Kelompok 2 (Tugas Pelaporan Korporat-PT JAMSOSTEK) A

36
PELAPORAN KORPORAT PENGGUNAAN CONSEPTUAL FRAMEWORK DALAM PELAPORAN KEUANGAN “STUDI KASUS LAPORAN KEUANGAN PT. JAMSOSTEK 2013” DOSEN P ENGAMPU MATA KULIAH : 1. Prof. Dr. Eddy R. Rasyid, M.Com, Ak, CA 2. Dr. Elvira Luthan, M.Si, Ak, CA 3. Drs. Jonhar, M.Si Ak, CA OLEH KELOMPOK 2 : 1. YUNITA VALENTINA, K (No. BP : 15158013) 2. POPPY VEONE HELSYA (No. BP : 15158008) 1

description

Tugas Pelaporan Korporat

Transcript of Kelompok 2 (Tugas Pelaporan Korporat-PT JAMSOSTEK) A

PELAPORAN KORPORATPENGGUNAAN CONSEPTUAL FRAMEWORK DALAM PELAPORAN KEUANGANSTUDI KASUS LAPORAN KEUANGAN PT. JAMSOSTEK 2013

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:1. Prof. Dr. Eddy R. Rasyid, M.Com, Ak, CA2. Dr. Elvira Luthan, M.Si, Ak, CA3. Drs. Jonhar, M.Si Ak, CA

OLEH KELOMPOK 2 :1. YUNITA VALENTINA, K (No. BP : 15158013)2. POPPY VEONE HELSYA (No. BP : 15158008)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS ANDALASPADANG 2015KASUS LAPORAN KEUANGAN PT. JAMSOSTEK 2013

I. PENDAHULUANA. Pengertian Conseptual Framework pada Pelaporan KeuanganKerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai:a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to consistent standards and that presecribes the nature, function, and limits of financial accounting and reporting. Definisi FASB, menyatakan bahwa kerangka konseptual akuntansi adalah suatu sistem yang koheren; sub-sub sistemnya adalah :1. Tujuan (objectives)adalah adalah konsep-konsep yang mendasari akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.2. Konsep fundamental yang saling terkait. Kerangka dasar ini merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:a. Komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya;b. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan;c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum; dand. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.Institut Akuntan Indonesia pada bulan September 1994 memutuskan mengadopsi kerangka konseptual yang disusun oleh International Accounting Standard Committee (IASC) sebagai dasar penyusunan dan informasi keuangan di Indonesia. Sedangkan Negara-negara Amerika dan Australia sudah memiliki kerangka konseptual sendiri.Kerangka konseptual yang akan dibahas dalam teori akuntansi akan mengacu pada kerangka konseptual yang dikembangkan di USA.

B. The role of A Conceptual Framework (Peran Kerangka Konseptual)Peran kerangka kerja konseptual dari tingkat akuntansi, bertujuan untuk menyediakan struktur teori akuntansi.Kerangka konseptual dapat dipandang sebagai teori akutansi yang terstruktur (Belkaoui, 1993), karena struktur kerangka konseptual sama dengan struktur teori akutansi yang didasarkan pada proses penalaran logis. Yang dapat digambarkan dalam bentuk hierarki yang memiliki beberapa tingkatan yaitu :a. Pada tingkat tertinggi yang teoritis: Kerangka konseptual menyatakan ruang lingkup dan tujuan pelaporan keuangan.b. Pada tingkatan selanjutnya: Kerangka konseptual mengidentifikasi dan mendefinisikan karakteristik kualitatif informasi keuangan (seperti relevansi, keandalan, komparatif, dan dimengerti) dan elemen dasar akuntansi (seperti aktiva, kewajiban, ekuitas, biaya pendapatan, dan keuntungan).c. Pada tingkat operasional yang lebih rendah: Kerangka konseptual berkaitan dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan (Rules) tentang pengukuran dan pengakuan elemen laporan keuangan dan tipe informasi yang perlu disajikan.

C. Objectives of Conceptual Framework (Tujuan Kerangka Konseptual)Tujuan kerangka konseptual adalah untuk memberikan pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum (General purposes financial statements).IASB dan FASB mempertimbangkan kerangka tujuan utama pelaporan keuangan adalah untuk mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pengguna. Informasi tersebut akan dipilih salah satu dasar kegunaannya dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan ini terlihat ingin dicapai dalam pelaporan yaitu:1. Berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.2. Berguna dalam menilai prospek arus kas.3. Tentang sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya dan perubahan didalamnya.Kerangka IASB dikembangkan mengikuti jejak dari pembuat standar AS, FASB, pada periode 1987-2000 FASB menerbitkan laporan konsep tujuh mencakup topik-topik berikut:1. Tujuan dari pelaporan keuangan oleh perusahaan bisnis dan organisasi non-profit.2. Karakteristik kualitatif informasi akuntansiyang berguna.3. Unsur-unsur laporan keuangan.4. Kriteria untuk pengakuan dan pengukuran unsur-unsur laporan keuangan.5. Penggunaan arus kas dan menyajikan informasi nilai dalam pengukuran akuntansi.Tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang :1. Bermanfaat dalam membuat keputusan kredit dan investasi oleh pihak yang ingin memahami kegiatan ekonomik dan bisnis perusahaan.2. Membantu kreditor dan investor yang ada atau yang potensial, serta pemakai lain dalam menentukan jumlah, waktu dan ketidakpastian aliran kas di masa yang akan datang.Mengenai sumber sumber ekonomi, tuntutan terhadap sumber ekonomi, dan perubahan di dalamnya.Oleh karena itu tujuan laporan keuangan dapat di klasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu:1. Tujuan secara luas adalah menyampaikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditor dan pemakai lainnya untuk membuat keputusan.2. Tujuan secara sempitadalah menyampaikan informasi yang berkaitan dengan kepentingan kreditor, investor untuk menaksirkan penerimaan kas dari investasi, pinjaman kepada perusahaan.3. Tujuan yang terakhiradalah menyampaikan informasi yang bermanfaat untuk penentuan prospek aliran kas bagi usaha perusahaan.

