kelola air hujan

download kelola air hujan

of 19

description

air hujan

Transcript of kelola air hujan

16

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangAir merupakan salah satu komponen lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di bumi tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat membawa hal yang buruk apabila tidak tersedia dalam kondisi yang tidak benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga yang dibutuhkan ialah air bersih. Air bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya. Air bersih yang sehat adalah air bersih yang memenuhi syarat syarat kesehatan baik kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan persyaratan kesehatan yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 sehingga aman untuk dikonsumsi masyarakat. Untuk memperoleh air bersih ini secara mutlak diperlukan pengolahan dengan baik yang disesuaikan dengan keadaan sumber air baku yang digunakan. Semakin rendah kualitas dan kuantitas air baku maka semakin sulit pengolahan yang dilakukan, semakin banyak teknikteknik yang dilakukan untuk memperoleh air bersih yang sehat. Pada masa mendatang kebutuhan air akan meningkat bukan saja karena pertumbuhan penduduk, tetapi juga karena kebutuhan per kapita meningkat, sesuai dengan kehidupan kultural manusia. Pengelolaan sumber daya air dan perlakuan pengolahan air secara tepat merupakan tantangan yang harus dihadapi. Salah satu sumber penyedia air yang potensial tapi belum dimanfaatkan secara optimal adalah air hujan karena tekanan kualitas dan kuantitas bahan kimia yang terkandung dalam air hujan.Untuk mengatasi persoalan diatas, diperlukan sistem pengolahan air yang dapat mencukupi kebutuhankebutuhan tersebut. Rancangan sistem pengolahan air hujan merupakan salah satu inovasi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi multiguna yang efisien. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan teknologi pemanfaatan air hujan lebih lanjut.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan beberapa rumusan masalah antara lain: 1. Apa saja kelebihan dan kekurangan air hujan sebagai sumber air?2. Bagaimana pengolahan air hujan sehingga dapat digunakan sebagai sumber air bersih?

1.3 Tujuan dan ManfaatBerdasarkan latar belakang di atas, maka tulisan ini bertujuan untuk membahas mengenai penggunaan air hujan sebagai sumber air. Secara khusus, akan dibahas mengenai kelebihan dan kekurangan air hujan sebagai sumber air, serta untuk mengetahui teknik pengolahan air hujan menjadi air bersih. Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai air hujan beserta pengolahannya, maka dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang sumber air bersih dan ketersediaannya, serta menjadi inspirasi untuk penemuan teknik pengolahan dan pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih dan dapat menjadi solusi krisis air bersih.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air HujanAir merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit, terutama penyakit perut. Supaya air masuk kedalam tubuh manusia baik berupa minuman ataupun makanan tidak menyebabkan/membawa bibit penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi sangat perlu dilakukan. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebetuhan masyarakat, karena penyediaan air bersih yamg terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume ratarata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150200 liter atau 35 40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat.Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu sistem penyediaan sumber air bersih tidak akan berfungsi. Salah satu sumber air adalah air atmosfer atau air hujan. Air hujan merupakan sumber air yang sangat penting terutama di daerah yang tidak terdapat sistem penyediaan air bersih, kualitas air permukaan yang rendah serta tidak tersedia air tanah.Pemanfaatan air hujan untuk air minum dan air bersih untuk kebutuhan sehari hari adalah hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat.Pemanfaatan air hujan untuk air bersih untuk keperluan Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) sebenarnya tidak ada masalah, hanya yang perlu diperhatikan adalah penggunaan air hujan untuk air minum, hal ini disebabkan kandungan rata rata air hujan di Indonesia : Mineral rendah Kesadahan rendah PH rendah ( antara 3,0 s/d 6,0 ) Kandungan Organik tinggi ( > 10 ) Zat besi tinggi ( > 0,3 )Dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, namun dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran kotoran industri/debu dan lain sebagainya maka air hujan tidak dapat langsung digunakan, untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya dilakukan pengelolaan terlebih dahulu.Selain itu air hujan mempunyai kerugian yaitu sifat agresif terutama terhadap pipa pipa penyalur maupun bak bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehinggga akan boros terhadap pemakaian sabun. Untuk itusebelum digunakan, air hujan dapat dikelola terlebih dahulu salah satunya dengan metode pemanenan air hujan (PHA).

