Kehidupan Masyarakat Lokal Di Kampung Enggros Dan Tobati

download Kehidupan Masyarakat Lokal Di Kampung Enggros Dan Tobati

of 8

Transcript of Kehidupan Masyarakat Lokal Di Kampung Enggros Dan Tobati

KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL DI KAMPUNG ENGGROS DAN TOBATI Masalahpembangunanbermuladarikebiasaanpenangananmasalahpembangunansecara sepintaslalu.Penangananmasalahpembangunandengandatayangtidakakuratdanreal akan berpengaruh pada menurunnya kualitas penyelesaian masalah tersebut. Polapola yang harusdibangunsebagaisatukesatuanutuhdaripembangunantersebutantaralainadalah adanyakajian-kajianyangmembumi.Kajianinimeliputikajianuntukmenemukandata sebagaibuktiempirisyangdijadikandatadalampengambilankebijakanpublik.Selainitu adabentukkajianaplikasipraktispenangananmasalahpembangunanyangpartisipatiI. KajianinimerupakanmetodeuntukmenemukaninIormasidanbelajarlangsungdaridata dan pengalaman yang digunakan sebagai alat analisis keadaan oleh masyarakat setempat. Selainkajianpembelajaraniniuntukpeningkatanpengetahuanmasyarakatlebihdariitu diperlukanusahausahamembangkitkankesadarandiri.Karenapembelajaranyang sesungguhnyaadalahpeningkatankesadarandanperubahanperilaku.Bentukpenyajian inIormasi yang transparan dan menerima Ieed back adalah suatu kesatuan, bagaikan dua sisi mata uangyang tidak terpisahkan. InIormasijugamerupakanIaktor yangmenentukanmaju mundurnyapembangunanselainSelainkomunikasidantransportasi.Tidakmengeherankan minimnyapengetahuanmasyarakatterjadisebagaiakarmasalahdaridampakmasalah pembangunan lainnya. Hal ini terjadi karena adanya perilaku penyembunyian inIormasi, baik itu data perencanaan, proses danhasil pembangunan. Perilakuinibisa dikategorikan adanya pemerintahanyangtidakbersihdanjujur.Jikaadapemerintahanyangtidaktransparan berartiadadampakpenyakittidaktranparanyaitukorupsi.Perilakutambahnnyaadalah mengutamakankepentinganbirokrasipemerintahandankepentinganaparaturyang berlebihan,halhalinimerupakanbagianperilakuyangmenyelimutipenyakitkorupsi. Gejala awal dari penyakit korupsi adalah perilaku penyembunyian data atau tidak trasparan. Salasatuelemenpentingpenyelenggaraannegarayangterbukayangmemberikanruang kebebasanhakpublikuntukmemperolehinIormasisesuaikebutuhanmasyarakatatasdasar peraturanperundangundangan.DengandemikianhakatasinIormasimenjadisangat penting karena makin terbukannya penyelenggaraan negara diawasi publik, penyelenggaraan negaratersebutmakindapatdipertanggungjawabkan.Haksetiaporanguntukmemperoleh inIormasijugareleIandenganmeningkatkankualitaspelibatanmasyarakat...Halini bertujuanagarmasyarakatbisaterlibatpenuhdalampengambilankeputusan,pengawasan publik bukanmenjadi tanggungjawabnamun akan kembalimenjadihak karenamasyarakat telah mengetahui inIormasi pembangunan.Berdasarkanpemikirantersebutperludilakukanupayaupayauntukmeningkatkan transparansi kebijakan publik sebagai bagian dari proses pembelajaran masyarakat. Beberapa kegiatanmuatannyaantaralain,pertamakajianolehmasyarakatuntukmenggali, menemukan masalah, menentukan solusi dan prioritas penanganan masalah. Kedua seminarseminarhasilpenelitian,ketigadiskusidiskusiyangmeliputidiskusikelompoksasaran (focus group discusi) dan diskusi publik dengar pendapat ( public dsicussion ) dan lain-lain. BanyakkenyataanlajupertumbuhanpembangunatidakselalumemberikandampakpositiI