Kehancuran Baghdad Oleh Bangsa Mongol
Transcript of Kehancuran Baghdad Oleh Bangsa Mongol
KEHANCURAN BAGHDAD OLEH BANGSA MONGOL
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Historiografi Islam
Dosen pengampu : Prof. Dr. M. Abdul Karim, M. A., M. A.
Disusun oleh :
Mukhlisin : 252110051
Nike Ardina : 252110052
JURUSAN ADAB
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Baghdad merupakan pusat pemerintahan dan peradaban pada masa Bani
Abbasiyah. Ibu kota Negara pada awalnya adalah al-Hasyimiyah dekat kufah.
Namun, pada masa khalifah al-Mansyur ibu kota Negara dipindahkan ke kota
yang baru didirikannya yaitu kota Baghdad yang terletak di dekat ibu kota Persia,
Ctesipon, pada tahun 762 M.
Sejak awal berdirinya, kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan
kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Sebagai pusat intelektual, di Baghdad
terdapat beberapa pusat aktivitas pengembangan ilmu. Di antaranya adalah Baitul
Hikmah, yaitu lembaga ilmu pengetahuan yang menjadi pusat pengkajian
berbagai ilmu. Selain itu Baghdad juga sebagai pusat penterjemahan buku-buku
dari berbagai cabang ilmu ke dalam bahasa Arab. 1
Semua kemegahan dan keindahan kota Baghdad sekarang hanya tinggal
kenangan. Semuanya hancur dan hampir tak tersisa, setelah kota ini di serang dan
dibumihanguskan oleh tentara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan. Pasukan
Mongol juga membakar buku-buku yang ada di perpustakaan yang merupakan
gudang ilmu pengetahuan.2
1 Syamsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta: Amzah, 2010), hlm.147.2 Badri Yatim, Sejarah Perdaban Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 281.
1
Sebagai pusat ilmu pengetahuan dan peradaban, kehancuran Baghdad
tentu memberikan dampak yang besar terhadap sejarah umat Islam. Jatuhnya kota
Baghdad bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah, tetapi juga merupakan awal
dari kemunduran umat Islam. Ketika Baghdad hancur berbagai khazanah ilmu
pengetahuan yang ada di sana juga ikut lenyap. Dikisahkan bahwa buku-buku
yang ada dalam baitul hikmah dibakar dan di buang ke sungai Tigris sehingga
airnya berubah yang asal mulanya jernih menjadi hitam karena tinta dari buku-
buku tersebut.
B. Pokok Masalah
Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana kekhalifahan Bani Abbasiyah sebelum dihancurkan Mongol?
2. Siapa bangsa Mongol?
3. Bagaimana bangsa mongol menghancurkan Baghdad?
4. Apa dampak dari serangan Mongol tersebut terhadap Peradaban Islam?
2
BAB II
BANI ABBASIYAH SEBELUM SERANGAN MONGOL
Kota Baghdad adalah ibu kota Negara pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah.
Pada masa kejayaannya, kota Baghdad menjadi pusat peradaban dan kebangkitan
ilmu pengetahuan dalam Islam. Masa keemasan kota Baghdad terjadi pada masa
khalifah ketiga, al-Mahdi, hingga khalifah kesembilan, al-Watsiq. Namun lebih
khusus lagi pada masa Harun al-Rasyid dan al-Makmun anaknya3.
Khalifah al-Makmun membangun perpustakaan yang dipenuhi dengan
ribuan buku ilmu pengetahuan. Perpustakaan tersebut dinamakan dengan Bait al-
Hikmah. Selain itu, banyak berdiri akademi, sekolah tinggi, dan sekolah biasa.
Dua di antaranya yang paling penting adalah perguruan Nizhamiyah dan
Muntashiriyah.4
Syamsul Bakri mengutip dari A. Syalabi, secara umum membagi
perkembangan Bani Abbasiyah dalam tiga periode.5 Periode pertama dari Abul
Abbals sampai al-Watsiq, yaitu periode di mana kekuasaan berada di tangan
khalifah. Para khalifah pada periode ini adalah ulama yang berijtihad dan
mengeluarkan fatwa, pahlawan dan pemimpin militer yang perkasa serta memiliki
kecintaan terhadap intelektual. Periode kedua dimulai masa pemerintahan Abu
Fadl al-Mutawakkil sampai pertengahan khalifah al-Nashir. Pada masa ini
khalifah hanya sebagai simbol, kekuasaan politik mlai berpindah dari khalifah ke
3Philip. K. Hitti, History of the Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Selamat Riyadi (Jakarta: Serambi, 2005), hlm. 369.4 Yatim, Sejarah, hlm. 277-278.5 Syamsul Bakri, Peta Peradaban Islam (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011), hlm. 54.
