Kelompok 2.pdf
Transcript of Kelompok 2.pdf
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 1/33
Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu aktifitas psikis atau mental yang berlangsung dalam
interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan dalam diri seorang anak, baik
dalam pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan
terbatas. Perumusan itu berlaku bagi segala macam kegiatan belajar dan tidak terbatas
pada salah satu bentuk tertentu. Setiap kegiatan belajar akan menghasilkan suatu
perubahan pada anak.
Terjadinya perubahan tersebut karena adanya pertumbuhan dan perkembangan.
Untuk itulah kami membuat makalah yang berjudul “Proses Perkembangan dan
Hubungannya dengan Proses Belajar”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud definisi dan faktor yang mempengaruhi perkembangan?
2. Bagaimana proses, tugas dan hukum perkembangan?
3. Bagaimana perkembangan psiko-fisik siswa?
4. Apa arti penting perkembangan kognitif bagi proses belajar siswa?
5. Bagaimana faedah pengembangan ranah kognitif siswa?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dan faktor yang mempengaruhi perkembangan.
2. Untuk mengetahui proses, tugas dan hukum perkembangan.
3. Untuk mengetahui perkembangan psiko-fisik siswa.
4. Untuk mengetahui arti penting perkembangan kognitif bagi proses belajar siswa.
5.
Untuk mengetahui faedah pengembangan ranah kognitif siswa.
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 2/33
Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
1. Definisi Perkembangan
Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke
arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan
sesuatu dalam hal jumlah, ukuran dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga berarti
sebuah tahapan perkembangan (a stage of development ) (Mc. Leod, 1989)[1].
Tumbuh adalah berbeda dengan perkembangan. Pribadi yang bertumbuh
mengandung arti yang berbeda dengan pribadi yang berkembang. Istilah
“pertumbuhan” mengacu pada aspek -aspek fisik (jasmani) seperti: bentuk, tinggi
dan besar tubuh, jenis rambut dan lain sebagainya, sedangkan istilah
“perkembangan” mengacu pada aspek -aspek psikis (rohaniah) seperti: pandai,
bodoh, sabar, tenang, penyayang dan lain sebagainya. Proses perubahan itu terjadi
secara teratur dan terarah, yaitu ke arah kemajuan, bukan kemunduran. Oleh
karena itu dibedakan antara pertumbuhan dan perkembangan. Dalam pribadi
manusia baik jasmaniah maupun rohaniah, terdapat dua bagian yang berbadasebagai kondisi yang menjadikan pribadi manusia berubah menuju kearah
kesempurnaan.
Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada fungsi
organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Penekanan
arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang
disandang oleh organ-organ fisik,perkembangan akan berlanjut terus hingga
manusia mengakhiri hayatnya. Sementara itu pertumbuhan hanya terjadi sampai
manusia mencapai kematangan fisik. Yang artinya, orang tak akan bertambah
tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai tingkatkematangan.
Tingkah laku seseorang selalu ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan
dimana anak itu berada. Proses perkembangan manusia tidak hanya ditentukan
oleh faktor pembawaanyang telah ada pada orang itu dan faktor lingkungannya
yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas manusia itu sendiri dalam
perkembangannya turut menentukan atau memainkan peranan juga. Hasil
perkembangan seseorang tidak mungkin dibaca dari pembawaan dan lingkungan
saja.
Proses-proses perkembangan yang dipandang memiliki keterkaitan langsung
dengan kegiatan belajar siswa. Proses perkembangan tersebut meliputi:
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 3/33
Page 3
1. Perkembangan Fisik
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan
sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal(dalam kandungan).
Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson
mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat
aspek,yaitu:
a. Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan
emosi;
b.
Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan
motorik;
c. Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku
baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif
dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis;
Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
Awal dari perkembangan pribadi seseorang asasnya bersifat biologis.
Dalam taraf-taraf perkembangan selanjutnya, normlitas dari konstitusi,
struktur dan kondisi talian dengan masalah Body-Image, self-concept, self-
esteem dan rasa harga dirinya.
2. Perkembangan motor (motor development), yakni proses perkembangan yang
progresif dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik
anak (motor skills).3. Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan fungsi
intelektual atau proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak anak.
4. Perkembangan sosial dan moral (social and moral development), yakni proses
perkambangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara
anak dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok.
2.
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
a.
Faktor Internal, yaitu yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi
pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan
dirinya sendiri. Hal ini juga bias terjadi karena factor genetika. Factor internal
bias dibagi menjadi 2 macam yaitu:
Faktor Fisiologis
Adalah faktor-faktor yang berhungan dngan kondisi fisik individu.
Faktor ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu keadaan tonus jasmani dan
keadaan fungsi jasmani.
Keadaan tonus jasmani maksudnya dalam hal perbedaan porsi tubuhseperti tinggi kurus, tinggi gemuk, pendek kurus, pendek gemuk dll. Hal
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 4/33
Page 4
ini sangat berpengaruh pada fisiologis siswa itu sendiri. Terutama untuk
siswa yang kurang lengkap anggota badannya.
Keadaan fungsi jasmani maksudnya hal penyakit. Siswa yang terkena
penyakit dalam yang oarah dengan siswa yang terkena penyakit ringan
akan berpengaruh pada fisiologi siswa tersebut.
Faktor Psikologis
Dalam hal kejiwaan, kapasitas mental, emosi, dan intelegensi setiap
orang berbeda. Kemampuan berfikir mempengaruhi banyak hal, seperti
kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang
kemampuan intelektual tinggi, akan berkemampuan berbahasa yang baik.
Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, berbahasa baik, dan
pengendalian emosional seimbang sangat menentukan keberhasilan dan
kecerdasan dalam perkembangan social anak.
Beberapa factor factor psikologis yang utama memengaruhi belajar
adalah kecerdasan/intelektual, motivasi, minat, sikap, bakat.
b. Faktor Eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang
meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi
siswa tersebut dengan lingkungan.Macam-macam factor eksternal yaitu:
Faktor biologis
Faktor ini wujudnya berupa pengaruh yang datang pertama kali dari
pihak ibu dan ayah.
Faktor lingkunganLingkungan adalah keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau
kondisi) fisik/alam atau social yang memengaruhi atau dipengaruhi
perkembangan individu. Seperti lingkungan keluarga, sekolah, teman
sebaya, dan media massa.
Faktor ekonomi
Dalam proses perkembangan, seorang anak pasti memerlukan biaya.
Biaya untuk makan minum dirumah, tetapi juga untuk membeli alat-alat
sekolah.
Faktor edukasiPendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang memounyai
pengaruh terhadap perkembangan anak manusia terarah. Hakikat
pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normative, yang
memberikan warna kehidupan social anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka dimasa yang akan dating. Pendidikan dalam arti luas
harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan
keluarga, masyarakat, dan lingkungan.
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 5/33
Page 5
Faktor kultur
Di Indonesia terdapat banyak kelompok masyarakat yang masing-
masing mempunyai kultur, budaya, adat istiadat, dan tradisi tersendiri, dan
hal ini jelas berpengaruh terhadap perkembangan anak. Faktor agama.
Beberapa aliran yang berhubungan dengan factor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan siswa adalah:
a. Aliran Nativisme
Para ahli menganut aliran ini berkenyakinan bahwa perkembangan
manusia itu di tentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan
pendidikan tidak berpengaruh apa – apa. Sebagai contoh, jika sepasang
orang tua ahli musik, maka anak – anak yang mereka lahirkan akanmenjadi pemusik pula. Harimau pun akan melahirkan harimau, tak akan
pernah melahirkan domba. Jadi pembawaan dan bakat orangtua selalu
berpengaruh mutlak terhadap perkembangan anak – anaknya.
b. Aliran Empirisisme
Doktrin aliran empirisime yang amat mahsyur adalah “tabula rasa”,
sebuah istilah bahasa latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran
kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin tabula rasa menekankan arti
penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti
perkembangan manusia itu semata – mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir
dianggap tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini, para penganut empirisime
menganggap setiap anak lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong,
tak punya kemampuan dan bakat apa – apa.
Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk
mempelajari ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang politisi.
Karena ia memilki pengalaman belajar dibidang politik, ia tak akan pernah
menjadi pemusik, walaupun orang tuanya seorang pemusik sejati. Memang
amat sukar dipungkiri bahwa lingkungan memiliki pengaruh yang besar
terhadap proses perkembangan dan masa depan siswa. Dalam hal ini,
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar telah terbukti
menentukan tinggi rendahnya mutu prilaku dan masa depan siswa.
c. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran
empirisime dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti
penting hereditas ( pembawaan ) dengan lingkuanga sebagai faktor –
faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Faktor
pembawaan tidak berarti apa-apa jika tanpa faktor pengalaman. Demikian
pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor pembawaan tak akanmampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan harapan.
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 6/33
Page 6
Sebagai contoh. Seorang anak yang normal pasti memiliki bakat untuk
berdiri tegak diatas kedua kakinya. Tetapi apabila anak tersebut tidak
hidup dilingkungan masyarakat manusia, misalnya kalau dia dibuang ke
tengah hutan belantara tinggal bersama hewan, maka bakat yang ia miliki
secara turun-temurun dari orangtuanya itu, akan sulit diwujudkan. Jikaanak tersebut diasuh oleh sekelompok serigala, tentu ia akan berjalan
diatas kedua tangan dan kakinya. Dia akan merangkak seperti serigala
pula. Jadi, bakat dan pembawaan dalam hal ini jelas tidak ada pengaruhnya
apabila lingkuangan atau pengalaman tidak mengembangkannya.
B.
Proses, Tugas, dan Hukum Perkembangan
1. Proses Perkembangan
Secara umum proses dapat diartikan sebagai rentenan perubahan yang terjadi
dalam perkembangan sesuatu. Adapun maksud dari kata proses dalam
perkembangan siswa ialah tahapan-tahapan perubahan yang dialami seorang
siswa, baik yang bersifat jasmaniah maupun maupun yang bersifat rohaniah.