adajugayangnegatiI.SeringterjadidampakpembangunanpositiIyangakandiolahdan disajikandalambentuksantapaninIormasipubliksebagaibahaninIormasisajatanpa memintatanggapanapadanbagaimanasantapaninIromasiitu.SedangkanuntukinIormasi dampaknegatiItidakdisajikansebagaibahansantapankebutuhaninIormasi.Adaanggapa jika masyarakat mengetahui akan mengganggu sistem birokrasi bahkan inIormasi itu rahasia dan milik negara. Jika melihat kedua hal yang menjadi dampak pembangunan baik itu positiI dannegatiI,makamodelpenyajiansepertiiniadalahpembohonganpublikbesarbesaran. Karenahakmasyarakatdirampaslalumasyarakattidakmengetahuidampakdariperilaku perampasanhaktersebut.Merekahanyakorbandaripembohongan.PenyebabinIormasi negatiI pembangunan yang tidak disajikan tersebut dikelompokan menjadi dua yaitu pertama Iaktorketidaksengajaanyaitutertimbunkarenatumpukanarsipdaerah,terlupakandari banyak inIormasi, tenggelam kedalam penyakit ingatan yaitu lupa dan habis dimakan waktu. Kedua Iaktor kesengajaan yaitu disembunyikan dan diasingkan, Iaktor ini disebut wujud siIat menutupperbuatanKKNdiistilahkansebagaikelakuanmenyembunyikankelakuan.Jika hendak ditelusuri ternyata banyak sekali kegagalan, ketimpangan, kekurangan, ketumpangan dan ketindian pembangunan yang seharusnya dijadikan bahan siap saji yang dijadikan bahan pertimbangandalampengabilankebijakanpublik.Tidakperluditakutijikadinilaikinerja pelaksanapemerintahantidakbaikmamunjikapenilaianituadaberartihalinibagiandari feed back dari sajian inIormasi itu.TidakadatransparansipublikmengakibatkanmasyarakatterasingdariinIormasi.Sikap apatisterhadappembangunanakanmenigkuti,melemahnyasumberkekuatanmasyarakat yaitusumberdayaalam,sumberdayamanusia.Selainitumengakibatkantertimbunnya potensi,bergesernyanilainilaikeariIanlokal,runtuhyasubsistemmasyarakatyangtelah melembagasebagaiwarisanleluhur.Warisanitumeliputinilaibudayasepertilembaga masyarakat,kekerabatan,nilaidannormayangberadadidalamnya.Semuanyayang disebutkan adalahsumber kekuasaanmasyarakat. Jika ditinjau dari sisi kesejahteraan,maka inIormasi publik merupakan sumber kesejahteraan sosial. Jikahalinidibiarkan,makapembangunanakanberjalanlebihcondongterus kepadapengurasanbiayarakyatuntukkelompokkepentingan(interestgroup)dan pembiayaanaparatur.Sehinggapembangunancenderungkepadakeberpihakanpemerintah bukanrakyatkhususnyamasyarakatyanglayakdilayaniyaituadalahmasyarakatlokal( pribumi)yangterpinggirkan.Halhalinilahyangmendasariperluadanyadiskusipublik tentangdampakpembangunandanancamannyaterhadapkelangsunganhidupmasyarakat yang layak diperhatikan.MasyarakatEnggrosdanTobatiselainsebagaikorbanpembangunanjugasebagai masyarakatyangterasingdaripembangunandidaerahperkotaan.Padahalkalauditelusuri darirentetanhistorisnyakeduakampunginimerupakantempatpemerintahanpertama ProvinsiPapua(Holandia)padatahun1910padawaktuitu.Namunsangatdisayangkan mereka adalah masyarakat lokal yang ariI dengan alam, yang menghidupkan dirinya dengan potensisumberdayaalamyangada.PotensiituantaralaindataranAbepurayangdulunya menjadilahanperkebunan,lautyangdulunyasebagaitempatpencarianmakananpokok, denganhabitatlautsepertiterumbuhkarangdankekayaanlautlainnyasertapepohonan bakauyangberkembangdisekitarbibirpantaiEnggrosdanTobati.Semuainiadalah unggulanyangdulunyamenjadidambaanmasyarakat.Kinidambaanituhanyasebagai kenanganyangmenjadiceritadongengbagianakcucumereka.Halinidisebabkankarena