Kelompok 2 Jerry

25
KELOMPOK 2 PENDAPATAN Oleh: Resa Wahyu Giang A31109280 Andi Rahmat Al Fajri A31111295 Uswatun Hasana A31111282 Fakultas ekonomi dan bisnis UNIVERSITAS HASANUDDIN 1

Transcript of Kelompok 2 Jerry

Page 1: Kelompok 2 Jerry

KELOMPOK 2

PENDAPATAN

Oleh:

Resa Wahyu Giang A31109280

Andi Rahmat Al Fajri A31111295

Uswatun Hasana A31111282

Fakultas ekonomi dan bisnis

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2013

1

Page 2: Kelompok 2 Jerry

DAFTAR ISI

SAMPUL.........................................................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................3

1.1 Latar Belakang...............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................4

2.1 Definisi Pendapatan.......................................................................................4

2.2 Pengakuan Pendapatan

........................................................................................................................

6

2.3 Pengukuran Pendapatan

........................................................................................................................

9

2.4 Tantangan Bagi Standard Setters

........................................................................................................................

12

2.5 Isu oleh Auditors

........................................................................................................................

15

BAB III PENUTUP........................................................................................................16

3.1 Kesimpulan....................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17

2

Page 3: Kelompok 2 Jerry

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendapatan adalah elemen kunci dalam laporan keuangan dan cukup penting untuk

penyusunan dan penggunaan laporan keuangan. Pelaporan pendapatan mencerminkan operasi

masa lalu perusahaan dan digunakan untuk memprediksi kinerja masa depan. Meskipun

penentuan pendapatan merupakan bagian penting dari pengukuran kinerja, pengukurannya tidak

selalu mudah karena banyak model bisnis yang berbeda yang ada. Dalam bab ini kita

pertimbangkan sifat pendapatan dengan memahami defenisi, pengakuan dan pengukurannya.

Kita akan mendiskusikan isu-isu detil berkaitan dengan pengakuan pendapatan, dengan latar

belakang historis dan mempelajari tiga kriteria yang diterima secara umum untuk pengakuan

pendapatan.

3

Page 4: Kelompok 2 Jerry

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pendapatan

Pendapatan adalah elemen kunci akuntansi dan mendasar dari pelaporan aktivitas suatu

perusahaan, jadi defenisinya sangatlah penting. Kita tahu pendapatan menaikkan nilai bruto dari

aset dan modal. Dan kenaikan akhirnya berhubungan dengan kas. Untuk operasi utama dari

bisnis, arus masuk kas terutama diciptakan oleh produksi dan penjualan output dari entitas. Oleh

karena itu kita dapat mengidentifikasi dua aliran utama berhubungan dengan operasi bisnis ini:

fisik dan arus moneter.

Arus fisik melibatkan peristiwa dalam memproduksi dan menjual output atau produk

perusahaan. Arus moneter mencakup peristiwa meningkatnya nilai dari perusahaan. Objek yang

berhubungan dengan aliran moneter adalah jumlah dolar aset yang diproduksi atau dijual. Paton

dan Littleton menyebut pendapatan sebagai ‘produk dari perusahaan’ termasuk arus fisik dari

produksi output perusahaan. Mereka juga menambahkan bahwa pendapatan ‘akhirnya mewakili

arus dana dari konsumen’ jadi termasuk arus moneter. Jadi kita simpulkan bahwa pendapatan

secara langsung berkaitan peristiwa moneter dari peningkatan nilai perusahaan, yang

meningkatkan produksi atau penjualan dari output.

Pendapatan didefinisikan dalam 1AS 18/AASB 118 revenue, paragraf 7, yakni:

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas

normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan

ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Dalam Kerangka IASB pendapatan (revenue) adalah bagian dari penghasilan (income):

4

Page 5: Kelompok 2 Jerry

Pendapatan adalah meningkatnya manfaat ekonomi Selama periode akuntansi dalam

bentuk arus masuk atau peningkatan dari asset atau pengurangan dari kewajiban yang

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Definisi penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue) dan laba. Pendapatan

timbul dari aktivitas normal perusahaan termasuk penjualan, biaya, bunga, dividen, royalti

dan sewa. Di Amerika Serikat, FASB mendefinisikan pendapatan sebagai berikut:

Pendapatan adalah arus masuk atau tambahan lain dari aset entitas atau pelunasan dari

kewajibannya (atau kombinasi keduanya) selama periode dari penyerahan atau produksi

barang, memberikan jasa, atau kegiatan lainnya yang dilakukan oleh operasi/aktivitas

pusat atau utama yang sedang berlangsung dari entitas.

