Kelompok 2

5
KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP TUHAN DAN AGAMA A. Konsep Ketuhanan dalam Islam dijelaskan pada Al-Qur’an: 1. Rabb. Al-Fatihah ayat 2 yang berisikan: Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Di antara nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb ( ّ رب) dalam kalimat Rabbul-'aalamiin tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung arti tarbiyah ( ة ي ب ر لتا) yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berguna bagi masyarakat. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu :

description

tugas agama

Transcript of Kelompok 2

KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP TUHAN DAN AGAMA

A. Konsep Ketuhanan dalam Islam dijelaskan pada Al-Quran:1. Rabb.

Al-Fatihah ayat 2 yang berisikan:

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Di antara nikmat itu ialah: nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb () dalam kalimat Rabbul-'aalamiin tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung arti tarbiyah () yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berguna bagi masyarakat. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok, maka di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu: Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin (hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan). Janji memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk

2. Malik.

An-Naas ayat 2 yang berisikan:Penjelasan bahwa Allah merupakan Raja manusia. Maksudnya adalah tidak ada yang setara dengan Allah. Dalam islam konsep ketuhanan adalah monoteisme. Tuhan hanya satu.

3. Illah

An-Nas ayat 3 yang berisikan:

Allah adalah sembahan manusia. Maksudnya adalah hanya Allah yang pantas disembah oleh manusia. Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, rasa cinta yang amat sangat sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.B. Kebutuhan Manusia terhadap Tuhan

Manusia jelas membutuhkan Tuhan. Sifat manusia akan sewenang-wenang jika tidak diatur. Dengan mengikuti syariat-syariat yang sudah ditetapkan oleh Tuhan adalah buku panduan untuk menjalankan kehidupan. Seperti tertera dalam Al-Quran: Tidak kami jadikan jin dan manusia, kecuali untuk patuh dan menyembah kepada Allah (QS Al-Dzariyat:56)

Bukankah Aku adalah Tuhanmu, mereka menjawab Ya Kami bersaksi, kami lakukan yang demikian itu, agar dihari kiamat nanti kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami dalam hal ini lengah terhadap ke-Esaan Tuhan (QS. Al-Araf: 172)

Ketika manusia hidup di dunia, maka di sana ia akan dihadapkan kepada beragam problematika dan tuntutan hidup. Banyak keinginan dan kesenangan yang diinginkan. Juga, aktifitas menerjang syariat seiring dengan tuntutan yang ada- bukanlah perkara yang mustahil. Ia hidup di tengah masyarakat, ia bergumul dengan beragam tuntutan hidup, dan ia juga mempunyai hak dan kewajiban. Di sinilah seringkali manusia tertuntut untuk mencapai taraf dan keadaan yang ideal. Terutama dalam kehidupan masyarakat, akan sangat mungkin terjadi benturan (clash) antara individu satu dengan lainnya. Tuntutan dan keinginan seseorang kadangkala tidak singkron dengan keadaan dan lingkungan. Apalagi, pada zaman global seperti sekarang ini, persaingan yang terjadi dalam tataran praksis sangatlah ketat. Siapa yang cepat dan tanggap membaca peluang, maka ia akan mendapatkannya. Dan implikasinya dalam kehidupan, yang kuat seringkali menindas yang lemah, kesenjangan antara si kaya dan si miskin menjadi sangat kentara dan sebagainya.

Di sinilah syariat datang menyapa umat dan memberikan pedoman hidup yang mengatur dinamika umat manusia. Keragaman yang ada, hendaknya diposisikan sebagai keragaman yang positif untuk saling berinteraksi dan mengenal. Sebagaimana firman Allah Swt: ( : 013) Artinya: Wahai umat manusia, sesungguhnya telah kami ciptakan kalian (terdiri dari) laki-laki dan perempuan. Dan Kami telah jadikan kalian bersuku-suku dan berkelompok supaya kalian bisa saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah Swt adalah ketaqwaan kalian kepada Allah Swt. sesungguhnya Allah Swt adalah Dzat yang Maha Mengetahu (QS. Al-Hujurat:13).

Oleh karenanya, dari dulu, Allah Swt selalu mengutus para rasul kepada masyarakat untuk membawa risalah ilahi. Risalah tersebut berperan sebagai undang-undang yang menjadi mainstream keberagaman yang ada pada masyarakat. Sehingga kehidupan masyarakat bisa berjalan selaras, serasi dan seimbang dalam koridor yang telah ditentukan oleh Allah Swt.C. Agama Sebagai Fitrah ManusiaSemua manusia yang diciptakan oleh Allah sebenarnya fitrah agamanya tauhid,orangtua mereka yang menjadikan yahudi, nasrani, budha dan lain-lain. Seperti yang tertera pada QS Al-Anbiya ayat 92, Sesungguhnya agama yang diturunkan Allah adalah satu, yaitu agama Tauhid. Oleh karena itu seharusnya manusia menganut satu agama, tetapi mereka telah berpecah belah. Mereka akan kembali kepada Allah dan Allah akan menghakimi mereka.

Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu (QS.Al-rum : 30)