3
tangan orang-orang Turki, kemudian beralih ke tangan golongan Buwaihi, dan
kemudian berpindah ke tangan Bani Saljuk. Sultan–sultan kecil sudah memiliki
kedaulatan sosial-politik, sedangkan khalifah hanya sebagai jabatan keagamaan
yang sakral. Periode ketiga dimulai sejak pertengahan al-Nashir hingga akhir Bani
Abbasiyah. Periode ini merupakan masa runtuhnya sultan-sultan kecil dan
khalifah sudah memiliki kekuatan kembali hingga akhirnya diserang pasukan
Hulagu Khan dari Mongol di era khalifah Abu Ahmad Abdullah al-Mu’tashim.
Bani Abbasiyah mulai mengalami kemunduran ketika pada masa periode
kedua, yaitu dimulai ketika masa khalifah Al-Mutawakkil. Ada banyak hal yang
menyebabkan kemunduran Bani Abbasiyah, di antaranya adalah:
1. Lemahnya khalifah
Setelah kekuasaan Bani Saljuk berakhir, khalifah Abbasiyah tidak lagi
berada di bawah kekuasaan dinasti tertentu. Para khalifah yang sudah merdeka
dan berkuasa kembali wilayah kekuasaan mereka sangat sempit dan terbatas, yaitu
hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit
menunjukkan kelemahan politiknya.
2. Persaingan antar bangsa
Khilafah Bani Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu
dengan orang-orang Persia. Setelah berkuasa, persekutuan itu tetap dipertahankan.
Orang-orang Persia masih belum puas dan mereka menginginkan sebuah dinasti
dengan raja dan pegawai dari Persia pula.
4
Selain fanatisme karaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang
melahirkan gerakan syu’ubiyah. Sementara itu, khalifah mengangkat budak-budak
dari Persia dan Turki untuk menjadi tentara atau pegawai. Hal ini mempertinggi
pengaruh mereka terhadap kekhalifahan. Ketika pada masa al-Mutawakkil,
seorang khalifah yang dianggap lemah, kekuasaan dikendalikan oleh orang-orang
Turki dan khalifah hanya dijadikan sebagai boneka. Posisi ini kemudian direbut
oleh Bani Buwaih, bangsa Persia , selanjutnya beralih ke tangan dinasti Saljuk.
3. kemerosotan ekonomi
Bersamaan dengan kemunduran dibidang politik, dinasti Bani Abbasiyah
juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi. Penerimaan negara menurun
disebabkan makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyak kerusuhan yang
mengganggu perekonomian, dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang
memerdekakan diri. Sementara pengeluaran membengkak dikarenakan kehidupan
para khalifah dan pejabat yang bermewah-mewahan. Kondisi politik yang tidak
stabil menyebabkan perekonomian Negara morat-marit.
4. konflik keagamaan
Munculnya gerakan Zindiq, yang dilatar belakangi kekecewaan orang-
orang Persia, membuat khalifah merasa perlu mendirikan jawatan untuk
mengawasi kegiatan orang-orang tersebut dan memberantasnya. Gerakan ini
mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme, dan Mazdakisme. Ketika
mulai terpojok, mereka berlindung di balik ajaran Syi’ah. Sehingga banyak aliran
Syi’ah yang dianggap ekstrem dan menyimpang. Syi’ah adalah aliran yang
5
dikenal sebagai aliran politik yang berhadapan dengan paham Ahlussunnah.
Keduanya, sering terjadi konflik yang kadang melibatkan penguasa. Selain itu
juga terjadi konflik antar aliran dalam Islam. Seperti konflik antara Mu’tazilah
dengan gologan Salaf.6
Akibat dari kemunduran dinasti Bani Abbasiyah ini, membuat mereka
sangat rentan terhadap serangan dari luar. Lemahnya para khalifah dan tidak
adanya persatuan di antara umat, mengakibatkan pertahanan negara mudah
ditembus. Sehingga ketika Mongol menyerang Baghdad, mereka dapat dengan
mudah menguasainya tanpa perlawanan yang berarti.