Definisi IASB konsisten dengan definisi FASB tentang pendapatan dan berfokus pada

arus masuk atau tambahan lain dari aset entitas oleh operasi/aktivitas pusat atau utama yang

sedang berlangsung dari entitas. Aset Diterima atau ditingkatkan dengan penghasilan

mencakup kas, piutang dan barang dan jasa yang Diterima dalam pertukaran barang dan jasa

yang disediakan (Framework, paragraf 77). Definisi pendapatan mencakup juga hasil dari

penyelesaian kewajiban.

Berbeda dengan pendekatan 1ASB, FASB Membuat sebuah Perbedaan Antara pendapatan

dan laba, meskipun Keduanya dimasukkan dalam laporan laba. Laba adalah Kenaikan aset

bersih dari Transaksi perifer atau insidentil dan dari peristiwa lainnya yang mungkin sebagian

besar di luar kendali perusahaan. Pendapatan berhubungan dengan operasi utama atau sentral

yang sedang berlangsung. Namun, Martin menyarankan bahwa tidak ada alasan bahwa

pendapatan dan keuntungan seharusnya tidak mengikuti aturan yang sama dalam pengakuan

dan pengukurannya. Pada dasarnya, keduanya mewakili peningkatan dalam asset bersih dan

oleh karena itu harus diperlakukan dengan cara yang sama.

Pandangan Perilaku terhadap Pendapatan

Perlu diketahui,pendapatan merupakan peningkatan total nilai dari aset (atau penurunan nilai

kewajiban) dan modal selain dari tambahan investasi dari pemilik. Peningkatan ini biasanya

terjadi karena perusahaan melakukan aktivitas tertentu; dengan kata lain, terdapat kinerja dari

5

Page 6: Kelompok 2 Jerry

perusahaan. Pendapatan umumnya diperoleh dikarenakan entitas melakukan sesuatu untuk

mewujudkannya.

Penerimaan bukan sekedar sejumlah uang. Sebagaimana Paton dan Littleton tetapkan,

pendapatan menujukkan ‘prestasi/pencapaian’ dari perusahaan. Yaitu merupakan ukuran kinerja

kotor entitas sebagai penciptaan laba bisnis. Ketika beban dipandang sebagai 'usaha' dari

perusahaan, maka pencocokan pendapatan dan beban yang menghasilkan laba merupakan

'pencapaian bersih' dari perusahaan. Ini adalah pandangan perilaku pendapatan, beban dan laba.

Dalam nada yang sama, Bedford menekankan pandangan operasional pendapatan dan laba,

di mana, laba didefinisikan dalam hal operasi tertentu yang dilakukan oleh entitas, bukan hanya

merupakan hasil dari penerapan metode akuntansi. Laba muncul hanya pada aktifitas yang

dirancang oleh operasi bisnis. Dengan demikian, peningkatan dan penurunan nilai tertentu

dikecualikan, Seperti Mereka yang berasal dari transaksi obligasi pemerintah, hadiah dan

kontribusi, Karena Tidak Dianggap sebagai aktifitas yang menghasilkan laba bisnis. Operasi

bisnis umum yang ditetapkan oleh Bedford adalah:

• akuisisi sumber daya uang

• akuisisi layanan

• penggunaan layanan

• Rekombinasi dari perolehan layanan

• disposisi layanan

• distribusi sumber daya uang

2.2 PENGAKUAN PENDAPATAN

Perspektif Sejarah

Selama abad kesembilan belas, penghasilan (laba) untuk bisnis ditentukan dengan dasar suatu

peningkatan terhadap kekayaan bersih. Pengakuan yang dikenal sekarang atau prinsip realisasi

tidak selalu merupakan bagian dari praktek standar akuntansi. Sebagaimana Mei katakan:

Sebuah tinjauan akuntansi, hukum, dan Ekonomi menyarankan bahwa realisasi postulat tidak

diterima sebelum Perang Dunia Pertama. Pada tahun 1913. Semua otoritas terkemuka di bidang

ini di Inggris dan Amerika Tampaknya setuju pada ‘Peningkatan Terhadap Kekayaan Bersih’

sebagai konsep penghasilan.

