KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

198
KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA DALAM RANGKA PENJERAHAN PEMERINTAHAN UMUM ATAS DASAR UNDANG2 No. 6-1959

Transcript of KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Page 1: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

DALAM RANGKAPENJERAHAN PEMERINTAHAN UMUM ATAS DASAR UNDANG2 No. 6-1959

Page 2: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA
Page 3: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

liM j

KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMON0 PRADJA

dalam rangka Penjerahan Pemerintahan Umum atas dasar Undang3 No. 6 — 1959

oleh :

J. WAJONG

Djl. Madjapah'rt 6 Telp. 41226

Page 4: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

kedudukan d an tu g a s p am on g p r a d ja

Page 5: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

MV.VI

pada tjetakan ke-II

Manfaat buku ini bagi Pemerintah Daerah pada tingkat Propinsi, Kabupaten/Kotamadya dan Ketjamatan, chususnja bagi para pendjabat Pamong Pradja, njata pada meluasnja permintaan bcrhubung dengan pelaksanaan Undang2 No. 6-1959 sebagai dasar perwudjudan desentralisasi territorial.

Pada tingkat Departemen2 dan dinas2 vertikal, baik militer maupun sipil, manfaat itu dirasakan dalam usaha mengenal ha- kiki fungsi Pamong Pradja, semula sebagai aparatur umum Negara seperti dirumuskan pada achir bab II, kemudian ’’incor­porated' dalam wadah Daerah-otonom dibawah pimpinan para Gubernur dan Bupati/Walikota Kepala Daerah sebagai Pamong Pradja gaja baru. «

Karena itu dan mengingat pula keperluan dalam bidang pendidikan sampai pada Perguruan Tinggi, tjetakan baru ini diusahakan, seraja mengadakan perbaikan jang bersifat redak- sionil, tanpa mengubah makna isi buku.

Djakarta, 1 Djuni 1972.*

N I Penulls,

Page 6: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Menteri Utama Kabinet Ampera Sanusi Hardjadinata,Menteri Dalam Negeri 1957^1959. ,

Sebagai penanggusigdjawab kebidjaksanaan politik Pemerin- tah pada persiapan dan penetapan Undang2 No. 6-1959, kami alami bahwa urusan penjerahan pemerintahan umum adalah suatu materi jang selain penguasaan politis atas dasar jang luas, memerlukan pengertian jang teknis mendalam.

Penjerahan itu pada pokoknja mengalihkan kewenangan Pa­mong Pradja sebagai organ Pusat kepada Pemerintah Daerah dan dengan demikian tanggungdjawab kemasjarakatan sedaerah berpindah dari tangan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah

Sedjalan dengan itu Pamong Pradja, dalam fase pertama melalui stelsel perbantuan, didjadikan aparatur Daerah untuk melandjutkan tugasnja semula, tetapi bukan lagi atas dasar ke­wenangan sendiri („eigen bevoegdheden”), melainkan atas dasar penugasan oleh Daerah (..ontleende bevoegdheden").

Pengalihan kewenangan itu serta pemindahan Pamong Pra­dja dari tatasusunan dekonsentrasi kedalam tatasusunan desen- tralisasi dengan demikian mengubah sendi stelsel pemerintahan Negara untuk melengkapi dan memperkuat stelsel pemerintahan Daerah sebagai satu-satunja djalan untuk mempertjepat dan

, memperpesat pertumbuhan dan perkembangan Daerah2 dalam rangka Negara Kesatuan.

Tudjuan ini dapat selekasnja difjapai, bilamana petugas2 jang bersangkutan menguasai dasar dan latarbelakang kebidjaksanaan politik Pemerintah dari tahap perentjanaan, penetapan sampai pada pelaksanaannja, jang berkisar pada kedudukan dan tugas Pamong Pradja dimasa lampau, masa peralihan dan masa datang.

Kemungkinan itu dibuka dengan apa jang disadjikan oleh penulis buku ini, berupa bahan keterangan, pembahasan dan analisa mengenai fakta2 dan problema jang dihadapi sampai tertjapai kristalisasi kebidjaksanaan politik Pemerintah dalam ben- tuk Undang2 No. 6-1959.

Page 7: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Karena itu karya ini kami sambut dengan penuh penghargaan dan rasa terimakasih. Selain bermanfaat sebagai dokumentasi riwajat pemerintahan, penulis telah berhasil menjediakan suluh bagi para pendjabat Pamong Pradja pada chususnja dan bagi para petugas Negara dan Daerah jang wadjib raengenal hakiki kedudukan dan tugas Pamong Pradja sebagai poros pemerintahan.

Selandjutnja hasil karya penulis ini kiranja dapat pula di-, pandang sebagai sumbangan bahan untuk Perguruan Tinggi. Oleh karena itu kami dapat menjarankan agar buku ini dibatja oleh para mahasiswa djurusan ..public administration” chususnja dan oleh mahasiswa fakultas sosial-politik pada umumnja.-

Bandung, Djuli 1966.

Sanusi Hardjadinata.

Page 8: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Menteri Dalam Negeri 1959-1964 Ipik Gandamana,Menteri Pembangunan Masjarakat Desa 1964-1966.

Mendjelang pelaksanaan penjerahan pemerintahan umum dihadapi masalah, bahwa struktur pemerintahan Daerah atas dasar Undang2 No. 1-1957 tidak berpaduan dengan makna Un- dang2 No. 6-1959 dalam rangka Manipol-Usdek dan alam demo- krasi terpimpin. Setjara mutlak ialah mengadeptir struktur liberal itu kedalam bentuk „otonomi terpimpin” dan ini ditjapai dengan pembantingan stir dalam Penpres No. 6-1959 dan Penpres No. 5-1960. Dalam pada itu sedjauh mungkin telah dimanfaatkan saran2 dan bahan2 teknis, jang antara lain diadjukan oleh Serikat Sekerdja Kementerian Dalam Negeri.

Dengan kebidjaksanaan itu tak dapat dihindarkan bahwa Undang2 No. 6-1959 baru ditetapkan berlaku sah mulai 25 Sep­tember 1963 atas dasar Peraturan Pemerintah No. 50-1963 dan mulai didjalankan di Djawa-Barat pada tanggal 19 Desember 1963, kemudian disusul Daerah2 lain pada tahun 1965. Demikian karena fase pelaksanaan memerlukan penelitian mengenai ber- bagai aspek. Banjak masalah jang harus dipetjahkan untuk me- lapangkan djalan kearah rialisasi, dengan mendengar pula pen- dapat Pemerintah Daerah jang bersangkutan.

Kissah Undang2 No. 6-1959 dan pelaksanaannja seperti di- gambarkan dalam buku ini adalah riwajat suatu perdjalanan melalui trace pegunungan jang tjuram dan berliku-liku, jang achirnja dapat ditempuh dengan selamat demi Amanat Pende- ritaan Rakjat. Titik jang sudah ditjapai „is just an intermediate end”, baru merupakan sasaran sementara. Hal „apa” dan „ba- gaimana" langkah seterusnja telah djuga ditjakup isi buku ini untuk menembus tirai kesulitan jang semula tampak sukar untuk diatasi.

Memang urusan penjerahan pemerintahan umum adalah ma­salah jang kompleks, jang langsung menjangkut stelsel pemerin­tahan Negara dan stelsel pemerintahan Daerah. Bidang otonomi pada chususnja kini meminta perhatian. Untuk menguasai itu harus ada pengertian jang djelas. Tepat andjuran penulis supaja

Page 9: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

para pendjabat Pamong Pradja, jang kini bernaung dalam wadah Daerah berusaha mengenal hakiki pemerintahan. Daerah sebagai perwudjudan pasal 18 Undang3 Dasar 1945.

Dalam hubungan dengan tanggapan diatas, karya ini kami nilai sebagai sumber pengetahuan dan buku peladjaran jang memenuhi keperluan para pendjabat Pamong Pradja pada chu- susnja sampai ditingkat Ketjamatan dan bagi organ Pusat dan organ Daerah, jang mempunjai hubungan dengan Pamong P ra­dja sebagai instansi sipil jang mendjadi penguasa territorial dan wali rakjat:-

Djakarta, Djuni 1966.

Ipik Gandamana.

Page 10: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

S e k re ta r is Djenderal Departcmen Dalam Negeri Socmarman Sh.

Dalam meneliti pelaksanaan tugas2 pokok Departemen Da- lani Negeri pada bidang pemerintahan umum, sa;a merasa s/ukur menemukan buku ,,Kedudukan dan Tugas Pamong Pradja” da- lam rangka penjerahan sebanjak mungkin urusan2 pada bidang pemerintahan umum dari tangan Pemerintahan Pusat kepada Pe- merintah Daerah.

Penjerahan itu tidak melepaskan tanggungdjawab Departe­men terhadap bidang itu, sebab — selain tugas Menteri Dalam Negeri untuk mengawasi dan membina Daerah’ (otonom) pa­da setiap penjerahan sesuatu urusan Pusat kepada Daerah, Men­teri jang bersangkutan tetap memegang tanggungdjawab politis dan teknis atas urusan itu.

Dan chusus mengenai Pemerintahan Umum, ia merupakan attribuut Pemerintah Pusat dalam Negara Kesatuan, sehingga seb agai wewenang ia tidak mungkin diserahkan sampai habis kepada Daerah*.

Lepas daripada pendirian jang demikian serta tjara bagaima- na melaksanakannja, kenjataan pada saat ini ialah, bahwa pe­njerahan telah dilangsungkan disemua Daerah, ketjuali di Da­erah Maluku. Kebidjaksanaan jang telah ditempuh sedjak tahun ]964 ialah. bahwa para pegawai Pamong Pradja telah diperbantu- kan kepada Daerah2, sedang penjaluran keuangan mulai dilaku- kan tidak Jagi langsung kepada Kantor Pamong Pradja, melain­kan dalam bentuk sumbangan untuk menutup kekurangan biaja pada Daerah2.

Dengan demikian, pekerdjaan melaksanakan pendirian dan kebidjaksanaan Pemerintah itu belum selesai, baik pada tingkat D epartem en, maupun di-masing2 Daerah Tk. I dan Tk. II. Pe- rubahan struktur ini harus didudukkan, terutama mengenai soal aparatur, pembiajaan, alat perlengkapan dan tatalaksana („ma- nagement” ). Hubungan vertikal dan horisontal harus disesuaikan dengan struktur baru menurut persjaratan otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan, begitupun mengenai djalannja pekerdjaan dan tjara bekerdja.

Mengenai pelaksanaan pendirian dan kebidjaksanaan Peme- rintah itu, dapat diramalkan bahwa dalam masa peralihan ini masih akan dihadapi berbagai kesulitan pokok. Dalam pada itu kesulitan jang dihadapi haruslah dilihat sebagai bagian mutlak

Page 11: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

atau ,,integrerend deel" masa peralihan. Jang mendjadi soal ialah bagaimana memperpendek masa peralihan dan memperke- tjil kesulitan2 dalam melaksanakan pendirian dan mengudji ke- bidjaksanaan itu.

Dalam hubungan itu saja sambut buku ini sebagai karya jang sangat berguna dan berharga untuk penelitian bagi tiap3 petugas jang langsung atau tidak langsung mempunjai hubungan dengan kegiatan Pamong Pradja dalam wadah Daerah Tk. I dan Daerah Tk, II sampai di Ketjamatan atau lingkungan lainnja.

Isi buku jang luas dan padat ini, selain meriwajatkan hakiki pemerintahan umum dari masa ke masa, membuka dan mem- bahas persoalan jang kini dihadapi oleh Pemerintah Pusat dan Daerah2, seraja mengemukakan pengertian dalam pemerintahan untuk pembinaan Pamong Pradja jang berdjiwa dari dan untuk Rakjat, sesuai dengan pendirian dan kebidjaksanaan jang ditem- puh oleh Pemerintah.

Karena itu saja andjurkan penggunaan buku ini sebagai ba- han penelitian, seluas mungkin dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri dan pada djawatan2 dan dinas2 lain, baik di Pusat maupun didaerah.-

Djakarta, 18 Agustus 1966

Sekretaris Djenderal Departemen Dalam Negeri,

Soemarman Sh.

Page 12: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

P E R P U S T A K A A N

1. Undang2 Dasar 19452. . Lahirnja Pantja Sila3. Peraturan Perundangan R.I. tahun 19454. Undang2 No. 6-1959 dan P.P. No. 50-19635. Penpres No. 6-1959 dan No. 5-19606. Regeeringsalmanak 19417. Lapuran „Panitia Wongsonegoro” tentang Penjerahan Pe­

merintahan Umum-8. Prof. Mr. Dr. J.H.A. Loge-

mann.

9. Prof. Dr. G.A. Poelje10. Mr. J.H. Holleman11. Prof. R. Soenarko Sh.12. ’ Ipik Gandamana

13. Prof. M. Nasroen Sh.

14. Irawan Soejito15. J. Wajong

16. Prof. Usep Ranawidjaja Sh.

17 . B. Mang Reng Say Drs.

18. Amrah Muslimin Sh.19; Prof. Dr. E. Utrecht Sh.

20. Mr. H.D, van Werkum

21. Prof. Mr. Dr. van Vollenho- ven

22. Mr, J. Oppenheim

23. Prof. Mr. R. Kranenburg

24. Mr. W .F , Prins

— De Functie van de Bes- tuursdienst

— Het Staatsrecht in Indone­sia

— Bestuurskunde—• Decentralisatiewetgeving— Dasar2 Umum Tatanegara— Melawat ke Daerah Dollar— Menudju ke Pemerintahan

Daerah Bersesepuh— Ilmu Perbandingan Peme­

rintahan— Peraturan Daerah— Fungsi Administrasi Nega­

ra— Swapradja— Pementjaran Kekuasaan

Negara— Pengantar Ilmu Pemerin­

tahan— Pemerintahan Daerah— Pengantar Hukum Admi­

nistrasi Negara Indonesia-7- Provinciaal-en Regent-

schapsrecht— Staatsrecht over zee

— Het Nederlandsch Ge- meenterecht

— Het Nederlandsch Staats­recht

— Inleiding tot het Adminis- tratief Recht van Indone­sia

Page 13: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

25. Prof. Mr. Ph. Kleintjes

26. Prof. Mr. Dr. J. Barents27. Dimock and Dimock 28- Ordway Tead29. James E. Pate

30. John J. Clarke

Staatsinstellingen van Ne~ derlandsch-Indie

— De Wetenschap der Politik Public Administration The Art of AdministrationLocal Government and Ad­ministration

Outlines of Local Govern­ment in the United King­dom

Page 14: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

\

1. Sebagai administrator jang dipertjajakan memegang pe- ran an aktif pada pengendalian ,,Undang2 Penjerahan Pemerin­tahan Umun" No. 6-1959, baik pada perentjanaan, pembahasan dan pelaksanaan, maupun ’pada pemetjahan persoalan teoritis dan praktis berhubung dengan aksi dan reaksi pada pihak2 jang berkepentingan dan bersangkutan dihadapi rialitas bahwa ma- salah „Kedudukan dan Tugas Pamong Pradja" masih diliputi tabir kegelapan, hal mana tidak menguntungkan pentrapan ke- bidjaksanaan politik Pemerintah dalam rangka penjerahan peme­rintahan umum.

2. Demikian oleh karena Dinas Pemerintahan Umum de­ngan Pamong Pradjanja adalah suatu organisasi jang tua. jang dengan kedatangan Belanda pada tahun 1595, dimulai dengan pengangkatan Frederick de Houtman sebagai Gubernur jang pertama di Amboina, setelah ia meletakkan, kakinja pada Ben- teng Victoria di Leitimor pada tahun 1605.

3. Riwajat jang berlangsung tepat 350 tahun seperti diurai- kan pada Bab II, dengan selingan 3J/j tahun pendudukan Dje- pang. menampakkan dekadensi dan tendensi bergerak, bertum- buh dan berubah-ubah, dikedjar dan mengedjar bentuk hukum, jang senantiasa menjesuaikan diri pada desakan keadaan, tetapi jang djuga senantiasa lamban kalau akan djadi, kenjal kalau sudah berlaku dan bertele-tele kalau akan berachir.

4. Karena itu amatlah sukar untuk meneliti masalah ke- dudukan dan tugas itu dari segi bentuk hukum jang tertulis. Bahkan djuga para sardjana Belanda berkesimpulan, bahwa usaha2 jang serius untuk mendaftarkan tugas* dalam bidang pe­merintahan umum jang tersebar dalam ratusan Staats dan Bij- bladen hanja menghasilkan kesan jang dingin, bahwa Pamong Pradja sebagai aparat „bestuursdienst” tnerupakan ..Cukang gro- bak” untuk lain3 dinas atau djawatan.

5. Halangan atau ,.handicap” jang kini djuga masih dirasa- kan akibatnja pada meneliti persoalan ini, ialah bahwa dimasa djadjahan hanja tenaga2 asing jang berkesempatan mendjadi pemikir dan penentu kebidjaksanaan politik. Para pendjabat Indonesia diberi tugas jang terbatas pada sifat pelaksanaan. tanpa keluangan untuk mengembangkan daja-tjiptanja.

6. Zaman telah beralih keadaan sudah berubah. Tugas para pendjabat Indonesia kini telah berganti dari sifat pelaksana atau penjelenggara belaka, mendjadi pemikir, perentjana dan pen- tjipta. Perubahan ini disusul dengan peningkatan kedudukan.

Page 15: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Sedjak 27 Desember 1951 Departemen Dalam Negeri tidak menggunakan lagi warga negara asing dalam bidang pemerin­tahan.

7. Segera dihadapi tugas jang pelik. Seperti diuraikan pada Bab III, dinas pemerintahan umum jang dengan susah-pajah dapat didudukkan atas dasar Undang2 No- 1-1945, mendjadi objek Undang3 R.I. No. 22-1948. Di Indonesia bagian Timur Pamong Pradja didaerahkan atas dasar Undang N .I.T. tanggal 19 Desem­ber 1949 (SIT . 1950/S) dan Peraturan Presiden I.T . tanggal 23 Desember 1949 No. 12/Pres/49 (SIT . 1950/6). Djabatan Residen dihapuskan dengan Peraturan Pemerintah RIS No. 38 tahun 1950, tanpa pelaksanaan. Pokoknja stelsel pemerintahan daerah harus disesuaikan dengan Undang2 Dasar, baik pada bidang pe­merintahan umum, maupun pada bidang otonomi Daerah. Sing- katnja tatasusunan Pamong Pradja harus dirombak.

8. Lahirnja ,,Panitia Wongsonegoro" jang dibentuk Menteri Dalam Negeri pada tanggal 9-9-1952 untuk menindjau Kewa- djiban dan Hak-kekuasaan Pamong Pradja. Dalam laporan jang diadjukaii kepada Pemerintah pada 30 April 1955, sebagai ke- simpulan antara lain dikemukakan jang berikut.

(Alinea 21)...Republik Indonesia adalah Negara Kesatuan. Ini berarti

bahwa pemberian „otonomi seluas-luasnja” kepada Daerah2 ti­dak bermaksud bahwa semua kekuasaan pemerintahan akan di­serahkan kepada Daerah2 otonom, sebab dalam keadaan demiki­an Daerah2 ini akan merupakan Negara2 sendiri, sehingga sifat Negara Kesatuan tersebut akan lenjap karenanja. Dengan per- kataan lain, betapa luasnjapun otonomi jang diberikan kepada Daerah2 otonom, harus masih ada kekuasaan pemerintahan jang tetap dipegang oleh Pemerintah Pusat”.

..Bagaimanapun djuga, otonomi Daerah2 jang dikehendaki sekarang harus bersifat otonomi seluas-luasnja dalam arti tidak melampaui garis dan batas Negara Kesatuan. Ini berarti bahwa banjak kekuasaan pemerintahan jang kini masih didjalankan oleh Pamong Pradja sebagai eksponen Pemerintah Pusat di- daerah-daerah, harus diserahkan kepada Daerah2 otonom .

..Bermula Panitia berpendapat bahwa penjerahan kewadjib- an dan hak-kekuasaan Pamong Pradja kepada berbagai instansi itu harus dilaksanakan dengan Undang2 atau Peraturan Peme­rintah buat tiap8 kewadjiban dan hak-kekuasaan. Memang itulah penjelesaian jang sebaik-baiknja. Panitia memang sudah beker- dja kedjurusan itu dengan djalan menindfau/mengiipas tiap ke-pulkan"” ^ e^uasaau Pamong Pradja jang telah dikum-

Page 16: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

„Akan tetapi njatalah bahwa sistim ini tidak praktis, bahkan tidak munakin dapat disclesaikan dalam waktu jang tertentu karena hal2 jang berikut :

a. selalu ada kemungkinan bahwa daftar kcwadjiban dan hak-kekuasaan Pamong Pradja jang telah dibikin oleh Panitia disini-sana masih ada kekurangannja;

b. buat tiap kewadjiban dan hak-kekuasaan Pamong Pradja harus diadakan penjelidikan jang mendalam tentang per­aturan dan instruksi jang selama ini telah dikeluarkan oleh Pemerintah atau Djawatan Pusat jang bersangkutan. Penjelidikan jang demikian itu membutuhkan waktu jang bertahun-tahun;

c. kedudukan instansi2 jang akan mengoper kewadjiban dan hak-kekuasaan Pamong Pradja itu masih belum djelas. Oleh karena pertimbangan ini maka Panitia (bersama Pa- nitia Interdepartemental) telah semufakat untuk menje- lenggarakan penjerahan kewadjiban dan hak-kekuasaan itu setjara prinsipiil sebagai tertjantum dalam rentjana Undang2 terlampir".

(Alinea 23. Penutup)

,,Sebagai penutup Panitia memandang perlu untuk memper- ingatkan bahwa penjelenggaraan kewadjiban dan hak-kekuasaan Pamong Pradja oleh Daerah itu pada permulaan akan menemui berbagai kesulitan. Maklum, ketjakapan untuk melakukan sesu- atu pekerdjaan baru tidak dapat ditjapai seketika pada waktu diterimanja pekerdjaan itu. Segala sesuatu membutuhkan per- keimbanqan dan pengalaman. Dari itu ada baiknja apabila antara pengundangannja dan waktu berlakunja (mulai didjalankannja) Undang2 tersebut diadakan batas waktu jang tjukup bagi Qperah maupun Kementerian2 jang bersangkutan, untuk dapat mere- nungkan segala sesuatu sebagai akibat penjerahan kewadjiban dan hak-kekuasaan tahadi”.

9. Demikian intisari jang dipetik dari lapuran M r. W ongso- negoro sebagai Ketua Panitia, jang telah merintis dan melapang kan djalan kearah perwudjudan Penjerahan Pemerintahan Umum. Dalam pada itu sungguh tepat saran Ketua Panitia mengenai ..batas waktu jang tjukup” untak dapat merenungkan segala sesuatu sebagai akibat penjerahan dimaksud. Bahkan batas waktu perenungan jang tjukup pandjang, ternjata djuga diper- lukan sebelumnja itu, jakni antara saat persiapan dan saat pe- netapan Undang2, seperti diuraikan pada Bab IV dan Bab V .

