KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING …lib.unnes.ac.id/23173/1/4201411039.pdf ·...
Transcript of KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING …lib.unnes.ac.id/23173/1/4201411039.pdf ·...
KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING BERBANTUAN POHON MASALAH
DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA SMP
Skripsi
Disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidkan Fisika
Oleh
Nartini Lestari
4201411039
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran
Problem Based Learning Berbantuan Pohon Masalah dalam Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP” bebas plagiat, dan apabila di kemudian
hari terbukti terdapat plegiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan buta
(Albert Enstein).
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan (QS. Al-insyirah: 5-6)
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar-
Rahman: 77).
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru yakin
kalau kita berhasil melakukannya dengan baik.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk Bapak Soekimin,
Almh. Ibu Saniyem, kakak-kakakku, Irfan Al
Ayubbi, sahabat-sahabatku serta teman-teman
pendidikan Fisika 2011 tercinta yang selalu
memberikan doa dan dukungan.
v
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya serta sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Atas petunjuk dan pertolongan-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Keefektifan Pembelajaran Problem Based
Learning Berbantuan Pohon Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa SMP”. Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan
bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima
kasih kepada.
1. Kedua orang tua dan kakak-kakak tercinta yang selalu memberikan doa dan
semangat;
2. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang;
3. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam (FMIPA) Universitas Negeri Semarang;
4. Dr. Khumaedi, M.Si. Ketua Jurusan Fisika;
5. Drs. Sukiswo Supeni Edie, M.Si. dan Prof. Dr. Hartono, M.Pd. Pembimbing
yang telah memberikan arahan dan bimbingan;
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini;
7. Asikin, M.Pd. Kepala SMP Negeri 2 Boja yang telah memberi izin penelitian;
8. Winda Agustina dan Andika Kusumawati. Guru fisika kelas VIII SMP Negeri
2 Boja yang telah membimbing selama penelitian;
vi
9. Guru-guru, karyawan, dan siswa SMP Negeri 2 Boja yang telah membantu
proses penelitian;
10. Teman-teman kos Lestari (Novi, Mba Sasti, Dany, Mike) yang selalu
mendukung, membantu, dan memberikan motivasi;
11. Sahabat-sahabatku (Cahya, Mba Lusi, Irma, Destianna, Wina, Eca, Desi, Diaz,
Anis, Putri) yang selalu menemani dan memberikan doa;
12. Irfan Al Ayubbi yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan;
13. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Terima
kasih.
Semarang, Agustus 2015
Penulis
vii
ABSTRAK
Lestari, Nartini. 2015. Keefektifan Pembelajaran Problem based learning
Berbantuan Pohon Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa SMP. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Sukiswo Supeni Edie,
M.Si. & Prof. Dr. Hartono, M.Pd.
Kata kunci: pembelajaran PBL, pohon masalah, kemampuan berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis diperlukan untuk pemecahan masalah dalam
pembelajaran fisika. Oleh karena itu siswa dituntut untuk memiliki kemampuan
berpikir kritis. Permasalahan dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir
kritis siswa yang perlu ditingkatkan. Pemilihan dan pelaksanaan model
pembelajaran serta media yang tepat oleh guru akan membantu guru dalam
membelajarkan fisika, sehingga siswa dapat memahami dengan jelas setiap materi
yang disampaikan, meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya, dan akhirnya
mampu memecahkan setiap permasalahan yang muncul pada materi. Model
pembelajaran yang dapat membantu siswa berlatih berpikir kritis diantaranya
model PBL berbantuan pohon masalah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah pembelajaran PBL
berbantuan pohon masalah efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa. Dikatakan efektif apabila pada tes kemampuan berpikir kritis lebih dari
50% siswa memperoleh nilai minimal 70, dengan skor gain >0,3 dan mencapai
persentase rata-rata kemampuan berpikir kritis mencapai 50%. Populasi
penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP N 2 Boja tahun ajaran
2014/2015. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII B dan C sebagai
kelompok eksperimen dan kelas VIII F sebagai kelompok kontrol. Metode
pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dan tes.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran PBL berbantuan pohon
masalah efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Persentase
rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa meningkat sebesar 20% dari pretest
sampai posttest, dengan skor gain sebesar 0,36 kategori sedang. Pada kelompok
eksperimen skor gain aspek memberikan sederhana, membangun ketrampilan
dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut, dan mengatur strategi dan
teknik masing-masing sebesar 0,06; 0,33; 0,42; 0,43; 0,43; sedangkan pada
kelompok kontrol sebesar 0,28; 0,31; 0,34; 0,25; dan 0,24. Perbedaan rata-rata
peningkatan kemampuan berpikir kritis tersebut dikarenakan adanya perbedaan
perlakuan pada kelompok eksperimen menggunakan pembelajaran PBL
berbantuan pohon masalah dan pada kelompok kontrol menggunakan
pembelajaran ekpositori. Berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata
menunjukan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran PBL
berbantuan pohon masalah lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kritis siswa
dengan pembelajaran ekspositori. Disarankan bahwa pembelajaran PBL
berbantuan pohon masalah dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran
untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
viii
ABSTRACT
Lestari, Nartini. 2015. The Effectiveness of Tree Diagram-Assisted Problem
Based Learning in Improving Students’ Critical Thinking Skill of Junior High
School Students. Final Project, Department of Physics, Faculty of Mathematics
and Natural Sciences of State University of Semarang. Supervisor Drs. Sukiswo
Supeni Edie, M.Si. and Prof.Dr.Hartono, M.Pd.
Keyword: PBL learning, tree diagram, critical thinking skill
Critical thinking skill is one of the objectives in learning physics.
Therefore, students are required to have the ability to think critically. The
problem in this research was the students’ critical thinking skill need to be
improved. The selection and implementation of learning models and also
appropriate media that was used by teachers would assist teachers in teaching
physics, so that students can understand the material given well, improve their
critical thinking skills, and finally able to solve any problems that arise of the
studied material. One of the learning model that can help students in thinking
critically was model of tree diagram-assisted PBL.
The purpose of this study was to analyze whether PBL-assisted learning
problem tree is effective in improving students' critical thinking skills. Said to be
effective if the critical thinking skills tests more than 50% of students scored at
least 70, with a score gain of > 0.3 and reached the average percentage of critical
thinking skills achieve ≥50%. The study population was all class VIII SMP N 2
Boja academic year 2014/2015. The sample in this research is class VIII B and C
as the experimental group and class VIII F as a control group. Methods of data
collection methods and test documentation.
The results showed that PBL-assisted learning tree diagram is effective in
improving students' critical thinking skills. The average percentage of students'
critical thinking skills increased by 20% from pretest to posttest, with a score of
0.36 gain medium category. In the experimental group scores gain aspect
provides a simple, build basic skills, concluded, provide further explanation, and
a set of strategies and techniques respectively of 0.06; 0.33; 0.42; 0.43; 0.43;
whereas in the control group of 0.28; 0.31; 0.34; 0.25; and 0.24. The difference in
average increase in critical thinking skills is due to the difference of treatment in
the experimental group using PBL-assisted learning tree diagram in the control
group using ekpositori learning. Based on the test results of two average
difference shows that the critical thinking skills of students with learning-assisted
PBL problem tree is higher than the critical thinking skills of students with
expository. It is suggested that PBL-assisted learning tree diagram can be used as
an alternative model of learning to develop students' critical thinking skills
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
PERNYATAAN ...................................................................................................... ii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
PRAKATA ............................................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................ 4
1.4 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5
1.7 Penegasan Istilah
1.7.1 Keefektifan .......................................................................................... 6
1.7.2 Kemampuan Berpikir Kritis ................................................................ 7
1.7.3 Pohon Masalah .................................................................................... 7
x
1.7.4 Problem Based Learning (PBL) .......................................................... 7
1.7.5 Pembelajaran Ekspositori .................................................................... 7
1.8 Sistematika Penulisan Skripsi ....................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Belajar ................................................................................................ 9
2.1.1.1 Teori Vigotsky ....................................................................... 10
2.1.1.2 Teori Brunner ....................................................................... 11
2.1.1.3 Teori Belajar Konstruktivisme .............................................. 12
2.1.2 Berpikir Kritis ................................................................................... 14
2.1.3 Pohon Masalah .................................................................................. 17
2.1.4 Problem Based Learning (PBL) ........................................................ 19
2.1.4.1 Pengertian dan Karakteristik Problem Based Learning ...... 19
2.1.4.2 Tujuan, Kelebihan, dan Kekurangan PBL ............................ 21
2.1.4.3 Langkah-langkah Pembelajaran PBL .................................. 24
2.1.4.4 Langkah Pembelajaran Fisika dengan Model Pembelajaran
PBL Berbantuan Pohon Masalah ......................................... 27
2.1.5 Pembelajaran Ekspositori .................................................................. 28
2.2 Materi Tekanan Zat Cair ............................................................................. 32
2.2.1 Tekanan Hidrostatis ........................................................................... 32
2.2.2 Hukum Pascal .................................................................................... 32
2.2.3 Bejana Berhubungan ......................................................................... 33
2.2.4 Prinsip Archimedes ........................................................................... 33
2.3 Penelitian Relevan ....................................................................................... 35
xi
2.4 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 35
2.5 Hipotesis ...................................................................................................... 39
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Subjek Penelitian
3.1.1 Desain Penelitian ............................................................................... 40
3.1.2 Populasi ............................................................................................. 43
3.1.3 Sampel dan Teknik Sampling ........................................................... 44
3.1.4 Variabel Penelitian ............................................................................ 45
3.2 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 46
3.2.2 Materi ................................................................................................ 47
3.2.3 Instrumen Penelitian .......................................................................... 47
3.2.4 Analisis Data Uji Coba Instrumen .................................................... 48
3.2.4.1 Analisis Validitas Item .......................................................... 48
3.2.4.2 Analisis Reliabilitas Tes........................................................ 49
3.2.4.3 Analisis Taraf kesukaran ...................................................... 50
3.2.4.4 Analisis Daya Pembeda ........................................................ 52
3.2.5 Penentuan Instrumen ......................................................................... 53
3.2.6 Analisis Data Awal ............................................................................ 54
3.2.6.1 Uji Normalitas ...................................................................... 54
3.2.6.2 Uji Homogenitas ................................................................... 56
3.2.7 Analisis Data Akhir ........................................................................... 57
3.2.7.1 Uji Normalitas ...................................................................... 57
xii
3.2.7.2 Uji Homogenitas ................................................................... 57
3.2.7.3 Analisis Hasil Tes Berpikir Kritis ......................................... 58
3.2.7.4 Uji N-Gain (Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis) ....... 59
3.2.7.5 Uji Hipotesis II (Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak) ...... 59
3.3 Indikator Pencapaian .................................................................................. 61
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 62
4.1.1 Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 62
4.1.2 Hasil Analisis Data Akhir ................................................................. 62
4.1.2.1 Uji Normalitas ...................................................................... 63
4.1.2.2 Uji Homogenitas ................................................................... 63
4.1.2.3 Hasil Pretest dan Posttest ..................................................... 64
4.1.2.4 Uji N-Gain ............................................................................ 65
4.1.2.5 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ................ 66
4.1.2.6 Uji Hipotesis 2 ...................................................................... 67
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 67
4.2.1 Pelaksanaan Pembelajaran ................................................................ 68
4.2.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Berbantuan Pohon Masalah ................................................. 69
4.2.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran Ekspositori ............................... 74
4.2.2 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ................................................... 77
4.2.1 Uji Hipotesis 2 (Uji Kesamaan Dua Rata-rata) ................................. 88
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 92
xiii
5.2 Saran ............................................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 94
LAMPIRAN ........................................................................................................... 97
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Sintaksis untuk PBL ......................................................................................... 26
2.2 Perbandingan Komponen Pembelajaran PBL Berbantuan Pohon Masalah
dengan Pembelajaran Ekspositori ................................................................... 31
3.1 Desain Penelitian ............................................................................................. 40
3.3 Kriteria Taraf Kesukaran.................................................................................. 51
3.4 Kriteria Daya Pembeda .................................................................................... 53
3.5 Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis................................................ 58
4.1 Analisis Deskriptif Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis ..................... 64
4.2 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Masing-masing Aspek ............................. 65
4.3 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa tiap Indikator ............................................ 66
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................................... 38
3.1 Langkah Penelitian ........................................................................................... 43
4.1 Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ....................................................... 65
4.2 Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Masing-masing Aspek .................. 66
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Nama Siswa Kelompok Eksperimen .............................................. 97
2. Daftar Nama Siswa Kelompok Kontrol ..................................................... 99
3. Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba ......................................................... 100
4. Nilai UAS Fisika ...................................................................................... 101
5. Uji Normalitas Data Awal ........................................................................ 105
6. Uji Homgenitas Data Awal ...................................................................... 107
7. Penggalan Silabus .................................................................................... 109
8. Kisi-kisi Soal Uji Coba ............................................................................ 111
9. Soal Uji Coba ........................................................................................... 129
10. Perhitungan Validitas Butir Soal .............................................................. 136
11. Perhitungan Reliabilitas Butir Soal .......................................................... 140
12. Perhitungan Taraf Kesukaran Butir Soal ................................................. 143
13. Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal .................................................... 147
14. Hasil Analisis Data Soal Uji Coba ........................................................... 151
15. Kisi-kisi Soal Pre-test Kemampuan Berpikir Kritisi ............................... 153
16. Soal Pre-test Kemampuan Berpikir Kritis ............................................... 164
17. Kisi-kisi Soal Post-test kemampuan Berpikir Kritis ................................ 168
18. Soal Post-test Kemampuan Berpikir Kritis .............................................. 177
19. RPP Kelompok Eksperimen ..................................................................... 181
20. RPP Kelompok Kontrol ........................................................................... 182
21. Lembar Diskusi Siswa ............................................................................. 201
22. Rancangan Pohon Masalah ...................................................................... 211
xvii
23. Jawaban Pohon Masalah .......................................................................... 216
24. Hasil Pre-test Kemampuan Berpikir Kritis ............................................. 221
25. Hasil Post-test Kemampuan Berpikir Kritis ........................................... 224
26. Uji Normalitas Data Akhir ....................................................................... 227
27. Uji Homogenitas Data Akhir ................................................................... 229
28. Perhitungan Nilai Gain ............................................................................. 231
29. Uji Kesamaan Dua Rata-rata .................................................................... 237
30. Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis....................................... 239
31. Dokumentasi ............................................................................................ 243
32. Surat Penetapan Dosen Pembimbing ....................................................... 244
33. Surat Izin Observasi ................................................................................. 245
34. Surat Keterangan Observasi ..................................................................... 246
35. Surat Izin Penelitian ................................................................................. 247
36. Surat Keterangan Penelitian ..................................................................... 248
37. Daftar Luas Daerah Lengkungan Normal Standart .................................. 249
38. Daftar D Tabel Komolgorov-Sminorv ..................................................... 250
39. Daftar X2
Tabel......................................................................................... 251
40. Daftar r Tabel ........................................................................................... 252
41. Daftar t Tabel ........................................................................................... 253
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hasil observasi tanggal 10 Januari 2015 dan wawancara terhadap guru IPA
Fisika kelas VIII SMP N 2 Boja, diketahui bahwa proses pembelajaran Fisika di
kelas VIII masih menekankan pengetahuan dan pemahaman materi. Guru selama
ini lebih banyak memberikan latihan mengerjakan soal-soal pada LKS atau buku
paket. Aktivitas yang terjadi di kelas umumnya masih menempatkan guru sebagai
satu-satunya sumber informasi yang membuat siswa menjadi bertambah
pengetahuannya. Banyak teman-teman guru di berbagai jenjang pendidikan yang
asyik mengelola kelasnya dengan pembelajaran satu arah antar guru dengan siswa,
sehingga interaksi antar siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru tidak
berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
ditetapkan (Rusmono, 2014: 2). Hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih
mengembangkan kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah dan
menerapkan konsep-konsep yang dipelajari di sekolah ke dalam dunia nyata.
Fisika merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sains, dengan demikian
mempunyai karakteristik yang tidak berbeda dengan sains pada umumnya.
Pembelajaran sains termasuk fisika, lebih menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi, agar siswa mampu
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan sains
2
diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendasar tentang alam sekitar (Yulianti &
Wiyanto, 2009: 2). Fisika menerangkan gejala-gejala alam sesederhana mungkin
dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataan. Persyaratan
dasar untuk pemecahan persoalannya ialah mengamati gejala-gejala tersebut
(Sambada, 2012: 39).
Kenyataannya siswa masih kesulitan dalam menerapkan pengetahuan yang
dimiliki dalam kehidupan sehari-hari. Jika prinsip penyelesaian masalah
diterapkan dalam pembelajaran, maka siswa dapat terlatih dan membiasakan
berpikir kritis secara mandiri. Berpikir kritis dibutuhkan agar siswa dapat
mengahadapi tantangan yang akan terjadi dalam kehidupan. Berpikir kritis
merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan
mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk,
menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah
kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis
merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat
pribadi dan pendapat orang lain (Johnson, 2014: 183).
Menurut Sizer, sebagaimana dikutip oleh Johnson (2014: 181), sekolah
artinya menggunakan pikiran dengan baik, berpikir kreatif menghadapi persoalan-
persoalan penting, serta menanamkan kebiasaan untuk berpikir. Pembelajaran
disekolah sebaiknya melatih siswa untuk menggali dan meningkatkan kemampuan
dalam mencari, mengolah, dan menilai berbagai informasi secara kritis. Proses
pembelajaran di sekolah, siswa tidak sekedar mendengarkan ceramah guru atau
3
berperan serta dalam diskusi, tetapi siswa juga diminta menghabiskan waktunya
di perpustakaan, di situs web atau terjun di tengah-tengah masyarakat. Menurut
Dewey, sekolah merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah kehidupan
nyata, karena setiap siswa memiliki kebutuhan untuk menyelidiki lingkungan
mereka dan membangun secara pribadi pengetahuannya (Rusmono, 2014: 74).
Salah satu upaya mendorong terjadi proses pembelajaran dengan hasil belajar
yang optimal bagi pengembangan seluruh potensi anak diperlukan strategi
pembelajaran yang menyenangkan. Menurut Reigeluth, sebagaimana dikutip
Rusmono (2014: 21), menyatakan definisi strategi pembelajaran merupakan
pedoman umum (blueprint) yang berisi komponen-komponen yang berbeda dari
pembelajaran agar mampu mencapai keluaran yang diinginkan secara optimal di
bawah kondisi-kondisi yang diciptakan.
Salah satu strategi pembelajaran adalah pemilihan model pembelajaran.
Model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
agar mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari adalah model Problem Based Learning. Model Problem Based Learning
(PBL) menawarkan kebebasan siswa dalam proses pembelajaran. Untuk membuat
pembelajaran lebih menyenangkan dan siswa tertarik maka diperlukan media yang
tepat dan kreatif. Peneliti memilih media berupa pohon masalah yang dirancang
dalam bentuk menarik untuk memacu minat dan kemampuan berpikir siswa.
Pohon masalah digunakan siswa untuk menghubungkan sebab-akibat dari suatu
permasalahan.
4
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian tentang “Keefektifan
Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Pohon Masalah dalam
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasikan permasalahan-
permasalahan sebagai berikut:
(1) Kurangnya kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah fisika di
SMP N 2 Boja.
(2) Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah cenderung berpusat
pada guru.
(3) Siswa masih kesulitan dalam menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam
kehidupan sehari-hari.
(4) Kurangnya penerapan metode pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
mencoba mencari sendiri pengetahuan atau informasi yang mereka
butuhkan.
1.3 Batasan Masalah
Batasan-batasan masalah pada penelitian ini antara lain:
a. Objek yang akan diteliti adalah kemampuan berpikir kritis siswa.
b. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP N 2 Boja.
c. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah Problem Based
Learning (PBL) berbantuan pohon masalah.
d. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah materi Tekanan Zat Cair.
5
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu,
1. Apakah pembelajaran Problem Based Learning berbantuan pohon masalah
efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII
SMP N 2 Boja?
2. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa dengan model PBL berbantuan
pohon masalah lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis
siswa dengan pembelajaran ekspositori?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis apakah pembelajaran Problem Based Learning berbantuan
pohon masalah efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa kelas VIII SMP N 2 Boja.
2. Menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa dengan model PBL
berbantuan pohon masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa dengan
pembelajaran ekspositori.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Memberi gambaran pembelajaran fisika dengan PBL berbantuan pohon
masalah.
6
2. Bagi Siswa
Memberi pengalaman belajar yang lebih variasi sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran
fisika.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan informasi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut
mengenai kemampuan berpikir kritis menggunakan Problem Based
Learning berbantuan pohon masalah.
1.7 Penegasan Istilah
Untuk menghindari penafsiran makna yang berbeda terhadap judul dan
rumusan masalah oleh para pembaca, diperlukan penegasan istilah sebagai
berikut:
1.7.1 Keefektifan
Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan suatu
model pembelajaran yang diterapkan. Indikator keefektifan model pembelajaran
Problem Based Learning berbantuan pohon masalah adalah hasil tes kemampuan
berpikir kritis siswa kelas VIII SMP N 2 Boja yang diajar menggunakan model
Problem Based Learning berbantuan pohon masalah dapat mencapai sekurang-
kurangnya 50% siswa memperoleh nilai minimal 70. Keefektifan juga ditunjukan
dengan adanya peningkatan skor rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa
dengan mencapai skor gain lebih besar dari 0,3 termasuk dalam kategori sedang
sampai tinggi dan persentase rata-rata kemampuan berpikir kritis mencapai
kategori cukup ke atas ( .
7
1.7.2 Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Sadia (2008: 22), berpikir kritis dimaksudkan sebagai berpikir
yang benar dalam pencarian pengetahuan yang relevan dan reliabel tentang dunia
nyata. Menurut Norins & Ennis, sebagaimana dikutip oleh Fisher (2014 : 4),
mendefinisikan berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif
yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.
1.7.3 Pohon Masalah
Menururt Silverman, sebagaimana dikutip Asmoko (2014), istilah tree
diagram atau diagram pohon dirancang untuk mengurutkan hubungan sebab-
akibat suatu permasalahan.
1.7.4 Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Menurut Arends (2008; 41), model Problem Based Learning menyuguhkan
berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa yang dapat
berfungsi sebagai batu loncatan dalam penyelidikan. Menurut Rusmono (2014:
82), strategi pembelajaran dengan PBL yang lebih dipentingkan adalah dari segi
proses dan bukan hanya sekedar hasil belajar yang diperoleh.
1.7.5 Pembelajaran Ekspositori
Menurut Rusmono (2014: 66), melalui pembelajaran ekspositori, guru
menyampaikan materi pelajaran secara terstruktur dengan harapan materi
pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai oleh siswa dengan baik. Media
pembelajaran biasa digunakan untuk alat bantu dalam rangka memperjelas materi
pelajaran yang disampaikan.
8
1.8 Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri atas bagian awal skripsi, bagian isi
skripsi, dan bagian akhir skripsi, yang masing-masing diuraikan sebagai berikut:
1.8.1 Bagian Awal
Bagian ini terdiri atas halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan,
motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar
gambar, dan daftar lampiran.
1.8.2 Bagian Isi
Bagian ini merupakan bagian pokok skripsi yang terdiri atas 5 bab, yaitu:
BAB 1 : Pendahuluan, berisi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, penegasan istilah, dan
sistematika penulisan skripsi.
BAB 2 : Tinjauan pustaka, berisi landasan teori, kerangka berpikir, dan hipotesis
penelitian.
BAB 3 : Metode penelitian, berisi metode penentuan subjek penelitian, desain
penelitian, langkah-langkah penelitian, metode pengumpulan data,
instrument penelitian, analisis instrument penelitian, analisis data awal,
dan analisis data akhir.
BAB 4 : Hasil penelitian dan pembahasan.
BAB 5 : Penutup, berisi simpulan dan saran.
1.8.3 Bagian Akhir
Bagian ini terdiri atas daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Belajar
Setiap orang baik disadari ataupun tidak, selalu melaksanakan kegiatan
belajar. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang
dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh
seseorang (Anni & Rifa’i, 2012: 66). Menurut Morgan, sebagaimana dikutip oleh
Anni (2012: 66), menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif
permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Hal ini senada
dengan Hudojo, sebagaimana dikutip oleh Istiandaru (2011: 11), yang
menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh
pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah
laku. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa proses
belajar menghasilkan perubahan perilaku yang berupa pemahaman, keterampilan
dan sikap. Perubahan perilaku tersebut merupakan hasil interaksi berbagai macam
unsur-unsur dalam belajar.
Belajar dipandang sebagai suatu sistem yang di dalamnya terdapat berbagai
macam unsur, antara lain:
10
(1) peserta didik;
(2) rangsangan (stimulus) indera pembelajar;
(3) memori pembelajar dan;
(4) respon (Anni & Rifa’i, 2012: 68).
Belajar adalah lebih dari sekedar mengingat. Siswa yang mampu memahami
dan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus mampu
memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri, dan berkutat
dengan berbagai gagasan (Anni & Rifa’i, 2012: 114).
Berbagai teori yang mengkaji konsep belajar telah banyak dikembangkan
oleh para ahli. Teori-teori belajar yang mendukung penelitian ini diuraikan
sebagai berikut:
2.1.1.1 Teori Vigotsky
Vigotsky setuju dengan teori Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi
secara bertahap, akan tetapi Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget
bahwa anak menjelajahi dunianya dan membentuk gambaran realitasya sendirian.
Menurut Vygotsky, suatu pengetahuan tidak diperoleh anak secara sendiri
melainkan mendapat bantuan dari lingkungannya.
Ada empat pinsip kunci dari teori Vygotsky, yaitu: pada prinsip pertama,
Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain (orang
dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu) dalam proses pembelajaran. Prinsip
kedua dari Vygotsky adalah ide bahwa siswa belajar paling baik apabila berada
dalam zona perkembangan terdekat mereka, yaitu tingkat perkembangan sedikit di
atas tingkat perkembangan anak saat ini. Prinsip ketiga dari teori Vygotsky adalah
11
menekankan pada kedua-duanya, hakikat sosial dari belajar dan zona
perkembangan. Siswa dapat menemukan sendiri solusi dari permasalahan melalui
bimbingan dari teman sebaya atau pakar. Prinsip keempat, Vygotsky
memunculkan konsep scaffolding, yaitu memberikan sejumlah besar bantuan
kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, dan kemudian mengurangi
bantuan tersebut untuk selanjutnya memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat
melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa bimbingan atau petunjuk,
peringatan, dorongan, ataupun yang lainnya (Trianto, 2007: 27).
Penerapan teori Vygotsky dalam proses pembelajaran Fisika adalah siswa
melakukan pekerjaan diperkenankan untuk berkelompok kecil. Guru merangsang
siswa untuk aktif bertanya dan berdiskusi untuk menemukan solusi dari
permasalahan yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Prinsip
scaffolding juga diterapkan pada penelitian ini, dimana siswa dibimbing dalam
membuat pohon masalah untuk menemukan solusi permasalahan. Dengan
membuat pohon masalah siswa dituntut menuangkan ide-ide mereka.
2.1.1.2 Teori Brunner
Jerome Bruner merupakan ahli psikologi yang menganjurkan
pembelajaran dengan penemuan. Menurut Trianto (2007: 26), belajar penemuan
sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan
sendirinya memberikan hasil yang paling baik . Pembelajaran penemuan
merupakan suatu pembelajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa
memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu. Belajar dengan
12
penemuan mempunyai beberapa keuntungan antara lain: memacu keingintahuan
siswa, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya sehingga mereka
menemukan jawaban, dan belajar memecahkan masalah secara mandiri serta
melatih ketrampilan berpikir kritis.
Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan belajar penemuan
adalah PBL. Penerapan PBL dalam pembelajaran Fisika sesuai dengan teori
Bruner, menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil
yang paling baik. Siswa belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan
melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan
konsep dan prinsip itu sendiri. Pada PBL berbantuan pohon masalah, siswa diajak
menemukan solusi dari permasalahan yang mereka dapatkan. Pohon masalah
digunakan sebagai alat bantu siswa dalam proses penemuan. Untuk menyusunnya,
siswa diajak berpikir secara runtut, menghubungkan sebab-akibat permasalahan
sampai siswa dapat menemukan solusi permasalahan. Hal tersebut dapat melatih
kemampuan berpikir kritis siswa.
2.1.1.3 Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut pandangan rekonstrivistik, belajar berarti mengkonstruksi makna
atas informasi dan masukan-masukan yang masuk ke dalam otak (Anni & Rifa’i,
2012: 114). Inti dari pembelajaran konstruktivis adalah siswa dapat mengkonstruk
sendiri informasi yang diperolehnya. Menurut teori konstruktivis yang penting
adalah guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengeksplorasi
13
pengetahuannya melalui pengalaman yang diperolehnya sendiri. Guru dapat
memberikan stimulus ataupun rangsangan-rangsangan berupa pertanyaan maupun
tugas untuk membangun pengetahuan siswa. Guru juga dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide-ide mereka dalam
menyelesaikan masalah mengenai apa yang dipahaminya.
Dari uraian di atas, maka dalam pembelajaran yang mengacu pada pandangan
konstruktivisme menekankan pada langkah-langkah berikut. Pertama guru sebaiknya
memilih pengalaman belajar yang mendukung konsep yang akan dipelajari siswa.
Kedua, siswa menyusun pengertian pribadinya terhadap pengalaman belajar tersebut,
sehingga pengetahuan yang disusun itu harus bermakna bagi siswa itu sendiri. Ketiga,
pengetahuan yang telah dikonstruksi oleh siswa itu sendiri dievaluasi melalui diskusi,
masing-masing siswa mengemukakan pendapatnya dan guru berperan sebagai
fasilitator dan mediator yang kreatif. Keempat, masing-masing siswa mengkonstruksi
kembali tentang pengertiannya dengan dikaitkan pengalaman aslinya. Konstruksi
pengetahuan yang sesuai dengan kriteria, akan diterima secara ilmiah, sedangkan
yang tidak sesuai akan dimodifikasi, adaptasi melalui akomodasi sampai diterima
secara ilmiah. Penerapan teori konstruktivis dalam penelitian ini adalah siswa
dapat membangun pengetahuan sendiri dan menyelesaikan soal dengan
membangun ide-ide yang mereka temukan sehingga dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis melalui model pembelajaran PBL berbantuan pohon
masalah dengan rangsangan-rangsangan dari guru siswa mempunyai motivasi
yang tinggi untuk belajar.
14
2.1.2 Berpikir Kritis
Kurikulum berbasis kompetensi menjelaskan melalui pembelajaran mata
pelajaran fisika dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis deduktif
dengan menggunakan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah. Baik
secara kualitatif mapun kuantitatif dengan menggunakan matematika serta dapat
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap percaya diri (Yulianti &
Wiyanto, 2009: 53). Usaha seseorang untuk menuju kehidupan yang lebih
bermakna, tidak lepas dari proses. Berpikir merupakan kemampuan untuk
menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasakan pada referensi
atau pertimbangan yang seksama (Yulianti & Wiyanto, 2009: 53). Menurut
Nasution, sebagaimana dikutip oleh Yulianti & Wiyanto (2009: 53), kemampuan
berpikir adalah sarana untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu agar siswa mampu
memecahkan masalah taraf tingkat tinggi. Menerapkan mata pelajaran ke dalam
tugas-tugas yang berhubungan dengan dunia nyata dan ke dalam masalah yang
mereka alami, siswa sedikit demi sedikit akan membangkitan kebiasaan berpikir
dengan baik, berpikiran terbuka, mendengarkan orang lain dengan tulus, berpikir
sebelum bertindak, mendasari kesimpulan dengan bukti kuat, dan melatih
imajinasi (Johnson, 2014: 182). Siswa harus mampu membedakan antara alasan
yang baik dan alasan yang buruk dan membedakan kebenaran dari kebohongan.
Siswa harus mengetahui bagaimana berpikir dengan kritis dan kreatif.
Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil
keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.
15
Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk berpendapat dengan terorganisasi
(Johnson, 2014: 193). Glaser mendefinisikan berpikir kritis sebagai: (1) suatu
sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang
berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; (2) pengetahuan tentang metode-
metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; (3) semacam suatu ketrampilan
untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut keras untuk
memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan buktu
pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya (Fisher,
2009: 3).
Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang
mendalam. Pemahaman membuat siswa mengerti maksud dibalik ide yang
mengarahkan hidup setiap hari. Pemahaman mengungkapkan makna dibalik suatu
kejadian. Mayer mengungkapkan strategi-strategi untuk mengembangkan
kemampuan dan ketrampilan berpikir kritis sebagai berikut : Pertama,
Menyeimbangkan antara konten dan proses, dalam penyajian materi pelajaran
agar diseimbangkan antara konten dan proses. Dalam pelajaran sains, harus
seimbang antara sains sebagai produk (penyajian fakta, konsep, prinsip, hukum)
dan sains sebagai proses (keterampilan proses sains), seperti mengobsevasi
kejadian, merumuskan masalah, berhipotesis, mengukur, menyimpulkan, dan
mengontrol variabel. Kedua, Seimbangkan antara ceramah (lecture) dan diskusi
(interaction), teori belajar Piaget menekankan bahwa pentingnya transmisi sosial
dalam mengembangkan struktur mental yang baru. Ketiga, Ciptakan diskusi
kelas, Guru sebaiknya memulai presentasi dengan ”pertanyaan” Ajukan
16
pertanyaan yang dapat mengkreasi suasana antisipasi dan inkuiri (Sari, 2012: 27).
Menurut Glaser kemampuan berpikir kritis meliputi kemampuan untuk: (1)
mengenal masalah; (2) menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk
menangani masalah; (3) mengumpulkan dan menyusun informasi yang
diperlukan; (4) mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan; (5)
memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas; (6) menganalisis
data; (7) menilai fakta dan mengevaluasi pertanyaan-pertanyaan; (8) mengenal
adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah; (9) menarik kesimpulan-
kesimpulan dan persamaan-persamaan yang diperlukan; (10) menguji ksamaan-
kesamaan dan kesimpuan-kesimpulan yang diambil seseorang; (11) menyusun
kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas;
dan (12) membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal dan kualitas-kualitas
tertentu dalam kehisupan sehari-hari (Fisher, 2009: 7).
Ennis mengungkapkan bahwa, ada 12 indikator berpikir kritis yang
dikelompokkan dalam lima besar aktivitas sebagai berikut:
1. Memberikan penjelasan sederhana yang berisi : memfokuskan pertanyaan,
menganalisis pertanyaan, dan bertanya serta menjawab pertanyaan tentang
suatu penjelasan atau pernyataan.
2. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri dari mempertimbangkan
apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta
mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.
17
3. Menyimpulkan yang terdiri dari kegiatan mendeduksi atau
mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi atau mempertimbangkan
hasil induksi, untuk sampai pada kesimpulan.
4. Memberikan penjelasan lanjut yang terdiri dari mengidentifikasi istilah-
istilah dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi
asumsi.
5. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri dari menentukan tindakan dan
berinteraksi dengan orang lain (Afrizon, 2012).
Peneliti menggunakan indikator kemampuan berpikir kritis siswa yang
dikemukakan Ennis untuk dijadikan acuan penelitian. Indikator kemampuan
berpikir kritis yang digunakan peneliti adalah: memberikan penjelasan sederhana,
membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut
dan, mengatur strategi dan teknik.
2.1.3 Pohon Masalah
Menururt Silverman, sebagaimana dikutip Asmoko (2014), istilah tree
diagram atau diagram pohon dirancang untuk mengurutkan hubungan sebab-
akibat suatu permasalahan. Pohon Masalah atau sering disebut tree diagram,
merupakan teknik untuk memecahkan konsep apa saja, seperti kebijakan, target,
tujuan, sasaran, gagasan, persoalan, tugas-tugas, atau aktivitas-aktivitas secara
lebih rinci ke dalam sub-subkomponen, atau tingkat yang lebih rendah dan rinci.
Morse & Field menefinisikan tree diagram sebagai berikut:
A tree diagram can be developed to help in organizing these categories into
a hierarchical structure. Next, definitions for each category, subcategory,
and code are developed. To prepare for reporting the findings, exemplars
for each code and category are identified from the data. Depending on the
18
purpose of the study, researchers might decide to identify the relationship
between categories and subcategories further based on their concurrence,
antecedents, or consequences (Shannon & Hsieh, 2005).
Artinya, sebuah diagram pohon dapat dikembangkan untuk membantu
dalam mengatur kategori ini ke dalam struktur hirarkis. Definisi untuk setiap
kategori, subkategori, dan kode dikembangkan. Untuk mempersiapkan untuk
melaporkan temuan, eksemplar untuk setiap kode dan kategori diidentifikasi dari
data. Tergantung pada tujuan penelitian, peneliti dapat memutuskan untuk
mengidentifikasi hubungan antara kategori dan subkategori lanjut berdasarkan
persetujuan mereka.
Pohon masalah adalah salah satu langkah pemecahan masalah dengan
mencari sebab dari suatu akibat. Sebagai suatu alat atau teknik dalam
mengidentifikasi dan menganalisis masalah, analisis pohon masalah mempunyai
banyak kegunaan. Alat analisis ini membantu untuk mengilustrasikan korelasi
antara masalah, penyebab masalah, dan akibat dari masalah dalam suatu hirarki
faktor-faktor yang berhubungan. Analisis ini digunakan untuk menghubungkan
berbagai isu atau faktor yang berkontribusi pada masalah organisasi dan
membantu untuk mengidentifikasi akar penyebab dari masalah organisasi tersebut
(Asmoko, 2014: 2).
Beberapa manfaat dari penggunaan analisis pohon masalah adalah:
1. Membantu kelompok/tim kerja organisasi untuk merumuskan persoalan
utama atau masalah prioritas organisasi.
2. Membantu kelompok/tim kerja organisasi menganalisis secara rinci dalam
mengeksplorasi penyebab munculnya persoalan.
19
3. Membantu kelompok/tim kerja organisasi menganalisis pengaruh persoalan
utama terhadap kinerja/hasil/dampak bagi organisasi atau stakeholder
lainnya.
4. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mengilustrasikan hubungan
antara masalah utama, penyebab masalah, dan dampak dari masalah utama
dalam suatu gambar atau grafik
5. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mencari solusi atas persoalan
utama yang ada.
2.1.4 Problem Based Learning (PBL)
2.1.4.1 Pengertian dan Karakteristik Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning atau pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan model pembelajaran yang didesain menyelesaikan masalah yang
disajikan. Strategi pembelajaran dengan PBL menawarkan kebebasan siswa dalam
proses pembelajaran. Secara umum, PBL dapat diartikan sebagai model
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar tentang ketrampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial.
Menurut Panen, sebagaimana dikutip Rusmono (2014: 74), dalam strategi
pembelajaran PBL, siswa diharapkan terlibat dalam proses penelitian untuk
mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, dan menggunakan data untuk
memecahkan masalah. Menurut Arends (2008: 41), PBL merupakan model
pembelajaran yang menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan
bermakna kepada peserta didik, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk
20
investigasi dan penyelidikan. PBL membantu peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Baron mengemukakan ciri-ciri PBL sebagai berikut:
1. Menggunakan permasalahan dunia nyata
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga
siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
2. Pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui
dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha
untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi
lainnya.
3. Tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa
sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori
konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan
pengetahuannya sendiri.
4. Guru berperan sebagai fasilitator
Pada pelaksanaan PBL, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Guru harus
selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa agar
mencapai target yang hendak dicapai (Rusmono, 2014: 74).
Dilihat dari ciri-cirinya, pembelajaran PBL cocok digunakan untuk pelajaran
Fisika. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran PBL meliputi kegiatan kelompok
21
dan kegiatan perorangan. Dalam kelompok, siswa melakukan kegiatan-kegiatan:
(1) membaca kasus, (2) menentukan masalah mana yang paling relevan dengan
tujuan pembelajaran, (3) merumuskan masalah, (4) membuat hipotesis, (5)
mengidentifikasi sumber informasi, diskusi, dan pembagian tugas, (6)
melaporkan, mendiskusikan penyelesaian masalah yang mungkin, melaporkan
kemajuan yang dicapai setiap anggota kelompok, dan presentasi di kelas
(Rusmono, 2014: 75).
Menurut Yazdani, sebagaimana dikutip oleh Rusmono (2014: 82), proses
pembelajaran dengan PBL ditandai dengan karakteristik:
(1) siswa menentukan isu-isu pembelajaran,
(2) pertemuan-pertemuan pembelajaran berlangsung open-ended atau berakhir
dengan masih membuka peluang untuk berbagi ide tentang pemecahan
masalah, sehingga memungkinkan pembelajaran tidak berlangsung dalam
satu kali pertemuan,
(3) tutor adalah seorang fasilitator dan tidak seharusnya bertindak sebagai pakar
yang merupakan satu-satunya sumber informasi,
(4) tutorial berlangsung sesuai dengan tutorial PBL yang berpusat pada siswa.
2.1.4.2 Tujuan, Kelebihan, dan Kekurangan Problem Based Learning (PBL)
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang
hendak dicapai, begitu pula model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Problem Based Learning (PBL) dirancang untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah,
keterampilan intelektualnya, mempelajari peran-peran orang dewasa lainnya
22
melalui berbagai situasi riil atau situasi yang disimulasikan, dan menjadi pelajar
yang mandiri dan otonomi.
