Kelapa sawit
-
Upload
ayuningtyaswi699 -
Category
Documents
-
view
600 -
download
4
Transcript of Kelapa sawit
Kelapa sawit
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan yang
memberikan kontribusi penting pada pembangunan ekonomi
Indonesia, khususnya pada pengembangan agroindustri. Luas
perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 1996mencapai 2 juta Ha
dengan produksi CPO hampir 5 juta ton. Pada tahun 2010 luas
perkebunan kelapa sawit direncanakan akan mencapai 7 juta Ha,
dengan produksi CPO lebih dari 12 juta ton. Pada tahun tersebut
Indonesia diharapkan akan menjadi negara penghasil minyak sawit
terbesar di dunia.
Keberadaan minyak kelapa sawit sebagai salah satu sumber
minyak nabati relatif
cepat diterima oleh pasar domestik dan pasar dunia. Peningkatan
konsumsi minyak nabati dalam negeri terlihat dari tahun 1987 hingga
tahun 1995, permintaan lokal akan minyak nabati naik dengan laju
rata-rata 5.6% per tahunnya. Peningkatan ini sebagian disebabkan
karena peningkatan jumlah penduduk sebesar 1.98% dan peningkatan
konsumsi minyak nabati per kapita sebesar 2.27%. Sedangkan laju
peningkatan permintaan akan minyak kelapa sawit adalah 9% (hampir
dua kali dari laju peningkatan permintaan akan minyak nabati).
Pohon industri kelapa sawit
CPO
Dalam rangka mengantisipasi melimpahnya produksi CPO, maka
diperlukan usaha untuk mengolah CPO menjadi produk hilir.
Pengolahan CPO menjadi produk hilir memberikan nilai tambah tinggi.
Produk olahan dari CPO dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
produk pangan dan non pangan. Produk pangan terutama minyak
goreng dan margarin. Produk non pangan terutama oleokimia yaitu
ester, asam lemak, surfaktan, gliserin dan turunan-turunannya.
Industri penghasil oleokimia termasuk industri kimia agro (agrobased
chemical industry) yaitu industri yang mengolah bahan baku yang
dapat diperbaharui (renewable), merupakan industri yang bersifat
resources-based industries dan mempunyai peranan penting dalam
upaya pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat luas (basic needs)
seperti kosmetika, produk farmasi dan produk konsumsi lainnya. Selain
itu industri tersebut berperan pula dalam pemerataan dan
pertumbuhan ekonomi (economic growth with equality) serta
pemberdayaan ekonomi rakyat. Sampai saat ini beberapa produk
industri bahan kimia khusus yang berbasis CPO sepenuhnya masih
tergantung impor, seperti produk isopropyl palmitat, isopropyl miristat,
asam palmitat dan asam oleat. Pengembangan industri bahan kimia
khusus di dalam negeri yang menghasilkan produk-produk tersebut
mempunyai prospek yang baik. Hal ini didukung potensi pasar dalam
negeri cukup besar seperti industri kosmetika yang berjumlah sekitar
600 perusahaan besar dan kecil serta industri farmasi, yang sebagian
besar membutuhkan produk-produk kimia khusus yang berbasis CPO.
Produk olahan CPO yang merupakan non pangan diantaranya
adalah oleokimia.
Salah satu produk turunan oleokimia adalah ester, contohnya adalah
metil ester. Asam lemak metil ester mempunyai peranan utama dalam
industri oleokimia. Metil ester digunakan sebagai senyawa
intermediate untuk sejumlah oleokimia yaitu seperti fatty alcohol,
alkanolamida, -sulfonat, metil ester, gliserol monostearat, surfaktan
gliserin dan asam lemak lainnya. Perusahaan Lion of Japan bahkan
telah menggunakan metil ester untuk memproduksi sabun mandi yang
berkualitas, selain itu metil ester saat ini telah digunakan untuk
membuat minyak diesel sebagai bahan bakar alternatif. Metil ester
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan asam lemak,
diantaranya yaitu: 1) Pemakaian energi sedikit karena membutuhkan
suhu dan tekanan lebih rendah dibandingkan dengan asam lemak; 2)
Peralatan yang digunakan murah. Metil ester bersifat non korosif dan
metil ester dihasilkan pada suhu dan tekanan lebih rendah, oleh
karena itu proses pembuatan metil ester menggunakan peralatan yang
terbuat dari karbon steel, sedangkan asam lemak bersifat korosif
sehingga membutuhkan peralatan stainless steel yang kuat; 3) lebih
banyak menghasilkan hasil samping gliserin yaitu konsentrat gliserin
melalui reaksi transesterifikasi kering sehingga menghasilkan
konsentrat gliserin, sedangkan asam lemak, proses pemecahan lemak
menghasilkan gliserin yang masih mengandung air lebih dari 80%,
sehingga membutuhkan energi yang lebih banyak; 4) metil ester lebih
mudah didistilasi karena titik didihnya lebih rendah dan lebih stabil
terhadap panas; 5) dalam memproduksi alkanolamida, ester dapat
menghasilkan superamida dengan kemurnian lebih dari 90%
dibandingkan dengan asam lemak yang menghasilkan amida dengan
kemurnian hanya 65-70%; 6) metil ester mudah dipindahkan
dibandingkan asam lemak karena sifat kimianya lebih stabil dan non
korosif. Metil ester dihasilkan melalui reaksi kimia esterifikasi dan
transesterifikasi. Esterifikasi adalah reaksi asam dengan alkohol
menggunakan katalis asam menghasilkan ester. Katalis yang biasa
digunakan adalah asam sulfur. Persamaan reaksinya adalah sbb:
asam
RCOOH + R’OH RCOOR’ + H2O
Asam alkohol katalis ester air
Pada reaksi transesterifikasi, terjadi pemindahan alkohol dari
suatu ester menjadi alkohol lain dalam proses yang sama melalui
hidrolisis. Pada reaksi ini, jika suatu ester dipecah oleh alkohol maka
reaksinya disebut alkoholisis. Persamaan rekasinya adalah sbb:
NaOCH3
RCOOR’ + ROH RCOOR’’ + R’OH
ester alkohol ester alkohol
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan. Untuk
menggeser reaksi ke sebelah kanan, harus menggunakan alkohol
berlebih. Pada reaksi ini, ester baru akan terbentuk. Katalis yang paling
efektif digunakan adalah sodium metilate. Tetapi selain itu dapat
digunakan juga sodium hidroksida. Jika pada reaksi ini, alkohol yang
digunakan adalah metanol, maka reaksinya disebut metanolisis.
Metanol sering digunakan karena harganya lebih murah. Reaksi
transesterifikasi menggunakan metanol dapat dilihat sebagai berikut:
RCOOCH2 CH2OH
NaOCH3
RCOOCH + 3 CH3OH 3 RCOCH3 + CHOH
katalis
RCOOCH2 CH2OH
lemak/minyak metanol metil ester gliserin
Kajian Pasar
Pengembangan produk turunan minyak sawit penting untuk
dilakukan mengingat
peningkatan nilai tambah yang dapat diperoleh. Sebagai bahan
perbandingan, pada Gambar .1 disajikan perkembangn harga produk-
produk oleokimia yang menggunakan CPO sebagai bahan baku. Produk
hilir sawit lanjutan yang dapat dihasilkan melalui penerapan proses
lanjutan terhadap produk-produk oleokimia yang telah berkembang di
Indonesia akan memberikan tambahan nilai tambah yang cukup besar.
Nilai tambah produk hilir sawit tersebut akan lebih besar dibandingkan
nilai tambah produk-produk oleokimia.
Peluang pengembangan produk turunan (hilir) minyak sawit
mengingat lembaga-lembaga riset di Indonesia telah melakukan riset-
riset mengenai produk hilir sawit. Riset-riset produk hilir sawit yang
telah dikembangkan hingga skala produksi pilot plant oleh lembaga
riset di Indonesia sangat baik untuk diaplikasikan ke skala industri.
