KELOMPOK 1
description
Transcript of KELOMPOK 1
BAB 9
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
DASAR-DASAR ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Analisis laporan keuangan meliputi evaluasi tentang tiga karakteristik perusahaan,
yaitu likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas. Kreditur jangka pendek seperti
misalnya bank, sangat berkepentingan terhadap likuiditas, yaitu kemampuan
peminjam untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo. Kreditur jangka
panjang, seperti misalnya pemegang obligasi, akan sangat penting memperhatikan
tingkat likuiditas dan solvabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan
(penerbit obligasi) untuk bertahan dalam jangka waktu yang panjang.
KEBUTUHAN AKAN ANALISIS KOMPARATIF
Setiap pos yang dilaporkan dalam laporan keuangan, penting artinya. Sebagai contoh,
apabila neraca PT ABC per 31 Desember 2012 melaporkan bahwa kas berjumlah
Rp475.000.000,00, kita menjadi tahu bahwa perusahaan memiliki kas sejumlah
tersebut pada tanggal tersebut.
Akan tetapi kita tidak tahu apakah angka tersebut mencerminkan kenaikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan apakah kas tersebut cukup untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan akan kas di waktu yang akan datang.
Perbandingan dapat dilakukan dengan data dasar (data pembanding) yang berbeda-
beda, sebagai berikut:
1. Basis intra-perusahaan. Basis ini membandingkan suatu pos atau hubungan
keuangan dalam suatu perusahaan pada suatu tahun dengan pos atau hubungan
yang sama dari tahun atau tahun-tahun sebelumnya.
2. Rata-rata industri. Dasar ini membandingkan suatu pos atau hubungan keuangan
dari suatu perusahaan dengan rata-rata industri (atau standar industri) yang di
terbitkan oleh organisasi pemeringkat keuangan.
3. Basis antar-perusahaan. Basis ini membandingkan suatu pos atau hubungan
keuangan suatu perusahaan dengan pos atau hubungan keuangan dari satu atau
beberapa perusahaan pesaing.
ALAT-ALAT ANALISIS
Kita dapat menggunakan berbagai alat dalam mengevaluasi signifikan laporan
keuangan, yaitu:
Analisis horisontal, mengevaluasi serangkaian data laporan keuangan selama
suatu periode waktu tertentu.
Analisis vertikal, mengevaluasi data laporan keuangan dengan menyatakan
setiap pos dalam suatu laporan keuangan sebagai suatu persentase dari jumlah
dasar tertentu.
Analisis rasio, menyatakan hubungan antara pos-pos tertentu dalam laporan
keuangan.
Analisis Horisontal
Analisis horizontal, atau disebut juga analisis tren adalah suatu teknik untuk
mengevaluasi serangkaian data dari laporan keuangan selama suatu periode tertentu.
Tujuannya adalah untuk menentukan kenaikan atau penurunan yang terjadi.
Perubahan ini bisa dinyatakan dalam bentuk suatu jumlah tertentu atau persentase.
Sebagai contoh, penjualan bersih pada PT Merbabu selama 3 tahun terakhir adalah
sebagai berikut:
PT MERBABU
Penjualan Bersih (dalam jutaan rupiah)
2011 2010 2009
Rp19.660 Rp19.903 Rp18.781
Apabila kita berasumsi bahwa tahun 2009 adalah tahun dasar, kita dapat mengukur
semua persentase kenaikan atau penurunan dari jumlah tahun dasar tersebut, sebagai
berikut:
Perubahan sejak tahun dasar = JumlahTahunini−JumlahTahunDasarJumlahTahunDasar
Dari data diatas kita dapat mengetahui bahwa penjualan bersih pada PT Merbabu naik
dari tahun 2009 ke tahun 2010 kira-kira sebesar 6% [(Rp19.903-Rp18.781):
Rp18.781]. Demikian pula, kita dapat menentukan bahwa penjualan bersih telah naik
dari tahun 2009 sampai 2011 sebesar 5,7%.
Sebagai alternatif, kita dapat menyatakan penjualan tahun ini sebagai persentase dari
tahun dasar. Kita dapat melakukan hal tersebut dengan membagi jumlah tahun ini
dengan jumlah tahun dasar.