Tujuan umum pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL)
menurut Putra (2011 : 74), sebagai berikut:
1. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan
masalah, serta kemampuan intelektual.
2. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan siswa dalam
pengalaman nyata atau simulasi.
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan
model Problem Based Learning (PBL) adalah:
a. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan lantaran ia yang menemukan
konsep tersebut.
b. Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut
keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi.
c. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh siswa,
sehingga pembelajaran lebih bermakna.
d. Siswa dapat merasakan manfaaat pembelajaran, kaaena masalah-masalah
yang diseleseikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini bisa
menigkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahanyang
dipelajarinya.
e. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan
menerima pendapat orang lain, serta menanamkan sikap sosial yang positif
dengan siswa lainnya.
23
f. Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi
terhadap pembelajar dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar
siswa dapat diharapkan.
g. PBL diyakini pula dapat menumbuh kembangkan kemampuan kreativitas
siswa, baik secara individual maupun kelompok karena hampir disetiap
langkah menuntut adanya keaktifan siswa (Putra, 2011 : 82).
Kekurangan PBL adalah sebagai berikut:
a. Tujuan dari model pembelajaran PBL tidak akan tersampaikan pada siswa
yang tidak aktif.
b. Alokasi waktu yang dibutuhkan model pembelajaran ini cukup banyak,
sehingga guru harus pintar memanage waktu dengan baik.
c. Tidak semua mata pelajaran dapat menerapkan model PBL (Putra, 2011: 84).
Berdasarkan uraian di atas, PBL merupakan model yang efektif digunakan
dalam pelajaran Fisika. Pembelajaran dengan PBL membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah ada dalam benaknya dan menyusun
pengetahuan mereka sendiri. Siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka
masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan
menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai
pemecahan masalah, bekerja secara individual atau kelompok dalam pemecahan
masalah sehingga dapat melatih kemampuan berpikir kritis mereka.
24
2.1.2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Menurut Rusmono (2014: 83), prosedur strategi pembelajaran dengan PBL
sebagai berikut:
1. Pendahuhluan
a. Pemberian motivasi
b. Pembagian kelompok
c. Informasi dan tujuan pembelajaran
2. Penyajian
a. Mengorientasikan siswa kepada masalah
b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
c. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
d. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya dan pameran
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
3. Penutup
a. Merangkum materi yang telah dipelajari
b. Melaksanakan tes dan pemberian pekerjaan rumah.
Menurut Putra (2011 : 78), dalam pengelolaan PBL ada beberapa langkah
utama berikut:
a. Mengorientasikan siswa pada masalah
b. Mengorganisasikan siswa agar belajar
c. Memandu menyelidiki secara mandiri ataupun kelompok
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja
e. Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
25
Sintaksis untuk PBL menurut Arrends (2008: 57), dapat disajikan seperti
Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sintaksis untuk PBL
Fase Perilaku Guru
Fase 1:
Memberikan orientasi
tentang
permasalahannya kepada
siswa
Guru membahas tujuan pelajaran,
mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik
penting, dan memotivasi siswa untuk terlibat
dalam kegiatan mengatasi masalah.
Fase 2:
Mengorganisasi siswa
untuk meneliti
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar
yang terkait dengan permasalahannya.
Fase 3:
Membantu investigasi
mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan
informasi yang tepat, melaksanakan
eksperimen, dan mencari penjelasan dan
solusi.
Fase 4:
Mengembangkan dan
mempresentasikan
artefak dan exhibit
Guru membantu siwa dalam merencakan dan
menyiapkan artefak-artefak yang tepat, seperti
laporan, rekaman video, dan model-model, dan
membantu mereka untuk menyampaikan
kepada orang lain.
Fase 5:
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
mengatasi masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi terhadap investigasinya dan proses-
proses yang mereka gunakan.
Secara umum pembalajaran diawali dengan pengenalan masalah kepada
siswa. Selanjutnya siswa diorganisasikan dalam beberapa kelompok untuk
melakukan diskusi penyelesaian masalah. Hasil dari analisis kemudian
26
dipresentasikan kepada kelompok lain. Akhir pembelajaran guru melakukan
klarifikasi mengenai hasil penyelidikan.
Pada pembelajaran berdasarkan masalah sistem penilaian tidak cukup
hanya dengan tes tertulis namun lebih diarahkan pada hasil penyelidikan siswa.
Hasil penyelidikan yang dimaksud adalah hasil dari kegiatan siswa dalam upaya
menyelesaikan masalah. Penilaian dan evaluasi dilakukan dengan mengukur
kegiatan siswa, misal dengan penilaian kegiatan dan peragaan hasil melalui
presentasi. Penilaian kegiatan diambil melalui pengamatan, kemudian
kemampuan siswa dalam merumuskan pertanyaan, dan upaya menciptakan solusi
permasalahan. Model Problem Based Learning erat kaitannya dengan
karakteristik kemampuan berpikir kritis. Model PBL lebih menekankan pada
usaha penyelesaian masalah melalui kegiatan penyelidikan. Kegiatan penyelidikan
peserta didik ini tentunya membutuhkan informasi dari segala sumber.
Keterampilan mengolah informasi merupakan salah satu ciri dari kemampuan
berpikir kritis.
Penilaian dalam strategi pembelajaran dengan PBL meliputi penilaian oleh:
siswa, guru, teman sebaya. Penilaian oleh siswa yaitu setiap siswa diberi kuisioner
oleh sekolah untuk menilai penampilan setiap kelompok, setiap siswa membuat
catatan sendiri langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam kelompok dan
perorangan termasuk komentar. Penilaian oleh guru, meliputi: guru mengadakan
ujian tertulis atau lisan, dimana setiap siswa diminta untuk memperagakan
mengenai: penguasaan informasi, pemahaman terhadap proses penyelesaian
masalah, menghubungkan dengan kutikulum, dan kemauan untuk menerima
27
informasi dan pengetahuan baru pada masalah baru. Disamping itu guru juga
mengadakan pengamatan setiap kelompok karena guru berperan sebagai fasilitator
dalam kegiatan kelompok. Penilaian teman sebaya dilakukan dengan
menggunakan lembaran penilaian untuk setiap siswa yang disiapkan oleh sekolah
mengenai bagia-bagian yang akan dinilai seperti pengetahuan, kontribusi terhadap
proses, dan pemahamn terhadap permasalahan (Rusmono, 2014: 78).
2.1.2.4 Langkah Pembelajaran Fisika dengan model PBL Berbantuan Pohon
Masalah
Pohon masalah digunakan dalam proses pembelajaran fisika bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP. Penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam mata pelajaran fisika
dilakukan dengan lima tahap. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tahap Orientasi
Tahap orientasi adalah tahap atau langkah awal yang diberikan untuk
membentuk kesan umum dan pemahaman global mengenai batas-batas ruang
lingkup masalah. Tahapan ini, guru menjelaskan tujuan pembelajaran dalam
bentuk masalah, menjelaskan perangkat yang diperlukan, memotivasi siswa agar
terlibat pada aktivitas untuk mendapatkan masalah.
b. Tahap Mengorganisasi Siswa untuk Belajar
Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3-4
anggota kelompok. Guru memberikan beberapa permasalahan. Masing-masing
kelompok memilih masalah yang telah disediakan. Masalah tersebut diselesaikan
dengan membuat pohon masalah untuk menghubungkan sebab-akibat
permasalahan pada lembar penyelesaian yang telah disediakan. Guru juga
28
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengorganisasi tugas yang
berhubungan dengan masalah.
c. Tahap Membimbing Penyelidikan Individual
Tahap ini, tugas guru adalah mendorong siswa mengumpulkan informasi
sesuai masalah yang dipilih untuk mendapatkan penjelasan dan memecahkan
masalah.
d. Tahap Membimbing, Membangun, dan Menyajikan Hasil Karya
Tahap ini, guru membimbing siswa dalam merencanakan dan
mempersiapkan hasil karya setiap kelompoknya. Hasil karya ini bisa berupa
laporan, video, karya tulis, dan model-model lain yang dapat dibaca oleh
kelompok lainnya.
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses Pemecahan Masalah
Kegiatan evaluasi adalah kegiatan belajar siswa baik individual maupun
diskusi kelompok, dinilai oleh guru melalui pengamatan atau observasi. Tahap
evaluasi ini terdapat tiga hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru yaitu : (1)
guru menilai produk atau hasil akhir setiap kelompok, (2) guru menilai keempat
tahap sebelumnya, (3) guru menilai cara penyampaian atau presentasi dari setiap
kelompoknya. Seorang guru juga harus melakukan refleksi, penguatan, dan
memberikan motivasi kepada siswa.
2.1.5 Pembelajaran Ekspositori
Menurut Brady, sebagaimana dikutip Rusmono (2014: 67), pembelajaran
ekspositori adalah pembelajaran yang berpusat pada guru dengan fokus
pendekatan ceramah, penjelasan serta penggunaan latihan dan perbaikan dalam
29
mengkoordinir belajar siswa. Menurut Romizouwski, sebagaimana dikutip oleh
Rusmono (2014: 67), pembelajaran ekspositori berakar dari teori pemrosesan
informasi atau pembelajaran resepsi. Menurut Rusmono (2014: 66), melalui
pembelajaran ekspositori, guru menyampaikan materi pelajaran secara terstruktur
dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai oleh siswa
dengan baik. Media pembelajaran biasa digunakan untuk alat bantu dalam rangka
memperjelas materi pelajaran yang disampaikan.
Jadi, kegiatan pembelajaran ekspositori bukan sekedar memberi pelajaran
dengan bermakna saja, tetapi juga dituntut hal-hal yang lebih dalam, seperti
mengaplikasikan informasi yang telah dipelajari dengan situasi yang berbeda
dengan yang dipelajari. Pembelajaran ekspositori juga menuntut guru lebih untuk
dapat menyampaikan materi dengan menggunakan media-media pembelajaran
yang sederhana walaupun pada pelaksanaannya lebih berpusat pada guru.
Adapun langkah-langkah pembelajaran ekpositori:
1. Pendahuluan
a. Pemberian motivasi
b. Menjelaskan tujuan dan materi pembelajaran
c. Apersepsi atau pre-tes
2. Penyajian
a. Menjelaskan isi pelajaran
b. Pemberian contoh
c. Bertanya kepada siswa
d. Pemberian latihan
30
3. Penutup
a. Melaksanakan tes
b. Pekerjaan rumah
Berdasarkan uraian di atas berikut perbandingan komponen pembelajaran
PBL berbantuan pohon masalah dengan ekspositori disajikan dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2 Perbandingan Komponen Strategi pembelajaran dengan PBL
Berbantuan Pohon Masalah dan Ekspositori.
Pembelajaran PBL Berbantuan
Pohon Masalah
Pembelajaran Ekspositori
Urutan kegiatan
A. Tahap Pendahuluan
1. Guru memberi motivasi kepada
siswa dengan mengaitkan materi
dengan peristiwa sehari-hari
2. Guru membagi siswa ke dalam
kelompok 3 sampai 4 orang per
kelompok
3. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
B. Tahap Penyajian
1. Setiap kelompok memperoleh
Buku Siswa.
2. Siswa mempelajari materi
pelajaran melalui Buku Siswa
dalam kelompok
3. Siswa menyusun pohon masalah
untuk menyelesaikan permasalahan
4. Guru memeriksa pemahaman siswa
dengan mengajukan pertanyaan
lisan pada saat siswa
mempresentasikan hasil kerja
kelompok (pohon masalahnya)
5. Guru memberikan umpan balik
dengan mengacu pada Buku Siswa
6. Siswa mengerjakan latihan soal
yang diberikan guru dari LKS
i. Tahap Pendahuluan
A. Guru memberikan motivasi
B. Guru menyampaikan tujuan dan
materi yang akan dipelajari
C. Guru memberikan pre-test
ii. Tahap Penyajian
1. Guru menjelaskan isi mata
pelajaran
2. Guru memberikan contoh-contoh
soal
3. Guru melakukan tanya jawab
dengan siswa mengenai materi
yang telah dijelaskan
4. Guru memberikan latihan soal
31
C. Tahap Penutup
1. Siswa bersama guru merangkum
materi pelajaran
2. Guru memberikan penilaian
dengan lembar penilaian
3. Siswa menerima pekerjaan rumah
(PR) baik dari soal buatan guru
ataupun dalam buku siswa
iii. Tahap Penutup
1. Guru memberikan tes formatif
2. Guru memberikan pekerjaan rumah
(PR) sebagai pemantapan
Metode yang Digunakan
1. Pemberian Tugas
2. Kerja Kelompok
3. Diskusi
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Latihan
4. Pemantapan
Penggunaan Media Pembelajaran
1. Alat dan bahan diperlukan siswa
sebagai alat bantu bekerja siswa
2. Media pembelajaran diperlukan
untuk menampilkan kerja hasil
siswa
3. Jenis dan penggunaan media
ditentukan bersama oleh guru dan
siswa
1. Alat dan bahan diperlukan sebagai
alat bantu mengajar guru
2. Media pembelajaran diperlukan
untuk mempermudah guru
menyajikan materi
3. Jenis dan penggunaan media
ditentukan oleh guru
Peran Guru dan Siswa
1. Kegiatan belajar berfokus pada
siswa
2. Siswa belajar melalui diskusi
3. Proses belajar cenderung
dilakukan multi arah
4. Guru berperan sebagia motivator
dan fasilitator
1. Kegiatan belajar terfokus pada
guru
2. Siswa belajar dengan
mendengarkan
3. Proses belajar cenderung
dilakukan dua arah
4. Guru mengendalikan seluruh
proses pembelajaran
2.2 Materi Tekanana Zat Cair
2.2.1 Tekanan Hidrostatis
Tekanan Hidrostatis adalah tekanan yang terjadi di bawah air. Tekanan ini
terjadi karena adanya berat air yang membuat cairan tersebut mengeluarkan
tekanan. Tekanan sebuah cairan bergantung pada kedalaman cairan di dalam
sebuah ruang dan gravitasi juga menentukan tekanan air tersebut.
32
Hubungan ini dirumuskan sebagai berikut:
"P = ρgh"
Dimana:
ρ adalah masa jenis cairan,
g (10 m/s2) adalah gravitasi, dan
h adalah kedalaman cairan (h dihitung dari permukaan air menuju ke
kedalaman benda).
2.2.2 Hukum Pascal
Bunyi hukum Pascal “ Gaya yang bekerja pada zat cair dalam ruang
tertutup, tekananya akan diteruskan oleh zat cair itu ke segala arah sama besar”.
Hukum Pascal dapat dirumuskan:
P1 = P2
=
Keterangan :
P1 = Tekanan penampang 1
P2 = Tekanan penampang 2
F1 = Gaya penampang 1
F2 = Gaya penampang 2
A1 = Luas penampang 1
A2 = Luas penampang 2
Aplikasi Hukum Pascal:
a. Dongkrak Hidrolik
33
b. Pompa sepeda
c. Mesin Pengepres kapas
2.2.3 Bejana Berhubungan
Bejana berhubungan adalah dua atau lebih wadah dengan bagian atas yang
terbuka, dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Ketinggian permukaan zat
cair pada bejana berhubungan tidak dipengaruhi oleh bentuk bejana dan selalu
rata.
2.2.4 Prinsip Archimedes
Prinsip Archimedes menyatakan ketika sebuah benda seluruhnya atau
sebagian dimasukkan ke dalam zat cair, maka zat cair akan memberikan gaya
tekan ke atas pada benda yang besarnya sama dengan berat zat cair yang didesak
(dipindahkan). Gaya yang diberikan oleh fluida pada benda yang tenggelam
dinamakan gaya apung (Tipler, 1998: 394). Jika berat benda di udara W dan berat
benda di dalam zat cair W’, gaya ke atas (FA), maka:
FA = W – W’ (2.1)
Gaya apung atau gaya tekan ke atas juga dapat dinyatakan dengan
persamaan FA = mf . g. Jika mf diuraikan menjadi . diperoleh persamaan:
FA = . . g (2.2)
dengan, FA : gaya apung atau gaya ke atas (N)
: massa fluida yang dipindahkan (kg)
: massa jenis zat cair (kg/ )
: volume benda yang tercelup dalam zat cair ( )
g : percepatan gravitasi (m/ )
34
Tenggelam, Melayang dan Terapung
Jika benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka berat benda atau gaya berat
benda dilawan oleh gaya ke atas yang diberikan oleh zat cair. Gaya berat memiliki
arah ke bawah dan gaya zat cair memiliki arah ke atas. Berdasarkan besarnya gaya
berat dan gaya ke atas (gaya apung), posisi benda dalam zat cair digolongkan
menjadi tiga yaitu tenggelam, melayang, dan mengapung (Sukabdiyah, 2012: 69).
(1) Tenggelam
Sebuah benda dikatakan tenggelam jika benda tersebut tercelup seluruhnya
dan berada di dasar suatu zat cair. Hal ini terjadi karena berat benda lebih besar
daripada gaya apung, sehingga secara matematis dapat dituliskan:
(2.3)
Karena dan nilai gravitasi tetap, maka
(2) Melayang
Sebuah benda dikatakan melayang jika benda tersebut tercelup seluruhnya
tetapi tidak mencapai dasar dari zat cair tersebut. Dalam keadaan ini berat benda
sama dengan gaya apung dan volume benda yang tercelup sama dengan volume
zat cair yang dipindahkan. Sehingga persamaannya adalah:
(2.4)
Karena dan nilai gravitasi tetap, maka
(3) Terapung
35
Sebuah benda dikatakan terapung jika benda tersebut tercelup sebagian di
dalam zat cair. Dalam keadaan ini berat benda yang tercelup dalam fluida sama
dengan gaya apung.
(2.5)
Karena dan nilai gravitasi tetap, maka
2.3 Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah
dilakukan oleh Happy (2014) tentang penerapan model PBL sebagai upaya
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa menyatakan bahwa berdasarkan
analisis data diperoleh kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan
sebesar 26,39%. Penelitian tersebut menunjukan penerapan pembelajaran berbasis
masalah efektif meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Sari (2012) telah melakukan penelitian tentang penerapan model Problem
Based Learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada
pembelajaran IPA. Hasil penelitian menunjukan bahswa kemampuan berpikir
kritis siswa meningkat 84% pada siklus II setelah diterapkannya model Problem
Based Learning.
2.4 Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran Fisika di kelas masih menekankan pengetahuan dan
pemahaman materi. Aktivitas yang terjadi di kelas umumnya masih menempatkan
guru sebagai satu-satunya sumber informasi yang membuat siswa menjadi
bertambah pengetahuannya. Hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih dalam
36
mengembangkan kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah dalam
menerapkan konsep-konsep yang dipelajari di sekolah ke dalam dunia nyata.
Diperlukan penerapan pembelajaran yang mampu menciptakan suasana belajar
siswa yang aktif, memupuk kerjasama antar siswa, serta melatih kemampuan
berpikir sehingga dapat memecahkan masalah yakni melalui model Problem
Based Learning.
Model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang
mendorong siswa untuk berlatih berpikir karena langkah pembelajaran ini adalah
dengan menyajikan suatu masalah sebagai awal proses pembelajaran. Model
pembelajaran ini dirancang untuk dapat melatih kemampuan berpikir kritis dan
memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan sekitar. Untuk membuat siswa
tertarik dan termotivasi dapat menggunakan media yang kreatif yaitu melalui
bantuan pohon masalah dimana siswa akan memilih masalahnya dan
penyelesaiannya disusun dalam bentuk diagram berdasarkan sebab-akibat
disajikan secara menarik. Dengan penerapan model berdasarkan masalah
berbantuan pohon masalah, kemampuan siswa dalam berpikir kritis akan lebih
meningkat.
Pada penelitian ini diambil tiga kelas. Dua kelas sebagai kelompok
eksperimen dan satu kelas yang lain sebagai kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan model PBL dan kelompok kontrol
tanpa perlakuan. Sebelum proses berlangsung kedua kelas tersebut diberikan soal
pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Selama proses pembelajaran
berlangsung akan dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran. Setelah
37
kegiatan pembelajaran dan observasi selesai dilakukan, masing-masing kelompok
sampel akan diberikan test.
Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa tersebut, kemudian
dianalisis apakah kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan dan
dibandingkan nilai tes tersebut untuk menentukan manakah yang lebih baik
kemampuan berpikir kritis pada kelompok eksperimen yang menggunakan
pembelajaran PBL berbantuan pohon masalah atau pada kelompok kontrol yang
menggunakan pembelajaran ekspositori.
38
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Fisika
1. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru.
2. Proses pembelajaran masih menekanakan pengetahuan
dan pemahaman materi.
3. Kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah
kurang terlatih.
Strategi Pembelajaran
Pemilihan Model Pembelajaran
Problem Based Learning
Pemilihan Media Pembelajaran
menggunankan Pohon masalah
Problem Based Learning berbantuan pohon masalah
Kemampuan berpikir kritis melalui pemecahan suatu masalah
dengan menghubungkan sebab-akibat permasalahan
Peningkatan kemampuan berpikir kritis
39
2.5 Hipotesis
Berdasarkan uraian pada landasan teori dan kerangka berpikir maka disusun
hipotesis penelitian sebagai berikut:
a) Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) berbantuan pohon masalah
efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP.
b) Kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran dengan model PBL
berbantuan pohon masalah lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan
berpikir kritis siswa dengan model pembelajaran ekspositori.
40
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Subjek Penelitian
3.1.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian
eksperimen. Menurut Sugiyono (2013: 107), metode penelitian eksperimen dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Desain
penelitian yang dipakai adalah quasi-experimental designs karena dalam desain
ini peneliti tidak dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi
jalannya eksperimen. Terdapat 2 kelompok dalam penelitian, kelompok pertama
yang diberi perlakuan pembelajaran dengan model PBL berbantuan pohon
masalah disebut kelompok eksperimen dan kelompok lain sebagai kelompok
kontrol. Kedua kelompok akan diberikan pretest-posttest untuk mengetahui
peningkatan kemampuan berpikir kritis. Adapun desain penelitian dapat dilihat
pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
(Kelompok Eksperimen)
(Kelompok Kontrol)
O1
O3
X1
X2
O2
O4
41
Keterangan:
O1 : Pretest kelompok eksperimen
O2 : Posttest kelompok eksperimen
O3 : Pretest kelompok kontrol
O4 : Posttest kelompok kontrol
X1 : pembelajaran dengan model pembelajaran PBL berbantuan pohon
masalah
X2 : pembelajaran dengan model ekspositori
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
(1) Menentukan populasi.
(2) Meminta kepada guru nilai Ulangan Akhir Semester Ganjil mata pelajaran
fisika siswa kelas VIII untuk digunakan sebagai data awal, kemudian diuji
normalitas dan homogenitas.
(3) Menentukan sampel-sampel dengan memilih 2 kelompok siswa dari
populasi yang ada. Dalam penelitian ini, terpilih 31 siswa pada kelas VIII B
dan 32 siswa pada kelas VIII C sebagai kelompok eksperimen dan 31 siswa
pada kelas VIII F sebagai kelompok kontrol.
(4) Melakukan uji coba soal pretest-postest kemampuan berpikir kritis pada
kelas uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,
dan daya pembeda item tes. Setelah dianalisis pada faktor-faktor tersebut,
diambil beberapa soal yang sesuai kriteria untuk mengevaluasi siswa
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
42
(5) Membeikan soal pretest yang telah diuji coba kepada siswa kelompok
eksperimen dan kontrol.
(6) Memberi perlakuan pada kelompok eksperimen dengan menggunakan
Pembelajaran Problem Bassed Learning berbantuan pohon masalah,
sedangkan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran
ekspositori.
(7) Melakukan evaluasi terhadap siswa pada kelompok eksperimen dan siswa
pada kelompok kontrol dengan memberikan soal posttest yang telah diuji
coba. Menganalisis data hasil pretest-postest dari kelompok eksperimen dan
kontrol.
43
Uji homogenitas
v
3.1.2 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 61).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah 257 siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Boja tahun pelajaran 2014/2015. Dengan rincian sebagai berikut: 32
Populasi
Dipilih satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol
Kelas VIII B dan VIII C
Kelompok eksperimen
Kelas VIII F
Kelompok kontrol
Pre-test Pre-test
Pembelajaran dengan model
Problem Based Learning (PBL)
berbantuan pohon masalah
Pembelajaran dengan model
konvensional (ekspositori)
Post-test
Analisis hasil test
Peningkatan kemampuan
berpikir kritis
Gambar 3.1 Langkah penelitian
44
siswa VIII-A, 31 siswa VIII-B, 32 siswa VIII-C, 32 siswa VIII-D, 30 siswa VIII-
E, 30 siswa VIII-F, 30 siswa VIII-G dan 30 siswa VIII-H.
3.1.3 Sampel dan Teknik Sampling
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2013: 62). Apabila banyaknya populasi besar dan peneliti
tidak mungkin melakukan penelitian terhadap seluruh anggota populasi karena
keterbatasan tertentu, maka dilakukan penelitian sampel, yaitu penelitian terhadap
sebagian dari populasi dimana kesimpulan yang dihasilkan pada sampel berlaku
pada populasi. Proses generalisasi ini mengharuskan sampel dipilih dengan benar
sedemikian sehingga data sampel dapat mewakili data populasi.
Menurut Roscoe, sebagaimana dikutip oleh Sugiyono (2013: 131), bahwa
ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah 30 sampai dengan 500, dan
untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing
antara 10 s/d 20.
Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelompok siswa. Satu kelompok
siswa tergabung dalam kelompok eksperimen, yaitu kelas yang akan diberikan
perlakuan berupa model pembelajaran Problem Based Learning, dan satu
kelompok siswa tergabung dalam satu kelompok kontrol yang akan diberikan
perlakuan berupa pembelajaran ekspositori.
Untuk memperoleh sampel yang representatif, terdapat tiga cara sampling
yaitu sampling seadanya, sampling purposif (pertimbangan), dan sampling
peluang (Sudjana, 2005:167-169). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
45
dengan teknik purposive sampling artinya teknik pengambilan sampel secara
sengaja dengan tujuan tertentu.
Penetapan dua kelompok sebagai sampel dilakukan dengan pertimbangan
berdasarkan kemampuan rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika
dari nilai UAS gasal 2014/2015, kurikulum yang sama, tidak ada kelas unggulan,
usia siswa relatif sama dan berada pada tingkat yang sama yaitu kelas VIII, serta
mendapatkan pelajaran fisika dalam jumlah jam pelajaran yang sama. Terpilih 63
siswa pada kelas VIII B dan kelas VIII C sebagai kelompok eksperimen dan 31
siswa pada kelas VIII F sebagai kelompok kontrol.
3.1.4 Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditentukan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013: 60). Variabel dalam penelitian
ini adalah model pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis. Kedua variabel
tersebut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu variabel independen dan variabel
dependen.
Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen atau terikat (Sugiyono, 2013: 61). Variabel independen dalam penelitian
ini adalah model pembelajaran yang diterapkan.
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013: 61). Variabel dependen
dalam penelitian ini yaitu kemampuan berpikir kritis siswa.
46
3.2 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam penelitian. Data-data
yang telah diperoleh tersebut dianalisis kemudian diolah dan disimpulkan dengan
menggunakan panduan referensi yang berkaitan dengan penelitian tersebut.
a) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data mengenai nama dan
banyaknya siswa yang menjadi anggota populasi dan untuk menentukan anggota
sampel. Selain itu metode ini juga digunakan untuk mengumpulkan data
kemampuan awal dari siswa berupa nilai ulangan semester gasal tahun pelajaran
2014/2015 yang menjadi sampel penelitian.
b) Metode Tes
Menurut Suharsimi (2007: 53), tes merupakan alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara
dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Metode tes digunakan untuk
memperoleh data tentang kemampuan berpikir kritis siswa pada materi hukum
Archimedes yang berbentuk soal uraian. Tes dengan bobot setara dilakukan
sesudah kelompok dikenai perlakuan pretest dan posttest. Soal tes terlebih dahulu
diujicobakan pada kelompok uji coba instrumen untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembeda dari tiap-tiap butir tes, sebelum
dilakukan pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kontrol,.
Hasil pretest dan posttest tersebut digunakan sebagai data akhir untuk
membandingkan kemampuan berpikir kritis akibat dari perlakuan yang diberikan.
47
3.2.2 Materi
Materi pokok dalam penelitian ini adalah materi pelajaran fisika kelas VIII
semester dua yaitu tekanan zat cair dengan merujuk pada silabus dan kurikulum
yang berlaku. Paparan materi pokok penelitian ini dapat dilihat dalam silabus
pembelajaran.
3.2.3 Instrumen Penelitian
Instrumen yang dibuat dalam penelitian ini adalah:
(a) Silabus IPA/Fisika materi Tekanan Zat Cair,
(b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran materi Tekanan Zat Cair,
(c) Lembar jawab siswa,
(d) Rancangan pohon masalah
(e) Lembar diskusi siswa,
(f) Kisi-kisi soal uji coba,
(g) Soal uji coba, pre-test, dan post-test.
Instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes kemampuan
berpikir kritis.
Penyusunan tes dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menentukan pembatasan materi yang diujikan yaitu tekanan zat cair yang
diajarkan pada kelas VIII semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
b) Menentukan tipe soal yang digunakan yaitu soal uraian.
c) Menentukan banyak butir soal.
d) Menentukan alokasi waktu untuk mengerjakan soal.
e) Membuat kisi-kisi soal.
48
f) Menuliskan petunjuk mengerjakan soal dan bentuk lembar jawab.
g) Membuat butir soal dan kunci jawaban.
h) Mengujicobakan instrumen pretest-posttest pada kelas uji coba yang
telah ditentukan.
i) Menganalisis hasil uji coba pretest-posttest dalam hal validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran.
j) Memilih item soal yang sudah diuji berdasarkan analisis yang sudah
dilakukan.
3.2.4 Analisis Data Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen tes dalam penelitian ini dilakukan satu kali yaitu uji
coba instrumen pretest-posttest dengan cara memberikan tes kepada kelompok
yang bukan sampel penelitian, melainkan sampel lain yang masih satu populasi.
Uji coba instrumen tes dilakukan untuk mengetahui soal nomor berapa saja yang
dapat digunakan sebegai soal pretest-posttest kelompok eksperimen melalui
serangkaian uji instrumen sebagai berikut:
3.2.4.1 Analisis Validitas Item
Anderson, sebagaimana dikutip oleh Suharsimi (2007: 65),
mengungkapkan bahwa sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur
apa yang hendak diukur.
Pada penelitian ini, untuk mengetahui validitas butir soal, digunakan
rumus korelasi product moment, sebagai berikut:
√{ }{ }
49
dengan:
= koefisien korelasi antara variabel x dengan variabel y
N = banyaknya peserta tes
= jumlah skor per item
= jumlah skor total
= jumlah kuadrat skor item
= jumlah kuadrat skor total
Suharsimi (2007: 72)
Hasil perhitungan dikonsultasikan pada tabel kritis r product moment,
dengan taraf signifikansi . Jika maka item tersebut valid.
Nilai untuk N = 28 dan taraf signifikansi adalah 0,374.
Pada analisis tes uji coba dari 38 soal uraian diperoleh 33 soal valid yaitu soal
nomor 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27,
28, 29, 10, 31, 32, 32, 33, 34, 35, 36, 37, dan 38 karena mempunyai
dan lima soal tidak valid yaitu soal nomor 2, 3, 10, 15, dan 26 karena .
Perhitungan selengkapnya dan nilai dapat dilihat pada Lampiran 10 dan
Lampiran 41.
3.2.4.2 Analisis Reliabilitas Tes
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes
dikatakan memiliki taraf kepercayaan tinggi apabila tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat
dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan (Suharsimi, 2007:
50
86). Reliabilitas tes pada penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus alpha
sebagai berikut:
[
] *
+
dengan rumus varians :
Keterangan:
: reliabilitas yang dicari
: banyaknya butir soal
i2 : jumlah varians skor tiap-tiap butir soal
t2 : varians total
X : skor tiap butir soal
: jumlah skor butir soal
X2 : jumlah kuadrat skor butir soal
: banyaknya subjek uji coba (Arikunto, 2007: 109-110).
Kriteria pengujian reliabilitas tes adalah setelah didapat koefisien korelasi
yaitu kemudian dikonsultasikan dengan tabel r product moment dengan taraf
signifikansi , dan jika maka item tes yang diujicobakan tersebut
reliabel.
Berdasarkan analisis hasil uji coba dengan N = 28 dan taraf signifikan 5%
diperoleh rhitung = 0,9 sedangkan rtabel = 0,374. Karena r11 > rtabel maka soal
reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.
51
3.2.4.3 Analisis Taraf Kesukaran
Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di
samping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari
tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya
soal-soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proporsional (Sudjana,
2005:135). Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut
indeks kesukaran (difficulty index).
Menurut klasifikasi puspendik sebagaimana dikutip oleh Zulaiha
(2007:34), tingkat kesukaran soal diperoleh melalui perhitungan dengan
menggunakan rumus:
Keterangan :
: Taraf Kesukaran Soal Uraian
: Rata-rata skor siswa
: Skor maksimum yang ada pada pedoman penskoran
Tingkat kesukaran dibagi menjadi 3 kategori yaitu soal sukar, soal
sedang, dan soal mudah. Berikut ini tabel kriteria taraf kesukaran soal:
Tabel 3.2 Kriteria Taraf Kesukaran
Kriteria Taraf Kesukaran Kategori
Sukar
Sedang
Mudah
52
Berdasarkan analisis uji coba diperoleh 9 soal dengan kriteria mudah yaitu
soal nomor 1, 2, 8, 14, 15, 17, 20, 22, dan 26; 23 soal dengan kriteria sedang yaitu
soal nomor 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 16, 18, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 32,
33, 35, dan 36; dan 6 soal dengan kriteria sukar yaitu soal nomor 13, 19, 21, 34,
37, dan 38. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.
3.2.4.4 Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai
(berkemampuan rendah). Bagi soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai
maupun bodoh, maka soal tersebut termasuk tidak baik karena tidak mempunyai
daya pembeda (Suharsimi, 2007:211). Semakin tinggi daya pembeda suatu butir
soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan siswa yang pandai dan
yang kurang pandai. Teknik yang digunakan adalah dengan menghitung
perbedaan dua buah rata-rata (mean) yaitu antara rata-rata dari kelompok atas
dengan rata-rata dari kelompok bawah untuk tiap-tiap item.
Menurut Zulaiha (2008:28), daya pembeda soal uraian diperoleh melalui
perhitungan dengan rumus:
Keterangan :
: Daya Pembeda Soal Uraian
: Rata-rata skor siswa pada kelompok atas
: Rata-rata skor siswa pada kelompok bawah
: Skor maksimum yang ada pada pedoman penskoran
53
Soal yang baik atau diterima bila memiliki daya pembeda soal diatas 0,25
karena soal tersebut dapat membedakan kelompok siswa yang berkemampuan
tinggi dan berkemampuan rendah. Berikut ini tabel kriteria daya pembeda soal:
Tabel 3.3 Kriteria Daya pembeda
Kriteria Daya Pembeda Kategori
Diterima
Diperbaiki
Ditolak
(Zulaiha, 2008:28)
Dari 25 soal yang telah diujicobakan diperoleh 35 soal dengan kriteria
diterima yaitu soal nomor 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19,
21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 35, 37, dan 38; tiga soal
dengan kriteria diperbaiki yaitu nomor 1, 7, dan 20. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 13.
3.2.5 Penentuan Instrumen
Berdasarkan hasil analisis instrumen tes bentuk uraian yang meliputi
analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran pada
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa dari 38 butir soal bentuk uraian yang
telah diujicobakan, 20 soal bentuk uraian dapat digunakan sebagai soal pretest
kemampuan berpikir kritis yaitu butir soal nomor 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14,
16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24; 20 soal uraian digunakan sebagai soal posttest
kemampuan berpikir kritis yaitu butir soal nomor 9, 11, 16, 17, 22, 23, 24, 25, 27,
54
28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, dan 38. Analisis data hasil soal uji coba
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.
3.2.6 Analisis Data Awal
Data awal yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai Ulangan Akhir
Semester ganjil mata pelajaran Fisika kelas VIII SMP N 2 Boja tahun pelajaran
2014/2015. Analisis data awal bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi
awal sampel. Data tersebut akan dianalisis untuk mengetahui bahwa sebelum
diadakan penelitian sampel yang digunakan pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama. Analisis data awal
meliputi uji normalitas, dan uji homogenitas.
3.2.6.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak.. Dalam penelitian ini, pengujian
normalitas data menggunakan uji Klomogorov-Smirnov. Uji ini membandingkan
serangkaian data pada sampel dengan distribusi normal serangkaian nilai dengan
mean dan standar deviasi yang sama. Tes ini mencakup perhitungan distribusi
frekuensi kumulatif yang akan terjadi di bawah distribusi teoretisnya dan
membandingkannya dengan distribusi frekuensi kumulatif hasil observasi (Siegel,
1990:59).
Siegel (1990:63) mengemukakan bahwa uji Kolmogorov-Smirnov
memiliki keunggulan-keunggulan, antara lain:
(1) tidak memerlukan data yang terkelompokkan;
(2) dapat digunakan untuk sampel berukuran kecil;
55
(3) lebih fleksibel jika dibandingkan dengan uji yang lain.
Hipotesis yang diujikan adalah:
: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal;
: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut.
(1) Menetapkan , yaitu distribusi kumulatif teoretis yang diharapkan di
bawah ;
(2) Mengatur skor-skor yang diobservasi ke dalam suatu distribusi kumulatif
dengan memasangkan setiap interval dengan interval yang
sebanding. adalah distribusi frekuensi kumulatif data yang diobservasi
dari suatu sampel random dengan N observasi. Dimana adalah sembarang
skor yang mungkin.
, dimana k = banyaknya observasi yang sama
atau kurang dari X;
(3) Untuk tiap-tiap jenjang, dihitung . Di bawah , diharapkan
bahwa untuk setiap harga harus jelas mendekati . Artinya,
dibawah diharapkan selisih antara dan kecil dan berada pada
batas-batas kesalahan random;
(4) Menghitung D (deviasi) dengan rumus | |;
(5) Melihat tabel E untuk menemukan kemungkinan (dua sisi) yang dikaitkan
dengan munculnya harga-harga sebesar harga D observasi di bawah . Jika
√ , dimana adalah peserta tes, maka ditolak (Siegel, 1994:
59-63).
56
Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas untuk data awal diperoleh
. Menunjukkan data sampel berasal dari
populasi yang berdistibusi normal. Perhitungan uji normalitas data awal
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
3.2.6.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel
penelitian berasal dari kondisi awal sama atau homogen yaitu dengan menyelidiki
apakah kedua kelas eksperimen mempunyai varians yang sama atau tidak. Jumlah
data dalam kelompok penelitian ini tidak sama maka uji homogenitas yang
digunakan adalah uji Bartlett dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho:
(kedua varians sama atau homogen)
H1:
(kedua varians tidak sama atau tidak homogen)
Rumus uji Bartlett:
1. Varians gabungan dari semua sampel
2. Harga satuan B
∑
3. Uji Bartlett dengan statistik chi kuadrat
{ ∑ }
Selanjutnya harga dibandingkan dengan harga
dengan
derajat kebebasan dk = k – 1 dan taraf signifikan α. Ho diterima jika
(Sudjana, 2002: 263).
57
Berdasarkan perhitungan uji homogenitas diperoleh
, maka diterima yang artinya kelompok sampel
homogen. Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran 6.
3.2.7 Analisis Data Akhir
Setelah diketahui kedua kelompok sampel mempunyai kemampuan awal
yang sama, pada kedua kelompok tersebut diberikan perlakuan. Perlakuan yang
diberikan adalah pada kelompok eksperimen adalah pembelajaran menggunakan
model PBL dan pada kelompok kontrol. Setelah semua perlakuan diberikan,
kemudian pada akhir pertemuan siswa diberi tes kemampuan berpikir kritis. Data
yang diperoleh dari hasil tes tersebut kemudian dianalisis untuk membuktikan
hipotesis.
3.2.7.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data akhir kelompok
eksperimen dan kontrol berdistribusi normal atau tidak. Langkah-langkah uji
normalitas data akhir sama dengan langkah-langkah uji normalitas pada data awal.
3.2.7.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa data akhir
kelompok eksperimen dan kontrol mempunyai varians yang sama atau homogen.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pengujian homogenitas sama dengan
langkah-langkah uji homogenitas pada data awal tetapi dengan hipotesis yang
digunakan adalah sebagai berikut:
(kedua varians sama atau homogen)
:
(kedua varians tidak sama atau tidak homogen)
58
3.2.7.3 Analisis Hasil Tes Berpikir Kritis
Analisis hasil tes dilakukan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis
siswa sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
Probelm Based Learning berbantuan pohon masalah. Data hasil tes dianalisis
berdasarkan pedoman penilaian yang telah dibuat oleh peneliti. Pedoman
penilaian hasil tes berdasarkan rubrik skor berpikir kritis.