adanyaancamandampaknegatiIpembagunandiantaranyalajupertumbuhanpembangunan, pertumbuhanpendudukdanaktiIitasekonomisepertikonsumsibahanbahankebutuhan yang mengandung sampah. Selain itu sampah hasil produksi rumah tangga (limba) dan limba perbengkelanyangtidakramahlingkungansertaperilakubuangsampahtidakpada tempatnya. Perilaku tersebut menjadi kebudayaan masyarakat perkotaan. Tindakan ini menyebabkan berbagai ancaman besar bagi masyarakat pinggiran kali acaidanmasyarakatlokalEnggrosdanTobati.Ancamanancamantersebutmeliputi pertamamasalahkesehatan,anakcucumerekayangdiperhadapkandenganresikotinggi terhadappenyakitkulitakibatpencemaranairlautdanudara.Keduakelangsunganhidup ekosistemlautyangrusak,iniberpengaruhpadakelangsunganhidupmasyarakat.Ketiga ancamanpunahnyamasyarakatuntukmenetapdiEnggrosdanTobati,yangkinisusah melangsungkanhidupmerekadenganmatapencaharianpokokdilautkarenaberkurangnya intensitasdankuantitasgizimakanandarihasilmatapencaharianuntukdikonsumsidan berkurangnya pendapatan rumah tangga. Mungkinkahmerekadapatbertahanhingga20tahunkedepan?Mungkinkah potensimereka akanmenjadi cerita dongengbelaka ataukah tetapmenjadi warisan generasi engrosdantobati20tahunmendatangkhususnyabagimasyarakatdisekitartelukyoteIa? Dalamrangkainilah,kamisebagaianaknegeriPapuayangberintelektualterbebanuntuk membangun tanah Papua. Fokus pengabdian kita adalah pada mayarakat Enggros dan Tobati yangterancamdaridampakpembangunan,makakamiberusahauntukmelakukansuatu kegiatandalambentukseminardandiskusipublik.Judulsentralyangkamidalamkegiatan iniadalahsebagaiberikut;DampakPembangunanPerkotaanTerhadapKehidupan MasyarakatLokalKampungEnggrosdanTobati.Kegiataninisebagaibentuk pengabdian kita pada masyarakat. Oleh Rabu, 06 Mei 2009 Agresivitas Penggusuran, Dilema Pembangunan Kota Pendahuluan Pembangunan perkotaan di Indonesia memberikan berbagai dampak bagi masyarakat secara luas, baik yang bersiIat positiI, maupun yang negatiI. Disadari bahwa pembangunan di kota-kota besar dan menengah di Indonesia, yang dipenuhi oleh penduduk yang berurbanisasi dari desa-desa memberikan banyak manIaat bagi Pemerintah, maupun bagi masyarakat. ManIaat dimaksud di antaranya dukungan terhadap Product Domestic Regional Bruto (PDRB) memberikan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat, penyediaan sarana dan prasarana umum serta penyediaan sarana dan teknologi untuk peningkatan pengetahuan dan kepentingan warga masyarakat. Namun disadari banyak dampak negatiI yang ditimbulkan pembangunan kota-kota tersebut tersebut, diakibatkan berbagai Iaktor, salah satu diantaranya kesalahan pendekatan penyusunan perencanaan pembangunan kota. Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan kota-kota lainnya lebih cenderung merencanakan pembangunan dan pengembangan kawasan-kawasan pemukiman eksklusiI, pembangunan bangunan-bangunan perkantoran, pusat perdagangan dan sarana-sarana rekreasi modern dan bertingkat tinggi, dari pada merencanakan pembangunan rumah susun murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah, perbaikan/penataan kawasan-kawasan kumuh, penyediaan sarana-sarana hiburan/rekreasi murah untuk melayani masyarakat luas (community based), serta pengembangan kawasan-kawasan produksi. Padahal sebagian besar warga masyarakat masih berada pada tingkat marjinal, yang membutuhkan sarana dan prasarana untuk