KELAINAN REFRAKSI

10

Click here to load reader

Transcript of KELAINAN REFRAKSI

Page 1: KELAINAN REFRAKSI

KELAINAN REFRAKSI

Definisi

Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Secara umum,

terjadi ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang

kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan

tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan

kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.

Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi sehingga pada mata yang dalam

keadaan istirahat memberikan fokus yang tidak terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan

dalam bentuk kelainan miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmat.

Akomodasi

Pada keadaan normal cahaya berasal dari jarak tak berhingga atau jauh akan terfokus pada retina,

demikian pula bila benda jauh tersebut didekatkan, hal ini terjadi akibat adanya daya akomodasi

lensa yang memfokuskan bayangan pada retina. Jika berakomodasi, maka benda pada jarak yang

berbeda-beda akan terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa di dalam mata

untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan

lensa yang mencembung bertambah kuat. Kekuatan akan meningkat sesuai dengan kebutuhan,

makin dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit bila

mata melihat kabur dan pada waktu melihat dekat. Bila benda terletak jauh bayangan akan

terletak pada retina. Bila benda tersebut didekatkan maka bayangan akan bergeser ke belakang

retina. Akibat benda ini didekatkan penglihatan menjadi kabur, maka mata akan berakomodasi

dengan mencembungkan lensa. Kekuatan akomodasi ditentukan dengan satuan Dioptri (D), lensa

1 D mempunyai titik fokus pada jarak 1 meter.

Epidemiologi

Sekitar 148 juta atau 51% penduduk di Amerika Serikat memakai alat pengkoreksi gangguan

refraksi, dengan penggunaan lensa kontak mencapai 34 juta orang. Angka kejadian rabun jauh

meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Jumlah penderita rabun jauh di Amerika Serikat

berkisar 3% antara usia 5-7 tahun, 8% antara usia 8-10 tahun, 14% antara usia 11-12 tahun dan

Page 2: KELAINAN REFRAKSI

25% antara usia 12-17 tahun. Pada etnis tertentu, peningkatan angka kejadian juga terjadi

walaupun persentase tiap usia berbeda. Etnis Cina memiliki insiden rabun jauh lebih tinggi pada

seluruh usia. Studi nasional Taiwan menemukan prevalensi sebanyak 12% pada usia  6 tahun dan

84 % pada usia 16-18 tahun. Angka yang sama juga dijumpai di Singapura dan Jepang.

Gejala

Penderita kelainan refraksi biasanya datang dengan keluhan sakit kepala terutama di daerah

tengkuk atau dahi, mata berair, cepat mengantuk, mata terasa pedas, pegal pada bola mata, dan

penglihatan kabur. Tajam penglihatan pasien kurang dari normal (6/6). Ametropia pada anak

dapat mengakibatkan seperti penglihatan kabur dan juling. 

Miopia

Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat melihat

dekat dengan lebih baik.Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa (kecembungan

kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus yang dibiaskan di

depan.

Miopia ditentukan dengan ukuran lensa negatif dalam Dioptri. Klasifikasi miopia antara lain:

ringan (3D), sedang (3 – 6D), berat (6 – 9D), dan sangat berat (>9D).

Gejala miopia antara lain penglihatan kabur melihat jauh dan hanya jelas pada jarak

tertentu/dekat, selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda yang dilihat pada mata, gangguan

dalam pekerjaan, dan jarang sakit kepala.

Koreksi mata miopia dengan memakai lensa minus/negatif ukuran teringan yang sesuai untuk

mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata. Biasanya pengobatan dengan kaca mata

dan lensa kontak. Pemakaian kaca mata dapat terjadi pengecilan ukuran benda yang dilihat, yaitu

setiap -1D akan memberikan kesan pengecilan benda 2%. Pada keadaan tertentu, miopia dapat

diatasi dengan pembedahan pada kornea antara lain keratotomi radial, keratektomi fotorefraktif,

Laser Asissted In situ Interlamelar Keratomilieusis (Lasik).

Hipermetropia

Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan bayangan di

Page 3: KELAINAN REFRAKSI

belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola mata

dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar terletak di belakang

retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu bola mata (hipermetropia aksial),

seperti yang terjadi pada kelainan bawaan tertentu, atau penurunan indeks bias refraktif

(hipermetropia refraktif), seperti afakia (tidak mempunyai lensa).

