Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

download Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

of 140

Transcript of Kelompok 1 Blok Etika Dan Forensik Pemicu 4

  • Pemicu 4 Blok Etika dan Hukum KedokteranDiperkosa atau Tidak?

  • Kelompok 1

  • Diperkosa Atau Tidak?Xe, seorang perempuan berumur 15thn diantar oleh keluarganya ke sebuah RS untuk dibuatkan visum. Ia mengaku telah diperkosa sekitar 12 jam yang lalu oleh tetangganya, Qe yang berumur 20thn. Menurut penuturannya, kejadian berawal dari Xe yang bertemu dengan Qe pada sore hari saat pulang sekolah. Qe menawarkan Xe pulang bersama dengan mobil. Merasa kenal baik dengan tetangganya itu, ia tidak menolak. Di tengah perjalanan, Qe mengajak Xe mampir ke sebuah caf temannya. Tanpa curiga, Xe memesan minusan bersoda. Xe mengaku setelah minum soda tersebut saat masuk ke dalam mobil, kepalanya terasa berat dan akhirnya tak sadarkan diri. Ia terbangun keesokan harinya di sebuah rumah dalam keadaan tak berpakaian dan merasa sakit di daerah kemaluannya. Qe mengancam Xe untuk tidak menceritakan ke siapapun karena Qe akan bersikeras hubungan seks itu dilakukan atas dasar suka sama suka. Tetapi Xe tetap mengadu ke orang tuanya.Sesampainya di RS, dokter yang bertugas menyuruh kedua orang tua Xe melapor terlebih dahulu ke kantor polisi terdekat. Setelah itu, dokter tersebut baru memeriksa keadaan Xe secara menyeluruh dan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang. Dari pemeriksaan fisik secara menyeluruh ditemukan : Laserasi di dasar hymen pada jam enam. Spermatozoa dalam keadaan motil di dalam vagina.Dokter kemudian mengobati Xe dan membuat visum et repertum.Sementara Qe diperiksa polisi lebih lanjut. Orang tua Qe marah dan akan menuntut balik Xe, pihak polisi dan dokter yang memeriksa karena telat menuduh anaknya melakukan perbuatan asusila.Apa yang dapat Anda pelajari dari kasus di atas?

  • LO IVisum et Repertum

  • Visum et RepertumMenurut Staatsblad tahun 1937 nomor 350 :Visa Reperta (Visum et Repertum) adalah laporan tertulis untuk Yustisi yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah, tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan pada benda yang diperiksa menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya.

  • Visum et RepertumKUHAP pasal 1 butir ke-28, menyatakan : Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.

  • Dasar hukum pengadaanPasal 120 KUHAPDalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang memiliki keahlian khusus

    Pasal 133 KUHAP(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya

  • Macam-macam Visum et RepertumVisum et Repertum korban hidup:Visum et repertum definitif dibuat setelah pemeriksaan selesai, korban tidak perlu dirawat lebih lanjut atau meninggal.Visum et Repertum sementara dibuat setelah pemeriksaan selesai, korban masih perlu mendapat perawatan lebih lanjut.Visum et Repertum lanjutan dibuat bila:Setelah selesai perawatan korban sembuh.Setelah mendapat perawatan, korban meninggal.Perawatan belum selesai, korban pindah RS atau dokter lain.Perawatan belum selesai, korban pulang paksa atau melarikan diri

  • Macam-macam Visum et RepertumVisum et Repertum mayat(Harus dibuat berdasarkan hasil autopsi lengkap)Tujuan pembuatan VeR ini adalah untuk menentukan sebab, cara, dan mekanisme kematianVisum et Repertum pemeriksaan TKPHubungan sebab akibat luka yang ditemukan pada tubuh korban.Saat kematian korban.Barang bukti yang ditemukan.Cara kematian korban jika mungkin.

  • Macam-macam Visum et RepertumVisum et Repertum penggalian mayatVisum et Repertum mengenai umurVisum et Repertum PsikiatrikVisum et Repertum mengenai barang bukti

  • Pihak yang berwenang membuat keterangan ahliPasal 133 ayat 1 KUHAP :Yang berwenang melakukan pemeriksaan forensik yang menyakut tubuh manusia dan membuat keterangan ahli adalah dokter ahli kedokteran kehakiman (forensik), dokter, dan ahli lainnyaJadi :Keterangan yang dibuat oleh dokter ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahliKeterangan yang dibuat selain ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan

  • Pihak yang berhak memintavisum et repertumPenyidik Pejabat Polri yang sekurang-kurang berpangkat Pelda PolisiPenyidik Pembantu adalah Pejabat Polri yang sekurang-kurangnya berpangkat Serda Polisi.Kapolsek yang berpangkat Bintara dibawah Pelda Polisi karenaJabatannya adalah Penyidik

    Hakim pidana Hakim pidana biasanya tidak langsung minta visum et repertum pada dokter, tetapi memerintahkan kepada jaksa untuk melengkapi berita acara pemeriksaan dengan visum et repertum. Kemudian jaksa melimpahkan permintaan hakim kepada penyidik.

  • Pihak yang berhak meminta visum et repertumHakim perdata Karena di sidang pengadilan perdata tidak ada jaksa,maka hakim perdata minta langsung visum et repertum kepada dokter.

    Hakim agama Dasar hukumnya Undang-undang No. 14 tahun 1970 tentang ketentuan pokok kekuasaan kehakiman pasal 10. Hakim agama mengadili perkara yang bersangkutan dengan agama islam,sehingga permintaan visum et repertum hanya berkenaan dengan hal syarat untuk berpoligami, syarat untuk melakukan perceraian dan syarat waktu tunggu seorang janda.

