraghma. Dibawah peritoneum terdapat jaringan

penyambung padat yang dinamakan kapsula Glisson, yang

meliputi seluruh permukaan organ, kapsula ini pada hilus atau

porta hepatis dipermukaan inferior, melanjutkan diri ke dalam

massa hati, membentuk rangka untuk cabang-cabang vena porta,

arteria hepatica, dan saluran empedu.

Page 4: Kelompok 4 Sistem Endokrin

2. Fisiologi

a. Sirkulasi

Hati memiliki dua sumber suplai darah dari saluran

cerna dan limpa melalui vena porta, dan dari aorta melalui

arteria hepatica. Sekitar sepertiga darah yang masuk adalah

darah arteria dan sekitar dua pertiga adalah darah dari vena

porta. Volume total darah yang melewati hati setiap menit

adalah 1.500 ml dan dialirkan melalui vena hepatica kanan

dan kiri yang selanjutnya bermuara pada vena kava inferior.

b. Fungsi Hati

Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup

dan berperanan pada hampir setiap fungsi metabolik tubuh,

dan khusunya bertanggungjawab atas lebih dari 500

aktivitas berbeda.

Hepar juga berhubungan dengan isi normal darah

karena hepar membentuk sel darah merah pada masa hidup

janin, sebagian hepar berperan dalam penghancuran sel

darah merah. Hepar menyimpan kromatin yang diperlukan

untuk penyempurnaan sel darah merah baru, membuat

sebagian besar dari protein plasma, membersihkan bilirubin

dari darah dan berkenaan dengan prothrombin dan

fibrinogen yang perlu untuk penggumpalan (Inayah, 2004).

Fungsi hati menurut Price, 2004 dapat dilihat dalam tabel 2.

Fungsi Utama Hati.

Tabel 2: Fungsi Utama HatiNO FUNGSI KETERANGAN1 Pembentukan dan ekskresi

empedu, metabolisme garam empedu.

Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorpsi lemak dan vitamin yang larutdalam lemak dan usus.

Metabolisme pigmen empedu Bilirubin, pigmen empedu utama, merupakan hasil akhirMetabolisme pemecahan sel darah merah yang sudah tua: proses konjugasinya berlangsung dalam hati dan diekskresi ke dalam empedu.

2 Metabolisme karbohidrat, glikogenesis, glikogenolisis, glukoneogenesis

Hati memegang peranan penting dalam mempertahankan kadar glukosa darah normal dan menyediakan energi untuk tubuh. Karbohidrat disimpan dalam hati

Page 5: Kelompok 4 Sistem Endokrin

sebagai glikogen.3 Metabolisme protein, sintesis

proteinProtein serum yang disintesis oleh hati termasuk albumin serta alfa dan beta globulin (gama globulin tidak).

Pembentukan urea Urea dibentuk semata-mata dalam hati dari NH2 yang kemudian Diekskresi dalam kemih dan feses.

Penyimpanan protein (asam amino)

NH3 dibentuk dari diseminasi asam amino dan kerja bakteri usus terhadap asam amino.

4 Metabolisme lemak Hidrolisis trigliserida, kolesterol, fosfolipid, dan lipoprotein (diabsorpsi dari usus) menjadi asam lemak dan gliserol.

Ketogenesis Sintesis kolesterol Hati memegang peranan utama : pada sintesis kolesterol, sebagian besar diekskresi dalam empedu sebagai kolesterol atau asam folat.

Penyimpanan lemak5 Penyimpanan vitamin dan

mineralVitamin yang larut lemak (A, D, E, K) disimpan dalam hati, juga vitamin B12, tembaga dan besi.

6 Metabolisme steroid Hati menginaktifkan dan mensekresi aldosteron, glukokortikoid, estrogen, progesteron, dan testosterone.

7 Detoksikasi Hati bertanggungjawab atas biotransformasi zat-zat berbahaya menjadi zat-zat yang tidak berbahaya yang kemudian diekskresi oleh ginjal (misalnya obat-obatan).

Ruang pengapung dan fungsi penyaring

Sinusoid hati merupakan depot darah yang mengalir kembali dari vena kava (payah jantung kanan); kerja fagositik sel kuffer membuang bakteri dan debris dari darah.

