KELOMPOK 1

13
BAB 9 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN DASAR-DASAR ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Analisis laporan keuangan meliputi evaluasi tentang tiga karakteristik perusahaan, yaitu likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas. Kreditur jangka pendek seperti misalnya bank, sangat berkepentingan terhadap likuiditas, yaitu kemampuan peminjam untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo. Kreditur jangka panjang, seperti misalnya pemegang obligasi, akan sangat penting memperhatikan tingkat likuiditas dan solvabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan (penerbit obligasi) untuk bertahan dalam jangka waktu yang panjang. KEBUTUHAN AKAN ANALISIS KOMPARATIF Setiap pos yang dilaporkan dalam laporan keuangan, penting artinya. Sebagai contoh, apabila neraca PT ABC per 31 Desember 2012 melaporkan bahwa kas berjumlah Rp475.000.000,00, kita menjadi tahu bahwa perusahaan memiliki kas sejumlah tersebut pada tanggal tersebut. Akan tetapi kita tidak tahu apakah angka tersebut mencerminkan kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan apakah kas tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan akan kas di waktu yang akan datang. Perbandingan dapat dilakukan dengan data dasar (data pembanding) yang berbeda-beda, sebagai berikut: 1. Basis intra-perusahaan. Basis ini membandingkan suatu pos atau hubungan keuangan dalam suatu perusahaan pada

description

initugas kelompok 1 dari pak johan sebagai syrat mengikuti uts tahun ini

Transcript of KELOMPOK 1

Page 1: KELOMPOK 1

BAB 9

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

DASAR-DASAR ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Analisis laporan keuangan meliputi evaluasi tentang tiga karakteristik perusahaan,

yaitu likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas. Kreditur jangka pendek seperti

misalnya bank, sangat berkepentingan terhadap likuiditas, yaitu kemampuan

peminjam untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo. Kreditur jangka

panjang, seperti misalnya pemegang obligasi, akan sangat penting memperhatikan

tingkat likuiditas dan solvabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan

(penerbit obligasi) untuk bertahan dalam jangka waktu yang panjang.

KEBUTUHAN AKAN ANALISIS KOMPARATIF

Setiap pos yang dilaporkan dalam laporan keuangan, penting artinya. Sebagai contoh,

apabila neraca PT ABC per 31 Desember 2012 melaporkan bahwa kas berjumlah

Rp475.000.000,00, kita menjadi tahu bahwa perusahaan memiliki kas sejumlah

tersebut pada tanggal tersebut.

Akan tetapi kita tidak tahu apakah angka tersebut mencerminkan kenaikan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan apakah kas tersebut cukup untuk

memenuhi kebutuhan perusahaan akan kas di waktu yang akan datang.

Perbandingan dapat dilakukan dengan data dasar (data pembanding) yang berbeda-

beda, sebagai berikut:

1. Basis intra-perusahaan. Basis ini membandingkan suatu pos atau hubungan

keuangan dalam suatu perusahaan pada suatu tahun dengan pos atau hubungan

yang sama dari tahun atau tahun-tahun sebelumnya.

2. Rata-rata industri. Dasar ini membandingkan suatu pos atau hubungan keuangan

dari suatu perusahaan dengan rata-rata industri (atau standar industri) yang di

terbitkan oleh organisasi pemeringkat keuangan.

3. Basis antar-perusahaan. Basis ini membandingkan suatu pos atau hubungan

keuangan suatu perusahaan dengan pos atau hubungan keuangan dari satu atau

beberapa perusahaan pesaing.

ALAT-ALAT ANALISIS

Kita dapat menggunakan berbagai alat dalam mengevaluasi signifikan laporan

keuangan, yaitu:

Page 2: KELOMPOK 1

Analisis horisontal, mengevaluasi serangkaian data laporan keuangan selama

suatu periode waktu tertentu.

Analisis vertikal, mengevaluasi data laporan keuangan dengan menyatakan

setiap pos dalam suatu laporan keuangan sebagai suatu persentase dari jumlah

dasar tertentu.

Analisis rasio, menyatakan hubungan antara pos-pos tertentu dalam laporan

keuangan.

Analisis Horisontal

Analisis horizontal, atau disebut juga analisis tren adalah suatu teknik untuk

mengevaluasi serangkaian data dari laporan keuangan selama suatu periode tertentu.

Tujuannya adalah untuk menentukan kenaikan atau penurunan yang terjadi.

Perubahan ini bisa dinyatakan dalam bentuk suatu jumlah tertentu atau persentase.

