Kegawatdaruratan Psikiatri
-
Upload
itha-mahendra -
Category
Documents
-
view
145 -
download
11
description
Transcript of Kegawatdaruratan Psikiatri
Kegawat daruratan Psikiatri
dr. N.K. Sri Diniari, SpKJDept/SMF Psikiatri FK Unud - RSUP Sanglah Denpasar
11 Desember 2012
Kegawatdaruratan Psikiatri Definisi: Tiap gangguan dalam berpikir,
perasaan, atau tingkah laku yg memerlukan intervensi pengobatan secepatnya
Jenis-jenis kegawatdaruratan psikiatri: Gaduh gelisah Percobaan Bunuh Diri Sindroma Neuroleptik Maligna Gangguan Stres Pasca Trauma Penelantaran diri
Kegawatdaruratan Psikiatri Pada Pasien Gaduh Gelisah
• Pasien gaduh gelisah px dgn gejala psikomotor meningkat disertai ketegangan , kecemasan dan kebingungan.
• Gejala utama: banyak bicara, cepat dan keras , banyak gerak tangan dan kaki, marah-marah dan takut. Disertai halusinasi dan waham. Pasien dapat menjadi agresif, bermusuhan dan destruktif
• Pasien gaduh gelisah dapat membahayakan orang lain, maupun diri sendiri.
• Kerusakan yang terjadi mulai dari kerugian materiil sampai kehilangan nyawa.
• Modalitas terapi yg dapat digunakan Kekangan Fisik (physical restraint) Manajemen Farmakologik Manajemen Psikologik• Meskipun telah dilakukan kekangan fisik,
namun tetap diperlukan medikamentosa utk meredakan gaduh gelisah, k/ menyebabkan mioglobinuria akibat cedera otot
Prosedur Penanganan Px Gaduh Gelisah
Bersikap tenang tetapi tetap waspada Tenangkan keluarga pasien atau pengantar Lakukan pemeriksaan status psikiatrik serta fisik
sedapat mungkin Apabila perlu, lakukan fixasi terhadap pasien Cari gangguan yang mendasari keadaan gaduh
gelisah Utk mengatasi gaduh gelisah, obat yg digunakan
umumnya neuroleptika, atau kombinasi neuroleptika dgn benzodiazepine
Chlorpromazine :• Jangan diberikan bila tekanan darah kurang dari sama
dengan 90/60 mmHg• Berikan injeksi 25-50mg, chlorpromazine i.m• Monitor tekanan darah 15 menit dan 30 menit
setelah suntikan• Ulangi pemberian chlorpromazine setiap 30-60 menit
sampai tercapai kontrol yang adekuat terhadap gaduh gelisahnya.
Haloperidol :• Berikan injeksi 5 – 10 mg haloperidol i.m/i.v• Ukur tekanan darah 15 menit dan 30 menit setelah
injeksi• Ulangi pemberian haloperidol tiap 30 menit sampai
tercapai kontrol yang adekuat
• Jika px tidak berespons setelah 2 dosis neuroleptik, penambahan benzodiazepine dapat membantu
• Kombinasi haloperidol dan lorazepam/diazepam Berikan injeksi 2,5 - 5 mg haloperidol im/iv dan 1
– 2 mg lorazepam im/iv ataupun diazepam 5 - 10 mg iv
Injeksi intravena lorazepam dan diazepam harus diberikan perlahan-lahan
Pemberian diulang tiap 30 menit sampai ada respon yang cukup
Percobaan Bunuh Diri
• Batasan segala perbuatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang yang dapat membinasakan dirinya dalam waktu yang singkat
• Etiologi tdp berbagai teori tentang perilaku. Akhir-akhir ini makin banyak ok/ faktor biologik dan genetik
• Faktor Biologik : berkurangnya peran serotonin sentral perilaku bunuh diri, misalnya rendahnya metabolit serotonin (5-HIAA) di Cairan Serebro Spinal
• Faktor Genetik perilaku bunuh diri cendrung terjadi dalam keluarga dari studi anak kembar, sedangkan pada studi anak adopsi bahwa faktor genetik menurunkan threshold utk bunuh diri dan ketidakmampuan mengontrol impuls diri
• Macam-macam bunuh diri :1. Bunuh diri egosentrik/egoistik :kurangnya arti
ikatan keluarga atau interaksi sosial2. Bunuh diri altruistik : terjadi k/ integrasi yg
berlebihan dg lingkungan sosialnya3. Bunuh diri anomik : terjadi bila relasi antara
individu dan sosial hancur k/ penderitaan /kesengsaraan sosial & ekonomi
Tanda-tanda risiko terjadinya bunuh diri
• Tanda - tanda risiko berat :1. Keinginan mati yang sungguh2, pernyataan
berulang bahwa ia ingin mati, yg bisa disertai dengan persiapan terinci
2. Depresi dgn gejala rasa salah dan dosa, rasa putus asa, ingin dihukum berat, disfungsi seks dan kegiatan lain, serta ggn tidur yg berat
3. Psikosis, terutama yg impulsif, perasaan curiga, ketakutan dan panik, mendengar suara (halusinasi) yg memerintahkan utk bunuh diri
• Tanda-tanda bahaya :1. Pernah melakukan percobaan bunuh diri2. Penyakit yang menahun3. Ketergantungan obat dan/atau alkohol4. Hipokondriasis5. Bertambahnya usia disertai bertambahnya
masalah hidup6. Pengasingan diri7. Kebangkrutan 8. Catatan bunuh diri9. Kesukaran menyesuaikan diri yang kronis10.Tak jelas adanya keuntungan sekunder
Pemeriksaan1. Anamnesis :Untuk mendapatkan kesungguhan niat, penyebab
dan cara(percobaan) bunuh diri2. Pemeriksaan Fisik :Utk mendapatkan kelainan organik yg mungkin
mendasari tindakan (percobaan) bunuh diri, maupun akibat yang ditimbulkannya. Dilakukan pemeriksaan fisik, internistik, dan neurologik.
