KEGIATAN BELAJAR 1 -...

51

Transcript of KEGIATAN BELAJAR 1 -...

Page 1: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah
Page 2: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

KEGIATAN BELAJAR 1KEKUATAN JIWA YANG MEMBENTUK AKHLAK AL-KARIMAH

A. Capaian Pembelajaran

Mampu menganalisis hakekat akhlak dan kekuatan pendukungya dalam jiwa manusia

B. Sub CP/Indikator Kompetensi

1. Mendefinisikan hakekat akhlak al-karimah.

2. Membedakan potensi-potensi jiwa; Quwwah al-Ilmi, Quwwah al-Ghadhab, Quwwah

asy-Syahwah, dan Quwwah al-‘Adalah dalam jiwa manusia.

3. Menganalisis terbentuknya akhlak al-karimah dengan sumber-sumber kemuliaan;

hikmah, syaja'ah, iffah, dan ‘adalah

C. Uraian Materi

1. Definisi Akhlak al-Karimah

Bagaimana Saudara sudah siap untuk mengkaji definisi akhlak? Saudara tidak

perlu tegang atau takut. Ingat tidak ada yang susah kalau Saudara sudah bisa. Dan tidak

ada yang tidak bisa diraih kalau Saudara sungguh-sungguh “ ”من جد وجد

Baik, kita mulai fahami menurut bahasa terlebih dahulu.

Menurut bahasa kata Akhlak dalam bahasa Arab merupakan jama’ dari

khuluqun/خلق yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, sopan santun atau tabiat.

Kata tersebut mengandung segi persesuaian dengan perkataan khalqun/خلق berarti

kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khalik/خالق yang berarti pencipta,

demikian pula makhluqun/مخلوق yang berarti yang diciptakan. Perumusan pengertian

akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq

dengan makhluk (Mushtofa, Akhlak Tasawuf, 2008: 11)

Sudah nyambung? Coba selanjutnya Saudara fahami beberapa definisi akhlak

menurut para ahli berikut:

a. Ibnu Miskawih

رویةوالفكرغیرمنأفعالھاإلىلھاداعیةللنفسحالالخلق“Akhlak adalah kondisi jiwa yang mendorong tindakan-tindakan tanpa perlu berpikir

dan pertimbangan lagi” (Ibn. Miskawaih, Thadzib al-Akhlaq, 1985; 25)

Page 3: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Kondisi jiwa seseorang dalam definisi Ibn Miskawaih di atas merupakan kondisi

jiwa yang sudah terbiasa melakukan tindakan-tindakan tertentu, sehingga tindakan-

tindakan tersebut seakan sudah mendarah daging, mereka akan melakukannya secara

sepontan ketika mendapatkan stimulus tertentu.

b. Al-Ghazali

یسر و بسھولة األفعال تصدر عنھاراسخة النفس فيھیئة عنعبارةالخلقورویة فكر إلىحاجة غیر من

“Akhlak ialah gambaran keadaan jiwa berupa sifat-sifat yang sudah mendarah daging

yang mendorong dilakukannya perbutan-perbuatan dengan mudah lagi gampang tanpa

berfikir panjang” (Al-Ghazali, Ihya Ulum ad-Din/Rubuu’ al-Muhlikat, 2005; 890)

Gambaran sifat-sifat jiwa yang sudah terlatih dan juga sudah mendarah daging

yang dapat menjadi sumber inspirasi dan mendorong tindakan-tindakan yang bersifat

spontan. Tindakan-tindakan seperti inilah yang dapat dikategorikan sebagai akhlak.

Apabila seuatu perbuatan dilakukan dengan mempertimbangkan dahulu, apa untung

ruginya bagi si pelaku perbuatan tersebut, maka belum dikatakan sebagai akhlak.

c. Prof. Dr. Ahmad Amin

Seorang ahli Ilmu Akhlak modern, yakni Ahmad Amin dalam bukunya Kitab al-

Akhlaq, menegaskan bahwa pada dasarnya akhlak adalah kehendak yang dibiasakan,

bukan perbuatan yang tidak ada kehendaknya. Seperti bernafas, denyut jantung,

kedipan mata dan lain-lain (Ahmad Amin, Kitab al-Akhlaq, 2012; 10).

Akhlak merupakan perbuatan yang mudah dilakukan karena telah didik dengan

membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari. Perbuatan akhlak adalah perbuatan

yang dilakukan dengan sengaja dan melalui ikhtiar. Pelakunya mengetahui baik atau

buruk dari perbuatan yang dilakukannya. Karena perbuatan akhlak juga termasuk

perbuatan yang kelak akan dipertanggung-jabawkan di hadapan Allah Swt.

Selain tiga tokoh ahli dalam bidang akhlak tersebut di atas sebenarnya masih

banyak, tetapi pada dasarnya sama bahwa akhlak unsurnya terdiri dari perbuatan sadar

(ada iradah dan ikhtiar) yang didorong oleh sifat-sifat yang sudah terbiasa sehingga

sekan-akan spontan dan terkesan tidak usah dipikirkan sebelumnya.

Selamat, Saudara telah berhasil memahami apa itu definisi akhlak. Kalau masih

ada waktu coba baca sekali lagi! Selanjutnya dalam KB 1 ini Saudara akan menganalisis

unsur-unsur yang ada di dalam jiwa Saudara yang dapat mempengaruhi terbentuknya

akhlak.

Page 4: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah

Setelah Saudara mendalami berbagai pendapat mengenai definisi akhlak, kira-kira

Bagaimana pendapat Saudara? Apakah akhlak seseorang bisa terbentuk dengan

sendirinya? Ataukah harus dibentuk dengan mendidik dan membiasakan sampai betul-

betul mendarah daging dalam dirinya? Tentunya Saudara akan setuju kalau akhlak

seseorang itu harus dididik dan dibiasakan secara terus menerus dalam lingkungannya di

mana ia tinggal sampai benar-benar melekat dalam jiwanya.

Dalam rangka pembentukan akhlak seseorang, Saudara perlu terlebih dahulu

memahami kekuatan-kekuatan jiwa yang dapat mendorong terbentuknya akhak tersebut.

Baik bacalah dengan saksama penjelasan berikut ini:

Ibu Miskawaih menjelaskan bahwa di dalam jiwa seseorang itu terdapat tiga

kekuatan (al-quwwah) yang sangat penting dalam membentuk akhlak manusia. Sementara

Imam Al-Ghazali menyebutkan sebagai Ummahat al-Akhlaq wa Ushuluha dengan

ditambahkan satu kekuatan (al-quwwah) sehingga genap menjadi empat kekuatan (al-

quwwah) (Al-Ghazali, Ihya Ulum ad-Din/Rubuu’ al-Muhlikat, 2005; 936), keempatnya

adalah sebagai berikut:

1. Quwwah al-Ilmi

Quwwah al-Ilmi adalah kekuatan yang berasal dari akal. Dengan akal inilah

manusia dapat dengan mudah membedakan mana yang jujur dan mana yang bohong

dalam berbicara, mana yang benar dan mana yang salah dalam mengambil keputusan,

mana yang baik dan mana yang buruk dalam bertindak. Kekuatan inilah yang menjadi

pembeda manusia dengan jenis binatang. Dengan akal manusia dapat mencipta dan

mengembangakan budaya sehingga terus berkembang ke arah yang lebih baik dan lebih

maju dari sebelumnya.

Buahnya adalah hikmah, yakni pemahaman yang mendalam tentang segala

sesuatu sesuai dengan syariat Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya:

إال ر یذك وماكثیراخیراأوتي فقد الحكمة یؤت ومن یشاء من الحكمة یؤتي)269:البقرة(األلباب أولو

Artinya:

“Dia berikan hikmah kepada yang Dia kehendaki dan Siapa yang diberikan al-hikmah

maka sesungguhnya dia telah diberikan kebaikan yang sangat banyak. Dan hanya

Page 5: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

orang-orang memiliki akal fikiranlah yang mampu memahaminya”. (QS. Al-

Baqarah/2:169)

Al-Maraghi menjelaskan bahwa yang dimaksud hikmah adalah ilmu yang

bermanfaat, yakni ilmu yang dapat mempengaruhi jiwa pemiliknya dan membimbing

kehendaknya untuk mendorong melakukan tindakan-tindakan yang dapat membawa

manfaat dan kebahagiaan dunia akhirat (Al-Maraghi Jilid III, h. 40)

Hikmah dalam pengertian di atas, apabila dimiliki seseorang bisa menjadi salah

satu sumber penting dalam pembentukan akhlak yang mulia. Dan inilah tujuan utama

diutusnya Nabi Kita Muhammad Saw. ke dunia ini. Sebagaimana sabda beliau. berikut:

ت بعث إنما: "وسلم علیھ هللا صلىهللا رسول قال : قال ھریرة،أبيعن م )احمدرواه(" األخالق صالح ألتم

Dari Abi Hurairah berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya aku diutus hanya

untuk menyempurnakan akhlak” (H. R. Ahmad)

Coba perhatikan fenomena dunia zaman sekarang! Banyak orang kelihatannya

berilmu, tapi ilmunya kurang atau bahkan tidak dapat membimbing kehendaknya untuk

mendorong melakukan tindakan-tindakan yang dapat membawa manfaat dan

kebahagiaan dunia akhirat. Kenapa? Jawabnya sederhanya karena ilmunya tidak

mengandung hikmah.

Bagaimana, sekarang sudah mulai nyambung? Kita lanjutkan, memahami konsep

hikmah.

Hikmah sebagai konsep itu mencakup empat turunan, yakni: husnu at-tadbir

(baik pemikirannya), judat adz-dzihn (jernih pemikirannya), tsiqabah ar-ra’yi (tajam

pemikirannya) dan shawab azh-zhann (tepat pemikirannya) (Al-Ghazali, Mizan al-

‘Amal, 1964; h. 284)

Mari kita analisis konsep turunan hikmah tersebut di atas satu persatu.

a. Husnu at-Tadbir

Seseorang yang memiliki hikmah akan menjadi husnu at-tadbir yakni cerdas

dan lurus jalan fikirannya dalam mengistimbatkan (mengambil kesimpulan). Ia akan

bisa mengambil yang terbaik, dan paling bermanfaat dalam berbagai urusan, sesulit

apapun dan segawat apapun. Ia tidak sekedar cerdas (kayyis), tetapi mampu

memikirkan hal-hal yang abstrak dengan benar sehingga dapat mengambil

keputusan yang menghasilkan kebaikan-kebaikan yang agung dan akhir yang mulia

dalam berbagai urusan kehidupan.

Page 6: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

b. Jaudat adz-Dzihn

Seseorang yang memiliki hikmah akan menjadi jaudat adz-dzihn, yakni

memiliki kemampuan untuk dapat berfikir memperoleh kebijaksanaan ketika

dihadapkan pada pendapat yang mirip-mirip dan mengandung pertentanagan-

pertentangan dalam implementasi. Ia akan selalu mendapatkan kosep yang

memberikan manfaat sesamanya dan diterima oleh berbagai pihak.

c. Tsiqabah ar-Ra’yi

Seseorang yang memiliki hikmah akan menjadi tsiqabah ar-ra’yi, yakni

mempunyai kecepatan kemampuan dalam menghubungkan data-data yang

dimilikinya dengan sebab akibat yang mengasilkan kemaslahatan dalam kehidupan

masyarakat.

d. Shawab azh-Zhann

Seseorang yang memiliki hikmah akan menjadi shawab azh-zhann, yakni ia

akan mendapatkan taufiq dari Allah Swt. dengan kesesuaian antara dugaan yang

terdapat dalam alam fikirannya dengan kebenaran hakiki tanpa harus lama-lama

memikirkannya.

Kebalikan dari Quwwah al-Ilmi adalah lemahnya ilmu atau kebodohan, terbagi

dalam dua konsep, yaitu radzilah al-khibb dan radzilah al-balah. Radzilah al-khabb

terdiri dari ad-dahaa (tertipu) dan al-jarbazah (lemah berfikir) yaitu. Logikanya

kurang sehat atau kurang lurus sehingga ketika mengambil kesimpulan sering kali tidak

benar, apa yang dikatakannya baik ternyata buruk atau sebaliknya.

Sementara radzilah al-balah terdiri dari tiga hal; pertama kebodohan sebab

karena kurang pengalaman belajar, kedua kebodohan sebab dari bawaan seperti idiot

dan ketiga kebodohan sebab hilangnya akal atau gila.

Ilmu dalam bentuk hikmah seperti dijelaskan di atas sangat penting dalam

membentuk menanamkan dan mendidik akhlak seseorang, karena ia dapat membentuk

konsep diri (manset) seseorang. Apabila konsep diri seseorang tentang perbuatan itu

baik, maka kelak ia akan menjadi baik perbuatannya, sebaliknya apabila konsep dirinya

buruk maka mereka akan menjadi buruk perbuatannya pula.

Page 7: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Selesai sudah pembahasan Quwwah al-Ilmi. Apa Saudara masih sanggup

melanjutkan? Hayoo … kita lanjutkan pembahasan mengenai kekuatan jiwa yang ke

dua yaitu Quwwah al-Ghadhab.

2. Quwwah al-Ghadhab

Quwwah al-Ghadhab merupakan dorongan manusia untuk menolak yang tidak

disenangi dan memdapatkan kenikmatan yang bersifat abstrak dan batin. Dimana ia

bisa menghasilkan sifat utama yang dapat menjadi sumber akhlak yang mulia serta

menumbuhkan kebaikan-kebaikan yakni sifat syaja’ah (keberanian) (Al-Ghazali, Ihya

Ulum ad-Din/Rubuu’ al-Muhlikat, 2005; 936). Dengan sifat syaja’ah manusia bisa

berani berkorban apa saja untuk meraih kebahagian dan kemuliaan batinnya. Dan

bahkan ia akan berani berkorban tidak hanya dengan apa yang dimilikinya tetapi juga

berani maju mengorbankan jiwa raganya demi kemuliaan dan kebahagiaan yang

diyakininya benar.

Bagaimana setelah membaca alinea di atas? Apa yang ada di dalam fikiran

Saudara mengenai hubungan konsep Quwwah al-Ghadhab dan Syaja’ah? Untuk lebih

fahamnya mari kita lanjutkan!

Syaja’ah menurut al-Ghazali dalam kitab Mizan al-Amal meliputi banyak sifat

turunannya, diantara lain adalah sebagai berikut:

a. Al-Karam (kebaikan budi), yaitu berani mengambil sikap moderat untuk mengambil

atau menerima keputusan penting dalam berbagai masalah yang menyangkut

kemaslahatan yang besar dan urusan-urusan yang mulia.

b. An-Najdah (membantu, menolong), yaitu berani dalam membantu atau menolong

siapapun, apalagi menolong hal yang benar, baginya merupakan jihad. Bukan

penekad juga bukan penakut, apabila sudah menyakini sebuah kebenaran maka

harus berani maju, meskipun harus mempertaruhkan jiwa demi kemuliaan abadi.

c. Kibr an-Nafs (berjiwa besar), bukan sombong juga bukan rendah diri (mider). Ia

berani menjadikan dirinya sebagai ahli dalam hal kemuliaan dengan penuh

kerendahan hati dan menghindari perdebatan pada urusan-urusan yang sedikit

manfaatnya. Ia sangat menghormati ulama.

d. Al-Ihtimal (ketahanan dalam bekerja), berani bertanggung jawab menahan diri

dalam menjalankan tugas, meski dirasa sangat berat.

e. Al-Hilm (santun), ia dapat menahan emosi yang biasanya meledak-ledak, tidak

terpancing dalam keadaan apapun dan marah. Sikapnya tetap santun dalam

Page 8: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

menghadapi semua orang, ia sudah dapat lepas dari sikap yang buruk dalam

menghadapi orang lain atas gejolak jiwa suka dan tidak suka.

g. Al-Wiqar (tenang), menahan diri dari berbicara secara berlebihan, kesia-siaan,

banyak menunjuk dan bergerak dalam perkara yang tidak membutuhkan gerakan.