bermukim, untuk bekerja/berusaha dan berekreasi yang tingkatan dan skalanya masih jauh lebih rendah dari yang terbangun saat ini. Akhirnya kelompok masyarakat ini mencari celah-celah lokasi untuk membangun pemukiman dan Iasilitasnya yang tidak sesuai peruntukan tanah dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Kondisi yang terjadi pada kota-kota besar dan menengah tersebut, merupakan kondisi dilematis, yang cukup merepotkan para perencana kota. Dilematisnya adalah bahwa ketika perencana kota hendak merancang bangun suatu pasar modern, maka dia akan tertumbur pada kepentingan sebagian masyarakat marjinal yang mencari mata pencaharian sektor inIormal berupa pedagang sayur mayur dan kelontongan. Disini ia akan berbenturan dengan hakikat untuk berbuat baik dan kepentingan umum. Hakikat pertama adalah bahwa masyarakat marjinal tersebut mencari naIkah untuk menghidupi keluarganya tanpa meminta bantuan Iihak luar/Pemerintah. Dan hakikat kedua adalah bahwa masyarakat marjinal telah salah menggunakan ruang yang diperuntukkan bagi pengembangan perkotaan ke depannya. Bila di tempat marjinal atau kaki-lima, keadaannya bersih dan tidak ada kegiatan mensejahterakan keluarga orang yang miskin, ini adalah prestasi dan solusi hebat bagi Pemerintah Kota, namun merupakan petaka besar bagi orang miskin bersangkutan. Tidak pernah mendapat perhatian dan dianggap tidak penting adalah membedakan masalah perbuatan dan lokasi rakyat miskin melakukan kegiatan yang mulia, yaitu di tempat yang salah menurut pandangan Pemerintah Kota, padahal keadaan miskinlah yang membuat mereka tidak mampu mendapatkan atau menyediakan tempat yang resmi. Seharusnya penyediaan tempat benar adalah tugas Pemda yang gagal, bila dilihat dari dukungannya bagi usaha ekonomis Iormal seperti memberi tempat guna pembangunan perkotaan, pusat belanja, pompa bensin, dan sebagainya pada tempat yang seharusnya merupakan tempat terbuka hijau (Siahaan 2002). Sikap Pemerintah Kota yang merencanakan pengembangan kota secara serampangan kemudian menimbulkan suatu tindakan kolektiI beberapa kelompok (terutama kelompok marjinal) yang berujung pada pemunculan siIat-siIat anarkisme yang cenderung destruktiI. Pemusnahan simbol-simbol pemerintahan menjadi daya tarik massa yang keburu kalap sebagai akibat aspirasi yang terkekang dan tidak tahu kemana disalurkan. Semua ini bermuara dari 'penertiban yang dilakukan Pemerintah Kota setempat pada daerah-daerah calon ruang terbuka hijau maupun bagi pengembangan tata kota, yang secara otomatis menepikan kelompok minoritas yang menggantungkan mata pencaharian di kawasan 'penertiban tersebut. Ini yang disebut oleh sebagian orang sebagai 'penggusuran. Mengapa Ada Penggusuran? Agenda pembangunan kota yang notabene merupakan masterplan sebuah kawasan modern hampir selalu menyisakan banyak korban. Penggusuran yang terjadi selalu saja diwarnai dengan bentrok, maupun amuk massa yang tidak terkendali. Kota dan penggusuran merupakan 'sepasang kekasih yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya selalu berjalan beriringan, seiring dengan kemajuan jaman. Meski sering dikatakan sebagai kebijakan yang tidak populis, penggusuran tetap berlangsung di setiap kota di dunia, karena hal ini dianggap penting bagi kemajuan suatu kota. UPC (&rban Poor Consortium) mencatat sejak tahun 2000 sampai 2005, penggusuran