Proses dalam hal ini juga berarti tahapan perubahan tingkah laku siswa, baik yang
terbuka maupun yang tertutup.
Proses bisa juga berarti cara terjadinya perubahan dalam diri siswa atau respon
maupun reaksi yang ditimbulkan oleh siswa tersebut. Proses perkembangan
dengan pengertian seperti ini menurut Hurlock (1980)merupakan perubahan-
perubahan yang berhubungan dengan perkembangan (development changes).
Manusia menurut Elisabeth B. Hurlock, tak pernah statis atau mandek, karena
perubahan-perubahan senantiasa terjadi dalam dirinya dalam berbagai kapasitas
(kemampuan), baik yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis.
Secara global,, seluruh proses perkembangan individu sampai menjadi
“person” (dirinya sendiri) berlangsung dalam tiga tahapan, yakni :
1. Tahapan proses konsepsi (pembukaan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah)
2. Tahapan proses kelahiran (saat keluarnya bayi dari rahim ibu kea lam dunia
bebas).
3.
Tahapan proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi
yang khas (development or selfhood).
Hurlock (1980) member istilah “stages in the life span” (tingkatan-tingkatan
dan rentang waktu kehidupan) bagi seluruh proses perkembangan individu. Life
span ini menurutnya berlangsung dalam 10 tingkatan atau fase, bermula dari
prenatal period (masa sebelum lahir) sampai old age (masa tua).
2.
Tugas dan Fase Perkembangan
Adalah hal yang pasti bahwa setiap fase atau tahapan perkembangankehidupan manusia senantiasa berlangsung seiring dengan kegiatan belajar.
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 7/33
Page 7
Kegiatan belajar dalam hal ini tidak berarti merupakan kegiatan belajar yang
ilmiah. Tugas belajar yang muncul dalam setiap fase perkembangan merupakan
keharusan universal dan idealnya berlaku secara otomatis, seperti kegiatan belajar
keterampilan melakukan sesuatu pada fase perkembangan tertentu yang lazim
terjadi pada manusia normal. Disamping itu, hal-hal lain yang juga menimbulkantugas-tugas perkembangan tersebut adalah :
1. Karena adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu.
2. Karena adanya dorongancita-cita psikologis manusia yang sedang berkembang
itu sendiri.
3. Karena adanya tuntutan cultural masyarakat sekitar.
Dalam rangka memfungsikan tahap-tahap perubahan yang menyertai
perkembangannya, manusia harus belajar melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu
umpannya kebiasaan belajar berjalan dan berbicara pada rentang usia 1-5 tahun.
Belajar melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu pada sat atau masa
perkembangan yang tepat dipandang berkaitan langsung dengan tugas-tugas
perkembangan berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan tersebut seyoginya selalu diperhitungkan secara
cermat oleh para orang tua dan guru sebagai sesuatu yang harus terjadi secara
alamiah dan tepat pada waktunya. Perhatian orang tua dan guru (khususnya untuk
fase masa sekolah) amat diperlukan mengingat keberhasilan pelaksanaan tugas
perkembangan pada suatu fase akan sangat menunjang keberhasilan tugas
perkembangan pada fase-fase berikutnya.
Adapun mengenai fase-fase perkembangan dan tugas-tugas yang mengiringi
fase-fase tersebut, sebagaimana yang dikemukakan oleh Robert Havigrust (1972)
beerikut ini :
1. Tugas Perkembangan Fase Bayi dan Kanak-kanak
Secara knologis (menurut urutan waktu), masa bayi (infancy atau
babyhood ) berlangsung sejak seorang individu manusia dilahirkan dari rahim
ibunya sampai berusia sekitar setahun. Sedangkan masa kanak-kanak (early
childhood ) adalah masa perkembangan berikutnya, yakni dari usia setahun
hingga lima tahun atau enam tahun.perkembangan biologis pada masa-masa
ini berjalan pesat, tetapi secara sosiologis iamasih sangat terikat oleh
lingkungan keluarganya. Oleh karena itu, fungsionalisasi lingkungan keluarga
pada fase ini penting sekali untuk mempersiapkan anak terjun kedalam
lingkungan yang lebih luas terutama lingkungan sekolah.
Tugas-tugas pada fase ini meliputi kegiatan-kegiatan belajar sebagai
berikut :
1.
Belajar memakan makanan keras, misalnya mulai dengan bubur susu,
bubur beras, nasi, dan seterusnya.
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 8/33
Page 8
2. Belajar berdiri dan berjalan, misalnya mulai dengan berpegang pada
tembok atau sandaran kursi.
3. Belajar berbicara, misalnya mulai dengan menyebut kata ibu, ayah, dan
nama-nama benda sederhana yang ada di sekelilingnya.
4.
Belajar mengendalikan pengeluaran benda-benda buangan dari tubuhnya,misalnya mulai dengan meludah, membuang ingus dan seterusnya.
5. Belajar membedakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, dan
bersopan santun seksual.
6. Mencapai kematangan untuk belajar membaca dalam arti mulai siap
mengenai huruf, suku kata dan kata-kata tertulis.
7. Belajar mengadakan hubungan emosional selaindengan ibunya, dengan
ayah, saudara kandung, dan orang-orang yang berada disekelilingnya.
8. Belajar membedakan antara hal-hal yang baik dengan yang buruk, juga
antara hal-hal yang benar dan salah, serta mengembangkan atau
membentuk kata hati (hati nurani).
2. Tugas dan Perkembangan Fase Anak
Masa nak-anak (late childhood ) berlangsung antara usia 6 sampai 12 tahun
dengan cirri-ciri utama sebagai berikut :
1.
Memiliki dorongsn untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok
sebaya ( peper group).
2.
Keadaan fisik yang memungkinkan atau mendorong anak memasuki dunia
permainan dan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan jasmani.3.
Memiliki dorongan mental untukmemasuki dunia konsep, logika, symbol,
dan komunikasi yang luas.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa perkembangankedua ini
meliputi kegiatan belajar dan mengembangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan bermain, seperti lombat jauh,
lompat tinggi, mengejar,menghindari kejaran dan seterusnya.
2. Membina sikap yang sehat (positif) terhadap dirinya sendiri sebagai
seorang individu yang sedang berkembang. Sepertikesadaran tentang hargadiri (self-esteemI dan kemampuan diri (self efficacy).
3.
Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral
yang berlaku di masyarakat.
4.
Belajar memainkan peran sebagai seorang pria (jika ia seorang pria) dan
sebagai seorang wanita (jika ia seorang wanita).
5. Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan
berhitung, (matematika atau aritmatika).
6. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari.
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 9/33
Page 9
7. Mengembangkan kata hati,moral dan skala nilai yang selaras dengan
keyakinan dan kebudayaan yang berlaku di masyarakat.
8. Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga menjadi
dirinya sendiri yang independen (mandiri) dan bertanggung jawab.
3. Tugas Perkembangan Fase Remaja
Masa remaja (adolescence) menurut sebagain psikologi terdiri atas sub-sub
masa perkembangan sebagai berikut :
1. Sub perkembangan prepuber selama kurang lebih du setengah sampai tiga
setengah tahun
2. Sub perkembangan post-puber, yakni saat perkembangan biologis sudah
lambat tapi masih terus berlangsung pada bagian-bagian organ tertentu.
Saat ini merupakan akhir masa puber yang mulai menampakan tanda-tanda
kedewasaan.
Proses perkembangan pada masa remaja lazimnya berlangsung selama
kurang lebih 11 tahun, mulai usia 12-21 tahun pada wanita, dan 13-22 tahun
pada pria. Masa perkembangan remaja yang panjang ini dikenal sebagai masa
yang penuh dengan kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi si remaja sendiri
melainkan juga bagi para orang tua, guru, dan masyarakat sekitar. Bahkan tak
jarang para hukum turut direpotkan oleh ulah dan tindak tanduknya yang di
pandang menyimpang.
Mengapa demikian secara singkat jawabannya ialah karena individu
remaja sedang berada dipersimpangan jalan antara dunia anak-anak dan duniadewasa. Sehubungan dengan ini, hamper dapat dipastikan bahwa segala
sesuatu yang sedang mengalami atau dalam keadaan transisi (masa peralihan)
dari suatu keadaan lainnya selalu menimbulkan gejolak, goncangan, dan
benturan yang kadang-kadang berakibat sangat buruk bahkan fatal
(mematikan).
Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja pada umumnya meliputi
pencapaian dan persiapan segala hal yang berhubungan dengan kehidupan
masa dewasa, yakni :
1. Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya
yang berbeda jenis kelamin dengan keyakinan dan etika moral yang
berlaku dimasyarakat.
2.
Mencapai peranan sosial sebagai pria (jika ia seorang pria) dan peranan
sosial seorang wanita (jika ia seorang wanita) selaras dengan tuntutan
sosial dan cultural masyarakatnya.
3. Menerima kesatuan organ-organ tubuh sebagai seorang pria (jika ia
seorang pria) dan kesatuan organ-organ sebagai wanita (jika ia seorang
wanita) dan menggunakannya secara efektif sesuai dengakodratnyamasing-masing.
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 10/33
Page
10
4. Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang
bertanggung jawab di tengah-tengahmasyarakatnya.
5. Mencapai kemerdekaan atau kebebasan emosional dari orangtua dan
orang-orangdewasa lainnya dan mulai menjadi seorang”person” (menjadi
dirinya sendiri).6. Mempersiapkan diri untukmemasuki dunia perkawinan (rumah tangga)
dan kehidupan berkeluarga yakni sebagai suami (ayah) dan istri (ibu).
7. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etikasebagai pedoman
bertingkah laku dan mengembangkan ideology untuk keperluan kehidupan
kewarganegaraannya.
4.