Mengurangi amarah, tidak banyak bertanya, menahan diri dari menjawab yang

tidak perlu, menjaga diri dari ketergesaan dalam beramal, dan bersegera dalam

seluruh perkara kebaikan.

Perlu Saudara ketahui bahwa Quwwah al-Ghadhab, juga dapat mendorong

perbutan yang buruk bagi seseorang. Apa itu? Jawabnya adalah at-Tahawwur dan al-

Jubn. Dengan adanya dorongan manusia dari dalam dirinya untuk memdapatkan

kenikmatan yang bersifat abstrak dan batin berupa kemuliaan atau kekuasaan manusia

bisa Tahawwur (nekad) yakni berani melakukan tindakan yang bukan pada tempatnya

(Sultoni Dalimunthe, Filsafat Pendidikan Akhlak , h. 149). Misalnya berani maju ikut

tawuran, padahal belum mengetahui mana yang benar dan mana yang salah dan

resikonya bisa mati terbunuh.

Juga karena di dalam diri manusia ada dorongan ingin tetap mendapatkan

kenikmatan yang bersifat abstrak dan batin berupa kemuliaan atau kekuasaan, maka ia

bisa bersifat Jubn (pengecut), sifat takut yang berlebihan dalam mempertahankan diri

dari berbagai masalah kehidupan. Misalnya takut mengadapi ujian, padahal ujian

adalah satu cara yang harus dilalui oleh siapapun yang ingin meningkatkan dan

memperbaiki nasib dan derajatnya.

Bagaimana, cukup faham sudah? Kalau sudah kita lanjutkan pada bahasan

berikutnya, yakni Quwwah asy-Syahwah

3. Quwwah asy-Syahwah

Al-Quwwah asy-Syahwah yaitu kekuatan yang ada dalam diri manusia yang

yang mendorong perbutan-perbuatan untuk memperoleh kenikmatan-kenikmatan yang

bersifat zhahir, yang dinspirasi oleh panca indranya seperti: mencari makanan dan

minuman, mencintai lawan jenis dan lain-lainnya. Dengan kekuatan ini manusia

menjadi lebih bergairah dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan. Quwwah asy-

Syahwah yang baik disebut al-iffah.

Seorang dikatakan sebagai orang yang ‘affih apabila yang mampu menahan diri

dari perkara-perkara yang diharamkan oleh Allah Swt. Dengan demikian seorang

yang 'afif adalah orang yang bersabar yakni taat muthlak kepada Allah Swt. baik dalam

Page 9: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

menjalankan perintah-perintah-Nya, maupun meninggalkan lawangan-Nya walaupun

jiwanya (syahwatnya) sangat menginginkan untuk melanggarnya.

'Iffah merupakan akhlaq yang sangat dicintai oleh Allah Swt. Oleh sebab itulah

sifat ini perlu dilatih sejak anak-anak masih kecil, sehingga memiliki kemampuan dan

daya tahan terhadap keinginan-keinginan yang tidak semua harus dituruti karena akan

membahayakan saat telah dewasa. Dari sifat 'iffah inilah akan lahir sifat-sifat mulia.

Diantara sifat-sifat terpuji turunan dari sifat 'Iffah adalah sebagai berikut:

a. ,’haya/الحیاء adalah sifat malu untuk meninggalkan perbuatan yang diperintahkan

oleh Allah Swt. dan sebaliknya malu melakukan perbutan yang dilarang oleh-Nya.

Apabila jiwa manusia semua sudah memiliki sifat malu seperti ini, niscaya tidak

ada lagi tindak kejahatan dimuka bumi ini. Sehingga bumi akan aman, tentram dan

damai. Karena malu akan menjadi benteng terakhir bagi diri seseorang dalam

melakukan kemaksiatan

b. ,qana'ah/القناعة adalah sifat menerima atau merasa cukup atas karunia Allah Saw.,

sekaligus menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kekurangan yang

berlebih-lebihan. Qanaah muncul dalam kehidupan seseorang berupa sikap rela

menerima keputusan Allah Swt. yang berlaku bagi dirinya. Bagi siapa yang dapat

menjadikan dirinya qana'ah, maka ia akan dijamin akan mendapatkan hakekat

dunia, menjadi orang yang beruntung, mudah bersyukur, terhindar dari sifat hasud

dan terhindar dari problema kehidupan dunia.

c. sakha’, yaitu/السخاء sifat dermawan senanga memberikan harta dalam kondisi

memang wajib memberi, sesuai kepantasannya dengan tanpa mengharap imbalan

dari yang diberi dalam bentuk apapun seperti pujian, balasan, kedudukan, ataupun

sekedar ucapan terima kasih (QS. Al-Insan/76:9).

Jadi seseorang disebut dermawan jika dapat memberi secara tulus ikhlas. Orang

yang memberi karenan ingin balasan dari pihak yang diberi bukanlah dermawan

tapi disebut berdagang. Sebab ia seolah-olah membeli balasan berupa pujian,

kedudukan, ucapan terima kasih dan lainnya dengan hartanya.

d. ,’wara/الورع yaitu meninggalkan hal-hal yang syubhat karena khawatir

membahayakan nasibnya di akhirat kurang baik. Meninggalkan yang syubhat,

yakni sesutau yang hukumnya belum jelas halal atau haram yang berlaku dalam

semua aktifitas manusia, baik yang berupa benda maupun perilaku. Dan lebih dari

itu meninggalkan segala hal yang kurang atau tidak bermanfaat.

Page 10: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Perlu Saudara ketahui juga bahwa Quwwah asy-Syahwah, dapat mendorong

perbutan yang buruk bagi seseorang. Apa itu? Jawabnya antara lain; rakus, tabdzir, ria,

hasud dan lain-lain.

Bagaimana, faham? Kalau sudah, kita lanjutkan pada bahasan berikutnya, yakni

Quwwah al-‘Adl

4. Quwwah al-‘Adl

Menurut al-Ghazali, terbentuknya akhlak yang mulia pada diri seseorang

diperlukan lagi satu kekuatan, yaitu Al-Quwwah al-‘Adl, sebuah kekuatan

penyeimbang dari ketiga kekuatan jiwa sebelumnya (Al-Ghazali, Ihya Ulum ad-

Din/Rubuu’ al-Muhlikat, 2005; 935). Sementara Ibnu Miskawaih meskipun tidak

menyebutkan secara khusus adanya Al-Quwwah al-‘Adl, tetapi dalam penjelasnnya

juga mengkaitkannya dengan ketiga kekuatan jiwa tersebut.

Tiga kekutan jiwa manusia yang menjadi dorongan tingkah lakunya akan

menjadi baik kalau bersinergi secara adil (keseimbang). Quwwah al-Ilmi akan menjadi

sumber kebaikan kalau sudah menuntun dengan mudah untuk membedakan yang

benar dan yang salah dalam keyakinan, yang baik dan yang buruk dalam perbuatan

serta yang jujur dan yang bohong dalam berkata-kata. Atau dengan kata lain ilmunya

sudah menjadi hikmah.

Quwwah al-Ghadhab, akan menjadi baik apabila dapat dikendalikan oleh akal

yang sehat dan syariat, sehingga menghasilkan sifat (syaja’ah) yang menjadi sumber

berbagai akhlah yang baik. Apabila tidak mengikuti tuntunan akal dan syariat condong

pada hal yang berlebih, maka dinamakan tahawwur (nekad). Tetapi bila condong pada

sifat lemah dan pengurangan, maka dinamakan jubn (takut yang berlebihan).

Kemudian Quwwah asy-Syahwah, akan menjadi baik apabila dapat terdidik

oleh akal dan syariat, maka ia akan menghasilkan sifat ‘iffah yang menjadi sumber

dari berbagai akhlak yang mulia, seperti malu, sabar, qanaah, wara, zuhud dan lain-

lain. Dan sebalikanya kalau tidak disinergikan dengan akal dan syariat, maka apabila

congdong pada hal yang berlebihan disebut syarh (rakus) dan sebaliknya bila condong

pada hal dikuran-kurangi disebut jumud (tidak ada kemajuan).

Singkatnya siapa yang dapat memposisikan diri di tengan dengan lurus (‘itidal)

dalam empat dasar akhlak di atas, maka akhlaknya akan menjadi baik semuanya.

Keempat akhlak ini, yakni hikmah, syaja’ah, ‘iffah dan adl adalah sumber pokok

keutamaan dan akhlak yang lainnya adalah berupa cabang-cabangnya.

Page 11: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

KEGIATAN BELAJAR 2AMAL SHALIH

A. Capaian Pembelajaran

Mampu menganalisis hakekat amal shaleh dan unsur-unsur iman yang mendasari dalam

implementasinya.

B. Sub CP/Indikator Kompetensi

1. Mendefinisikan hakekat amal Shalih.

2. Menganalisis terbentuknya amal Shalih, berdasarkan konsep iman; tawakkal, ikhlas,

shabar, dan syukur.

3. Membedakan antara amal Shalih dan amal baik dalam kehidupan sehari-hari.

C. Uraian Materi

1. Hakekat Amal Shalih

Menurut bahasa “Amal Shaleh”, berarti perbutan yang baik, bermanfaat, selamat,

atau cocok. Sedang menurut istilah terdapat beberapa definisi, antara lain:

Menurut Zamahsyari’ amal shalih diartikan sebagai semua perbuatan yang sesuai

dengan ajaran al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw. Amal shalih juga disefinisikan sebagi

perbuatan baik yang dilakukan seseorang karena Allah Swt. dengan tujuan untuk

mendapatkan rahmat dan ridha-Nya, baik menjalankan perintah maupun menjalankan

perintah maupun menjauhi larangan-Nya. sesuai dengan aturan-aturan ajaran Islam.

Dilihat dari hubungan antara manusia sebagai makhluk dan Allah Swt. sebagai

Khalik, maka amal shalih dapat didefinisikan dengan semua perbuatan yang dilakukan

hamba kepada Allah Swt. sebagai bentuk pengabdiannya yang didasari dengan iman.

Didasari dengan iman artinya disyaratkan dengan keyakinan dan pengetahuan yang

benar.

Siapapun yang amalnya ingin menjadi amal shalih, maka ia harus beriman kepada

Allah Swt. terlebih dahulu, lalu memiliki ilmu yang cukup sebelum tawakkal. Ini

sebagai syarat supaya pelaksanaannya dapat dikerjakan dengan benar. Kemudian ia

harus ikhlas hanya karena Allah, bersabar dan atau bersyukur dalam pelaksaanya. Dan

terakhir ridha terhadap semua keputusan Allah Swt. dengan hasil dari ikhtiar dan amal

kita.

Page 12: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Untuk lebih mudah memahami hakekat dari amal shalih Saudara dapat melihat

gambar di bawah ini.

Keterangan:Untuk bisa menilai amal Saudara shaleh atau tidak, Saudara harus menjawab “YA”

pmelalui proses sebagai berikut:

1. Sebelum mengamalkan sesuatu pastikan dahulu, tanyakan pada diri Saudara sendiri,

apakah Saudara sudah mempunyai rencana yang matang? Rencana yang didasari

iman dan pengetahuan yag cukup tentang apa yang Saudara akan kerjakan? Karena

siapa yang beramal tanpa ilmu, amalnya tidak akan diterima. Jika jawaban Saudara

“TIDAK” berarti salah, batal atau rusak. Artinya amal Saudara tidak dapatdikategorikan amal shalih, meskipun menurut pandangan manusia mungkin baik.

Jika jawaban Saudara “YA”, maka lanjutkan.

YA

YADIAMALKAN DENGAN SABAR DANATAU SYUKUR?

YARIDHA DENGAN KEPUTUSAN ALLAH?

TIDAKSALAH/BATAL/RUSAK

TIDAKSALAH/BATAL/RUSAK

AMAL SHALIHPUNYA RENCANA YANG MATANG (TEKAD DAN TAWAKKAL)?

YADIMULAI DENGAN IKHLAS, NIATHANYA KARENA ALLAH ?

TIDAKSALAH/BATAL/RUSAK

TIDAKSALAH/BATAL/RUSAK

Page 13: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

2. Apabila jawaban Saudara “Ya” sudah, maka tanyakan lagi apakah yang Saudaraamalkan niatnya hanya untuk mendapatkan ridha Allah Swt. semata. Dan

menyerahkan penilaiannya juga hanya kepada-Nya? Apabila jawaban Saudara

ternyata masih ada sedikit saja ingin dinilai oleh selain Allah Swt. apalagi ingin

imbalan dari yang lain misalnya ucapan terima kasih. Berarti jawaban Saudara

hakekatnya “TIDAK” dan amal Saudara termasuk amal yang salah, batal atau rusak.3. Apabila jawaban Saudara “YA”, teruskan pertanyaan berikutnya. Apakah ketika

menjalankan pekerjaan tersebut bersabar apabila susah atau bersyukur jika

menyenangkan? Apabila jawaban Saudara “TIDAK”, maka amal Saudara salah,batal atau rusak.

4. Apabila jawaban Saudara “YA”, maka tanyakan kembali apakah setelah selesaiSaudara ridha denga hasil pekerjaan atau amal Saudara sebagai takdir terbaik yang

Allah berikan kepada Saudara? Apabila jawaban Saudara “TIDAK”, maka amalSaudara salah, batal atau rusak. Dan sebaliknya jika Saudara menerima InsyaAllah

akan menjadi amal shalih. Amin Ya Rabbal Alamin.

Page 14: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

2. Amal Shalih sebagai Akhlak al-Karimah kepada Allah Swt.

Bagaimana Saudara, apakah sudah faham tentang hakekat amal shalih? Tentu

sudah mulai kebuka. Selanjutnya mari kita dalami hal-hal yang terkait dengan nilai-

nilai keimanan dan ubudiyyah yang harus melekat dan mendasari amal, sehingga amal

kita dapat dikategorikan sebagai amal shalih.

Manusia diciptakan oleh Allah Swt. tujuannya adalah supaya beribadah hanya

kepada-Nya. Sebagaimana dinyataka dalam Al-Qur’an surah adz-Dzariyat/51: 56

sebagai berikut:

نس الجن خلقت وما )56:لذاریاتا(لیعبدون إال واإلArtinya :Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah

kepada-Ku

Oleh sebab itu semua amal perbuatan manusia yang beriman harus bernilai

ibadah dan menjadi amal shalih. Amal yang hanya dipersembahkan kepada Allah Swt.

dan ridah penilaiannya diserahkan sepenuhnya hanya kepada-Nya.

Adapun kisi-kisi penilaian amal shalih sebenarnya sudah disampaiakan dalam

ajaran Islam yang dibawakan oleh Nabi Muhammad Saw., yakni amal yang dibingkai

dengan iman; diawali rencana yang matang dan tawakkal, niat yang ikhlas, dikerjakan

dengan sabar dan atau syukur, serta akhirnya dapat menerima (ridha) hasilnya sebagai

bagian dari takdir Allah Swt.

Untuk lebih detilnya mari kita pelajari satu persatu konsep bingkai amal shalih

dengan baik!

a. Tawakkal

Menurut bahasa kata tawakkal diambil dari Bahasa Arab tawakkul/التوكل dari

akar kata وكل /wakala) yang berarti lemah. Adapun tawakkul/التوكل berarti

menyerahkan atau mewakilkan. Seperti seseorang mewakilkan urusan kepada orang

lain atau menggantikannya. Artinya, dia menyerahkan suatu perkara atau urusannya

dan dia menaruh kepercayaan kepada orang itu mengenai urusan tadi.

