kelainan refraksi pada anak

25
BAB I PENDAHULUAN Mata sangat penting artinya bagi manusia. Sekitar 80% informasi yang kita dapatkan berasal dari indera penglihatan kita. Bila terjadi gangguan pada penglihatan maka akan terjadi juga gangguan pada kehidupan manusia. Kelainan penglihatan/refraksi adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih struktur optik bola mata yang memperlihatkan variasi di luar nilai normal variasi biologis, namun bukan merupakan kelainan mata kongenital/penyakit. Dan variasi ini bersifat individual sehingga kadang-kadang sulit untuk diprediksi sebelumnya. Tidak semua kelainan refraksi pada anak perlu dikoreksi. Namun apabila kelainan ini mengganggu proses perkembangan penglihatan normal, maka hal ini perlu dilakukan deteksi dini dan dilakukan koreksi. Kerap kali orang tua menganggap sepele dengan kelainan mata yang terjadi pada anak. Padahal gangguan penglihatan pada bayi dan si kecil dapat berdampak pada perkembangan psikomotor, kognitif, sosial dan emosi anak. Bahkan tanpa deteksi dini, gangguan mata pada anak dapat menyebabkan hilangnya fungsi 1

description

kelainan refraksi pada anak

Transcript of kelainan refraksi pada anak

Page 1: kelainan refraksi pada anak

BAB I

PENDAHULUAN

Mata sangat penting artinya bagi manusia. Sekitar 80% informasi yang kita dapatkan

berasal dari indera penglihatan kita. Bila terjadi gangguan pada penglihatan maka akan terjadi

juga gangguan pada kehidupan manusia.

Kelainan penglihatan/refraksi adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau lebih

struktur optik bola mata yang memperlihatkan variasi di luar nilai normal variasi biologis,

namun bukan merupakan kelainan mata kongenital/penyakit. Dan variasi ini bersifat

individual sehingga kadang-kadang sulit untuk diprediksi sebelumnya. Tidak semua kelainan

refraksi pada anak perlu dikoreksi. Namun apabila kelainan ini mengganggu proses

perkembangan penglihatan normal, maka hal ini perlu dilakukan deteksi dini dan dilakukan

koreksi. Kerap kali orang tua menganggap sepele dengan kelainan mata yang terjadi pada

anak. Padahal gangguan penglihatan pada bayi dan si kecil dapat berdampak pada

perkembangan psikomotor, kognitif, sosial dan emosi anak. Bahkan tanpa deteksi dini,

gangguan mata pada anak dapat menyebabkan hilangnya fungsi penglihatan permanen. Maka

deteksi dini dan melakukan penatalaksaan yang tepat dapat membantu menurunkan angka

gangguan penglihatan pada anak.

1

Page 2: kelainan refraksi pada anak

PERKEMBANGAN PENGLIHATAN NORMAL

Tajam penglihatan pada saat lahir berkisar antara persepsi cahaya dan pada hitungan

jari tangan. Hal ini akan mengalami proses pematangan terutama pada awal-awal tahun

kehidupan anak. Pada usia 6 – 12 bulan terjadi perubahan anatomi dan fisiologi pada mata

dan pusat penglihatan mata di otak, yang berhubungan langsung dengan kemajuan

penglihatan.  Sistem penglihatan manusia masih peka terhadap gangguan penglihatan sampai

usia 9 tahun. Kedua mata saling berhubungan untuk menghasilkan penglihatan binokuler

(melihat dengan kedua mata untuk menghasilkan bayangan tunggal). Perkembangan

penglihatan  ini tergantung dari stimulus yang sama  pada retina kedua mata dan sumbu

kedua mata yang sejajar.

Mata anak sangat berbeda dengan mata orang dewasa. Mata anak bukanlah bentuk

miniatur dari mata orang dewasa. Mata anak terus berkembang hingga dewasa. Semua

kelainan yang timbul pada mata anak akan dapat berlanjut hingga dewasa. Kelainan tersebut

sangat beragam, mulai dari kelainan congenital (bawaan lahir) seperti katarak congenital,

glaucoma congenital; kelainan anatomi mata baik pada kelopak mata, saluran air mata,

kornea iris, lensa dan retina; infeksi dan alergi mata, kelainan saraf mata, tumor mata,

kelainan bentuk wajah yang mempengaruhi mata, trauma atau adanya kelainan/gangguan

sistemik pada anak yang mempengaruhi fungsi mata hingga gangguan refraksi mata seperti

mata minus, mata plus, silinder, mata malas hingga juling. Oleh karena itu, deteksi dini

adanya kelainan atau gangguan pada fungsi perkembangan penglihatan mata anak sangat

perlu dilakukan bahkan sejak awal kelahirannya.