NERACA
Untuk lebih lanjut tentang analisis horisontal, silahkan perhatikan contoh pada sebuah
perusahaan bernama Prambanan Department Store. Pada contoh ini disajikan analisis
horisontal dari neraca yang diringkas selama 2 tahun, disajikan dalam rupiah maupun
persentase.
PRAMBANAN DEPARTMENT STORENeraca (diringkas)
31 Desember(Dalam ribuan rupiah)
Kenaikan atau
(penurunan) selama
tahun 2011
2011 2010 Jumlah Persentase
Aset
Aset lancar
Aset tetap (neto)
Aset tak terwujud
Total aset
Kewajiban
Utang lancar
Utang jangka panjang
Total kewajiban
Ekuitas pemegang
saham
Saham biasa, pari Rp1000
Laba ditahan
Total ekuitas
Total kewajiban
& ekuitas
pemegang
saham
Rp1.020.000
800.000
15.000
Rp1.835.000
Rp344.500
487.500
Rp832.00
Rp275.400
727.600
1.003.000
Rp1.835.000
Rp945.000
635.000
17.500
Rp1.595.000
Rp303.000
497.000
Rp800.000
270.000
525.000
795.000
Rp1.595.000
Rp75.000
167.000
(2.500)
Rp240.000
Rp41.500
(9.500)
32.000
5.400
202.600
208.000
Rp240.000
7,9%
26,5%
(14,3%)
15,0%
13,7%
(1,9%)
4,0%
2,0%
38,6%
26,6%
15,0%
Neraca komparatif diatas menunjukkan sejumlah perubahan signifikan telah terjadi
dalam struktur keuangan perusahaan Prambanan Department Store antara tahun 2010
dan 2011.
Dalam kelompok aset, aset tetap naik telah naik sebesar 26,5%.
Dalam kelompok kewajiban, utang lancar telah naik sebesar 13,7%.
Dalam kelompok ekuitas, laba ditahan telah naik sebesar 38,6%.
LAPORAN RUGI-LABA
Pada ilustrasi di bawah ini disajikan suatu analisis horisontal dari dua laporan rugi-
laba yang telah diringkas pada Prambanan Department Store yaitu untuk 2010 dan
2011.
Analisis atas laporan rugi-laba ini menunjukkan adanya perubahan yaitu:
Penjualan bersih naik Rp260.000.000,00 atau 14,2%.
Beban pokok penjualan naik Rp141.000.000 atau 12,4%.
Total beban operasi naik RP37.000.000 atau 11,6%.
LAPORAN LABA DITAHAN
Ilustrasi di bawah ini menampilkan analisis laporan laba ditahan Prambanan
Department Store. Analisis secara horisontal menunjukkan bahwa laba bersih naik
Rp55.300.000,00. Sedangkan dividen untuk saham biasa hanya naik sebesar
Rp1.200.000,00. Kita telah melihat dalam analisis horisontal pada neraca bahwa laba
ditahan akhir naik 38,6%.
ANALISIS VERTIKAL
analisis vertikal adalah suatu tehnik yang menyatakan setiap pos laporan keuangan
sebagai suatu persentase dari jumlah basis tertentu. Sebagai contoh untuk pos neraca,
kita mengatakan bahwa aset lancar adalah 25% dari total aset – apabila total aset
ditetapkan sebagai jumlah dasar.
NERACA
Ilustrasi dibawah ini menyajikan analisis vertikal dari neraca komparatif Prambanan
Department Store. Basis untuk pos-pos aset adalah total aset. Basis untuk kewajiban
dan ekuitas pemegang saham adalah total kewajiban dan ekuitas pemegang saham.
Analisis vertikal menunjukkan ukuran relatif tiap kategori dalam neraca. Juga bisa
menunjukkan persentase perubahan setiap pos aset, kewajiban, dan ekuitas.
ANALISIS RASIO
Analisis rasio menyatakan hubungan antara pos-pos tertentu dari data laporan
keuangan. Suatu rasio menyatakan hubungan matematis antara jumlah yang satu
dengan jumlah yang lainnya. Hubungan ini bisa dinyatakan dalam bentuk persentase,
tarif, atau proporsi.
Untuk menganalisis laporan keuangan yang utama, kita dapat menggunakan analisis
rasio untuk menganalisis likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas.
RASIO LIKUIDITAS
Rasio likuiditas mengukur kemampuan jangka pendek suatu perusahaan untuk
membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo dan untuk memenuhi kebutuhan kas
yang tidak terduga. Rasio yang dapat digunakan untuk menentukan kemampuan
jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajibannya, yaitu sebagai berikut:
Rasio lancar
Rasio lancar adalah alat ukur yang sangat populer digunakan dalam menilai likuiditas
dan kemampuan jangka pendek untuk melunasi kewajibannya. Rasio ini dihitung
dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar.
Rasio ACID-TEST
Rasio acid-test (rasio cepat) adalah alat pengukur likuiditas perusahaan jangka pendek
yang segera atau cepat. Rasio ini dihitung dengan membagi jumlah kas, investasi
jangka pendek, dan piutang usaha dengan kewajiban lancar.
Perputaran piutang
Kita dapat mengukur likuiditas dengan mengukur seberapa cepat suatu aset tertentu
dapat diubah menjadi kas. Sebagai contoh, seberapa likuid-kah piutang usaha? Rasio
yang digunakan adalah Perputaran piutang. Rasio ini mengukur beberapa kali (secara
rata-rata) perusahaan mengumpulkan piutang dalam satu periode. Perputaran piutang
dihitung dengan membagi penjualan kredit bersih (penjualan bersih dikurangi
penjualan tunai) dengan rata-rata piutang neto.
Perputaran persediaan
Perputaran persediaan mengukur beberapa kali persediaan dijual dalam suatu periode.
Hal ini dilakukan untuk mengukur likuiditas persediaan. Perputaran persediaan
dihitung dengan membagi beban pokok penjualan dengan rata-rata persediaan.
RASIO PROFITABILITAS
Rasio profitabilitas mengukur laba dan keberhasilan operasi suatu perusahaan dalam
suatu periode waktu tertentu. Laba (mungkin rugi) mempengaruhi kemampuan
perusahaan untuk mendapat pendanaan utang atau ekuitas. Selain itu juga
mempengaruhi posisi likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk
berkembang.
Rasio yang digunakan pada rasio profitabilitas, yaitu sebagai berikut:
Marjin laba
Marjin laba adalah suatu ukuran tentang persentase setiap rupiah penjualan yang
menghasilkan laba bersih. Cara menghitungnya yaitu dengan membagi laba bersih
dengan penjualan bersih.
Perputaran aset
Perputaran aset mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan asetnya untuk
menghasilkan penjualan. Cara menghitungnya, yaitu dengan membagi penjualan
bersih dan dengan aset rata-rata.
Hasil (return) atas aset
Pengukur profitabilitas yang menyeluruh disebut hasil atas aset (return on assets).
Kita dapat menghitungnya dengan membagi laba bersih dengan aset rata-rata.
Hasil ekuitas pemegang saham
Rasio profitabilitas lain yang juga banyak digunakan para analisis adalah hasil ekuitas
pemegang saham (return on stockholders’ekuity). Alat ini mengukur profitabilitas dari
sudut pandang pemegang saham. Rasio ini menunjukkan berapa rupiah dihasilkan
dari setiap rupiah yang ditanamkan oleh para pemilik. Cara menghitung rasio ini yaitu
dengan membagi laba bersih dengan rata-rata ekuitas pemegang saham biasa.
laba per lembar saham
laba per lembar saham mengukur laba bersih yang diperoleh oleh setiap lembar saham
biasa. Ini dapat dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham biasa
yang beredar sepanjang tahun.
Rasio harga saham dengan laba
Rasio harga saham dengan laba mengukur rasio harga pasar per lembar saham biasa
dengan laba per lembar saham. Rasio ini mencerminkan penilaian investor terhadap
laba perusahaan di masa datang. Rasio ini dapat dihitung dengan membagi harga
pasar per lembar saham dengan laba per lembar saham.