  • Ketentuan umum dalam pembuatan Visum et RepertumDiketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa.Bernomor dan bertanggal.Mencantumkan nama Pro justitia dibagian atas (kiri atau tengah)Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.Tidak menggunakan singkatan terutama pada waktu mendeskripsikan temuan pemeriksaan.Tidak menggunakan istilah asing atau istilah kedokteran.Berstempel instansi pemeriksa tersebut.Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan.Hanya diberikan kepada penyidik peminta Visum et Repertum (instansi).

  • Format Visum et RepertumPembukaanPRO JUSTITIAPendahuluanIdentitasPemberitaanHasil pemeriksaan(objektif)KesimpulanPendapat pemeriksa(subjektif, ilmiah)PenutupSumpah, ilmiah, tandatangan, cap, dsb

  • Bagian-bagian Visum et Repertum1.PRO JUSTISIAKata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et repertum tidak perlu bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP.2.PENDAHULUANBagian ini memuat antara lain :Identitas pemohon visum et repertumIdentitas dokter yang memeriksa / membuat visum et repertumTempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit X Surabaya)Tanggal dan jam dilakukannya pemeriksaanIdentitas korbanKeterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana korban dirawat, waktu korban meninggalKeteranganmengenai orang yang menyerahkan / mengantar korban pada dokter dan waktu saat korban diterima dirumah sakit

  • 3.PEMBERITAANIdentitas korban menurut pemeriksaan dokter, (umur, jenis kel,TB/BB), serta keadaan umum .Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban.Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.Hasil pemeriksaan tambahan.Syarat-syarat :Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang awam.Angka harus ditulis dengan huruf (4 cm ditulis empat sentimeter).Tidak dibenarkan menulis diagnosa luka (luka bacok, luka tembak dll).Luka harus dilukiskan dengan kata-kata.Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat dan ditemukan).

  • KESIMPULANBagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca indera (pengelihatan, pendengaran, perasa, penciuman dan perabaan).Sifatnya subjektif.PENUTUPMemuat kata Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan.Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter.

  • Peranan Visum et RepertumPENYIDIK

    PENUNTUT UMUM HAKIM PENASEHAT HUKUM MENGUNGKAP PERKARA

    MEMBUAT DAKWAANKEYAKINAN MEMBUAT PUTUSAN

    FUNGSI PEMBELAANSEBAGAI PENGGANTI BENDA BUKTI

  • Tujuan Visum et RepertumSebagai salah satu barang bukti (corpus delicti) yang sah di pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah pada saat persidangan berlangsung. Jadi VeR merupakan barang bukti yang sah karena termasuk surat sah sesuai dengan KUHP pasal 184. Ada 5 barang bukti yang sah menurut KUHP pasal 184, yaitu: 1. Keterangan saksi 2. Keterangan ahli 3. Keterangan terdakwa 4. Surat-surat 5. Petunjuk

    Ada 3 tujuan pembuatan VeR, yaitu: 1. Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim 2. Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat 3. Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat kesimpulan VeR yang lebih baru

  • Bantuan dokter pada penyidik :1. Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP)2. Pemeriksaan korban hidup3. Pemeriksaan korban mati4. Penggalian mayat5. Menentukan umur seorang korban / terdakwa6. Pemeriksaan jiwa seorang terdakwa7. Pemeriksaan barang bukti lain (trace evidence)

  • Pemeriksaan dokter tersebut sesuai dengan jenis tindak pidananya, yg diatur dalam KUHP :

    Buku kesatu ( Aturan umum ) :Bab III pasal 44 45, tentang hal yang menghapus, mengurangi atau memberatkan pidana.

    Buku kedua ( kejahatan ) :Bab XIV pasal 284 290 / 292 295, tentang kejahatan kesusilaan.Bab XIX pasal 338 348, tentang kejahatan terhadap nyawa.Bab XX pasal 351 355, tentang penganiayaan.Bab XXI pasal 359 360, tentang meyebabkan mati atau luka karena kealpaan.

  • Sanksi HukumSanksi hukum untuk bedah mayat, diatur dalam pasal 82 UU No. 23 tahun 1992 Ayat (1):Barangsiapa yang tanpa keahlian dan kewenangannya dengan sengaja melakukan bedah mayat sebagaimana dimaksud dalam pasal 70 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp.100.000.000,00,- (seratus juta rupiah).

  • Tata Cara PermintaanVisum et RepertumPasal 133 ayat (2) KUHAP :Permintaan Keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah mayatSurat Permintaan Visum et Repertum (SPVR) harus dibuat dengan menggunakan format sesuai dengan jenis kasus yang sedang ditangani.SPVR harus ditanda tangani oleh penyidik yang syarat kepangkatan dan pengangkatannya diatur dalam BAB II pasal 2 Peraturan Pemerintah (PP) nomor 27 tahun 1983.

  • Korban yang meninggal dunia harus diantar oleh seorang anggota POLRI dengan membawa SPVR.Korban yang meninggal dunia harus diberi label sesuai dengan peraturan yang tercantum didalam pasal 133 ayat (3) KUHAPSebaiknya penyidik yang meminta Visum et Repertum mengikuti jalannya pemeriksaan bedah jenazah.

  • Prosedur Permintaan VeR Korban HidupPermintaan harus secara tertulis, tdk dibenarkan secara lisan / telepon / via pos.Korban adalah BB, maka permintaan VetR harus diserahkan sendiri oleh polisi bersama-sama korban/tersangka.Tidak dibenarkan permintaan VetR tentang sesuatu peristiwa yang telah lampau, mengingat rahasia kedokteran (Instruksi Kapolri No.Ins/E/20/IX/75).