2

Page 3: kelainan refraksi pada anak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Secara

umum, terjadi ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan

bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di

belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan

terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan

panjang sumbu bola mata.

Anatomi Mata

Gambar.1. Bagian-bagian mata

Dasar dari kelainan refraksi adalah anatomi bola mata. Pada masa pertumbuhan anak-

anak sampai usia 18 tahun, anatomi tubuh masih mengalami perubahan menjadi besar.

Dengan adanya pertumbuhan dari tubuh, secara otomatis anatomi bola mata juga akan

berubah. Sehingga kelainan refraksi juga akan selalu berubah sesuai dengan perubahan yang

terjadi pada bola mata.

3

Page 4: kelainan refraksi pada anak

Gejala

Terkadang para orang tua lupa dan kurang memperhatikan adanya gangguan

penglihatan pada anak-anaknya, sebab gangguan penglihatan (kelainan refraksi) mata pada

anak-anak terkadang sulit diketahui apabila tidak diperhatikan secara seksama. Hal tersebut

disebabkan anak-anak sulit mengungkapkan kelainan yang dirasakannya (terutama yang

masih relatif rendah), tetapi secara umum gejala kelainan refraksi mata pada anak dapat

dilihat dari kebiasaan (yang tak lazim) pada anak, diantaranya :

Anak melihat benda atau tulisan (misal TV) selalu merasa nyaman pada jarak lebih

dekat dari umumnya orang dengan kondisi penglihatan mata normal, terkadang pada

kasus radikal merasa nyaman hingga kurang dari jarak 2 meter.

Anak seringkali salah ketika melihat dan membaca tulisan (huruf) yang tertulis di

media tertentu (papan tulis, papan reklame dll).

Anak seringkali mengerutkan dahinya atau memiringkan kepalanya atau

memicingkan matanya ketika melihat secara detil tulisan/benda (yang relatif kecil)

pada jarak jauh.

Anak seringkali tidak tahan lama ketika membaca buku, mengeluh pusing, atau

merasa cepat capek.

Maka untuk mengetahui keadaan penglihatan mata pada anak periksakan anak secara rutin

kepada dokter mata atau refraksionis optisien (biasanya di optikal yang berijin) minimal

setahun sekali, dimana secara sederhana kelainan refraksi mata pada anak dapat dideteksi

dengan melihat (secara monokuler) deret huruf pada Snellen Chart dan apabila anak tidak

dapat melihat secara baik dan benar pada visus tertentu ada kemungkinan anak tersebut

membutuhkan bantuan kacamata dengan ukuran tertentu (tergantung hasil pemeriksaan).

4

Page 5: kelainan refraksi pada anak

Pada anak yang dinyatakan mengalami kelainan refraksi dan menggunakan bantuan

kacamata, dianjurkan penggunaannya secara terus menerus agar diperoleh visus yang stabil,

terlebih pada anak yang memiliki kelainan refraksi dengan ukuran yang berbeda, misal yang

satu lebih berat, sebab mata tersebut cenderung lebih malas (lazy-eye) dan akan berakibat

bertambah berat yang disebabkan tidak adanya gerakan akomodasi. Secara umum periksakan

penglihatan mata anak sedikitnya setahun sekali (atau mungkin kurang dari setahun

tergantung pada adanya keluhan). Hal tersebut perlu dilakukan mengingat pada usia dibawah

15 tahun merupakan masa-masa pertumbuhan dimana sel-sel mata juga akan mengalami

perubahan mengikuti pertumbuhan yang relatif cepat.

Kelainan refraksi

1. Miopia

Definisi: Mata miopik lebih panjang daripada normal, sehingga cahaya terfokus di

depan retina. Objek pada jarak pendek tampak jelas, tetapi objek pada jarak jauh

terlihat kabur. Pada miopia, objek pada jarak jauh terlihat kabur karena mata terlalu

panjang dan gambaran terfokus di depan retina bukan tepat pada retina.