2.2 Pemanenan Air HujanPemanenan air hujan (PAH) merupakan metode atau teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan air hujan yang berasal dari atap bangunan, permukaan tanah, jalan atau perbukitan batu dan dimanfaatkan sebagai salah satu sumber suplai air bersih.Beberapa keuntungan penggunaan air hujan sebagai salah satu alternatif sumber air bersih adalah sebagai berikut (1) meminimalisasi dampak lingkungan: penggunaan instrumen yang sudah ada (atap rumah, tempat parkir, taman, dan lain-lain) dapat menghemat pengadaan instrumen baru dan meminimalisasi dampak lingkungan. Selain itu meresapkan kelebihan air hujan ke tanah dapat mengurangi volume banjir di jalan-jalan di perkotaan setelah banjir; (2) lebih bersih: air hujan yang dikumpul- kan relatif lebih bersih dan kualitasnya memenuhi persyaratan sebagai air baku air bersih dengan atau tanpa pengolahan lebih lanjut; (3) kondisi darurat: Air hujan sebagai cadangan air bersih sangat penting penggunaannya pada saat darurat atau terdapat gangguan sistem penyediaan air bersih, terutama pada saat terjadi bencana alam. Selain itu air hujan bisa diperoleh di lokasi tanpa membutuhkan sistem penyaluran air; (4) sebagai cadangan air bersih: pemanenan air hujan dapat me- ngurangi kebergantungan pada sistem penyediaan air bersih; (5) sebagai salah satu upaya konservasi; dan (6) pemanenan air hujan merupakan teknologi yang mudah dan fleksibel dan dapat dibangun sesuai dengan kebutuhan. Pembangunan, operasional dan perawatan tidak membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian tertentu.

2.2.1 Komponen Sistem Pemanenan Air HujanSistem PAH umumnya terdiri dari beberapa sistem yaitu: tempat menangkap hujan (collection area), saluran air hujan yang mengalirkan air hujan dari tempat menangkap hujan ke tangki penyimpanan (conveyance), filter, reservoir (storage tank), saluran pembuangan, dan pompa.Area penangkapan air hujan (collection area) merupakan tempat penangkapan air hujan dan bahan yang digunakan dalam konstruksi permukaan tempat penangkapan air hujan mempengaruhi efisiensi pengumpulan dan kualitas air hujan. Bahan-bahan yang digunakan untuk permukaan tangkapan hujan harus tidak beracun dan tidak mengandung bahan-bahan yang dapat menurunkan kualitas air hujan. Umumnya bahan yang digunakan adalah bahan anti karat seperti alumunium, besi galvanis, beton, fiber-glass shingles, dll. Gambar 1 dan 2 menunjukkan skema ilustrasi sistem PAH dengan menggunakan atap dan permuka- an tanah. mudah dan murah dalam konstruksi. Sistem ini sangat membantu masyarakat yang terkena bencana dan mengalami kesulitan memperoleh air bersih pasca tsunami Sistem pengaliran air hujan (conveyance system) biasanya terdiri dari saluran pengumpul atau pipa yang mengalirkan air hujan yang turun di atap ke tangki penyimpanan (cistern or tanks).Sistem PAH yang diterapkan pasca bencana tsunami di Banda Aceh merupakan sistem PAH yang sederhana, Saluran pengumpul atau pipa mempunyai ukuran, kemiringan dan dipasang sedemikian rupa agar kuantitas air hujan dapat tertampung semaksimal mungkin. Contoh saluran penampung disajikan pada Gambar 3. Ukuran saluran penampung bergantung pada luas area tangkapan hujan, biasanya diameter saluran penampung berukuran 20-50 cm.Filter dibutuhkan untuk menyaring sampah (daun, plastik, ranting, dll) yang ikut bersama air hujan dalam saluran penampung (Gambar 4) sehingga kualitas air hujan terjaga. Dalam kondisi tertentu, filter harus bisa dilepas dengan mudah dan dibersihkan dari sampah.Tangki (Cistern or tank) alami (kolam atau dam) dan tangki buatan merupakan tempat untuk menyimpan air hujan. Tangki penyimpanan air hujan dapat berupa tangki di atas tanah atau di bawah tanah (ground tank).First flush device: apabila kualitas air hujan merupakan prioritas, saluran pembuang air hujan yang tertampung pada menit-menit awal harus dibuang. Tujuan fasilitas ini adalah untuk meminimalkan polutan yang ikut bersama air hujan.Pompa (Pump) dibutuhkan apabila tangki penampung air hujan berada di bawah tanah.