  • Prosedur Permintaan VeR Korban Mati(mayat):Permintaan harus diajukan secara tertulis, tidak dibenarkan melalui telepon, lisan atau pos.Korban yang meninggal dunia harus diantar oleh seorang anggota POLRI dengan membawa SPVR.Korban yang meninggal dunia harus diberi label sesuai dengan peraturan yang tercantum didalam pasal 133 ayat (3) KUHAP.Sebaiknya penyidik yang meminta Visum et Repertum mengikuti jalannya pemeriksaan bedah jenazah.

  • KUHAP Pasal 133 (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. (2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. (3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat

  • KEWAJIBAN PENYIDIKTERHADAP KELUARGA KORBANKUHAP Pasal 134 (1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban. (2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut. (3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.

  • SANKSI HUKUM BAGI YANGMENGHALANG-HALANGI PEMERIKSAAN MAYATPasal 222 KUHP :Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat untuk pengadilan, dipidana dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

  • SANKSI BAGI DOKTER YANG MENOLAKPERMINTAAN PENYIDIKPasal 216 KUHP :Barangsiapa dengan sengaja tidak menurut perintah atau permintaan keras, yang dilakukan menurut peraturan Undang-undang oleh Pegawai Negeri yang diwajibkan mengawasi atau oleh pegawai negeri yang diwajibkan atau yang dikuasakan mengusut atau memeriksa tindak pidana.Demikian juga barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan suatu pekerjaan yang diusahakan oleh salah seorang pegawai negeri itu untuk menjalankan suatu peraturan undang-undang, dipidana dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah

  • Yang disamakan dengan pegawai negeri yang tersebut dalam bagian pertama ayat diatas ini ialah semua orang yang menurut peraturan undang-undang selalu atau sementara diwajibkan menjalankan suatu jabatan umum apapun juga.Kalau pada waktu melakukan kejahatan itu belum lagi dua tahun sesudah pemidanaan yang dahulu menjadi tetap karena kejahatan yang sama itu juga, maka pidana itu dapat ditambah sepertiganya.

  • Larangan untuk jadi ahli (KUHP 168)Sedarah / garis lurus sampai derajat 3 atau yg bersama2 dengan terdakwa.Saudara dari terdakwa/yg bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu, bapak, juga mereka yg punya hubungan perkawinan dan anak-anak sampai derajat 3.Suami/istri/meski sudah cerai.

  • Pencabutan Visum Et RepertumPencabutan permintaan Visum et Repertum pada prinsipnya tidak dibenarkan, namun kadang kala dijumpai hambatan dari keluarga korban yang keberatan untuk dilaksanakan bedah mayat dengan alasan larangan Agama, adat dan lain-lain.Bila timbul keberatan dari pihak keluarga, sesuai dengan ketentuan KUHAP Pasal 134 ayat 2, maka penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan bedah jenazah tersebut.

  • Lama PenyimpananVisum et Repertum10 tahunMENGACU PADA PERMENKES NO. 749A TAHUN 1989 TENTANG REKAM MEDIS

    30 tahunMENGACU PADA SISTEM ARSIP NASIONAL

  • Visum et Repertum SementaraDibuat atas permintaan penyidik.Penatalaksanaan korban belum selesai perawatannya.Keterangan tentang cedera korban diperlukan oleh penyidik.Perlu dibuat apabila korban pindah tempat perawatan.Memuat identitas korban, jenis luka, jenis kekerasan. Kualifikasi luka belum dapat ditentukan.

  • Visum et Repertum PsikiatrikSuatu persaksian tertulis dalam perkara pidana / perkara perdata, yang dibuat atas permintaan hakim Ketua Pengadilan dan mengingat sumpah dokter.Tentunya persakitan tersebut adalah tentang keadaan kesehatan jiwa penderita/terdakwa yang berperkara atau yang telah melanggar hukum.

  • Visum et Repertum PsikiatrikMenurut Permenkes No.1993/Kdj/U/70, tentang perawatan penderita penyakit jiwa pasal 15 ayat 2 membedakan kesaksian ahli jiwa menjadi 2 macam yaitu :Keterangan dokterVisum et Repertum Psikiatrik

  • Keterangan dokterKeterangan dokter adalah keterangan yang diberikan oleh dokter atas permintaan jaksa, polisi atau pamong praja dalam pemeriksaan pendahuluan suatu perkara pengadilan.Yang berhak membuat keterangan ini adalah dokter (tidak harus Psikiater).Pada prinsipnya setiap dokter yang terdaftar pada DepKes dan telah mendapat ijin bekerja dari MenKes, berhak membuatnya.

  • Visum et Repertum PsikiatrikYang berhak meminta visum et repertum psikiatrik ialah Hakim Ketua PN.Yang berhak membuat visum et repertum psikiatrik ialah ahli kedokteran jiwa suatu tempat perawatan penderita penyakit jiwa yang ditunujuk pengawas/Kepala DinKes Propinsi.

  • Syarat pembuatanVisum et Repertum PsikiatrikHarus selesai dalam waktu 3 x 24 jam.Bila ada kekuatiran penderita/terdakwa akan lari, dapat ditempuh pemeriksaan secara jalan dalam waktu yang sama 3 x 24 jam.Bila ternyata penderita/terdakwa benar sakit jiwa, maka kepala tempat perawatan harus membuat laporan kepada hakim PN (keterangan bahwa pdrta/terdakwa menderita sakit jiwa dan perlu perawatan dan pengobatan segera).

  • Kesimpulan Visum et RepertumKorban HidupIdentitas korbanJenis lukaJenis kekerasanKualifikasi luka

  • Kesimpulan Visum et Repertum Kejahatan SeksualJenis lukaJenis kekerasanTanda persetubuhanIdentitas korban / umur

  • Kesimpulan Visum et RepertumKorban Mati (Jenasah)Identitas korbanJenis lukaJenis kekerasanSebab kematian

  • Beberapa peraturan yg harusdiperhatikanMenurut Standar Pelayanan Medis yang disusun oleh IDI dan diterbitkan oleh Dek-Kes RI tahun 1993.Daerah yg tidak ada dokter SpF maka pemeriksaan oleh dokter umum (minimal di RS kelas D).Daerah yg punya dokter SpF maka pemeriksaan oleh dokter spesialis Forensik.