Oleokimia
Produk oleokimia sangat prospektif untuk dikembangkan sebagai salah
satu jawaban kurang prospektusnya harga CPO dan PKO karena
berlawanan dengan kondisi supply demand minyak mentah nabati
yang saat ini dan di masa yang akan datang berada dalam posisi
excess supply, kesetimbangan produk oleokimia dunia justru
diperkirakan masih akan berada dalam kondisi excess demand hingga
beberapa tahun mendatang. Kondisi excess demand pada produk
oleokimia ini tentu merupakan sebuah indikasi akan prospektifnya
harga komoditi tersebut. Menurut FAO, di pasar dunia saat ini terjadi
pertumbuhan demand yang stabil atas produk-produk oleokimia
dengan pertumbuhan 3% per tahunnya. Diramalkan pertumbuhan
industri oleokimia yang terbesar akan terjadi di kawasan Asia.
Pertumbuhan industri oleokimia yang diperkirakan terjadi sangat pesat
di kawasan Asia sebenarnya tidak terlepas dari pertumbuhan produksi
minyak nabati (bahan baku industri oleokimia) yang sangat tinggi di
kawasan tersebut. Pada tahun 1960, produksi minyak dan lemak Asia
baru mencapai 7.5 juta ton (24.12% dari produksi minyak dan lemak
dunia), namun kemudian produksi minyak dan lemak nabati kawasan
Asia meningkat pesat dimana produksi minyak dan lemak kawasan ini
pada tahun 1980 menjadi 8.4 juta ton (20.95% dari total produksi
dunia). Peningkatan produksi minyak dan lemak Asia selanjutnya terus
mengalami peningkatan hingga pada tahun 2000, kawasan ini telah
menjadi kawasan produsen minyak dan lemak nabati utama dunia
dengan total produksi minyak dan lemak nabati mencapai 39.3 juta
ton (37.43% dari total produksi dunia). Selama kurun waktu 1960-
2000, produksi minyak dan lemak kawasan Asia telah mengalami
perkembangan sebesar rata-rata 53.63% per tahunnya.
Di pasar, produk oleokimia alami hanya mengalami persaingan
dari produk substitusinya, yaitu oleokimia natural, terlihat dalam
industri surfactant alcohols (fatty alcohols). Namun menurut FAO, sejak
tahun 1995 sekitar 52% dari produksi fatty alcohols dunia berasal dari
minyak nabati, selanjutnya badan dunia tersebut memperkirakan
bahwa penggunaan minyak nabati, selanjutnya badan dunia tersebut
memperkirakan bahwa penggunaan minyak nabati dalam industri fatty
alcohol akan terus meningkat dan peningkatan yang terbesar akan
terjadi di kawasan Asia Tenggara.
Supply dan Demand Oleokimia Dunia
Menurut FAO, sebagian besar permintaan dunia akan produk-produk
oleokimia didominasi atas permintaan akan dua produk, yaitu:
1. fatty acid (50% dari total permintaan dunia akan oleokimia)
2. fatty alkohol (20% dari total permintaan dunia akan oleokimia)
Kondisi kesetimbangan supply-demand oleokimia dunia setidaknya
dilihat dari posisi kesetimbangan antara total produksi dan total
konsumsi dunia, dimana total produksi dinyatakan sebagai supply dan
total konsumsi dinyatakan sebagai demand. Perkiraan besarnya
produksi dan konsumsi dari fatty acid dunia diperkirakan dari
persentase pertumbuhan produksi dan konsumsi komoditi ini yang
dikeluarkan oleh FAO. Hingga tahun 2005, kesetimbangan supply
demand komoditi fatty acid dunia akan berada dalam kondisi excess
demand. Hal ini tentu secara otomatis menunjukkan bahwa hingga
tahun 2005 akan terjadi peningkatan harga komoditi fatty acid di pasar
dunia. Kesetimbangan supply dan demand dari fatty alcohol dunia
diperkirakan dengan berdasarkan asumsi-asumsi berikut:
1. Pertumbuhan demand fatty alcohol = 3.5% per tahun (APOLIN 2001)
2. Produksi natural fatty alcohol tahun 2000 = 0.627 juta ton (FAO,
2000)
3. Demand fatty alcohol 2000 = 1.6 juta ton (APOLIN, 2000)
4. Pertumbuhan produksi natural fatty alcohol per tahun = 4.6% (FAO,
2000)
Komoditi fatty alcohol hingga tahun 2005 diperkirakan juga akan
berada dalam kondisi ekses demand. Hal ini tentunya merupakan
indikator yang baik akan kemungkinan peningkatan harga komoditi ini
hingga tahun 2005.
Perkembangan Produksi dan Kapasitas Oleokimia Dunia
Dari tahun 1998 hingga tahun 2000, pertumbuhan produksi
oleokimia natural dunia terlihat cukup stabil, dengan total
pertumbuhan rata-rata sebesar 2.8%. Pertumbuhan produksi oleokimia
dunia dalam periode 1988-2000 terdapat pada komoditi fatty acid
methyl ester yang selama periode tersebut telah mengalami
pertumbuhan produksi sebesar 6.45 per tahunnya. Natural fatty
alcohol yang selama periode yang sama mengalami pertumbuhan
produksi rata-rata sebesar 4.6% per tahunnya. Meskipun demikian,
produksi natural oleokimia dunia hingga tahun 2000 masih didominasi
oleh natural fatty acids dan natural fatty alcohol. Dari tahun 1988
hingga tahun 2000, produksi natural fatty acid dunia rata-rata
mencapai 64.61% dari total produksi natural oleokimia dunia,
sedangkan proporsi produksi natural fatty alcohol mencapai 13.04%
dari total produksi natural oleokimia dunia. Besarnya proporsi produksi
dari natural oleokimia dunia ini sebenarnya tidak terlepas dari
tingginya permintaan dunia akan kedua komoditi tersebut.
Ekspor Impor Oleokimia
Ekspor industri oleokimia telah dilakukan ke berbagai negara. Pasar
ekspor yang selama ini prospektif untuk komoditi asam lemak adalah
Singapura, Eropa (Jerman Prancis, Inggris, Belanda, Denmark dan
Belgia), Jepang dan Amerika Serikat. Negaranegara konsumen utama
deterjen adalah Amerika Serikat (29,1 kg/kapita/tahun), Eropa (15,5
kg/kapita/tahun), Singapura (7,8 kg/kapita/tahun) dan Jepang (7,2
kg/kapita/tahun); sedangkan konsumen utama sabun berturut-turut
adalah Singapura (4,5 kg/kapita/tahun), Amerika Serikat (2,8
kg/kapita/tahun) dan Eropa (2,3 kg/kapita/tahun). Sejalan dengan
peningkatan jumlah dan pendapatan penduduk, kebutuhan akan kedua
produk tersebut (deterjen dan sabun) tampaknya akan semakin
meningkat (AP31, 1993;Tri Karya Pecindo, 1995).
Oleokimia (JAOCS 62(2), 317, (85)
Oleokimia adalah bahan kimia yang dihasilkan dari minyak dan lemak, iaitu
penukaran trigliserida kepada bahan kimia. Oleokimia boleh dibahagi kepada
dua kumpulan:
1. Oleokimia asas
- asid lemak, ester, lemak alkohol, gliserol
2. Oleokimia terbitan (oleokimia sekunder)
- bahan kimia terbitan dari oleokimia asas, contoh amida
- ethoxylated fatty acids, fatty ether sulfates
Pada masa dahulu sumber oleokimia berasaskan C12 – C14 diperolehi dari
minyak kelapa. Manakala sumber C16 – C18 diperolehi dari lemak haiwan
(tallow). Memandankan bekalan dan pengeluaran minyak sawit bagitu banyak,
sekarang kedua-dua kumpulan asid ini diperolehi dari minyak sawit dan minyak
isirung sawit. Kandungan asid lemak C6 + C10 dalam minyak kelapa ialah 14.5
% berbanding minyak isirung sawit 7.5 %. Tetapi minyak kelapa mempunyai
asid lemak C18 yang rendah (5 %) dari minyak isirung sawit (15 %). Manakala
asid lemak C12 adalah sama dalam kedua-dua minyak ini (48 %).
a) sabun
sumber minyak:
- lauric oil - pko & coconut oil
- tallow - diganti oleh PO atau palm stearin lembut
- palm oil - sesuai untuk semua jenus sabun, C16-C18
b) Alkoholisis
mangkin
TG + alkohol ester industri lain
c) Asid Lemak (JAOCS 62, 327 1985)
Asid lemak diperolehi dari pemecahan minyak (fat splitting) pada suhu dan
tekanan tinggi. Proses pemecahan minyak (hidrolisis) boleh dilakukan
secara berperingkat ( Proses Twitchell) atau secara berterusan (Proses
Colgate-Emery). Asid lemak sekarang banyak dihasilkan melalui proses
Colgate-Emery yang mana penukaran lebih dari 99 % boleh dicapai dalam
masa 1 – 3 jam berbanding proses Twitchell (85 % penukaran dalam masa 24
jam). Teknology baru pemecahan lemak ialah menggunakan enzim (lipase).
Kaedah ini melibatkan kos tinggi dan mengambil masa yang lama (72 jam)
untuk mendapat penukaran lengkap. Asid lemak yang diperolehi dari
minyak sawit mempunyai kandungan bahan tak tersabun (unsaponifiables)
rendah dan kualitinya setanding dengan asid lemak dari lemak haiwan.
splitting
gliserida fatty acid + gliserol
untuk industri lain
Asid lemak mempunyai berbagai penggunaan;
1. Penggunaan terpenting asid lemak adalah dalam pembuatan sabun.
Asid laurik (C12) bayak digunakan dalam bidang ini.
2. Penghasilan trigliserida rantai sederhana (medium chain trigliceride-
MCT)
Trigliserida Rantai Sederhana (TRS) diperolehi melalui sintisis gliserol
dengan asid lemak isirung sawit (C6 – C10). TRS mempunyai
penggunaan penting dalam industri flavour, fragrance, bakery products,
agen pelincir, dll.
3. Asid lemak dari minyak sawit (C16 – C18) diguna dalam industri getah
untuk mendapatkan kesan softning and plasticising. Minyak sawit
mempunyai nisbah C16/C18 yang sesuai untuk pembuatan lilin. Nisbah
C16/C18 dalam lilin berkualiti tinggi ialah 7:2 dan ini dapat diperolehi
dari asid lemak kelapa sawit. Lilin berasaskan minyak sawit mempunyai
tempoh pembakaran yang lama, kurang asap dan kurang drip berbanding
dengan lilin berasaskan minyak petroleum.
4. Asid lemak berkualiti tinggi diguna dalam pembuatan barangan kosmetik.
Asid ini mempunyai kebolehan berbueh dan memberi lusture and shine.
d) Ester Metil Asid Lemak (JAOCS 56 770A 1979)
Ester metil asid lemak boleh diperolehi dari minyak dan lemak melalui
berbagai kaedah.
1. Asid lemak dari proses pemecahan lemak ditukarkan kepada terbitan
ester metil melalui proses pengesteran menggunakan mangkin asid.
Asid lemak + alkohol Ester metil asid lemak + H2O
CH3 (CH2)n CO-OH + CH3-OH CH3 (CH2)n CO-OCH3 + H2O
2. Melalui proses alkoholisis minyak (trigliserida) menggunakan mangkin
bae (CH3ONa). Ester dan gliserol terpisah kepada dua fasa.
Minyak + CH3OH ester + gliserol
CH2CO-OR CH2OH
CHCO-OR 3CH2OH 3RO-OCH3 + CHOH
CH2CO-OR CH2OH
Penggunaan penting ester metil asid lemak ialah sebagai bahan mentah dalam
pembuatan alkohol berlemak (80 %). Lain-ain penggunaan adalah dalam
industri tektil, kosmetik, farmasi, plastik, pelincir, dll.
e) Alkohol Berlemak (Fatty Alcohol)
Alkohol berlemak dihasilkan dari ester metil asid lemak. Hampir 90 % alkohol
berlemak diguna dalam pembuatan surfaktan yang kemudian diguna dalam
penghasilan bahan pembasuh dan bahan pencuci, fabric softener, cosmetic
pengesteran
syndets (shampoos, foam baths, liquid soaps etc.). Di antara surfaktant terbitan
alkohol berlemak ialah ethoxylated compounds dan fatty alcohol ether sulfates.
Bidang baru penggunaan alkohol berlemak ialah penyediaan sebatian alkil
glukosid. Surfaktan ini mempunyai beberapa kebaikan seperti mudah
kepercahan biologi, ketoksidan air rendah (low aquatic toxity) dan sifat
detergensi yang baik.
f) Gliserol
Gliserol merupakan hasil sampingan proses pemecahan minyak dan proses
alkoholisis trigliserida.
CH2CO-OR CH2OH
CHCO-OR 3CH2OH 3RO-OCH3 + CHOH
CH2CO-OR CH2OH
Kedua-dua proses di atas menghasilkan di antara 10 30 % campuran gliserol
dengan air (sweet-water) yang kemudian diproses untuk mendapatkan
gliserol tulin. Gliserol berkualiti tinggi diperolehi melalui rawatan dengan
karbon teraktif.
Penggunaan:
1. sebagai pembawa dalam bahan farmasi
2. sebagai humactant dalam bahan farmasi
3. ramuan penting dalam bahan peletup
4. bahan mentah pembuatan pengemulsi makanan (mono- dan digliserida).
d) Terbitan Asid Lemak
- Asid lemak terbitan lain
- 4 katogeri asid lemak digunakan
i) Rantai pendek tepu: < C14
ii) C16 - C18 tepu atau sederhana tak tepu atau campuran
iii) sangat tak tepu
iv) lain-lain minyak - fish oil
Hasil utama
1) Detergents
hidrofobik hidrofilik
2) Emulsifiers
3) Gliserol, ester, fatty acid
Rujukan:
1. OLEAGINEUX 40(12), 613 -624 (1985)
2. ELAEIS - ?
ANALISIS MINYAK SAWIT
A) Analisis fizikal
B) Analisis kimia
A) Analisis fizikal
a) Takat asap (smoke pt)
- suhu di mana minyak & lemak mulai menghasilkan asap
- takat asap bergantung kepada kandungan FFA, dan bahan-bahan boleh meruap
lain dalam minyak - merendahkan TA.
- TA tinggi diperlukan: eg minyak goreng
b) Takat lebur
c) Warna
- Penunjuk mutu minyak
- Lovibond Tintometer
- perlu clear, light coloured oil
d) Titer (titre)
Jarang digunakan
Dua tujuan
i) mengkelaskan lemak untuk pengeluaran sabun dan
asid lemak
ii) pengkelasan lemak keras (hard fats)
Difinasi: kenaikan suhu maksimum semasa pendinginan/penghabluran asid
lemak lebar.
3) Indeks lemak pepejal (ILP)
- ukuran kandungan lemak pepejal
- dikira dari nilai ditalasi (perubahan isipadu lemak akibat keleburan pada
suhu tertntu menggunakan dilatometer)
- indeks ini sedang digantikan dengan ukuran
Kandungan Lemak Pepejal (KLP) - ukuran langsung dengan kaedah
spektroskopi SMN (Salunan Magnet Nuklear)
Contoh: Marjerin - kelihatan pepejal, sebenarnya menandungi air terserak di
antara pepejal.
B) Analisis Kimia
i) Nilai iodin (IV)
- ukuran jumlah bilangan ikatan dubel yang wujud di dalam minyak -
ukuran ketaktepuan.
- difinasi: peratus I yang terjerap oleh minyak dan lemak.
- kaedah biasa digunakan wijs (BS 684), atau ISO 3961.
ICI dalam asid asitik dan Ccl4 dicampur dengan sampel minyak - 1 jam.
ICl + -C = C - - C - C -
H Cl
ICI + 2KI KCl + KI + I2
kanji
I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6
Result: Bil. gm I terjerap/100 g sampel
2) Nilai asid (Asid value) - AV
- ukuran asid lemak bebas yang terdapat di dalam minyak
- takrifnya: bil. mgm KOH yang diperlukan untuk meneutralkan asid
lemak di dalam 1 gram lemak.
- Penunjuk darjah hidrolisis dan kemerosotan
- Penentuan dengan titratan
1% phenolphatelein
minyak/lemak + KOH
pink dalam hot etanol (95%) (0.1N/0.5N)
AV = 56.1 VP
M
V = Isipadu KOH
P = Normaliti KOH
M = jisim sampel
Kadang-kadang dinyatakan dalam % FFA
FFA = C x VP %
M
c = 1/10 daripada MW asid sesuai
= 20.0, 25.6 dan 28.2
lauric oil = MW 200 (lauric asid)
PO = 256 (MW palmitic)
lain-lain minyak = 282 (MW oleic)
3) Nilai penyabunan (saponification value - SV)
- ditakrifkan: bil. mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan
selengkapnya 1 gm minyak atau lemak.
- ukuran asid lemak bebas dan asid lemak tergabung (estrified) yang
wujud.
- kaedah: minyak/lemak + KOH/etanol (excess) refluk Penunjuk
KOH + HCl
(piawai)
SV = 56108/SE
SE = saponification equivalent
= bil. gm minyak/lemak yang tersabun oleh 56.1g
(1 tara) KOH
SE sebenarnya adalah anggaran berat molekul asid dalam minyak (TG).
∴Purata MW TG = 3 x SE
Rujukan: Analysis of Oils dan Fats, R.J.Hamilton,
J.B. Rossell, 1987.
Pengukuran Ketengikan (Rancidity)
Pengukuran kerosakan minyak terhadap pengoksidaan.
OOH
O2
malonaldehyde
Kaedah Kimia
1) Nilai peroksida (Peroxide value) PV
2H+
ROOH + KI I2 + ROH + H2O
I2 + 2S2O3
2- 2I- + S4O6
2-
PV = V x M x 1000 mEq/kg oil
m
m = jisim sampel minyak
V = isipadu S2O3
2-
M = molariti S2O3
2-
Unitnya: millisetara (milliequivalent) peroksida per
kilogram minyak/lemak
PV > 10 mEq/kg - kurang baik
Kelemahan
1) serapan I2 pada lemak tak tepu
2) I2 daripada KI juga dibebaskan oleh O2 dalam minyak
3) penguraian ROOH tinggi pada suhu tinggi
Ujian Asid Thiobarbiturik (TBA)
RCOOH aldehyde (malonaldehyde)
2 TBA + MA TBA - MA
pigmen merah unggu 532 nm
N
S N HO N S
OH OH
H
N CH - CH = CH + 2H2O
Chromogen
532 nm
minyak + TBA extract pigmen, ukur absorbance 532 nm.
Unit: milligram malonaldehyde per kilogram sampel - TBA nombor.
Kelemahan
1. pigmen lain, 2,4-alkadienal + TBA juga serap pada 532 nm.
2. Bahan uji TBA tak stabil pada suhu tinggi (terurai).
3) Nilai Anisidin(AnV)
- Menilai mutu minyak akibat kemerosotan pengoksidaan.
- mengukur sebatian karbonil
iso-octane
minyak + p-anisidin UV 350 nm
2-alkenal + p-anisidin komplek
OCH3
NH2
+ C = CH - C
R1
R2
H
O
OCH3
+ H2O
N
p-anisidin
Alk - 2 - enal CH
CH
R2 - C - R1
Nilai Totox
Indeks darjah pengoksidaan
TOTOX va;ue = 2 PV + AnV
(Total oxidation)
value
R - COOH 2-alkenal + R - COOH
5. Ujian Kreis
- Ujian kualitatif untuk ketengikan
- uji kandungan epoxy aldehid atau malonaldehyde
diethyl
Sampel + phloroglucinol extract dengan HCl
ether
larutan akuas
merah
ukur
Lovibon
Kaedah Fizikal
1) Konjugated diene
232 - 234 nm
268 nm - triene
2) Fluorescence
3) IR; GC dll.
Rujukan:
1) JAOCS 55, 539 (1978)
2) Analyst 113, 213 (1988)