Sebagai contoh, penjualan bersih pada PT Merbabu selama 3 tahun terakhir adalah

sebagai berikut:

PT MERBABU

Penjualan Bersih (dalam jutaan rupiah)

2011 2010 2009

Rp19.660 Rp19.903 Rp18.781

Apabila kita berasumsi bahwa tahun 2009 adalah tahun dasar, kita dapat mengukur

semua persentase kenaikan atau penurunan dari jumlah tahun dasar tersebut, sebagai

berikut:

Perubahan sejak tahun dasar = JumlahTahunini−JumlahTahunDasarJumlahTahunDasar

Dari data diatas kita dapat mengetahui bahwa penjualan bersih pada PT Merbabu naik

dari tahun 2009 ke tahun 2010 kira-kira sebesar 6% [(Rp19.903-Rp18.781):

Rp18.781]. Demikian pula, kita dapat menentukan bahwa penjualan bersih telah naik

dari tahun 2009 sampai 2011 sebesar 5,7%.

Sebagai alternatif, kita dapat menyatakan penjualan tahun ini sebagai persentase dari

tahun dasar. Kita dapat melakukan hal tersebut dengan membagi jumlah tahun ini

dengan jumlah tahun dasar.

Page 3: KELOMPOK 1

NERACA

Untuk lebih lanjut tentang analisis horisontal, silahkan perhatikan contoh pada sebuah

perusahaan bernama Prambanan Department Store. Pada contoh ini disajikan analisis

horisontal dari neraca yang diringkas selama 2 tahun, disajikan dalam rupiah maupun

persentase.

PRAMBANAN DEPARTMENT STORENeraca (diringkas)

31 Desember(Dalam ribuan rupiah)

Kenaikan atau

(penurunan) selama

tahun 2011

2011 2010 Jumlah Persentase

Aset

Aset lancar

Aset tetap (neto)

Aset tak terwujud

Total aset

Kewajiban

Utang lancar

Utang jangka panjang

Total kewajiban

Ekuitas pemegang

saham

Saham biasa, pari Rp1000

Laba ditahan

Total ekuitas

Total kewajiban

& ekuitas

pemegang

saham

Rp1.020.000

800.000

15.000

Rp1.835.000

Rp344.500

487.500

Rp832.00

Rp275.400

727.600

1.003.000

Rp1.835.000

Rp945.000

635.000

17.500

Rp1.595.000

Rp303.000

497.000

Rp800.000

270.000

525.000

795.000

Rp1.595.000

Rp75.000

167.000

(2.500)

Rp240.000

Rp41.500

(9.500)

32.000

5.400

202.600

208.000

Rp240.000

7,9%

26,5%

(14,3%)

15,0%

13,7%

(1,9%)

4,0%

2,0%

38,6%

26,6%

15,0%

Page 4: KELOMPOK 1

Neraca komparatif diatas menunjukkan sejumlah perubahan signifikan telah terjadi

dalam struktur keuangan perusahaan Prambanan Department Store antara tahun 2010

dan 2011.

Dalam kelompok aset, aset tetap naik telah naik sebesar 26,5%.

Dalam kelompok kewajiban, utang lancar telah naik sebesar 13,7%.

Dalam kelompok ekuitas, laba ditahan telah naik sebesar 38,6%.

LAPORAN RUGI-LABA

Pada ilustrasi di bawah ini disajikan suatu analisis horisontal dari dua laporan rugi-

laba yang telah diringkas pada Prambanan Department Store yaitu untuk 2010 dan

2011.

Analisis atas laporan rugi-laba ini menunjukkan adanya perubahan yaitu:

Penjualan bersih naik Rp260.000.000,00 atau 14,2%.

Beban pokok penjualan naik Rp141.000.000 atau 12,4%.

Total beban operasi naik RP37.000.000 atau 11,6%.

LAPORAN LABA DITAHAN

Ilustrasi di bawah ini menampilkan analisis laporan laba ditahan Prambanan

Department Store. Analisis secara horisontal menunjukkan bahwa laba bersih naik

Rp55.300.000,00. Sedangkan dividen untuk saham biasa hanya naik sebesar

Rp1.200.000,00. Kita telah melihat dalam analisis horisontal pada neraca bahwa laba

ditahan akhir naik 38,6%.

ANALISIS VERTIKAL

analisis vertikal adalah suatu tehnik yang menyatakan setiap pos laporan keuangan

sebagai suatu persentase dari jumlah basis tertentu. Sebagai contoh untuk pos neraca,

kita mengatakan bahwa aset lancar adalah 25% dari total aset – apabila total aset

ditetapkan sebagai jumlah dasar.