  • Pemeriksaan penunjangdi bidang Ilmu Kedokteran ForensikPemeriksaan ToksikologiPemeriksaan Histopatologi.Pemeriksaan AntropologiPemeriksaan/ teknik superimposisiPemeriksaan Laboratorium Forensik Khusus

  • Contoh pendahuluanYang bertanda tangan di bawah ini, (nama), dokter umum, atas permintaan dari Polsek dengan nomor surat // pada hari tanggal bulan .. tahun bertempat di klinik telah melakukan pemeriksaan terhadap seorang korban yang menurut surat permintaan tersebut adalah:Nama : dst

  • Contoh pemberitaan atau hasil pemeriksaanKorban mengaku 2 jam sebelum masuk RS dipukul dengan menggunakan tangan kosong pada (anamnesa / wawancara)Pada korban ditemukan :Pada dahi kanan ditemukan luka? Tepi luka? Ukuran luka?Pada dstSetelah pencatatan luka-luka selanjutnya diterangkan pula langkah pemeriksaan penunjang, pengobatan dan atau tindakan medis

  • Contoh penutupDemikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan sebenarnya berdasarkan keilmuan saya.

  • PenutupDicantumkan kalimatdemikianlah visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah

    Diakhiri dengan tanda tangan dan nama lengkap dokter

  • LO IIVisum et Repertum dan Kasus Perkosaan

  • Pengertian perkosaanMenurut hukum yang berlaku saat ini masih mengacu pada pasal 285 KUHP yaitu: Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetebuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa, dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun

  • Pembuktian perkosaan dilakukan dengan bantuan ilmu kedokteran forensik yaitu pembuatan visum et repertum. Pembuatan visum et repertum dilakukan oleh seorang dokter forensik atas permintaan penyidik berdasarkan pasal 133 KUHAP.

  • Dalam penanganan korban (hidup) perkosaan,dokter memiliki peran ganda yaitu sebagai :pemeriksa yang membuat visum et repertum(VeR)tenaga medis yang mengobati dan merawat korban.

  • Visum et repertum adalah laporan tertulis untuk kepentingan peradilan (pro yustisia):- atas permintaan yang berwenang, dibuat oleh dokter: terhadap segala sesuatu yang dilihat dan ditemukan pada pemeriksaan barang bukti, berdasarkan sumpah pada waktu menerima jabatan, berdasarkan pengetahuannya yang sebaik-baiknya.

  • Pembuatan VeR Untuk membuat VeR:Korban harus datang diantar petugasSurat permintaan VER ditanda tangani penyidikDokter pemeriksa mencocokkan nama tersebut dalam surat dengan korban, bila tidak sesuai harap dikembalikan kepada penyidikPetugas pengantar menulis nama, pangkat dan jabatan serta tanda tangan.

    VeR dibuat berdasarkan keadaan yang ditemukan saat permintaan diajukan.

  • Visum et repertumVeR pd kasus perkosaan di mata hakim pada hakikatnya berperan penting dalam mempengaruhi keputusan hakim.Karena visum et repertum dapat membuktikan ada atau tidaknya unsur-unsur perkosaan. Jadi visum et repertum bersifat mengikat hakim, akan tetapi tidak memaksa karena sesuai dengan sistem pembuktian yang dianut oleh negara kita yaitu sitem pembuktian negatif bahwa selain alat bukti juga harus disertai keyakinan hakim.

  • Peranan visum et repertum dalam pengungkapan kasus perkosaanMenunjukkan peran yang cukup penting bagi tindakan pihak Kepolisian selaku aparat penyidik. Pembuktian terhadap tindak pidana perkosaan dari hasil pemeriksaan yang dimuat dalam visum et repertum, menentukan langkah yang diambil pihak Kepolisian dalam mengusut suatu kasus perkosaan.

  • 2 pendapat mengenai anamnesis dalam VeR saat iniAda yang memasukkannya dalam VeR karena merupakan bagian dari pemeriksaan.Tetapi, ada yang memilih tidak dimasukkan dalam VeR karena bukan fakta yang dilihat dan ditemukan dokter sendiri.Namun, bila diminta yang berwajib, anamnesis adalah keterangan dari yang diperiksa yang dilampirkan pada visum.

  • AnamnesisTanyakan apakah pasien telah mandi, membersihkan diri, mengganti pakaian, atau minum obat-obatan sejak kejadian tersebut. Secara keseluruhan data yang didapat harus meliputi:1. Identitas: umur, tanggal dan tempat lahir, status perkawinan.2. Riwayat medis.3. Riwayat ginekologi; termasuk riwayat menstruasi (menars, lama, jumlah, siklus, keteraturan, nyeri), metodekontrasepsi, riwayat penyakit menular seksual, riwayatpenyakit radang panggul, koitus terakhir, dst.4. Riwayat obstetri; cara melahirkan, graviditas, dan paritas.5. Tempat, tanggal dan jam terjadinya perkosaan.6. Deskripsi kejadian dengan kata-kata pasien sendiri.