Secara istilah tawakkal telah didefinisikan oleh ulama, antara lain Imam al-

Ghazali. Beliau menyebutkan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin pada bab at-Tauhid wa

at-Tawakkal, bahwa tawakkal itu adalah hakikat tauhid yang merupakan dasar dari

keimanan, dan seluruh bagian dari keimanan tidak akan terbentuk melainkan dengan

ilmu, keadaan, dan perbuatan. Begitupula dengan sikap tawakkal, ia terdiri dari suatu

Page 15: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

ilmu yang merupakan dasar, dan perbuatan yang merupakan buah (hasil), serta

keadaan yang merupakan maksud dari tawakkal. Tawakkal adalah menyerahkan diri

kepada Allah tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam

kesulitan di luar batas kemampuan manusia.

Berikutnya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, dalam kitabnya Madarij as-Salikin

menjelaskan bahwa Tawakkal merupakan amalan dan penghambaan hati dengan

menyandarkan segala sesuatunya hanya kepada Allah Swt. semata, percaya

terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa

dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikan segala ‘kecukupan’

bagi dirinya, dengan tetap berikhtiar semaksimal mungkin untuk dapat

memperolehnya.

Allah Swt. berfirman:

من رحمة فبما واالقلب غلیظ فظاكنت ولو لھم لنت ولك ح من النفض علىفتوكل عزمت فإذااألمر فيوشاورھم لھم واستغفر عنھم فاعف

إن لین یحب )159: عمرانآل(المتوكArtinya:

Maka sebab rahmat dari Allah, Engkau bersikap lemah lembut kepada mereka.

Seandainya Engkau bersikap kasar lagi keras hati, niscaya mereka akan pergi dari

sekelilingmu. Sebab itu maafkan mereka, mintakan ampunan baginya dan ajaklah

bermusyawarah mereka dalam urusan itu (menentukan strategi perang). Lalu apabila

Engkau telah memiliki tekad yang bulat, maka bertawakkallah kepada Allah.

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal (QS. Ali Imran/3:

159).

Ayat di atas menempatkan tawakkal pada posisi penyusunan rencana tahap

rakhir setelah mempunyai keputusan dan tekad yang bulat. Hal ini menunjukkan

bahwa sebelum tawakkal manusia harus terlebih dahulu berikhtiyar secara zhahir,

selanjutnya jangan lupa ikhtiar batin, yakni ikhtiyar dan do’a. Sebagaimana

dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad Saw., beliau melakukan rundingan dahulu

dengan para sahabat dengan meminta pendapat atau buah pikiran mereka mengenai

urusan peperangan dan lain-lain demi mengambil hati mereka dengan sikap lemah

lembut, kemudian setelah keputusan diambil dan telah menetapkan hati, lalu

bertawakkal kepada Allah dengan berserah kepada-Nya.

Jadi tawakkal bukan berarti tinggal diam, tanpa kerja dan usaha, bukan

menyerahkan semata-mata kepada keadaan dan nasib dengan tegak berpangku

Page 16: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

tangan duduk memekuk lutut, menanti apa-apa yang akan terjadi. Memohon

pertolongan dan Bertawakkal tidaklah berarti meninggalkan upaya, bertawakkal

mengharuskan seseorang meyakini bahwa Allah yang mewujudkan segala sesuatu,

sebagaimana ia harus menjadikan kehendak dan tindakannya sejalan dengan

kehendak dan ketentuan Allah Swt. Seorang muslim dituntut untuk berusaha tetapi

di saat yang sama ia dituntut pula berserah diri kepada Allah Swt, ia dituntut

melaksanakan kewajibannya, kemudian menanti hasilnya sebagaimana kehendak

dan ketentuan Allah.

Seorang muslim berkewajiban menimbang dan memperhitungkan segala segi

sebelum dia melangkahkan kaki dan mengerjakan sesuatu. Tetapi bila

pertimbangannya keliru atau perhitungannya meleset, maka ketika itu akan tampil

dihadapannya Allah Swt., Tuhan yang kepada-Nya yakni dengan bertawakkal dan

berserah diri.

Dalam sebuah hadis Rasullah Saw. diriwayatkan sebagai berikut:

ج خرج إذا: " قال وسلم،علیھ هللا صلىالنبي أن مالك،بن أنس عن ل الر بسم فقال بیتھ من ،علىتوكلت ة وال حول ال ،إال قو یقال : ال ق با

: آخر شیطان ھ ل فیقول الشیاطین،لھ فتتنحىووقیت،وكفیت،ھدیت،: حینئذ )داودابورواه"ووقي؟وكفي ھدي قد برجل لك كیف

Artinya:

Dari Anas bin Malik berkata, bahwasannya Nabi Saw. bersabda, “Apabila seorang

laki-laki keluar dari rumahnya, lalau membaca ‘ ة إال ، ال حول وال قو لت على ، توك بسم با ’,

maka pada saat itu dikatakan kepadanya: engkau telah diberi hidayah, engkau telah

dicukupkan, engkau telah dijaga dan ditinggalkan syaitan. Dan syaitan yang lain

berkata kepadanya, Bagaimana bisa menggoda dengan laki-laki ini yang sudah

diberijamin hidayahnya, kecukupannya dan penjagaannya” (HR. Abu Dawud)

Hadits di atas mengisyarahkan kepada kita bahwa tawakkal itu dilakukan

sebelum melakukan aktivitas. Kita harus menyadari sematang apapun rencana yang

kita buat adalah rencana yang dibuat oleh manusia yang serba lemah, dan tidak dapat

mengetahui secara universal tentang hubungan sebab akibat dari semua unsur yang

menentukan dan mempengarui keberhasilannya. Manusia hanya bisa berencana

Allah yang menentukan segalanya. Sebab itu sebelum kita menjalankan rencana,

sudah semestinya kita serahkan sepenuhnya kepada Dzat yang Maha Mengatur dan

Menentukan, Allah Swt.

Page 17: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Sampai di sini bagaimana? Sudah nyambung? Mari kita lanjutkan belajar

konsep tahapan kedua, yakni tahapan dalam membangun amal shalih.

b. Ikhlas

Menurut bahasa, ikhlas berarti jujur, tulus dan rela. Dalam bahasa Arab, kata

ikhlas/إخالص merupakan bentuk mashdar dari akhlasa/أخلص yang berasal dari akar

kata khalasa. Kata ini/خلص mengandung beberapa makna sesuai dengan kontek

kalimatnya. Ia biasa berarti shafaa (jernih), najaa wa salima (selamat), washala

(sampai) dan I’tazala (memisahkan diri).3 Atau berarti perbaikan dan pembersihan

sesuatu (Ibn Zakaria, Mu’jam Maqayis al-Lughah Jilid 2, 1986: hlm. 208)

Menurut istilah, makna ikhlas diungkapkan oleh para ulama antara lain

adalah sebagai berikut:

1). Muhammad Abduh mengatakan ikhlas adalah ikhlas beragama untuk Allah

SWT. dengan selalu manghadap kepada-Nya, dan tidak mengakui kesamaan-

Nya dengan makhluk apapun dan bukan dengan tujuan khusus seperti

menghindarkan diri dari malapetaka atau untuk mendapatkan keuntungan serta

tidak mengangkat selain dari-Nya sebagai pelindung (Muhammad Rasyid

Ridha,1973, hlm. 475).

2). Muhammad al-Ghazali mengatakan ikhlas adalah melakukan amal kebajikan

semata-mata karena Allah SWT (Muhammad al-Ghazali, 1993, hlm. 139)

Sekilas apabila diperhatikan makna ikhlas dari dua definisi di atas itu dapat

digambarkan seseorang yang sedang membersihkan beras dari batu-batu kecil

(kerikil) yang ada di sekitar beras itu. Maka apabila beras itu dimasak akan terasa

nikmat memakannya karena sudah bersih dari kerikil dan batu-batu kecil. Caoba

bayangkan jika beras itu masih kotor, niscaya nasi yang kita kunyah akan ternyata

kerikil juga tergigit. Sungguh tidak nikmatnya nasi tersebut karena masih ada yang

mengganjal kenikmatan rasanya.

Dari ungkapan di atas dapat dipahami bahwa ikhlas itu adalah segala sesuatu

yang berkenaan dengan masalah niat sebab niat merupakan titik penentu dalam

menentukan amal seseorang. Orang yang ikhlas tidak dinamakan orang ikhlas

sampai ia mengesakan Allah SWT. dari segala sesuatu dan ia hanya menginginkan

Allah SWT.

Page 18: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Ikhlas adalah menyengajakan suatu perbuatan karena Allah Swt. dan

mengharapkan ridha-Nya serta memurnikan dari segala macam kotoran dan godaan

seperti keinginan terhadap populeritas, simpati orang lain, kemewahan, kedudukan,

harta, pemuasan hawa nafsu dan penyakit hati lainnya. Hal ini sesuai dengan perintah

Allah-Nya yang tercantum dalam QS. al-An’am/6: 162-163. Demikian juga dalam

firman-Nya yang terdapat dalam QS. al-Bayyinah/98: 5.

Apabila ikhlas digambarkan sebagai akad, maka akadnya hanya kepada Allah.

Dan penilaian amal kita sepenuhnya terserah Allah Swt. Jadi apabila penilaiannya

disekutukan dengan manusia, seperti supaya dinilai baik dan dihargai dengan harga

sekecil apapun misalnya ucapan terima kasih, maka akan merusak keikhlasan kita

(QS. Al-Insan/76:9)

Ikhlas merupakan bentuk implementasi iman dalam beramal, karena itu nyata

sama dengan keimanan yang bisa bertambah dan berkurang. Untuk itu umat Islam

harus berhati-hati terhadap sifat-sifat yang dapat merusak keikhlasannya, di

antaranya:

1). Ria, yakni melakukan amal perbuatan tidak untuk mencari ridha Allah SWT.,

akan tetapi untuk dinilai oleh manusia untuk memperoleh pujian atau

kemashuran, posisi, kedudukan di tengah masyarakat, sebagaimana tergambar

di dalam firman Allah SWT. Q. S. al-Ma’un/107: 4-7. Riya’ merupakan salah

satu penyakit yang sifatnya abstrak, namun tanda-tandanya secara empiris dapat

dirasakan, terutama bagi orang yang melakukannya. Ada pun tanda-tanda orang

yang riya’, adalah: (1). Seseorang yang bertambah ketaatannya apabila dipuji

atau disanjung oleh orang lain akan tetapi menjadi berkurang atau bahkan

meninggalkan amalan tersebut apabila mendapat celaan dan ejekan, (b). Tekun

dalam beribadah apabila di depan orang banyak akan tetapi malas apabila

dikerjakan sendirian, (c). Mau memberi atau sedekah apabila dilihat orang

banyak, tetapi enggan apabila tidak ada orang yang melihatnya, (d). Berkata dan

berbuat kebaikan bukan semata-mata karena Allah SWT. Akan tetapi karena

mengharap pamrih kepada manusia

2). Sum’ah, yakni menceritakan amal yang telah dilakukan kepada orang lain supaya

mendapat penilain dan dihargai misalnya kedudukan di hatinya. Pada dasarnya

sama dengan ria, tetapi sum’ah adalah perbuatannya sudah dilaksanakan

sehingga perlu diceriterakan.

Page 19: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

3). Nifak, sifat menyembunyikan kekafiran dengan menyatakan dan mengikrarkan

keimanannya kepada Allah Swt. Jadi jelas akan menghilangkan keikhlasan

karena tidak didasari dengan keimanan yang benar kepada Allah Swt.

Bagaimana apa Saudara sudah faham tentang ikhlas sebagai nilai landasan

amal manusia supaya bisa menjadi amal shaleh dan bernilai ibadah? Jika nilai

keikhlasan seseorang semakin tinggi, berarti akhlaknya kepada Allah Swt. semakin

baik pula. Dan amalnya akan dinilai oleh Allah Swt. sebaliknya apabila disertakan

keinginan untuk dinilai manusia, maka Allah Swt. tidak akan mau menilai dan

didiskualifikasi sebelum dihisab di hadapan-Nya kelak di hari perhidtungan amal.

Allah Swt. berfirman:

یوم ھم ل نقیم فال أعمالھم فحبطت ولقائھ ربھم بآیات كفرواالذین أولئك )105:الكھف(وزناالقیامة

Artinya:Mereka itu adalah orang-orang yang mengingkari (tidak percaya) dengan ayat-ayat

Tuhannya dan pertemuan dengan-Nya (di akhirat), maka rusaklah amal-amal

mereka. Kami tidak akan melakukan penimbangan amal di hari kiamat kelak (QS.

Al-Kahfi/18: 105)

c. Sabar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sabar berarti tahan menghadapi

cobaan, tidak lekas marah, putus asa atau patah hati. Sebenarnya kata sabar berasal

dari bahasa arab, yaitu shabara- yashbiru-shabran yang artinya menahan. Kata

lainnya adalah alhabs yang artinya menahan atau memenjarakan. Artinya adalah

menahan hatinya dari keinginan atau nafsunya. Kata sabar dengan aneka ragam

derivasinya memiliki makna yang beragam antara lain: shabara bih yang berarti

“menjamin”. Shabîr yang berarti “pemuka masyarakat yang melindungi kaumnya”.

Dari akar kata tersebut terbentuk pula kata yang berarti “gunung yang tegar dan

kokoh”, “awan yang berada di atas awan lainnya sehingga melindungi apa yang

terdapat di bawahnya”, “batu-batu yang kokoh”, “tanah yang gersang”, “sesuatu

yang pahit atau menjadi pahit”.

Sedangkan menurut istilah sabar didefinisikan oleh para ulama, antara lain:

(1). Shabar adalah sikap tegar dalam menghadapai ketentuan dari Allah. Orang yang

sabar menerima segala musibah dari Allah dengan lapang dada, (2). Sabar adalah

keteguhan hati yang mendorong akal pikiran dan agama dalam menghadapi

Page 20: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

dorongan-dorongan nafsu syahwat. (3). Shabar adalah tabah hati tanpa mengeluh

dalam menghadapi godaan dan rintangan dalam jangka waktu tertentu dalam rangka

mencapai tujuan.

Ada juga yang memahami bahwa shabar bermakna kemampuan

mengendalikan emosi, sehingga sabar memiliki padananan nama yang berbeda-beda

sesuai dengan objeknya: (1). Shabar adalah ketabahan menghadapi musibah,

sehingga kebalikannya gelisah dan keluh kesah berarti tidak shabar, (2). Shabar itu

dhobith an nafs disebabkan mampu menghadapi dan menahan diri dari godaan hidup

yang menyenangkan, (3). Shabar dalam peperangan disebut pemberani,

kebalikannya disebut pengecut, (4). Shabar dalam menahan marah disebut santun

(hilm), kebalikannya disebut pemarah (tazammur), (5). Shabar dalam menghadapi

bencana yang mencekam disebut lapang dada (ridha), (6). Shabar dalam mendengar

gosip disebut mampu menyembunyikan rahasia, (7). Shabar terhadap kemewahan

disebut zuhud, dan (8). Shabar dalam menerima yang sedikit disebut kaya hati

(qana‟ah) kebalikannya disebut tamak atau rakus.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat difahami bahwa shabar itu

merupakan kemampuan menahan atau mengatur diri untuk dapat tetap taat terhadap

aturan-aturan yang benar berdasarkan syariat dalam menjalankan perintah Allah

Swt., menjauhi larangan-Nya dan menerima cobaan, pada waktu tertentu mulai dari

awal sampai selesai. Seperti shabar mengerjakan shalat berarti mulai takbiratul

ihram sampai salam. Seseorang dikatakan shabar dalam shalat jika ia tidak

melanggar aturan-aturan shalat dari mulai takbiratul ihram sampai salam. Dan

shalatnya akan salah, batal atau rusak. Harus mengulang kembali dari awal sampai

akhir tanpa ada pelanggaran, jika mau shalatnya menjadi bagian amal shalih.

