Kehidupan Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Ibu sebagai...

13
1 Kehidupan Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Ibu sebagai Kepala Keluarga di Kelurahan Parangloe) Musrayani Usman, Syaifullah Cangara dan Rahmat Muhammad ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ibu dalam penyesuaian diri sebagai kepala keluarga. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Sumber data didapat dari informan dan peristiwa, dokumen dan arsip, serta studi pustaka. Teknik cuplikan menggunakan purposive. Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan (1) bagaimana seorang ibu sebagai kepala keluarga; (a) penerimaan diri: Bagi ibu yang berpisah dengan suaminya karena bercerai hal itu tidak begitu berat dalam melakukan penerimaan diri, sedangkan ibu yang ditinggalkan suaminya karena meninggal akan membutuhkan proses yang panjang , (b) Ibu sebagai kepala keluarga dalam hal mendidik anak-anak akan berusaha sebaik mungkin memberikan perhatian dan memberikan nasehat agar berjalan di jalan yang benar serta tidak merasa kekurangan kasih sayang karena hanya adanya ibu sebagai orang tua tunggal. sehingga anak-anak dapat menjadi pribadi yang dewasa dan mandiri tanpa bergantung kepada ayah. (2) bagaimana ibu sebagai kepala keluarga dalam kehidupan bermasyarakat; Ibu senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan tetangga, menjalin hubungan rukun, dan saling tolong menolong sesama anggota masyarakat, tetapi dalam penerimaan dirinya masih dianggap sesuatu yang tidak lazim. Kata kunci: orang tua tunggal, ibu sebagai kepala keluarga. ABSTRACT This study aims to analyze the relationship of women with formal education level of family welfare. The research was conducted in the Village Tulehu, Central Maluku District Salahutu. The research data was analyzed by quantitative and qualitative approaches. The quantitative data obtained by the distribution of questionnaires to the respondents, while kualititatif data obtained by conducting in-depth interview to the informant. Quantitative analysis using statistical analysis (multiple regression analysis), whereas qualitative analisisi using qualitative descriptive analysis. The results obtained show that the formal education of women had good relationships in family welfare. The higher level of formal education of women, the higher the level of family welfare, on the contrary the lower the level of formal education of women then the lower the level of welfare families. The statistics show that women's formal education has a significant relationship to family welfare, a descriptive qualitative indicate that women with high formal education can be useful in improving the welfare of the family. Keywords: Formal education, women, family welfare

Transcript of Kehidupan Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Ibu sebagai...

Page 1: Kehidupan Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Ibu sebagai ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ccf33c28d52e13a40fec81777694e07.pdf · ... ibu dan anak-anak, ... Dalam teori ini tampak bahwa

1

Kehidupan Orang Tua Tunggal

(Studi Kasus Ibu sebagai Kepala Keluarga di Kelurahan Parangloe) Musrayani Usman, Syaifullah Cangara dan Rahmat Muhammad

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ibu dalam penyesuaian diri sebagai kepala keluarga. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Sumber data didapat dari informan dan peristiwa, dokumen dan arsip, serta studi pustaka. Teknik cuplikan menggunakan purposive. Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan (1) bagaimana seorang ibu sebagai kepala keluarga; (a) penerimaan diri: Bagi ibu yang berpisah dengan suaminya karena bercerai hal itu tidak begitu berat dalam melakukan penerimaan diri, sedangkan ibu yang ditinggalkan suaminya karena meninggal akan membutuhkan proses yang panjang , (b) Ibu sebagai kepala keluarga dalam hal mendidik anak-anak akan berusaha sebaik mungkin memberikan perhatian dan memberikan nasehat agar berjalan di jalan yang benar serta tidak merasa kekurangan kasih sayang karena hanya adanya ibu sebagai orang tua tunggal. sehingga anak-anak dapat menjadi pribadi yang dewasa dan mandiri tanpa bergantung kepada ayah. (2) bagaimana ibu sebagai kepala keluarga dalam kehidupan bermasyarakat; Ibu senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan tetangga, menjalin hubungan rukun, dan saling tolong menolong sesama anggota masyarakat, tetapi dalam penerimaan dirinya masih dianggap sesuatu yang tidak lazim. Kata kunci: orang tua tunggal, ibu sebagai kepala keluarga.