    Perlu ditanyakan apakah korban pingsan dan apa sebabnya, apakah karena korban ketakutan hingga pingsan atau korban dibuat pingsan dengan obat tidur atau obat bius yang diberi pelaku

  • ALUR PEMERIKSAAN KORBAN PERKOSAAN

  • ALUR YANG DAPAT DITEMPUH RELAWANKORBAN + RELAWAN (PENDAMPING) DOKTER SPESIALIS FORENSIK & MEDIKOLEGALPENYIDIK POLRIDOKTER :OBTETRI-GINEKOLOGIPSIKIATERBIDANG SPESIALIS LAINUMUMDOKTER SPESIALIS FORENSIK & MEDIKOLEGAL

  • ALUR PEMERIKSAAN FORENSIK KLINIKKORBAN + SURAT PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM DOKTER :OBTETRI-GINEKOLOGIBEDAHBIDANG SPESIALIS LAINUMUMVISUM ET REPERTUMDOKTER SPESIALIS FORENSIK Keterlibatan dokter forensik dalam hal ini adalah di dalam pemeriksaan maupun pembuatan visum et repertum, mengedit, agar bahasa dalam pembuatan visum et repertum dapat dimengerti dan dipahami oleh aparat penegak hukum serta pihak penasehat hukum

  • KEJAHATAN SEKSUALBantuan Ilmu Kedokteran dalam kasus kejahatan seksual dalam kaitannya dengan fungsi penyelidikan di tujukan kepadaMenentukan Adanya tanda-tanda persetubuhanMenentukan adanya tanda-tanda kekerasanMemperkirakan umurMenentukan pantas tidaknya korban buat kawin

  • 1. Menentukan adanya tanda-tanda persetubuhanTanda pasti:Adanya sperma di dalam liang senggama (vagina)Faktor waktu berperan untuk menemukan sperma hidup/ matiAspermia:Tidak ditemukan spermaPemeriksaan asam fosfatase, spermin dan kholinKehamilan:Pasti telah terjadi persetubuhanPenilaian harus hati-hati apakah kehamilan tersebut disebabkan oleh tersangka/ tidak

  • Tanda tidak pasti:Adanya robekan pada hymenJika hymen elastis tidak ada robekan walaupun ada persetubuhanPenyakit kelamin:Pemeriksaan bakteriologis untuk mencari kuman GO/ sifilis

  • 2. Menentukan adanya tanda-tanda kekerasanKekerasan tidak selalu mennggalkan luka/ bekas luka, tergantung:Penampang bendaDaerah yang terkena kekerasanKekuatan dari kekerasan ituYang termaksud kekerasan:Luka tajamLuka tumpulLebamTindakan pembiusan perlu di cari racun, gejala-gejala obat bius/ racun

  • 3. Memperkirakan umurPemeriksaan keadaan pertumbuhan gigiPemeriksaaan tulang Rontgen

    Pada kasus KUHP pasal 285 (kekerasan)/ KUHP pasal 286 (keadaan tidak berdaya) penentuan umur tidak diharuskan

    Perkiraan umur diperlukan untuk menentukan sudah cukup dewasa/ belum (21 tahun) khususnya pada kasus homo/lesbian.KUHP pasal 287 belum cukup umur

  • 4. Menentukan pantas tidaknya korban buat dikawinPada Undang-Undang perkawinan pada Bab II pasal 7 ayat 1 berbunyi- Perkawinan hanya di izinkan jika pihak pria sudah mencapai 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 tahun.

  • Yang perlu diKetahui dalam kasus kejahatan seksualSperma masih dapat ditemukan dalam keadaan bergerak dalam vagina sampai 4-5 jam setelah persetubuhanPada orang hidup sperma masih dapat diketemukan (tidak bergerak) sampai sekitar 24-36 jam setelah persetubuhan: sedangkan pada orang yang mati sperma masih dapat diketemukan dalam vagina paling lama sampai 7-8 hari setelah persetubuhan

  • 3. Pada laki-laki yang sehat air mani yang keluar setiap ejakulasi sebanyak 2-5 mL, yang mengandung sekitar 60 juta sperma setiap milimeternya dan sebanyak 90% dari jumlah tersebut dalam keadaan bergerak (motile)4. Untuk menjaga keasliaan barang bukti/korban, maka korban tidak perkenankan untuk membersihkan diri atau mengganti pakaian; hal ini dimaksudkan supaya bercak air mani, bercak darah, rambut, sisir, pasir dan lain sebagainya tidak hilang

  • Untuk mencari bercak air yang mungkin tercecer di TKP, misalnya pada sprei atau kain maka barang-barang tersebut disinari dengan cahaya ultra violet dimana bagian yang mengandung bercak air mani akan berfluoresensi putih, bagian ini harus diambil atau dikirim kelaboratorium.

  • Jika pelaku kejahatan segera tertangkap tidak setelah kejadian, kepala zakar harus (glans penis) harus diperiksa, yaitu untuk mencari sel-sel epitel vagina yang melekat pada zakar.VeR yang baik mencakup dan menjelaskan ke-4 hal seperti diatas, serta disertai waktu perkiraan terjadinya persetubuhan. Hal ini dapat di ketahui dari keadaan sperma serta dari keadaan normal lupa ( pada selaput darah, yang pada keadaan normal luka akan sembuh dalam waktu sekitar 7-10 hari)

  • Dalam kesimpulan Visum et Repertum dokter tidak akan dan tidak boleh mencantumkan kata pemerkosaan oleh karena kata tersebut mempunyai arti yuridis dalam hal paksaan, hal mana diluar jangkauan ilmu kedokteran.Untuk mencegah hal negatif pada saat pemeriksaan dilakukan, pemeriksa perlu didampingi orang ketiga, misalnya juru rawat/ polwan, sedangkan dengan korban yang masih dibawah umur izin dari wali atau orang tua diperlukan, demikian pula mengenai pemberitahuan prosedur pemeriksaan.