Tugas Perkembangan Dewasa
Masa dewasa awal (early adulthood ) ialah fase perkembangan saat
seorang remajamulai memasuki masa dewasa, yakni usia 21-40 tahun.
Sebelum memasuki masa iniseorang remaja terlebih dahulu berada pada tahap
ambang dewasa (late adolescene) atau masa remaja akhir yang lazimnya
berlangsung 21 atau 22 tahun. Namun, menurut pengamatan para ahli, pada
masa post puber perkembangan organ jasmaniah tertentu, meskipun sudah
sangat lamban, masih terus berlangsung hingga kira-kira usia 24 tahun.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa awal adalah
meliputi hal-hal berikut :
1. Mulai bekerja mencarinafkah, khusunya apabila ia tidak melanjutkan
karier akademik.
2.
Memilih teman atau pasangan hidup berumah tangga (memilih calonsuami atauistri).
3. Mulai memasuki kehidupan berumah tangga, yakni menjadi seorang suami
isteri.
4. Belajar hidup bersama pasangan dalam suasana rumah tangga, yakni
dengan isteri atau suami.
5.
Mengelola tempat tinggal untuk keperluan rumah tangga dan keluarganya.
6.
Membesarkan anak-anak dengan menyediakan pangan, sandang,dan papan
yang cukup dan memberikan pendidikan (dalam arti luas) yangmemadai.
7.
Menerima tanggung jawab kewarganegaraan sesuai dengan perundang-
undangan dan tuntutan sosialyangberlaku dimasyarakat.
8. Menemukan kelompoksosial(perkumpulan kemasyarakatan) yang cocok
dan menyenangkan.
5. Tugas Perkembangan setengah Baya
Masa setengah baya (middle age) adalah masa yang berlansung antara usia
40 sampai 60 tahun. Konon, di kalangan tertentu, pria dan wanita yang
menginjak usia 40 tahun keatas sering dijuluki sebagai orang yang sedang
mengalami masa pubertas kedua. Julukan ini timbul karena mereka senang
lagi bersolek, suka bersikap dan berbuat emosional atau mudah marah. Dan
bahkan jatuh cinta lagi.
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 11/33
Page
11
Dikalangan kaum wanita biasanya tampak gejala depresi (murung), cepat
tersinggung, cemas dan khawatir kehilangan kasih saying anak-anak yang
sudah mulai menanjak dewasa. Selain itu, wanita setengah baya juga acapkali
merasa cemas akan kehilangan suami karena menopause (berhenti menstruasi)
yang pada umumnya diiringi dengan timbulnya tanda-tanda atau garis-garisketuaan di bagian tertentu pada tubuhnya.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada fase-fase setengah tua tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Mencapai tanggung jawab sosial dan kewarganegaraan secara lebih
dewasa.
2.
Membantu anak-anak yang berusia belasan tahun (khususnya anak
kandungnya sendiri) agar berkembang menjadi orang-orang dewasa yang
bahagia dan bertanggung jawab.
3.
Mengembangkan aktivitas dan memanfaatkan waktu luang dengan sebaik-
baiknya bersama orang-orang dewasa lainnya.
4. Menghubungkan diri sedemikian rupa dengan pasangannya (suami atau
isteri) sebagai seorang pribadi yang utuh.
5. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis
yang lazim terjadi pada masa setengah baya.
6. Mencapai dan melaksanakan penampilan yang memuaskan dalam karier.
7. Menyesuaikan diri dengan prikehidupan (khususnya dalam hal cara
bersikap dan bertindak) orang-orang yang berusia lanjut.
6. Tugas Perkembangan Usia Tua
Masa tua (old age) adalah fase terakhir kehidupan manusia. Maka ini
berlangsung antara usia 60 tahun sampai berhembusnya nafas terakhir (akhir
hayat). Mereka yang sudah menginjak usia 60 tahun keatas yang dalam istilah
psikologi disebut “senescence” (masa tua) biasanya ditandai oleh perubahan-
perubahan kempuan motorik yang semakin merosot.
Diantara perubahan-perubahan tersebut adalah menurunnya kekuatan otot-
otot tangan dan otot-otot yang menyangkut seluruh tubuh. Oleh karena itu,
pada umumnya orang tua lebih cepat merasa lelah, dan untuk mengembalikan
kesegaran tubuhnya darikelelahan itu, ialah memerlukan waktu yang lebih
lama dari pada ketika ia masih berusia muda.
Tugas-tugas perkembangan pada masa tua sesuai dengan berkurangna
kekuatan dan kesehatan jasmaniah itu adalah sebagai berikut :
1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan kesehatan
jasmaniah.
2. Menyesuaikan diri dengan keadaan pension dan berkurangnya income
(penghasilan).
3.
Menyesuaikan diri dengan kematian pasangannya (isteri atau suami).
4.
Membina hubungan yang tegas (afiliasi eksplisit) dengan para anggota
kemompok seusiannya.
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 12/33
Page
12
5. Membina pengaturan jasmaniah sedemikian rupa agar memuaskan dan
sesuai dengan kebutuhannya.
6. Menyesuaikan diri (adaptasi) terhadap peranan-peranan sosial dengan cara
yang luwes.
3.
Hukum Perkembangan
Pengertian hukum dalam perkembangan sudah tentu berbeda dengan hukum
dalam dunia peradilan atau peraturan konstitusional. Hukum dalam
pembahasannya ini berartikaidah atau patokan mengenai terjadinya
peristiwatertentu. Secara spesifik, hukum perkembangan dapat diartikan sebagai
kaidah atau patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam
perkembangan. Dapat juga dikatakan, hukum perkembangan adalah patokan
generalisasi, mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam
diri manusia.
1. Hukum Konvergensi
Perkembangan manusia pada dasarnya tidk hanya di pengaruhi oleh factor
pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan pendidikan. Hal ini berarti
masa depan kehidupan manusia, tak terkecuali para siswa, bergantung pada
potensi pembawaan yang mereka warisi dan orang tua pada proses
pematangan, dan pada proses pendidikan yang mereka alami. Seberapa jauh
perbedaan pengaruh antara pembawaan dengan lingkungan, bergantung besar
kecilnya efek lingkungan yang dialami siswa.
Apabila pengaruh lingkungan sama besar dan kuatnya dengan pembawaan
siswa, maka hasil pendapatan yang did pat siswa itupun akan seimbang dan
baik, dalam arti tidak ada satu factor pun yang dikorbankan secara sia-sia.
Seterusnya, apabila pengaruh lingkungan lebih besar dan lebih kuat dari pada
pembawaan, hasilpendidikan siswa hanya akan sesuai dengan kehendak
lingkungan, dan pembawaan 9 watak dan bakat siswa tersebut akan
terkorbankan. Sebaliknya, jika siswa lebih besar dan lebih kuat pengaruhnya
dari pada lingkungan, hasil pendidikan siswa tersebut hanya sesuai dengan
bakat dan kemampuannya tanpa bisa berkembang lebih jauh, karena
ketidakmampuan lingkungan. Oleh karena itu, terlalu kecilnya pengaruh
lingkungan pendidikan, misalnya mutu guru dan fasilitas yang rendah akan
merugikan para siswa yang membawa potensi dan bakat yang baik.
2.
Hukum Perkembangan dan Pengembangan Diri
Para sisiwa seperti juga manusia dan organisme lainnya, memiliki
dorongan dan hasrat mempertahankan diri dari hal-hal yang negative, seperti
rasa sakit, rasa tidak aman, kematian, dan juga kepunahan dan seterusnya.
Untuk itulah mereka perlu sandang, pangan papan, dan pendidikan.
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 13/33
Page
13
Pada anak balita, wujud pertahanan diri itu dapat berupa tangisan ketika
lapar, atau teriakan yang disertai pelemparan batu ketika mendapat gangguan
hewan atau orang di sekelilingnya. Usaha mempertahankan diri ini, berlanjut
untuk usaha untuk mengembangkan diri. Naluri pengembangan diri pada anak,
antara lain dimanifestasikan dalam bentuk bermain untuk mengetahui segalasesuatu yang ada disekitarnya. Selanjutnya, pada anak-anak biasanya Nampak
keingin tahuannya terhadap sesuatu itu berkali-kali. Alhasil manusia
berkembang karena adanya insting atau naluri pembawaan sejak lahir yang
menuntutnya untuk bertahan danmengembangkan diri di muka bumi ini.
3. Hukum Masa Peka
Peka artinya mudah terangsang atau mudah menerima stimulasi. Masa
peka adalah masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untk
mengembangkan fungsi-fungsi tertentu, seperti fungsi mulut untuk berbicara
dan membaca, fungsi tangan untuk menulis, dan sebagainya. Masa “mudahdirangsang” ini sangat menentukan cepat dan lambatnya siswa dalam
menerima pelajaran. Artinya jika seseorang siswa belum sampai pada masa
pekanya untuk mempelajari suatu materi pelajaran, materi pelajaran tersebut
akan sangan sulit diserap dan diolah oleh sistem memorinya.
Selanjutnya, perlu dicatat masa peka untuk belajar, seperti untuk belajar
membaca dan menulis juga belajar berfikir abstrak (seperti belajar
matematika), pada umumnya datang pada diri anak tepat pada waktunya.
Kedatangan masa peka ini menurut sebagian ahli hanya sekali selama hidup.
Sehingga keterlambatan memanfaatkan masa yang sangat berharga tersebut
akan menyebabkan kesulitan belajar. Barangkali karena keterlambatan masa
peka itulah, para orang tua yang buta huruf merasa sulit sekali mengikuti
pelajaran membaca, menulis, dan berhitung.