D. Sifat Kerangka KonseptualKebutuhan akan pengembangan kerangka konseptual didasarkan pada beberapa alasan antara lain :1. Bermanfaat; Penentuan standar akutansi harus dikembangkan/dibangun dan berkaitan dengan konsep dan tujuan yang telah ditetapkan.2. Masalah-masalah praktik baru dan berisiko tinggi terhadap perkembangan akuntansi harus secara cepat di pecahkan, dengan melihat kerangka dasar teori yang ada.3. Kerangka konseptual meningkatkan pemahaman pemakai statement keuangan dan kepercayaan terhadap laporan keuangan.4. Kerangka konseptual mendukung komparabilitas pernyataan informasi laporan keuangan suatuperusahaan.

E. Pengembangan Kerangka KonseptualPengembangan Kerangka konseptual menggambarkan ruang lingkup keseluruhan dari kerangka konseptual dan mencantumkan dokumen-dokumen yang berhubungan dan diterbitkan sampai dengan tahun 1982 oleh FASB.Pada tingkat pertama, tujuan menunjukan sasaran dan maksud dari akuntansi.Statement of Financial Accounting Concepts No. 1 (Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises)menyajikan sasaran dan maksud dari akuntansi untuk perusahaan bisnis. Statement of Financial Accounting Concepts No. 4 (Objectives of Financial Reporting by Nonbusiness Organizations)menyajikan sasaran dan maksud dari akutansi untuk organisasi-organisasi nonbisnis.Pada Tingkat kedua, hal-hal yang fundamental meliputi karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi (Statement of Financial Accounting Concepts No. 2)dan definisi dari elemen-elemen dalam laporan keuangan (Statement of Financial Accounting No. 3). Secara ringkas, limaStatement of Financial Accounting Conceptsyang dikeluarkan dan berhubungan dengan pelaporan keuangan untuk perusahaan bisnis adalah :1. SFAC No. 1, Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises,yang menyajikan sasaran dan maksud dari akuntansi.2. SFAC No. 2, Qualitative Characteristics of Accounting Information, yang melihat karakteristik-karakteristik yang membuat informasi akutansi berguna.3. SFAC No. 3,Elemen of Financial Statements of Business Enterprises,yang memberikan definisi mengenai elemen-elemen dalam laporan keuangan, seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban.4. SFAC No. 5,Recognition and Measurement in Financial Statements of Business Enterprises,yang menetapkan pengakuan dan kriteria pengukuran fundamental serta pedoman mengenai bagaimana informasi sebaikanya secara formal dicantumkan dalam laporan keuangan.5. SFAC No. 6,Elements of Financial Statements,yang menggantikan SFAC No. 3 dan memperluas ruang lingkupnya untuk ikut mencakup organisasi-organisasi nirlaba.6. SFAC No. 7, Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting Measurements, memberikan sebuah kerangka untuk menggunakan arus kas dan menyajikan nilai-nilai sebagai basis pengukuran.Tingkat ketiga, pedoman operasional yang dipergunakan oleh akuntan dalam menentukan dan menerapkan standar akutansi meliputi kriteria pengakuan, laporan keuangan versus pelaporan keuangan dan pengukuran (Statement of Financial Accounting Standards No. 33).Tingkat keempat, mekanismepenyajian yang digunakanuntuk menyampaikan informasi akuntansi meliputi pelaporan penghasilan, pelaporan arus dana dan likuiditas, dan pelaporan posisi keuangan.F. The objective of Financial Statement (Tujuan Laporan Keuangan)1. Tujuan Laporan Keuangan Perusahaan BisnisFASB memulai usahanya dalam mengembangkan sebuah konstitusi bagian akuntansi dan pelaporan keuangan pada bulan November tahun 1978,FASB menerbitkan pedoman luas yang bersifat perintah yang menyatakan tujuan dari pelaporan keuangan dalamStatment of Financial Accounting Concepts No. 1, Objectives of Financial Reporting by Business.Pernyataan ini tidak hanya dibatasi pada isi dari laporan keuangan saja. Pelaporan keuangan tidak hanya membuat laporan keuangan namun juga cara-cara lain dalam mengkomunikasikan informasi yang berhubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan informasi yang diberikan oleh sistem akuntansi yaitu: informasi mengenai sumber daya, kewajiban, penghasilan perusahaan, dan lain-lain. Adapun tujuan dari laporan keuangan adalah sebagai berikut:1. Memberikan informasi yang berguna bagi para calon investor dan kreditor maupun yang sudah ada dan para pengguna lainnya dalam membuat investasi, kredit, dan keputusan-keputusan lain yang serupa secara rasional.2. Memberikan informasi untuk membantu para calon investor dan kreditor serta para pangguna lain yang sudah ada dalam menilai jumlah, waktu dan ketidakpastian dari penerimaan kas prospektif untuk deviden atau bunga dan penerimaan dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya surat berharga atau pinjaman.3. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi dari perusahaan, klaim untuk sumber daya tersebut (kewajiban dari perusahaan untuk mentransfer sumber daya ke entitas dan ekuitas pemilik lainnya), serta dampak dari transaksi-transaksi, peristiwa, dan kejadian yang mengubah sumber daya dan klaim atas sumber daya tersebut.4. Memberikan informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan selama periode tersebut.5. Memberikan informasi mengenai bagaimana perusahaan memperoleh dan menggunakan kasnya, mengenai pinjaman dan pembayaran kembali pinjaman tersebut, mengenai transaksi-transaksi modalnya, termasuk dividen kas dan distribusi sumber daya ekonomi lainnya kepada pemilik.6. Memberikan informasi mengenai bagaimana manajemen dari sebuah perusahaan menggunakan tanggung jawab pengurusannya kepada pemilik (pemegang saham) untuk penggunaan sumber daya perusahaan yang dipercayakan kepadanya.7. Memberikan informasi yang berguna bagi para manajer dan direktur dalam mengambil keputusan yang sesuai dengan keinginan dari pemilik.2. Tujuan Laporan Keuangan Perusahaan Non BisnisTujuan pelaporan keuangan oleh organisasi-organisasi nonbisnis antara lain sebagai berikut:1. Tidak memiliki indikator kinerja yang dapat dibandingkan dengan laba pada perusahaan bisnis.2. Pada umumnya tidak menjadi subjek ujian dari kompetisi dalam pasar.Tiga karakteristik utama yang membedakan organisasi-organisasi nonbisnis adalah sebagai berikut:a) Sejumlah besar sumber daya diterima dari penyedia sumber daya, yang tidak mengharapkan untuk menerima pembayaran kembali ataupun keuntungan ekonomi yang proposional terhadap sumber daya yang telah mereka berikan.b) Operasi bisnisnya terutama bergerak untuk tujuan-tujuan selain penyediaan barang atau jasa yang mendapatkan laba atau ekuivalen laba.c) Tidak ada saham kepemilikan yang pasti yang dapat dijual, dialihkan, atau ditebus, atau yang akan menjadi hak atas bagian dari distribusi nilai sisa dari sumber daya pada saat organisasi dilikuidasi.Terdapat empat kelompok yang khususnya berkepentingan dengan informasi yang disajikan oleh pelaporan keuangan oleh organisasi nonbisnis :a) Penyedia sumber daya: pemimjam, pemasok, karyawan, pembayar pajak, anggota dan kontributor.b) Elemen penyusun yang menggunakan dan memperoleh keuntungan dari jasa-jasa yang diberikan oleh organisasi.c) Badan-badan penyelenggara dan pengawas yang bertanggungjawab untuk membuat kebijakan dan mengawasi serta menilai para manajer dari organisasi nonbisnis.d) Manajer organisasi-organisasi nonbisnis.Untuk memenuhi kebutuhan informasi dari pengguna-pengguna diatas, FASB mengeluarkan exposure draft yang memberikan tujuan-tujuan berikut ini:1) Informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan mengenai alokasi sumber daya.2) Informasi yang bermanfaat dalam menilai jasa dan kemampuan untuk memberikan jasa.3) Informasi yang bermanfaat dalam menilai kepengurusan dan kinerja manajemen.4) Informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, sumber daya bersih, dan pembebanan-pembebanannya.5) Kinerja organisasional: pelaporan keuangan oleh organisasi nonbisnis hendaknya meberikan informasi mengenai kinerja organisasi dalam periode tertentu.6) Likuiditas:Pelaporan keuangan oleh organisasi nonbisnis hendaknya memberikan informasi mengenai bagaimana organisasi nonbisnis memperoleh dan menggunakan dana kasnya, mengenai pinjaman dan pembayaran kembali pinjaman tersebut, serta mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi likuiditas organisasi.7) Penjelasan dan interpretasi manajer: pelaporan keuangan oleh organisasi nonbisnis hendaknya mencakup penjelasan dan interpretasi untuk membantu penyedia sumber daya dan pengguna-pengguna lain memahami informasi keuangan yang diterima.