6

Page 7: Kelompok 2 Jerry

9 receipt of cash

8 delifery of goods to costomers

7 receipt of orders after completing

production

6 completion of production 5 progressively

throughout production

4 commencing production

3 receip of orders before commencing

production

2 making purchases

1 devising an idea

Meningkatnya konsep kekayaan bersih dari penghasilan secara bertahap digantikan oleh

gagasan bahwa penghasilan harus 'terealisasi'. Ha ini timbul Karena Perubahan Penggunaan aset

tidak lancar khusus oleh Perusahaan menjadi signifikan pada periode antara Perang Dunia I dan

1930-an menentukan nilai aset khusus ini sulit, membuat perhitungan dari perubahan nilai aset

lebih sulit untuk dipastikan.

Kriteria Pengakuan Pendapatan

Peristiwa tersebut membuat akuntan menyadari perlunya bukti obyektif yang cukup untuk

mendukung setiap perubahan nilai jika itu harus dicatat sebagai pendapatan. Pertanyaannya

adalah: Pada poin mana penerimaan (revenue) dapat dicatat sebagai pendapatan (earned) selama

proses penerimaan (earning) karena tidak ada bukti yang cukup?

Pengakuan pendapatan dapat terjadi pada beberapa tahapan dalam operasi perusahaan atau

siklus pendapatan, digambarkan dalam gambar di bawah ini. Hal ini diuraikan oleh Coombes dan

Martin sebagai berikut:

Pendapatan yang telah diakui di beberapa poin dalam siklus pendapatan, misalnya:

pada poin 5 dalam industri bangunan untuk kontrak konstruksi jangka panjang

pada poin 7 di mana itu adalah tanggung jawab pembeli untuk mengumpulkan barang

Pada poin 8 dalam banyak kasus

pada poin 9 dengan beberapa praktek professional dan untuk kredit angsuran penjualan

7

Page 8: Kelompok 2 Jerry

Kita perlu merumuskan kriteria untuk membantu kita memutuskan bukti apa yang cukup

obyektif yaitu kita perlu mengetahui jenis bukti yang kita perlukan sebelum kita memiliki

keyakinan terhadap suatu pendapatan atau laba tertentu. Selama bertahun-tahun, berdasarkan

kebutuhan akan bukti obyektif, tiga kriteria telah dikembangkan untuk memastikan apakah

pendapatan atau laba harus diakui, kriteria pengakuan didasarkan pada kerelevanan dan

kehandalan informasi akuntansi. Tiga kriteria tersebut adalah:

• Terukurnya nilai aset

• Adanya transaksi

• Penyelesaian substansial dari proses penerimaan.

Analisis Kriteria Untuk Pengakuan Pendapatan

a. Terukurnya nilai aset

Pendapatan dapat dipandang sebagai arus kas masuk yang meningkatkan nilai dari

total aset perusahaan, bersamaan dengan peningkatan ekuitas. kriteria ini adalah masuk

akal dalam pengakuan pendapatan. Jika tidak terdapat arus masuk dari nilai asset yang

dapat secara objektif ditentukan, pendapatan tidak dapat dihitung secara obyektif.

Manfaat dari pengukuran nilai wajar dalam standar seperti IAS 39/AASB 139 financial

instrument: recognition and measurement, IAS 40/AASB 140 investment property IAS

41/AASB141 agriculture juga berfokus pada peningkatan aset, tanpa arus masuk actual

atau fisik dari asset. Dalam kasus tersebut, masalah utama adalah masih objektivitas.

Kebutuhan akan pengukuran reliable dan verifiable menyebabkan penggunaan

pendekatan konservatis dalam menilai asset.

Haruskah asset likuid?

FASB menyatakan bahwa pendapatan dan laba umumnya tidak diakui sampai

terealisai atau dapat terealisasi. sudut pandang ini didukung oleh AARF dalam Teori

Monoghraph no 3. Istilah ‘terealisasi’ berarti bahwa aset yang diterima adalah tunai atau

klaim menjadi tunai dan 'dapat terealisasi’ berarti aset yang diterima dengan segera dapat

dikonversi untuk mengetahui jumlah tunai atau klaim menjadi tunai.

