Kelompok 1

20
KELOMPOK 1

description

az

Transcript of Kelompok 1

KELOMPOK 1

Terbakarnya jalan nafas (Airway Fire) karena tabung endotrakeal tube (ETT) yang terbakar oleh elektrokauter atau laser telah banyak dibahas baru-baru ini. Meskipun kejadiannya langkah, tetapi hal ini dapatmenyebabkan cedera serius bahkan kematian bagi pasien.

Dalam jurnal ini akan dibahas sebuah kasus airway fire karena ETT yang terbakar oleh elektrokauter selama trakeostomi.

Laki-laki 23 tahun dengan kanker gaster melakukan operasi subtotal gatrectomy dengan epidural anesthesia. Tetapi kemudian pasien mengalami gagal nafas. Pasien diberikan terapi oksigen via Venturi mask dengan FiO2 35%-45% di ICU selama 8 hari. Kemudian di jadwalkan menerima trakeostomi

Pasien memiliki riwayat hipertensi, infark cerebri dengan hemiplegia dextra sekitar 7-8 tahun yang lalu dan osteoarthritis

Berat badan pasien 58 kg Tinggi 160 cm. Vital sign pre-operative hate rate 97 x/menit tekanan darah 166/92 mmHg, SpO2 92% dengan Venturi mask FiO2 45%. Pola pernafasannya cepat dan dangkal

dengan restriksi sternal dan bantuan tulang-tulang pernafasan intercostae.

Suara nafas terdengar kasar, terdengar stridor dan wheezing dikedua lapang paru.

Gambaran radiografi pre-operatif didapatkan gambaran right upper dan lower pneumonia dengan banyak sputum dikedua lobus paru.

Pada kultur sputum didapatkan infesi bakteri Staphylococcus aureus.

Tidak ada data mengenai Blood Gas Analysis (BGA) pada pasien.

Pasien mendapatkan general anastesi dengan fentanyl 100µg, thiopental 250 mg, dan succinylcholine 80 mg dan a 7.0 mm ID polyvinylchloride oral (PVC) dengan endotracheal tube (ETT) dengan intubasi. Intubasi dilkukan dengan lancar dengan cuff EET yang terisi 5 cc udara. Pasien diberikan oksigen murni dengan aliran 500 ml/min, rasio 1:2. SpO2 di observasi antara 97%-100%

Setelah dilakukan pembukaan tracea, ETT tampak meningkat. Perdarahan terjadi disekitar jaringan pernafasan oleh karena itu dilakukan kauterisasi electric 3-4 kali sekitar 5-8 detik. Tidak diduga ternyata tampak kilatan terbakar berwarna putih dengan gambaran luka bakar putih kehitaman di daerah insisi di trachea.

Dengan cepat dokter bedah menutupi dengan spon lembab dan menuangkan Normal Saline untuk memadamkan api. Dokter anastesi kemudian menghentikan aliran obat anastesi dari ETT dan mengambil ETT dengan cepat. Setelah dilakukan pemadaman api, tabung trakeostomi

7,5 m ID dimasukkan tanpa kesulitan apapun.

ETT terbakar kira-kira sepanjang 7-9 cm dari ujung

ETT dan ada beberapa bagian yang meleleh dan

tersumbat. Terdapat lubang hitam yang terbakar

pada ETT sekitar 1-2 cm di atas manset ETT. Bagian

dalam dari ETT dipenuhi dengan debu pekat hitam.

Bagian atas dari manset ETT meleleh (gambar 1).

Diduga terdapat luka karena panas dan luka

inhalasi pada saluran pernafasan.

Namun, obat-obatan steroid tidak digunakan untuk

mengontrol infeksi, hanya diberikan terapi suportif (ventilator,

antibiotic, radiografi thorax, dan chest care). Pasien dikirim ke

ruang ICU untuk perawatan lebih lanjut. Gambaran radiografi

dada pasca operasi menunjukkan tidak ada hal buruk dan

perubahan yang signifikan. Akhirnya, ventilator yang dipasang

pada pasien dilepaskan 4 hari kemudian di ruang ICU.

Gambar 1, Gambar ETT yang terbakarBagian ETT yang terbakar sekitar 7-9 cm bulai bagian ujung ETT samapi beberapa daerah yang melepuh dan oklusi. Terdapat lubang hitan pada ETT dg diameter sekitar 1-2 cm dari cuff/manset ETT (panah putih) bagian dalam dari ETT terdapat banyak debu dan gumpalan hitam. Bagian atas dari cuff/manset ETT tampak meleleh

- bahan bakar (ETT)- oxidant (oksigen murni)- sumber pengapian

(electrocautery/listrik, laser)

Bertegangan Rendah

pencegahan

kesulitan mengendalikan

perdarahan

a. bipolar electrocautery mencegah kebocoran

arus.

b. menjaga konsentrasi oksigen <0,3 atau 0,4.

c. pengurangan ambang ETT:

- metode khusus yg tahan trhdp laser & listrik;

menutupi ETT dg metalized foil tape.

- mengisi manset ETT dg saline & menutupi ETT

dg perban basah. (efektif)

d. jet ventilation atau intermittent apnea

A. Spesialis bedah1. Hentikan sumber airway fire2. Konfirmasi kepada anesthesiologists3. Padamkan api dengan air/perban

basah4. Emergency trakeostomi

B. Anastesiologists1. Lepaskan ETT dari anestesi & extubasi

pasien2. Ventilasi masker oksigen 100%3. Direct laryngoscope kembalikan

intubasi & memeriksa terjadinya kerusakan orofaringeal

4. Fiberoptic bronchoscope periksa injury trakhea & bronchus. Jika perlu lakukan broncholavage.

5. Periksa BGA

1. Gunakan ventilasi mekanik2. Foto rontgen thorax evaluasi pasien

dg injury inhalasi paru3. Pencegahan infeksi sekunder4. Steroid dosis tinggi