Oleh karena itu, para orang tua dan guru seyogianya memperhatikan
secara cermat perkembangan anak-anak didik dalam hubungannya dengan
kedatangan masa peka belajar mereka. Apabila para orangtua dan gurulalai
dalam memanfaatkan masa peka anak didik untuk mempelajari pelajaran-
pelajaran tertentu, kemungkinan besar mereka akan mengalami kesulitan
dalam mempelajari pelajaran-pelajaran tersebut. Kesulitan-kesulitan seperti ini
memang dapat di atasi dengan upaya relearning (belajar ulang) atau remedial
teaching, tetapi akibatnya proses penguasaan atas pelajaran-pelajaran lainnya
mungkin akan terganggu.
4. Hukum Keperluan Belajar
Antara perkembangan dan belajar terdapat hubungan yang sangat erat,
sehingga hampir semua perkembangan memerlukan belajar. Dengan demikin,
dapat dikatakan bahwa setiap anak biasanya berkembang karena belajar.
Keperluan belajar bagi proses perkembangan, terutama perkembangan
fungsi-fungsi psikis tak dapat kita ingkari, meskipun kebanyakan ahli tidakmenyebutnya secara eksplisit. Bahkan kemampuan berjalan yang secara
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 14/33
Page
14
lahiriah dapat diperkirakan akan muncul dengan sendirinysa ternyata masih
juga memerlukan belajar, meskipun sekedar memfungsikan organ kaki anak
yang sebenarnya berpotensi untuk bisa berjalan sendiri itu.
Perkembangan ranah cipta, seperti berfikir dan memecahkan masalah dan
perkembangan ranah rasa seperti meyakini kebenaran ajaran agama dan bertenggang rasa terhadap orang lain, tentu tidak timbul atau ada sendiri dalam
seorang siswa tanpa belajar terlebih dahulu. Alhasil, kegitan beljar siswa
dalam segala bentuk dan manifesnya sangat diperlukan untuk mendukung
proses perkembangannya yang utuh dan menyeluruh.
5. Hukum Kesatuan Anggota Badan
Proses perkembangan fungsi-fungsi organ jasmaniah tidak terjadi tanpa
diringi proses perkembbangan fungsi-fungsi rohaniah. Dengan demikian suatu
tahapan perkembangan tidak terlepas dari tahapan perkembangan lainnya.
Jadi, perkembangan panca indera, misalnya tidak terlepas dari perkembangan
mendengar, melihat, berbicara dan merasa. Selanjutnya kemampuan-
kemampuan ini juga tidak terlepas dari perkembangan berfikir, bersikap, dan
berperasaan.
Dalam hal perkembangan kognitif misalnya, seorang siswa memperoleh
pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep benda trtentu,
umpamanyakursi. Dalam memahami konsep kursi, siswa tersebut tidak akan
terpaku pada benda yang pernah ia lihat, tetapi berkembang pada benda-benda
lain yang memiliki signifikansi yang sama dengan kursi seperti bangku, sofa,
dan seterusnya. Bersamaan dengan pengenalan benda-benda tempat duduk itu,siswa tersebut juga mengalami perkembanagan afektif, misalnya
perkembangan apresiasi, ia akan bisa menilai tempat dudukmana yang
mengandung nilai seni tinggi. Sofa ukiran jepara contohnya, tentu akan ia nilai
sebagai tempat duduk yang lebih indah dan nyaman daripada sekedar kursi
atau bangku biasa.
Perkembangan kognitif dan afektif juga diiring dengan perkembangan
ranah psikomotor, yaitu sebagaiketerampilan yang selaras dengan pengetahuan
dan perasaan yang telah ia miliki. Cara dan intensitas pemanfaatan
keterampilan psikomotor itu pun disesuaikan dengan kebutuhan sebagaimana
yang ditunjukan oleh presepsi akalnya dan apresiasi ranah rasanya. Contoh :
cara mengangkut danmemindahkan sofa dan ukiran jepara tentu berada
dengan cara mengangkut dan memindahkan bangku atau kursi biasa.
Begitu pula dengan penenmpatannya. Sofa ukiran jepara tentu tidak akan
ditempatkan di dapur, diruang tamu atau ruang keluarga. Alhasil, tahapan-
tahapan perkembangan yang terjadi dalam suatu ranah akan berpengaruh
terhadap tahapan-tahapan perkembangan dalam ranah lainnya. Inilah yang
dimaksud dengan hukum kesatuan anggota badan dalam arti yang luas.
6.
Hukum Tempo Perkembangan
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 15/33
Page
15
Lambat atau cepatnya proses perkembangan seseorang tidak sama dengan
orang lain. Dengan kata lain, setiap orang memiliki tempo perkembangan
masing-masing. Tempo-tempo perkembangan manusia pada umumnya terbagi
dalam kategori : cepat, sedang dan lambat. Tempo perkembangan yang terlalu
cepat atau terlalu lambat biasanya menunjukan kelaianan yang relative sangat jarang terjadi.
Pada dasarnya tempo cepat, sedang, dan lambat tidak menunjukan kualitas
proses perkembangan seorang anak yang normal. Si a misalnya mungkin
berkembang lebih cepat dari si B, dan si B berkembang lebih cepat dari si C.
Padahal, mereka bertiga berasal dari keluarga yang sama. Dalam hal ini, orang
tua dan guru tak perlu merisaukannya. Sebab secara prinsip setiap anak akan
mencapai tingkat perkembangan yang sama, hanya waktu pencapaiannya saja
yang berbeda. Namun, jika jarakwaktu pencapaian suatu tahap yang dilalui
seorang anak terlalu jauh, umpamanya waktu antara penguasaan materi
pelajaran kesatu dengan materi pelajaran kedua melebihi batas lambat anak
lainnya, maka orang tua dan guru perlu segera mengambil langkah-langkah
yang tepat. Mungkin, anak itu penyandang tunagrahita atau keterbelakangan
mental.
7. Hukum Irama Perkembangan
Disamping ada tempo, di dalam perkembangan juga dikenal adanya irama
atau naik turunnya proses perkembangan. Artinya, perkembangan manusia itu
tidak tetap, terkadang naik dan terkandang tidak. Pada suatu saat anak
mengalami perkembangan yang tenang, sedangkan pada saat lain iamengalami perkembangan yang menggoncangkan.
Menurut pengamatan para ahli psikologi setiap anak biasanya mengalami
dua masa pancaroba atau krisis yang lazim disebut “trotz”. Masa trotz ini
terjadi dalam dua periode, yakni :
1.
Trotz period eke-1 atau krisis pertama terjadi pada usia 2 sampai 3 tahun
dengan ciri utama anak menjadi egois, selalu bersikap dan bertingkah laku
mendahulukan kepentingan diri sendiri.
2.
Trotz period eke-2 atau krisis kedua terjadi pada umur antara 14 sampai 17
tahun, dengan cirri utama sering membantah orang tuanya sendiri dalam
mencapai identitas pribadi.
Khusus mengenai trotz ke-2 perlu digaris bawahi, bahwa batas umur
antara 14-17 tahun buka “harga mati”. Artinya rentang usia remaja yang
mengalami krisis kedua ini di sebuah Negara mungkin berbeda dengan remaja
di Negara lainnya, boleh jadi lebih cepat atau lebih lambat.
Di Negara kita sendiri perbedaan rentang usia trotz kedua itu, menurut
poerbakawadja dan harahap (1981), tampak berbeda antara remaja kawasan
pedesaan khususnya di desa-desa yang belum tersentuh budaya modern.
Namun betapa nisbinya batasan rentang usia strum and drung (masa gelisah)
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 16/33
Page
16
remaja itu, yang penting bagi orang tua dan guru adalah cara member
pengertian yang benar dan baik bahwa kegelisahan tersebut adalah karena
kematangan seksual yang normal. Selain itu, adalah tanggung jawab orang tua
dan guru untuk menuntun mereka kejalan yang benar agar mereka terhindar
dari godaan penyalahgunaan dorongan seksual yang bukan pada tempat dansaatnya.
8. Hukum Rekapitulasi
Hukum ini berasal dari teori rekapitulasi (recapitulation theory) yang
berisi doktrin yang menyatakan bahwa proses perkembangan individu manusia
adalah sebuah mikrokosmik (dunia kehidupan kecil) yang mencerminkan
evolusi kehidupan jenis makhluk hidup dari tingkat yang paling sederhana ke
tingkat yang paling kompleks. Ada dua aspek yang digambarkan oleh teori ini,
yakni aspek psikis dan aspek fisik (Reber 1988).
Rekapitulasi pada dasarnya berartipengulangan atau ringkasan kehidupanorganisme tertentu seperti manusia yang berlangsung secara evolusioner
(sangat lambat) dalam waktu berabad-abad. Dalam hal ini, proses
perkembangan psikis anak di pandang sebagai ulangan karena adanya
kesamaan dengan perilaku cultural nenek moyangnya pada ratusan bahkan
ribuan abad lalu.
Hukum rekapitulasi perkembangan yang tampak pada anak-anak adalah
sebagai berikut, yakni :
a. Masa berburu dan menyamun, yakni pada umur sekitar 8 tahun ketika ia
suka bermain kejar-kejaran, perang-perangan, dan menangkap hewan-
hewan kecil seperti kupu-kupu dan capung.
b. Masa mengembala, yakni pada umur sekitar 10 tahun ketika ia gemar
memelihara hewan piaraan seperti ayam, burung, kucing, dan sebagainya.
c. Masa bercocok tanam, yakni pada umur sekitar 12 tahun ketika ia suka
mengurus tanaman di kebun atau menyiram bunga-bunga dalam pot.
d. Masa berdagang, yakni pada umur 12 tahun ke atas ketika ia suka bermain
jual-jualan kemudian meningkat menjadi kesenangan tukar menukar foto,
perangko, dan berkirim surat serta menjalin persahabatan.
Sebagai pelengkap uraian pada bagian ini, perlu penyusun utarakan bahwa
hukum rekapitulasi di luar empat hal di atas seperti rekapitulasi bentuk fisik
manusia (bukan kempuan fisik) dan kepercayaan bahwa perkembangan
manusia itu merupakan gambaran sejarah kehewanan kita (traces of our
animal history) adalah tidk benar (Gleitman, 1987).