G. Transformasi PT Jamsostek ke BPJS Ketenagakerjaan1. Perintah TransformasiPerintah transformasi kelembagaan badan penyelenggara jaminan sosial diatur dalam UU No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN).Penjelasan Umum alinea kesepuluh UU SJSN menjelaskan bahwa, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang dibentuk oleh UU SJSN adalah transformasi dari badan penyelenggara jaminan sosial yang tengah berjalan dan dimungkinkan membentuk badan penyelenggara baru. Transformasi badan penyelenggara diatur lebih rinci dalam UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS).UU BPJS adalah pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No.007/PUU-III/2005.Penjelasan Umum UU BPJS alinea keempat mengemukakan bahwa UU BPJS merupakan pelaksanaan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 UU SJSN pasca Putusan Mahkamah Konstitusi.Kedua pasal ini mengamanatkan pembentukan BPJS dan transformasi kelembagaan PT ASKES (Persero),PT ASABRI (Persero), PT JAMSOSTEK (Persero) dan PT TASPEN (Persero) menjadi BPJS.Transformasi kelembagaan diikuti adanya pengalihan peserta,program, aset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban.

2. Makna TransformasiUU SJSN dan UU BPJS memberi arti kata transformasi sebagai perubahan bentuk BUMN Persero yang menyelenggarakan program jaminan sosial,menjadi BPJS.Perubahan bentuk bermakna perubahan karakteristik badan penyelenggara jaminan sosial sebagai penyesuaian atas perubahan filosofi penyelenggaraan program jaminan sosial.Perubahan karakteristik berarti perubahan bentuk badan hukum yang mencakup pendirian, ruang lingkup kerja dan kewenangan badan yang selanjutnya diikuti dengan perubahan struktur organisasi, prosedur kerja dan budaya organisasi.

3. Perubahan Filosofi Penyelenggaraan Jaminan SosialBUMN Persero penyelenggara jaminan sosial terdiri dari PT ASKES, PT ASABRI, PT JAMSOSTEK, PT TASPEN.Keempatnya adalah badan hukum privat yang didirikan sesuai ketentuan UU No.19 Tahun 2003 Tentang BUMN dan tatakelolanya tunduk pada ketentuan yang diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Misi yang dilaksanakan oleh keempat Persero tersebut merujuk pada peraturan perundangan yang mengatur program-program jaminan sosial bagi berbagai kelompok pekerja.Walaupun program-program jaminan sosial yang tengah berlangsung saat ini diatur dalam peraturan perundangan yang berlainan, keempat Persero mengemban misi yang sama, yaitu menyelenggarakan program jaminan sosial untuk menggairahkan semangat kerja para pekerja.Program JAMSOSTEK diselenggarakan dengan pertimbangan selain untuk memberikan ketenangan kerja juga karena dianggap mempunyai dampak positif terhadap usaha-usaha peningkatan disiplin dan produktifitas tenaga kerja.Program JAMSOSTEK diselenggarakan untuk memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, serta merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja.Begitu pula dengan Program ASKES dan Program TASPEN, penyelenggaraan kedua program jaminan sosial bagi pegawai negeri sipil adalah insentif yang bertujuan untuk meningkatkan kegairahan bekerja.Program ASABRI adalah bagian dari hak prajurit dan anggota POLRI atas penghasilan yang layak.Sebaliknya diera SJSN, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merepresentasikan negara dalam mewujudkan hak konstitusional warga negara atas jaminan sosial dan hak atas penghidupan yang layak. Penyelenggaraan jaminan sosial berbasis kepada hak konstitusional setiap orang dan sebagai wujud tanggung jawab negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 28 H ayat (3)dan Pasal 34 ayat (2).Penyelenggaraan sistem jaminan sosial berdasarkan asas antara lain asas kemanusiaan yang berkaitan dengan martabat manusia.BPJS mengemban misi perlindungan finansial untuk terpenuhinya kehidupan dasar warga negara dengan layak.Yang dimaksud dengan kebutuhan dasar hidup adalah kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup layak, demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Transformasi BUMN Persero menjadi BPJS bertujuan untuk memenuhi prinsip dana amanat dan prinsip nir laba SJSN, di mana dana yang dikumpulkan oleh BPJS adalah dana amanat peserta yang dikelola oleh BPJS untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi peserta.Penyelenggaraan program jaminan sosial oleh BUMN Perseroan tidak sesuai dengan filosofi penyelenggaraan program jaminan sosial pasca amandemen UUD NRI 1945. Pendirian BUMN Persero antara lain bertujuan untuk memberikan sumbangan pada perekonomian nasional dan pendapatan negara serta untuk mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.Tujuan pendirian BUMN jelas bertentangan dengan tujuan penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional sebagaiman diuraikan di atas.

4. Perubahan Badan HukumKeempat BUMN Persero penyelenggara program jaminan sosialPT ASKES, PT ASABRI, PT JAMSOSTEK, PT TASPEN, adalah empat badan privat yang terdiri dari persekutuan modal dan bertanggung jawab kepada pemegang saham.Keempatnya bertindak sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh dan sesuai dengan keputusan pemilik saham yang tergabung dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).Sebagai badan hukum privat, BUMN Persero tidak didirikan oleh penguasa negara dengan Undang-Undang, melainkan ia didirikan oleh perseorangan selayaknya perusahaan umum lainnya, didaftarkan pada notaris dan diberi keabsahan oleh Kementerian Hukum dan HAM. Menteri mendirikan persero setelah berkonsultasi dengan Presiden dan setelah dikaji oleh Menteri Teknis dan Menteri Keuangan.Sebaliknya, pendirian BPJS oleh penguasa negara dengan Undang-Undang, yaitu UU SJSN dan UU BPJS.Pendirian BPJS tidak didaftarkan pada notaris dan tidak perlu pengabsahan dari lembaga pemerintah.RUPS adalah organ Persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Persero dan memegang wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Komisaris. Transformasi kelembagaan jaminan sosial mengeluarkan badan penyelenggara jaminan sosial dari tatanan Persero yang berdasar pada kepemilikan saham dan kewenangan RUPS, menuju tatanan badan hukum publik sebagai pelaksana amanat konstitusi dan peraturan perundangan.Selanjutnya, perubahan berlanjut pada organisasi badan penyelenggara.Didasari pada kondisi bahwa kekayaan Negara dan saham tidak dikenal dalam SJSN, maka RUPS tidak dikenal dalam organ BPJS.Organ BPJS terdiri dari Dewan Pengawas dan Direksi.Dewan Pengawas berfungsi melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas BPJS,sedangkan Direksi berfungsi melaksanakan penyelenggaraan kegiatan operasional BPJS.Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.Berbeda dengan Dewan Pengawas BUMN Persero, Dewan Pengawas BPJS ditetapkan oleh Presiden.Pemilihan Dewan Pengawas BPJS dilakukan oleh Presiden dan DPR.Presiden memilih anggota Dewan Pengawas dari unsur pemerintah, sedangkan DPR memilih anggota Dewan Pengawas dari unsur pekerja, unsur pemberi kerja dan unsur tokoh masyarakat.Sebagai badan hukum privat, keempat BUMN Persero tersebut tidak memiliki kewenangan publik yang seharusnya dimiliki oleh badan penyelenggara jaminan sosial. Hambatan utama yang dialami oleh keempat BUMN Persero adalah ketidakefektifan penegakan hukum jaminan sosial karena ketiadaan kewenangan untuk mengatur, mengawasi maupun menjatuhkan sanksi kepada peserta.Sebaliknya,BPJS selaku badan hukum publik memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk mengatur publik melalui kewenangan membuat peraturan-peraturan yang mengikat publik.Sebagai badan hukum publik, BPJS wajib menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya kepada pejabat publik yang diwakili oleh Presiden.BPJS menyampaikan kinerjanya dalam bentuk laporan pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik kepada Presiden, dengan tembusan kepada DJSN, paling lambat 30 Juni tahun berikutnya. Perubahan terakhir dari serangkaian proses transformasi badan penyelenggara jaminan sosial adalah perubahan budaya organisasi.Reposisi kedudukan peserta dan kepemilikan dana dalam tatanan penyelenggaraan jaminan sosial mengubah perilaku dan kinerja badan penyelenggara.Pasal 40 ayat (2) UU BPJS mewajibkan BPJS memisahkan aset BPJS dan aset Dana Jaminan Sosial. Pasal 40 ayat (3) UU BPJS menegaskan bahwa aset Dana Jaminan Sosial bukan merupakan aset BPJS. Penegasan ini untuk memastikan bahwa Dana Jaminan Sosial merupakan dana amanat milik seluruh peserta yang tidak merupakan aset BPJS. BPJS merupakan badan hukum publik karena memenuhi persyaratan sebagai berikut:1. Dibentuk dengan Undang-Undang (Pasal 5 UU BPJS).2. Berfungsi untuk menyelenggarakan kepentingan umum, yaitu Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Pasal 2 UU BPJS).3. Diberi delegasi kewenangan untuk membuat aturan yang mengikat umum (Pasal 48 ayat (3) UU BPJS).4. Dibentuk dengan Undang-Undang (Pasal 5 UU BPJS).5. Berfungsi untuk menyelenggarakan kepentingan umum, yaitu Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Pasal 2 UU BPJS).6. Diberi delegasi kewenangan untuk membuat aturan yang mengikat umum (Pasal 48 ayat (3) UU BPJS).7. Bertugas mengelola dana publik, yaitu dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta (Pasal 10 huruf d UU BPJS).8. Berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional (Pasal 11 huruf c UU BPJS).9. Bertindak mewakili Negara RI sebagai anggota organisasi atau lembaga internasional (Pasal 51 ayat (3) UU BPJS).10. Berwenang mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya (Pasal 11 huruf f UU BPJS).11. Pengangkatan Angggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi oleh Presiden, setelah melalui proses seleksi publik (Pasal 28 s/d Pasal 30 UU BPJS).5. Proses TransformasiUU BPJS mengatur seluruh ketentuan pembubaran dan pengalihan PT ASKES (Persero) dan PT JAMSOSTEK (Persero). Ketentuan pembubaran BUMN Persero tidak berlaku bagi pembubaran PT ASKES (Persero) dan PT JAMSOSTEK (Persero).Pembubaran kedua Persero tersebut tidak perlu diikuti dengan likuidasi, dan tidak perlu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Namun, UU BPJS tidak jelas mengatur apakah ketentuan ini juga berlaku bagi pembubaran dan transformasi PT ASABRI (Persero) dan PT TASPEN (Persero). Proses transformasi keempat BUMN Persero tersebut tidaklah sederajat. Ada tiga derajat transformasi dalam UU BPJS:1. Tingkat tertinggi adalah transformasi tegas. UU BPJS dengan tegas mengubah PT JAMSOSTEK (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan, membubarkan PT JAMSOSTEK (Persero) dan mencabut UU No. 3 Tahun 1992 tentang JAMSOSTEK.2. Tingkat kedua adalah transformasi tidak tegas. UU BPJS tidak secara eksplisit mengubah PT ASKES (Persero) menjadi BPJS Kesehatan, maupun pencabutan peraturan perundangan terkait pembentukan PT ASKES (Persero). UU BPJS hanya menyatakan pembubaran PT ASKES (Persero) menjadi BPJS Kesehatan sejak beroperasinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014.Perubahan PT ASKES (Persero) menjadi BPJS Kesehatan tersirat dalam kata pembubaran PT ASKES (Persero) dan beroperasinya BPJS Kesehatan.3. Tingkat ketiga adalah tidak bertransformasi.UU BPJS tidak menyatakan perubahan maupun pembubaran PT ASABRI (Persero) dan PT TASPEN (Persero).UU BPJS hanya mengalihkan program dan fungsi kedua Persero sebagai pembayar pensiun ke BPJS Ketenagakerjaan selambatnya pada tahun 2029. Bagaimana nasib kedua Persero tersebut masih menunggu rumusan peraturan Pemerintah yang didelegasikan oleh Pasal 66 UU BPJS.Di samping terdapat tingkatan transformasi, UU BPJS menetapkan dua kriteria proses transformasi BPJS.UU BPJS memberi tenggat 2 tahun sejak pengundangan UU BPJS pada 25 November 2011 kepada PT ASKES (Persero) dan PT JAMSOSTEK (Persero) untuk beralih dari Perseroan menjadi badan hukum publik BPJS.Namun, saat mulai beroperasi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan terpaut 1,5 tahun.Kriteria pertama adalah transformasi simultan.PT ASKES (Persero) pada waktu yang sama bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan dan beroperasi.Mulai 1 Januari 2014 PT ASKES (Persero) berubah menjadi BPJS Kesehatan dan pada saat yang sama BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan sesuai ketentuan UU SJSN.Kriteria kedua adalah transformasi bertahap.PT JAMSOSTEK (Persero) bertransformasi dan beroperasi secara bertahap.Pada 1 Januari 2014,PT JAMSOSTEK (Persero) bubar dan berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan, namun tetap melanjutkan penyelenggaraan tiga program PT JAMSOSTEK (Persero)jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan jaminan hari tua.BPJS Ketenagakerjaan diberi waktu 1,5 tahun untuk menyesuaikan penyelenggaraan ketiga program tersebut dengan ketentuan UU SJSN dan menambahkan program jaminan pensiun ke dalam pengelolaannya.Selambat-lambatnya pada 1 Juli 2015,BPJS Ketenagakerjaan telah menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pensiun sesuai UU SJSN.

6. Transformasi PT ASKES (Persero) Menjadi BPJS KetenagakerjaanTransformasi PT ASKES (Persero), transformasi PT Jamsostek dilakukan dalam dua tahap:1. Tahap pertama adalah masa peralihan PT JAMSOSTEK (Persero) menjadi BPJS Ketenagakerjaan berlangsung selama 2 tahun, mulai 25 November 2011 sampai dengan 31 Desember 2013.Tahap pertama diakhiri dengan pendirian BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014.2. Tahap kedua, adalah tahap penyiapan operasionalisasi BPJS Ketenagakerjaan untuk penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian sesuai dengan ketentuan UU SJSN.Persiapan tahap kedua berlangsung selambat-lambatnya hingga 30 Juni 2015 dan diakhiri dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan untuk penyelenggaraan keempat program tersebut sesuai dengan ketentuan UU SJSN selambatnya pada 1 Juli 2015.Selama masa persiapan, Dewan Komisaris dan Direksi PT Jamsostek (Persero) ditugasi untuk menyiapkan:1. Pengalihan program jaminan kesehatan Jamsostek kepada BPJS Kesehatan.2. Pengalihan asset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban program jaminan pemeliharaan kesehatan PT Jamsostek (Persero) ke BPJS Kesehatan.3. Penyiapan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan berupa pembangunan sistem dan prosedur bagi penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian, serta sosialisasi program kepada publik.4. Pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT Jamsostek (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan.Penyiapan pengalihan asset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT Jamsostek (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan mencakup penunjukan kantor akuntan publik untuk melakukan audit atas:1. Laporan keuangan penutup PT Askes(Persero),2. Laporan posisi keuangan pembukaan BPJS Kesehatan.3. Laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan kesehatan.Seperti halnya pembubaran PT ASKES (Persero), pada 1 Januari 2014 PT Jamsostek (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan PT Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan.Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.Semua asset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT Jamsostek (Persero) menjadi asset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Ketenagakerjaan.Semua pegawai PT Jamsostek (Persero) menjadi pegawai BPJS Ketenagakerjaan. Pada saat pembubaran, Menteri BUMN selaku RUPS mengesahkan laporan posisi keuangan penutup PT Jamsostek (Persero) setelah dilakukan audit oleh kantor akuntan publik. Menteri Keuangan mengesahkan posissi laporan keuangan pembukaan BPJS Ketenagakerjaan dan laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan ketenagakerjaan. Sejak 1 Januari 2014 hingga selambat-lambatnya 30 Juni 2015, BPJS Ketenagakerjaan melanjutkan penyelenggaraan tiga program yang selama ini diselenggarakan oleh PT Jamsostek (Persero), yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua dan jaminan kematian, termasuk menerima peserta baru. Penyelenggaraan ketiga program tersebut oleh BPJS Ketenagakerjaan masih berpedoman pada ketentuan Pasal 8 sampai dengan Pasal 15 UU No.3 Tahun 1992 tentang Jamsostek.Selambat-lambatnya pada 1 Juli 2015, BPJS Ketenagakerjaan beroperasi sesuai dengan ketentuan UU SJSN.Seluruh pasal UU Jamsostek dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian sesuai dengan ketentuan UU SJSN untuk seluruh pekerja kecuali Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI dan POLRI. Untuk pertama kali, Presiden mengangkat Dewan Komisaris dan Direksi PT Jamsostek (Persero) menjadi aggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi BPJS Ketenagakerjaan untuk jangka waktu paling lama 2 tahun sejak BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi. Ketentuan ini berpotensi menimbulkan kekosongan pimpinan dan pengawas BPJS Ketenagakerjaan di masa transisi, mulai saat pembubaran PT JAMSOSTEK pada 1 Januari 2014 hingga beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Juli 2015.

7. Peraturan Pelaksanaan UU BPJSTelaah enam berlalu sejak pengundangan UU BPJS, belum satupun peraturan pelaksanaan UU BPJS selesai diundangkan.Terdapat duapuluh satu pasal UU BPJS mendelegasikan pengaturan teknis operasional ke peraturan di bawah undang-undang. Delapan pasal mendelegasikan peraturan pelaksanaan ke dalam Peraturan Pemerintah. Delapan pasal mendelegasikan ke dalam Peraturan Presiden. Satu pasal mendelegasikan ke Keputusan Presiden. Satu pasal mendelegasikan ke Peraturan BPJS. Dua pasal mendelegasikan ke Peraturan Direktur dan 1 pasal mendelegasikan ke Peraturan Dewan Pengawas. Delapan pasal mendelegasikan ke dalam Peraturan Pemerintah untuk mengatur hal-hal di bawah ini:1. Tata cara pengenaan sanksi administratif kepada pemberi kerja selain penyelenggara Negara dan setiap orang yang tidak mendaftarkan diri kepada BPJS; pendelegasian dari pasal 17 ayat (5).2. Besaran dan tata cara pembayaran iuran program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian; pendelegasian dari pasal 19 ayat (5) huruf b.3. Sumber aset BPJS dan penggunaannya; pendelegasian dari pasal 41 ayat (3).4. Sumber aset dana jaminan sosial dan penggunaannya; pendelegasian dari pasal 43 ayat (3).5. Presentase dana operasional BPJS dari iuran yang diterima dan/atau dari dana hasil pengembangan; pendelegasian dari pasal 45 ayat (2).6. Tata cara hubungan BPJS dengan lembaga-lembaga di dalam negeri dan di luar negeri, serta bertindak mewakili Negara RI sebagai anggota organisasi/lembaga internasional; pendelegasian dari pasal 51 ayat (4).7. Tatacara pengenaan sanksi administratif kepada anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang melanggar ketentuan larangan; pendelegasian dari pasal 53 ayat (4).8. Tata cara pengalihan program Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan program pembayaran pensiun dari PT ASABRI (Persero) dan pengalihan program tabungan hari tua dan program pembayaran pensiun dari PT TASPEN (Persero) ke BPJS Ketenagakerjaan; pendelegasian dari pasal 66.Delapan pasal mendelegasikan ke Peraturan Presiden untuk mengatur hal-hal di bawah ini:1. Tata cara penahapan kepesertaan wajib bagi Pemberi Kerja untuk mendaftarkan dirinya dan Pekerjanya sebagai Peserta kepada BPJS sesuai dengan program Jaminan Sosial yang diikuti; pendelegasian dari pasal 15 ayat (3).2. Besaran dan tata cara pembayaran Iuran program jaminan kesehatan; pendelegasian dari pasal 19 ayat (5) huruf a.3. Tata cara pemilihan dan penetapan Dewan Pengawas dan Direksi; pendelegasian dari pasal 31.4. Tata cara pemilihan dan penetapan calon anggota pengganti antarwaktu; pendelegasian dari pasal 36 ayat (5).5. Bentuk dan isi laporan pengelolaan program; pendelegasian dari pasal 37 ayat (7).6. Gaji atau Upah dan manfaat tambahan lainnya serta insentif bagi anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi; pendelegasian dari pasal 44 ayat (8).7. Daftar pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan operasional Kementerian Pertahanan, TNI dan POLRI dan tidak dialihkan kepada BPJS Kesehatan; pendelegasian dari pasal 57 huruf c dan pasal 60 ayat (2) huruf b.Satu pasal mendelegasikan ke keputusan Presiden untuk menetapkan keanggotaan panitia seleksi untuk memilih dan menetapkan anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi; pendelegasian dari pasal 28 ayat (3).Satu pasal mendelegasikan ke Peraturan BPJS untuk mengatur pembentukan unit pengendali mutu dan penanganan pengaduan Peserta serta tatakelolanya; pendelegasian dari pasal 48 ayat (3).Dua pasal mendelegasikan ke Peraturan Direktur untuk mengatur:1. Tata cara pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Direksi; pendelegasian dari pasal 24 ayat (4).2. Gaji atau Upah dan manfaat tambahan lainnya serta insentif bagi karyawan BPJS; pendelegasian dari pasal 44 ayat (7).Satu pasal mendelegasikan ke Peraturan Dewan Pengawas untuk mengatur tata cara pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Dewan Pengawas.