2.2.2 Tipe Sistem Pemanenan Air HujanBeberapa sistem PAH yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut (1) sistem atap (roof system) menggunakan atap rumah secara individual memungkinkan air yang akan terkumpul tidak terlalu signifikan, namun apabila diterapkan secara masal maka air yang terkumpul sangat melimpah; (2) sistem permukaan tanah (land surface catchment areas) menggunakan permukaan tanah merupakan metode yang sangat sederhana untuk mengumpulkan air hujan. Dibandingkan dengan sistem atap, PAH dengan sistem ini lebih banyak mengumpulkan air hujan dari daerah tangkapan yang lebih luas. Air hujan yang terkumpul dengan sistem ini lebih cocok digunakan untuk pertanian, karena kualitas air yang rendah. Air ini dapat ditampung dalam embung atau danau kecil. Namun, ada kemungkinan sebagian air yang tertampung akan meresap ke dalam tanah.

Gambar 1. Ilustrasi Sistem PAH (a) Menggunakan Atap dan (b) Menggunakan Tanah

Gambar 2. Sistem PAH di Banda Aceh Pasca Tsunami Tahun 2004

Gambar 7. Sistem Penangkapan dan Pengolahan Air Hujan

2.3 Kualitas Air HujanKualitas air hujan umumnya sangat tinggi (UNEP, 2001). Air hujan hampir tidak mengandung kontaminan, oleh karena itu air tersebut sangat bersih dan be- bas kandungan mikroorganisme. Namun, ketika air hujan tersebut kontak dengan permukaan tangkapan air hujan (catchment), tempat pengaliran air hujan (conveyance) dan tangki penampung air hujan, maka air tersebut akan membawa kontaminan baik fisik, kimia maupun mikrobiologi.Beberapa literatur menunjukkan simpulan yang berbeda mengenai kualitas PAH dari atap rumah. Kualitas PAH sangat bergantung pada karakteristik wilayah PAH seperti topografi, cuaca, tipe wilayah tangkapan air hujan, tingkat pencemaran udara, tipe tangki penampungan dan pengelolaan air hujan (Kahinda et al., 2007). Menurut Horn dan Helmreich (2009), di daerah pinggiran kota atau di pedesaan, umumnya air hujan yang ditampung sangat bersih, tetapi di daerah perkotaan dimana banyak terdapat area industri dan padatnya arus transportasi, kualitas air hujan sangat terpengaruh sehingga mengandung logam berat dan bahan organik dari emisi gas buang. Selain industri dan transportasi, kondisi permukaan bahan penangkap air hujan juga mempengaruhi kualitas airnya. Gambaran bagaimana air hujan terkontaminasi oleh polutan ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Tahapan Kontaminasi Air Hujan dengan Sistem Penangkapan dari Atap Rumah

