KELOMPOK 2

14
TUGAS PENGANTAR PENDIDIKAN DIMENSI HAKIKAT MANUSIA Oleh: Kelompok 2 (Kelas C) 1. Ni Wayan Sri Ratmini 1313031046 2. Ni Luh Gede Praba Yanti 1313031054 3. Ni Made Dian Prabayanti 1313031057 4. Ni Putu Ayu Parwati 1313031058 5. Putu Sista Dharmika 1313031062

description

This is about the characteristic of the people

Transcript of KELOMPOK 2

Page 1: KELOMPOK 2

TUGAS PENGANTAR PENDIDIKAN

DIMENSI HAKIKAT MANUSIA

Oleh:

Kelompok 2 (Kelas C)

1. Ni Wayan Sri Ratmini 13130310462. Ni Luh Gede Praba Yanti 13130310543. Ni Made Dian Prabayanti 13130310574. Ni Putu Ayu Parwati 13130310585. Putu Sista Dharmika 1313031062

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2013

Page 2: KELOMPOK 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas asung kertha waranugrahaNya, penulis dapat menyelesaikan review dengan kompetensi dasar memahami dimensi hakekat manusia, dengan tiga indikator hasil belajar diantaranya; 1) menjelaskan wujud sifat hakekat manusia; 2) menjelaskan dimensi manusia dan; 3) menjelaskan dimensi manusia Indonesia yang pancasilais. Review ini merupakan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan sebelumnya.

Penulis menyadari bahwa review ini masih jauh dari kesempurnaan dalam penyajian bahasa serta wawasan yang ada karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis berharap agar review ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang membacanya. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.

Singaraja, 3 September 2013

Penulis

Page 3: KELOMPOK 2

Kompetensi Dasar :Memahami dimensi hakekat manusia

Indikator Hasil Belajar :1) Menjelaskan wujud sifat hakeka manusia2) Menjelaskan dimensi manusia3) Menjelaskan dimensi manusia Indonesia yang pancasilais

1. MENJELASKAN WUJUD SIFAT HAKEKAT MANUSIA

Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil membedakan manusia dengan hewan meskipun antara manusia dan hewan banyak memiliki kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya. Kesamaan secara biologis ini seperti adanya kesamaan bentuk (misalnya kera), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan dan menyusui anak, pemakan segalanya, dan adanya persamaan metabolisme dengan manusia. Beberapa filosof seperti Socrates menamakan manusia adalah zoon politicon atau hewan yang bermasyarakat dan Max Scheller menggambarkan manusia sebagai das kranke tieri atau hewan yang sakit (Drijakara, 1962:138).

Fakta dari pernyataan tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa manusia dan hewan hanya berbeda secara gradual yaitu suatu perbedaan yang melalui rekayasa dapat dibuat menjadi sama keadaannya, misalnya air karena perubahan temperatur lalu menjadi es batu. Dewasa ini, upaya manusia untuk mendapatkan keterangan bahwa hewan tidak identik dengan manusia telah ditemukan. Charles Darwin dengan teori evolusinya telah berjuang untuk menemukan bahwa manusia berasal dari kera, namun temuan ini gagal. Ada misteri yang dianggap menjembatani proses perubahan dari kera ke manusia yang tidak sanggup diungkapkan yang disebut the missing link, yaitu suatu mata rantai yang putus. Jelasnya tidak ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah dari primata atau kera melalui proses evolusi yang bersifat gradual.

Terkait dengan wujud sifat hakekat manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang dikemukan oleh faham existensialisme, dengan maksud menjadi masukan dalam memebenahi konsep pendidikan diantaranya:a) Kemampuan menyadari diri

Hal ini jelas dapat membedakan diri manusia dengan hewan, karena sebagai manusia telah dikaruniai akal untuk memikirkan siapa manusia itu sendiri. Sedangkan hewan tidak dikaruniai akal sehingga dia tidak bisa memikirkan dirinya, karena itulah manusia dikatakan mahluk yang paling sempurna diantara makhluk hidup lainnya.

b) Kemampuan berexistensiKemampuan bereksistensi adalah kemampuan menerobos dan mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan saja yang berkaitan dengan ruang dan waktu. Karena adanya kemampuan berexsistensi, membedakan manusia dengan hewan, dimana hewan menjadi onderdil terhadap lingkungan sedangkan manusia sebagai manejernya, yang berarti hewan hanya sebagai alasan dari lingkungannya dan sedangkan manusia sebagai alasan dari kedunya/selebihnya (dalam mengelolahnya).

c) Kata hati (Eweten Concience Of Man)

Page 4: KELOMPOK 2

Kata hati/concience of man sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, dan pelita hati adalah pengertian yang mengikuti perbuatan. Manusia memiliki pengertian hal yang sedang dibuatnya dan bahkan juga mengerti akibat dari baik dan buruk yang akan ditanggunganya. Dalam kaitannya dengan moral (perbuatan), kata hati merupakan petunjuk bagi moral/perbuatan. Usaha untuk mengubah kata hati yang tumpul menjadi kata hati yang tajam disebut pendidikan kata hati (gewetan forming). Realisasinya dapat ditempuh melalui melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi dengan tujuan agar setiap orang memiliki keberanian moral (berbuat) yang didasari oleh kata hati yang tajam.

d) MoralYang disebut dengan moral atau etika adalah perbuatan itu sendiri. Pada umumnya, masih ada jarak antara kata hati dengan moral yang artinya seseorang yang telah memiliki kata hati yang tajam belum otomatis perbuatanya merupakan realisasi dari perbuatan kata hatinya. Untuk menjembatani jarak tersebut diperlukan satu unsur yaitu kemauan. Banyak orang yang mempunyai kecerdasan akal tetapi tidak cukup memiliki moral atau keberanian berbuat dan hanya memiliki kesediaan moral/perbuatan akan tetapi suatu keinginan/tidak ada kemauan. Pada dasarnya, ketiga unsur tersebut tidak dapat saling terlepas, tetapi harus saling berkaitan apabila ingin melakukan suatu pekerjaan. Berkaitan dengan moral dalam suatu pembelajaran peserta didik perlu diajarkan moral-moral yang baik. Jika hal ini tidak dilakukan, dunia pendidikan akan menghasilkan kaum intelektual yang tidak bermoral.

e) Tanggung jawabTanggung jawab dapat didefinisikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia dan karena itu perbuatan itu dilakukan sehingga sanksi apa pun yang dituntut oleh kata hati, masyarakat, maupun norma-norma agama dapat diterima dengan penuh kesadaran. Dari uraian ini, sangat penting adanya pendidikan moral bagi peserta didik baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Kesediaan untuk menanggung semua akibat atas yang dikerjakan adalah ciri-ciri orang yang bertanggung jawab. Wujud tanggung jawab diantaranya :a. tanggung jawab pada diri sendiri yang berarti menanggung tuntutan kata hati.b. tanggung jawab kepada masyarakat yang berarti menanggung semua aturan yang

ditetapkan dalam masyarakat.c. tanggung jawab kepada Sang Pencipta dapat ditunjukkan ketika seseorang telah me-

lakukan dosa dan merasa dirinya memiliki kehilafan kepadanya.f) Rasa kebebasan

Merdeka adalah rasa bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatu), tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dalam pernyataan ini ada dua hal yang saling bertentangan yaitu rasa bebas dan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Bebas berarti berbuat, selama tidak bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia. Seseorang dapat merasakan adanya kebebasan batin, apabila ikatan yang ada telah menyatu dengan dirinya dan menjiwai segenap perbuatanya. Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral. Seseorang merasakan merdeka apabila segenap perbuatanya (moralnya) sesuai dengan apa yang dikatakan oleh kata hatinya yaitu berdasarkan tuntutan kodrat manusia karena perbuatan itu tidak sulit untuk dipertang-gung jawabkan dan tidak sedikit menimbulkan kekhawatiran.

g) Kewajiban dan hakTidak ada hak tanpa kewajiban karena untuk menuntut sesuatu maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut. Hak pada dasarnya adalah sesuatu yang masih kosong artinya meskipun hak tentang sesuatu ada, belum tentu seseorang itu

Page 5: KELOMPOK 2

mengetahuinya (misalnya hak memperoleh perlindungan hukum). Kewajiban bukan merupakan beban bagi manusia melainkan keniscayaan yang berarti selama seseorang itu menyebut dirinya manusia dan dia mau dipandang sebagai manusia, maka kewajiban itu menjadi keniscayaan bagi dirinya. Kewajiban adalah suatu keluruhan. Disiplin diri menurut Sela Soemardjan meliputi emat aspek, yaitu:a. disiplin rasional, yang bila terjadi pelanggaran menimbulkan rasa salahb. disiplin sosial, jika dilanggar menimbulkan rasa maluc. disiplin afektif, jika di langgar menimbulkan rasa gelisahd. disiplin agama, jika terjadi pelanggaran menimbulkan rasa berdosa.