8

Page 9: Kelompok 2 Jerry

Kolektibilitas

Sebuah aspek dari kriteria terukurnya adalah apakah kolektibilitas dari kas cukup

terjamin. Terukurnya nilai aset berkaitan dengan kolektibilitasnya. Kolektibilitas

berkaitan dengan judgement, biasanya didasarkan pada pengalaman sebelumnya

perusahaan. Semakin panjang periode penagihan, semakin tidak pasti semua uang dapat

terkumpulkan.

b. Keberadaan Transaksi

Ketika sebuah pihak eksternal dalam transaksi jangka panjang menyatakan kesediaan

untuk membayar harga yang diberikan untuk produk perusahaan, transaksi ini tentu

merupakan bukti obyektif dari peningkatan nilai perusahaan. Pihak luar memberikan

bukti yang menguatkan nilai output. Saat ini, kecuali dalam kasus tertentu, perusahaan

harus terlibat langsung dalam transaksi. Perhatikan bahwa jika kita bersikeras menjadi

pihak perusahaan untuk transaksi sebelum pendapatan tersebut dapat diakui, maka biaya

historis menjadi dasar yang paling mungkin untuk penilaian aset. Hal ini tidak

mengherankan, karena itu, untuk menemukan bahwa kritik kriteria ini cenderung menjadi

pendukung current cost dan exit price accunting Mereka berpendapat bahwa, perusahaan

tidak perlu menjadi terlibat dengan transaksi tersebut, namun suatu transaksi pasar secara

umum sudah cukup. Jika ini diperbolehkan, maka aset tersebut dapat direvaluasi dan laba

dicatat sebelum penjualan.

c. Penyelesaian substansial dari proses penerimaan

Kriteria ini, tidak secara eksplisit dinyatakan dalam kerangka, berfokus pada

pengertian bahwa pendapatan tidak dihasilkan (diperoleh) sampai perusahaan telah

melakukan sebagian besar kegiatan yang perusahaan memperoleh pendapatan. Untuk

kriteria ini dapat diterapkan, pendapatan tidak dianggap telah diperoleh sampai

perusahaan telah melakukan sesuatu. Sebagai contoh, penandatanganan kontrak di

kebanyakan kasus tidak menciptakan pendapatan karena tidak ada kinerja yang dilakukan

oleh penjual.

Ketika sebagian besar operasi yang merupakan proses penerimaan telah dilakukan

oleh perusahaan, maka biaya yang terkait dengan operasi-operasi juga dapat ditentukan.

Biaya total dapat dipastikan dengan sedikit ketidakpastian, karena apapun masa depan

yang mungkin terjadi dapat dengan mudah diperkirakan.

9

Page 10: Kelompok 2 Jerry

Myers menganggap masalah penyelesaian pendapatan ini ini dengan menganjurkan

suatu criteria ‘critical event’: laba diperoleh pada saat pengambilan keputusan yang

paling kritis atau melakukan tugas yang paling sulit dalam suatu siklus transaksi lengkap.

2.3 PENGUKURAN PENDAPATAN

Tiga kriteria untuk pengakuan pendapatan dibahas di atas telah dipertimbangkan oleh

pembuat standar dalam menentukan pedoman yang memadai. Kerangka, paragraf 83.

menyediakan dua kriteria pengakuan pendapatan:

a. besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan aset tersebut

akan mengalir ke atau dari entitas; dan

b. item memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur dengan keandalan ..

Dengan demikian, Kerangka menyediakan beberapa panduan dalam kaitannya dengan

pengakuan tetapi tidak mencakup pengukuran. IAS 18/AASB 118 revenue lebih spesifik yang

menyatakan pendapatan akan diukur pada nilai wajar dari pertimbangan diterima atau piutang

(paragraf 9). Lebih jauh, memberikan aturan khusus untuk pengakuan dari berbagai jenis

pendapatan, yaitu (a) penjualan barang, (b) jasa dan (c) bunga, royalti dan dividen.

Penjualan Barang

Dari perspektif teoretis, penjualan paling memenuhi ketiga criteria umum pengakuan

(terukurnya nilai aset, adanya suatu transaksi, dan penyelesaian proses penerimaan) tercantum

dalam bagian sebelumnya. Oleh karena itu, penjualan pada proses penerimaan dipilih karena

umumnya waktu yang paling tepat untuk mengakui dan mencatat pendapatan karena memenuhi

kriteria untuk pengakuan. Pada saat penjualan, sebuah transaksi dilakukan, penjual menerima

aset terukur, dan proses penerimaan secara substansial telah selesai.

a. Penjelasan penjualan

Apa itu penjualan? Bagaimana kita tahu bahwa penjualan telah terjadi? Menggunakan

hukum sebagai panduan, yang biasanya disebut sebagai penjualan adalah bahwa barang

telah diserahkan oleh penjual ke pelanggan, atau jasa telah diserahkan. Seperti yang

dinyatakan oleh Marlin:

Bukti pasti dari suatu pendapatan sering terdiri dari suatu transaksi penjualan

eksternal, sehingga biasanya pendapatan tidak bisa diakui sebelum penjualan.