  • Robekan baru pada selaput dara dapat diketahui jika pada daerah robekan tersebut masih terlihat darah/ tampak kemerahan (hyperaemia). Letak robekan selaput dara pada persetubuhan pada umumnya di bagian belakang (commisura posterior), letak robekan di nyatakan sesuai menurut angka pada jam, robekan lama selaput dara dapat diketahui jika robekan tersebut sampai ke dasar (insertio) dari selaput dara

  • Hasil Pemeriksaan yang DiHarapakan

    PenyebabHasil PemeriksaanPenetrasi ZakarRobekan pada selaput daraLuka-luka pada bibir kemaluan dan dinding vaginaPancaran Air Mani (ejakulasi)Sperma didalam vaginaAsam fostase, Kholin, dan sperma didalam vaginaKehamilanPenyakit KelaminGO (kencing nanah)Lues (Sifilis)

  • BAGAN KEJAHATAN SEKSUAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN HUKUMDiluar perkawinanDalam perkawinanPsl. 288PersetubuhanDgn persetujuanperempuanTanpa persetujuanDlm keadaanPingsanPsl. 286kekerasan/AncamanPsl. 28515 thnPsl. 284

  • Faktor yang mempengaruhiSaat pemeriksaan dilakukanKeaslian barang bukti (kondisi korban)Kualifikasi pemeriksaKoordinasi dokter dan penyidikVariasi biologisHymen yang elastisDerajat penetrasi penisUkuran dan kaliber penisAzoospermia Penggunaan kondom

  • Menurut KUHP bantuan dokter diperlukan untuk membuktikan adanya persetubuhan, kekerasan, perkiraan umur serta pantas tidaknya seseorang untuk dikawinKUHP pasal 285Barangsiapa dgn kekerasan atau ancaman memaksa seorang perempuan bersetubuh dengan daia di luar perkawinan karena pemerkosaan dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 12 tahunDokter tidak membuktikan adanya paksaan serta ancaman tapi menyatakan pada diri korban telah terjadi persetubuhan yang disertai kekerasanKekerasan dimanifestasikan sebagai perlukaan atau adanya obat-obatan

  • Pemeriksaan forensik salam kasus kejahatan kesusilaanKORBANIdentifikasiTanda-tanda persetubuhanTanda-tanda kekerasanPerkiraan umurPantas dikawin atau tidakTERSANGKASel epitel dinding vaginaPenyakit Menular SeksualGolongan darahEnzimatikDNA

  • LO IIIPENANGANAN TERHADAP KORBAN PERKOSAAN

  • PENANGANAN YANG TEPAT TERHADAP KASUS DUGAAN PEMERKOSAAN

  • PendahuluanKekerasan Seksual kekerasan yang bernuansa seksual, termasuk berbagai perilaku yang tak diinginkan dan mempunyai makna seksual yang disebut pelecehan seksual, maupun berbagai bentuk pemaksaan hubungan seksual yang disebut sebagai perkosaan

  • Penanganan harus mencakup aspek pelayanan medikolegal dan psikososial penanganannya harus bekerjasama dengan lintas program dan sektor terkait melalui jejaringUpaya Promotif dan Preventif :Meningkatkan pengetahuan tentang hak-hak perempuan dan anakMeningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak tindakan Kekerarasan thdp wanita atau anak (KtP/A)Meningkatkan kemampuan mengendalikan emosi untuk tidak melakukan tindak kekerasanUpaya Kuratif : pengobatanUpaya Rehabilitatif : pemulihan

  • Penanganan Kasus KtP/AMerahasiakan identitas pelapor demi keamanannyaLindungi korban dari pelaku dan upaya bunuh diri Laporkan kejadian kekerasan kepada pihak yang berwenang dengan persetujuan korban. Bila terdapat ancaman pembunuhan, ancaman kepada anak atau hal yg wajib lapor lainnya, tenaga kesehatan dapat melaporkan kasusnya tanpa harus minta persetujuanSediakan penanganan medis komprehensifPerhatikan kondisi keluarga demi keamanan korbanRujuk ke jejaring untuk pendampingan dan penanganan aspek nonmedisDahulukan kepentingan terbaik bagi anak, baik sebagai korban maupun pelakuSanksi hukum terhadap pelaku, hanya bisa dilakukan sebagai pilihan terakhir

  • Penanganan medis kedokteran wanita korban perkosaanPencatatan anamnesis secara lengkapPemeriksaan fisik dengan hati-hatiPenatalaksanaan medis cedera fisikPengumpulan bukti-bukti hukumPencegahan kehamilanPencegahan penyakit menular seksualPenanganan psikologis dan/atau psikiatri selanjutnyaDokter memiliki peran ganda :Sebagai pemeriksa yang membuat visum et repertum (VeR)Tenaga medis yang mengobati dan merawat korban

  • RADARRecognize : kenali kemungkinan kekerasanAsk & Listen : tanyakan secara langsung dan dengarkan dengan empatiDiscuss options : bicarakan berbagai pilihannyaAssess danger : nilai kemungkinan adanya bahayaRefer to other groups that could provide assistance : rujuk ke lembaga atau kelompok yang membantu

  • Penatalaksanaan korban kekerasanterhadap perempuan dan anakAspek medisHarus bersikap membantu korban dalam mengatasi perasaan tidak berdayaPemeriksaan dilakukan setelah korban tenang, dan didampingi oleh keluarga/ pendamping, serta dibantu oleh perawat/bidan Lakukan informed consent sebelum melakukan pemeriksaan fisikPemeriksaan Medis, Pemeriksaan Status Mental, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan medik

  • Aspek medikolegalPemeriksaan medis untuk mengumpulkan barang- barang bukti Visum et Repertum (VeR)Sebelumnya dijelaskan proses, manfaat dan risiko pemeriksaan tersebut bagi korban sehubungan dengan perkara pidananya serta dikaitkan dengan upaya pengobatan bagi korban informed consentPenolakan: disertai alasannya atau bila hal itu tidak mungkin dilakukan rekam medisAspek psikososialPenanganan krisis, konseling, pendampingan, kunjungan rumah dan rumah aman bagi korban

  • Jika tenaga kesehatan mendapatkan tekanan atau terancam keselamatannya, maka dapat menggunakan Surat Pernyataan Penolakan (informed refusal), tetapi kemudian tetap melaporkan ke kepolisian

  • Wajib lapor oleh tenaga kesehatan dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan:Tidak dibebani pembuktian atas kasus dugaan Kekerasan yang dilaporkanTidak dapat dituntut pidana maupun perdata atas pelaporan kepada kepolisian, sepanjang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlakuBukan dalam kapasitas saksi pelapor namun sebagai pemberi informasi

  • Peran Dokter Dalam Proses KeadilanMemastikan sebab, cara, dan waktu kematian pada peristiwa kematian tidak wajar pada pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan atau kematian yang mencurigakan.

