KEJU_Christian Sugiono_13.70.0106_D2
-
Upload
praktikum-tpsusu -
Category
Documents
-
view
216 -
download
2
description
Transcript of KEJU_Christian Sugiono_13.70.0106_D2
Acara VI
KEJU
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU
Disusun oleh :
Nama : Christian Sugiono
NIM : 13.70.0106
Kelompok D2
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2016
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Deskripsi Acara
Praktikum pembuatan keju dilakukan pada Sabtu, 2 Juni 2016 di laboratorium Rekayasa
Pangan. Asisten dosen yang membimbing kami selama percobaan adalah Rr. Panulu
P.M. Praktikum ini dimulai pada pukul 15.00. Praktikum ini menggunakan 2 metode
pembuatan keju, yaitu keju Ricotta dan Queso Blanco. Bahan yang digunakan dalam
setiap pembuatan keju bermacam-macam, yaitu susu sapi segar, susu full cream cair,
susu skim cair dan kombinasi susu skim dan susu full cream.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui prinsip pembuatan soft cheese yang
berdasarkan pada koagulasi dengan menggunakan kombinasi asam dan panas,
mengetahui pengaruh variasi jenis susu terhadap kualitas soft cheese yang dihasilkan.
2
2. HASIL PENGAMATAN
2.1. Hasil Pengamatan Keju
2.1.1.Ricotta cheese
Hasil Pengamatan Ricotta cheese dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Ricotta cheese
Kel. Bahan pH Tekstur Warna Aroma Rasa
D1 Susu sapi segar 5,5 + +++ +++ ++
D2 Susu full cream cair 5,5 ++ + ++++ ++++
D3 Susu skim cair 5,5 ++ + +++ +
D4 Susu skim + full cream (1:1) 5,5 + + +++ +++
D5 Susu skim + full cream (1:2) 5,5 + + +++ +++ Keterangan:
Tekstur Aroma Rasa
+ = cair + = tidak beraroma + = tidak asin
++ = kurang lembut ++ = aroma susu ++ = kurang asin
+++ = lembut +++ = aroma keju +++ = asin
++++ = keras ++++ = sangat beraroma keju ++++ = sangat asin
Warna
+ = putih
++ = putih kekuningan
+++ = kuning
++++ = sangat kuning
Tabel 1 diatas menunjukkan hasil pembuatan keju Ricotta. Bahan yang digunakan
dalam setiap pembuatan keju bermacam-macam, yaitu susu sapi segar pada kelompok
D1, susu full cream cair pada kelompok D2, susu skim cair pada kelompok D3,
kombinasi susu skim dan susu full cream pada kelompok D4 yakni 1 : 1 dan pada
kelompok D5 yakni 1 : 2. Nilai pH pada ricotta cheese pada percobaan ini adalah 5,5.
Tekstur pada ricotta cheese adalah kurang lembut, untuk kelompok D2 hingga D3, dan
cair untuk kelompok D1, D4, serta D5. Warna yang diperoleh yaitu putih, kecuali pada
kelompok D1 yang memiliki warna kuning. Aroma yang diperoleh beraroma keju untuk
kelompok D1, D3 sampai D5, sedangkan kelompok D2 menghasilkan sangat beraroma
keju. Rasa tidak asin pada kelompok D3, rasa kurang asin pada kelompok D1. Rasa asin
pada kelompok D4 dan D5. Rasa sangat asin pada kelompok D2.