NERACA

Ilustrasi dibawah ini menyajikan analisis vertikal dari neraca komparatif Prambanan

Department Store. Basis untuk pos-pos aset adalah total aset. Basis untuk kewajiban

dan ekuitas pemegang saham adalah total kewajiban dan ekuitas pemegang saham.

Analisis vertikal menunjukkan ukuran relatif tiap kategori dalam neraca. Juga bisa

menunjukkan persentase perubahan setiap pos aset, kewajiban, dan ekuitas.

Page 5: KELOMPOK 1

ANALISIS RASIO

Analisis rasio menyatakan hubungan antara pos-pos tertentu dari data laporan

keuangan. Suatu rasio menyatakan hubungan matematis antara jumlah yang satu

dengan jumlah yang lainnya. Hubungan ini bisa dinyatakan dalam bentuk persentase,

tarif, atau proporsi.

Untuk menganalisis laporan keuangan yang utama, kita dapat menggunakan analisis

rasio untuk menganalisis likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas.

RASIO LIKUIDITAS

Rasio likuiditas mengukur kemampuan jangka pendek suatu perusahaan untuk

membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo dan untuk memenuhi kebutuhan kas

yang tidak terduga. Rasio yang dapat digunakan untuk menentukan kemampuan

jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajibannya, yaitu sebagai berikut:

Rasio lancar

Rasio lancar adalah alat ukur yang sangat populer digunakan dalam menilai likuiditas

dan kemampuan jangka pendek untuk melunasi kewajibannya. Rasio ini dihitung

dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar.

Rasio ACID-TEST

Rasio acid-test (rasio cepat) adalah alat pengukur likuiditas perusahaan jangka pendek

yang segera atau cepat. Rasio ini dihitung dengan membagi jumlah kas, investasi

jangka pendek, dan piutang usaha dengan kewajiban lancar.

Perputaran piutang

Kita dapat mengukur likuiditas dengan mengukur seberapa cepat suatu aset tertentu

dapat diubah menjadi kas. Sebagai contoh, seberapa likuid-kah piutang usaha? Rasio

yang digunakan adalah Perputaran piutang. Rasio ini mengukur beberapa kali (secara

rata-rata) perusahaan mengumpulkan piutang dalam satu periode. Perputaran piutang

dihitung dengan membagi penjualan kredit bersih (penjualan bersih dikurangi

penjualan tunai) dengan rata-rata piutang neto.

Perputaran persediaan

Page 6: KELOMPOK 1

Perputaran persediaan mengukur beberapa kali persediaan dijual dalam suatu periode.

Hal ini dilakukan untuk mengukur likuiditas persediaan. Perputaran persediaan

dihitung dengan membagi beban pokok penjualan dengan rata-rata persediaan.

RASIO PROFITABILITAS

Rasio profitabilitas mengukur laba dan keberhasilan operasi suatu perusahaan dalam

suatu periode waktu tertentu. Laba (mungkin rugi) mempengaruhi kemampuan

perusahaan untuk mendapat pendanaan utang atau ekuitas. Selain itu juga

mempengaruhi posisi likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk

berkembang.

Rasio yang digunakan pada rasio profitabilitas, yaitu sebagai berikut:

Marjin laba

Marjin laba adalah suatu ukuran tentang persentase setiap rupiah penjualan yang

menghasilkan laba bersih. Cara menghitungnya yaitu dengan membagi laba bersih

dengan penjualan bersih.

Perputaran aset

Perputaran aset mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan asetnya untuk

menghasilkan penjualan. Cara menghitungnya, yaitu dengan membagi penjualan

bersih dan dengan aset rata-rata.

Hasil (return) atas aset

Pengukur profitabilitas yang menyeluruh disebut hasil atas aset (return on assets).

Kita dapat menghitungnya dengan membagi laba bersih dengan aset rata-rata.

Hasil ekuitas pemegang saham

Rasio profitabilitas lain yang juga banyak digunakan para analisis adalah hasil ekuitas

pemegang saham (return on stockholders’ekuity). Alat ini mengukur profitabilitas dari

sudut pandang pemegang saham. Rasio ini menunjukkan berapa rupiah dihasilkan

dari setiap rupiah yang ditanamkan oleh para pemilik. Cara menghitung rasio ini yaitu

dengan membagi laba bersih dengan rata-rata ekuitas pemegang saham biasa.

laba per lembar saham

Page 7: KELOMPOK 1

laba per lembar saham mengukur laba bersih yang diperoleh oleh setiap lembar saham

biasa. Ini dapat dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham biasa

yang beredar sepanjang tahun.