Dengan pemahaman bagaimana proses kontaminasi air hujan terjadi, dan bagaimana kontaminan terbawa oleh air hujan, maka pengelolaan air hujan yang memenuhi syarat akan menghasilkan air bersih yang berkualitas.Di bawah ini beberapa cara sederhana dalam mengolah air hujan menjadi air bersih: (1) permukaan tangkapan air hujan dan interior tangki penampungan air hujan harus dibersihkan secara berkala ;(2) memasang saringan (screen) sebelum masuk ke pipa tangki penampungan air hujan; (3) membuang beberapa liter air hujan pada beberapa menit pertama ketika hujan tiba dengan menggunakan pipa khusus pembuangan; (4) desinfeksi (chlorination) merupakan cara yang umum digunakan dalam mengurangi kontaminan mikroorganisme. Dosis klorinasi yang digunakan sebaiknya berkisar 0.40.5 mg/lt berupa free chlorine dalam bentuk tablet atau gas; (5) penyaringan air hujan dengan menggunakan saringan pasir lambat (slow sand filter); (6) pasteurisasi merupakan metode pengolahan dengan menggunakan sinar ultraviolet dan panas dari sinar matahari. Metode sangat efektif jika suhu pemanasan mencapai 50oC dan air mengandung konsentrasi oksigen yang cukup.

2.4 Sistem Pengelolaan dan Pengolahan Air Hujan2.4.1 BioretensiBioretensi termasuk ke dalam teknik low impact development (LID) pada sistem pengelolaan air hujan. dikatagorikan kedalam teknik LID, karena teknik tersebut meminimumkan peningkatan aliran air limpasan, meningkatkan infiltrasi, filtrasi dan evaporasi serta menampung sementara air hujan. Sistem bioretensi yang dibangun dapat menjadi bagian ruang terbuka hijau dan dirancang berdasarkan jenis tanahnya, kondisi lokasi dan tata ruang rencana wilayah pengembangan. Penggunaan Bioretention sebagai ruang terbuka hijau di daerah real estate dapat meningkatkan nilai estitika daerah yang dikembangkan.Bioretention mengintegrasikan fungsi pengurangan polusi dan tampungan aliran permukaan akibat dari penyaringan/pembersihan sampah dan sedimentasi. Pemberian kompos dan pemeliharaaan serta penggantian tanaman merupakan usaha pemeliharaan dan pengoperasian bioretention yang perlu dilaksanakan. Untuk memelihara tanaman di bioretention sebaiknya tidak perlu atau tidak boleh menggunakan pupuk buatan. Agar pengelolaan air hujan di bioretention dapat di optimalkan, maka proses yang terjadi perlu dipahami. Berikut ini adalah beberapa proses utama yang ada pada bioretension untuk air hujan lokal: Intersepsi merupakan proses tertangkapnya air hujan oleh daun tanaman serta lapisan penutup (mulch), sehingga memperlambat atau mengurangi terjadinya aliran permukaan. Infiltrasi adalah proses utama yang ada di bioretention, baik yang mempunyai saluran underdrain maupun yang tidak. Pengendapan akan terjadi akibat aliran lambat yang ada di bioretention, akibatnya partikel yang ada di air akan tertinggal di permukaan bioretention. Absorsi adalah proses penahanan air di ruang antara partikel tanah yang kemudian akan diserap oleh akar tanaman. Evapotranspirasi akan terjadi di bioretention akan berubah sebagian air limpasan menjadi uap air. Absorsi yang terjadi adalah proses penyerapan kandungan kimia seperti metal dan nitrat yang terlarut di air oleh humus dan tanah.

