kelainan fungsi laring
-
Upload
mirza-juanda -
Category
Documents
-
view
263 -
download
0
Transcript of kelainan fungsi laring
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
1/24
KELAINAN FARING DAN LARING
BAB I
PENDAHULUAN
Rongga mulut, faring dan esophagus berasal dari foregut embrionik. Foregut
ini berkembang menjadi rongga hidung, gigi dan kelenjar liur,hipofisi anterior ,tiroid
dan laring, trakea , bronkus dan alveoli paru.
Mulut terbentuk dari stemodium primitive yang merupakan gabungan dari
ektodermal dan endodermal , yang membelah. Bibir bagian atas dibentuk oleh bagian
prosesus nasalis medial dan lateral dan prosessus maksilaris. Celah bibir biasanya
tidak terletak digaris tengah tetapi dilateral dari prosesus nasalis medial yang
membentuk premaksila. Bibir bagian bawah berkembang dari bagian prosesus
mandibularis.otot bibir berasal dari daerah brankialkedua dan dipersarafin oleh saraf
fasialis.
1 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
2/24
KELAINAN FARING DAN LARING
BAB II
KELAINAN FARING
Anatomi dan Fisiologi Faring
Faring adalah suatu kantung fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Ke atas, faring berhubungan dengan
rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui
isthmus faucium, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus
pharyngeus, dan ke bawah berhubungan esofagus. Faring terdiri atas:
1. Nasofaring
Relatif kecil, mengandung serta berhubungan dengan erat dengan beberapa
struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring, torus
tubarius, kantong Rathke, choanae, foramen jugulare, dan muara tuba Eustachius.
Batas antara cavum nasi dan nasopharynx adalah choana. Kelainan kongenital
koana salahsatunya adalah atresia choana.
Struktur Nasopharing
1. Ostium Faringeum tuba auditiva muara dari tuba auditiva
2. Torus tubarius, penonjolan di atas ostium faringeum tuba auditiva yang
disebabkan karena cartilago tuba auditiva
3. Torus levatorius, penonjolan di bawah ostium faringeum tuba auditiva yang
disebabkan karena musculus levator veli palatini.
2 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
3/24
KELAINAN FARING DAN LARING
4. Plica salpingopalatina, lipatan di depan torus tubarius
5. Plica salpingopharingea, lipatan di belakang torus tubarius, merupakan
penonjolan dari musculus salphingopharingeus yang berfungsi untuk
membuka ostium faringeum tuba auditiva terutama ketika menguap atau
menelan.
6. Recessus Pharingeus disebut juga fossa rossenmuller. Merupakan tempat
predileksi Nasopharingeal Carcinoma.
7. Tonsila pharingea, terletak di bagian superior nasopharynx. Disebut adenoid
jika ada pembesaran. Sedangkan jika ada inflammasi disebut adenoiditis.
8. Tonsila tuba, terdapat pada recessus pharingeus.
9. Isthmus pharingeus merupakan suatu penyempitan di antara nasopharing da
oropharing karena musculus sphincterpalatopharing
10. Musculus constrictor pharingeus dengan origo yang bernama raffae pharingei
2. Orofaring
Struktur yang terdapat di sini adalah dinding posterior faring, tonsil palatina,
fossa tonsilaris, arcus faring, uvula, tonsil lingual, dan foramen caecum.
a. Dinding posterior faring, penting karena ikut terlibat pada radang akut atau
radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot-otot di bagian
tersebut.
b. Fossa tonsilaris, berisi jaringan ikat jarang dan biasanya merupakan tempat
nanah memecah ke luar bila terjadi abses.
c. Tonsil, adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dan ditunjang kriptus di dalamnya. Ada 3 macam tonsil, yaitu tonsil
faringeal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual, yang ketiganya membentuk
lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Epitel yang melapisi tonsil adalah epitel
skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasanya ditemukan
leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri, dan sisa makanan.
3. Laringofaring
Struktur yang terdapat di sini adalah vallecula epiglotica, epiglotis, serta fossa
piriformis.