Bagaimana kalau ada yang bertanya apa shabar ada batasnya? Jawabnya

“Ada”. Kenapa? Karena sesuatu yang tidak ada batasnya berarti sesuatu itu belum

jelas dan sesuatu yang belum jelas itu masih bersifat umum atau mutlak. Dan sesuatu

yang masih bersifat umum atau masih mutlak atau syubhat itu harus ditinggalkan,

tidak boleh diamalkan sampai ada dalil yang mentakhshish dan mentaqyidnya

sehingga jelas batasnya.

Ayat yang sering difahami oleh sebagian orang sebagai dalil bahwa shabar

tidak ada batasnya adalah QS. Ali Imran/3: 200 sebagi berikut:

Page 21: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

واتقواورابطواوصابروااصبرواآمنواالذین أیھایا ال(حون تفل لعلكم )200:عمران

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah terus bersabar dan tetaplah dalam

kesabaran. Bertaqwalah kalian kepada Allah supaya kalian beruntung”.

Kalimat tetaplah kalian dalam kesabaran, karena ayat ini konteknya adalah

dalam kondisi perang yang maksudnya yaitu tetap shabar sampai perang berakhir.

Tidak boleh melanggar strategi dan aturan-aturan perang sesuai dengan hukum yang

ditetapkan Allah. Sama dengan tidak boleh melanggar aturan-aturan shalat sampai

shalat berakhir. Apabila melanggar aturan, maka amalnya menjadi amal yang salah,

batal dan rusak. Dan berarti tidak shabar, berarti pula buruk akhlaknya kepada Allah.

Sebab itu shabar memerlukan pengetahuan yang cukup tentang apa yang

sedang diamalkan. Mustahil orang yang bodoh akan dapat shabar, karena

kemungkinan besar ia akan melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan sebab

tidak mengetahuinya. Nabi Musa AS. tidak bisa shabar mengikuti Nabi Khidir AS.,

dikarenakan Nabi Musa tidak mengetahui apa maksud dan apa yang akan terjadi.

Allah Swt. berfirman:

)68:كھف(خبرابھ تحط لم ماعلىتصبر وكیف

Artinya:

“Bagaimana mungkin engkau dapat bersabar terhadap apa yang engkau belum tahu

persis masalahnya”

d. Syukur

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), syukur diartikan sebagai: (1)

rasa terima kasih kepada Allah, dan (2) untunglah (menyatakan lega, senang dan

sebagainya). Sebenarnya kata syukur berasal dari bahasa Arab yakni dalam bentuk

mashdar dari kata kerja syakara–yasykuru–syukran–wa syukuran–wa syukranan..

Secara bahasa berarti pujian atas kebaikan dan penuhnya sesuatu. Syukur juga berarti

menampakkan sesuatu kepermukaan. Dalam hal ini menampakkan sesuatu

kepermukaan, yakni menampakkan nikmat Allah.

Sedangkan menurut istilah syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang

dikaruniakan Allah yang disertai dengan kedudukan kepada-Nya dan

mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan tuntunan dan kehendak-Nya. Dalam

Page 22: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

hal ini, hakikat syukur adalah “menampakkan nikmat,” dan sebaliknya hakikat

kekufuran adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara lain berarti

menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberi-

Nya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberi-Nya dengan lidah. M. Quraish

Shihab menegaskan bahwa syukur mencakup tiga sisi. Pertama, syukur dengan hati,

yakni kepuasaan batin atas anugerah. Kedua, syukur dengan lidah, yakni dengan

mengakui anugerah dan memuji pemberinya. Ketiga, syukur dengan perbuatan,

yakni dengan memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan

penganugerahannya.

Kaitannya dengan amal shalih syukur itu menjadi landasan tauhid seseorang

ketika diberikan fasilitas yang enak dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang

hamba di dunia ini. Dengan kata lain dalam beramal ketika fasilitasnya terbatas maka

harus shabar sementara kalau fasilitasnya cukup apalagi berlimpah maka harus

bersyukur. Dalam perspektif amal shalih keduanya (shabar dan syukur)

kedudukannya sama menjadi cara atau ukuran bagi orang yang beriman apakah

tindakannya akan menjadi amal ibadah atau bukan. Rasulullah Saw. bersabda:

أمر من عجبت : " وسلم علیھ هللا صلىهللا رسول قال : قال صھیب عن إن للمؤمن،إال ألحد ذلك ولیس خیر،لھ كلھ المؤمن أمر إن المؤمن،اء أصابتھ اء أصابتھ وإن خیرا،لھ ذلك كان شكر،سر ان ك فصبر،ضر

)احمدرواه"(خیرالھ ذلك Artinya:

Dari Shuhaib berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Saya heran terhadap urusan

orang yang beriman, sesungguhnya semua urusannya akan menjadi kebaikan, dan itu

tidak dapat terjadi keculi bagi orang yang beriman. Jika ia memperoleh kesenangan lalu

ia bersyukur, maka yang demikian itu akan menjadikan kebaikan baginya. Dan jika ia

ditimpa keburukan lalu ia bersabar, maka yang demikian itu juga menjadi kebaikan (HR.

Ahmad)

Pernyataan Rasulullah Saw. tersebut di atas, yang dimaksud menjadi kebaikan

bagi orang yang beriman adalah menjadi amal yang bernilai ibadah. Karena memang

tugas manusia di dunia ini adalah untuk beribadah kepada-Nya. Dan nilai ibadah itu

bentuknya adalah amal shalih, ketakwaan kepada-Nya. Selalu menjadi hamba yang

shalih dalam kondisi apapun, baik sedang dalam kesusahan maupun sedang dalam

kelapangan. Kesusahan dan kesenangan di dunia, bagi seorang yang beriman itu sama

kedudukannya sebagai alat ujian untuk mendapatkan amal shalih sebanyak-banyaknya.

Page 23: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Maaf, Saudara baiknya Jedda dulu, bagaimana setelah baca teks di atas? Sudah

nyambung? Kalau sudah nyambung mari kita lanjutkan.

e. Ridha

Menurut bahasa kata ridha/الرضا berasal dari bahasa Arab yang berarti

senang, suka, rela. Ia merupakan lawan dari kata al-sukht/السخط yang berarti

kemarahan, kemurkaan, rasa tidak suka. Orang yang ridha/الرضا berarti orang yang

sanggup melepaskan ketidak senangan dari dalam hati, sehingga yang tinggal di

dalam hatinya hanyalah kesenangan.

Menurut istilah para ulama ridha didefinisikan antara lain oleh; (1). Dzunnun

Al-Miṣri, beliau mengatakan bawa ridha ialah kegembiraan hati dalam menghadapi

qadha tuhan, (2). Ibnu Ujaibah mengatakan bahwa ridha adalah menerima

kehancuran dengan wajah tersenyum, atau bahagianya hati ketika ketetapan terjadi,

atau tidak memilih-milih apa yang telah diatur dan ditetapkan oleh Allah, atau lapang

dada dan tidak mengingkari apa-apa yang datang dari Allah, (3). Al-Barkawi

berpendapat bawa ridha adalah jiwa yang bersih terhadap apa-apa yang

menimpanya dan apa-apa yang hilang, tanpa perubahan. Ibnu Aṭaillah as-Sakandari

berkata, “ridha adalah pandangan hati terhadap pilihan Allah yang kekal untuk

hamba-Nya, yaitu, menjauhkan diri dari kemarahan.

Dari definisi-definisi di atas dapat difahami bahwa ridha itu merupakan

kondisi kejiwaan atau sikap mental yang senantiasa menerima dengan lapang dada

atas segala keputusan Allah Swt. yang terkait dengan diri seorang hamba, baik

berupa karunia yang baik berupa nikmat maupun yang buruk berupa bala’. Ia akan

senantiasa merasa senang dalam setiap situasi yang meliputinya. Sikap seperti inilah

yang dapat menjadikan amal seorang hamba dapat diterima di sisi Allah Swt. dan

merupakan akhlak yang mulia kepada Penciptanya.

Orang yang ridha terhadap cobaan dan musibah yang menimpanya

sebenarnya merasakan apa yang dirasakan manusia pada umumnya. Akan tetapi dia

ridha dengan akal dan imannya, karena dia meyakini besarnya pahala dan balasan

atas musibah dan cobaan tersebut. Oleh karena itu dia tidak menolaknya dan tidak

gelisah. Abu Ali Ad-Daqqaq berkata, “ridha bukan berarti tidak merasakan bencana.

Akan tetapi, ridha itu berarti tidak menolak qadha dan takdir.

Orang yang jiwanya rela (puas) menerima apapun yang terjadi pada diri

mereka, tidak ada sedikitpun kekecewaan yang melanda dirinya. Orang-orang seperti

Page 24: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

inilah yang disebut dengan orang yang ridha . Orang yang ridha sadar bahwa

penderitaan yang menimpanya juga menimpa orang lain, namun dalam bentuk yang

berbeda-beda. Sikap seperti itu muncul karena ia mengimani sepenuhnya rencana

dan kebijaksanaan Allah. Apa yang menimpanya diyakini sebagai ketentuan yang

telah ditentukan oleh Allah kepadanya. Ia menerima dan mensikapi dengan senang

hati sehingga ia dapat terhindar dari kebencian terhadap manusia, karena seseorang

yang berusaha mencari ridha Allah tidak peduli terhadap komentar apapun dari

orang lain mengenai dirinya, dan hal itu tidak membuatnya sakit hati, sehingga

hatinya menjadi tenang dan jauh dari gejolak dan gelisah.

Bagaimana hubungannya dengan amal shalih? Ridha terhadap keputusan

Allah Swt. merupakan syarat diterimanya penghambaan seseorang. Siapa yang tidak

ridha dengan keputusan dan takdir-Nya dia tidak berhak mengakui Allah sebagai

Tuhannya. Dan berarti amalnya akan didiskualifikasi, tidak akan dihitung dalam

perhitungan di yaum al-hisab kelak. Karena Allah Swt. tidak ridha dengan

akhlaknya. Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadis Qudsi dari Anas bin

Malik sebagai berikut:

صلىهللا رسول سمعت : قال مالك بن نسأ عن قال :یقول وسلم علیھ رواه("غیريربافلیلتمس وقدريبقضائيیرض لم من : " تعالىهللا

)البیھقي

Atinya:

Dari Anas bin Malik berkata, saya mendengan Rasulullah Saw. bersabda,

Allah Swt. berfirman, “Siapa yang tidak ridha dengan keputusan dan takdirku, maka

hendaknya mencari dan memohon doa kepada Tuhan selain Aku” (HR. Baihaki)

Page 25: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

KEGIATAN BELAJAR 3AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI

A. Capaian Pembelajaran

Mampu menganalisis kategori akhlak al-karimah yang manfaatnya kembali kepada diri

sendiri

B. Sub CP/Indikator Kompetensi

1. Menemukan kategorisasi akhlak yang ada hubungannya dengan diri sendiri.

2. Menganalisis akhlak yang ada hubungannya dengan diri sendiri; khauf dan raja’, malu,

rajin, hemat dan istiqamah

3. Membedakan sebab dan akibat dari akhlak al-karimah pada diri sendiri; khauf dan raja’,

malu, rajin, hemat dan istiqamah.

B. Uraian Materi

1. Hakekat Akhlak terhadap Diri Sendiri

Berbicara akhlak adalah berbicara mengenai perbuatan baik dan buruk. Perbuatan

baik yang dimaksud adalah perbuatan yang membawa manfaat dan kemuliaan.

Sebaliknya perbuatan buruk maksudnya ialah perbutan yang menyebabkan

kemadharatan dan kehinaan.

Dengan demikian dapat difahami bahwa akhlak terhadap diri sendiri dasarnya

adalah sifat jiwa yang sudah mendarah daging yang dapat menjadi inspirasi dan

mendorong perbuatan-perbuatan yang akibatnya kembali pada dirinya sendiri, baik itu

perbuatan yang bermanfaat maupun perbuatan yang madharat. Meski hakekatnya tidak

ada satupun manusia di dunia ini yang ingin mendapatkan keburukan apalagi keburukan

tersebut jelas dari akibat perbuatannya, tatapi realitanya banyak orang yang berakhlak

buruk terhadap dirinya sendiri

Sejatinya apabila Saudara sudah beramal shalih, maka berarti Saudara telah

berakhlak baik kepada Allah Swt., kepada diri sendiri dan kepada sesama makhluk.

Masih ingatkan kan, pengertian amal shaleh dan hakekat implementasi imannya?

Semua perbuatan yang dilakukan seorang hamba karena Allah Swt. semata sebagai

bentuk pengabdiannya, yakni amal yang implementasinya didasari dengan hakekat

tauhid.

Page 26: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Akhlak yang mulia kepada diri sendiri adalah bagian dari amal shalih. Sebagai

contoh sifat malu. Sifat malu bisa baik dan sebaiknya bisa buruk bagi seseorang.

Apabila ia malu melakukan sesuatu karena Allah, dipastikan ia malu meninggalkan

perbuatan yang diperintahkan oleh-Nya, atau melakukan perbuatan yang dilarang-Nya.

Sifat malu seperti ini, adalah bagian dari keshalehan seseorang dan akan memberikan

manfaat bagi dirinya serta akan menyebabkan ia akan menjadi orang mulia.

Bagaimana sudah nyambung? Mari kita lanjutkan sub bab berikutnya!

2. Macam-macam Akhlak terhadap Diri Sendiri

Setelah Saudara memahami dengan saksama mengenai akhlak terhadap diri

sendiri, bagaimana apa saja kira-kira yang termasuk akhlak terhadap diri sendiri? Ingat

indikatornya adalah sifat perbuatan yang langsung berpengaruh atau berakibat baik atau

memberi manfaat dan menjadikan derajatnya mulia bagi diri orang yang

menyandangnya. Sifat tersebut akan menagantar pemiliknya menjadi orang yang sukses

dunia akhirat.

Untuk lebih memudahkan Saudara, berikut ini adalah beberapa sifat yang di masud

di atas, yaitu; khauf dan raja’, malu, rajin, hemat dan istiqamah. Dengan kelima sifat

tersebut apabila sudah terpatri dalam jiwa, insyaAllah Saudara akan dapat menjadi

pribadi sukses dunia akhirat.

Selanjutnya mari kita bahas satu persatu:

a. Khauf dan Raja’

Secara bahasa, khauf adalah lawan kata al-amnu. Al-Amnu adalah rasa aman,

dan khauf adalah rasa takut. Khaufa adalah perasaan takut terhadap siksa dan

keadaan yang tidak mengenakkan karena kemaksiatan dan dosa yang telah

diperbuat.

Sedangkan raja’ adalah perasaan penuh harap akan surga dan berbagaikenikmatan lainnya, sebagai buah dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Bagi

seorang muslim, kedua rasa ini mutlak dihadirkan. Karena akan mengantarkan pada

satu keadaan spiritual yang mendukung kualitas keberagamaan seorang muslim.