C. Perkembangan Psiko-Fisik Siswa
1. Perkembangan Motor (Fisik) Siswa
Dalam psikologi, kata motor diartikan sebagai istilah yang menunjuk pada hal,
keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakan-gerakannya,
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 17/33
Page
17
demikian pula kelenjar-kelenjar juga sekresinya (pengeluaran cairan/getah).
Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang
meningkatkan atau menghasilkan stimulus/rangsangan terhadap kegiatan organ-
organ fisik.
Ada empat macam faktor yang mendorong kelanjutan perkembangan motor
skills anak yang juga memungkinkan campur tangan orangtua dan guru dalam
mengarahkannya, yaitu:
a.
Pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf
Sistem syaraf adalah organ halus dalam tubuh yang terdiri atas struktur
jaringan serabut syaraf yang sangat halus yang berpusat di central nervous
system, yakin pusat sistem jaringan syaraf yang ada di otak (Reber, 1988).
Pertumbuhan syaraf dan perkembangan kemampuannya
membuat intelegensi (kecerdasan) anak meningkat dan mendorong timbulnya
pola-pola tingkah laku baru. Semakin baik perkembangan kemampuan sistem
syaraf seorang anak akan semakin baik dan beraneka ragam pula pola-pola
tingkah laku yang dimilikinya. Namun uniknya, berbeda dengan organ tubuh
lainnya, organ sistem syaraf apabila rusak tak dapat diganti atau tumbuh lagi.
Contoh: seorang anak yang luka berat pada bagian kakinya hingga sebagian
dagingnya terlepas dapat disembuhkan dan bagian yang hilang itu tumbuh lagi
karena obat dan gizi. Tetapi, kalau anak itu terluka pada bagian kepalanya
hingga salah satu struktur subsistem syaraf rusak atau terputus misalnya, anak
tersebut akan mengalami gangguan ingatan gangguan bicara, gangguan
pendengaran, gangguan pengecapan rasa, atau gangguan-gangguan lainnya bergantung pada subsistem syaraf mana yang rusak. Gangguan ini pada
umumnya bersifat permanen, karena jaringan serabut syaraf yang rusak atau
hilang tadi amat sulit untuk tumbuh lagi meskipun lukanya sudah sembuh.
b. Pertumbuhan otot-otot
Otot adalah jaringan sel-sel yang dapat berubah memanjang dan juga
sekaligus merupakan unit atau kesatuan sel yang memiliki daya mengkerut
(contractile unit ). Di antara fungsi-fungis jaringan pembuluh yang
mendistribusikan sari makanan (Reber, 1988). Peningkatan tonus (tegangan
otot) anak dapat menimbulkan perubahan dan peningkatan aneka ragam
kemampuan dan kekuatan jasmaninya. Perubahan ini tampak sangat jelas pada
anak yang sehat dari tahun ke tahun dengan semakin banyaknya keterlibatan
anak tersebut dalam permainan yang bermacam-macam atau dalam membuat
kerajinan tangan yang semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya dari masa
ke masa. Perlu dicatat bahwa dalam perkembangan keterampilan terutama
dalam berkarya nyata seperti membuat mainan sendiri, melukis, dan
seterusnya, peningkatan dan perluasan (intensifikasi dan ekstensifikasi)
pendayagunaan otot-otot anak tadi bergantung pada kualitas pusat sistem
syaraf dalam otaknya.
c. Perkembangan dan perubahan fungsi kelenjar-kelenjar endokrin
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 18/33
Page
18
Kelenjar adalah alat tubuh yang menghasilkan cairan atau getah, seperti
kelenjar keringat. Sedang kelenjar endokrin secara umum merupkan kelenjar
dalam tubuh yang memproduksi hormone yang disalurkan ke seluruh bagian
dalam tubuh melalui aliran darah. Lawan endokrin adalah eksokrin (exocrine)
yang memiliki pembuluh tersendiri untuk menyalurkan hasil sekresinya
(proses pembuatan cairan atau getah) seperti kelenjar ludah (Gleitman, 1987).Berubahnya fungsi kelenjar-kelenjar endokrin seperti adrenal (kelenjar
endokrin yang meliputi bagian atas ginjal dan memproduksi bermacam-
macam hormon termasuk hormon seks), dan kelenjar pituitary (kelenjar di
bagian bawah otak yang memproduksi dan mengatur pelbagai hormon
termasuk hormon pengembang indung telur dan sperma), juga menimbulkan
pola-pola baru tingkah laku anak ketika menginjak remaja. Perubahan fungsi
kelenjar-kelenjar endokrin akan mengakibatkan berubahnya pola sikap dan
tingkah laku seorang remaja terhadap lawan jenisnya. Perubahan ini dapat
berupa seringnya melakukan kerja sama dalam belajar atau berolahraga,
berubahnya gaya dandanan/penampilan dan lain-lain perubahan pola perilakuyang bermaksud menarik perhatian lawan jenis. Dalam hal ini, orangtua dan
guru seyogianya bersikap antisipatif terhadap kemungkinan terjadinya
penyimpangan-penyimpangan perilaku seksual yang tidak dikehendaki demi
kelangsungan perkembangan para siswa remaja yang menjadi tanggun
jawabnya.
d. Perubahan struktur jasmani
Semakin meningkat usia anak akan semakin meningkat pula ukuran tinggi dan
bobot serta proporsi (perbandingan bagian) tubuh pada umumnya. Perubahan
jasmani ini akan banyak berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan dan
kecakapan motor skills anak. Kecepatan berlari, dan sebagainya akan terusmeningkat seiring dengan proses penyempurnaan struktur jasmani siswa.
Namun, kemungkinan perbedaan hasil belajar psikomotor seorang siswa
dengan siswa-siswa lainnya selalu ada, karena kapasitas ranah kognitif juga
banyak berperan dalam menentukan kualitas dan kuantitas prestasi ranah
karsa. Pengaruh perubahan fisik seorang siswa juga tampak pada sikap dan
perilakunya terhadap orang lain, karena perubahan fisik itu sendiri mengubah
konsep diri (self-concept ) siswa tersebut. Dalam hal ini, dapat dikatakan
bahwa perkembangan fisik siswa lebih memiliki signifikansi daripada usia
kronologisnya sendiri. Timbulnya kesadaran seorang siswa yang berbadan
terlalu besar dan tinggi atau terlalu kecil dan rendah jika dibandingkan denganteman-teman sekelasnya mungkin sekali akan memengaruhi pola sikap dan
perilakunya baik ketika berada di dalam kelas maupun di luar kelas. Sikap dan
perilaku yang berbeda ini bersumber dari positif atau negatifnya self-
concept yang dia miliki. Apabila siswa tersebut memiliki self-concept yang
negatif terhadap dirinya yang berkembang terlalu pesat atau terlalu lambat itu,
sehingg menimbulkan kecemasan (misalnya kalau-kalau ditinggalkan teman-
temannya, atau takut menjadi bahan gunjingan teman-teman sekelas), para
guru seyogianya memberikan perhatian khusus kepada siswa tersebut.
Perhatian khusus bukan memanjakan atau memberi perlindungan yang
berlebihan, melainkan memberi pengertian dan meyakinkannya bahwa soal
tinggi dan pendek atau besar dan kecil itu bukan masalah dalam mengejar cita-cita masa depan. Selanjutnya, siswa yang ‘berkelainan’ tubuh tersebut
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 19/33
Page
19
diharapkan dapat lebih mudah memperbaiki konsep dirinya sendiri apabila
guru memberi contoh-contoh konkret mengenai kesuksesan orang-orang yang
terlalu pendek dan terlalu jangkung.
2.
Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif (cognitive development), yakni perkembangan fungsi
intelektual atau proses perkembangan kemampuan yang berhubungan dengan
pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga
berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian
dengan ranah rasa (Chaplin, 1972).
Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan
yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif, adalahsumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya. Tanpa ranah kognitif
sulit dibayangkan seorang siswa mampu berpikir. Selanjutnya tanpa kemampuan
berpikir mustahil siswa dapat memahami dan meyakini faedah materi-materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru mereka. Selain itu juga sulit untuk menagka
pesan moral yang terkandung dalam pelajran tersebut. Sehingga faidah
pengembangan ranah kognitif siswa adalah untuk mengembangkan kecakapan
berikut ini:
a. Mengembangkan kecakapan kognitif
b.
Mengembangkan kecakapan afektifc. Mengembangkan kecakapan psikomotor
Ada beberapa teori tentang perkembangan kognitif diantaranya:
a. Kajian teori Piaget tentang perkembangan kognitif
Menurut Jean Piaget (1886-1980) manusia tumbuh, beradaptasi, dan
berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian,
perkembangan sosio-emosional, dan perkembangan kognitif. Khususnya
perkembangan kognitif sebagian besar bergangtung kepada seberapa jauh anak
mampu memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Ada tiga
aspek perkembangan intelektual yaitu struktur, isi dan fungsi. Struktur atau
skemata merupakan organisasi mental tingkat tinggi yang terbentuk pada
individu waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya. Isi merupakan pola
perilaku khas anak yang tercermin pada responnya terhadap berbagai masalah
atau situasi yang dihadapi. Sedangkan fungsi adalah cara yang digunakan
organisme untuk membuat kemajuan- kemajuan intelektual. Fungsi itu sendiri
terdiri dari organisasi dan adaptasi.
Organisasi memberikan organisme kemampuan untuk mengorganisasi
proses-proses fisik atau proses-proses psikologi menjadi sistem-sistem yangteratur dan berhubungan. Fungsi kedua yang melandasi perkembangan
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 20/33
Page
20
intelektual adalah adaptasi. Semua organisme lahir dengan kecenderungan
untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan mereka. Cara
adaptasi ini berbeda antara organisme yang satu dengan organisme yang lain.
Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi
dan akomodasi.Dalam proses asimilasi, seseorang menggunakan struktur atau kemampuan
yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapi dalam
lingkungannya. Sedangkan dalam proses akomodasi seseorang memerlukan
modifikasi struktur mental yang ada dalam mengadakan respon terhadap
tantangan lingkungannya. Piaget mengemukakan dalam teorinya bahwa
kemampuan kognitif manusia berkembanga menurut empat tahap dari lahir
sampai dewasa. Tahap-tahap tersebut beserta urutannya berlaku untuk semua
orang. Akan tetapi usia pada saat seseorang mulai memasuki sesuatu tahapan
tertentu selalu sama untuk setiap orang
Menurut Jean Piaget, perkembangan kognitif anak terdirir dari empat
tahapan, diantaranya:
1. Tahap sensory-motor
Tahap ini terjadi antara usia 0-2 tahun. Intelegensi sensory motor
dipandang sebagai intelegensi praktis. Anak pada usia ini belajar
bagaimana mengikuti dunia kebendaaan secara praktis dan belajar
menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang sedang mereka
perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan tersebut. Tahap
sensori motor berlangsung sejak manusia lahir sampai berusia 2 tahun.
Pada tahap ini pemahaman anak mengenai berbagai hal terutama bergantung pada kegiatan (gerakan) tubuh beserta alat-alat indera. Sebagai
contoh, pada tahap ini anak tahu bahwa di dekatnya ada sesuatu barang
mainan kalau ia sentuh barang itu. Pada tahap ini, tanpa menggunakan
kegiatan tubuh atau indera, anak belum bisa memahami sesuatu.
2.
Tahap pre-operational
Periode ini terjadi pada usia 2-7 tahun. Pada tahapan ini anak sudah
memiliki kesadaran akan tetap eksisnya yang harus ada dan biasanya ada,
walaupun benda tersebut sudah ditinggalkan, sudah tidak dilihat atau
sudah tidak pernah diengar lagi. Selain itu seorang anak mulai mampu
menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan
kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.
Pada tahap ini, dalam memahami segala sesuatu, anak tidak lagi hanya
bergantung pada kegiatan (gerakan) tubuh atau inderanya. Dalam arti anak
sudah menggunakan pemikirannya dalam berbagai hal. Akan tetapi, p;ada
tahap ini pemikiran anak masih bersifat egosentris. Artinya,
pemahamannya mengenai berbagai hal masih terpusat pada dirinya sendiri.
Pada tahap ini anak berfikir bahwa orang-orang lain mempunyai pemikiran
dan perasaan seperti yang ia alami. Dengan kata lain, pada tahap ini anak
belum berpikir secara obyektif, lepas dari dirinya sendiri. Pada tahap ini
anak masih kesulitan dalam melakukan pembalikan pemikiran (reversing
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 21/33
Page
21
thought). Pada tahap ini anak masih juga mengalami kesulitan dalam
berfikir secara induktif mapun deduktif. Tetapi pada tahap ini anak
cenderung berfikir transduktif (dari hal khusus ke hal khusus lainnya),
sehingga cara berfikirnya belum tampak logis.
3. Tahap concrete-operational
Tahapan ini terjadi pada usia 7-11 tahun. Dalam tahapan ini seorang
anak memperoleh kemampuan yang disebut system of operations (satuan
langkah berpikir). Selain itu anak memiliki
kemampuan konservsi (kemampuan dalam memahami aspek-aspek
kumulatif materi, seperti volume), penambahan golongan
benda (kemampuan dalam memahami cara mengkombinasikan benda-
benda yang memiliki kelas rendah dengan kelas atasnya lagi), dan
pelipatgandaan golongan benda.
Pada tahap ini tingkat egosentris anak sudah berkurang. Dalam arti
bahwa anak sudah dapat memahami bahwa orang lain mungkin memiliki
pikiran dan perasaan yang berbeda dengan dirinya. Dengan kata lain, anak
sudah bisa berfikir secara obyektif. Pada tahap ini anak juga sudah bisa
berfikir logis tentang berbagai hal, termasuk yang agak rumit, tetapi
dengan syarat bahwa hal tersebut disajikan secara konkret (disajikan dalam
wujud yang bisa ditangkap dengan panca indera. Tanpa adanya benda-
benda konkret, anak akan mengalami kesulitan dalam memahami banyak
hal dan dalam berpikir logis. Sehingga, untuk anak yang berada dalam
tahap ini, pengajaran lebih ditekankan pada hal-hal yang bersifat verbal.4. Tahap formal-operational
Usia tahapan ini adalah 11-15 tahun. Pada tahap ini seorang remaja
memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun
berurutan dua ragam kemampuan kognitifnya. Yaitu kapasitas
menggunakan hipotesis dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip
abstrak. Dengan kemampuan hipotesis, remaja mampu berpikir khususnya
dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang
relevan dengan lingkungan yang ia respon. Sedangkan dengan memiliki
kapasitas prinsip-prinsip abstrak, mereka mampu mempelajari materi
pelajaran yang abstrak, seperti ilmu matematika.
Dan juga pada tahap ini anak atau orang sudah mampu berfikir secara
logis tanpa kehadiran benda-benda konkret; dengan kata lain anak mampu
melakukan abstraksi. Akan tetapi, perkembangan dari tahap operasi
konkret ke tahap ini tidak terjadi secara mendadak, ataupun berlangsung
sempurna. Tetapi terjadi secara gradual. Sehingga bisa terjadi pada tahun-
tahun pertama ketika anak berada pada tahap ini. Kemampuan anak dalam
berpikir secara abstrak masih belum berkembang sepenuhnya. Sehingga
dalam berbagai hal, si anak mungkin masih memerlukan bantuan alat
peraga. Di samping itu, ada cukup banyak anak yang memasuki tahap ini
lebih lambat daripada anak lainnya. Dengan demikian ada kemungkinan,
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 22/33
Page
22
sekalipun anak sudah berada di bangku SMP, perkembangan kemampuan
berfikirnya masih berada pada tahap operasi konkret. Untuk anak yang
seperti, pembelajaran yang hanya menekankan pada simbol- simbol dan
hal-hal yang bersifat verbal akan sulit dipahami. Oleh karena itu guru perlu
memperhatikan secara seksama kemampuan berfikir tiap-tiap siswa,sekalipun usia mereka relatif sama. Agar guru bisa memberikan perlakuan
yang sesuai dengan tahap perkembangan kemampuan berpikirnya.
Teori Piaget menjelaskan bahwa perkembangan kognitif manusia terjadi
karena beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti:
Kematangan (maturation), yaitu pertumbuhan otak dan sistem syaraf
manusia
karena bertambahnya usia dari lahir sampai dewasa.
Pengalaman (experience) yang terdiri dari pengalaman fisik, yaitu
interaksi manusia dengan obyek-obyek dilingkungannya dan pengalaman
logika matematis, yaitu kegiatan-kegiatan pikiran yang dilakukan manusia
yang bersangkutan.
Transmisi sosial, yaitu interaksi dan kerja sama yang dilakukan oleh
manusia
dengan manusia lainnya.
Penyeimbangan (equilibration), yaitu proses struktur mental (struktur
kognitif), manusia kehilangan keseimbangan sebagai akibat dari adanya
pengalaman-pengalaman atau pembelajaran-pembelajaran baru, kemudian
berusaha untuk mencapai keseimbangan baru melalui proses asimilasi danakomodasi.
Asimilasi adalah proses dimana informasi- informasi dan pengalaman-
pengalamana baru diserap (dimasukkan) ke dalam struktur kognitif manusia.
Sedangkan akomodasi adalah penyesuaian pada struktur kognitif manusia
sebagai akibat dari adanya informasi-informasi dan pengalaman baru yang
diserap.
Adaptasi merupakan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Jika
dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat beradaptasi, maka terjadiketidakseimbangan (disequili-brium). Akibat ketidakseimbangan ini terjadi
akomodasi, dan struktur yang ada mengalami perubahan atau timbul struktur
baru, barulah terjadi equilibrium. Setelah terjadi equilibrium seseorang berada
pada tingkat kognitf yang lebih tinggi dari sebelumnya dan mampu
beradaptasi dengan lingkungannya .
b. Kajian teori Vygotsky tentang perkembangan kognitif
Teori Vygotsky menekankan pada hakekat sosiokultural dari
pembelajaran. Vygotsky berpendapat bahwa interaksi sosial, yaitu interaksi
individu dengan orang lain merupakan faktor yang terpenting yang mendorong
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 23/33
Page
23
atau memicu perkembangan kognitif seseorang. Sebagai contoh, seorang anak
belajar berbicara sebagai akibat dari interaksi anak itu dengan orang-orang
disekelilingnya. Terutama orang yang lebih dewasa. Interaksi ini akan
memberikan rangsangan dan bantuan bagi anak untuk berkembang. Proses-
proses mental yang dilakukan atau dialami oleh seorang anak dalaminteraksinya dengan orang lain diinternaslisasi oleh si anak. Dengan cara ini
kemampuan kognitif si anak berkembang.
Vygotsky berpendapat juga bahwa proses belajar akan terjadi secara
efisien dan efektif apabila si anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak
lain suasana lingkungan yang mendukung (supportive), dalam bimbingan atau
pendampingan seseorang yang lebih mampu atau lebih dewasa, misalnya
seorang guru.
Menurut Vygotsky, setiap anak mempunyai apa yang disebut zona
perkembangan proksimal (zone of proximal development), yang oleh
Vygotsky didefinisikan sebagai ”jarak” atau selisih antara tingkat
perkembangan si anak yang aktual, yaitu tingkat yang ditandai dengan
kemampuan si anak untuk menyelesaikan soal-soal tertentu secara
independent, dengan tingkat perkembangan potensial yang lebih tinggi yang
bisa dicapai oleh si anak jika ia mendapat bimbingan dari seseorang yang lebih
dewasa atau lebih kompeten.
Dengan kata lain, zone perkembangan proksimal adalah selisih antara apa
yang bisa dilakukan seorang anak secara independen dengan apa yang bisa
dicapai oleh anak tersebut jika ia mendapat bantuan dari seseorang yang lebih
kompeten. Bantuan dari orang yang lebih dewasa dimaksudkan agar si anakmampu untuk mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang lebih tinggi tingkat
kerumitannya dari pada perkembangan kognitif yang aktual dari anak yang
bersangkutan disebut dukungan dinamis atau scaffolding. Bentuk dari bantuan
itu dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, penguraian langkah-langkah
pemecahan, pemberian contoh, atau segala sesuatu yang dapat mengakibatkan
siswa mandiri.
Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi umumnya muncul
dalam percakapan/kerjasama antar siswa sebelum fungsi mental yang lebih
tinggi itu terserap. Dari uraian di atas nampak bahwa kontribusi penting dari
Vygotsky adalah pada sifat alami sosiokultural dari pembelajaran.
Pembelajaran berlangsung ketika siswa bekerja dalam zone of proximal
development .
c. Kajian teori Jerome Bruner tentang perkembangan kognitif
Jerome Bruner, seorang ahli psikologi dari Harvard, mendefinisikan
perkembangan kognitif sebagai:
Perkembangan sistem internal yang mewakili bagaimana mengolah
informasi
Pengetrapan sistem itu kedalam bagaimana mengorganisasi informasi
baru yang diperoleh.
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 24/33
Page
24
Seperti halnya kemajuan perkembangan, informasi yang diorganisir, anak-
anak menjadi meningkat dalam hal berfikir abstrak, menggunakan teori untuk
memecahkan masalah.
Bruner mengemukakan beberapa tanda pertumbuhan intelektual:
Kecakapan bertindak sendiri dalam situasi yang tiba-tiba atau cepat,menunjukkan respon yang sama dari si perangsang yang berubah, atau
mengubah respon meskipun lingkungan tetap sama.
Kecakapan membentuk model-model mental yang memungkinkan anak
menerima informasi, menghipotesiskannya dan menduga kejadian-
kejadian.
Kecakapan berinteraksi dengan orang lain, belajar dari orang lain
Kecakapan melakukan beberapa alternatif secara bersama-sama atau
simultan untuk menghadapi tuntutan yang kompleks.
Semua kecakapan tersebut tidak terjadi sesaat tetapi berkembang
secara bertahap melalui tahap-tahap perkembangan intelektual.
3. Perkembangan sosial dan moral
Lingkungan sosial yaitu merupakan lingkungan masyarakat. Dalam
lingkungan masyarakat ini adanya interaksi individu satu dengan individu lain.
Keadaan masyarakat akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan
individu. Manusia adalah makhluk sosial dan tanpa interaksi dengan masyarakat
dia tidak dapat mengembangkan kemampuan-kemampuannya. Kemampuan ini
dikembangkan sebagai hasil dari perkembangan historis umat manusia[14].
Perkembangan sosial merupakan proses perkembangan kepribadian siswaselaku seorang anggota masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain.
Perkembangan ini berlangsung sejak masa bayi hingga akhir hayat. Perkembangan
sosial, menurut Bruno (1987), merupakan proses pembentukan social self (pribadi
dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan seterusnya.
Perkembangan sosial dan moral (social and moral development), yakni proses
perkambangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak
dalam berkomunikasi dengan obyek atau orang lain, baik sebagai individu
maupun sebagai kelompok.
Perkembangan ini merupakan perkembagan kepribadian siswa selaku anggota
masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Proses perkembangan ini berkaitan juga dengan proses belajar. Sehingga konsekuensinya, kualitas hasil
perkembangan sosial siswa sangat bergantung pada kualitas proses belajar
(khususnya belajar sosial) siswa disekolah dan keluarga maupun lingkungan yang
lebih luas lagi.
Perkembangan sosial hampir dapat dipastikan merupakan perkembangan
moral, sebab perilaku moral pada umumnya merupakan unsur fundamental dalam
bertingkah laku sosial. Seorang siswa hanya akan berperilaku sosial tertentu
secara memadai apabila menguasai pemikiran norma perilaku moral yang
diperlukan untuk menguasai pemikiran norma perilaku moral yang diperlukan.
Seperti dalam proses perkembangan yang lannya, proses perkembangan sosialdan moral selalu berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya, kualitas hasil
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 25/33
Page
25
perkembangan sosial sangat bergantung pada kualitas proses belajar (khususnya
belajar sosial), baik dilingkungan sekolah, keluarga, maupun di lingkungan
masyarakat. Hal ini bermakna bahwa proses belajar sangat menentukan
kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang selaras dengan
norma moral, agama, moral tradisi, moral hukum, dan norma moral yang berlaku
dalam masyarakat.
Dalam dunia psikologi belajar terdapat aneka ragam mazhab (aliran
pemikiran) yang berhubungan dengan perkembangan moral. Diantaranya adalah
aliran teori Cognitive Psychology dengan tokoh utama Jean Piaget dan Lawrence
Kohlberg, dan aliran teori Social Learning dengan tokoh utama Albert Bandura
dan R.H. Walters.
Perkembangan sosial anak selalu dihubungkan dengan perkembangan perilaku
moral yaitu perilaku baik dan buruk menurut norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat.
1.
Perkembangan Moral versi Piaget dan Kohlberg
1. Teori Piaget
Dalam bukunya The moral judgement of the Child (1923) Piaget
menyatakan bahwa kesadaran moral anak mengalami perkembangan dari
satu tahap yang lebih tinggi. Pertanyaan yang melatar belakangi
pengamatan Piaget adalah bagaimana pikiran manusia menjadi semakin
hormat pada peraturan. Ia mendekati pertanyaan itu dari dua
sudut. Pertama kesadaran akan peraturan (sejauh mana peraturan
dianggap sebagai pembatasan) dan kedua, pelaksanaan dari peraturan itu.
Piaget mengamati anak-anak bermain kelereng, suatu permainan yanglazim formal oleh orang dewasa.
Dengan demikian permainan itu mempunyai peraturan yang jarang
atau malah tidak sama sekali ada campur tangan orang dewasa. Dan
melalui perkembangan umur maka orientasi perkembangan itupun
berkembang dari sikap heteronom ( bahwasannya peraturan itu berasal dari
diri orang lain) menjadi otonom 9 dari dalam diri sendiri. Pada tahap
heteronom anak-anak menggangap bahwa peraturan yang diberlakukan
dan berasal dari bukan dirinya merupakan sesuatu yang patut dipatuhi,
dihormati, diikuti dan ditaati oleh pemain. Pada tahap otonom, anak-anak beranggapan bahwa peraturan-peraturan merupakan hasil
kesepakatan bersama antara para pemain.
Anak-anak pada usia paling muda hingga umur 2 tahun melakukan
aktivitas bermain dengan apa adanya, tanpa aturan dan tanpa ada hal yang
patut untuk mereka patuhi. Mereka adalah motor activity tanpa dipimpin
oleh pikiran. Pada tahap ini merepa belum menyadari adanya peraturan
yang koersif, atau bersifat memaksa dan harus di taati. Dalam
pelaksanaannya peraturan kegiatan anak-anak pada umur
itu merupakan motor activiy.
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 26/33
Page
26
Anak-anak pada umur antara 2 sampai 6 tahun mereka telah mulai
memperhatikan dan bahkan meniru cara bermain anak-anak yang lebih
besar dari mereka. Pada tahap ini anak-anak telah mulai menyadari
adanya peraturan dan ketaatan yang telah dibuat dari luar dirinya dan harus
ditaati dan tidak boleh diganggu gugat. Pada tahap ini anak-anakcenderung bersikap egosentris, mereka akan memandang “sangat salah”
apabila aturan yang telah ada di ubah dan dilanggar. Dan ia meniru apa
yang dilihatnya semata-mata demi untuk dirinya sendiri, tidak tahu bahwa
bermain adalah aktivitas yang dilakukan dengan anak-anak
lainnya. Sehingga meskipun bermain dilakukan secara bersama sama
namun sebenarnya mereka bermain secara individu, sendiri-sendiri dengan
melakukan pola dan cara yang mereka yakini sendiri. Pelaksanaan yang
bersifat egosentris merupakan tahap peralihan dari tahap yang
individualistis murni ke tahap permainan yang bersifat social.
Anak pada usia 7-10 tahun beralih dari kesenangan yang semata-mata
psikomotor kepada kesenangan yang didapatkan dari persaingan dengan
kawan main dengan mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku dan
disetujui bersama. Walaupun sebenarnya tidak faham akan peraturan
sampai hal yang paling kecil namun keinginan untuk bekerja sama dengan
kawan bermain amatlah besar. Anak ingin memahami peraturan dan
bermain dengan mengikuti peraturan itu. Pada tahap ini
sifat heteronom berangsur menjadi otonom.
Pada usia 11 sampai 12 tahun kemampuan anak untuk berfikir abstrak
mulai berkembang. Pada umur umur itu, kodifikasi (penentuan) peraturansudah dianggap perlu. Kadang-kadang mereka lebih asyik tertarik pada
soal-soal peraturan daripada menjalankan permainannya sendiri.
2. Teori Kohlberg
Teori Piaget kemudian menjadi inspirasi bagi Kohlberg. Hal yang
menjadi kajian Kohlberg adalah tertumpu pada argumentasi anak dan
perkembangan argumentasi itu sendiri. Melalui penelitian yang
dilakukannya selama 14 tahun, Kohlberg kemudian mampu
mengidentifikasi 6 (enam) tahap dalam moral reasoning yang kemudian
dibagi dalam tiga taraf.
1. Taraf Pra-Konvensional
Yaitu ketika manusia berada dalam fase perkembangan prayuwana
(usia 4-10 tahun) yang belum menganggap moral sebagai kesepakatan
tradisi sosial. Pada taraf ini anak telah memiliki
sifat responsif terhadap peraturan dan cap baik dan buruk, hanya cap
tersebut ditafsirkan secara fisis dan hedonistis (berdasarkan dengan
enak dan tidak enak, suka dan tidak suka) kalau jahat dihukum kalau
baik diberi hadiah. Anak pada usia ini juga menafsirkan baik buruk
dari segi kekuasaan dari asal peraturan itu diberi, orang tua, guru, dan
orang dewasa lainnya. Pada taraf ini terdiri dari dua tahapan yaitu :
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 27/33
Page
27
Punishment and obedience orientation.
Akibat-akibat fisik dari tindakan menentukan baik buruknya
tindakan tersebut menghindari hukuman dan taat secara buta pada
yang berkuasa dianggap bernilai pada dirinya sendiri.
Instrument-relativist orientation.Akibat dalam tahap ini beranggapan bahwa tindakan yang
benar adalah tindakan yang dapat menjadi alat untuk memuaskan
kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang juga kebutuhan orang
lain. Hubungan antar manusia dianggap sebagai hubungan jual beli
di pasar. Engkau menjual saya membeli, saya menyenangkan
kamu, maka kamu mesti menyenangkan saya.
2.
Taraf Konvensional
Yaitu ketika manusia menjelang dan mulai memasuki fase
perkembangan yuwana (usia 10-13 tahun) yang sudah menganggap
moral sebagai kesepakatan tradisi sosial.
Pada taraf ini mengusahakan terwujudnya harapan-harapan
keluarga atau bangsa bernilai pada dirinya sendiri. Anak tidak hanya
mau berkompromi, tapi setia kepadanya, berusaha mewujudkan secara
aktif, menunjukkan ketertiban dan berusaha mewujudkan secara aktif,
menunjang ketertiban dan berusaha mengidentifikasi diri mereka yang
mengusahakan ketertiban social. Dua tahap dalam tahap ini adalah:
Tahap interpersonal corcodance atau “good boy-nice girl”
orientation. Tingkah laku yang lebih baik adalah tingkah laku yang
membuat senang orang lain atau yang menolong orang lain dan
yang mendapat persetujuan mereka. Supaya diterima dan disetujui
orang lain seseorang harus berlaku “manis”. Orang berusaha
membuat dirinya wajar seperti pada umumnya orang lain
bertingkah laku. Intensi tingkah laku walaupun kadang-kadang
berbeda dari pelaksanaanya sudah diperhitungkan, misalnya orang-
orang yang mencuri buat anaknya yang hampir mati dianggap
berintensi baik. Tahap law and order, orientation.
Otoritas peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan dan
pemeliharaan ketertiban social dijunjung tinggi dalam tahap
ini. Tingkah laku disebut benar, bila orang melakukan
kewajibannya, menghormati otoritas dan memelihara ketertiban
social.
3. Post Konventional Level ( taraf sesudah konvensional)
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 28/33
Page
28
Yaitu ketika manusia telah memasuki fase perkembangan yuwana
dan pascayuwana (usia 13 tahun ke atas) yang memandang moral lebih
dari kesepakatan tradisi sosial.
Pada taraf ini seorang individu berusaha mendapatkan perumusan
nilai-nilai moral dan berusaha merumuskan prinsip-prinsip yang sah(valid) dan yang dapat diterapkan entah prinsip itu berasal dari otoritas
orang atau kelompok yang mana. Tahapannya adalah :
a. Social contract orientation.
Dalam tahap ini orang mengartikan benar-salahnya suatu
tindakan atas hak-hak individu dsan norma-norma yang sudah
teruji di masyarakat. Disadari bahwa nilai-nilai yang bersiat
relative, maka perlu ada usaha untuk mencapai suatu consensus
bersama.
b.
The universal ethical principle orientation.
Benar salahnya tindakan ditentukan oleh keputusan suara
nurani hati. Sesuai dengan prinsip-prinsip etis yang dianut oleh
orang yang bersangkutan, prinsip prinsip etis itu bersifat
avstrak. Pada intinya prinsip etis itu adalah prinsip keadilan,
kesamaan hak, hak asasi, hormat pada harkat( nilai) manusia
sebagai pribadi.
Dalam proses perkembangan moral reasoning dengan enam
tahapannya seperti itu berlakulan dalil berikut :
Perkembangan moral terjadi secara berurutan dari satu tahap ke
tahap berikutnya.
Dalam perkembangan moral orang tidak memahami cara berfikir
dari tahap yang lebih dari dua tahap diatasnya.
Dalam perkembangan moral, seseorang secara kognitif tertari pada
cara berfikir dari satu tahap diatas tahapnya sendiri. Anak dari 2
tahap 2 merasa tertarik kepada tahap 3. berdasarkan inilah kohlber percaya bahwa moral reasoning dapat dan mungkin
diperkembangkan.
Dalam perkembangan moral, perkembangan hanya akan terjadi
apabila diciptakan suatu diequilibrium kognitif pada diri si anak
didik. Sesorang yang sudah mapan dalam satu tahap tertentu harus
diusik secara kognitif sehinga ia terangsang untuk memikirkan
kembali prinsip yang sudah dipegangnya. Kalau ia tetap tentram
dan tetap dalam tahapannya sendiri, maka tidak mungkin ada
perkembangan.
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 29/33
Page
29
D. Arti Penting Perkembangan Kognitif bagi Proses Belajar Siswa
Program pengajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu memberikan
dukungan besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembanganmereka. Pengetahuan mengenai proses perkembangan dengan segala aspeknya itu
sangat banyak manfaatnya, antara lain:
a. Guru dapat memberikan lanyanan bantuan dan bimbinaganyang tepat kepada para
siswa, relevan dengan tingkat perkembanganya;
b. Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai ektivitas proses
belajar mengajar bidang tertentu,dll.
Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukan hanya
terhadap ranah kognitif sendiri, melainkan juga terhadap ranah efektif dan psikomotor
seperti yang akan penyusun lebih lanjut.
a.
Mengembangkan Kecakapan Kognitif
b. Mengembangkan Kecakapan Afektif.
c. Mengembangkan kecakapan psikomotor.
Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan
yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif adalah
sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif,
dan ranah psikomotor.
Tanpa ranah kognitif, sulit dibayangkan seorang siswa dapat berikir.
Selanjutnya, tanpa kemampuan berfikir mustahil siswa tersebut dapat memahamida meyakini faidah materi-materi yang disajikan kepadanya. Tanpa berfikir pula
sulit bagi siswa untuk menangkap pesan-pesan moral yang terkandung dalam
materi pelajaranyang ia ikuti, termasuk pelajaran agama. Sedangkan fungsi afektif
dan psikomotor seorang siswa dipandang sebagai buah-buah keberhasilan
ataukegagalan perkembangan dan aktifitas fungsi kognitif.
E. Faedah Pengembangan Ranah Kognitif Siswa
1. Mengembangkan Kecakapan Kognitif
Upaya pengembangan fungsi ranah kognitif akan berdampak positif bukanhanya terhadap ranah kognitif sendiri, melainkan juga terhadap ranah afektif
dan psiko-motor. Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif
siswa yang sangat perlu dikembangkan khususnya oleh guru yakni :
a. Strategi belajar memahami isi materi pelajaran
b. Strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta
menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran
tersebut.
Tanpa pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini, siswa sulitdiharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan psikomotornya sendiri.
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 30/33
Page
30
2. Mengembangkan Kecakapan Afektif
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan mnghasilkan
kecakapan kognitif, tetapi juga mnghasilkan kecakapan ranah afektif.
3. Mengembangkan Kecakapan Psikomotor
Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret danmudah diamati baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang
terbuka. Namun di samping kecakapan psikomotor itu tidak terlepas dari
kecakapan kognitif ia juga banyak terikat oleh kecakapan afektif. Jadi,
kecakapan psikomotor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan
dan kesadaran serta sikap mentalnya.
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 31/33
Page
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan adalah rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju
kearah yang lebih maju dan sempurna.
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Faktor Internal, yaitu yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan
dirinya sendiri.
Faktor Eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang
meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi
siswa tersebut dengan lingkungan.
1. Perkembangan Psiko-Fisik Siswa
Perkembangan Fisik
Perkembangan Kognitif Perkembangan Prilaku Sosial dan
2. Hukum dalam pembahasan ini berarti kaidah atau patokan mengenai
terjadinya peristiwa tertentu, seperti :
Hukum konvergensi
Hukum perkembangan dan pengembangan diri
Hukum masa peka
Hukum keperluan belajar
Hukum kesatuan anggota badan
Hukum tempo perkembangan Hukum irama perkembangan
Hukum rekapitulasi
Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan
yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif adalah
sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif,
dan ranah psikomotor.
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 32/33
Page
32
B.
Saran
Fenomena yang terjadi sehari-hari tentang macam sifat anak-anak peserta
didik yang beraneka ragam, maka dari itu mengingat petingnya mata kuliah ini
diharapkan para pendidik harus bisa mempelajari sifat-sifat anak didik mereka,
dan memantau perkembangan sejauh mana anak didiknya belajar di dalam kelas.
8/16/2019 Kelompok 2.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kelompok-2pdf 33/33
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya
Makmun, Abin Syamsuddin. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PTRemaja Rosdakarya
http://mahaperpus.blogspot.com/2011/12/perkembangan-peserta-didik-hubungannya.html
http://permanadotorg.wordpress.com/2011/09/20/proses-perkembangan-dan-
hubungannya-dengan-proses-belajar/
Tentang iklan-iklan ini
Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Muhibbin Syah. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers
W.S. Winkel. 1996. Psikologi pengajaran. Jakarta: Grasindo
Zulkifli L. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya