Kelangsungan Hidup Makhluk Hidup
-
Upload
iik-blegedes -
Category
Documents
-
view
27 -
download
3
description
Transcript of Kelangsungan Hidup Makhluk Hidup
Kelangsungan Hidup Makhluk Hidup
Peta Konsep
Peta Konsep Kelangsungan Hidup
A. Pengertian Kelangsungan Hidup
Kita ketahui bahwa tidak ada makhluk hidup di muka bumi ini yang mampu bertahan hidup
tanpa mengalami kematian, karena setiap makhluk hidup memiliki waktu kehidupan atau umur
yang terbatas. Misalnya umur pohon kelapa jauh lebih lama daripada umur pohon jagung.
Bagaimanapun sempurnanya perawatan suatu tanaman, jika tanaman tersebut telah mencapai
batas usia maksimal maka akan mati. Pada pohon pisang, setelah berbuah bisa dipastikan akan
segera mati. Namun, jika kamu amati dengan seksama, sebelum berbuah dan akhirnya mati,
pohon pisang tersebut menumbuhkan tunas baru pada bagian bonggolnya. Tumbuhnya tunas
tersebut mengakibatkan tanaman pisang tetap terjaga kelangsungan hidupnya, meskipun induk
pohon pisang telah mati. Pertumbuhan pohon pisang silih berganti secara alamiah. Hal tersebut
tentunya juga terjadi pada makhluk hidup lain termasuk hewan dan manusia.
Setiap makhluk hidup telah dibekali oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dengan kemampuan untuk
mempertahankan hidupnya dan menjaga keturunannya supaya tetap lestari. Tetapi, karena
keserakahan makhluk hidup yang lebih tinggi tingkatnya dan ketidakpedulian manusia akan
kelestarian lingkungan hidup telah merusak ekosistem yang baik. Telah
menjadi hukum alam bahwa makhluk yang lemah akan dimangsa oleh makhluk yang lebih kuat,
atau yang kita kenal dengan hukum rimba.
Setiap jenis makhluk hidup dapat lestari jenisnya sampai saat ini karena berasal dari makhluk
hidup sebelumnya yang sejenis dapat bereproduksi dan berdaptasi dengan lingkungan. Jika
makhluk yang hidup pada zaman dulu tidak mampu bertahan dalam kelangsungan hidupnya,
maka jenis makhluk hidup itu akan punah seperti dinosaurus.
1. Kelangsungan hidup organisme dipengaruhi oleh 2 faktor:
Faktor internal Faktor eksternal
2. Faktor eksternal meliputi:
Beradaptasi Berkembangbiak
Sedangkan faktor eksternalnya adalah seleksi alam
B. Adaptasi
1. Pengertian
Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
hidupnya. Ada beberapa cara penyesuaian diri yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara
penyesuaian bentuk organ tubuh, penyesuaian kerja organ tubuh, dan tingkah laku dalam
menanggapi perubahan lingkungan. Dari pengertian adaptasi tersebut, ada tiga macam bentuk
adaptasi, yaitu:
a. adaptasi fisiologi
b. adaptasi tingkah laku,
c. adaptasi morfologi.
Adaptasi terlihat dari adanya perubahan bentuk luar atau dalam suatu makhluk hidup sesuai
dengan situasi dan kondisi lingkungan tempat hidupnya. Perubahan ini bersifat tetap dan khas
untuk setiap jenis sehingga bisa diwariskan kepada keturunannya.
2. Jenis-jenis Adaptasi
a. Adaptasi fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian diri makhluk hidup melalui fungsi kerja organ-organ
tubuh supaya bisa bertahan hidup. Adaptasi ini berlangsung di dalam tubuh sehingga sulit untuk
diamati.
Ikan air laut menghasilkan urine yang lebih pekat dibandingkan dengan ikan sungai. Ikan air laut
menghasilkan urine lebih pekat dibandingkan dengan ikan sungai. Hal ini dikarenakan kadar
garam air laut
lebih tinggi dari pada kadar garam air tawar. Tingginya kadar garam menyebabkan ikan
kekurangan air sehingga ikan harus banyak minum. Akibatnya, kadar garam dalam darahnya
menjadi tinggi sehingga untuk mengurangi kepekatan cairan dalam tubuhnya, ikan
mengeluarkan urine yang pekat.
Kekebalan serangga terhadap insektisida akan meningkat (menjadi kebal) karena penggunaan
insektisida secara terusmenerus.
Hewan-hewan herbivor beradaptasi terhadap makanan secara fisiologis. Sapi, kambing, kerbau,
dan domba merupakan hewan herbivor yang dapat mencerna zat makanan di dalam lambung.
Rayap dan Teredo navalis yang hidup di kayu galangan kapal dapat mencerna kayu dengan
bantuan enzim selulose.
Selain hewan, manusia dan tumbuhan dapat beradaptasi dengan lingkungannya secara fisiologi.
Tubuh manusia mampu menambah jumlah sel darahmerah apabila berada di pegunungan yang
lebih tinggi. Hal tersebut dapat mengikat oksigen lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan sel-
sel tubuh.
Mata manusia dapat menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang diterimanya. Ketika di tempat
gelap, maka pupil kita akan membuka lebar. Sebaliknya di tempat yang terang, pupil kita akan
menyempit. Melebar atau menyempitnya pupil mata adalah upaya untuk mengatur intensitas
cahaya.
Jumlah sel darah merah orang yang hidup di daerah pantai lebih sedikit dibandingkan orang yang
tinggal di daerah pegunungan. Hal ini disebabkan karena tekanan parsial oksigen di daerah
pantai lebih besar dibandingkan daerah pegunungan. Jika tekanan parsial oksigen rendah, maka
dibutuhkan lebih banyak sel darah merah untuk mengikat oksigen. Tekanan parsial oksigen
adalah perbandingan kadar oksigen di udara dibandingkan dengan kadar gas lain di udara.
Bau yang khas pada bunga dapat mengundang datangnya serangga untuk membantu
penyerbukan. Bunga jenis ini menghasilkan madu atau nectar, dan serbuk sarinya mudah
melekat. Akar dan daun pada tumbuhan tertentu dapat menghasilkan zat kimia yang berbau khas
yang dapat menghambat tumbuhan lain di dekatnya. Contoh di atas termasuk dalam adaptasi
fisiologi.
b. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan mengubah tingkah
laku supaya dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adaptasi tingkah laku dapat berupa
hasil belajar maupun insting/naluri sejak lahir. Terdapat dua macam tingkah laku, yaitu sebagai
berikut.
1) Tingkah laku sosial, untuk hewan yang hidup berkelompok.
2) Tingkah laku untuk perlindungan. Contohnya babi hutan akan menggali lubang
persembunyian dengan kukunya ketika melihat singa, trenggiling akan menggulung tubuhnya
bila bertemu musuh. Contoh lain adalah kamuflase, misalnya pada bunglon dan gurita.
Mimikri Bunglon
Mimikri adalah kemampuan untuk meniru bentuk, suara, dan tingkah laku seperti hewan lain
sehingga akan dikira predator atau hewan yang beracun atau berbahaya. Migrasi juga merupakan
bentuk adaptasi tingkah laku dengan cara bergerak dari satu kawasan ke kawasan lain dan
kemudian kembali lagi. Hewan bermigrasi dengan berbagai alasan antara lain memperoleh iklim
yang baik, makanan yang cukup, tempat yang lebih aman, dan kepentingan perkembangbiakan.
Hewan yang hidup di daerah kutub atau daerah yang mengalami pergantian empat musim yang
perbedaan suhunya ekstrim, biasanya melakukan hibernasi. Hibernasi adalah tidur dalam jangka
waktu yang lama ketika suhu lingkungan rendah. Aktivitas tubuh seperti denyut jantung dan
napas sangat pelan sehingga hanya memerlukan energi/makanan yang sedikit. Contohnya
kelelawar, ular, dan beruang kutub. Selama hibernasi hewan menggunakan lemak dalam tubuh
sebagai sumber energi.
Kucing mengincar mangsanya dengan cara mendekam. Ketika mangsa mendekat dan lengah,
maka kucing akan meloncat dan menerkam mangsanya. Tingkah laku demikian untuk
menghemat energi. Lain halnya dengan cicak. Cicak akan memutuskan ekornya pada saat berada
dalam ancaman. Paus naik ke permukaan air ketika akan mengambil oksigen untuk
pernapasannya. Hewan rayap itu buta, untuk menemukan jalan dia membuat terowongan dari
tanah yang dapat menuntunnya menuju ke tempat makanan atau sarangannya.
c. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian makhluk hidup melalui perubahan bentuk organ tubuh
yang berlangsung sangat lama untuk kelangsungan hidupnya. Adaptasi ini sangat mudah dikenali
dan mudah diamati karena tampak dari luar.
Meskipun hewan dapat bergerak bebas, hewan juga melakukan beragam adaptasi morfologi
untuk menyesuaikan dengan tempat hidup dan jenis makanannya. Adaptasi morfologi berupa
penyesuaian tubuh hewan seperti ukuran dan bentuk gigi, penutup tubuh, dan alat gerak hewan.
Gigi disesuaikan dengan jenis makanannya, sehingga gigi hewan pemakan daging berbeda
dengan hewan pemakan tumbuhan. Penutup tubuh seperti rambut, duri, sisik, dan bulu yang
tumbuh dari kulit disesuaikan dengan kondisi lingkungannya sehingga dapat membantu hewan
untuk tetap bertahan hidup. Contoh yang lain adalah variasi tulang belakang dan sirip pada ikan
pari disebabkan perbedaan suhu saat pertumbuhannya, jenis kelamin kura-kura ditentukan oleh
variasi temperatur saat inkubasi (pengeraman), serta bentuk paruh dan kaki burung bervariasi
sesuai dengan jenis makanan dan habitatnya.
Variasi Bentuk Paruh Burung Variasi Bentuk Kaki Burung
Burung kolibri memiliki paruh panjang dan runcing. Paruh ini digunakan untuk menghisap
madu. Serangga juga beradaptasi dengan lingkungan melalui bentuk organ tubuhnya. Organ
tubuh jangkrik dan belalang yang digunakan untuk beradaptasi adalah mulut. Mulut kedua
hewan tersebut mempunyai rahang bawah dan atas yang kuat.
Macam-macam adaptasi morfologi pada hewan:
a. Adaptasi morfologi pada bentuk paruh dan kaki pada burung
Bentuk paruh dan kaki pada burung beraneka- ragam disesuaikan dengan jenis makanan dan cara
memperoleh makanan tersebut.
Burung pemakan biji mempunyai bentuk paruh berbeda dengan burung pemakan daging atau
burung pemakan serangga demikian pula kaki burung elang berbeda dengan kaki bebek karena
cara memperoleh makanannya juga berbeda.
1) Paruh burung elang, bentuknya runcing, agak panjang dengan ujung agak membengkok
sesuai dengan jenis makanannya yang berupa daging. Kaki pada burung elang, ukurannya
pendek, cakar sangat kuat untuk mencengkeram mangsa atau daging.
2) Paruh bebek, pada pangkalnya terdapat bentuk seperti sisir, berguna untuk menyaring
makanan dari air dan lumpur dan kaki pada bebek berselaput di antara ruas jarinya untuk
berenang dan berjalan di tanah berlumpur.
3) Paruh burung pipit, bentuknya pendek tebal dan runcing sesuai dengan jenis makanannya
yaitu untuk memecah biji-bijian dan tiga kaki ke depan satu ke belakang untuk berjalan dan
hinggap.
4) Paruh burung pelatuk, runcing agak panjang untuk memahat kayu pohon untuk menangkap
dan memakan serangga di dalamnya. Kaki burung pelatuk mempunyai dua jari ke depan dan dua
jari ke belakang untuk memanjat.
b. Adaptasi morfologi pada mulut serangga
Bentuk mulut serangga bermacam-macam disesuaikan dengan cara mengambil makanannya.
1) Tipe mulut penggigit, mempunyai rahang atas dan rahang bawah yang kuat untuk menggigit,
misalnya: lipas, jengkerik, dan belalang.
2) Tipe mulut penghisap dan penjilat,memiliki bibir untuk menjilat, misalnya: lebah madu dan
lalat.
3) Tipe mulut penusuk dan penghisap, mempunyai rahang yang runcing dan panjang untuk
menusuk dan menghisap, misalnya: nyamuk.
4) Tipe mulut penghisap, mempunyai alat penghisap seperti belalai yang panjang dan dapat
digulung sehingga dapat menghisap madu yang terdapat jauh di dasar bunga, misalnya kupu-
kupu.
c. Bentuk tubuh ikan yang pipih (Streamline) berfungsi agar ikan dapat berenang dengan mudah.
Selain hewan, tumbuhan juga beradaptasi dengan lingkungannya melalui bentuk tubuhnya, yaitu:
1) Tumbuhan Xerofit
Tumbuhan xerofit memiliki struktur fisik yang sesuai untuk bertahan hidup pada suhu yang
ekstrim panas dan kekurangan air. Contohnya adalah kaktus dan sukulen. Kaktus dapat bertahan
hidup dalam kondisi kering.