BAB II
BANGSA MONGOL
6 Yatim, Sejarah, hlm. 79-85
6
Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan (Mongolia) yang
membentang dari Asia Tengah sampai Siberia Utara, Tibet Selatan, dan Mancuria
Barat serta Turkistan Timur, bukannya bangsa nomad stepa. Mereka merupakan
salah satu anak rumpun dari bangsa Tartar. Nama Mongol diambil dari nama
tempat asal mereka di Mongolia di mana mula-mula mereka tinggal. Sejarawan
Cina beranggapan bahwa nama Mongol berasal dari bahasa Cina “Mong”
(pemberani).7 Badri Yatim mengutip dari Ahmad Syalabi menjelasakan bahwa
nenek moyang bangsa Mongol bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putra
kembar, Tartar dan Mongol. Mongol mempunyai anak bernama Il-khan, yang
melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol dikemudian hari.8
Orang Mongol sebagaimana bangsa nomad lain, hidup mengembara
berpindah-pindah tempat dan tinggal di tenda-tenda. Kehidupan mereka sangat
sederhana, mereka hidup dengan berburu, menggembala domba, dan budaya
perampokan sudah umum dikalangan mereka. Mereka menyembah matahari dan
bintang-bintang, sebagian ada yang menganut agama Sammaniyah dan Nestoria.
Orang-orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka berperang, dan berani
menghadang maut untuk mencapai keinginannya. Mereka tidak beradab, pejuang,
sabar, ahli perang, tahan sakit dari tekanan musuh yang sangat kuat. Akan tetapi,
mereka sangat patuh dengan pemimpin atau kepala suku mereka.9
Pemimpin Mongol yang paling terkenal adalah Chengis Khan. Ia lahir
pada tahun 1162 M di Daeyliun Buldagha, yang terletak di tepi sungai Onon
7 M. Abdul Karim, Islam di Asia Tengah ( Yogyakarta: Bagaskara, 2006), hlm.28.8 Yatim, Sejarah, hlm.111.9 Karim, Islam, hlm.28-29 dan Yatim, Sejarah, hlm. 112
7
(Unan), Mongolia. Ayahnya bernama Ishujayi dan ibunya bernama Helena
Khatun. Ishujayi berhasil menyatukan 13 kelompok suku yang ada pada saat itu.
Nama asli dari chengis adalah Temuchin. Pada usia yang masih dini ia telah
dinikahkan oleh ayahnya dengan gadis dari Deshai Chan, dari suku Unghir. Ayah
Temuchin meninggal karena diracun oleh musuhnya dari suku Tartar yang pernah
ia bunuh dalam perang.
Temuchin yang saat itu berusia 13 tahun menggantikan ayahnya sebagai
pemimpin suku. Temuchin melatih pasukannya dengan pelatihan yang keras,
disiplin ketat, dan penuh semangat. Ia dibantu oleh temannya yang bernama
Tugril, yang seterusnya bekerja sama dengan baik untuk menumpas musuh-
musuh yang kuat. Dengan bantuan Tugril, Temuchin berhasil mengalahkan
bangsa Tartar. Kemudian ia dapat mengalahkan suku-suku lainnya. Dengan
kemenangan yang bertubi-tubi, akhirnya tidak ada suku-suku Mongol lain yang
berani menentang.10
Pada tahun 1206 M, ia mendapatkan gelar Chengis Khan, Raja Yang
Perkasa sebagai pemimpin tertinggi bangsa Mongol. Ia menetapkan undang-
undang yang dinamakan Alyasak atau Alyasah, untuk mengatur kehidupan
rakyatnya. Dalam bidang militer ia mulai menata pasukannya dengan baik. Ia
membagi pasukannya dalam beberapa kelompok besar-kecil, seribu, dua ratus,
dan sepuluh orang. Tiap-tiap kelompok dipimpin oleh seorang komandan.
Setelah pasukannya teroganisir dengan baik, Chengis Khan mulai
memperluah daerah kekuasaanya dengan menakhlukkan daerah-daerah lain. 10 Karim, Islam, hlm. 30-33
8
Peking dapat ia kuasai pada tahun 1215 M. Kemudian ia mengincar negeri-negei
Islam. Pada tahun 1209 M ia membawa pasukannya dengan tujuan Turki,
Farghana, dan kemudian Samarkand. Mereka mendapat perlawanan yang keras
dari penguasa Khawarizm, Sultan Ala al-Din. Karena seimbang, akhirnya masing-
masing kembali ke Negerinya. Sepuluh tahun kemudian mereka masuk Bukhara,
Samarkan, Khurasan, Hamadhan, sampai ke perbatasaan Irak. Di Bukhra, ibu kota
Khawarizm, mereka kembali mendapatkan perlawanan dari Sultan Ala al-Din,
namun mereka berhasil mengalahkannya. Di setiap daerah yang mereka lewati,
terjadi pembunuhan besar-besaran. Bangunan-bangunan mereka hancurkan dan
sekolah-sekolah dibakar.
Setelah meninggal, Chengis Khan membagi wilayahnya kepada empat
orang anaknya, yaitu Jochi, Chaghtai, Oghtai, dan Touly. Changtai berusaha
menguasai kembali daerah-daerah Islam yang pernah ditakhlukkan dan berhasil
menguasai Khawarizm setelah mengalahkan Sultan Jalal al-Din. Saudara Chagtai,
Touly menguasai Khurasan. Karena kerajaan Islam sudah terpecah belah, maka
dapat dengan mudah ia mengusai Irak. Ia meninggal tahun 654 H/1256 M dan
digantikan putranya Hulagu Khan. Hulagu Khan inilah yang nantinya akan
menghancurkan Baghdad.
BAB III
KEHANCURAN BAGHDAD OLEH BANGSA MONGOL
9
Puncak kehancuran baghdad terjadi pada tahun 1258, kehancuran ibukota
mengiringi hilangnya hegemoni arab dan berakhirnya sejarah kekhalifahan
Dinasti Abbasiyah. Meskipun faktor eksternal, serbuan kaum barbar (dalam kasus
ini, Mongol dan Tartar)- begitu dahsyat. Nyatanya Cuma berperan sebagai senjata
pamungkas yang meruntuhkan kekhalifahan.11 Faktor internal seperti banyak
dijelaskan di bab awal lebih berperan sebagai sebab kehancuran.
Motif Serangan Mongol di Baghdad
1. Faktor Politik
Pada tahun 615 H. sekitar 400 orang pedagang bangsa Tartar
dibunuh atas persetujuan wali (gubernur) Utrar. Barang dagangan mereka
dirampas dan dijual kepada saudagar Bukhara dan Samarkand dengan
tuduhan mata-mata Mongol. Tentu saja hal ini menimbulkan kemarahan
Jenghis Khan. Jenghis Khan mengirimkan pasukan kepada Sultan
Khawarizmi untuk meminta agar wali Utrar diserahkan sebagai ganti rugi
kepadanya. Utusan ini juga dibunuh oleh Khawarizmi Syah sehingga
Jenghis Khan dengan pasukannya melakukan penyerangan terhadap
wilayah Khawarizmi.12
2. Motif Ekonomi
Motif ini diperkuat oleh ucapan Jenghis Khan sendiri, bahwa
penaklukan-penaklukan dilakukannya adalah semata-mata untuk
memperbaiki nasib bangsanya, menambah penduduk yang masih sedikit,
11 Hitti. History. hlm. 61612 Ensiklopedia Islam, op.C. Hlm. 242
10
membantu orang-orang miskin dan yang belum berpakaian. Sementara di
wilayah Islam rakyatnya makmur, sudah berperadaban maju, tetapi
kekuatan militernya sudah rapuh.
Pada peristiwa penyerbuan bangsa mongol yang dipimpin oleh Hulagu,
cucu Jenghis Khan di Kota Baghdad, selain motivasi invasi dan penaklukan
wilayah, penyerbuan ini adalah puncak dari sengketa yang telah dimulai sejak
tahun 1212 M (bab awal). Pada bulan safar 656 H / tahun 1253, Hulagu bersama
ribuan tentaranya membasmi kelompok pembunuh Hasyasyin dan menyerang
kekhalifahan Abbasiyah.13 Hulagu mengundang Khalifah al-Musta’shim (1242-
1258) untuk bekerjasama menghancurkan kelompok Hasyasyin Ismailiyah. Tetapi
undangan itu tidak mendapat jawaban. Pada tahun 1256, sejumlah besar benteng
Hasyasyin, termasuk “puri induk” di Alamut, telah direbut.