Rasio harga saham dengan laba

Rasio harga saham dengan laba mengukur rasio harga pasar per lembar saham biasa

dengan laba per lembar saham. Rasio ini mencerminkan penilaian investor terhadap

laba perusahaan di masa datang. Rasio ini dapat dihitung dengan membagi harga

pasar per lembar saham dengan laba per lembar saham.

Rasio dividen dibayar

Rasio dividen dibayar mengukur persentase dari laba yang dibayarkan dalam bentuk

dividen tunai. Kita dapat menghitungnya dengan membagi dividen tunai dengan laba

bersih.

RASIO SOLVABILTAS

Rasio solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk bertahan dalam kurun

waktu panjang. Para kreditur jangka panjang dan para pemegang saham tertarik untuk

mengetahui kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pada tanggal yang telah

ditetapkan dan melunasi pinjaman pada tanggal jatuhnya.

Ada 2 rasio yang lazim digunakan yaitu:

Rasio utang terhadap total aset

Rasio utang terhadap total aset mengukur persentase dari total yang berasal dari

kreditur. Rasio ini dihitung dengan membagi total utang (utang lancar dan utang

jangka panjang) dengan total aset.

Perbandingan bunga terhadap laba

Perbandingan bunga terhadap laba memberi indikasi tentang kemampuan perusahaan

untuk membayar bunga pada waktu yang telah ditetapkan. Rasio ini dapat dihitung

dengan membagi laba sebelum dikurangi pajak penghasilan dan beban bunga dengan

beban.

KEMAMPUAN MEMPEROLEH LABA DAN POS-POS TIDAK BIASA

Page 8: KELOMPOK 1

para pemakai informasi keuangan biasanya tertarik pada konsep “kemampuan

memperoleh laba”. Kemampuan memperoleh laba (earning power) berarti tingkat

laba normal yang harus dicapai di waktu yang akan datang. Pemakai laporan

keuangan tertarik pada kemampuan memperoleh laba karena hal itu akan membantu

mereka dalam menaksir laba dimasa datang tanpa “dicampuri” oleh hal-hal yang tidak

biasa terjadi.

Perusahaan melaporkan dua tipe pos-pos “tidak biasa terjadi” yaitu:

1. PENGHENTIAN OPERASI

Penghentian operasi berkaitan dengan penjualan komponen bisnis yang signifikan.

Sebagai contoh, penghentian seluruh aktivitas atau hilangnya sejumlah besar

pelanggan. Setelah terjadi penghentian komponen yang signifikan, perusahaan

harus melaporkan di laporan rugi-laba, baik laba dari operasi yang masih berlanjut

maupun laba (atau rugi) dari penghentian operasi. Laba (atau rugi) dari

penghentian operasi terdiri dari dua bagian, yaitu: laba (atau rugi) dari

penghentian operasi dan laba (atau rugi) dari penjualan segmen.

2. POS-POS LUAR BIASA

Pos-pos luar biasa adalah kejadian dan transaksi yang memenuhi dua kondisi

berikut: (1). Bersifat tidak biasa, dan (2) jarang terjadi. Disebut “tidak biasa” suatu

pos harus haruslah tidak normal dan hanya terjadi secara insidental. Disebut

“jarang terjadi” suatu pos haruslah tidak diharapkan akan berulang di masa

datang.

PERUBAHAN DALAM PRINSIP AKUNTANSI

Perubahan dalam prinsip akuntansi terjadi apabila prinsip akuntansi yang digunakan

pada tahun ini berbeda dengan prinsip tahun yang sebelumnya. Standar akuntansi

keuangan mengijinkan perusahaan mengganti prinsip akuntansi yang digunakan,

apabila manajemen dapat menunjukkan bahwa prinsip akuntansi pengganti lebih

bermanfaat daripada prinsip sebelumnya.

LABA KOMPREHENSIF

Banyak analis yang menyatakan keprihtainannya atas semakin banyaknya pos yang

dilaporkan dalam laporan laba-rugi dan melaporkannya langsung di kelompok ekuitas

pemegang saham di neraca. Mereka merasa bahwa cara pelaporan tersebut telah

mengurangi kegunaan laporan laba-rugi. Untuk mengatasi ini, selain melaporkan laba

bersih, perusahaan juga harus melaporkan laba komprehensif. Laba komprehensif

meliputi semua perubahan dalam ekuitas pemegang saham pada suatu periode,

Page 9: KELOMPOK 1

kecuali yang berasal dari investasi pemegang saham dan pembagian laba kepada para

pemegang saham.