3
2.1.2.Queso Blanco cheese
Hasil Pengamatan Queso Blanco cheese dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Queso Blanco cheese
Kel Bahan pH Tekstur Warna Aroma Rasa
D1 Susu sapi segar 5,5 ++ +++ ++ +
D2 Susu full cream cair 6,0 +++ ++ +++ +++
D3 Susu skim cair 5,5 ++ + + ++
D4 Susu skim + full cream (1:1) 5,5 ++ + ++ ++++
D5 Susu skim + full cream (1:2) 5,5 ++ + + +++ Keterangan:
Tekstur Aroma Rasa
+ = cair + = tidak beraroma + = tidak asin
++ = kurang lembut ++ = aroma susu ++ = kurang asin
+++ = lembut +++ = aroma keju +++ = asin
++++ = keras ++++ = sangat beraroma keju ++++ = sangat asin
Warna
+ = putih
++ = putih kekuningan
+++ = kuning
++++ = sangat kuning
Tabel 2 diatas menunjukkan hasil pembuatan keju Queso Blanco cheese. Bahan yang
digunakan dalam setiap pembuatan keju bermacam-macam, yaitu susu sapi segar pada
kelompok D1, susu full cream cair pada kelompok D2, susu skim cair pada kelompok
D3, kombinasi susu skim dan susu full cream pada kelompok D4 yakni 1 : 1 dan pada
kelompok D5 yakni 1 : 2. Nilai pH pada ricotta cheese pada percobaan ini adalah 5,5,
namun pada bahan susu full cream cair memiliki pH 6. Tekstur pada ricotta cheese
adalah kurang lembut, kecuali pada kelompok D2 yang memiliki tekstur yang lembut.
Warna yang diperoleh yaitu putih, kecuali pada kelompok D1 dan D2 yang memiliki
warna kuning dan putih kekuningan. Aroma yang diperoleh kelompok D1 dan D4 yaitu
beraroma susu, kelompok D2 yaitu aroma keju, sedangkan untuk D3 dan D5 tidak
beraroma. Rasa tidak asin pada kelompok D1, rasa kurang asin pada kelompok D3.
Rasa asin pada kelompok D2 dan D5. Rasa sangat asin pada kelompok D4.
4
Gambar 1. Gambar Queso blanco yang atas, dan yang bawah Ricota cheese urut kelompok D1-D5
(kiri ke kanan)
5
3. PEMBAHASAN
Keju merupakan produk susu yang diperoleh dengan menggumpalkan protein susu,
terutama kasein. Keju dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu keju keras dan keju
lunak. Keju lunak dapat dikonsumsi tanpa melalui proses pemeraman dan pada proses
pembuatannya dapat melibatkan starter bakteri maupun tidak (Rahmawati, 2012).
Komponen susu yang akan terbawa dalam gumpalan partikel-partikel kasein susu yaitu
lemak, mineral dan vitamin larut lemak. Protein susu memegang peranan penting dalam
pembuatan keju. Menurut penelitain dari Sari (2014) menyatakan bahwa, kandungan
lemak susu kerbau dalam 100 gr susu segar sebesar 7,5 % dan protein sebesar 4,8%,
lebih tinggi dibandingkan susu sapi yang memiliki kandungan protein 3,2% dan lemak
3,7%. Komponen susu yang akan larut dalam air adalah whey (Koswara, 2009). Keju
memiliki hampir semua zat gizi pada susu, seperti protein 12-16%, lemak 0-12%,
kalsium 0,8%, vitamin A 0-1%, riboflavin 2,8% yang bermanfaat bagi kesehatan
(Winarno, 2007).
Prinsip pembuatan keju secara umum adalah penggumpalan kasein dari susu, atau
menggumpalkan protein whey. Kasein dapat dipretipitasi dengan menurunkan pH
hingga mencapai titik isoelektriknya dengan menggunakan asam (Surono, 2004).
Prinsip pembuatan keju, juga diungkapkan oleh Rehm et al. (1995) yang
mengungkapkan bahwa selama proses pembuatan, karbohidrat dan laktosa akan
difermentasi dengan asam laktat dan produk yang lainnya. Protein dalam susu ada dua
yaitu kasein dan whey protein, kedua protein tersebut akan berperan dalam pembuatan
keju. Saat asam ditambahkan pada susu, maka akan terjadi koagulasi kasein. Proses
koagulasi tersebut akan menangkap lemak, laktosa, mineral, dan air, sehingga akan
membentuk curd.