8. Peraturan Pelaksanaan UU SJSNSetelah hampir delapan tahun pengundangan UU SJSN pada 19 Oktober 2004, baru satu perintah pendelegasian yang dilaksanakan dari 22 pasal yang memerintahkan pengaturan lanjut materi muatan UU SJSN.Perintah yang telah dilaksanakan adalah pembentukan Peraturan Presiden tentang susunan organisasi dan tatakerja Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN).Perintah lainnya yang telah dilaksanakan adalah putusan Mahkamah Konstitusi atas perkara No. 007/PUU-III/2005, yaitu membentuk UU BPJS.Dua puluh satu perintah pengaturan lanjut tentang penyelenggaraan jaminan sosial dapat dikelompokkan sebagai berikut: Tujuh Peraturan Pemerintah:1. Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja.2. Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua.3. Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun.4. Penyelenggaraan Program Jaminan Kematian.5. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Sosial.6. Tata cara pengelolaan dan pengembangan dana jaminan sosial.7. Cadangan Teknis Dua Peraturan Presiden:1. Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.2. Penahapan pendaftaran peserta.

II. PEMBAHASANPertanyaan Untuk Laporan Keuangan PT. Jamsostek 20131) Jelaskan mengapa laporan keuangan harus disusun menjadi 4 jenis2) Jelaskan laporan keuangan pembuka BPJS Ketenagakerjaan3) Jelaskan laporan keuangan pembuka Dana Jaminan Sosisal Ketenagakerjaan Program JHT4) Jelaskan laporan keuangan pembuka Dana Jaminan Sosisal Ketenagakerjaan Program JKK5) Jelaskan laporan keuangan pembuka Dana Jaminan Sosisal Ketenagakerjaan Program JKM6) Jelaskan beberapa hal yang khusus terkait laporan tersebut

A. Makna TransformasiUU SJSN dan UU BPJS memberi arti kata transformasi sebagai perubahan bentuk BUMN Persero yang menyelenggarakan program jaminan sosial,menjadi BPJS. Perubahan bentuk bermakna perubahan karakteristik badan penyelenggara jaminan sosial sebagai penyesuaian atas perubahan filosofi penyelenggaraan program jaminan sosial. Perubahan karakteristik berarti perubahan bentuk badan hukum yang mencakup pendirian, ruang lingkup kerja dan kewenangan badan yang selanjutnya diikuti dengan perubahan struktur organisasi, prosedur kerja dan budaya organisasi.Keuangan dan Pelaporan Aspek Keuangan dan PelaporanKONDISI SEBELUM 1 JANUARI 2014KONDISI YANG AKAN DICAPAI

Belum memiliki standar akuntansi untuk jaminan sosial yang berbasis internasional. Pemisahan aset untuk masing-masing program masih dalam proses. Aset dan Kewajiban untuk Dana Jaminan Sosial dan Jamsostek sebagai pengelola belum dipisahkan. Dasar (Basis) Penentuan kewajaran besarnya biaya pengelolaan belum ditentukan. Belum memiliki format baku untuk pelaporan keuangan baik untuk BPJS (pengelola) dan untuk masing-masing program. Proses transmormasi untuk aspek keuangan dan akuntansi masih dalam proses transisi. Sistem Pelaporan keuangan dan akuntansi sesuai dengan: Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional Undang-Undang BPJS Pedoman Standar Akuntansi Keuangan dan Pelaporan yang berbasis Internasional (IFRS) dan praktik terbaik internasional. Pemisahan Laporan Keuangan baik aset maupun kewajiban, berdasarkan program (tidak ada konsolidasi baik dengan laporan keuangan BPJS atau laporan keuangan program lainnya)

Manajemen entitas penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan pengguna lainnya membutuhkan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya laporan keuangan entitas penyelenggara JAMSOSTEK yang dapat menyediakan informasi-informasi untuk pengambilan keputusan. Sesuai dengan status hukum sebagai Perseroan Terbatas (Persero), laporan keuangan JAMSOSTEK terdiri dari: 1. Laporan posisi keuangan; 2. Laporan laba rugi komprehensif (laporan kinerja); 3. Laporan perubahan ekuitas; 4. Laporan arus kas; dan 5. Catatan atas laporan keuangan.Laporan keuangan disusun berdasarkan Pedoman Akuntansi yang mengacu kepada:1. Peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan yang berhubungan dengan program JAMSOSTEK2. Peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan yang relevan dengan pelaporan keuangan3. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)4. Praktik-praktik akuntansi yang berlaku umum lainnya.

