KEL 6 CICI

26
KLONING OLEH KELOMPOK 6 1. Ramdina Eka Yanti 2. Suci Hendra Lestari 3. Siti Hadijah 4. Roly Yuli A.M.P 5. Reza Wahyu Ilhami 6. Roni Andani YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

Transcript of KEL 6 CICI

Page 1: KEL 6 CICI

KLONING

OLEH KELOMPOK 6

1. Ramdina Eka Yanti

2. Suci Hendra Lestari

3. Siti Hadijah

4. Roly Yuli A.M.P

5. Reza Wahyu Ilhami

6. Roni Andani

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2015

Page 2: KEL 6 CICI

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kloning pada manusia termasuk isu besar, namun respon dari ulama

Indonesia melalui ijtihād jamā'i maupun individual belum cukup

representatif. Fatwa terhadap kloning, antara lain, datang dari pembahasan

Bahtsul Masail yang diberikan sangat singkat dan belum tuntas, sehingga

diperlukan fatwa lanjutan. Fatwa yang cukup memadai datang dari MUI

(2000). Belumnya lembaga fatwa yang lain menetapkan hukum terhadap

masalah kloning, diduga karena hal tersebut belum terjadi dan kemungkinan

terjadinya masih sangat jauh sehingga dianggap tidak mendesak, atau karena

'illat hukum kloning manusia sangat jelas sehingga tidak perlu ditetapkan

hukumnya secara khusus, dapat dikiyaskan kepada hukum inseminasi buatan

atau bayi tabung. Mayoritas ulama' mengharamkan kloning manusia, begitu

juga dengan MUI lewat fatwa nya.

Manusia memang tidak ada yang sempurna, tetapi selalu menginginkan

kesempurnaan, karena itu banyak diciptakan rekayasa genetika untuk

menciptakan dan mendapatkan kesempurnan tersebut. Salah satunya adalah

penemuan kloning embrio manusia, yang dapat membuat manusia unggul

seperti yang diinginkan. Hebatnya lagi, tinggal mengambil DNA dari manusia

yang ingin di kloning, dan yang lebih fenomenal, wanita bisa mempunyai

anak tanpa membutuhkan pria. Jika ingin mempunyai anak secerdas Einstein,

maka tinggal mengambil DNA dari Einstein tersebut.

Penggunaan DNA pada kloning embrio manusia juga mendatangkan

efek negatif bagi posisi perempuan, karena pada proses ini perempuan

menjadi objektivitas sebagai mesin yang mengembangkan janin hasil

rekayasa kloning, tentu saja akan banyak terjadi pengguguran dan keguguran

jika hasil rekayasa tersebut tidak sesuai pesanan dan keinginan.

Pada saat ini kloning tidak mempergunakan sel sperma lagi seperti yang

dilakukan dr. Jerry Hall pada pertama kali ditemukannya kloning embrio.