Kenapa kita harus mempunyai sifat khauf. Ada beberapa alasan: Pertama,

supaya ada proteksi diri. Terutama dari perbuatan kemaksiatan atau dosa. Karena,

Page 27: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

nafsu selalu menyuruh kita untuk melakukan perbuatan buruk dan tidak ada kata

berhenti dalam menjerumuskan kita. Oleh karena itu, kita harus membuat nafsu

menjadi takut. Seorang ahli hikmah berkata, “Suatu ketika nafsu mengajak berbuatmaksiat, lalu ia keluar dan berguling- guling di atas pasir yang panas seraya berkata

kepada nafsunya, “Rasakanlah! Neraka jahanam itu lebih panas dari pada yang anda

rasakan ini.”Kedua, agar tidak ujub atau berbangga diri dan sombong. Sekalipun kita

sedang dalam zona taat, kita harus selalu waspada terhadap nafsu. Perasaan paling

suci, paling bersih dan paling taat adalah di antara siasat halus nafsu. Karena itulah

nafsu harus tetap dipaksa dan dihinakan tentang apa yang ada padanya,

kejahatannya, dosa-dosa dan berbagai macam bahayanya.

Allah Swt. berfirman;

)32:النجم(اتقىبمن أعلم ھو أنفسكم تزكوافال ... “… Jangan engkau merasa paling suci, karena Aku tahu siapa yang paling

bertakwa.” (QS an-Najm, 53: 32).

Berikutnya, kenapa manusia perlu memiliki sifat raja’. Alasannya adalah

pertama, agar tetap bersemangat dalam ketaatan. Sebab berbuat baik itu berat dan

setan senantiasa akan mencegahnya dengan berbagai cara. Allah Swt. berfirman:

جد ت وال شمائلھم وعن أیمانھم وعن خلفھم ومن أیدیھم بین من آلتینھم ثم )17:األعراف(شاكرین أكثرھم

Artinya:

Kemudian pasti aku akan datangi mereka dari depan, dari belakang, dari

kanan dan dari kiri mereka. Dan Engka tidak akan mendapatka mereka banyak

bersyukur. (Al-‘Araf/7: 17)Imam al-Ghazali berkata, “Kesedihan itu dapat mencegah manusia dari

makan. Khauf dapat mencegah orang berbuat dosa. Sedang raja’ bisa menguatkankeinginan untuk melakukan ketaatan. Ingat mati dapat menjadikan orang bersikap

zuhud dan tidak mengambil kelebihan harta duniawi yang tidak perlu.

Kedua, agar tetap tenang dengan berbagai kesulitan hidupnya. Ketika orang

benar-benar menyukai sesuatu, tentu ia sanggup memikul beban beratnya. Bahkan

merasa senang dengan keadaan sulitnya itu. Seperti orang yang mengambil madu di

sarang lebah, ia tidak akan pedulikan sengatan lebah itu, karena ingat akan manisnya

madu.

Begitu pula orang-orang yang tekun beribadah, mereka akan berjibaku apabila

ia teringat surga yang indah dengan berbagai kenikmatannya; kecantikan

Page 28: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

bidadaribidadarinya, kemegahan istananya, kelezatan makanan dan minumannya,

keindahan pakaian dan keelokan perhiasannya dan semua yang disediakan Allah di

dalamnya.

Di waktu yang lain, Imam Al-Ghazali menjelaskan ketika ditanya, Manakah

yang lebih utama di antara sikap khauf dan raja`? Sang Hujjatul Islam menjawab

dengan pertanyaan balik. Mana yang lebih enak, roti atau air? Bagi orang yang lapar,

roti lebih tepat. Bagi yang kehausan, air lebih pas. Jika rasa lapar dan haus hadir

bersamaan dan kedua rasa ini sama-sama besar porsinya, maka roti dan air perlu

diasupkan bersama-sama, tambah sufi terbesar sepanjang masa ini.

Bagaimana kalau orang yang tidak memiliki rasa takut dan tidak punya

harapan? Tentu dia akan sembarangan dalam beramal atau tidak mau berbuat apa-

apa. Dan tentunya sulit dijelaskan bagaimana ia bisa menjadi orang yang sukses.

b. Malu

Menurut bahasa malu berarti merasa sangat tidak enak hati seperti hina atau

segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat, agak takut, kepada pihak lain.

Sedang menurut istilah adalah adalah sifat yang mendorong seseorang merasa tidak

enak apabila meninggalkan kewajiban-kewajiabannya sebagai hamba Allah Swt

dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.

Malu adalah sifat atau perasaan yang membentengi seseorang dari melakukan

yang rendah atau kurang sopan. Ajaran Islam mengajarkan pemeluknya memiliki

sifat malu karena dapat menyebankan akhlak seseorang menjadi tinggi. Orang yang

tidak memiliki sifat malu, akhlaknya akan rendah dan tidak mampu mengendalikan

hawa nafsu.

Sifat malu merupakan ciri khas akhlak orang beriman. Orang yang memiliki

sifat ini apabila melakukan kesalahan atau yang tidak patut bagi dirinya akan

menunjukkan penyesalan. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki malu merasa biasa

saja ketika melakukan kesalahan dan dosa meskipun banyak orang mengetahuinya.

Perasaan malu muncul dari kesadaran akan perasaan bersalah

tetapi sebenarnya perasaan malu tidak sama dengan perasaaan bersalah. Rasa malu

merupakan perasaan tidak nyaman tentang bagaimana kita dilihat oleh pihak lain,

yakni Allah semata. Sebagaimana konsep ihsan yang dijelaskan oleh Rasulullah

sebagai berikut:

تعبد أن ... )مسلمرواه... (یراك فإنھ تراه تكن لم فإن تراه،كأنك

Page 29: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Artinya:

Kamu mengabdi (melakukan segala sesuatu perbuatan) kepada Allah Swt. seakan-

akan melihat kamu melihatnya, lalu jika kamu tidak bisa melihat-Nya, maka

sesungguhnya Dia melihatmu. (HR. Muslim)

Ibnul Qoyyim menjelaskan dalam kitabnya Madarijus Salikin bahwa

kuatnya sifat malu itu tergantung kondisi kualitas hatinya. Sedikit sifat malu

disebabkan oleh kematian hati dan ruhnya, sehingga semakin hidup hati itu maka

sifat malupun semakin sempurna. Beliau juga mengatakan, Sifat malu darinya

tergantung kepada pengenalannya terhadap Rabbnya. Atau dengan kata malu

adalah sifat yang melekat pada diri seseorang itu sangat terkait dengan kualitas

imannya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Umar dalam sebuah hadis Rasulullah Saw. sebagai

berikut:

رضي عمر ابن عن :وسلم یھ عل هللا صلىالنبي قال : قال عنھما،یمان الحیاء « )الحاكمرواه(»اآلخر رفع أحدھمارفع فإذاجمیعا،قرناواإل

Artinya:

Dari Ibn. Umar ra. Berkata, Nabi Saw. bersabda:, Malu dan iman senantiasa

bersama. Apabila salah satunya dicabut, maka hilanglah yang lainnya. (HR.

Hakim)

Islam menempatkan malu sebagai bagian dari iman. Orang beriman pasti

memiliki sifat malu. Orang yang tidak memiliki malu berarti tidak ada iman dalam

dirinya meskipun lidahnya menyatakan beriman. Rasulullah SAW bersabda, ''Iman

itu lebih dari 70 atau 60 cabang, cabang iman tertinggi adalah mengucapkan 'La

ilaha illallah', dan cabang iman terendah adalah membuang gangguan (duri) dari

jalan, dan rasa malu merupakan cabang dari iman.'' (HR Bukhari-Muslim).

Apabila seseorang hilang malunya, secara bertahap perilakunya akan buruk,

kemudian menurun kepada yang lebih buruk, dan terus meluncur ke bawah dari yang

hina kepada lebih hina sampai ke derajat paling rendah. Sebagaimana sabda

Rasulullah Saw. sebagai berikut:

إن «: قال وسلم،علیھ هللا صلىالنبي أن عمر،ابن عن اإذ وجل عز قیتام إال تلقھ لم الحیاء،منھ نزع فإذاالحیاء،منھ نزع عبدا،یھلك أن أراد

ھ من نزعت فإذااألمانة،منھ نزعت ممقتا،قیتام إال تلقھ لم فإذاممقتا،

Page 30: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

نا،خائناإال تلقھ لم األمانة، نا،خائناإال تلقھ لم فإذامخو نھ م نزعت مخوحمة، حمة،منھ نزعت فإذاالر ال إ تلقھ لم فإذاملعنا،رجیماإال تلقھ لم الر

سالم ربقة منھ نزعت ملعنا،رجیما )ماجھابنرواه(اإل

Artinya:

Dari Ibn. Umar bahwasannya Nabi Saw. bersabda, ''Sesungguhnya Allah

apabila hendak membinasakan seseorang, Dia mencabut rasa malu dari orang itu.

Sesungguhnya apabila rasa malu seorang hamba sudah dicabut, kamu tidak

menjumpainya kecuali dibenci. Apabila tidak menjumpainya kecuali dibenci,

dicabutlah darinya sifat amanah. Apabila sifat amanah sudah dicabut darinya maka

tidak akan didapati dirinya kecuali sebagai pengkhianat dan dikhianati. Kalau

sudah jadi pengkhianat dan dikhianati, dicabutlah darinya rahmat. Kalau rahmat

sudah dicabut darinya, tidak akan kamu dapati kecuali terkutuk yang mengutuk.

Apabila terkutuk yang mengutuk sudah dicabut darinya, maka akhirnya dicabutlah

ikatan keislamannya.'' (HR Ibn Majah).

Ada tiga macam malu yang perlu melekat pada seseorang, yaitu:

1). Malu kepada diri sendiri ketika sedikit melakukan amal saleh kepada Allah dan

kebaikan untuk umat dibandingkan orang lain. Malu ini mendorongnya

meningkatkan kuantitas amal saleh dan pengabdian kepada Allah dan umat.

2). Malu kepada manusia. Ini penting karena dapat mengendalikan diri agar tidak

melanggar ajaran agama, meskipun yang bersangkutan tidak memperoleh pahala

sempurna lantaran malunya bukan karena Allah. Namun, malu seperti ini dapat

memberikan kebaikan baginya dari Allah karena ia terpelihara dari perbuatan

dosa.

3). Malu kepada Allah. Ini malu yang terbaik dan dapat membawa kebahagiaan

hidup. Orang yang malu kepada Allah, tidak akan berani melakukan kesalahan

dan meninggalkan kewajiban selama meyakini Allah selalu mengawasinya.

Sifat malu begitu penting karena sebagai benteng pemelihara akhlak seseorang

dan bahkan sumber utama kebaikan. Maka dari itu, sifat ini perlu dimiliki dan

dipelihara dengan baik. Sifat malu dapat meneguhkan iman seseorang.

c. Rajin

Page 31: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Menurut bahasa rajin berarti suka bekerja, getol (sungguh-sungguh bekerja),

giat berusaha dan kerapkali; terus-menerus. Kata rajin sangat terkenal dengan sebuah

peribahasa “rajin pangkal pandai”

Sifat rajin dapat difahami sebagai kondisi jiwa yang dapat mendorong

kesungguhan untuk melakukan kegiatan tertentu secara terus-menerus dalam

mencapai suatu tujuan. Kebalikannya adalah sifat malas, sifat yang melekat dengan

kuat di dalam sudah yang mendorong seseorang tidak mau, segan atau tidak berminat

melakukan sesuatu.

Perlu difahami bahwa perubahan kondisi dalam hidup kita sangat ditentukan

dengan tingkat keseriusan dan kerja keras yang kita lakukan. Allah Swt. tidak akan

pernah mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu berusaha untuk mengubah apa

yang ada di dalam dirinya. Allah Swt. berfirman sebagai berikut:

إن )11: الرعد(بأنفسھم مایغیرواحتىبقوم مایغیر ال

Artinya:

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sehingga mereka

mau merubah apa yang ada dalam diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’du/13: 11)

Merubah sesuatu yang ada di dalam diri mereka (manusia) yang dimaksud

adalah merubah akhlaknya. Terutama dalam hal ini merubah sifat-sifat yang

membangun seperti sifat malas menjadi rajin, boros/pelit menjadi hemat dan lain-

lain. Siapa yang bau berubah nasibnya menjadi lebih baik maka ia harus merubah

sifat-sifat destruktif menjadi sifat-sifat yang konstruktif.

Keberhasilan tak akan pernah datang hanya dengan mengkhayal. Sunnatullah

dalam kehidupan ini menegaskan bahwa tidak mungkin kita kenyang hanya dengan

mengkhayal, tetapi rasa kenyang akan datang setelah kita makan, begitu pun juga

kesulitan hanya akan dapat diatasi ketika kita melakukan usaha untuk mengatasinya.

Rezeki akan datang ketika kita berusaha untuk menjemputnya, dan tidak akan pernah

datang hanya dengan bermimpi.

Pentingnya usaha atau ikhtiar yang kita keluarkan dalam mencapai suatu

tujuan yang kita harapkan itu menjadi landasan penting dari kesungguhan kita dalam

bertawakal kepada Allah Swt. Bertawakal bukanlah berpasrah tanpa usaha, tawakkal

ialah upaya yang diawali kebulatan tekad, menyusun rencana yang matang

berdasarkan kemampuan dan ilmu yang kita miliki.

Page 32: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Jihad juaga jangan hanya dimaknai sebatas mengangkat senjata, tapi pelajaran

penting dari jihad adalah bagaimana pentingnya motivasi untuk berusaha. Pergi ke

medan perang membutuhkan kekuatan lahir dan batin, butuh kekuatan untuk

mengusir rasa malas dan rasa takut.

Mungkin kita harus merenungkan pula, jika saja para sesepuh dan tokoh

bangsa ini di masa lalu tak mampu mengusir rasa malasnya, nikmat kemerdekaan

negara ini belum tentu sebaik seperti yang kita rasakan pa

Terkait dengan sifat malas sebagai penyakit yang harus diperangi, Rasulullah

Saw. mengajarkan kepada kita sebuah doa yang sering beliau panjatkan kepada

Allah Swt. seperti diriwayatkan dari Anas ra. sebagai berikut:

رسول كان : قال أنس عن ذ وسلم علیھ هللا صلى لمات،الك بھؤالء یتعووء وس والبخل،والجبن والھرم،الكسل،من بك أعوذ إنياللھم «: یقول كان

ال،وفتنة الكبر، »القبر وعذاب الدجArtinya

Dari Anas berkata, dalu Rasulullah Saw. mohon perlindungan kepada Allah

dengan kalimat-kalimat ini. Beliau berdoa, “Ya Allah ya Tuhan kami, sesungguhnya

aku berlindung kepada-Mu dari keluh kesah dan dukacita, aku berlindung kepada-

Mu dari lemah kemauan dan malas, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut

dan kikir, aku berlindung kepada-Mu dari tekanan utang dan kezaliman

manusia.” (HR Baihaqi)

Melalui doa tersebut, Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kita, bahwa sosok

seorang muslim sejati haruslah tergambar sebagai sosok yang penuh semangat,

memiliki motivasi tinggi dan rajin dalam mengejar kesuksesan, dermawan, mandiri,

serta peduli terhadap sesama.

Tidak patut disebut sebagai seorang muslim sejati, jika kita senantiasa

mengeluh, malas, takut, dan kikir, bahkan selalu bergantung kepada orang lain dan

sering berbuat zalim. Ingatlah bahwa surga Allah Swt. tak akan dapat kita raih hanya

melalui lamunan dan angan-angan, tapi harus diraih dengan semangat yang tinggi

untuk konsisten dalam jalan hidup yang diridai Allah Swt. Seorang muslim harus

rajin dalam segala hal; rajin beramal, belajar, bekerja, dan berbagai usaha untuk

memperbaiki kualitas diri sehingga menjadi orang yang terbaik, sukses hidupnya

dunia akhirat.

Page 33: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

d. Hemat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indosenia hemat diartikan dengan berhati-hati

dalam membelanjakan uang. Semenjak Saudara ada di bangku sekolah dasar, pasti

Saudara sudah hafal betul dengan pepatah yang satu ini, "Hemat Pangkal Kaya".

