Kegawatdaruratan Trauma Muskuloskeletal Fiks

57
KEGAWATDARURATAN TRAUMA MUSKULOSKELETAL

Transcript of Kegawatdaruratan Trauma Muskuloskeletal Fiks

  • KEGAWATDARURATAN TRAUMA MUSKULOSKELETAL

  • PENDAHULUAN 30% dari multitraumaPasien patah tulang tdk hanya lesi pd tulang Intervensi dini trauma muskuloskeletal harus dilakukan dgn benar, prognosis lebih baik .Pengetahuan dasar u/ diagnosis wajib sebelum merawat pasien.

  • TRAUMA MUSKULOSKELETALSering terjadi, jarang mengancam jiwaBisa merupakan bagian dari multi traumaIngat ABC

  • MEKANISME CEDERAPenting ditanyakanPetunjuk akan cedera yg mungkin diderita pasienKesesuaian cerita dgn berat ringannya cederaChild abuseTerdapat gaya yg cukup u/ menyebabkan kerusakan tulang atau jaringan lunak / fraktur atau dislokasiOrang tua/osteoporosisCa metastaseGaya yang diperlukanlebih kecil}

  • MEKANISME TRAUMA Langsung :Kena pukulan.Jatuh dari ketinggian.

  • Tidak langsung :Efek benda lain yg kena trauma (pengemudi terbentur dasboard saat mobil tabrakan).

    Melintir Mis : kasus olahragawan ,

  • MEKANISME CEDERA

  • AKIBAT CEDERA

  • OPEN FRACTURES

  • AKIBAT CEDERA

  • CEDERA PADA SENDIOccult jointinstabilitySubluksasiDislokasi

  • PERDARAHAN PD TRAUMA MUSKULOSKELETALMekanisme fisiologis tubuh :Mengaktifkan sistim pembekuan darah u/ mengurangi perdarahanMemperbaiki integritas membran sell dan kapiler untuk meningkatkan reabsorbsi cairanMeningkatkan aliran darah kolateral u/ merangsang penyembuhan

  • AKIBAT CEDERA MUSKULOSKELETAL

  • AMPUTASIDapat parsial atau totalLife over limbLuka tajam lebih baik prognosanya untuk disambung kembali dibandingkan trauma avulsiPikirkan kemungkinan replantasi

  • AMPUTASIGambaran klinis :Hilangnya bagian tubuhNyeriPerdarahan Syok

  • CRUSH INJURIESKerusakan jaringan lunak yang hebatKerusakan seluler, vaskuler dan sarafHancurnya tulang dan ototSyok hipovolemia

  • c.PengelolaanPenghentian perdarahan stabilisasi mekanik dari pelvic ring dan eksternal counter pressure. Teknik sederhana Traksi kulit longitudinal atau traksi skeletal dpt dikerjakan sebagai tindakan pertama. Pasang kain pembungkus melilit pelvis yg berfungsi sebagai siling atau vacuum type long spine splinting device atau PASG. Cara-cara sementara ini dapat membantu stabilisasi awal.

  • 2. Perdarahan Besar Arterial Trauma tumpul fraktur atau dislokasi sendi dekat arteri merobek arteri. perdarahan besar pd luka terbuka atau perdarahan di dlm jaringan lunak.

    b. PemeriksaanEkstremitas diperiksa adanya perdarahan eksternal, hilangnya pulsas inadi yg sebelumnya masih teraba, perubahan kualitas nadi, dan perubahan pd pemeriksaan Doppler dan ankle/brachial index. Ekstremitas yg dingin, pucat, dan menghilangnya pulsasi menunjukkan gangguan aliran darah arteri. Hematoma yg membesar dgn cepat, menunjukkan adanya trauma vaskuler.

  • Penyebab Kompartement Syndrome1. Penurunan volume kompartemen Kondisi ini disebabkan oleh: Penutupan defek fascia Traksi internal berlebihan pd fraktur ekstremitas

    2. Peningkatan tekanan eksternal Balutan yg terlalu ketat Berbaring di atas lengan Gips

  • 3. Peningkatan tekanan pd struktur komparteman Pendarahan atau Trauma vaskuler Peningkatan permeabilitas kapiler Penggunaan otot yang berlebihan Luka bakar Operasi Gigitan ular Obstruksi venayang paling sering adalah cedera, dimana 45 % kasus terjadi akibat fraktur, dan 80% darinya terjadi di anggota gerak bawah.

  • Manifestasi Klinis kompartemen syndroma5 P

    Pain Pallor.Pulselesness Parestesia Paralysis

  • beberapa gejala khas, antara lain:Nyeri yang timbul saat aktivitas, terutama saat olehraga. Biasanya setelah berlari atau beraktivitas selama 20 menit.Nyeri bersifat sementara dan akan sembuh setelah beristirahat 15-30 menit.Terjadi kelemahan atau atrofi otot.