Tapi kloning menggunakan sel telur dan sel selain sperma. Bahkan di

katakan, secara teoritis, melalui teknik kloning kelahiran seorang bayi tidak

Page 3: KEL 6 CICI

lagi memerlukan sperma ayah. Bahkan seorang perempuan dapat mempunyai

anak tanpa melalui ikatan perkawinan. Demikian juga seorang lelaki apabila

ingin punya anak tidak perlu beristri. Cukup hanya memesan sel telur pada

suatu firma, memberikan sel nya dari salah satu organ tubuhnya dan

kemudian menitipkan calon anaknya pada rahim seorang wanita yang bisa

jadi telah disediakan oleh firma tersebut

Namun masalahnya dalam terminologi Fiqh, penggunaan DNA pada

kloning manusia memunculkan berbagai masalah yang sangat berat, diantara

masalah tersebut antara lain bolehkah kloning dilakukan dengan

menggunakan DNA suami yang sah? Dapatkah perempuan mengkloning

dengan DNA sendiri? Bolehkah sepasang suami istri menggunakan DNA

anak sendiri? apakah kita berhak dan darimana hak itu diperoleh untuk

menggunakan DNA sendiri? Bagaimana kalau salah seorang diantara suami

istri itu tidak setuju dengan proses kloning . Diantara berbagai permasalahan

tersebut dalam penelitian ini adalah mencari hukum penggunaan DNA pada

kloning embrio manusia menurut hukum Islam dan hukum yang berlaku di

Indonesia. Penelitian ini dilakukan sebab belum adanya peraturan hukum di

Indonesia tentang penggunaan DNA pada kloning embrio manusia, dengan

tujuan untuk mengatur sebab akibat dari penggunaan DNA pada hukum yang

telah ada di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian kloning

2. Hukum kloning

3. Prespektif medis dalam islam

1.3 Tujuan Penulisan

Agar mahasiswa lebih mengenal hukum islam lebih jauh, terutama

hukum kloning dalam islam dan pandangan ulama terhadap kloning.

Page 4: KEL 6 CICI

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Klon berasal dari kata klόόn (yunani), yang artinya tunas.Kloning

adalah tindakan menggandakan atau mendapatkan keturunan jasasd hidup

tanpa fertilisasi, berasal dari induk yang sama, mempunyai susunan (jumlah

dan gen) yang sama dan kemungkinan besar mempunyai fenotib yang sama.

Kloning manusia adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang

sama dengan induknya yang berupa manusia. Berdasarkan pengertian tersebut,

ada beberapa jenis kloning yang dikenal, antara lain:

1. Kloning DNA rekombinan

Kloning ini merupakan pemindahan sebagian rantai DNA yang

diinginkan dari suatu organisme pada satu element replikasi genetik,

contohnya penyisipan DNA dalam plasmid bakteri untuk mengklon satu

gen.

2. Kloning Reproduktif

Merupakan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan hewan

yang sama, contohnya Dolly dengan suatu proses yang disebut SCNT

(Somatic Cell Nuclear Transfer).

3. Kloning Terapeutik

Merupakan suatu kloning untuk memproduksi embrio manusia

sebagai bahan penelitian. Tujuan utama dari proses ini bukan untuk

menciptakan manusia baru, tetapi untuk mendapatkan sel batang yang

dapat digunakan untuk mempelajari perkembangan manusia dan

penyembuhan penyakit.

A. Proses Kloning Gen

Proses kloning gen secara sederhana :

1. Mempersiapkan sel stem.

2. Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetic

kemudian dipiahkan dari sel.

3. Mempersiapkan sel telur.

4. Inti sel stem diimplantasikan ke sel telur.

Page 5: KEL 6 CICI

5. Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dam pertumbuhan. Setelah

membelah menjadi embrio.

6. Blastosis mulai memisahkan diri dari dan siap diimplantasikan ke

rahim.

7. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis

sama dengan sel stem donor.

Molekul DNA dan bakteriofog mempunyai sifat-sifat dasar yang

ditentukan sebagai sarana kloning. Namun sifat ini tidak berguna tanpa

adanya teknik-teknik eksperimen untuk manipulasi molekul DNA di

dalam laboratorium. Ketrampilan dasar untuk melakukan kloing secara

sederhana adalah :

1) Preperasi sampel DNA murni

2) Pemotongan DNA murni

3) Analisis ukuran fragmen DNA

4) Penggolongan molekul DNA

5) Memasukan molekul DNA ke dalam sel tuan rumah

6) Identifikasi sel yang mengandung molekul DNA rekombinasi

B. Kloning Gen Ditinjau Dari Peluang Alam

Daniel Callahan 1972 (dikutip dari shannon, TA. 1987).

Menyebutkan adanya 3 orientasi dasar yang mempengaruhi cara kita

memandang peluang-peluang alam.

Pertama, ada model yang memandang alam sebagai sesuatu yang

plastis, dalam arti bisa direka/diolah oleh manusia. Dalam prespektif ini,

alam dilihat sebagi hal yang asing dan jauh dari manusia. Alam itu bersifat

plastis sejauh dapat dibentuk dam dimanfaatkan dengan cara apapun yang

dianggap sesuai oleh manusia. Dengan demikian, alam adalah milik

manusia yang dapat dimanfaatkan sesukanya.