  • Keterangan AhliPasal 1 butir 28 KUHAP : Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaanPasal 184 KUHAP : Akan dijadikan alat bukti yang sah di depan sidang pengadilan.

  • KUHAP (Keterangan Ahli)Pasal 186: Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.Pasal 187(c): Surat keterangan dari seorang ahli yang dimuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya. Kedua pasal tersebut termasuk dalam alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan dalam KUHAP.

  • Keterangan AhliPihak yang berwenang meminta:KUHAP Pasal 133 ayat (1) : penyidikKUHAP Pasal 11 : penyidik pembantuKategori penyidik KUHAP Pasal 6 ayat (1) PP 27 tahun 1983 Pasal 2.Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh UU, pangkat paling rendah Pembantu Letnan Dua. Penyidik pembantu pangkat paling rendah Sersan Dua.Jika pegawai negri, penyidik pangkat paling rendah golongan II/b. Penyidik pembantu II/a.Bila di suatu Kepolisian Sektor tidak ada pejabat penyidik spt diatas, Kapolsek berpangkat bintara dibawah Pembantu Letnan Dua dikategorikan sbg penyidik k/ jabatannya.

  • Kategori penyidikSurat Keputusan Pangab No : Kep/04/P/II/1983 tentang Penyelenggaraan Fungsi Kepolisian MiliterPasal 4 huruf c : Polisi militer sebagai penyidikPasal 6 ayat c : Provoost dalam membantu Komandan/Ankum dalam penyidikan perkara pidana, tetapi penyelesaian selanjutnya diserahkan kepada POM atau POLRI

  • Keterangan Ahli(Prosedur permintaan keterangan ahli)Permintaan oleh penyidik secara tertulis (KUHAP Pasal 133 ayat (2) terutama untuk korban mati)Jenasah harus diperlakukan baik, diberi label identitas, penyidik wajib memberitahu keluarga pemeriksaan yg akan dilakukanKorban yg masih hidup sebaiknya diantar petugas kepolisian guna kepastian identitasDitujukan kepada instansi kesehatan atau instantsi khusus, bukan individu dokter yang bekerja dalam instansi itu

  • Kewajiban Dokter Sbg Saksi AhliWajib memberikan keterangan ahli:Pasal 120 KUHAPPasal 179 ayat (1) KUHAPWajib mengucapkan sumpah atau janji.

  • Dasar HukumDalam hal demikian maka bantuan seorang ahli sangat penting diperlukan dalam rangka mencari kebenaran materiil selengkap-lengkapnya bagi para penegak hukum tersebut.u/ permintaan bantuan tenaga ahli pada tahap penyidikan disebutkan pada KUHAP pasal 120 ayat (1), yg menyatakan : Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli / orang yg memiliki keahlian khusus.u/ permintaan bantuan keterangan ahli pada tahap pemeriksaan persidangan, disebutkan pada KUHAP pasal 180 ayat (1) yg menyatakan : Dalam hal diperlukan u/ menjernihkan duduknya persoalan yg timbul di sidang pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan bahan baru oleh yg berkepentingan.

  • Jenis Bantuan AhliMembuat terang suatu perkara pidana, mengumpulkan bukti-bukti yang memerlukan keahlian khusus.Memberikan petunjuk yang lebih kuat mengenai pelaku tindak pidana. Membantu hakim dalam menjatuhkan putusan dengan tepat terhadap perkara yang diperiksanya.

  • Alasan Sah Tidak Menjadi SaksiKeluarga sedarah dalam garis lurus keatas /kebawah sampai derajat ketiga dari terdakwa / yg bersama-sama sebagai terdakwa.Saudara dari terdakwa / yg bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau bapak, juga mereka yg mempunyai hubungan keluarga/ perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga.Suami / istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yg bersama-sama sebagai terdakwa.

  • Memberikan pelayanan klinisRiwayatPemeriksaanPerawatankonseling2. Mengumpulkan bukti forensik3. Merujuk untuk intervensi krisis lebih lanjut

  • Riwayat dan pemeriksaanMenunjukkan simpati dan tidak mengadiliKorban menceritakan sendiri, jangan lakukan pengulangan yang tidak perluMenjelaskan semuanya yang akan anda lakukanJangan melakukan apapun tanpa persetujuanMengikuti formulir riwayat dan pemeriksaanMendokumentasi semua secara menyeluruh

  • LO IVKEWAJIBAN DOKTER DALAM MEMBANTU PROSES PERADILAN

  • Yang berwenang/wajib melakukan pemeriksaanMenurut KUHP pasal 133 ayat (1) yang berwenang melakukan pemeriksaan atas tubuh manusia, baik masih hidup maupun sudah mati, adalah :Ahli kedokteran kehakimanDokterAhli lain, karena dengan dipergunakannya kata-kata dan atau ahli berarti ahli lain dapat memeriksa sendiri tanpa bekerjasama dengan dokter