Seakan atau sepintas hemat hanya berhubungan dengan harta.

Hemat Pangkal Kaya dimaknai, apabila kita senang menabung alias hidup

hemat dalam kehidupan sehari-hari, maka kita bisa dengan mudah mencapai apa

yang kita inginkan atau kita dambakan. Bahkan, tidak mustahil jika ingin menjadi

orang yang sukses juga harus hemat.

Hemat dalam kehidupan sehari-hari adalah sifat jiwa yang sudah menyatu

dengan dirinya yang dapat mendorong seseorang menggunakan segala sesuatu yang

dimilikinya, baik harta, tenaga maupun waktu sesuai dengan kebutuhan. Hemat

berarti tidak boros dan juga tidak kikir atau pelit. Orang-orang yang hemat bisa

menahan nafsunya untuk tidak membeli barang yang tidak penting. Orang yang

hemat akan berusaha dengan upaya yang maksimal untuk membeli dan memenuhi

kebutuhannya, meskipun dalam kondisi serba kekurangan.

Sikap boros dilarang oleh ajaran agama Islam sebagaimana firman Allah

sebagai berikut:

رین إن )27: االسراء(كفورالربھ الشیطان وكان الشیاطین إخوان كانواالمبذ

Artinya:

Sesungguhnya mubadzir itu adalah teman setan. Dan setan itu ingkar kepada

Tuhannya (QS. Al-Isra’/17:27)

Sementara pelit atau bakhil itu adalah sesuatu yang dibenci oleh Allah Swt.

dan menyebabkan jauh dari rahmat-Nya. Rasulullah Saw. bersabda:

عن ھریرة،أبيعن صلىالنبي من قریب السخي «: قال وسلم علیھ ن م قریب من بعید والبخیل النار،من بعید الناس من قریب الجنة الناس ن م بعید الجنة من بعید )الترمذيرواه(النار من قریب

Artinya:

Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi Saw. bersabda, ‘Sifat dermawan itu dekat

kepada Allah, dekat dari surga, dekat dengan manusia dan jauh dari neraka.

Sedangkan sifat kikir itu jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dengan manusia dan

dekat dengan neraka (HR. At-Turmudzi)

Bagaimana menurut Saudara, apakah hemat itu lawan dari boros? Saya

berharap Saudara mulai faham kalau hemat adalah sifat yang terbaik dan yang

Page 34: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

terbaik adalah yang ada di tengah. Hemat bukan boros dan juga bukan pelit.

Sementara dermawan adalah memberikan sesuatu yang kita miliki sesuai dengan

yang disyariatkan Allah sedang pelit adalah menahan hak orang lain yang ada pada

diri kita.

Hemat adalah membelanjakan apa yang kita punya secara sempurna. Allah

Swt. berfirman:

)67: الفرقان(قواماذلك بین وكان یقترواولم یسرفوالم أنفقواإذاوالذین

Artinya:

Dan orag-orang yang membelanjakan (hartanya) dengan tidak berlebih dan

tidak pelit. Dan pembelanjaannya itu sempurna diantara yang demikian itu (QS. Al-

Furqan/25:67).

Di era modern ini, kebanyakan masyarakat memiliki pola hidup

yang konsumtif. Ini tentu sangat susah dihilangkan apabila sudah melekat di dalam

diri masing-masing. Dengan perilaku yang super konsumtif ini, maka akan membuat

kesenjangan sosial menjadi lebih terlihat mencolok. Hal ini juga yang akan

menimbulkan dan meningkatkan kecemburuan sosial di dalam kehidupan

bermasyarakat.

Selanjutnya hemat juga berlaku pada hal-hal selain dalam penggunaan

barang/harta dan uang. Orang yang hemat juga pandai dalam menggunakan

kesempatan dan waktu. Ia akan membuat rencana dan jadwal untuk menggunakan

waktu, sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia karena hanya sebuah alasan

yang tidak jelas. Sangat penting bagi kita apabila bisa menggunakan waktu dengan

hal-hal yang positif dan bermanfaat.

Betapa pentingnya kita untuk bisa mengatur waktu, hemat dengan karunia

kesempatan waktu yang sudah Allah Swt. berikan kepada kita. Dia yang Maha

Mengatur beberapa kali bersumpah terkait dengan waktu. Diantaranya adalah

sebagai berikut:

نسان ن إ .والعصر الحات اوعملواآمنواالذین إال . خسر لفياإل لصبر وتواصواق بالح وتواصوا )3-1: العصر(بالص

Artinya:

Demi waktu ashr, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-

orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran dan

saling menasehati dalam kesabaran (QS. Al-‘Ashr/103: 1-3)

Page 35: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Waktu merupakan sesuatu yang berharga dalam setiap kehidupan seseorang.

Banyak orang yang gagal memperoleh kesuksesan karena beranggapan bahwa waktu

yang tersedia terbatas. Padahal waktu yang diberikan kepada kita hakekatnya sama,

satu tahun 12 bulan atau 365 hari, satu hari 24 jam dan seterunya. Masalahnya adalah

bagaimana kita dapat mengatur waktu, menghemat waktu.

Keberhasilan kita dalam mengelola waktu dengan baik dapat membantu kita

menghadapi stress yang dapat menimpa pada sitiap orang. Dalam hal ini, kegiatan

mengatur waktu menjadi penting bagi kita dan harus dilakukan oleh setiap pribadi

yang ingin hidupnya lebih teratur, terarah, sehat dan terkendali dan tentunya

terhindar dari stress.

Proses mengatur waktu dimulai dengan mengidentifikasi sejumlah kegiatan

yang biasa kita lakukan setiap harinya, dengan kata lain mengidentifikasi kegiatan

rutinitas kita setiap harinya. Hal ini akan memudahkan kita mengatur dan

mengorganisir setiap kegiatan satu per satu dan menempatkannya pada kuadran

waktu yang telah kita tentukan.

Bagaimana pendapat Saudara tentang hubungan hemat dan akhlak terhadap

diri sendiri? Mudah-mudahan Saudara faham dan mengerti. Yang jelas orang yang

hemat berarti ia telah berbuat baik kepada diri sendiri. Ia akan menjadi orang yang

bisa menahan diri dalam menggunakan karunia Allah, pandai mengelola nikmat

terutama sehat dan waktu, sehingga kita dapat berharga bagi orang lain, merasakan

kebahagian tanpa penyesalan, dan bisa hidup sederhana.

e. Istiqamah

Menurut bahasa Istiqomah berarti “lurus, menjadi lurus atau tegak lurus”,

adalah bentuk mashdâr dari fiil istaqama – yastaqimu istiqamatan (Almunawwir;

1173), atau jalan yang lurus dan benar (Mufradat Alfazh al-Qur’an, hlm. 692) juga

berarti tetap beramal berdasarkan agama tauhid, tidak kembali pada kemusyrikan

(Al-Maraghi, Juz 24: hlm. 127).

Menurut Istilah istiqamah adalah kata yang mencakup semua urusan agama

yakni mendirikan (melaksanakannya secara sempurna) dan menunaikan janji terkait

dengan ucapan, perbuatan, keadaan dan niat dengan sebenar-benarnya kehadirat

Allah Swt. (Ibn. Qayyim, Madarid as-Salikin, Juz III, h. 1708)

Page 36: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Abdur Razaq mendefinisikan bahwa istiqamah itu menuju jalan yang lurus

yakni agama yang sempurna dari keterpihakan ke kanan atau ke kiri, mencakup

ketaatan lahir dan batin terhadap pelaksanaan perintah dan meninggalkan larangan

sehingga dapat dikatakan sebagai wasiat ketaatan agama secara menyeluruh (Asyru

Qawaid fi al-Istiqamah, hal. 13)

Dengan demikian dapat difahami bahwa istiqamah adalah sifat yang sudah

menyatu dengan jiwa seseorang yang mendorong untuk melakukan jalan yang lurus

(benar) berupa ketaatan mutlak kepada Allah Swt. secara konsisten dan terus

menerus dalam keadaan apapun dan di mana pun ketika menjalankan perintah-Nya

dan menjauhi larangan-Nya. Ketaan kepada Allah Swt. yang dawam (terus-menerus)

merupakan bagian penting dari Istiqamah.

Jiwa yang istiqamah adalah jiwa yang muttaqin sejati. Siapa yang dapat

menjaga ketakwaannya berarti dia berkhlak mulia kepada Rabnya sekaligus kepada

dirinya sediri. Bahkan ia juga berakhlak baik kepada semua makluk Allah Swt.

Kebaikan dan keutamaan yang kembali pada diri orang yang istiqamah adalah

mendapat jaminan menjadi kekasih Allah. Sebagaimana disebutkan dalam Al-

Qur’an sebagai berikut:

ربناقالواالذین إن ل استقامواثم وال واتخاف أال المالئكة علیھم تتنزالدنیااة الحی فيأولیاؤكم نحن .توعدون كنتم التيبالجنة وأبشرواتحزنوا

ن م نزال .تدعون مافیھاولكم أنفسكم تشتھيمافیھاولكم اآلخرة وفي)32-30:فصلت(رحیم غفور

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan bahwa “Tuhan kami adalah Allah,kemudian mereka istiqamah, maka turunlah malaikat-malaikat kepada merekasembari berkata “Janganlah kalian takut dan jangan pula bersedih dan bersenang-senanglah dengan surge yang telah dijanjikan kepada kalian”. Kami adalahpelindung-pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Didalamnya terdapat sesuatu untuk kalian yang kalian inginkan dan kalian minta.Sesuatu yang turun dari Tuhan yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. (QSFussilat/41:30 -32)

Orang yang istiqamah, konsisten jalan pikirannya, ucapan dan perbuatannya

akan selalu mendapatkan kemudahan dalam menghadapi kesulitan, akan

mendapatkan pertolongan dari Dzat yang Maha segalanya. Baginya yang susah akan

jadi mudah, yang jauh akan jadi dekat, yang sedikit akan jadi banyak dan seterusnya.

Page 37: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

KEGIATAN BELAJAR 4AKHLAK TERHADAP ORANG LAIN

A. Capaian Pembelajaran

Mampu menganalisis macam-macam akhlak al-karimah yang manfaatnya kembali kepada

diri sendiri dan orang lain.

B. Sub CP/Indikator Kompetensi

1. Menemukan kategorisasi akhlak yang berhubungan dengan orang lain.

2. Menganalisis akhlak terhadap orang lain; kasih sayang, siddiq, amanah, tabligh,

pemaaf, dan adil.

3. Menilai implementasi akhlak terhadap orang lain; kasih sayang, siddiq, amanah,

tabligh, pemaaf, dan adil.

B. Uraian Materi

1. Hakekat Akhlak terhadap Orang Lain

Bagaimana apakah Saudara sudah benar-benar memahami materi yang lalu, yakni

tema akhlak pada diri sendiri? Materi kali ini prinsipnya tidak jauh berbeda, yang

berbeda hanya sasarannya, yaitu membicarakan sikap yang ada hubungannya dengan

orang lain. Sikap atau perbuatan yang apabila dikerjakan seseorang pengaruhnya dapat

dirasakan oleh orang lain, baik manfaat atau madharatnya..

Akhlak yang mulia terhadap orang lain, juga sama merupakan bagian dari amal

shalih. Contohnya sifat jujur, orang yang bersifat jujur, akan memberikan pengaruh

terhadap orang lain. Apabila ia jujur dalam berbicara, maka informasinya akan sangat

berguna bagi yang membutuhkannya. Sebaliknya kalau ia berbohong, maka

informasinya sangat membahayakan, bahkan bisa menimbulkan fitnah yang sangat

kejam bagi siapa pun yang menjadi sasaran.

Akhlak terhadap orang lain adalah sifat-sifat yang melekat kuat dalam diri

seseorang yang menjadi sumber kekuatan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang

dapat berakibat baik atau buruk bagi orang lain, di luar pelakunya.

Bagaimana sudah nyambung? Mari kita lanjutkan sub bab berikutnya!

2. Macam-macam Akhlak terhadap Orang Lain

Page 38: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Setelah Saudara memahami dengan saksama mengenai hakekat akhlak terhadap

orang lain, Sekarang apa Saudara bisa mengidentifikasi apa saja kira-kira yang

termasuk di dalamnya? Ingat indikatornya adalah sifat dari perbuatan yang

menyebabkan atau mengakibatkan hal-hal yang baik atau buruk terhadap orang lain,

selain dirinya. Dan akibat dari sikap perbuatan seseorang tersebut dapat mempengarui

situasi dan kondisi lingkungan dimana ia melakukannya.

Untuk lebih memudahkan Saudara, berikut ini adalah beberapa sifat yang di

maksud di atas, yaitu; kasih sayang, siddiq, amanah, tabligh, pemaaf, dan adil. Dengan

ketujuh sifat tersebut apabila sudah terpatri dalam jiwa Saudara, insyaAllah Saudara

akan menjadi orang yang bermanfaat, orang yang baik dalam pandangan Allah Swt.

Sebagaimaa ukuran orang baik yang disampaikan oleh Rasullah Saw. sebagai berikut:

رسول قال : قال جابر،عن م أنفعھ الناس خیر «: وسلم علیھ هللا صلى)الطبرانيرواه(»للناس

Artinya:

Dari Jabir berkata, Raulullah Saw. bersabda; “Manusia yang terbaik adalah

orang yang lebih bermanfaat bagi manusia yang lain. (HR. Thabrani)

Selanjutnya, sifat-sifat tersebut di atas, mari kita bahas satu persatu:

a. Kasih Sayang

Kasih sayang merupakan karunia nikmat yang sangat didambakan oleh semua

orang. Karena dengan sifat ini, dapat tercipta kepedulian, kedamaian dan rasa

empati kepada orang lain. Tidak hanya itu, kasih sayang dapat mendorong manusia

untuk saling membantu untuk meringankan penderitaan yang dialami oleh manusia

lainnya. Tanpa adanya rasa kasih sayang, mungkin manusia akan menjadi sangat

individualistis, egois dan tidak memikirkan kepentingan orang lain.

Islam, sebagai agama yang sempurna, mempunyai konsep kasih sayang,

memahami bahwa manusia merupakan makhluk yang sempurna, dibekali dengan

akal, ghadhab dan nafsu. Karena manusia dibekali dengan akal dan nafsu, maka

mereka tidak seperti malaikat yang selalu taat dengan perintah Allah, manusia

terkadang lebih mengutamakan akal atau nafsunya dibandingkan perintah Allah.

Untuk itu, Islam mengatur batas-batas kasih sayang yang diperbolehkan,

supaya berakibat baik bagi semua pihak. Konsep ibadah harus dipahami sebagai

prinsip dalam mengimplementasikan sifat kasih sayang diantara kita, yakni dalam

menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah Swt.

Page 39: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Dengan memegang prinsip tersebut, kita akan terbiasa untuk meniatkan diri

beribadah kepada Allah dalam setiap hal yang kita lakukan, termasuk dalam hati atau

perasaan kita. Tidak ada rasa kasih dan sayang yang kita berikan kepada makhluk

lain kecuali untuk memperoleh ridha Allah Swt.

Kasih sayang memiliki makna yang tidak terbatas. Memiliki rasa kasih sayang

kepada makhluk lain merupakan fitrah yang dimiliki manusia. Maka, tentu kita harus

menempatkan rasa kasih sayang ini sesuai dengan batas-batas penciptaan kita

sebagai makhluk Allah dan jangan sampai melewati batas-batas hukum-Nya.