h) Kemampuan menghayati kebahagiaanKebahagiaan merupakan penghayatan hidup karena kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia, dengan kata lain kebahagiaan merupakan integrasi/rentetan dari sejumlah kesenangan. Kebahagiaan tidak terletak pada keadaannya sendiri secara faktual (lulus) atau pada rangkaian prosesnya, maupun pada perasaan yang diakibatkannya, tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semua hal tersebut dengan keheningan jiwa, dan mendudukkannya dalam suatu rangkaian atau ikatan yaitu usaha norma-norma dan takdir. Usaha merupakan perjuangan yang dilakukan terus menerus untuk mengatasi masalah hidup, sedangkan takdir adalah rangkaian yang tidak terpisahkan dalam proses terjadinya kebahagiaan. Terdapat dua hal yang dapat dikembangkan agar kebahagiaan itu dapat diusahakan peningkatannya, diantaranya:a. kemampuan berusahab. kemampuan menghayati hasil usaha dalam kaitannya dengan takdir.

2. MENJELASKAN DIMENSI MANUSIA

Manusia adalah mahluk yang selalu berkaitan dengan yang lain, dengan masyarakat, lingkungan, dirinya sendiri, maupun tuhan. Beerling mengemukakan sinyalemen heinemann bahwa pada abad ke-20 manusia mengalami krisis total. Disebut demikian, karena yang dilanda krisis bukan hanya segi-segi tertenu dari kehidupan seperti krisis ekonomi, krisis energi, dan sebagainya, melainkan yang mengalami krisis adalah manusia itu sendiri. Dalam krisis total, manusia mengalami krisis hubungan dengan masyrakat, dengan lingkunganya, dirinya sendiri, dan Tuhan. Tidak ada hubungan pengenalan, pemahaman dan kemesraan dengan sesama manusia sehingga menyebabkan manusia jauh dari kebahagiaannya.

Dalam hubungan ini, pendidikan mempunyai peranan penting sebagai wahana untuk mengantar   peserta didik dalam mencapai kebahagiaan, yaitu dengan membantu meningkatakan kualitas hubungannya dengan dirinya sendiri, lingkungan, dan Tuhan. Jika melihat berbagai macam anugrah terutama pada bayi yang diantaranya keadaan jasmani yang lemah tetapi memiliki potensi-potensi jasmaniah berupa konstruksi tubuh lengkap serta rohaniah yaitu daya cipta, rasa, karsa, intuisi, bakat yang merupakan faktor-faktor potensi bawaan yang membedakan manusia yang satu dengan lainya yang bersifat unik dan dapat berkembang dengan adanya pengaruh lingkungan. Dalam hal ini ada empat macam dimensi manusia yang akan dibahas yaitu:a) Dimensi keindividualan

Lysen mendefinisikan individu sebagai seseorang atau suatu keutuhan yang tidak dapat di bagi-bagi (in devide), sedangkan menurut M. J Langeveld, setiap manusia dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain atau menjadi dirinya sendiri. Tidak

Page 6: KELOMPOK 2

ada individu yang identik di bumi ini, bahkan dua anak kembar yang berasal dari satu telur hanya serupa tetapi tidak sama maupun identik. Setiap individu bersifat unik, dengan adanya individualitas, setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat, dan daya tahan yang berbeda. Secara fisik bentuk muka memiliki kemiripan antara satu dengan lainnya, tetapi terdapat perbedaan mengenai matanya. Sedangkan secara kerohanian, memiliki kapasitas intelegensi yang sama, namun kecenderungan dan perhatiannya terhadap sesuatu berbeda. Gambaran tersebut telah dikekemukakan oleh Fancis Galton, seorang ahli biologi dan matematika inggris. M.J.Lavengeld menyatakan bahwa setiap anak memiliki dorongan untuk mandiri  yang sangat kuat, meskipun disisi lain pada anak tersebut terdapat rasa tidak berdaya, sehingga membutuhkan pihak lain (pendidik) yang dapat dijadikan tempat bergantung untuk memberi perlindungan dan bimbingan, sifat-sifat yang secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar dapat terealisasi, sebab tanpa pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga akan tetap tinggal laten. Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia, dengan kata lain kepribadiaan seseorang tidak akan terbentuk dengan semestinya, sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadiaan yang kha. Jika  hal demikian terjadi, seseorang tidak memiliki kepribdian yang otonom dan tidak akan memilki pendirian serta mudah dibawa oleh arus masa. Fungsi utama pendidikan sesungguhnya membantu peserta didik untuk membentuk keribadianya atau menemukan kemandiriannya. Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong pertumbuhkembangnya potensi individualitas seseorang. Individu yang dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, menyebabkan tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

b) Dimensi kesosialanDimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, menyebabkan setiap orang ingin bertemu sesamanya. Sebagai anggota suatu masyarakat, seseorang berkewajiban untuk berperan dan menyesuaikan diri serta bekerja sama dengan masyarakat. Seorang filosof, Immanuel Kant menyatakan manusia hanya menjadi manusia jika berada diantara manusia, yang berarti tidak ada seorang manusia pun yang dapat hidup seorang diri tanpa membutuhkan orang lain. Seorang dapat mengembangkan kegemaran, sikap, maupun cita-cita melalui interaksi dengan sesamanya. Seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang dikagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat-sifat yang tidak dicocokinya. Melalui berintraksi dengan sesama, seseorang dapat menyadari dan menghayati kemanusiaannya. Setiap yang lahir dikaruniai potensi sosialitas (M.J Langeveld, 1955), pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak dikarunia benih kemungkinan untuk bergaul.

c) Dimensi kesusilaanSusila berasal dari kata su dan sila yang berarti kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi, didalam kehidupan bermasyarakat, orang tidak cukup hanya berbuat pantas jika terkandung kejahatan. Sebab itu, pengertian susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu etiket (kepantasan dan kesopanan) dan etika (kebaikan). Berhubungan dengan hal tersebut, terdapat dua pendapat yaitu:a. golongan yang menanggap bahwa kesusilaan mencakup kedua-duanya.b. golongan yang memandang bahwa etiket perlu dibedakna dari etika, karena masing-masing mengandung kondisi yang tidak selamanya selalu sejalan.

Page 7: KELOMPOK 2

Prijarkara mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan dan sebagainya, sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup. Dilihat dari asal nilai-nilai itu diperoleh, dapat dibedakan atas tiga macam yaitu:a. nilai otonom yang bersifat individual (kebaikan menurut pendapat seseorang)b. nilai heteronom yang bersifat kolektif (kebaikan menurut kelompok)c. nilai keagamaan yaitu nilai yang berasal dari TuhanDalam realita kehidupan, ada dua hal yang muncul dari persoalan nilai yaitu kesadaran dan pemahaman nilai dan kesanggupan melaksanakan nilai. Idealnya kedua hal tersebut seharusnya sinkron, artinya untuk dapat melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, terlebih dahulu orang harus mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai tersebut. Implikasi pedagogisnya ialah bahwa pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan kewajiban di samping menerima hak dari peserta didik.

4) Dimensi keberagamaanPada hakikatnya manusia adalah mahluk religius, sejak dahulu kala sebelum manusia mengenal agama, manusia telah percaya bahwa di luar alam yang dapat dijangkau dengan perantaraan indranya, diyakini adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut diciptakan berbagai mitos. Manusia adalah mahluk religius yang dianugerahi ajaran-ajaran yang yang didapatkan melalui bimbingan nabi demi kesehatan dan keselamatannya. Manusia sebagai mahluk beragama mempunyai kemampuan menghayati pengalaman diri dan dunianya menurut agama masing-masing. Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang, doa-doa maupun meditasi, komitmenaktif dan praktik ritual. Jauh dekatnya hubungan ditandai dengan tinggi rendahnya keimanan dan ketaqwaan manusia yang bersangkutan. Di dalam masyarakat Pancasila, meskipun agama dan kepercayaan yang dianutnya berbeda-beda, diupayakan terciptanya kehidupan beragama yang mencerminkan adanya saling pengertian, menghargai, kedamaian, ketentraman, dan persahabatan.

3. MENJELASKAN DIMENSI MANUSIA INDONESIA YANG PANCASILAIS

Dalam petanidakwahmenulis.blogspot.com/2009/01/menjadi-manusia-pancasila.html, seseorang bisa dikatakan sebagai manusia Pancasila jika mampu membawakan dirinya pada posisi yang tepat, sesuai kewajiban dan haknya. Manusia Pancasila harus mampu menempatkan dirinya menjadi rekan sesama manusia sekaligus menjadi hamba Tuhan pada saat yang bersamaan. Esensi dari Pancasila adalah perpaduan antara nilai-nilai kemanusiaan dan sifat ke-Tuhanan. Sifat Pancasila dari seseorang adalah abadi (bukan kekal), yang berarti seseorang tidak selamanya (kekal) menjadi manusia Pancasila.

Pengembangan manusia Indonesia yang Pancasilais dapat diwujudkan salah satunya melalui proses pembelajaran yang diemban oleh institusi sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Kegiatan pendidikan di sekolah tidak boleh direduksi sebagai kegiatan pemberian pengetahuan atau informasi serta pembekalan keterampilan semata. Kurikulum pembelajaran yang diberlakukan di sekolah seharusnya memuat proses penanaman nilai-nilai Pancasilais untuk menumbuhkembangkan karakter positif pada diri peserta didik dan generasi muda. Untuk menumbuhkembangkan karakter Pancasilais dalam diri anak didik, maka proses pendidikan di sekolah semestinya menghadirkan nilai-nilai Pancasila dalam semua kegiatannya. Pancasila

Page 8: KELOMPOK 2

hendaknya tidak hanya menjadi bagian penting dalam materi pembelajaran PKn, yang hanya bersifat pemberian pengetahuan yang harus dihafalkan untuk selanjutnya diuji dalam selembar kertas. Pembelajaran nilai-nilai Pancasila harus menjadi bagian yang terintegrasi ke dalam seluruh aktivitas pembelajaran dan penciptaan lingkungan sekolah. Dengan begitu akan tercipta dan berkembang manusia Indonesia yang Pancasilais. Proses pengembangan manusia Indonesia yang Pancasilais hendaknya dimulai dari jenjang pendidikan, yaitu dari hal-hal yang sederhana, seperti mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Pengembangan manusia Indonesia yang Pancasilais dapat juga dikembangkan dengan membentuk moral bangsa Indonesia agar berjiwa Pancasilais. Intinya adalah kesetiaan warga negara Indonesia dalam sikap dan tindakan, yakni menghayati, mengamalkan dan mangamankan. Kesetiaan ini akan semakin sempurna jika mengakui dan meyakini kebenaran, kebaikan dan keunggulan Pancasila dapat dipertahankan dan dipegang teguh sepanjang masa. Mengamalkan pancasila dalam kehidupan sehari hari, itulah konsep manusia Indonesia yang Pancasilais.

Page 9: KELOMPOK 2

KESIMPULAN

Manusia sangat jelas berbeda dengan hewan, hal ini dapat dilihat melalui wujud sifat hakikat manusia, yaitu kemampuan menyadari diri, kemampuan bereksistensi, kepemilikan kata hati, moral, tanggung jawab, rasa kebebasan, kewajiban dan hak, kemampuan menghayati kebahagiaan, kemampuan berbahasa. Dilihat dari segi lain, manusia ternyata memiliki dimensi-dimensi yang meliputi dimensi individual, sosial, susila, dan agama. Dalam suatu proses pembelajaran, baik wujud sifat hakikat manusia maupun dimensi-dimensi manusia yang telah dimiliki oleh setiap peserta didik perlu dikembangkan, dengan tujuan agar menjadi lebih tahu eksistensi setiap individu dan agar manusia dapat menyadari perbedaan dengan makhluk lain sehingga akan terlahir manusia Indonesia seutuhnya seperti yang diinginkan masyarakat, bangsa, dan agama.

Page 10: KELOMPOK 2

DAFTAR PUSTAKA

http://nahulinguistik.wordpress.com/2012/09/04/hakikat-manusia-dan-pengembangannya/http://kristienyuliarti.wordpress.com/2009/04/23/melahirkan-generasi-Pancasilais-lewat-proses-

pembelajaran/https://sites.google.com/site/deryindragandi/dimensi-dimensi-hakikat-manusiahttp://oddy32.wordpress.com/2009/12/16/wujud-hakekat-manusia/http://tentangkomputerkita.blogspot.com/2010/01/dimensi-dimensi-hakekat-manusia.htmlhttp://oktaseiji.wordpress.com/2011/04/24/sifat-dan-hakikat-manusia/