Gambar 9. Potongan Memanjang Bioretention

2.4.2 Saluran RumputSaluran rumput dapat dimanfaatkan sebagai saluran pembawa air hujanada berbagai lokasi dan kondisi, fleksibel dan relative murah. Umumnya saluran terbuka rumput sangat cocok sebagai saluran pematusan daerah tangkapan air yang kecil dengan kemiringan yang landai. Penggunaan saluran ini biasanya sebagai saluran sepanjang jalan lingkungan dan Highway, fungsinya untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan sebagai filter dan tempat infiltrasi. Selain fungsi tersebut diatas pengendapan sediment merupakan mekanisme utama dari upaya pengurangan polutan. Saluran rumput sangat efektif kerjanya jika kedalaman aliran minimum dan waktu tinggalnya maksimum.

Gambar 10. Denah dan Potongan Melintang Saluran Rumput

2.4.3 Perkerasan yang Lulus AirPerkerasan permukaan jalan adalah penyebab meningkatnya volume limpasan permukaan dari suatu wilayah yang dikembangkan. Selain volume air hujan yang menjadi limpasan permukaan, jalan dan lapangan parkir yang dibangun akan menyebabkan peningkatan polusi. Penggunaan perkerasan yang lulus air adalah salah satu teknik LID yang efektif untuk mengurangi persentase daerah yang kedap air. Berbagai studi menyimpulkan bahwa kualitas air sungai, danau dan rawa menurun drastis akibat daerah kedap air dari daerah tangkapan airnya lebih dari 10%. Perkerasan yang lulus air sangat cocok sebagai perkerasan jalan yang lalu lintasnya rendah seperti lapangan parkir atau jalan setapak. Penggunaan perkerasan lulus air yang paling berhasil adalah perkerasan lulus air di daerah pesisir yang mempunyai tanah pasiran dengan kemiringan yang landai.

Gambar 11. Perkerasan yang Lulus Air

2.4.4 Teknologi Membran dan Lampu Ultra VioletBerdasarkan hasil pengujian, air hujan berada tingkat keasaman yang tinggi. Hal tersebut berarti bahwa air hujan memiliki kandungan zat pencemar yang tinggi dan kandungan mineralnya rendah, sehingga diperlukan sistem pengolahan yang mampu meningkatkan kualitas air hujan, salah satu sistem yang digunakan yaitu dengan teknik membrane dan lampu ultraviolet.

Gambar 12. Diagram Sistem Pengolahan Air Hujan dengan Teknik Membran dan Lampu Ultra Violet (HPS: high pressure sensor; LPS: low pressure sensor; prefilter: sistem pengolahan awal)

Mekanisme kerja dari sistem pengolahan air hujan ini dimulai dari pemompaan air hujan yang telah ditampung, menuju ke sistem pengolahan awal (prefilter). Karena tekanan yang dihasilkan oleh pompa eksternal cukup kuat, maka akan mengaktifkan sensor tekanan tinggi (HPS) dan sensor tekanan rendah (LPS) tidak aktif. Pada saat sensor tekanan tinggi aktif, secara otomatis pompa internal akan diaktifkan dan mulai memompa air dari prefilter menuju ke membran. Air akan mengalami penyaringan di membran. Sebanyak 60% air akan dikeluarkan sebagai air tercemar (waste) dan 40% merupakan air bersih (pure) akan menuju ke instalasi lampu ultraviolet. Air keluaran dari sistem adalah air murni.