Rasulullah Saw. bersabda:

علىأبایعك : فقلت وسلم علیھ هللا صلىهللا رسول أتیت : قال جریر عن سالم صلىهللا رسول قال ثم "مسلم لكل النصح : " وقال یده،فقبض . اإل

رواه("وجل عز هللا یرحمھ لم الناس یرحم لم من إنھ : " وسلم علیھ هللا )احمد

Artinya:

Dari Jabir berkata, saya datang kepada Rasulullah Saw., lalu saya berkata,

“Saya berbaiat kepadamu untuk masuk Islam”, lalu beliau memegang tangannya

sambil bersabda, “Nasehat itu untuk setiap orang Islam”. Kemudian Rasulullah Saw.

bersabda, “Barang siapa tidak menyayangi manusia, Allah tidak akan

menyayanginya”. (HR. Ahmad)

Hadis tersebut di atas mengisyaratkan bahwa kasih sayang kita itu tidak

terbatas, yakni kepada semua ‘manusia’ bukan hanya saudara muslim. Sehingga kita

sebagai orang Islam harus bisa mengajarkan dan mencontohkan untuk menyayangi

semua manusia di bumi.

Dan masih bayak lagi hadis yang membicarakan kasih sanyang diantaranya

yang artinya sebagai berikut: (1). “Sekali-kali tidaklah kalian beriman sebelum

kalian mengasihi”, (2)” Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang salah

seorang di antara kalian kepada sahabatnya (mukmin), tetapi bersifat umum (untuk

seluruh umat manusia” (H.R. Thabrani).

Islam, sebagai agama rahmatan lil ‘alamin atau rahmat bagi seluruh alam,

juga mengajarkan bahwa kasih sayang tidak hanya berlaku antar manusia, melainkan

juga pada hewan, tumbuhan dan lingkungan di sekitarnya. Pernah diceritakan Abu

Bakar as-Shiddiq ra. berpesan kepada pasukan yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid,

“Janganlah kalian bunuh perempuan, orang tua, dan anak-anak kecil. Jangan pula

Page 40: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

kalian kebiri pohon-pohon kurma, dan janganlah kalian tebang pepohonan yang

berbuah. Jika kalian menjumpai orang-orang yang tidak berdaya, biarkanlah

mereka, jangan kalian ganggu”. Nasehat ini, yang diberikan dalam keadaan perang,

sungguh mencerminkan makna kasih sayang yang diajarkan oleh agama Islam.

Kasih sayang tidak hanya untuk manusia, melainkan juga untuk lingkungan di

sekitarnya.

Perlu digaris bawahi bahwa sifat kasih sayang yang tidak didasari dengan

prinsip penghambaan diri kepada Allah, adalah tidak benar. Yang demikian itu justru

akan memberikan energi negatif untuk beramal yang salah, tidak diterima oleh

Allah, dan akan memberikan dampak buruk kepada semua orang bahkan makhluk

yang lain.

b. Siddiq

Kata /صدیق Siddiq, berasal dari bahasa Arab yang berarti "benar/jujur" .

Menurut istilah adalah sesuatu yang diberikan sebagai sebuah gelar kehormatan

kepada individu tertentu, Siddiq untuk laki-laki dan Siddiqah untuk perempuan.

Dalam sejarah Islam, kita kenal gelar seperti ini pernah diberikan kepada sahabat

yang membenarkan berita Isra dan Mi’rajnya Nabi Muhammad Saw. yang kemudian

diberi gelar Ash-Shiddiq, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Ash-Shiddiq yang dimaksud adalah orang yang dengan jujur mau menerima

shidq, (kebenaran). Jujur adalah sifat yang ada dan sudah menyatu dengan jiwa/صدق

seseorang yang dapat mengispirasi dan mendorong secara cepat untuk berbicara

dan berbuat apa adanya. Sama antara pembicaraan dan perilakunya. Apa yang ada

di dalam hatinya sama dengan apa yang disampaikan melalui lisannya. Perbuatannya

juga tidak dibut-buat, sesuai dengan keyakinan kebenaran yang ada di dalam hatinya.

Teguh pendiriannya, tidak mudah goyah oleh pengaruh dari luar.

Di tengah perkembangan zaman yang sangat cepat, masyarakat semakin hari

semakin rasional dan logis. Jujur menjadi sesuatu yang langka, ada tetapi sangat

jarang ditemukan. Hal ini dikarenakan banyak orang yang sudah meninggalkan

prinsip kebenaran, terutama masalah akhlak. Orang akan banyak memihak kepada

hal yang menguntungkan dirinya, yang paling masuk akalnya. Sementara akalnya

sudah tidak sehat lagi karena dibimbing oleh nafsu angkara murka.

Page 41: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Ada sebuah dialog menarik dalam kitab Ihya Ulumiddin terkait dengan

kelangkaan sifat jujur ini. Dialog antara Hakim dengan seorang laki-laki yang

menyoal kejujuran yang susah didapatkan

لعرفتصادقاكنتلو“:لھفقال”!صادقارأیتما“: لحكیمرجلوقال”الصادقین

Artinya:

Seorang laki-laki berkata kepada Hakim: “Aku tidak bisa mengenali orang

yang jujur!” Kemudian dijawab oleh Hakim: “Seandainya kamu adalah orang yang

jujur kamu juga akan mengenal orang-orang yang jujur.”

Laki-laki dalam dialog di atas memiliki keinginan untuk mengetahui kejujuran

orang lain, tapi ketika dirinya sendiri tidak memiliki sikap jujur, maka orang-orang

jujur tidak lagi bisa ia liat, dan tidak nampak baginya. Hal ini menggambarkan

adanya indikasi dalam bahwa laki-laki tersebut sudah semakin susah untuk

membedakan mana orang yang jujur dan mana orang yang bohong. Bahkan dirinya

sendiri tidak sadar kalau bukan bagian dari orang-orang yang jujur.

Salah satu kitab yang memersoalkan tentang jujur adalah Ihya Ulumiddin.

Kitab ini merupakan kitab fenomenal yang memuat banyak sekali hikmah dan moral

yang layak dijadikan pedoman. Imam Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H) sendiri

memasukkannya ke dalam Rubu’ al-Munjiyat (seperempat hal yang dapat

menyelamatkan). Beliau mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah

bin Mas’ud Rasulullah Saw bersabda:

دق إن جل وإن الجنة إلىیھديالبر وإن البر إلىیھديالص لیصدق الریقایكون حتى إلىیھديالفجور وإن الفجور إلىیھديالكذب وإن صدجل وإن النار كذاباهللا عند یكتب حتىلیكذب الر

Artinya:

“Sesungguhnya jujur itu menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan

menunjukkan kepada surga. Sungguh akan ada seorang laki-laki yang berbuat jujur

sehingga ia akan dicatat sebagai orang yang sangat jujur. Sebaliknya, dusta

menunjukkan kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan mengantarkan seseorang ke

neraka, sungguh akan ada seorang laki-laki yang pandai berdusta sehingga ia

dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Page 42: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Sifat jujur merupakan salah satu sifat wajib yang dimiliki oleh para nabi dan

para rasul Allah. Berikut adalah beberapa contoh firman Allah Swt. yang

menyatakan bahwa para nabi dan rasul memiliki sifat jujur;

1). Nabi Ibrahim as.

یقاكان إنھ إبراھیم الكتاب فيواذكر )41:مریم(نبیاصدArtinya:

“Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al

Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat jujur lagi seorang

Nabi.” (QS. Maryam/19: 41)

2). Nabi Isma’il as.

)54:مریم(نبیارسوال وكان الوعد صادق كان إنھ إسماعیل الكتاب فيواذكر Artinya:

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang

tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar

janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (QS. Maryam/19: 54)

3). Nabi Idris as.

یقاكان إنھ إدریس الكتاب فيواذكر )56:مریم(نبیاصد

Artinya:

“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang

tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat

membenarkan dan seorang nabi.” (QS. Maryam/19: 56)

Jujur adalah sifat terpuji yang selayaknya dimiliki oleh umat Islam. Abu

Hamid al-Ghazali secara khusus membahas tentang hal jujur ini. Tepatnya dalam

sub tema yang berjudul fi al-Shidqi wa Fadhilatih wa Haqiqatihi (Jujur, Keutamaan

dan Hakikatnya).

Menurut al-Ghazali kata jujur dapat diartikan dalam berbagai makna. Pertama

adalah jujur dalam perkataan, jujur dalam niat dan kehendak, jujur di dalam azam

(tekad), jujur di dalam menunaikan azam, jujur di dalam perbuatan dan yang terakhir

jujur di dalam mengimplementasikan maqamat di dalam beragama. Berikut kami

paparkan masing-masing dari pengertian jujur di atas.

Pertama, jujur dalam lisan; jujur dalam lisan atau ucapan berkaitan langsung

dengan informasi atau berita yang disampaikan, apakah itu benar atau salah. Baik

Page 43: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

yang telah berlalu maupun yang akan terjadi. Menurut al-Ghazali kejujuran ini akan

semakin lengkap jika seseorang tidak terlalu membesar-besarkan informasi. Karena

menurut al-Ghazali, hal itu dekat dengan kedustaan. Dan kedua, memperhatikan

makna jujur secara seksama agar tidak bercampur dengan syahwat keduniaan.

Kedua, jujur dalam niat dan kehendak. Jujur dalam hal ini terkait langsung

dengan keikhlasan. Tidak ada dorongan sedikitpun kecuali hanya karena Allah. Jika

niat dan kehendak seseorang bercampur dengan nafsu maka batal kejujuran niat

tersebut. Dan orang yang niatnya bercampur dengan nafsu bisa dikategorikan

sebagai orang yang berdusta. Kejujuran yang kedua ini tercermin dalam hadis Nabi

yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.

،یك ف وعملتھ القرآن وقرأت العلم تعلمت : قال ؟فیھاعملت ما: فقال …أمر ف ،قیل فقد ،قارئ وفالن ،عالم فالن یقال أن أردت إنما،كذبت : قال النار فيألقي حتىوجھھ علىفسحب بھ

… kemudian ditanyakan (kepadanya): “Apa yang engkau perbuat sewaktu di

dunia?” ia menjawab: “Aku menuntut ilmu dan membaca Al-Quran serta

mengamalkannya di jalan-Mu.” Lalu dijawab, “Bohong! Kamu melakukannya

hanya ingin disebut sebagai orang yang alim, yang qari.” Kemudian Allah

memerintahkan untuk disungkurkan wajahnya dan dilemparkan ke dalam api neraka.

(HR. Hakim)

Ketiga, jujur dalam azam (tekad); sebelum seseorang melakukan sesuatu

kadangkala seseorang memiliki tekad terlebih dahulu sebelum

mengimplementasikannya. Contohnya adalah jika seseorang mengatakan jika Allah

memberiku harta maka aku akan mensedekahkan sekian dari harta tersebut.

Kejujuran tekad yang dimaksudkan di sini adalah kesempurnaan dan kekuatan tekad

tersebut. Tekad yang benar atau jujur tidak akan ragu atau goyah sedikitpun.

Keempat, jujur dalam menunaikan azam (tekad); Maksudnya adalah ketika

seseorang telah memiliki azam dan ia memiliki peluang untuk melaksanakan

azamnya. Ketika ia tidak menunaikan apa yang menjadi tekadnya maka itu bisa

dikatakan sebagai kebohongan atau ketidak jujuran.

Kelima, jujur dalam perbuatan; adalah usaha seseorang untuk menampilkan

perbuatan lahiriah agar sesuai dengan apa yang ada di dalam hatinya. Berbeda

dengan riya’, riya’ berati perbuatan baik secara lahir tidak sama dengan niat buruk

di dalam hati. Seseorang yang antara perbuatan lahir dan niatnya berbeda tanpa

Page 44: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

adanya maksud yang disengaja. menurut al-Ghazali hanya dikatakan sebagai orang

yang tidak jujur dalam perbuatan.

Keenam, jujur dalam mengimplementasikan maqamat di dalam agama seperti

jujur di dalam khauf (takut kepada Allah), raja’ (berharap kepada Allah), zuhud dan

lain sebagainya. Ini adalah tingkatan jujur yang paling tinggi. Seseorang dapat

dikatakan jujur dalam tahap ini ketika ia telah mencapai hakikat yang dimaksud

dalam khauf, raja’ atau zuhud yang dikehendaki. Tingkatan jujur ada dalam ajaran

sufi yang ada dalam Islam.

c. Amanah

Menurut bahasa Amanah berasal dari kata amuna – ya’munu – amanatan

yang bermakna tidak meniru, terpercaya, jujur, atau titipan. Amanah dapat difahami

sebagai sebagai satu sifat yang melekat dalam diri seseorang yang dapat mendorong

seseorang dapat melakukan perbuatan-perbutan dengan cepat tentang segala sesuatu

yang dipercayakan kepadanya, baik yang menyangkut hak dirinya, hak orang lain,

maupun hak Allah Swt.

Sifat amanah merupakan sifat terpenting dari Nabi Muhammad Saw., sifat

yang oleh kaum jahiliah Makkah disematkan kepada diri beliau sebelum turun

wahyu, sehingga beliau dikenal dengan julukan al-Amin; orang yang amanah.

Julukan yang kemudian populer dan sangat lekat di lidah masyarakat Makkah.

Dengan julukan inilah semua orang, laki-laki ataupun perempuan, menyebut Nabi

dengan penuh takzim dan penghormatan.

Ketika usai membangun ulang Ka’bah, kaum Quraisy berisitegang, bahkan

hampir bertumpah darah tentang siapa yang akan mendapat kehormatan meletakkan

kembali Hajar Aswad ke tempatnya. Karena tak ada titik temu, mereka sepakat untuk

menyerahkan putusan kepada siapa yang datang kepada mereka pertama kali.

Tiba-tiba Muhammad bin Abdullah muncul. Betapa girang kaum Quraisy.

Mereka berteriak dengan penuh kepercayaan, “Inilah al-Amin. Inilah al-Amin. Kami

rela dia yang memberi putusan!”

Apa yang segera terlintas di hati kaum Quraisy saat itu adalah sifatnya yang

terkenal itu. Sengaja beliau dipanggil begitu karena mereka percaya beliau akan

memberi jalan penyelesaian yang adil. Dan terbukti Nabi mampu mengatasi masalah

mereka dengan cara yang sangat simpel dan melegakan semua pihak. Itu terjadi jauh

sebelum kenabian.

Page 45: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Lebih dari itu, bahkan setelah kenabian pun, rumah beliau menjadi pangkal

penitipan barang paling dipercaya kalangan kaum musyrik –yang justru mengingkari

kenabian beliau. Tanpa segan, mereka titipkan barang-barang yang dicemaskan

hilang, padahal waktu itu dunia belum mengenal rumah penitipan barang. Setelah

menerima perintah hijrah ke Madinah, Nabi menyuruh Ali tinggal dulu di Makkah

untuk mengembalikan barang-barang titipan itu kepada pemiliknya masing-masing.

Amanah dalam arti yang luas dan dalam lebih dari sekedar menunaikan hajat

duniawi kepada pemiliknya. Amanah hakikatnya lawan kata khianat. Orang yang

amanah adalah orang yang dapat dipercaya dan membuat jiwa aman. Orang-orang

Quraisy begitu percaya kepada Rasulullah dalam urusan dunia. Dalam hal ini mereka

tak pernah mencaci beliau. Mereka juga tidak curiga dan tidak menuduh beliau

khianat. Bukan hanya dalam urusan harta benda, melainkan juga kehormatan dan

jiwa. Karena itu, sangatlah aneh ketika mereka mendustakan beliau dalam hal kabar

dari langit. Padahal, bagaimana mungkin pada saat yang sama seseorang amanah

sekaligus khianat. Dalam rumah tangga Nabi, tidak hanya beliau yang amanah.