Adapun perhitungan pensekoran kemampuan berpikir kritis siswa secara
klasikal dengan rumus berikut:
Keterangan:
ss
Ditentukan kriteria penilaian kemampuan berpikir kritis melalui daftar
distribusi frekuensi, dihasilkan seperti pada Tabel 3.3.
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis
Nilai Kriteria
Sangat kritis
Kritis
Cukup Kritis
Kurang Kritis
59
3.2.7.4 Uji N-Gain (Peningkatan Skor Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kritis)
Untuk menghitung peningkatan skor rata-rata hasil belajar dapat
menggunakan rumus gain. Gain adalah selisih nilai post-test dan pre-test. Gain
menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa setelah pembelajaran
dilakukan oleh peneliti.
Menurut Hake (1998), rumus dasar N-gain adalah sebagai berikut:
⟨ ⟩
⟨ ⟩
Keterangan :
N-gain : skor gain
: skor rata-rata post-test
: skor rata-rata pre-test
Dengan kategori perolehan sebagai berikut:
g > 0,7 : tinggi
0,3 g < 0,7 : sedang
g < 0,3 : rendah
3.2.7.5 Uji Hipotesis II (Uji Perbedaan Rata-rata Satu Pihak)
Penelitian ini mengambil hipotesis bahwa kemampuan berpikir kritis
siswa yang diberi model pembelajaran PBL berbantuan pohon masalah lebih
tinggi daripada kemampuan berpikir kritis siswa yang diberi pendekatan
ekspositori. Uji hipotesis penelitian menggunakan uji-t.
60
Hipotesis yang ingin diuji kebenarannya adalah
a) H0 = Kemampuan berpikir kritis siswa dengan model PBL berbantuan pohon
masalah tidak lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis
siswa dengan pembelajaran ekspositori.
b) Ha = Kemampuan berpikir kritis siswa dengan model PBL berbantuan pohon
masalah lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis siswa
dengan pembelajaran ekspositori.
Kriteria : H0 diterima jika thitung < tTabel
H0 ditolak jika thitung > tTabel
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik sebagai berikut.
√
dengan:
(Sudjana, 2005:239).
Keterangan:
1X = rata-rata hitung data hasil belajar fisika kelompok eksperimen
2X = rata-rata hitung data hasil belajar fisika kelompok kontrol
n1 = jumlah data hasil belajar fisika kelompok eksperimen.
n2 = jumlah data hasil belajar fisika kelompok kontrol
S12
= varians kelas eksperimen
S22
= varians kelas kontrol
61
3.3 Indikator Keefektifan
Indikator keefektifan model pembelajaran Problem Based Learning
berbantuan pohon masalah adalah hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa kelas
VIII SMP N 2 Boja yang diajar menggunakan model Problem Based Learning
berbantuan pohon masalah dapat mencapai sekurang-kurangnya 50% siswa
memperoleh nilai minimal 70. Keefektifan juga ditunjukan dengan adanya
peningkatan skor rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa dengan mencapai skor
gain lebih besar dari 0,3 termasuk dalam kategori sedang sampai tinggi dan
persentase rata-rata kemampuan berpikir kritis mencapai kategori cukup ke atas
( .
62
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Boja dengan tujuan untuk
mengukur peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi tekanan zat
cair dengan sub materi tekanan hidrostatis, bejana berhubungan, hukum Pascal,
dan hukum Archimedes pada kelompok eksperimen yaitu kelas VIII B dan VIII
C, serta kelompok kontrol yaitu kelas VIII F. Kelompok eksperimen diberi
pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL) berbantuan
pohon masalah, sedangkan pada kelompok kontrol pembelajaran menggunakan
model ekpositori. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 94
siswa yang terdiri dari 63 siswa kelompok eksperimen dan 31 siswa kelompok
kontrol. Daftar nama siswa kelas VIII B, VIII C dan VIII F ada pada Lampiran 1
dan 2.
4.1.1 Pelaksananaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Maret sampai 18 April 2015 di
SMP N 2 Boja tahun pelajaran 2014/2015.
4.1.2 Hasil Analisis Data Akhir
Analisis data tahap akhir dilakukan setelah kedua kelompok yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi perlakuan yang berbeda.
Pembelajaran pada kelompok eksperimen diberi perlakuan pembelajaran dengan
63
model Problem Based Learning (PBL) berbantuan pohon masalah, sedangkan
pada kelompok kontrol diberi perlakuan pembelajaran dengan model ekpositori.
Setelah diberi perlakuan yang berbeda, kemudian kedua kelas diberi tes
kemampuan berpikir kritis. Hasil tes inilah yang dijadikan data akhir untuk
menguji hipotesis-hipotesis dalam penelitian ini. Data akhir atau data hasil tes
kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat pada lampiran 25.
4.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data akhir kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika
maka diterima, artinya data tersebut berdistribusi normal. Jika
√ , dimana adalah peserta tes, maka ditolak (Siegel, 1994: 59-
63). Berdasarkan perhitungan uji normalitas diperoleh nilai adalah 0,0879
dan adalah 0,140273. Karena nilai maka diterima,
artinya data tersebut berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya terdapat
pada Lampiran 26.
4.1.2.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa data akhir
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varians yang sama atau
homogen. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas nilai tes kemampuan berpikir
kritis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh .
Berdasarkan daftar distribusi dengan dan diperoleh
5,99. Karena
, maka diterima artinya kedua
64
kelompok tersebut mempunyai varians yang sama atau homogen. Perhitungan
selengkapnya pada Lampiran 27.
4.1.2.3 Hasil Pretest dan Posttest
Kemampuan berpikir kritis siswa diketahui dengan dilakukannya pre test
dan post test dengan materi tekanan zat cair. Soal pre test dan post test terdiri dari
20 soal uraian. Tes kemampuan berpikir kritis diikuti oleh 94 siswa yang terdiri
dari 63 siswa kelompok eksperimen dan 31 siswa kelompok kontrol. Hasil analisis
deskriptif tes kemampuan berpikir kritis siswa materi tekanan zat cair dapat
dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1. Analisis Deskriptif
Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Kelompok
Eksperimen Kelompok Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Jumlah peserta 63 siswa 63 siswa 31 siswa 31 siswa
Kriteria
Kemampuan
berpikir kritis
siswa
Sangat
kritis - - - -
Kritis - 37 siswa - 4 siswa
Cukup
Kritis 24 siswa 25 siswa 3 siswa 16 siswa
Kurang
Kritis 39 siswa 1 siswa 28 siswa 11 siswa
Rata-rata 46,39 65,90 34,74 53,32
Persentase 46 % 66 % 35 % 53 %
Nilai tertinggi 61 81 51 71
Nilai terendah 25 45 12 38
Ketercapaian
siswa
Tuntas - 37 siswa - 4 siswa
Tidak
tuntas
63 siwa 26 siswa 31 siswa 27 siswa
Ketuntasan 0 % 59 % 0 % 13 %
N-Gain 0,36 0,28
65
0
20
40
60
80
100
Eksperimen Kontrol
Per
sen
tase
Rat
a-ra
ta K
emam
pu
an
ber
pik
ir K
riti
s Si
swa
(%)
Pretest
Posttest
Grafik kemampuan berpikir kritis siswa ditunjukan pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
4.1.2.4 Uji N-gain
Tabel 4.2 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Masing-masing Aspek
Aspek kemampuan
berpikir kritis
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Rata-rata (1-5) N-gain N-gain
klasikal
Rata-rata (1-5) N-
gain
N-gain
klasikal Pretest Posttest Pretest Posttest
Memberikan penjelasan
sederhana 2,52 (50%) 2,63 (53%) 0,06
0,36 2,16 (43%) 2,96 (59%) 0,28
0,28
Membangun ketrampilan
dasar 2,87 (57%) 3,57 (71%) 0,33 2,60 (52%) 3,37 (67%) 0,31
Menyimpulkan 1,15 (23%) 2,75 (55%) 0,42 1,20 (24%) 2,52 (50%) 0,34
Memberikan penjelasan
lanjut 2,91 (58%) 3,79 (76%) 0,43 1,31 (26%) 2,27 (45%) 0,25
Mengatur strategi dan
teknik 1,31 (26%) 2,92 (58%) 0,43 1,69 (34%) 2,49 (50%) 0,24
66
Gambar 4.2 Grafik Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Masing-masing Aspek
4.1.2.5 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Tabel 4.3 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa tiap Indikator
Aspek Indikator
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Rata-rata
(1-5)
Rata-rata
(1-5)
Rata-rata
(1-5)
Rata-rata
(1-5)
Memberikan
penjelasan
sederhana
Memfokuskan pertanyaan 2,52 (50%) 2,63 (53%) 2,16 (43%) 2,96 (59%)
Menganalisis argumen 2,52 (50%) 2,63 (53%) 2,16 (48%) 2,96 (59%)
Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan
2,52 (50%) 2,63 (53%) 2,16 (48%) 2,96 (59%)
Membangun
ketrampilan
dasar
Mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya
atau tidak
2,87 (57%) 3,17 (63%) 2,32 (46%) 3,03 (61%)
Mengamati dan
mempertimbangkan laporan
hasil observasi
2,87 (57%) 3,97 (79%) 2,87 (57%) 3,71 (74%)
Menyimpulkan Membuat dan menentukan
hasil pertimbangan /
menyimpulkan
1,15 (23%) 2,75 (55%) 1,20 (24%) 2,52 (50%)
Memberi
penjelasan lanjut
Mengidentifikasi istilah-
istilah dan
mempertimbangkan suatu
definisi
3,78 (76%) 4,18 (84%) 1,45 (29%) 2,33 (47%)
Mengidentifikasi asumsi-
asumsi 2,05 (41%) 3,39 (68%) 1,16 (23%) 2,20 (44%)
Mengatur
strategi dan
teknik
Menentukan suatu tindakan
1,31 (26%) 2,92 (58%) 1,69 (34%) 2,49 (50%)
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Memberikanpenjelasan lanjut
Membangunketrampilan
dasar
Menyimpulkan Memberikanpenjelasanlanjut
Mengaturstrategi dan
teknik
Pe
rse
nta
se r
ata
-rat
a
Pretest eksperimen
Postets eksperimen
Pretest kontrol
Posttest kontrol
67
4.1.2.6 Uji Hipotesis 2 (Uji Kesamaan Dua Rata-rata)
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah
kemampuan berpikir kritis siswa kelompok eksperimen materi tekanan zat cair
dengan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan pohon masalah
lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kritis siswa kelompok kontrol materi
tekanan zat cair dengan pembelajaran ekspositori.
Berdasarkan hasil pengujian didapat dan dengan peluang
– , dan taraf nyata , untuk uji satu pihak
diperoleh . Kriteria pengujian Ho diterima jika
, dengan = 5% dan dk = n1 + n2 – 2. Karena
maka Ho ditolak. Hal ini berarti kemampuan berpikir kritis pada kelompok
eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Jadi kemampuan berpikir
kritis siswa pada pembelajaran dengan model PBL berbantuan pohon masalah
lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran dengan
model ekspositori. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 29.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis keefektifan pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) berbantuan pohon masalah dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa dan menganalisis kemampuan berpikir kritis
siswa pada pembelajaran menggunakan PBL berbantuan pohon masalah serta
kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran menggunakan model
ekspositori di SMP N 2 Boja. Langkah awal penelitian dilakukan dengan
mengambil data nilai UAS fisika semester ganjil kelas VIII tahun pelajaran
68
2014/2015 sebagai data awal di tempat penelitian selanjutnya dianalisis. Hasil
menunjukan bahwa nilai awal sampel penelitian berdistribusi normal dan
homogen. Hal tersebut menunjukan kedua kelompok mempunyai kondisi awal
atau kemampuan yang sama sehingga kedua kelompok dapat digunakan sebagai
objek penelitian.
Pada penelitian ini digunakan satu kelompok eksperimen dan satu
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen terdiri dari dua kelas yaitu kelas VIII B
dan kelas VIII C, sedangkan kelas VIII F sebagai kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen diberi perlakuan pembelajaran dengan model Problem Based
Learning (PBL) berbantuan pohon masalah dan kelompok kontrol diberi
perlakuan pembelajaran dengan model ekspositori. Saat awal pertemuan atau
sebelum siswa menerima materi, siswa mengerjakan pretest kemampuan berpikir
kritis. Setelah menerima materi selama 4 pertemuan, siswa mengerjakan posttest
kemampuan berpikir kritis dengan jumlah soal dan bentuk soal yang setara
dengan soal pretest.
4.2.1 Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol diawali dengan memberikan apersepsi berkaitan langsung dengan
permasalahan kehidupan sehari-hari seperti kapal selam yang dapat melayang,
tenggelam di laut, pancuran teko yang diibuat selalu lebih tinggi daripada
tutupnya, pancuran air pada botol plastik yang dilubangi, dan lain sebagianya.
Pada pembelajaran ini guru merangsang dan memotivasi siwa dengan
menggunakan contoh penerapan tekanan zat cair yang meliputi tekanan
69
hidrostatis, bejana berhubungan, hukum Pascal, dan hukum Archimedes dalam
kehidupan sehari-hari. Siswa terlebih dahulu diberikan soal pretest untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis mereka sebelum mendapat materi tentang
tekanan zat cair.
4.2.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan
Pohon Masalah
Pembelajaran dengan model PBL berbantuan pohon masalah dilakukan
pada kelompok eksperimen. Materi yang disampaikan adalah berkaitan dengan
tekanan zat cair yang meliputi tekanan hidrostatis, bejana berhubungan, hukum
Pascal, dan hukum Archimedes. Pembelajaran dilaksanakan 4 kali pertemuan
dengan alokasi waktu 80 menit tiap pertemuan. Pelaksanaan pembelajaran terdiri
dari lima tahap yaitu (a) tahap orientasi; (b) tahap mengorganisasi siswa untuk
belajar; (c) tahap membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; (d)
tahap membimbing, membangun, dan menyajikan hasil karya; (e) tahap
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
(a) Tahap orientasi
Pada tahap pertama yaitu mengorientasi siswa pada masalah. Tahap
orientasi adalah langkah awal yang diberikan untuk membentuk kesan umum dan
pemahaman global mengenai batas-batas ruang lingkup masalah. Guru
memfasilitasi siswa untuk mengingat kembali materi yang telah dipelajari
sebelumnya, menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan perangkat yang
diperlukan, dan memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas mendapat masalah
maupun penyelesaian masalah. Setelah itu guru mengaitkan pengetahuan yang
dimiliki siswa sebelumnya dengan materi yang dipelajari yaitu tekanan zat cair.
70
Pada tahap ini, siswa mencoba mengingat kembali materi yang sudah diperoleh
sebelumnya untuk dapat membangun konsep yang akan dipelajari.
(b) Tahap mengorganisasi siswa untuk belajar
Pada tahap kedua yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar, guru
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok kecil yang heterogen, masing-masing
terdiri dari 3-4 orang, pengelompokan berdasarkan kemampuan akademik yang
diperoleh sebelumnya. Guru memberikan beberapa permasalahan, masing-masing
kelompok memilih satu masalah yang telah disediakan. Masalah tersebut
diselesaikan dengan membuat pohon masalah untuk menghubungkan sebab-akibat
permasalahan pada lembar penyelesaian yang telah disediakan. Guru juga
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengorganisasi tugas yang
berhubungan dengan penyelesaian masalah.
Pada kegiatan berkelompok, siswa diarahkan untuk menemukan rumus
atau konsep atau prinsip matematika yang menjadi tujuan pembelajaran. Hal
tersebut sesuai dengan teori belajar Vygotsky bahwa pembelajaran harus
menekankan siswa untuk belajar kelompok. Dengan demikian siswa dapat belajar
saling membantu dengan teman kelompoknya dan dituntut untuk mengemukakan
ide-idenya, melatih kemampuan berpikir mereka dalam memecahkan masalah
tentang penerapan tekanan zat cair dalam kehidupan sehari-hari untuk
menemukan konsep materi sehingga terjadi diskusi atau dialog antar kelompok.
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk aktif dalam menyelidiki konsep dan
aktif menemukan konsep secara mandiri sehingga dapat melatih kemampuan
berpikir kritisnya.
71
(c) Tahap membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Pada tahap ketiga yaitu membimbing penyelidikan individual atau
kelompok, guru membimbing siswa selama proses diskusi kelompok berlangsung.
Guru membantu siswa dalam mengumpulkan informasi yang sesuai dengan
masalah, memberikan motivasi dalam pemecahan masalah, mengarahkan dan
memberikan pertanyaan yang membuat siswa berpikir tidak mengalami kesulitan
dalam penyusunan pohon masalah untuk penyelesaian masalah.
Pada tahap ini guru memberikan bantuan kepada siswa secukupnya hanya
pada saat mengalami kesulitan dan siswa berusaha menemukan sendiri pemecahan
masalah yang mereka dapatkan. Hal tersebut sesuai dengan teori belajar Brunner
yang menganjurkan pembelajaran dengan penemuan. Dengan demikian, siswa
dapat melakukan penyelidikan untuk mengumpulkan informasi-informasi yang
sesuai dalam memecahkan masalah sehingga siswa dapat melatih kemampuan
berpikir kritis mereka.
(d) Tahap membimbing, membangun, dan menyajikan hasil karya
Tahap keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Setelah diskusi kelompok dianggap cukup, beberapa kelompok menyajikan hasil
kerja kelompok berupa pohon masalah yang telah diselesaikan, sementara itu
kelompok yang tidak menyajikan ke depan mencermati dan memberikan
tanggapan terhadap apa yang disajikan. Pada tahapan ini, guru hanya bertindak
sebagai fasilitator dan meluruskan konsep apabila siswa mengalami kekeliruan.
72
(e) Tahap menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap akhir yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi secara bersama terhadap
proses pemecahan masalah yang digunakan untuk membuat pohon masalah. Guru
memberikan arahan dan penjelasan mengenai proses pemecahan yang digunakan,
supaya tidak terjadi kesalahan konsep.
Pembelajaran pada pertemuan pertama diawali dengan memberikan soal
pretest kemampuan berpikir kritis kepada siswa untuk mengetahui kemampuan
berpikir kritis siswa sebelum mendapatkan materi dengan alokasi waktu 60 menit.
Secara umum proses pembelajaran sudah sesuai dengan sintaks model PBL dan
respon siswa sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya siswa yang langsung
maju mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka di hadapan guru dan
teman-teman. Siswa juga dapat berkonsentrasi penuh pada kelompoknya masing-
masing membuat diskusi berjalan lancar.
Pembelajaran dirasa belum optimal karena guru kesulitan
mengorganisasikan waktu pembelajaran yang hanya tersisa 20 menit.
Keterbatasan waktu membuat kegiatan diskusi tentang tekanan hidrostatis
berlangsung singkat sehingga siswa kurang bisa mengasah lebih dalam
kemampuan berpiki kritis mereka. Selain itu, ada juga siswa yang belum bisa
menyesuaikan diri dengan kelompoknya untuk mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan. Tidak sedikit anggota kelompok yang masih mengandalkan atau
bergantung pada teman satu kelompoknya.
73
Proses pembelajaran pada pertemuan kedua dan ketiga sudah sesuai
dengan sintaks model PBL. Awal pembelajaran siswa diberi motivasi dan
apersepsi, selanjutnya siswa dibagi menjadi 8 kelompok dengan anggota
kelompok masing-masing 3-4 siswa. Guru mempersiapkan permasalahan yang
berhubungan dengan bejana berhubungan, hukum Pascal dan hukum Archimedes,
kemudian masing-masing kelompok memilih salah satu permasalahan. Siswa
melakukan penyelidikan ataupun mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
dan siswa dibimbing oleh guru untuk menyusun pohon masalah mereka.
Siswa mampu menyesuaikan diri untuk dapat fokus dalam diskusi
kelompoknya masing-masing sehingga situasi pembelajaran menjadi lebih
kondusif. Proses diskusi digunakan siswa untuk saling bertukar pikiran,
mengemukakan ide-ide mereka, melatih kemampuan berpikir kritis mereka untuk
membuat bentuk pohon masalah sebagai hasil penyelesaian dari masalah yang
mereka dapatkan. Pohon masalah dibuat dengan menghubungkan sebab-akibat
suatu permasalahan.
Aktivitas dan respon siswa juga baik. Siswa terlihat sangat antusias dan
menikmati proses diskusi yang berlangsung karena siswa diberi kebebasan untuk
menghias ataupun membuat bentuk pohon masalah sesuai dengan keinginan
mereka. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil karya mereka dan kelompok
lain menanggapi hasil pembahasannya. Guru memberikan arahan dan penjelasan
mengenai hasil diskusi, supaya tidak terjadi kesalahan konsep. Guru dan siswa
menyimpulkan hasil diskusi mereka. Siswa yang aktif diberi penghargaan ataupun
pujian untuk menigkatkan semangat belajar mereka. Pada akhir proses
74
pembelajaran masing-masing kelompok menempelkan hasil karya mereka pada
tempat yang disediakan yaitu mading kelas.
Pertemuan keempat, siswa diberi kuis rebutan untuk mengulas materi yang
telah diperoleh siswa pada pertemuan pertama sampai ketiga selama 20 menit.
Kuis rebutan bertujuan agar siswa tidak jenuh dan semangat selama prosses
pembelajaran berlangsung. Siswa dibagi menjadi empat kelompok kemudian guru
memberikan pertanyaan, masing-masing kelompok berebut untuk menjawab
pertanyaan. Kelompok yang menjawab pertanyaan dengan benar paling banyak
adalah pemenangnya. Pada pertemuan keempat ini siswa diberi posttest
kemampuan berpikir kritis untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa
setelah menerima materi tekanan zat cair dengan alokasi waktu 60 menit.
4.3.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran Ekspositori
Pembelajaran dengan model ekspositori dilakukan pada kelompok kontrol.
Materi yang disampaikan adalah berkaitan dengan tekanan zat cair yang meliputi
tekanan hidrostatis, bejana berhubungan, hukum Pascal, hukum Archimedes.
Pembelajaran dilaksanakan 4 kali pertemuan dengan alokasi waktu 80 menit tiap
pertemuan. Pembelajaran ekspositori terdiri atas tiga tahapan yaitu pendahuluan,
inti dan penutup.
Tahap pertama adalah tahap pendahuluan. Awal pembelajaran guru
memberikan motivasi dan menarik perhatian siswa, dengan tujuan untuk
membangitkan keinginan dan semangat belajar siswa, berupa memberi pujian
kepada siswa. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan materi pelajaran yang
75
akan dipelajari siswa, sehingga siswa memilki pedoman dalam mengikuti
pelajaran.
Guru memfasilitasi siswa untuk mengingat kembali materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Setelah itu guru mengaitkan pengetahuan yang dimiliki
siswa sebelumnya dengan materi yang dipelajari yaitu tekanan zat cair. Pada tahap
ini, siswa mencoba mengingat kembali materi yang sudah diperoleh sebelumnya
untuk dapat membangun konsep yang akan dipelajari.
Tahap yang kedua yaitu kegiatan inti. Guru menjelaskan isi pelajaran
menggunakan alat bantu pembelajaran agar siswa lebih mudah menangkap isi atau
materi pelajaran. Siswa juga diberi contoh-contoh penerapan dalam kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan tekanan zat cair agar siswa lebih memahami
materi. Siswa diberikan pertanyaan dengan tujuan untuk mengetahui sampai
manakah materi pelajaran telah dikuasai dan materi makah yang kurang dipahami
siswa. Kemudian siswa diberi latihan soal agar mereka mampu menguasai isi atau
materi pelajaran lebih mendalam. Siswa dilatih kemampuan berpikir kritis mereka
untuk mengaitkan materi yang mereka peroleh dengan kejadian-kejadian disekitar.
Tahap yang ketiga yaitu kegiatan penutup. Pada tahap ini siswa diberi kuis
ataupun tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana mereka memahami materi
yang disampaikan. Siswa diberikan tugas rumah agar dapat mengasah
kemampuan berpikir mereka dengan menyelesaikan soal secara inidvidu.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran, berpedoman pada RPP yang telah
disusun. Kenyataannya guru masih menemui beberapa kendala. Pertemuan
pertama sebelum kegiatan inti berlangsung, siswa diberi soal pretest untuk
76
mengukur kemampuan berpikir kritis mereka sebelum mendapatkan perlakuan
dengan alokasi waktu 60 menit. Pelaksanaannya, waktu yang dibutuhkan untuk
mengkondisikan siswa sampai siswa selesai melaksanakan pretest lebih dari 60
menit sehingga sisa waktu untuk pelajaran hanya sedikit. Dengan keterbatasan
waktu pada pertemuan pertama guru hanya dapat menyampaikan sedikt materi
tentang tekanan hidrostastis dan belum memberikan contoh latihan soal. Siswa
diberi pekerjaan rumah untuk mengerjakan soal yang ada di buku paket.
Pertemuan kedua, guru mereviev materi tekanan hidrostatis pada
pertemuan pertama agar siswa mengingat kembali materi yang disampaikan.
Siswa kurang kondusif dan aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa
belum dapat berkonsentrasi penuh dalam selama guru memberikan penjelasan.
Saat guru memberikan pertanyaan siswa juga kurang aktif untuk menjawab.
Kemudian guru memberikan contoh soal yang dibahas bersama dengan siswa.
Beberapa siswa maju untuk menyelesaikan contoh soal yang diberikan oleh guru.
Guru mengakhiri pembelajaran dengan melakukan refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah berlangsung.
Pertemuan ketiga, siswa sudah mampu menyesuaikan diri dan dapat fokus
saat dibentuk kelompok kecil untu menyelesaikan masalah pada LDS sehingga
situasi lebih kondusif dan aktif. Diskusi siswa berlangsung setelah guru
menjelaskan dan memberikan contoh-contoh peristiwa dan soal yang
berhubungan dengan bejana berhubungan, hukum Pascal, dan hukum
Archimedes. Hasil diskusi dibahas secara bersama-sama guru dengan siswa.
77
Akhir pembelajaran siswa diberi tugas mengerjakan latihan soal pada buku paket
mereka.
Pertemuan keempat, guru meriview kembali materi yang diperoleh siswa
dari pertemuan pertama sampai ketiga bertujuan agar siswa mengingat kembali
dan lebih memahami materi tekanan zat cair yang telah diperoleh. Kemudian
siswa diberikan posttest untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis mereka
setelah mendapatkan perlakuan dengan alokasi waktu 60 menit.
4.2.2 Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Penelitian ini menggunakan lima aspek dan indikator kemampuan
berpikir kritis yang dikemukakan Ennis yaitu: memberikan penjelasan sederhana;
membangun ketrampilan dasar; menyimpulkan; memberikan penjelasan lanjut;
serta mengatur strategi dan teknik. Aspek memberikan penjelasan lanjut terdiri
dari tiga indikator yaitu: memfokuskan pertanyaan; menganalisis argumen; dan
menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan. Aspek
membangun ketrampilan dasar terdiri dari dua indikator yaitu:
mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak; serta mengamati
dan mempertimbangkan laporan hasil observasi. Indikator pada aspek
menyimpulkan adalah membuat dan menentukan hasil
pertimbangan/menyimpulkan. Aspek memberi penjelasan lanjut terdiri dari dua
indikator yaitu: mengidentifikasi istilah-istilah dan mempertimbangkan suatu
definisi; dan memgidentifikasi asumsi-asumsi. Indikator pada aspek mengatur
strategi dan teknik adalah menentukan tindakan.
78
Kemampuan berpikir kritis siswa dilihat berdasarkan hasil pretest dan
posttest. Pretest dan posttest berisi tentang permasalahan yang berkaitan dengan
materi tekanan zat cair. Pretest digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir
kritis siswa sebelum diberi materi. Posttest digunakan untuk mengukur
kemamampuan berpikir kritis siswa setelah menerima materi.
1) Memberikan penjelasan sederhana
Pada aspek memberikan penjelasan lanjut terdapat tiga indikator yaitu
memfokuskan permasalahan, menganalisis argumen, dan menjawab pertanyaan
tentang suatu penjelasan atau pernyataan. Memfokuskan pertanyaan, menganalisis
argumen, dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan pada kelompok
eksperimen saat pretest, ketiganya hanya mencapai persentase rata-rata nilai
sebesar 50%. Kriteria memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, dan
menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan masuk dalam kategori cukup.
Kemudian saat posttest kemampuan memfokuskan pertanyaan, menganalisis
argumen, dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan meningkat menjadi
53%. Peningkatan dari pretest ke posttest sebesar 3%.
Memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, dan menjawab
pertanyaan tentang suatu penjelasan pada kelompok kontrol saat pretest,
ketiganya hanya mencapai persentase rata-rata nilai sebesar 43%. Kriteria
memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, dan menjawab pertanyaan
tentang suatu penjelasan masuk dalam kategori kurang. Kemudian saat posttest
kemampuan memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, dan menjawab
79
pertanyaan tentang suatu penjelasan meningkat menjadi 59%. Peningkatan dari
pretest ke posttest sebesar 17%.
Berdasarkan uraian di atas, kemampuan memberikan penjelasan lanjut siswa
pada kelompok eksperimen baik saat pretest dan saat posttest masuk dalam
kategori cukup. Peningkatan kemampuan memberikan penjelasan sederhana
hanya 3% dengan skor gain sebesar 0,06 masuk kategori rendah. Hal ini belum
mencapai target indikator keberhasilan. Sedangkan pada kelompok kontrol,
persentase rata-rata kemampuan memberikan penjelasan lanjut siswa saat pretest
termasuk dalam kategori rendah naik mengalami peningkatan saat posttest
termasuk dalam katgori cukup. Hal ini menunjukan adanya peningkatan
kemampuan memberikan penjelasan sederhana pada kelompok kontrol dengan
skor gain sebesar 0,28 kategori rendah.
Skor gain pada kolompok eksperimen maupun kelompok kontrol masih
dalam kategori rendah. Hal ini menunjukan siswa masih kesulitan memahami dan
menganilis dari suatu permasalahan yang berhubungan dengan materi sehingga
siswa memberikan penjelasan dari masalah tersebut kurang tepat.
Peningkatan kemampuan memberikan penjelasan sederhana pada kelompok
kontrol lebih besar daripada kelompok eksperimen disebabkan proses
pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan model ekspositori. Siswa
diberi permasalahan dan guru menjelaskan secara rinci dan runtut penyelesaian
dari permasalahan tersebut sehingga saat diberikan test siswa dapat memberikan
penjelasan sederhana dari masalah dengan jawaban yang diinginkan guru.
Sedangkan pada kelompok eksperimen menggunakan PBL berbantuan pohon
80
masalah, siswa diajak menemukan sendiri pemecahan dari suatu permasalahan
dan tidak semua permasalahan dibahas rinci oleh guru, guru hanya menjelaskan
apabila terjadi kekeliruan konsep sehingga jawaban siswa sangat beragam dalam
memberikan penjelasan sederhana dan tidak semua jawaban siswa tepat.
Jadi, kemampuan siswa memberikan penjelasan sederhana belum memenuhi
indikator keberhasilan yaitu persentase rata-rata indikator mencapai kategori
cukup atau lebih ( dan skor gain lebih besar dari 0,3 termasuk dalam
kategori sedang sampai tinggi.
2) Membangun ketrampilan dasar
Membangun ketrampilan dasar terdapat dua indikator yaitu
mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, serta mengamati
dan mempertimbangkan laporan hasil observasi. Pada kelompok eksperimen
persentase rata-rata indikator mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya
atau tidak saat pretest mencapai 57% kemudian pada saat posttest meningkat
menjadi 63%. Pada kelompok kontrol persentase rata-rata indikator
mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak saat pretest
mencapai 46% kemudian pada saat posttest meningkat menjadi 61%. Kriteria
penilaian meningkat dari kurang menjadi cukup.
Indikator mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
siswa diberikan pernyataan tentang konsep atau penerapannya yang berkaitan
dengan materi, kemudian siswa diajak untuk mempertimbangkan pernyataan
mana yang benar. Rata-rata siswa dapat mempertimbangkan apakah sumber dapat
dipercaya atau tidak.
81
Indikator kedua yaitu mengamati dan mempertimbangkan laporan hasil
observasi. Pada kelompok eksperimen persentase rata-rata indikator mengamati
dan mempertimbangkan laporan hasil observasi saat pretest mencapai 57%
kemudian pada saat posttest meningkat menjadi 79%. Kriteria yang didapat dalam
hal ini otomatis meningkat dari cukup kritis menjadi kritis. Pada kelompok
kontrol persentase rata-rata indikator mengamati dan mempertimbangkan laporan
hasil observasi saat pretest mencapai 57% kemudian pada saat posttest meningkat
menjadi 74%.
Pada indikator mengamati dan mempertimbangkan siswa diajak untuk
mengamati gambar hasil percobaan sederhana, dan berpikir untuk
mempertimbangkan hasil dari percobaan tersebut serta memberikan alasannya.
Kemampuan siswa untuk mengamati dan mempertimbangkan laporan hasil
observasi meningkat dengan baik. Siswa dapat mempertimbangkan hasil dari
sebuah permasalahan yang mereka amati.
Secara umum aspek membangun ketrampilan dasar siswa pada kelompok
kontrol maupun kelompok eksperimen sudah mencapai target indikator
keberhasilan dengan skor gain masing-masing sebesar 0,31 dan 0,33 masuk
kategori sedang dan hasil persentase rata-rata posttest mencapai kategori kritis.
Persentase rata-rata posttest dan nilai gain pada kelompok eksperimen lebih
besar dari pada presentase rata-rata posttest pada kelompok kontrol. Hal ini
disebabkan proses pembelajaran pada kelompok eksperimen dengan PBL
berbantuan pohon masalah, siswa diajak mengamati, menyelidiki dan mencari
informasi kemudian mempertimbangkan hasil observasi yang mereka peroleh
82
untuk menyusun pohon masalah sebagai penyelesaian masalah. Proses
pembelajaran pada kelompok kontol, siswa juga diberi contoh-contoh penerapan
namun hanya melalui tanya jawab dan jika hipotesis siswa salah maka guru akan
langsung menjelaskan penyelesaian dari permasalahan. Oleh karena itu
kemampuan membangun ketrampilan dasar pada kelompok eksperimen lebih
terlatih daripada pada kelompok kontrol.
3) Menyimpulkan
Aspek menyimpulkan pada kelompok eksperimen persentase rata-rata
indikator menyimpulkan saat pretest mencapai 23% kemudian pada saat posttest
meningkat menjadi 55% dengan skor gain 0,42 kategori sedang. Pada kelompok
kontrol persentase rata-rata indikator menyimpulkan saat pretest mencapai 24%
kemudian pada saat posttest meningkat menjadi 50% dengan skor gain 0,34
masuk kategori sedang.
Uraian di atas menunjukan baik siswa kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol mengalami peningkatan pada aspek menyimpulkan. Skor gain
pada kelompok eksperimen lebih besar daripada nilai gain pada kelompok kontrol
hal ini menunjukan peningkatan kemampuan menyimpulkan kelompok
eksperimen lebih besar dari pada kelompok kontrol.
Pada aspek menyimpulkan, siswa diajak berpikir menganilisis suatu
permasalahan dan membuat kesimpulan dari permasalahan tersebut. Proses
pembelajaran pada kelompok eksperimen dengan PBL berbantuan pohon masalah
melatih kemampuan menyimpulkan siswa, karena siswa diberi permasalahan dan
menyimpulkan atau menemukan konsepnya sendiri kemudian guru memberi
83
penjelasan. Hal tersebut membuat kelompok ekperimen pengalami peningkatan
yang lebih besar. Namun persentase rata-rata hasil posttest kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen hampir sama karena proses pembelajaran pada kelompok
kontrol siswa juga diajak untuk menyimpulkan dan menemukan konsep dari
materi pembelajaran hanya saja hal itu dilakukan secara bersama-sama dengan
guru.
4) Memberikan penjelasan lanjut
Memberikan penjelasan lanjut terdapat dua indikator yaitu mengidentifikasi
istilah-istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, dan mengidentifikasi asumsi-
asumsi. Presentase kemampuan mengidentifikasi istilah-istilah dan
mempertimbangkan suatu definisi pada kelompok eksperimen berdasarkan hasil
pretest dan posttest mengalami peningkatan sebesar 18% yang semula 76%
termasuk kategori kritis naik menjadi 84% termasuk kategori sangat kritis.
Presentase mengidentifikasi asumsi-asumsi pada kelompok eksperimen
berdasarkan hasil pretest dan posttest mengalami peningkatan sebesar 27% yang
semula 41% termasuk kategori kurang kritis naik menjadi 68% termasuk kategori
kritis.
Presentase kemampuan mengidentifikasi istilah-istilah dan
mempertimbangkan suatu definisi pada kelompok kontrol berdasarkan hasil
pretest dan posttest belum mencapai indikator yang ditentukan peneliti walaupun
mengalami peningkatan sebesar 18% yang semula 29% menjadi 47% namun
masih termasuk kategori kurang kritis. Presentase mengidentifikasi asumsi-asumsi
pada kelompok eksperimen berdasarkan hasil pretest dan posttest mengalami
84
peningkatan sebesar 21% yang semula 23% menjadi 44% namun masih termasuk
kategori kurang kritis.
Secara umum, memberikan penjelasan lanjut pada kelompok kontrol
maupun eksperimen mengalami peningkatan dengan skor gain masing-masing
sebesar 0,25 dan 0,43. Hal ini menunjukan kemampuan memberikan penjelasan
lanjut pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan lebih besar daripada
kelompok kontrol. Pada aspek memberikan penjelasan lanjut siswa diajak untuk
mengidentifikasikan isitilah-istilah dan asumsi-asumsi. Proses pembelajaran
dengan PBL berbantuan masalah siswa diberi permasalahan yang merupakan
penerapan dari materi tekanan zat cair dan siswa diajak untuk mendefinisikan
istilah-istilah, asumsi-asumsi yang ada di permasalahan tersbut dan
mengkaitkannya dengan materi sehingga siswa dapat menemukan solusi masalah.
Sedangkan proses pembelajaran ekspositori siswa langsung diberi penjelasan oleh
guru tentang solusi masalah membuat kemampuan memberi penjelasan lanjut
pada kelompok kontrol kurang terlatih.
5) Mengatur strategi dan teknik
Indikator mengatur strategi dan teknik adalah menentukan suatu tindakan.
Siswa diberi suatu pokok bahasan atau permasalah kemudian siswa merancang
menentukan tindakan untuk mendapatkan penyelesaian. Persentase kemampuan
menentukan suatu tindakan pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan
yang lebih besar daripada kelompok kontrol. Persentase kemampuan menentukan
suatu tindakan pada kelompok eksperimen meningkat sebesar 32% yang semula
26% termasuk kategori kurang kritis naik menjadi 58% termasuk kategori cukup
85
kritis. Sedangkan pada kelompok kontrol, meningkat sebesar 16% yang semula
34% termasuk kategori kurang kritis naik menjadi 50% termasuk kategori cukup
kritis.
Mulanya siswa kebingungan untuk menentukan suatu tindakan atau mencari
solusi dari permasalahan yang diberikan, sebagian besar dari mereka belum
menuliskan tindakan yang mungkin dapat dilakukan. Jawaban yang muncul juga
baru menyebutkan alat dan bahan yang diperlukan, sebagian besar belum
memberikan penjelasan dan cara yang dilakukan untuk membuktikan hubungan
kedalaman dengan tekanan hidrodtatis, cara membedakan telur yang baik dan
yang busuk yang merupakan penerapan hukum Archimedes, dan cara percobaan
sederhana yang dapat dilakukan untuk membuktikan tekanan dalam ruang tertutup
diteruskan ke segala arah.
Pada pertemuan selanjutnya, untuk kelompok eksperimen guru mengajak
siswa menemukan sendiri tindakan yang akan dilakukan dengan membaca buku
paket atau mencari informasi dari berbagai sumber. Beberapa kelompok siswa
memberikan jawaban, kemudian guru menerangkan solusi yang benar. Hal ini
sejalan dengan Teori Brunner yang mengajunrakan pembelajaran dengan
penemuan. Menurut Trianto (2007: 26), belajar penemuan sesuai dengan
pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya
memberikan hasil yang paling baik.
Sedangkan pada kelompok kontrol guru langsung membahas permasalahan
tersebut dan memberikan solusinya. Karena itu perolehan nilai posttest yang
dicapai siswa meningkat dan tindakan yang dicetuskan siswa dapat diterapkan
86
dalam kehidupan sehari-hari untuk menyelesaiakan permasalahan. Tindakan atau
solusi yang diberikan dapat memanfaatkan barang bekas atau benda yang ada
disekitar kita sehingga memungkinkan siswa untuk melakukan percobaan
sederhana jika mereka menginginkan.
Kemampuan berpikir kritis secara umum, untuk kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan
berpikir kritis pada kelompok eksperimen lebih besar daripada peningkatan
kemampuan berpikir kritis pada kelompok kontrol. Hal tersebut disebabkan
perbedaan perlakuan antar kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen.
Pada kelompok kontrol semula rata-rata pretest 35% menjadi 53% pada
posttest dan peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai sebesar 13%,
dengan nilai peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa (N-gain) sebesar 0,28
menunjukan kategori rendah serta belum mencapai indikator keberhasilan yang
peneliti tentukan. Jumlah siswa yang mencapai nilai pada posttest
kemampuan berpikir kritis juga belum memenuhi target. Saat pretest tidak ada
siswa yang mencapai nilai kemudian saat posttest hanya 4 siswa yang
mencapai nilai .
Pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan model ekspositori, guru
menerangkan secara rinci dan runtut tentang materi, guru juga memberikan
latihan-latihan soal diharapkan siswa dapat menguasai materi yang diberikan.
Kemudian guru memberikan pertanyaan-pertanyaan agar melatih kemampuan
berpikir siswa. Namun pada pembelajaran ekspositori, guru dan siswa secara
bersama-sama membuat kesimpulan dari materi pembelajaran sehingga siswa
87
tidak berusaha menemukan sendiri konsepnya. Pembelajaran ini juga siswa
dituntut berpikir secara individu tidak secara berkelompok karena guru
memberikan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan tugas-tugas individu.
Sedangkan pada kelompok eksperimen selain menggunakan model PBL
peneliti juga menggunakan bantuan pohon masalah. Di awal pertemuan, guru
menunjukan contoh pohon masalah kemudian selanjutnya siswa membuat pohon
masalah untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka dapat. Menurut
Asmoko (2014), poin penting analisis pohon masalah yaitu (a) pohon masalah
merupakan suatu alat atau teknik pendekatan untuk mengidentifikasi dan
menganalisis masalah, (b) pohon masalah menggambarkan rangkaian hubungan
sebab akibat dari beberapa faktor, (c) pohon masalah umumnya digunakan pada
tahap perencanaan. Siswa diajak berpikir secara runtut mereka dituntut
menemukan ide-ide untuk menyusun pohon masalah mereka sehingga proses
pembelajaran PBL berbantuan pohon masalah dapat melatih kemampuan berpikir
kritis siswa.
Pada kelompok eksperimen semula rata-rata pretest sebesar 46% naik
menjadi 66% pada posttest, dengan nilai peningkatan kemampuan berpikir kritis
siswa (N-gain) sebesar 0,36 menunjukan kategori cukup dan peningkatan jumlah
siswa yang mencapai nilai sebesar 59%. Jumlah siswa yang mencapai nilai
pada posttest kemampuan berpikir kritis juga sudah memenuhi target yaitu
lebih dari 50% jumlah siswa keseluruhan. Saat pretest tidak ada siswa yang
mencapai nilai kemudian saat posttest terdapat 37 siswa yang mencapai nilai
. Nilai-nilai tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan yang peneliti
88
tentukan sehingga menunjukan pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
berbantuan pohon masalah yang diterapkan pada kelompok eksperimen efektif
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Penelitian yang mendukung hasil di atas adalah penelitian Happy (2014)
menyatakan bahwa Problem Based Learning efektif dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian Emilia (2013) menyatakan bahwa
pembelajaran dengan media pohon matematika dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Pohon matematika pada penelitian Emilia hampir sama
dengan pohon masalah yang dimaksud dalam penelitian ini, yang terdiri atas
permasalahan-permasalahan dan menghubungkannya dengan sebab-akibat
permasalahan.
4.2.3 Uji Hipotesis 2 (Uji Kesamaan Dua Rata-rata)
Hipotesis dua menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada
kelompok eksperimen dengan model PBL berbantuan pohon masalah lebih tinggi
daripada kemampuan berpikir kritis siswa pada kelompok kontrol dengan model
ekspositori. Untuk mengetahui mana yang lebih tinggi antara kemampuan berpikir
kritis siswa pada kelompok eksperimen yang menggunakan model PBL
berbantuan pohon masalah dan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelompok
kontrol yang menggunakan model ekspositori selain dengan membandingkan
hasil juga dilakukan uji t satu pihak (kanan).
Berdasarkan hasil pengujian didapat dan dengan peluang
– , dan taraf nyata , untuk uji satu fihak
diperoleh . Kriteria pengujian Ho diterima jika
89
, dengan = 5% dan dk = n1 + n2 – 2. Karena
maka Ho ditolak. Hal ini berarti kemampuan berpikir kritis pada kelompok
eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Jadi kemampuan berpikir
kritis siswa pada pembelajaran dengan model PBL berbantuan pohon masalah
lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran dengan
model ekspositori.
Penyebab adanya perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dikarenakan pemberian perlakuan
yang berbeda pada kedua kelas tersebut. Kelompok eksperimen diberi
pembelajaran dengan model PBL berbantuan pohon masalah, sedangkan
kelompok kontrol diberikan pembelajaran dengan model ekspositori.
Kelebihan model PBL berbantuan pohon masalah daripada model
ekspositori dapat dilihat dari proses pembelajaran PBL berbantuan pohon masalah
siswa diberikan permasalahan untuk menemukan konsepnya sendiri. Hal ini
sejalan dengan teori Brunner yang menganjurkakn pembelajaran dengan
penemuan. Menurut Trianto (2007: 26), belajar penemuan sesuai dengan
pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya
memberikan hasil yang paling baik.
Selain itu, pada pembelajaran PBL berbantuan pohon masalah guru
berperan mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, untuk
mendapat penjelasan tentang masalah yang dihadapi. Siswa bebas dituntut untuk
berpikir secara kritis menggali informasi yang dapat membantu mereka dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Saat penyusunan pohon masalah siswa
90
dilatih kemampuan berpikir kritisnya dalam menghubungkan sebab akibat dari
permasalahan sebagai penyelesaiannya. Hal tersebut sejalan dengan pandangan
rekonstrivistik. Menurut pandangan rekonstrivistik, belajar berarti mengkonstruksi
makna atas informasi dan masukan-masukan yang masuk ke dalam otak (Anni &
Rifa’i, 2012: 114). Menurut teori konstruktivis yang penting adalah guru
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengeksplorasi pengetahuannya
melalui pengalaman yang diperolehnya sendiri. Sedangkan pada proses
pembelajaran ekspositori, siswa juga diberikan permasalahan hanya saja siswa
dan guru bersama-sama menemukan penyelesaian dari masalah tersebut. Sehingga
pada pembelajaran ini kemampuan berpikir kritis siswa kurang terlatih, siswa
hanya berpedoman pada jawaban dari guru.
Penelitian yang mendukung hasil di atas adalah penelitian Sari (2012)
menunjukan bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa. Hasil penelitian Happy (2014) juga menunjukan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa yang diterapkan model PBL lebih baik daripada
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang diterapkan model
konvensional.
Berdasarkan uraian di atas, maka terlihat perbedaan perlakuan dan
perilaku siswa dalam pembelajaran di kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Pembelajaran PBL berbantuan pohon masalah cenderung lebih mampu
melatih kemampuan berpikir kritis siswa daripada pembelajaran model
ekspositori. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa pada kelompok
91
eksperimen lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kritis siswa pada kelompok
kontrol.
Selama melakukan penelitian ada beberapa kendala yang dialami peneliti.
Peneliti menyadari bahwa peneliti masih dalam tahap pembelajaran. Untuk
menerapkan suatu model pembelajaran agar benar-benar efektif memerlukan
banyak pengalaman dalam mengajar. Di awal pembelajaran masih ada kegiatan-
kegiatan yang belum dilakukan secara tepat. Dari sisi siswa, terdapat beberapa
siswa yang pasif ketika pembelajaran berlangsung. Materi tekanan zat cair
dianggap materi yang cukup sulit untuk siswa mengaitkan dengan permasalahan
dunia nyata sehingga siswa butuh beberapa kali untuk diajarkan materi tersebut.
Kendala selanjutnya adalah waktu pertemuan yang terlalu singkat. Pada penelitian
ini, peneliti hanya bertatap muka dengan siswa selama empat kali pertemuan.
Alokasi waktu per pertemuan hanya 80 menit sehingga siswa dituntut berpikir
cepat untuk menyelesaikan permasalahan, terdapat beberapa siswa yang
membutuhkan waktu lebih lama untuk berpikir dan menyusun pohon masalah
mereka agar tampak menarik.
92
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Beradasarkan hasil analisis diperoleh simpulan yaitu, pembelajaran Problem
Based Learning berbantuan pohon masalah efektif dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP N 2 Boja. Kemampuan berpikir
kritis siswa SMP N 2 Boja pada materi tekanan zat cair dengan pembelajaran
Problem Based Learning berbantuan pohon masalah lebih tinggi daripada
kemapuan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran ekpositori.
5.2 Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia
pendidikan sebagai usaha meningkatkan kualitas umum dalam bidang pendidikan
dan khususnya fisika. Saran yang dapat disumbangkan berkaitan dengan hasil
penelitian adalah:
Pembelajaran fisika dengan model Problem Based Learning berbantuan pohon
masalah dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran pada pokok
bahasan fisika yang lain, dimana guru dapat memilih pokok bahasan yang
menurutnya dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa dengan cara:
93
a. Guru harus menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran;
b. Kreatif dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran;
c. Guru lebih menggali kemampuan membuat pertanyaan dan menyajikan
permasalahan yang berkaitan dengan materi;
d. Pengelolaan kelas harus baik;
e. Menggunakan waktu dan tenaga sebaik mungkin dalam menyusun rencana
dan melaksanakan proses pembelajaran.
94
DAFTAR PUSTAKA
Afrizon, Renol. 2012. Peningkatan Perilaku Berkarakter Dan Ketrampilan
Berpikir Kritis Siswa Kelas IX MTsN Model Padang Pada Mata Pelajaran
IPA-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction. Jurnal
Penelitian Pembelajaran Fisika I: 1-16. Tersedia di
http://ejournal.ump.ac.id [diakses 04-02-2015].
Amasari, Fety Herira. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
dan Kreatif Siswa Kelas X Adminstrasi Perkantoran (AP) SMK Negeri 1
Depok Pada Pembelajaran Matematika dengan Metode Problem Possing
Tipe Resolution Posing. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Arends, R. I. 2008. Learning To Teach: Belajar Untuk Mengajar. (Edisi Ketujuh /
Buku Dua). Terjemahan Helly Prajitno Soetjipto & Sri Mulyani Soetjipto.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Asmoko, Hendri. 2014. Memahami Analisis Pohon Masalah. Magelang: Pusdiklat
Pengembangan SDM,BPPK.
Emilia, Febriyanti. 2013. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Media
Pohon Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
kelas VIIIE SMP Taman Siswa Malang. Skripsi. Malang: FMIPA
Universitas Negeri Malang.
Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Terjemahan Benyamin
Hadinata. Jakarta: Erlangga.
Hake, R. R. 1998. Interactive-engagement Methods in Introductory Mechanics
Courses. Journal of Physics Education Research, (66): 64-74.
Happy, Nurina. 2014. Keefektifan PBL Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis
dan Matematis, serta Self-esteem Siswa SMP. Jurnal Riset Pendidikan
Matematika, 1(1): 48-57.
Istiandaru, Afit. 2011. Keefektifan Model Pembelajaran Think Pair Share Dengan
Menggunakan E-Learning Moodle Terhadap Hasil Belajar Dan
Kecemasan matematika Siswa Kelas XII IPS SMA Negeri 1 Bae Kudus
pada Materi Pokok Logika Matematika. Skripsi. Semarang: FMIPA
UNNES.
Johnson, E. M. 2014. CTL Contextual Teaching & Learning (Edisi Baru).
Terjemahan Ibnu Setiawan. Bandung: Kaifa.
95
Putra, Sitiatava Rizema. 2011. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains.
Jogjakarta: Diva Press.
Rifa’i, A. & C. T. Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press.
Rusmono. 2014. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu
Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sadia, I. W. 2008. Model Pembelajaran Yang Efektif Untuk Meningkatkan
Ketrampilan Berpikir Kritis (Suatu Persepsi Guru). Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran Undiksha, 1(2): 219-138.
Sambada, Dwi. 2012. Peranan Kreativitas Siswa erhadap Pemecahan Masalah
Fisika Dalam Pembelajaran Kontekstual. Jurnal Penelitian Fisika dan
Aplikasinya. Vol. 2. No. 2: 37-47.
Sari, Devi Diyas. 2012. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Pada
Pembelajaran IPA Kelas VIII SMP Negeri 5 Sleman. Skripsi. Yogyakarta:
FMIPA UNY.
Shannon, Sarah E. & Hasieh, Hsiu-Fang. Three Approaches to Qualitative
Content Analysis. Qualitative Health Research, 15(9): 1277-1288.
Siegel, S. 1994. Statistic Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. 2007. Dasar-daasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta: Bumi Aksara.
Sukabdiyah, Srie. 2012. Sains Fisika 2 SMP Kelas VIII. Jakarta Timur:
Yudhistira.
Tipler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 1 (Edisi Ketiga).
Terjemahan Lea Prasetyo & Rahmad W. Adi. Jakarta: Erlangga.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
96
Yulianti, Dwi. & Wiyanto. 2009. Perancangan Pembelajaran Inovatif. Semarang:
UNNES.
Zulaiha, Rahmah. 2008. Analisis Butir Soal Secara Manual. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Penilaian
Pendidikan.
95
DAFTAR SISWA KELOMPOK EKSPERIMEN
KELAS 8 B
SMP N 2 BOJA TAHUN AJARAN 2014 / 2015
NO NAMA SISWA KODE
1 ALFIAN DWI CAHYO B-01
2 ANDHIRA PUTRI PRIHARTINI B-02
3 ARIF FATAWI ABDILLAH B-03
4 AYU NIKEN LESTARI B-04
5 DELLA AFRIANTI B-05
6 DIKA SIWI VANDA PRAMESTI B-06
7 DIYAN APRILLIYANI B-07
8 ELIN FEBRIANI B-08
9 ELLY LISNANDARI B-09
10 ELVIRA EKA SAPUTRI B-10
11 ERNA KUSUMAWATI B-11
12 GILDA IKA DEVIANTI B-12
13 GUNAWAN B-13
14 IRENE ELDA PUSPITA B-14
15 KARIMA DEVIATUL NANDIVA B-15
16 KARTIKA IZZATUL MUJIDAH B-16
17 KHUMDATUL NI'MAH B-17
18 KURNIA WAHYU FIRNANDA B-18
19 LATIFATUL RAHMAWATI B-19
20 LINDA AYU FARIHAN B-20
21 LINDA SEPTINA B-21
22 MARIO AKBAR SATRIATAMA B-22
23 NADYA RATNASARI B-23
24 NIZAR FATHUR RIZIQ B-24
25 NUR AFIFAH B-25
26 PRISTICA PRATIWI KUSUMA WARDANI B-26
27 RISMA PUTRI ERNAWATI B-27
28 TARISMA TITANIA B-28
29 WAHYU RYAN FAJAR SAPUTRA B-29
30 WIDYA DWI HAPSARI B-30
31 WIRDATUL MILAH B-31
Lampiran 1
96
KELAS 8C
SMP N 2 BOJA TAHUN AJARAN 2014 / 2015
NO NAMA SISWA KODE
1 AHMAD NUR FAOZI C-01
2 AINUR ROKHMAN ALKIROMI C-02
3 ALIFTA ANGGUN ROSPIANA C-03
4 ARIENI IMANAPUTRI C-04
5 BIMA PRATAMA C-05
6 DANU APRIYANTO C-06
7 DESY MUNFANIYAH C-07
8 DEWI PURWANINGSIH C-08
9 DIAN ARYANTIE ANGGRAELA C-09
10 DITYA RIZKY ARDIANSYAH C-10
11 ELA KAFITA SARI C-11
12 ELRINA SETYOWARDANI C-12
13 EVIELA MAHARANI C-13
14 FARAH NABILA C-14
15 FERIYANTO C-15
16 HANDY MULYA NUGRAHA C-16
17 HERLINA SULISTIYA C-17
18 HILDA AULIA C-18
19 IRSYAD FAHMI AZIZI C-19
20 KOLUN SAPUTRA C-20
21 KRISTANTO BAGASWORO C-21
22 LINDU AJI SUKMA C-22
23 LISTIANA PUTRI C-23
24 MAYA SETIYOWATI C-24
25 MUCHAMAD FRONI PANGESTU C-25
26 MU'TASHIM BILLAH C-26
27 NABILA SEPTIARA C-27
28 OKTAVIANI C-28
29 PUTRI ASYA C-29
30 SETO PRIYAMBUDI C-30
31 SHEILA OKTAFIANI C-31
32 VINDHY INDAH SARI C-32
97
DAFTAR SISWA KELOMPOK KONTROL ( KELAS 8 F)
SMP N 2 BOJA TAHUN AJARAN 2014 / 2015
NO NAMA SISWA KODE
1 CANDRA WAHYU KRISTIANTO F-01
2 CHATERINE FIRDIANA ANINDIA F-02
3 CHRISTIN AYU LESTARI F-03
4 DANIAR ZHENDI GUNAWAN F-04
5 DIAH AYU OCTAVIANI F-05
6 DIAS SETIAWAN F-06
7 ERTINA ANDRI ASTUTI F-07
8 FAZRIZAN FIRMANSYAH F-08
9 FEBRI LUKMAN MUSTOFA F-09
10 FERGA FEBRIYANTO F-10
11 GALIH SATRIO F-11
12 GILANG SHEVA PRATAMA F-12
13 GUSFANI WIRA PUTRA F-13
14 HARYO SENO F-14
15 KUN ARIFA F-15
16 LILIS OKTAFYA SARI F-16
17 MUHAMMAD FAHRUL KHUSAINI F-17
18 NISRINA RAIHAN FADHILA F-18
19 NURUL KOTIMAH F-19
20 PASKAH PRABU WAHYU MARTINUS F-20
21 PRASETYO F-21
22 PUTRI WULANDARI F-22
23 RAVELSHA TITANYA FARIZA F-23
24 RIFQI MAULANA F-24
25 RIZAL AGUSTIN F-25
26 SINTIA NUR JASTUTI F-26
27 TRI BUDI CAHYONO F-27
28 YOSIA ELFINOSETIAWAN F-28
29 YURITA ARYANI F-29
30 YUSUF AL BAIHAQI F-30
31 YUVIAL ANGGIA FITRIASTUTI F-31
32 ZUZUN SUSILOWATI F-32
Lampiran 2
98
DAFTAR SISWA KELAS UJI COBA (KELAS 9D)
SMP N 2 BOJA TAHUN AJARAN 2014 / 2015
NO NAMA SISWA KODE
1 AGUNG MUHAMMAD RIZKY F 1
2 AGUNG RIZKY 2
3 ALI FAHRUDIN 3
4 ANDI ARWANA 4
5 ANDY PUTSA YUDHA RADANA 5
6 ARIFDA ZULFANIA 6
7 BAGAS SURYA NUGRAHA 7
8 BOGI SURYA RENDYANA 8
9 CATUR AGUS PRASTIYO 9
10 DEVI ANDARISTA 10
11 DINA ISMAWATI 11
12 DWI KHAFID SETIYANTONO 12
13 EGA PUSPA SARI 13
14 ELLEN DAMANIA 14
15 ENDANG SAWITRI 15
16 ERFAN APRILIYANTO 16
17 ERSITA DAMAYANTI 17
18 FANDHI KRISNA ARYANUGRAHA 18
19 GESANG ABIMANYU 19
20 HESTA MAULINA 20
21 IKHTIAR DWI LAKSONO 21
22 LULUK DIYAH SYAFUTRI 22
23 LUTHFIA DIAH NURUL CHASANAH 23
24 MELANIA MARINI 24
25 MUHAMMAD WAHYU RIFAI 25
26 OKTANIA DWI CAHYANI 26
27 RAGIL MUZDALIFAH 27
28 REZKA INDRI GIWANTI 28
29 TORIQ AINUHA 29
30 TRI AFIAN DANU 30
Lampiran 3
99
NILAI UAS FISIKA SEMESTER GANJIL
KELAS 8B SMP N 2 BOJA TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015
NO NAMA SISWA KODE NILAI
1 ALFIAN DWI CAHYO B-01 75
2 ANDHIRA PUTRI PRIHARTINI B-02 89
3 ARIF FATAWI ABDILLAH B-03 81
4 AYU NIKEN LESTARI B-04 84
5 DELLA AFRIANTI B-05 81
6 DIKA SIWI VANDA PRAMESTI B-06 85
7 DIYAN APRILLIYANI B-07 87
8 ELIN FEBRIANI B-08 81
9 ELLY LISNANDARI B-09 80
10 ELVIRA EKA SAPUTRI B-10 83
11 ERNA KUSUMAWATI B-11 92
12 GILDA IKA DEVIANTI B-12 79
13 GUNAWAN B-13 72
14 IRENE ELDA PUSPITA B-14 74
15 KARIMA DEVIATUL NANDIVA B-15 68
16 KARTIKA IZZATUL MUJIDAH B-16 80
17 KHUMDATUL NI'MAH B-17 75
18 KURNIA WAHYU FIRNANDA B-18 90
19 LATIFATUL RAHMAWATI B-19 74
20 LINDA AYU FARIHAN B-20 65
21 LINDA SEPTINA B-21 60
22 MARIO AKBAR SATRIATAMA B-22 70
23 NADYA RATNASARI B-23 76
24 NIZAR FATHUR RIZIQ B-24 67
25 NUR AFIFAH B-25 85
26 PRISTICA PRATIWI KUSUMA W. B-26 82
27 RISMA PUTRI ERNAWATI B-27 70
28 TARISMA TITANIA B-28 74
29 WAHYU RYAN FAJAR SAPUTRA B-29 79
30 WIDYA DWI HAPSARI B-30 74
31 WIRDATUL MILAH B-31 76
Lampiran 4
100
NILAI UAS FISIKA SEMESTER GANJIL
KELAS 8C SMP N 2 BOJA TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015
NO NAMA SISWA KODE NILAI
1 AHMAD NUR FAOZI C-01 80
2 AINUR ROKHMAN ALKIROMI C-02 58
3 ALIFTA ANGGUN ROSPIANA C-03 79
4 ARIENI IMANAPUTRI C-04 69
5 BIMA PRATAMA C-05 68
6 DANU APRIYANTO C-06 73
7 DESY MUNFANIYAH C-07 79
8 DEWI PURWANINGSIH C-08 69
9 DIAN ARYANTIE ANGGRAELA C-09 71
10 DITYA RIZKY ARDIANSYAH C-10 72
11 ELA KAFITA SARI C-11 72
12 ELRINA SETYOWARDANI C-12 82
13 EVIELA MAHARANI C-13 84
14 FARAH NABILA C-14 81
15 FERIYANTO C-15 71
16 HANDY MULYA NUGRAHA C-16 65
17 HERLINA SULISTIYA C-17 79
18 HILDA AULIA C-18 88
19 IRSYAD FAHMI AZIZI C-19 64
20 KOLUN SAPUTRA C-20 67
21 KRISTANTO BAGASWORO C-21 76
22 LINDU AJI SUKMA C-22 66
23 LISTIANA PUTRI C-23 69
24 MAYA SETIYOWATI C-24 71
25 MUCHAMAD FRONI PANGESTU C-25 70
26 MU'TASHIM BILLAH C-26 76
27 NABILA SEPTIARA C-27 68
28 OKTAVIANI C-28 72
29 PUTRI ASYA C-29 62
30 SETO PRIYAMBUDI C-30 63
31 SHEILA OKTAFIANI C-31 86
32 VINDHY INDAH SARI C-32 69
101
NILAI UAS FISIKA SEMESTER GANJIL
KELAS 8 F SMP N 2 BOJA TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015
NO NAMA SISWA KODE NILAI
1 CANDRA WAHYU KRISTIANTO F-01 81
2 CHATERINE FIRDIANA ANINDIA F-02 70
3 CHRISTIN AYU LESTARI F-03 84
4 DANIAR ZHENDI GUNAWAN F-04 79
5 DIAH AYU OCTAVIANI F-05 70
6 DIAS SETIAWAN F-06 70
7 ERTINA ANDRI ASTUTI F-07 81
8 FAZRIZAN FIRMANSYAH F-08 74
9 FEBRI LUKMAN MUSTOFA F-09 70
10 FERGA FEBRIYANTO F-10 70
11 GALIH SATRIO F-11 70
12 GILANG SHEVA PRATAMA F-12 79
13 GUSFANI WIRA PUTRA F-13 80
14 HARYO SENO F-14 79
15 KUN ARIFA F-15 80
16 LILIS OKTAFYA SARI F-16 74
17 MUHAMMAD FAHRUL KHUSAINI F-17 74
18 NISRINA RAIHAN FADHILA F-18 86
19 NURUL KOTIMAH F-19 90
20 PASKAH PRABU WAHYU MARTINUS F-20 84
21 PRASETYO F-21 81
22 PUTRI WULANDARI F-22 81
23 RAVELSHA TITANYA FARIZA F-23 63
24 RIFQI MAULANA F-24 75
25 RIZAL AGUSTIN F-25 70
26 SINTIA NUR JASTUTI F-26 75
27 TRI BUDI CAHYONO F-27 68
28 YOSIA ELFINOSETIAWAN F-28 66
29 YURITA ARYANI F-29
30 YUSUF AL BAIHAQI F-30 64
31 YUVIAL ANGGIA FITRIASTUTI F-31 65
32 ZUZUN SUSILOWATI F-32 85
102
Kelas VIII B, VIIIC dan kelas VIII F tersebut diatas digunakan untuk
penelitian oleh Nartini Lestari pada pokok bahasan Tekanan Zat Cair semester
genap tahun pelajaran 2014/2015.
Boja, April 2015
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Fisika Guru Mata Pelajaran Fisika
Andika Kususmawati, S.Pd Sri Winda Agustina W., S.Pd.
NIP. 19781106 200903 2 004 NIP. 19830826 20101 2 005
Kepala Sekolah
Asikin, M.Pd
Pembina
NIP.19650909 198902 1 001
103
UJI NORMALITAS DATA AWAL SAMPEL
Uji Kolmogorov-Smirnov
Hipotesis
H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis
| |
Kriteria yang digunakan
H0 ditolak jika
No Nilai tabel | |
1 58 1 -17 289 -2,25 0,4881 0,0119 0,0106 0,0013
2 60 1 -15 225 -1,99 0,4772 0,0228 0,0213 0,0015
3 62 1 -13 169 -1,72 0,4582 0,0418 0,0319 0,0099
4 63 2 -12 144 -1,59 0,4452 0,0548 0,0532 0,0016
5 64 2 -11 121 -1,46 0,4279 0,0721 0,0745 0,0024
6 65 3 -10 100 -1,32 0,4082 0,0918 0,1064 0,0146
7 66 2 -9 81 -1,19 0,3849 0,1151 0,1277 0,0126
8 67 2 -8 64 -1,06 0,3554 0,1446 0,1489 0,0043
9 68 4 -7 49 -0,93 0,3238 0,1762 0,1915 0,0153
10 69 4 -6 36 -0,79 0,2881 0,2119 0,234 0,0221
11 70 10 -5 25 -0,66 0,2486 0,2514 0,3404 0,089
12 71 3 -4 16 -0,53 0,2019 0,2981 0,3723 0,0742
13 72 4 -3 9 -0,4 0,2157 0,2843 0,4149 0,1306
14 73 1 -2 4 -0,26 0,1064 0,3936 0,4255 0,0319
15 74 7 -1 1 -0,13 0,0517 0,4483 0,5 0,0517
16 75 4 0 0 0 0 0,5 0,5426 0,0426
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan
Ho
Lampiran 5
104
17 76 4 1 1 0,13 0,0517 0,4483 0,5851 0,1368
18 79 8 4 16 0,53 0,2019 0,7019 0,6702 0,0317
19 80 5 5 25 0,66 0,2486 0,7486 0,7234 0,0252
20 81 8 6 36 0,79 0,2881 0,7881 0,8085 0,0204
21 82 2 7 49 0,93 0,3238 0,8238 0,8298 0,006
22 83 1 8 64 1,06 0,3554 0,8554 0,8404 0,015
23 84 4 9 81 1,19 0,3849 0,8849 0,883 0,0019
24 85 3 10 100 1,32 0,2764 0,7764 0,9149 0,1385
25 86 2 11 121 1,46 0,4082 0,9082 0,9362 0,028
26 87 1 12 144 1,59 0,4452 0,9452 0,9468 0,0016
27 88 1 13 169 1,72 0,4582 0,9582 0,9574 0,0008
28 89 1 14 196 1,85 0,4686 0,9686 0,9681 0,0005
29 90 2 15 225 1,99 0,4772 0,9772 0,9894 0,0122
30 92 1 17 289 2,25 0,4881 0,9881 1 0,0119
7,553826
Untuk , diperoleh
√
Sedangkan 0,1385
0,1385 0,1403
Karena maka diterima.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
Daerah penolakan Ho Daerah
penerimaan Ho
18
6
105
UJI HOMOGENITAS DATA AWAL SAMPEL
Uji Bartlett
Hipotesis
H0 :
H1 : Paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
Pengujian Hipotesis
Rumus uji Bartlett:
4. Varians gabungan dari semua sampel
5. Harga satuan B
∑
6. Uji Bartlett dengan statistik chi kuadrat
{ ∑ }
Kriteria yang digunakan
H0 diterima jika
Hasil Perhitungan
Kelas
VIII B 31 30 57,29247 1718,774 1,758098 52,74293
VIII C 32 31 52,90222 1639,969 1,723474 53,42769
VIII F 31 30 50,58495 1517,548 1,704021 51,12064
94 91 160,7796 4876,291 5,185593 157,2913
Lampiran 6
106
Langkah-langkah
1 53,58562
2 157,3434
3
0,120045
Diperoleh sebesar 0,120045
Untuk dengan – , diperoleh 5,99.
Karena
, maka diterima, yang berarti
sampel berasal dari populasi yang homogen.
Daerah
penerimaan 𝐻
Daerah penolakan 𝐻
0,120045 5,99
Penggalan Silabus
Sekolah : SMP Negeri 2 Boja
Kelas : VIII
Mata pelajaran : IPA Fisika
Semester : 2 (dua)
Standar Kompetensi : 5. Memahami peranan usaha, gaya dan energi dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi
Dasar
Materi
Pokok/
Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
5.5 Menyelidiki
tekanan pada
benda padat,
cair, dan gas
serta
penerapanny
a dalam
kehidupan
sehari-hari
Tekanan Zat cair
Melakukan diskusi
tentang tekanan
sampai menemukan
konsep tekanan
Melakukan diskusi
analisis penyelesaian
masalah tentang
hukum pascal, hukum
Archimides
Melakukan diskusi
dan mencari
informasi melalui
kajian pustaka
mengenai bejana
Mengidentifikasi dan
menjelaskan konsep
tekanan hidrostatis.
Menganalisis konsep
hukum Archimedes
Menganalisis konsep
Hukum Pascall
Mendeskripisikan
konsep bejana
berhubungan
Observasi
Tes tulis
Lembar
pengamatan
Tes uraian
Mengapa tanggul di
tepi sungai pada bagian
bawah dibuat agak
lebih kuat dari pada
bagian atas ?
Mengapa kapal selam
bisa tenggelam,
melayang dan
terapung?
Kelompokkan alat-alat
yang prinsip kerjanya
berdasarkan hukum
Pascal ?
Sebutkan contoh
peristiwa dalam
kehidupan sehari-hari
8x 40’ Buku
siswa,
LDS,
Rancangan
pohon
masalah
Lam
pira
n 7
109
berhubungan
Mencari informasi
melalui lingkungan
alat-alat yang prinsip
kerjanya berdasarkan
konsep tekanan zat
cair.
Mengidentifikasi
penerapan konsep
tekanan zat cair dalam
kehidupan sehari-hari
berdasarkan prinsip
bejana berhubungan.
Karakter siswa yang diharapkan : Santun, Bertanggung jawab, Cermat, Percaya diri, danAktif
Boja, April 2015
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Fisika Guru Mata Pelajaran Fisika Peneliti
Andika Kususmawati, S.Pd Sri Winda Agustina W., S.Pd. Nartini Lestari
NIP. 19781106 200903 2 004 NIP. 19830826 20101 2 005 NIM. 4201411039
110
KISI-KISI SOAL UJI COBA KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
POKOK BAHASAN TEKANAN ZAT CAIR
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Sekolah : SMP Negeri 2 Boja
Kelas / semester : VIII / Genap
Indikator
Pencapaian
Aspek Berpikir
Kritis
Indikator
Berpikir Kritis
Nomer
Item Soal Jawaban Skor
Mengidentifikasikan
konsep tekanan
hidrostatis dan
penerapannya dalam
kehidupan sehari-
hari
1 1a, 1b, 1c 1 Perhatikan gambar di bawah ini!
Jika ikan A, B, dan C mempunyai massa
yang sama dan percepatan gravitasi di
tempat tersebut sebesar 9,8 m/s2, ikan
manakah yang mengalami tekanan
hidrostatis paling besar? Mengapa
demikian?
Yang mengalami tekanan hidrodtatis
adalah ikan C.
Karena tekanan hidrostatis ini
bergantung pada kedalam zat cair,
semakin dalam, tekanannya akan
semakin besar, dan ikan C menempati
tenpat yang paling dalam ( paling dekat
dengan dasar laut).
2
3
1 1a, 1b, 1c 2 Para penyelam tradisional sehari-harinya
mencari mutiara atau rumput laut.
Kebanyakan dari mereka telinganya kurang
peka terhadap suara lemah bahkan apabila
menyelam terlalu dalam, gendang telinga
Ketika sedang menyelam tubuh
termasuk telinga mengalami tekanan
hidrostatik, besarnya tekanan
hidrostatik sebanding dengan
kedalaman. Artinya semakin dalam
5
Lam
pira
n 8
1
11
mereka bisa pecah. Mengapa hal ini bisa
terjadi? Jelaskan sesuai teori yang kamu
pahami!
suatu tempat di dalam air tekanan
hidrostatiknya semakin besar. Oleh
karena itu ketika menyelam semakin
dlam tekanan hidrostatiknya yang
dialami tubuh termasuk telingan juga
semakin besar. Tekanan hidrostatik ini
akan mengganggu selaput gendang
telinga.
2 2a 5 Dari kelima pernyataan di bawah ini, sifat
tekanan hidrostatis akan sesuai dengan
pernyataaan huruf....
(a) Bergantung pada kedalaman fluida.
(b) Bergantung pada luas permukaan wadah.
(c) Bergantung pada bentuk wadah
(d) Gaya yang dihasilkan selalu tegak lurus
permukaan bidang batas
(e) Tinggi permukaan air sama.
Sifat tekanan hidrostatis akan berlaku
pada:
(a) Bergantung pada kedalaman
fluida
(b) Gaya yang dihasilkan selalu
tegak lurus permukaan bidang
batas
(e) Tinggi permukaan air sama
5
2 2b 8 Perhatikan gambar di bawah ini!
Pada lubang C air akan memancar paling
jauh? Mengapa demikian?
Karena tekanan zat cair berbanding
lurus dengan kedalaman. Semakin
dalam, maka tekanannya semakin besar
sehingga air akan memancar paling
jauh pada lubang C.
5
112
3 3a 11 Perhatikan gambar berikut!
Dari keempat gambar di atas, manakah
bentuk bendungan yang paling sesuai
dengan prinsip tekanan hidrostatis?
Mengapa demikian?
Yang paling sesuai adalah bentuk C.
Tekanan hidrostatis semakin bertambah
seiring pertambahan kedalamannya,
sehingga desain sebuah dinding
bendungan sengaja dibuat semakin ke
dasar semakin tebal. Hal ini untuk
menahan besar tekanan bagian bawah.
2
3
4 4a 15 Apakah pengertian tekanan hidrostatis? Tekanan zat cair yang diam 5
4 4b 20 Bendungan air memiliki ketebalan berbeda,
bagian bawah lebih tebal darpiada bagian
atas. Mengapa demikian?
Zat cair memiliki tekanan yang disebut
tekanan hidrostatis. Tekanan hidrostatis
ini bergantung pada kedalam zat cair,
semakin dalam, tekanannya akan
semakin besar. Air yang dibendung
juga memiliki tekanan yang berbeda-
beda, semakin dalam tekanannya akan
semakin besar. Untuk mencegah
bendungan jebol akibat tekanan
hidrostatis, bendungan air dibuat
dengan ketebalan berbeda yaitu bagian
bawah lebih tebal daripada bagian atas.
5
5 5a 23 Bagaimanakah cara anda membuktikan
hubungan tekanan dengan kedalaman dalam
suatu percobaan sederhana?
Cara membuktikannya adalah dengan
menggunakan botol plastik bekas yang
elah dilubangi dengan ketinggin yang
berbeda. Kemudian botol diisi air dan
2
11
3
diamati jauhnya air yang keluar dari
masing-masing lubang.
Setelah itu dapat diketahui pancuran air
terjauh. Maka dapat disimpulkan
semakin dalam, air pancurannya
semakin jauh artinya tekanannya
semakin besar.
3
1 1a, 1b, 1c 25 Perhatikan gambar di bawah ini!
Batu A, B, dan C manakah yang mengalami
tekanan hidrostatis paling besar? Mengapa
demikian?
Yang mengalami tekanan hidrodtatis
adalah batu C.
Karena tekanan hidrostatis ini
bergantung pada kedalam zat cair,
semakin dalam, tekanannya akan
semakin besar, dan batu C menempati
tenpat yang paling dalam ( paling dekat
dengan dasar).
2
3
1 1a,1b,1c 26 Ketika bermain di kolam renang, mengapa
semakin dalam menyelam telinga sering
terasa sakit?
Karena tekanan hidrostatis bergantung
pada kedalam zat cair, semakin dalam,
tekanannya akan semakin besar, jadi
semakin dalam menyelam telinga akan
terasa sakit .
5
2 2a 29 Dari pernyataan dibawah ini, sifat tekanan (i) Pada kedalaman yang sama, 5
114
hidrostatis sesuai dengan pernyataan
nomor....
(i) Pada kedalaman yang sama,
tekanan hidrostatis sama besar
(ii) Tekanan hidrosatis sebanding
dengan kedalaman zat cair
(iii) Massa jenis zat cair berbanding
terbalik dengan tekanan
hidrostatisnya
(iv) Makin besar kedalaman zat cair,
tekanan hidrostatisnya makin kecil
(v) Tekanan hidrostatis dipengaruhi
bentuk wadah zat cair
tekanan hidrostatis sama besar
(ii) Tekanan hidrosatis sebanding
dengan kedalaman zat cair
2 2b 31 Perhatikan gambar di bawah ini!
Pada lubang manakah air akan memancar
paling jauh? Mengapa demikian?
Air akan memancar paling jauh pada
lubang E.
Karena tekanan zat cair berbanding
lurus dengan kedalaman. Semakin
dalam, maka tekanannya semakin besar
sehingga air akan memancar paling
jauh pada lubang E.
2
3
Menganalisis konsep
bejana berhubungan
dan penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
1 1a,1b,1c 3 Menara penampung air, selalu dipasang di
tempat yang lebih tinggi daripada kran air.
Mengapa demikian?
Menara air dipasang ditempat tinggi
dapat dijelaskan dengan hukum bejan
berhubungan. Hukum ini menyatakan
bahwa permukaan zat cair dalam
sebuah bejana berhubungan akan selalu
mendatar. Maka menara penampung air
dibuat lebih tinggi agar air dapat
5
115
mengalir.
2 2a 6 Alat-alat manakah yang prinsip kerjanya
berdasarkan hukum bejana berhubungan?
(a) Tangki air
(b) ceret
(c) alat pengepres kapas
(d) pompa sepeda
(e) dongkrak hidrolik
Prinsip kerjanya berdasarkan bejana
berhubungan:
(a) Tangki air
(b) Ceret
5
4 4a 17 Tuliskan bunyi hukum bejana berhubungan! Permukaan zat cair sejenis yang tak
bergerak di dalam bejan berhubungan
selalu terletak pada satu bidang datar.
5
4 4b 18 Dua tabung dihubungkan, sehingga
membentuk huruf U. Tabung sebelah kanan
diisi minyak ( ) dan sebelah
kiri diisi air ( ). Permukaan
cairan manakah yang lebih tinggi dalam
tabung tersebut? Jika tinggi minyak 15 cm,
maka hitung selisih ketinggian keduanya!
Diket:
Yang lebih tinggi adalah permukaan
cairan yang sebelah kanan yaitu cairan
yang massa jenisnya lebih rendah
minyak,
air,
hm = 15 cm
Ditanya: selisih h?
Jawab:
Jadi, selisih keduanya adalah: 15 -12 =
3 cm
1
1
3
116
1 1a,1b,1c 27 Penampung air yang dilengkapi dengan pipa
dan keran selalu dipasang ditempat yang
tinggi. Bagaimanakah hal ini dapat
dijelaskan dengan hukum fisika?
Penampung air yang diletakkan di
tempat yang tinggi dapat dijelaskan
dengan hukum fisika, yaitu hukum
bejana berhubungan. Hukum ini
menyatakan bahwa permukaan zat cair
dalam sebuah bejana berhubungan
akan selalu mendatar. Apabila keran
pada penampung air dibuka, air yang
ada di bak berusaha untuk mencapai
permukaan mendatar. Akibatnya air
mengalir sepanjang pipa dan keluar
melalui keran.
4
2 2a 30 Pernyataan di bawah ini, manakah yang
menggunakan penerapan prinsip bejana
berhubungan?