ABSTRACT This study aims to analyze the relationship of women with formal education level of family welfare. The research was conducted in the Village Tulehu, Central Maluku District Salahutu. The research data was analyzed by quantitative and qualitative approaches. The quantitative data obtained by the distribution of questionnaires to the respondents, while kualititatif data obtained by conducting in-depth interview to the informant. Quantitative analysis using statistical analysis (multiple regression analysis), whereas qualitative analisisi using qualitative descriptive analysis. The results obtained show that the formal education of women had good relationships in family welfare. The higher level of formal education of women, the higher the level of family welfare, on the contrary the lower the level of formal education of women then the lower the level of welfare families. The statistics show that women's formal education has a significant relationship to family welfare, a descriptive qualitative indicate that women with high formal education can be useful in improving the welfare of the family. Keywords: Formal education, women, family welfare

Page 2: Kehidupan Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Ibu sebagai ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ccf33c28d52e13a40fec81777694e07.pdf · ... ibu dan anak-anak, ... Dalam teori ini tampak bahwa

2

PENDAHULUAN

Berdasarkan data monografi kelurahan Parangloe, jumlah perempuan sebagai kepala keluarga masih dominan, hal ini terlihat dari laporan monografi tahun 2008 di mana jumlah rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan sebesar 1001 KK, sedang 1000 KK rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki dari jumlah seluruh kepala keluarga 2001 KK. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 menunjukkan, perempuan di Indonesia yang menjadi kepala keluarga mencapai 13,6 persen. Menurut sumber yang sama, tahun 2001 jumlahnya 13,0 persen. Artinya terjadi peningkatan perempuan sebagai kepala keluarga sekitar 0,1 persen setiap tahun. Peningkatan tersebut cukup signifikan, sesuai dengan dinamika perubahan yang terjadi, di mana peran perempuan kini tidak hanya mengurus pekerjaan domestik. Sejalan dengan itu, Perlmutter dan Hall (dalam Cut) menambahkan alasan lainnya, yakni karena adanya kematian suami atau istri, keinginan memiliki anak tanpa menikah, dan adopsi anak oleh wanita atau pria lajang. Pada berbagai kasus di Indonesia, bentuk keluarga dengan orang tua tunggal yang sering dijumpai adalah karena adanya perceraian dan kematian salah satu pasangan. Keluarga dengan orang tua tunggal dapat dipimpin oleh wanita maupun pria.

Ada tiga peran yang tetap harus dipegang oleh perempuan yakni sebagai pribadi, tulang punggung keluarga dan ibu rumah tangga. Sebagai pribadi, perempuan juga ingin memiliki prestasi yang membanggakan, sebagai tulang punggung keluarga yakni sebagai ibu yang menjadi orang tua tunggal memenuhi kebutuhan keluarga dengan bekerja mencari nafkah sehingga kebutuhan dan kesejahteraan keluarga dapat terpenuhi. TINJAUAN PUSTAKA

Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil yang pada umumnya terdiri ayah, ibu dan anak-anak, di mana hubungan sosialnya relatif tetap yang didasarkan atas ikatan darah, perkawinan atau orang-orang yang mempunyai hubungan yang baik atau karena adopsi, di mana memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat.

Menurut Cohen, Bruce. J (2003: 172), arti keluarga adalah :

”Keluarga adalah kelompok yang berdasarkan pertalian sanak-saudara yang memiliki tanggung jawab utama atas sosialisasi anak-anaknya dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya. Keluarga terdiri dari kelompok orang yang memiliki hubungan darah, tali perkawinan, atau adopsi dan yang hidup bersama-sama untuk periode yang tidak terbatas”.

Menurut Mac Iver “family is a group defined by a sex relationship sufficiently precise and enduring to provide for the procreation and upbringing of children”, (dalam pandu), kemudian Elliot and Merrill (dalam pandu) mengatakan

Page 3: Kehidupan Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Ibu sebagai ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ccf33c28d52e13a40fec81777694e07.pdf · ... ibu dan anak-anak, ... Dalam teori ini tampak bahwa

3

”…a group of two or more persons residing together who are related by blood, marriage, or adoption…” dan E.S. Bogardus mengatakan (dalam pandu);

“The family is a small sosial group, normally composed of a father, a mother, and one or more children, in which affection and responsibility are equitably shared and in which the children are reared to become self controlled and sosially motivated persons.”

A.M. Rose: “a family is a group of interacting persons who recognize a relationship with each other based on common parentage, marriage and for adoption.” (dalam pandu). Keluarga adalah kelompok sosial yang terkecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang terbentuk atas dasar perkawinan, ikatan darah dan adopsi yang saling berinteraksi dan berkomunikasi serta menimbulkan peran-peran bagi ayah, ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan perempuan serta memelihara kebudayaan bersama. Hubungan dalam keluarga memiliki sistem jaringan yang lebih bersifat interpersonal sehingga masing–masing anggota dimungkinkan memiliki intensitas hubungan satu sama lain dan fungsinya akan sulit dirubah dan digantikan orang lain.