Gambar.2.Mata Miopi

5

Page 6: kelainan refraksi pada anak

Klasifikasi

Dikenal beberapa bentuk myopia:

a. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada

katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih

kuat.

b. Myopia aksial, myopia akibat panjangnya sumbu bola mata dengan kelengkungan

kornea dan lensa normal.

c. Myopia kurvatura, besar bola mata normal tetapi kurvatura kornea dan lensa lebih

besar dari normal.

Menurut derajat beratnya myopia dibagi dalam:

a. Myopia ringan, miopianya 1-3 dioptri

b. Miopia sedang, miopinya 3-6 dioptri

c. Miopia berat atau tinggi, miopinya lebih besar dari 6 dioptri

Menurut perjalanan myopia dikenal bentuk

a. Myopia stasioner, myopia menetap setelah dewasa

b.Myopia progresif, myopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah

panjangnya bola mata.

c. Myopia maligna, myopia yang berjalan progresif yang dapat mengakibatkan ablasi

retina dan kebutaan atau sama dengan myopia pernisiosa/myopia

maligna/miopiadegeneratif.

6

Page 7: kelainan refraksi pada anak

Biasanya terjadi bila myopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli

dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak

pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi korioretina.

Epidemiologi: Kelainan ini menyebar merata di berbagai geografis, etnis, usia dan

jenis kelamin.

Etiologi dan Faktor Resiko: Penyebab kelainan ini sesuai jenisnya masing-masing,

yaitu diameter anterior posterior bola mata yang lebih panjang, kurvatura kornea dan

lensa yang lebih besar, dan perubahan indeks refraktif.

Manifestasi Klinik

a. Pasien menyatakan melihat lebih jelas bila dekat malahan melihat terlalu dekat,

sedangkan melihat jauh kabur atau disebut pasien adalah rabun jauh.

b. Paisen mengeluh sakit kepala, sering disertai dengan juling dan celah kelopak

mata yang sempit.

c. Pasien mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau

d. berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia

konvergensi, jika kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling

ke dalam atau esoptropia.

Diagnosis: Diagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan

dengan ophtalmoscope.

Diagnosis Banding: Diagnosis bandingnya diantaranya hipermetropi dengan

kekuatan lebih dari 3 dioptri.

7

Page 8: kelainan refraksi pada anak

Pemeriksaan Penunjang: Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresen

yaitu gambaran bulan sabit yang terlihat pada polus posterior fundus mata myopia,

sclera oleh koroid.

Patofisiologi: Miopia merupakan kelainan yang diturunkan dan seringkali ditemukan

pada anak-anak ketika mereka berusia 8-12 tahun. Antara usia 13-19 tahun, ketika

tubuh mengalami pertumbuhan yang pesat, miopia semakin memburuk. Antara usia

20-40 tahun, biasanya terjadi sedikit perubahan. Jika sifatnya ringan maka disebut

miopia rendah, jika berat disebut miopia tinggi. Miopia tinggi memiliki resiko yang

lebih tinggi terhadap terjadinya pelepasan retina. Penderita miopia harus

memeriksakan matanya secara teratur guna mengetahui setiap perubahan yang terjadi

pada retina. Jika retina lepas, maka satu-satunya cara untuk memperbaikinya adalah

pembedahan.

Penyebab:Miopia Aksial: Panjang aksial bola mata>N Miopia Refraktif :lensa terlalu

cembung kornea terlalu cembung indeks bias lensa naik perubahan letak lensa

Gejala: Penglihatan jauh kabur Nonton TV dekat. Tidak dapat melihat tulisan

dipapan tulis Mata lekas lelah, berair, cepat mengantuk (gejala astenopia).

Memicingkan mata agar melihat jelas. Hemeralopia(rabunsenja).

Penatalaksanaan: Kacamata: Koreksi dengan lensa sferis negative terlemah yang

menghasilkan tajam penglihatan terbaik. Lensa kontak untuk anismetropia myopia

tinggi.

Komplikasi: Ablatio retina terutama pada myopia tinggi, Strabismus

(esotropia,eksotropia), dan Ambliopia.

8

Page 9: kelainan refraksi pada anak

Prognosis: Prognosis tergantung onset kelainan, waktu pemberian peengobatan,

pengobatan yang diberikan dan penyakit penyerta. Pada anak-anak, jika koreksi

diberikan sebelum saraf optiknya matang (biasanya pada umur 8-10 tahun), maka

prognosisnya lebih baik.

2. Hipermetropia

Definisi: Mata hipermetropia lebih pendek daripada normal. Cahaya dari objek jarak

dekat (misalnya ketika membaca buku), tidak dapat terfokus secara jelas pada retina.

Mata terlalu pendek sehingga objek jarak dekat terlihat kabur.

Gambar.3.Mata Hipermetropia

Klasifikasi

Berdasarkan struktur bola mata:

1. Hipermetropi refraktif, berkurangnya indeks bias media penglihatan.

2. Hipermetropi aksial, kekuatan refraksi mata normal, tetapi diameter anterior

posterior bola mata lebih pendek dari normal.

3. Hipermetropi kurvatura, besar bola mata normal tetapi kurvatura kornea dan lensa

lebih lemah dari normal.

9

Page 10: kelainan refraksi pada anak

Epidemiologi: Kelainan ini menyebar merata di berbagai geografis, etnis, usia dan

jenis kelamin.

Etiologi dan Faktor Resiko: Penyebab kelainan ini sesuai jenisnya masing-masing,

yaitu diameter anterior posterior bola mata yang lebih pendek, kurvatura kornea dan

lensa yang lebih lemah, dan perubahan indeks refraktif

Patofisiologi: Hipermetropia juga diturunkan. Bayi dan anak-anak cenderung

mengalami hipermetropia ringan. Sejalan dengan pertumbuhan dan bertambah

panjangnya mata, hipermetropia semakin berkurang.

Manifestasi Klinik

a.Bila 3 dioptri atau lebih, atau pada usia tua, pasien mengeluh penglihatan jauh

kabur.

b. Penglihatan dekat lebih cepat buram, akan lebih terasa lagi pada keadaan

kelelahan, atau penerangan yang kurang.

c. Sakit kepala biasanya pada daerah frontal dan dipacu oleh kegiatan melihat dekat

jangka panjang. Jarang terjadi pada pagi hari, cenderung terjadi setelah siang hari

dan bisa membaik spontan kegiatan melihat dekat dihentikan.

d. Eyestrain

e. Sensitive terhadap cahaya

f. Spasme akomodasi, yaitu terjadinya cramp m. ciliaris diikuti penglihatan buram

intermiten

10

Page 11: kelainan refraksi pada anak

Diagnosis: Pada pasien dengan daya akomodasi yang masih sangat kuat atau pada

anak-anak, sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan pemberian siklopegik atau

melumpuhkan otot akomodasi.

Diagnosis Banding: Diagnosis Banding kelainan ini adalah Presbiopi.

Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan penunjang adalah ophtalmoscope.

Penyebab: Miopia Aksial: Panjang aksial bola mata>N Miopia Refraktif :lensa

terlalu cembung kornea terlalu cembung indeks bias lensa naik perubahan letak lensa.

Gejala: Penglihatan dekat buram. Gejala astenopia akomodativa (setelah

membaca/menulis). Hipermetropia tinggi-->juling konvergen.

Penatalaksanaan: Kacamata: Koreksi dengan lensa positif terkuat yang

menghasilkan tajam penglihatan terbaik. Lensa kontak untuk anisometropia

hipermetropia tinggi.

Komplikasi: Glaukoma sudut tertutup. Esotropia pada hipermetropia >2.0 D.

Ambliopia terutama pada hipermetropia dan anisotropia.

Prognosis: Prognosis tergantung onset kelainan, waktu pemberian peengobatan,

pengobatan yang diberikan dan penyakit penyerta. Pada anak-anak, jika koreksi

diberikan sebelum saraf optiknya matang (biasanya pada umur 8-10 tahun), maka

prognosisnya lebih baik.

11

Page 12: kelainan refraksi pada anak

3. Astigmatisma

Definisi: Kornea merupakan jendela mata. Kornea yang normal berbentuk bundar dan

licin, seperti halnya bola basket. Pada astigmat, kornea lebih melengkung ke satu

arah, berbentuk oval.

Gambar.4. Mata Astigmatisma

Klasifikasi

Tipe-tipe astigmatisma:

1. Astigmatisma hipermetropikus simpleks, satu meridian utamanya emetropik,

meridian yang lainnya hipermetropik.

2. Astigmatisma miopikus simpleks, satu meridian utamanya emetropik, meridian

lainnya miopi

3. Astigmatisma hipermetropikus kompositus, kedua meridian utama hipermetropik

dengan derajat berbeda.

4. Astigmatisma miopikus kompositus, kedua meridian utamanya miopik dengan

derajat berbeda

5. Astigmatisma mikstus, satu meridian utamanya hipermetropik, meridian yang lain

miopik.

12

Page 13: kelainan refraksi pada anak

Epidemiologi: Kelainan ini menyebar merata di berbagai geografis, etnis, usia dan

jenis kelamin.

Etiologi dan Faktor Resiko: Penyebab kelainan ini adalah terdapatnya perbedaan

diameter anterior posterior bola mata, kurvatura kornea dan lensa serta indek bias

kedua mata.

Patofisiologi: Astigmat menyebabkan distorsi atau pandangan kabur pada objek jarak

dekat maupun jarak jauh. Penglihatan penderita hampir menyerupai penglihatan di

rumah kaca, dimana seseorang terlihat terlalu tinggi, terlalu lebar atau terlalu kurus.

Astigmat bisa ditemukan bersama-sama dengan miopia maupun hiperopia.

Manifestasi Klinik

Manifestasi Klinik dari kelainan ini adalah

a. Penglihatan buram

b. Head tilting

c. Menengok untuk melihat jelas

d. Mempersempit palpebra

e. Memegang bahan bacaan lebih dekat

Diagnosis: Diagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan

dengan ophtalmoscope.

Diagnosis Banding: Diagnosis banding kelainan ini adalah miopi dan hipermetropi.

Pemeriksaan Penunjang: Pemeriksaan Penunjang adalah ophtalmoscope.

Penyebab: Perubahan pada lengkung kornea(90%). Perubahan pada lengkung

lensa(10%).

13

Page 14: kelainan refraksi pada anak

Gejala: Pada astigmat ringan, kadang-kadang visus normal. Pada astigmat

sedang&tinggi, visus akan menurun baik untuk melihat jauh maupun dekat. Gejala

astenopia setelah melihat dekat atau jauh.

Penatalaksanaan: Pada anak pra sekolah astigmat sebesar 1.5-2 D atau lebih perlu

dikoreksi  penuh. Pada anak usia sekolah astigmat kurang dari 0.5 D biasanya tidak

menimbulkan keluhan/gejala. Keluhan biasanya muncul pada astigmat antara 0.5 – 1

D. Hal ini perlu dikoreksi penuh bila timbul keluhan kelelahan pada mata. Diperlukan

pemeriksaan berkala tiap 6 – 12 bulan untuk mengetahui perubahan astigmatnya.

Prognosis: Prognosis tergantung onset kelainan, waktu pemberian peengobatan,

pengobatan yang diberikan dan penyakit penyerta. Pada anak-anak, jika koreksi

diberikan sebelum saraf optiknya matang (biasanya pada umur 8-10 tahun), maka

prognosisnya lebih baik.

Pemeriksaan Refraksi

Pemeriksaan refraksi terdiri dari 2 yaitu refraksi subyektif dan refraksi obyektif.

Refraksi subyektif tergantung respon pasien untuk mendapatkan koreksi refraksi yang

memberikan tajam penglihatan terbaik.

Gambar 4. Pemeriksaan Mata

14

Page 15: kelainan refraksi pada anak

Refraksi obyektif dilakukan dengan retinoskopi. Mayoritas retinoskopi menggunakan

sistem proyeksi streak yang dikembangkan oleh Copeland. Retinoskopi dilakukan saat

akomodasi pasien relaksasi dan pasien disuruh melihat ke suatu benda pada jarak tertentu

yang diperkirakan tidak membutuhkan daya akomodasi. Idealnya, pemeriksaan kelainan

refraksi dilakukan saat akomodasi mata pasien istirahat. Pemeriksaan mata sebaiknya dimulai

pada anak sebelum usia 5 tahun. Pada usia 20 – 50 tahun dan mata tidak memperlihatkan

kelainan, maka pemeriksaan mata perlu dilakukan setiap 1 – 2 tahun. Setelah usia 50 tahun,

pemeriksaan mata dilakukan setiap tahun.

Deteksi Dini dan Koreksi Kelainan Refraksi

Penurunan fungsi penglihatan pada anak dapat tidak terdeteksi, maka harus dilakukan

penapisan sedini mungkin dan teratur untuk mendeteksi adanya kelainan refraksi. Pada 3-4

tahun pertama, perkiraan penglihatan sangat bergantung pada pengamatan mengenai perilaku

anak sewaktu bermain atau berinteraksi dengan orangtua. Pada usia 4 tahun keatas telah dapat

dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan grafik “E” buta huruf. Biasanya pada tingkat

sekolah dasar kelas 1 atau kelas 2, dapat digunakan grafik Snellen. Cara terbaik untuk

mencegah ambliopia adalah dengan deteksi dini dengan menguji ketajaman penglihatan

semua anak prasekolah. Mata ametrop memerlukan lensa koreksi agar terfokus dengan baik.

Lensa kacamata masih merupakan metode paling aman untuk memperbaiki refraksi.

Kacamata berguna untuk memfokuskan bayangan ke retina. Koreksi myopia dengan

menggunakan lensa konkaf (minus), hipermetropi dengan menggunakan lensa konveks

(plus), sedangkan astigmatisma dengan lensa silindris.

15

Page 16: kelainan refraksi pada anak

Kiat-kiat pencegahan agar minus pada mata anak Anda tidak bertambah, sebagai berikut:

• Pastikan anak Anda memakai kacamatanya secara rutin. Gunakan kacamata dengan ukuran

yang tepat, jangan under-koreksi karena akan mempercepat pertambahan minus atau over-

koreksi karena akan membuat pusing.

• Jaga jarak baca 40-45 cm pada buku dan jaga jarak pandang 60 cm pada layar komputer

• Selalu perhatikan system pencahayaan saat anak Anda beraktivitas seperti membaca dan

menonton TV. Pastikan pencahayaannya cukup dan akurat (tidak membelakangi sinar saat

membaca).

• Cukup gizi dengan makan makanan yang sehat untuk mata.

• Lakukan aktivitas pemakaian daya penglihatan jarak dekat dan jauh secara bergantian.

Misalnya, berhenti membaca setelah 45 menit, kemudian sekitar 5-10 menit pejamkan mata

Anda. Untuk menit berikutnya lihatlah ke arah yang jauh atau lakukan aktivitas yang tidak

memerlukan daya penglihatan jarak dekat, sambil melakukan peregangan.

• Jangan lupa memperhatikan jadwal aktivitas anak. Sebaiknya si anak harus memiliki

aktivitas di luar sekolah yang lebih santai dan menyenangkan, contohnya aktivitas di

dalam ruangan seperti les music atau ikut klub olahraga. Aktivitas di luar ruangan dapat

meningkatkan dopamin yang dapat mencegah pertambahan panjang bola mata.

• Selain itu lakukan pemeriksaan mata pada minus untuk memastikan minus yang diderita

anak termasuk dalam golongan yang berbahaya atau termasuk dalam school myopia.

16

Page 17: kelainan refraksi pada anak

KESIMPULAN

1. Pemeriksaan mata pada anak dilakukan sedini mungkin.

2. Proporsi terbesar tingkat sikap orangtua terhadap kelainan refraksi pada anak adalah

dengan tingkat sikap baik.

3. Proporsi terbesar tingkat perilaku orangtua terhadap kelainan refraksi pada anak

adalah dengan tingkat perilaku baik.

4. Terdapat hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku orangtua terhadap

kelainan refraksi pada anak dengan keeratan hubungan sedang.

17

Page 18: kelainan refraksi pada anak

DAFTAR PUSTAKA

1. Sidarta Ilyas, dkk, 2000. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FK UI, cetakan 2

Jakarta.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ditjen Binkesmas. Survei morbiditas

mata dan kebuataan di 8 propinsi. 1983. Hasil serta laporan pertemuan kerja upay

kesehatan mata dan pencegahan kebutaan di puskesmas dan rujukannya, 1998

3. Depkes RI. Ditjen Binkesmas. 1998. Hasil survey kesehatan indera penglihatan dan

pendengarn1996,1998

4. Tesler H, 1983, Uveitis in Principle and Practice of Opthalmologi Vol. II, Universitas

Book Publishing Company, Chicago, USA

18