KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

49
OLEH : KELOMPOK PSIKOTROPIKA

Transcript of KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Page 1: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

OLEH :KELOMPOK

PSIKOTROPIKA

Page 2: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

DEFENISI PSIKOTROPIKAPsikotropika adalah obat yang bekerja pada

atau mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman (Hari Sasangka, 2003: 63).

Sebenarnya psikotropika baru diperkenalkan sejak lahirnya suatu cabang ilmu farmakologi yakni psikofarmakologi yang khusus mempelajari psikofarma atau psikotropik

Page 3: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Istilah psikotropik mulai banyak dipergunakan pada tahun 1971 sejak dikeluarkannya convention on psycotropic substance oleh General Assembly yang menempatkan zat-zat tersebut di bawah kontrol internasional.

Dalam United Nation Conference for Adoption of Protocol on Psychotropic Substance disebutkan batasan-batasan zat psikotropik adalah bentuk bahan-bahan yang memiliki kapasitas menyebabkan:

1.Keadaan ketergantungan;2.Depresi dan stimulan susunan saraf pusat (SSP);3.Menyebabkan halusinasi;4.Menyebabkan gangguan fungsi motorik atau

persepsi

Page 4: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Menurut undang-undang nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, dalam pasal 1 butir 1 disebutkan, bahwa Psikotropika adalah zat atau obat. baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika. yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku

Page 5: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA

Menurut UU nomor 5 tahun 1997

Sebagaimana Narkotika, Psikotropika terbagi dalam empat golongan yaitu Psikotropika gol. I, Psikotropika gol. II, PsikotropikaGol. III dan Psikotropik Gol IV. Psikotropika yang sekarang sedang populer dan banyak disalahgunakan adalah psikotropika Gol I, diantaranya yang dikenal dengan Ecstasi dan psikotropik Gol II yang dikenal dengan nama Shabu-shabu.

Page 6: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Psikotropika Golongan IPsikotropika golongan 1 adalah psikotropika

yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

contoh: Ecstasy (MDMA), psilosin (jamur meksiko)/jamur tahi sapi, LSD (lisergik dietilamid), meskalin (kaktus amerika)

Page 7: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Pasal 4 ayat 2 Psikotropika golongan I hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan.

Pasal 6Psikotropika golongan I dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi.

Pasal 12 ayat 3Psikotropika golongan I hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan pedagang besar farmasi kepada lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan guna kepentingan ilmu pengetahuan.

Page 8: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Psikotropika Golongan IIPsikotropika golongan II adalah psikotropika

yang berkhasiatpengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Eks : amphetamin, metakualon, metilfenidat

Page 9: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Psikotropika golongan IIIPsikotropika golongan III adalah

psikotropika yang berkhasiatpengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.

contoh : Amorbarbital, flunitrazepam, kastina dll

Page 10: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Psikotropika Golongan IVPsikotropika golongan IV adalah

psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Contoh: Barbital, bromasepam, diazepam, estazolam, fenorbarbital, klobazam, klorazepam, dll

Page 11: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

UNDANG-UNDANG RI NO. 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA

Penyaluran psikotropik hanya dapat dilakukan oleh (BAB 4, Ps. 12) :

Pabrik obat kepada PBF, apotek, sarana penyimpanan pemerintah, RS, lembaga penelitian/pendidikan.

PBF kepada PBF lainnya, apotek, sarana penyimpanan pemerintah, RS, lembaga penelitian/pendidikan.

Sarana penyimpanan pemerintah kepada RS, puskesmas, balai pengobatan pemerintah.

Page 12: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Penyerahan psikotropika kepada pasien hanya dapat dilakukan oleh apotek,

rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan dan dokter

Penyerahan psikotropika oleh dokter, dilaksanakan dalam hal (ps. 14 ayat 5):

Menjalankan praktek terapi dan diberikan melalui suntikan.

Menolong orang sakit dalam keadaan darurat.

Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek.

Page 13: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

PSIKOTROPIKA YANG SERING DISALAHGUNAKAN ANTARA LAIN:

Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu

Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil koplo dan lain-lain

Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.

Page 14: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Perbedaan psikotropika dan narkotika

Obat psikotropik= Psikotropika= Psikotropika adalah obat yang bekerja secaraselektif pada susunan saraf pusat (SSP) dan mepunyai efek terhadap aktifitas mental prilaku ( Mind and behaviur alting drugs) di gunkan untuk terapi gangguan psikiatri.

Zat psiko aktif Meliputi : Alkohol, Kanabinoida, Sadativa atau hipnotika, Kokain,Stimulansia, Halusinogenika, Tembakau, Pelarut yang mudan menguap, dan ZatPsikoaktif lainnya

narkotik adalah obat yang bekerja secara selektif pada SSP dan mempunyai efek utama terhadap penurunan/ perubahan kesadaran, hilangnya rasa dan mengurangi ,sampai menghilangkan rasa nyeri, digunakan sebagai analgesik, antitusif, antispasmodik dan premedikasi anastesi

Page 15: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Jenis-jenis psikotropikaOBAT ANTI- PSIKOSIS.

Obat acuan ; Chlorpromazine (CPZ).Penggolongan ;I. Obat Anti-psikosis tipikal (typical anti-psychotics)

CHLORPROMAZINE LEVOMEPROMAZIN PERPHENAZINE TRIFLUOPERAZINE FLUPHENAZINE THIORIDAZINEHALOPERIDOL PIMOZIDE

Page 16: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

2. OBAT ANTI-DEPRESIObat acuan : Amitriptyline

AMITRIPTYLINE IMIPRAMINE CLOMIPRAMINE TIANEPTINE MAPROTILINE MIANSERINE AMOXAPINE

Page 17: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

3. OBAT ANTI-MANIAObat acuan : Lithium carbonate

HALOPERIDOL CARBAMAZEPINE VALPROC LITHIUM CARBONATEII LITHIUM CARBONATE

Page 18: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Pengelolaan psikotropika Tujuan pengaturan di bidang psikotropika

adalah:a)Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan.b)Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropik.c)Memberantas peredaran gelap psikotropik

Page 19: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

PASAL 1 UNDANG-UNDANG TENTANG PSIKOTROPIKAPeredaran adalah setiap kegiatan atau

serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan psikotropika, baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan maupun pemindahtanganan.

Perdagangan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka pembelian dan/atau penjualan, termasuk penawar-an untuk menjual psikotropika, dan kegiatan lain berkenaan dengan pemindahtanganan psikotropika dengan memperoleh imbalan.

Pedagang besar farmasi adalah perusahaan berbadan hukum yang memiliki izin dari Menteri untuk melakukan kegiatan penyaluran sediaan farmasi, termasuk psikotropika dan alat kesehatan.

Page 20: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Pengangkutan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka memindahkan psikotropika dari satu tempat ke tempat lain, dengan cara, moda, atau sarana angkutan apa pun, dalam rangka produksi dan peredaran.

Dokumen pengangkutan adalah surat jalan dan/atau faktur yang memuat keterangan tentang identitas pengirim, dan penerima, bentuk, jenis, dan jumlah psikotropika yang diangkut.

Transito adalah pengangkutan psikotropika di wilayah Republik Indonesia dengan atau tanpa berganti sarana angkutan antara dua negara lintas.

Penyerahan adalah setiap kegiatan memberikan psikotropika, baik antar-penyerah maupun kepada pengguna dalam rangka pelayanan kesehatan.

Page 21: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

PENYIMPANAN DAN PENGELUARANA. PENYIMPANAN.Penyimpanan obat golongan psikotropika belum diatur oleh peraturan perundang-undangan. Obat-obat psikotropik cenderung disalahgunakan, maka disarankan penyimpanan obat-obat golongan psikotropika diletakan tersendiri dalam rak atau lemari khusus.

B. PENGELUARAN Penggunan psikotropika perlu dilakukan monitoring dengan mencatat resep-resep yang berisi psikotropika dalam buku register psikotropika yang berisi nomor, nama sediaan, satuan, persediaan awal, jumlah pemasukan, nama PBF, nomor faktur PBF, jumlah pengeluaran, persediaan akhir, nama pasien dan nama dokter.

Page 22: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

PEREDARAN Peredaran psikotropika terdiri dari penyaluran

dan penyerahan.Psikotropika yang berupa obat hanya dapat

diedarkan setelah terdaftar pada departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

Menteri menetapkan persyaratan dan tata cara pendaftaran psikotropika yang berupa obat.

Page 23: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Lanjutan….

Setiap pengangkutan dalam rangka peredaran psikotropika, wajib dilengkapi dengan dokumen pengangkutan psikotropika.

Tata cara peredaran psikotropika diatur lebih lanjut oleh Menteri

Page 24: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

PENYALURAN PSIKOTROPIKA

Penyaluran psikotropika dalam rangka peredaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat, pedagang besar farmasi, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah.

Page 25: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Penyaluran psikotropika hanya dapat dilakukan oleh :Pabrik obat kepada pedagang besar farmasi,

apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan.

Pedagang besar farmasi kepada pedagang besar farmasi lain-nya, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan.

Sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah kepada rumah sakit Pemerintah, puskesmas dan balai pengobatan Pemerintah.

Page 26: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Psikotropika golongan I hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan pedagang besar farmasi kepada lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan guna kepentingan ilmu pengetahuan.

Page 27: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Psikotropika yang digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan pedagang besar farmasi kepada lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan atau diimpor secara langsung oleh lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan yang bersangkutan.

Page 28: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

PENYERAHAN PSIKOTROPIKAPenyerahan psikotropika dalam rangka peredaran

hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dan dokter.

Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan kepada pengguna/pasien.

Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai pengobatan, puskesmas dapat dilakukan kepada pengguna/pasien.

Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan dilaksanakan berdasarkan resep dokter.

Page 29: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Penyerahan psikotropika oleh dokter, dilaksanakan dalam hal :

menjalankan praktik terapi dan diberikan melalui suntikan;

menolong orang sakit dalam keadaan darurat;menjalankan tugas di daerah terpencil yang

tidak ada apotek.

Psikotropika yang diserahkan hanya dapat diperoleh dari apotek.Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi kegiatan penyerahan psikotropika diatur oleh Menteri

Page 30: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

EKSPOR DAN IMPOR PSIKOTROPIKAEkspor psikotropika hanya dapat dilakukan

oleh pabrik obat atau pedagang besar farmasi yang telah memiliki izin sebagai eksportir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Impor psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat atau pedagang besar farmasi yang telah memiliki izin sebagai importir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta lembaga penelitian atau lembaga pendidikan.

Lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan dilarang untuk mengedarkan psikotropika yang diimpornya.

Page 31: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Eksportir psikotropika harus memiliki surat persetujuan ekspor untuk setiap kali melakukan kegiatan ekspor psikotropika.

Importir psikotropika harus memiliki surat persetujuan impor untuk setiap kali melakukan kegiatan impor psikotropika.

Surat persetujuan impor psikotropika golongan I hanya dapat diberikan untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Untuk dapat memperoleh surat persetujuan ekspor atau surat persetujuan impor psikotropika, eksportir atau importir mengajukan permohonan secara tertulis kepada Menteri.

Page 32: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Permohonan secara tertulis untuk memperoleh surat persetujuan ekspor psikotropika dilampiri dengan surat persetujuan impor psikotropika yang telah mendapat persetujuan dari dan/atau dikeluarkan oleh pemerintah negara pengimpor psikotropika.

Menteri menetapkan persyaratan yang wajib dicantumkan dalam permohonan tertulis untuk memperoleh surat persetujuan ekspor atau surat persetujuan impor psikotropika.

Page 33: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Setiap pengangkutan ekspor psikotropika wajib dilengkapi dengan surat persetujuan ekspor psikotropika yang dikeluarkan oleh Menteri.

Setiap pengangkutan impor psikotropika wajib dilengkapi dengan surat persetujuan ekspor psikotropika yang dikeluarkan oleh pemerintah negara pengekspor.

Eksportir psikotropika wajib memberikan surat persetujuan ekspor psikotropika dari Menteri dan surat persetujuan impor psikotropika dari pemerintah negara pengimpor kepada orang yang bertanggung jawab atas perusahaan pengangkutan ekspor.

Page 34: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Orang yang bertanggung jawab atas perusahaan pengangkutan ekspor wajib memberikan surat persetujuan ekspor psikotropika dari Menteri dan surat persetujuan impor psikotropika dari peme-rintah negara pengimpor kepada penanggung jawab pengangkut.

Penanggung jawab pengangkut ekspor psikotropika wajib membawa dan bertanggung jawab atas kelengkapan surat persetujuan ekspor psikotropika dari Menteri dan surat persetujuan impor psikotropika dari pemerintah negara pengimpor.

Penanggung jawab pengangkut impor psikotropika yang memasuki wilayah Republik Indonesia wajib membawa dan bertanggung jawab atas kelengkapan surat persetujuan impor psikotro-pika dari Menteri dan surat persetujuan ekspor psikotropika dari pemerintah negara pengekspor.

Page 35: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

TRANSITO PSIKOTROPIKASetiap transito psikotropika harus dilengkapi surat persetujuan ekspor psikotropika yang terlebih dahulu telah mendapat persetujuan dari dan/atau dikeluarkan oleh pemerintah negara pengekspor psikotropika.Surat persetujuan ekspor psikotropika sekurang-kurangnya memuat keterangan tentang :nama dan alamat pengekspor dan pengimpor

psikotropika;jenis, bentuk dan jumlah psikotropika; dannegara tujuan ekspor psikotropika..

Page 36: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Setiap perubahan negara tujuan ekspor psikotropika pada transito psikotropika hanya dapat dilakukan setelah adanya persetujuan dari:

pemerintah negara pengekspor psikotropika;

pemerintah negara pengimpor atau tujuan semula ekspor psikotro-pika; dan

pemerintah negara tujuan perubahan ekspor psikotropika

Page 37: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Pengemasan kembali psikotropika di dalam gudang penyimpanan atau sarana angkutan pada transito psikotropika, hanya dapat dilakukan terhadap kemasan asli psikotropika yang mengalami kerusakan dan harus dilakukan di bawah pengawasan dari pejabat yang berwenang.

Importir psikotropika memeriksa psikotropika yang diimpornya, dan wajib melaporkan hasilnya kepada Menteri, yang dikirim selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya impor psikotropika di perusahaaan.

Berdasarkan hasil laporan Menteri menyampaikan hasil penerimaan impor psikotropika kepada pemerintah negara pengekspor.

Page 38: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

PEMUSNAHAN DAN PELAPORANPemusnahan

Pemusnahan psikotropika dilakukan karena:(a)Kadaluarsa(b)Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan.(c)Dilakukan dengan pembuatan berita acara yang memuat: nama, jenis, sifat dan jumlah, keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun, tanda tangan dan identitas pelaksana dan pejabat yang menyaksikan (ditunjuk MenKes).

Laporan Laporan penggunaan psikotropika dikirim kepada Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Balai Besar POM , dan untuk arsip apotek. Pelaporan selambat-lambatnya tanggal 10 tiap bulannya. Laporan bulanan psikotropika berisi nomor urut, nama sediaan jadi (paten), satuan, jumlah awal bulan, pemasukan, pengeluaran, persediaan akhir bulan serta keterangan.

Page 39: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

KEBUTUHAN TAHUNAN DAN PELAPORAN

Menteri menyusun rencana kebutuhan psikotropika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan untuk setiap tahun.

Pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi Pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan, wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan masing-masing yang berhubungan dengan psikotropika.

Menteri melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas pelaksanaan pembuatan dan penyimpanan catatan.

Page 40: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Pabrik obat, pedagang besar farmasi, apotek, rumah sakit, puskesmas, lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan wajib melaporkan catatan secara berkala.

Page 41: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Sanksi terhadap pelanggaran undang-undang psikotropika (Pasal 59-72)

Pasal 59

(1) Barangsiapa :

a. menggunakan psikotropika golongan I selain dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) ; atau

b. memproduksi dan/atau menggunakan dalam proses produksi psikotropika golongan I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6; atau

c. mengedarkan psikotropika golongan I tidak memenuhi ke-tentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3); atau

Page 42: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

d. mengimpor psikotropika golongan I selain untuk kepentingan ilmu pengetahuan; atau

e. secara tanpa hak memiliki, menyimpan dan/atau membawa psikotropika golongan I.

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun, paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah), dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

Page 43: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terorganisasi dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda sebesar Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).

Page 44: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

(3) Jika tindak pidana dalam pasal ini dilakukan oleh korporasi, maka di samping dipidananya pelaku tindak pidana, kepada korporasi dikenakan pidana denda sebesar Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

Page 45: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Pasal 60

(1) Barangsiapa :

a. memproduksi psikotropika selain yang ditetapkan dalam ketentuan Pasal 5; atau

b. memproduksi atau mengedarkan psikotropika dalam bentuk obat yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7; atau

c. memproduksi atau mengedarkan psikotropika yang berupa obat yang tidak terdaftar pada departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1);

Page 46: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Page 47: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Pasal 60

(2) Barangsiapa menyalurkan psikotropika selain yang ditetapkan dalam Pasal 12 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyakRp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(3) Barangsiapa menerima penyaluran psikotropika selain yang ditetapkan dalam Pasal 12 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

Page 48: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

Pasal 60

(4) Barangsiapa menyerahkan psikotropika selain yang ditetapkan dalam Pasal 14 ayat (1), Pasal 14 ayat (2), Pasal 14 ayat (3), dan Pasal 14 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

(5) Barangsiapa menerima penyerahan psikotropika selain yang ditetapkan dalam Pasal 14 ayat (3), Pasal 14 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). Apabila yang menerima penyerahan itu pengguna, maka dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan.

Page 49: KEL 7 PSIKOTROPIKA.pptx

TERIMA KASIH