Tetapi juga segenap istri dan keluarganya. Tak ada yang mengatakan haknya tidak

dipenuhi oleh salah seorang dari mereka. Karena, mereka memang menunaikan

amanah dengan sebaik-baiknya dan dalam arti yang seluas-luasnya.

Amanah yang berarti benar-benar bisa dipercaya (bertanggung jawab). Jika

satu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang orang percaya bahwa urusan itu

akan dilaksanakan dengan sebaik baiknya. Oleh karena itu nabi Muhammad SAW

dijuluki oleh penduduk mekkah dengan gelar "Al amin" yang artinya terpercaya jauh

sebelum beliau diangkat menjadi nabi. Apapun yang beliau ucapkan, penduduk

mekkah mempercayainya karena beliau bukan seseorang yang pembohong.

Amanah dilakukan bukan hanya dalam keadaan tertentu atau terhadap orang

tertentu, melainkan disetiap keadaan dan terhadap siapapun wajib hal itu dilaksakan,

dalam etika beribadah, etika berbisnis maupun etika etika lainnya. Dalam etika

beribadah kita harus melaksanakan Amanah yang Allah perintahkan seperti sholat,

puasa, zakat , haji dan lain sebagainya, sebagai umat muslim kita tidak boleh

meninggalkan kewajiban, Allah SWT menyeru kaum muslimin agar tidak

menghkhianati Allah dan Rasulnya, yaitu mengabaikan kewajiban kewajiban yang

harus mereka laksanakan, melanggar larangannya yang telah ditentukan dengan

perantaran Wahyu, dan tidak mengkhianati Amanat yang telah dipercayakan kepada

Page 46: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

mereka, yaitu mengkhianati segala macam urusan yang menyangkut kemaslahatan

lil ummah, seperti urusan pemerintah, perang, perdata dan urusan kemasyarakatan.

Dalam adab bermasyarakat bisnis, sifat Amanah juga sangat diperlukan,

misalnya dalam praktik perdagangan syariah, dikenal adanya istilah perdagangan

atas dasar Amanah. Dalam akad-akad tijarah yang menggunakan prinsip

mudharabah, murabahah, syirkah dan wakalah, diperlukan komitmen semua pihak

atas amanah yang diberikan kepadanya.

Adanya salah satu pihak yang khianat atas amanah yang dipercayakan

kepadanya bisa mengakibatkan pembatalan akad perjanjian. Misalnya pihak

pengelola ternyata menggunakan dana tersebut untuk memperkaya diri sendiri atau

untuk bisnis yang diharamkan Allah Swt.

Rasulullah Saw. bersabda, dalam sebuah hadis Qudsinya:

عز هللا قال «: وسلمعلیھهللاصلىهللا رسول قال :قال ھریرة أبيعنمنخرجت خانافإذاصاحبھ،أحدھمایخن لمماالشریكین ثالث أنا: وجل

»بینھماArtinya:

Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw. bersabda, Allah Swt berfirman,

“Aku pihak ketiga dari kedua belah pihak yang berserikat selama salah seorang dari

keduanya tidak mengkhianati temannya, jika salah satu telah mengkhianati

temannya, Aku berlepas dari keduanya”. (H.R Abu Dawud).

Hadits di atas mengisyarahkan bahwa sifat Amanah itu sangat penting

terutama bagi kaum muslimin agar apa yang mereka lakukan menjadi salah satu jalan

untuk taqarrub ila Allah wa Rasul Allah.

Konsekuensi Amanah adalah mengembalikan setiap hak kepada pemiliknya,

baik sedikit maupun banyak, tidak mengambil lebih daripada yang ia miliki, tidak

mengurangi hak orang lain, baik itu hasil penjualan, jasa atau upah buruh. Amanah

juga memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yang

diberikan padanya.

Bagaimana bisa faham? Singkatnya sifat amanah itu adalah sifat tanggung

jawab dari tugas yang dipikulkan kepada kita, apapun bentuknya. Jika semua orang

sudah bisa bertanggung jawab dalam hidupnya, niscaya masyarakat kita akan aman,

tentram dan makmur dalam segala hal. Amin…

d. Tabligh

Page 47: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Menurut bahasa tabligh berasal dari bahasa Arab yang berarti

menyampaikan. Sifat tabligh merupakan satu dari 4 sifat wajib para nabi. Para Nabi

wajib menyampaikan risalah, dan perintah dari Allah Swt. kepada umatnya. Mereka

tidak boleh menyembunyikan sedikitpun perintah dari Allah Swt. Tabligh di sini

bermakna menyampaikan sesuatu dengan benar dan tepat sasaran.

Tabligh juga berarti mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak

lain untuk kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam

dalam kehidupan sehari-hari. Tablig pada hakikatnya adalah dakwah menyampaikan

kebenaran. Seseorang yang mempunyai sifat tabligh yang tidak pernah

menyembunyikan kebenaran. Ia akan menyampaikan kebenaran itu, dan mengajak

orang-orang untuk mengikutinya.

Dalam hubungannya dengan profesi guru, sifat tabligh dapat diartikan akan

menyampaikan informasi berupa ilmu pengetahuan dengan benar dan dengan tutur

kata yang tepat. Jadi intinya sifat tabligh adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang

mendorong seseorang dapat melakukan dengan cepat untuk menyampaikan apa saja

yang menjadi tanggunggung jawabnya siapa saja yang selayaknya harus menerima.

Seperti contohnya yang ada di dalam perdagangan yaitu Seorang penjual

yang menyampaikan apa barang dagangannya kepada orang lain agar orang-orang

tahu apa yang dia jadikan bisnis. Nilai dasarnya dari Tabligh yaitu komunikatif,

menjadi pelayanan bagi publik, bisa berkomunikasi secara efektif, memberikan

contoh yang baik, dan bisa mendelegasikan wewenangnya kepada orang lain.

Sifat Tabligh yaitu berupa komunikasi, keterbukaan, pemasaran merupakan

teknik hidup muslim karena setiap muslim mengemban tanggung jawab dakwah,

yakni menyeru, mengajak, memberitahu. Sifat ini bila sudah mendarah daging pada

setiap muslim, apalagi yang bekerja sebagai guru, akan menjadikan setiap proses

pembelajaran lebih efektif dan efesien. Dikarenakan sifat tabligh merupakan prinsip

ilmu komunikasi baik personal maupun massal, pemasaran, periklanan, penjualan,

pembentukan opini massa, open management, iklim keterbukaan dan lain

sebagainya.

Dan dalam kegiatan ekonomi dan bisnis, kita juga harus mengacu pada

prinsip-prinsip tabligh yang telah diajarkan oleh para nabi dan rasul. Seperti

misalnya Nabi mengajarkan kepada kita bahwa yang terbaik diantara antara kalian

adalah yang paling bermanfaat bagi manusia, dengan kata lain bila kita ingin sekali

mendapatkan ridha Allah, maka kita juga harus menyenangkan, membuat hati orang-

Page 48: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

orang di sekitar kita ridha dengan perbuatan kita. Dengan prinsip ini maka akan

melahirkan sikap profesional dan tidak putus asa dalam mencari kebenaran atau terus

menerus mengejar hal-hal yang baik sampai menemukan jawaban yang sempurna.

Sebab itu jika Saudara adalah pemikir dan praktisi pendidikan, lalu hendak

menyusun teori, maka hal yang harus menjadi pegangan adalah semua yang datang

dari Allah dan rasul-Nya diyakini sebagai kebenaran yang mutlak. Jika ada hal- hal

yang masih belum bisa dipahami oleh akal pikiran manusia maka itu akan menjadi

tugas manusia untuk terus berusaha menemukan kebenaran tersebut bagaimanapun

caranya.

Bagaimana menurut Saudara? Apabila umat Islam secara umum sudah

memiliki sifat tabligh, khususnya guru-guru kita? Pastinya ilmu pengetahuan akan

berkembang dengan sangat pesat di kalangan kaum muslimin. Dan dapat

dibayangkan kalau umat Islam banyak yang menjadi ahli dalam berbagai bidang

ilmu. Umat Islam akan mengalami masa keemasan kembali seperti dahulu telah

tercatat dalam sejarah umat manusia.

e. Pemaaf

Pemaaf berarti orang yang rela member maaf kepada orang lain. Sikap pemaaf

dapat dimaknai sikap suka memaafkan kesalahan orang lain tanpa menyisakan rasa

benci dan keinginan untuk membalasnya. Sebenarnya kata pemaaf, adalah serapan

dari Bahasa Arab, yakni al-‘afw yang berarti maaf, ampun, dan anugerah.

Maaf sejatinya mudah difahami, tapi susah diimplementasikan dalam

kehidupan nyata. Hakiki maaf adalah lupa, benar-benar lupa dari memori otak kita

tentang kesalahan orang lain yang berhubungan dengan kita. Memaafkan kesalahan

si fulan berarti melupakan kesalahan si fulan terkait dengan kita. Pemaaf berarti

orang yang dapat dengan mudah melupakan kejadian-kejadian buruk dan

menyakitkan dirinya yang dilakukan oleh orang lain, karena dorongan dari dalam

jiwanya yang taat kepada perintah Allah untuk bisa memaafkan siapapun.

Meski sifat pemaaf itu sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, namun

masih banyak orang susah untuk memaafkan kesalahan orang lain. Jika demikian

adanya yakni banyak diantara kita yang masih sulit memaafkan, maka jangan

diharap dendam dalam masyarakat kita akan bisa hilang. Dan jangan berharap aka

ada ketenangan dan ketentraman dalam masyarakat kita, kalau diantara kita belum

ada saling memaafkan.

Page 49: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

Sebab itu memaksakan diri untuk belajar dan berlatih untuk memiliki sifat

pemaaf itu sangat perlu. Kita perlu belajar dan berlatih untuk bisa berlapang dada

sebagai cerminan sifat pemaaf. Dalam rangka belajar untuk bersifat pemaaf, kita bisa

mengambil pelajaran dari kisah para Rasul dan sahabatnya.

Allah mengajarkan kepada kita agar menjadi pribadi yang pemaaf, melalui

kisah cerita, seperti kisah Abu Bakar as-Shidiq yang menjadi sebab-sebab

diturunkannya ayat berikut ini:

والمساكین القربىأوليیؤتواأن والسعة منكم الفضل أولویأتل وال سبیل فيوالمھاجرین ر یغف أن تحبون أال ولیصفحواولیعفوا لكم

)22:النور(رحیم غفور وArtinya:

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan

diantara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan member (bantuan) kepada

kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah,

dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka

bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha

Penyayang.” (QS. An-Nur/24: 22)

Selain kisah khalifah Abu Bakar, ada juga kisah dari Rasulullah SAW. Banyak

kisah hidup beliau yang dapat diambil sebagai pelajaran hidup, termasuk salah satu

sifat pemaafnya. Seperti kisah seorang wanita Yahudi yang mencoba meracuni

Rasulullah dengan menabur racun dimakanan beliau, namun Rasulullah

terselamatkan. Hingga wanita itu mengakui perbuatannya kepada Rasulullah, dan

beliau memaafkan wanita itu tanpa menghukumnya.

Memberi maaf kepada orang lain yang bersalah merupakan cara bagaimana

kita bisa membangun kembali tatanan masyarakat yang rusak. Terutama dalam

proses membangun keluarga diantara kita yang tentunya tidak luput dari kesalahan-

kesalahan baik bapak, ibu maupun anak. Allah Swt. berfirman:

ام وأوالدك أزواجكم من إن آمنواالذین أیھایا تعفواوإن فاحذروھم لكم عدو فإن وتغفرواوتصفحوا )14:التغابن(رحیم غفور

Artinya:

Hai orang-orang beriman, sesungguhnya diantara pasangan-pasanganmu

dan anak-anakmu itu ada yang menjadi musuhmu. Maka hendaknya kalian berhati-

hati dalam menghadapi mereka. Dan jika kalian bisa memaafkan, memperbaiki dan

Page 50: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

mengampuni mereka, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang (QS. At-Taghabun/64:14)

Ishlah diantara anggota keluarga yang telah disakiti rasanya susah untuk

dilaksanakan, kalau masing-masing diantara mereka mengatakan tidak ada maaf

bagimu. Sebagai orang yang lebih mengerti di dalam keluarga, harus selalu waspada

dengan anggota keluarga yang lainnya. Sebab diantara mereka memang kadang ada

yang mementingkan nafsunya dan mengikuti jalan setan. Mereka itu semua pada

hakekatnya adalah musuh kita orang yang beriman. Mereka biasnya keras kepala

dan susah untuk menerima nasehat, sehingga kita perlu banyak mengalah untuk

menang dengan selalu memaafkan dan menasehati mereka secara ikhlas.

Sebagai guru dijaman sekarang ini, dimana adab dan akhlak yang mulia mulai

tercerabut dari sikap dan tingkah laku anak-anak sekolah. Sikap pemaaf sangat

diperlukan supaya dapat menebar senyum dihadapan peserta didiknya. Sehingga

menjadi panutan mereka.

f. Adil

Menurut bahasa Adil derasal dari bahasa Arab yang berarti proporsional, tidak

berat sebelah, atau jujur. Adil maksudnya juga tidak berat sebelah, tidak

memihak, berpihak pada yang benar, berpegang pada kebenaran, atau yang

sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang. Sedanga

Menurut ilmu akhlak adil dapat didefinisikan sebagai perbuatan meletakan

sesuatu pada tempatnya, memberikan atau menerima sesuatu sesuai haknya, dan

menghukum yang jahat sesuai haknya, dan menghukum yang jahat sesuai dan

kesalahan dan pelanggaranya.

Islam sangat menekankan sikap adil dalam segala aspek kehidupan. Allah Swt.

memerintahkan kepada umat manusia supaya berprilaku adil. Keadilan merupakan

inti ajaran Islam yang mencakup semua aspek kehidupan. Prinsip keadilan yang

dibawa Al-Qur’an sangat kontekstual dan relevan untuk diterapkan kedalam

kehidupan beragama, berkeluarga dan bermasyarakat.

Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan

sederajat di hadapan hukum. Tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit,

status sosial, ekonomi, atau politik. Karena keadilan merupakan sesuatu yang

bernilai tinggi, baik, dan mulia. Apabila keadilan diwujudkan dalam kehidupan

pribadi, keluarga, masyarakat, serta bangsa dan Negara, sudah tentu ketinggian,

Page 51: KEGIATAN BELAJAR 1 - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-AKHLAQ.pdf · A. Kekuatan Jiwa dan Sumber Terbentuknya Akhlak al-Karimah Setelah

kebaikan, dan kemuliaan akan diraih. Jika seseorang mampu mewujudkn keadilan

dalam dirinya sendiri, tentu akan meraih keberhasilan dalam hidupnya, memperoleh

kegembiraan batin, disenangi banyak orang, dapat meningkatkan kualitas diri, dan

memperoleh kesejahteraan hidup duniawi serta ukkhrawi

Jika keadilan dapat diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara, akan terwujud masyarakat yang aman,tentram , serta damai sejahtera

lahir dan batin. Hal ini disebabkan masing-masing anggota masyarakat

melaksanakan kewajiban terhadap orang lain dan akan memenuhi hak orang lain

dengan seadil-adilnya .

Adapun nilai positif perbuatan adil antara lain : (1). membawa ketentraman,

kedamaian, menimbulkan kepercayaan, meningkatkan kesejahteraan,

meningkatkan prestasi belajar, menciptakan kemakmuran, mengurangi

kecemburuan sosial, mempererat tali persaudaraan, dapat menimbulkan kebaikan

dan mencegah kejahatan.

Bagaimana dengan guru yang adil dalam mendidik peserta didiknya? Tentu

akan menumbuhkan gairah belajar dan bersaing yang sehat di kalangan peserta didik

dalam mengejar prestasi yang unggul.