Menurut Arinda (2013), susu sapi dan bahan pengasam yang diberikan akan
memberikan tingkat kekerasan yang berbeda terhadap keju, sedangkan menurut
Koswara (2009), keju memiliki berbagai macam jenis berdasarkan tekstur, jenis
pemeraman dan jenis mikroorganismenya. Penggolongan jenis keju berdasarkan tekstur
adalah sebagai berikut :
6
1. Keju sangat keras
Keju jenis ini mempunyai kadar air 30 – 35%, dan diperam dengan bakteri. Contohnya
adalah Romano cheese, Parmesan cheese dan Asiago cheese.
2. Keju keras
Keju jenis ini mempunyai kadar air lebih dari 35% sampai dengan 40% dan diperam
dengan bakteri. Keju jenis ini diklasifikasi menjadi :
a. Tekstur tertutup, contohnya adalah Cheddar cheese dan Edam cheese.
b. Tekstur terbuka (mempunyai lobang-lobang pada permukaan-nya), contohnya
adalah Swiss cheese dan Ementalerc-cheese
3. Keju semi keras
Keju jenis ini mempunyai kadar air lebih dari 40% sampai dengan 45% dan diklasifikasi
menjadi :
a. Diperam dengan bakteri, contohnya adalah Brick cheese
b. Diperam dengan kapang, contohnya adalah Roquefort cheese.
4. Keju lunak
Keju jenis ini diklasifikasi menjadi :
a. Keju lunak peram mempunyai kadar air lebih dari 45% sampai 52% terdiri dari :
Diperam dengan kapang : Camembert cheese
Diperam dengan bakteri : Limburger cheese.
b. Keju lunak tanpa peram dengan kadar air lebih dari 52% sampai dengan 80%
terdiri dari :
Kadar lemak rendah : Cottage cheese (0.5 – 1.5%)
Kadar lemak tinggi : Cream cheese (30% lemak)
Pada praktikum kali ini, keju yang akan dibuat adalah keju Ricotta dan Queso Blanco.
Kedua keju tersebut adalah keju segar atau keju lunak tanpa peram. Keju lunak
merupakan keju dengan teknik pembuatan secara direct acidification atau pengasaman
langsung. Pengasaman langsung ini akan menciptakan sifat fungsional yang memadai
yaitu keju yang lunak, mudah meleleh (high meltability), mudah mulur (good
stretchability) dan membentuk serat-serat saat diregangkan. Tahap pengasaman
biasanya dilakukan dengan menambahkan asam organik yakni asam laktat atau asam
cuka (Sumarmono, 2012).
7
Bahan yang digunakan dalam setiap pembuatan keju pada praktikum kali ini adalah
susu sapi segar pada kelompok D1, susu full cream cair pada kelompok D2, susu skim
cair pada kelompok D3, kombinasi susu skim dan susu full cream pada kelompok D4
yakni 1 : 1 dan pada kelompok D5 yakni 1 : 2. Menurut Widodo (2003), komposisi
utama susu akan mempenggaruhi hasil akhir keju, yakni kandungan lemak, protein,
laktosa (disakarida), abu, dan padatan total (total solid). Susu juga mengandung
sejumlah garam mineral, pigmen, enzim, dan vitamin. Susu sapi segar merupakan susu
dengan kandungan gizi yang masih lengkap, susu full cream merupakan susu dengan
kandungan lemak yang tinggi dan susu skim merupakan susu dengan kandungan protein
yang tinggi.
3.1. Pembahasan Ricotta Cheese
Ricotta cheese merupakan salah satu jenis keju segar. Hal ini disebabkan keju jenis ini
tidak mengalami proses pematangan. Keju Ricotta memiliki rasa yang netral dan tidak
begitu asin, berbentuk seperti krim karena mengandung lebih dari 70% air, serta tidak
begitu awet (Irvine, 1982). Menurut Iburg (2004) keju Ricotta memiliki warna seputih
salju dengan teksturnya yang lembut dan agak rapuh. Menurut Setiawan (2014), keju
ricotta merupakan keju khas Italia dan negara-negara Ibero-Amerika yang terbuat dari
whey atau campuran antara whey dan susu. Keju ini dikenal karena cara pembuatannya
dengan memanaskan whey dan mencampurkan susu, sehingga mempunyai tekstur yang
lembut Keju ini sedikit basah tetapi tidak lengket. Keju Ricotta yang baik memiliki
tekstur yang tidak terlalu padat dan terdiri dari banyak butiran-butiran yang halus. Keju
Ricotta adalah keju berasal dari negara Itali. Ricotta dapat dibuat dari susu full cream
atau whole milk, dan juga susu skim, sehingga dapat menghasilkan kandungan lemak
yang berbeda pada hasilnya. Ricotta yang dibuat dari susu full cream atau whole milk
akan memiliki 80% kandungan air dan ≥ 11% lemak susu, sedangkan Ricotta yang
dibuat dari susu skim mengandung 80% kandungan air dan kandungan lemak susunya
sekitar 6-11% (Smith, 2010).
Pembuatan ricotta cheese diawali dengan pasteurisasi 750 ml bahan susu pada suhu
720C selama 15 detik. Pemanasan atau pasteurisasi ini bertujuan untuk membunuh
8
bakteri patogen (Novidia, 2003). Suhu optimum untuk pasteurisasi adalah 720C selama
16 detik. Pasteurisasi yang berlebih akan menyebabkan curd yang terlalu lembut
(Kosikowski, 1982). Lalu penambahan 7,5 ml cuka ke dalam susu dan diaduk perlahan
selama 1 menit. Penambahan cuka ini bermaksud untuk mengoptimalkan kerja enzim
rennet (Novidia, 2003). Enzim rennet ini akan membantu penggumpalan dan
pembentukan curd, dengan cara peningkatan keasaman (Buckle, 1985). Lalu
penambahan 15 g garam yakni menurut Kosikowski (1982), bertujuan untuk
menurunkan kadar air, membunuh bakteri merugikan, dan sebagai pengawet. Susu
ditutup dengan kain saring selama 2 jam. Proses ini merupakan proses pembentukan
curd. Menurut Novidia (2003), dalam proses ini akan terjadi pembentukan curd
sehingga menghasilkan keju dengan rasa, aroma, dan tekstur yang spesifik. Lalu saring
curd dengan kain saring hingga whey terpisah. Menurut Kosikowski (1982) koagulasi
yang telah dilakukan akan menghasilkan whey dan curd. Lalu curd diambil untuk
membuat keju dengan menyaring dengan kain saring.
Hasil pengamatan didapatkan bahwa nilai pH pada ricotta cheese pada percobaan ini
adalah 5,5. Menurut Novidia (2003), penambahan cuka ini akan meningkatkan
keasaman pada keju, sehingga keju memiliki pH yang rendah. Tekstur pada ricotta
cheese adalah kurang lembut, untuk kelompok D2 hingga D3, dan cair untuk kelompok
D1, D4, serta D5. Hal ini sesuai dengan Iburg (2004) bahwa keju Ricotta memiliki
warna seputih salju dengan teksturnya yang lembut. Warna yang diperoleh yaitu putih,
kecuali pada kelompok D1 yang memiliki warna kuning. Aroma yang diperoleh
beraroma keju untuk kelompok D1, D3 sampai D5, sedangkan kelompok D2
menghasilkan sangat beraroma keju. Rasa tidak asin pada kelompok D3, rasa kurang
asin pada kelompok D1. Rasa asin pada kelompok D4 dan D5. Rasa sangat asin pada
kelompok D2. Hal ini tidak sesuai dengan Irvine (1982), bahwa keju Ricotta memiliki
rasa yang netral dan tidak begitu asin. Menurut Novidia (2003) semakin tinggi kadar
lemak dalam susu, keju yang dihasilkan akan semakin lembut, harum, dan menarik.
Dalam hal ini bahan dengan kadar lemak tertinggi adalah pada kelompok D2 yakni
menggunakan susu full cream cair yang mendapatkan hasil yang cukup mendekati keju
ricotta yang diharapkan.
9
Warna kuning pada kelompok D1 dengan penggunaaan susu segar. Susu segar memiliki
gizi yang lengkap, namun lemak yang tidak begitu banyak, sehingga warnanya tidak
sesuai dengan warna ricotta yang diharapkan. Warna yang diharapkan adalah putih salju
(Iburg, 2004). Hal ini disebabkan karena menurut Novidia (2003) bila kadar lemak
dalam bahan baku susu rendah, akan dihasilkan keju yang keras dan berwarna pucat.
Rasa sangat asin pada kelompok D2 yakni dengan penggunaan susu full cream dapat
terjadi karena mungkin penambahan cuka atau garam yang berlebih dan tidak sesuai
dengan takaran yang diperlukan.
3.2. Pembahasan Queso Blanco Cheese
Queso blanco cheese merupakan salah satu jenis keju segar, karena keju jenis ini tidak
mengalami proses pematangan. Keju Queso Blanco berasal dari Negara Mexico yang
artinya “keju putih”. Keju Queso blanco umumnya dibuat dari susu sapi atau kombinasi
susu sapi dan susu kambing (Smith, 2010). Queso blanco memiliki karakteristik yang
asin, lembut, creamy, rapuh dengan warna yang putih (Ciletti, 1999). Pembuatan queso
blanco cheese diawali dengan pasteurisasi susu pada suhu 800C selama 2 menit.
Pemanasan atau pasteurisasi ini bertujuan untuk membunuh bakteri patogen (Novidia,
2003). Suhu optimum untuk pasteurisasi adalah 720C selama 16 detik. Pasteurisasi yang
berlebih akan menyebabkan curd yang terlalu lembut (Kosikowski, 1982). Maka
pemanasan pada pembuatan keju ini lebih tinggi dari yang disarankan, sehingga hasil
keju akan lebih lembut. Lalu penambahan 15 g garam dan diaduk perlahan. Hal ini
bertujuan untuk menurunkan kadar air, membunuh bakteri merugikan yang mungkin
terdapat di dalamnya, dan sebagai pengawet, serta memberikan rasa gurih. Selama
proses penggaraman (curing), para kasein yang tidak larut akan dihidrolisa ke dalam
bentuk molekuler yang lebih kecil dan larut nitrogen sehingga mengakibatkan tekstur
keju menjadi lebih lembut, lunak, dan mudah dicerna (Kosikowski, 1982).
Selanjutnya terdapat penambahan larutan cuka yakni 10 ml cuka yang telah dilarutkan
dengan 5 ml air. Menurut Soeparno (1992), pemberian asam dengan pH yang tinggi
dapat mengakibatkan proses koagulasi susu tidak sempurna, sehingga curd yang
dihasilkan berukuran besar dan kasar. Maka perlu dilakukan pengeceran pada cuka agar
keju yang dihasilkan memiliki curd yang kecil dan lembut. Menurut Purwadi (2006),
10
pemberian beberapa jenis pengasam yang berbeda akan mempengaruhi hasil rendemen,
kekerasan, daya potong, dan elastisitas yang berbeda pada keju. Lalu didiamkan 10 menit
dengan ditutup kain saring. Menurut Novidia (2003), dalam proses ini akan terjadi
pembentukan curd sehingga menghasilkan keju dengan rasa, aroma, dan tekstur yang
spesifik. Setelah didiamkan, curd akan terbentuk, curd tersebut bisa disaring dengan
kain saring hingga whey terpisah. Menurut Kosikowski (1982), tujuan dari pemisahan
ini adalah untuk memisahkan whey serta untuk mengkonsentrasikan dan
menggabungkan curd yang didapatkan dari proses koagulasi.
Pada hasil pembuatan keju Queso Blanco nilai pH yang didapat adalah 5,5, dan 6,0
untuk kelompok D2. Menurut Novidia (2003), penambahan cuka ini akan meningkatkan
keasaman pada keju, sehingga keju memiliki pH yang rendah. Tekstur pada queso
blanco cheese adalah lembut untuk kelompok D2 dan sisanya yaitu kurang lembut. Hal
ini untuk kelompok D2 sudah sesuai dengan teori Ciletti (1999) bahwa Queso blanco
memiliki karakteristik yang asin, lembut, creamy, rapuh. Hasil tekstur yang keras pada
kelompok D1, D3 sampai D5 disebabkan karena menurut Novidia (2003) bila kadar
lemak dalam bahan baku susu rendah, akan dihasilkan keju yang keras. Warna yang
diperoleh yaitu putih, kecuali pada kelompok D1 dan D2 yang memiliki warna kuning
dan putih kekuningan Hal ini sesuai dengan teori Ciletti (1999) bahwa Queso blanco
memiliki warna yang putih.
Aroma yang diperoleh kelompok D1 dan D4 yaitu beraroma susu, kelompok D2 yaitu
aroma keju, sedangkan untuk D3 dan D5 tidak beraroma. Rasa tidak asin pada
kelompok D1, rasa kurang asin pada kelompok D3. Rasa asin pada kelompok D2 dan
D5. Rasa sangat asin pada kelompok D4. Pada kelompok D2, D4 dan D5 telah sesuai
dengan teori Ciletti (1999) bahwa Queso blanco memiliki karakteristik yang asin,
lembut, creamy, rapuh. Menurut Novidia (2003) semakin tinggi kadar lemak dalam
susu, keju yang dihasilkan akan semakin lembut, harum, dan menarik.
3.3. Perbedaan Ricotta Cheese dan Queso Blanco Cheese
Perbedaan prinsip proses pembuatan keju ricotta dan queso blanco adalah pada saat
penambahan garam dan asam yang berbeda, selain itu waktu pembentukan curd juga
11
yang berbeda. Sehingga menghasilkan karakteristik keju yang berbeda. Keju Ricotta
memiliki rasa yang netral dan tidak begitu asin (Irvine, 1982). Menurut Iburg (2004)
keju Ricotta memiliki warna seputih salju dengan teksturnya yang lembut dan agak
rapuh. Keju ini sedikit basah tetapi tidak lengket. Keju Queso blanco memiliki
karakteristik yang asin, lembut, creamy, rapuh dengan warna yang putih (Ciletti, 1999).
Menurut Novidia (2003), beberapa faktor yang mempengaruhi jenis dan variasi keju :
Derajat keasaman susu pada proses pembuatan curd.
Jenis mikroorganisme yang digunakan.
Komposisi nutrisi susu yang digunakan dalam proses pembuatan keju.
Semakin tinggi kadar lemak dalam susu, keju yang dihasilkan akan semakin lembut,
harum, dan menarik. Sebaliknya, bila kadar lemak dalam bahan baku susu rendah,
akan dihasilkan keju yang keras dan berwarna pucat.
Temperatur, kandungan lembab dalam proses produksi.
Lama proses pematangan keju.
12
4. KESIMPULAN
Prinsip proses pembuatan keju ricotta dan queso blanco adalah dengan
penambahan asam untuk membentuk curd.
Tahap pengasaman biasanya dilakukan dengan menambahkan asam organik yakni
asam laktat atau asam cuka.
Penambahan cuka ini bermaksud untuk mengoptimalkan kerja enzim rennet untuk
membantu penggumpalan dan pembentukan curd, dengan cara peningkatan
keasaman.
Keju ricotta dan queso blanco merupakan keju lunak.
Keju Ricotta memiliki rasa yang netral dan tidak begitu asin, warna seputih salju
dengan teksturnya yang lembut dan agak rapuh.
Keju Queso blanco memiliki karakteristik yang asin, lembut, creamy, rapuh dengan
warna yang putih.
