Kel 5. Periode III. Konsep

36
REAKTIVITAS UNSUR PERIODE III Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur matakuliah Kimia Unsur Oleh: Kelompok 5 Dhesy Galuh R. (0810920002) Masfuvah Fanzuri (0810920006) Kartika Chandra R.A. (0810920044) Vonny Siranda (0810923082)

Transcript of Kel 5. Periode III. Konsep

Page 1: Kel 5. Periode III. Konsep

REAKTIVITAS UNSUR PERIODE III

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur matakuliah Kimia Unsur

Oleh:

Kelompok 5

Dhesy Galuh R. (0810920002)

Masfuvah Fanzuri (0810920006)

Kartika Chandra R.A. (0810920044)

Vonny Siranda (0810923082)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011

Page 2: Kel 5. Periode III. Konsep

PENDAHULUAN

1. Deskripsi Unsur Periode III

Beberapa hal penting dari unusur-unsur ini dibandingkan dengan deret pertama adalah

sebagi berikut (Cotton, 1989):

1. Jari-jari

Jari- jari logam dan ion yang lebih besar daripada jari-jari pada deret pertama. Karena

pengerutan lantanida, jari- jari deret ketiga sangat kecil bedanya dari jari-jari deret kedua,

walaupun terdapat kenaikan nomor atom dan jumlah total elektron.

2. Tingkat Oksidasi

(a)Tingkat oksidasi yang lebih tinggi jauh lebih stabil daripada tingkat deret pertama.

Anion okso MO4n- dari Mo, W, Tc, Re, Ru, dan Os kurang mudah direduksi daripada

anion okso dari Cr, Mn, dan Fe. Beberapa persenyawaan seperti WCl6, ReF7, RuO4, dan

PtF6 tidak memiliki analog dalam deret pertama. Unsur dalam golongan IVA dan VIA

lebih menyukai tingkat oksidasi yang lebih tinggi.

(b)Tingkat oksidasi II relatif penting kecuali bagi Ru. Bagi molibden, ini penting namun

keadaannya sangat berbeda (Mo24+) dari (Cr2+), Pd, Pt. Demikian juga tingkat oksidasi

III relatif tidak penting kecuali Rh, Ir, Ru, dan Re.

3. Ikatan logam-logam

Bagi unsur-unsur baris pertama, ikatan M-M terjadi hanya dalam sedikit kompleks

binuklir, terutama karboksilat divalensi, misalnya Cr(Co2Me)4(H2O)2. Unsur-unsur yang

lebih berat cenderung kepada ikatan logam-logam.

(a)Terdapat spesies binuklir seperti M2(CO2Me)4, M = Mo, Rh dan Ru mirip dengan Cr.

Meskipun demikian, juga terdapat halida binuklir dari MO, Te, dan Re, misalnya

ReCl82-, yang memiliki ikatan ganda M-M yang kuat..

(b)Terdapat halida lebih rendah dari Nb, Ta, Mo, W, dan Re yang merupakan senyawaan

cluster, misalnya Ta6Cl122+, dan Re3Cl12

3-. Beberapa cluster Au113+ juga diketahui.

4. Sifat Kemagnetan

Unsur lebih berat cenderung menghasilkan senyawaan spin rendah. Ion-ion dengan jumlah

elektron genap seringkali diamagnetik. Bahkan manakala terdapat jumlah elektron d yang

ganjil, sering kali hanya terdapat satu electron tidak berpasangan. Penafsiran sederhana

memngenai momen magnet yang biasanya mungkin untuk spesies paramagnetik baris

pertama, jarang dapat ditafsirkan karena komplikasi sehubungan dengan kopling spin orbit.

Perpasangan spin dapat melengkapi perluasan ruang yang lebih besar dari orbital-orbital 4d

Page 3: Kel 5. Periode III. Konsep

dan 5d. Pengisisan ganda suatu orbital menghasilkan tolakan antar elektron yang kurang

daripada dalam orbital 3d yang lebih kecil. Spektra serapan elektron juga lebih sulit untuk

diartikan secara umum. Suatu set ligan tertentu menghasilkan pemecahan dalam urutan

5d>4d>3d.

5. Stereokimia

Pada baris kedua dan ketiga khususnya, bilangan koordinasi yang lebih tinggi yaitu 7 dan 8

lebih umum daripada dalam unsur baris pertama. Meskipun demikian, bagi logam-logam

golongan platina, bilangan koordinasi maksimum, dengan dua perkecualian adalah 6.

2. Unsur Platina

Platinum terdapat di alam, dengan sejumlah kecil iridium, osmium, palladium,

ruthenium dan rhodium, yang merupakan grup logam yang sama. Semuanya ditemukan pada

tanah alluvial di pegunungan Ural Kolumbia, dan di negara bagian Amerika sebelah barat.

Sperrilit, merupakan mineral platinum dengan kandungan nikel yang terdapat di Sudbury,

Ontario, yang merupakan sumber latina dengan jumlah yang cukup. Produksi nikel besar-

besaran telah menunjukkan fakta bahwa hanya satu bagian logam platinum dalam dua juta

bagian bijih mineral (Redaksi chem-is-try.org, 2008).

Platinum adalah logam dengan putih keperak-perakan yang indah. Mudah ditempa

delam keadaan murni. Platinum memiliki koefisien muai yang hampir sama dengan kaca

silika-natroium karbonat, dan karenanya digunakan untuk membuat elektroda bersegel dalam

sistem kaca. Logam ini tidak teroksidasi di udara pada suhu berapapun, tapi termakan oleh

halogen, sianida, sulfur dan basa kaustik. Platinum tidak dapat larut dalam asam klorida dan

asam nitrat, tapi melarut dengan aqua regia membentuk asam kloroplatinum (Redaksi chem-

is-try.org, 2008).

Berikut ini adalah sifat – sifat fisika unsur Platinum (Redaksi chem-is-try.org, 2008):

Simbol : Pt

Radius Atom : 1,39 Å

Volume Atom : 9,1 cm3/mol

Massa Atom : 195,08

Titik Didih : 4100 K

Radius Kovalensi : 1,3 Å

Struktur Kristal : fcc

Massa Jenis : 21,45 g/cm3

Konduktivitas Listrik : 9,4 x 106 ohm-1cm-1

Elektronegativitas : 2,28

Page 4: Kel 5. Periode III. Konsep

Konfigurasi Elektron : [Xe]4f14 5d9 6s2

Formasi Entalpi : 19,66 kJ/mol

Konduktivitas Panas : 71,6 Wm-1K-1

Potensial Ionisasi : 9 V

Titik Lebur : 2024,1 K

Bilangan Oksidasi : 2,4

Kapasitas Panas : 0,13 Jg-1K-1

Entalpi Penguapan : 510,45 kJ/mol

Isotop platinum dapat digunakan dalam berbagai bidang, Pt-196 digunakan dalam

percobaan menguji model nuklir. Pt 194 dan Pt-196 telah digunakan dalam penelitian menjadi

kekuatan dipol dan model. Pt-195 digunakan untuk produksi radioisotop-195m Pt yang

digunakan untuk diagnosis dan terapi kanker. Pt-198 digunakan untuk produksi radioisotop

untuk Au-199 yang digunakan dalam terapi kanker. Pt-194 juga digunakan untuk produksi

radioisotop medis Hg-195m (Winter1, 2010).