Salah satu realita sosial yang ada disekitar kehidupan masyarakat adalah fenomena keadaan keluarga dengan salah satu orang tua saja atau biasa disebut dengan orang tua tunggal. Orang tua di mana hanya ayah atau ibu saja mengasuh dan membesarkan anak-anak mereka sendiri tanpa hadirnya pasangan. Tidaklah mudah bagi orang tua tunggal dalam menjalani kehidupannya setelah kehilangan salah satu angogota keluarga yaitu suami, karena segala sesuatu yang harus ditanggung sendiri. Orang tua tunggal dapat disebabkan beberapa hal antara lain adalah :

a) Perceraian b) Kematian c) Kehamilan diluar nikah d) Bagi seorang wanita atau laki-laki yang tidak mau menikah, kemudian

mengadopsi anak orang lain.

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga yang mengakibatkan seseorang menjadi orang tua tunggal yang berarti akan membawa seseorang untuk beradapatasi dengan kondisi yang baru yakni penambahan peran dan serangkaian tugas-tugas ganda yang harus dilakukan. Orang tua tunggal yang disebabkab karena adanya hubungan di luar nikah atau bagi seorang wanita atau laki-laki yang tidak mau menikah kemudian mengadopsi anak pada kasus ini dibutuhkan motivasi dan dukungan yang lebih dari keluarganya karena perlu kesiapan yang matang baik secara mental maupun finansial untuk menjadi orang tua tunggal. Sedang orang tua tunggal yang karena adanya kematian dan sakit dirasa kondisi tersebut seseorang dianggap memiliki tingkat kematangan yang tinggi sehingga diharapkan mampu mengatasi segala perubahan yang terjadi.

Page 4: Kehidupan Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Ibu sebagai ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ccf33c28d52e13a40fec81777694e07.pdf · ... ibu dan anak-anak, ... Dalam teori ini tampak bahwa

4

Seiring dengan perjalanan waktu orang tua yang dulunya lengkap dapat menjadi tidak lengkap yang disebabkan karena adanya perpisahan, yakni kematian, perceraian, sakit, perang atau bencana alam, sehingga orang tua harus menjalankan peran sebagai orang tua tunggal, di mana hanya terdapat satu orang tua saja dalam menjalankan peran sebagai kepala keluarga dan orang tua tunggal, untuk itu ia harus dapat menjalankan peran dan tanggung jawab secara total baik sebagai ibu sekaligus sebagai ayah. Dalam fenomena ibu yang menjadi orang tua tunggal secara otomatis ia akan menggantikan peran ayah dan peran ibu sendiri dan secara otomatis pula ia menjadi seorang kepala keluarga.

Aspek manusia setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat guna terwujudnya keseimbangan dan keutuhan masyarakat maka setiap individu dituntut menjalankan peran-perannya, perubahan terjadi dalam unit waktu tertentu, dan tempat tertentu di mana berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Setiap orang tua memiliki peran yang besar dalam perkembangan anak mulai sebelum lahir hingga menuju kedewasaan. Peran sebagai ayah dan ibu tidak akan dapat terlaksana dengan baik apabila terjadi perpisahan dalam keluarga baik perceraian, kematian akibat sakit, bencana alam, dan perang. Bagi keluarga sosok ayah merupakan kepala keluarga yang dihormati anak serta isterinya sehingga menjadi panutan keluarga. Istri yang ditinggalkan oleh suami, harus berperan sebagai ibu dan sekaligus sebagai ayah bagi anak-anaknya.

Hal ini berarti tanggung jawab ibu akan bertambah, ia harus mencari nafkah sendiri, mengambil keputusan-keputusan penting sendiri, dan sekian banyak tugas-tugas yang harus dilaksanakan sebagai orang tua tunggal. Perubahan besar yang harus dijalankan ibu menjalankan peran ibu sekaligus sebagai ayah, yang senantiasa berjuang menjadi tulang punggung keluarga dan panutan anak–anaknya, walau ayah tidak ada namun tetap ibu sebagai orang tua tunggal tetap menjalankan peranan dengan baik dengan didukung anakanak untuk dapat bersama-sama mencapai hidup harmonis dan selaras dengan perubahan peran dan status.

Menurut Scanzoni dan Scanzoni (dalam Ihromi, 1999: 44), pria diharapkan melakukan peran yang bersifat instrumental yaitu berorientasi pada pekerjaan untuk memperoleh nafkah (task oriented), sedang wanita harus melakukan peran yang bersifat ekspresif, yaitu berorientasi pada emosi manusia serta hubungannya dengan orang lain (people oriented). Oleh karena itu anak laki-laki disosialisasikan untuk menjadi lebih aktif dan tegas, sedang anak perempuan lebih pasif dan tergantung. Hal ini disebabkan pria harus bersaing dalam masyarakat yang bekerja, sedang wanita menjadi istri dan ibu dalam keluarganya, Gerald dalam Ihromi, 1990: 44.

Dalam teori ini tampak bahwa pembagian tugas antara istri dan suami memiliki tugas masing-masing dalam keluarga. Akan tetapi seiring dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat, peranan ibu tidak lagi hanya pada urusan rumah tangga saja namun ibu harus bekerja di luar rumah tangga untuk

Page 5: Kehidupan Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Ibu sebagai ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ccf33c28d52e13a40fec81777694e07.pdf · ... ibu dan anak-anak, ... Dalam teori ini tampak bahwa

5

mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Ibu dalam menjalankan perannya yang tadinya hanya menjalankan perannya sebagai ibu, namun kini ia menjalankan peran sebagai ibu dan peran sebagai kepala keluarga yang dahulunya dijalankan oleh ayah. Gambaran mengenai peran yang harus dilakukan ibu yang menjalani peran sebagai Kepala Keluarga. Di mana peran ayah (suami) berfungsi sebagai kepala keluarga, bertugas mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga, juga sebagai wakil keluarga bila berhubungan dengan masyarakat, melindungi keluarga, bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarga, dengan membimbing seluruh anggota keluarga berkembang sesuai dengan keinginannya dan mengawasi pendidikan anak-anaknya.

Sedangkan seorang istri mempunyai fungsi dan peranan mengatur dan mengelola rumah tangga dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, mengasuh anak dan membina anak dalam pendidikan, mengurusi kehidupan rumah tangga, kesehatan anak dan suami dan banyak pula yang bekerja untuk membantu mencari nafkah bagi keluarganya. Mengenai fungsi dan peranan anak yang utama dalam hidupnya adalah belajar dan membantu menyelesaikan pekerjaan rumah, dalam kehidupan suatu keluarga/rumah tangga, anak-anak juga memiliki fungsi dan peranan yang lain sesuai norma-norma yang berlaku, yang biasanya berdasarkan jenis kelamin dan usia. Anak laki-laki seusia tujuh hingga sepuluh tahun sering disuruh mengerjakan pekerjaan berat. Setelah anak laki-laki menjelang dewasa sesuai dengan pekerjaan untuk laki-laki dewasa

Dengan adanya tanggung jawab atas peran yang baru, di mana ibu tetap bertahan menjadi ibu sekaligus kepala keluarga, memberikan tekanan pada terjadinya tingkah laku yakni dorongan sebagai suatu tenaga dari dalam diri yang menyebabkan dan mengarahkan tingkah laku manusia. Dorongan yang berasal dari keluarga atau kerabat dekat dan juga anak–anak buah perkawinan mendorong semangat ibu untuk terus bertahan demi buah hatinya dan tidak terlarut dalam kesedihan baik karena suatu perceraian ataupun meninggalnya suami. Ibu sebagai orang tua tunggal bisa tetap bahagia menjalani hidup sebagai kepala keluarga dengan tetap menggunakan pendekatan yang positif. Dengan menjadikan hal-hal positif dalam hidup sebaga pendorongnya, maka kebahagian dapat diwujudkan.

eorang individu tidak serta merta melakukan tindakan yang dianggap sesuai dengan dirinya maupun membutuhkan proses baik dalam lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya.

Dalam keluarga di mana ibu sebagai orang tua tunggal menjalankan tuntutan untuk bekerja dan mampu menghadapi segala permasalahan dalam memenuhi kebutuhan diri dan anak–anaknya, maka ibu harus merasa yakin bahwa dirinya mampu dalam menghadapi tantangan baik merawat anak dan mencari nafkah hidup, setelah suami meninggal atau bercerai. Ibu sebagai kepala keluarga yang secara finansial dan sosial didukung dengan keberadaan ayah, setelah adanya perpisahan, perceraian atau kematian, ibu akan bekerja sebagai tulang punggung keluarga dan bertanggung jawab dalam perkembangan anak. Keberhasilan dalam menyesuaikan diri akan membuat seseorang hidup dan bekerja dengan penuh

Page 6: Kehidupan Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Ibu sebagai ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ccf33c28d52e13a40fec81777694e07.pdf · ... ibu dan anak-anak, ... Dalam teori ini tampak bahwa

6

semangat kebahagiaan serta terhindar dari kecemasan, kegelisahan dan kesedihan yang tidak perlu. Namun perlu diketahui bahwa tingkah laku seseorang akan berbeda satu dengan yang lainnya, karena hal ini dipengaruhi oleh kemampuan masing-masing individu dalam melakukan penyesuaian diri.

Penyesuaian diri adalah sesuatu yang lekat ada pada manusia, karena pada dasarnya manusia cenderung selalu melakukan penyesuaian diri. Keluarga sebagai suatu sistem sosial yang penting dalam masyarakat. Perubahan dalam keluarga akan berkaitan erat perubahan peran dalam masyarakat, dengan terciptanya keseimbangan dalam keluarga, peranan yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sehingga keharmonisan keluarga dan keseimbangan dalam kehidupan bersama dapat tercipta,

Di mana suatu fungsi yang merupakan kumpulan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu/kebutuhan system menurut Parsons (dalam Paul, 1990:106), antara lain Adaptation (A), Goal Attainment (G), Intergration (I) dan Latensi (I) atau pemeliharaan pola agar tetap bertahan (survive), di mana:

1. Adaptation (A) adalah sebuah sistem yang harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat

2. Goal Attainment (pencapaian tujuan), adalah sebuah sistem harus mengidentifikasikan dan mencapai tujuan utamanya.

3. Intergration (Integrasi) : sebuah sistem harus mengatur anta hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya, sistem juga harus mengelolah antarhubungan ketiga fungsi penting lainnya.

4. Latensi (Latensi atau pemeliharaan pola): sebuah system harus memperlengkapi memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola cultural yang menciptakan dan menopang motivasi.

Keempat persyaratan fungsional itu mempunyai hubungan erat dengan keempat system tindakan sebagai mana diuraikan di atas. System organism biologis dalam sistm tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi yakni menyesuaiakan diri dengan lingkungan dan mengubah lingkungan sesuai dengan kebutuhan. System kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan merumuskan tujuan dan menggerakkan segala sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan itu. System social berhubungan dengan fungsi integrasi dengan mengontrol komponen-komponen pembentuk masyarakat itu. Akhirnya system kebudayaan berhubungan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola atau struktur-struktur yang ada dengan menyiapkan norma-norma dan nilai-nilai yang memotivasi mereka dalam berbuat sesuatu.

Skema tindakan parsons (dalam Raho, 2007: 57) memiliki empat komponen, yakni: a. Pelaku atau Aktor; aktor atau pelaku ini dapat terdiri dari seorang individu

atau suatu kolektivitas. Parsons melihat aktor ini sebagai termotivisir untuk mencapai tujuan.

b. Tujuan (Goal): Tujuan yang ingin dicapai biasanya selaras dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat

Page 7: Kehidupan Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Ibu sebagai ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ccf33c28d52e13a40fec81777694e07.pdf · ... ibu dan anak-anak, ... Dalam teori ini tampak bahwa

7

c. Situasi: Tindakan untuk mencapai tujuan ini biasanya terjadi dalam situasi. Hal-hal yang termasuk dalam situasi ialah prasarana dan kondisi. Prasarana berarti fasilitas, alat-alat dan biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Sedangkan kondisi adalah halangan yang menghambat tercapainya tujuan.

d. Standar-standar normative: ini adalah skema tindakan yang paling penting menurut Parsons. Guna mencapai tujuan, aktor harus memenuhi sejumlah standar atau aturan yang berlaku guna memperoleh sarjana itu. Norma-norma adalah sangat penting dalam tindakan Parsons. Singkatnya tindakan itu dilihat sebagai satuan kenyataan social yang paling

kecil dan paling fundamental. Komponen-komponen dasar dari satu kesatuan tindakan adalah tujuan, alat, kondisi dan norma

Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan di mana tindakan sosial merupakan suatu proses di mana aktor terlibat dalam pengambilan keputusan– keputusan subyektif mengenai sarana dan cara yang aktor tempuh dalam mencapai tujuan tertentu yang telah ia pilih. Namun semua itu tetap dibatasi oleh kemungkinan-kemungkinan karena adanya sistem kebudayaan, berupa norma-norma, ide, dan nilai-nilai sosial. Ibu sebagai kepala keluarga memiliki tanggung jawab yang cukup besar dibanding dengan struktur keluarga yang lengkap. Sebagai Kepala Keluarga dan orang tua tunggal akan memilki peran ganda sebagai ibu rumah tangga yang merawat, memelihara dan medidik anak sekaligus ibu akan mencari penghasilan ekonomi untuk mencukupi kebutuhan keluarganya hal ini merupakan suatu ketegangan, keadaan yang tidak menyenangkan atau tidak diinginkan yang muncul bagi seorang ibu. Namun biasanya para ibu lebih memilih untuk membesarkan anak–anaknya sendiri sebagai wujud penyesuaian diri dalam mengatasi dan mengurangi ketegangan untuk diarahkan menuju suatu pencapaian tujuan yang dirasa bagi seorang ibu yakni memiliki kepuasan tersendiri baginya dalam melihat kesuksesan anakanaknya, serta menghindari kekecewaan yang kedua kali apabila ibu kehilangan suami dengan bercerai.

METODE PENELITIAN

Tipe penelitian ini adalah bersifat deskriptif-kualitatif, yakni menggambarkan realitas sosial dari hasil temuan di lapangan sehingga relevansi sosiologisnya tercapa

Penelitian yang mengambil judul “Kehidupan Orang Tua Tunggal“ dilaksanakan di Kelurahan Parangloe, Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar. Lokasi tersebut dipilih dengan pertimbangan karena peneliti melihat fenomena ibu sebagai kepala keluarga yang berjuang untuk keluarganya merupakan suatu fenomena sosial yang perlu dikaji lebih dalam. Sedangkan pertimbangan lain yaitu dari 6 Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Tamalanrea, di Kelurahan tersebut yang menjadi Ibu sebagai kepala keluarga merupakan warga pendatang, memiliki variasi pekerjaan, pendapatan dan yang paling penting memiliki jumlah terbesar Ibu sebagai kepala keluarga di banding laki-laki.

Informan dalam penelitian ini adalah sumber yang dapat memberikan informasi yaitu: Ibu sebagai kepala keluarga dan Anaknya, jumlah informan

Page 8: Kehidupan Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Ibu sebagai ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ccf33c28d52e13a40fec81777694e07.pdf · ... ibu dan anak-anak, ... Dalam teori ini tampak bahwa

8

sebanyak 9 ibu sebagai kepala keluarga, sebagai kepala keluarga, peneliti menggunakan teknik pengumpulan purposive. Menurut Burhan Bungin (2008: 53) Teknik purposive yaitu teknik mendapat sampel dengan memilih informan kunci yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data, serta lebih tepatnya ini dilakukan secara sengaja. Dengan karakteristik informan: 1. Ibu sebagai kepala keluarga, berumur > 35 tahun 2. Ibu yang memiliki 3 orang anak atau lebih 3. Menjadi orang tua tunggal karena kematian atau perceraian 4. Menjadi orang tua tunggal selama lebih 5 tahun 5. Memiliki cukup waktu, bersifat terbuka

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dilapangan melalui informan dengan wawancara dan obervasi untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana dari ke 9 informan utama, menyesuaikan diri dalam hal: (1) Penerimaan diri sebagai kepala keluarga, (2) Pendidikan social anak dan Kehidupan bermasyarakat.

Selain data primer dari informan utama, peneliti juga mendapatkan data sekunder. Data sekunder adalah data pelengkap yang bersumber dari dokumen-dokumen, literature atau lembaga-lembaga yang resmi dan berhubungan serta berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini, peneliti peroleh dari hasil wawancara mendalam dengan para informan penunjang yaitu salah seorang anak dari informan utama.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi pasif (non participant observation), wawancara mendalam (in-depth interview) dan dokumentasi. Ketiga model atau teknik pengumpulan ini semuanya digunakan untuk mendapatkan gambaran dan data dari para informan.

Adapun hal-hal yang peneliti observasi adalah tentang bagaimana sikap atau tingkah laku ibu sendiri berinteraksi dengan dirinnya, anak dan lingkungan dan apa saja yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarga sehingga pencapaian keberhasilan sebagai kepala keluarga.

Selain teknik yang juga digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik dalam wawancara mendalam (indepth interview). Mengingat metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, maka teknik dalam upaya mendapatkan data dari informa uatama.

Teknik analisis data merupakan langkah untuk memperoleh hasil penelitian, lalu data dikerjakan sedemikian rupa sehingga dapat menyimpulkan persoalan–persoalan yang ada dalam penelitian ini. Analisis data tersebut adalah:

Page 9: Kehidupan Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Ibu sebagai ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ccf33c28d52e13a40fec81777694e07.pdf · ... ibu dan anak-anak, ... Dalam teori ini tampak bahwa

9

1. Pengumpulan data

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber antara lain buku-buku yang relevan, informasi, dan peristiwa di lapangan yang berkaitan dengan cara penyesuian diri ibu sebagai orang tua tunggal. Sedangkan pengumpulan data melalui teknik wawancara mendalam, observasi dan analisis dokumen.

2. Reduksi data ( data reduction )

Tahap ini merupakan proses seleksi, penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang terdapat dalam field note. Dengan reduksi data, data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam berbagai cara, seperti melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan/ uraian singkat, menggolongkan dalam suatu uraian yang lebih luas, abstraksi data kasar dari field note. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian baik sebelum atau sesudah pengumpulan data.

Reduksi data berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian sampai pada proses verifikasi data. Pada saat reduksi data, peneliti menentukan beberapa informan untuk mengidentifikasi penyesuian diri ibu dalam menjalankan fungsi dan peran ibu sebagai kepala keluarga, selain itu peneliti juga mendapatkan data dari beberapa dokumen yang berupa artikel dan buku-buku yang relevan dengan masalah penelitian.

3. Sajian data (data display)

Sajian data dilakukan merangkai data atau informasi yang telah direduksi dalam bentuk narasi kalimat, gambar/ skema, maupun tabel yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data ini merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca akan mudah dipahami mengenai berbagai hal yang terjadi dalam penelitian, yang memungklinkan peneliti untuk melakukan sesuatu pada analisis/ tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut.