Bentuk adaptasinya yaitu daun tidak berbentuk lembaran sebagaimana tumbuhan lainnya, tetapi
mengalami modifikasi menjadi duri atau sisik. Kaktus mampu menyimpan air pada batangnya.
Seluruh permukaannya dilapisi oleh lilin untuk mengurangi penguapan. Sistem perakarannya
panjang untuk mencapai tempat yang jauh yang mengandung air.
2) Tumbuhan Hidrofit
Tumbuhan hidrofit adalah tumbuhan yang hidup di air. Adaptasi morfologi yang dilakukan
antara lain memiliki rongga udara di antara sel-sel tubuhnya sehingga dapat mengapung.
Daunnya lebar dan stomata terletak di permukaan atas. Contoh tumbuhan hidrofit adalah
kangkung, eceng gondok, dan teratai.
3) Tumbuhan Higrofit
Tumbuhan higrofit adalah tumbuhan yang hidup di lingkungan lembab dan basah. Adaptasinya
yaitu mempunyai daun yang tipis dan lebar.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adaptasi Makhluk Hidup
25. Faktor-faktor ini mempengaruhi makhluk hidup yang hidup di darat maupun air.
I. Adaptasi Makhluk Hidup di Lingkungan Darat
26. Adaptasi makhluk hidup di lingkungan darat dipengaruhi oleh:
Suhu Lingkungan
Kadar Air
27. Contoh suhu lingkungan:
Hewan melakukan tidur panjang di musim panas (Estivasi) contohnya katak gurun dan
kadal gurun. Namun sebaliknya, Hewan melakukan tidur panjang di musim dingin
(Hibernasi) contohnya beruang kutub.
Tumbuhan yang hidup di daerah yang panas memiliki daun yang kecil dengan lapisan
berkutikula yang tebal, stomata dan lentisel yang sedikit agar mengurangi penguapan.
Namun sebaliknya, tumbuhan yang hidup di air memiliki daun yang lebar dan tipis untuk
meningkatkan penguapan.
28. Contoh Kadar air:
Tumbuhan-tumbuhan yang hidup di tempat yang berkadar air rendah biasanya memiliki
akar yang panjang untuk menjangkau air.
Hewan yang hidup di gurun seperti unta menyimpan air dan cadangan makanan didalam
punuknya.
II. Adaptasi Makhluk Hidup di Lingkungan Air
29. Adaptasi makhluk hidup di lingkungan ai dipengaruhi oleh:
Kadar garam
Intensitas penyinaran
Kedalaman
Kadar oksigen
30. Ikan yang hidup di air laut meminum banyak air dan sedikit mengeluarkan urin.
Sebaliknya, ikan yang hidup di air tawar meminum sedikit air dan banyak mengeluaran urin.
31. Berdasarkan intensitas penyinaran, perairan dibagi menjadi:
Daerah Fotik
Daerah Afotik
32. Daerah fotik adalah daerah yang masih dapat ditembus oleh cahaya matahari sampai dengan
kedalaman 200 DPL(Dibawah Permukaan Laut). Daerah afotik adalah daerah yang tidak dapat
ditembus cahaya matahari, yaitu lebih dari 200 DPL.
33. Organisme di daerah fotik membutuhkan intensitas cahaya dan tumbuh-tumbuhan air
sebagai makanan utamanya. Sebaliknya, organisme di daerah afotik tidak membutuhkan
intensitas cahaya dan bersifat karnivora.
34. Ikan yang hidup di perairan dangkal biasanya memiliki bentuk tubuh yang pipih. Sedangkan
yang hidup di perairan dalam biasanya memiliki bentuk tubuh seperti torpedo dan memiliki otot-
otot yang kuat karena semakin dalam semakin tinggi tekanannya.
35. Tumbuh-tumbuhan yang hidup di air beradaptasi dengan cara mengapung di permukaan air
untuk memperoleh oksigen, contohnya eceng gondok dan semanggi. Hewan air seperti lumba-
lumba dan paus akan muncul ke permukaan air untuk bernafas.
C. Seleksi Alam
Dalam kehidupan sehari-hari, seleksi berarti pemilihan, dan alam
berarti segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup. Jadi, seleksi alam adalah pemilihan
makhluk hidup yang dapat hidup terus dan tidak dapat hidup terus yang dilakukan oleh
lingkungan sekitar dan terjadi secara alamiah. Bisa juga diartikan sebagai musnahnya beberapa
makhluk hidup karena tidak dapat menyesuaikan diri.