  • Penatalaksanaan Kompartement Syndrome

    Tujuan mengurangi defisit fungsi neurologis dgn lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui bedah dekompresi. Walaupun fasciotomi disepakati sebagai terapi yg terbaik, namun beberapa hal, seperti timing, masih diperdebatkan. Semua ahli bedah setuju bahwa adanya disfungsi neuromuskular adalah indikasi mutlak u/ melakukan fasciotomi

  • Penanganan kompartemen secara umum meliputi:

    1. Terapi Medikal/non bedah jika diagnosa kompartemen masih dlm bentuk dugaan sementara. meliputi:a. Menempatkan kaki setinggi jantung, u/ mempertahankan ketinggian kompartemen yg minimal, elevasi dihindari karena dpt menurunkan aliran darah dan akan lebih memperberat iskemia.b. Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus di buka dan pembalut kontriksi dilepas.

  • c. Pd kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dpt menghambat perkembangan sindroma kompartemen.d. Mengoreksi hipoperfusi dgn cairan kristaloid dan produk darah.e. Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan pemakainan manitol dpt mengurangi tekanan kompartemen. Manitol mereduksi edema seluler, dgn memproduksi kembali energi

  • 2. Terapi BedahFasciotomi dilakukan jika tekanan intrakompartemen mencapai > 30 mmHg. Tujuan dilakukan tindakan ini adalah menurunkan tekanan dengan memperbaiki perfusi otot.Jika tekanannya < 30 mm Hg maka tungkai cukup diobservasi dengan cermat dan diperiksa lagi pada jam-jam berikutnya. Kalau keadaan tungkai membaik, evaluasi terus dilakukan hingga fase berbahaya terlewati. Akan tetapi jika memburuk maka segera lakukan fasciotomi. Keberhasilan dekompresi untuk perbaikan perfusi adalah 6 jam.

  • Terdapat dua teknik dlm fasciotomi yaitu teknik insisi tunggal dan insisi ganda.Insisi ganda pada tungkai bawah paling sering digunakan karena lebih aman dan lebih efektif, sedangkan insisi tunggal membutuhkan diseksi yang lebih luas dan resiko kerusakan arteri dan vena peroneal.

  • PENILAIAN AWAL TRAUMA MUSKULOSKELETALProses awal ini dikenal dengan Initial assessment ( penilaian awal ). Penilaian awal meliputi:1. Persiapan2. Triase3. Primary survey (ABCDE)4. Resusitasi5. Secondary survey Urutan kejadian diatas diterapkan seolah-seolah berurutan namun dalam praktek sehari-hari dapat dilakukan secara bersamaan dan terus menerus.

  • 3. Primary Survey a. Airway dgn kontrol servikal1) Penilaian Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi) Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi2) Pengelolaan airway Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dgn kontrol servikal in-line immobilisasi Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat yg rigid - Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal - Pasang airway definitif sesuai indikasi.

  • 3) Fiksasi leher4) Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pd setiap penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau perlukaan diatas klavikula.5) Evaluasi

  • b. Breathing dan Ventilasi-Oksigenasi1) Penilaian Buka leher dan dada penderita, dgn tetap memperhatikan kontrol servikal in-line immobilisasi Tentukan laju dan dalamnya pernapasan Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks u/ mengenali kemungkinan terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tdk , pemakaian otot-otot tambahan dan tanda-tanda cedera lainnya. Perkusi thoraks u/ menentukan redup atau hipersonor Auskultasi thoraks bilateral

  • 2) Pengelolaan Pemberian oksigen konsentrasi tinggi ( nonrebreather mask 11-12 liter/menit) Ventilasi dgn Bag Valve Mask Menghilangkan tension pneumothorax Menutup open pneumothorax Memasang pulse oxymeter 3) Evaluasi

  • b. Circulation Dgn Kontrol Perdarahan 1) Penilaian Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal Mengetahui sumber perdarahan internal Periksa nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus. Tdk diketemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda diperlukannya resusitasi masif segera. Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis. Periksa tekanan darah

  • 2) Pengelolaan Penekanan langsung pd sumber perdarahan eksternal Kenali perdarahan internal, kebutuhan u/ intervensi bedah serta konsultasi pd ahli bedah. Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel darah u/ pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada wanita usia subur), golongan darah dan cross-match serta Analisis Gas Darah (BGA). Beri cairan kristaloid yg sudah dihangatkan dgn tetesan cepat. Pasang PSAG/bidai pneumatik u/ kontrol perdarahan pd pasien-pasien fraktur pelvis yg mengancam nyawa. Cegah hipotermia 3) Evaluasi

  • c. Disability1) Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/APVU2) Nilai pupil : besarnya, isokor / tdk , reflek cahaya dan awasi tanda-tanda lateralisasi3) Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.d. Exposure/Environment1) Buka pakaian penderita2) Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pd ruangan yg cukup hangat.