  • SIAPA YANG BERHAK MEMINTA VISUM ET REPERTUM 1. Penyidik (KUHAP I butir 1, 6,7,120, 133, PP RI NO 27 Th 1983) * Pejabat polisi negara RI tertentu sekurang-kurangnya berpangkat PELDA (AIPDA) * Kapolsek berpangkat Bintara dibawah PELDA (AIPDA) 2. Penyidik Pembantu (KUHAP I Butir 3, 10, PP RI NO. 27 Th 1983) * Pejabat polisi negara RI tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat SERDA Polisi (BRIPDA) 3. Provos * UU No I Darurat Th 1958 * Keputusan Pangab No. Kep/04/P/II/1984 * UU No. 31 tahun 1997 ttg Peradilan Militer 4. Hakim Pidana (KUHAP 180)

  • SYARAT KEPANGKATAN DAN PENGANGKATAN PENYIDIKPasal 2 (PP no.27 1983)(1)Penyidik adalah :a.Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua Polisi;b.Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda Tk.I (Golongan II/b) atau yang disamakan dengan itu;(2)Dalam hal di suatu sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka Komandan Sektor Kepolisian yang berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatanya adalah penyidik.(3)Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a ditunjuk oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.(4)Wewenang penunjukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat dilimpahkan kepada pejabat Kepolisian Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.(5)Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b diangkat oleh Menteri atas usul dari Departemen yang membawahkan pegawai negeri tersebut. Menteri sebelim melaksanakan pengangkatan terlebih dahulu mendengar pertimbangan Jaksa Agung dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia.(6)Wewenang pengangkatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dapat dilimpahkan kepada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.

  • DASAR HUKUMBeberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur pekerjaan dokter dalam membantu peradilan: * KUHAP 133 * KUHAP 134 * KUHAP 179 * KUHP 222 * Reglemen pencatatan sipil Eropa 72 * Reglemen pencatatan sipil Tionghoa 80 * STBL 1871/91 * UU RI No 23 Th 1992 Pasal 70

  • Pasal 179 KUHAP Ayat 1: Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Ayat 2: Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

  • UU RI No 23 Th 1992 Pasal 70 Ayat 1: Dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan dapat dilakukan bedah mayat untuk penyelidikan sebab penyakit dan atau sebab kematian serta pendidikan tenaga kesehatan. Ayat 2: Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat. Ayat 3: Ketentuan mengenai bedah mayat sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

  • Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan penyidik, dapat dikenakan sanki pidana :Pasal 216 KUHP

  • Pasal 224Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya, diancam:1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan.

  • Sanksi keterangan palsuPasal 225Barang siapa dengan sengaja tidak memenuhi perintah undang-undang untuk menyerahkan surat-surat yang dianggap palsu atau dipalsukan, atau yang harus dipakai untuk dibandingkan dengan surat lain yang dianggap palsu atau dipalsukan atau yang kebenarannya disangkal atau tidak diakui, diancam:1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan;

  • Pasal 267(1) Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun(2) Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seseorang ke dalam rumah sakit jiwa atau untuk menahannya di situ, dijatuhkan pidana penjara paling lama delapan tahun enam bulan.(3) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.

  • Pasal 242(1) Barang siapa dalam keadaan di mana undang-undang menentukan supaya memberi keterangan di atas sumpah atau mengadakan akibat hukum kepada keterangan yang demikian, dengan sengaja memberi keterangan palsu di atas sumpah, baik dengan lisan atau tulisan, secara pribadi maupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.(2) Jika keterangan palsu di atas sumpah diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau tersangka, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.(3) Disamakan dengan sumpah adalah janji atau penguatan diharuskan menurut aturan-aturan umum atau yang menjadi pengganti sumpah.(4) Pidana pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1 - 4 dapat dijatuhkan.

  • Larangan untuk menjadi sanksiPasal 168 KUHAPKecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, maka tidak dapat didengar keterangannya dan dapatmengundurkan diri sebagaisaksi :a.Keluarga sedarah atau semendadalam garis lurus ke atas atau kebawah sampai sederajat ketiga dariterdakwa atau yang bersama-samasebagai terdakwa

  • b.Saudara dari terdakwa atau yangbersama-sama sebagai terdakwa,saudara ibu atau saudara bapak,juga mereka yang mempunyaihubungan karena perkawinan dananak-anak saudara terdakwa sampaiderajat ketigac.Suamiatauisteriterdakwameskipunsudah bercerai atau yang bersama-sama sebagai terdakwa

  • Pasal 169 KUHAP(1)Dalam hal mereka sebagaimanadimaksud dalam pasal 168 menghendakinya dan penuntut umum serta terdakwa secara tegas menyetujuinya dapat memberi keterangan dibawah sumpah(2)Tanpa persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), mereka diperbolehkan memberikan keterangan tanpa sumpah

  • KESIMPULAN Telah diperiksa seorang perempuan Xe yang berumur 15 tahun, dari pemeriksaan fisik ditemukan robekan pada dasar hymen dengan arah jam 6 dan spermatozoa motil dalam vagina. Dari hasil ini didapatkan telah terjadi persetubuhan.Menurut kelompok kami, tersangka dikenakan pasal KUHP 285, 286 dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun.

  • SARANMelakukan penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi untuk korban perkosaan

  • Daftar pustakaMunim Abdul, Tjiptomartono Agung L. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan Edisi Revisi. Jakarta: Sagung Seto, 2008.

    Penyidik dibenarkan mencabut SPVR (Instr. Kapolri No.Pol:INS/E/20/IX/75).Bila terpaksa Visum et Repertum yang sudah diminta harus diadakan pencabutan/penarikan kembali, maka hal tersebut hanya dapat diberikan oleh Komandan-Komandan Kesatuan paling rendah tingkat KOMRES dan untuk kota besar hanya oleh DANTABES.

    ******Ankum : atasan yang berhak menghukum*******