Sumber : Price, Patofisiologi, 2004 : 498

2.1.4 Etiologi

Timbulnya Karsinoma Hepatoseluler (KHS) menurut Smeltzer

(2001), Isselbacher (2000), PileMone (2000) disebabkan oleh:

1. Infeksi kronik virus Hepatitis B (HBV).

2. Infeksi kronis virus Hepatitis C (HCV).

3. Kontak dengan racun kimia tertentu (mis: Vinil, klorida, arsen).

4. Defisiensi α1– antitripsin, hemokromasitis dan tirosinemia.

Page 6: Kelompok 4 Sistem Endokrin

5. Pemberian jangka panjang Steroid adrenogenik.

2.1.5 Patofisiologi

Perjalanan penyakit cepat, bila tidak segera diobati,

sebagian besar pasien meninggal dalam 3 sampai 6 bulan

setelah diagnosis. Perjalanan klinis keganasan hati tidak

berbeda diantara pasien yang terinfeksi kedua virus dengan

hanya terinfeksi salah satu virus yaitu HBV dan HCV. Infeksi

kronik ini sering menimbulkan sirosis, yang merupakan faktor

resiko penting untuk karsinoma hepatoseluler (Isselbacher, 2000).

Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini

unik karena memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan

berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar

terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel

hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.

Inflamasi pada hepar terjadi karena invasi virus HBV atau

HCV akan mengakibatkan kerusakan sel hati dan duktuli empedu

intrahepatik (empedu yang membesar tersumbat oleh tekanan

nodul maligna dalam hilus hati), sehingga menimbulkan nyeri. Hal

ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.

Sumbatan intrahepatik dapat menimbulkan hambatan pada aliran

portal sehingga tekanan portal akan naik dan terjadi hipertensi

portal.

Timbulnya asites karena penurunan sintesa albumin pada

proses metabolisme protein sehingga terjadi penurunan tekanan

osmotik dan peningkatan cairan atau penimbunan cairan didalam

rongga peritoneum. Gangguan metabolisme protein yang

mengakibatkan penurunan sintesa fibrinogen prothrombin dan

terjadi penurunan faktor pembekuan darah sehingga dapat

menimbulkan perdarahan.

Ikterus timbul karena kerusakan sel parenkim hati dan

duktuli empedu intrahepatik maka terjadi kesukaran pengangkutan

tersebut dalam hati. Akibatnya billirubin tidak sempurna

dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat

kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu

belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin

Page 7: Kelompok 4 Sistem Endokrin

yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus

yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam

pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin, oleh karena nodul

tersebut menyumbat vena porta atau bila jaringan tumor tertanam

dalam rongga peritoneal.

Peningkatan kadar billirubin terkonjugasi dapat disertai

peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan

menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. (Smeltzer, 2003). Gangguan

metabolisme karbohidrat, lemak dan protein menyebabkan

penurunan glikogenesis dan glukoneogenesis sehingga glikogen

dalam hepar berkurang, glikogenolisis menurun dan glukosa dalam

darah berkurang akibatnya timbul keletihan.

Kerusakan sel hepar juga dapat mengakibatkan penurunan

fungsi penyimpanan vitamin dan mineral sehingga terjadi

defisiensi pada zat besi, vitamin A, vitamin K, vitamin D, vitamin

E, dll. Defisiensi zat besi dapat mengakibatkan keletihan, defisiensi

vitamin A mengakibatkan gangguan penglihatan, defisiensi vitamin

K mengakibatkan resiko terjadi perdarahan, defisiensi vitamin D

mengakibatkan demineralisasi tulang dan defisiensi vitamin E

berpengaruh pada integritas kulit.

(Isselbacher, 2000; Smeltzer, 2002; Sjamsuhidajat, 2004; Carpenito, 1998).

2.1.6 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik menurut Smeltzer (2001), PileMone

(2000) adalah:

1. Gejala gangguan nutrisi: penurunan berat badan.

2. Kehilangan kekuatan.

3. Anoreksia dan anemia.

4. Nyeri abdomen disertai dengan pembesaran hati yang cepat

serta permukaan yang teraba iregular pada palpasi.

5. Ikterus hanya terjadi jika saluran empedu yang besar tersumbat

oleh tekanan nodul maligna dalam hilus hati.