3. Pemeriksaan psikiatrik: Utk mendapatkan kelainan psikiatrik
• Tes Psikologik :Utk mencari dasar kepribadian pasien yg
mendasari tindakan (percobaan) bunuh diri serta membantu dalam penatalaksanaan pasien.
• Pemeriksaan Laboratorium :Sesuai dgn kebutuhan atau kelainan organik
yang didapatkan.
Penatalaksanaan• Ide-ide bunuh diri, Krisis Bunuh diri, Percobaan
Bunuh diri. ↓• Ruang Gawat Darurat ↓• Bag Bedah/Bag Peny Dalam ↓• Bagian Psikiatrik : 1. Masuk RS/Rawat Jalan 2. Psikoterapi
Fokus terapi diarahkan pada modifikasi lingkungan agar hub antar manusia lebih baik, juga diusahakan agar fungsi kejiwaan lbh adekuat
• Macam-macam terapi berupa :1. Psikoterapi individual atau terapi kelompok2. Terapi keluarga3. Terapi obat-obat sesuai keadaan• Strategi terapi :1. Memotong lingkaran pikiran bunuh diri2. Menguatkan kembali ego pasien, dan memperbaiki
mekanisme pembelaan yg salah3. Membantu Pasien agar dpt hidup wajar kembali
Sindroma Neuroleptik Maligna (SNM)• Terapi dalam bidang psikiatri telah mengalami
perkembangan yg pesat, namun disamping kegunaannya yg cukup besar, obat neuroleptika dapat menimbulkan efek samping dan salah satunya yang bersifat akut dan fatal adalah terjadinya SNM
• Definisi : suatu keadaan mirip katatonia akibat pemakaian obat gol neuroleptik yg ditandai dgn gejala : panas badan, rigiditas, ketidakstabilan sistem otonomik serta gangguan kesadaran.
• Dapat terjadi komplikasi berupa trombosis vena, cardiac arrest, infark miokard dg oedem paru, kegagalan fs hati, DIC, syok, dan kematian
• Gejala SNM menurut DSM-IV sbb :A.Perkembangan rigiditas otot yang parah dan
peningkatan temperatur yg berhub dg medikasi neuroleptika
B.>= 2 gejala berikut : diaforesis , disfagia , tremor, inkontinensia, perubahan tingkat kesadaran dari kebingungan sampai koma, mutism, takikardia, peningkatan atau labilitas tekanan darah, leukositosis, bukti laboratorium adanya kerusakan otot (peningkatan CPK)
C. Gejala pada kriteria A dan B bukan karena zat lain (misalnya phencyclidine) atau suatu kondisi neurologis/medis umum (misalnya ensefalitis virus)
D. Gejala dalam kriteria A dan B tidak diterangkan lebih baik oleh suatu gangguan mental (misalnya ggn mood dgn ciri katatonik)
Segera setelah di duga SNM maka : hentikan neuroleptika & tindakan suportif meliputi :
1. Turunkan suhu tubuh 2. Pasang infus u/ cegah syok dan ggn fs. ginjal3. Observasi ketat vital sign4. Pemeriksaan Lab : CPK, DL, profil kimia, LFT,
RFT5. Pengobatan spesifik
Obat-obat spesifik yg diberikan :1. Dantrolene : intravena: dosis inisial 2-3 mg/kg BB
tiap 10-15 menit(range dosis 0,8-10mg/kg BB/hari) bila sdh teratasi dapat diberikan per oral dgn dosis inisial 100-250 mg/kg BB/hari (maks 700 mg/hari)
2. Bromokriptin : 2,5-10mg, 3 kali sehari sampai 60 mg3. Amantadin : dosis oral 200-400 mg/hari4. Benzodiazepin (lorazepam): 2 mg IV , dilanjutkan
dgn dosis ulangan 2 mg5. Levodopa 100mg dan carbidopa 25mg , sebanyak 3
– 8 kali sehari
Strategi untuk pemberian neuroleptika selanjutnya :• Bila neuroleptika tetap dibutuhkan, pemberiannya
ditunda selama mungkin sesudah SNM teratasi. • Pilihlah neuroleptika dari jenis yang lain terutama
golongan dosis efektif tinggi seperti Thioridazine, Clozapine
• Mulailah dgn dosis rendah dg pengawasan ketat• Dapat dikombinasi dgn lorazepam• Tunda pemberian neuroleptika ulangan sekurang-
kurangnya 2 minggu setelah SNM
Gangguan Stres Pasca Trauma (GSPT)/Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
• Suatu keadaan yang timbul akibat peristiwa eksternal yang traumatik di luar batas kelayakan kemanusiaan pada diri seseorang yang mempunyai respons yang berkepanjangan dan atau tertunda yang mengakibatkan sequele psikologik, sosial, dan biologik.