di negeri ini telah mengorbankan rakyat sebanyak 19.094 KK. Kondisi ini menempatkan Indonesia berdasarkan penilaian Centre on Housing Rights and Eviction (COHRE) sebagai salah satu dari 7 (tujuh) negara yang melakukan penggusuran paling besar di dunia (Kompas, 15 Desember 2006). Penggusuran memang selalu meninggalkan kesusahan hidup bagi kaum miskin kota yang umumnya bekerja di sektor inIormal.Pada masa Orba, legimitasi penggusuran disahkan dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 55 tahun 1993. Kemudian, muncul Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 36 tahun 2005 (tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum) pada sub bagian Menimbang disebutkan bahwa Keppres sudah tidak sesuai lagi dengan landasan hukum dalam rangka pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Berlandaskan Perpres ini tentunya di setiap daerah kemudian muncul perda-perda tambahan yang isinya hampir seragam, menata ulang pengembangan kota. Banyak aktivis LSM yang beranggapan bahwa regulasi ini sebagai sumber terorisme yang menghantui masyarakat. Penggusuran yang terjadi selain melanggar UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (hak ekonomi dan hak hidup masyarakat), juga secara langsung telah membawa masyarakat ke dalam penderitaan panjang. Memang, dalam melihat Ienomena perkotaan yang semrawut, yang ada dalam benak kita adalah suatu parasit yang harus segera dilenyapkan. Dan tepat tebakan anda, solusi terbaik adalah melakukan penggusuran. Dan bisa ditebak juga, yang terkena imbasnya tetap kaum marjinal. Dan lumrah apabila kemudian banyak yang bersimpati (kepada kaum marjinal), serta bersikap antipati kepada pemerintah (GoIar, 2005). Inspirasi Menyulap Kota Jakarta tahun 1619 saat masih bernama Batavia juga terdiri dari rawa-rawa. JP.Coen kemudian mengubahnya menjadi kota modern berdasarkan inspirasi dari Simon Stevin. Coen ingin mengubahnya menjadi ieuw Amsterdam (Amsterdam Baru) bagi wilayah Timur dengan merombak total rawa-rawa menjadi kanal-kanal dan benteng. Kemudian HT. Tillema mengaplikasikan pembangunan kampung dan pembangunan drainase di Semarang sekitar tahun 1900-an dengan mengorbankan banyak daerah kumuh demi mendapatkan kawasan yang higienis (AriI 2008). Begitu pula Bandung yang banyak kawasan berbukit dirubah oleh Ed Cuypers, PAJ Moojen dan Henri Maclaine Pont (Roosmalen 2003: 7782). Kesemua penggubah kota besar di Indonesia tersebut pada dasarnya memiliki kesamaan visi, ingin melihat tata kota yang cantik. Kotoran-kotoran yang membuat mata sakit ingin dibuang jauh-jauh, dengan kata lain pemerintah kolonial dahulu menciptakan kota yang baru sesuai dengan kota-kota negara asalnya. Apabila ada pembaca yang pernah keluar negeri, pasti akan melihat keteraturan itu. Bangunan-bangunan diatur rapi, pohon-pohon rindang menaungi kawasan pedestrian, pertokoan maupun kios-kios diatur dalam satu kawasan khusus. Salah satu konsep pertokoan maupun kaki lima yang tertata apik bisa dilihat di Orchard Road (Singapura). Disitu satu kawasan jalan tidak ada pemukiman namun sudah Iull akan pertokoan dan kaki lima. Di Indonesia mengapa banyak kawasan yang dipakai PKL yang melanggar ketertiban umum? Ini diakibatkan perspektiI akan akses warga terhadap sumber daya alam. Seperti diungkapkan Peluso & Ribot (2003), bahwa akses disini merupakan kemampuan memperoleh