PT. Jamsostek (Persero) merupakan Perseroan Terbatas dengan dasar mencari keuntungan (profit motive). Kebijakan laporan keuangan pada umumnya bertujuan untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi antara lain peserta, pemberi kerja, pemerintah, DJSN, otoritas pengawasan, asosiasi pengusaha, serikat pekerja, Investee dan masyarakat umum.Informasi bermanfaat yang disajikan dalam laporan keuangan, antara lain meliputi informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas, arus kas, dan informasi lainnya yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi. Informasi bermanfaat yang disajikan dalam laporan keuangan, antara lain meliputi informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas, arus kas, dan informasi lainnya yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi. Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi tentang sumber daya ekonomis entitas penyelenggara JAMSOSTEK, liabilitas yang melekat pada penyelenggaraan sumber daya tersebut, serta kemungkinan terjadinya transaksi dan peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan sumber daya tersebut. Selain itu, laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mendukung kepentingan peserta JAMSOSTEK dan pihak-pihak lain dalam memperkirakan jumlah, saat dan kepastian dalam penerimaan kas di masa depan. Prospek penerimaan kas sangat tergantung dari kemampuan entitas penyelenggara JAMSOSTEK untuk menghasilkan kas guna memenuhi liabilitas yang telah jatuh tempo, kebutuhan operasional, dan untuk investasi. Persepsi peserta umumnya dipengaruhi oleh harapan atas tingkat pengembalian investasi, manfaat, risiko dan hasil pengembangan dari iuran yang mereka bayarkan. Selanjutnya, laporan keuangan juga merupakan sarana pertanggungjawaban manajemen entitas penyelenggara JAMSOSTEK atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen. Berdasarkan UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja entitas penyelenggara JAMSOSTEK mengelola 4 (empat) jenis program, yaitu meliputi Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, dan Jaminan Hari Tua.Laporan keuangan konsolidasian Perusahaan telah disusun berdasarkan Pedoman Akuntansi Jamsostek (Pajastek) yang sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Laporan keuangan konsolidasian telah disusun berdasarkan asumsi kelangsungan usaha serta atas dasar akrual, kecuali laporan keuangan konsolidasi untuk arus kas yang menggunakan dasar kas. Dasar untuk pengukuran untuk menyiapkan laporan keuangan konsolidasi adalah konsep biaya perolehan, kecuali untuk penyertaan tertentu yang disajikan berdasarkan metode ekuitas serta investasi pada saham, obligasi, dan reksadana yang termasuk dalam kelompok diperdagangkan dan tersedia untuk dijual. Investasi dalam kelompok ini disajikan sebesar nilai wajarnya. Laporan arus kas konsolidasian disusun dengan menggunakan metode langsung dan menyajikan perubahan dalam kas dan setara kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Untuk tujuan penyusunan laporan arus kas konsolidasian, deposito berjangka dan deposito lainnya dengan jangka waktu perolehan tiga bulan atau kurang dari tanggal pelaporan, tidak dibatasi penggunaannya dan tidak digunakan sebagai jaminan, diklasifikasikan sebagai setara kas. Sedangkan untuk induk Perusahaan, seluruh aset yang telah diklasifikasikan sebagai aset investasi tidak dimasukkan sebagai kas dan setara kas. Mata uang pelaporan yang digunakan dalam laporan keuangan konsolidasian ini adalah mata uang Rupiah. Laporan keuangan konsolidasian mencakup akun-akun Perusahaan dan Entitas Anak, dimana Perusahaan mempunyai pemilikan hak suara lebih dari 50%, baik langsung maupun tidak langsung dan Entitas Bertujuan Khusus (EBK) yang berada dalam pengendalian Perusahaan sesuai dengan ISAK 7 Interpretasi atas paragraf 5 dan 19 PSAK No. 4 tentang Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus. Program Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta (DPKP) memenuhi persyaratan sebagai EBK yang harus dikonsolidasi sesuai dengan ISAK 7.Perusahaan telah menyajikan laporan keuangan sesuai PSAK 01 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan. Standar ini memisahkan perubahan pemilik dan non pemilik didalam ekuitas. Laporan perubahan ekuitas hanya meliputi rincian transaksi dengan pemilik dan perubahan non-pemilik didalam ekuitas yang disajikan dalam rekonsiliasi setiap komponen ekuitas. Sebagai tambahan, standar memperkenalkan laporan laba rugi komprehensif. Laporan laba rugi komprehensif terdiri dari semua pendapatan dan beban yang diakui, baik dalam bentuk tunggal satu laporan atau dalam dua laporan yang terkait.BPJS Ketenagakerjaan perlu melakukan proses penyelarasan pelaporan keuangan sesuai dengan UU No.40 Tahun 2004, antara lain dengan: a. Mengidentifikasi aset dan kewajiban untuk masingmasing program, dengan memisahkan antara aset peserta dan aset penyelenggara. DJS adalah dana amanat milik seluruh peserta yang merupakan himpunan iuran beserta hasil pengembangannya. Aset penyelenggara tercermin dalam bentuk penyertaan Pemerintah selaku pemegang saham;b. Menentukan biaya pengelolaan program;c. Melakukan sistem pelaporan untuk aset dan kewajiban serta pendapatan dan beban untuk masing-masing program yang diselenggarakan; dan d. Mempersiapkan pelaporan untuk penambahan Program Jaminan Pensiun. Setiap program mempunyai laporan keuangan tersendiri Tidak ada konsolidasi laporan keuangan suatu program baik dengan laporan keuangan BPJS maupun dengan laporan keuangan program lainnya Laporan keuangan program jaminan sosial harus dapat dipertanggungjawabkan oleh manajemen dan pengurus. Laporan disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang kuat sehingga fungsi check and balance dapat berjalan sebagaimana seharusnya. Sistem dan proses bisnis yang berjalan harus dapat menghasilkan suatu mekanisme pengendalian yang dapat melindungi aset perusahaan (safe guarding of asset), dipatuhinya peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (compliance of rules and regulations) dan dapat menghasilkan sistem akuntansi dan pelaporan yang akurat agar menghasilkan proses bisnis yang efisien. Laporan keuangan wajib diaudit secara berkala dan hasilnya didistribusikan kepada pemangku kepentingan dan publik. Hal penting yang perlu mendapatkan perhatian Pemerintah adalah kebijakan perpajakan atas program jaminan sosial. Sesuai praktik terbaik internasional, penyelenggaraan jaminan sosial seharusnya dibebaskan dari pajak. Untuk itu, perlu dilakukan koordinasi antar lintas kementerian dan/atau lembaga terkait lainnya untuk merumuskan kebijakan yang tepat terkait perpajakan atas program Jaminan Sosial Bidang Ketenagakerjaan

B. Analisis Dampak Transformasi Kelembagaan terhadap Laporan Keuangan yang Disusunoleh BPJS KetenagakerjaanSelain menyusun laporan keuangan tingkat lembaga, setelah transformasi tahun2014 ini BPJS-KT juga harus menyusun laporan atas masing-masing programnya.Sehingga secara lengkap laporan keuangannya terdiri dari:1. Laporan keuangan BPJS Ketenagakerjaan : Laporan posisi keuangan Laporan kinerja keuangan [pengganti laporan laba rugi komprehensif] Laporan perubahan ekuitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan2. Laporan keuangan Program Jaminan Hari Tua: Laporan aset neto Laporan perubahan aset neto Catatan atas laporan keuangan3. Laporan keuangan Program Jaminan Pensiun : Laporan aset neto Laporan perubahan aset neto Catatan atas laporan keuangan4. Laporan keuangan Program Kecelakaan Kerja : Laporan posisi keuangan Laporan aktivitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan5. Laporan keuangan Program Kematian : Laporan posisi keuangan Laporan aktivitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan

REFERENSI1. Laporan Tahunan PT. Jamsostek (Persero) Tahun 2013.2. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional3. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial4. PERPRES No. 108 Th 2013 ttg Bentuk dan Isi Laporan Pengelolaan Program JAMSOS.5. http://ar-alfajri.blogspot.com/2013/10/kerangka-konseptual-conceptual framework.html23