10

Page 11: Kelompok 2 Jerry

Dalam beberapa kasus, penjual bisa melakukan pengiriman bukan dengan

memindahkan barang tetapi dengan pengiriman dokumen kepemilikan (title). Dalam

kebanyakan kasus, hak atas barang tidak lolos ke pelanggan karena aturan hukum dari

suatu penjualan mencakup transfer kepemilikan. Tetapi penekanan harus ditempatkan

pada substansi ekonomi dari transaksi bukan pada rincian hukum teknis. Disahkannya

kepemilikan merupakan salah satu aspek untuk mempertimbangkan dan menentukan

apakah penjualan telah dibuat (IAS 18/AASB 118, paragraf 15), tetapi hal tersebut tidak

harus ditekankan sebagai pertimbangan utama, setidaknya dari sudut pandang akuntansi.

b. Pengecualian untuk dasar penjualan

Terdapat situasi dimana pendapatan diperbolehkan atau harus dicatat selain pada

waktu penjualan. Ada tiga pengecualian terhadap prinsip pengakuan penjualan. yaitu:

pendapatan yang diakui selama produksi

pendapatan yang diakui pada akhir produksi

Pendapatan diakui pada saat kas diterima setelah penjualan dibuat.

Karena kebutuhan untuk prinsip pengakuan didasarkan pada permintaan untuk tujuan

pembuktian, pengecualian berkaitan dengan ketidak cukupan bukti sebelum penjualan

atau pada saat penjualan. Pengecualian terhadap aturan umum berkaitan dengan dasar

penjualan yang dapat atau harus digunakan hanya di bawah kondisi tersebut diatas..

c. Pemberian Jasa

IAS 18/AASB II8 paragraf 20 mensyaratkan bahwa pendapatan sehubungan dengan

pemberian jasa harus diakui dengan mengacu pada tahap penyelesaian transaksi pada

tanggal pelaporan. Dengan demikian, pendapatan diakui pada periode dimana jasa

diberikan.

Pengakuan pendapatan atas dasar ini memberikan informasi berguna tentang kegiatan

jasa/pelayanan dan kinerja perusahaan pada periode, yang tidak tersedia jika pemberian

jasa diminta sebelum pendapatan diakui. Paragraf 23 menyatakan bahwa suatu entitas

umumnya mampu membuat estimasi yang handal, memungkinkan pengakuan

pendapatan, ketika telah menyetujui hal-hal berikut dengan pihak lain:

masing-masing pihak menyepakati hak berkenaan dengan penyediaan dan

penerimaan jasa oleh para pihak

pertimbangan yang akan dipertukarkan; dan

11

Page 12: Kelompok 2 Jerry

cara dan syarat penyelesaian.

d. Bunga, Royalti Dan Dividen.

Bunga, royalti dan dividen dapat diakui pada saat diterima, memenuhi semua kriteria

pengakuan umum. Namun, untuk beberapa item,waktu lampau menunjukkan pendapatan

telah diterima. Karena itu, pendapatan yang masih harus dibayar dicatat, meskipun tidak

ada transaksi eksternal. Contohnya adalah pendapatan bunga diakui pada akhir periode

akuntansi. IAS 18/AASB 118 paragraf 30 menyatakan bunga harus diakui dengan

menggunakan metode bunga efektif; royalti harus diakui sesuai dengan substansi

perjanjian yang relevan, dan dividen harus diakui pada saat pemegang saham telah

memiliki hak untuk menerima pembayaran.

2.4 Tantangan Bagi Standard Setter

Pengembangan Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan

IASB/ dan FASB telah menekankan proyek bersama (joint project) dalam kaitannya dengan

pengakuan dan pengukuran pendapatan karena transaksi pendapatan tidak tersedia dengan baik

oleh panduan literatur yang ada. Selain itu, transaksi menjadi lebih kompleks, misalnya. mereka

dapat menggabungkan barang, jasa dan transaksi keuangan. Standard setters telah menyatakan

bahwa terdapat ketidakkonsistenan antara Kerangka IASB dan beberapa standar. Misalnya

kriteria pengakuan dalam Kerangka, dalam IAS 18 mungkin terjadi deferred asset and liabilities

(aset dan kewajiban tangguhan) yang tidak sejalan dengan defenisi asset dan liabilitas dalam

kerangka.