Tabel 1. Isotop platinum dan kelimpahannya di alam (Winter1, 2010)

Isotop Massa atom (ma/u)Kelimpahan di alam

(atom %)

Spin inti

(I)

Momen magnet

(μ/μN)

190Pt 189.959917 (7) 0.014 (1) 0

192Pt 191.961019 (5) 0.782 (7) 0

194Pt 193.962655 (4) 32.967 (99) 0

195Pt 194.964766 (4) 33.832 (10) 1/2 0.60950

196Pt 195.964926 (4) 25.242 (41) 0

198Pt 197.967869 (6) 7.163 (55) 0

Tabel 2. Radioisotop dari Platinum (Winter1, 2010)

Isotop Massa Waktu Paruh Hasil Peluruhan Spin intiMomen magnet

inti

191Pt 190.961684 2.96 d EC to 191Ir 3/2 0.50

193Pt 192.962984 60 y EC to 193Ir 1/2

197Pt 196.967323 18.3 h β- to 197Au 1/2 0.51

Berikut ini adalah beberapa persenyawaan yang dapat dibentuk oleh unsur platinum

(Winter2, 2010):

Page 5: Kel 5. Periode III. Konsep

1. Fluorida

Platinum heksafluorida   : PTF6

Platinum tetrafluorida   : PTF4

Platinum pentafluoride tetramer   : [PTF5]4

2. Klorida

Platinum triklorida   : PtCl3

Platinum tetraklorida   : PtCl4

Platinum diklorida   : Pt6Cl12

3. Bromida

Platinum tribromid a  : PtBr3

Platinum tetrabromid a  : PtBr4

4. Iodida

Platinum diiodida   : PtI2

Platinum triiodida : PtI3

Platinum tetraiodida   : PtI4

5. Oksida

Platinum oksida   : PtO

Platinum dioksida   : PtO2

Platinum trioksida   : PtO3

Platinum dioksida hidrat   : PtO2. H2O

6. Sulfida

Platinum sulfida   : PtS

Platinum disulfida : PtS2

7. Selenida

Platinum diselenida   : PtSe2

8. Telluridas

Platinum tellurida   : PtTe

Platinum ditellurida   : PtTe2

9. Nitrida

tidak terdaftar

10. Karbonil

Platinum tetrakarbonil   : Pt(CO)4

11. Kompleks

Cis-diamindikloroplatinat   : [PtCl2 (NH3) 2]

Trans-diamindikloroplatinat   : [PtCl2(NH3) 2]

Page 6: Kel 5. Periode III. Konsep

Dipotassium hexaklorooplatinat   : K2[PtCl6]

Dipotassium tetrakloroplatinat   : K2[PtCl4]

Dipotassium tetrasianoplatinat   : K2[Pt(CN)4]

Platinum tetraklorida pentahidrat   : PtCl4.5H2O

Kalium trikloro (amin) platinat   : K[PtCl3(NH3)]

Dinatrium hexbromoplatinat   : Na2[PtBr6].6H2O

Tetrasianoplatinat barium   : Ba[Pt(CN)4].4H2O

Dinatrium hexakloroplatinat hexahidrat   : Na2[PtCl6].6H2O

Diamonium hexabromoplatinat   : (NH4) 2[PtBr6]

Dipotassium hexaiodoplatinat   : K2[PtI6]

Diamonium hexakloroplatinat   : (NH4)2[PtCl6]

Dipotassium hexasianoplatinat   : K2[Pt(CN)6]

Diamonium tetrakloroplatinat   : (NH4)2[PtCl4]

Dipotassium tetranitroplatinat   : K2[Pt(NO2) 4]

Kalium trikloro (etena) platinat   : K[PtCl3(C2H4)].H2O

Kompleks berbilangan koordinasi empat

Bila empat ligan berkoordinasi pada logam, koordinasi tetrahedral (Td) adalah geometri

yang paling longgar, walaupun sejumlah kompleks bujur sangkar (D4h) juga dikenal

(Saito,2009). Pada Pt0 dengan strukrur tetrahedral yaitu Pt(CO)(PPh3)3, sedangkan Pt2+ dengan

struktur planar contohnya PtCl4- dan [PtCl2(NH3)2] (Et =C2H5). [PtCl2(NH3)2] (Et =C2H5)

merupakan kompleks ligan campuran (Saito, 2009).

Isomer geometrik cis dan trans mungkin diamati pada senyawa kompleks dengan dua

jenis ligan, dan pertama kali dicatat oleh A. Werner ketika mensintesis senyawa berkoordinat

4 [PtCl2(NH3)2]. Karena kompleks tetrahedral tidak akan menghasilkan isometri geometri,

Werner menyimpulkan bahwa senyawa kompleksnya adalah bujur sangkar. Baru-baru ini cis-

[PtCl2(NH3)2] (cisplatin) telah digunakan untuk terapi tumor dan dan patut dicatat bahwa yang

aktif hanyalah isomer cis (Saito, 2009).

Gambar 1. struktur tetrahedral dan planar

Kompleks berbilangan koordinasi lima

Page 7: Kel 5. Periode III. Konsep

Contoh kompleks berbilangan koordinasi lima adalah trigonal bipiramidal (D3h).

Dulunya, kompleks berbilangan koordinasi lima jarang namun jumlahnya kini meningkat.

Perbedaan energi antara dua modus koordinasi (bipiramida dan piramida bujursangkar) ini

tidak terlalu besar dan  transformasi struktural mudah terjadi misalnya [Pt(SnCl3)5]3-(Saito,

2009).

Gambar 2. Struktur trigonal bipiramidal

Kompleks koordinasi enam

Bila enam ligan berkoordinasi dengan atom pusat, koordinasi oktahedral (Oh) yang

paling stabil dan mayoritas kompleks memiliki struktur octahedral (Saito,2009). Contoh

kompleks berbilangan koordinasi enam dengan yaitu [Pt(NO)Cl5]2-, [Pt(NH3)6]4+,[PtF5]4, PtF6

-,

dan PtF6.

Platina (IV) membentuk banyak kompleks octahedral yang inert secra termal dan

kinetik yang berasal dari kationik seperti [Pt(NH3)6]Cl4 samapi anionik seperti K2[Pt(NH3)6].

Yang terpenting adalah natrium atau kalium heksakloroplatinat, yang merupakan bahan awal

bagi sintesis senyawaan lain. Asam kloroplatinat adalah suatu garam oksonium, (H3O)2PtCl6

yang berbentuk kristal jingga bilamana larutan Pt dalam air raja atau dalam HCl jenuh dengan

klor diuapkan (Cotton, 1989).

Gambar 3. Stuktur oktahedral

3. Unsur Merkuri

Merkuri atau raksa (Hg) adalah unsur logam yang sangat penting dalam teknologi di

abad modern saat ini. Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA=80) serta

mempunyai massa molekul relative (Mr = 200,59). Merkuri diberikan symbol kimia Hg yang

merupakan singkatan yang berasal bahasa Yunani Hydrargyricum, yang berarti cairan perak.

Page 8: Kel 5. Periode III. Konsep

Bentuk fisi dan kimianya sangat menguntungkan karena merupakan satu-satunya logam yang

berbentuk cair dalam temperatur kamar (25oC), titik bekunya paling rendah (-39oC),

mempunyai kecenderungan menguap lebih besar, mudah bercampur dengan logam-logam lain

menjadi logam campuran (Amalgam/ Alloy), juga dapat mengalirkan arus listrik sebagai

konduktor baik tegangan arus listrik tinggi maupun teganganarus listrik rendah (Alfian,

2006).

Merkuri (air raksa, Hg) adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam

dan tersebar dalam batu - batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa

anorganik dan organik. Umumnya kadar dalam tanah, air dan udara relatif rendah. Berbagai

jenis aktivitas manusia dapat meningkatkan kadar ini, misalnya aktivitas penambangan yang

dapat menghasilkan merkuri sebanyak 10.000 ton/tahun. Pekerja yang mengalami pemaparan

terus menerus terhadap kadar 0,05 Hg mg/m3 udara menunjukkan gejala nonspesifik berupa

neurastenia, sedangkan pada kadar 0,1 – 0,2 mg/m3 menyebabkan tremor. Dosis fatal garam

merkuri adalah 1 gr (Anonim1, 2011).

Merkuri merupakan salah satu unsur yang terdistribusi pada lapisan kerakbumi dengan

kelimpahan rata-rata ≤ 500μg /kg. Merkuri sangat sedikit ditemukan dalam bentuk logam

murni, mineral-mineral merkuri paling banyak ditemukan sebagai sulfida merkuri (Cinnabar),

dan sebagian kecil pada mineral korderoid (Hg3S2Cl), livingstonit (HgSb4S7), montroyidit

(HgO), tertringualit (Hg2OCl), kalomel (HgCl) (Ayubi, 2007).

Merkuri merupakan logam yang dalam keadaan normal berbentuk cairan berwarna abu-

abu, tidak berbau dengan berat molekul 200,59. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam

hidroklorida, hidrogen bromida dan hidrogen iodide. Larut dalam asam nitrat, asam sulfurik

panas dan lipid. Tidak tercampurkan dengan oksidator, halogen, bahan-bahan yang mudah

terbakar, logam, asam, logam carbide dan amine (Anonim1, 2011).

Sebagai unsur, merkuri (Hg) berbentuk cair keperakan pada suhu kamar, dan

mempunyai rapatan 13,534 g/mL pada 25oC. merkuri tidak dipengaruhi asam klorida atau

asam sulfat encer, tetapi mudah bereaksi dengan asam nitrat. Reaksi merkuri dengan asam

nitrat pekat panas yang berlebihan akan terbentuk ion merkurium (II); 3Hg + 8HNO33Hg2+

+ 2NO + 6NO3- + 4H2O. Merkuri pada pH antara 6-7 mengendap sebagai HgO yag memiliki

kelarutan 0,052 g/L dalam pelarut H2O 20oC (Ayubi, 2007).

Merkuri (Hg) tidak dapat ditarik oleh magnet (diamagnetik) sebab semua elektronnya

telah berpasangan. Unsur Hg kurang reaktif dibandingkan zink dan kadmium, dan tidak dapat

menggantikan hidrogen dari asamnya, namun merkuri mampu mengkorosi alumunium

dengan cepat, sehingga pengangkutan dengan pesawat dibatasi. Densitas raksa yang tinggi

Page 9: Kel 5. Periode III. Konsep

menyebabkan benda-benda seperti bola billiar menjadi terapung jika diletakkan di dalam

cairan raksa hanya dengan 20% volumenya terendam (Hermawan, 2011).

Reaktivitas merkuri adalah (Hermawan, 2011):

1. Reaksi dengan udara

Merkuri dibakar hingga suhu 350ºC untuk membentuk merkuri (II) oksida.

2Hg(s) + O2(g) → 2HgO(s)

2. Reaksi dengan halogen

Logam merkuri bereaksi dengan fluorin, klorin, bromine dan iodine untuk membentuk

merkuri (II) dihalida.

Hg(s) + F2(g) → HgF2(s)

Hg(s) + Cl2(g) → HgCl2(s)

Hg(s) + Br2(g) → HgBr2(s)

Hg(s) + I2(g) → HgI2(s)

3. Reaksi dengan asam

Merkuri tidak bereaksi dengan asam non oksidasi, tetapi bereaksi dengan asam nitrit

terkonsentrasi atau asam sulfur terkonsentrasi untuk membentuk komposisi merkuri (II)

dengan nitrogen atau sulfur oksida.

Oksida dibentuk dengan kombinasi langsung dari unsur atau dengan memanaskan nitrat.

HgO tidak dilakukan sublimasi sebagai dekomposisinya pada pemanasan. HgO berada dalam

bentuk merah dan kuning. Bentuk kuning dari HgO mempunyai bentuk kristal yang sama

dengan bentuk merah dimana dibentuk dengan memanaskan unsur atau Hg(NO3)2. Perbedaan

warna dikarenakan adanya ukuran partikel yang berbeda (Lee, 1991) :

2HgO 2Hg + O2

HgF2 adalah padatan berwarna putih dan bersifat sangat ionik dan mempunyai titik leleh

yang lebih tinggi dari pada halida yang lainnya. Tidak sangat larut dalam air. Sebagian ini

disebabkan karena energi kisinya yang sangat tinggi, dan sebagian karena mereka tidak

membentuk kompleks halogen dalam larutan. Berlawanan dengan HgCl2, HgBr2 dan HgI2

adalah kovalen dengan titik leleh yang rendah. Padatan HgCl2 mengandung molekul linier Cl-

Hg-Cl dengan panjang ikatan Hg-Cl 2,25 Å. Interaksi kecil antara atom Hg dan Cl selain dari

antara Hg dan dua atom Cl berikatan dekat dengan (jarak antaratom 3,34 Å). HgBr2 dan HgI2

berbentuk lapisan kisi (Lee, 1991).

Sebagian besar kompleks Hg (II) adalah oktahedral. Berikut adalah cukup besar

terdistorsi dengan dua ikatan pendek dan empat ikatan panjang. Hasil hal ini sangat terdistorsi

hanya dalam dua ikatan. Contohnya adalah senyawa Hg(CN)2 dan Hg(SCN)2 dan kompleks

Page 10: Kel 5. Periode III. Konsep

[Hg(NH3)2]Cl2. Yang terakhir mengandung ion linier [H3N-Hg-NH3]+. Hg(II) juga membentuk

beberapa kompleks tetrahedral (seperti [Hg(SCN)4]2- dan kompleks halida seperti K2[HgI4]).

Yang terakhir digunakan sebagai reagen Nessler untuk mendeteksi dan penentuan kuantitatif

dari ammonia dalam larutan. Reagen Nessler memberikan warna kuning atau endapan coklat

dengan konsentrasi yang rendah 1 bagian per sejuta dari NH3. Uji ini digunakan pada air

minum. Keberadaan dari ion NH4+ dalam air pada konsentrasi ini adalah tidak berbahaya,

tetapi mungkin mengindikasikan kontaminasi air sebagai limbah. Merkuri(II) klorida dalam

larutan sebagian besar HgCl2, tetapi [HgCl4]2- dapat dibentuk jika Cl- berlebih. Dalam

kompleks Hg, dua ligan berikatan lebih kuat dari pada yang lainnya, dan beberapa kompleks

amina kehilangan ammonia dari padatan (Lee, 1991).

[Hg(NH3)4](NO3)2 [Hg(NH3)2](NO3)2 + 2NH3

Koordinasi tiga adalah jarang ditemukan tetapi ada suatu contoh yaitu [HgI3]- (Lee, 1991).

4. Unsur Emas

Emas merupakan logam lembut, berkilat, berwarna kuning, padat, mudah ditempa,

mudah ditarik, logam peralihan (trivalen dan univalen) dan stabil. Emas tidak bereaksi dengan

kebanyakan bahan kimia. Walau bagaimanapun emas dapat bereaksi dengan klorin, fluorin

dan akua regia. Logam ini selalu berada dalam bentuk bongkahan dan butiran batuan dan

pendaman alluvial (Basuki, 2008).

Tingginya nilai potensial reduksi emas mengakibatkan logam ini selaku terdapat di alam

dalam keadaan bebas. Untuk keperluan ektraksi dari bijihnya, proses dengan melibatkan

senyawa sianida dapat diterapkan seperti halnya pada ekstraksi logam perak. Emas

membentuk berbagai senyawa kompleks, tetapi hanya sedikit senyawa anorganik sederhana.

Emas(I) oksida, Au2O, adalah salah satu senyawa yang stabil dengan tingkat oksidasi +1,

seperti halnya tembaga, tingkat oksidasi +1 ini hanya stabil dalam senyawa padatan, karena

semua larutan garam emas(I) mengalami disproporsionasi menjadi logam emas dan ion

emas(III) menurut persamaan reaksi (Basuki, 2008).:

3Au+(aq) → 2Au(s) + Au3+

(aq)

Tabel 3. Sifat-sifat fisika emas (Oxtoby, 1998)

Sifat Fisika Au (Aurum)

Nomor atom 79

Massa atom 196,96654

Titik cair (oC) 1064,43

Titik didih (oC) 2807

Kerapatan pada 25oC (g cm-3) 19,32

Page 11: Kel 5. Periode III. Konsep

Warna Kuning

Konfigurasi elektron pada keadaan

dasar

[Xe] 4f14 5d10 6s1

Energi ionisasi* 890,1

Afinitas elektron* 222,749

Elektronegativitas 2,54

Jari-jari ion (Å) 0,85 (+2)

1,37 (+1)

Jari-jari atom (Å) 1,44

Entalpi pembentukan* 12,36

Entalpi penguapan* 365

Potensial reduksi standar (volt) 1,42 (Au3+ /Au0

*: dalam kilojoule per mol (Oxtoby, 1998).

Berikut ini adalah reaktivitas logam emas (Basuki, 2008):

1. Reaksi emas dengan udara

Logam emas stabil di udara di bawah kondisi normal. Namun emas terurai dalam larutan

sianida dalam tekanan udara.

2. Reaksi emas dengan air

Emas tidak bereaksi dengan air.

3. Reaksi emas dengan halogen

Logam emas bereaksi dengan klorin, Cl2, atau bromin, Br2, untuk membentuk trihalida

emas (III) klorida, AuCl3, atau emas (III) bromida, AuBr3:

2Au(s) + 3Cl2(g) → 2AuCl3(s)

2Au(s) + 3Br2(g) → 2AuBr3(s)

AuCl3 dapat larut dalam asam hidroksida pekat menghasilkan ion tetrakloroaurat (III),

[AuCl4]-, suatu ion yang merupakan salah satu komponen dalam “emas cair”, yaitu suatu

campuran spesies emas dalam larutan yang akan mengendapkan suatu film logam emas

jika dipanaskan. Di lain pihak, logam emas bereaksi dengan iodin, I2, untuk membentuk

monohalida, emas (I) iodida, AuI.

2Au(s) + I2(g) → 2AuI(s)

4. Reaksi emas dengan asam

Page 12: Kel 5. Periode III. Konsep

Logam emas terurai dalam akua regia, campuran asam klorida, HCl, dan asam nitrat pekat,

HNO3, dengan perbandingan 3:1. Nama akua regia diciptakan oleh alkemis karena

kemampuannya untuk menguraikan “raja logam”.

5. Reaksi emas dengan basa

Emas tidak bereaksi dengan larutan basa.

Page 13: Kel 5. Periode III. Konsep

PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Bagaimana peran senyawaan platinum dalam pengobatan kanker (terapi kanker)?

Jawaban:

Senyawaan platinum yang dapat digunakan untuk terapi kanker adalah cisplatin.

Struktur kimia cisplatin adalah cis-PtCl2(NH3)2. Senyawa ini pertama kali ditemukan oleh M.

Peyrone (1845) yang berasal dari garam Peyrone dan strukturnya ditentukan kemudian oleh

Alfred Werner (1893). Senyawa cisplatin ini disintesis dengan memanfaatkan efek trans

antara potassium tetrachloroplatinate(II), K2PtCl4 dengan ligan amina (NH3). Struktur kimia

yang terbentuk ini sesuai dengan syarat struktur klasik untuk menjadikan logam platinum

memiliki aktivitas anti kanker, yaitu (1) Bilangan oksidasi Pt +2 atau +4, (2) Ligan amina

harus dalam posisi cis, (3) Muatan total senyawa kompleks platinum harus netral, (4) Ligan

amina (NH3) harus memiliki sedikitnya satu gugus N-H yang tersisa, dan terakhir (5) Gugus

pergi harus anion yang kekuatan ikatannya medium seperti klorida atau turunan karboksilat.

Cisplatin bekerja sebagai anti kanker dengan cara menempelkan diri pada DNA

(deoxyribonucleic acid) sel kanker dan mencegah pertumbuhannya (Putra, 2008).

Gambar 4. Bentuk-bentuk ikatan antara Visplatin dengan DNA (Putra, 2008)

Pada dasarnya cisplatin secara umum bukanlah merupakan senyawa yang relatif reaktif

dan mudah bereaksi secara langsung dengan semua jenis molekul aktif pada sistem biologi

termasuk didalamnya basa dari DNA. Tetapi bila senyawa ini terlarut dalam air, ligan kloro

Page 14: Kel 5. Periode III. Konsep

pada cisplatin diganti satu persatu oleh ligan air (aqua) melalui reaksi hidrolisis. Selanjutnya

ikatan Pt-OH2 yang terdapat dalam senyawa kompleks monoaquaplatina dan diaquaplatina

yang terbentuk akan jauh lebih reaktif, sehingga kompleks tersebut akan lebih mudah bereaksi

dengan ligan donor beratom nitrogen pada basa DNA (Putra, 2008).

Cisplatin dan Pengobatan Kanker

Dewasa ini cisplatin secara luas digunakan untuk mengobati berbagai kanker terutama

sangat efektif untuk kanker testikular dan bila dikombinasi dengan obat lain akan bekerja

sangat efektif dalam mengobati kanker ovarian, kanker kandung kemih, kanker paru, kanker

kepala dan leher. Kombinasi cisplatin tersebut dapat meliputi kombinasi dengan radioterapi

atau dengan obat tertentu seperti pacliataxel, aphidicolin dan hydroxyurea atau 5-fluorourasil

(Putra, 2008).

Kombinasi antara cisplatin, vinblastine dan bleomycin akan dapat menyembuhkan 90%

kanker testicular. Sedangkan kombinasi dengan cyclohosphoramide, dioxorubicin dan

hexamethylmelamine akan mampu meningkatkan daya hidup pasien yang terkena kanker

ovarian yang sudah parah. Untuk kanker paru ataupun kanker paru non-sel kecil (NSCLC),

dapat mengunakan empat kombinasi platinum yaitu cisplatin/paclitaxel, gemcitabine/cisplatin,

cisplatin/docetaxel dan carboplatin/paclitaxel. Selain itu penambahan avastin pada kombinasi

antara cisplatin/gemcitabine akan sangat efektif dalam memperpanjang keberlangsungan

hidup penderita NSCLC hinga 20-30%. Untuk jenis kanker lain, juga menunjukkan

kesensitifan terhadap cisplatin pada beberapa tingkat seperti yang terdapat pada tabel 2 (Putra,

2008).

Tabel 4. Aktivitas Biologi Cisplatin Terhadap Berbagai Jenis Kanker (Putra, 2008)

Jenis Kanker Sensitifitas

Testicular Curable

Ovarian Sensitif

Kepala dan leher Responsif

Kandung Kemih Responsif

Tengkuk, prostat, esophagel Resistan

NSCL (Paru Non Sel Kecil) Menunjukkan aktivitas

Osterogenik Menunjukkan aktivitas

Hodgkins Lymphoma Menunjukkan aktivitas

Melanoma Aktivitas terbatas

Dada/ Payudara Aktivitas terbatas

Page 15: Kel 5. Periode III. Konsep

Efek Samping dan Penghantar Obat Cisplatin

Cisplatin sebagaimana obat-obat umum lain yang digunakan untuk kemoterapi, juga

mempunyai efek samping yang parah. Termasuk didalamnya Neprotoksisitas yang sangat

kronis dan berbahaya, tetapi neprotoksisitas ini dapat diminimalisasi dengan cara hidrasi sang

pasien dan menggunakan manitol untuk diuretic. Selain itu efek samping yang lain adalah

neurotoksisitas, mual, muntah, keracunan sumsum tulang, kerontokan rambut (alopecia), dan

penurunan kekebalan tubuh. Namun untungnya untuk kerontokan rambut dan penurunan

kekebalan tubuh umumnya akan kembali normal setelah pengobatan (Putra, 2008).

Dewasa ini untuk mengurangi efek samping dari penggunaan kemoterapi cisplatin,

solusinya adalah dengan menggunakan drug delivery (penghantar obat). Salah satunya adalah

dengan menggunakan nanohorn. Nanohorn yaitu sejenis nanotube yang salah satu ujung

silindernya meruncing dan tertutup seperti tanduk. Nanohorn ini berukuran 100 nanometer

yang didalamnya telah terdapat cisplatin yang berukuran 1-2 nanometer. Nanohorn ini bersifat

aman bagi tubuh karena berasal dari unsur karbon (Putra, 2008).

Gambar 5. Foto Mikroskop Elektron dari : (a) Sekelompok nanohorn yang mengandung

cisplatin (bintik-bintik hitam) di dalam rongganya dan (b) Satu butiran cisplatin yang berada

dalam suatu rongga nanohorn (Putra, 2008)

Nanohorn ini merupakan penghantar obat yang efektif karena setelah disuntikan ke

dalam tubuh pasien, nanohorn langsung terserap oleh sel kanker, hal ini karena sifat sel

kanker yang lebih mudah menyerap benda-benda berukuran 100 nanometer dibandingkan sel

tubuh lainnya. Sehingga, efek samping kemoterapi yang dapat merusak sel-sel tubuh lainnya,

dapat dihindarkan.Setelah nanohorn terakumulasi (terkumpul) di dalam sel kanker, perlahan-

lahan cisplatin terlepas dan mematikan sel kanker (Putra, 2008).

Page 16: Kel 5. Periode III. Konsep

2. Bagaimana proses katalis dengan menggunakan platinum dan cara pembuatannya?

Jawaban :

Katalis menggunakan platinum dioksida disebut juga sebagai katalis adam. Katalis

adam ini dibuat dari asam kloroplatinik H2PtCl6 atau ammonium kloroplatinat (NH4)2PtCl6,

dengan peleburan sodium nitrat.Kemudian platinum nitrat dipanaskan untuk mengeluarkan

nitrogen oksida (Adams,1928).

H2PtCl6 + 6 NaNO3 → Pt(NO3)4 + 6 NaCl (aq) + 2 HNO3

Pt(NO3)4 → PtO2 + 4 NO2 + O2

Menghasilkan kerak berwarna coklat yang kemudian dicuci dengan menggunakan air

untuk menghilangkan nitrat. Katalis yang dapat digunakan dapat dikeringkan dan dapat

disimpan dalam desikator untuk digunakan kemudian. Platinum dapat digunakan sebagai

katalis dengan mengkonversi ammonium kloroplatinat dengan menggunakan aqua regia oleh

ammonia (Adams,1928).

Katalis adam dapat digunakan untuk berbagai aplikasi yaitu proses hidrogenasi,

hidrogenolisis, dehidrogenasi, dan reaksi oksidasi. Selam reaksi berlangsung, platina hitam

dibentuk sebagai katalisator aktif. Hidrogenasi terjadi dengan stereokimia jika digunakan

pada alkuna akan menghasilkan cis alkena. Beberapa transformasi paling penting termasuk

hidrogenasi senyawa nitro untuk amina dan keton untuk alkohol. Meskipun, pengurangan

alkena sebelum pembentukan dengan katalis adam. Ketika mengurangi senyawa nitrogen

untuk amina, katalis platinum untuk meminimalkan hidrogenolisis (Adams, 1928).

PtO2 + 4 H2 → Pt + 2 H2O

Pengunaan katalis platinum pada hidrogenasi alkena. Ikatan dalam produk lebih kuat

daripada ikatan reaktan, dua ikatan σ C-H dari alkana dibentuk dari pemutusan ikatan σ H-H

dan bagian ikatan π dari ikatan rangkap alkena. Dengan demikian secara keseluruhan reaksi

tersebut merupakan reaksi eksotermik (Marhusari, 2009).

Hidrogenasi aldehida dan keton menggunakan katalis platinum. Katalis yang digunakan

dalam mereduksi ikatan rangkap karbon-karbon dan ikatan rangkap tiga yang juga berguna

dalam reaksi adisi hidrogen terhadap gugus karbonil. Reaksi yang menggunakan katalis

platinum(Marhusari, 2009):

Page 17: Kel 5. Periode III. Konsep

Tanpa katalis, penambahan hidrogen terhadap senyawa yang akan direduksi sangat

lambat. Kecepatan hidrogenasi meningkat dengan adanya serbuk katalis logam.Platinum

adalah katalis hidrogenasi yang paling sering digunakan. Penambahan hidrogen yang

dikatalisis dengan logam pada umunnya meningkat pada suhu kamar dan senyawa alkana

yang dihasilkan yieldnya tinggi biasanya sebagai produk tunggal (Marhusari, 2009).

3. Bagaimanakah cara ekstraksi emas dalam skala industri?

Jawaban:

Dalam skala industri, proses ekstraksi emas dapat dilakukan dalam tiga metode yaitu

(Anonim2, 2011):

1. Liquation Separation atau pencairan

Pemisahan pencairan (liquation separation) adalah proses pemisahan yang dilakukan

dengan cara memanaskan mineral di atas titik leleh logam, sehingga cairan logam akan

terpisahkan dari pengotor, dimana yang menjadi dasar untuk proses pemisahan dengan

metode ini, yaitu :

Densitas (massa jenis)

Titik leleh

Contohnya adalah dalam pemisahan campuran emas dan perak

Titik leleh emas adalah pada suhu 1064,18 oC, sedangkan titik leleh perak pada suhu

961,78 oC. Hal ini berarti bahwa perak akan mencair lebih dulu daripada emas. Namun untuk

benar-benar terpisah, maka perak harus menunggu emas mencair 100%.

Kemudian bila dilihat dari berat jenisnya, maka berat jenis emas cair sebesar 17,31

gram/cm3 sedangkan berat jenis perak sebesar 9,32 gram/cm3. Hal ini berarti berat jenis emas

lebih besar dari pada berat jenis perak. Jika ditinjau dari hukum alam fisika, maka bila ada

dua jenis zat cair yang berbeda dan memiliki berat jenis yang berbeda pula, maka zat cair

Page 18: Kel 5. Periode III. Konsep

yang memiliki berat jenis lebih kecil dari zat satunya akan mengapung. Dengan demikian,

cairan perak akan terapung di atas lapisan cairan emas, seperti halnya cairan minyak

mengambang diatas lapisan air, maka perak akan dapat dipisahkan dari emas, sampai tidak

ada lagi perak yang terapung. Pada metode ini akan dihasilkan Au bullion dan Ag bullion.

2. Amalgamasi

Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas dengan cara mencampur bijih emas

dengan merkuri (Hg). Produk yang terbentuk adalah ikatan antara emas dan merkuri yang

dikenal sebagai amalgam (Au – Hg). Merkuri akan membentuk amalgam dengan semua

logam kecuali besi dan platina.

Penggunaan raksa alloy atau amalgam pertama kali pada 1828, meskipun penggunaan

secara luas teknik baru ini dicegah karena sifat air raksa yang beracun. Sekitar 1895

eksperimen yang dilakukan oleh GV Black menunjukkan bahwa amalgam aman digunakan,

meskipun 100 tahun kemudian ilmuwan masih memperdebatkannya.

Amalgam masih merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah,

namun demikian amalgamasi akan efektif pada emas yang terliberasi sepenuhnya maupun

sebagian pada ukuran partikel yang lebih besar dari 200 mesh (0,074 mm) dan dalam

membentuk emas murni yang bebas (free native gold). Tiga bentuk utama dari amalgam

adalah AuHg2, Au2Hg and Au3Hg.

Proses amalgamasi merupakan proses kimia fisika, apabila amalgamnya dipanaskan,

maka akan terurai menjadi elemen-elemen yaitu air raksa dan bullion emas. Amalgam dapat

terurai dengan pemanasan di dalam sebuah retort, air raksanya akan menguap dan dapat

diperoleh kembali dari kondensasi uap air raksa tersebut. Sementara Au-Ag tetap tertinggal di

dalam retort sebagai logam.

Tahapan amalgamasi secara sederhana sebagai berikut :

1. Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan proses kominusi dan konsentrasi

gravitasi, agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga permukaan emas tersingkap.

2. Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah merkuri (amalgamasi) dilakukan

selama + 1 jam

3. Hasil dari proses ini berupa amalgam basah (pasta) dan tailing. Amalgam basah

kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk pemisahan

merkuri dengan amalgam

4. Terhadap amalgam yang diperoleh dari kegiatan pendulangan kemudian dilakukan

kegiatan pemerasan (squeezing) dengan menggunakan kain parasut untuk memisahkan

merkuri dari amalgam (filtrasi). Merkuri yang diperoleh dapat dipakai untuk proses

Page 19: Kel 5. Periode III. Konsep

amalgamasi selanjutnya. Jumlah merkuri yang tersisa dalam amalgan tergantung pada

seberapa kuat pemerasan yang dilakukan. Amalgam dengan pemerasan manual akan

mengandung 60 – 70 % emas dan amalgam yang disaring dengan alat sentrifugal dapat

mengandung emas sampai lebih dari 80 %.

5. Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri, sehingga yang

tertinggal berupa alloy emas.

Ekstraksi amalgamasi yang baik :

1. Lokasi ekstraksi bijih harus terpisah dari lokasi kegiatan penambangan.

2. Dilakukan pada lokasi khusus baik untuk amalgamasi untuk meminimalkan penyebab

pencemar bahan berbahaya akibat peresapan kedalam tanah, terbawa aliran air permukaan

maupun gas yang terbawa oleh angin.

3. Dilengkapi dengan kolam pengendap yang berfungsi baik untuk mengolah seluruh

tailing hasil pengolahan sebelum dialirkan ke perairan bebas.

4. Lokasi pengolahan bijih dan kolam pengendap diusahakan tidak berada pada daerah

banjir.

5. Hindari pengolahan dan pembuangan tailing langsung ke sungai.

3. Sianidasi

Leaching Sianida adalah proses pelarutan selektif oleh sianida dimana hanya logam-

logam tertentu yang dapat larut, misalnya Au, Ag, Cu, Zn, Cd, Co dan lain-lain.

Ekstraksi emas dengan menggunakan leaching sianida ditemukan pertama kali oleh J.

S. Mac Arthur di Glasgow, Scotland tahun 1887, dan sekarang telah dipakai sebagian besar

produksi emas dunia. Walau sesungguhnya banyak lixiviants  ( leaching agen ) lainnya yang

dapat digunakan, antara lain :

Bromida (Asam dan basa)

Klorida

Thiourrea/ Thiokarbamida (CH4N2S)

Thiosulfat (Na2S2O3)

Iodium-Iodida

Proses sianidasi terdiri dari dua tahap penting, yaitu proses pelarutan/ pelindian

(leaching) dan proses pemisahan emas (recovery) dari larutan kaya. Pelarut yang biasa

digunakan dalam proses sianidasi adalah Sodium Sianida (NaCN), Potassium Sianida

(KCN), Kalsium Sianida [Ca(CN)2] atau Ammonium Sianida (NH4CN). Pelarut yang

paling sering digunakan adalah NaCN, karena mampu melarutkan emas lebih baik dari pelarut

lainnya.

Page 20: Kel 5. Periode III. Konsep

Ada banyak teori tentang pelarutan emas mulai dari Teori Oksigen Elsner, Teori

Hidrogen Janin, Teori Hidrogen Peroksida Bodlanders, Teori korosi Boonstra, sampai Teori

Pembuktian Kinetika dari Habashi. Teori yang paling banyak dipakai adalah Teori Oksigen

Elsner dan Pembuktian Kinetika Habashi.

Teori Oksigen Elsner, reaksi pelarutan Au dan Ag dengan sianida adalah sebagai

berikut :

4Au + 8CN- + O2 + 2 H2O → 4Au(CN)2- + 4NaOH-

4Ag + 8CN- + O2 + 2 H2O → 4Ag(CN)2- + 4NaOH-

Teori Pembuktian Kinetika (Habashi. 1970), reaksi pelarutan Au dan Ag  adalah sebagai

berikut :

2Au + 4CN- + O2 + 2 H2O → 2Au(CN)2- + 2OH- + H2O2

2Ag + 4CN- + O2 + 2 H2O → 2Ag(CN)2- + 2OH- + H2O2

Mekanisme reaksi ini adalah mekanisme elektrokimia.

Walaupun penggunaan metode ini sama halnya dengan metode ekstraksi yang lain yang

masih memiliki potensi dampak berupa efek beracunnya bagi pekerja dan lingkungan,

ekstraksi emas dengan menggunakan metode leaching sianida saat ini telah menjadi proses

utama ekstraksi emas dalam skala industri, karena metode ini menawarkan tehnologi yang

lebih efektif dan efisien, antara lain adalah :

a. Heap leaching (pelindian tumpukan)

Pelindian emas dengan cara menyiramkan larutan sianida pada tumpukan bijih emas

(diameter bijih < 10 cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur. Air lindian yang

mengalir di dasar tumpukkan yang kedap kemudian di kumpulkan untuk kemudian

dilakukan proses berikutnya. Efektifitas ekstraksi emas berkisar 35 – 65 %

b. VAT leaching (pelindian rendaman)

Pelindian emas yang dilakukan dengan cara merendam bijih emas (diameter bijih < 5

cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur dengan larutan sianida pada bak kedap. Air

lindianyang dihasilkan kemudian dikumpulkan untuk dilakukan proses berikutnya. Proses

pelindian berlangsung antara 3 – 7 hari dan setelah itu tangki dikosongkan untuk

pengolahan bijih yang baru. Efektifitas ekstraksi emas berkisar 40 – 70 %

c. Agitated tank leaching (pelindian adukan)

Pelindian emas yang dilakukan dengan cara mengaduk bijih emas yang sudah

dicampur dengan batu kapur dengan larutan sianida pada suatu tangki dan diaerasi

dengan gelembung udara. Lamanya pengadukan biasanya selama 24 jam untuk

menghasilkan pelindian yang optimal. Air lindian yang dihasilkan kemudian dikumpulkan

Page 21: Kel 5. Periode III. Konsep

untuk kemudian dilakukan proses berikutnya. Efektifitas ekstraksi emas dapat mencapai

lebih dari 90 %.

Tank leaching (tong pengolahan emas) dapat menggunakan beberapa model, selain

model tangki silinder dilengkapi propeler sebagai agitator (pengaduk), dapat pula

menggunakan tong kerucut dengan menggunakan tenaga angin dari kompresor sebagai

aerator sekaligus agitator. Tong pengolahan emas model kerucut dapat terbuat dari plat

besi dengan rangka besi sebagai penyangga sehingga posisi tong menjulang tinggi atau

membuat sumur yang dengan konstruksi bata daan semen atau dilapisi terpal plastik agar

kedap air.

4. Mengapa merkuri memiliki titik leleh yang jauh lebih rendah yaitu -39oC

dibandingkan dengan emas yang memiliki titik leleh yang jauh lebih tinggi yaitu

1064oC?

Jawaban:

Logam emas memiliki konfigurasi elektron [Xe] 4f14 5d10 6s1

Au = [Xe]

4f 5d 6s

Logam merkuri memiliki konfigurasi elektron [Xe] 4f14 5d10 6s2

Hg = [Xe]

4f 5d 6s

Berdasarkan kofigurasi elektron dari emas dan merkuri di atas dapat dilihat bahwa emas

memiliki elektron yang tidak berpasangan pada subkulit 6s sehingga memungkinkan untuk

adanya elektron yang masuk, sedangkan pada merkuri orbital 6s-nya telah terisi penuh. Oleh

karena konfigurasi atom emas pada orbital 6s yang belum penuh menyebabkan orbital

tersebut dapat digunakan untuk membentuk ikatan dengan atom emas yang lain. Pada

kenyataannya, ikatan logam – logam dalam molekul Au2 sangatlah kuat yaitu 221 kJ/mol,

dimana nilai ini sangat mendekati nilai energi ikatan dari molekul Cl2 yaitu 239 kJ/mol dan

lebih besar daripada energi ikatan I2 yaitu 149 kJ/mol. Selain itu, emas memiliki afinitas

elektron yang besar yaitu 220 kJ/mol yang lebih tinggi daripada oksigen dan sulfur.

Disamping itu, emas juga membentuk senyawa dengan sesium (CsAu) yang memiliki struktur

mirip dengan struktur kristal CsCl, dimana atom emas menggantikan tempat ion Cl. Jadi,

atom emas memiliki kecenderungan yang besar mirip dengan atom halogen. Di sisi lain, Hg

memiliki kemiripan dengan atom He, dimana pasangan elektron 6s dengan energi rendah pada

merkuri menyebabkannnya memiliki kemiripan dengan atom gas mulia sehingga

menyebabkan merkuri tidak dapat berikatan dengan atom merkuri lainnya. Hal ini lah yang

Page 22: Kel 5. Periode III. Konsep

menjelaskan mengapa merkuri merupakan logam yang unik dibandingkan logam yang lain.

Oleh karena, merkuri tidak dapat membentuk ikatan dengan atom merkuri lannya, sehingga

menyebabkannya menjadi kurang stabil akibatnya merkuri memiliki titik leleh yang jauh lebih

rendah dibandingkan dengan atom emas yang dapat membentuk ikatan yang sangat kuat

dengan atom emas yang lain (Norrby, 1991).

5. Apa yang menyebabkan HgO mempunyai dua warna yaitu kuning dan merah?

Jawaban:

HgO berada dalam bentuk merah dan kuning. Bentuk kuning dari HgO mempunyai

bentuk kristal yang sama dengan bentuk merah dimana dibentuk dengan memanaskan unsur

atau Hg(NO3)2. Perbedaan warna dikarenakan adanya ukuran partikel yang berbeda (Lee,

1991).

Bentuk merah dari HgO dapat dibuat dengan memanaskan Hg pada oksigen pada suhu

kira-kira 350oC atau dengan pirolisis dari Hg(NO3)2. Bentuk kuning dapat diperoleh dengan

pengendapan cairan Hg2+ dengan alkali. Perbedaan warna ini disebabkan ukuran partikel,

kedua bentuk (merah dan kuning) mempunyai struktur yang sama terdiri dari unit linier yang

berdekatan unit O-Hg-O dihubungkan didalam ratai zigzag dengan sudut O-Hg-O sebesar

108o. Berikut ini adalah struktur merkuri (II) oksida :

Gambar 6. Struktur merkuri(II) oksida

Pada suhu dan tekanan standar, HgO atau raksa(II) oksida berwujud padat dengan

bentuk serbuk. Bentuk serbuk in dipengaruhi struktur HgO dimana sudut ikatan O-Hg-O 180o,

sehingga ikatan antar molekul HgO lemah.

Gambar 7. Struktur ruang HgO

Page 23: Kel 5. Periode III. Konsep

DAFTAR PUSTAKA

Adams, R. ,V. Voorhees, and R.L. Shriner, ORGANIC SYNTHESES, Coll. Vol. 8, p.92

(1928)

Alfian, Z., 2006, MERKURI: ANTARA MANFAAT DAN EFEK PENGGUNAANNYA

BAGI KESEHATAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN, USU e-Repository, Medan

Anonim1, 2011, MERKURI DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEHATAN MANUSIA,

www.pom.go.id, diakses pada tanggal 19 Mei 2011

Anonim2, 2011, EXTRACTION/ EKSTRAKSI, http://mineraltambang.com/agitated-

leaching.html, diakses pada tanggal 20 Mei 2011

Ayubi, M.C., 2007, STUDI KESEIMBANGAN ADSORPSI MERKURI(II) PADA

BIOMASSA DAUN ENCENG GONDOK (Eichhornia crassipes), Skripsi,

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG, Malang

Basuki, B., 2008, KIMIA ANORGANIK - UNSUR AU,

http://bagus-rahmat.blogspot.com/2008/06/kimia-anorganik-unsur-au.html, diakses

pada tanggal 20 Mei 2011

Cotton, A.F., and Wilkinson, G., 1989, KIMIA ANORGANIK DASAR, Penerbit Universitas

Indonesia, Jakarta

Hermawan, W., 2011, (WH) SIFAT–SIFAT UNSUR KIMIA GOLONGAN 2B,

www.wawanhermawan74.blogspot.com, diakses pada tanggal 20 Mei 2011

Lee, J.D., 1991, CONCISE INORGANIC CHEMISTRY FOURTH EDITION, Chapman and

Hall, London

Marhusari, R., 2009, BENTONIT TERPILAR TIO2 SEBAGAI KATALIS PEMBUATAN

HYDROGEN DALAM PELARUT AIR PADA HYDROGENASI GLUKOSA

MENJADI SORBITOL DENGAN KATALIS NIKEL, Departemen Kimia, Medan

Norrby, L.J., 1991, “WHY IS MERCURY LIQUID?”, J. Chem. Ed., 68 (1991): 110

Oxtoby, D.W., H.P. Gillis., and N.H. Nachtrieb, 1998, KIMIA MODERN, Erlangga, Jakarta

Putra, S. E., 2008, MENGENAL CISPLATIN, OBAT KANKER YANG BERBASIS

LOGAM PLATINUM, http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_anorganik/

mengenal-cisplatin-obat-kanker-yang-berbasis-logam-platinum/, diakses pada tanggal

20 Mei 2011

Redaksi chem-is-try.org, 2008, PLATINUM, http://www.chem-is-try.org/tabel_periodik/

platinum/, diakses pada tanggal 20 Mei 2011

Page 24: Kel 5. Periode III. Konsep

Saito, T., 2009, BILANGAN KOORDINASI DAN STRUKTUR, http://www.chem-is-

try.org/materi_kimia/kimia-anorganik-universitas/kimia-logam-transisi/bilangan-

koordinasi-dan-struktur/, diakses pada tanggal 20 Mei 2011

Winter1, M., 2010, ISOTOPES OF PLATINUM, http://www.webelements.com/

platinum/isotopes.html, diakses pada tanggal 20 Mei 2011

Winter2, M., 2010, PLATINUM COMPOUNDS, http://www.webelements.com/

platinum/compounds.html, diakses pada tanggal 20 Mei 2011