(i) Air tidak tumpah dari mulut
ceret karena mulut ceret
dibuat lebih tinggi dengan
permukaan tabung ceret
(ii) Air dari PAM dapat mengalir
ke rumah-rumah dari tangki
penyimpanan
(iii) Minyak tananh yang dapat
bergerak naik melalui sumbu
kompor
(iv) Menyiram bunga dengan
(i) Air tidak tumpah dari mulut
ceret karena mulut ceret dibuat
lebih tinggi dengan permukaan
tabung ceret
(ii) Air dari PAM dapat mengalir
ke rumah-rumah dari tangki
penyimpanan
(v) Tukang batu menggunakan
waterpas
5
11
7
menggunakan selang, dan
mempersempit ujung selang
tempat keluarnya air
(v) Tukang batu menggunakan
waterpas
4 4b 36 Dua tabung dihubungkan, sehingga
membentuk huruf U. Tabung sebelah kanan
diisi minyak ( ) dan sebelah
kiri diisi air ( ). Permukaan
cairan manakah yang lebih tinggi dalam
tabung tersebut? Jika tinggi minyak 8 cm,
maka hitung selisih ketinggian keduanya!
Diket:
Yang lebih tinggi adalah permukaan
cairan yang sebelah kanan yaitu cairan
yang massa jenisnya lebih rendah
minyak,
air,
hm = 8 cm
Ditanya: selisih h?
Jawab:
Jadi, selisih keduanya adalah: 8 -6,4 =
1,6 cm
1
1
3
Menganalisis Konsep
hukum Pascal dan
penerapannya dalam
kehidupan sehari-
hari
1 1a,1b,1c 4 Dongkrak hidolik dapat mengangkat beban
yang berat seperti mengangkat mobil.
Bagaimana prinsip kerjanya?
Prinsip dongkrak hidrolik sesuai
dengan hukum Pascal. Dongkrak
hidrolik terdiri dari sebuah bejana yang
memiliki dua permukaan. Pada kedua
permukaan bejana terdapat penghisap
(piston), di mana luas permukaan
piston di sebelah kiri lebih kecil dari
5
11
8
luas permukaan piston di sebelah
kanan. Luas permukaan piston
disesuaikan dengan luas permukaan
bejana. Bejana diisi cairan, seperti
pelumas. Apabila piston yang luas
permukaannya kecil ditekan ke bawah,
maka setiap bagian cairan juga ikut
tertekan. Besarnya tekanan yang
diberikan oleh piston yang
permukaannya kecil diteruskan ke
seluruh bagian cairan. Akibatnya,
cairan menekan piston yang luas
permukaannya lebih besar hingga
piston terdorong ke atas. Luas
permukaan piston yang ditekan kecil,
sehingga gaya yang diperlukan untuk
menekan cairan juga kecil. Tapi karena
tekanan (Tekanan = gaya / satuan luas)
diteruskan seluruh bagian cairan, maka
gaya yang kecil tadi berubah menjadi
sangat besar ketika cairan menekan
piston di sebelah kanan yang luas
permukaannya besar.
2 2b 9 Perhatikan gambar di bawah ini! Balon yang berisis air ditususk dengan
jarum di beberapa tempat, kemudian
ujungnya ditekan dengan tangan maka
airnya memancar ke segala arah. Hal
5
119
Bagaimana pancaran air saat balon yang
telah dilubangi tersebut ditekan pada bagian
ujungya? Mengapa demikian?
ini terjadi karena tekanan yang
diberikan tangan diterima oleh kulit
balon dan air, kemudian diteruskan
oleh air ke segala arah. Besar tekanan
ke segala arah tersebut ternyata sama
rata dan sama kuat.
3 3a 13 Sebuah sistem pompa hidrolik dirancang
agar dapat mengangkat beban sebesar 200
kali gaya tekan maksimum. Berapakah
perbandingan luas antara penyangga beban
dan penyangga gaya?
Diket:
Yang lebih tinggi adalah permukaan
cairan yang sebelah kanan yaitu cairan
yang massa jenisnya lebih rendah
minyak,
air,
hm = 15 cm
Ditanya: selisih h?
Jawab:
Jadi, selisih keduanya adalah: 15 -12 =
3 cm
1
1
3
4 4a 16 Sebutkan contoh penerapan hukum Pascal
dalam kehidupan sehari hari!
Penerapan hukum Pascal:
a. Dongkrak hidrolik
b. Rem hidrolik
c. Alat pengankat mobil
d. Alat pengepres kapas
5
120
e. Kursi pasiesn dokter gigi
4 4b 21 Mesin pengangkat mobil hidrolik, memiliki
luas penampang masing-masing 10 cm2 dan
100 cm2. Pada pengisap kecil diberi gaya
500 N maka berapa berat beban maksimal
yang dapat diangkat pada pengisap besar?
Diketahui
A1 = 10 cm2
A2 = 100 cm2
F1 = 500 N
Ditanya F2 = …?
Jawab
F2 = A2/A1 x F1
F2 = 100/10 x 500 = 5000 N
Jadi beban maksimal 5000N
1
1
3
5 5a 24 Bagaimanakah cara anda untuk menemukan
konsep bahwa tekanan zat cair dalam ruang
tertutup, tekanannya akan diteruskan ke
segala arah?
Dengan melakukan percobaan mengisi
balon karet dengan air sampai penuuh,
tusuk balon dengan jarum, kemudian
menekan bagian ujung balon sehingga
air memancar.
Pancaran air ke segala arah,
menunjukan tekanan yang diberikan ke
balon diteruskan ke segala arah.
5
4 4a 28 Alat pengangkat mobil sering digunakan di
bengkel mobil. Menurut anda bagaimana
prinsip kerja alat pengangkat mobil?
Menggunakan prinsip hukum Pascal
dengan gaya yang kecil untuk
menghasilkan gaya yang besar
5
3 3a 34 Sebuah sistem pompa hidrolik dirancang
agar dapat mengangkat beban sebesar 150
kali gaya tekan maksimum. Berapakah
perbandingan luas antara penyangga beban
dan penyangga gaya?
Diket:
Ditanya:
Jawab:
1
1
3
12
1
Jadi perbandingan luas penyangga
beban dan penyangga gaya adalah
150:1
4 4b 38 Mesin pengangkat mobil hidrolik, memiliki
luas penampang masing-masing 5 cm2 dan
25 cm2. Pada pengisap kecil diberi gaya 500
N maka berapa berat beban maksimal yang
dapat diangkat pada pengisap besar?
Diketahui
A1 = 5 cm2
A2 = 25 cm2
F1 = 500 N
Ditanya F2 = …?
Jawab
F2 = A2/A1 x F1
F2 = 25/5 x 500 = 2500 N
Jadi beban maksimal 2500N
1
1
3
Menganalisis konsep
hukum Archimedes
dan penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
2 2a 7 Perhatikan gambar di bawah ini!
(a) Berat batu yang dicelup seolah-
olah berkurang
(b) Batu yang tercelup mempunyai
Pernyataan yang sesuai:
(a) Berat batu yang dicelup seolah-olah
berkurang
(d) Benda yang dicelupkan
mendapatkan gaya ke atas yang
besarnya sama dengan berat zat cair
yang dipindahkan
(e) Semakin besar volume air yang
dipindahkan, semakin besar gaya ke
atas Semakin besar volume air yang
dipindahkan, semakin besar gaya ke
5
122
massa yang lebih kecil dari batu
yang tidak tercelup
(c) Besar gaya ke atas yang diberikan
air berbanding terbalik dengan
volume air yang dipindahkan
(d) Benda yang dicelupkan
mendapatkan gaya ke atas yang
besarnya sama dengan berat zat
cair yang dipindahkan
(e) Semakin besar volume air yang
dipindahkan, semakin besar gaya
ke atas
Pernyataan manakah yang sesuai dengan
gambar ?
atas
2 2b 10 Perhatikan gambar berikut!
Pada gambar, menunjukan berat benda yang
dicelupkan dalam air seolah-olah berkurang.
Mengapa demikian?
Pada gambar menunjukan berat benda
yang tercelup seolah-olah berkurang.
Sesuai dengan hukum Archimedes
benda yang dicelupkan sebagian atau
seluruhnya ke dalam zat cair akan
mendapat gaya ke atas yang besarnya
sama dengan berat zat cair yang di
desak (dipindahkan).
5
3 3a 12 Perhatikan gambar berikut! Zat cair yang mempunyai massa jenis 5
123
Benda yang dicelpkan ke dalam 3 jenis zat
yang terbuat dari bahan, massa, dan volume
sama. Manakah zat cair yang mempunyai
massa jenis paling besar?
paling besar adalah A. Karena pada
gambar A benda dalam keadaan
terapung.
4 4a 14 Balon udara, kapal laut dan kapal selam
menggunakan prinsip hukum Archimedes
dalam kerjanya, dimana ada 3 keadaan
tercelup dalam fluida yakni terapung,
melayang dan tenggelam. Apa yang
dimaksud dengan keadaan terapung,
melayang dan tenggelam? Apa syarat-syarat
yang menyebabkan keadaan tersebut?
3 keadaan dalam prinsip fluida:
a. Terapung: keadaan dimana
ada bagian benda yang
menyembul diatas permukaan
fluida. Hal ini terjadi untuk
massa jenis benda lebih kecil
daripada massa jenis zat cair
b. Melayang: keadaan dimana
jika benda dicelupkan
seluruhnya dalam fluida,
benda tidak naik ataupun tidak
turun. Hal ini terjadi untuk
massa jenis benda sama
dengan massa jenis zat cair.
c. Tenggelam : keadaan dimana
massa jenis benda lebih besar
5
12
4
daripada massa jenis zat cair.
4 4b 19 Balok kayu volumenya 200 cm3 dicelupkan
ke dalam air yang masa jenisnya 1000 kg/
m3, dengan massa jenis kayu 600 kg/ m
3.
Berapakah gaya atas yang dialami balok
tersebut?
Diketahui: 1000 kg/ m3
600 kg/ m3
200 cm3
Ditanya: FA?
Jawab:
m3
= 1000 x 0,00012 x 10 = 1,2 N
Jadi gaya keatas yang dialami balok
kayu 1,2 N
1
1
3
5 5a 22 Bagaimana cara anda untuk membedakan
antara telur yang baik dan telur yang busuk
dengan menggunakan air tawar?
Telur yang baik tenggelam dalam air
tawar karena massa jenis telur yang
masih baik lebih besar daripada massa
jenis air tawar. Sebaliknya, telur yang
sudah jelek (busuk) teraung dalam air
tawar. Karena telur busuk biasanya
putih telur dan kuning telurnya sudah
mengering sehingga massanya menjadi
ringan. Akibatnya massa jenis telur
bususk lebih kecil daripada massa jenis
telur yang masih baik. Hal inilah
menyebabkan telur yang jelek terapung
5
125
pada permukaan air tawar.
1 1a,1b,1c 32 Saat kita mengangkat benda di dalam air
akan terasa lebih ringan dibandingkan kita
mengangkat benda di atas permukaan air.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Karena ada gaya ke atas air yang
besarnya sama dengan gaya tekan yang
diberikan
5
3 3a 33 Perhatikan gambar berikut!
Zat cair di tabung A, B, dan C mempunyai
massa jenis yang sama. Dari gambar di atas
menurut anda benda manakah yang
mempunyai massa jenis paling besar?
Berikan penjelasannya!
Benda yang mempunyai massa jenis
paling besar adalah benda C karena
benda dalam keadaan tenggelam.
5
4 4a 35 Kapal selam merupakan salah satu alat
transportasi yang digunakan di laut. Prinsip
kerja kapal selam tersebut menggunakan
prinsip hukum Archimedes, dimana kapal
selam dapat melayang, terapung dan
tenggelam di laut. Apa yang menyebabkan
kapal selam dapat melayang, terapung dan
tenggelam?
Karena kapal selam memiliki
rongga/ruangan yang bisa diisi air.
Kegunaannya menyeimbangkan gaya
angkat yang dialami oleh kapal.
Jika kapal pada kedudukan
mengapung, maka tangki diisi udara.
Jika kapal ingin melayang, maka tangki
diisi air tetatpi tidak penuh agar kapal
mulai terbenam pada kedudukan
5
126
melayang.
Jika kapal ingin tenggelam, maka
tangki diisi penuh dengan ai agar kapal
mekin berat dan tenggelam.
4 4b 37 Balok kayu volumenya 100 cm3 dicelupkan
ke dalam air yang masa jenisnya 1000 kg/
m3, dengan massa jenis kayu 600 kg/ m
3.
Berapakah gaya atas yang dialami balok
tersebut?
Diketahui: 1000 kg/ m3
600 kg/ m3
100 cm3
Ditanya: FA?
Jawab:
m3
= 1000 x 0,00006 x 10
= 0,6 N
Jadi gaya keatas yang dialami balok
kayu 0,6 N
1
1
3
127
Keterangan:
Aspek Berpikir Kritis:
1. Memberikan penjelasan sederhana
1a. Memfokuskan masalah
1b. Menganalisis argumen
1c. Bertanya dan Menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan
2. Membangun keterampilan dasar
2a. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya / tidak
2b. Mengamati dan memepertimbangkan laporan hasil observasi
3. Menyimpulkan
3a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan / menyimpulkan
4. Memberikan penjelasan lanjut
4a. Mengidentifikasi istilah-istilah dan mempertimbangkan suatu definisi
4b. Mengidentifikasi asumsi-asumsi
5. Mengatur strategi dan teknik
5a. Menentukan suatu tindakan
128
129
Soal Uji Coba
Jawablah pertanyaan berikut !
1. Perhatikan gambar di bawah ini!
Jika ikan A, B, dan C mempunyai massa yang sama dan percepatan gravitasi
di tempat tersebut sebesar 9,8 m/s2, ikan manakah yang mengalami tekanan
hidrostatis paling besar? Mengapa demikian?
2. Para penyelam tradisional sehari-harinya mencari mutiara atau rumput laut.
Kebanyakan dari mereka telinganya kurang peka terhadap suara lemah
bahkan apabila menyelam terlalu dalam, gendang telinga mereka bisa pecah.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Jelaskan sesuai teori yang kamu pahami!
3. Menara penampung air, selalu dipasang di tempat yang lebih tinggi daripada
kran air. Mengapa demikian?
4. Dongkrak hidolik dapat mengangkat beban yang berat seperti mengangkat
mobil. Bagaimana prinsip kerjanya?
(a) Bergantung pada kedalaman fluida.
(b) Bergantung pada luas permukaan wadah.
(c) Bergantung pada bentuk wadah
(d) Gaya yang dihasilkan selalu tegak lurus permukaan bidang batas
(e) Tinggi permukaan air sama.
5. Dari kelima pernyataan di atas, sifat tekanan hidrostatis akan sesuai dengan
pernyataaan nomor...
6. Alat-alat manakah yang prinsip kerjanya berdasarkan hukum bejana
berhubungan?
(a) Tangki air
Lampiran 9
130
(b) ceret
(c) alat pengepres kapas
(d) pompa sepeda
(e) dongkrak hidrolik
7. Perhatikan gambar di bawah ini!
(a) Berat batu yang dicelup seolah-olah berkurang
(b) Batu yang tercelup mempunyai massa yang lebih kecil dari batu yang
tidak tercelup
(c) Besar gaya ke atas yang diberikan air berbanding terbalik dengan volume
air yang dipindahkan
(d) Benda yang dicelupkan mendapatkan gaya ke atas yang besarnya sama
dengan berat zat cair yang dipindahkan
(e) Semakin besar volume air yang dipindahkan, semakin besar gaya ke atas
Pernyataan manakah yang sesuai dengan gambar ?
8. Perhatikan gambar di bawah ini!
Pada lubang C air akan memancar paling jauh? Mengapa demikian?
131
9. Perhatikan gambar di bawah ini!
Bagaimana pancaran air saat balon yang telah dilubangi tersebut ditekan pada
bagian ujungya? Mengapa demikian?
10. Perhatikan gambar berikut!
Pada gambar, menunjukan berat benda yang dicelupkan dalam air seolah-olah
berkurang. Mengapa demikian?
11. Perhatikan gambar berikut!
Dari keempat gambar di atas, manakah bentuk bendungan yang paling sesuai
dengan prinsip tekanan hidrostatis? Mengapa demikian?
132
12. Perhatikan gambar berikut!
Benda yang dicelupkan ke dalam 3 jenis zat yang terbuat dari bahan, massa,
dan volume sama. Manakah zat cair yang mempunyai berat jenis paling
besar?
13. Sebuah sistem pompa hidrolik dirancang agar dapat mengangkat beban
sebesar 200 kali gaya tekan maksimum. Berapakah perbandingan luas antara
penyangga beban dan penyangga gaya?
14. Balon udara, kapal laut dan kapal selam menggunakan prinsip hukum
Archimedes dalam kerjanya, dimana ada 3 keadaan tercelup dalam fluida
yakni terapung, melayang dan tenggelam. Apa yang dimaksud dengan
keadaan terapung, melayang dan tenggelam? Apa syarat-syarat yang
menyebabkan keadaan tersebut?
15. Apakah pengertian tekanan hidrostatis?
16. Sebutkan contoh penerapan hukum Pascal dalam kehidupan sehari hari!
17. Tuliskan bunyi hukum bejana berhubungan!
18. Dua tabung dihubungkan, sehingga membentuk huruf U. Tabung sebelah
kanan diisi minyak ( ) dan sebelah kiri diisi air ( ).
Permukaan cairan manakah yang lebih tinggi dalam tabung tersebut? Jika
tinggi minyak 15 cm, maka hitung selisih ketinggian keduanya!
19. Balok kayu volumenya 200 cm3 dicelupkan ke dalam air yang masa jenisnya
1000 kg/ m3, dengan massa jenis kayu 600 kg/ m3. Berapakah gaya atas yang
dialami balok tersebut?
20. Bendungan air memiliki ketebalan berbeda, bagian bawah lebih tebal
daripada bagian atas. Mengapa demikian?
133
21. Mesin pengangkat mobil hidrolik, memiliki luas penampang masing-masing
10 cm2 dan 100 cm2. Pada pengisap kecil diberi gaya 500 N maka berapa
berat beban maksimal yang dapat diangkat pada pengisap besar?
22. Bagaimana cara anda untuk membedakan antara telur yang baik dan telur
yang busuk dengan menggunakan air tawar?
23. Bagaimanakah cara anda membuktikan hubungan tekanan dengan kedalaman
dalam suatu percobaan sederhana?
24. Bagaimanakah cara anda untuk menemukan konsep bahwa tekanan zat cair
dalam ruang tertutup, tekanannya akan diteruskan ke segala arah?
25. Perhatikan gambar di bawah ini!
Benda A, B, dan C manakah yang mengalami tekanan hidrostatis paling
besar? Mengapa demikian?
26. Ketika bermain di kolam renang, mengapa semakin dalam menyelam telinga
sering terasa sakit?
27. Penampung air yang dilengkapi dengan pipa dan keran selalu dipasang
ditempat yang tinggi. Bagaimanakah hal ini dapat dijelaskan dengan hukum
fisika?
28. Alat pengangkat mobil sering digunakan di bengkel mobil. Menurut anda
bagaimana prinsip kerja alat pengangkat mobil?
29. Dari pernyataan dibawah ini, sifat tekanan hidrostatis sesuai dengan
pernyataan nomor....
(i) Pada kedalaman yang sama, tekanan hidrostatis sama besar
(ii) Tekanan hidrosatis sebanding dengan kedalaman zat cair
134
(iii) Massa jenis zat cair berbanding terbalik dengan tekanan hidrostatisnya
(iv) Makin besar kedalaman zat cair, tekanan hidrostatisnya makin kecil
(v) Tekanan hidrostatis dipengaruhi bentuk wadah zat cair
30. Pernyataan di bawah ini, manakah yang menggunakan penerapan prinsip
bejana berhubungan?
(ii) Air tidak tumpah dari mulut ceret karena mulut ceret dibuat lebih tinggi
dengan permukaan tabung ceret
(iii) Air dari PAM dapat mengalir ke rumah-rumah dari tangki penyimpanan
(iv) Minyak tananh yang dapat bergerak naik melalui sumbu kompor
(v) Menyiram bunga dengan menggunakan selang, dan mempersempit
ujung selang tempat keluarnya air
(vi) Tukang batu menggunakan waterpas
31. Perhatikan gambar di bawah ini!
Pada lubang manakah air akan memancar paling jauh? Mengapa demikian?
32. Saat kita mengangkat benda di dalam air akan terasa lebih ringan
dibandingkan kita mengangkat benda di atas permukaan air. Mengapa hal
tersebut dapat terjadi?
33. Perhatikan gambar berikut!
Zat cair di tabung A, B, dan C mempunyai massa jenis yang sama. Dari
gambar di atas menurut anda benda manakah yang mempunyai massa jenis
paling besar? Berikan penjelasannya!
135
34. Sebuah sistem pompa hidrolik dirancang agar dapat mengangkat beban
sebesar 150 kali gaya tekan maksimum. Berapakah perbandingan luas antara
penyangga beban dan penyangga gaya?
35. Kapal selam merupakan salah satu alat transportasi yang digunakan di laut.
Prinsip kerja kapal selam tersebut menggunakan prinsip hukum Archimedes,
dimana kapal selam dapat melayang, terapung dan tenggelam di laut. Apa
yang menyebabkan kapal selam dapat melayang, terapung dan tenggelam?
36. Dua tabung dihubungkan, sehingga membentuk huruf U. Tabung sebelah
kanan diisi minyak ( ) dan sebelah kiri diisi air ( ).
Permukaan cairan manakah yang lebih tinggi dalam tabung tersebut? Jika
tinggi minyak 8 cm, maka hitung selisih ketinggian keduanya!
37. Balok kayu volumenya 100 cm3 dicelupkan ke dalam air yang masa jenisnya
1000 kg/ m3, dengan massa jenis kayu 600 kg/ m3. Berapakah gaya atas yang
dialami balok tersebut?
38. Mesin pengangkat mobil hidrolik, memiliki luas penampang masing-masing
5 cm2 dan 25 cm2. Pada pengisap kecil diberi gaya 500 N maka berapa berat
beban maksimal yang dapat diangkat pada pengisap besar?
136
PERHITUNGAN VALIDITAS BUTIR SOAL UJI COBA
Rumus:
√{ }{ }
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi skor butir soal dan skor total
N : banyaknya siswa kelas uji coba
∑X : jumlah skor tiap butir soal
∑Y : jumlah skor total
∑XY : jumlah perkalian skor butir dengan skor total
∑X2 : jumlah kuadrat skor butir soal
∑Y2 : jumlah kuadrat skor total
Arikunto (2009: 72)
Kriteria pengujian:
Membandingkan harga rXY dengan harga rtabel dengan taraf signifikan 5%.
Jika rXY > rtabel maka butir soal tersebut dikatakan valid.
Perhitungan:
Contoh perhitungan validitas butir soal nomor 1
No Kode Siswa
1 1 1 69 1 4761 69
2 2 5 110 25 12100 550
3 3 3 112 9 12544 336
4 4 5 141 25 19881 705
5 5 5 91 25 8281 455
6 6 5 133 25 17689 665
7 8 5 106 25 11236 530
8 9 5 149 25 22201 745
Lampiran 10
137
9 10 2 57 4 3249 114
10 11 5 114 25 12996 570
11 13 1 78 1 6084 78
12 14 1 80 1 6400 80
13 15 2 57 4 3249 114
14 16 5 109 25 11881 545
15 17 5 67 25 4489 335
16 18 3 112 9 12544 336
17 19 4 72 16 5184 288
18 20 4 100 16 10000 400
19 21 5 120 25 14400 600
20 22 1 92 1 8464 92
21 23 5 125 25 15625 625
22 25 2 78 4 6084 156
23 26 5 126 25 15876 630
24 27 5 117 25 13689 585
25 28 1 67 1 4489 67
26 29 1 83 1 6889 83
27 31 3 85 9 7225 255
28 32 5 119 25 14161 595
Jumlah 99 2769 427 291671 10603
√{ }{ }
√{ }{ }
Kesimpulan:
Dengan = 5% dan N = 28, diperoleh = 0,374. Karena , maka
soal tersebut valid.
Analisis Validitas Soal Uji Coba
Kode X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19
1 1 5 2 0 0 0 2 1 2 1 2 1 1 2 3 2 1 3 1
2 5 4 0 3 3 3 2 5 2 1 4 0 1 3 4 3 5 5 0
3 3 5 3 3 3 3 3 5 3 1 2 2 1 4 5 5 4 1 1
4 5 5 4 5 5 5 3 5 3 2 2 4 2 4 3 3 3 4 1
5 5 1 1 3 3 3 2 4 2 5 1 0 0 3 5 3 3 3 2
6 5 4 1 3 3 3 4 4 4 1 5 1 2 5 5 5 4 4 2
8 5 5 2 3 3 3 3 5 3 2 3 1 2 5 3 3 3 1 1
9 5 5 3 5 5 5 4 5 4 5 4 4 3 5 2 4 5 4 2
10 2 1 3 1 1 1 2 1 2 1 1 3 0 2 0 4 1 2 1
11 5 5 2 5 5 5 3 4 3 2 1 3 1 5 4 4 5 4 2
13 1 5 3 3 3 3 1 3 1 3 2 1 1 2 3 3 2 1 1
14 1 2 4 3 3 3 3 5 3 2 1 1 1 4 4 2 3 3 2
15 2 5 3 1 1 1 1 5 1 1 0 0 0 2 5 4 3 0 0
16 5 5 3 3 3 3 3 5 3 1 0 0 1 5 4 5 4 2 2
17 5 5 3 3 3 3 1 4 1 0 0 0 0 5 1 0 5 0 0
18 3 5 3 3 3 3 3 5 3 2 2 1 2 3 5 3 5 4 1
19 4 5 3 3 3 3 0 3 0 2 0 0 0 5 5 4 4 0 1
20 4 5 3 3 3 3 3 5 3 1 2 4 1 3 4 3 2 1 1
21 5 5 3 5 5 5 2 5 2 3 0 0 2 5 5 5 5 2 1
22 1 5 4 3 3 3 3 3 3 1 4 0 0 5 2 2 1 4 1
23 5 5 4 3 3 3 3 5 3 1 0 5 2 5 4 3 5 3 1
25 2 5 3 3 3 3 3 5 3 1 2 0 0 3 4 2 3 0 1
26 5 1 0 3 3 3 3 5 3 2 5 3 1 5 5 5 3 4 1
27 5 5 3 3 3 3 3 5 3 0 5 4 1 4 3 3 5 3 2
28 1 3 3 1 1 1 0 5 0 2 2 3 0 2 5 2 5 1 1
29 1 4 4 3 3 3 1 1 1 5 4 0 0 4 2 2 5 3 1
31 3 4 4 1 1 1 3 5 3 3 2 1 0 3 4 2 5 3 1
32 5 5 4 3 3 3 4 5 4 2 2 4 1 5 3 2 5 1 1
rxy 0,6935 0,20885 -0,16094 0,71105 0,71105 0,71105 0,71750 0,49368 0,71750 0,14882 0,40827 0,47870 0,81290 0,60652 0,18498 0,44139 0,38539 0,56392 0,39851
rtabel 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374
Ket valid tidak tidak valid valid valid valid valid valid tidak valid valid valid valid tidak valid valid valid valid
13
8
Kode X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38
1 1 1 4 1 3 3 5 2 1 3 3 5 1 1 1 1 1 1 1
2 3 2 4 0 2 4 4 0 5 5 5 3 1 5 2 4 5 2 1
3 5 2 3 2 4 2 5 3 5 3 3 5 1 5 1 2 1 2 1
4 5 2 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 2 4 1 1 2
5 5 1 3 0 1 1 5 1 5 3 3 4 1 5 0 1 2 1 0
6 3 4 5 1 2 5 5 2 5 5 5 5 3 5 1 5 3 2 2
8 3 1 4 1 1 5 4 2 5 1 1 3 2 5 2 4 1 3 2
9 5 2 5 4 2 5 2 4 5 5 5 2 5 5 5 2 3 1 3
10 2 1 3 3 1 1 4 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0
11 2 1 4 3 3 2 5 2 2 1 1 5 2 2 1 3 4 2 1
13 1 1 3 1 1 1 5 2 2 3 3 5 1 2 1 1 1 1 1
14 5 3 1 1 1 1 4 3 1 0 0 2 1 1 1 1 2 1 1
15 5 0 3 0 1 2 5 0 0 3 3 0 0 0 0 0 0 0 0
16 5 1 4 0 1 5 5 2 1 5 5 3 2 1 1 5 3 2 1
17 5 0 3 0 4 0 5 0 0 0 0 5 1 0 0 5 0 0 0
18 4 2 3 1 1 2 5 4 1 5 5 5 1 1 1 5 4 1 2
19 4 0 3 0 2 2 4 0 1 3 3 4 0 1 0 0 0 0 0
20 4 1 2 4 2 2 4 2 4 3 3 4 1 4 1 2 1 1 1
21 5 1 4 0 5 5 5 0 5 3 3 5 0 5 2 3 1 1 2
22 4 0 3 0 0 3 5 2 4 3 3 2 1 4 0 4 5 1 0
23 5 1 5 5 1 5 5 3 0 5 5 5 5 0 1 4 3 2 2
25 4 0 3 0 2 2 4 0 1 5 5 0 0 1 0 5 0 0 0
26 4 5 5 3 4 5 5 4 5 1 1 3 4 5 1 4 5 1 1
27 5 1 4 4 2 2 5 4 0 5 5 5 1 0 2 3 4 1 1
28 1 0 3 3 0 2 2 2 1 3 3 2 2 1 0 4 0 0 0
29 4 0 4 0 0 1 5 3 1 3 3 2 1 1 0 3 5 0 0
31 2 0 3 1 0 5 5 2 1 3 3 2 1 1 0 4 3 0 0
32 5 1 5 4 4 2 5 4 1 5 5 2 3 1 1 3 1 4 1
rxy 0,389163 0,578098 0,646855 0,478709 0,40253 0,660888 0,059503 0,585862 0,542561 0,479117 0,479117 0,401255 0,706988 0,542561 0,680788 0,406541 0,448428 0,545576 0,812901
rtabel 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374 0,374
Ket valid valid valid valid valid valid tidak valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
13
9
140
PERHITUNGAN REABILITAS SOAL UJI COBA
Rumus:
[
] [
]
dengan rumus varians :
Keterangan:
r11 : reliabilitas yang dicari
n : banyaknya butir soal
i2 : jumlah varians skor tiap-tiap butir soal
t2 : varians total
X : skor tiap butir soal
X : jumlah skor butir soal
X2 : jumlah kuadrat skor butir soal
N : banyaknya subjek uji coba
(Arikunto, 2009: 109-110).
Kriteria pengujian:
Jika maka butir soal dikatakan reliabel.
Lampiran 11
Perhitungan:
Kode X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19
1 1 5 2 0 0 0 2 1 2 1 2 1 1 2 3 2 1 3 1
2 5 4 0 3 3 3 2 5 2 1 4 0 1 3 4 3 5 5 0
3 3 5 3 3 3 3 3 5 3 1 2 2 1 4 5 5 4 1 1
4 5 5 4 5 5 5 3 5 3 2 2 4 2 4 3 3 3 4 1
5 5 1 1 3 3 3 2 4 2 5 1 0 0 3 5 3 3 3 2
6 5 4 1 3 3 3 4 4 4 1 5 1 2 5 5 5 4 4 2
8 5 5 2 3 3 3 3 5 3 2 3 1 2 5 3 3 3 1 1
9 5 5 3 5 5 5 4 5 4 5 4 4 3 5 2 4 5 4 2
10 2 1 3 1 1 1 2 1 2 1 1 3 0 2 0 4 1 2 1
11 5 5 2 5 5 5 3 4 3 2 1 3 1 5 4 4 5 4 2
13 1 5 3 3 3 3 1 3 1 3 2 1 1 2 3 3 2 1 1
14 1 2 4 3 3 3 3 5 3 2 1 1 1 4 4 2 3 3 2
15 2 5 3 1 1 1 1 5 1 1 0 0 0 2 5 4 3 0 0
16 5 5 3 3 3 3 3 5 3 1 0 0 1 5 4 5 4 2 2
17 5 5 3 3 3 3 1 4 1 0 0 0 0 5 1 0 5 0 0
18 3 5 3 3 3 3 3 5 3 2 2 1 2 3 5 3 5 4 1
19 4 5 3 3 3 3 0 3 0 2 0 0 0 5 5 4 4 0 1
20 4 5 3 3 3 3 3 5 3 1 2 4 1 3 4 3 2 1 1
21 5 5 3 5 5 5 2 5 2 3 0 0 2 5 5 5 5 2 1
22 1 5 4 3 3 3 3 3 3 1 4 0 0 5 2 2 1 4 1
23 5 5 4 3 3 3 3 5 3 1 0 5 2 5 4 3 5 3 1
25 2 5 3 3 3 3 3 5 3 1 2 0 0 3 4 2 3 0 1
26 5 1 0 3 3 3 3 5 3 2 5 3 1 5 5 5 3 4 1
27 5 5 3 3 3 3 3 5 3 0 5 4 1 4 3 3 5 3 2
28 1 3 3 1 1 1 0 5 0 2 2 3 0 2 5 2 5 1 1
29 1 4 4 3 3 3 1 1 1 5 4 0 0 4 2 2 5 3 1
31 3 4 4 1 1 1 3 5 3 3 2 1 0 3 4 2 5 3 1
32 5 5 4 3 3 3 4 5 4 2 2 4 1 5 3 2 5 1 1
2,7487 1,75892 1,23979 1,45280 1,45280 1,45280 1,17346 1,66836 1,17346 1,73852 2,56632 2,72959 0,70918 1,33673 1,72959 1,47959 1,84693 2,22959 0,33673
141
Kode X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38
1 1 1 4 1 3 3 5 2 1 3 3 5 1 1 1 1 1 1 1
2 3 2 4 0 2 4 4 0 5 5 5 3 1 5 2 4 5 2 1
3 5 2 3 2 4 2 5 3 5 3 3 5 1 5 1 2 1 2 1
4 5 2 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 2 4 1 1 2
5 5 1 3 0 1 1 5 1 5 3 3 4 1 5 0 1 2 1 0
6 3 4 5 1 2 5 5 2 5 5 5 5 3 5 1 5 3 2 2
8 3 1 4 1 1 5 4 2 5 1 1 3 2 5 2 4 1 3 2
9 5 2 5 4 2 5 2 4 5 5 5 2 5 5 5 2 3 1 3
10 2 1 3 3 1 1 4 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0
11 2 1 4 3 3 2 5 2 2 1 1 5 2 2 1 3 4 2 1
13 1 1 3 1 1 1 5 2 2 3 3 5 1 2 1 1 1 1 1
14 5 3 1 1 1 1 4 3 1 0 0 2 1 1 1 1 2 1 1
15 5 0 3 0 1 2 5 0 0 3 3 0 0 0 0 0 0 0 0
16 5 1 4 0 1 5 5 2 1 5 5 3 2 1 1 5 3 2 1
17 5 0 3 0 4 0 5 0 0 0 0 5 1 0 0 5 0 0 0
18 4 2 3 1 1 2 5 4 1 5 5 5 1 1 1 5 4 1 2
19 4 0 3 0 2 2 4 0 1 3 3 4 0 1 0 0 0 0 0
20 4 1 2 4 2 2 4 2 4 3 3 4 1 4 1 2 1 1 1
21 5 1 4 0 5 5 5 0 5 3 3 5 0 5 2 3 1 1 2
22 4 0 3 0 0 3 5 2 4 3 3 2 1 4 0 4 5 1 0
23 5 1 5 5 1 5 5 3 0 5 5 5 5 0 1 4 3 2 2
25 4 0 3 0 2 2 4 0 1 5 5 0 0 1 0 5 0 0 0
26 4 5 5 3 4 5 5 4 5 1 1 3 4 5 1 4 5 1 1
27 5 1 4 4 2 2 5 4 0 5 5 5 1 0 2 3 4 1 1
28 1 0 3 3 0 2 2 2 1 3 3 2 2 1 0 4 0 0 0
29 4 0 4 0 0 1 5 3 1 3 3 2 1 1 0 3 5 0 0
31 2 0 3 1 0 5 5 2 1 3 3 2 1 1 0 4 3 0 0
32 5 1 5 4 4 2 5 4 1 5 5 2 3 1 1 3 1 4 1
1,882653 1,454082 0,887755 2,729592 1,994898 2,693878 0,677296 1,923469 3,891582 2,596939 2,596939 2,586735 2,146684 3,891582 1,071429 2,46301 2,908163 0,908163 0,709184
r11 0,99627
rtabel 0,374
Ket Reliabel
142
143
PERHITUNGAN TARAF KESUKARAN SOAL UJI COBA
Rumus:
Keterangan :
: Taraf Kesukaran Soal Uraian
: Rata-rata skor siswa
: Skor maksimum yang ada pada pedoman penskoran
Kriteria pengujian:
Tingkat kesukaran dibagi menjadi 3 kategori yaitu soal sukar, soal
sedang, dan soal mudah. Berikut ini tabel kriteria taraf kesukaran soal:
Tabel 3.3 Kriteria Taraf Kesukaran
Kriteria Taraf Kesukaran Kategori
Sukar
Sedang
Mudah
Perhitungan:
Contoh perhitungan taraf kesukaran nomor 1
No Kode Siswa
1 1 1
2 2 5
3 3 3
4 4 5
5 5 5
6 6 5
7 8 5
8 9 5
Lampiran 12
144
9 10 2
10 11 5
11 13 1
12 14 1
13 15 2
14 16 5
15 17 5
16 18 3
17 19 4
18 20 4
19 21 5
20 22 1
21 23 5
22 25 2
23 26 5
24 27 5
25 28 1
26 29 1
27 31 3
28 32 5
Jumlah 99
Mean 3,53571
Kesimpulan:
Nilai TK > 0,7, soal tersebut kategori mudah.
Taraf Kesukaran Soal Uji Coba
Kode X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19
1 1 5 2 0 0 0 2 1 2 1 2 1 1 2 3 2 1 3 1
2 5 4 0 3 3 3 2 5 2 1 4 0 1 3 4 3 5 5 0
3 3 5 3 3 3 3 3 5 3 1 2 2 1 4 5 5 4 1 1
4 5 5 4 5 5 5 3 5 3 2 2 4 2 4 3 3 3 4 1
5 5 1 1 3 3 3 2 4 2 5 1 0 0 3 5 3 3 3 2
6 5 4 1 3 3 3 4 4 4 1 5 1 2 5 5 5 4 4 2
8 5 5 2 3 3 3 3 5 3 2 3 1 2 5 3 3 3 1 1
9 5 5 3 5 5 5 4 5 4 5 4 4 3 5 2 4 5 4 2
10 2 1 3 1 1 1 2 1 2 1 1 3 0 2 0 4 1 2 1
11 5 5 2 5 5 5 3 4 3 2 1 3 1 5 4 4 5 4 2
13 1 5 3 3 3 3 1 3 1 3 2 1 1 2 3 3 2 1 1
14 1 2 4 3 3 3 3 5 3 2 1 1 1 4 4 2 3 3 2
15 2 5 3 1 1 1 1 5 1 1 0 0 0 2 5 4 3 0 0
16 5 5 3 3 3 3 3 5 3 1 0 0 1 5 4 5 4 2 2
17 5 5 3 3 3 3 1 4 1 0 0 0 0 5 1 0 5 0 0
18 3 5 3 3 3 3 3 5 3 2 2 1 2 3 5 3 5 4 1
19 4 5 3 3 3 3 0 3 0 2 0 0 0 5 5 4 4 0 1
20 4 5 3 3 3 3 3 5 3 1 2 4 1 3 4 3 2 1 1
21 5 5 3 5 5 5 2 5 2 3 0 0 2 5 5 5 5 2 1
22 1 5 4 3 3 3 3 3 3 1 4 0 0 5 2 2 1 4 1
23 5 5 4 3 3 3 3 5 3 1 0 5 2 5 4 3 5 3 1
25 2 5 3 3 3 3 3 5 3 1 2 0 0 3 4 2 3 0 1
26 5 1 0 3 3 3 3 5 3 2 5 3 1 5 5 5 3 4 1
27 5 5 3 3 3 3 3 5 3 0 5 4 1 4 3 3 5 3 2
28 1 3 3 1 1 1 0 5 0 2 2 3 0 2 5 2 5 1 1
29 1 4 4 3 3 3 1 1 1 5 4 0 0 4 2 2 5 3 1
31 3 4 4 1 1 1 3 5 3 3 2 1 0 3 4 2 5 3 1
32 5 5 4 3 3 3 4 5 4 2 2 4 1 5 3 2 5 1 1
TK 0,7071 0,85 0,55714 0,57857 0,57857 0,57857 0,48571 0,84285 0,48571 0,37857 0,41428 0,32857 0,18571 0,77142 0,72857 0,62857 0,74285 0,47142 0,22857
Ket mudah mudah sedang sedang sedang sedang sedang mudah sedang sedang sedang sedang sukar mudah mudah sedang mudah sedang sukar
145
Kode X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38
1 1 1 4 1 3 3 5 2 1 3 3 5 1 1 1 1 1 1 1
2 3 2 4 0 2 4 4 0 5 5 5 3 1 5 2 4 5 2 1
3 5 2 3 2 4 2 5 3 5 3 3 5 1 5 1 2 1 2 1
4 5 2 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 2 4 1 1 2
5 5 1 3 0 1 1 5 1 5 3 3 4 1 5 0 1 2 1 0
6 3 4 5 1 2 5 5 2 5 5 5 5 3 5 1 5 3 2 2
8 3 1 4 1 1 5 4 2 5 1 1 3 2 5 2 4 1 3 2
9 5 2 5 4 2 5 2 4 5 5 5 2 5 5 5 2 3 1 3
10 2 1 3 3 1 1 4 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0
11 2 1 4 3 3 2 5 2 2 1 1 5 2 2 1 3 4 2 1
13 1 1 3 1 1 1 5 2 2 3 3 5 1 2 1 1 1 1 1
14 5 3 1 1 1 1 4 3 1 0 0 2 1 1 1 1 2 1 1
15 5 0 3 0 1 2 5 0 0 3 3 0 0 0 0 0 0 0 0
16 5 1 4 0 1 5 5 2 1 5 5 3 2 1 1 5 3 2 1
17 5 0 3 0 4 0 5 0 0 0 0 5 1 0 0 5 0 0 0
18 4 2 3 1 1 2 5 4 1 5 5 5 1 1 1 5 4 1 2
19 4 0 3 0 2 2 4 0 1 3 3 4 0 1 0 0 0 0 0
20 4 1 2 4 2 2 4 2 4 3 3 4 1 4 1 2 1 1 1
21 5 1 4 0 5 5 5 0 5 3 3 5 0 5 2 3 1 1 2
22 4 0 3 0 0 3 5 2 4 3 3 2 1 4 0 4 5 1 0
23 5 1 5 5 1 5 5 3 0 5 5 5 5 0 1 4 3 2 2
25 4 0 3 0 2 2 4 0 1 5 5 0 0 1 0 5 0 0 0
26 4 5 5 3 4 5 5 4 5 1 1 3 4 5 1 4 5 1 1
27 5 1 4 4 2 2 5 4 0 5 5 5 1 0 2 3 4 1 1
28 1 0 3 3 0 2 2 2 1 3 3 2 2 1 0 4 0 0 0
29 4 0 4 0 0 1 5 3 1 3 3 2 1 1 0 3 5 0 0
31 2 0 3 1 0 5 5 2 1 3 3 2 1 1 0 4 3 0 0
32 5 1 5 4 4 2 5 4 1 5 5 2 3 1 1 3 1 4 1
TK 0,757143 0,242857 0,714286 0,328571 0,385714 0,571429 0,907143 0,414286 0,492857 0,642857 0,642857 0,671429 0,335714 0,492857 0,2 0,592857 0,428571 0,228571 0,185714
Ket mudah sukar mudah sedang sedang sedang mudah sedang sedang sedang sedang sedang sedang sedang sukar sedang sedang sukar sukar
146
147
PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA SOAL UJI COBA
Rumus:
Keterangan :
: Daya Pembeda Soal Uraian
: Rata-rata skor siswa pada kelompok atas
: Rata-rata skor siswa pada kelompok bawah
: Skor maksimum yang ada pada pedoman penskoran
Kriteria Pengujian:
Tabel 3.4 Kriteria Daya pembeda
Kriteria Daya Pembeda Kategori
Diterima
Diperbaiki
Ditolak
(Zulaiha, 2008:28)
Perhitungan:
Contoh perhitungan daya pembeda butir soal 1
Kelompok Atas Kelompok Bawah
No. Kode Nilai No. Kode Nilai
1 9 5 1 31 4
2 4 5 2 5 4
3 6 3 3 20 5
4 26 4 4 22 2
5 23 5 5 14 4
6 32 5 6 1 5
7 27 5 7 29 1
Lampiran 13
148
8 11 5 8 13 4
9 8 2 9 17 4
10 16 5 10 19 1
11 18 4 11 25 5
12 2 3 12 28 1
13 3 5 13 15 2
14 21 3 14 10 5
Mean a 4.21429 Mean b 3,35714
Daya Pembeda Soal Uji Coba
Kode X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19
9 5 2 5 4 2 5 2 4 5 5 5 2 5 5 5 2 3 1 3
4 5 2 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 2 4 1 1 2
6 3 4 5 1 2 5 5 2 5 5 5 5 3 5 1 5 3 2 2
26 4 5 5 3 4 5 5 4 5 1 1 3 4 5 1 4 5 1 1
23 5 1 5 5 1 5 5 3 0 5 5 5 5 0 1 4 3 2 2
32 5 1 4 0 5 5 5 0 5 3 3 5 0 5 2 3 1 1 2
27 5 1 5 4 4 2 5 4 1 5 5 2 3 1 1 3 1 4 1
11 5 1 4 4 2 2 5 4 0 5 5 5 1 0 2 3 4 1 1
8 2 1 4 3 3 2 5 2 2 1 1 5 2 2 1 3 4 2 1
16 5 2 3 2 4 2 5 3 5 3 3 5 1 5 1 2 1 2 1
18 4 2 3 1 1 2 5 4 1 5 5 5 1 1 1 5 4 1 2
2 3 2 4 0 2 4 4 0 5 5 5 3 1 5 2 4 5 2 1
3 5 1 4 0 1 5 5 2 1 5 5 3 2 1 1 5 3 2 1
21 3 1 4 1 1 5 4 2 5 1 1 3 2 5 2 4 1 3 2
31 4 1 2 4 2 2 4 2 4 3 3 4 1 4 1 2 1 1 1
5 4 0 3 0 0 3 5 2 4 3 3 2 1 4 0 4 5 1 0
20 5 1 3 0 1 1 5 1 5 3 3 4 1 5 0 1 2 1 0
22 2 0 3 1 0 5 5 2 1 3 3 2 1 1 0 4 3 0 0
14 4 0 4 0 0 1 5 3 1 3 3 2 1 1 0 3 5 0 0
1 5 3 1 1 1 1 4 3 1 0 0 2 1 1 1 1 2 1 1
29 1 1 3 1 1 1 5 2 2 3 3 5 1 2 1 1 1 1 1
13 4 0 3 0 2 2 4 0 1 5 5 0 0 1 0 5 0 0 0
17 4 0 3 0 2 2 4 0 1 3 3 4 0 1 0 0 0 0 0
19 1 1 4 1 3 3 5 2 1 3 3 5 1 1 1 1 1 1 1
25 5 0 3 0 4 0 5 0 0 0 0 5 1 0 0 5 0 0 0
28 1 0 3 3 0 2 2 2 1 3 3 2 2 1 0 4 0 0 0
15 2 1 3 3 1 1 4 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0
10 5 0 3 0 1 2 5 0 0 3 3 0 0 0 0 0 0 0 0
DP 0,171429 0,257143 0,257143 0,257143 0,257143 0,4 0,042857 0,257143 0,3 0,257143 0,257143 0,257143 0,328571 0,3 0,257143 0,271429 0,257143 0,257143 0,257143
Ket diperbaiki diterima diterima diterima diterima diterima diperbaiki diterima diterima diterima diterima diterima diterima diterima diterima diterima diterima diterima diterima
149
Kode X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29 X30 X31 X32 X33 X34 X35 X36 X37 X38
9 5 2 5 4 2 5 2 4 5 5 5 2 5 5 5 2 3 1 3
4 5 2 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 2 4 1 1 2
6 3 4 5 1 2 5 5 2 5 5 5 5 3 5 1 5 3 2 2
26 4 5 5 3 4 5 5 4 5 1 1 3 4 5 1 4 5 1 1
23 5 1 5 5 1 5 5 3 0 5 5 5 5 0 1 4 3 2 2
32 5 1 4 0 5 5 5 0 5 3 3 5 0 5 2 3 1 1 2
27 5 1 5 4 4 2 5 4 1 5 5 2 3 1 1 3 1 4 1
11 5 1 4 4 2 2 5 4 0 5 5 5 1 0 2 3 4 1 1
8 2 1 4 3 3 2 5 2 2 1 1 5 2 2 1 3 4 2 1
16 5 2 3 2 4 2 5 3 5 3 3 5 1 5 1 2 1 2 1
18 4 2 3 1 1 2 5 4 1 5 5 5 1 1 1 5 4 1 2
2 3 2 4 0 2 4 4 0 5 5 5 3 1 5 2 4 5 2 1
3 5 1 4 0 1 5 5 2 1 5 5 3 2 1 1 5 3 2 1
21 3 1 4 1 1 5 4 2 5 1 1 3 2 5 2 4 1 3 2
31 4 1 2 4 2 2 4 2 4 3 3 4 1 4 1 2 1 1 1
5 4 0 3 0 0 3 5 2 4 3 3 2 1 4 0 4 5 1 0
20 5 1 3 0 1 1 5 1 5 3 3 4 1 5 0 1 2 1 0
22 2 0 3 1 0 5 5 2 1 3 3 2 1 1 0 4 3 0 0
14 4 0 4 0 0 1 5 3 1 3 3 2 1 1 0 3 5 0 0
1 5 3 1 1 1 1 4 3 1 0 0 2 1 1 1 1 2 1 1
29 1 1 3 1 1 1 5 2 2 3 3 5 1 2 1 1 1 1 1
13 4 0 3 0 2 2 4 0 1 5 5 0 0 1 0 5 0 0 0
17 4 0 3 0 2 2 4 0 1 3 3 4 0 1 0 0 0 0 0
19 1 1 4 1 3 3 5 2 1 3 3 5 1 1 1 1 1 1 1
25 5 0 3 0 4 0 5 0 0 0 0 5 1 0 0 5 0 0 0
28 1 0 3 3 0 2 2 2 1 3 3 2 2 1 0 4 0 0 0
15 2 1 3 3 1 1 4 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0
10 5 0 3 0 1 2 5 0 0 3 3 0 0 0 0 0 0 0 0
DP 0,171429 0,257143 0,257143 0,257143 0,257143 0,4 0,042857 0,257143 0,3 0,257143 0,257143 0,257143 0,328571 0,3 0,257143 0,271429 0,257143 0,257143 0,257143
Ket diperbaiki diterima diterima diterima diterima diterima diperbaiki diterima diterima diterima diterima diterima diterima diterima diterima diterima diterima diterima diterima
150
Hasil Analisis Data Soal Uji Coba
No
Item
Reliabilitas Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Keterangan
r11 rxy rtabel Valid Tidak
Valid DP Diterima Diperbaiki Ditolak TK Mudah Sedang Sukar
Pre-
test
Post-
test
1 0,996
(reliabel)
0,693551988 0,374 √ 0,17143 √ 0,70714 √ √
2 0,208853453 √ 0,257143 √ 0,85000 √ Tidak dipakai
3 -0,160942073 √ 0,257143 √ 0,55714 √ Tidak dipakai
4 0,711053649 √ 0,257143 √ 0,57857 √ √
5 0,711053649 √ 0,257143 √ 0,57857 √ √
6 0,711053649 √ 0,4 √ 0,57857 √ √
7 0,717507447 √ 0,004286 √ 0,48571 √ √
8 0,493685808 √ 0,25714 √ 0,84286 √ √
9 0,717507447 √ 0,3 √ 0,48571 √ √ √
10 0,148827592 √ 0,25714 √ 0,37857 √ Tidak dipakai
11 0,408273694 √ 0,25714 √ 0,41429 √ √ √
12 0,478708839 √ 0,25714 √ 0,32857 √ √
13 0,812901 √ 0,32857 √ 0,18571 √ √
14 0,606524 √ 0,3 √ 0,77143 √ √
15 0,184987 √ 0,25714 √ 0,72857 √ Tidak dipakai
16 0,441391 √ 0,27143 √ 0,62857 √ √ √
17 0,385396 √ 0,25714 √ 0,74286 √ √ √
18 0,563924 √ 0,25714 √ 0,47143 √ √
Lam
pira
n 1
4
151
19 0,398518 √ 0,25714 √ 0,22857 √ √
20 0,389163 √ 0,17143 √ 0,75714 √ √
21 0,578098 √ 0,25714 √ 0,24286 √ √
22 0,646855 √ 0,25714 √ 0,71429 √ √ √
23 0,478709 √ 0,25714 √ 0,32857 √ √ √
24 0,40253 √ 0,25714 √ 0,38571 √ √ √
25 0,660888 √ 0,4 √ 0,57143 √ √
26 0,059503 √ 0,04286 √ 0,90714 √ Tidak dipakai
27 0,585862 √ 0,25714 √ 0,41429 √ √
28 0,542561 √ 0,3 √ 0,49286 √ √
29 0,479117 √ 0,25714 √ 0,64286 √ √
30 0,479117 √ 0,25714 √ 0,64286 √ √
31 0,401255 √ 0,25714 √ 0,67143 √ √
32 0,706988 √ 0,32857 √ 0,33571 √ √
33 0,542561 √ 0,3 √ 0,49286 √ √
34 0,680788 √ 0,25714 √ 0,20000 √ √
35 0,406541 √ 0,27143 √ 0,59286 √ √
36 0,448428 √ 0,25714 √ 0,42857 √ √
37 0,545576 √ 0,25714 √ 0,22857 √ √
38 0,812901 √ 0,25714 √ 0,17857 √ √
15
2
KISI-KISI SOAL PREE-TEST KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
POKOK BAHASAN TEKANAN ZAT CAIR
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Sekolah : SMP Negeri 2 Boja
Kelas / semester : VIII / Genap
Indikator
Pencapaian
Aspek Berpikir
Kritis
Indikator
Berpikir Kritis
Nomer
Item Soal Jawaban Skor
Mengidentifikasikan
konsep tekanan
hidrostatis dan
penerapannya dalam
kehidupan sehari-
hari
1 1a, 1b, 1c 1 Perhatikan gambar di bawah ini!
Jika ikan A, B, dan C mempunyai massa
yang sama dan percepatan gravitasi di
tempat tersebut sebesar 10 m/s2, ikan
manakah yang mengalami tekanan
hidrostatis paling besar? Mengapa
demikian?
Yang mengalami tekanan hidrodtatis
adalah ikan C.
Karena tekanan hidrostatis ini
bergantung pada kedalam zat cair,
semakin dalam, tekanannya akan
semakin besar, dan ikan C menempati
tenpat yang paling dalam ( paling dekat
dengan dasar laut).
2
3
2 2a 3 Dari kelima pernyataan berikut, manakah
yang menunjukan sifat tekana hidrostatis?
(a) Bergantung pada kedalaman zat cair.
(b) Bergantung pada luas permukaan wadah.
(c) Bergantung pada bentuk wadah
Sifat tekanan hidrostatis akan berlaku
pada:
(c) Bergantung pada kedalaman zat
cair
(d) Gaya yang dihasilkan selalu
5
Lam
pira
n 1
5
15
3
(d) Gaya yang dihasilkan selalu tegak lurus
permukaan bidang batas
(e) Tinggi permukaan air sama.
tegak lurus permukaan bidang
batas
(f) Tinggi permukaan air sama
2 2b 6 Perhatikan gambar di bawah ini!
Pada lubang C air akan memancar paling
jauh? Mengapa demikian? (Jelaskan sesuia
prinsip tekanan hidrostatis)
Karena tekanan zat cair berbanding
lurus dengan kedalaman. Semakin
dalam, maka tekanannya semakin besar
sehingga air akan memancar paling
jauh pada lubang C.
5
3 3a 8 Perhatikan gambar berikut!
Sesuai dengan prinsip tekanan hidrostatis,
manakah bentuk bendungan yang paling
sesuia? Jelaskan!
Yang paling sesuai adalah bentuk C.
Tekanan hidrostatis semakin bertambah
seiring pertambahan kedalamannya,
sehingga desain sebuah dinding
bendungan sengaja dibuat semakin ke
dasar semakin tebal. Hal ini untuk
menahan besar tekanan bagian bawah.
2
3
4 4b 16 Bendungan air memiliki ketebalan berbeda,
bagian bawah lebih tebal darpiada bagian
atas. Mengapa demikian?
Zat cair memiliki tekanan yang disebut
tekanan hidrostatis. Tekanan hidrostatis
ini bergantung pada kedalam zat cair,
semakin dalam, tekanannya akan
semakin besar. Air yang dibendung
5
154
juga memiliki tekanan yang berbeda-
beda, semakin dalam tekanannya akan
semakin besar. Untuk mencegah
bendungan jebol akibat tekanan
hidrostatis, bendungan air dibuat
dengan ketebalan berbeda yaitu bagian
bawah lebih tebal daripada bagian atas.
5 5a 19 Bagaimanakah cara anda membuktikan
hubungan tekanan dengan kedalaman dalam
suatu percobaan sederhana?
Cara membuktikannya adalah dengan
menggunakan botol plastik bekas yang
elah dilubangi dengan ketinggin yang
berbeda. Kemudian botol diisi air dan
diamati jauhnya air yang keluar dari
masing-masing lubang.
Setelah itu dapat diketahui pancuran air
terjauh. Maka dapat disimpulkan
semakin dalam, air pancurannya
semakin jauh artinya tekanannya
semakin besar.
2
3
Menganalisis konsep
bejana berhubungan
dan penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
2 2a 4 Alat-alat manakah yang prinsip kerjanya
berdasarkan hukum bejana berhubungan?
(a) Tangki air
(b) ceret
(c) alat pengepres kapas
(d) pompa sepeda
(e) dongkrak hidrolik
Prinsip kerjanya berdasarkan bejana
berhubungan:
(c) Tangki air
(d) Ceret
5
4 4a 13 Bagaimana hukum bejana berhubunga? Permukaan zat cair sejenis yang tak
155
bergerak di dalam bejan berhubungan
selalu terletak pada satu bidang datar.
4 4b 14 Dua tabung dihubungkan, sehingga
membentuk huruf U. Tabung sebelah kanan
diisi minyak ( ) dan sebelah
kiri diisi air ( ). Permukaan
cairan manakah yang lebih tinggi dalam
tabung tersebut? Jika tinggi minyak 15 cm,
maka hitung selisih ketinggian keduanya!
Diket:
Yang lebih tinggi adalah permukaan
cairan yang sebelah kanan yaitu cairan
yang massa jenisnya lebih rendah
minyak,
air,
hm = 15 cm
Ditanya: selisih h?
Jawab:
Jadi, selisih keduanya adalah: 15 -12 =
3 cm
1
1
3
Menganalisis Konsep
hukum Pascal dan
penerapannya dalam
kehidupan sehari-
hari
1 1a,1b,1c 2 Dongkrak hidolik dapat mengangkat beban
yang berat seperti mengangkat mobil.
Bagaimana prinsip kerja dongkrak hidrolik
sesuai denga hukum Pascal?
Prinsip dongkrak hidrolik sesuai
dengan hukum Pascal. Dongkrak
hidrolik terdiri dari sebuah bejana yang
memiliki dua permukaan. Pada kedua
permukaan bejana terdapat penghisap
(piston), di mana luas permukaan
piston di sebelah kiri lebih kecil dari
luas permukaan piston di sebelah
kanan. Luas permukaan piston
5
15
6
disesuaikan dengan luas permukaan
bejana. Bejana diisi cairan, seperti
pelumas. Apabila piston yang luas
permukaannya kecil ditekan ke bawah,
maka setiap bagian cairan juga ikut
tertekan. Besarnya tekanan yang
diberikan oleh piston yang
permukaannya kecil diteruskan ke
seluruh bagian cairan. Akibatnya,
cairan menekan piston yang luas
permukaannya lebih besar hingga
piston terdorong ke atas. Luas
permukaan piston yang ditekan kecil,
sehingga gaya yang diperlukan untuk
menekan cairan juga kecil. Tapi karena
tekanan (Tekanan = gaya / satuan luas)
diteruskan seluruh bagian cairan, maka
gaya yang kecil tadi berubah menjadi
sangat besar ketika cairan menekan
piston di sebelah kanan yang luas
permukaannya besar.
2 2b 7 Perhatikan gambar di bawah ini!
Percobaan di atas menunjukan prinsip
Balon yang berisis air ditususk dengan
jarum di beberapa tempat, kemudian
ujungnya ditekan dengan tangan maka
airnya memancar ke segala arah. Hal
ini terjadi karena tekanan yang
diberikan tangan diterima oleh kulit
5
157
hukum Pascal. Menurut anda bagaimana
pancaran air saat balon yang telah dilubangi
tersebut ditekan pada bagian ujungnya?
Mengapa demikian?
balon dan air, kemudian diteruskan
oleh air ke segala arah. Besar tekanan
ke segala arah tersebut ternyata sama
rata dan sama kuat.
3 3a 10 Sebuah sistem pompa hidrolik dirancang
agar dapat mengangkat beban sebesar 200
kali gaya tekan maksimum. Berapakah
perbandingan luas antara penyangga beban
dan penyangga gaya?
Diket:
Yang lebih tinggi adalah permukaan
cairan yang sebelah kanan yaitu cairan
yang massa jenisnya lebih rendah
minyak,
air,
hm = 15 cm
Ditanya: selisih h?
Jawab:
Jadi, selisih keduanya adalah: 15 -12 =
3 cm
1
1
3
4 4a 11 Sebutkan 3 contoh penerapan hukum Pascal
dalam kehidupan sehari hari!
Penerapan hukum Pascal:
f. Dongkrak hidrolik
g. Rem hidrolik
h. Alat pengankat mobil
i. Alat pengepres kapas
j. Kursi pasiesn dokter gigi
5
4 4b 17 Mesin pengangkat mobil hidrolik, memiliki
luas penampang masing-masing 10 cm2 dan
Diketahui
A1 = 10 cm2
1
158
100 cm2. Pada pengisap kecil diberi gaya
500 N maka berapa berat beban maksimal
yang dapat diangkat pada pengisap besar?
A2 = 100 cm2
F1 = 500 N
Ditanya F2 = …?
Jawab
F2 = A2/A1 x F1
F2 = 100/10 x 500 = 5000 N
Jadi beban maksimal 5000N
1
3
5 5a 20 Bagaimanakah cara anda untuk menemukan
konsep bahwa tekanan zat cair dalam ruang
tertutup, tekanannya akan diteruskan ke
segala arah?
Dengan melakukan percobaan mengisi
balon karet dengan air sampai penuuh,
tusuk balon dengan jarum, kemudian
menekan bagian ujung balon sehingga
air memancar.
Pancaran air ke segala arah,
menunjukan tekanan yang diberikan ke
balon diteruskan ke segala arah.
2
3
Menganalisis konsep
hukum Archimedes
dan penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
2 2a 5 Perhatikan gambar di bawah ini!
Pernyataan manakah yang sesuai dengan
Pernyataan yang sesuai:
(a) Berat batu yang dicelup seolah-olah
berkurang
(d) Benda yang dicelupkan
mendapatkan gaya ke atas yang
besarnya sama dengan berat zat cair
yang dipindahkan
(e) Semakin besar volume air yang
dipindahkan, semakin besar gaya ke
5
15
9
gambar ?
(f) Berat batu yang dicelup seolah-olah
berkurang
(g) Batu yang tercelup mempunyai massa
yang lebih kecil dari batu yang tidak
tercelup
(h) Besar gaya ke atas yang diberikan air
berbanding terbalik dengan volume air
yang dipindahkan
(i) Benda yang dicelupkan mendapatkan
gaya ke atas yang besarnya sama
dengan berat zat cair yang dipindahkan
(j) Semakin besar volume air yang
dipindahkan, semakin besar gaya ke
atas
atas Semakin besar volume air yang
dipindahkan, semakin besar gaya ke
atas
3 3a 9 Perhatikan gambar berikut!
Benda A, B, C terbuat dari bahan, massa dan
volume sama dicelupkan ke dalam 3 jenis
zat. Manakah zat cair yang mempunyai
massa jenis paling besar?
Zat cair yang mempunyai massa jenis
paling besar adalah A.
Karena pada gambar A benda dalam
keadaan terapung.
2
3
160
4 4a 11 Balon udara, kapal laut dan kapal selam
menggunakan prinsip hukum Archimedes
dalam kerjanya, dimana ada 3 keadaan
tercelup dalam fluida yakni terapung,
melayang dan tenggelam. Apa yang
dimaksud dengan keadaan terapung,
melayang dan tenggelam? Apa syarat-syarat
yang menyebabkan keadaan tersebut?
3 keadaan dalam prinsip fluida:
d. Terapung: keadaan dimana
ada bagian benda yang
menyembul diatas permukaan
fluida. Hal ini terjadi untuk
massa jenis benda lebih kecil
daripada massa jenis zat cair
e. Melayang: keadaan dimana
jika benda dicelupkan
seluruhnya dalam fluida,
benda tidak naik ataupun tidak
turun. Hal ini terjadi untuk
massa jenis benda sama
dengan massa jenis zat cair.
f. Tenggelam : keadaan dimana
massa jenis benda lebih besar
daripada massa jenis zat cair.
5
4 4b 15 Balok kayu volumenya 200 cm3 dicelupkan
ke dalam air yang masa jenisnya 1000 kg/
m3, dengan massa jenis kayu 600 kg/ m
3.
Berapakah gaya atas yang dialami balok
tersebut?
Diketahui: 1000 kg/ m3
600 kg/ m3
200 cm3
Ditanya: FA?
Jawab:
m3
1
1
3
161
= 1000 x 0,00012 x 10 = 1,2 N
Jadi gaya keatas yang dialami balok
kayu 1,2 N
5 5a 18 Bagaimana cara anda untuk membedakan
antara telur yang baik dan telur yang busuk
dengan menggunakan air tawar?
Telur yang baik tenggelam dalam air
tawar karena massa jenis telur yang
masih baik lebih besar daripada massa
jenis air tawar. Sebaliknya, telur yang
sudah jelek (busuk) teraung dalam air
tawar. Karena telur busuk biasanya
putih telur dan kuning telurnya sudah
mengering sehingga massanya menjadi
ringan. Akibatnya massa jenis telur
bususk lebih kecil daripada massa jenis
telur yang masih baik. Hal inilah
menyebabkan telur yang jelek terapung
pada permukaan air tawar.
5
162
Keterangan:
Aspek Berpikir Kritis:
1. Memberikan penjelasan sederhana
1a. Memfokuskan masalah
1b. Menganalisis argumen
1c. Bertanya dan Menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan
2. Membangun keterampilan dasar
2a. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya / tidak
2b. Mengamati dan memepertimbangkan laporan hasil observasi
3. Menyimpulkan
3a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan / menyimpulkan
4. Memberikan penjelasan lanjut
4a. Mengidentifikasi istilah-istilah dan mempertimbangkan suatu definisi
4b. Mengidentifikasi asumsi-asumsi
5. Mengatur strategi dan teknik
5a. Menentukan suatu tindakan
163
164
Pretest
Tekanan Zat Cair
Jawablah pertanyaan berikut !
1. Perhatikan gambar di bawah ini!
Jika ikan A, B, dan C mempunyai massa yang sama dan percepatan gravitasi
di tempat tersebut sebesar 10 m/s2, ikan manakah yang mengalami tekanan
hidrostatis paling besar? Mengapa demikian?
2. Dongkrak hidolik dapat mengangkat beban yang berat seperti mengangkat
mobil. Bagaimana prinsip kerja dongkrak hidrolik sesuai hukum Pascal ?
3. Dari kelima pernyataan berikut, manakah yang menunjukan sifat tekanan
hidrostatis?
(a) tekanan hidrostatis bergantung pada kedalaman zat cair
(b) tekanan hidrostatis bergantung pada luas permukaan wadah
(c) tekanana hidrostatis bergantung pada bentuk wadah
(d) Gaya yang dihasilkan selalu tegak lurus permukaan bidang batas
(e) pada tinggi permukaan air sama maka tekanan hidrostatisnya sama
4. Alat-alat manakah yang prinsip kerjanya berdasarkan hukum bejana
berhubungan?
(a) Tangki air
(b) ceret
(c) alat pengepres kapas
(d) pompa sepeda
(e) dongkrak hidrolik
Lampiran 16
165
5. Perhatikan gambar di bawah ini!
Pernyataan manakah yang sesuai dengan gambar ?
(k) Berat batu yang dicelup lebih kecil seolah-olah berkurang daripada berat
batu di udara
(l) Batu yang tercelup mempunyai massa yang lebih kecil dari batu yang
tidak tercelup
(m) Besar gaya ke atas yang diberikan air berbanding terbalik dengan volume
air yang dipindahkan
(n) Benda yang dicelupkan mendapatkan gaya ke atas yang besarnya sama
dengan berat zat cair yang dipindahkan
(o) Semakin besar volume air yang dipindahkan, semakin besar gaya ke atas
6. Perhatikan gambar di bawah ini!
Pada lubang C air akan memancar paling jauh. Mengapa demikian? (Jelaskan
sesuai dengan prinsip tekanan hidrostatis)
7. Perhatikan gambar di bawah ini!
166
Percobaan di atas menunjukan prinsip hukum Pascal. Menurut anda
bagaimana pancaran air saat balon yang telah dilubangi tersebut ditekan pada
bagian ujungya? Mengapa demikian?
8. Perhatikan gambar berikut!
Sesuai dengan prinsip tekanan hidrostatis, manakah bentuk bendungan yang
paling sesuia? Mengapa demikian?
9. Perhatikan gambar berikut!
Benda A, B, dan C terbuat dari bahan, massa, dan volume yang sama
dicelupkan ke dalam 3 jenis zat. Manakah zat cair yang mempunyai massa
jenis paling besar?
10. Sebuah sistem pompa hidrolik dirancang agar dapat mengangkat beban
sebesar 200 kali gaya tekan maksimum. Berapakah perbandingan luas antara
penyangga beban dan penyangga gaya?
11. Balon udara, kapal laut dan kapal selam menggunakan prinsip hukum
Archimedes dalam kerjanya, dimana ada 3 keadaan tercelup dalam fluida
yakni terapung, melayang dan tenggelam. Apa yang dimaksud dengan
keadaan terapung, melayang dan tenggelam? Apa syarat-syarat yang
menyebabkan keadaan tersebut?
12. Sebutkan 3 contoh penerapan hukum Pascal dalam kehidupan sehari hari!
13. Bagaimanakah hukum bejana berhubungan?
167
14. Dua tabung dihubungkan, sehingga membentuk huruf U. Tabung sebelah
kanan diisi minyak ( ) dan sebelah kiri diisi air (
). Permukaan cairan manakah yang lebih tinggi dalam tabung tersebut?
Jika tinggi minyak 15 cm, maka hitung selisih ketinggian keduanya!
15. Balok kayu volumenya 200 cm3
dicelupkan ke dalam air yang masa jenisnya
1000 kg/ m3, massa jenis kayu 600 kg/ m
3. Berapakah Volume zat cair yang
dipindahkan? Berapakah gaya ke atas yang dialami balok tersebut?
16. Bendungan air memiliki ketebalan berbeda, di bagian bawah lebih tebal
daripada bagian atas. Mengapa demikian?
17. Mesin pengangkat mobil hidrolik, memiliki luas penampang masing-masing
10 cm2 dan 100 cm
2. Pada pengisap kecil diberi gaya 500 N maka berapa
berat beban maksimal yang dapat diangkat pada pengisap besar?
18. Bagaimana cara anda untuk membedakan antara telur yang baik dan telur
yang busuk dengan menggunakan air tawar?
19. Bagaimanakah cara anda membuktikan hubungan tekanan dengan kedalaman
dalam suatu percobaan sederhana?
20. Bagaimanakah cara anda untuk menemukan konsep bahwa tekanan zat cair
dalam ruang tertutup, tekanannya akan diteruskan ke segala arah dengan
menggunakan percobaan sederhana?
KISI-KISI SOAL POST-TEST KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
POKOK BAHASAN TEKANAN ZAT CAIR
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Sekolah : SMP Negeri 2 Boja
Kelas / semester : VIII / Genap
Indikator
Pencapaian
Aspek Berpikir
Kritis
Indikator
Berpikir Kritis
Nomer
Item Soal Jawaban Skor
Mengidentifikasikan
konsep tekanan
hidrostatis dan
penerapannya dalam
kehidupan sehari-
hari
3 3a 20 Perhatikan gambar berikut!
Manakah bentuk bendungan yang paling
sesuia dengan prinsip tekanan hidrostatis?
Mengapa demikian?
Yang paling sesuai adalah bentuk C.
Tekanan hidrostatis semakin bertambah
seiring pertambahan kedalamannya,
sehingga desain sebuah dinding
bendungan sengaja dibuat semakin ke
dasar semakin tebal. Hal ini untuk
menahan besar tekanan bagian bawah.
2
3
5 5a 15 Bagaimanakah cara anda membuktikan
hubungan tekanan dengan kedalaman dalam
suatu percobaan sederhana?
Cara membuktikannya adalah dengan
menggunakan botol plastik bekas yang
elah dilubangi dengan ketinggin yang
berbeda. Kemudian botol diisi air dan
diamati jauhnya air yang keluar dari
masing-masing lubang.
Setelah itu dapat diketahui pancuran air
terjauh. Maka dapat disimpulkan
semakin dalam, air pancurannya
2
3
Lam
pira
n 1
7
16
8
semakin jauh artinya tekanannya
semakin besar.
1 1a, 1b, 1c 1 Perhatikan gambar di bawah ini!
Benda A, B, dan C manakah yang
mengalami tekanan hidrostatis paling besar?
Mengapa demikian?
Yang mengalami tekanan hidrodtatis
adalah benda C.
Karena tekanan hidrostatis ini
bergantung pada kedalam zat cair,
semakin dalam, tekanannya akan
semakin besar, dan batu C menempati
tenpat yang paling dalam ( paling dekat
dengan dasar).
2
3
2 2a 4 Dari pernyataan dibawah ini, sifat tekanan
hidrostatis sesuai dengan pernyataan
nomor....
(vi) Pada kedalaman yang sama,
tekanan hidrostatis sama besar
(vii) Tekanan hidrosatis sebanding
dengan kedalaman zat cair
(viii) Massa jenis zat cair berbanding
terbalik dengan tekanan
hidrostatisnya
(ix) Makin besar kedalaman zat cair,
(iii) Pada kedalaman yang sama,
tekanan hidrostatis sama besar
(iv) Tekanan hidrosatis sebanding
dengan kedalaman zat cair
5
169
tekanan hidrostatisnya makin kecil
(x) Tekanan hidrostatis dipengaruhi
bentuk wadah zat cair
2 2b 6 Perhatikan gambar di bawah ini!
Pada lubang manakah air akan memancar
paling jauh? Mengapa demikian?
Air akan memancar paling jauh pada
lubang E.
Karena tekanan zat cair berbanding
lurus dengan kedalaman. Semakin
dalam, maka tekanannya semakin besar
sehingga air akan memancar paling
jauh pada lubang E.
2
3
Menganalisis konsep
bejana berhubungan
dan penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
4 4a 18 Tuliskan bunyi hukum bejana berhubungan! Permukaan zat cair sejenis yang tak
bergerak di dalam bejan berhubungan
selalu terletak pada satu bidang datar.
5
1 1a,1b,1c 2 Penampung air yang dilengkapi dengan pipa
selalu dipasang ditempat yang lebih tinggi
daripada keran. Bagaimanakah hal ini dapat
dijelaskan dengan hukum fisika?
Penampung air yang diletakkan di
tempat yang tinggi dapat dijelaskan
dengan hukum fisika, yaitu hukum
bejana berhubungan. Hukum ini
menyatakan bahwa permukaan zat cair
dalam sebuah bejana berhubungan
akan selalu mendatar. Apabila keran
pada penampung air dibuka, air yang
ada di bak berusaha untuk mencapai
permukaan mendatar. Akibatnya air
mengalir sepanjang pipa dan keluar
melalui keran.
5
2 2a 5 Pernyataan di bawah ini, manakah yang
menggunakan penerapan prinsip bejana
(iii) Air tidak tumpah dari mulut
ceret karena mulut ceret dibuat
5
170
berhubungan?
(vi) Air tidak tumpah dari mulut ceret
karena mulut ceret dibuat lebih tinggi
dengan permukaan tabung ceret
(vii) Air dari PAM dapat mengalir ke
rumah-rumah dari tangki
penyimpanan
(viii) Minyak tananh yang dapat bergerak
naik melalui sumbu kompor
(ix) Menyiram bunga dengan
menggunakan selang, dan
mempersempit ujung selang tempat
keluarnya air
(x) Tukang batu menggunakan waterpas
lebih tinggi dengan permukaan
tabung ceret
(iv) Air dari PAM dapat mengalir
ke rumah-rumah dari tangki
penyimpanan
(vi) Tukang batu menggunakan
waterpas
4 4b 11 Dua tabung dihubungkan, sehingga
membentuk huruf U. Tabung sebelah kanan
diisi minyak ( ) dan sebelah
kiri diisi air ( ). Permukaan
cairan manakah yang lebih tinggi dalam
tabung tersebut? Jika tinggi minyak 8 cm,
maka hitung selisih ketinggian keduanya!
Diket:
Yang lebih tinggi adalah permukaan
cairan yang sebelah kanan yaitu cairan
yang massa jenisnya lebih rendah
minyak,
air,
hm = 8 cm
Ditanya: selisih h?
Jawab:
1
1
3
17
1
Jadi, selisih keduanya adalah: 8 -6,4 =
1,6 cm
Menganalisis Konsep
hukum Pascal dan
penerapannya dalam
kehidupan sehari-
hari
2 2b 19 Perhatikan gambar di bawah ini!
Percobaan di atas menunjukan prinsip
hukum Pascal. Menurut anda bagaimana
pancaran air saat balon yang telah dilubangi
tersebut ditekan pada bagian ujungya?
Mengapa demikian?
Balon yang berisis air ditususk dengan
jarum di beberapa tempat, kemudian
ujungnya ditekan dengan tangan maka
airnya memancar ke segala arah. Hal
ini terjadi karena tekanan yang
diberikan tangan diterima oleh kulit
balon dan air, kemudian diteruskan
oleh air ke segala arah. Besar tekanan
ke segala arah tersebut ternyata sama
rata dan sama kuat.
5
4 4a 17 Sebutkan 3 contoh penerapan hukum Pascal
dalam kehidupan sehari hari!
Penerapan hukum Pascal:
k. Dongkrak hidrolik
l. Rem hidrolik
m. Alat pengankat mobil
n. Alat pengepres kapas
o. Kursi pasiesn dokter gigi
5
5 5a 16 Bagaimanakah cara anda untuk menemukan
konsep bahwa tekanan zat cair dalam ruang
tertutup, tekanannya akan diteruskan ke
segala arah?
Dengan melakukan percobaan mengisi
balon karet dengan air sampai penuuh,
tusuk balon dengan jarum, kemudian
menekan bagian ujung balon sehingga
air memancar.
Pancaran air ke segala arah,
menunjukan tekanan yang diberikan ke
2
3 172
balon diteruskan ke segala arah.
4 4a 3 Alat pengangkat mobil sering digunakan di
bengkel mobil. Menurut anda bagaimana
prinsip kerja alat pengangkat mobil jika
dikaitkan dengan hukum Pascal?
Menggunakan prinsip hukum Pascal
dengan gaya yang kecil untuk
menghasilkan gaya yang besar
5
3 3a 9 Sebuah sistem pompa hidrolik dirancang
agar dapat mengangkat beban sebesar 150
kali gaya tekan maksimum. Berapakah
perbandingan luas antara penyangga beban
dan penyangga gaya?
Diket:
Ditanya:
Jawab:
Jadi perbandingan luas penyangga
beban dan penyangga gaya adalah
150:1
1
1
3
4 4b 13 Mesin pengangkat mobil hidrolik, memiliki
luas penampang masing-masing 5 cm2 dan
25 cm2. Pada pengisap kecil diberi gaya 500
N maka berapa berat beban maksimal yang
dapat diangkat pada pengisap besar?
Diketahui
A1 = 5 cm2
A2 = 25 cm2
F1 = 500 N
Ditanya F2 = …?
Jawab
F2 = A2/A1 x F1
F2 = 25/5 x 500 = 2500 N
1
1
3 173
Jadi beban maksimal 2500N
Menganalisis konsep
hukum Archimedes
dan penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari
5 5a 14 Bagaimana cara anda untuk membedakan
antara telur yang baik dan telur yang busuk
dengan menggunakan air tawar?
Telur yang baik tenggelam dalam air
tawar karena massa jenis telur yang
masih baik lebih besar daripada massa
jenis air tawar. Sebaliknya, telur yang
sudah jelek (busuk) teraung dalam air
tawar. Karena telur busuk biasanya
putih telur dan kuning telurnya sudah
mengering sehingga massanya menjadi
ringan. Akibatnya massa jenis telur
bususk lebih kecil daripada massa jenis
telur yang masih baik. Hal inilah
menyebabkan telur yang jelek terapung
pada permukaan air tawar.
5
1 1a,1b,1c 7 Saat kita mengangkat benda di dalam air
akan terasa lebih ringan dibandingkan kita
mengangkat benda di atas permukaan air.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Karena ada gaya ke atas air yang
besarnya sama dengan gaya tekan yang
diberikan
5
3 3a 8 Perhatikan gambar berikut!
Zat cair di tabung A, B, dan C mempunyai
massa jenis yang sama. Dari gambar di atas
Benda yang mempunyai massa jenis
paling besar adalah benda C
karena benda dalam keadaan
tenggelam.
2
3
174
menurut anda benda manakah yang
mempunyai massa jenis paling besar?
Berikan penjelasannya!
4 4a 10 Kapal selam merupakan salah satu alat
transportasi yang digunakan di laut. Prinsip
kerja kapal selam tersebut menggunakan
prinsip hukum Archimedes, dimana kapal
selam dapat melayang, terapung dan
tenggelam di laut. Apa yang menyebabkan
kapal selam dapat melayang, terapung dan
tenggelam?