Pada awal pengumpulan data hingga penyajian data, peneliti melakukan pencatatan dan membuat pernyataan untuk membuat kesimpulan. Pada awal pengumpulan data hingga penyajian data, peneliti melakukan pencatatan dan membuat pertanyaan untuk membuat kesimpulan. Penyajian data dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi dan analisis dokumen. Adapun penyajian data untuk mengetahui bagaimana penyesuaian diri ibu dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai kepala keluarga.

4. Penarikan kesimpulan / verifikasi (conclution drawing )

Page 10: Kehidupan Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Ibu sebagai ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ccf33c28d52e13a40fec81777694e07.pdf · ... ibu dan anak-anak, ... Dalam teori ini tampak bahwa

10

Penarikan kesimpulan merupakan rangkaian pengolahan data yang berupa gejala kasus yang terdapat di lapangan. Kesimpulan akhir tidak akan terjadi sampai waktu proses pengumpulan data berakhir. Kesimpulan harus diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Untuk itu peneliti melakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali, melihat kembali field note sehingga kesimpulan penelitian menjadi kokoh dan bisa dipercaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Orang tua tunggal dalam penelitian ini adalah seorang ibu yang memikul tanggung jawabnya sendiri sebagai kepala keluarga sekaligus mengurus segala urusan rumah tangga, hal tersebut disebabkan karena adanya perceraian/kematian. Peristiwa tersebut merupakan hal yang tidak mudah dijalani karena semua tanggung jawab keluarga dibebankan pada salah satu orang saja.

suatu keluarga yang tidak utuh yang diakibatkan karena adanya perpisahan karena perceraian dan perpisahan karena kematian dalam proses penerimaan diri ibu sebagai kepala keluarga. Bagi ibu yang berpisah dengan suaminya karena bercerai hal itu dianggap sesuatu hal yang tidak begitu berat dalam melakukan penerimaan diri, sedangkan ibu yang ditinggalkan suaminya karena meninggal akan membutuhkan proses yang panjang akibat kehilangan salah satu figure ayah/suami yang dahulunya menjadi tulang punggung keluarga, baik sebagai pencari nafkah maupun bertanggung jawab penuh atas keluarganya. Kini seluruh beban keluarga dilimpahkan kepada salah satu orang tua yaitu ibu, kesulitan dan kesedihan dilalui namun ibu tetap berusaha terus bangkit demi menjalani kewajibannya sebagai orang tua.

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena dalam keluarga anak-anak pertama-tama mendapat pendidikan dan bimbingan, utama karena sebagaian besar kehidupan anak adalah dikeluarga. Dengan demikian dari keluarga pembentukan kepribadian anak menjadi manusia yang siap melakukan tugas dan tanggung jawabnya, menguasai diri, menjalankan peran sosialnya serta mengamalkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Ibu sebagai kepala keluarga memiliki peran yang penting dalam keluarga, perubahan peran yang paling dominan di mana ibu memiliki peran baru yakni sebagai wanita yang bekerja dan wanita sebagai ibu rumah tangga. Ibu memiliki tanggung jawab paling besar terhadap pendidikan anak-anak.

Ibu sebagai kepala keluarga dalam hal mendidik anak-anak akan berusaha sebaik mungkin memberikan perhatian dan memberikan nasehat agar berjalan di jalan yang benar serta tidak merasa kekurangan kasih sayang karena hanya adanya ibu sebagai orang tua tunggal. Anak-anakpun dengan bimbingan dan kasih sayang serta sikap terbuka dalam keluarga menjadi lebih mengerti akan keadaan ibu sehingga anak-anak dapat menjadi pribadi yang dewasa dan mandiri tanpa bergantung kepada ayah.

Page 11: Kehidupan Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Ibu sebagai ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ccf33c28d52e13a40fec81777694e07.pdf · ... ibu dan anak-anak, ... Dalam teori ini tampak bahwa

11

Dalam keluarga di mana ibu sebagai orang tua tunggal menjalankan tuntutan untuk bekerja dan mampu menghadapi segala permasalahan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, mengharuskan ibu mencari nafkah hidup, setelah suami meninggal atau bercerai. Ibu sebagai kepala keluarga yang secara finansial dan sosial didukung dengan keberadaan ayah, setelah adanya perpisahan, perceraian atau kematian, maka ibu akan bekerja sebagai tulang punggung keluarga.

Dari uraian hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan keluarga berkaitan erat dengan masalah ekonomi yang berkaitan dengan masalah finansial keluarga mengenai pemenuhan kebutuhan hidup keluarga sehingga ibu sebagai kepala keluarga menjadi tulang punggung keluarga dan menjadi tumpuan nafkah keluarga. Apabila dahulu hanya suami/ayah yang bekerja sekarang ibu harus bekerja atau mengusahakan segala cara demi terpenuhinya kebutuhan keluarga, apabila sebelum menjadi orang tua tunggal ibu dan ayah sama-sama bekerja maka ekonomi tidak akan terasa begitu sulit dalam hal pemenuhan kebutuhan keluarga. Dalam hal ini baik ibu yang sebelumnya telah bekerja maupun tidak bekerja dalam kesehariannya akan lebih mandiri, mengusahakan dengan berbagai cara dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, lebih cermat dalam mengatur uang sehingga keadaan ekonomi keluarga semakin baik. dan ada ibu sebagai kepala keluarga yang kehidupan untuk memenuhi perekonomiannya di bantu oleh anak-anaknya yang sudah bekerja, bahwa jenis bantuan ekonomi yang diberikan oleh anak laki-laki dan perempuan pada prinsipnya tidak berbeda. Yang berbeda adalah besar, frekuensi dan sifat bantuan tersebut. Bantuan anak laki-laki umumnya lebih besar dan lebih sering dibandingkan bantuan anak perempuan. Bantuan tersebut dilandasi oleh adanya kewajiban, sedangkan bantuan yang diberikan oleh anak perempuan lebih bersifat sukarela.

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat dan bekerja sama, anggota dalam masyarakat termasuk didalamnya keluarga setiap anggota keluarga memiliki tugas-tugas masing-masing sebagai suatu kesatuan sosial. Ibu sebagai kepala keluarga secara otomatis akan terus berhubungan dengan masyarakat dalam kesibukannya sebagai pencari nafkah keluarga dan memiliki tanggung jawab penuh urusan baik dalam keluarga maupun urusan luar keluarga.

Dari semua uraian hasil temuan tentang ibu sebagai kepala keluarga dalam kehidupan bermasyarakat diambil kesimpulan, yaitu ibu senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan tetangga, menjalin hubungan rukun, dan saling tolong menolong sesama anggota masyarakat.

Disamping aktif dalam kegiatan masyarakat dengan segala keterbatasan waktu, tenaga dan uang ibu tetap mengusahakan semaksimal mungkin menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat secara tidaklangsung berarti ibu ikut ambil bagian kemajuan hidup masyarakat.

Page 12: Kehidupan Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Ibu sebagai ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ccf33c28d52e13a40fec81777694e07.pdf · ... ibu dan anak-anak, ... Dalam teori ini tampak bahwa

12

KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis hubungan pendidikan formal

perempuan dengan tingkat kesejahteraan keluarga, maka dapat disimpulkan: 1. Bagaimana seorang ibu sebagai kepala keluarga; (a) penerimaan diri: Bagi ibu

yang berpisah dengan suaminya karena bercerai hal itu tidak begitu berat dalam melakukan penerimaan diri, sedangkan ibu yang ditinggalkan suaminya karena meninggal akan membutuhkan proses yang panjang , (b) Ibu sebagai kepala keluarga dalam hal mendidik anak-anak akan berusaha sebaik mungkin memberikan perhatian dan memberikan nasehat agar berjalan di jalan yang benar serta tidak merasa kekurangan kasih sayang karena hanya adanya ibu sebagai orang tua tunggal. sehingga anak-anak dapat menjadi pribadi yang dewasa dan mandiri tanpa bergantung kepada ayah.

2. Bagaimana ibu sebagai kepala keluarga dalam kehidupan bermasyarakat; Ibu senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan tetangga, menjalin hubungan rukun, dan saling tolong menolong sesama anggota masyarakat, tetapi dalam penerimaan dirinya masih dianggap sesuatu yang tidak lazim.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu dan Nur Uhbiyanti. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Anggraeny, Lirsa. 2008. Ibu RT Profesional. Solo: Samudera

Berry, David. 1982. Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta: Rajawali

Berry, David. 1982. Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta: Rajawali

Bruce J. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Asdi Mahasatya

Bungin, Burhan. 2008. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Dwi, Rachmad K. Susilo. 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media

Goode, William. J. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara

Ihromi. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Obor

Khairuddin. 2002. Sosiologi Keluarga. Makassar: Liberty

Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakaraya

Paul, Johnson Doyle. 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Moder. Diterjemahkan Robert M.Z. Lawang. Jakarta: PT. Gramedia

Page 13: Kehidupan Orang Tua Tunggal (Studi Kasus Ibu sebagai ...pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7ccf33c28d52e13a40fec81777694e07.pdf · ... ibu dan anak-anak, ... Dalam teori ini tampak bahwa

13

Raho, Bernard SVD. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka

Ravik Karsidi. 2005. Sosiologi Pendidikan. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.Cohen

Ritzer, George. 2004. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sajogyo, Pudjiwati. 1985. Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Jakarta: Rajawali

Soerjono Soekanto. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta : Rhineka Cipta

Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press