3 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
4/24
KELAINAN FARING DAN LARING
Fungsi faring yang terutama adalah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi
suara, dan untuk artikulasi.
EMBRIOLOGI
Dibelakang mukosa dinding belakang faring terdapat dasar tulang sphenoid
dan dasar tulang oksiput disebelah atas, kemudian bagian depan tulang atlas dan
sumbu badan dan vertebra servikalis lain. Nasofaring membuka kearah depan
kehidung melalui koana posterior. Superior , adeoid terletak pada mukosa atap
nasofaring. Disamping, muara tuba eustakius kartilaginosa terdapat didepan lekukan
yang disebut fosaronsenmuler. Kedua struktur ini berada diatas batas bebas otot
konstriktor faringitis superior. Otot tensor veli palatine, merupakan otot yangmenengangkan palatum dan membuka tubaeustaki, masuk kefaring melalui ruang ini.
Otot ini membentuk tendon yang melekat sekitar hamulus tulang untuk memasuki
palatum mole. Otot tensor veli palatine dipersarafi oleh saraf mendibularis melalui
ganglion optic.
Orofaring kearah depan berhubungan dengan rongga mulut. Tonsila faringeal
dalam kapsulnya terletak pada mukosa pada dinding lateral rongga mulut. Didepan
tonsila, arkus faring anterior disusun oleh otot palatoglotus, dan dibelakang dari arkus
faring posterior disusun oleh otot palatofaringeus.
Otot otot ini membantu menutupnya orofaring bagian posterior. Semua
dipersarafi oleh pleksus faringeus.
4 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
5/24
KELAINAN FARING DAN LARING
KELAINAN FARING
NASOFARING
- TUMOR NASOFARING
OROFARING
- FARINGITIS
Definisi
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring) yang biasanya
disebabkan oleh infeksi akut.
Biasanya disebabkan oleh bakteri streptokokus grup A. Namun bakteri lain
seperti n. gonorrhoeae, c.diphtheria, h. influenza juga dapat menyebabkan faringitis.
Apabila disebabkan oleh infeksi virus biasanya oleh rhinovirus, adenovirus,
parainfluenza virus dan coxsackie virus.
5 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
6/24
KELAINAN FARING DAN LARING
Gejala dan tanda
Yang sering muncul pada faringitis adalah:
nyeri tenggorokan dan nyeri menelan
Tonsil (amandel) yang membesar
Selaput lendir yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan
tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah
Demam
Pembesaran kelenjar getah bening di leher
Peningkatan jumlah sel darah putih.
Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri, tetapilebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.
Faringitis Virus Faringitis Bakteri
Biasanya tidak ditemukan nanah di
tenggorokan
Sering ditemukan nanah di tenggorokan
Demam ringan atau tanpa demam Demam ringan sampai sedang
Jumlah sel darah putih normal atau agak
meningkat
Jumlah sel darah putih meningkat ringan
sampai sedang
Kelenjar getah bening normal atau sedikit
membesar
Pembengkakan ringan sampai sedang
pada kelenjar getah bening
Tes apus tenggorokan memberikan hasil
negatif
Tes apus tenggorokan memberikan hasil
positif
untuk strep throat Pada biakan di
laboratorium tidak tumbuh bakteri
Bakteri tumbuh pada biakan di
laboratorium
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
6 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
7/24
KELAINAN FARING DAN LARING
Tujuan utama dari pemeriksaan faringitis yaitu untuk membedakan etiologi
dari penyakit ini. Langkah pemeriksaan utama yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Demam akibat infeksi streptokokus biasanya lebih dari 38,30C. Faringitis
dengan penyebab bakteri dan virus biasanya bertahan dalam waktu 1 minggu, namun
faringitis dengan penyebab noninfeksi biasanya lebih lama. Penting untuk menggali
informasi mengenai riwayat penyakit pasien, seperti alergi, demam reumatik, dan
penyakit imunokompromis.
Pemeriksaan fisik yang terutama pada faringitis yaitu pemeriksaan tanda vital
dan pemeriksaan THT. Pada pemeriksaan tenggorokan, dapat ditemukan adanya:3
Eksudat dan kemerahan pada tonsil
Bercak kemerahan pada palatum molle, tampakan lidah seperti stroberi dengan papila
yang merah dan lidah yang keputihan
Limfadenopati servikal
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan terhadap apus tenggorokan
Skrining terhadap bakteri streptokokus
leukositosis
Pengobatan
Untuk mengurangi nyeri tenggorokan diberikan obat pereda nyeri (analgetik)
seperti asetaminofen, obat hisap atau berkumur dengan larutan garam hangat.
Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dan remaja yang berusia dibawah18 tahun karena bisa menyebabkan sindroma Reye.
Jika diduga penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Penting bagi
penderita untuk meminum
obat antibiotik sampai habis sesuai anjuran dokter, agar tidak terjadi resistensi
pada kuman penyebab faringitis.
Untuk mengatasi infeksi dan mencegah komplikasi (misalnya demam rematik),
jika penyebabnya streptokokus, diberikan tablet penicillin. Jika penderita memilikialergi terhadap penicillin bisa diganti dengan erythromycin atau antibiotik lainnya
7 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
8/24
KELAINAN FARING DAN LARING
- TONSILITIS
Definisi
Tonsillitis adalah suatu peradangan pada tonsil (atau biasa disebut amandel)
yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun hampir 50% kasus tonsilitis
adalah karana infeksi.
Tonsilitis akut sering dialami oleh anak dengan insidensi tertinggi pada usia 5-
6 tahun, dan juga pada orang dewasa di atas usia 50 tahun.
Seseorang terpredisposisi menderita tonsillitis jika memiliki resistensi yang
rendah, memiliki tonsil dengan kondisi tidak menguntungkan akibat tonsilitis
berulang sebelumnya, sebagai bagian dari radang tenggorok (faringitis) secara
umum, atau sekunder terhadap infeksi virus (biasanya adenovirus yang
menyebabkan tonsil menjadi mudah diinvasi bakteri).
Manifestasi klinik yang mungkin timbul pada tonsilitis sangat bervariasi untuk
tiap penderita, diantaranya
o rasa mengganjal atau kering di tenggorokan,
o nyeri tenggorok (sore throat) rasa haus,
o malaise, demam, menggigil,
o nyeri menelan (odinofagia), gangguan menelan (disfagia),
o nyeri yang menyebar ke telinga, pembengkakan kelenjar getah bening
regional,
o perubahan suara,
o nyeri kepala, ataupun nyeri pada bagian punggung dan lengan.
Diagnosis
8 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
9/24
KELAINAN FARING DAN LARING
Diagnosis dari tonsilitis akut atau berulang ditegakkan terutama
berdasarkan manifestasi klinis. Meskipun demikian prosedur kultur dan
resistensi bakterial sangat dianjurkan. Hal ini berkaitan dengan ditemukannya
jenis bakteri Streptokokus beta hemolitikus grup A pada 40% kasus, di mana
tonsilitis yang terjadi sekunder terhadap bakteri ini dapat menimbulkan
berbagai komplikasi yang cukup berat. Jenis bakteri lain yang juga dapat
ditemukan, antara lain: streptokokus alfa dan gama, difteroid, stafilokokus
aureus, dan haemofilus influenza. Di samping itu bakteri anaerob juga telah
ditemukan pada permukaan dan poros tonsil, terutama grup bakteroides
melaninogenikus.
Meskipun kebanyakan kasus tonsilitis dapat sembuh dengan
penanganan konvensional, seperti istirahat (bedrest), asupan makanan yang
baik, penurun panas (antipiretik), di mana tanpa pemberian antibiotik,
tonsilitis biasanya berlangsung selama kurang lebih 1 minggu. Adapun
pemberian antibiotik dalam kasus seperti ini, umumnya ditujukan untuk
mengurangi episode penyakit dan lamanya gejala yang diderita seperti nyeri
tenggorok, demam, nyeri kepala, ataupun pembengkakan kelenjar getah
bening. Antibiotika sendiri menjadi indikasi jika pada pemeriksaan kultur dan
resistensi ditemukan bakteri Streptokokus beta hemolitikus grup A, dengan
tujuan mengeradikasi kuman dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul akibat tonsillitis akut atau
berulang, di antaranya:
1. Abses peritonsilar (quinsy) : Biasanya timbul pada pasien dengan
tonsillitis berulang atau kronis yang tidak mendapat terapi yang adekuat.
2. Abses parafaringeal : Timbul jika infeksi atau pus (cairan abses) mengalir
dari tonsil atau abses peritonsilar melalui otot konstriktor superior, sehingga
formasi abses terbentuk di antara otot ini dan fascia servikalis profunda.
Komplikasi ini berbahaya karena terdapat pada area di mana pembuluh darah
besar berada dan menimbulkan komplikasi serius.
9 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
10/24
KELAINAN FARING DAN LARING
3. Abses retrofaringeal : Keadaan ini biasanya disertai sesak nafas (dyspnea),
ganggaun menelan, dan benjolan pada dinding posterior tenggorok, dan bisa
menjadi sangat berbahaya bila abses menyebar ke bawah ke arah mediastinum
dan paru-paru.
4. Adenitis servikalis supuratif
5. Tonsilolith : Tonsilolith adalah kalkulus di tonsil akibat deposisi kalsium,
magnesium karbonat, fosfat, dan debris pada kripta tonsil membentuk
benjolan keras. Biasanya menyebabkan ketidaknyamanan, bau mulut, dan
ulserasi (ulkus bernanah).
6. Kista tonsil : Umumnya muncul sebagai pembengkakan pada tonsil
berwarna putih atau kekuningan sebagai akibat terperangkapnya debris pada
kripta tonsil oleh jaringan fibrosa.
7. Komplikasi sistemik : Kebanyakan komplikasi sistemik terjadi akibat
infeksi Streptokokus beta hemolitikus grup A. Di antaranya: radang ginjal akut
(acute glomerulonephritis), demam rematik, dan bakterial endokarditis yang
dapat menimbulkan lesi pada katup jantung.
Penanganan tonsillitis bisa sangat bervariasi tergantung dari perjalanan
penyakitnya sendiri, mulai dari penanganan konvensional hingga tindakan
pembedahan seperti tonsilektomi dan adenoidektomi. Jika pun keputusan
pembedahan yang diambil, maka harus berdasarkan indikasi yang jelas dan
telah mempertimbangkan cost/benefit ratio dari tindakan tersebut, selain itu
telah diperhitungkan komplikasi yang mungkin terjadi. Beberapa indikasi
untuk tonsilektomi/adenoidektomi antara lain: tonsillitis rekuren atau kronis
dengan kriteria yang telah ditentukan, difteria yang tidak berespon terhadap
terapi medikamentosa, demam rematik, tonsillitis yang berkaitan dengan
infeksi telinga tengah atau sinusitis maksilaris, formasi abses, obstruksi jalan
napas, dugaan keganasan tonsil, dan lain sebagainya.
Penatalaksanaan
10 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
11/24
KELAINAN FARING DAN LARING
Penatalaksanaan terhadap faringitis dapat mengurangi risiko demam reumatik,
menurunkan durasi gejala, dan mengurangi risiko penularan penyakit. Pada faringitis
dengan penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu:
Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal
Penicillin; diberikan secara oral
Eritromisin
Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G diindikasikan pada pasien
dengan risiko demam reumatik berulang
Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan ditujukan untuk mengobati
gejala, kecuali pada penyebab virus influenza dan HSV. Beberapa obat yang dapat
digunakan yaitu:
Amantadine
Rimantadine
Oseltamivir
Zanamivir dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B
Asiklovir digunakan untuk penyebab HSV
Faringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat yang
cukup, karena penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Selain itu,
dibutuhkan juga mengkonsumsi air yang cukup dan hindari konsumsi alkohol. Gejala
biasanya membaik pada keadaan udara yang lembab. Untuk menghilangkan nyeri
pada tenggorokan, dapat digunakan obat kumur yang mengandung asetaminofen
(Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin). Anak berusia di bawah 18 tahun sebaiknya
tidak diberikan aspirin sebagai analgesik karena berisiko terkena sindrom Reye.
Pemberian suplemen dapat dilakukan untuk menyembuhkan faringitis atau
mencegahnya, yaitu:
Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan mencairkan
mukus, sehingga dapat mencegah hidung tersumbat
Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan
mengurangi demam
Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk
Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun penggunaan
dalam dosis tinggi perlu pengawasan dokter
11 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
12/24
KELAINAN FARING DAN LARING
Seng, digunakan dalam fungsi optimal sistem imun tubuh, karena itu seng dapat
digunakan untuk menghindari demam, dan penggunaan dalam spray dapat
digunakan untuk mengurangi hidung tersumbat. Namun, penggunaannya perlu
dalam pengawasan karena konsumsi dalam dosis besar dan jangka waktu yang
lama dapat berbahaya.
12 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
13/24
KELAINAN FARING DAN LARING
BAB III
KELAINAN LARING
Anatomi Laring
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Berikut ini
akan ditampilkan laring secara anatomi. Bentuk laring menyerupai limas segitiga
terpancung dengan bagian atas lebih terpancung dan bagian atas lebih besar daripada
bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago
krikoid.
Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang
rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak. Komponen utama pada struktur laringadalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid
terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan dapat dipalapsi pada leher
depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian bawah os hioid ini
bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap/ alae kartilago tiroid.
Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada
kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada
permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk
piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah
prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus muskularis lateralis.
Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari kordavokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau bagian
13 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
14/24
KELAINAN FARING DAN LARING
pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda vokalis
suara membentuk glotis. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah tunggal
yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan yang ditelan
kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga teradpat dua pasang kartilago kecil
didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni kartilago kornikulata dan
kuneiformis.
Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot
ekstinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik
suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang berfungsi
menarik laring ke atas. Otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid, m.omohioid,
m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai struktur laring
sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda
vokalis dan berperan dalam membentuk tegangan korda vokalis, otot krikotiroid
berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis.
Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeus
superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini
merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari
dua cabang yakni arteri laringeus superior dan arteri laringeus inferior yang kemudian
akan bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.
Fisiologi Laring
14 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
15/24
KELAINAN FARING DAN LARING
Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi,
sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk
mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan menutup
aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang telah masuk ke
dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat reflek
batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur besar kecilnya rima glotis.
Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-bronkial akan
dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh.
Oleh karena itu laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi
darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan
laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta mendorong bolus
makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring.
Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak,
mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi
dengan membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.
15 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
16/24
KELAINAN FARING DAN LARING
KELAINAN LARING
Kelainan laring dapat berupa kelainan kongenital, peradangan, tumor lesi jinak serta
kelumpuhan pita suara.
1. Kelainan Kongenital
Kelainan ini dapat berupa laringomalasi, stenosis subglotik, selaput di laring,
kista kongenital, hemangioma dan fistel laringotrakea esofagus.
Pada bayi dengan kelainan kongenital laring dapat menyebabkan gejala
sumbatan jalan nafas, suara tangis melemah sampai tidak ada sama sekali, sertakadang-kadang terdapat juga disfagia.
Laringomalasi
Kelainan ini paling sering ditemukan. Pada stadium awal ditemukan
epiglotis lemah, sehingga pada waktu inspirasi epiglotis tertarik ke bawah dan
menutup rima glotis. Dengan demikian bila pasien bernafas, nafasnya berbunyi
(stridor). Stridor ini merupakan gejala awal, dapat menetap dan mungkin pula
hilang timbul ini disebabkan lemahnya rangka laring.
Tanda sumbatan jalan nafas dapat terlihat dengan adanya cekungan
(retraksi) di daerah suprasternal, epigastrium, interkostal, dan supraklavikular.
Bila sumbatan laring makin hebat, sebaiknya dilakukan intubasi endotrakea.
Jangan dilakukan trakeostomi sebab seringkali laringomalasi disertai
trakeomalasi. Orangtua pasien dinasihatkan supaya lekas datang ke dokter bila
terdapat peradangan di saluran nafas bagian atas seperti pilek dan lain-lain.
Patofisiologi
Laringomalasia dapat terjadi di epiglotis, kartilago aritenoid, maupun
pada keduanya. Jika mengenai epiglotis, biasanya terjadi elongasi dan bagian
16 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
17/24
KELAINAN FARING DAN LARING
dindingnya terlipat. Epiglotis yang bersilangan membentuk omega, dan lesi ini
dikenal sebagai epiglotis omega (omega-shaped epiglottis). Jika mengenai
kartilago aritenoid, tampak terjadi pembesaran. Pada kedua kasus, kartilago
tampak terkulai dan pada pemeriksaan endoskopi tampak terjadi prolaps di
atas laring selama inspirasi. Obstruksi inspiratoris ini menyebabkan stridor
inspiratoris, yang terdengar sebagai suara dengan nada yang tinggi.
Matriks tulang rawan terdiri atas dua fase, yaitu fase cair dan fase
padat dari jaringan fibrosa dan proteoglikan yang dibentuk dari rangkaian
mukopolisakarida. Penelitian terhadap perkembangan tulang rawan laring
menunjukkan perubahan yang konsisten pada isi proteoglikan dengan
pematangan. Tulang rawan neonatus terdiri dari kondroitin-4-sulfat dengansedikit kondroitin-6-sulfat dan hampir tanpa keratin sulfat. Tulang rawan
orang dewasa sebagian besar terdiri dari keratin sulfat dan kondroitin-6-sulfat.
Dengan bertambahnya pematangan, matriks tulang rawan bertambah, akan
menjadi kurang air, lebih fibrosis dan kaku. Bentuk omega dari epiglotis yang
berlebihan, plika ariepiglotik yang besar, dan perlunakan jaringan yang hebat
mungkin ada dalam berbagai tahap pada masing-masing kasus.
Supraglotis yang terdiri dari epiglotis, plika ariepiglotis dan kartilago
aritenoid ditemukan mengalami prolaps ke dalam jalan napas selama inspirasi.
Laringomalasia umumnya dikategorikan ke dalam tiga tipe besar berdasarkan
bagian anatomis supraglotis yang mengalami prolaps walaupun kombinasi
apapun dapat terjadi. Tipe pertama melibatkan prolapsnya epiglotis di atas
glotis. Yang kedua melipatnya tepi lateral epiglotis di atas dirinya sendiri, dan
yang ketiga prolapsnya mukosa aritenoid yang berlebihan ke dalam jalan
napas selama periode inspirasi.
Laringomalasia merupakan penyebab tersering dari stridor inspiratoris
kronik pada bayi. Bayi dengan laringomalasia memiliki insidens untuk terkena
refluks gastroesophageal, diperkirakan sebagai akibat dari tekanan intratorakal
yang lebih negatif yang dibutuhkan untuk mengatasi obstruksi inspiratoris.
Dengan demikian, anak-anak dengan masalah refluks seperti ini dapat
memiliki perubahan patologis yang sama dengan laringomalasia, terutama
pada pembesaran dan pembengkakan dari kartilago aritenoid.
17 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
18/24
KELAINAN FARING DAN LARING
Gambaran klinis
Tiga gejala yang terjadi pada berbagai tingkat dan kombinasi pada
anak dengan kelainan laring kongenital adalah obstruksi jalan napas, tangis
abnormal yang dapat berupa tangis tanpa suara (muffle) atau disertai stridor
inspiratoris serta kesulitan menelan yang merupakan akibat dari anomali laring
yang dapat menekan esofagus.
Bayi dengan laringomalasia biasanya tidak memiliki kelainan
pernapasan pada saat baru dilahirkan. Stridor inspiratoris biasanya baru
tampak beberapa hari atau minggu dan awalnya ringan, tapi semakin lama
menjadi lebih jelas dan mencapai puncaknya pada usia 6 9 bulan. Perbaikan
spontan kemudian terjadi dan gejala-gejala biasanya hilang sepenuhnya pada
usia 18 bulan atau dua tahun, walaupun dilaporkan adanya kasus yang
persisten di atas lima tahun. Stridor tidak terus-menerus ada; namun lebih
bersifat intermiten dan memiliki intensitas yang bervariasi.
Umumnya, gejala menjadi lebih berat pada saat tidur dan beberapavariasi posisi dapat terjadi; stridor lebih keras pada saat pasien dalam posisi
supinasi dan berkurang pada saat dalam posisi pronasi. Baik proses menelan
maupun aktivitas fisik dapat memperkeras stridor.
Diagnosis
Dari anamnesis dapat kita temukan,
- Riwayat stridor inspiratoris diketahui mulai 2 bulan awal kehidupan.
- Stridor berupa tipe inspiratoris dan terdengar seperti kongesti nasal,
yang biasanya membingungkan. Tetapi stridornya persisten dan tidak
terdapat sekret nasal.
- Stridor bertambah jika bayi dalam posisi terlentang, ketika menangis,
ketika terjadi infeksi saluran nafas bagian atas, dan pada beberapa
kasus, selama dan setelah makan.
- Tangisan bayi biasanya normal
18 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
19/24
KELAINAN FARING DAN LARING
- Biasanya tidak terdapat intoleransi ketika diberi makanan, namun
bayi kadang tersedak atau batuk ketika diberi makan jika ada refluks
pada bayi.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan
- Dapat terlihat takipneu
- Tanda-tanda vital normal
- Biasanya terdengar aliran udara nasal, suara ini meningkat jika posisi
bayi terlentang
- Stridor murni berupa inspiratoris. Suara terdengar lebih jelas di
sekitar angulus sternalis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laring dengan
menggunakan endoskopi dan laringoskopi.
Stenosis Subglotik
Pada daerah subglotik, 2-3 cm dari pita suara sering terdapat penyempitan
(stenosis). Kelainan yang dapat menyebabkan stenosis subglotis ialah:
1. penebalan jaringan sub mukosa dengan hiperplasia kelenjar mukus dan
fibrosis
2. kelainan bentuk tulang rawan krikoid dengan lumen yang lebih kecil
3. bentuk tulang rawan krikoid normal dengan ukuran lebih kecil
4. pergeseran cincin trakea pertama ke arah atas belakang ke dalam lumen
krikoid.
Gejala stenosis subglotik ialah stridor, dispnea, retraksi di suprasternal,
epigastrium, interkostal serta subklavikula. Pada stadium yang lebih berat akan
ditemukan sianosis dan apnea, sebagai akibat sumbatan jalan nafas sehingga
mungkin juga terjadi gagal pernafasan (respiratory distress).
19 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
20/24
KELAINAN FARING DAN LARING
Normal Congenital elliptical subglottic stenosis
Terapi stenosis subglotis tergantung pada kelainan yang menyebabkannya.
Pada umumnya terapi stenosis subglotis yang disebabkan oleh kelainan
submukosa ialah dilatasi atau dengan laser CO2. Stenosis subglotik yang
disebabkan oleh kelainan bentuk tulang rawan krikoid dilakukan terapi
pembedahan dengan melakukan rekonstruksi.
Hemangioma
Hemangioma biasanya timbul di daerah subglotik. Seringpula disertai dengan
hemangioma di tempat lain, seperti di leher. Gejalanya ialah terdapat hemoptisis,
dan bila tumor itu besar, terdapat juga gejala sumbatan laring. Terapinya ialah
dengan bedah laser, kortikosteroid atau dengan obat-obat skleroting.
2. Peradangan Laring
Dapat berupa laringitis akut atau laringitis kronis
Laringitis Akut
Radang akut laring, pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis.
Pada anak laringitis akut ini dapat menimbulkan sumbatan jalan nafas
sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada anak. Terdapat gejala radang
umum sepert demam, malaise, serta gejala lokal (suara parau hingga tidak ada
suara, neri menelan, sulit berbicara). Selain itu terdapat batuk kering dan
semakin lama disertai dengan dahak kental.
20 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
21/24
KELAINAN FARING DAN LARING
Pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama di
atas dan bawah pita suara. Biasanya terdapat juga tanda radang akut di hidung
atau sinus paranasal.
Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari. Menghirup udara
menghindari iritasi pada faring dan laring dengan tidak merokok, makan
makanan pedas atau minum es. Antibiotika diberikan apabila peradangan
berasal dari paru. Bila terdapat sumbatan laring dilakukan pemasangan pipa
endotrakea atau trakeostomi.
Laringitis Kronis
Sering merupakan radang kronis laring yang disebabkan oleh sinusitis kronis,
deviasi septum yang berat, dan polip hidung. Mungkin juga disebabkan oleh
penyalahgunaan suara seperti berteriak-teriak atau bicara keras.
Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan menebal. Gejalanya
adalah suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorokan sehingga
pasien mendehem tanpa mengeluarkan sekret karena mukosa yang menebal.
Terapi terpenting adalah mengobati peradangan di hidung, faring serta
bronkus yang mungkin menjadi penyebab laringitis kronis itu. Pasien diminta
untuk tidak banyak berbicara.
3. Lesi Jinak Laring
Nodul Pita Suara
Kelainan ini biasanya disebabkan oleh penyalahgunaan suara dalam waktu
lama seperti seorang guru dan penyanyi. Terdapat suara parau, kadang-kadang
disertai dengan batuk. Pada pemeriksaan terdapat nodul pita suara sebesar
kacang hijau atau lebih kecil berwarna keputihan. Predileksi nodul terletak di
sepertiga anterior pita suara dan sepertiga medial.
Nodul tersebut terjadi akibat trauma pada mukosa pita suara karena pemakaian
suara berlebihan dan dipaksakan.
21 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
22/24
KELAINAN FARING DAN LARING
Untuk penanggulangan awal adalah istirahat bicara dan terapi suara. Tindakan
bedah mikro laring dilakukan apabila ada kecurigaan keganasan atau lesi
fibrotik. Gambaran patologi anatominya adalah epitel gepeng berlapis yang
mengalami proliferasi dan di jaringan sekitarnya mengalami kongesti.
Polip Pita Suara
Polip pita suara biasanya bertangkai. Lesi bisa terletak di sepertiga anterior,
sepertiga tengah bahkan seluruh pia suara. Lesi biasanya unilateral dapat terjadi
pada segala usia, namun umumnya pada dewasa. Gejalanya sama seperti nodul
yaitu suara parau.
Terdapat 2 jemis polip yaitu mukoid dan angiomatosa. Polip terjadi akibat
proses peradangan menahun dari lapisan subepitel. Faktor merokok dan suara
berlebihan juga turut berperan.
22 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
23/24
KELAINAN FARING DAN LARING
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Faring adalah suatu kantung fibromuskuler yang bentuknya seperti corong,
yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Laring merupakan bagian
terbawah dari saluran nafas bagian atas. Berikut ini akan ditampilkan laring secara
anatomi. Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian
atas lebih terpancung dan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah.
Penatalaksanaan dari masing-masing kelainan faring dan laring tergantung dari faktor
masing-masing penyebabnya.
23 KELOMPOK 4
-
7/30/2019 kelainan fungsi laring
24/24
KELAINAN FARING DAN LARING
DAFTAR PUSTAKA
Soepardi, Arsyad. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala dan Leher. Jakarta: FKUI
Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi ke 5, Jakarta:FKUI,2003,190- 200
Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2,
Jakarta:FKUI,2003,931& Obat, Bandung:Mizan Media Utama,2006,13-20
Anonim. Laringitis akut. Diakses dari http://www.mercksource.com/pp/us/cns
Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit
THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76
Kumar S, Disease of the Larinx in Fundamental Of Ear, Nose, & throath. Disease
And Head-Neck Surgery, Calcutta,publisher Mohendra Nath
Paul,1996:391-99
Jhon SD & Maves MD Surgical Anatomyof vthe Head and Neck. In Byron- Head
and Neck surgery Otolaryngology.ed3.Vol I,USA.Wilkins
Publisher,2001:9
Becker W, Nauman HH & Pfalt CR, Acute laryngitis in Ear nose and Throath
Desease, New york, Thieme medical publisher:1994:414-15
24 KELOMPOK 4