Karena kapal selam memiliki
rongga/ruangan yang bisa diisi air.
Kegunaannya menyeimbangkan gaya
angkat yang dialami oleh kapal.
Jika kapal pada kedudukan
mengapung, maka tangki diisi udara.
Jika kapal ingin melayang, maka tangki
diisi air tetatpi tidak penuh agar kapal
mulai terbenam pada kedudukan
melayang.
Jika kapal ingin tenggelam, maka
tangki diisi penuh dengan ai agar kapal
mekin berat dan tenggelam.
5
4 4b 12 Balok kayu volumenya 100 cm3 dicelupkan
ke dalam air yang masa jenisnya 1000 kg/
m3, dengan massa jenis kayu 600 kg/ m
3.
Berapakah gaya atas yang dialami balok
tersebut?
Diketahui: 1000 kg/ m3
600 kg/ m3
100 cm3
Ditanya: FA?
Jawab:
m
3
= 1000 x 0,00006 x 10 = 0,6 N
Jadi gaya keatas yang dialami balok
kayu 0,6 N
1
1
3
175
Keterangan:
Aspek Berpikir Kritis:
1. Memberikan penjelasan sederhana
1a. Memfokuskan masalah
1b. Menganalisis argumen
1c. Bertanya dan Menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan
2. Membangun keterampilan dasar
2a. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya / tidak
2b. Mengamati dan memepertimbangkan laporan hasil observasi
3. Menyimpulkan
3a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan / menyimpulkan
4. Memberikan penjelasan lanjut
4a. Mengidentifikasi istilah-istilah dan mempertimbangkan suatu definisi
4b. Mengidentifikasi asumsi-asumsi
5. Mengatur strategi dan teknik
5a. Menentukan suatu tindakan
176
177
Soal Post-test
Tekanan Zat Cair
Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat!
1. Perhatikan gambar di bawah ini!
Benda A, B, dan C manakah yang mengalami tekanan hidrostatis paling
besar? Mengapa demikian?
2. Penampung air yang dilengkapi dengan pipa selalu dipasang ditempat yang
lebih tinggi daripada keran. Mengapa demikian?
3. Alat pengangkat mobil sering digunakan di bengkel mobil. Menurut anda
bagaimana prinsip kerja alat pengangkat mobil jika dikaitkan dengan hukum
Pascal?
4. Dari pernyataan dibawah ini, sifat tekanan hidrostatis sesuai dengan
pernyataan nomor....
(xi) Pada kedalaman yang sama, tekanan hidrostatis sama besar
(xii) Tekanan hidrosatis sebanding dengan kedalaman zat cair
(xiii) Massa jenis zat cair berbanding terbalik dengan tekanan hidrostatisnya
(xiv) Makin besar kedalaman zat cair, tekanan hidrostatisnya makin kecil
(xv) Tekanan hidrostatis dipengaruhi bentuk wadah zat cair
5. Pernyataan di bawah ini, manakah yang menggunakan penerapan prinsip
bejana berhubungan?
(xi) Air tidak tumpah dari mulut ceret karena mulut ceret dibuat lebih
tinggi dengan permukaan tabung ceret
Lampiran 18
178
(xii) Air dari PAM dapat mengalir ke rumah-rumah dari tangki
penyimpanan
(xiii) Minyak tananh yang dapat bergerak naik melalui sumbu kompor
(xiv) Menyiram bunga dengan menggunakan selang, dan mempersempit
ujung selang tempat keluarnya air
(xv) Tukang batu menggunakan waterpas
6. Perhatikan gambar di bawah ini!
Pada lubang manakah air akan memancar paling jauh? Mengapa demikian?
7. Saat kita mengangkat benda di dalam air akan terasa lebih ringan
dibandingkan kita mengangkat benda di atas permukaan air. Mengapa hal
tersebut dapat terjadi?
8. Perhatikan gambar berikut!
Zat cair di tabung A, B, dan C mempunyai massa jenis yang sama. Dari
gambar di atas menurut anda benda manakah yang mempunyai massa jenis
paling besar? Berikan penjelasannya!
9. Sebuah sistem pompa hidrolik dirancang agar dapat mengangkat beban
sebesar 150 kali gaya tekan maksimum. Berapakah perbandingan luas antara
penyangga beban dan penyangga gaya?
10. Kapal selam merupakan salah satu alat transportasi yang digunakan di laut.
Prinsip kerja kapal selam tersebut menggunakan prinsip hukum Archimedes,
dimana kapal selam dapat melayang, terapung dan tenggelam di laut. Apa
yang menyebabkan kapal selam dapat melayang, terapung dan tenggelam?
179
11. Dua tabung dihubungkan, sehingga membentuk huruf U. Tabung sebelah
kanan diisi minyak ( ) dan sebelah kiri diisi air (
). Permukaan cairan manakah yang lebih tinggi dalam tabung tersebut?
Jika tinggi minyak 8 cm, maka hitung selisih ketinggian keduanya!
12. Balok kayu volumenya 100 cm3
dicelupkan ke dalam air yang masa jenisnya
1000 kg/ m3, dengan massa jenis kayu 600 kg/ m
3. Berapakah volume air?
Berapakah gaya atas yang dialami balok tersebut?
13. Mesin pengangkat mobil hidrolik, memiliki luas penampang A1 dan A2
masing-masing 5 cm2 dan 25 cm
2. Pada pengisap kecil diberi gaya 500 N
maka berapa besar gaya yang dihasilkan pada pengisap besar?
14. Bagaimana cara anda untuk membedakan antara telur yang baik dan telur
yang busuk dengan menggunakan air tawar?
15. Bagaimanakah cara anda membuktikan hubungan tekanan dengan kedalaman
dalam suatu percobaan sederhana?
16. Bagaimanakah cara anda untuk menemukan konsep bahwa tekanan zat cair
dalam ruang tertutup, tekanannya akan diteruskan ke segala arah dengan
menggunakan percobaan sederhana?
17. Sebutkan 3 contoh penerapan hukum Pascal dalam kehidupan sehari hari!
18. Tuliskan bunyi hukum bejana berhubungan!
19. Perhatikan gambar di bawah ini!
Percobaan di atas menunjukan prinsip hukum Pascal. Menurut anda
bagaimana pancaran air saat balon yang telah dilubangi tersebut ditekan pada
bagian ujungya? Mengapa demikian?
180
20. Perhatikan gambar berikut!
Manakah bentuk bendungan yang paling sesuia dengan prinsip tekanan
hidrostatis? Mengapa demikian?
181
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelompok Eksperimen)
Sekolah : SMP Negeri 2 Boja
Kelas/semester : VIII/2
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Alokasi Waktu : 8 x 40’ (4 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi
5. Memahami peranana usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-
hari.
B. Kompetensi Dasar
5.5 Menyelidiki tekanan benda padat, cair dan gas serta penerapannya.
C. Indikator
1. Mengidentifikasi dan menjelaskan konsep tekanan hidrostatis.
2. Menganalisis konsep hukum Archimedes
3. Menganalisis konsep Hukum Pascall
4. Mendeskripisikan konsep bejana berhubungan
5. Mengidentifikasi penerapan konsep tekanan zat cair dalam kehidupan
sehari-hari
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat:
1. Mengidentifikasi dan menjelaskan konsep tekanan hidrostatis.
2. Menganalisis konsep hukum Archimedes
3. Menganalisis konsep Hukum Pascall
4. Mendeskripisikan konsep bejana berhubungan
5. Mengidentifikasi penerapan konsep tekanan zat cair dalam kehidupan
sehari-hari
Lampiran 19
182
E. Nilai Karakter
Santun
Bertanggung jawab
Cermat
Percaya diri
Aktif
F. Materi Pembelajaran
Tekanan Zat Cair
1. Tekanan Hidrostatis
2. Bejana Berhubungan
3. Hukum Pascal
4. Hukum Archimedes
G. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Problem based learning
H. Langkah-langkah Pembelajaran
PERTEMUAN PERTAMA
Kegiatan Fase Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Orientasi
masalah
Pretest 60 menit
Guru menginformasikan tujuan
pembelajaran.
Guru menciptakan lingkungan kelas
yang memungkinkan terjadi
pertukaran ide yang terbuka.
Motivasi dan Apersepsi:
a. Mengapa pada botol plastik
2 menit
183
bekas yang diisi air dan
dilubangi, air akan keluar dari
setiap lubang?
b. Bagaimana cara menentukan
tekanan dalam zat cair?
Prasyarat pengetahuan:
a. Apakah sifat-sifat tekanan
dalam zat cair?
b. Faktor apakah yang
mempengaruhi tekanan dalam
zat cair?
Inti Mengorganisa
sikan siswa
untuk belajar
Guru membagi siswa menjadi 8
kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan 4 siswa.
15 menit
Guru manyajikan beberapa
permasalahan mengenai tekanan
hidrostatis.
Masing-masing kelompok memilih
masalah yang telah disajikan.
Siswa diberi kesempatan untuk
berpikir, menganalisis dan
memecahkan masalah yang mereka
pilih dengan membuat pohon
masalah.
Membantu
menyelidiki
secara
kelompok.
Guru memberi kemudahan pengerjaan
siswa dalam
mengerjakan/menyelesaikan masalah.
Siswa didorong untuk melakukan
dialog dan kerjasama dengan teman
sekelompok oleh guru.
184
Siswa dibimbing guru dalam
membuat pohon masalah untuk
menyelesaikan permasalahan yang
mereka peroleh.
Mengembang-
kan dan
menyajikan
hasil kerja
Siswa dibimbing dalam
merencanakan dan menyusun hasil
karya berupa pohon masalah sebab-
akibat sesuai kreatifitas masing-
masing kelompok.
Penutup Menganalisis
dan
mengevaluasi
hasil
pemecahan
masalah
Guru membantu siswa mengkaji ulang
hasil pemecahan masalah.
Guru memotivasi siswa agar terlibat
dalam pemecahan masalah.
Perwakilan salah satu kelompok
mempresentasikan hasil diskusi
berupa pohon masalah di depan
kelas.
Guru bersama siswa membuat
kesimpulan tentang materi yang
mereka pelajari
3 menit
185
PERTEMUAN KEDUA
Kegiatan Fase Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Orientasi
masalah
Guru menginformasikan tujuan
pembelajaran.
10 menit
Guru menciptakan lingkungan kelas
yang memungkinkan terjadi
pertukaran ide yang terbuka.
Motivasi dan Apersepsi:
a. Mengapa pancuran teko tidak
boleh lebih rendah dari posisi
tutupnya?
b. Apakah yang terjadi jika pipa
U diisi dengan dua zat cair
yang tidak bercampur?
Prasyarat pengetahuan:
a. Apakah bunyi hukum Pascal?
b. Bagaimana hubungan antara
massa jenis dan tinggi zat cair
dalam pipa U?
Inti Mengorganisa
sikan siswa
untuk belajar
Guru membagi siswa menjadi 8
kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan 4 siswa.
50 menit
Guru manyajikan beberapa
permasalahan mengenai bejana
berhubungan dan hukum Pascal.
Masing-masing kelompok memilih
masalah yang telah disajikan.
186
Siswa diberi kesempatan untuk
berpikir, menganalisis dan
memecahkan masalah yang mereka
pilih dengan membuat pohon
masalah.
Membantu
menyelidiki
secara
kelompok.
Guru memberi kemudahan pengerjaan
siswa dalam mengerjakan /
menyelesaikan masalah.
Siswa didorong untuk melakukan
dialog dan kerjasama dengan teman
sekelompok oleh guru.
Siswa dibimbing guru dalam
membuat pohon masalah untuk
menyelesaikan permasalahan yang
mereka peroleh.
Mengembang-
kan dan
menyajikan
hasil kerja
Siswa dibimbing dalam
merencanakan dan menyusun hasil
karya berupa pohon masalah sebab-
akibat sesuai kreatifitas masing-
masing kelompok.
Penutup Menganalisis
dan
mengevaluasi
hasil
pemecahan
masalah
Guru memotivasi siswa agar terlibat
dalam pemecahan masalah.
20 menit
Perwakilan salah satu kelompok
mempresentasikan hasil diskusi
berupa pohon masalah di depan
kelas.
Guru bersama siswa membuat
kesimpulan tentang materi yang
mereka pelajari dan memberi tugas
187
PERTEMUAN KETIGA
Kegiatan Fase Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Orientasi
masalah
Guru menginformasikan tujuan
pembelajaran.
10 menit
Guru menciptakan lingkungan kelas
yang memungkinkan terjadi
pertukaran ide yang terbuka.
Motivasi dan Apersepsi:
a. Mengapa ketika berada di air
kita merasakan sakit pada
mata?
b. Mengapa kapal selam dapat
terapung, melayang dan
tenggelam?
Prasyarat pengetahuan:
a. Sebutkan bunyi Hukum
Archimedes
b. Bagaimana konsep suatu
benda dikatakan terapung,
melayang , dan tenggelam?
Inti Mengorganisa
sikan siswa
untuk belajar
Guru membagi siswa menjadi 8
kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan 4 siswa.
50 menit
Guru manyajikan beberapa
permasalahan mengenai hukum
Archimedes.
Masing-masing kelompok memilih
masalah yang telah disajikan.
188
Siswa diberi kesempatan untuk
berpikir, menganalisis dan
memecahkan masalah yang mereka
pilih dengan membuat pohon
masalah.
Membantu
menyelidiki
secara
kelompok.
Guru memberi kemudahan pengerjaan
siswa dalam mengerjakan /
menyelesaikan masalah.
Siswa didorong untuk melakukan
dialog dan kerjasama dengan teman
sekelompok oleh guru.
Siswa dibimbing guru dalam
membuat pohon masalah untuk
menyelesaikan permasalahan yang
mereka peroleh.
Mengembang-
kan dan
menyajikan
hasil kerja
Siswa dibimbing dalam
merencanakan dan menyusun hasil
karya berupa pohon masalah sebab-
akibat sesuai kreatifitas masing-
masing kelompok.
Penutup Menganalisis
dan
mengevaluasi
hasil
pemecahan
masalah
Guru memotivasi siswa agar terlibat
dalam pemecahan masalah.
20 menit
Perwakilan salah satu kelompok
mempresentasikan hasil diskusi
berupa pohon masalah di depan
kelas.
Guru bersama siswa membuat
kesimpulan tentang materi yang
mereka pelajari.
189
PERTEMUAN KEEMPAT
Kegiatan Fase Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Orientasi
masalah
Guru menginformasikan tujuan
pembelajaran.
5 menit
Guru menciptakan lingkungan kelas
yang memungkinkan terjadi
pertukaran ide yang terbuka.
Motivasi dan Apersepsi:
c. Mengapa pada botol plastik
bekas yang diisi air dan
dilubangi, air akan keluar dari
setiap lubang?
d. Mengapa pancuran teko tidak
boleh lebih rendah dariposisi
tutupnya?
e. Mengapa kapal selam dapat
terapung, melayang dan
tenggelam?
Prasyarat pengetahuan:
a. Apa saja sifat-sifat tekanan
hidrostatis?
b. Bagaimana bunyi hukum
Pascal?
c. Bagaimana penerapan hukum
Pascal, hukum Archimedes
dan bejana berhubungan
dalam kehidupan sehari-hari?
Inti Mengorganisa
sikan siswa
Guru membagi siswa menjadi 4
kelompok besar.
15 menit
190
untuk belajar Guru menyajikan rancangan pohon
masalah mengenai hukum Pascal,
hukum Archimedes, bejana
berhungan, dan tekanan hidrostatis.
Masing-masing kelompok memilih
rancangan pohon masalah yang telah
disajikan.
Siswa diberi kesempatan untuk
berpikir, menganalisis dan mengisi
bagian yang kosong pada ranvcangan
pohon masalah untuk mendapatkan
kesimpulan secara umum.
Membantu
menyelidiki
secara
kelompok.
Guru memberi kemudahan pengerjaan
siswa dalam mengerjakan /
menyelesaikan diskusi.
Siswa didorong untuk melakukan
dialog dan kerjasama dengan teman
sekelompok oleh guru.
Mengembang-
kan dan
menyajikan
hasil kerja
Siswa dibimbing dalam
merencanakan dan menyusun hasil
karya berupa pohon masalah sesuai
kreatifitas masing-masing kelompok.
Penutup Menganalisis
dan
mengevaluasi
hasil
pemecahan
masalah
Guru memberikan penguatan kepada
siswa
60 menit
Guru melakukan penilaian refleksi
terhadap kegiatan yang sudah
dilakukan dengan memberikan
postest.
191
I. Sumber belajar
Buku IPA Fisika
Buku referensi yang relevan
LDS
Rancangan pohon masalah
J. Penilaian
Teknik : tes tertulis
Bentuk instrumen : soal uraian
Soal/instrumen : terlampir
Boja, April 2015
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Fisika Guru Mata Pelajaran Fisika
Andika Kususmawati, S.Pd Sri Winda Agustina W., S.Pd.
NIP. 19781106 200903 2 004 NIP. 19830826 20101 2 005
Peneliti
Nartini Lestari
NIM. 4201411039
192
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelompok Kontrol)
Sekolah : SMP Negeri 2 Boja
Kelas/semester : VIII/2
Mata Pelajaran : IPA Fisika
Alokasi Waktu : 8x 40’ (4 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi
5. Memahami peranana usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-
hari.
B. Kompetensi Dasar
5.5 Menyelidiki tekanan benda padat, cair dan gas serta penerapannya.
C. Indikator
1. Mengidentifikasi dan menjelaskan konsep tekanan hidrostatis.
2. Menganalisis konsep hukum Archimedes
3. Menganalisis konsep Hukum Pascall
4. Mendeskripisikan konsep bejana berhubungan
5. Mengidentifikasi penerapan konsep tekanan zat cair dalam kehidupan
sehari-hari
D. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat:
2.2 Mengidentifikasi dan menjelaskan konsep tekanan hidrostatis.
2.3 Menganalisis konsep hukum Archimedes
2.4 Menganalisis konsep Hukum Pascall
2.5 Mendeskripisikan konsep bejana berhubungan
2.6 Mengidentifikasi penerapan konsep tekanan zat cair dalam kehidupan
sehari-hari
Lampiran 20
193
E. Nilai Karakter
Santun
Bertanggung jawab
Cermat
Percaya diri
Aktif
F. Materi Pembelajaran
1. Tekanan Zat Cair
2. Tekanan Hidrostatis
3. Bejana Berhubungan
4. Hukum Pascal
5. Hukum Archimedes
G. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Pembelajaran kontekstual
2. Model Pembelajaran : Pembelajaran ekspositori
H. Langkah-langkah Pembelajaran
PERTEMUAN PERTAMA
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Pretest 60 menit
Motivasi dan Apersepsi:
c. Mengapa pada botol plastik bekas yang diisi
air dan dilubangi, air akan keluar dari setiap
lubang?
d. Bagaimana cara menentukan tekanan dalam
zat cair?
3 menit
194
Prasyarat pengetahuan:
c. Apakah sifat-sifat tekanan dalam zat cair?
d. Faktor apakah yang mempengaruhi tekanan
dalam zat cair?
Inti Eksplorasi
a. Siswa memperhatikan penjelasan yang
diberikan guru mengenai tekanan zat cair
dengan penuh perhatian.
b. Siswa menyebutkan sifat-sifat tekanan dalam
zat cair.
Elaborasi
a. Siswa memperhatikan contoh soal
menentukan tekanan dalam zat cair yang di
sampaikan guru.
b. Guru membimbing siswa untuk bekerjasama
dengan teman sebangku.
c. Guru memberikan soal menentukan tekanan
dalam zat cair untuk diselesaikan siswa
secara berpasangan.
d. Perwakilan siswa menuliskan jawaban di
depan kelas dengan penuh tanggung jawab.
Konfirmasi
a. Guru membimbing siswa untuk menarik
kesimpulan dari hasil pembelajaran secara
komunikatif.
b. Guru memberi penghargaan kepada siswa
yang untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
15 menit
195
Penutup a. Guru memberikan penghargaan kepada siswa
yang berani untuk maju menyelesaikan soal-
soal yang diberikan.
b. Guru memberi tugas untuk siswa agar
mempelajari materi selanjutnya.
2 menit
PERTEMUAN KEDUA
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Motivasi dan Apersepsi:
c. Mengapa pancuran teko tidak boleh lebih
rendah dari posisi tutupnya?
d. Apakah yang terjadi jika pipa U diisi dengan
dua zat cair yang tidak bercampur?
Prasyarat pengetahuan:
c. Apakah bunyi hukum Pascal?
d. Bagaimana hubungan antara massa jenis dan
tinggi zat cair dalam pipa U?
10 menit
Inti Eksplorasi
a. Siswa mengamati gambar tinggi permukaan
zat cair dalam pipa U.
b. Siswa mengamati gambar air yang keluar
dari balon yang telah dilubangi pada kegiatan
yang diperagakan guru.
c. Guru memfasilitasi siswa untuk mencari
informasi yang luas tentang materi yang akan
dipelajari.
d. Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antar
peserta didik.
60 menit
196
e. Siswa menjelaskan hubungan antara massa
jenis dan tinggi zat cair dalam pipa U.
Elaborasi
a. Guru memfasilitasi peserta didik melalui
pemberian tugas, dan diskusi dengan teman
sebangku untuk memunculkan gagasan baru
baik secara lisan maupun tulisan.
b. Guru memberikan kesempatan siswa untuk
berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah dari LDS yang telah disediakan.
c. Siswa memperhatikan penjelasan guru
mengenai Hukum Pascal dan bejana
berhubungan.
d. Siswa memperhatikan contoh soal
menentukan massa jenis zat cair yang
dimasukkan dalam pipa U yang di sampaikan
guru.
e. Guru memberikan soal menentukan massa
jenis zat cair yang dimasukkan dalam pipa U
untuk diselesaikan siswa secara berpasangan.
f. Perwakilan siswa menuliskan jawaban
dengan penuh tanggung jawab.
Konfirmasi
a. Guru membimbing siswa untuk menarik
kesimpulan dari hasil pembelajaran secara
komunikatif.
b. Guru memberi penghargaan kepada siswa
untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
Penutup a. Guru memberi tugas untuk siswa agar
mempelajari materi selanjutnya.
10 menit
197
b. Guru memberi tugas mencari penerapan
Hukum Pascall dan bejana berhubungan
kepada siswa untuk dikerjakan secara
berkelompok.
PERTEMUAN KETIGA
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Motivasi dan Apersepsi:
c. Mengapa ketika berada di air kita merasakan
sakit pada mata?
d. Mengapa kapal selam dapat terapung,
melayang dan tenggelam?
Prasyarat pengetahuan:
f. Sebutkan bunyi Hukum Archimedes
g. Bagaimana konsep suatu benda dikatakan
terapung, melayang , dan tenggelam?
10 menit
Inti Eksplorasi
a. Guru menjelaskan pengaruh massa jenis pada
peristiwa terapung, melayang dan tenggelam.
b. Guru menyebutkan pemanfaatan gaya
Archimedes dalam kehidupan sehari-hari.
c. Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antar
siswa serta antar siswa dengan guru.
Elaborasi
a. Guru memfasilitasi peserta didik melalui
pemberian tugas, dan diskusi dengan teman
sebangku untuk memunculkan gagasan baru
60 menit
198
baik secara lisan maupun tulisan.
b. Siswa diberi kesempatan berpikir,
menganalisis, menyelesaikan masalah
mengenai Hukum Archimedes dan
penerapannya.
c. Siswa diberi kesempatan untuk membuat
hasil karya / hasil diskusi dengan kreativitas
mereka.
d. Siswa menyajikan hasil diskusi di depan
kelas dengan penuh tanggung jawab.
Konfirmasi
a. Guru membimbing siswa untuk menarik
kesimpulan dari hasil pembelajaran secara
komunikatif.
b. Guru memberikan umpan balik positif dan
penguatan kepada siswa.
e. Guru memberi penghargaan kepada siswa
untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
Penutup Siswa membuat simpulan bersama-sama dengan
guru.
10 menit
199
PERTEMUAN KEEMPAT
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Motivasi dan Apersepsi:
a. Mengapa pada botol plastik bekas yang diisi
air dan dilubangi, air akan keluar dari setiap
lubang?
b. Mengapa pancuran teko tidak boleh lebih
rendah dariposisi tutupnya?
e. Mengapa kapal selam dapat terapung,
melayang dan tenggelam?
Prasyarat pengetahuan:
a. Apa saja sifat-sifat tekanan hidrostatis?
b. Bagaimana bunyi hukum Pascal?
c. Bagaimana penerapan hukum Pascal, hukum
Archimedes dan bejana berhubungan dalam
kehidupan sehari-hari?
5 menit
Inti a. Guru mereview materi yang telah diperoleh
siswa mengenai tekanan zat cair.
b. Guru memberikan pertanyaan seputar materi.
c. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan
guru.
d. Siswa dengan guru mengulas kembali
kesimpulan yang telah diperoleh pada
pertemuan-pertemuan sebelumnya.
15 menit
Penutup a. Guru memberikan penguatan kepada siswa
b. Guru melakukan penilaian refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilakukan dengan
memberikan postest.
60 menit
200
I. Sumber belajar
Buku IPA Fisika
Buku referensi yang relevan
LDS
J. Penilaian
Teknik : tes tertulis
Bentuk instrumen : soal uraian
Soal/instrumen : terlampir
Boja, April 2015
Mengetahui
Guru Mata Pelajaran Fisika Peneliti
Andika Kususmawati, S.Pd Nartini Lestari
NIP. 19781106 200903 2 004 NIM. 4201411039
201
Tekanan Hidrostatis
Buatlah pohon masalah untuk penyelesaian permasalahan
berikut!
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Ikan manakah yang mengalami tekanan hidrostatis paling besar?
Mengapa demikian?
LEMBAR
DISKUSI SISWA
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Mengapa dinding bendungan bagian bawah
lebih tebal daripada bagian atas?
Lampiran 21
202
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Mengapa semakin dalam menyelam telinga sering terasa
sakit?
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Pada gambar di atas, air pada lubang bagian gelas paling
bawah memancar paling kuat. Mengapa demikian?
203
Bejana Berhubungan
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Kalian pernah melihat orang yang dirawat di rumah sakit
dipasangi infus pada pergelangan tangannya. Tahukah kalian
kenapa infus dipasang lebih tinggi dari tempat tidur pasien?
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Bagaimana tukang bangunan menerapkan prinsip bejana
berhubungan untuk menentukan ketinggian yang sama?
204
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Mengapa tinggi pancuran teko tidak pernah lebih rendah
daripada tinggi permukaan teko?
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Mengapa menara penampung air selalu dipasang ditempat
yang lebih tinggi?
205
Hukum Pascal
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Bagaimana prinsip kerja dongkrak hidrolik yang
biasanya digunakan untuk mengangkat beban berat?
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Bagaimana pancaran air saat balon yang telah dilubangi
tersebut ditekan pada bagian ujungya? Mengapa
demikian?
206
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Bagaimana prinsip kerja alat pengangkat mobil yang sering
kalian jumpai ?
207
Hukum Archimedes
Mengapa es dapat terapung pada permukaan air?
LEMBAR
DISKUSI SISWA
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Apabila sebatang kayu dijatuhkan ke air, apa yang akan
terjadi? Mengapa demikian?
208
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Bagaimana kapal selam dapat terapung,
melayang dan tenggelam di laut?
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Mengapa kita mudah berenang dalam air laut daripada air
tawar?
209
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Mengapa balon udara dapat naik ke udara?
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Mengapa kapal laut yang berat dapat terapung di atas
permukaan laut?
210
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Masukkan sebutir telur ke dalam wadah berisi air, apa
yang terjadi? Telur tersebut akan tenggelam. Kemudian,
larutkan garam dapur ke dalam air. Setelah air tenang,
perlahan-lahan telur tersebut naik dan akhirnya melayang.
Mengapa terjadi demikian?
LEMBAR
DISKUSI SISWA
Pernahkah kamu bersantai dengan mengapungkan punggungmu
di dalam kolam renang. Kamu merasa seperti tidak memiliki
berat pada saat air tersebut menopangmu. Jika kamu perlahan-
lahan naik keluar dari kolam, kamu merasa tubuhmu seperti bertambah berat. Mengapa demikian?
Tekanan Zat Cair
Fluida Statis
Tekanan
Hidrostatis
Hukum
Pascal
Bejana
Berhubungan
Hukum
Archimedes
Terapung Melayang Tenggelam
Fluida Dinamis
Lam
pira
n 2
2
211
Tekanan Hidrostatis
Bagaimana sifat tekanan hidrostatis?
Bagaimana tekanan
hidrostatis pada kedalam yang
sama?
Bagaimana tekanan hidrostatis jika
kedalaman zat cair makin besar?
Bagaimanakah arah tekanan hidrostatis?
Bagaimana tekanan hidrostatis jika
massa jenis zat cair makin besar?
Bagaimanakah cara
menghitung ?
.
sebutkan penerapan
tekanan hidostatis
dalam kehidupan sehari-hari!
212
Hukum Pascal
Bagaimana dengan tekanan zat cair
dalam ruang tertutup?
Bagimana bunyi Hukum Pascal?
Bagaimana penerapan hukum
Pascal dalam kehidupan?
Bagaimana prinsip kerja alat tersebut?
Bagaimana prinsip kerja alat tersebut?
Bagaimana prinsip kerja alat
tersebut??
213
Bejana berhubungan
Bagaimana permukaan zat cair pada bejana-bejana yang saling
berhubungan?
Bgaimana cara menentukan tinggi masing-masing zat cair dalam bejana berhubungan?
Bagaimana bunyi hukum bejana berhubungan?
peristiwa apa saja yang menerapkan prinsip bejana
berhubungan dalam kehidupan sehari-hari?bejana berhubungan?
214
Hukum Archimedes
Tenggelam
Benda dikatakan tenggelam jika....
sebutkan contoh dalam kehidupan
sehari-hari!
Melayang
Benda dikatakan melayang jika...
Sebutkan contoh dalam kehidupan
sehari-hari!
Terapung
Benda dikatakan terapung jika...
Sebutkan contoh dalam kehidupan
sehari-hari!
215
Tekanan Zat Cair
Fluida Statis
Tekanan
Hidrostatis
Hukum
Pascal
Bejana
Berhubungan
Hukum
Archimedes
Terapung Melayang Tenggelam
Fluida Dinamis
Lam
pira
n 2
3
216
Tekanan Hidrostatis
Bagaimana sifat tekanan hidrostatis?
Bagaimana tekanan
hidrostatis pada kedalam yang
sama?
tekanan hidrosrtatis sama besar
Bagaimana tekanan hidrostatis jika
kedalaman zat cair makin besar?
tekanan hidrostatis
makin besar
Bagaimanakah arah tekanan hidrostatis?
menekan ke segala arah
Bagaimana tekanan hidrostatis jika
massa jenis zat cair makin besar?
tekanan hidrostatis
makin besar
Bagaimanakah cara
menghitung ?
Gaya yang bekerja pada dasar tabung berisi zat cair adalah
berat zat cair itu sendiri.
jika w = berat zat cair dan A = luas dasar tabung maka,
𝑤
𝑉
sebutkan penerapan
tekanan hidostatis
dalam kehidupan sehari-hari!
Bendungan
air mancur
217
Hukum Pascal
Bagaimana dengan tekanan zat cair dalam ruang
tertutup?
tekanan zat cair pada ruang tertutup akan diteruskan ke
segala arah
Bagimana bunyi Hukum Pascal?
Gaya yang diberikan pada zat cair dalam ruang
tertutup , tekanannya diteruskan oleh zat cair itu
ke segala arah dengan sama kuat
Bagaimana penerapan hukum Pascal dalam
kehidupan?
Alat-alat apa saja yang bekerja berdasarkan
hukum Pascal?
Rem hidrolil
Bagaimana prinsip kerja alat tersebut?
sistem hidrolik menimbulkan gaya yang besar dengan gaya yang
kecil
dongkrak hidrolik
Bagaimana prinsip kerja alat tersebut?
sistem hidrolik menimbulkan gaya yang besar dengan gaya yang
kecil
Alat pengengkat mobil
Bagaimana prinsip kerja alat tersebut??
sistem hidrolik menimbulkan gaya yang besar dengan gaya yang
kecil 218
Bejana berhubungan
Bagaimana permukaan zat cair pada bejana-bejana yang saling
berhubungan?
pada keadaan seimbang permukaannya dalam 1 bidang
datar
Bgaimana cara menentukan tinggi masing-masing zat cair dalam bejana berhubungan?
Bagaimana bunyi hukum bejana berhubungan?
Permukaan zat cair yang sejenis yang tak bergerak di dalam bejana berhubungan selalu
terletak pada satu bidang datar
peristiwa apa saja yang menerapkan prinsip bejana
berhubungan dalam kehidupan sehari-hari?bejana berhubungan?
air tidak tumpah dari mulut ceret
air dari perusahaan PAM dapat mengalir ke rumah-ru mah
karena tan dan pipa leding yang menuju ke rumah
Tukang batu menggunakan waterpass untuk mengetahui
kerataan lantai
219
Hukum Archimedes
Tenggelam
Benda dikatakan tenggelam jika massa
jenis benda lebih besar dari massa jenis zat cair
sebutkan contoh dalam kehidupan sehari-hari!
batu yang tenggelam dalam air
kapal selam saat tenggelam di dalam
lautan
Melayang
Benda dikatakan melayang jika massa
jenis benda sama dengan massa jenis zat
cair
Sebutkan contoh dalam kehidupan sehari-hari!
telur saat dimasukkan ke dalam air garam
kapal selam saat ruang kosong tidak terisi
penuh dan melayang di air laut
Terapung
Benda dikatakan terapung jika massa
jenis benda lebih kecil dari massa jenis zat cair
Sebutkan contoh dalam kehidupan sehari-hari!