Pasien dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya

berakomodasi. Bila hipermetropia lebih dari + 3.00 D maka penglihatan jauh juga akan

terganggu. Pasien hipermetropia hingga + 2.00 D dengan usia muda atau 20 tahun masih dapat

melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata tanpa kesulitan, namun tidak demikian bila usia sudah 60

tahun. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot

siliar untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa. Pada perubahan usia, lensa

berangsur-angsur tidak dapat memfokuskan bayangan pada retina sehingga akan lebih terletak di

belakangnya. Sehingga diperlukan penambahan lensa positif atau konveks dengan bertambahnya

usia. Pada anak usia 0-3 tahun hipermetropia akan bertambah sedikit yaitu 0-2.00 D.

Pada hipermetropia dirasakan sakit kepala terutama di dahi, silau, dan kadang juling atau melihat

ganda. Kemudian pasien juga mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus-menerus harus

berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang retina.

Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena matanya masih

mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien yang banyak

membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada usia yang telah lanjut akan memberikan

keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan tersebut berupa sakit kepala, mata terasa pedas dan

tertekan.

Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung atau konveks untuk mematahkan

sinar lebih kuat kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah diberikan koreksi lensa positif

maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Pasien dengan hipermetropia sebaiknya

diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal.

 Astigmatisma

Astigmata terjadi jika kornea dan lensa mempunyai permukaan yang rata atau tidak rata sehingga

Page 4: KELAINAN REFRAKSI

tidak memberikan satu fokus titik api. Variasi kelengkungan kornea atau lensa mencegah sinar

terfokus pada satu titik. Sebagian bayangan akan dapat terfokus pada bagian depan retina sedang

sebagian lain sinar difokuskan di belakang retina. Akibatnya penglihatan akan terganggu. Mata

dengan astigmatisme dapat dibandingkan dengan melihat melalui gelas dengan air yang bening.

Bayangan yang terlihat dapat menjadi terlalu besar, kurus, terlalu lebar atau kabur.

Seseorang dengan astigmat akan memberikan keluhan : melihat jauh kabur sedang melihat dekat

lebih baik, melihat ganda dengan satu atau kedua mata, melihat benda yang bulat menjadi

lonjong, penglihatan akan kabur untuk jauh ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat berubah,

mengecilkan celah kelopak, sakit kepala, mata tegang dan pegal, mata dan fisik lelah. Koreksi

mata astigmat adalah dengan memakai lensa dengan kedua kekuatan yang berbeda. Astigmat

ringan tidak perlu diberi kaca mata.

Presbiopia

Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, yaitu akomodasi untuk

melihat dekat perlahan-lahan berkurang. Presbiopia terjadi akibat penuaan lensa (lensa makin

keras sehingga elastisitas berkurang) dan daya kontraksi otot akomodasi berkurang. Mata sukar

berakomodasi karena lensa sukar memfokuskan sinar pada saat melihat dekat.

Gejala presbiopia biasanya timbul setelah berusia 40 tahun. Usia awal mula terjadinya

tergantung kelainan refraksi sebelumnya, kedalaman fokus (ukuran pupil), kegiatan penglihatan

pasien, dan lainnya. Gejalanya antara lain setelah membaca akan mengeluh mata lelah, berair,

dan sering terasa pedas, membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca, gangguan pekerjaan

terutama di malam hari, sering memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca. Koreksi

dengan kaca mata bifokus untuk melihat jauh dan dekat. Untuk membantu kekurangan daya

akomodasi dapat digunakan lensa positif. Pasien presbiopia diperlukan kaca mata baca atau

tambahan untuk membaca dekat dengan kekuatan tertentu sesuai usia, yaitu: +1D untuk 40

tahun, +1,5D untuk 45 tahun, +2D untuk 50 tahun, +2,5D untuk 55 tahun, dan +3D untuk 60

tahun. Jarak baca biasanya 33cm, sehingga tambahan +3D adalah lensa positif terkuat yang dapat

diberikan.

Page 5: KELAINAN REFRAKSI

Pemeriksaan

Pemeriksaan refraksi terdiri dari 2 yaitu refraksi subyektif dan refraksi obyektif. Refraksi

subyektif tergantung respon pasien untuk mendapatkan koreksi refraksi yang memberikan tajam

penglihatan yang baik.

Refraksi obyektif dilakukan dengan retinoskopi. Mayoritas retinoskopi menggunakan sistem

proyeksi streak yang dikembangkan oleh Copeland. Retinoskopi dilakukan saat akomodasi

pasien relaksasi dan pasien disuruh melihat ke suatu benda pada jarak tertentu yang diperkirakan

tidak membutuhkan daya akomodasi.

Idealnya, pemeriksaan kelainan refraksi dilakukan saat akomodasi mata pasien istirahat.

Pemeriksaan mata sebaiknya dimulai pada anak sebelum usia 5 tahun. Pada usia 20 – 50 tahun

dan mata tidak memperlihatkan kelainan, maka pemeriksaan mata perlu dilakukan setiap 1 – 2

tahun. Setelah usia 50 tahun, pemeriksaan mata dilakukan setiap tahun.

Terapi

Terapi meliputi edukasi mengenai kelainan refraksi, penggunaan kaca mata tidak

menyembuhkan kelainan refraksi, meningkatkan jumlah asupan makanan yang mengandung

vitamin A, B, dan C. Kebutuhan mengkoreksi kelainan refraksi tergantung gejala pasien dan

kebutuhan penglihatan. Pasien dengan kelainan refraksi ringan dapat tidak membutuhkan

koreksi. Koreksi kelainan refraksi bertujuan mendapatkan koreksi tajam penglihatan terbaik.

Kaca mata merupakan alat koreksi yang paling banyak dipergunakan karena mudah merawatnya

dan murah. Lensa gelas dan plastik pada kaca mata atau lensa kontak akan mempengaruhi

pengaliran sinar. Warna akan lebih kuat terlihat dengan mata telanjang dibanding dengan kaca

mata. Lensa cekung kuat akan memberikan kesan pada benda yang dilihat menjadi lebih kecil,

sedangkan lensa cembung akan memberikan kesan lebih besar. Keluhan memakai kaca mata

diantaranya, kaca mata tidak selalu bersih, coating kaca mata mengurangkan kecerahan warna

benda yang dilihat, mudah turun dari pangkal hidung, sakit pada telinga dan kepala.

Selain kacamata, lensa kontak juga alat koreksi yang cukup banyak dipergunakan. Lensa kontak

merupakan lensa tipis yang diletakkan di dataran depan kornea untuk memperbaiki kelainan

refraksi dan pengobatan. Lensa ini mempunyai diameter 8-10 mm, nyaman dipakai karena

Page 6: KELAINAN REFRAKSI

terapung pada kornea seperti kertas yang terapung pada air. Agar lensa kontak terapung baik

pada permukaan kornea maka permukaan belakang berbentuk sama dengan permukaan kornea.

Permukaan belakang lensa atau base curve dibuat steep (cembung kuat), flat (agak datar)

ataupun  normal untuk dapat menempel secara longgar sesuai dengan kecembungan kornea.

Perlekatan longgar ini akan memberikan kesempatan air mata dengan mudah masuk diantara

lensa kontak dan kornea. Air mata ini diperlukan untuk membawa makanan seperti oksigen.

Pembesaran yang terjadi tidak banyak berbeda dibanding bayangan normal

1. Lapang pandangan menjadi lebih luas karena tidak banyak terdapat gangguan tepi

bingkai pada kaca mata.

Selain itu dapat pula dilakukan pembedahan. Salah satu terapi pembedahan yang cukup populer

adalah dengan cara LASIK atau bedah dengan sinar laser. Pada lasik yang diangkat adalah

bagian tipis dari permukaan kornea yang kemudian jaringan bawahnya dilaser. Pada lasik dapat

terjadi hal-hal berikut : kelebihan koreksi, koreksi kurang, silau, infeksi kornea, ataupun

kekeruhan pada kornea. Terapi bedah lain yang dapat dilakukan antara lain penanaman lensa

buatan di depan lensa mata, pengangkatan lensa, radikal keratotomi dan Automated Lamelar

Keratoplasty (ALK).

Pencegahan

Selama bertahun-tahun, banyak pengobatan yang dilakukan untuk mencegah atau memperlambat

progresi miopia, antara lain dengan:

o Koreksi penglihatan dengan bantuan kacamata

o Pemberian tetes mata atropin.

o Menurunkan tekanan dalam bola mata.

o Penggunaan lensa kontak kaku : memperlambat perburukan rabun dekat pada

anak.

o Latihan penglihatan : kegiatan merubah fokus jauh – dekat.