Rasio dividen dibayar
Rasio dividen dibayar mengukur persentase dari laba yang dibayarkan dalam bentuk
dividen tunai. Kita dapat menghitungnya dengan membagi dividen tunai dengan laba
bersih.
RASIO SOLVABILTAS
Rasio solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk bertahan dalam kurun
waktu panjang. Para kreditur jangka panjang dan para pemegang saham tertarik untuk
mengetahui kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pada tanggal yang telah
ditetapkan dan melunasi pinjaman pada tanggal jatuhnya.
Ada 2 rasio yang lazim digunakan yaitu:
Rasio utang terhadap total aset
Rasio utang terhadap total aset mengukur persentase dari total yang berasal dari
kreditur. Rasio ini dihitung dengan membagi total utang (utang lancar dan utang
jangka panjang) dengan total aset.
Perbandingan bunga terhadap laba
Perbandingan bunga terhadap laba memberi indikasi tentang kemampuan perusahaan
untuk membayar bunga pada waktu yang telah ditetapkan. Rasio ini dapat dihitung
dengan membagi laba sebelum dikurangi pajak penghasilan dan beban bunga dengan
beban.
KEMAMPUAN MEMPEROLEH LABA DAN POS-POS TIDAK BIASA
para pemakai informasi keuangan biasanya tertarik pada konsep “kemampuan
memperoleh laba”. Kemampuan memperoleh laba (earning power) berarti tingkat
laba normal yang harus dicapai di waktu yang akan datang. Pemakai laporan
keuangan tertarik pada kemampuan memperoleh laba karena hal itu akan membantu
mereka dalam menaksir laba dimasa datang tanpa “dicampuri” oleh hal-hal yang tidak
biasa terjadi.
Perusahaan melaporkan dua tipe pos-pos “tidak biasa terjadi” yaitu:
1. PENGHENTIAN OPERASI
Penghentian operasi berkaitan dengan penjualan komponen bisnis yang signifikan.
Sebagai contoh, penghentian seluruh aktivitas atau hilangnya sejumlah besar
pelanggan. Setelah terjadi penghentian komponen yang signifikan, perusahaan
harus melaporkan di laporan rugi-laba, baik laba dari operasi yang masih berlanjut
maupun laba (atau rugi) dari penghentian operasi. Laba (atau rugi) dari
penghentian operasi terdiri dari dua bagian, yaitu: laba (atau rugi) dari
penghentian operasi dan laba (atau rugi) dari penjualan segmen.
2. POS-POS LUAR BIASA
Pos-pos luar biasa adalah kejadian dan transaksi yang memenuhi dua kondisi
berikut: (1). Bersifat tidak biasa, dan (2) jarang terjadi. Disebut “tidak biasa” suatu
pos harus haruslah tidak normal dan hanya terjadi secara insidental. Disebut
“jarang terjadi” suatu pos haruslah tidak diharapkan akan berulang di masa
datang.
PERUBAHAN DALAM PRINSIP AKUNTANSI
Perubahan dalam prinsip akuntansi terjadi apabila prinsip akuntansi yang digunakan
pada tahun ini berbeda dengan prinsip tahun yang sebelumnya. Standar akuntansi
keuangan mengijinkan perusahaan mengganti prinsip akuntansi yang digunakan,
apabila manajemen dapat menunjukkan bahwa prinsip akuntansi pengganti lebih
bermanfaat daripada prinsip sebelumnya.
LABA KOMPREHENSIF
Banyak analis yang menyatakan keprihtainannya atas semakin banyaknya pos yang
dilaporkan dalam laporan laba-rugi dan melaporkannya langsung di kelompok ekuitas
pemegang saham di neraca. Mereka merasa bahwa cara pelaporan tersebut telah
mengurangi kegunaan laporan laba-rugi. Untuk mengatasi ini, selain melaporkan laba
bersih, perusahaan juga harus melaporkan laba komprehensif. Laba komprehensif
meliputi semua perubahan dalam ekuitas pemegang saham pada suatu periode,
kecuali yang berasal dari investasi pemegang saham dan pembagian laba kepada para
pemegang saham.