BAB IIIPENYELESAIAN MASALAH

3.1 Air Hujan sebagai Sumber Air BersihAir hujan hampir tidak mengandung kontaminan, oleh karena itu air tersebut sangat bersih dan bebas kandungan mikroorganisme. Namun, ketika air hujan tersebut kontak dengan permukaan tangkapan air hujan (catchment), tempat pengaliran air hujan (conveyance) dan tangki penampung air hujan, maka air tersebut akan membawa kontaminan baik fisik, kimia maupun mikrobiologi. Maka semakin banyak polutan di lokasi tempat hujan, semakin banyak juga kontaminasi air hujan.Beberapa keuntungan penggunaan air hujan sebagai salah satu alternatif sumber air bersih adalah sebagai berikut: (1) meminimalisasi dampak lingkungan: penggunaan instrumen yang sudah ada (atap rumah, tempat parkir, taman, dan lain-lain) dapat menghemat pengadaan instrumen baru dan meminimalisasi dampak lingkungan. Selain itu meresapkan kelebihan air hujan ke tanah dapat mengurangi volume banjir di jalan-jalan di perkotaan setelah banjir; (2) lebih bersih: air hujan yang dikumpul- kan relatif lebih bersih dan kualitasnya memenuhi persyaratan sebagai air baku air bersih dengan atau tanpa pengolahan lebih lanjut; (3) kondisi darurat: Air hujan sebagai cadangan air bersih sangat penting penggunaannya pada saat darurat atau terdapat gangguan sistem penyediaan air bersih, terutama pada saat terjadi bencana alam. Selain itu air hujan bisa diperoleh di lokasi tanpa membutuhkan sistem penyaluran air; (4) sebagai cadangan air bersih: pemanenan air hujan dapat me- ngurangi kebergantungan pada sistem pe- nyediaan air bersih; (5) sebagai salah satu upaya konservasi; dan (6) pemanenan air hujan merupakan teknologi yang mudah dan fleksibel dan dapat dibangun sesuai dengan kebutuhan. Pembangunan, operasional dan perawatan tidak membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian tertentu.

3.2 Teknik Pengolahan Air HujanAda beberapa teknik yang dapat digunakan dalam mengelola air hujan sehingga dapat digunakan sebagai air bersih untuk kehidupan sehari-hari, beberapa diantaranya adalah:1. Teknik bioretensi.Bioretensi termasuk ke dalam teknik low impact development (LID) pada sistem pengelolaan air hujan. dikatagorikan kedalam teknik LID, karena teknik tersebut meminimumkan peningkatan aliran air limpasan, meningkatkan infiltrasi, filtrasi, dan evaporasi, serta menampung sementara air hujan.2. Teknik saluran rumput.Teknik ini berfungsi untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan sebagai filter dan tempat infiltrasi. Selain fungsi tersebut diatas pengendapan sediment merupakan mekanisme utama dari upaya pengurangan polutan. Saluran rumput sangat efektif kerjanya jika kedalaman aliran minimum dan waktu tinggalnya maksimum.3. Perkerasan yang Lulus Air.Teknik ini efektif untuk mengurangi persentase daerah yang kedap air.4. Teknologi membran dan lampu ultraviolet.Sistem pengolahan ini mampu meningkatkan kualitas air hujan dengan mengurangi kadar polutan air hujan.

BAB IVPENUTUP

1.1 KesimpulanMelihat potensi air hujan di Indonesia, keberadaan sistem pengolahan air hujan akan mampu mencukupi kebutuhan kebutuhan air bersih pada skala rumah tangga. Disamping penerapan pada skala rumah tangga, sistem pengolahan air hujan yang telah dibuat juga dapat diterapkan untuk mencukupi industri sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan impor dan menekan biaya produksi. Sistem pengolahan air hujan ada banyak, dari yang sederhana hingga menggunakan teknologi terkini, kedua jenis tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda dan digunakan dalam situasi yang berbeda. Kualitas air hujan yang telah diolah tentunya menjadi lebih baik, namun hingga saat ini produk keluaran dari sistem pengolahan air hujan tidak dapat dikonsumsi sebagai air minum karena kandungan mineral pada air yang dihasilkan sangat rendah.