Semakin tinggi kadar lemak dalam susu, keju yang dihasilkan akan semakin
lembut, harum, dan menarik.
Semarang, 13 Juni 2016 Asisten Dosen
Christian Sugiono Rr.Panulu.P.M
13
5. DAFTAR PUSTAKA
Arinda, A.F., Juni S., Mardiati S. (2013). Pengaruh Kondisi Asam dan Kondisi Susu
Sapi terhadap Hasil/Rendemen, Keasaman, Kadar Air dan Ketegaran (firmness),
Keju Tipe Mozarella. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2):455-462.
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H Fleet dan M. Wootton. (1985). Ilmu Pangan.
Terjemahan Hadi Purnomo dan Adiono. UI Press. Jakarta. 103-105.
Ciletti, Barbara (1999). Making Great Cheese: 30 Simple Recipes from Cheddar to
Chevre. Asheville, NC: Lark Books. pp. 52–53.
Iburg, Anne (2004). Dumont's Lexicon of Cheese. Rebo International b.v., Lisse, The
Netherlands. ISBN 978-90-366-1689-8. Page 238-241
Irvine, D.M. (1982). Cheddar Cheese. Departement Agriculture & Food. Toronto.
Kosikowski, F. (1982). Cheese and Fermented Milk Foods 2nd Edition. Edwards
Brothers Inc. Michigan.
Koswara, Sutrisno (2009). Teknologi Pengolahan Susu. eBookPangan.com
Novidia, E. (2003). Keju, Produk Olahan Susu yang Kaya Nutrisi. Harian Pikiran
Rakyat Minggu. Jakarta.
Purwadi. (2006). Tinjauan Kualitas Fisik Keju Segar dengan Bahan Pengasam Jus Jeruk
Nipis dan Asam sitrat. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak 1 (1): 18-23.
Rahmawati, D., Juni Sumarmono, dan Kusuma Widayaka. (2014). Pengaruh Metode
Pasteurisasi dan Jenis Starter yang Berbeda Terhadap pH, Kadar Air dan Total
Solid Keju Lunak Susu Kambing Peranakan Ettawa. Jurnal Ilmu Ternak, Vol. 1,
No. 9, 46 - 51
Rehm, H. J.; G. Reed; A. Puhler & P. Stadler. (1995). Biotechnology Second,
Completely Revised Edition. VCH Verlagsgesellschaft mbH, D-69451. New
York.
Sari, N.A., Ani Sustiyah, Anang Mohammad Legowo. (2014) Total Bahan Padat, Kadar
Protein, dan Nilai Kesukaan Keju Mozarella dari Kombinasi Susu Kerbau dan
Susu Sapi. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (4)
14
Setiawan, F.D., Purwadi dan Djalal Rosyidi. (2014). Effect of Addition Fresh Milk on
Moisture, Protein, Fat Content, pH and Texture Ricotta Cheese.
Smith, S. E. (2010). What is Ricotta?. http://www.wisegeek.com/what-is-ricotta.html.
Diakses pada tanggal 11 Juni 2016
Sumarmono, Juni & FM Suhartati. (2012). Yield dan Komposisi Keju Lunak (Soft
Cheese) dari Susu Sapi yang Dibuat dengan Teknik Direct Acidification
Menggunakan Ekstrak Buah Lokal. Jurnal Aplikasi Jurnal Aplikasi Teknologi
Pangan Vol. 1 No. 3
Surono, I. S. (2004). Probiotik Susu Fermentasi dan Kesehatan. YAPMMI, Jakarta
Widodo. (2003). Teknologi Proses Susu Bubuk. Lacticia Press. Yogyakarta.
Winarno, F.G. dan Fernandez, I. E. (2007). Susu dan Produk Fermentasinya. Cetakan 1.
Brio Press. Bogor.
15
6. LAMPIRAN
6.1. Abstrak Jurnal
6.2. Laporan sementara