  • a. Re-evaluasi ABCDEb. Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pd dewasa dan 20 mL/kg pd anak dgn tetesan cepat c. Evaluasi resusitasi cairan Nilailah respon penderita terhadap pemberian cairan awal ( lihat gambar 3, tabel 3 dan tabel 4 ) Nilai perfusi organ ( nadi, warna kulit, kesadaran dan produksi urin ) serta awasi tanda-tanda syok

  • F. Fahrenheit (suhu tubuh)Kaji :1. Suhu tubuh2. Suhu lingkunganG. Get Vital Sign/ Tanda-tanda vital secara kontinyuKaji :1. Tekanan darah2. Irama dan kekuatan nadi3. Irama, kekuatan dan penggunaan otot bantu4. Saturasi oksigen

  • H. HEAD TO TO ASSESMENTPengkajian Head to toea. Riwayat Penyakit1) Keluhan utama dan alasan klien ke rumah sakit2) Lamanya waktu kejadian sampai dgn dibawa ke rumah sakit3) Tipe cedera, posisi saat cedera, lokasi cedera

  • 4) Gambaran mekanisme cedera dan penyakit seperti nyeri pada organ tubuh yg mana, gunakan : provoked (P), quality (Q), radian (R), severity (S) dan time (T)5) Kapan makan terakhir6) Riwayat penyakit lain yg pernah dialami/operasi pembedahan/kehamilan7) Riwayat pengobatan yg dilakukan u/ mengatasi sakit sekarang, imunisasi tetanus yg dilakukan dan riwayat alergi klien.8) Riwayat keluarga yg mengalami penyakit yg sama dgn klien.

  • Pengkajian kepala, leher dan wajah1) Periksa wajah, adakah luka dan laserasi, perubahan tulang wajah dan jaringan lunak, adakah perdarahan serta benda asing.2) Periksa mata, telinga, hidung, mulut. Adakah tanda-tanda perdarahan, benda asing, deformitas, laserasi, perlukaan serta adanya keluaran3) Amati bagian kepala, adakah depresi tulang kepala, tulang wajah, kontusio/jejas, hematom, serta krepitasi tulang.4) Kaji adanya kaku leher5) Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, deviasi trachea, distensi vena leher, perdarahan, edema, kesulitan menelan, emfisema subcutan dan krepitas pada tulang.

  • c. Pengkajian dada1) Pernafasan : irama, kedalaman dan karakter pernafasan2) Pergerakan dinding dada anterior dan posterior3) Palpasi krepitas tulang dan emfisema subcutan4) Amati penggunaan otot bantu nafas5) Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera : petekiae, perdarahan, sianosis, abrasi dan laserasi.

  • d. Abdomen dan pelvisHal-hal yang dikaji pd abdomen dan pelvis :1) Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen2) Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, laserasi, abrasi, distensi abdomen, jejas.3) Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas4) Nadi femoralis

  • 5) Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)6) Bising usus7) Distensi abdomen8) Genitalia dan rectal : perdarahan, cedera, cedera pada meatus, ekimosis, tonus spinkter ani

  • e. EkstremitasPengkajian di ekstremitas meliputi :1) Tanda-tanda injuri eksternal2) Nyeri3) Pergerakan dan kekuatan otot ekstremitas4) Sensasi keempat anggota gerak5) Warna kulit6) Denyut nadi perifer

  • FEEL (NEUROVASC EXAM)

  • f. Tulang belakangPengkajian tulang belakang meliputi :1) Jika tidak didapatkan adanya cedera/fraktur tulang belakang, maka pasien dimiringkan untuk mengamati :- Deformitas tulang belakang- Tanda-tanda perdarahan- Laserasi- Jejas- Luka2) Palpasi deformitas tulang belakang

  • g. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan meliputi :1) Radiologi dan scanning2) Pemeriksaan laboratorium : Analisa gas darah, darah tepi, elektrolit, urine analisa dan lain-lain

  • 2. DIAGNOSA kEPERAWATAN DAN iNTERVENSI

    Nyeri (akut) b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera pd jaringan lunak, pemasangan alat / traksi. Kerusakan integritas kulit / jaringan b/d fraktur terbuka : bedah permukaan ; pemasangan kawat, perubahan sensasi, sirkulasi, akumulasi eksresi atau sekret / immobilisasi fisik.Gangguan mobilitas fisik b/d cedera jaringan sekitar fraktur dan kerusakan rangka neuromuskuler.Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer b/d aliran darah; cedera vaskuler langsung, edema berlebih, hipovolemik dan pembentukan trombus.

  • 5. Resiko infeksi b/d tdk adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit dan trauma jaringan6. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.

  • SELAMAT BELAJAR DAN SUKSES

    ************