Kekosongan Hukum

13

Click here to load reader

description

hukum itu ada yg kurang lengkap jd itu dinamakan kekosongan hukum.

Transcript of Kekosongan Hukum

Page 1: Kekosongan Hukum

kekosongan hukum (rechtsvacuum)

Page 2: Kekosongan Hukum

Perkembangan masyarakat:lebih cepat dari perkembangan aturan perUUan sehingga:

perkembangan dalam masyarakat tersebut menjadi titik tolak dari keberadaan suatu peraturan.

Dalam kehidupan bermasyarakat:diperlukan suatu sistem hukum untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis dan teratur.

Kenyataannya:hukum atau perat perUUan yang dibuat

tidak mencakup seluruh perkara yang timbul dalam masyarakat sehingga menyulitkan penegak hukum untuk menyelesaikan perkara tersebut.

Page 3: Kekosongan Hukum

Asas legalitas :kerap dianggap sebagai asas yang memberikan suatu kepastian hukum

dihadapkan oleh realita:rasa keadilan masyarakat tidak dapat dipenuhi

oleh asas ini karena masyarakat yang terus berkembang seiring kemajuan teknologi.

Perubahan cepat yang terjadi:menjadi masalah

berkaitan dengan hal yang tidak atau belum diatur dalam suatu perat perUUan, karena

tidak mungkin suatu perat perUUan dapat mengatur segala kehidupan manusia secara tuntas sehingga adakalanya suatu perat perUUan tidak jelas atau bahkan tidak lengkap yang berakibat adanya kekosongan hukum di masyarakat.

Page 4: Kekosongan Hukum

Tidak ada:pengertian atau definisi yang baku

mengenai kekosongan hukum (rechtsvacuum)

secara harafiah dapat diartikan secara sempit: “kekosongan hukum”

“suatu keadaan kosong atau ketiadaan perat perUUan (hukum) yang mengatur tata tertib (tertentu) dalam masyarakat”, sehingga

kekosongan hukum dalam Hukum Positif lebih tepat dikatakan sebagai “kekosongan undang-undang/ perat perUUan

Page 5: Kekosongan Hukum

Mengapa Terjadi?

penyusunan perat perUUan pada kenyataannya memerlukan waktu yang lama

terjadi karena hal-hal atau keadaan yang terjadi belum diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan, atau sekalipun telah diatur dalam suatu peraturan perundang-undangan namun tidak jelas atau bahkan tidak lengkap.

pameo :“terbentuknya suatu perat perUUan senantiasa

tertinggal atau terbelakang dibandingkan dengan kejadian-kejadian dalam perkembangan masyarakat”.

Perat perUUan (hukum positif) yang berlaku pada suatu negara dalam suatu waktu tertentu merupakan suatu sistem yang formal, yang tentunya agak sulit untuk mengubah atau mencabutnya walaupun sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat yang harus diatur oleh perat perUUan

Page 6: Kekosongan Hukum

Akibat apa yang timbul?

dapat terjadi ketidakpastian hukum (rechtsonzekerheid) atau ketidakpastian perat perUUan di masyarakat

akan berakibat pada kekacauan hukum (rechtsverwarring), dalam arti bahwa selama tidak diatur berarti boleh,

selama belum ada tata cara yang jelas dan diatur berarti bukan tidak boleh.

menyebabkan kebingungan (kekacauan) dalam masyarakat mengenai aturan apa yang harus dipakai atau diterapkan.

Dalam masyarakat menjadi tidak ada kepastian aturan yang diterapkan untuk mengatur hal-hal atau keadaan yang terjadi.

Page 7: Kekosongan Hukum

Solusi apabila terjadi kekosongan hukum

Hukum yang stabil dan ajeg dapat menjadi ukuran yang pasti di masyarakat

namun hukum yang berjalan ditempat pada kenyataannya akan menjadi hukum yang usang yang tertinggal jauh oleh perkembangan masyarakat yang acapkali menimbulkan kekosongan hukum (kekosongan perat perUUan) terhadap hal-hal atau keadaan yang berkembang dalam masyarakat yang pastinya belum diatur atau jika sudah diatur namun tidak jelas bahkan tidak lengkap atau sudah usang.

diperlukan suatu hukum yang stabil dan fleksibel dan mampu mengikuti perkembangan tersebut.

Page 8: Kekosongan Hukum

Upaya yang dapat dilakukan:mengatasi terjadinya kekosongan hukum

Penemuan hukum (rechtsvinding) oleh hakim terdapat suatu usaha interpretasi atau

penafsiran perat perUUan bisa diberlakukan secara positif.

Usaha penafsiran terhadap hukum positif yang ada bisa diterapkan pada setiap kasus yang terjadi, karena ada kalanya UU tidak jelas, tidak lengkap, atau mungkin sudah tidak relevan dengan zaman (out of date).

Page 9: Kekosongan Hukum

Pasal 22 A.B. (Algemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia; Stb. 1847 : 23) Pasal 14 UU No. 14 Tahun 1970 (pokok-pokok kekuasaan Kehakiman)

seorang hakim tidak boleh menangguhkan atau menolak memeriksa perkara dengan dalih UU tidak sempurna atau tidak adanya aturan hukum. Dalam kondisi UU tidak lengkap atau tidak jelas maka seorang hakim harus melakukan penemuan hukum (rechtsvinding).

Penemuan hukum diartikan sebagai sebuah proses pembentukan hukum oleh hakim atau petugas hukum lainnya terhadap peristiwa-peristiwa hukum yang konkrit.

upaya konkretisasi peraturan hukum yang bersifat umum dan abstrak berdasarkan peristiwa yang real terjadi. hakim harus menyesuaikan UU dengan hal-hal yang konkrit, oleh karena peraturan-peraturan yang ada tidak dapat mencakup segala peristiwa yang timbul dalam masyarakat.

apabila suatu perat perUUan isinya tidak jelas maka hakim berkewajiban untuk menafsirkan sehingga dapat diberikan keputusan yang sungguh-sungguh adil dan sesuai dengan maksud hukum, yakni mencapai kepastian hukum.

Page 10: Kekosongan Hukum

Kebijakan/prakarsa dari Pembentuk Perundang-undanganWalaupun hakim ikut menemukan hukum, menciptakan

peraturan perundangundangan, namun kedudukan hakim bukanlah sebagai pemegang kekuasaan legislatif ataupun eksekutif (sebagai badan pembentuk perundang-undangan) sebagaimana DPR dan Pemerintah (Presiden).

Keputusan Hakim tidak mempunyai kekuatan hukum yang berlaku seperti peraturan umum.

Keputusan hakim hanya berlaku thdp pihak-pihak ybs Pasal 21 A.B.

“hakim tidak dapat memberi keputusan yang akan berlaku sebagai peraturan umum”.

Pasal 1917 KUH Perdata (B.W.) “kekuasaan keputusan hakim hanya berlaku tentang hal-hal yang diputuskan dalam keputusan itu”

Page 11: Kekosongan Hukum

diperlukan kebijakan atau prakarsa dari Badan Pembentuk Perundangundangan

-- UUD Negara RITahun 1945 (telah diamandemen) Pasal 20 ayat (1) dan (2):

“DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang” dan “setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama”.

Pasal 5 “Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR” dan “Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya”.

berarti :prakarsa atau kebijakan (political will) dari DPR dan Pemerintah

(Presiden) memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan atau membentuk suatu UU (lebih luas perat perUUan) baik mengatur hal-hal atau keadaan yang tidak diatur sebelumnya maupun perubahan atau penyempurnaan dari perat perUUan yang telah ada namun sudah tidak sesuai dengan perkembangan di masyarakat.

Page 12: Kekosongan Hukum

berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

“Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah proses pembuatan peraturan perundang-undangan yang pada dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan”.

Pasal 15 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2004 Perencanaan penyusunan Undang-Undang dilakukan dalam suatu Program

Legislasi Nasional (Prolegnas)”.

Prolegnas (Pasal 1 angka 9)“instrumen perencanaan program pembentukan UU yang disusun

secara berencana, terpadu dan sistematis”.

Prolegnas :menjadi salah satu dari mekanisme program legislasi.

Karena disamping Prolegnas (pemerintah/eksekutif) yang menampung rencana-rencana legislasi dari departemen-departemen/LPND, juga terdapat mekanisme program legislasi yang dikelola oleh Badan Legislasi (Baleg) DPR. Bahkan juga ada program legislasi yang dikelola oleh masyarakat (organisasi profesi dan lembaga swadaya masyarakat).

Page 13: Kekosongan Hukum

kehidupan bermasyarakat:diperlukan suatu sistem hukum untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis dan teratur.

Namun perubahan cepat yang terjadi dalam masyarakat menjadi masalah berkaitan dengan hal yang tidak atau belum diatur dalam suatu perat perUUan, karena tidak mungkin suatu perat perUUan dapat mengatur segala kehidupan manusia secara tuntas sehingga adakalanya suatu perat perUUan tidak jelas atau bahkan tidak lengkap yang berakibat adanya kekosongan hukum di masyarakat.

Kekosongan hukum dapat diatasi: seorang hakim dapat melakukan penemuan hukum (rechtsvinding), prakarsa dari Pembentuk Perundang-undangan, yaitu Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) dan Pemerintah (Presiden). Program Legislasi Nasional (Prolegnas) merupakan salah satu

dari mekanisme program legislasi dan juga sebagai salah satu upaya untuk mengatasi kekosongan hukum.