Kedua, alam dapat dihayati sebagai hal yang suci. Pandangan ini

dapat dijumpai dalam tradisi keagamaan baik ditimur maupun di barat.

Taoisme mengasumsikan kesesuaian individu dengan alam, sehingga bisa

menjadi bagian dari keseluruhan kosmis yang ditayangkan oleh alam.

Teolog dari abad pertengahan memandang alam sebagai jejak Tuhan. Al-

Page 6: KEL 6 CICI

Qur’an diturunkan dengan perintah membaca sebagai firman pertama (Al-

Alaq [96]: 1-5) ”bacalah atas nama penciptamu; yang telah menciptakan

manusia dari segumpal nutfah; bacalah ! dan tuhanmu sangat pemurah;

yang telah mengajarkan penggunaan kalam; mengjarkan hal-hal yang tidak

diketahui olehnya” kalau ALLAH Secara langsung tidak dapat kita lihat,

yang tampak adalah bekas goresannya disekitar ita ini berupa semua

kejadian yang dapat kita amati di alam semesta. Pandangan ini

menciptakan suatu sikap tanggung jawab terhadap alam dan kemampuan

untuk melestarikannya. Manusia boleh mengintervensi alam, asal

perbuatannya itu mengetahui ukuran dan tidak terlalu banyak.

Ketiga, merupakan suatu model teologis. Pengertian ini

mengasumsikan adanya tujuan dan logika dalam alam. Terdapat suatu

dinamisme internal dalam alam yang membawanya kepada tujuan atau

maksud tertentu. Setiap campur tangan dalam alam harus menghomati

tujuan-tujuan ini, sehingga dengan demikian mencegah akan terjadinya

pelanggaran terhadap keutuhan alam. Dengan demikian juga jangkauan

terhadap intervensi manusia dalam alam ditentukan oleh dinamisme alam

itu sendiri.

C. Kloning Gen Ditinjau Dari Segi Etik Profesi

Salah satu perdebatan dalam etik profesi adalah menyangkut

tanggung jawab para ilmuan, atau lebih umum tanggung jawab para ahli.

Gustafon dalam beberapa tahun 1970 (dikutip dari shannon, TA. 1987),

mengemukakan beberapa model yang dapat dipakai untuk menangani

masalah tanggung jawab profesi ini yaitu :

Pertama, para ilmuwan berhak untuk melakukan apa saja yang

mungkin dilakukan. Pembenaran dari pendapat ini adalah nilai yang

inheren pada pengenalan itu sendiri. Hal itu juga dilengkapi dengan

pertimbangan bahwa keingintahuan intelektual merupakan suatu nilai

khusus disamping naluri yang melekat pada manusia untuk memecahkan

persoalan. Dalam model ini, satu-satunya kendala yang membatasi adalah

tiadanya kemampuan teknis.

Page 7: KEL 6 CICI

Kedua, para ilmuwan yang tidak berhak untuk mencampuri alam.

Larangan yang tegas ini didasarkan atas keyakinan bahwa alam itu suci

atau adanya anggapan bahwa setiap penelitian melangar batas yang

ditentukan oleh alam. Namun banyak yang tidak setuju untuk

menggunakan prinsip ini secara mutlak, melainkan memahaminya sebagai

suatu dorongan yang kuat untuk mempraktekkan tangung jawab yang

sudah ada sebelumnya.

Ketiga, ilmuwan tidak berhak untuk mengubah ciri-cir manusia

yang khas. Model tanggung jawab ini berkaitan dengan pandangan

tedeologis tentang alam, yang menganggap bahwa intervensi dalam alam

dibatasi oleh suatu faktor khusus, yaitu ciri-ciri manusia.

Dengan demikian, berbeda dengan model kedua, karena disini

orang dapat mencampuri dengan alam, tetapi yang menjadi batasnya

adalah kodrat manusia, dan bukan ketidakmampuan teknis seperti pada

model pertama. Akhirnya ilmuwan berhak untuk memelihara pertumbuhan

ciri-ciri manusia yang berharga dan menyingkirkan ciri-ciri yang

merugikan. Model ini menunjukan tingkat intervensi yang tinggi, baik

untuk menguasai maupun mengarahkan perkembangan manusia.

Tujuannya adalah kualitas kehidupan.

2.2 Kloning Gen Ditinjau Dari Hukum Agama

Prestasi ilmu pengetahuan yang sampai pada penemuan proses

kloning,sesungguhnya telah menyingkapkan sebuah hukum alam yang

ditetapkan ALLAH SWT pada sel-sel tubuh manusia dan hewan, karena

proses kloning telah menyikap fakta bahwa pada sel tubuh manusia dan hewan

terdapat potensi menghasilkan keturunan, jika intisel tubuh tersebut

ditanamkan pada sel telur perempuan yang telah dihilangkan inti selnya. Jadi

sifat inti sel tubuh itu tak ubahnya seperti sel sperma laki-laki yang dapat

membuahi sel telur peermpuan. Pada hakikatnya islam sangat menghargai

iptek. Oleh sebab itu islam terhadap kloning tersebut tentunya sangat

ditunggu-tunggu oleh masyarakat internasional. Didalam islam berbeda antara

hukum kloning binatang dan manusia. Pada hukum kloning pada manusia.

Menurut buku fatawa mu’ashiroh karangan Yusuf Qurdhowy bahwa tidak

Page 8: KEL 6 CICI

diperbolehkanya kloning terhadap manusia. Atas beberapa pertimbangan

diantaranya :

1. Dengan kloning akan meniadakan keanekaragaman. (varietas). ALLAH

SWT telah menciptakan alam ini dengan kaedah keanekaragaman. Hal

tersebut tertuang dalam Al-Qur’an surat fathir ayat 26 dan 27. Sedangkan

dengan kloning akan meniadakan keanekaragaman tersebut. Karena

dengan kloning secara tidak langsung menciptakan duplikat dari satu

orang. Dan dengan ini akan dapat merusak kehidupan manusia dan tatanan

sosial dalam masyarakat, efeknya sebagian telah kita ketahui dan sebagian

lainnya kita ketahui di kemudian hari.

2. Kloning manusia akan menghilang nasab (garis keturunan).

Bagaimana dengan hubungan orang ang mengkloning dan hasil kloningan

tersebut, apakah dihukumi sebagai duplikatnya atau bapaknya ataupun

kembarannya, dan ini adalah permasalahan yang kompleks. Kita akan

kesulitan dalam menentukan nasab hasil kloningan tersebut. Dan tidak

menutup kemungkinan kloning dapat digunakan untuk kejahatan, Siapa

yang bisa menjamin jikalau diperbolehkan kloning tidak akan ada satu

negara yang mencetak ribuan orang yang digunakan sebagai prajurit

militer yang berfungsi menumpas negara lain.

3. Dengan kloning akan mengilangkan Sunatullah (nikah). ALLAH SWT

telah menciptakan manusia, tanaman, binatang dengan berpaang-pasangan.

Surat Addariyat 46. Anak-anak produk kloning tersebut dihasilkan melalui

cara yang tidak alami. Padahal justru cara alami itulah yang telah

ditetapkan ALLAH SWT untuk manusia dan dijadikan-Nya sebagai

sunnatullah untuk menghasilkan anak-anak dan keturunannya. ALLAH

SWT berfirman: “dan Bawasannya Dialah yang menciptakan berpasang-

pasangan laki-laki dan perempuan, dari air mani apabila dipancarkan.”

(QS. An Najm : 45-46).

4. Memproduksi anak melalui proses kloning akan mencegah pelaksanaan

banyak hukum-hukum syara’. Seperti hukum tentang perkawinan, nasab,

nafkah, hak, dan kewajiban antar bapak dan anak, waris, perawatan anak,

hubungan kemahraman, hubungan ’ashabah dan lain-lain. Disamping itu

Page 9: KEL 6 CICI

koning akan mencampur adukkan dam menghilangkan nasab serta

menyalahi fitra yang telah diciptakan ALLAH SWT untuk manusia dalam

masalah kelahiran anak. Kloning manusia sesungguhnya merupakan

perbuatan keji yang akan dapat menjungkir balikkan struktur kehidupan

masyarakat.

Berdasarkan dalil-dalil itulah proses kloning manusia diharamkan menurut

hukum islam dan tidak boleh dilahsanakan. ALLAH SWT berfirman

mengenai perkataan iblis terkutuk, yang mengatakan : ”...dan akan aku

(iblis) suruh mereka (mengubah ciptaan ALLAH), lalu benar-benar

mereka mengubahnya.” (QS.An Nisaa’ : 119).

Melihat fakta kloning manusia secara menyeluruh, syari’at Islam

mengharamkan kloning terhadap manusia, dengan argumentasi sebagai

berikut:

1. anak-anak produk proses kloning dihasilkan melalui cara yang tidak

alami (percampuran antara sel sperma dan sel telur). Padahal, cara

alami inilah yang telah ditetapkan oleh syariat sebagai sunatullah

menghasilkan anak-anak dan keturunannya. Allah SWT berfirman:

“Dan bahwasannya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan

laki-laki dan perempuan dari air mani apabila dipancarkan.” (QS an-

Najm, 53: 45-46).

Dalam ayat lain dinyatakan pula:

“Bukankah dia dahulu setetes mani yag ditumpahkan (ke dalam

rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah

menciptakannya dan menyempurnakannya. Lalu Allah menjadikan

daripadanya sepasang laki-laki dan perempuan.” (QS al-Qiyâmah,

75: 37-38).

2. anak-anak produk kloning dari perempuan-tanpa adanya laki-laki-tidak

akan memunyai ayah. Anak produk kloning tersebut jika dihasilkan

dari proses pemindahan sel telur-yang telah digabungkan dengan inti

sel tubuh-ke dalam rahim perempuan yang bukan pemilik sel telur,

tidak pula akan memunyai ibu sebab rahim perempuan yang menjadi

tempat pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi penampung

Page 10: KEL 6 CICI

(mediator). Oleh karena itu, kondisi ini sesungguhnya telah

bertentangan dengan firman Allah SWT:

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa–

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah

ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS al-Hujurât, 49: 13)

Juga bertentangan dengan firman-Nya yang lain:

“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama

bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika

kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka

sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu [Maula-

maula ialah: seorang hamba sahaya yang sudah dimerdekakan atau

seorang yang telah dijadikan anak angkat, seperti Salim anak angkat

Huzaifah, dipanggil maula Huzaifah] dan tidak ada dosa atasmu

terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya)

apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang. (QS al-Ahzâb. 33: 5).

3. kloning manusia akan menghilangkan nasab (garis keturunan). Padahal

Islam telah mewajibkan pemeliharaan nasab. Ini berdasarkan hadis

yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa

Rasulullah saw. telah bersabda, “Siapa saja yang menghubungkan

nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau (seorang budak) bertuan

(loyal/taat) kepada selain tuannya, maka dia akan mendapat laknat dari

Allah, para malaikat dan seluruh manusia.” (H.R. Ibnu Majah)

Diriwayatkan pula dari Abu ‘Utsman An Nahri r.a. yang berkata, “Aku

mendengar Sa’ad dan Abu Bakrah masing-masing berkata, ‘Kedua

telingaku telah mendengar dan hatiku telah menghayati sabda

Muhammad SAW, “siapa saja yang mengaku-ngaku (sebagai anak)

kepada orang yang bukan bapaknya, padahal dia tahu bahwa orang itu

bukan bapaknya, maka surga baginya haram.” (H.R. Ibnu Majah)

Page 11: KEL 6 CICI

Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya tatkala turun

ayat li’an dia mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Siapa saja

perempuan yang memasukkan kepada suatu kaum nasab (seseorang)

yang bukan dari kalangan kaum itu, maka dia tidak akan mendapat

apapun dari Allah dan Allah tidak akan pernah memasukkannya ke

dalam surga. Dan siapa saja laki-laki yang mengingkari anaknya

sendiri padahal dia melihat (kemiripan)nya, maka Allah akan akan

tertutup darinya dan Allah akan membeberkan perbuatannya itu

dihadapan orang-orang yang terdahulu dan kemudian (pada Hari

Kiamat)” (H.R. Ad-Darimi).

Kloning manusia yang bermotif memproduksi manusia-manusia

unggul dalam hal kecerdasan, kekuatan fisik, kesehatan, kerupawanan-

jelas mengharuskan seleksi terhadap orang-orang yang akan dikloning,

tanpa memperhatikan apakah mereka suami-isteri atau bukan, sudah

menikah atau belum. Sel-sel tubuh itu akan diambil dari perempuan

atau laki-laki yang terpilih. Semua ini akan mengacaukan,

menghilangkan dan membuat bercampur aduk nasab.

4. memproduksi anak melalui proses kloning akan mencegah (baca:

mengacaukan) pelaksanaan banyak hukum-hukum syara’ seperti

hukum tentang perkawinan, nasab, nafkah, hak dan kewajiban antara

bapak dan anak, waris, perawatan anak, hubungan kemahraman,

hubungan ‘ashabah, dan banyak lagi. Di samping itu, kloning akan

mencampur-adukkan dan menghilangkan nasab serta menyalahi fitrah

yang telah diciptakan Allah untuk manusia dalam masalah kelahiran

anak. Konsekuensi kloning ini akan menjungkirbalikkan struktur

kehidupan masyarakat.

Pengharaman ini hanya berlaku untuk kasus kloning pada manusia

a.n. sich. Kloning bagi hewan dan tumbuhan, apalagi bertujuan untuk

mencari obat, justru dibolehkan bahkan disunahkan. Ini dapat dilihat

dari dua hadis di bawah ini, “Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla

setiap kali menciptakan penyakit, Dia menciptakan pula obatnya.

Maka berobatlah kalian!.” (H.R. Imam Ahmad) Imam Abu Dawud dan

Page 12: KEL 6 CICI

Ibnu Majah meriwayatkan dari Usamah bin Syuraik r.a. yang berkata,

“Aku pernah bersama Nabi, lalu datanglah orang-orang Arab Badui.

Mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?’ Maka

Nabi saw. menjawab, “Ya. Hai hamba-hamba Allah, berobatlah kalian

sebab sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidaklah menciptakan

penyakit kecuali menciptakan pula obat baginya….” Maka,

berdasarkan nash (teks) ini diperbolehkan memanfaatkan proses

kloning untuk memperbaiki kualitas tanaman dan hewan untuk

mempertinggi produktivitasnya.

2.3 Kloning Gen Ditinjau Dari Hukum Di Indonesia

Dalam UU kesehatan No.23 tahun 1992 terdapat ketentuan pasal-pasal

tentang kehamilan di luar cara alami sebagai berikut: Pasal 16

1) Kehamilan diluar alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk

membantu suami istri mendapat. Penjelasan: Jika secara medis dapat

membuktikan bahwa pasangan suami istri yang sah dan benar-benar tidak

dapat memperoleh keturunan secara alami, pasangan suami istri tersebut

dapat melakukan kehamilan diluar cara alami sebagai upaya terakhir

melalui ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.

2) Upaya kehamilan diluar alami sebagimana dimaksud dalam ayat (1) hanya

dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dan dengan ketentuan :

a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang

bersangkutan, ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum

berasal.

b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

wewenangan untuk itu.

b. Pada sarana kesehatan tertentu. Penjelasan: Pelaksanaan upaya

kehamilan diluar cara alami harus dilakukan sesuai dengan norma

hukum, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Sarana kesehatan

tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan

perelatan yang telah memenuhi persyaratan untuk

menyelenggarakan upaya kehamilan diluar cara alami dan ditunjuk

oleh pemerintah.

Page 13: KEL 6 CICI

3) Ketentuan mengenai persyaratan dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan

dengan peraturan pemerintah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

peraturan ini ialah :

a. Sperma harus berasal dari suami sah dari pemilik ovum. Bila

sperma berasal dari laki-laki lain, hukumannya sama dengan

perzinaan.

b. Hasil pembuahan tidak boleh ditanam di dalam rahim wanita yang

bukan pemilik ovum yang dibuahi tersebut.

c. Yang dimasud dengan keturunan adalah sperma dari suami.

4) Ketentuan pidana.

Ketentuan pidana untuk pelaku upaya kehamilan diluar cara alami

diatur dalam pasal 82 ayat (2) a yang berbunyi : Melakukan upaya

kehamilan diluar cara alami yang tidak sesuai dengan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (2) dipidana dengan pidana

penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp

100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

2.3.1 Pandangan Etika

Setelah dilaporkan tentang Dolly, seekor anak domba yang

berhasil di klon dari sel domba dewasa. Segera timbul pertanyaan di

masyarakat terutama para ahli, apakah nantinya manusia juga akan di

klon? Sebab, teknologi ini dapat diterapkan pada semua mamalia

termasuk juga manusia. Tetapi dengan demikian munculah masalah

etika, yang didasari berbagai pertanyaan seperti apakah yang telah

dilakukan dengan hewan ini boleh dilakukan pada manusia? Sejauh

manakah manusia dapat dan boleh malangkah ke depan tanpa

kehilangan kemanusiaanya? Para ilmuwan berpendapat dan memiliki

keyakinan yang besar akan hal ini dapat membantu pasangan yang

infertil yang tidak bisa dibantu dengan metode lain untuk bisa

mendapatkan keturunan.

Dilihat dari tujuan kloning reproduktif yaitu penciptaan manusia

baru maka kloning manusia dapat dikatakan tidak etis karena tentu saja

hal ini melampaui kekuasaan Tuhan. Dilihat dari tujuan kloning

Page 14: KEL 6 CICI

dikatakan etis apabila digunakan untuk tujuan kesehatan atau tujuan

klinik. Penelitian yang berlangsung menyangkut diri manusia harus

bertujuan untuk menyempurnakan tata cara diagnostic, terapeutik dan

pencegahan serta pengetahuan tentang etiologi dan tatogenesis. Dan

juga kloning tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi yang dari

pengembangannya untuk tujuan ekonomi, militerisme dan tindakan-

tindakan kriminal.

2.3.2 Pandangan Medik

1. Riset klinis harus disesuaikan dengan prinsip moral dan ilmu

pengetahuan yang membenarkan riset medis. Selain itu, riset klinis

hendaknya didasarkan atas percobaan laboratoris dan eksperimen

dengan bintang atau fakta-fakta ilmiah yang sudah pasti.

2. Riset klinis hendaknya secara sah, oleh ahli yang berkompeten dan

dibawah pengawasan tenaga medis yang ahli dibidangnya.

3. Setiap proyek riset klinis hendaknya didahului oleh suatu taksiran yang

cermat terhadap bahaya-bahaya yang mungkin terjadi didalamnya dan

dibandingkan dengan manfaat yang diperkirakan dapat diperoleh oleh

orang yang menjadi objek riset atau orang lain.

4. Dokter seharusnya memberikan perhatian khusus dalam menjalankan

riset klinis yang mungkin merubah kepribadian orang ya

2.4 Prospektif Medis Dalam Islam

Kloning manusia mendapat debat sosial, etika dan moral yang

serius, hal ini sangat beralasan karena kloning akan mengakibatkan variasi

genetik menurun. Berarti bahwa memproduksi banyak klon

mengakibatkan suatu pupolasi sama sekali serupa. Populasi yang demikian

akan memudahkan terjangkitnya penyakit yang sama, dan suatu penyakit

akan mudah menghancurkan populasi tersebut. Pupolasi dimana

keragaman genetiknya kurang, dapat dengan mudah dihilangkan dengan

suatu virus tunggal, walaupun tidak secara drastis, tetapi peluang

terjadinya besar. Mari kita melihat contoh pada suatu negara yang

memiliki persentase sapi hasil klon besar, suatu virus, khususnya strain

dari penyakit 'mad cow' dapat berpengaruh terhadap seluruh populasi.

Page 15: KEL 6 CICI

Selanjutnya mengakibatkan bencana kekurangan makanan di negara

tersebut. Resiko lain yang mungkin timbul adalah penularan penyakit

melalui ternak transgenik. Jika suatu ternak memproduksi obat dimana

susunya terinfeksi virus, ternak ini akan memindahkan virus tersebut ke

pasient yang menggunakan obat tersebut.

Beberapa penelitian kloning manusia pada akhirnya membutuhkan

untuk dicoba pada manusia. Kemampuan mengklon manusia menunjukkan

bahwa anak hasil kloning merupakan hasil tempelan genetik. Inti dari

perdebatan kloning sebenarnya adalah apabila embrio manusia

dimanipulasi sebelum ditumbuhkan. Dengan manipulasi embrio,

memungkinkan peneliti akan merubah kode genetika seorang bayi untuk

menjadikan individu dengan warna mata tertentu atau genetik yang tahan

dengan penyakit tertentu atau dengan model yang lain sesuai dengan yang

dikehendaki.

Klon pada domba dan kera menggunakan sel dewasa telah

dilaporkan keberhasilnya. Keberhasilan mengklon primata, satu lagi

pemacu debat masalah etika, sosial dan moral, karena semakin

mendekatkan kemungkinan mengklon manusia. Presiden Clinton dalam

hal ini juga telah mengeluarkan larangan dan tidak memberikan dana

untuk penelitian kloning manusia. Beberapa negara juga telah

mengeluarkan larangan serupa. Namun bagi kelompok pendukung

teknologi kloning ini berpendapat bahwa kloning dapat dikontrol untuk

memberikan keuntungan seperti pembuatan obat-obatan baru dan

perlakuan terhadap berbagai penyakit.

Page 16: KEL 6 CICI

BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

Klon berasal dari kata klόόn (yunani), yang artinya tunas.Kloning

adalah tindakan menggandakan atau mendapatkan keturunan jasasd hidup

tanpa fertilisasi, berasal dari induk yang sama, mempunyai susunan (jumlah

dan gen) yang sama dan kemungkinan besar mempunyai fenotib yang sama.

Kloning manusia adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang

sama dengan induknya yang berupa manusia.

Hukum kloning pada manusia. Menurut buku fatawa mu’ashiroh

karangan Yusuf Qurdhowy bahwa tidak diperbolehkanya kloning terhadap

manusia. Atas beberapa pertimbangan diantaranya :

1. Dengan kloning akan meniadakan keanekaragaman

2. Kloning manusia akan menghilang nasab (garis keturunan)

3. Dengan kloning akan mengilangkan Sunatullah (nikah)

4. Memproduksi anak melalui proses kloning akan mencegah pelaksanaan

banyak hukum-hukum syara’

3.2 Saran

Jika ingin melakukan penelitian tentang apapun itu, diharapkan untuk terlebih

dahulu melihat sudut pandang islam dan para ulama apakah

Page 17: KEL 6 CICI

DAFTAR PUSTAKA

Kuntarti,titik.2007. kloning. yogyakarta: universitas islam indonesia  press

Daulay,shaleh.2012. kloning dari perspektif agama dan moral. jakarta.

Kuswandi, "Bioteknologi Kloning, Kloning Manusia dan Agama, dalam Jurnal

Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, h. 20

http://bobbyartanto.blogspot.com/2011/12/pengertian-kloning-lengkap-

dengan.html

http://www.e-jurnal.com/2013/09/hukum-kloning-dalam-pandangan-islam.html