6. Asites timbul setelah nodul tersebut menyumbat vena porta

atau bila jaringan tumor tertanam dalam rongga peritoneal.

7. Sering terdapat peningkatan kadar fosfatose alkali dan alfa

lipoprotein (AFP) serum.

Page 8: Kelompok 4 Sistem Endokrin

Sebagian kecil pasien karsinoma hepatoseluler mungkin

memperlihatkan tanda sindroma paraneoplastik dapat terjadi

eritrositosis akibat aktivitas seperti eritropoetin yang dihasilkan

oleh tumor, atau timbul hiperkalemia akibat sekresi hormon seperti

paratiroid. Manifestasi lainnya adalah:

1. Hiperkolesterolemia

2. Hipoglikemia

3. Porfiria didapat

4. Disfibrinogenemia

5. Kriofibrinogenemia

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi akibat karsinoma hepatoseluler

menurut PileMone (2000) ini adalah:

1. Hipertensi

2. Hiperbilirubinemia

3. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang

disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksin

4. Kerusakan jaringan parenkim hati yang meluas akan

menyebabkan serosis hepatis.

2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien karsinoma hepatoseluler

menurut Smeltzer (2001) adalah:

1. Non Bedah

a. Terapi Radiasi

Tujuannya adalah memberikan radiasi langsung

kepada sel-sel tumor agar tidak menyebar bertambah

besar, nyeri dan gangguan rasa nyaman dapat dikurangi

secara efektif dengan terapi radiasi pada 70% hingga 90%

penderita. Gejala anoreksia, kelemahan dan panas juga

berkurang dengan terapi ini.

Metode pelaksanaan radiasi mencakup:

1) Penyuntikan antibodi berlabel isotop radioaktif secara

intravena yang secara spesifik akan menyerang antigen

yang berkaitan dengan tumor.

Page 9: Kelompok 4 Sistem Endokrin

2) Penempatan sumber radisi perkutan intensitas tinggi

untuk therapi radiasi intertitial.

b. Kemoterapi

Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infus regional

merupakan metode yang digunakan untuk memberikan

preparat antineoplastik kepada pasien tumor primer dan

metastasis hati untuk memberikan kemoterapi dengan

konsentrasi tinggi kedalam hati melalui arteri hepatika

dipasang pompa yang dapat ditanam.

c. Drainase Bilier Perkutan atau Drainase Transhepatik

Ini digunakan untuk melakukan pintasan saluran

empedu yang tersumbat oleh tumor hati, pankreas atau

saluran empedu pada pasien tumor yang tidak dapat

dioperasi atau pada pasien yang dianggap beresiko.

Prosedur seperti ini dikerjakan untuk membentuk kembali

sistem drainase bilier, mengurangi tekanan serta rasa nyeri

karena penumpukan empedu akibat obstruksi dan

meredakan gejala pruritus serta ikterus. Selama beberapa

hari setelah dipasang, kateter dibuka untuk drainase

eksternal. Cairan empedu yang mengalir keluar diobservasi

dengan ketat untuk mengetahui jumlah, warna dan adanya

darah serta debris.

d. Bentuk terapi non bedah lainnya

1) Hipertermia pernah dilakukan sebagai suatu bentuk

terapi untuk mengatasi metastasis pada hati. Pemanasan

diarahkan pada tumor melalui beberapa cara untuk

menimbulkan nekrosis pada jaringan tumor tersebut

sementara jaringan normal tetap terlindungi.

2) Pengembangan teknik pembekuan dingin sel-sel tumor

hati dengan cryosurgery dan penggunaan bedah laser

sebagai salah satu bentuk terapi masih berada dalam

tahap awal.

3) Embolisasi untuk menggangu aliran darah arterial

kedalam jaringan tumor dengan memasukkan partikel-

partikel gelfoam kedalam pembuluh darah arteri yang

memperdarahi tumor ternyata cukup efektif pada

Page 10: Kelompok 4 Sistem Endokrin

pasien-pasien dengan tumor yang kecil.