Pada bulan September tahun berikutnya, tatkala merangsek menuju jalan
raya Khurasan yang termasyhur, Hulagu mengirimkan ultimatum kepada khalifah
agar menyerah dan mendesak agar tembok kota sebelah luar diruntuhkan. Tetapi
khalifah tetap enggan memberikan jawaban. Pada Januari 1258, anak buah
Hulagu bergerak dengan efektif untuk meruntuhkan tembok ibukota. Tak lama
kemudian upaya mereka membuahkan hasil dengan runtuhnya salah satu menara
benteng. Dengan hancurnya salah satu menara benteng, semakin
melemahkan sisa-sisa kekuatan pasukan Khalifah. Hingga pada tanggal 10
Februari 1258, pasukan Hulagu telah berhasil memasuki kota.
13 Ibid. hlm. 619
11
Khalifah bersama 300 pejabat dan Qadhi menawarkan penyerahan diri
tanpa syarat. Peristiwa ini menurut beberapa sumber sejarah setelah
pengkhianatan wazir khalifah Abbasiyah (wazir al-Qami). Setelah menyerahkan
hadia dan diri tanpa syarat, 20 Februari (sepuluh hari setelahnya) mereka semua
dibunuh. Termasuk Khalifah, keluarga, pejabat, pasukan dan rakyat Dinasti
Abbasiyah. Selama 40 hari pasukan Hulagu membantai, menjarah, memperkosa
wanita, membunuh bayi dan ibunya, membakar rumah ibadah dan perpustakaan
yang dibangun khalifah dan bangunan – bangunan megah di kota Baghdad.
Peristiwa ini menjadi sejarah besar dalam peradaban Islam, dan untuk
pertama kalinya dalam sejarah, dunia Islam terbengkalai tanpa khalifah.
Kekosongan khalifah islam membuat umat muslim pada abad ke-13 terhimpit
diantara dua kekuatan besar. Bagian timur umat muslim dihimpit pemanah
pasukan mongol yang liar, dibagian barat dihimpit oleh para pasukan perang
salib.
BAB IV
DAMPAK SERANGAN MONGOL TERHADAP PERADABAN ISLAM
12
Bangsa mongol meninggalkan catatan hitam dalam sejarah peradaban islam.
Bangsa mongol memang dikenal sebagai bangsa yang pemberani, keberadaannya,
kekejamanya dan kebengisannya mencapai puncak pada masa kepemimpinan
Jhengis khan dan beberapa garis keturunan kebawah. Meskipun kesalahan –
kesalahan itu sebagian dianggap telah ditebus oleh beberapa keturunannya sebagai
pembelah islam dan memberikan energi baru untuk membangkitkan kembali
kebudayaan islam. Namun, hancurnya peninggalan – peninggalan sejarah tidak
bisa terlupakan.
Seperti dijelaskan pada bab – bab awal, serangan mongol di negeri islam
khususnya di baghdad selain berdampak berakhirnya masa khalifah Abbasiyah,
tetapi menjadi awal kemunduran umat islam terlebih khazana ke-ilmuannya.
Secara khusus dampak serangan mongol terhadap peradaban islam diantaranya :
3. politik
kehancuran ibukota baghdad sebagai pusat pemerintahan khalifah Abbasiyah
berpengaruh besar terhadap mundurnya peradaban islam. Kekosongan ke-
khalifahan melemahkan kekuatan umat islam, bahkan peradaban islam banyak
dipandang tenggelam setelah diapit diantara dua kekuatan musuh islam, tentara
salib di barat dan pasukan mongol di timur. Namun, anehnya Kota baghdad tidak
semuanya dihancurkan, mungkin hulagu bermaksud menjadikan baghdad sebagai
tempat kediamannya, sehingga tidak dihancurkan seperti kota—kota lainnya.14
Pada rezim Il-Khan atau Hulagu, Baghdad di turunkan posisinya menjadi ibukota
provinsi dengan nama Iraq al- Arabi.14 Ibid. Hal. 620.
13
4. sosial
Dampak sosial akibat serangan mongol di ibukota khalifah abbasiyah tidak jauh
berbeda dengan kondisi politiknya. Pembunuhan massal, pembantaian bayi, anak,
wanita, pemerkosaan, penjarahan. Menjadi catatan hitam umat islam dalam
perjalanan sejarah peradaban islam. Kemakmuran yang perna dicapai pada masa
khalifah Harun Al-Rasyd dan anaknya tinggal cerita.
