KEKERUHAN
Transcript of KEKERUHAN
KEKERUHAN
Teori Untuk Menentukan Parameter
Kekeruhan disebabkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan koloid yang berukuran 10 nm sampai 10 m. Partikel-partikel kecil dan koloid tersebut tidak lain adalah : Pasir/kwarts, tanah liat/lempung/lumpur, zat organik, sisa tanaman, plankton, ganggang,dan sebagainya.
Kekeruhan dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifat-sifat tertentu yang disebut Koagulan. Umumnya koagulan tersebut adalah tawas, dan dapat pula garam. Fe (III), polielelektrolit organic.
Kekeruhan merupakan sifat optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang melaluinya, dan tidak dapat dihubungkan secara langsung antara kekeruhan dengan zat padat tersuspensi, karena tergantung juga kepada ukuran dan bentuk butir . Ada 3 metoda pengukuran kekeruhan:a. Metoda nefelometrik (unit kekeruhan nefeloimetrik Ftu atau Ntu),b. Metoda Hellige Turbidimetri (unit kekeruhan silika),c. Metoda visual (unit kekeruhan Jackson). Metoda visual adalah cara kuno dan lebih sesuai untuk nilai kekeruhan yang tinggi, yaitu lebih dari 25 unit, sedangkan metoda nefelometrik lebih sensitif dan dapat digunakan untuk segala tingkat kekeruhan. Metoda yang akan dijelaskan di bawah adalah metoda nefelometrik.
Gambar 1. . Hubungan antara nilai kekeruhan dan kadar zat terlarut
a. suspensi kwarts halus,
b. suspensi hwarts kasar,
c, air sungai,
Prinsip Metoda Nefelometrik.
Prinsip metoda nefelometrik adalah perbandingan antara intensitas cahaya yang dihamburkan dari suatu sampel air dengan intensitas cabaya yang dfhablurkan oleh sesuatu larutan keruh standard pada kondisi yang sama
Semakin tinggi intensitas cahaya yang dihamburkan, makin tinggi pula kekeruhannya. Sebagai standard kekeruhan dipergunakan suspensi polimer furmazin (make satuan penentuan adalah Formazin Turbidity Unit Ftu/Ntu).
2.MEKANISME REAKSI
Mekanisme reaksi :
Hidrolisa atom Al dalam air menurut reaksi umum, ditunjukkan sebagai reaksi yang bolak balik :
Al2 (SO4)3 + 6 H20 <=> 2AL(OH)3 +6H++S042
Reaksi bolak balik
Reaksi ini menyebabkan pembebasan ion H+ yang bereaksi dengan SO4 dan menbentuk asam sulfat, sehingga pH larutan berkurang dan berakibat terjadi efek pengasaman.
Proses flokulasi tidak dapat berlangsung dengan baik dalam air yang mengandung kadar Al yang tinggi, karena H terlalu rendah, sedang untuk membentuk Al(OH)3 dibutuhkan pH 6 sampai 8. Asam yang terjadi dapat dinetralkan dengan bufer alkali.
Pada proses flokulasi selain zat padat berupa partikel dan koloid, maka warna (pH < 7), sedikit fosfat dan logam terlarut akan terendapkan oleh flok-flok AI(OH)3
Supaya proses tersebut efisien, flok-flok harus terbentuk dengan baik. Yaitu melalui pengadukan yang cukup lama kira-kira 16 menit. Proses pembentukan flok-flok ini akan optimal apabila proses flokulasi yang berlangsung pada pH 6 sampai 8
Langkah-langkah proses Koagulasi:
1. Pelarutan reagen (limbah + koagulant) dengan pengadukan cepat (1 menit; 100 rpm; bila perlu juga tambahkan bahan kimia untuk koreksi pH.
2. Pengadukan lambat untuk membentuk flok-flok (15 menit; 20 rpm). Pengadukan yang terlalu cepat dapat merusak flok yang telah terbentuk.
3. Pengendapan flok-flok dengan koloid yang terkurung dari larutan me lalui sedimentasi (15 menit atau 30 menit; 0 rpm).
Tawas (bahasa Inggris: alum) dapat terdiri dari:
Al2(S04)3 - 11H20, atau -14 H20, atau -18H20;
komposisi tawas sebagai hasil tambang adalah
Al2 (S04)3 ± 14 H20,. kristal dengan mutu, p.a. bersifat 18 H20
Al2 (SO4 )3 - XH2 0-
flok-flok AI(OH)3 yang mengendap dan berwarna putih.
3. BANGUNGAN PENGOLAHAN
3.1.Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan padatan dan cairan dengan menggunakan pengendapan
secara gravitasi untuk memisahkan pertikel tersuspensi yang terdapat dalam cairan tersebut.
(Reynold, 1982)
Pada pengolahan air minum, aplikasi utama sedimentasi adalah :
1. Pengendapan awal dari air permukaan sebelum pengolahan oleh unit saringan pasir cepat.
2. Pengendapan flok hasil koagulasi-flokulasi, khususnya sebelum disaring dengan filter
pasir cepat.
3. Pengendapan flok hasil penurunan kesadahan menggunakan soda-kapur.
4. Pengendapan lumpur pada penyisihan besi dan mangan.
Pengendapan yang terjadi pada bak sedimentasi bisa dibagi menjadi empat klas/tipe yang
didasarkan pada konsentrasi partikel dan kemampuan partikel untuk berinteraksi, yaitu ;
1. Klas/Tipe I, Free Setling :
Pengendapan dari partikel-partikel diskrit yang bukan merupakan flok pada suatu
suspense. Partikel terendapkan sebagai unit terpisah dan tidak terlihat flokulasi atau
interaksi antara partikel-partikel tersebut. Contoh pengendapan kelas/tipe I adalah
prasedimentasi dan pengendapan pasir pada grit chamber.
2. Klas/Tipe II, Flocculent Settling :
Pengendapan dari partikel-partikel yang berupa flok pada suatu suspense. Partikel-
partikel tersebut akan membentuk flok selama pengendapan terjadi, sehingga ukurannya
akan membesar dan mengendap dengan laju yang lebih cepat. Contoh pengendapan tipe
II adalah pengendapan primer pada air buangan dan pengendapan pada air yang telah
memalului proses koagulasi dan flokulasi.
3. Klas/Tipe III, Zone/Hindered Settling :
Pengendapan dari partikel dengan konsentrasi sedang, dimana partikel-partikel tersebut
sangat berdekatan sehingga gaya antar partikel mencegah pengendapan dari partikel di
sekelilingnya. Partikel-partikel tersebut berada pada posisi yang tetap satu sama lain dan
semua mengendap dalam satu zona. Pada bagian atas dari massa yang mengendap akan
terdapat batasan yang jelas antara paddatan dan cairan.
4. Klas/Tipe IV, Compression Settling :
Pengendapan dari partikel yang memiliki konsentrasi tinggi dimana partikel-partikel
bersentuhan satu sama lain dan pengendapan bisa terjadi hanya dengan melakukan
kompresi terhadap massa tersebut.
Sumber : Masduqi & Assomadi, 2012
Gambar 2.7 Empat klas/tipe sedimantasi
Dalam proses pengolahan air dengan sistem lengkap, pengendapan umumnya difokuskan
pada pengendapan klas/tipe 1 dan klas/tipe 2.
Menurut Darmasetiawan (2004), secara umum ada beberapa hal yang perlu direncanakan
dalam sistem bak sedimentasi, yaitu :
1. Perencanaan bidang pengendapan
2. Perencanaan inlet dan outlet
3. Perencanaan ruang lumpur
Untuk perencanaan bidang pengendapan, ada dua jenis bak pengendapan yang dikenal,
yaitu:
1. Bak pengendap dengan aliran batch
2. Bak pengendap dengan aliran kontinu, meliputi :
a. Bak pengendap dengan aliran horizontal
b. Bak dengan plat settler
c. Bak pengendap dengan aliran ke atas
Beberapa parameter penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan bak pengendap adalah waktu pengendapan dan karakteristik aliran, yang ditunjukkan dalam bilangan Reynold dan bilangan Fraude.
4. CARA KERJA
Sedimentasi adalah pemisahan padatan dan cairan (solid-liquid) dengan menggunakan
gaya gravitasi untuk mengendapkan partikel suspensi, baik dalam pengolahan air bersih (IPAM),
maupun dalam pengolahan air limbah (IPAL). Ada empat kelas atau jenis pengendapan partikel
secara umum yang didasarkan pada konsentrasi dari partikel yang saling berhubungan. Kriteria
ini secara langsung mempengaruhi konstruksi dan disain sedimentasi. Empat jenis Pengendapan
tersebut adalah :Masing-Masing terjadi pada pengolahan air bersih maupun pengolahan air
limbah. Pertama adalah Discrete settling adalah pengendapan yang memerlukan konsentrasi
suspended solid yang paling rendah, sehingga analisisnya menjadi yang paling sederhana. Di
dalam Discrete settling, partikel secara individu mengendap dengan bebas dan tidak
mengganggu atau tidak mencampuri pengendapan dari partikel lainnya. Contoh aplikasi dari
Discrete settling adalah grit chambers. Jenis pengendapan kedua adalah flocculant settling. Pada
flocculant settling inilah konsentrasi partikel cukup tinggi terjadi pada penggumpalan
(agglomeration). Peningkatan rata-rata massa partikel ini menyebabkan partikel karam lebih
cepat. Flocculant settling banyak digunakan pada primary clarifier primary_tank.gifJenis yang
ketiga adalah Hindred Settling. Di dalam Hindred Settling, atau Zone Settling, konsentrasi
partikel adalah tidak terlalu tinggi (cukup) kemudian partikel bercampur dengan partikel
lainnya dan kemudian mereka karam bersama-sama. Hindred Settling sebagian besar digunakan
di dalam secondary clarifiers. Jenis terakhir adalah Compression Settling. Compression Settling
berada pada konsentrasi yang paling tinggi pada suspended solid dan terjadi pada jangkauan
yang paling rendah dari clarifiers. Pengendapan partikel dengan cara memampatkan
(compressing) massa partikel dari bawah. Tekanan (compression) terjadi tidak hanya di dalam
zone yang paling rendah dari secondary clarifiers tetapi juga di dalam tangki sludge thickening.
Secara aktual sedimentasi terdiri dari rectangular dan circular. Bak single-rectangular akan
lebih ekonomis dibandingkan dengan bak circular pada ukuran yang sama; bagaimanapun, jika
banyak tangki diperlukan, unit rectangular dapat dibangun dengan dinding.