4) Imunotherapi merupakan bentuk terapi lain yang masih

diteliti. Pada tahap ini, limfosit dengan reaktivitas anti

tumor diberikan kepada penderita tumor hati. Regresi

tumor yang merupakan hasil akhir yang diinginkan

ternyata terlihat pada penderita kanker metastasis yang

tidak berhasil diobati dengan terapi standar.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Kanker Hati

2.2.1 Pengkajian Fokus

1. Demografi

a. Usia: Biasanya menyerang dewasa dan orang tua.

b. Jenis kelamin : KHS empat kali lebih sering terjadi pada

laki-laki daripada perempuan ( Isselbacher, 2000 ).

c. Pekerjaan: dapat ditemukan pada orang dengan aktivitas

yang berlebihan.

2. Riwayat Kesehatan

3. Perubahan Pola Fungsional.

Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya

kerusakan/gangguan hati menurut Doenges (1999) adalah:

a. Aktivitas

Klien akan mengalami kelemahan, kelelahan, malaise.

b. Sirkulasi

Bradikardi akibat hiperbilirubin berat, ikterik pada sklera,

kulit dan membran mukosa.

c. Eliminasi

Warna urine gelap (seperti teh), diare feses warna tanah liat.

d. Makanan dan Cairan

Anoreksia, berat badan menurun, perasaan mual dan

muntah, terjadi peningkatan edema, asites.

e. Neurosensori

Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.

f. Nyeri/Kenyamanan

Kram abdomen, nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan

atas, mialgia, atralgia, sakit kepala, gatal-gatal (pruritus).

Page 11: Kelompok 4 Sistem Endokrin

g. Keamanan

Demam, urtikaria, lesi makulopopuler, eritema,

splenomegali, pembesaran nodus servikal posterior.

h. Seksualitas

Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan (contoh:

homoseksual aktif atau biseksual pada wanita).

4. Pemeriksaan Fisik

Menurut Doenges (1999) hasil pemeriksaan fisik pada pasien

dengan hepatoma adalah:

a. Tanda-tanda vital

Tekanan darah meningkat, nadi bradikardia, suhu

meningkat, pernapasan meningkat.

b. Mata : sklera ikterik.

c. Mulut: mukosa kering, bibir pucat.

d. Abdomen: terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas,

pembesaran hati, asites, permukaan teraba ireguler.

e. Kulit: gatal (pruritus), ikterik.

f. Ekstremitas: mengalami kelemahan, peningkatan edema.

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan

karsioma hepatoseluler menurut Isselbacher (2000) adalah:

a. Pemeriksaan Laboratorium

Terjadi peningkatan kadar bilirubin, alkali fosfatase, asparat

aminotransferase (AST), glutamic oxaloacetik transaminase

(SGOT) dan lactic dehidogenase (LDH) dapat terjadi.

b. Leukositosis (peningkatan jumlah sel darah putih),

eritrositosis (peningkatan jumlah sel darah merah).

c. Hiperkalsemia, hipoglikemia dan hiperkolesterolemia juga

terlibat dalam pemeriksaan laboratorium.

d. USG Abdomen: mendeteksi adanya tumor hati.

e. Biopsi hati: terdapat resiko sel-sel tumor akan bermigrasi

disepanjang bekas biopsi.

f. Laparoskopi: untuk melakukan biopsi sel hati dibawah

pandangan langsung.

Page 12: Kelompok 4 Sistem Endokrin

2.2.2 Diagnosa Kperawatan

Diagnosa keperawatan pada penyakit hepatoma secara teori menurut Doenges

(1999), Carpenito (1998) dan Kim (1995) adalah:

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar dan

bendungan vena porta.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan

absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan penurunan peristaltic (reflek

visceral), empedu tertahan. Kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan

metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan meningkatnya kebutuhan metabolisme

sekunder terhadap infeksi kronik hepatoma.

4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intra abdomen,

asites, dan penurunan ekspansi paru.

5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah sekunder

terhadap karsinoma hepatoseluler.

6. Kelebihan volume cairan berhubuangn dengan hipertensi portal, tekanan osmotic

koloid yang merendah akibat dari penurunan protein albumin ditandai dengan

penumpukan cairan bawah kulit, intake dan output tidak seimbang.

7. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus

sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.

8. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan penurunan produksi dan sekresi

eritropoetin, penurunan produksi sel darah merah, penurunan masa hidup sel

darah merah, gangguan faktor pembekuan darah dan peningkatan kerapuhan

kapiler.

9. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari

agent virus.

10. Resiko gangguan konsep diri : gangguan citra tubuh berhubungan dengan

perubahan peran, perubahan penampilan fisik (ikterik, asites).

Page 13: Kelompok 4 Sistem Endokrin

2.2.3 Fokus Intervensi dan Rasional

Menurut Doenges (1999), Kim (1995) dan Carpenito (1998), intervensi keperawatan

pada penyakit hepatoma adalah sebagai berikut:

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar dan

bendungan vena porta.

a. Kriteria Hasil

Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis

kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya).

b. Intervensi dan Rasional

1) Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat

digunakan untuk intensitas nyeri.

Rasional: Nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman,

oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan

kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri

diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.

2) Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri,

akui adanya nyeri, dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien

tentang nyerinya.

Rasional: klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan

kesehatan bahwa ia mengalami nyeri.

3) Berikan informasi akurat dan jelaskan penyebab nyeri serta tunjukkan

berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui.

Rasional: klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan

nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang

dibanding klien yang penjelasan kurang atau tidak terdapat penjelasan).

4) Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek

hepatotoksik.

Rasional: kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk

mengurangi nyeri.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan

absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan penurunan peristaltic (reflek

Page 14: Kelompok 4 Sistem Endokrin

visceral), empedu tertahan. Kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan

metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.

a. Kriteria Hasil

Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai

laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.

b. Intervensi dan Rasional

1) Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.

Rasional: keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.

2) Awasi pemasukan diet atau jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi

sering dan tawarkan pagi paling sering.

Rasional: adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran

gastrointestinal dan menurunkan kapasitasnya.

3) Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan.

Rasional: akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan

rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.

4) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.

Rasional: menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan

pemasukan.

5) Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak.

Rasional: glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan

energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap atau dimetabolisme sehingga

akan membebani hepar.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan meningkatnya kebutuhan metabolisme

sekunder terhadap infeksi kronik hepatoma.

a. Kriteria Hasil

Mengembangkan pola aktivitas atau istirahat konsisten dengan keterbatasan

fisiologis.

b. Intervensi dan rasional

1) Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan.

Rasional: memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan

yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan

Page 15: Kelompok 4 Sistem Endokrin

yang kurang penting.

2) Ajarkan pasien untuk membuang atau mengurangi aktivitas yang dapat

menyebabkan nyeri atau lelah dan anjurkan untuk tirah baring.

Rasional: tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan

sehingga metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.

3) Ajarkan strategi koping koqnitif (seperti pembandingan, relaksasi,

pengendalian bernafas).

Rasional: respon emosional terhadap intoleransi aktivitas dapat secara

efektif ditangani dengan menggunakan strategi koping koqnitif.

4) Ajarkan orang terdekat untuk membantu pasien dalam melakukan

aktivitas.

Rasional: dukungan sosial meningkatkan pelaksanaan.

4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intra

abdomen, asites, dan penurunan ekspansi paru.

a. Kriteria Hasil

Pola nafas adekuat, perubahan nadi (60-80 x/menit), RR 16-24 x/menit, asites

berkurang, nafas tidak cuping hidung, tidak edema.

b. Intervensi dan Rasional

1) Awasi frekwensi, kedalaman dan upaya pernafasan.

Rasional: pernafasan dangkal atau cepat kemungkinan terdapat hipoksia

atau akumulasi cairan dalam abdomen.

2) Auskultasi bunyi nafas tambahan.

Rasional: kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan.

3) Berikan posisi semi fowler.

Rasional: memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada

diafragma dan meminimalkan ukuran sekret.

4) Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif.

Rasional: membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak.

5) Berikan oksigen sesuai kebutuhan.

Rasional: mungkin perlu untuk mencegah hipoksia.

Page 16: Kelompok 4 Sistem Endokrin

5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah

sekunder terhadap karsinoma hepatoseluler.

a. Kriteria Hasil :

1) Membran mukosa warna merah muda.

2) Tidak ada tanda sianosis maupun hipoksia.

3) Capilari refil kurang dari 3 detik.

4) Nilai laboratorium dalam batas normal (Hb).