5. Pendidikan dan keilmuan
Baghdad pada masa khalifah Abbasiyah adalah pusat perkembangan ilmu
pengetahuan. Bahkan budaya kecintaan terhadap ilmu terlihat dari besarnya
kontribusi ilmuan masa itu terhadap perkembangan keilmuan setelahnya.
Pembangunan perpustakaan, tokoh buku, sekolah-sekolah, pusat kajian dan
diskusi adalah aktivitas kaum intelektualnya. Pada masa kehancuran kota baghdad
sejarah mencatat kisah pemusnahan buku-buku di Baitul Hikma yang sebagiannya
di buang di sungai Tigris . Hanya beberapa karya yang sempat diselamatkan. Ibnu
Jubayr menyatakan bahwa di Baghdad pada masa itu terdapat sekitar tiga puluh
sekolah.15 salah satu sekolah yang selamat dari malapetaka pemusnahan oleh
bangsa Mongol adalah Maadrasah Nizhamiyah dan dari sanalah sejarah dan
karya-karya para ilmuan kembali di hidupkan.
6. Agama
Kehancuran Khalifah Abbasiyah menandai hancurnya pemerintahan Islam bahkan
mulai mundurnya peradaban Islam dalam percaturan Internasional. Dampak dari
15 Ibid. 518.
14
serangan ini memperluas pengaruh kristen, dengan ditandai dengan pemberian
anugerah istimewah kepada kepala keluarga Nestor dan keberpihakan Hulagu
terhadap pasukan perang salib dan Hulagu sendiri lebih menyukai warga Kristen
dibanding warga Islam.16 meskipun Pada masa kekuasaan Ghazan Mahmud(1295
– 1304) penerus ketujuh Il-Khan Islam menjadi Agama Negara meskipun
kecenderungan kepada mahzab atau sekte Syiah.
Gambaran singkat dampak serangan pasukan mongol di Kota Baghdad
terhadap perjalanan sejarah peradaban Islam. Dimana catatan hitam ini menjadi
pelajaran berharga bagi generasi selanjutnya. Bahkan sejarah ini juga menjadi
catatan penting dalam pembangunan sejarah peradaban Islam selanjutnya.
Lemahnya solidaritas dan perpecahan adalah sumber kehancuran, sehingga
menjadi kesempatan mengundang pihak musuh Islam untuk meleburkan
keretakan yang sudah ada.
BAB V
PENUTUP
Demikianlah analisis singkat tentang kehancuran Baghdad sebagai Ibukota
Khalifah Abbasiyah. Puing – puing kemegahan kota Baghdad sebagai pusat kajian
khazana keilmuan dan peradaban Islam tinggal kenangan. Selain berakhirnya
16 Ibid. Hal. 620 - 621
15
kekuasaan ke khalifahan Abbasiyah juga menandai mundurnya peradaban Islam
dalam percaturan Internasional. Pemusnahan naskah – naskah, manuscript dan
karya para ilmuan tidak hanya hancurnya Baitul Hikma tetapi juga lenyapnya
karya – karya monumental para ilmuan terdahulu. Hingga saat ini, ketimpangan
pengetahuan begitu terasa ketika literasi- literasi karya ilmuan muslim begitu
langkah bahkan bisa dikatakan punah.
Meskipun dalam perjalanan sejarah, hal yang dianggap musyikil dan tidak
terbayangkan, Dimana musuh Islam dalam komando Jhengis Khan dan beberapa
keturunan dibawahnya telah meninggalkan catatan hitam bagi umat Islam, namun
di generasi selanjutnya bangsa ini pula yang kembali membangkitkan energi dan
budaya Islam. Sikap inilah yang menjadikannya sebagai penghancur Islam
sekaligus Pahlawan Islam. Meskipun bukan bangsa mongol yang ditakdirkan
untuk memulihkan keagungan militer Islam dan menegakkan kembali panji –
panji kejayaannya.17
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Syamsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2010.
Bakri, Syamsul. Peta Peradaban Islam. Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011.
17 Ibid. Hal. 622.
16
Hitti, Philip.K. History of the Arabs. Edisi ke-sepuluh. Jakarta : PT SERAMBI
ILMU SEMESTA. Cet. II ; 2006
Karim, M. Abdul. Islam di Asia Tengah. Yogyakarta: Bagaskara, 2006.
Yatim, Badri. Sejarah Perdaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.
17