Selanjutnya, standar tidak menangani dengan baik dengan transaksi yang melibatkan

komponen (penyusunan multi elemen pendapatan). Misalnya, 'bundling' dari produk pokok

dengan tambahan produk dan jasa yang sedang berlangsung, seperti yang terjadi di sector

teknologi, membuat pengakuan pendapatan menjai merumitkan.

FASB dan IASB telah melakukan sebuah proyek untuk mengembangkan seperangkat prinsip

untuk pengakuan pendapatan yang akan menghilangkan ketidakkonsistenan dalam literatur yang

ada dan praktek-praktek yang berlaku. Proyek ini menangani isu-isu kunci yang mendasari

konseptual pelaporan keuangan, termasuk perbedaan antara kewajiban dan ekuitas, pengakuan

liabilitas (termasuk pedoman yang berkaitan dengan kriteria definisi dan pengakuan). Dan

prinsip umum untuk pengakuan pendapatan.

12

Page 13: Kelompok 2 Jerry

FASB dan IASB telah mengajukan prinsip-prinsip dasar berikut ini untuk pengakuan dan

pengukuran pendapatan:

Sebuah pelaporan entitas harus mengakui pendapatan dalam periode akuntansi di mana

mereka muncul dan mengukur mereka sebesar nilai wajarnya pada tanggal tersebut jika

dapat menentukan keterjadian dan pengukurannya dengan keandalan yang cukup.

Pelaporan entitas harus mengukur pendapatan yang timbul dari peningkatan aset atau

penurunan kewajiban (atau kombinasi darikeduanya) pada nilai wajar.

Prinsip-prinsip ini merupakan kelanjutan dari panduan sebelumnya. Namun, mencakup

penekanan perubahan di beberapa area, yang dapat menyebabkan perubahan dalam praktek

akuntansi. Sebagai contoh:

Pendapatan diakui dalam periode yang timbul. terdapat penekanan pada waktu

pengakuan pendapatan, bukan pada realisasi pendapatan

Pendapatan muncul dari peningkatan aset atau penurunan kewajiban. Pendapatan dapat

merupakan hasil dari perubahan nilai aset yang terjadi dalam siklus produksi dan dari

kepemilikan aset (yaitu, dari Pengukuran kembali). Kedua unsur pendapatan termasuk

dalam pengukuran pendapatan komprehensif.

pengakuan dan pengukuran Pendapatan mencerminkan nilai wajar. Pendekatan nilai

wajar telah diadopsi sebagai prinsip kerja, tetapi ini akan terpengaruh di masa depan

dengan keputusan dalam Proyek Pengukuran. Pendekatan nilai wajar kontroversial dan

tidak memiliki dukungan bulat dari pengatur standar. Sebagai contoh. Pengaturan Standar

Akuntansi Dewan Jepang telah menyatakan keprihatinan tentang penggunaan nilai wajar

dan meminta agar itu dihentikan.

Pengukuran harus dapat diandalkan. Hal ini konsisten dengan karakteristik kualitatif

informasi keuangan termasuk dalam Kerangka.

lebih lanjut, IASB untuk sementara setuju bahwa dua kriteria yang harus dipenuhi untuk

mengakui pendapatan. yaitu:

kriteria unsur, yang membutuhkan perubahan aset atau kewajiban untuk memiliki

cccurred, yaitu (1) semua peningkatan aset telah terjadi sehingga meningkatkan ekuitas,

tanpa investasi yang sepadan oleh pemilik, dan (2) penurunan kewajiban telah terjadi

sehingga meningkatkan ekuitas, tanpa investasi yang sepadan oleh pemilik.

13

Page 14: Kelompok 2 Jerry

kriteria pengukuran, yang mengharuskan perubahan aset atau kewajiban dapat diukur

dengan tepat, yaitu (1) aset atau kewajiban diukur dengan menggunakan atribut yang

relevan, dan (2) peningkatan aset atau penurunan kewajiban dapat diukur dengan

keandalan cukup.

Pengukuran Nilai Wajar

Munculnya aset dengan karakteristik yang berbeda (seperti instrumen keuangan) dan

penggunaan yang lebih besar terhadap pengukuran nilai wajar dalam standar tertentu seperti IAS

39/AASB 139 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, IAS 140 40/AASB Properti

Investasi dan IAS 41/AASB 141 agriculture telah menghasilkan bunga yang cukup besar dalam

pengakuan pendapatan dan isu-isu terkait tentang kapan dan bagaimana perubahan nilai aset dan

kewajiban harus diakui dan diukur. Dalam suatu model pengukuran atribut campuran, semua

item di ukur dengan nilai wajar pada saat akuisisi.

Penyajian Laporan Keuangan

IASB memiliki proyek bersamna dengan FASB dengan kaitannya dengan Penyediaan

statemen keuangan. Proyek ini relevan terhadap diskusi pengakuan pendapatan berkenaan

dengan bagaimana unsure pendapatan akan dilaporkan dalam statement keuangan.

Proyek tersebut menekankan standar penyajian informasi dalam statement keuangan yang

kemudian akan bermanfaat untuk menilai kinerja dan posisi dari entitas. Proyek juga mencakup

berkaitan dengan penyajian statement keuangan dari setiap perubahan pengakuan asset dan

liabilitas daritransaksi atau peristiwa lain, kecuali berkenaan dengan transaksi dengan pemilik.

Dalam kaitannya dengan penyajian statement keuangan dewan telah mencapai kesimpulan

tentative berikut:

In-all inclusive, single income statement. Ini adalah perubahan dari praktik sebelumnya

dimana laporan laba rugi berbentuk multiple telah disajikan. Setiap perubahan asset dan

liabilitas akan ditunjukkan dalam statement keuangan. Sementara di masa lampau hanya

beberapa item yang dimasukkan dalam laporan laba rugi

Realisation is not the basis for inclusion of items. Tujuan dari laporan laba rugi adalah

untuk menyediakan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputuan. Faktanya

item tidak terealisasi tidak akan dikecualikan dari cakupan statement keuangan.

Separate disclosure of performance and remeasurement laporan laba rugi akan

membedakan antaraarus pendapatan dan penyesuaian penilaian. Perubahan dalam nilai

14

Page 15: Kelompok 2 Jerry

wajarakan menyebabkan perubahan: kinerja selama periode, perubahan kondisi ekonomi,

atau perubahan dalam ekspektasi pasar.

2.5 Isu oleh Auditor

Penyajian pendapatan yang berlebihan yang pada umumnya dilakukan oleh manajemen

untuk mengelabui pengguna statemen keuangan. Ini mungkin terjadi ketika kompensasi

manajemen didasarkan peda bonus terhadap target-target pendapatan tertentu. Manajer yang

memiliki tingkat profit yang tidak realistik akan berusaha melakukan earning management. The

Public Company Accounting Oversight Board atau PCAOB telah mencatat berbagai kegagalan

auditor dalam mendeteksi kesalahan pelaporan pendapatan. Auditor perlu untuk lebih sensitive

terhadap resiko dari klien terhadap pertumbuhan pendapatan perusahaan dan harus

mengumpulkan bukti-bukti untuk mendukung opini mereka bahwa pendapatan tidak

disalahsajikan.

15

Page 16: Kelompok 2 Jerry

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendapatan mewakili fisik dan aliran moneter. Pendapatan telah didefinisikan oleh pembuat

standard sebagai arus masuk manfaat ekonomi. Contoh pendapatan adalah penjualan, biaya,

bunga, dividen, royalti dan sewa. Bentuk pendapatan penghasilan (yang juga termasuk

keuntungan) dan timbul dalam kegiatan biasa.

Awalnya, laba bersih ditentukan berdasarkan peningkatan kekayaan bersih perusahaan.

Konsep pendapatan dan definisi dikembangkan melalui kasus-kasus pengadilan dan perbedaan

antara modal dan pendapatan yang muncul. Selanjutnya, penekanan pada perubahan kekayaan

bersih disusul oleh gagasan bahwa pendapatan harus direalisasikan. Kriteria pengakuan

pendapatan yang umumnya diterima berusaha membimbing akuntan ketika pendapatan

direalisasikan.

16

Page 17: Kelompok 2 Jerry

DAFTAR PUSTAKA

Godfrey, Jaybe,dkk. Accounting Theory 7th Edition

17