5) Konjungtiva tidak anemis.

6) Tanda-tanda vital stabil

Tekanan darah: 90/60-130/90 mmHg, suhu: 36,7-37 oC, respirasi rate: 16-

24 x/menit, nadi: 60-80 x/menit.

b. Intevensi dan Rasional

1) Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit dan dasar

kuku.

Rasional: memberi informasi tentang derajat atau keadekuatan perfusi

jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.

2) Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

Rasional: meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi

untuk kebutuhan seluler.

3) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungandan tubuh hangat

sesuai indikasi.

Rasional: vasokonstriksi (keorgan vital) menurunkan sirkulasi perifer.

Kenyamanan klien atau kebutuhan rasa hangat harus seimbang dengan

kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi

(penurunan perfusi organ).

4) Kolaborasikan untuk pemberian O2.

Rasional: memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan.

5) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium (Hb).

Rasional: mengetahui status transpor O2.

Page 17: Kelompok 4 Sistem Endokrin

6. Kelebihan volume cairan berhubuangn dengan hipertensi portal, tekanan

osmotic koloid yang merendah akibat dari penurunan protein albumin ditandai

dengan penumpukan cairan bawah kulit, intake dan output tidak seimbang.

a. Kriteria Hasil1) Volume cairan seimbang antara pemasukan dan pengeluaran, berat badan

stabil, tanda-tanda vital dalam batas normal.

2) Tidak ada bunyi paru.

3) Tidak ada edema.

4) Tidak ada asites, protein total (6,0-8,0 gr/dl), albumin (3,5-5,5 gr/dl), K+

(3,5-5,0 mEq/L), Na (135-145 mEq/L).

b. Intervensi dan Rasional

1) Ukur masukan dan keluaran catat keseimbangannya timbang berat badan

tiap hari dan catat peningkatan lebih dari 0,5 kg per hari.

Rasional: menunjukkan status sirkulasi, terjadinya perbaikan perpindahan

cairan, dan respon terhadap terapi. Keseimbangan positif atau peningkatan

berat badan sering menunjukkan retensi cairan lanjut.

2) Awasi tanda-tanda vital.

Rasional: peningkatan tekanan darah biasanya berhubungan dengan

kelebihan cairan.

3) Auskultasi paru, catat penurunan atau tidak adanya bunyi nafas tambahan

contoh krekles.

Rasional: peningkatan kongesti pulmonal dapat mengakibatkan gangguan

pertukaran gas pada paru-paru.

4) Ukur dan catat lingkar perut tiap hari.

Rasional: untuk memantau perubahan pada pembentukan asites dan

penumpukan cairan.

5) Dorong untuk tirah baring.

Rasional: posisi rekumben untuk diuresis.

6) Awasi albumin serum dan elektrolit khusus kalium dan natrium.

Rasional: penuruan albumin serum mempengaruhi tekanan osmotik koloid

plasma, mengakibatkan pembentukan odem. Penurunan aliran darah ginjal

Page 18: Kelompok 4 Sistem Endokrin

menyertai peningkatan kadar aldosteron dna penggunaan diuretik untuk

menurunkan air total tubuh, dapat menyebabkan sebagai perpindahan atau

ketidakseimbangan elektrolit.

7) Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi.

Rasional: natrium mungkin dibatasi untuk meminimalkan retensi cairan

dalam area ekstra vaskuler. Pembatasan cairan perlu untuk memperbaiki /

mencegah pengenceran.

8) Beri obat diuretik sesuai indikasi.

Rasional: digunakan untuk mengontrol odem dan asites. Menghambat efek

aldosteron, meningkatkan ekstresi air, bila terapi dengan tirah baring dan

pembatasan natrium tidak teratasi.

7. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan

pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.

a. Kriteria Hasil

Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.

b. Intervensi dan Rasional

1) Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering.

a) Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan

(kadtril, lanolin).

b) Keringkan kulit, jaringan digosok.

Rasional: kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan

merangsang ujung syaraf.

2) Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan

dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal.

Rasional: penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan

meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi.

3) Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan

kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk.

Rasional: penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan

lebih banyak pruritus.

Page 19: Kelompok 4 Sistem Endokrin

4) Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin.

Rasional: pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban

kekeringan.

8. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan penurunan produksi dan sekresi

eritropoetin, penurunan produksi sel darah merah, penurunan masa hidup sel

darah merah, gangguan faktor pembekuan darah dan peningkatan kerapuhan

kapiler.

a. Kriteria Hasil :

1) Menunjukkan perbaikan nilai laboratorium (trombosit 150-400 ribu/mmk,

waktu pembekuan 2-6 menit, waktu perdarahan 1-3 menit).

2) Tidak ada tanda-tanda perdarahan (ecimosis, memar (purpural)).

b. Intervensi dan Rasional

1) Catat adanya perdarahan pada area tusukan infus (jika terpasang), urin

merah dan feses berdarah.

Rasional: perdarahan dapat terjadi dengan mudah karena kerapuhan

kapiler atau gangguan pembekuan dan dapat memperburuk anemia.

2) Anjurkan untuk menggunakan sikat gigi yang halus.

Rasional: menurunkan resiko perdarahan atau hematoma.

3) Kolaborasikan pemeriksaan lanoratorium (hitung darah lengkap, sel darah

merah, hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu pembekuan, waktu

perdarahan).

Rasional: mengetahui status hematologi klien.

4) Berikan transfusi jika diindikasikan.

Rasional: tranfusi diperlukan apabila klien mengalami gejala anemia

simtomatik.

5) Berikan obat sesuai indikasi (sediaan besi, asam folat, pelunak feses,

antasida, hemastati atau penghambat fibrinolisis)

Rasional: berguna untuk memperbaiki keadaan anemia, mengurangi

mengejan untuk menurunkan beban energi, menghambat perdarahan yang

tidak reda secara spontan, menetralkan asam lambung.

Page 20: Kelompok 4 Sistem Endokrin

9. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari

agent virus.

a. Kriteria Hasil

Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

b. Intervensi dan Rasional

1) Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk

menangani semua cairan tubuh.

a) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau

spesimen.

b) Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh.

c) Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah

yang tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan

cara apapun.

Rasional: pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus

hepatitis.

2) Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh

dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan

yang terkontaminasi.

Rasional: teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan

materi infeksius dan mencegah transmisi penyakit.

3) Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga

dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.

Rasional: mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai

transmisi infeksi.

4) Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan

yang tepat.

Rasional: rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber

pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi.

10. Resiko gangguan konsep diri : gangguan citra tubuh berhubungan dengan

perubahan peran, perubahan penampilan fisik (ikterik, asites).

Page 21: Kelompok 4 Sistem Endokrin

a. Kriteria Hasil :1) Menunjukkan penerimaan akan perubahan dan situasi yang ada saat ini.2) Mampu mengungkapkan perasaan takut, sedih, bingung, marah, cemas,

malu. b. Intervensi dan Rasional

1) Diskusikan perasaan klien takut, sedih, marah. Jelaskan hubungan dengan asal penyakit.

Rasional: klien sangat sensitif terhadap perubahan tubuh dan juga mengalami perasaan

bersalah, marah, sedih bila penyebabnya berhubungan dengan alkohol (80%) atau

penggunaan obat lain.

2) Dukung dan dorong klien, berikan perawatan dengan perilaku positif dan perilaku

bersahabat.

Rasional: sikap perawat dalam memberikan perawatan akan berpengaruh pada perasaan klien

terkait penilaian pribadi.

3) Dorong keluarga atau ornag terdekat untuk mengatakan perasaan, berkunjung atau

berpartisipasi pada perawatan.

Rasional: anggota keluarga akan merasa bersalah, merasa sedih terkait kondisi klien saat ini,

partisipasi pada perawatan membantu mereka merasa berguna dan meningkatkan

kepercayaan antara staf, klien dan perawat.

4) Bantu klien dan orang terdekat untuk mengatasi perubahan pada penampilan klien, anjurkan

memakai pakaian yang tidak menonjolkan gangguan penampilan misalnya : menggunakan

baju merah, biru atau hitam.

Rasional:

5) Kolaborasi dengan rujuk ke pelayanan pendukung (konselor, psikiatrik).

Rasional: meningkatkan kerentanan atau masalah sehubungan dengan penyakit ini memerlukan sumber pelayanan tambahan.