keuntungan dari suatu hal apakah itu dari obyek materi, entah perorangan, lembaga, ataupun simbol. PendeIinisian ini berbeda dengan akses yang selama ini banyak dipahami orang sebagai hak untuk menikmati sesuatu sebagaimana teori properti. Pada kasus penggusuran, ditilik dari teori properti tentunya mudah menyalahkan para penduduk karena jelas mereka tidak memiliki sertiIikat kepemilikan tanah. Dalam perspektiI teori properti, akses sumber daya alam akan diakui jika memiliki bukti yang sah, sehingga setiap tindakan yang terkait dengan sumber daya tersebut memiliki konsekuensi hukum. Penetesan Kemakmuran Seharusnya berbagai kasus penggusuran yang dilakukan oleh pemerintah jangan lantas diartikan sebagai penyengsaraan rakyat. Agenda pembangunan yang kemudian memaksa melakukan penggusuran, meski bukan hanya kesalahan pemerintah semata. Tetapi, pemerintah juga seharusnya tidak semena-mena terhadap warganya, apalagi tempat itu merupakan sandaran hidupnya. Kompromi harus juga dilakukan, untuk memberikan peluang munculnya kesepakatan untuk bisa meminimalisasi kekecewaan warga. Kalangan LSM jangan melihat proses penggusuran sebagai sikap antipati pemerintah terhadap rakyat, namun bisa dijadikan lahan untuk mengkaji kira-kira langkah apa yang tepat untuk mengeliminir penggusuran-penggusuran tersebut. Kemudian saya tidak menyalahkan apabila kemudian ada yang simpati dengan penderitaan kaum marjinal yang merasa tersisihkan. Mahasiswa dibekali dengan kemampuan intelektual diatas rata-rata, bekal ilmu serta kajian-kajian ilmiah diperlukan bagi pengembangan kota. Kini saatnyalah pendidikan arsitektur dan perencanaan tata kota serta para penentu kebijakan kota harus membuka diri pada kenyataan bahwa kota sebenarnya hanya bisa dimengerti melalui pengalaman, dengan berjalan menelusurinya dan bukan dengan abstraksi melalui buku-buku dan peta-peta. Keindahan taktilitas adalah bagian dari kehidupan kota, bukan hanya keindahan rupa. Pemda harus menganut prinsip trickle down effect yang berarti penetesan kemakmuran ke bawah (Todaro 1987:112), caranya? Adakan dialog yang intensiI dalam mendapatkan kesepahaman kepada smua pihak terkait, seirama dengan pilihan pembangunan yang terus berjalan, dan harus mendapat dukungan dari semua pihak termasuk masyarakat. Karena proses pembangunan kota bukan hanyak pada kota baru, tetapi perkembangan kota memang mengharuskan adanya perubahan atau revitalisasi kota. Karena perkembangan kota bukan sesuatu yang statis, namun selalu dinamis, mengikuti perkembangan jaman. DAFTAR ACUAN AriI, Ahmad. 2008. enufu Kota Gagal. Diunduh dari www.kompas.com tanggal 1 Mei 2009. GoIar, Fajrimei A. 2005. Perpres o.36 Tahun 2005. elegalkan Penggusuran Paksa?. Kompas 25 Juni. Ribot, Jesse & Nancy Lee Peluso. 2003. A Theory Of Access. Rural Sociology Vol. 68 No.2 (June): 156. Roosmalen, Pauline KM. 2003. Changing Jiews On Colonial Heritage. In R. van Oers, World Heritage Papers 5. Paris, UNESCO: 7782.Siahaan, Eddy Ihut. 2002. Filosofi Perencanaan Pembangunan Kota Sesuai Paradigma Baru di Indonesia. Hakikat Ilmu &ntuk Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Serta asyarakat. Makalah FalsaIah Sains. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Todaro, Michael P. 1987. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.Diposkan oleh arri vavir di 09:12:000 komentar: