Kelapa sawit

23
Kelapa sawit Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan yang memberikan kontribusi penting pada pembangunan ekonomi Indonesia, khususnya pada pengembangan agroindustri. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 1996mencapai 2 juta Ha dengan produksi CPO hampir 5 juta ton. Pada tahun 2010 luas perkebunan kelapa sawit direncanakan akan mencapai 7 juta Ha, dengan produksi CPO lebih dari 12 juta ton. Pada tahun tersebut Indonesia diharapkan akan menjadi negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Keberadaan minyak kelapa sawit sebagai salah satu sumber minyak nabati relatif cepat diterima oleh pasar domestik dan pasar dunia. Peningkatan konsumsi minyak nabati dalam negeri terlihat dari tahun 1987 hingga tahun 1995, permintaan lokal akan minyak nabati naik dengan laju rata-rata 5.6% per tahunnya. Peningkatan ini sebagian disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk sebesar 1.98% dan peningkatan konsumsi minyak nabati per kapita sebesar 2.27%. Sedangkan laju peningkatan permintaan akan minyak kelapa sawit adalah 9% (hampir dua kali dari laju peningkatan permintaan akan minyak nabati). Pohon industri kelapa sawit

Transcript of Kelapa sawit

Page 1: Kelapa sawit

Kelapa sawit

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan yang

memberikan kontribusi penting pada pembangunan ekonomi

Indonesia, khususnya pada pengembangan agroindustri. Luas

perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 1996mencapai 2 juta Ha

dengan produksi CPO hampir 5 juta ton. Pada tahun 2010 luas

perkebunan kelapa sawit direncanakan akan mencapai 7 juta Ha,

dengan produksi CPO lebih dari 12 juta ton. Pada tahun tersebut

Indonesia diharapkan akan menjadi negara penghasil minyak sawit

terbesar di dunia.

Keberadaan minyak kelapa sawit sebagai salah satu sumber

minyak nabati relatif

cepat diterima oleh pasar domestik dan pasar dunia. Peningkatan

konsumsi minyak nabati dalam negeri terlihat dari tahun 1987 hingga

tahun 1995, permintaan lokal akan minyak nabati naik dengan laju

rata-rata 5.6% per tahunnya. Peningkatan ini sebagian disebabkan

karena peningkatan jumlah penduduk sebesar 1.98% dan peningkatan

konsumsi minyak nabati per kapita sebesar 2.27%. Sedangkan laju

peningkatan permintaan akan minyak kelapa sawit adalah 9% (hampir

dua kali dari laju peningkatan permintaan akan minyak nabati).

Pohon industri kelapa sawit

Page 2: Kelapa sawit

CPO

Dalam rangka mengantisipasi melimpahnya produksi CPO, maka

diperlukan usaha untuk mengolah CPO menjadi produk hilir.

Pengolahan CPO menjadi produk hilir memberikan nilai tambah tinggi.

Produk olahan dari CPO dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu

produk pangan dan non pangan. Produk pangan terutama minyak

goreng dan margarin. Produk non pangan terutama oleokimia yaitu

ester, asam lemak, surfaktan, gliserin dan turunan-turunannya.

Industri penghasil oleokimia termasuk industri kimia agro (agrobased

chemical industry) yaitu industri yang mengolah bahan baku yang

dapat diperbaharui (renewable), merupakan industri yang bersifat

resources-based industries dan mempunyai peranan penting dalam

upaya pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat luas (basic needs)

seperti kosmetika, produk farmasi dan produk konsumsi lainnya. Selain

itu industri tersebut berperan pula dalam pemerataan dan

pertumbuhan ekonomi (economic growth with equality) serta

pemberdayaan ekonomi rakyat. Sampai saat ini beberapa produk

industri bahan kimia khusus yang berbasis CPO sepenuhnya masih

tergantung impor, seperti produk isopropyl palmitat, isopropyl miristat,

Page 3: Kelapa sawit

asam palmitat dan asam oleat. Pengembangan industri bahan kimia

khusus di dalam negeri yang menghasilkan produk-produk tersebut

mempunyai prospek yang baik. Hal ini didukung potensi pasar dalam

negeri cukup besar seperti industri kosmetika yang berjumlah sekitar

600 perusahaan besar dan kecil serta industri farmasi, yang sebagian

besar membutuhkan produk-produk kimia khusus yang berbasis CPO.

Produk olahan CPO yang merupakan non pangan diantaranya

adalah oleokimia.

Salah satu produk turunan oleokimia adalah ester, contohnya adalah

metil ester. Asam lemak metil ester mempunyai peranan utama dalam

industri oleokimia. Metil ester digunakan sebagai senyawa

intermediate untuk sejumlah oleokimia yaitu seperti fatty alcohol,

alkanolamida, -sulfonat, metil ester, gliserol monostearat, surfaktan

gliserin dan asam lemak lainnya. Perusahaan Lion of Japan bahkan

telah menggunakan metil ester untuk memproduksi sabun mandi yang

berkualitas, selain itu metil ester saat ini telah digunakan untuk

membuat minyak diesel sebagai bahan bakar alternatif. Metil ester

mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan asam lemak,

diantaranya yaitu: 1) Pemakaian energi sedikit karena membutuhkan

suhu dan tekanan lebih rendah dibandingkan dengan asam lemak; 2)

Peralatan yang digunakan murah. Metil ester bersifat non korosif dan

metil ester dihasilkan pada suhu dan tekanan lebih rendah, oleh

karena itu proses pembuatan metil ester menggunakan peralatan yang

terbuat dari karbon steel, sedangkan asam lemak bersifat korosif

sehingga membutuhkan peralatan stainless steel yang kuat; 3) lebih

banyak menghasilkan hasil samping gliserin yaitu konsentrat gliserin

melalui reaksi transesterifikasi kering sehingga menghasilkan

konsentrat gliserin, sedangkan asam lemak, proses pemecahan lemak

menghasilkan gliserin yang masih mengandung air lebih dari 80%,

sehingga membutuhkan energi yang lebih banyak; 4) metil ester lebih

mudah didistilasi karena titik didihnya lebih rendah dan lebih stabil

Page 4: Kelapa sawit

terhadap panas; 5) dalam memproduksi alkanolamida, ester dapat

menghasilkan superamida dengan kemurnian lebih dari 90%

dibandingkan dengan asam lemak yang menghasilkan amida dengan

kemurnian hanya 65-70%; 6) metil ester mudah dipindahkan

dibandingkan asam lemak karena sifat kimianya lebih stabil dan non

korosif. Metil ester dihasilkan melalui reaksi kimia esterifikasi dan

transesterifikasi. Esterifikasi adalah reaksi asam dengan alkohol

menggunakan katalis asam menghasilkan ester. Katalis yang biasa

digunakan adalah asam sulfur. Persamaan reaksinya adalah sbb:

asam

RCOOH + R’OH RCOOR’ + H2O

Asam alkohol katalis ester air

Pada reaksi transesterifikasi, terjadi pemindahan alkohol dari

suatu ester menjadi alkohol lain dalam proses yang sama melalui

hidrolisis. Pada reaksi ini, jika suatu ester dipecah oleh alkohol maka

reaksinya disebut alkoholisis. Persamaan rekasinya adalah sbb:

NaOCH3

RCOOR’ + ROH RCOOR’’ + R’OH

ester alkohol ester alkohol

Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan. Untuk

menggeser reaksi ke sebelah kanan, harus menggunakan alkohol

berlebih. Pada reaksi ini, ester baru akan terbentuk. Katalis yang paling

efektif digunakan adalah sodium metilate. Tetapi selain itu dapat

digunakan juga sodium hidroksida. Jika pada reaksi ini, alkohol yang

digunakan adalah metanol, maka reaksinya disebut metanolisis.

Metanol sering digunakan karena harganya lebih murah. Reaksi

transesterifikasi menggunakan metanol dapat dilihat sebagai berikut:

RCOOCH2 CH2OH

NaOCH3

RCOOCH + 3 CH3OH 3 RCOCH3 + CHOH

katalis

Page 5: Kelapa sawit

RCOOCH2 CH2OH

lemak/minyak metanol metil ester gliserin

Kajian Pasar

Pengembangan produk turunan minyak sawit penting untuk

dilakukan mengingat

peningkatan nilai tambah yang dapat diperoleh. Sebagai bahan

perbandingan, pada Gambar .1 disajikan perkembangn harga produk-

produk oleokimia yang menggunakan CPO sebagai bahan baku. Produk

hilir sawit lanjutan yang dapat dihasilkan melalui penerapan proses

lanjutan terhadap produk-produk oleokimia yang telah berkembang di

Indonesia akan memberikan tambahan nilai tambah yang cukup besar.

Nilai tambah produk hilir sawit tersebut akan lebih besar dibandingkan

nilai tambah produk-produk oleokimia.

Peluang pengembangan produk turunan (hilir) minyak sawit

mengingat lembaga-lembaga riset di Indonesia telah melakukan riset-

riset mengenai produk hilir sawit. Riset-riset produk hilir sawit yang

telah dikembangkan hingga skala produksi pilot plant oleh lembaga

riset di Indonesia sangat baik untuk diaplikasikan ke skala industri.

Oleokimia

Produk oleokimia sangat prospektif untuk dikembangkan sebagai salah

satu jawaban kurang prospektusnya harga CPO dan PKO karena

berlawanan dengan kondisi supply demand minyak mentah nabati

yang saat ini dan di masa yang akan datang berada dalam posisi

excess supply, kesetimbangan produk oleokimia dunia justru

diperkirakan masih akan berada dalam kondisi excess demand hingga

beberapa tahun mendatang. Kondisi excess demand pada produk

oleokimia ini tentu merupakan sebuah indikasi akan prospektifnya

harga komoditi tersebut. Menurut FAO, di pasar dunia saat ini terjadi

pertumbuhan demand yang stabil atas produk-produk oleokimia

dengan pertumbuhan 3% per tahunnya. Diramalkan pertumbuhan

industri oleokimia yang terbesar akan terjadi di kawasan Asia.

Page 6: Kelapa sawit

Pertumbuhan industri oleokimia yang diperkirakan terjadi sangat pesat

di kawasan Asia sebenarnya tidak terlepas dari pertumbuhan produksi

minyak nabati (bahan baku industri oleokimia) yang sangat tinggi di

kawasan tersebut. Pada tahun 1960, produksi minyak dan lemak Asia

baru mencapai 7.5 juta ton (24.12% dari produksi minyak dan lemak

dunia), namun kemudian produksi minyak dan lemak nabati kawasan

Asia meningkat pesat dimana produksi minyak dan lemak kawasan ini

pada tahun 1980 menjadi 8.4 juta ton (20.95% dari total produksi

dunia). Peningkatan produksi minyak dan lemak Asia selanjutnya terus

mengalami peningkatan hingga pada tahun 2000, kawasan ini telah

menjadi kawasan produsen minyak dan lemak nabati utama dunia

dengan total produksi minyak dan lemak nabati mencapai 39.3 juta

ton (37.43% dari total produksi dunia). Selama kurun waktu 1960-

2000, produksi minyak dan lemak kawasan Asia telah mengalami

perkembangan sebesar rata-rata 53.63% per tahunnya.

Di pasar, produk oleokimia alami hanya mengalami persaingan

dari produk substitusinya, yaitu oleokimia natural, terlihat dalam

industri surfactant alcohols (fatty alcohols). Namun menurut FAO, sejak

tahun 1995 sekitar 52% dari produksi fatty alcohols dunia berasal dari

minyak nabati, selanjutnya badan dunia tersebut memperkirakan

bahwa penggunaan minyak nabati, selanjutnya badan dunia tersebut

memperkirakan bahwa penggunaan minyak nabati dalam industri fatty

alcohol akan terus meningkat dan peningkatan yang terbesar akan

terjadi di kawasan Asia Tenggara.

Supply dan Demand Oleokimia Dunia

Menurut FAO, sebagian besar permintaan dunia akan produk-produk

oleokimia didominasi atas permintaan akan dua produk, yaitu:

1. fatty acid (50% dari total permintaan dunia akan oleokimia)

2. fatty alkohol (20% dari total permintaan dunia akan oleokimia)

Kondisi kesetimbangan supply-demand oleokimia dunia setidaknya

dilihat dari posisi kesetimbangan antara total produksi dan total

Page 7: Kelapa sawit

konsumsi dunia, dimana total produksi dinyatakan sebagai supply dan

total konsumsi dinyatakan sebagai demand. Perkiraan besarnya

produksi dan konsumsi dari fatty acid dunia diperkirakan dari

persentase pertumbuhan produksi dan konsumsi komoditi ini yang

dikeluarkan oleh FAO. Hingga tahun 2005, kesetimbangan supply

demand komoditi fatty acid dunia akan berada dalam kondisi excess

demand. Hal ini tentu secara otomatis menunjukkan bahwa hingga

tahun 2005 akan terjadi peningkatan harga komoditi fatty acid di pasar

dunia. Kesetimbangan supply dan demand dari fatty alcohol dunia

diperkirakan dengan berdasarkan asumsi-asumsi berikut:

1. Pertumbuhan demand fatty alcohol = 3.5% per tahun (APOLIN 2001)

2. Produksi natural fatty alcohol tahun 2000 = 0.627 juta ton (FAO,

2000)

3. Demand fatty alcohol 2000 = 1.6 juta ton (APOLIN, 2000)

4. Pertumbuhan produksi natural fatty alcohol per tahun = 4.6% (FAO,

2000)

Komoditi fatty alcohol hingga tahun 2005 diperkirakan juga akan

berada dalam kondisi ekses demand. Hal ini tentunya merupakan

indikator yang baik akan kemungkinan peningkatan harga komoditi ini

hingga tahun 2005.

Perkembangan Produksi dan Kapasitas Oleokimia Dunia

Dari tahun 1998 hingga tahun 2000, pertumbuhan produksi

oleokimia natural dunia terlihat cukup stabil, dengan total

pertumbuhan rata-rata sebesar 2.8%. Pertumbuhan produksi oleokimia

dunia dalam periode 1988-2000 terdapat pada komoditi fatty acid

methyl ester yang selama periode tersebut telah mengalami

pertumbuhan produksi sebesar 6.45 per tahunnya. Natural fatty

alcohol yang selama periode yang sama mengalami pertumbuhan

produksi rata-rata sebesar 4.6% per tahunnya. Meskipun demikian,

produksi natural oleokimia dunia hingga tahun 2000 masih didominasi

oleh natural fatty acids dan natural fatty alcohol. Dari tahun 1988

Page 8: Kelapa sawit

hingga tahun 2000, produksi natural fatty acid dunia rata-rata

mencapai 64.61% dari total produksi natural oleokimia dunia,

sedangkan proporsi produksi natural fatty alcohol mencapai 13.04%

dari total produksi natural oleokimia dunia. Besarnya proporsi produksi

dari natural oleokimia dunia ini sebenarnya tidak terlepas dari

tingginya permintaan dunia akan kedua komoditi tersebut.

Ekspor Impor Oleokimia

Ekspor industri oleokimia telah dilakukan ke berbagai negara. Pasar

ekspor yang selama ini prospektif untuk komoditi asam lemak adalah

Singapura, Eropa (Jerman Prancis, Inggris, Belanda, Denmark dan

Belgia), Jepang dan Amerika Serikat. Negaranegara konsumen utama

deterjen adalah Amerika Serikat (29,1 kg/kapita/tahun), Eropa (15,5

kg/kapita/tahun), Singapura (7,8 kg/kapita/tahun) dan Jepang (7,2

kg/kapita/tahun); sedangkan konsumen utama sabun berturut-turut

adalah Singapura (4,5 kg/kapita/tahun), Amerika Serikat (2,8

kg/kapita/tahun) dan Eropa (2,3 kg/kapita/tahun). Sejalan dengan

peningkatan jumlah dan pendapatan penduduk, kebutuhan akan kedua

produk tersebut (deterjen dan sabun) tampaknya akan semakin

meningkat (AP31, 1993;Tri Karya Pecindo, 1995).

Oleokimia (JAOCS 62(2), 317, (85)

Oleokimia adalah bahan kimia yang dihasilkan dari minyak dan lemak, iaitu

penukaran trigliserida kepada bahan kimia. Oleokimia boleh dibahagi kepada

dua kumpulan:

1. Oleokimia asas

- asid lemak, ester, lemak alkohol, gliserol

2. Oleokimia terbitan (oleokimia sekunder)

- bahan kimia terbitan dari oleokimia asas, contoh amida

- ethoxylated fatty acids, fatty ether sulfates

Pada masa dahulu sumber oleokimia berasaskan C12 – C14 diperolehi dari

minyak kelapa. Manakala sumber C16 – C18 diperolehi dari lemak haiwan

(tallow). Memandankan bekalan dan pengeluaran minyak sawit bagitu banyak,

Page 9: Kelapa sawit

sekarang kedua-dua kumpulan asid ini diperolehi dari minyak sawit dan minyak

isirung sawit. Kandungan asid lemak C6 + C10 dalam minyak kelapa ialah 14.5

% berbanding minyak isirung sawit 7.5 %. Tetapi minyak kelapa mempunyai

asid lemak C18 yang rendah (5 %) dari minyak isirung sawit (15 %). Manakala

asid lemak C12 adalah sama dalam kedua-dua minyak ini (48 %).

a) sabun

sumber minyak:

- lauric oil - pko & coconut oil

- tallow - diganti oleh PO atau palm stearin lembut

- palm oil - sesuai untuk semua jenus sabun, C16-C18

b) Alkoholisis

mangkin

TG + alkohol ester industri lain

c) Asid Lemak (JAOCS 62, 327 1985)

Asid lemak diperolehi dari pemecahan minyak (fat splitting) pada suhu dan

tekanan tinggi. Proses pemecahan minyak (hidrolisis) boleh dilakukan

secara berperingkat ( Proses Twitchell) atau secara berterusan (Proses

Colgate-Emery). Asid lemak sekarang banyak dihasilkan melalui proses

Colgate-Emery yang mana penukaran lebih dari 99 % boleh dicapai dalam

masa 1 – 3 jam berbanding proses Twitchell (85 % penukaran dalam masa 24

jam). Teknology baru pemecahan lemak ialah menggunakan enzim (lipase).

Kaedah ini melibatkan kos tinggi dan mengambil masa yang lama (72 jam)

untuk mendapat penukaran lengkap. Asid lemak yang diperolehi dari

minyak sawit mempunyai kandungan bahan tak tersabun (unsaponifiables)

rendah dan kualitinya setanding dengan asid lemak dari lemak haiwan.

splitting

gliserida fatty acid + gliserol

untuk industri lain

Asid lemak mempunyai berbagai penggunaan;

1. Penggunaan terpenting asid lemak adalah dalam pembuatan sabun.

Asid laurik (C12) bayak digunakan dalam bidang ini.

2. Penghasilan trigliserida rantai sederhana (medium chain trigliceride-

Page 10: Kelapa sawit

MCT)

Trigliserida Rantai Sederhana (TRS) diperolehi melalui sintisis gliserol

dengan asid lemak isirung sawit (C6 – C10). TRS mempunyai

penggunaan penting dalam industri flavour, fragrance, bakery products,

agen pelincir, dll.

3. Asid lemak dari minyak sawit (C16 – C18) diguna dalam industri getah

untuk mendapatkan kesan softning and plasticising. Minyak sawit

mempunyai nisbah C16/C18 yang sesuai untuk pembuatan lilin. Nisbah

C16/C18 dalam lilin berkualiti tinggi ialah 7:2 dan ini dapat diperolehi

dari asid lemak kelapa sawit. Lilin berasaskan minyak sawit mempunyai

tempoh pembakaran yang lama, kurang asap dan kurang drip berbanding

dengan lilin berasaskan minyak petroleum.

4. Asid lemak berkualiti tinggi diguna dalam pembuatan barangan kosmetik.

Asid ini mempunyai kebolehan berbueh dan memberi lusture and shine.

d) Ester Metil Asid Lemak (JAOCS 56 770A 1979)

Ester metil asid lemak boleh diperolehi dari minyak dan lemak melalui

berbagai kaedah.

1. Asid lemak dari proses pemecahan lemak ditukarkan kepada terbitan

ester metil melalui proses pengesteran menggunakan mangkin asid.

Asid lemak + alkohol Ester metil asid lemak + H2O

CH3 (CH2)n CO-OH + CH3-OH CH3 (CH2)n CO-OCH3 + H2O

2. Melalui proses alkoholisis minyak (trigliserida) menggunakan mangkin

bae (CH3ONa). Ester dan gliserol terpisah kepada dua fasa.

Minyak + CH3OH ester + gliserol

CH2CO-OR CH2OH

CHCO-OR 3CH2OH 3RO-OCH3 + CHOH

CH2CO-OR CH2OH

Penggunaan penting ester metil asid lemak ialah sebagai bahan mentah dalam

pembuatan alkohol berlemak (80 %). Lain-ain penggunaan adalah dalam

industri tektil, kosmetik, farmasi, plastik, pelincir, dll.

e) Alkohol Berlemak (Fatty Alcohol)

Alkohol berlemak dihasilkan dari ester metil asid lemak. Hampir 90 % alkohol

Page 11: Kelapa sawit

berlemak diguna dalam pembuatan surfaktan yang kemudian diguna dalam

penghasilan bahan pembasuh dan bahan pencuci, fabric softener, cosmetic

pengesteran

syndets (shampoos, foam baths, liquid soaps etc.). Di antara surfaktant terbitan

alkohol berlemak ialah ethoxylated compounds dan fatty alcohol ether sulfates.

Bidang baru penggunaan alkohol berlemak ialah penyediaan sebatian alkil

glukosid. Surfaktan ini mempunyai beberapa kebaikan seperti mudah

kepercahan biologi, ketoksidan air rendah (low aquatic toxity) dan sifat

detergensi yang baik.

f) Gliserol

Gliserol merupakan hasil sampingan proses pemecahan minyak dan proses

alkoholisis trigliserida.

CH2CO-OR CH2OH

CHCO-OR 3CH2OH 3RO-OCH3 + CHOH

CH2CO-OR CH2OH

Kedua-dua proses di atas menghasilkan di antara 10 30 % campuran gliserol

dengan air (sweet-water) yang kemudian diproses untuk mendapatkan

gliserol tulin. Gliserol berkualiti tinggi diperolehi melalui rawatan dengan

karbon teraktif.

Penggunaan:

1. sebagai pembawa dalam bahan farmasi

2. sebagai humactant dalam bahan farmasi

3. ramuan penting dalam bahan peletup

4. bahan mentah pembuatan pengemulsi makanan (mono- dan digliserida).

d) Terbitan Asid Lemak

- Asid lemak terbitan lain

- 4 katogeri asid lemak digunakan

i) Rantai pendek tepu: < C14

ii) C16 - C18 tepu atau sederhana tak tepu atau campuran

iii) sangat tak tepu

iv) lain-lain minyak - fish oil

Hasil utama

Page 12: Kelapa sawit

1) Detergents

hidrofobik hidrofilik

2) Emulsifiers

3) Gliserol, ester, fatty acid

Rujukan:

1. OLEAGINEUX 40(12), 613 -624 (1985)

2. ELAEIS - ?

ANALISIS MINYAK SAWIT

A) Analisis fizikal

B) Analisis kimia

A) Analisis fizikal

a) Takat asap (smoke pt)

- suhu di mana minyak & lemak mulai menghasilkan asap

- takat asap bergantung kepada kandungan FFA, dan bahan-bahan boleh meruap

lain dalam minyak - merendahkan TA.

- TA tinggi diperlukan: eg minyak goreng

b) Takat lebur

c) Warna

- Penunjuk mutu minyak

- Lovibond Tintometer

- perlu clear, light coloured oil

d) Titer (titre)

Jarang digunakan

Dua tujuan

i) mengkelaskan lemak untuk pengeluaran sabun dan

asid lemak

ii) pengkelasan lemak keras (hard fats)

Difinasi: kenaikan suhu maksimum semasa pendinginan/penghabluran asid

lemak lebar.

3) Indeks lemak pepejal (ILP)

- ukuran kandungan lemak pepejal

Page 13: Kelapa sawit

- dikira dari nilai ditalasi (perubahan isipadu lemak akibat keleburan pada

suhu tertntu menggunakan dilatometer)

- indeks ini sedang digantikan dengan ukuran

Kandungan Lemak Pepejal (KLP) - ukuran langsung dengan kaedah

spektroskopi SMN (Salunan Magnet Nuklear)

Contoh: Marjerin - kelihatan pepejal, sebenarnya menandungi air terserak di

antara pepejal.

B) Analisis Kimia

i) Nilai iodin (IV)

- ukuran jumlah bilangan ikatan dubel yang wujud di dalam minyak -

ukuran ketaktepuan.

- difinasi: peratus I yang terjerap oleh minyak dan lemak.

- kaedah biasa digunakan wijs (BS 684), atau ISO 3961.

ICI dalam asid asitik dan Ccl4 dicampur dengan sampel minyak - 1 jam.

ICl + -C = C - - C - C -

H Cl

ICI + 2KI KCl + KI + I2

kanji

I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6

Result: Bil. gm I terjerap/100 g sampel

2) Nilai asid (Asid value) - AV

- ukuran asid lemak bebas yang terdapat di dalam minyak

- takrifnya: bil. mgm KOH yang diperlukan untuk meneutralkan asid

lemak di dalam 1 gram lemak.

- Penunjuk darjah hidrolisis dan kemerosotan

- Penentuan dengan titratan

1% phenolphatelein

minyak/lemak + KOH

pink dalam hot etanol (95%) (0.1N/0.5N)

AV = 56.1 VP

M

V = Isipadu KOH

Page 14: Kelapa sawit

P = Normaliti KOH

M = jisim sampel

Kadang-kadang dinyatakan dalam % FFA

FFA = C x VP %

M

c = 1/10 daripada MW asid sesuai

= 20.0, 25.6 dan 28.2

lauric oil = MW 200 (lauric asid)

PO = 256 (MW palmitic)

lain-lain minyak = 282 (MW oleic)

3) Nilai penyabunan (saponification value - SV)

- ditakrifkan: bil. mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan

selengkapnya 1 gm minyak atau lemak.

- ukuran asid lemak bebas dan asid lemak tergabung (estrified) yang

wujud.

- kaedah: minyak/lemak + KOH/etanol (excess) refluk Penunjuk

KOH + HCl

(piawai)

SV = 56108/SE

SE = saponification equivalent

= bil. gm minyak/lemak yang tersabun oleh 56.1g

(1 tara) KOH

SE sebenarnya adalah anggaran berat molekul asid dalam minyak (TG).

∴Purata MW TG = 3 x SE

Rujukan: Analysis of Oils dan Fats, R.J.Hamilton,

J.B. Rossell, 1987.

Pengukuran Ketengikan (Rancidity)

Pengukuran kerosakan minyak terhadap pengoksidaan.

OOH

O2

malonaldehyde

Kaedah Kimia

Page 15: Kelapa sawit

1) Nilai peroksida (Peroxide value) PV

2H+

ROOH + KI I2 + ROH + H2O

I2 + 2S2O3

2- 2I- + S4O6

2-

PV = V x M x 1000 mEq/kg oil

m

m = jisim sampel minyak

V = isipadu S2O3

2-

M = molariti S2O3

2-

Unitnya: millisetara (milliequivalent) peroksida per

kilogram minyak/lemak

PV > 10 mEq/kg - kurang baik

Kelemahan

1) serapan I2 pada lemak tak tepu

2) I2 daripada KI juga dibebaskan oleh O2 dalam minyak

3) penguraian ROOH tinggi pada suhu tinggi

Ujian Asid Thiobarbiturik (TBA)

RCOOH aldehyde (malonaldehyde)

2 TBA + MA TBA - MA

pigmen merah unggu 532 nm

N

S N HO N S

OH OH

H

N CH - CH = CH + 2H2O

Chromogen

532 nm

minyak + TBA extract pigmen, ukur absorbance 532 nm.

Unit: milligram malonaldehyde per kilogram sampel - TBA nombor.

Page 16: Kelapa sawit

Kelemahan

1. pigmen lain, 2,4-alkadienal + TBA juga serap pada 532 nm.

2. Bahan uji TBA tak stabil pada suhu tinggi (terurai).

3) Nilai Anisidin(AnV)

- Menilai mutu minyak akibat kemerosotan pengoksidaan.

- mengukur sebatian karbonil

iso-octane

minyak + p-anisidin UV 350 nm

2-alkenal + p-anisidin komplek

OCH3

NH2

+ C = CH - C

R1

R2

H

O

OCH3

+ H2O

N

p-anisidin

Alk - 2 - enal CH

CH

R2 - C - R1

Nilai Totox

Indeks darjah pengoksidaan

TOTOX va;ue = 2 PV + AnV

(Total oxidation)

value

R - COOH 2-alkenal + R - COOH

5. Ujian Kreis

- Ujian kualitatif untuk ketengikan

- uji kandungan epoxy aldehid atau malonaldehyde

Page 17: Kelapa sawit

diethyl

Sampel + phloroglucinol extract dengan HCl

ether

larutan akuas

merah

ukur

Lovibon

Kaedah Fizikal

1) Konjugated diene

232 - 234 nm

268 nm - triene

2) Fluorescence

3) IR; GC dll.

Rujukan:

1) JAOCS 55, 539 (1978)

2) Analyst 113, 213 (1988)