kelompok 4

14
MAKALAH PENANGANAN LIMBAH PETERNAKAN PEMBUATAN BRIKET KOTORAN TERNAK “Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Penanganan Limbah Peternakan Dasar” Disusun oleh: Mahendra K. PT/06136 Kitto Redata P. PT/06148 Destyamas Nirwana PT/06150 Setyo Rahmat D. PT/06152 Riona Caroline PT/06154 Kanita Galih Julia R. PT/06164 Radiptya Rahageng PT/06168 Idrahisa R. PT/06180 FAKULTAS PETERNAKAN

Transcript of kelompok 4

Page 1: kelompok 4

MAKALAH PENANGANAN LIMBAH PETERNAKAN

PEMBUATAN BRIKET KOTORAN TERNAK

“Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Penanganan Limbah Peternakan Dasar”

Disusun oleh:

Mahendra K. PT/06136Kitto Redata P. PT/06148Destyamas Nirwana PT/06150Setyo Rahmat D. PT/06152Riona Caroline PT/06154Kanita Galih Julia R. PT/06164Radiptya Rahageng PT/06168Idrahisa R. PT/06180

FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA2014

Page 2: kelompok 4

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangLimbah ternak adalah bahan buangan yang dihasilkan dari sisa

kegiatan metabolisme ternak, yang terdiri atas feses, urin, keringat dan

sisa metabolisme yang lain. Selain itu, limbah ternak dapat berupa sisa

dari pakan ternak. Selama ini banyak keluhan masyarakat akan dampak

buruk dari kegiatan usaha peternakan karena sebagian besar peternak

mengabaikan penanganan limbah dari usahanya, bahkan ada yang

membuang limbah usahanya ke sungai, sehingga terjadi pencemaran

lingkungan. Limbah peternakan yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan

seperti feses, urin, sisa pakan, serta air dari pembersihan ternak dan

kandang menimbulkan pencemaran yang memicu protes dari warga

sekitar. Baik berupa bau tidak enak yang menyengat, sampai keluhan

gatal-gatal ketika mandi di sungai yang tercemar limbah peternakan.

Minyak bumi adalah energi yang tidak dapat diperbaharui, tetapi

dalam kehidupan sehari-hari bahan bakar minyak masih menjadi pilihan

utama sehingga akan mengakibatkan menipisnya cadangan minyak bumi

di dalam bumi. Sementara gas bumi dan energi alternatif lainnya belum

dimaksimalkan pemanfaatannya untuk konsumsi dalam negeri, hal ini

akan menyebabkan terjadinya krisis bahan bakar terutama bahan bakar

fosil. Pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi semacam briket arang

sebagai bahan bakar memiliki dua langkah positif yaitu mengurangi

limbah dan mengolahnya menjadi sumber energi baru, yang dapat

membantu mengurangi pengurasan energi yang bersumber dari minyak

dan gas. Mengurangi jumlah limbah berarti mengurangi pencemaran

lingkungan, selain itu, upaya pemanfaatan limbah juga dapat

meningkatkan nilai ekonomis dari kotoran sapi.

Page 3: kelompok 4

1.2 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan briket

kotoran sapi dan manfaatnya sebagai hasil pengolahan limbah peternakan.

1.3 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi

pembaca dan dapat mengurangi pandangan negatif terhadap limbah

peternakan.

Page 4: kelompok 4

PEMBAHASAN

Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha

peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, dan

pengolahan produk ternak. Limbah ini meliputi limbah padat dan limbah cair

feses, urin, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku,

tanduk dan isi rumen. Semakin besar usaha peternakan maka semakin besar

pula limbah yang akan dihasilkan (Sihombing, 2000).

Limbah peternakan diketahui dapat mencemari lingkungan karena

menimbulkan bau yang tidak sedap bagi masyarakat yang ada di sekitarnya.

Bau tersebut dapat ditimbulkan dari feses sapi. Selain menimbulkan polusi

udara, feses sapi juga menghasilkan gas metan yang sangat berpengaruh

terhadap meningkatnya pemanasan global. Banyak upaya yang dapat

dilakukan untuk mengurangi dampak tersebut, salah satunya adalah dengan

pembuatan briket kotoran ternak. Briket kotoran ternak dapat dimanfaatkan

sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah maupun gas.

Biomassa

Biomassa adalah sejumlah unsur alam (bahan organik) yang tersedia

yang mengandung baik secara langsung atau tidak langsung energi dari

cahaya matahari oleh proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari.

Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan

bakar fosil (minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan

yaitu sumber energi ini dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya

yang dapat diperbaharui (renewable resources), sumber energi ini relatif tidak

mengandung unsur sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan

juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan

pertanian (Syafi’i, 2003). Kelompok biomassa meliputi limbah pertanian,

limbah perhutanan, limbah agroindustri, kotoran ternak dan tanaman air.

Page 5: kelompok 4

Briket

Briket adalah bahan bakar padat sebagai sumber energi alternatif

pengganti bahan bakar minyak yang melalui proses karbonasi kemudian

dicetak dengan tekanan tertentu baik dengan atau tanpa bahan pengikat

(binder) maupun bahan tambahan lainnya. Biobriket adalah bahan bakar

yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa bahan organik yang telah

mengalami proses pemampatan dengan daya tekan tertentu. Biobriket

sebagai bahan bakar alternatif selain penggunaan minyak tanah ataupun

kayu bakar yang mulai meningkat konsumsinya dan berpotensi merusak

ekologi hutan. Pembuatan briket arang dari limbah pertanian ataupun limbah

peternakan dapat dilakukan dengan menambah bahan perekat, dimana bahan baku

diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat,

dicetak dengan system hidrolik maupun manual dan selanjutnya dikeringkan

(Sarjono dan Ridlo, 2013).

Proses pembuatan briket kotoran ternak

Proses pembriketan adalah proses pengolahan yang mengalami

perlakuanpenggerusan, pencampuran bahan baku, pencetakan dan

pengeringan pada kondisi tertentu, sehingga diperoleh briket yang

mempunyai bentuk, ukuran fisik, dan sifat kimia tertentu. Tujuan dari

pembriketan adalah untuk meningkatkan kualitas bahan sebagai bahan

bakar, mempermudah penanganan dan transportasi serta mengurangi

kehilangan bahan dalam bentuk debu pada proses pengangkutan. (Sarjono

dan Ridlo, 2013).

Persiapan bahan. Bahan baku yang disiapkan adalah kotoran sapi,

sekam, jerami, dan tempurung kelapa. Bahan dijemur di bawah sinar

matahari, setelah cukup kering kotoran sapi ditumbuk untuk membuat ukuran

partikel menjadi lebih kecil, kemudian diayak dengan ayakan 50 mesh.

Page 6: kelompok 4

Proses karbonisasi. Bahan-bahan seperti sekam, jerami, dan

tempurung kelapa, selanjutnya dikarbonisasi dengan menggunakan drum

bekas yang bersih. Drum diberi lubang-lubang kecil pada bagian dasar agar

tetap ada udara yang masuk ke dalam drum. Pada proses karbonisasi

kegiatan yang dilakukan adalah bahan dimasukkan ke dalam drum yang

telah diletakkan pada tatakan batu dan api dinyalakan. Semua bahan dalam

drum akan terbakar menjadi arang, ditandai dengan terlihat asap putih dari

atas drum. Bahan dalam drum akan menyusut seiring dengan terjadinya

pengarangan di bagian bawah. Ketika semua bahan telah menjadi arang,

segera dinginkan dengan cara disiram dengan air hingga bara dalam arang

mati.

Pengecilan ukuran. Pengecilan ukuran bahan dilakukan dengan

menggunakan lesung. Hasil pengecilan bahan diayak dengan ayakan 50

mesh untuk jerami dan sekam, sedangkan 70 mesh untuk tempurung kelapa.

Pemilihan ukuran ayakan pada setiap bahan tersebut berdasarkan pada

pernyataan Pancapalaga (2008), yaitu sekam dan jerami diayak dengan

ukuran kelolosan 50 mesh dan arang tempurung kelapa dengan ukuran

kelolosan 70 mesh.

Pembuatan adonan. Bahan-bahan yang telah disaring tadi kemudian

dicampur hingga homogen. Kemudian dicampur dengan tepung tapioka yang

sudah dicampur air yang berfungsi sebagai bahan perekat. Semakin banyak

tapioka yang digunakan, maka briket lebih kuat dan tahan pecah.

Riseanggara (2008) menyatakan bahwa penambahan jumlah perekat secara

umum dapat meningkatkan nilai kalor briket karena adanya penambahan

unsur karbon yang ada pada perekat. Selain itu, rendahnya kadar air akan

memudahkan briket dalam penyalaannya dan tidak banyak menimbulkan

asap pada pembakarannya.

Page 7: kelompok 4

Pencetakan briket. Bahan baku yang telah dicampur kemudian

dimasukkan ke dalkam cetakan berbentuk silinder dengan ukuran diameter 2

centimeter dan tinggi 3 centimeter. Setelah itu dilakukan pengepresan.

Pengeringan. Hasil cetakan briket kemudian dijemur di bawah sinar

matahari. Selain pengeringan konvensional atau dengan memanfaatkan sinar

matahari, pengeringan blotong atau briket juga dapat diakukan dengan

menggunakan pengeringan dalam oven. Fungsinya adalah untuk

menurunkan kadar air sehingga briket cepat menyala dan tidak berasap.

Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan hasil cetakan menjadi retak.

Syarat briket yang baik

Syarat briket yang baik adalah briket yang permukaannya halus dan

tidak meninggalkan bekas hitam di tangan. Selain itu, sebagai bahan bakar

briket juga harus memenuhi kriteria : (1) mudah dinyalakan, (2) emisi gas

hasil pembakaran tidak mengandung racun, (3) kedap air dan tidak berjamur

bila disimpan dalam waktu yang lama, dan (4) menunjukkan upaya laju

pembakaran yang baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat briket arang adalah berat jenis

bahan atau berat jenis serbuk arang, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi,

tekanan pengempaan, dan pencampuran formula bahan baku briket.

Uji kualitas briket

Kadar air. Kadar air briket sangat mempengaruhi nilai kalor atau nilai

panas yang dihasilkan. Tingginya kadar air akan menyebabkan penurunan

nilai kalor. Hal ini disebabkan karena panas yang tersimpan dalam briket

terlebih dahulu digunakan untuk mengeluarkan air yang ada sebelum

kemudian menghasilkan panas yang dapat dipergunakan sebagai panas

pembakaran (Hendra, 2000). Faktor lain yang dapat menyebabkan

rendahnya kadar air suatu briket adalah pada lamanya waktu pengeringan

Page 8: kelompok 4

briket itu sendiri. Semakin lama pengeringan yang dilakukan maka semakin

banyak air yang terbuang, sehingga kadar air briket arang yang dihasilkan

semakin rendah (Sunyata, 2004).

Laju pembakaran. Laju pembakaran adalah penggambaran

berkurangnya bobot per satuan menit selama pembakaran. Pengurangan

bobot semakin cepat memberikan laju pembakaran yang besar. Semakin

besar laju pembakaran, maka menyala briket akan semakin singkat. Semakin

tinggi konsentrasi perekat yang ditambahkan, maka laju pembakaran briket

blotong akan semakin rendah. Rendahnya laju pembakaran akibat tingginya

perekat disebabkan oleh kandungan bahan organik yang ada pada perekat

itu sendiri yang menyebabkan briket menjadi padat sehingga menyulitkan

proses pembakarannya (Riseanggara, 2008). Laju pembakaran perekat

tapioka lebih rendah daripada perekat molases. Hal ini dikarenakan

kandungan bahan perekat yang dimiliki oleh tapioka, yaitu amilopektin yang

tinggi (Bank dan Greenwood, 1975).

Kerapatan. Kerapatan menunjukkan perbandingan antara berat dan

volume briket. Kerapatan briket berpengaruh terhadap kualitas briket, kerena

kerapatan yang tinggi dapat meningkatkan nilai kalor bakar briket. Besar atau

kecilnya kerapatan tersebut dipengaruhi oleh ukuran dan kehomogenan

bahan penyusun briket itu sendiri. Kerapatan juga dapat mempengaruhi

keteguhan tekan, lama pembakaran, dan mudah tidaknya pada saat briket

akan dinyalakan. Kerapatan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan briket

arang sulit terbakar, sedangkan briket yang memiliki kerapatan yang tidak

terlalu tinggi maka akan memudahkan pembakaran karena semakin besar

rongga udara atau celah yang dapat dilalui oleh oksigen dalam proses

pembakaran. Briket dengan kerapatan yang terlalu rendah dapat

mengakibatkan briket cepat habis dalam pembakaran karena bobot briketnya

lebih rendah (Hendra dan Winarni, 2003)

Page 9: kelompok 4

Nilai kalor. Nilai kalor perlu diketahui dalam pembuatan briket, karena

untuk mengetahui nilai panas pembakaran yang dapat dihasilkan oleh briket

sebagai bahan bakar. Semakin tinggi nilai kalor yang dihasilkan oleh bahan

bakar briket, maka akan semakin baik pula kualitasnya. Semakin tinggi berat

jenis bahan bakar, maka semakin tinggi nilai kalor yang diperolehnya.

Page 10: kelompok 4

PENUTUP

Kesimpulan

Kotoran ternak dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang

renewable melalui pengolahan briket kotoran ternak dan limbah pertanian.

Proses pembuatan briket meliputi persiapan bahan baku, karbonisasi,

pengecilan ukuran, pembentukan adonan, pencetakan, dan pengeringan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat briket arang adalah berat jenis bahan

atau berat jenis serbuk arang, kehalusan serbuk, suhu karbonisasi, tekanan

pengempaan, dan pencampuran formula bahan baku briket

Saran

Perlu adanya sosialisasi yang lebih banyak lagi mengenai penanganan

limbah khususnya limbah peternakan. Sosialisasi diharapkan mampu

mengurangi pencemaran lingkungan karena masyarakat mulai mengolah

limbah menjadi sesuatu yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.

Page 11: kelompok 4

DAFTAR PUSTAKA

Hendra D. 2000. Pembuatan Arang dan Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu. Prosiding Lokakarya Hasil Hutan, Peningkatan Efisiensi Pemanfaatan Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu. Puslit Hasil Hutan. Bogor.

Hendra D dan Winarni I. 2003. Sifat Fisis dan Kimia Briket Arang Campuran Limbah Kayu Gergajian dan Sabetan Kayu. Bull Hasil Peneliti Hutan 21 (3) : 211-226.

Riseanggara RR. 2008. Optimasi Kadar Perekat pada Briket Limbah Biomassa. Perpustakaan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sunyata A. 2004. Pengaruh Kerapatan dan Suhu Pirolisa terhadap Kualitas Briket Arang Serbuk Kayu Sengon. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian (INTAN) Yogyakarta.