1.2 SaranDengan adanya penjelasan mengenai air hujan beserta pengolahannya, maka Penulis mengharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang sumber air bersih dan ketersediaannya, serta menjadi inspirasi untuk penemuan teknik pengolahan dan pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih dan dapat menjadi solusi krisis air bersih. Berbagai bidang keilmuan perlu berkolaborasi dengan pemerintah untuk dapat mewujudkan sistem pengolahan air hujan hingga dapat menjadi sumber air bersih.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulla Fayez A., AW Al-Shareef.2009. Roof rainwater harvesting systems for household water supply in Jordan. Desalination 243: 195-207.Al Amin M.B., Victor M. Lau, Hanjar Safari dan Mansur Tabarid. Teknik Panen Air Hujan dengan Atap Usaha Konservasi Air di Daerah Kering. (Online), (http://baitullah.unsri.ac.id/2010/06/teknik-panen-air-hujandengan-atap-usaha-konservasi-air-didaerah-kering/) Diakses tgl 22 April 2013.Amin M.T, dan M.Y. Han. 2009. Water environmental and sanitation status in disaster relief of Pakistans 2005 earthquake. Desalination 248 (2009) 436445.Appan, A., 1999. A dual-mode system for harnessing roofwater for nonpotable uses. Urban Water 1 (4): 317-321.Coffman, Larry. 2000. Low-Impact Development Design Strategies, An Integrated Design Approach. EPA 841-B-00-003. Prince George's County, Maryland. Department of Environmental Resources, Programs and Planning Division. 5. EPA, 2000, Low Impact Development (LID) A Literature Review, EPA-841-B-00-005, Washington, DC 20460 October 2000Ghisi Enedir, Davi da Fonseca Tavares dan Vinicius Luis Rocha. 2009. Rainwater harvesting in petrol stations in Brasilia: Potential for potable water saving and investment feasibility ana lysis. Resources, Conservation and Recycling 54:79-85.Helmreich, B. dan H.Horn. 2009. Opportunities in rainwater harvesting. Desalination 248:118-124.Kahinda Jean-marc Mwenge, Akpofure E.Taigbenu dan Jean R.Boroto. 2007. Domestic rainwater harvesting to improve water supply in rural South Africa. Physics and Chemistry of the Earth 32: 1050-1057.Kim Ree-Ho, Sangho Lee, Jinwoo Jeong, Jung-Hun Lee dan Yeong-Kwan Kim. 2007. Reuse greywater and rainwater using fiber filter media and metal membrane. Desalination 202:326:332.Li Zhe, Fergal Boyle dan Anthony Reynolds. 2010. Rainwater harvesting and greywater treatment system for domestic application in Ireland. Desalination 260:1-8.Martha, Christina. 2004. Karakterisasi Air Minum yang Dihasilkan dari Sistem Kombinasi Filter Karbon dan Lampu Ultraviolet Dibandingkan dengan Beberapa Jenis Air Minum Lain. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Mwenge, Akpofure E. Taigbenu dan Jean R. Boroto. 2007. Domestic rainwater harvesting to improve water supply in rural South Africa. Physics and Chemistry of the Earth 32:1050-1057.Sazaki, E., Alexopoulos, A. dan Leotsinidis, M. 2007. Rainwater harvesting, quality assessment and utilization in Kefalonia Island, Greece. Water Research 41:2039-2047. In: Kahinda Jean-marc.Song Jaemin, Mooyoung Han, Tschungil Kim dan Jee-eun Song. 2009. Rainwater harvesting as a suatainable water supply option in Banda Aceh. Desalination 248: 233-240.Sturm, M., M. Zimmermann, K. Schutz, W. Urban dan H. Hartung. 2009. Rainwater harvesting as an alternatif water resources in rural sites in central northern Namibia. Physic and Chemistry of the Earth 34:776-785.UNEP International Technology Centre. 2001. Rainwater Harvesting. Murdoch University of Western Australia.Winogradoff, A. Derek. 2001. The Bioretention ManuaL, Programs & Planning Division Department of Environmental Resources Prince Georges County, MarylandZhang Yan, Donghui Chen, Liang Chen dan Stephanie Ashbolt. 2009. Potential for rainwater use in high-rise buildings in Australia cities. Journal of Environmental Management 91:222 226.Zulkarnain. 1999. Karakteristik Air Hujan untuk Keperluan Air Minum dan Keterkaitannya dengan Aspek Sosial Ekonomi [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.