gabus yang berada di atas air
kapal di laut 220
HASIL PREE-TEST KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
KELOMPOK EKSPERIMEN
Kode x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 x19 x20 N
B-01 5 1 4 3 3 5 1 2 1 1 2 5 5 3 1 3 1 2 2 2 52
B-02 5 1 4 5 3 5 1 2 1 1 3 5 4 1 1 3 1 3 1 2 52
B-03 5 3 4 5 1 5 4 1 2 0 3 5 4 4 0 0 0 4 3 3 56
B-04 5 2 5 1 0 5 1 5 1 0 3 5 5 2 5 5 5 2 2 2 61
B-05 5 1 4 3 1 5 3 5 1 1 0 5 2 4 1 5 0 2 0 0 48
B-07 5 1 3 5 4 5 3 2 1 1 2 5 5 1 2 5 2 4 2 2 60
B-06 5 1 4 3 3 5 1 2 1 1 2 5 5 3 1 3 1 2 2 2 52
B-08 5 1 4 3 1 5 4 3 1 1 0 5 5 4 1 1 0 0 0 0 44
B-09 5 1 5 5 3 2 2 4 1 1 3 5 5 1 1 5 1 3 1 1 55
B-10 5 3 4 5 0 2 2 2 2 0 5 5 5 4 1 4 1 0 2 0 52
B-11 5 3 4 5 1 4 2 1 1 1 5 4 5 2 1 4 1 2 2 2 55
B-12 5 3 3 3 1 5 1 3 1 1 3 5 3 1 1 2 1 4 2 1 49
B-13 5 3 4 5 1 5 1 2 1 0 0 5 4 4 0 0 0 1 0 0 41
B-14 5 0 4 3 0 4 3 4 1 0 3 1 0 0 0 4 0 4 5 1 42
B-15 2 1 4 3 4 5 5 1 1 1 3 5 5 1 1 1 2 4 3 1 53
B-16 5 3 4 5 0 2 2 5 2 2 5 5 5 4 1 4 1 0 0 0 55
B-17 5 3 3 3 1 5 2 2 1 1 3 5 2 1 2 2 1 4 1 1 48
B-18 5 1 4 3 3 2 1 5 1 1 3 5 4 1 1 4 5 5 3 2 59
B-19 2 1 4 4 4 5 5 1 1 1 3 5 5 1 1 2 4 0 0 0 49
B-20 5 1 5 5 3 3 2 4 1 1 3 5 5 1 1 5 1 3 1 1 56
B-21 5 1 5 5 5 5 3 2 1 1 3 5 4 1 1 0 0 0 0 0 47
B-22 5 1 5 3 3 5 3 2 1 1 2 5 5 3 1 5 1 2 2 2 57
B-23 5 1 4 1 3 5 5 1 1 0 2 2 4 1 5 5 5 4 1 2 57
B-24 5 2 4 5 1 5 2 1 2 0 5 5 5 0 1 5 1 2 2 2 55
B-25 5 1 3 3 4 5 2 1 1 1 5 4 5 3 5 1 1 2 2 2 56
B-26 5 2 5 1 0 5 3 5 1 0 5 2 0 0 0 5 0 4 2 0 45
B-27 3 1 3 3 3 3 4 1 1 1 3 5 5 5 1 1 1 4 3 3 54
B-28 5 1 3 3 3 4 4 1 1 0 2 5 5 5 2 1 2 4 1 1 53
B-29 5 4 4 3 3 5 5 1 2 1 5 5 5 4 0 0 0 0 0 0 52
B-30 5 3 4 5 1 3 1 1 2 5 4 4 0 2 3 1 2 3 3 52
B-31 5 1 4 3 3 4 4 5 1 1 3 4 4 1 1 5 5 4 2 1 61
Lam
pira
n 2
4
221
C-01 5 0 1 3 1 5 2 2 2 0 2 5 5 0 0 5 0 5 0 0 43
C-02 2 2 2 3 2 1 0 1 1 0 3 5 5 4 0 0 0 3 0 0 34
C-03 2 3 1 3 3 4 1 1 1 0 0 5 5 3 0 5 5 4 0 0 46
C-04 1 1 3 1 3 1 0 1 1 0 5 5 5 4 0 0 5 4 0 0 40
C-05 2 2 4 1 1 1 0 0 2 0 0 5 5 4 0 0 5 1 0 0 33
C-06 0 2 4 1 3 1 0 0 2 0 0 5 5 3 0 0 5 0 0 0 31
C-07 2 2 1 3 1 5 2 0 0 0 0 5 5 4 0 0 5 0 0 0 35
C-08 2 2 4 3 1 5 0 0 1 0 5 5 5 5 4 0 5 4 0 0 51
C-09 2 0 4 2 1 5 4 0 1 0 1 5 5 2 0 0 5 4 0 0 41
C-10 2 2 0 3 3 1 3 0 2 0 0 5 5 4 0 0 0 1 0 0 31
C-11 2 3 4 3 3 4 1 1 1 0 0 5 5 4 1 0 5 4 0 0 46
C-12 0 3 1 3 3 3 5 1 0 0 0 5 5 4 0 5 5 4 0 0 47
C-13 0 3 0 3 3 3 1 1 2 0 0 5 5 4 0 5 5 4 0 0 44
C-14 0 3 4 3 4 0 5 0 5 1 5 5 5 5 4 0 5 4 0 0 58
C-15 2 2 0 0 1 1 0 0 2 0 0 5 5 2 0 0 5 0 0 0 25
C-16 5 0 1 3 1 5 0 2 2 0 0 5 5 0 0 5 4 0 0 0 38
C-17 2 2 4 5 1 4 2 1 2 0 5 5 5 2 0 0 0 0 0 0 40
C-18 3 3 4 5 1 4 2 1 1 0 0 5 5 4 0 0 5 4 0 0 47
C-19 1 2 4 5 1 1 1 1 2 0 4 5 4 4 0 0 5 4 0 0 44
C-20 2 0 4 3 1 1 2 0 2 0 3 5 3 0 0 0 0 0 0 0 26
C-21 2 3 4 4 1 5 1 2 1 0 0 3 5 4 0 0 5 4 0 0 44
C-22 0 3 4 3 4 0 5 0 5 1 5 5 5 5 4 0 5 4 0 0 58
C-23 1 3 4 5 1 3 4 1 1 0 0 5 5 4 0 0 5 4 0 0 46
C-24 2 0 1 3 1 5 2 0 1 0 0 0 5 4 0 0 5 0 0 0 29
C-25 3 2 2 3 2 2 0 1 1 0 1 5 5 4 0 0 5 0 0 0 36
C-26 5 0 0 3 3 5 0 0 3 0 5 0 5 0 0 0 0 0 0 0 29
C-27 1 0 1 3 3 0 1 1 0 0 0 0 5 4 0 5 0 4 0 0 28
C-28 2 2 4 5 1 3 2 1 2 0 5 5 5 3 0 0 0 0 0 0 40
C-29 2 2 3 5 1 4 2 1 1 0 1 5 5 4 0 0 5 4 0 0 45
C-30 2 3 4 4 1 5 1 2 2 0 0 5 5 3 0 0 5 4 0 0 46
C-31 3 2 4 3 3 3 1 1 1 0 0 5 5 4 3 0 5 4 0 0 47
C-32 2 0 3 1 0 5 2 1 1 0 5 0 5 4 0 1 5 4 0 0 39
∑ 209 109 208 210 125 228 134 101 88 29 148 279 282 171 58 124 164 159 50 39 2915
3,3174 1,73015 3,30158 3,33333 1,9841 3,61904 2,12698 1,6031 1,39682 0,46031 2,3492 4,42857 4,54838 2,71428 0,92063 1,96825 2,60317 2,52381 0,79365 0,61 46,3
222
HASIL PREE-TEST KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
KELOMPOK KONTROL
Kode x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 x19 x20 N
F-01 5 0 3 3 3 5 2 1 1 0 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 28
F-02 3 2 1 3 1 1 1 1 1 1 3 3 1 2 1 1 1 4 1 3 35
F-03 5 2 4 3 4 5 3 1 1 1 1 2 3 1 1 5 1 4 2 2 51
F-04 5 0 1 1 0 5 1 1 1 1 3 1 2 1 1 5 1 4 2 1 37
F-05 1 2 3 1 1 2 2 2 1 1 3 3 1 4 1 0 1 4 2 2 37
F-06 2 0 3 3 1 5 3 1 2 1 5 1 3 1 1 1 0 1 1 0 35
F-07 5 1 4 5 1 2 4 1 1 0 0 0 0 0 0 0 5 4 0 2 35
F-08 3 1 3 1 1 4 2 2 1 0 2 1 1 0 1 0 1 1 1 2 28
F-09 0 0 3 5 3 4 2 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18
F-10 1 0 3 3 1 1 1 2 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 16
F-11 5 2 0 3 3 1 2 1 1 0 1 1 0 0 0 3 2 4 0 0 29
F-12 2 1 3 3 1 5 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 33
F-13 5 0 5 3 1 5 2 2 5 1 5 1 5 0 0 1 1 4 1 1 48
F-14 1 0 3 0 3 5 1 2 2 0 3 1 0 0 0 2 0 3 0 0 26
F-15 3 1 1 0 1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 4 1 2 29
F-16 1 1 1 3 1 3 1 1 2 2 3 2 1 3 2 1 1 4 1 1 35
F-17 2 1 0 0 3 2 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12
F-18 1 1 5 5 3 4 2 1 1 2 1 2 2 5 2 5 5 4 5 2 58
F-19 5 2 4 5 1 5 3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 5 4 0 2 38
F-20 5 0 3 1 1 5 3 1 2 2 5 0 0 0 0 5 5 4 0 0 42
F-21 3 3 3 3 3 4 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 38
F-22 3 2 1 3 1 2 3 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 4 1 2 37
F-23 3 3 3 1 1 3 5 2 1 0 2 3 1 0 1 3 1 4 1 2 40
F-24 3 1 3 3 1 5 1 2 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 2 27
F-25 5 0 3 3 0 5 3 1 2 1 1 0 0 1 1 3 0 2 1 5 37
F-26 5 2 1 3 1 1 5 2 2 1 3 2 1 1 1 1 1 4 2 2 41
F-27 1 1 4 5 3 1 2 2 1 1 1 3 0 1 1 1 1 2 1 1 33
F-28 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 5 1 1 34
F-30 2 0 1 3 1 5 2 2 2 1 3 1 0 0 1 1 1 2 0 0 28
F-31 2 1 1 5 1 3 5 2 2 1 3 2 1 2 1 1 1 4 1 2 41
F-32 2 2 4 5 5 2 5 2 1 1 3 3 1 3 1 3 1 4 1 2 51
∑ 101 33 78 86 52 103 75 44 44 24 65 42 28 32 24 47 41 87 29 42 1077
3,2580 1,06451 2,51612 2,77419 1,67741 3,32258 2,41935 1,41935 1,41935 0,77419 2,09677 1,35483 0,90322 1,03225 0,77419 1,51612 1,32258 2,80645 0,93548 1,354 34,7
HASIL POST-TEST KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
KELOMPOK EKSPERIMEN
Lam
pira
n 2
5
223
Kode x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 x19 x20 N
B-01 2 1 5 3 4 2 1 5 5 5 5 4 3 5 1 5 5 5 3 2 71
B-02 5 1 5 5 5 5 1 5 3 5 1 2 5 5 1 5 5 5 5 1 75
B-03 5 2 5 3 5 4 1 5 2 4 1 3 5 5 3 1 5 5 5 4 73
B-04 4 2 5 3 5 5 1 5 1 5 1 4 5 2 3 3 5 5 4 5 73
B-05 5 2 5 3 5 5 1 5 1 5 1 4 5 2 3 4 5 5 3 5 74
B-07 5 1 5 3 4 5 1 5 1 5 3 2 3 5 2 5 5 5 3 2 70
B-06 5 1 5 3 4 5 1 5 1 5 3 2 3 5 2 5 5 5 3 2 70
B-08 5 1 5 3 5 5 1 5 1 5 1 4 5 2 3 3 5 5 4 4 72
B-09 5 1 5 3 5 5 1 5 1 5 1 4 5 2 3 3 5 5 5 5 74
B-10 2 1 5 3 3 2 1 5 1 5 3 1 3 5 1 5 5 5 3 2 61
B-11 2 1 5 3 4 2 1 5 1 5 3 1 3 5 1 5 5 5 3 2 62
B-12 2 1 5 3 4 2 1 2 5 5 3 2 3 1 1 5 5 5 2 2 59
B-13 5 2 4 3 4 3 2 4 1 4 2 3 5 5 4 4 5 4 2 4 70
B-14 5 4 5 3 4 5 1 2 1 5 1 4 5 5 3 2 5 5 5 4 74
B-15 2 1 3 3 4 5 3 5 4 5 1 4 4 5 1 5 5 5 5 1 71
B-16 2 1 5 3 4 2 1 5 1 5 4 1 3 5 1 5 5 5 2 3 63
B-17 2 1 5 3 4 2 2 5 1 5 3 1 3 5 1 5 5 5 3 2 63
B-18 5 4 5 1 5 5 1 5 1 3 1 4 5 5 3 2 5 5 5 3 73
B-19 2 1 5 3 5 5 1 5 2 5 1 5 1 5 2 5 5 5 5 2 70
B-20 5 1 5 3 5 5 1 5 1 5 1 4 5 2 3 3 5 5 3 5 72
B-21 2 1 5 3 5 5 1 5 1 4 1 2 5 1 1 1 5 5 5 1 59
B-22 4 3 5 3 4 3 1 5 1 4 5 4 5 5 3 1 5 5 1 3 70
B-23 5 2 5 5 5 5 1 5 1 5 1 4 5 5 3 5 5 5 4 5 81
B-24 5 1 5 3 4 5 1 5 1 5 3 2 3 5 2 5 5 5 3 2 70
B-25 3 2 5 4 4 5 1 5 1 5 1 4 5 2 3 3 5 5 4 5 72
B-26 5 2 5 1 5 5 1 4 2 5 1 3 5 4 3 2 5 5 5 2 70
B-27 5 1 5 5 5 5 3 5 4 5 1 4 5 1 1 3 5 5 5 1 74
B-28 5 1 5 5 5 5 1 5 1 5 1 3 5 5 1 3 5 5 5 1 72
B-29 2 1 5 3 3 2 1 5 1 5 3 1 3 5 1 5 5 5 3 2 61
B-30 2 1 5 3 4 2 1 5 1 5 3 1 3 5 1 5 5 5 3 1 61
B-31 5 3 5 1 4 5 2 1 1 5 1 2 5 5 1 1 5 5 2 5 64
C-01 5 1 1 1 1 5 2 5 1 5 5 4 5 5 1 3 1 1 3 2 57
C-02 2 3 3 3 4 5 5 5 1 1 5 3 5 5 1 1 5 5 3 5 70
C-03 5 3 4 3 4 5 4 2 1 1 5 4 5 5 1 2 5 5 5 1 70
224
C-04 2 3 4 3 1 5 1 5 1 5 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 45
C-05 5 1 2 3 4 5 5 5 5 5 3 4 4 5 1 3 4 5 3 1 73
C-06 5 1 5 1 1 5 1 5 1 1 3 1 5 5 1 3 5 5 2 1 57
C-07 5 3 4 3 3 5 3 2 2 2 5 3 4 5 2 3 5 5 5 1 70
C-08 5 1 1 1 1 5 5 1 1 1 4 3 5 1 2 5 5 1 1 1 50
C-09 2 3 3 3 4 5 5 5 1 2 4 3 5 5 5 1 5 5 3 5 74
C-10 2 1 2 3 4 1 1 2 1 2 3 3 3 5 1 2 5 5 5 1 52
C-11 5 3 3 1 1 5 5 2 1 1 4 4 5 5 1 1 5 5 5 1 63
C-12 5 1 4 3 3 2 1 3 1 1 1 1 5 1 1 1 5 5 5 5 54
C-13 2 1 4 3 3 2 1 1 1 1 4 1 5 1 1 1 5 5 5 5 52
C-14 2 3 3 3 4 5 5 5 1 1 5 3 5 5 1 1 5 5 3 5 70
C-15 1 1 3 3 4 2 5 5 1 1 3 1 5 5 1 1 5 3 5 1 56
C-16 5 1 1 3 4 3 1 5 1 5 3 4 5 5 1 2 1 1 5 1 57
C-17 5 1 3 3 4 5 5 5 1 5 5 4 5 5 1 5 5 5 2 1 75
C-18 5 4 4 3 1 5 5 5 1 1 5 3 5 5 1 1 5 5 5 1 70
C-19 2 3 1 3 4 2 4 5 1 2 3 3 3 5 1 2 5 5 2 1 57
C-20 2 1 1 1 4 5 1 3 1 2 3 3 4 5 1 2 5 5 5 1 55
C-21 2 1 4 3 4 2 3 5 1 1 5 4 5 5 3 2 5 5 5 5 70
C-22 2 1 1 1 3 5 5 5 1 1 5 3 1 4 1 5 4 3 5 1 57
C-23 5 4 4 3 1 5 5 5 1 1 5 3 5 5 1 1 5 5 5 1 70
C-24 5 3 4 4 3 5 5 5 1 1 3 3 5 5 1 1 5 5 5 1 70
C-25 2 1 3 3 4 5 3 2 1 1 4 4 3 5 1 2 5 5 5 1 60
C-26 5 1 1 1 1 5 5 3 1 1 1 3 5 5 1 2 5 5 5 1 57
C-27 5 3 3 1 4 5 5 2 1 1 5 4 5 5 2 2 5 5 5 2 70
C-28 3 1 3 3 4 5 5 5 1 1 5 4 5 5 2 5 5 5 2 1 70
C-29 5 3 4 3 1 5 1 5 4 5 3 3 5 1 1 1 1 1 1 1 54
C-30 2 1 4 1 4 3 3 5 1 2 3 3 3 5 3 1 5 5 3 5 62
C-31 5 2 5 1 1 5 5 5 5 5 4 4 5 5 1 1 5 5 5 1 75
C-32 5 4 4 3 1 5 1 5 4 5 3 3 5 5 3 3 5 5 5 2 76
∑ 236 112 248 173 226 263 149 271 97 219 183 188 270 263 108 181 297 290 237 151 4162
3,7460 1,77777 3,93650 2,74603 3,5873 4,17460 2,36507 4,3015 1,53968 3,47619 2,9047 2,98412 4,28571 4,17460 1,71428 2,87301 4,71428 4,60317 3,76190 2,39 66,0
HASIL POST-TEST KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
KELOMPOK KONTROL
225
Kode x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 x19 x20 N
F-01 5 2 1 3 1 5 5 5 2 5 1 1 1 1 3 1 1 1 5 1 50
F-02 5 1 2 3 3 5 2 3 1 2 1 1 1 3 1 2 1 1 5 1 44
F-03 3 2 3 5 4 1 3 5 1 5 3 2 3 1 1 2 2 3 3 4 56
F-04 5 3 1 3 4 5 3 5 1 2 1 1 1 5 1 1 1 1 1 1 46
F-05 5 1 3 3 4 3 4 5 4 5 2 4 5 5 1 2 3 3 3 5 70
F-06 5 1 1 3 3 5 3 5 1 2 1 1 2 5 1 3 5 3 1 1 52
F-07 5 1 1 1 3 5 1 5 1 5 1 1 5 5 1 2 4 3 5 1 56
F-08 5 1 1 1 3 4 5 5 1 5 1 1 5 5 1 2 4 4 5 1 60
F-09 5 3 3 3 3 5 5 5 1 1 1 1 1 5 3 1 1 1 3 1 52
F-10 5 1 1 3 1 5 1 2 1 1 1 1 1 5 2 1 1 1 2 2 38
F-11 5 3 1 3 3 5 1 1 2 3 3 1 3 5 2 1 4 4 3 3 56
F-12 2 2 1 3 3 2 3 5 1 1 3 1 2 5 1 1 1 1 1 1 40
F-13 2 1 1 3 4 5 1 5 1 4 1 4 5 3 1 1 5 1 3 2 53
F-14 5 1 1 3 4 1 1 2 1 1 1 1 1 5 1 3 5 3 3 5 48
F-15 2 1 1 3 4 5 3 5 1 2 5 4 4 5 1 2 4 5 5 4 66
F-16 5 1 1 3 3 5 3 3 1 3 3 2 2 5 1 3 3 4 3 1 55
F-17 5 4 2 3 3 5 2 1 1 2 1 1 1 5 3 3 1 1 3 1 48
F-18 5 1 3 3 4 3 4 5 4 5 2 4 5 5 1 2 3 3 3 5 70
F-19 5 1 1 1 2 5 2 5 1 5 1 1 5 5 1 1 4 5 5 1 57
F-20 5 5 5 1 3 5 5 5 4 5 1 1 5 5 1 1 3 1 4 5 70
F-21 2 1 1 3 3 5 1 1 1 3 1 1 1 5 2 1 1 1 2 3 39
F-22 5 1 1 3 4 5 5 5 1 1 5 4 4 5 1 2 5 4 5 5 71
F-23 5 1 1 3 4 5 4 5 1 2 5 4 5 3 1 1 3 1 5 1 60
F-24 5 1 1 3 3 5 3 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 2 3 41
F-25 5 1 1 3 3 5 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 3 38
F-26 5 1 1 3 4 2 3 5 1 1 5 1 3 5 3 1 3 1 5 1 54
F-27 5 3 3 3 3 5 2 1 2 3 3 1 3 5 2 1 3 5 3 4 60
F-28 2 2 1 3 3 1 3 5 1 1 1 1 1 5 1 3 4 3 5 1 47
F-30 5 3 1 3 4 5 3 5 1 1 1 1 1 5 1 1 3 1 1 1 47
F-31 2 1 1 3 4 2 4 5 1 1 5 1 4 5 3 1 3 4 5 1 56
F-32 3 2 1 3 4 3 1 5 1 5 5 3 3 5 1 1 3 1 2 1 53
∑ 133 53 47 87 101 127 89 121 43 84 67 53 85 137 46 49 86 72 103 70 1653
4,2903 1,70967 1,51612 2,80645 3,25806 4,09677 2,87096 3,90322 1,38709 2,70967 2,16129 1,70967 2,74193 4,41935 1,48387 1,58064 2,77419 2,32258 3,32258 2,258 53,3
226
227
UJI NORMALITAS DATA AKHIR SAMPEL
Uji Kolmogorov-Smirnov
Hipotesis
H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis
| |
Kriteria yang digunakan
H0 ditolak jika
No Nilai tabel | |
1 38 2 76 -23,8617 -2,26 0,4881 0,0119 0,0213 0,0094
2 39 1 39 -22,8617 -2,17 0,485 0,015 0,0319 0,0169
3 40 1 40 -21,8617 -2,07 0,4808 0,0192 0,0426 0,0234
4 41 1 41 -20,8617 -1,98 0,4761 0,0239 0,0532 0,0293
5 44 1 44 -17,8617 -1,69 0,4545 0,0455 0,0638 0,0183
6 45 1 45 -16,8617 -1,6 0,4452 0,0548 0,0745 0,0197
7 46 1 46 -15,8617 -1,5 0,4332 0,0668 0,0851 0,0183
8 47 2 94 -14,8617 -1,41 0,4207 0,0793 0,1064 0,0271
9 48 2 96 -13,8617 -1,31 0,4049 0,0951 0,1277 0,0326
10 50 2 100 -11,8617 -1,12 0,3686 0,1314 0,1489 0,0175
11 52 4 208 -9,8617 -0,94 0,3264 0,1736 0,1915 0,0179
12 53 2 106 -8,8617 -0,84 0,2996 0,2004 0,2128 0,0124
13 54 3 162 -7,8617 -0,75 0,2734 0,2266 0,2447 0,0181
14 55 2 110 -6,8617 -0,65 0,2422 0,2578 0,266 0,0082
15 56 5 280 -5,8617 -0,56 0,2123 0,2877 0,3191 0,0314
16 57 7 399 -4,8617 -0,46 0,1772 0,3228 0,3936 0,0708
17 59 2 118 -2,8617 -0,27 0,1064 0,3936 0,4149 0,0213
18 60 4 240 -1,8617 -0,18 0,0714 0,4286 0,4574 0,0288
19 61 3 183 -0,8617 -0,08 0,0319 0,4681 0,4894 0,0213
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan
Ho
Lampiran 26
228
20 62 2 124 0,138298 0,01 0,004 0,504 0,5106 0,0066
21 63 3 189 1,138298 0,11 0,0438 0,5438 0,5426 0,0012
22 64 1 64 2,138298 0,2 0,0793 0,5793 0,5532 0,0261
23 66 1 66 4,138298 0,39 0,1517 0,6517 0,5638 0,0879
24 70 20 1400 8,138298 0,77 0,2794 0,7794 0,7766 0,0028
25 71 3 213 9,138298 0,87 0,3078 0,8078 0,8085 0,0007
26 72 4 288 10,1383 0,96 0,3315 0,8315 0,8511 0,0196
27 73 4 292 11,1383 1,06 0,3554 0,8554 0,8936 0,0382
28 74 5 370 12,1383 1,15 0,3749 0,8749 0,9468 0,0719
29 75 3 225 13,1383 1,25 0,3944 0,8944 0,9787 0,0843
30 76 1 76 14,1383 1,34 0,4099 0,9099 0,9894 0,0795
31 81 1 81 19,1383 1,82 0,4656 0,9656 1 0,0344
10,54441
Untuk , diperoleh
√
Sedangkan 0,0879
0,0879 0,1402
Karena maka diterima.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Daerah penolakan Ho Daerah
penerimaan Ho
18
6
229
UJI HOMOGENITAS DATA AKHIR SAMPEL
Uji Bartlett
Hipotesis
H0 :
H1 : Paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku
Pengujian Hipotesis
Rumus uji Bartlett:
7. Varians gabungan dari semua sampel
8. Harga satuan B
∑
9. Uji Bartlett dengan statistik chi kuadrat
{ ∑ }
Kriteria yang digunakan
H0 diterima jika
Hasil Perhitungan
Kelas
Eksperimen 63 62 62,9959 3905,746 1,799312 111,5574
Kontrol 31 30 92,75914 2782,774 1,967357 59,0207
94 92 155,755 6688,52 3,766669 170,5781
Lampiran 27
230
Langkah-langkah
1 72,70131
2 171,2619
3
1,574552
Diperoleh sebesar 1,574552
Untuk dengan – , diperoleh 5,99.
Karena
, maka diterima, yang berarti
sampel berasal dari populasi yang homogen.
Daerah
penerimaan 𝐻
Daerah penolakan 𝐻
1,574552 5,99
231
PERHITUNGAN N-GAIN
(PENINGKATAN SKOR RATA-RATA KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS)
Rumus yang digunakan:
⟨ ⟩
⟨ ⟩
Keterangan :
N-gain : nilai gain
: skor rata-rata post-test
: skor rata-rata pre-test
Kriteria Pengujian:
Dengan kategori perolehan sebagai berikut:
g > 0,7 : tinggi
0,3 g < 0,7 : sedang
g < 0,3 : rendah
Lampiran 28
PERHITUNGAN N-GAIN KELOMPOK EKSPERIMEN
Kode
Siswa
Pree-test Post-test N-Gain
Kategori
N-gain Nilai P (%) Kriteria Ketuntasan Nilai P (%) Kriteria Ketuntasan
B-01 52 52 Cukup kritis Tidak tuntas 71 71 Kritis Tuntas 0,395833 sedang
B-02 52 52 Cukup kritis Tidak tuntas 75 75 Kritis Tuntas 0,479167 sedang
B-03 56 56 Cukup kritis Tidak tuntas 73 73 Kritis Tuntas 0,386364 sedang
B-04 61 61 Cukup kritis Tidak tuntas 73 73 Kritis Tuntas 0,307692 sedang
B-05 48 48 Cukup kritis Tidak tuntas 74 74 Kritis Tuntas 0,5 sedang
B-07 60 60 Kurang kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,25 rendah
B-06 52 52 Cukup kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,375 sedang
B-08 44 44 Kurang kritis Tidak tuntas 72 72 Kritis Tuntas 0,5 sedang
B-09 55 55 Cukup kritis Tidak tuntas 74 74 Kritis Tuntas 0,422222 sedang
B-10 52 52 Cukup kritis Tidak tuntas 61 61 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,1875 rendah
B-11 55 55 Cukup kritis Tidak tuntas 62 62 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,155556 rendah
B-12 49 49 Kurang kritis Tidak tuntas 59 59 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,196078 rendah
B-13 41 41 Kurang kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,491525 sedang
B-14 42 42 Kurang kritis Tidak tuntas 74 74 Kritis Tuntas 0,551724 sedang
B-15 53 53 Cukup kritis Tidak tuntas 71 71 Kritis Tuntas 0,382979 sedang
B-16 55 55 Cukup kritis Tidak tuntas 63 63 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,177778 rendah
B-17 48 48 Kurang kritis Tidak tuntas 63 63 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,288462 rendah
B-18 59 59 Cukup kritis Tidak tuntas 73 73 Kritis Tuntas 0,341463 sedang
B-19 49 49 Kurang kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,411765 sedang
B-20 56 56 Cukup kritis Tidak tuntas 72 72 Kritis Tuntas 0,363636 sedang
B-21 47 47 Kurang kritis Tidak tuntas 59 59 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,226415 rendah
B-22 57 57 Cukup kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,302326 sedang
B-23 57 57 Cukup kritis Tidak tuntas 81 81 Kritis Tuntas 0,55814 sedang
B-24 55 55 Cukup kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,333333 sedang
B-25 56 56 Cukup kritis Tidak tuntas 72 72 Kritis Tuntas 0,363636 sedang
B-26 45 45 Kurang kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,454545 sedang
B-27 54 54 Cukup kritis Tidak tuntas 74 74 Kritis Tuntas 0,434783 sedang
B-28 53 53 Cukup kritis Tidak tuntas 72 72 Kritis Tuntas 0,404255 sedang
B-29 52 52 Cukup kritis Tidak tuntas 61 61 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,1875 rendah
B-30 52 52 Cukup kritis Tidak tuntas 61 61 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,1875 rendah
B-31 61 61 Cukup kritis Tidak tuntas 64 64 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,076923 rendah
232
C-01 43 43 Kurang kritis Tidak tuntas 57 57 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,245614 rendah
C-02 34 34 Kurang kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,545455 sedang
C-03 46 46 Kurang kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,444444 sedang
C-04 40 40 Kurang kritis Tidak tuntas 45 45 Kurang kritis Tidak tuntas 0,083333 rendah
C-05 33 33 Kurang kritis Tidak tuntas 73 73 Kritis Tuntas 0,597015 sedang
C-06 31 31 Kurang kritis Tidak tuntas 57 57 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,376812 sedang
C-07 35 35 Kurang kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,538462 sedang
C-08 51 51 Cukup kritis Tidak tuntas 50 50 Cukup Kritis Tidak tuntas -0,02041 rendah
C-09 41 41 Kurang kritis Tidak tuntas 74 74 Kritis Tuntas 0,559322 sedang
C-10 31 31 Kurang kritis Tidak tuntas 52 52 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,304348 sedang
C-11 46 46 Kurang kritis Tidak tuntas 63 63 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,314815 sedang
C-12 47 47 Kurang kritis Tidak tuntas 54 54 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,132075 rendah
C-13 44 44 Kurang kritis Tidak tuntas 52 52 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,142857 rendah
C-14 58 58 Cukup kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,285714 rendah
C-15 25 25 Kurang kritis Tidak tuntas 56 56 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,413333 sedang
C-16 38 38 Kurang kritis Tidak tuntas 57 57 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,306452 sedang
C-17 40 40 Kurang kritis Tidak tuntas 75 75 Kritis Tuntas 0,583333 sedang
C-18 47 47 Kurang kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,433962 sedang
C-19 44 44 Kurang kritis Tidak tuntas 57 57 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,232143 rendah
C-20 26 26 Kurang kritis Tidak tuntas 55 55 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,391892 sedang
C-21 44 44 Kurang kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,464286 sedang
C-22 58 58 Kurang kritis Tidak tuntas 57 57 Cukup Kritis Tidak tuntas -0,02381 rendah
C-23 46 46 Kurang kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,444444 sedang
C-24 29 29 Kurang kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,577465 sedang
C-25 36 36 Kurang kritis Tidak tuntas 60 60 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,375 sedang
C-26 29 29 Kurang kritis Tidak tuntas 57 57 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,394366 sedang
C-27 28 28 Kurang kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,583333 sedang
C-28 40 40 Kurang kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,5 sedang
C-29 45 45 Kurang kritis Tidak tuntas 54 54 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,163636 rendah
C-30 46 46 Kurang kritis Tidak tuntas 62 62 Cukup Kritis Tidak tuntas 0,296296 rendah
C-31 47 47 Kurang kritis Tidak tuntas 75 75 Kritis Tuntas 0,528302 sedang
C-32 39 39 Cukup kritis Tidak tuntas 76 76 Kritis Tuntas 0,606557 sedang
Rata-rata 46,3871 46,3871 65,9032 65,9032
233
234
Nilai Gain secara keseluruhan:
⟨ ⟩
⟨ ⟩
⟨ ⟩
⟨ ⟩
Kesimpulan:
Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai gain sebesar 0,36049.
Jadi, peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang diterapkan model
pembelajaran Problem Based Learning berbantuan pohon masalah termasuk dalam
kategori sedang.
PERHITUNGAN N-GAIN KELOMPOK KONTROL
Kode siswa Pree-test Post-test
N-gain Kategori
N-Gain Nilai P (%) Kriteria Ketuntasan Nilai P (%) Kriteria Ketuntasan
F-01 28 28 Kurang kritis Tidak tuntas 50 50 Cukup kritis Tidak tuntas 0,305556 sedang
F-02 35 35 Kurang kritis Tidak tuntas 44 44 Kurang kritis Tidak tuntas 0,138462 rendah
F-03 51 51 Cukup Kritis Tidak tuntas 56 56 Cukup kritis Tidak tuntas 0,102041 rendah
F-04 37 37 Kurang kritis Tidak tuntas 46 46 Kurang kritis Tidak tuntas 0,142857 rendah
F-05 37 37 Kurang kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,52381 sedang
F-06 35 35 Kurang kritis Tidak tuntas 52 52 Cukup kritis Tidak tuntas 0,261538 rendah
F-07 35 35 Kurang kritis Tidak tuntas 56 56 Cukup kritis Tidak tuntas 0,323077 sedang
F-08 28 28 Kurang kritis Tidak tuntas 60 60 Cukup kritis Tidak tuntas 0,444444 sedang
F-09 18 18 Kurang kritis Tidak tuntas 52 52 Cukup kritis Tidak tuntas 0,414634 sedang
F-10 16 16 Kurang kritis Tidak tuntas 38 38 Kurang kritis Tidak tuntas 0,261905 rendah
F-11 29 29 Kurang kritis Tidak tuntas 56 56 Cukup kritis Tidak tuntas 0,380282 sedang
F-12 33 33 Kurang kritis Tidak tuntas 40 40 Kurang kritis Tidak tuntas 0,104478 rendah
F-13 48 48 Kurang kritis Tidak tuntas 53 53 Cukup kritis Tidak tuntas 0,096154 rendah
F-14 26 26 Kurang kritis Tidak tuntas 48 48 Kurang kritis Tidak tuntas 0,297297 rendah
F-15 29 29 Kurang kritis Tidak tuntas 66 66 Cukup kritis Tidak tuntas 0,521127 sedang
F-16 35 35 Kurang kritis Tidak tuntas 55 55 Cukup kritis Tidak tuntas 0,307692 sedang
F-17 12 12 Kurang kritis Tidak tuntas 48 48 Kurang kritis Tidak tuntas 0,409091 sedang
F-18 58 58 Cukup Kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,285714 rendah
F-19 38 38 Kurang kritis Tidak tuntas 57 57 Cukup kritis Tidak tuntas 0,306452 sedang
F-20 42 42 Kurang kritis Tidak tuntas 70 70 Kritis Tuntas 0,482759 sedang
F-21 38 38 Kurang kritis Tidak tuntas 39 39 Kurang kritis Tidak tuntas 0,016129 rendah
F-22 37 37 Kurang kritis Tidak tuntas 71 71 Kritis Tuntas 0,539683 sedang
F-23 40 40 Kurang kritis Tidak tuntas 60 60 Cukup kritis Tidak tuntas 0,333333 sedang
F-24 27 27 Kurang kritis Tidak tuntas 41 41 Kurang kritis Tidak tuntas 0,191781 rendah
F-25 37 37 Kurang kritis Tidak tuntas 38 38 Kurang kritis Tidak tuntas 0,015873 rendah
F-26 41 41 Kurang kritis Tidak tuntas 54 54 Cukup kritis Tidak tuntas 0,220339 rendah
F-27 33 33 Kurang kritis Tidak tuntas 60 60 Cukup kritis Tidak tuntas 0,402985 sedang
F-28 34 34 Kurang kritis Tidak tuntas 47 47 Kurang kritis Tidak tuntas 0,19697 rendah
235
F-30 28 28 Kurang kritis Tidak tuntas 47 47 Kurang kritis Tidak tuntas 0,263889 rendah
F-31 41 41 Kurang kritis Tidak tuntas 56 56 Cukup kritis Tidak tuntas 0,254237 rendah
F-32 51 51 Cukup Kritis Tidak tuntas 53 53 Cukup kritis Tidak tuntas 0,040816 rendah
Rata-rata 34,74194 34,74194 53,32258 53,32258
Nilai Gain secara keseluruhan:
⟨ ⟩
⟨ ⟩
⟨ ⟩
⟨ ⟩
Kesimpulan:
Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai gain sebesar 0,284726.
Jadi, peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang diterapkan model pembelajaran ekspositori termasuk dalam kategori
rendah.
236
237
UJI KESAMAAN DUA RATA-RATA
DATA KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA KELOMPOK
EKSPERIMEN (VIII B & C) DAN KELOMPOK KONTROL (VIII F)
Hipotesis
(Kemampuan berpikir kritis siswa dengan model PBL berbantuan
pohon masalah tidak lebih tinggi dibandingkan dengan
kemampuan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran
ekspositori)
(Kemampuan berpikir kritis siswa dengan model PBL berbantuan
pohon masalah lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan
berpikir kritis siswa dengan pembelajaran ekspositori).
Rumus yang digunakan
√
Keterangan
t :
: nilai rata-rata siswa kelas eksperimen
: nilai rata-rata siswa kelas kontrol
: banyaknya siswa kelas eksperimen
: banyaknya siswa kontrol
: varians kelas eksperimen
: varians kelas kontrol
: simpangan baku gabungan
Sudjana (2005: 239)
Lampiran 29
238
Kriteria pengujian:
Ho diterima jika , dimana didapat dari daftar
distribusi t dengan dk = n1 + n2 – 2 dan peluang , adalah taraf
signifikasi (Sudjana, 2005: 243).
Dalam penelitian ini taraf signifikasi yang digunakan adalah .
Perhitungan uji kesamaan rata-rata:
Kelas Eksperimen (VIII B &
C) Kelas Kontrol (VIII F)
Jumlah 4162 1653
Rata-rata 66,06 53,32
Varians 7,94 9,63
n 63 31
maka,
√
(√
)
Dari perhitungan di atas diperoleh = 2,61.
Dengan α = 5% dan dk =63 + 31 – 2 = 92, maka diperoleh
= =1,66.
Kesimpulan:
Karena , maka Ho ditolak.
Jadi, Kemampuan berpikir kritis siswa dengan model PBL berbantuan pohon
masalah pada kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kemampuan
berpikir kritis siswa dengan pembelajaran ekspositori pada kelompok kontrol.
239
Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelompok
Eksperimen
Kelompok Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Jumlah peserta 63 siswa 63 siswa 31 siswa 31 siswa
Kriteria
Kemampuan
berpikir kritis
siswa
Sangat
kritis
- - - -
Kritis - 37 siswa - 4 siswa
Cukup
Kritis
24 siswa 25 siswa 3 siswa 16 siswa
Kurang
Kritis
39 siswa 1 siswa 28 siswa 11 siswa
Rata-rata 46,39 65,90 34,74 53,32
Persentase 46 % 66 % 35 % 53 %
Nilai tertinggi 61 81 51 71
Nilai terendah 25 45 12 38
Ketercapaian
siswa
Tuntas - 37 siswa - 4 siswa
Tidak
tuntas
63 siwa 26 siswa 31 siswa 27 siswa
Ketuntasan 0 % 59 % 0 % 13 %
N-Gain 0,36 0,28
Lampiran 30
240
(a) (b)
Gambar 4.2 Grafik Ketercapaian Siswa Kelompok Eksperimen Berdasarkan
Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis (a)Pretest,
(b)Posttest
(a) (b)
Gambar 4.2 Grafik Ketercapaian Siswa Kelompok Kontrol Berdasarkan Kriteria
Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis (a)Pretest, (b)Posttest
0% 0%
38%
62%
Ketercapaian siswa
Sangat Kritis Kritis
Cukup kritis Kurang kritis
0% 0%
10%
90%
Ketercapaian siswa
Sangat Kritis Kritis
Cukup kritis Kurang kritis
0%
13%
52%
35%
Ketercapaian siswa
Sangat Kritis Kritis
Cukup kritis Kurang kritis
0%
37%
25%
38%
Ketercapaian siswa
Sangat Kritis Kritis
Cukup kritis Kurang kritis
Sebaran Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Masing-masing Indikator
Aspek Indikator
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Rata-rata
(1-5)
Rata-rata
(1-5)
Rata-rata
(1-5)
Rata-rata
(1-5)
Memberikan penjelasan
sederhana
Memfokuskan pertanyaan 2,52 (50%) 2,63 (53%) 2,16 (43%) 2,96 (59%)
Menganalisis argumen 2,52 (50%) 2,63 (53%) 2,16 (48%) 2,96 (59%)
Bertanya dan menjawab pertanyaan
tentang suatu penjelasan 2,52 (50%) 2,63 (53%) 2,16 (48%) 2,96 (59%)
Membangun ketrampilan dasar Mempertimbangkan apakah sumber
dapat dipercaya atau tidak 2,87 (57%) 3,17 (63%) 2,32 (46%) 3,03 (61%)
Mengamati dan mempertimbangkan
laporan hasil observasi 2,87 (57%) 3,97 (79%) 2,87 (57%) 3,71 (74%)
Menyimpulkan Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan / menyimpulkan 1,15 (23%) 2,75 (55%) 1,20 (24%) 2,52 (50%)
Memberi penjelasan lanjut Mengidentifikasi istilah-istilah dan
mempertimbangkan suatu definisi 3,78 (76%) 4,18 (84%) 1,45 (29%) 2,33 (47%)
Mengidentifikasi asumsi-asumsi 2,05 (41%) 3,39 (68%) 1,16 (23%) 2,20 (44%)
Mengatur strategi dan teknik Menentukan suatu tindakan 1,31 (26%) 2,92 (58%) 1,69 (34%) 2,49 (50%)
241
Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa tiap Aspek
Aspek kemampuan
berpikir kritis
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Pretest Posttest N-
gain
N-gain
klasikal
Pretest Posttest N-
gain
N-gain
klasikal Rata-rata
(1-5)
Rata-rata
(1-5)
Rata-rata
(1-5)
Rata-rata
(1-5)
Memberikan penjelasan
sederhana 2,52 50% 2,63 53% 0,06
0,36 2,16 43% 2,96 59% 0,28
0,28
Membangun ketrampilan
dasar 2,87 57% 3,57 71% 0,33 2,60 52% 3,37 67% 0,31
Menyimpulkan 1,15 23% 2,75 55% 0,42 1,20 24% 2,52 50% 0,34
Memberikan penjelasan
lanjut 2,91 58% 3,79 76% 0,43 1,31 26% 2,27 45% 0,25
Mengatur strategi dan teknik 1,31 26% 2,92 58% 0,43 1,69 34% 2,49 50% 0,24
242
243
Dokumentasi
Kegiatan Pretest
Guru menerangkan materi
Siswa melakukan diskusi
Siswa menyusun pohon masalah
Siswa mempresentasikan hasil diskusi
Siswa aktif saat kegiatan presentasi
Hasil karya siswa
Kegiatan Posttest
Lampiran 31
244
Lampiran 32
245
Lampiran 33
246
Lampiran 34
247
Lampiran 35
248
Lampiran 36
249
LUAS DI BAWAH LENGKUNGAN NORMAL
z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,0 0000 0040 0080 0120 0160 0199 0239 0279 0319 0359
0,1 0398 0438 0478 0517 0557 0596 0636 0675 0714 0754
0,2 0793 0832 0871 0910 0948 0987 1026 1064 1103 1141
0,3 1179 1217 1255 1293 1331 1368 1406 1443 1480 1517
0,4 1554 1591 1628 1664 1700 1736 1772 1808 1844 1879
0,5 1915 1950 1985 2019 2054 2088 2123 2157 2190 2224
0,6 2258 2291 2324 23357 2389 2422 2454 2486 2518 2549
0,7 2580 2612 2342 2673 2704 2734 2764 2794 2823 2852
0,8 2881 2910 2939 2967 2996 3023 3051 3078 3106 3133
0,9 3159 3186 3212 3238 3264 3289 3315 3340 3365 3389
1,0 3413 3438 3461 3485 3508 3531 3554 3577 3599 3621
1,1 3643 3665 3686 3708 3729 3749 3770 3790 3810 3830
1,2 3849 3869 3888 3907 3925 3944 3962 3980 3997 4015
1,3 4032 4049 4066 4082 4099 4115 4131 4147 4162 4177
1,4 4192 4207 4222 4236 4251 4265 4279 4292 4306 4319
1,5 4332 4345 457 4370 4382 4394 4406 4418 4429 4441
1,6 4452 4463 4474 4484 4495 4505 4515 4525 4535 4545
1,7 4554 4564 4573 4582 4591 4599 4608 4616 4625 4633
1,8 4641 4649 4656 4664 4671 4678 4686 4693 4699 4706
1,9 4743 4719 4726 4732 4738 4744 4750 4756 4761 4767
2,0 4772 4778 4783 4788 4793 4798 4803 4808 4812 4817
2,1 4821 4826 4830 4834 4838 4842 4846 4850 4854 4857
2,2 4861 4864 4868 4871 4875 4878 4881 4884 4887 4890
2,3 4893 4896 4898 4901 4904 4906 4909 4911 4913 4916
2,4 4918 4920 4922 4925 4927 4929 4931 4932 4934 4936
2,5 4938 4940 4941 4943 4945 4946 4948 4949 4951 4952
2,6 4953 4955 4956 4957 4959 4960 4961 4962 4963 4964
2,7 4965 4966 4967 4968 4969 4970 4971 4972 4973 4974
2,8 4974 4975 4976 4977 4977 4978 4979 4979 4980 4981
2,9 4981 4982 4982 4983 4984 4984 4985 4985 4986 4986
3,0 4987 4987 4987 4988 4988 4989 4989 4989 4990 4990
3,1 4990 4991 4991 4991 4992 4992 4992 4992 4993 4993
3,2 4993 4993 4994 4994 4994 4994 4994 4995 4995 4995
3,3 4995 4995 4995 4996 4996 4996 4996 4996 4996 4997
3,4 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4998
3,5 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998
3,6 4998 4998 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3,7 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3,8 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3,9 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000
(Sudjana, 2005: 490)
Lampiran 37
250
Tabel Harga-harga Kritis D dalam Tes Satu Sampel Kolmogorov-Smirnov
Ukuran
Sampel (N) Tingkat signifikansi untuk D= maksimum| | .20 .15 .10 .05 .01
1 .900 .925 .950 .975 .995
2 .684 .726 .776 .842 .929
3 .565 .597 .642 .708 .828
4 .494 .525 .564 .624 .733
5 .446 .474 .510 .565 .669
6 .410 .436 .470 .521 .618
7 .381 .405 .438 .486 .577
8 .358 .381 .411 .457 .543
9 .339 .360 .388 .432 .514
10 .322 .342 .368 .410 .490
11 .307 .326 .352 .391 .468
12 .295 .313 .338 .375 .450
13 .284 .302 .325 .361 .433
14 .274 .292 .314 .349 .418
15 .266 .283 .304 .338 .404
16 .258 .274 .295 .328 .392
17 .250 .266 .285 .318 .381
18 .244 .259 .278 .309 .371
19 .237 .252 .272 .301 .363
20 .231 .246 .264 .294 .356
25 .21 .22 .24 .27 .32
30 .19 .20 .22 .24 .29
35 .18 .19 .21 .23 .27
Over 35
√
√
√
√
√
Sumber: Siegel (1990:303)
Lampiran 38
251
(Sudjana, 2005: 493)
Lampiran 39
252
(Sugiyono, 2010: 373)
Lampiran 40
253