• Peristiwa eksternal tersebut bersifat menakutkan dan katastrofik yg cenderung mengakibatkan distres pada setiap orang, misalnya musibah alam atau buatan manusia, peperangan,kecelakaan berat, menyaksikan kematian yg mengerikan, menjadi korban penyiksaan, terorisme, perkosaan, dan kejahatan2 lain.
Gejala Klinis PTSD
• Terdapat 3 gambaran klinis yaitu :1.Re-experiencingGejala pengulangan kembali trauma yang pernah
menimpanya (re-experiencing): merasa spt kejadian traumatik tsb terjadi lagi, pikiran yg terganggu, mimpi buruk sering menakutkan, replikatif dan rekolektif & sering terbangun karenanya, atau reaaksi psikologik atau fisiologik thd paparan yg berhubungan dgn trauma, ilusi, halusinasi, disosiatif (flashback) dapat terjadi reaktif thd stimulus yg membangkitkan bayang-bayang trauma tersebut.
2. AvoidanceGejala atau perilaku penghindaran
(avoidance) : perilaku menghindari aktivitas atau pikiran yg berhubungan dg trauma, berkurangnya kapasitas utk mengingat yg berhubungan dg trauma, merasa terpisah atau derealisasi, afek tumpul. Akibatnya, keadaan depresif umum terjadi dg simtom2nya: sukar konsentrasi, sukar tidur, tidak ada minat terhadap hiburan/ kesenangan, anhedonia
3.HypervigilanceMengalami gejala peningkatan bangkitan
otonomik yaitu gangguan tidur, iritabel , waspada berlebihan (hypervigilance), atau mempunyai respons yang berlebihan, keterkejutan yg. berlebihan
GSPT dapat dimulai kapan saja sesudah terjadi stressor , tetapi sindromnya tidak lazim segera terjadi. Kecemasan atau depresi berkembang segera sesudah peristiwa traumatik akut, tetapi hambatan emosi sering terjadi pada keadaan kronik.
• Cara Pemeriksaan anamnesis dgn tenang, hati2, selalu waspada thd respons penderita. Tanyakan riwayat kejadian peristiwa traumatik yang terjadi.
• Bagi penderita perorangan, respons terhadap peristiwa traumatik lebih jelas terjadi pada seseorang dgn latar belakang kepribadian neurotik.
• Bagi sekelompok massa, terutama pada bencana alam, umumnya tdpt ikatan jangka pendek (short-term cohesion) dan dapat saling menerima keadaan satu sama lain.
Penatalaksanaan
• Rawat inap atau rawat jalan• Psikoterapi individual atau kelompok• Terapi perilaku, terapi perilaku kognitif• Psikofarmaka disesuaikan dg gejala yg
timbul pada saat itu apakah depresi/cemas.Terapi psikofarmaka sebaiknya digabungkan dgn
terapi lain yg disebutkan diatas, bila gejala menetap sebaiknya dirujuk ke psikiater utk dilakukan diagnosis ulang
Penelantaran Diri
• Kasus penelantaran diri sering terjadi pada skizofrenia simplex dimana skizofrenia banyak ditampilkan ke UGD karena hebatnya gejala, kektidakmampuan untuk merawat diri, tidak adanya tilikan diri, dan keruntuhan sosial yang lambat laun terjadi, serta menjauhnya pasien dari lingkungannya.
• Px datang ke UGD dengan halusinasi yg menganggu, ide aneh, inkoherensi, agitasi, dan perawatan diri yang terbengkalai.
• Saat penyakitnya berkembang lebih lanjut dan akibat psikososialnya juga meningkat, dapat berakibat depresi sekunder dan timbul gagasan bunuh diri
• Beberapa pasien lainnya menghindar dari pergaulan dengan manusia lain, menjauhi dari keluarganya, dan pergi jauh utk hidup menggelandang, dan makan sisa makanan orang lain sambil mereka menjadi runtuh secara fisik.
• Akhirnya mereka akan dibawa ke UGD oleh yang berwajib karena memaparkan diri pada udara yg terbuka, dingin pada musim dingin, kehujanan dgn akibat mengidap penyakit fisik seperti selulitis dari ekstremitasnya.
Penanganan
• Masuk Rumah Sakit• Mengatasi penyebab sakit fisik dgn bagian
terkait• Mengatasi ggn psikiatrik dgn psikofarmaka
maupun psikoterapi