1. Faktor penyeleksi alam
Seleksi alam ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
a. Suhu lingkungan
Di daerah dingin dijumpai hewan-hewan mamalia yang
berbulu tebal, sedangkan di daerah tropis hewan mamalianya berbulu tipis. Dalam hal ini, yang
menjadi faktor penyeleksi adalah suhu lingkungan. Karena hewan mamalia yang berbulu tipis
umumnya tidak akan bisa menyesuaikan diri pada lingkungan yang bersuhu sangat rendah
sehingga hewan tersebut akan tereliminasi dan punah. Beruang kutub berbulu tebal untuk
membuatnya tetap hangat. Selain bulunya, beruang kutub juga mempunyai lapisan lemak yang
digunakan untuk menghangatkan tubuhnya.
b. Makanan
Setiap makhluk hidup memerlukan makanan. Makanan adalah kebutuhan primer makhluk hidup.
Makanan akan menjadi faktor penyeleksi jika terjadi perebutan makanan. Makhluk hidup yang
kuat dan mempertahankan makanannya akan dapat berlangsung hidup, sebaliknya hewan yang
lemah dan tidak mampu bersaing dalam perebutan makanan akan tereliminasi dan punah.
c. Cahaya matahari
Faktor matahari berhubungan dengan penyeleksian tumbuhan tingkat tinggi yang berklorofil.
Karena tumbuhan menggunakan cahaya matahari untuk pembentukan makanan.
2. Kepunahan makhluk hidup
Berdasarkan temuan fosil-fosil, dapat diketahui bahwa banyak jenis makhluk hidup yang hidup
pada jaman dahulu tidak ditemukan lagi sekarang. Tetapi ada juga yang masih hidup sampai
sekarang yaitu capung. Capung adalah hewan yang hidup pada jaman karbon sampai sekarang.
Hewan lain yang hampir mirip dengan hewan yang telah punah adalah kadal dan komodo.
Ketiga hewan tersebut adalah hewan yangtergolong dalam fosil hidup.
Dinosaurus merupakan contoh hewan yang telah punah. Para ilmuan berpendapat bahwa yang
menyebabkan kepunahan hewan ini adalah perubahan iklim. Iklim yang terganggu akan
menyebabkan kematian banyak jenis tumbuhan sehingga dinosaurus herbivor tidak bisa
mendapatkan makanan. Sedangkan Dinosaurus karnivor dapat bertahan hidup untuk sementara.
Tetapi dengan berjalannya waktu, hewan karnivorpun mati.
Saat ini, tingkah laku manusia banyak mempengaruhi proses seleksi alam. Perburuan liar,
penangkapan, perusakan habitat, pencemaran lingkungan dapat mempercepat laju seleksi yang
tidak alami. Akibat rusaknya habitat, banyak hewan liar yang harus bermigrasi ke daerah yang
kurang sesuai dengan lingkungan alaminya. Mereka harus berjalan berkilo-kilometer untuk
memperoleh makanan yang cukup.
Di Indonesia, terdapat banyak tumbuhan dan hewan yang hampir punah. Contohnya adalah
harimau jawa, badak bercula satu, badak bercula dua, dan burung jalak bali. Hewan yang hampir
punah tersebut disebabkan karena kerusakan habitat oleh manusia, perburuan liar, kemampuan
adaptasinya rendah, serta tingkat reproduksi yang rendah.
Seleksi alam adalah terpilihnya anggota populasi yang cocok pada suatu lingkungan tertentu.
40. Proses seleksi alam yang terjadi dalam kurun waktu yang lama dapat mengakibabkan
perubahan spesies disebut sebagai Evolusi.
41. Faktor-faktor alam yang menyebabkan terjadinya seleksi alam:
Bencana alam
Perubahan suhu lingkungan
Ketersediaan makanan
42. Contoh terjadinya seleksi alam:
Ngengat Biston betularia ada dua jenis, yaitu cerah dan gelap. Sebelum revolusi industri,
keadaan udara cerah dan bersih sehingga populasi ngengat berwarna cerah dapat bertahan
karena sulit terlihat oleh mangsa. Sebaliknya, ketika terjadi revolusi industri, lingkungan
menjadi gelap dan pepohonan menjadi hitam sehingga populasi ngengat yang berwarna
gelap yang lebih cepat bertahan karena sulit terlihat.
Dinosaurus punah karena jatuhnya meteor yang menyebabkan tumbuhan-tumbuhan mati
sehingga dinosaurus pemakan tumbuhan tidak dapat bertahan hidup dan akhirnya punah.
D. Perkembangbiakan Makhluk Hidup
Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungan hidupnya akan tumbuh dan
berkembangbiak. Jadi sebelum organisme tersebut mati, ia akan berusaha menghasilkan
keturunan sehingga dapat melestarikan jenis organisme tersebut. Kemampuan berkembangbiak
setiap organisme tidaklah sama, ada organisme yang dapat berkembangbiak dengan cepat ada
pula yang lambat.
Macam-macam Cara Perkembangbiakan
Perkembangbiakan dibedakan menjadi dua yaitu perkembangbiakan generatif dan
perkembangbiakan vegatatif. Untuk mengetahui perbedaan kedua perkembangbiakan perhatikan
bagan di bawah ini.
1. Perkembangbiakan Generatif
Dari bagan di atas maka ciri perkembangbiakan generatif adalah didahului oleh peristiwa, yaitu
peleburan sel kelamin jantan (sperma) dengan sel kelamin betina (sel telur).
Sifat anak yang dihasilkan bervariasi yaitu gabungan dari kedua induknya.
Beberapa macam cara perkembangbiakan generatif antara lain:
a. Perkembangbiakan dengan biji pada tumbuhan
b. Perkembangbiakan dengan bertelur atau ovipar, contohnya pada ayam.
c. Perkembangbiakan dengan beranak atau vivipar
d. Perkembangbiakan dengan menghasilkan telur yang sudah berkembang di dalam tubuh
induknya (ovovivipar).
2. Perkembangbiakan Vegetatif
Perkembangbiakan vegetatif mempunyai ciri sebagai berikut.
a. Memerlukan satu induk.
b. Tidak perlu sel kelamin.
c. Tidak didahului fertilisasi.
d. Anak berasal dari bagian tubuh induknya.
e. Menghasilkan organisme yang sifatnya sama dengan induknya.
Beberapa macam cara perkembangbiakan vegetatif adalah:
a. Membelah diri
b. Membentuk tunas
c. Umbi batang, umbi lapis
d. Rhizoma, dan lain-lain
Pada beberapa organisme dapat berkembangbiak baik secara generatif maupun vegetatif
sekaligus, misalnya: Paramaecium dan beberapa hewan Coelenterata yaitu Hydra, ubur-ubur dan
lain-lain.
Tingkat Reproduksi
Adalah kemampuan organisme untuk menghasilkan keturunan. Tingkat reproduksi dikatakan
tinggi bila organisme tersebut dapat menghasilkan keturunan yang jumlahnya banyak dalam
waktu singkat. Contoh: hewan Protozoa, serangga, bakteri, dan lain-lain. Sedangkan organisme
yang tingkat reproduksinya rendah bila keturunan yang dihasilkan dalam jumlah sedikit dan
dalam waktu yang lama. Contohnya: badak, gajah, banteng, orang utan, bunga Raflesia arnoldi,
dan lain-lain.
Penyebab punahnya suatu organisme antara lain:
a. Tingkat reproduksinya yang rendah
b. Ulah manusia yang tidak bertanggung jawab, misalnya membakar dan menebang hutan untuk
lahan pertanian atau perumahan. Banyak jenis tumbuhan dan hewan kehilangan habitatnya dan
kini banyak yang spesiesnya makin langka.
c. Perburuan liar, hampir semua tumbuhan dan hewan menjadi langka karena perburuan untuk
diambil bulu, kulit, tanduk dan lain-lain.
Usaha-usaha pemerintah untuk melindungi hewan langka dari kepunahan antara lain:
a. Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa untuk membantu pelestarian tumbuhan dan
hewan langka di habitat alaminya.
b. Penangkaran hewan-hewan langka, para ahli menangkap hewan dari alam bebas, merawatnya
dan mengupayakan agar hewan-hewan tersebut dapat berkembangbiak dalam kandang,
kemudian anak-anak mereka dilepas atau ditempatkan di habitat yang lebih cocok.
c. Membuat undang-undang yang mengatur perburuan.
Contoh hewan yang langka di Indonesia, yaitu: harimau Jawa (Pantera tigris sondaicus), macan
kumbang (Pantera pardus), tapir (Tapirus indicus), komodo ( Varanus komodoensis),
maleo (Macrocephalon maleo), banteng (Bos sondaicus), mandril (Nasalis larvatus),
cendrawasih (Paradisea minor), kanguru pohon (Dendrolagus ursinus), kakatua raja
(Probociger aterrimus), buaya muara ( Crocodylus porosus). dan ular sanca hijau
(Chondrophyton vindis)