Page 17: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

10. Perenungan untuk pematengan itu jang diselingi Pemi- lihan Umum dan penetapan Undang2 No. 1-1957, berlangsung 6 (enam) tahun, melalui Musjawarah Nasional, Seminar, Kong- res dan Konperensi para Gubernur, Parpol, Ormas, Korps Pa­mong Pradja, Serikat Sekerdja Kementerian Dalam Negeri dan lain2 ..pressure groups” . Delegasi2 dengan resolosi dan mosi tak kundj^ng habis, sampai saat Menteri Dalam Negeri Sanusi Har- djadinata pada tanggal 26 Pebruari 1959 setjara djelas dan tegas mengadjukan alternatif kepada forum Dewan Perwakilan Rak- jat untuk menerima atau menolak pendirian Pemerintah dengan segala konsekwensinja terhadap kedudukan Kabinet Ali jang ke-III. Seperti dikemukakan pada Bab IV § 1, saat tanggal ter- sebut mendjadi tanggal penetapan Undang2 No. 6-1959. Bab V mengikuti djedjak kedjadian sampai saat itu, seraja mendoku- mentir kebidjaksanaan Pemerintah mengenai beberapa soal po- kok.

11. Mendjelang fase pelaksanaan penulis mendapat kehor- matan atas nama Pemerintah menguraikan hasil ini serta riwa- jatnja pada Konperensi para Gubernur dan para Kepala Daerah Tk. I seluruh Indonesia, jang berlangsung di Lembang pada tanggal 30 Djuni 1959, beberapa hari sebelum Dekrit Presiden tanggal 5 Djuli 1959.

12. Walaupun sebelum saat penetapan, pembahasan telah dilakukan dengan penglihatan dari berbagai segi dan sudut dan telah meliputi banjak aspek Undang2, ternjata bahwa djuga fase pelaksanaan meminta waktu tidak kurang dari 6 (enam) tahun. Lamanja fase ini disebabkan bukan sadja karena perbedaan an- tara saat berlakunja Undang2 dan saat itu didjalankan setjara Daerah demi Daerah seperti dikemukakan pada Bab V I. § 2. melainkan bersumber pada perubahan situasi politik dalam rang- ka Manipol-Usdek.

13. Praktek Undang* No. 1-1957 tak dapat lebih lama di- tolerir, baik mengenai susunan dan kewenangan Pemerintah Da­erah, maupun karena sifatnja jang liberal. Konperensi SSKDN jang berlangsung di Selekta, Malang, pada tanggal 27 Djuni 1959 mengkonstatir, bahwa dalam keadaan demikian sangat berbaha- ;'a untuk melak/Mnsksn Pen/erahan Pemerintahan Umum. Ber- baQii usuf dikemukakan untuk menindjau kembali, c.q. mem- perkuat kedudukan dan wewenang para Kepala Daerah, untuk mengamankan pelaksanaan Pemerintahan Umum oleh Daerah, hal mana dikuatkan oleh Konperensi para Gubernur dan para Kepala Daerah pada tanggal 30 Djuni 1959 di Lembang.

Page 18: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

H . Dalam rangka keputusan untuk kembali pada Undang* Dasar 1945 dengan metodik ,,demokrasi terpimpin , saran2 itu dituangkan dalam Penpres 6-1959 dan Penpres 5-1960 jang se- kaligus melapangkan djalan Menteri Dalam Negeri Ipik Ganda- mana untuk melengkapi projek dan bestek pelaksanaan, jang dimulai di Djawa-Barat pada Desember 1963 dan disusul dise- mua Daerah Tk. I (ketjuali Maluku) pada tahun 1965.

15. Dengan hasil jang sudah ditjapai itu, jang djuga tidak bebas dari polemik dan diskusi jang tadjam dan hangat, maka mengenai aspek rialisasi penjerahan, pemetjahan masalah2 jang masih perlu dihadapi beralih ke Daerah T k. I dan Daerah T k . II, dengan bersuluh pada pesan Mr. Wongsonegoro, seperti ter- maktub pada bagian penutup lapuran Panitia.

16. Oleh karena itu Bab V II ditudjukan pada struktur or- ganisasi -dan membahas pada pokoknja soal empat ,,m” jakni ,,man, money, material dan management”, baik pada tingkat Departemen, maupun pada bidang Daerah, dengan menjoroti pada Bab V III setjara chusus peranan Ketjamatan, sebagai lan- dasan kegiatan Pamong Pradja.

17. Bab IX haruslah dilihat sebagai bahan sumbangan un­tuk membuka pengertian tentang hakiki fungsi Pamong Pradja, ialah „bagaimana menghubungi rakjat” atas dasar pengertian, seperti dirumuskan pada achir Bab II, bahwa „Urusan Pemerin- tahan Umum meliputi ruangliwgkup kegiatan petugas Pamong Pradja, jang dalam djabatan „Kepala pemerintahan daerah- administrasi Negara” adalah wakil Pemerintah Pusat jang me- megang kekuasaan sipil tertinggi didaerah dan pada dasarnja bertanggung djawab sebagai Kepala territorial („territoriaal hoofd”) dan sebagai wali rakjat („volkshoofd”), dengan tidak mcngurangi kewenanaan pendjabat2 dinas2 teknis-spesialistis, baik militer maupun sipil".

18. Pada achirnja Bab X sebagai penutup menindjau Pa­mong Pradja sebagai petugas jang berkedudukan dan bertugas dalam wadah Daerah Tk. I dan Daerah Tk. II. Untuk menem- patkan diri sebaik-baiknja dalam perumahan jang baru itu, para pendjabat Pamong Pradja harus mengenai bentuk, tatasusunan, latarbelakang dan terlebih tudjuannja, sebab bagaimanapun, wa­dah Daerah adalah media dan alat belaka, jang dari dalam di gerakkan oleh suatu ,,slagorde”, dalam mana Pamong Pradja adalah'unit atau kesatuan jang memegang peranan jang penting.

Page 19: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

19. T eksa ketentuan jang dilampirkan nistjaja akan memu- dahkan penclitian tentang hukum jang berlaku. Dalam pada itu pentjantuman Penpres No. 6-1959 dan Penpres No. 5-1960 di- maksudkan sebagai bahan pendjelasan riw ajat pertum buhan. Isi kedu a Penpres itu, pada penindjauan kembali pokok2 pemerintahan Daerah, telah didjelmakan dalam Undang2 No. 18-1965 sebagai „Undang2 tentang pokok2 pemerintahan Daerah” jang baru.

20. Dengan apa jang telah disadjikan itu penulis jakin telah menggeserkan lajar, jang semula menutup tableau jang indah Undang2 No. 6-1959 drriam segala aspeknja, seraja menampak- kan garis2 dan dasar Kedudukan dan Tugas Pamong Pradja dalam rangka Penjerahan Pemerintahan Umum.

21. Achirnja penulis menjatakan rasa terima kasih jang sedalam-dalamnja terhadap kata-pengantar c.q. kata-sambutan Bp. Sanusi Hardjadinata, Bp. Ipik Gandamana dan Bp. SoemaT' man Sh, jang menghias buku ini dengan penilaian dan rekoman- dasi jang sangat membesarkart hati.

22. Terima kasih penulis mendjadi pula bagian para rekan di Departemen dan didaerah atas sumbangan bahan dan pikiran untuk kelengkapan karya ini. Dengan sendirinja taogcjapan dan pendapat para pembatja akan diterima dengan hati dan tangan terbuka.

23. Moga2 karya ini akan menemukan djalan seperti diha- rapkan, demi kelantjaran dan kemadjuan Pemerintah Daerah dalam Pemerintahan Negara Kesatuan.

Djakarta, 1 Djuni 1966

J. W A j O N G Pcmbantu Menteri Dalam Negeri,

Urusan Pengawasan dan Pembinaan.

Page 20: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

BAB I. RIALISASI PEN JERAH AN . PEM ERIN TA H A NUM UM .

1. Djawa Barat merintis.Bandung, 19 Desember 1963. Dalam suasana chidmat tcpat

pada peringatan Hari Trikora kedua, Gubernur Kepala Daerah « Dja\Va Barai Kolonel Mashudi membuka sidang D PRD -G R de­

ngan menjambul Menteri Dalam Negeri Ipik Gandamana, para Anggota Komisi P. D PRD -G R Nj. Soetrasno dan Sdr. Moestain Gubernur KepaJ. Daerah Sulawesi Selatan dan Tenggara K e r ­nel A.A. Rifr _,erta para undangan lainnja.

Sifat istimewa sidang ini dengan atjara tunggal ,.Penjerah­an Pemerintahan Umum" tampak pula pada kehadiran Tjatur. lu n 99al Djawo Barat, para Kepala Djawatan/Dinas, begitupun para Residen, para Bupati Kepala Daerah serta para 'Wedana seluruh Djawa Barat sebagai pendjabat2 jang berkepentingan.

§ 2. Keputusan tentang penjerahan.• Perhatian tertudju pada pembatjaan oleh Gubernur J. W ajong

daripada surat-keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 19 De- sember 1963 No. Des. 52/7/38-158 jang menetapkan :

I. mulai saat berlakunja surat-keputusan ini tugas dan ke- wenangan Pemerintah Pusat dalam. bidang Pemerintahan Umum diniatakan telah beralih kepada Pemerintah Das- rah Tk. I Djawa Barat dan Daerah2 Tk. II dalam wilajah nja, berdasarkan ,,Undang2 Penjerahan Pemerintahan Umum” No. 6 tahun 1959;

II. semua Keresidenan dan Kewedanaan dalam wilajah Dae rah Tk. I Djawa Barat dinjatakan hapus mulai saat ber­lakunja surat-keputusan ini;

III. dengan berlakunja surat-keputusan ini semua pegawai ter- maksud dalam pasal 4 Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 1963 dinjatakan telah diperbantukan kepada Pemerintah Daerah jang bersangkutan, dengan ketentuan bahwa per- bantuan setjara riil kepada Pemerintah 'Daerah akan dite- tapkan dengan surat-keputusan instansi jang berwenang;

IV . sesuai dengan ketentuan pada pasal 6 dan 7 Peraturan Pe­merintah No. 50 tahun 1963, semua harta-benda, baik jang berupa barang jang tidak bergerak maupur\ jang bergerak, demikian djuga hutang-piutang. mulai saat berlakunja surat keputusan ini, beralih kepada Pemerintah Daerah jang ber­sangkutan;

V . surat keputusan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Djanuari

J. Wajong -2

\

Page 21: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

§ 3. Amanat Menteri Dalam Negeri.Dengan menundjuk pada arti dan pentingnja tanggal 19 De­

sember dalam sedjarah pertumbuhan pemerintahan. Menteri Dalam Negeri Bp. Ipik Gandamana menjatakan penghargaan- nja atas pilihan hari itu sebagai pangkal bertolak pada penje­rahan pemerintahan umum i.e. dari tangan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah Djawa-Barat.

Beliau menandaskan bahwa atas dasar keputusan jang tadi . dinjatakan setjara proklamatif, upatjara ini merupakan follow-

up atau tindakan landjutan tekad kita untuk inenentukan nasib kita sendiri, untuk memenuhi keinginan kita mempunjai peme­rintahan daerah jang benar2 berwudjud memerintah dan dipe- rintah oleh rakjat kita sendiri.

Undang2 Dasar 1945 tidak mengenai dualisme. Itulah jang harus mendjadi pedoman kita. Respublika didengungkan Bung Karno dikota ini sebagai arus pendjebolan untuk merombak jang lama dan niembangun jang baru, Arus itulah jang harus mendjiwai tindakan2 kita dalam bidang pemerintahan.

Dokumen Negara, demikian Menteri seterusnja, dalam ben- tuk Undang2 No. 6 tahun 1959, adalah bukti tindakan kita itu, jang disusul- ketetapan M PRS untuk segera melaksanakan itu dengan saksama. Pelaksanaan itu menjangkut dua alat revolusi. jakni Pamong Pradja flan Pemerintah Daerah. keduanja dalam asuhan Departemen jang saja pimpin.

Bertahun-tahun kita menunggu, kini atas nama Pemerintah saja serahkan aparat Pamong Pradja Djawa-Barat dalam asuhan Pemerintah Daerah. Kepada Gubernur Kepala Daerah dan DPRD GR saja minta, terimalah penjerahan ini dengan segala keich- lasan dan tekad untuk memeliharanja, untuk menggunakannja dengan se-baik3nja.

Kepada para pendjabat Pamong Pradja saja berpesan dja- ngan ragu2, abdikanlah seluruh kepribadian Saudara dalam ke- dudukan jang baru, sesuai dengan tudjuan pengintegrasian Pa­mong Pradja dalam aparat Pemerintahan Daerah. Moga2 Saudara8 senantiasa diberikan ketabahan dan keteguhan hati pada melandjut

tugas oaudara atas dasar Amanat Penderitaan Rakjat sebagai amanat Saudara sendiri.

fJ 4. Sambutan Gubernur Kepala Daerah.

Seraja menoleh pada djalannja sedjarah pemerintahan, Gu- bernur Kepala Daerah Kolonel Mashudi melihat peristiwa pada upatjara ini sebagai suatu ..mijlpaal” atau batu-djarak dalam proses pendemokrasian pemerintahan daerah. Dengan peristiwa

Page 22: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

ini terbentuklah pemerintahan didaerah jang utuh, jang ineni- besarkan harapan bahwa Pemerintah Daerah sebagai alat revo- lusi dan gebagai aparat Pemerintah Pusat dapat menjelesaikan tugasnja sebagaimana itu digariskan dalam Undang2 Dasar.

Atas nama Pemerintah Daerah beliau menjampaikan terima kasih dengan menjatakan penghargaan se-tinggi2nja atas kehor- matan dan kepertjajaan jang dilimpahkan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah Tingkat I Djawa-Barat, dengan pe- nundjukan Djawa-Barat sebagai Daerah pertama pada pelak­sanaan Penjerahan Pemerintahan Umum dan penghapusan orga- nisasi Keresidenan dan Kewedanaan.

Sudah sedjak Proklamasi para pendjabat Pamong Pradja praktis telah meninggalkan filsafat berdasarkan struktur ,,bin- nenlands bestuur” dan mendjelma sebagai alat revolusi jang betul2 ,,strijdwaardig" dan „strijdvaardig” pada menegakkan ke- merdekaan. Hal ini kita saksikan selama clash ke-I dan clash ke-II dan ini terasa sekali pada pengamanan dan pembangunan Djawa-Barat sampai dewasa ini. Pamong dan rakjat bersama pemuda2 pedjuang kita senantiasa bahu-membahu memikul tang- gungdjawab atas keselamatan Negara Kesatuan Republik Indo­nesia. '

Dengan terwudjudnja penjerahan, Gubernur berkejakinan bahwa korps Pamong Pradja. akan tetap mendjadi poros atau spil dari pelbagai pembangunan didaerah, dengan gaja dan irama baru, sesuai dengan reinkarnasinja sebagai aparatur revolusi kesajangan rakjat, jang bekerdja bersama dengan .rakjat pada melaksanakan keinginan rakjat menurut kebidjaicsanaan jang di- tetapkan oleh W akil2 Rakjat didaerahnja. _

Sebagai suatu Korps jang sudah mempunjai kesadaran jang lebih mendalam tentang pemerintahan Negara, dengan penga- laman jang tjukup banjak disamping pendidikan jang chusus, nistjaja ia akan tetap mahir dan mampu mengatasi pelbagai tantangan pada membina dan memelihara setjara dinamis pel­bagai kepentingan masjarakat. Ia tentu akan terus giat dengan penuh kreasi dengan menjesuaikan diri pada situasi baru me- ngemban amanat penderitaan rakjat dalam suasana regional, tetap i djuga tetap sebagai bagian mutlak daripada kegiatan jang bersifat nasional menurut haluan politik Negara.

Kepada seluruh slagorde pemerintahan di Djawa-Barat Gu­bernur berseru agar, dalam rangka pengintegrasian tugas2 Pe­merintah Pusat dengan tugas2 Pemerintah Daerah. sifat ber- gotong-rojong ditingkatkan sekuat tenaga untuk mempertinggi hasil pelajanan kepada rakjat dan untuk mengsukseskan tri- program Kabinet Kerdja Gaja Baru.

Page 23: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Demikian intisari sambutan Gubernur Kepala Daerah, jcng diachiri dengan memandjatkan do’a, semoga sekalian senantiasa dikurniai Taufik dan Hidajat-Nja pada melakukan tugas ma- singa demi keselamatan dan kebahagiaan Negara dan Bangsa.

§ 5. Pernjataan W akil Ketua' DPRD-GR.

Sdr. Kosasih sebagai W akil Ketua D PRD -G R Djawa-Barat menguraikan harapan, kegiatan dan desakan Pemerintah D a­erah Djawa-Barat dalam hubungan dengan pelaksanaan Un­dang2 Penjerahan Pemerintahan Umum. Penanda-tanganan be- rita-atjara jang baru dilangsungkan mempunjai arti jang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan pemerintahan daerah. ,

Penjatuan aparatur jang telah dilaksanakan dengan saksama pada permulaan tahun, kini diberi dasar jang lengkap, sehingga teknis dan politis Djawa-Barat mulai saat ini selangkah .lagi madju kearah otonomi jang diharapkan.

Dengan sendirinja, demikian pembitjara selandjutnja, riali- sasi penjerahan tugas dan wewenang Pamong Pradja membawa pula konsekwensi pada Pemerintah Daerah, jgtitu bahwasanja sebagian besar daripada tanggungdjawab Pemerintah Pusat pa­da memadjukan kemakmuran- dan kesedjahteraan rakjat mulai saat ini dipertjajakan atas bahu Pemerintah Daerah untuk di­laksanakan ber-sama2 organ2 pemerintah didaerah.

Tanggugdjawab itu berlandaskan dua hal, jajtu pemberian tugas taak serta pemberian kekuasaan (,,bevoegdheid ) untuk menetapkan sendiri kebidjaksanaan jang harus ditempuh pada mengendalikan pemerintahan didaerah. Kebidjaksanaan itu men- tjakup pimpinan serta bimbingan untuk mentjiptakan kerdjasama janq harmonis antara semua alat-perlengkapan pemerintahan did-prah agar dapat ditjapai hasil maksimum pada pela,anan kepentingan masjarakat.

TSSjata sekali bahwa atas dasar U ndang (a(iUn 1959,jang kerrvudian disusul d£IlQ3il Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1963, Pemerintah Pusat menghendaki perkembangan pe­merintahan Daerah jang lebih pesat menurut dasar desentrali- sasi territorial dengan meniadakan sifat desentralisasi fungsionil jang dianut dimasa lampau.

Atas nama DPRD-GR pembitjara menjamp-'kan terima ka- sih atas kepertjajaan jang diberikan oleh F .rmerintah Pusat, dalam hal ini oleh J.M. Menteri Dalam Negeri kepada Pemerin­tah Daerah Djawa-Barat, dengan harapan moga3 peniuiaian tugas itu akan senantiasa dibcrkahi rachmat Tuhan Jang Maha Kuasa.

Page 24: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

§ 6. Pengaruh Penjerahan,

Amanat Menteri Dalam Negeri dan sambutan Pemerintah Daerah pada upatjara jang berlangsung dengan penuh chidmat itu, kembali membuktikan betapa penting arti pengalihan tugas pemerintahan umum dan betapa besar pengaruhnja pada orga- nisasi dan djalannja pemerintahan, baik pada tingkat Pusat maupun pada tingkat Daerah.

Kata2 jang diutjapkan mendorong menoleh djalan jang ber- belit2, jang harus ditempuh untuk mentjapai titik pelaksanaan. Ketjuali untuk mentjari pertemuan antara pendirian pro dan kontra, banjak waktu jang diperlukan untuk mematangkan per- siapan jang teknis memadai dan dapat dipertanggungdjawabkan setjara politis, psychologis dan sosiologis.

Dengan hasil jang ditjapai, pada tingkat Pemerintah Pusat terasa kelegahan telah dapat menemukan rumusan tentang ben­tuk dasar serta garis pelaksanaan, jang mendjamin otonomi jang luas atas dasar desentralisasi territorial, tanpa meninggalkan sendi2 kesatuan Negara jang kuat.

Pada pihak Pemerintah Daerah kepertjajaan ini disambut dengan kegembiraan dan penuh rasa tanggungdjawab. Diketa- hui bahwa beban jang diletakkan atas bahu Pemerintah Daerah adalah berat, tetapi dijakinkan pula bahwa kepertjajaan itu membuka kesempatan bagi Pemerintah Daerah untuk mengen- dalikan pemerintahan didaerah dengan tjara jang lebih effektif. demi kepentingan daerah dan Negara.

§ 7. Pendjabat8 jang berkepentingan.

Chususnja para Residen dan para Wedana, jang hadir seba­gai pendjabat jang berkepentingan, tentu dengan penuh minat mengikuti pesan dan andjuran Menteri Dalam Negeri untuk tidak ragu2, melainkan dengan hati jang tabah dan teguh me- neruskan pengabdian dan pengorbanannja dalam susunan jang baru. i

Pada pihak Pemerintah, tinggi penilaian jang — tanpa tedeng-aling2 — diberikan oleh Gubernur Kepala Daerah atas djasa Korps Pamong Pradja sebagai unsur utama sedjak per- djuangan kemerdekaan sampai pada usaha perwudjudan masja- rakat jang adil dan makmur. Sebaliknja banjak jang diharapkan dari kemahiran, pengalaman dan kemampuan aparat ini menurut kedudukkannja dalam wadah Pemerintah Daerah.

Andjuran, penghargaan dan harapan, jang diutjapkan de­ngan penuh chidmat itu, tak dapat tidak memberikan kepada pendjabat2 jang berkepentingan suatu modal dengan harga jang

Page 25: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

tak ternilai. Modal ini akan disambut pada tingkat Kegubernur- an, Keresidenan, Kabupaten, Kewedanaan dan Ketjamatan dalajn susunan dekonsentrasi, untuk dibawa-alih kedalam Daerah2 Ting­kat I dan Tingkat II menurut susunan desentralisasi-.

Penjerahan pemerintahan umum adalah suatu „conditio sine qua non’ jang tak dapat dihindarkan, bahkan- harus dihadapi dengan penuh kesadaran tentang pertumbuhan pemerintahan atas dasar2 jang digariskan dalam Undang2 Dasar Proklamasi. Dalam hubungan ini transformasi aparat Pamong Pradja harus- lah dilihat sebagai akibat belaka kebidjaksanaan pokok itu.

§ 8. Penjerahan Daerah demi Daerah.

Sesudah Djawa-Barat, penjerahan dirialisasikan Daerah demi Daerah, baik untuk Daerah Tk. I maupun Daerah Tk. II dalam lingkungannja, menurut ichtisar dibawah ini.

§ 9. Saai Undang2 berlaku/didjalankan.

Pembuatan kebidjaksanaan politik Pemerintah dalam bentuk Undang2 berachir pada saat Undang2 itu mulai dilaksanakan Mengenai saat dimaksud sesungguhnja harus dipenuhi dua sjarat, jakni :

pertama bahwa Undang2 itu berlaku sjah (mempunjai keku- atan berdasarkan hukum, dalam bahasa asing „van k r a c h t atau mempunjai ..rechtskracht” ) dan

kedua bahwa Undang2 itu mulai didjalankan dalam arti ,,treedt in werking". \

Mengenai Undang2 No. 6-1959 jang diundangkan pada tang­gal 25 Maret 1959, pasal 14 memuat ketentuan, bahwa „saat mulai berlaku ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setjara Daerah demi Daerah atau setjara lain”. Dalam pada itu pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 50-1963 menetapkan bahwa i.e. Un« dang-Undang No. 6-1959 berlaku untuk seluruh wilajah R.I. mulai pada hari diundangkannja Peraturan Pemerintah itu”, jakni pada tanggal 25 September 1963,

Selandjutnja ditetapkan pada pasal 8 Peraturan Pemerintah itu, bahwa pelaksanaan penjerahan bagi sesuatu Daerah dilaku- kan dengan keputuaan Menteri atas usul D PRD -G R T k. I jang feersangkutan, hal mana menurut ajat (2) harus sudah selesai se-lambat2nja pada achir tahun 1965.

Dalam hubungan ini harus ditindjau pentingnja ichtisar penje­rahan pada § 8, jang Daerah demi Daerah memuat saat mulai berlakunja, c.q. mulai melaksanakan Undang2. Demikian djuga halnja mengenai pelaksanaan penghapusan Keresidenan dan Kewedanan, berdasarkan Peraturan Presiden No. 22-1963.

Page 26: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Rialisasi Penjerahan Urusan Pemerintahan Posat dalam bidang Pemerintahan Umum kepada Pemerintah Daerah Propmsi/Kabupaten/Kotamadya.

Nc D a e r a hSurat

keputusanTanggal

Menteri Dalam Negeri Berlaku terhitung Jang menjerahkanN o m o r tanggial

1. Djawa-Barat 19-2-1963 Des. 52/7/38-158 1 Djanuari 1964 Menteri Ipik Gandamana2. Djawa-Tengah 1-3-1963 Des. 47/1/17-10 1 Maret 1964 sda3. Jogjakarta 20-2-1964 Des. 47/1/15-8 1 Maret 1964 sda4. Djawa-Timur 21-2-1964 Des. 47/1/16-9 1 Maret 1964 sda5. Kalimantan Selatan 9-5-1964 Des. 47/2/44-73 1 Mei 1964 sda6. Kalimantan Tengah 9-5-1964 Des. 47/2/42-72 1 Mei 1964 sda7. Kalimantan Barat 1-6-1964 Des. 47/3/21-94 1 Djuni 1964 sda8. Kalimantan Timur 15-2-1965 Des. 47/1/14-17 19 Pebruari 1965 Menteri Dr. Sumarno Sosroatmodjo9. At] eh 19-5-1965 Des. 47/2/13-84 26 Mei 1965 Pembantu Menteri Urusan Pelaksanaan

10. Sumatera Utara 18-9-1964(Eni Karim)

Des. 47/4/23-138 1 Oktober 1964 Menteri Dr. Sumarno Sosroatmodjo11. Sumatera Barat 21-9-1965 Des. 47/3/7-181 1 Djaauari 1966 Pembantu Menteri Urusan Administrasi

12. Djambi 1-9-1965» (Drs. Suwamo Hadiatmodjo MPA)

Des. 47/1/40-61 1 September 1965 Menteri Dr. Sumarno Sosroatmodjo13. Riau 16-11-1965 Des. 47/2/32-124 1 Nopember 1965 Rcsiden Sudjarwo14. Sumatera- Selatan 16-11-1965 No. 69 tahun 1965 1 Desember 1965 Residen Rivai

(Ag. No. Des. 47/3/19)15. Lam pun g 26-12-1965 No. 75 tahun 1965 28 Desember 1965 Gubernur Pattiradjawane

(Ag. No. Des. 47/3/31)16. Bali 1-7-1965 Des. 47/2/22-110 1 Djuil 1965 Menteri Dr. Sumarno Sosroatmodjo17. Nusa-Tenggara Barat 16-11-1965 Des. 47/2/21-109 1 Desember 1965 Residen Sudjarwo18. Nusa-Tenggara Timur 1-7-1965 Des. 47/2/34-127 1 DjuSi 1965 Menteri Dr. Sumarno Sosroatmodjo19. Maluku 14-11-1965 No. 2 tahun 1966 Belum diserahkan

(Ag. No. Des. 47/1/3) setjara riilPembantu Menteri Urusan Pembinaan20. Sulawesi Selatan 21-12-1965 No. 77 lahun 1965 28 Desember 1965dan Pengawasan ( J. Wajong )

21. Sulawesi Utara 22-4-1965 Des. 47/1/41-62 1 Djanuari 1966 sda22. Sulawesi Tengah 23-7-1965 Dps. 47/2/20-108 1 Djanuari 1966 sda I23. Sulawesi Tenggara 1-1-1966 No. 1 tahun 1966 1 Djanuari 1966 Gubernur Pattiradjawane24. D.C.I. Djakarta Raja —- .— Telah diserahkan dengan keputusan25. Irian Barat — — — Waperdam 11 J. Leimena

Page 27: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Atas dasar keterangan diatas dapat dikonstatir, bahwa ber- . lakunja Undang2 bagi tiap2 Daerah mempunjai beberapa tahap seperti berikut :

a. 25 Maret 1959 Undang2 No. 6-1959 diundangkan tetapi belum . berlaku sjah sebagai Undang2.

b. 25 September 1959 dengan diundangkannja Peraturan Pe-' merintah No. 50-1959 pada tanggal tsb. Undang2 No. 6-1959 berlaku sjah sebagai Undang2, tetapi belum didjalankan.

c. tanggal rialisasi penjerahan pada dasarnja ditetapkan seba­gai saat mendjalankan Undang* untuk sesuatu Daerah I, se- lambat2nja pada achir tahun, 1965.

d. tanggal rialisasi itu ditetapkan pula sebagai saat berlakunja Peraturan Presiden No. 22-1963 mengenai penghapusan da- erah-administrasi serte organisasi Keresidenan dan Keweda- naan. v

Seperti didjelaskan pada ketentuan2 jang bersangkutan, pen- tahapan diatas disebabkan oleh rentjana semula untuk lebih dahulu meneliti satu demi satu dan Daerah demi Daerah kewe­nangan Pamong Pradja jang perlu dialihkan, tetapi kemudian metode teliti ditinggalkan dan dipakai metode jang bersifat global. Selain itu kepada masing2 Daerah Tk. I diberi kesempat- an untuk lebih dahulu menjatakan kesanggupannja, mengingat akan keragu-raguan jang semula diadjukan oleh beberapa Daerah.

§ 10. Langkah landjutan.

Seperti halnja di Djawa-Bdrat, lontjeng jang dibunjikan pada upatjara2 penjerahan senantiasa memantulkan gema suara rasa bangga dan terima kasih para Kepala Daerah serta W akil2 Rak- * jat atas kepertjajaan Pemerintah Pusat kepada Daerah2, jang menerima tugas itu dengan penuh rasa tanggungdjawab.

Dalam pada itu disadari pula, bahwa bagi Daerah2 saat rialisasi penjerahan bukanlah titik penjelesaian, melainkan suatu titik-tolak daripada rangkaian kegiatah untuk mentjapai pelak­sanaan jang sebaik-baiknja.

Sudah njata bahwa tindakan pembantingan stir ini dalam kebidjaksanaan politik tidak sadja dimaksud untuk menjesuai- kan bentuk huku- ’ mengenai kedudukan Pamong Pradja pada Ampera, melainkan djuga setjara revolusioner merombak sendi2 pemerintahan jang sudah berakar jang hanja dapat diikuti dengan djiwa jang revolusioner pula.

Page 28: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Perombakan. struktur Pamong Pradja serta pengalihan per- sonil dan materiil jang tertjantum dalam Undang2 penjerahan mempunjai tudjuan dan latarbelakang jang harus difahami sedalam-dalamnja, kemudian harus ada pandangan jang djelas bagaimana mengalihkan struktur dekonsentrasi jang lama kedalam struktur desentralisasi.

Gentar suara jang bertanja, apakah sesungguhnja Pamong Pradja itu dan apakah tugas pokok aparat itu atau kewenangan- nja ? Bagaimana tatasusunannja dalam Daerah Tk. I dan dalam masing2 Daerah Tk. II, pula bagaimana hubungan nanti antara aparat Daerah Tk. I dengan. Daerah Tk. II ?

Dengan sistim perbantuan timbul pula p'ertanjaan, bagaimana nanti kedudukan hukum para pegawai pembiajaannja serta keperluan materiil pada umumnja ?

Memang, .taraf pelaksanaan senantiasa ineminta ketelitian dan ketegasan, sebab pelaksanaan itu tidak terbatas pada peng­alihan kewenangan dan aparat jang bersangkutan tetapi seperti telah aikatakan jdiatas harus ada pandangan jang djelas bagai­mana pengaturan kedudukan dan kewadjiban Pamong Pradja dalam naungan Pemerintah Daerah, sehingga fertjapai apa jang ditjita-tjitakan Pemerintah dan Rakjat.

Hal2 itu jang mendjadi bahan pembahasan dan pengulasan pada Bab2 jang berikut untuk mendjadi pandu dan pembantu pada menanggulangi sebaik-baiknja kebidjaksanaan jang ber- sumber pada Undang2 No. 6-1959, jang bertahun-tahun telah menggerakkan mulut dan pena.

Page 29: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

BAB II. P EM ER IN T A H U M U M DALAM SED JA RA H .

§ 1. Persoalan.

Pada persiapan dan penetapan ^Undang2 No. 6-1959 senan­tiasa dihadapi pertanjaan, apakah sesungguhnja jang dimaksud dengan pemerintahan umum itu ? Sudah tentu pertanjaan ini lebih mendesak pada tahap pelaksanaan atau rialisasi makna Undang-. Setidak-tidaknja harus ada kedjelasan tentang kedu­dukan, tugas atau fungsi serta kewenangan daripada aparatur itu jang kini didjelmakan mendjadi Pamong Pradja.

Mengenai pertanjaan itu difahami bahwa kata ,.tugas” me- nundjuk pada ,,apa jang harus dikerdjakan”, sedang kata „fung- si menitik-beratkan pada sifat pekerdjaan itu dalam hubungan keseluruhan, djadi pada ,.bagaimana pekerdjaan itu dilakukan”. Keterangan ini didahulukan, mengingat bahwa kedua istilah itu akan sering dipergunakan pada pengulasan soal dimaksud.

Dapat dipastikan.' bahwa tugas dinas pemerintahan umum itu jakni fungsinja dalam hubungan dengan keseluruhan aparatur Negara, pada hakekatnja berlainan dengan fungsi2 dinas2, jang mendjadi spesialis- pemeliharaan kepentingan2 tertentu. seperti Pengadjaran, Perhubungan dan Pertanian. Tidak ada suatu ke- pentingan masjarakat jang dapat ditundjuk sebagai objek spesifik pemeliharaan dinas pemerintahan umum.

Keadaan ini dikualkan oleh kenjataan. bahwa dinah itu tidak mendjadi bagian sesuatu Departemen. Para pemimpinnja. jaitu para Kepala pemerintahan daerah (..Gewestelijke Bestiturshoof- den ), jang mempunjai hubungan dengan semua Departemen. dimasa lampau mendjadi bawahan langsung Gubernur-Djenderal dan langsung bcrtanggungdjawab kepadanja.

T idak dapat dikatakan, bahwa .dinas itu dengan perbedaan jang tegas mendjalankan suatu bagian sadja dari pemerintahan, seperti halnja dengan seorang hakim jang mendjalankan sebagian dari tugas pengadilan. Sebaliknja tidak djuga benar, bahwa Pamong Pradja memegang pemerintahan didaerah, sebab adalah suatu kenjataan pula, bahwa banjak usaha didaerah jang tidak dikerdjakan oleh atau dengan tjampur-tangan dinas itu.

Kalau dipeladjari apa jang .sesungguhnja setjara terlulis mendjadi kewenangan Pamong Pradja. maka didapat kesimpulan bahwa para kepala pemerintahan daerah adalah wakil Pemerin­tah Pusat jang memegang kuasa sipil tertinggi dfdaerah.

Sebagai uraiau fungsi rumusan inipun ,tidak memberi pegang- an jang tjukup, sebab tiap Kepala Daerah jang berlagak menurut itu, misalnja sebagai kepala atau atasan semua pendjabat sipil.

Page 30: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

akan. segera menjadari, bahwa isi tulisan- itu berlainan dengan kenjataan.

Pernah djuga diusahakan untuk menjusun daftar tentang tugas- jang beraneka- itu, tetapi ichtisar jang ditjapai ketjuali tidak memuaskan, hanja menimbulkan kesan jang dingin, bahwa wakil Pemerintah Pusat didaerah merupakan ,,tukang g ro D ak untuk lain- dinas atau djawatan.

§ 2. Pengaruh pembentukan dinas2 spesialistis.

Dengan tidak adanja kepastian tentang lingkungan pekerdja­an Pamong Pradja sebagai suatu himpunan petugas dalam or­ganisasi dinas pemerintahan umum, timbul pertanjaan tentang maksud adanja dinas2 spesialistis sebagai dinas2 tersendiri dan tentang kewenangan jang dipegangnja sebab tampaknja sukar untuk mengikuti dan menegaskan hubungan antara kedua dinas itu walaupun tentu keduanja mempunjai hubungan sebagai kesa­tuan jang diarahkan pada suatu tudjuan tertentu.

Suatu dinas jang baru dibentuk tak dapat berdjalan tanpa uraian fungsinja jang tadjam dan mentjukupi. Dari ini njata, apa jang menjebabkan sehingga dalam hal itu tidak ada kete- gasan mengenai dinas jang mendjadi persoalan. Uraian fungsi nja kurang terang atau tidak bi'sa djelas, sebab dinas pemerin­tahan umum adalah suatu organisasi jang tua, jang m e n d ja d i pangkal organisasi pemerintahan semula. Disusulnja pertumbuh- an organisasi itu oleh pembentukan dinas2 baru jang bersifat spesialistis, menimbulkan pergeseran fungsi. Bahkan pergeseran jang terdjadi ,sekali waktu memperoleh bentuk berlapisan, bila kebidjaksanaan politik berubah.

Duduk perkara setjara singkat adalah seperti berikut. Tugas- nja sesuatu djabatan atau gabungan djabatan, jakni f u n g s in ja dalapi hubungan keseluruhan, berubah apabila bentuk k e se lu - ruhan berubah, djuga apabila lingkungan pekerdjaan dan unsur2 lain djabatan itu tetap bersifat sama. Dengan' perubahan b e n tu k atau Struktur dimaksudkan perubahan jang mendalam dalam hubungan antara djabatan ,ang satu dengan jang lain, misalnja karena bentuk Negara atau sistim pemerintahan diganti.

Demikmnkh beberapa bahan keterangan, jang dapat diteliti lebih luas dalam brosur tjeramah Prof. Logemann, janq diadakan pada tahun 1936 tentang „de functie van de bestuursdienst” .

engan eterangan itu bclumlah terdjawab apa jang bermula didojukdi, sebagai pertanjaan, tetapi djelaslah djuga kiranja apa jang menjukarkan pemberian djawaban setjara langsung. Karena itu tindjauan ini dilandjutkan dengan meneropong sedjarah sebagai penghimpunan fakta untuk pembahasan lebih landjut.

Page 31: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

§ 3. Pemerintahan masa Kompeni.

Sesudah pembentukan V .O .C. (Vereenigde Gost-Indische Compagnie) pada tahun 1602, maka pada tahun 1605 Frederick de Hcutman sebagai Gubernur pertama di Amboina meletakkan kakinja pada benteng Victoria di Leitimor jang baru direbut orang Belanda. Ia disusul oleh Van Warwijck, kemudian Pieter Both di Bantam, mereka itu datang sebagai Laksamana dilaut dan mendjelma didarat mendjadi Gubernur.

Kedudukan sebagai Gubernur ini adalah peninggalan masa ■ kekuasaan Negara Bourgondie — Habsburg, jang didaerah dja- djahan ia dibeberapa bagian di Eropa dan djuga di Nederland menempatkan senantiasa seorang Gubernur jang mendjadi utus- an Radja dan memegang kekuasaan pemerintahan dan penga- dilan. .

Tak dapat tidak tugas Gubernur2 jang pertama-tama dikirim tidak sadja meliputi kepentingan perdagangan. Dimasa itu ber- dagang berarti berperang pula didaerah pendudukan, seraja me- lawan saingan orang Spanjol dan Portugis, selandjutnja konsolidasi daerah perdagangan dan pendudukan dengan djalan penguasaan militer dan sipil sedjauh mungkin. Tumbuh sistim Negara Polisi dengan Gubernur jang tak terbatas kewenangannja. Hanja dalam hal2 tertentu ia harus minta pengesahan dari pemerintah atas- annja.

Pemerintah di Negeri Belanda pada masa itu berbentuk Republik Belanda Serikat. Singkatnja terhadap atasan kekuasa- annja terbatas, tetapi terhadap penduduk tak ada pembatasan kekuasaan. Disini njata, bahwa pola keadaan Negara dimasa Kompeni mempengaruhi bentuk dan sifat fungsi dinas pemerin­tahan.

Demikian djuga halnja dengan penempatan Residen2 dimasa itu, jang pada tingkat pertama, kedua dan ketiga mendjadi ke­pala kantor perdagangan Kompeni dan sesuai dengan namanja (,,to reside” = menetap) mendjadi petugas tetap ditempat jang dipandang penting. Terhadap penduduk ia mewakili kepentingan Kompeni dalam kedudukannja sebagai utusan pemerintahnja.

!j 4. Perubahan dimasa Daendels dan Raffles.

Tjorak pemerintahan masa Kompeni mengalami perubahan dengan kedatangan Daendels pada tahun 1807, jang mendjiplak organisasi dan penguasaan setjara sentral menurut stelsel Napo­leon, jang pada masa itu menduduki Negeri Belanda. Kekuasaan militer dipisahkan dari kekuasaan sipil dan resort-kerdja Gubernur ditiadakan. Para Residen jang mula2 didjadikan ..prefect” (pe-

Page 32: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

nguasa wiJajah a la Perantjis), kemudian i * ,jang berkewenangan pula s e L a a i h a l Z S 3 < • T (pen£u

agen dagang berubah mendiad; n lf .Pribumi. F u n g sin ja sebagai daerah-diabatan Cnb^r • etu9 as pem erintahan. Sebalik n ja dan p j L £ n \ ' l ^ " KmUla diadak“ “” ‘“k aksidalam badan peperanqan da en9 ®jrut setelah desakan kekuatan n peperangan dan perdagangan itu menurun.

kedudukan jang1' ber-i'faT aj P aendek memaksa para Bupati drri naar ’■ sehifggl Utad^diaM „ Swa.',raf * ■ " '" ‘•jadl ..ambte- sambungan kedalam tubuh ^ j a r E ^ t ^ “ “ u* me“ Pun ai guhnja tindakan Daendels ini = j u ra. J Pribumi- Sesung- Sudah sedjak penaklukan keradjaan M t ^ KompenLPeroleh pengangkatan dan d i p e d a J ? P3ra, P&ti mCm'

, Dalam pada Hu dlpettahankl, ‘ ba' raha” 'ash, jang berarti bahwa BuDati bentuk pemerintahan jang paten adalah badan publik iano b * C pemerintahan Kabu- kekajaan sendiri, jang d io erd an ^ j . 0 9 9 3 send»ri, mempunjai lama berupa padjak tanah d a n ^ l 1 Pen9f^asilan keradjaan dcmikian para Bupati dapat d D e n g a n djalan atas dasar akte hubungan kerdia t J n membajar uang ulajat

Dimasa Daendels akte= it H ^ ^ verband”)-' takan beban, sebagian denaan UIr»£®ant* d en 9 an peraturan perJe- fuil untuk mengelabui mata umum UrUSan seolah-olah kontrak-

Paksakan. m^rnhajar g andjaran jangUntuV ' '.j iies,iO,en jano rl‘ u

rn.ndjadi atasan langsung para BunaH J a n d d rost'\ w alau pun a tetap mewak.l. kekuasaan pent i , sem^ ini b e r a r t i , ,b a h w a

i r h S f n kedudllka" seorano h S n Belanda’ ^perti hal- hadap sestiafu lnncl:;r|]np , 1 Va» gcwestelijk bestuu r"

Hnp.if /IlfilmpujU . , ’ ar ”kontrak pendek".(Jnnasa Daendels mempuniai f etu9as Pemerintahan didaerah pemegang kekuavaan n e m e r i ^ U ' j ” pre1fe c t” i a n 9 disamping nzvqan kehakiman A n , ^an sedaerah, mempunjai kewe-kepentingan pemerintahan jadi’a h T ^ ? ° mpeni' >ai!9 mendjamin asjj Jadjahan dalam masjarakat penduduk

hapuskan keharusan t t 'b l ja " 9 -d,aran, sedang para Bupati dibebaskan dari tjampurtangan me-

Page 33: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

ngurus ,,domein” atau tanah jang dikuasai pemerintah djadjah- an. Dengan djalan ini aparat pemerintahan pribumi didjadikan aparat kepegawaian penuh daripada pemerintahan djadjahan.

Kedua, bahwa ia menilai dinas pemerintahan umum djuga dengan katjamata Inggris, seperti halnja Daendels dengan katja- mata Prantjis. Urusan pemerintahan dipisahnja dari urusan Justisi, tetapi menurut tjorak Inggris, urusan penga"dilan kepo­lisian harus masuk dalam urusan pemerintahan jang djuga men- tjakup kepolisian. Melalui stelsel ini para Residen memperoleh kekuasaan dalam satu tangan seorang magistrat Inggris, jang sebelum itu tak pernah dipegangnja.

§ 5. Reorganisasi oleh Komisi Djenderal.

Sesudah masa kekuasaan Napoleon di Jfirppa dan pendudukkan Inggris oleh Raffles di Djawa, pada tahun 1816 Pemerintah Belanda mengirim ,,Commissarissen Generaal”, jang segera meng- adakan reorganisasi dinas pemerintahan umum.

Didaerah luar Djawa dihidupkan kembali daerah-djabatan Gubernur di Maluku, M akasar dan M alaka. Gubernur disebut W akil daripada Gubernur-Djenderal, jang mengawasi seperti di- masa Kompeni baik pemerintahan sipil niaupun militer. Ia men- djalankan kekuasaan pemerintah dengan mentjampuri urusan kehakiman dan ia diberi kewenangan mengambil keputusan dan menetapkan peraturan mengenai apapun djuga, walaupun atas pengesahan pemerintah dipusat. Ini semua mengikuti gaja lama.

Mengenai para Residen •— jang dimasa itu disebut kepala pe­merintahan setempat —■ dapat dilihat adanja tiga fungsi, jang menampakkan peninggalan Daendels dan Raffles.

Pertama, Residen itu adalah representasi kekuasaan Hindia Belanda terhadap penduduk asli.

Fungsi kedua adalah kekuasaan kepolisian, jang merupakan fcombinasi kewenangan masa Daendels, untuk mengatur dan memberi perintah dan kekuasaan pengadilan dari masa Raffles.

Fungsi ketiga ialah melaksanakan peraturan dan kehendak pemerintah pusat.

Jang penting dalam ketiga fungsi itu bukanlah fungsi jang bersifat pemusatan, melainkan kekuasaan terhadap penduduk asli dan kewenangan kepolisiannja jang bersifa* bebas, halmana mendjadikan dinas pemerintahan umum itu pembawa sendi-scndi desentralisasi dalam susunan negara jang birokrasi dan sen- tralistis.

Sementara itu pemusatan jang senantiasa mendjadi sifat su­atu birokrasi diperkuat dengan penetapan suatu susunan aparat kepegawaian, jakni dewan pengawas keuangan, departemen2 dan

Page 34: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

inspektorat2 pada pemerintah dipusat. Ini banjak mempengaruhi dinas pemerintahan umum. Dengan adanja ketentuan.2 hukum jang baru sebagai kelandjutan reorganisasi itu, terdjadi perge- aeran kewenangan jang berwudjud perubahan radikal. Pertama kali timbul ketegangan antara struktur N egara dan fungsi dinas pemerintahan umum.

Perubahan hukum itu tak djuga menarik lagi perbedaan antara tugas Gubernur di Maluku, M akasar dan M alaka dengan Residen2 jang ditempatkan sebagai ..bestuurvoerende residenten" didaerah diluar lingkungan Gubernur2- itu, Kedua kedudukan

. itu disamakan, bahkan berhubung dengan pfenghematan keduduk­an Gubernur itu dialihkan setingkat Residen kepala daerah.

Sesudah reorganisasi oleh .Komisi D jenderal, niaka dilihat dari pusat hanja terdapat satu djenis petugas, jaitu m ereka jang langsung bertugas dibawah Pemerintah, tak pandang gelar atau pangkat, karena hanja djabatannja jang dipentingkan. T a k lama kemudian nuintjul bagi djabatan Residen itu nama : ,,hoo£d van gewestelijk bestuur” (kepala pemerintahan daerah).

Dan untuk menaropakkan. bahwa Residen itu djuga bertang- gungdjav/ab tentang pelaksanaan pemerintahan jang langsung mengenai rakjat, malca pendjabat itu djuga disebut ..tioofd van plaatselijk bestuur' (kepala pemerintahan setem pat). Seperti di- ketahuj kewenangan itu sebagai „kepala pem erintahan negeri (kpn) atau ..kepala pemerintahan setempat (k p s)” kemudian dialihkan kedalam tangan Assisten-Residen, Bupati dan petugas jang berkedudukan W edana Kepala Distrik.

Mengenai djabatan Residen sebagai kepala daerah dan- se~ mula kepala pemerintahan setempat didapati, bahw a fungsinja fidak berbeda dengan fungsi Residen lama. T ig a fungsi itu, jakn i :

pertama, representasi pemerintahan pusat kedua, penguasa keamanan dan ketertiban umum dan Ketiga, pelaksana ketentuan pemerintah pusat, seperti telah

dikemukakan diatas.

Tiga fungsi ini selandjutnja mendjadi fungsi dinas petnerin- tahan umum.

§ 6 . M asa „regeeringsreg!ement” 1854.

Dengan „regeeringsreglement’’ 1854 dimulai m asa legalitas keg ia tan Pemerintah, jang berarti pengikatan hukum terhadap ap ara t pemerintah. Dimulai pula pelaksanaan rentjan a untuk

Page 35: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

membagi habis tugas Negara antara Departement3 seperti halnja di Nederland.

Departemen2 jang diadakan membentuk inspeksi2 dan dja- watan2 didaerah jang sedjauh mungkin tersusun vertikal kebawah. Dengan demikian didaerah terdapat dinas2, jang tidak atau hanja sedikit dikuasai oleh dinas pemerintahan umum, terlebih di Djawa. Semua ini belum seberapa mengubah dinas pemerintahan umum tetapi antara struktur Negara dan fungsi dinas itu mulai tam- pak ketegangan.

Penggantian sifat ,,negara fiskal” mendjadi ,,negara kemak- n uran’ ■— tanaman paksa — mendorong pertumbuhau aparat Negara kear'ah sentralisasi. Pertumbuhan ini membawa lceme- nangan bagi dinas2 spesialistis, jang memperdjuangkan kebebasan nja terhadap kepala2 daerah. Tampak kurang pengertian terhadap fungsi dinas pemerintahan umum. Jang diperhatikan ialah hanja tidak keahliannja dan terdjadilah ketegangan.

Aparat pemerintahan umum mempertahankan diri, tapi dengan hasil jang tidak memuaskan. Pada tahun 1876 ditetapkan pada instruksi Kepala pemerintahan daerah („hoofd van gewestelijk bestuur”) bahwa mereka itu berada langsung dibawah perintah Gubernur-Djenderal, tetapi wadjib mendjalankan petundjuk direk- tur-direktur Departemen, dengan kemungkinan banding pada Gubernur-Djenderal.

Sementara itu pengaruh masa legalitas mengekang kegiatan dinas pemerintahan umum jang bersifat bebas (,,vrij bestuur” ) untuk menghindarkan tindakan semena-mena. Kerdja paksa („heerendienst” ) diatur dan dibatasi perintah-alus diberantas, peraturan2 dan tatasusunan mengenai daerah jang langsung di- perintah diperluas untuk membuka kemungkinan berpemerintah an sendiri.

Urusan justisi dipisahkan dari dinas pemerintahan umum. Untuk djabatan ketua pengadilan negeri mulai diangkat tenaga2 ahli hukum. Mulai tahun 1872 „politierol'’ ditiadakati dan di- ganti „landgerecht”.

Pada permulaan abad ke-20 fungsi territorial dinas peme­rintahan umum jang chas itu menampakkan luka-parah karena dikrokoti pengaruh legalitas pemerintahan dan pembentukan dinas2 sentral-vertikal jang mengarah ke sentralisasi.

T ak dapat tidak semua tindakan ini adalah reaksi terhadap tuntutan zaman. Sebagai kelandjutan daripada itu mulai terasa bahwa arah sentralisasi dengan djalan pembentukan dinas2 sen- tral-vertikal itu terlalu memberatkan petugas2 didaerah, djuga daripada dinas2 itu. Dalam pada itu suasana politik hanja mau mengenai pemerintahan bentuk pemerintahan desentralisasi.

Page 36: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

membagi habis tugas Negara antara Departement3 seperti halnja di Nederland.

Departemen2 jang diadakan membentuk inspeksi2 dan dja- watan2 didaerah jang sedjauh mungkin tersusun vertikal kebawah. Dengan demikian didaerah terdapat dinas2, jang tidak atau hanja sedikit dikuasai oleh dinas pemerintahan umum, terlebih di Djawa. Semua ini belum seberapa mengubah dinas pemerintahan umum tetapi antara struktur Negara dan fungsi dinas itu mulai tam- pak ketegangan.

Penggantian sifat ,,negara fiskal” mendjadi ,,negara kemak- n uran’ — tanaman paksa — mendorong pertumbuhau aparat Negara kearah sentralisasi. Pertumbuhan ini membawa keme- nangan bagi dinas2 spesialistis, jang memperdjuangkan kebebasan nja terhadap kepala2 daerah. Tampak kurang pengertian terhadap fungsi dinas pemerintahan umum. Jang diperhatikan ialah hanja tidak keahliannja dan terdjadilah ketegangan.

Aparat pemerintahan umum mempertahankan diri, tapi dengan hasil jang tidak memuaskan. Pada tahun 1876 ditetapkan pada instruksi Kepala pemerintahan daerah („hoofd van gewestelijk bestuur” ) bahwa mereka itu berada langsung dibawah perintah Gubernur-Djenderal, tetapi wadjib mendjalankan petundjuk direk- tur-direktur Departemen, dengan kemungkinan banding pada Gubernur-Djenderal.

Sementara itu pengaruh masa legalitas mengekang kegiatan dinas pemerintahan umum jang bersifat bebas („vrij bestuur”) untuk menghindarkan tindakan semena-mena. Kerdja paksa („heerendienst” ) diatur dan dibatasi perintah-alus diberantas, peraturan2 dan tatasusunan mengenai daerah jang langsung di- perintah diperluas untuk membuka kemungkinan berpemerintah an sendiri.

Urusan justisi dipisahkan dari dinas pemerintahan umum. Untuk djabatan ketua pengadilan negeri mulai diangkat tenaga2 ahli hukum. Mulai tahun 1872 ..politierol” ditiadakan dan di- ganti ..landgerecht”.

Pada permulaan abad ke-20 fungsi territorial dinas peme­rintahan umum jang chas itu menampakkan luka-parah karena dikrokoti pengaruh legalitas pemerintahan dan pembentukan dinas2 sentral-vertikal jang mengarah ke sentralisasi.

T ak dapat tidak semua tindakan ini adalah reaksi terhadap tuntutan zaman. Sebagai kelandjutan daripada itu mulai terasa bahwa arah sentralisasi dengan djalan pembentukan dinas2 sen­tral-vertikal itu terlalu memberatkan petugas2 didaerah, djuga daripada dinas2 itu. Dalam pada itu suasana politik hanja mau mengenai pemerintahan bentuk pemerintahan desentralisasi.

Page 37: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

§ 7. Masa undang2 desentralisasi tahun 1903.

Atas dasar Undang2 desentralisasi tahun 1903, maka diantara 1905-1908 diseluruh Djawa dibentuk daerah-otonom. Ini meng- akibatkan pengalihan kewenangan menetapkan peraturan daerah dari tangan Kepala pemerintahan daerah kepada Dtw an2 Dae- rah. Tetapi adalah kenjataan pula bahwa Dewan2 Keresidenan itu (..gewestelijke raden” ) praktis mendjadi alat dinas Pamong Pradja (,,binnenlandsch bestuur” ). Dalam pemerintahan daerah- kota jang besar sedjak 1916 terdjadi penggeseran Pamong Pradja oleh para Walikota (,,burgemeesters” ) .

Sementara itu tugas daerah otonom tampak terlalu tipis se-. hingga tidak memuaskan. Dilihat pula pentingnja fungsi spesifik dalam bidang keamanan dan ketertiban umum daripada dinas pemerintahan umum, berhubung dengan timbulnja gerakan poli­tik. Dari sebab itu diriiulailah perubahan pemerintahan (,,bes- tuurshervorming” ) .atas dasar Undang2 tahun 1922, dalam mana tak dapat dibatja, bahwa tudjuannja bukan sadja meniperluas desentralisasi, melainkan untuk memperkuat kedudukan Pamong Pradja (..binnenlands bestuur” ). Paralel dengan itu tindakan „ontvoogding" didjalankan sebagai kelandjutan permulaan pada tahun 1918.

Dalam wudjudnja dinas pemerintahan umum tetap di-inkor- porasikan dalam badan daerah-otonom dan tetap bertugas me- ngawasi darr memimpin Dewan Pemerintah Daerah. Gubernur mendjadi ketua Dewan Propinsi dan ketua badan eksekutif, de- mikian djuga Bupati (..Regent” ) dalam Dewan Kabupaten (,,re- gentschapsraad”).

Diluar Djawa, atas dasar perubahan pemerintahan tahun 1939, beberapa dinas pusat seperti Kesehatan, Pertanian, Kehewanan, Pengadjaran Rendah dan Pekerdjaan Umum ditempatkan diba- wah perintah Residen, sedang kepala inspeksi berkantor pada Gubernur. Di Djawa dinas itu diserahkan pada daerah otonom propinsi, tetapi dalam praktek Residen'-2 bertugas mcngharmoniir dinas~ pusat dan dinas- propinsi dalam daerah djabatannja.

Mengenai dinas Kepolisian, jang dianggap alat jang terkuat untuk melindungi penduduk dun pemerintah djadjahan, djuga '•ebufhi! poh.wjuslisi untuk mengusut perkara jang harus diadju-

kiin pada pengadilan, terdapat suatu aparat jang sebagian ber­sifat teknis, jakni polisi daerah (..veld.politie” ) dan polisi-kota (,,stadspolitie"). Kedua aparat itu ditempatkan dibawah perintah Gubernur dan Residen, sedang sepnja jang teratas, jakni sedjak 1848, adalah Djaksa-Agung („Procureur Generaal” ).

Page 38: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

§ 8. Organisasi achir zaman djadjahan.

Untuk melengkapi uraian diatas, maka setjara singkafc dimuat pula susunan pemerintahan serta dinas pemerintahan umum, jang terdapat pada achir zaman djadjahan oleh Belfmda.

Di Djawa terdapat 5 gubernuran (..gouvernementen”), Djawa B^rat, Djawa-Tengah, Djawa-Timur, Surakarta dan Jogjakarta. Para Residen ada dibawah Gubernur dan para Bupati begitupun Asisten-Residen ada dibawah Residen. Fungsi Kepala daerah kabupaten ada pada Bupati. Assisten-Residen terutama bertugas untuk mendjalankan peraturan tertentu, fungsi justisi dan me- mimpin polisi daerah ( ,,veldpolitie” ).

Dibawah Bupati jang mempunjai seorang Patih sebagai pem- bantu dan pengganti, bertugas para Kepala Distrik (Wedana) dan Kepala Distrik-bawahan (Assisten W edana). Pada Assisten- Residen diperbantukan ,,Controleur” dan ,,Adspirant^Controleur”, sebagai petugas pembantu jang tidak mempunjai kewenangan sendiri.

Sebelum perubahan pemerintahan (,,bestuurshervorming”) ti­dak terdapat Gubernur. Para Residen mendjadi Kepala peme­rintahan daerah (,,hoofd van gewestelijk bestuur” ). Daerah-kerdja mereka dibagi atas ,,afdeeling” sebagai daerah-kerdja Assisten- Residen, Kepala pemerintahan setempat. Para Bupati mempunjai kedudukan sebagai bawahan Assisten-Residen. Para ..controleur”, sebagai petugas pembantu jang tidak mempunjai kewenangan ditiap „regentschap” giat mendampingi (,,bevoogden”) petugas2 Indonesia, bahkan para Bupati.

Sesudah perubahan pemerintahan (,,bestuurshervorming”) sebagian dari tugas lama Residen dialihkan pada Gubernur (bersama tugas2 baru jang didapat dari Departemen2) jang mendjadi ..hoofden van gewestelijk bestuur” baru. Para Residen didjadikan ,,hoofd van plaatselijk bestuur”, (Kepala pemerintahan setempat), fungsi mana diopernja dari Assisten-Residen lama. Pengaturan ini tidak memuaskan dan dengan Stbl. 1931-168 dia­dakan ,,herschikking” atau ,,taakverdeeling” (..pengaturan baru”). Fungsi Kepala pemerintahan setempat dibagi antara Residen, Bupati dan Assisten-Residen (gaja baru).

Di Surakarta dan Jogjakarta, jang sesungguhnja terlalu ketjil untuk didjadikan gubernemen. tetapi harus demikian mengingat pangkat para Kepala pemerintahan, diadakan organisasi jang Iain. Tempat petugas pemerintahan Negara diduduki oleh petu­gas pemerintahan Landschap (swapradja) sendiri.

Daerah2 diluar Djawa dibagi mendjadi gubernemen (,,gouver- nement” ) Sumatera, Kalimantan dan Indonesia Timur (,,Groote Oost” ). Para Gubernur mendjadi ,,hoofd van gewestelijk bestuur”

J. W ajong - 3

Page 39: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

dan xnemegang kewenangan jang kebanjakan ditugaskan kepada mereka sendiri dari aparat lama. Djadi para Residen tetap meme- gang sebagian besar dari kewenangan lama dan seperti telah diuraikan lebih dahulu mendjadi kepala berbagai dinas didaerah Keresidenan.

Sebagai bawahan para Residen bertugas ,,Onderafdelings- hoofden” (kepala onderafdeling) sebagai Kepala pemerintahan setempat, jang kebanjakan terdiri dari „controleurs” atau civiel gezaghebbers” Diantara Residen dan Kepala onderafdeling te r ' dapat ..afdelingshoofd” (Kepala afdeling), kebanjakan seorang Assisten-Residen, jang bertugas memeriksa dan memimpin ke- dalam (intern).

Para petugas Indonesia senantiasa bekerdja dibawah perintah Kepala ..onderafdeling” dan dibeberapa daerah tugasnja dihu- bungkan pada hukum adat (Atjeh, Sulawesi Selatan/Tenggara). Dimana hukum adat itu tidak mengenai organisasi jang lebih besar daripada jang terdapat pada masjarakat desa, maka ba- njak kali mereka itu bei.lungsi petugas pemerintahan dalam djabatan Kepala Distrik atau Kepala Distrik-bawahan, seperti di Sumatera dan Kalimantan. Dibeberapa tempat, terutama di In­donesia Timur aparat pemerintahan berbangsa Indonesia seda- patnja tidak diberi resort sendiri dan hanja berfungsi sebagai organ-pembantu Kepala Onderafdeling dengan sebutan „bes- tuursassistent”. Tetapi ada djuga „bestuursassistent” jang mem- punjai resort sendiri, bahkan ada jang resortnja sama dengan resort Kepala Onderafdeling dan bertugas sebagai pembantu.

Dalam „landschap" (swapradja) jang besar kebanjakan ter- dapat suatu aparat Indonesia daripada swapradja itu sendiri. Jang ketjil diperintah langsung oleh petugas Indonesia jang di- angkat Pemerintah.

§ 9. Ichtisar dan „rumus pemerintahan umum”.

Uraian diatas menggambarkan gelombang pendjelmaan dinas maupun mengenai tugas dan kewenangannja. Proses itu disebab- kan pengaruh perubahan pada bentuk negara, pada stelsel pe­merintahan, pada struktur organisasi aparatur atau hal2 lain jang pada suatu ketika mendesak. Dalam hal2 lain itu tentu terhisab faktor perubahan organisasi didaerah sebagai media untuk me- nampung pertumbuhan dalam segala bidang selama hampir abad.

Melihat djangka waktu itu perlu ditjatat, bahwa perubahan bentuk hukum sesuatu dinas tidak selalu berwudjud segera. Suatu perubahan jang menjangkut suatu organisasi jang sudah lama ada dan sudah bertradisi biasanja hanja dapat ditjapai me-

Page 40: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

laKii suatu masa pertumbuhan dan peralihan jang berlangsung bertahun. Tidak djuga mustahil, bahwa suatu tindakan perom- bakan, misalnja dengan djalan reorganisasi tidak segera men- tjapai bentuk hukum jang sesuai.

Gedjala ini dikemukakan, sebab memang benar, bahwa isi hukum itu menjesuaikan diri pada desakan kekuatan dan keada- an didalam masjarakat, tetapi sebaliknja benar pula bahwa ben­tuk hukum itu mempunjai sifat, lamban kalau akan lahir, kenjal

- atau alot bila telah berlaku dan bisa bertele-tele kalau akan ber- henti. Karena demikian maka antara fakta dan bentuk hukum dinas pemerintahan umum tidak senantiasa terdapat perpaduan atau penjesuaian, bahkan sering terdapat perlapisan jang gandjil.

Keadaan ini tidak memudahkan usaha untuk merumuskan fungsi dinas pemerintahan umum atas dasar hukum jang ber­laku pada suatu masa. T ak dapat tidak dalam usaha ini harus djuga ditempuh djalan menilik akan sebab dan akibat sesuatu kenjataan, seraja mentjari garis kebidjaksanaan pokok jang ter- djalin dalam tiap2 fakta. Garis itu djuga menghubungi fakta jang satu dengan jang lain sepandjang beberapa abad, menudju ke- suatu arah tertentu, tetapi dengan mempunjai latarbelakang tertentu pula.

Pada latar-belakang harus dilihat adanja suatu pusat keku- asaan sebagai pusat pemerintahan jang berusaha mewudjudkan kekuasaan itu ditiap daerah-pemerintahan. Untuk itu dibentuk dinas pemerintahan umum, jang dirintis dengan djabatan Guber­nur atau Residen pada kedudukan ,,hoofd van gewestelijk bestuur dalam arti „kepala pemerintahan daerah propinsi (administratief)' . Kedudukan itu semula mentjakup dan kemudian dilapisi dja­batan „hoofd van plaatselijk bestuur’ dalam arti ,,kepala peme­rintahan setempat", jang lebih langsung mempunjai hubungan dengan penduduk.

Sebagai kepala pemerintahan daerah dengan kedudukan se­bagai organ tertinggi pemerintahan didaerah Gubernur atau Residen itu dari masa ke masa bertugas :

a. mewakili kekuasaan dan menegakkan kewibawaan pemerin­tah pusat,

b. mendjamin keamanan dan ketertiban umum,c. melaksanakan kebidjaksanaan politik pemerintah Pusat,d. menguasai lingkungan daerah-hukumnja dan kekajaan alam

milik Negara,e. memegang kendali atas penduduk,f. memelihara dan memadjukan kemakmuran dan kesedjahtera-

an daerah.

Page 41: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Terlebih semula, waktu aparat dan tugas pemerintahan ma- sih terbatas, maka tampak djabatan itu djuga mentjakup keselu­ruhan atau sebagian :(1.) bidang alat kekuasaan, seperti urusan militer, kepolisian,

kedjaksaan dan kehakiman,(2.) bidang keuangan, seperti perpadjakan dan hasil bumi,(3.) bidang kemakmuran, seperti pertanian, pekerdjaan umum

dan perhubungan.

Kemudian, tergantung pada bentuk Negara, pada stelsel pe- merintahan atau struktur organisasi, urusan2 dalam tiga bidang ihi mulai ditanggalkan dari rangkuman dinas pemerintahan umum. Hal ini terutama disebabkan oleh perubahan struktur or- ganisasi dipusat. Kalau semula urusan pemerintahan umum d-alam bentuk ,,Algemeen Burgerlijk Bestuur” djuga meliputi urusan2 dalam bidang kemakmuran dan kesedjahteraan, maka lambat- laun untuk tiap2 urusan itu diadakan Departemen tersendiri.

Gedjala sentralisasi mendorong pula untuk menempatkan dinas2 didaerah langsung dibawah perintah Departemen jang bersangkutan. Situasi ini disusul dengan desakan dinas2 itu un­tuk membebaskan diri dari kungkungan Kepala pemerintahan daera^h. Akibatnja ialah bahwa tiap2 dinas berdjalan tersendiri, walaupun tugasnja bersifat teknis-spesialistis.

Demikian djuga halnja mengenai urusan dalam bidang alat- kekuasaan. Hanja pimpinan kepolisian tetap dalam tangan Guber­nur atau Residen dan tidak diwenangkan pada pendjabat2 teknis, oleh karena pimpinan itu harus dapat mentjakup berbagai faktor jang terletak diluar bidang kepolisian.

Pada achirnja dapatlah disimpulkan, bahwa urusan Pemerin- tahan Umum meliputi ruanglingkup kegiatan petugas Pamong Pradja jang dalam djabatan ,,Kepala pemerintahan daerah adirurustrasi Negara adalah wakil Pemerintah Pusat jang memegang kekuasaan sipil tertinggi didaerah dan pada dasarnja

sebagai Kepala territorial („territoriaal o ' da* s^agai W ali rakjat („volkshoofd”), dengan tidak

mengurangi kewenangan pendjabat2 dinas2 teknis-spesialistis, baik militer maupun sipil.

Page 42: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

BAB III. PAM ONG PRADJA SEDJAK PROKLAMASI.

§ ]. Dasar hukum.

Pendjelmaan Pamong Pradja sebagai aparatur jang sjah Pemerintah R.I. memperoleh legalitas pada pasal II Aturan Peralihan Undang- Dasar 1945, jang berbunji : ,,Segala Badan Negara dan Peraturan jang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan jang baru menurut Undang2'D asar ini. Dalam pada itu berlaku pula pengetjualian, bahwa aparat atau keten- tuan jang lama itu hanja dipergunakan, bila tidak bertentangan dengan djiwa proklamasi, i.e. revolusi.

Atas dasar itu aparat pemerintahan umum masa djadjahan, sepandjang berpaduan dengan semangat proklamasi, dinasional- kan, dan hal ini dikuatkan dengan Undang2 No. 1 tahun 1945, sebagai Undang- pokok tentang pemerintahan daerah jang per- tama, jang memuat peraturan mengenai kedudukan Komite Na- sional Daerah.

Menurut pasal I Komite Nasional Daerah diadakan — ketjuali didaerah Surakarta dan Jogjakarta —• di Keresidenan, di Kota berotonomi, Kabupaten dan lain2 daerah jang d i a n g g a p perlu oleh Menteri Dalam Negeri. Kemudian ada ketentuan, bahwa Komite itu tidak perlu diadakan pada tingkat Kewedanaan atau jang lebih rendah daripada itu. Pada tingkat Propinsi Komite itu tidak diadakan, berhubung dengan penghapusan daerah pro­pinsi dizaman Djepang.

Jang penting pula ialah ketentuan pada pasal 2 Undang itu. jang menetapkan i.e. bahwa Kepala Daerah, dengan mana i- maksud Pamong Pradja jang bersangkutan memimpin dan ber- sama Komite Nasional Daerah sebagai Badan Perwakilan Kakjat Daerah mendjalankan pekerdjaan mengatur rumahtangga daerati- nja, asal tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah jang lebih luas daripadanja.

Mengenai Undang2 1945 No. 1 itu sendiri j a n g diterbitkan pada 23 Nopember 1945, kemudian oleh pihak Kementerian Dalam Negeri, jakni sebelum clash I, dibuat: pendjelasan jang diedarkan pula pada semua Kementerian R.I. (Lihat buku Kusno- diprodjo mengenai penerbitan himpunan ketentuan ta un ,halaman 23 sampai 31). Pendjelasan ini penting berhubung de­ngan penegasan jang diberikan tentang kedudukan dan peranan Pamong Pradja, jang dimasa itu disebut Pangreh Pradja.

Page 43: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Pendjelasan itu antara lain rnengatakan :„Badan Pekerdja (K.N.I.) telah membitjarakan sifat mana

hendaknja diberi kepada Komite Nasional Daerah jang terus diadakan. Kesimpulan pembitjaraan ialah : Komite Nasional Daerah itu hendaknja mendjadi badan legislatif, dipimpin oleh Kepala Daerah, sedang sebagian dari Komite Nasional itu di­pimpin (pula) oleh Kepala Daerah, hendaknja mendjalankan pemerintahan sehari-hari”,

Dapat ditarik kesimpulan :„(1) bahwa Komite Nasional Indonesia mula2 dibentuk se-

bacjai pembantu Pemerintah, dimana kekuasaan sipil masih di­tangan Djepang, sementara Pangreh Pradja, Polisi dan lain2 alat Pemerintah masih ditangan Djepang'’ ;

,,(2) bahwa setelah kekuasaan sipil dapat direbut dari ta­ngan Djepang, Komite Nasional Indonesia-lah dalam prakteknja xneng^anti Pangreh Pradja dan Polisi, disamping Pangreh Pra­dja dan FoJisi jang telah sama melepaskan dirinja dari kekuasaan Djepang dan mendjadi pegawai Republik Indonesia” ;

,,(3) bahwa keadaan dualisme jang demikian itu sangat melesmahkan kedudukan dan kekuasaan Pangreh Pradja dan Polisi jang merupakan alat2 pemerintahan jang resmi, menurut faham kami sendiri, jang mendjadi ukuran dunia internasional, apakah benar2 bahwa „local governement” de facto ada ditangan kita dengan beres (,,running well” )”.

Dengan demikian njata, bahwa. Undang2 No. 1-1945 ber- maksud tidak lain daripada mengembalikan kekuasaan peme- rintahan didaerah kepada aparatur jang berwenang, jaitu Pamong Pradja dan Polisi, setelah kekuasaan dapat direbut dari Djepang.

Dalam hubungan itu ada dua hal jang perlu diperhatikan pula jaitu :

pertama, bahwa kewenangan memerintah didaerah diletak-kan dalam Pamong Pradja,kedua, bahwa pemerintahan didaerah itu rasionil, bila wakil®rakjat diikut-sertakan atas dasar kedaulatan rakjat.

§ 2. Penetapan 8 Propinsi.

Dr Undang' Dasar 1945 pada tanggal 18-8-1945 olehdtlllhl I ersiapan Kemerdekaan, pada besok harinja disusul

dengan penetapan pembagian Wilajah N e g a r a mendjadi 8 Pro­pinsi, sebagai daerah pemerintahan (daerah-administrasi) jang masing2 dikepalai oleh seorang Gubernur.

Page 44: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Pengangkatan para Gubernur Kepala Daerah dilakukan oleh Presiden sehari kemudian dan dengan demikian keadaan peme­rintahan didaerah memberikan gambaran jang berikut.

Propinsi : Gubernur Kepala Daerah :1. D jawa Barat M as Soetardjo Kartohadikoesoemo2. Djawa Tengah R .P. Soeroso3. Djawa Timur R .M .T .A . Soeryotr’ Sumatera M r. Teuku Moehamad Hasan

. Kalimantan Ir. Pangeran Moehamad Noer6. Soelawesi Dr. G .S .S .J. Ratoelangiec M r. Ir. Goesti Ketoet Poedja

Maluku Mr. J. Latuharhary

Pembagian wilajah itu memuat pula ketentuan, bahwa da- era Propinsi dibagi dalam Keresidenan jang dikepalai oleh seorang Residen, sedang Gubernur dan Residen dibantu oleh

omite Nasional -Daerah. Kedudukan Komite jang meliputi Su­rakarta dan Jogjakarta, begitupun kedudukan Kota sebagai ge- meente sementara diteruskan.

Dari berbagai ketentuan lain njata pula, bahwa daerah admmistrasi dibawah Keresidenan mengikuti pembagian daerah seperti terdapat di Djawa dan dengan demikian terwudjudlah organisasi daerah administrasi setjara bertingkat, jakni Propinsi, Keresidenan, Kabupaten dan Daerah Kota, Kewedanaan (distrik), Ketjamatan (distrik-bawahan) dan Desa. Setjara bertingkat pula daerah pemerintahan dikepalai Gubernur, Residen, Bupati/Wali- kota, W edana, Tjam at (Assisten W edana) dan Kepala desa.

Sosunan diatas mendjadi pegangan pada uraian seterusnja, tanpa mengurangi makna pembagian daerah dibeberapa propinsi jang berlainan. Pembagian pekerdjaan ini mengikuti sifat orga- nisasi-territorial sebab didasarkan atas pembagian W ilajah Negara mendjadi 8 daerah-pemerintahan, jang masing2 dipertanggung- djawabkan pada seorang Gubernur. Lihat selandjutnja uraian pada § 4.

§ 3. Penetapan 12 Departemen.

Sedjalan dengan penetapan 8 Propinsi, maka pada tanggal 19 Agustus djuga Panitia Persiapan Kemerdekaan menetapkan hal Kementerian Negara, dengan membagi Pemerintahan R.I. dalam 12 Departemen (Kementerian) jaitu Departemen :( 1 ) Dalam Negeri jang mengurus hal Pangreh Pradja, Polisi,

Kooti, Agraria, dsb.( 2 ) Luar Negeri,

Page 45: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

( 3 ) Keliakiman jang' mengurus hal Pengadilan, Pcfldjara, Ke- djaksaan, Kadaster, dsb.,

( 4 ) Keuangan jang mengurus hal Anggaran Belandja, Padjak Bea, Bank Indonesia dsb., v

■ ( 5 ) Kemakmuran jang mengurus hal Pertanian, Industri dan Keradjinan, Pertukangan, Ternak dan Pertanian, Perni- agaan, Tambang, Koperasi, Makanan dan keperluan Rak­jat, dsb.,

( 6 ) Kesehafan jang mengurus hal kesehatan, olah-raga, dsb.,( 7 ) Pengadjaran, Pcndidikan dan Kebudajaan jang mengurus

hal Pengadjaran, Pendidikan, Kebudajaan, Agama, dsb.,( 8 ) Sosial jang mengurus hal Perburuhan, Fakir Miskin, dsb..( 9 ) Pertahanan jang mengurus hal Angkatan Darat, Angkatan

Laut, Angkatan LIdara, Sekolah Militer Tinggi, dsb.,(10) Penerangan jang mengurus hal Penerangan, Propaganda,-

Pemuda, dsb.,(11) Perhubungan jang mengurus hal Lalu-Lintas, Pos, T ele-

pon, Telegrap, dsb.,(12) Pekerdjaan Umum jang. mengurhs hal Pengairan, Bangun-

an Umum. dsb.Pembagian pekerdjaan ini mengikuti sifat organisasi fungsi-

onil, sebab didasarkan atas pembagian fungsi2 atau djenis ke- giatan jang ada dalam organisasi Negara, seperti akan diuraikan lebih landjut pada § 4.

Pada hari itu djuga Presiden mengangkat para Menteri dua- belas Departemen tsb., lima Menteri Negara, Ketua Mahkamah Agung, Sekretaris Negara. Djurubitjara Negara, delapan Guber­nur, enambelas Residen di Djawa (Pekalongan dan Djakarta be­lum), dua W akil Residen masing2 untuk Priangan dan Tjirebon, serta empat Bupati diperbantukan masing2 pada Residen Banten, Pati, Surabaja dan Malang.

Mengenai penetapan diatas menarik perhatian, bahwa peng- angkatan para Gubernur, Residen dan beberapa pendjabat Pamong Pradja lainnja dilakukan serentak dengan pengangkatan para Menteri serta pendjabat2 utama lainnja pada tingkat pemerintah­an Agung.

§ 4. Hubungan organisasi territorial dan fungsionil.

Sehubungan dengan uraian diatas, maka tatasusunan organi­sasi N egara m enam pakkan dua sifat, jakni pembagian pekerdjaan setjara territorial dengan setjara fungsionil. Pembagian pekerdjaan

Page 46: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

setjara territorial dilakukan seperti diuraikan pada § 2, dalam hal mana W ilajah Negara dibagi habis mendjadi 8 Propinsi. MasingJ Propinsi didjadikan suatu daerah administrasi atau da- crah-pemerintahan, jang dikepalai oleh seorang Gubernur.

Pada § 3 diuraikan adanja pembagian pekerdjaan setjara fungsionil, jakni antara 12 Departemen, dalam hal mana sesuatu Departemen memegang satu atau beberapa fungsi. Tiap2 Depar­temen itu mempunjai dinas vertikal kebawah, ke tiap2 Propinsi dan seterusnja ke tiap2 Kabupaten atau daerah-administrasi jang lebih rendah, sehingga tiap Departemen mempunjai hubungan dengan setiap Gubernur.

Sebaliknja tiap2 daerah-administrasi bawahannja, mentjakup garis-vertikal tiap2 Departemen. Dapat dikatakan, bahwa tata- susunan territorial berhadapan dengan tatasusunan fungsionil. setjara saling melengkapi dan saling melapisi. -

Pada saat ferbentuknja Negara Kesatuan R.I. dua djenis tatasusunan itu diimbangi dengan- mengangkat pada tingkat De­partemen seorang Sekretaris-Djenderal sebagai penanggungdja- wab teknis-fungsionil. Didaerah pendjabat itu berhadapan dengan Gubernur sebagai penanggungdjawab teknis-territorial. Akan ti­dak mengherankan, kalau kedua djabatan itu — sewaktu Gu­bernia- masih mempunjai kedudukan sebagai pegawai Negeri <— dievaluasi denqan panqkat janq sama, jakni F V II atas dasarP.G.P.N.

§ 5. Kedudukan terhadap Departemen Dalam Negeri.*

Penafsiran tentang kedudukan Pamong Pradja banjak ter- pengaruh oleh penglihatan, bahwa Pamong Pradja itu rapat hubungannja dengan Departemen Dalam Negeri. Kurang dipahami, bahwa Pamong Pradja itu adalah aparatur Pemerintah Pusat.

Para Gubernur taktis berada langsung dibawah pimpinan Presiden, i.e. Pemerintah Pusat. Tiap2 Gubernur dapat dihubungi langsung tiap Menteri, dengan kesempatan banding kepada Pre­siden. Bapak Presiden sendiri, pada pembukaan konperensi pada Gubernur Kepala Daerah pada tanggal 13 Desember 1965 me- njatakan., bahwa para Gubernur adalah Presiden-Ketjil didaerah masing2.

Mengenai hubungan dengan Departemen Dalam Negeri dapa.t ditandaskan, bahwa Pamong Pradja itu administratif (dalam arti pelaksanaan tugas), bernaung dibawah sajap Menteri Dalam Negeri. Be^jitupun setjara organisatoris, karena anggarannja ti-

Page 47: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

dak termasuk dalam Pemerintahan Agung, melainkan dalam Ba- gian IIIA jang meliputi anggaran Dalam Negeri.

Hubungan seperti dikemukakan diatas dikuatkan oleh keten- tuan jang disisipkan sebagai pasal 45 ajat (2) Undang2 No. 18-1965 tentang pokok2 pemerintahan daerah, bahwa pada men- djalankan tugas-kewenangannja dibidang pemerintahan Pusat, para Gubernur Kepala Daerah bertanggungdjawab kepada Pre­siden melalui Menteri Dalam Negeri.

Atas dasar uraian ini dapat dimengerti pula, sebab apa kantor Gubernur, Residen dan kantor Pamong Pradja lainnja, sampai di Kelurahan, tidak memakai papan-nama dengan tulisan Departemen Dalam Negeri. Dalam surat-menjurat Pamong Pradja tidak djuga dibenarkan, bila dipergunakan tulisan Departemen Dalam Negeri sebagai kepala-surat.

§ 6 Hubungan koordinasi.

Baik dalam sedjarah, maupun dalam pemerintahan R.I. hu­bungan koordinasi senantiasa mendjadi persoalan, disebabkan kurang peingertian ataupun pembawaan jang kurang tepat. Bahkan usaha Pemerintah tampak belum memuaskan dengan adanja surat-edaran Perdana Menteri tertanggal 31 Mei 1952 No. 2/R.I./ 1952. Isi surat itu dipertegas dengan menuangkan itu dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1956 tentang pembentukan koordinasi pemerintahan sipil.

Ketentuan itu memuat antara lain :a. bahwa dengan koordinasi pemerintahan sipil dimaksud usaha

mengadakan kerdjasama jang erat dan effektif antara dinas2 sipil didaerah,

b. bahwa ,,Pamong Pradja adalah Gubernur, Residen, Bupati, Walikota, Wedana dan Assisten-Wedana (Tjamat) jang di- tugaskan sebagai wakil Pemerintah Pusat disuatu daerah pemerintahan”.

c bahwa ..koordinasi didaerah dipimpin oleh Pamong Pradja”,d. bahv/a ,,Pcimong Pradja harus senantiasa mengikuti perkem-

bangan pelaksanaan tugas dari dinas2 didaerahnja dan di- niana perlu, mengambil inisiatif untuk mengadakan kerdjasama jang lebih baik dan effektif”,

e bahwa ,,kepala dinas didaerah berkewadjiban :(1) mengadakan hubungan jang rapat dengafi Pamong Pra­

dja jang bersangkutan, sehingga Pamong Pradja dapat mengikuti djalannja pekerdjaan dinas2 didaerahnja.

Page 48: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

(2) memberikan segala keterangan jang diminta/diperlukan oleh Pamong Pradja,

(3) memberitahukan kepada Pamong Pradja rentjana usaha2 jang akan diselenggarakan didaerah itu”.

Peraturan ini semata-mata mengenai pemerintahan sipil, ter- rtiasuk kepolisian dan kedjaksaan dimasa itu. Mengenai hubungan dengan Angkatan Bersendjata, lepas dari Keadaan Perang, perlu mendapat perhatian bahwa penundjukan Pamong Pradja sebagai koordinator bukan soal pilihan atau soal kebetulan, melainkan atas dasar fungsinja jang spesifik, jakni karena sifat kedudukan dan tugasnja sebagai kepala daerah (,,territorial hoofd”) dan sebagai wali penduduk (,,volkshoofd”).

Selandjutnja bahwa kedudukan sebagai koordinator tidalc boieh dipretendir sebagai ,,kepala” atau ,,atasan’ , melainkan harus didasarkan pada paham, bahwa \>seorang koordinator adalah unsur utama diantara unsur jang sama”.

§ 7. Hubungan dengan penduduk.

Sehubungan dengan keterangan diatas, bahwa Pamong Pradja adalah W ali penduduk atau „volkshoofd", perlu dikemukakan, bahwa pada konperensi para Gubernur pada tahun 1960 di Djakarta, Menteri Dalam Negeri meminta perhatian para Gu­bernur terhadap ketentuan dalam Tambahan Lembaran Negara (Bijblad> No. 11426, jang dikeluarkan pada tanggal 18 Agustus 1927 dan oleh Menteri dinjatakan masih berlaku.

Dalam bijblad itu jang berbentuk surat-edaran ,,le Gouver- nements Secretaris” kepada semua „Departementshoofden , di­kemukakan tentang pengeluhan pihak Pamong Pradja, bahwa dinas2 teknis-spesialistis berhubungan langsung dengan rakjat pada melaksanakan tugasnja, dengan mengabaikan pemerintahan setempat, c.q. Palnong Pradja. Karena Pamong Pradja itu jang paling mengetahui keadaan setempat. tindakan diluar pemerin­tahan itu tidak dapat dibenarkan, ter’ebih karena hal itu akan mengurangi w/bawa Pemerintah.

Dinjatakan bahwa sepandjang tidak mengenai pekerdjaan dinas jang bersifat berkala atau biasa, terhadap mana sudah ada hubungan teratur, maka ditandaskan, bahwa bila dinas2 itu disuatu daerah tertentu harus mendjalankan perintah2 atau penjelidikan chusus, dalam mana rakjat tersangkut, mereka itu harus memberitahukannja dengan menghubungi Pamong Pradja sebelum dan sedapat mungkin sesudah pekerdjaan itu dilakukan. Tidak dibenarkan mengambil tindakan sendiri, sebelum Pamong Pradja diberi kesempatan menjatakan pendapatnja.

Page 49: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Demikian intisari isi ketentuan tersebut.Ketentuan itu kembali mendjadi bukti tentang kedudukan

spesifik Pamong Pradja. Kedudukan itu dapat diibaratkan ke­dudukan seorang kepala sekolah. Ia memegang kuasa atas ling- kungan sekolah sebagai territorium penguasaannja dan ia me- ngepalai atau mendjadi wali tiap2 oknum jang ada dalam ingkungan halaman sekolah itu. Petugas pendidikan, alat Negara

atau petugas dinas sipil boleh datang, tetapi satu demi satu engan persetudjuan, seidzin atau setidaknja sepengetahuan ke-

pa a se oah dalam kedudukannja sebagai -penanqgungdjawab dan sebagai koordinator.

Page 50: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

BAB IV . PRO LO O G UNDANG2 No. 6 TAH UN 1959.

§ 1. Puntjak Perdebatan. '

Pada tanggal 26 Pebruari 1959, sesudah mengadakan bebe­rapa sidang terbuka jang sering disusul dengan pembitjaraan informil, Dewan Perwakilan Rakjat menetapkan : „Undang2 tentang penjerahan tugas2 Pemerintah Pusat dalam bidang pe­merintahan umum,- perbantuan pegawai Negeri dan penjerahan keuangannja, kepada Pemerintah Daerah”, jang pada Lembaran Negara tahun 1959 No. 15 diundangkan sebagai Undang2 No .6 tahun 1959.

Utjapan selamat berbagai pihak disambut oleh Menteri Dalam Negeri Sanusi Hardjadinata dengan senjum jang penuh arti, sebab produk legislatif ini dihasilkan dengan melalui djalan jang hanja dengan susah-pajah dapat ditempuh. Hangat per- debatan jang dikobarkan pihak kontra, walaupun sebagai mino- ritas. Tetapi djuga suara pro bagian majoritas tidak kurang mendesak dalam usaha dan tawar-menawar untuk menjerahkan lebih banjak kepada Pemerintah Daerah.

Pihak Pemerintah, meskipun telah mengerahkan segala ke- mampuan untuk membuka pengertian tentang segi2 teknis serta azas dan tudjuan dari perumusan jang diadjukan, pada suatu ketika toh menghadapi alternatif, jakni menerima desakan jang terlalu banjak membanting kemudi kearah Daerah atau menolak itu dengan konsekwensi biasa mengenai kedudukan kabinet par- lementer jang bersifat koalisi.

P e r d e b a t a n jang dalam masjarakat ramai diikuti oleh ber- djenis organisasi dan ,.pressure groups’ dengan hati jang ber- debar-debar tampak tidak djuga segera dapat ditanggulangi via pembitjaraan informil, untuk menghilangkan perbedaan jang tju- kup berat antara pendirian Pemerintah jang bersifat ,.safety first dengan pendirian beberapa pihak dalam Parlemen jang menghasratkan ,,otonomi seluas-luasnja sekarang djuga

Dalam hubungan ini Menteri Dalam Negeii berkata :,,Dalam pada itu, Sdr. Ketua, perlu didjelaskan bahwa c h u -

sus terhadap polcok jang termuat dalam pasal 2 dan pasal 15 baru daripada rentjana Undang2 ini, setelah Pemerintah dengan saksama mempeladjari itu kembali, maka Pemerintah tidak dapat mengubah pendiriannja, betapapun dapat memahami dan meng- hargai pendirian jang berlainan dengan itu.

P e m e r i n t a h t e t a p p a d a p e n d ir ia n n j a , d i d o r o n g o l e h r a s a t a n g g u n g d j a w a b d a n k e w a d j i b a n j a n g d i b e b a n k a n k e p a d a n j a p a d a m e m b i n a d a n m e m e l i h a r a k e h id u p a n N e g a r a K e s a t u a n R e p u b l i k I n d o n e s i a s e k a r a n g d a n k e m u d i a n , t a n p a m e l e p a s k a n t j i t a 2 m e n -

Page 51: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

djundjung dan memupuk tumbuhnja pendemokrasian Pemerintah Daerah setjara sehat dan wadjar”.

,,Tanggungdjawab dan kewadjiban dimaksud lebih dirasakan berat Sdr. Ketua, chusus dalam keadaan kemerdekaan Republik Indonesia dewasa ini, jang disebabkan berbagai kesulitan jang dihadapi oleh Negara sebagai keseluruhan, masih mengalami kekurangan perlengkapan perundang-undangan jang dibutuh- kannja”.

„Dengan mempergunakan landasan pikiran jang demikian itu dan sambil menjatakan terima kasih kepada semua pihak jang bersedia menerima pendirian Pemerintah dan menjatakan penghargaan terhadap pihak2 jang berpendirian lain, maka P e­merintah mempersilahkan Dewan Perwakilan Rakjat jang ter- hormat ini untuk memberikan penilaian jang sewadjarnja terhadap rentjana Undang2 jang sedang dihadapi ini, mengingat harapan2 jang hidup didaerah akan segera lahirnja sesuatu pegangan jang dapat dipergunakan sebagai penjelesaian ber-matjam2 kesulitan dalam bidang pemerintahan umum".

,,Inilah sekedar tambahan keterangan, Sdr. Ketua, dalam menghadapi rentjana Undang2 ini”.

Demikian sebagian dari utjapan Menteri Dalam Negeri pada sidang D.P.R. tanggal 26 Pebruari 1959, sebagai kesimpulan pendirian Pemerintah.

Dapat diterangkan bahwa pada achirnja „Undang2 Penjerah­an Pemerintahan Umum” diterima dengan suara bulat, setelah diadakan pemungutan suara tentang pasal 2 jang tetap tidak berubah dan setelah pada pasal 12 dengan persetudjuan Pem e­rintah ditambah ajat (1) jang berbunji : ,,Pelaksanaan pasal 2 dan pasal-pasal dalam Bab III diatas diatur dengan Peraturan Pemerintah”.

§ 2. Ketentuan dasar.

..Undang-undang penjerahan pemerintah umum” pada po- koknja memuat sebagai ketentuan :a . ^ a h w a — m e n u r u t p a s a l 2 — tugas dan kewenangan pendja-

am0n M ra(*M jang m e n d ja d i K e p a l a d a e r a h - p e m e r i n - a n a /i^ jaitu P r o p i n s i , K e r e s i d e n a n , K a b u p a t e n , Kewedanaan

d a n K e t j a m a t a n diserahkan kepada Pemerintah D aerah ting-kat I dan II, dengan mengingat deradjat materinja jakni :(1) kepada badan legislatif, c.q. D PRD jang bersangkutan

sepandjang mengenai tugas dan kewenangan jang ber- sifat mengatur dan

Page 52: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

(2) kepada badan eksekutif, c.q. Kepala Daerah jang ber­sangkutan mengenai tugas dan kewenangan jang bersifat melaksanakan ;

b. bahwa •—■ menurut awal kalimat pasal 2 •—■ dari penjerahan itu diketjualikan tugas dan kewenangan jang terletak dalam bidang kepentingan nasional, jakni untuk mengurus :(1) ketertiban dan keamanan umum,(2) koordinasi antara djawatan2 (dinas2) Pemerintah Pusat

didaerah dan antara djawatan2 (dinas2) itu dengan Pe­merintah Daerah,

(3) pengawasan atas djalannja pemerintahan daerah;c. bahwa .— menurut bagian pertama pasal 2 pula ketiga

tugas jang ‘diketjualikan itu dengan Peraturan Pemerintah dapat diserahkan kepada penguasa lain.Selandjutnja perlu diperhatikan :

d. bahwa — menurut ketentuan pada Bab III — ketjuali^mere-ka jang mempunjai pangkat pada (tingkat F V keatas *) danpendjabat2 lain jang ditundjuk oleh Menteri Dalam Negeri, pendjabat2 Pamong Pradia dengan pegawai jang bekerdja dalam Kantor2 Pamong Pradja diperbantukan kepada Pe-- merintah Daerah jang bersangkutan menurut sjarat- jang wadjar dan lazim, baik untuk mendjamin kelangsungan pe­kerdjaan pemerintahan, maupun untuk menjelaraskan kedu­dukan petugas2 jang bersangkutan dalam keadaan jang baru; *) Lihat selandjutnja Bab V II, § 4.

e. bahwa — menurut Bab IV — Pemerintah Daerah jang ber­sangkutan wadjib membantu seperlunja, apabila penguasa2jang mendjalankan tugas jang tidak diserahkan, disesuatu tingkat pemerintahan tidak mempunjai tjabang djawatan (atau dinas) dan pegawai untuk mendjalankan tugas jangdimaksud ;

f. bahwa .— menurut Bab V biaja jang mendjadi beban Pemerintah Daerah sebagai akibat penjerahan, diserahkan sebagai sumbangan.Dalam Bab V I mengenai ,,Ketentuan pelaksanaan dan per- alihan” akan menarik perhatian :

g. bahwa .—menurut pasal 12 ajat (1) pelaksanaan pasal 2 dan pasal-pasal dalam Bab III, jakni tentang penjerahan pegawai, diatur dengan Peraturan Pemerintah;

h. bahwa — menurut pasal 12, ajat (2) dan (3) —• Menteri Dalam Negeri, seperlunja dengan Menteri lain jang ber­sangkutan, berwenang mengambil keputusan apabila dalam

Page 53: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

hal pelaksanaan Undang® ini timbul kesulitan, baik mengenai tafsiran maupun dalam hal Undang2 ini tidak metnberi ke- pastian.

i bahwa — menurut pasal 15 — Undang2 ini beriaku pada hari jang akan ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah setjara Daerah demi Daerah atau setjara lain.Demikianlah intisari isi Undang2, jang kami adjukan sebagai

bahan orientasi dalam pembahasan selandjutnja. Rumusan leng- kap tiap2 ketentuan dapat diteliti pada peraturan-perundangan jang mendjadi lampiran buku ini.

§ 3. Lafar bdakang dan tudjuan.

Kebidjaksanaan Pemerintah dalam bentuk Undang2 itu tak dapat tidak menambah beberapa lembar penting dalam buku sedjarah pemerintahan jang sedang ditulis oleh generasi kita. Apa jang akan mendjadi sambungan tulisan itu hanja dapat kita ramalkan, tetapi halaman2 jang sudah mendjadi kenjataan itu tentu menjimpan fakta2 jang dapat memudahkan pengertian ten- tang tingkat perkembangan jang sedang / dihadapi.

Pada penelitian fakta2 itu kita ketemukan kembali tudjuan revolusi hendak mentjiptakan pemerintahan daerah dengan memandang dan mengingati dasar permusjawaratan, sesuai dengan bunji pasal 18 Undang2 Dasar Proklamasi, agar daerah dapat berkembang. Arah tudjuan itu bermula dirintis dengan Undang2 No, 1 tahun 1945, jaitu Undang2 jang pertama dimiliki Negara kita, jang mewudjudkan pembentukan Komite Nasional Daerah sebagai badan pemerintahan didaerah.

Bentuk bermula jang agak sederhana itu diperbaiki dengan Undamj2 No. 22 tahun 1948 jang bertjorak :a. memberikan otonomi kepada Daerah2 jang iebih luas dari-

pada otonomi dimasa pendjadjahan,b. mcnghilangkan pemerintahan daerah jang bersifat dualistis.

Dua keinginan jang pada angka X V I diberi pendjelasan jang berbunji ; „Berhubung dengan pembentukan Daerah2 menurut Undang2 ini, maka Pamong Pradja lambat-laun akan hilang dan masuk kedalam pemerintahan Daerah, tinggal Kepala2 Daerah jang mendjadi wakil Pemerintah Pusat”.

Keterangan jang serba singkat itu, dalam maknanja dapat diikuti, tetapi terlalu samar dalam gambaran keadaan jang di- kehendaki. Apakah jang dimaksud dengan Pamong Pradja dan apakah jang hilang. Siapa gerangan jang akan mendjalankan fungsi dinas pemerintahan umum. sebab fungsi itu senantiasa ada

Page 54: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

dalam tiap bentuk pemerintahan, djuga setelah itu dialihkan kepada Daerah.

Pertanjaan jang tak terdjawab pada waktu itu dan inter- pretasi jang bersimpang-siur dengan sendirinja menimbulkan kegelisahan pada pendjabat2 jang bersangkutan. Walaupun demi­kian suasana kebimbangan ini tidak sampai menghalangi kenja- taan. bahwa Pamong Pradja jang didalam alam revolusi telah bangkit sebagai aparat nasional, tetap dalam kedudukan dan tugasnja, bahkan mendjadi alat utama disamping Angkatan Ber- sendjata pada menegakkan kemerdekaan dan pada mengisi ke- merdekaan kita itu.

Dalam keadaan ,.standfast" lahirlah Undang- Pemerintahan Daerah jang ke-3, jaitu Undang2 No. 1 tahun 1957, kini dengan sjarat pemberian otonomi seluas-luasnja sebagai ..conditio sine qua non ' untuk mengimbangi sisa2 idee federasi. Keanehan Undang2 ini ialah bahwa tiada suatu katapun jang menjinggung soal Pamong Pradja, sehingga timbul tafsiran bahwa Undang* itu hanja berpidjak pada urusan2 janq terletak diluar bidanq Pamong Pradja.

Undang2 itu disusul keputusan Konperensi para Penguasa Militer dalam bulan April 1957 jang antara berbunji :

a- agar Kepala Daerah diangkat oleh Pemerintah Pusat -dan diserahi tugas pengawasan;

b. agar berhubung dengan itu berlakunja ketentuan2 dalamUndang-undang No. 1 tahun 1957 mengenai kedudukan ke­pala Daerah dan pengawasan serta ketentuan2 lain jang langsung berqandenqan denqan ketentuan tersebut sub. a ditangguhkan;

c. agar dipertjepat pelaksanaan beberapa urusan Pusat jangdejure telah diserahkan, tetapi defacto belum;

d. agar ada pernjataan jang tegas dari Pemerintah Pusatmengenai kedudukan Pamong Pradja, berhubung dengan berlakunja Undang2 No. 1 tahun 1957.Fakta jang berikut termaktub dalam hasil Musjawarah Na­

sional dua bulan kemudian jang mengenai soal pemerintahan memutuskan :

a. agar Pemerintah dapat melaksanakan dengan tjepat kepu-tusan2 Konperensi Penguasa Militer jang telah disetudjui melalui Undang2 Darurat dan sekiranja tidak ada djalan lain karena mendesaknja keadaan, dengan djalan melalui Keputusan Penguasa M iliter;

b. agar supaja dalam hubungan dengan pelaksanaan Undang* No. 1 tahun 1957 Pemerintah memberi penegasan :

J. W ajong-4

Page 55: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

(1) bahwa sesudah berlakunja Undang2 No. 1 tahun 1957 Korps Pamong Pradja adalah alat Pemerintah Pusat jang diperbantukan kepada daerah otonom, sambil mendja­lankan pekerdjaan Pemerintah Pusat jang belum dise- rahkan kepada Daerah2 itu ;

(2) terhadap fungsi dan kedudukan Pemerintah Daerah da­lam bidang keamanan dan kepolisian.

§ 4. Kebidjaksanaan Pemerintah.

Dalam rangka fakta2 jang dikemukakan diatas serta keadaan dr.n suasana dalam Negeri kita pada waktu itu haruslah dinilai tindakan Pemerintah dalam bentuk keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 5 Desember 1957 No. Pern. 10/2/18. B erdasarkan keputusan itu para Bupati, jang berkedudukan di Daerah Ting- kat II jang telah mempunjai Kepala Daerah berdasarkan Undang2 No. 1 tahun 1957, ditarik dari tempat kedudukan itu dan ditem- patkan pada Kantor Keresidenan jang bersangkutan.

•Tindakan jang bersifat strategis-psychologis itu sebagian di- laksanakan dengan penuh pengertian, tetapi tidak djuga mereda- kan suasana jang hangat, terlebih setelah diumumkan naskah ,,Undang2 Penjerahan Pemerintahan Umum” jang disusun dengan menggunakan hasil karya ,,Panitia Wongsonegoro”.

Dari Korps Pamong Pradja di Djawa Tengah dan Djawa Timur datang pernjataan2, begitupun dari Serikat Sekerdja Ke- menterian Dalam Negeri (SSK D N ). Pada pihak lain, jaitu dari konperensi antar Daerah, dikemukakan desakan2 serta harapan2 oari sudut penglihatan jang berlainan.

Bagaimanapun, ditambah pada hasil Konperensi Penguasa Militer dan pendapat Musjawarah Nasional serta buah2 pikiran dari masjarakat ramai terhimpunlah bahan bangunan rumah-pe- merintahan dan rumah-pemerintahan-daerah. Pikiran2 jang ditje- tuskan nistjaja berguna bagi Pemerintah dalam iisaha mentjari djalan penjelesaian jang sebaik-baiknja untuk kepentingan Negara dan Bangsa.

Jang utama bagi Pemerintah ialah bagaimana m endapatkan suatu susunan pemerintahan didaerah jang rasionil dan dapat

il3W dengan mcmpcrhatikan bukan sadjaTTifn' 2 e™nmPuatl. tetapi tentu djuga ketentuan2 dalamm r n /r W i aS/3 n 3,1 ^ ^ ^ ^ ^ ' P ^ u n d a n g a n l a in j a n g b e r s i f a t mcngihit hagl P e m e r i n t a h .

Dalam hubungan itu tak boleh dilupakan, bahwa penjerahan tugas pemerintahan umum kepada Pemerintah Daerah bukanlah suat.i nal jang sama sekali baru. Penjerahan itu sudah beberapa

Page 56: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

tahun mendjadi kenjataan disebagian wilajah Negara kita. Di- bekas wilajah N .I.T . umumnja Pamong Pradja telah bernaung dibawah sajap Pemerintah Daerah, berdasarkan ketentuan pada pasal 4 Undang2 N .I.T. tanggal 19 Desember 1949 (S.I.T. 1950/ 5) dan P e r a t u r a n Presiden Indonesia Timur tanggal 23 De­sember 1949 No. 12/Pres/49 (S IT 1950/6).

Bahkan dibeberapa Daerah di Kalimantan dan di Daerah Istimewa Jogjakarta, sebagai Daerah jang dulu dalam bentuk Swapradja mempunjai pemerintahan jang berdasarkan ,,Peraturan Swapradja 1938” ataupun ,,Kontrak Pandjang”, penjerahan pe­merintahan umum adalah suatu tjeritera jang sudah bersifat sedjarah.

Djuga perlu ditjatat, bahwa untuk Daerah*1 dalam lingkungan semula Undang2 No. 22 tahun 1948 telah berlaku Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 1950, jang menjerahkan tugas2 Resi­den kepada Pemerintah Daerah. Hanja karena alasan- formil Peraturan itu belum/tidak didjalankan.

Sebaliknja Pemerintah djuga tidak menutup mata dan telinga terhadap keluhan dan kechawatiran berbagai pihak, bahwa dalam kenjataannja susunan dan tjara bekerdja Pemerintah Daerah atas dasar Undang2 No. 1 tahun 1957 belum dapat menghasil- kan prestasi jang wadjar dapat diharapkan. Setidak-tidaknja harus ada penindjauan kembali setjara fundamentil, sebelum dilakukan pelimpahan kewenangan dalam bidang pemeliharaan umum..

Dalam suasana ini tibalah saat pembahasan rentjana Undang2 pada forum Dewan Perwakilan Rakjat sebagai forum penetap kebidjaksanaan dasar. Bagaimana itu telah berlangsung dan apa jang telah diadjukan pada tingkat legislatif itu mendjadi pokok uraian pada bab jang berikut.

Page 57: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

BAB V . KETERAN GA N PEM ERIN TA H D IFO RU MPARLEM EN.

§ 1. Umum.

Bagi para pelaksana Undang2, baik sebagai pendjabat pada tingkat Departemen maupun sebagai pendjabat didaerah, isi Undang2 dan pendjelasannja jang terpenting, tetapi lain kea- daannja mengenai masalah jang mendjadi pokok pembitjaraan.

Menghadapi suatu langkah madju keatas pada tangga me- lengkapi pemerintahan daerah jang demokratis menurut azas2 jang sudah disetudjui bulat, maka pelaksana jang kreatif, jang mempunjai sifat pentjipta, haruslah melihat kebelakang dan ke- muka seraja mer.ctapkan posisi jang baik dalam tangga itu, scpcrlunja deng„n mcmakai sandaran jang teguh agar ia tidak lergelintjir dari tangga itu.

Untuk itu akan banjak manfaatnja djuga mempeladjari pertimbangan2 jang ditjetuskan dalam Parlemen agar diperoleh gambaran bukan sadja mengenai dasar2 kebidjaksanaan jang telah ditetapkan, melainkan djuga tentang latarbelakang serta arahnja.

§ 2. Babak pertama.

Gambaran dimaksud umumnja tertjakup dalam keterangan Pemerintah kepada Sidang Dewan Perwakilan Rakjat. Dari ke­terangan pada babak ke-I kami kutip jang berikut. (Disebelah kiri tulisan ditambah keterangan tentang pokok persoalan, seke- dar untuk memudahkan penindjauan. Nomor2 pada permulaan alinia mengikuti nomor urut alinia djawaban).Tugas2 jang ,,18. Didalam uraian para anggota Jth,diketjualikan tampak pcrhatian jang besar terhadap tugas2

jang diketjualikan dari penjerahan, ialah tugas2 dalam lapangan pemeliharaan ketertiban dan keamaijan umum, koordinasi antara diawatan2 Pusat didaerah dan antara djawatan2 tersebut dengan Pemerintah Daerah serta pengawasan atas dja~ lannja pemerintahan Daerah”.

,,19. Sebelum memberikan keterangan terhadap soal2 itu satu demi satu, Pemerintah ingin meminta perhatian, tentang apakah jang mendjadi masalah pokok dalam rentjana Undang2 jang sedang dibitjarakan”.Desentralisasi „20. Penetapan Undang2 itu haruslah dilihatterritorial sebagai rialisasi daripada makna Undang2 No. 1

tahun 1957, jang didasarkan atas paham „desen-

Page 58: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

tralisasi territorial" dan bukan lagi ,,desentralisasi fungsionil seperti jang dianut dalam masa djadjahan’ .

,,21. Ini berarti bahwa tanggungdjawab pemerintahan se- daerah (,,streekverantwoordelijkheid”), jang senantiasa didjalan- kan oleh seorang pendjabat Pamong Pradja, kini diserahkan pada badan kolegial” .

,.22. Penjerahan pimpinan daerah ini b e r w u d j u d pengalih- an wewenang Pamong Pradja kepada Pemerintah Daerah, tetapi penjerahan ini tentu tidak dapat mengurangi tanggungdjawa dan pengawasan Pemerintah Pusat terhadap kebaikan pemerinta - an sedaerah, tugas2 mana djuga melekat pada Pamong Pradja .

,,23. Dengan kata lain pada pokoknja jang diserahkan ada­lah wewenang pelaksanaan pemerintahan, sedang wewenang pe­ngawasan umum tetap mendjadi wewenang Pemerintah Fusat

,.24. Dalam hubungan ini adalah wadjar, bahwa tugas peng­awasan beserta tugas koordinasi dan keamanan umum, era a ditangan pendjabat2 Pemerintah Pusat .

Ketertiban „Tugas kevVadjiban, kekuasaan dan kewenangandan keamanan mengurus ketertiban dan keamanan umum .tunum- ,,25. Pemerintah memperhatikan bahwa para

anggota Jth. Sdr.2 S o e r j a n i n g p r o d j o , Handoko-widjojo dan K jai Hadji Musta’in sependirian dengan Femermtan. bahwa kewenangan ini haruslah tetap dalam tangan emerin Pusat”.

,,26. Mengenai saran2 dan pendapat para anggota Jth. Sdr. Drs. Matakupan, Ardiwinangun, Daeng Talu> Nung j ' Caley, Soepeno dan Imban, jang pada pokoknja tidak atau urang setudju dengan pendirian diatas, Pemerintah ingin menegas an lagi, bahwa Pemerintah belum melihat alasan untuk m e n m g g a n pendiriannja, seraja menunggu selesainja Undang-Un ang e polisian”.

.,27. Dalam pada itu Pemerintah memperhatikan saran2 para anggota Jth, agar supaja Pemerintah Daerah d» a am laksanaan wewenang ini diikut-sertakan. .*

Koordinasi „Koordinasi antara djawatan- Pemer|nt didaerah dan antara djawatan2 ter8£p«|t > Pemerintah Daerah. -> ; .

„28. Dalam hal ini para anggota Jth. Sdr. Soerjaningprpdi^ Daeng Tatu dan Kjai Hadji Musta’in s e p e n d i r i a n ' dengan

-

Page 59: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

rintah, sedang beberapa anggota lain mengingirii agar supaja kewenangan koordinasi ini diserahkan kepada Daerah” .

„2ST. Pemerintah meminta perhatian, bahwa dalam rangka usaha pemberian otonomi seluas-luasnja, pada achirnja hanja djawatan2 atau dinas2 vertikal, jang karena sifat tugasnja atau

. karena luas daerah-kerdjanja tetap merupakan djawatan atau dinas Pemerintah Pusat”.

,,30. Ditilik dari segi hierarchie, pula karena tugasnja se- bagian besar mengenai bidang Pemerintah Pusat, wadjar kiranja apabila koordinasi2 dilakukan oleh petugas Pusat”.

„31. Koordinasi ini tentu tidak mengurangi usaha untuk dimana perlu menghubungkan dinas2 Pusat itu dengan Peme­rintah Daerah, jang mengkoordinir dinas2 daerah bersama dinas- Pusat jang telah diserahkan pada Daerah”.

Pengawasan „Pengawasan atas djalannja Pemerintahan D ae­rah*’.

„32. Para anggota Jth. Sdr.2 Soerjaningprodjo, Handokowi- djojo, Daeng Talu dan Musta’in dalam hal ini sependirian dengan Pemerintah, sedang Sdr.2 Drs. Matakupan, Ardiwinangun dan Caley menjatakan, bahwa pengawasan tidak perlu lagi diatur da­lam rentjana Undang2 ini karena telah diatur dalam Undang2 No. 1 tahun 1957 pasal 64, 65 dan 69”.

„33. Berhubung dengan itu Pemerintah ingin mengutarakan bahwa jang dimaksudkan dengan kewenangan pengawasan ter­hadap Pemerintah Daerah, ialah kewenangan Gubernur Kepala Daerah, terhadap Provinsi dulu dan Bupati Kepala Daerah ter­hadap Kabupaten dahulu. Pemerintah menganggap wadjar apabila Pemerintah dimungkinkan melaksanakan maksud pasal2 64, 65. 68, 69 dan 71 Undang2 No. 1 tahun 1957”.

„35. Dengan uraian ini njata bahwa Pemerintah tetap pada pendiriannja, agar tiga dj^nis wewenang jang diketjualikan dari penjerahan, dikendalikan oleh Pemerintah Pusat, untuk mendjadi pegangan jang wadjar sebagai instansi jang pada hakekatnja bertanggungdjawab atas keseluruhan pemerintahan”.

„38. Mengenai pertanjaan anggota Jth. Sdr. M a’rifat M ar- djani sebab apa penjerahan tugas Pusat diluar bidang pemerin­tahan tidak dilakukan setjara sekaligus seperti halnja tersebut diatas, dapatlah dikemukakan bahwa penjerahan wewenang umum ini mempunjai sifat jang berlainan dengan soal penjerahan usaha* dan pekerdjaan2 dalam bidang kesedjahteraan rakjat. Penjerahan wewenang umum dimaksud berkenaan dengan penjerahan pirnr

Page 60: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

pinan daerah. Penjerahan usaha2 dalam bidang kesedjahteraan rakjat haruslah diatur satu demi satu dengan meneliti batas kewenangan Pusat dan D aerah untuk masing2 usaha atau pe- kerdjaan.

Penempatan ,,39. Dalam hubungan dengan pertanjaan ang-Petugas Pusat gota Jth. Odr. Z . Imban siapakah jang didaerah

akan memegarig ketiga-tiganja tugas Pusat jang belum diserahkan itu, dapat dikemukakan, bahwa pelaksanaan kewenangan jang diketjualikan tadi, tidak harus selalu akan menjebabkan penempatan pendjabat Pusat disemua daerah swa- tantra”.

Hal pegawai ,,41. Terhadap soal pembantuan dan penjerah­an pegawai Negeri kepada Daerah, jang dike­

mukakan oleh para anggota Jth. Sdr.2 I. Made. Sugitha, M , Ardi- winangun, M a'rifa t M ardjani, M . Caiey, Z . Imban dan Soepeno, Pemerintah ingin mengemukakan keterangan seperti berikut.Djaminan hu­kum.M asa Peralih-an.

,,a. Untuk mendjaga kelantjaran penjelengga- raan tugas2 jang diserahkan maka dalam masa peralihan sudah selajaknja, djikalau disatu fihak dihindarkan kelebihan/keku- rangan pegawai2 jang mampu mengerdjakan tugas2 dimaksud. Dilain, fihak harus didja- ga keseragaman dalam taraf ketjakapan dan pengalaman. Oleh karena itu unsur wadjib perlu sekali”.

Pengfangkatan. ,,b.

..c.

Meskipun demikian, hal ini tidak 'menutup kemungkinan kepada Daerah jang bersang- kutan untuk mengangkat pegawai2nja sen- diri jang tjakap dan dibutuhkan dimana per­lu, dalam batas2 formasi”.

Mengenai saran -anggota Jth. Sdr. M. Ardi- winangun supaja perbantuan pegawai Nege­ri kepada Daerah diatur dengan Peraturan Pemerintah sesuai dengan Undang2 No. 1 tahun 1957, Pemerintah ingin mengulangi, bahwa perbantuan Pegawai Negeri jang me- rupakan bagian jang tidak dapat dipisahkan dari penjerahan urusan pemerintahan umum, seperti dimaksud dalc.m pasal 4 R. U.U., perlu dilakukan bersamaan dalam R. U.U. ini, sehingga didapat gambaran jang djelas mengenai keseluruhannja.

Page 61: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Djaminan ,,d. Maksud Pemerintah mentjantumkan pasal 7hukum. R.U.U., ialah agar supaja Pegawai Negeri

jang diperbantukan kepada Daerah menda- pat djaminan hukum sewadjarnja”.

§ 3. Babak kedua.

,,42. Pada babak ke-II Pemerintah mengemukakan antara lain jang berikut” .

,,6. Kalaupun Pemerintah dalam djawaban atas pemandang- an umum dalam babak ke-I mempergunakan istilah desentrali-

-sasi fungsionil dan desentralisasi territorial, ialah untuk lebih mendjelaskan kechususan dari desentralisasi jang dikehendaki menurut djiwa daripada Undang2 No. 1 tahun 1957. jaitu desen­tralisasi territorial”.

Desentralisasi ,,Tjorak chas dari desentralisasi fungsionil ialahfungsionil. penjerahan sesuatu atau beberapa fungsi kepada

sesuatu badan otonom”.,,Sekedar untuk mendapat gambaran jang djelas dapat diam-

bil sebagai tjontoh :a. „waterschap jang diserahi fungsi mengurus kepentingan

irrigasi sadja;b. ..pensiunfonds” jang mengurus pensiun sadja;C Pemerintahan zaman kolonial jang hanja diserahi

beberapa fungsi sadja jaitu pengairan, pertanian, kehewanan, lalu lintas, dsb.”

Desentralisasi „Adapun tjorak chas daripada desentralisasi ter-territorial. ritorial ialah, bahwa kepada badan2 otonom tidak

, sadja diserahkan beberapa fungsi, tetapi turutpu a diserahi tanggungdjawab kemasjarakatan sedaerah”.

,,oistim pemerintahan daerah2 otonom pada zaman kolonial menurut faham Pemerintah semata2 bersifat fungsionil oleh karena kepada pemerintahan daerah2 itu hanja diserahkan beberapa fungsi sadja, sedang pertanggungandjawab kemasjarakatan se­daerah tetap dipegang oleh Pemerintah Sentral dan tidak di­serahkan kepada Pemerintah Daerah dan sedikitpun tidak ada usaha untuk menjerahkannja”.

„Berlainan sekali dengan keadaan zaman lampau itu, pokok fikiran jang dianut mengenai otonomi daerah sekarang, ialah agar daerah dapat berkembang”.

„Untuk dapat mentjapai itu, maka tanggungdjawab kemasja­rakatan sedaerah harus ada pada pemerintah Daerah”.

Page 62: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

..Sudah barang tentu kepada Pemerintah Daerah ini jang pemerintahannja diatur setjara desentralisasi territorial dialihkan pula berbagai fungsi untuk mendjadi urusan Daerah .

.,7. Mengenai tiga tugas jang diketjualikan dari penjerahan, Pemerintah ingin memberikan pendjelasan lebih landjut .

Ketertiban ,.A. Tugas kewadjiban kekuasaan dan kewe-dan keamanan nangan mengurus ketertiban dan keamananumum. umum .

,,Sebagai patukan pertama Pemerintah memandang a wa tugas, kewadjiban, kekuasaan dan kewenangan mengurus e er~ tiban dan keamanan umum adalah tugas jang terutama anasional dan karenanja adalah wadjar diselenggarakan o e e- merintah Pusat". A D T ,

.-.Mengenai jang dikemukakan oleh Sdr. Kungtjik A. . J tentang kesudian Pemerintah untuk menindjau kem a 1 si-ap pendiriannja menghilangkan keberatannja agar tugas 'e ^asa annja mengurus ketertiban dan keamanan umum itu lsera an kepada daerah2 otonom, maka disampaikan pendjelasan se agai berikut". , , ,

,,Adapun tugas jang diketjualikan itu djika disera an e- pada suatu penguasa, bukanlah tugas itu tugas Pamong^ ra j lagi, karena Pamong Pradja bentuk lama tidak ada •

,,T e t a p i Pemerintah berpendapat, bahwa ba9i tu9as jang bersifat nasional diperlukan suatu hierarchie langsung se j r angkatan sedang hierarchie dimaksud tidak m endapat penga ur n dalam Undang2 No. 1 tahun 1957. Istilah ..melutjuti kewibawaan daerah otonom menurut pandangan Pem erintah kurang- epa , karena materi jang diatur oleh R.U.U. ini adalah djus ru mcnam bah wewenang jang malahan akan menambah kewibawaan a- erah’’. .. .

,,Selandjutnja Pemerintah tidak sependapat dengan pi iran bahwa pengetjualian bidang mengurus ketertiban dan eamanan umum itu akan menjebabkan terdjadinja ,,dubbelbestuur .

..Pemerintah ingin mengulangi kembali apa jang e a per- nah djuga dikatakan dalam djawaban Pemerintah atas apuran Gabungan Bahagian2 D .P.R. mengenai R.U.U. ini, bahwa l a- lam bidang otonomi tidak ada lagi dualisme, V « . i° Cdiartikan bahwa didaerah tidak ada lagi urusan“ dalam i ang Pemerintah Pusat”.

Pedoman pe- ..Mengenai pertanjaan Saudara M. laksanaan. mengapa dalam R .U .U . ini tidak tampak dukut

sertakannja Daerah dalam mengurus keter iban dan keamanan umum, Pemerintah dapat mendjelaskan dismi

Page 63: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

bahwa dalam pendjelasan R.U.U. ini dapat ditambahkan bahwa kepada petugas Pusat didaerah2 dapat diberikan pedoman dimana dimungkinkan untuk mendengar pada saat2 jang tertentu pertim- bangan2 daripada Pemerintah Daerah pada melaksanakan ke- bidjaksanaannja dibidang keamanan dan ketertiban umum se­pandjang mengenai tugas dan kewenangan jang ada ditangar pendjabat2 tersebut dalam pasal 2 R.U.U.”.

„Dengan ini terdjawab pula pertanjaan Jth. Sdr. M . Ardi- winangun”.

,.Dengan keterangan2 tersebut diatas rasanja telah djjelaslah pendirian Pemerintah terhadap saran2 dari Sdr. Z . Imban Jth. jang menghendaki supaja kewenangan mengurus ketertiban dan keamanan umum diserahkan kepada Daerah2.

..Selandjutnja Pemerintah tidak dapat menerima keseliiruh- annja kesimpulan jang ditarik oleh Sdr. Daeng Talu Jth. jang menjatakan bahwa dengan menunggu selesainja Undang2 Kepo­lisian, Pemerintah pada pokoknja djuga setudju bahwa kewe­nangan mengurus ketertiban dan keamanan umum diserahkan kepada Daerah, atas dasar pendirian tersebut diatas”.

„Dapat' kiranja didjelaskan, bahwa dibidang ketertiban dan ' keamanan umum jang dalam R.U.U. ini diketjualikan memang terdapat unsur2 jang wadjar diserahkan kepada Pemerintah D a­erah”.

„Akan tetapi sebagaimana telah didjelaskan dahulu, pada tingkat dewasa ini seraja menunggu Undang3 Kepolisian diang- gap bidjaksana untuk berpegang pada pendirian sebagaimana direntjanakan dalam R.U.U. ini”.

" Pengawasan. B. Pengawasan atas djalannja PemerintalianDaerah. ■

..Pemerintah mennjatakan terimakasih atas pertimbangan dari Sdr. Nungtjik A.R. Jth. jang sependirian dengan Pemerintah bahwa dalam Negara Kesatuan memang harus Pemerintah Pu­sat mempunjai kewenangan pengawasan terhadap Pemerintah Daerah otonom, bagaimanapun luasnja hak2 otonomi Daerah itu".

,.Demikian pula kepada Sdr. M, Ardiwinangun Jth. jang pada prinsipnja mengakui sepenuhnja wewenang pengawasan Peme­rintah Pusat atas Daernh otonom sebagai salah satu anasir oto­nom/ jnng tidak boleh diganggu gugat”.

,,Terhadap kepada pikiran2 jang menolak adanja pengetjuali- an pengawasan dalam rentjana Undang2 ini, Pemerintah ingin menerangkan jang berikut”.

Page 64: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

,.Seperti telah disebut pada pendjelasan umum Undang2 No. ! tahnn 1957 ad 4, hak pengawasan itu’ adalah sebagian dari hak eksekutif seluruhnja. oleh karena pada instansi terachir

• Pemerintahlah jang harus bertanggungdjawab atas seluruh pe- njelenggaraan pemerintahan dalam Negeri kepada Dewaii Per- wakilan R akjat".

,,Penguasa jang mendjalankan pengawasan ini adalah alat Negara jang, djika melakukan itu dari dekat, dapat memperhatikan pembinaan pemerintahan Daerah dalam djalan jang wadjar dan dengan demikian dimana perlu akan djuga mendjadi penjalur dari kehendak Pemerintah Pusat kepada Daerah dan sebaliknja dalam pemeliharaan hubungan jang harmonis antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pada menjelenggarakan kepentingan umum’’.

„Terhadap pertanjaan jang dikemukakan oleh Sdr. M. Ardi- winangun dan Sdr. M- Caley Jth. mengenai hal2 jang bersangkutan dengan pengawasan bertalian pula dengan jang dimaksud dalam angka 33 djawaban Pemerintah atas pemandangan umum babak I, dapat diterangkan bahwa kewenangan jang dahulu ada pada pendjabat-pendjabat dimaksud adalah jang tertjantum dalam Un- da.ng-Undang No. 22/1948".

„Kewenangan ini sekarang dengan berlakunja Undang2 No. 1/1957 memang tidak dimiliki lagi oleh Kepala Daerah itu”.

..Oleh karena itu Pemerintah jang masih tetap memiliki ke­wenangan pengawasan itu memandang perlu untuk mengadakan peraturan selandjutnja. Maka untuk menghindarkan kesalahan faham kewenangan tersebut dalam rentjana Undang2 ini ditjan- tumkan dan tidak turut serta diserahkan".

,,Pertanjaan2 Sdr. Z . Imban Jth. dengan uraian diatas kiranja sudah tjukup terdjawab”.

,,Mengenai pertanjaannja apakah Peraturan Pemerintah jang dimaksud dalam pasal 2 R.U.U . dan pasal 69 U.U. No. 1/1957 adalah satna, Pemerintah menerangkan sebagai berikut’’.

Penundjukan „DaIam pasal 2 R.U.U. jang dimaksud denganpenguasa lain. Peraturan Pemerintah adalah untuk menundjuk

Pcnquasa lain dalam hal menjelenggarakan tu­gas3 kewadjiban ketiga kewenangan jang tidak diserahkan ke­pada Daerah

,,Sedang Peraturan Pemerintah jang dimaksud dalam pasal 69 U.U. No. 1/1957 adalah tjaranja pengawasan atas djalannja pemerintahan Daerah".

,.Sebab itu djelaslafi bahwa peraturan2. Pemerintah tersebut adalah berlainan”.

Page 65: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

,.Mengenai pertanjaan selandjutnja apakah Peraturan Peme­rintah pada pasal 2 R.U.U. akan mengatur materi jang sama dengan materi pasal 64 dan 65 U.U. No. 1/1957, dapat didjelas- kan disini bahwa materi itu adalah berlainan"

Tugas peng- ..Adapun mengenai pertanjaan apakah penguasaawasan, lain itu mendjalankan pengawasan preventif dan

represif jang akan diatur dalam Peraturan Pe- merintah, perlu didjelaskan disini, bahwa menurut pasal 64 dan pasal 65 U.U. No. 1/1^57 penguasa lain jang ditundjuk oleh Menteri Dalam Negeri ini dapat mendjalankan hak mempertang- guhkan atau hak membatalkan keputusan2 Daerah jang berten- tangan dengan kepentingan umum, Undang2, Peraturan Pemerintah atau Peraturan Daerah jang lebih tinggi tingkatannja”.

,,Djikalau penguasa lain jang dimaksud dalam pasa! 2 rentjana Undang2 ini ditundjuk oleh Menteri Dalam Negeri berdasarkan pasal 64 dan pasal 65 U.U. No. 1/1957 itu, maka baru penguasa lain itu dapat bertindak untuk membatalkan atau menangguhkan peraturan2 Daerah jang bertentangan itu”.

Hubungan de- ..Selandjutnja mengenai pertanjaan apakah bi- ngan penguasa lamana disuatu Daerah diadakan penguasa lain Pusat. dimaksud, Pemerintah Daerah itu berdiri diba-

wah penguasa ter^ebut itu, Pemerintah dengan ini menegaskan bahwa Pemerintah Daerah jang bersangkutan tidak berdiri dibawah penguasa tersebut’ .

Tugas Residen. ..Terhadap jang diketengahkan bahwa bilamana sebagian dari tugas dan kewenangan Residen seluruhnja mendjadi kewenangan dan tugas D a­

erah tingkat I seperti dimaksud dalam R.U.U., maka R .U .U . »ini bukanlah meningkat merupakan kemadjuan dalam pandangan Daerah2 tingkat II diwilajah, bekas Indonesia Timur, melainkan mendapat pandangan sebaliknja, Pemerintah menegaskan jang berikut”.

,,Anak kalimat pasal 2 R.U.U. jang menjebutkan „sepandjang hal jang demikian itu belum terdjadi” sudahlah djelas memberi- kan djaminan bahwa segenap tugas kewenangan jang setjara ,,feitelijk” telah dimiliki oleh Daerah, dengan berlakunja U.U. penjerahan pemerintahan umum ini, tidak akan dikurangi. De­ngan uraian diatas, terdjawab pula pertanjaan Jth, Sdr. Daeng Talu”.

Page 66: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Koordinasi. ,,C . Koordinasi antara djawatan2 Pusat dida- erali dan antara djawatan2 tersebut dengan Pe­merintah Daerah”.

,,Saran jang diadjukan oleh Sdr. M . Ardiwinangun jth. dapat difahami sepenuhnja oleh Pemerintah”.

,,Dengan menundjuk kembali pada djawaban Pemerintah atas lapuran gabungan D .P.R . sub II angka '7 adalah sudah wadjar bahwa karena Pemerintah Pusat pada achirnja bertang- gungdjawab atas penjelenggaraan djalannja pemerintahan diseluruh_ tanah air, maka kewenangan koordinasi, baik antara djawatan2 Pusat jang satu dengan j ing lain, maupun antara djawatan ver- tikal dengan Pemerintah Daerah, adalah mendjadi tugas kewe­nangan Pemerintah Pusat. Djalan fikiran ini sesuai, seperti telah diuraikan diatas berkenaan dengan kewenangan pengawasan”.

,,Dan dalam hal Pemerintah hendak mengatur tentang pelak­sanaan kewenangan koordinasi ini, Pemerintah mengikuti tjara seperti dimaksud dalam pasal 2 R .U .U . dan tidak dalam suatu peraturan lain”.

,,Mengenai saran agar supaja kewenangan koordinasi hen- daknja diserahkan kepada Pemerintah Daerah seperti diinginkan oleh Sdr.2 Nungtjik A .R., I.S . Handokowidjojo, Drs. D.S. Mataku- pan, M . C aley dan Z . Imban Jth.,'dengan keterangan tersebut diatas telah djelas pendirian Pemerintah. Tidak beralasan kiranja untuk mengchawatirkan akan timbulnja ,,bermatjam~matjam perang dingin antara koordinator petugas Pemerintah dengan Pemerintah Daerah” seperti jang. diperhatikan oleh Jth.' Sdr. Nungtjik A.R., oleh karena baik para anggota Pemerintah Daerah, baik para Kepala D jaw atan2 V ertikal dan penguasa jang ditundjuk oleh Pemerintah Pusat, diharapkan terdiri dari orang2 jang dengan bidjaksana dapat melajani kepentingan masjarakat Daerah atas hikmah permusjawaratan”.

„Kedjadian didaerah Kediri seperti jang dikemukakan oleh Sdr. I.S . Handokowidjojo menambah kejakinan Pemerintah akan keperluan koordinasi jang didjalankan oleh Pemerintah Pusat. Sebab seandainja soal koordinasi ini telah mendapat pengaturan jang wadjar, maka peristiwa jang disajangkan ini tentiilah tidak akan terdjadi”.

,,Saran Sdr. D rs. D .S . Matakupan Jth. jang menjatakan bahwa karena djawatan2 vertikal sekarang ini sudah berkembang se­penuhnja dan oleh sebab itu langsung bertanggungdjawab kepada atasannja masirtg2, tidaklah mengurahgkan keperluan akan adanja koordinasi didaerah. Dan selandjutnja didalam R.U.U. tidak

Page 67: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

ada ketentuan satupun jang menjatakan bahwa tanggungdjawab djawatan2 vertikal ini harus melalui wakil Kementerian Dalam Negeri”.

Kedudukan ..Mengenai saran Sdr. I.S. Handokowidjojo supaja Pamong Pradja. kepada Pamong Pradja diberikan kedudukan jang

tegas sesuai dengan perkembangan ketatanegara- an jang baru, kiranja persoalan tsb. sudah me-

rupakan pengertian timbal balik jang baik”.

Pedoman 5 De- ..Seterusnja Pemerintah tidak memandang perlu somber 1957. mendjadikan surat-keputusan Menteri Dalam Ne­

geri suatu Peraturan Pemerintah karena dengan berlakunja R.U.U. ini tudjuan dari padanja akan tertjapai pula karena tidaklah ada sesuatu jang bertentangan dengan tudjuan R.U.U. ini".

,,Dapat ditjatat disini bahwa surat-keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 5 Desember 1957 No. Pem. 19/2/18 jang berlaku buat seluruh wilajah Indonesia disana sini belum segera dapat dilaksanakan, hal mana adalah dipandang lumrah”.

Perbantuan „Perbantuan pegawai”.pegawai, . 8. Berhubung dengan uraian Sdr.I.M . Sugitha.

Nungtjik A.R. dan Z.Imban Jth. mengenai mem- perbantukan pegawai Negeri, Pemerintah ingin mendjelaskan bahwa terdjalin dalam penjerahan dalam bidang pemerintahan iimum kepada Daerah, pegawai2 jang hingga saat penjerahan itu mendjalankan tugas tersebut ikut serta sebagai pegawai jang diperbantukan dan unsur wadjib untuk menerima perbantuan itu dipandang perlu untuk mendjamin kelangsungan dan kelan- tjaran penjelenggaraan tugas2 jang diserahkan”.

,,Hal ini djanganlah dipandang sebagai suatu pengurangan dari kewenangan Daerah untuk mengatur susunan aparatur pe- znerintah Daerah jang diperlukan sesuai kebutuhan”.

Pcngisian „Memperbantukan pegawai Negeri sedjak mulaiIcv/ongan. berlakunja U .U . penierahan ini bukanlah berarti

bahwa untuk selandjutnja pemerintahan D aerah tetap akan dilakukan dengan tiara mempexbantukan pegawai Negeri jang diangkat oleh Pusat. Dengan demikian, ketentuan dalam R .U .U . tidaklah mengurangi kewenangan Daerah dan ti­dak menutup kemungkinan pengangkatan pegawai Daerah jang memenuhi sjarat2 dan sungguh2 dibutuhkan untuk djabatan da-

Page 68: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

lam bidang urusan pemerintahan umum berdasarkan ketentuan2 kepegawaian jang berlaku”.

,,Ketentuan dalam pasal 6 R.U.U. sama sekali tidak bermak- sud merugikan pegawai Daerah sendiri oleh karena pendahuluan pegawai Negeri jang diperbantukan pada mengisi formasi dinas2 atau bagian- kantor Pemerintahan Daerah dilakukan hanja dalam hal untuk pengisian itu harus diangkat .pegawai baru. Dengan mendahulukan ini sudah dengan sendirinja jang bersangkutan harus memenuhi sjarat2 jang dikehendaki untuk djabatan jang harus diisi. Karenanja djelaslah bahwa ketentuan dalam pasal 6 R.U.U. tidak meuutup kemunqkinan melaksanakan pasal 53 U.U. No. 1/1957”.

Penempatan ..Mengenai pertanjaan Sdr. Z. Imban Jth. siapapegawai. jang memutuskan penempatan pegawai Negeri

jang diperbantukan. dapat didjelaskan disini bahwa penempatan itu dilakukan oleh Pemerintah Daerah jang bersangkutan”.

..Mengenai pertanjaan bagaimana prosedur penempatan pe­gawai2 jang diperbantukan itu kepada Pemerintah Daerah, dapat didjelaskan bahwa pegawai jang bersangkutan akan mendapat surat-keputusan dari Pusat”. '

..Saran jang diketengahkan oleh Sdr. Nungtjik A.R. Jth. untuk diperbolehkan bagi pegawai jang diperbantukan memilih Daerah jang disukainja dan agar Daerah itu wadjib menerimanja, hal ini termasuk dalam bidang kebidjaksanaan kepegawaian pada umumnja”.

Pembajaran ,.Tentang pembajaran gadji pegawai Negeri di-gadji. perbantukan jang ditanjakan oleh Sdr. Z. Imban

Jth. Pemerintah menerangkan bahwa gadji ter- sebut dibajar dari kas Pemerintah Daerah jang bersangkutan”.

Kepolisian ,,Selandjutnja Pemerintah berpendapat bahwapentjegalian tidak tertutup kemungkinan untuk menjerahkandan polisi Pa- tugas2 kepolisian menurut H.I.R. kepada pen-mong Pradja. djabat2 jang tersebut disitu, sekalipun mereka

telah diperbantukan kepada Daerah. Dapat di­djelaskan disini bahwa Polisi Pamong Pradja jang merupakan bagian jang tak terpisahkan dari Pamong Pradja — jang ber- kedudukan di Ketjamatan dan dikepalai oleh Mantri Polisi diper­bantukan kepada Daerah; dengan ini terdjawablah pertanjaan anggota Jth. Sdr. M . Ardiwinangun.

Page 69: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Petugas ke- ..Mengenai soal No. 3 jakni pendjabat2 manakanpolisian. jang akan mendjalankan tugas kepolisian ber­

dasarkan H.I.R. setelah W edana dan Tjam at di- perbantukan mendjadi pegawai Daerah, seperti telah didjelaskan dalam djawaban atas lapuran gabungan D.P.R., soal itu akan mendapat pengaturan dalam U.U. tentang Kepolisian. Dalam pa­da itu djika Wedana dan Tjamat telah diperbantukan kepada Daerah, hal itu tidaklah menutup -kemungkinan bahwa pendjabat2 tersebut tetap diserahi tugas2 kepolisian menurut H .I.R .”.

23. Sampai demikian keterangan jang kami kutip dari dja­waban Pemerintah mengenai pembitjaraan dalam babak ke-I dan babak ke-II. Melalui puntjak perdebatan seperti telah dikemuka- kan pada BAB IV , § 1, rentjana Undang2 Penjerahan Peme­rintahan Umum pada achirnja diterima dengan suara bulat”.

Page 70: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

BA B V I. K E T E N T U A N PELAKSANAAN.

§ 1 . U m 11 m .

Pada meneliti ketentuan2 pelaksanaan, termaktub dalam :a. Peraturan Pemerintah No. 50-1963. (Lampiran B) 5b. Peraturan Presiden No. 22-1963 (Lampiran C)akan menarik .perhatian, bahwa disini-sana untuk hal2 jang sama dipergunakan istilah jang berlainan.

Demikian oleh karena pada penetapan Undang2 No. 6-1959 Pemerintah Daerah masih berlandaskan struktur Undang2 No. 1-1957 tentang pokok2 pemerintahan daerah. Struktur itu diubah dengan Penpres No. 6-1959 (Lampiran D) dan Penpres No.5-1960 (Lampiran E ) , dalam mana Kepala Daerah mendjadi ek- sekutif tunggal, sedang badan kolegial D.P.D. mendjelma men­djadi Badan Pembantu Harian.

Adanja kedua Penpres itu telah djuga mengeliminir beberapa keberatan teknis terhadap pelaksanaan Undang2 No. 6-1959, antara lain dengan memberi kedudukan sebagai organ Pusat dan organ Daerah kepada Kepala Daerah. Sebagai organ Pusat Ke­pala Daerah memegang kewenangan termaktub pada pasal 14 (2) Penpres No. 6-1959, jarig mendobrak segala kebimbangan dimana itu, terlebih mengenai soal kewenangan dalam bidang keamanan dan ketertiban umum.

Dengan pasal 14 (2) tersebut sekaligus diselesaikan djuga- penundjukan penguasa dimaksud pada awal pasal 2 Undang* No.6-1959. Pasal 14 (2) itu .— dengan sedikit perubahan <— kemu­dian dialihkan mendjadi pasal 44 (2) Undang2 No. 18-1965 tentang pokok- pemerintahan Daerah (jang terbaru).

Sementara itu diantara tahun penetapan Undang" No. 6-1959 dan Peraturan Pemerintah No. 50-1963 nama „Departemen Da­lam Negeri telah diubah djadi ,,Departemen Pemerintahan u- mum dan Otonomi Daerah”, kemudian dikembalikan lagi pada nama semula itu. Pada bulan Maret 1966 sebutan ..Departemen” telah diritul djadi ,,Kementerian”. Sesudah beberapa bulan kem- bali digunakan istilah ,,Departemen”

Penggunaan nama ,,Propinsi” untuk Daerah Tk. I, ,,Kabupa- ten ^ ^an "Ketjam atan” untuk Daerah Tk. Ill, serta ,,Ko-taraya , ,,Kotamadya” .dan ,,Kotapradja” untuk Kota pada tingkat itu, dilandaskan pada Undang2 No. 18-1965 tersebut diatas.

§ 2. Saat bei’lakunja Undang2 No. 6-1959,

Undang- tersebut mempunjai keistimewaan bahwa ■—■ berda­sarkan pasal 15 —saat itu berlaku ditetapkan dalam Peraturan

Page 71: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Pemerintah setjara Daerah demi Daerah. Dalam ketentuan ini tertjakup dua unsur jakni :a. saat Undang itu berlaku jang djatuh pada tanggal 25 Sep­

tember 1963 bertepatan dengan saat diundangkannja dan berlakunja Peraturan Pemerintah tersebut,

b. saat Undang2 itu didjalankan setjara Daerah demi Daerah berdasarkan pasal 8, jang mengikuti tangga Menteri Dalam Negeri memutuskan untuk merialisasi penjerahan kepada sesuatu Daerah Tk. I dan Daerah Tk. II dalam wilajahnja, seperti termaktub dalam daftar jang dilampirkan pada Bab I.Tindakan bertahap ini diadakan mengingat waktu jang di-

perlukan untuk mempersiapkan pelaksanaan, baik pada tingkat Pusat maupun pada tingkat Daerah2.

§ 3. Pengalihan tugas legislatif dan tugas eksekutif (Pasal 2)

Redaksi pasal 2 ajat (1) dan (3) disesuaikan dengan ke­tentuan pada pasal 13 Penpres No. 5-1960, bahwa ,,Kepala D aerah- bersama-sama DPRD-GR mendjalankan kekuasaan, tugas dan kewadjiban Pemerintah Daerah dibidang legislatif”. Ketentuan ini sudah diubah lagi pada Undang2 No. 18-1965, dalam mana berdasarkan :a. pasal 49 DPRD i.e. menetapkan Peraturan Daerah,

Dengan diadakannja pemisahan antara tugas legislatif dan eksekutif ini, maka pelaksanaan pasal 2 sub a dan c Undang2 No. 6-1959 harus dilakukan sesuai dengan maknanja semula, jakni :(1) jang bersifat legislatif kejbada DPRD dan(2) jang bersifat eksekutif kepada Kepala Daerah.’b. pasal 44 (3) Kepala Daerah sebagai alat Pemerintah Daerahi.e. memimpin pelaksanaan kekuasaan eksekutif.

§ 4 Kewenangan mendjalankan tugasr jang diketjualikan(Pasal 3 ).

Seperti telah dikemukakan pada § 1, pasal 14 (2) Penpres No. 6-1959 telah dialihkan mendjadi pasal 44 (2) Undang2 No. 18-1965. Pada ketentuan itu ditetapkan, bahwa Kepala Daerah sebagai alat Pemerintah Pusat, i.e.a. m em egang pimpinan k eb id jak sanaan politik polisionil d id a -

erah nja,

b. menjelenggarakan koordinasi,c. melakukan pengawasan atas djalannja pemerintahan Daerah.

Page 72: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

d. mendjalankan tugas- lain jang diserahkan kepadanja oleh Pemerintah Pusat.Karena demikian redaksi pasal 3 didasarkan atas premise,

bahwa Kepala D aerah -Tk. I dan T k . II sebagai organ Pusat dengan sendirinja memegang tugas2 jang diketjualikan oleh pasal2 Undang= No. 6 dan iang semula dipegang oleh Gubernur/ Gouverneur dan Regent/Bupati atau pendjabat jang setingkat.

Mengenai tugas- pada tingkat Keresidenan dan Kewedanaan jang diketjualikan, pcnjaluran kepada alat2 Pusat itu termaktub pada pasal 3 tersebut.

Pada meneliti a jat (2 ) pasal 3 itu harus diperhatikan, bahwa jang dipersoalkan masih tetap mengenai tugas2 jang diketjualikan dari penjerahan. M enurut garis jang berlaku bagi tingkat Kewe­danaan, tugas2 itu harus djatuh ditangan Kepala Daerah Tk. II sebagai organ Pusat, tetapi pada ajat (2 ) itu ditetapkan setjara chusus, bahwa pada tingkat Ketjam atan tugas2 jang diketjualikan itu tetap dipegang oleh T jam at, walaupun pendjabat itu sudah didjadikan organ D aerah. Pengetjualian ini diadakan mendjelang pembentukan D aerah T k . I l l , pada saat raana djabatan Tjamat akan didjelmakan sebagai Kepala D aerah T k . Ill, organ Pusat dan organ D aerah.

§ 5. Kedudukan para pegawai diperbantukan.

Pada pasal 4 dan 5 Peraturan Pemerintah No. 50-1963 dimuat ketentuan tentang perbantuan para pegawai untuk pe­laksanaan pasal 4 sampai dengan pasal 9 tentang penjerahan pegawai, termaktub dalam Undang2 No. 6-1959. Penilaian ter­hadap pasal2 itu, harus didasarkan atas pengertiari :a. bahwa bentuk perbantuan (..terbeschikkingstelling") pegawai

bermula adalah suatu stelsel untuk mendjamin kedudukan hukum (,,rechtspositie” ) seorang pegawai, bila ia untuk wak- tu jang terbatas (,,temporair” ) dipekerdjakan pada suatu tugas diluar Departemen dimana ia bekerdja;

b. bahwa perbantuan pegawai kepada Daerah2 atas dasar Un­dang2 No. 6-1959 tidak lagi bersifat sementara atau „tempo- rair”, melainkan bersifat tetap atau ,,stationnair”, sebagai akibat pengalihan tugasnja dari Pusat kepada Daerah2;

c. bahwa dalam hal ini bagi pegawai dalam dinas-tetap, jang mendjadi peserta (..deelgenoot” ) dana-pensiun pegawai Ne­geri, pemindahan mendjadi pegawai jang berstatus Dacrah- otonom hanja mungkin, bila dana pensiun pegawai itu dapat dialihkan kedalam dana-pensiun Daerah jang bersangkutan, hal mana bila mengenai djumlah pegawai jang besar tidak mudah untuk dilaksanakan;

Page 73: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

d. bahwa karena demikian ditempuh djalan „m em perbantukan” para pegawai jang bersangkutan, atas dasar p ersjaratan umum, bahwa :

(1) selama diperbantukan pegaw ai itu mempunjai kedu­dukan hukum, digadji dan berhak pensiun berdasarkan kedudukannja semula dan tidak boleh m endapat per- lakuan jang lebih kucang m engingat pangkat serta m ar- tabat dalam kedudukannja semula itu,

(2) gadji dan iuran pensiun serta b ia ja2 lain untuk' pegaw ai itu mendjadi beban Daerah jang bersangkutan,

(3) pada mendjalankan tugas, pegawai itu tunduk pada kebidjaksanaan Pemerintah D aerah atau atasannja,

(4) hal2 jang mengenai pemindahan, pemberian penghargaan termasuk kenaikan pangkat dan gadji atau pemberian hukuman didjalankan sesuai dengan ketentuan jang te- lah ditetapkan atas dasar persetudjuan insidentil,

(5) pada saat pegawai itu berhenti bekerdja pada D aerah, misalnja karena akan dipensiun atau karena hal2 lain, ia dibebaskan dari perbantuan dan kembali mendjadi pegawai DepJittemen jang bersangkutan, c.q. untuk pe~ n^e\e&aian persoalannja.

Sistim diperbantukan djuga ditempuh untuk memudahkan pemindahan seorang pegawai dari satu D aerah kepada D aerah jang lain, misalnja untuk mendjamin penjebaran tenaga ahli se- djauhmungk.n. Dalam pada itu memang harus dipahami. bahw a tiap- Daerah Tmgkat I dan Daerah Tingkat II berbentuk badan hukum publ.k jang formil tersendiri dari N egara, sehinqqa pe- ■mindahan seorang pegawai Daerah ke Daerah lain hanja mung­kin dengan melalui pemberhentian. Jang mendjadi halangan rfi l Pemi an J"ni ia*ali soal adanja dana-pensiun ditiap D aerah. Oleh karena tiap pemindahan harus disertai pengalihan djumlah dan a -pensiun.

Ate# dasar keterangan'diatas, pemberian kedudukan m endja- d: pegawai Daerah kepada seorang pegawai jang diperbantukan harus dilakukan dengan penuh kewaspadaan. Setidaknja harus diperhitungkan bagaimana penjelesaian- soal pem bajaran pensiun atau ,,onderstand” nanti atas dasar ketentuan jang berlaku atau mengingat dana-pensiun jang telah dipupuk.

Hal2 jang dikehiukakan, pada dasarnja mengenai pegawai dalam dinas-tetap. Pengalihan seorang pegawai N egeri mendjadi peqawai Daerah pada prinsipnja terbuka dan lebih mudah dila- knkan bila tidak tersangkut penjelesaian soal dana pensiun.

Page 74: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Pada pengalihan itu haruslah diperhatikan, bahwa pada da- sarnja seorang pegawai hanja dapat dialihkan kepada kedudukan jang mengakibatkan status jang baru, misalnja dari pegawai Negeri mendjadi pegawai sesuatu Daerah, dengan persetudjuan pegawai jang bersangkutan.

Karena itu tidak dapat dibenarkan pendirian, bahwa para pegawai golongan atas ,,diperbantukan" sedang para pegawai golongan bawahan atau rendah ,,dialihkan' sebagai pegawai Dae­rah, Pokok pertimbangan tidak boleh didasarkan pada adanja pangkat tinggi atau rendah, melainkan pada status pegawai jang bersangkutan, dengan memperhitungkan konsekwengi keuangan sebagaimana mestinja.

§ 6. Prosedur perbantuan.

Prosedur atau tatatjara perbantuan telah ditetapkan pada pasal 5, jang lengkapnja mengikuti persjaratan jang berikut.

Pertama, pihak Departemen atau pendjabat jang ditundjuk menetapkan surat-keputusan perbantuan.

Kedua, atas dasar itu dengan surat-keputusan Daerah )ap9 bersangkutan mempekerdjakan (,,werkzaamstelling ) pegawai itu pada tugas dan ditempat jang ditentukan oleh Kepala Daera .

Ketiga, dalam hal perbantuan pegawai itu diachiri maka dengan surat-keputusar) Daerah pegawai itu dibebaskan dari tu­gasnja.

Keempat, pihak Departemen atas dasar itu dengan surat- keputusan membebaskan jang bersangkutan dari. perbantuannja.

Kelima, bila jang bersangkutan akan dipensiun, pihak Depar­temen menetapkan surat-keputusan pemberhentian atas dasar a pensiun, jang disusul urusan penjelesaian pensiun menurut e- tentuan jang berlaku.

Demikian mengenai soal2 pokok tentang prosedur perbantuan dan pemberhentian. Ketelitian dalam hal ini akan tidak sa ja melantjarkan kepentingan dinas, tetapi sangat penting pula bagi pegawai jang bersangkutan. Harus didjaga, djangan sampai pe­kerdjaan jang besar ini pada perbantuan setjara masaal menga a- mi keteledoran, hal mana akan sangat merugikan kepentingan dinas dan korps jang bersangkutan.

§ 7. Penjelesaian urusan keuangan.

Ketentuan pelaksanaan tidak mengatur lebih landjut bagai­mana tjara penjelesaian urusan keuangan, hal mana amat penting pada perwudjudan penjerahan pemerintahan umum.

Page 75: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Satu-satunja ketentuan terdapat pada pasal 11 Undang2 No.6-1959, jang menetapkan bahwa ,,anggaran belandja pegawai dan anggaran belandja barang untuk pembiajaan pegawai2 Negeri jang diperbantukan, diserahkan kepada Daerah jang bersangkutan sebagai sumbangan, chusus untuk pembiajaan tersebut”.

Dalam pada itu ..pendjelasan umum” dan ,,pendjelasan atas pasal 11” tidak membuka tabir sendja persoalan jang maha pen- ting ini, hanja sekedar mengulangi teks pasal 11. Demikian oleh. karena pada pengalaman pihak Departemen, umumnja bukanlah garis kebidjaksanaan tertulis jang menentukan prosedur dan djumlah keuangan jang diberikan, melainkan djumlah uang jang dapat disediakan serta kelengkapan keterangan pada pihak Daerah.

Karena itu, petundjuk jang berikut lebih bersifat formil sekedar untuk menampakkan tjara jang prinsipiil, jang dapat ditempuh bila persjaratan jang lazim sudah dapat dipenuhi.

Pada tiap2 penjerahan tugas Pusat kepada Daerah berlaku prinsip, bahwa tugas itu menjangkut kepentingan pada taraf Daerah dan lebih tepat dilandjutkan oleh Daerah. Sesuai dengan keadaan dan kemampuannja, D a e r a h dapat m e n u m b u h k a n u s a h a itu dalam arti memperluas organisasi itu dengan mendjamin sen- diri pembiajaan akibat perluasan jang diadakan.

Atas dasar ini, pada saat penjerahan D aerah2 wadjar meni- peroleh penuh pembiajaan jang setiap tahun dikeluarkan dari Anggaran Negara untuk keperluan itu. Menurut peristilahannja pada pasal 11 Undang2 No. 6-1959, jang diberikan bersifat ,,sumbangan djadi bukan ,,gandjaran” dan bukan ,,subsidi” seperti dimaksud dalam ,,Undang2 Perimbangan Keuangan 1957”,

Menurut rumusan dalam Undang2 No. 32-1956 itu :

a. pemberian gandjaran berhubungan dan pada saat penjerahan tugas Pemerintahan mendjadi urusan rumahtangga Daerah, sesudah mulai berlakunja ,,Undang2 Perimbangan Keuangan 1957” (Pasal 1, ajat (2), sub b, P.P. No. 4-1957) ;

b. subsidi diberikan atas permintaan Daerah untuk keperluan luar-biasa, umumnja mengenai objek tertentu (pasal 8, Un- dang-Undang No. 32-1956);

c. sumbangan diberikan kepada Daerah, jang ternjata tidak mampu membiajai urusan rumahtangganja jang biasa.

Kata „sumbangan” pada pasal 11 Undang2 No. 6-1959 itu tampak dipergunakan dalam peristilahan anggaran, mengenai djenis pengeluaran jang diotorisir untuk Daerah2, jang tidak di- pertanggungdjawabkan setjara langsung, tetapi melalui perhi-

Page 76: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

tungan anggaran keuangan daerah. Djenis pemberian dimaksud pada pasal 11 itu haruslah bersifat ,,gandjaran”.

D e n g an demikian, sedjak saat rialisasi penjerahan pemerin­tahan umum, anggaran Departemen Dalam Negeri haruslah me- muat beban dalam bentuk ,,gandjaran” bagi tiap2 Daerah T k . I dan mestinja djuga bagi tiap2 Daerah T k . II untuk setiap waktu d ibajarkan sebagai ,,sumbangan” dalam pengertian teknis-ang- garan

Seba lik n ja tiap2 D aerah harus memuat dalam anggaran D a e­rah dengan m enggunakan misalnja Bagian 2a ,,Pemerintahan U m um ” , seluruh pem biajaan urusan itu, pengeluaran mana se- baikn ja b ertengad a dengan penerimaan sumbangan untuk itu jang bersifat anggaran .

P en gelu aran jan g melampaui formasi dan perlengkapan se­mula sebagai ak ibat perluasan organisasi Pamong Pradja akan merupakan soal tersendiri, jang tidak dimasukkan dalam pem- bahasan ini.

§ 8. Pembiajaan perlengkapan baru.

H al jang m enjangkut urusan keuangan adalah pula pembiaja­an jang diperlukan, terutama untuk melengkapi setjara wadjar bangunan kantor, serta kendaraan dan alat2 kantor jang sehari- hari diperlukan.

D id aerah -d aerah b ek as , ,rechtstreeks bestuurd-gebied” atau dimana ap ara t P am o n g P ra d ja itu sudah sampai bertradisi. mi­salnja di D ja w a , ta r a f kelengkapan materiil (dan personil) itu dapat d ikatakan sudah diatas 5 0 % . T e ta p i didaerah-daerah. umumnja diluar D ja w a , jang dahulu mempunjai pemerintahan atas d asar „Z elfbestu u rsreg e len 1 9 3 8 ” , adan ja Ketjamatan baru dikenal sesudah tahun 1950. B ah k an sampai tahun 1960 masih banjak D a e ra h jan g mempunjai , .aparatur setingkat Ketjamatan” jang masih dipimpin K ep ala D istrik (b ek as Sw aprad ja) jang hanja mempunjai b ebe rap a pembantu jan g belum berstatus pegawai, jang harus m enunaikan kew ad jiban n ja berdasarkan taraf kemam- puan K et jam atan (m enurut kat jam ata sek arang ).

D alam konste lasi pem erintahan sebelum U nd ang2 No. 6-1959. dibanjak d aerah , m isaln ja Jo g jak arta , bagian Tim ur Indonesia dan d ibeberap a daerah lain, Pam ong P rad ja pada tnraf Ketja- matan telah b ersta tu s ap aratu r D ae rah atas beban anggaran D a ­erah.

K ea d a a n ini berla inan dengan kedudukan Ketjamatan di D ja­wa, ketjuali Jo g ja k a r ta , dim ana seluruh personil dan materiil berhubung d engan statusnja m endjadi beban anggaran Dalam

Page 77: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

N egeri. Karena demikian Ketjamatap2 itu beserta aparat Pam ong Prad ja lainnja akan diberi gandjaran dalam bentuk sumbangan oleh N egara kepada Daerah T k . II jang bersangkutan.

Hal- ini dimuat sebagai t jatatan untulclmembuka tabir k en ja - taan jang belum imbang disebabkan oleh keadaan, tetapi wa~ djarlah bila terhadaj? kenjataan ini diberi perhatian jan g w adjar, misalnja dengan memberi sumbangan chusus kepada D a e ra h 2 jang mempunjai organisasi Ketjam atan jang masih termasuk ,,underdeveloped", sehingga belum dapat menunaikan kew ad jib - annja seperti diharapkan.-

Page 78: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

B A B V II . A S P E K R IA L IS A S I PEN JER A H A N .

§ 1. M asalah pokok.

Untuk dapat menguasai pekerdjaan pelaksanaan sebaik-baik- nja, harus ada pengertian jang mendalam tentang dasar kebi- djaksanaan politik Pem erintah jang telah djtetapkan, tentang tudjuannja dan tentang latarbelakang semua itu. Hal ini terlebih perlu. oleh karena urusan penjerahan pemerintahan umum di- akui sebagai suatu m asalah jang sukar-sulit, jang menjangkut bahkan merombak ■— stelsel pemerintahan Negara guna disesu- aikan dengan stelsel pemerintahan Daerah.

Pada penjerahan ini tugas dan kewenangan pemerintahan umum dialihkan dari tangan Pamong Pradja sebagai organ Pe­merintah Pusat, kedalam tangan Pemerintah Daerah. Pamong Pradja itu sendiri, setelah tugas dan kewenangannja ditanggal- kan, dialihkan kedalam w adah Pemerintah Daerah, untuk kem- bali memegang tugas dan kewenangan itu, tetapi bukan lagi se­bagai tugas dan kew enangan jang melekat pada djabatannja ber- dasarkan peraturan-perundangan (,,eigen bevoegdheden” ), mela- inkan sebagai tugas kew enangan jang dilimpahkan oleh Peme­rintah daerah kepadanja dalam bentuk delegasi kewenangan (..ontleende bevoegdheden” ).

Dalam pada itu organisasi Pamong Pradja semula tidak tetap utuh. Sebagai organisasi vetikal jang terdiri dari lima tingkat, tingkat Keresidenan dan Kew edanaan ditiadakan dan jang sisa, jakni tingkat Gubernur, Bupati (W alik o ta ) dan Tjam at dialihkan dari bentuk dekonseiitrasi kedalam bentuk desentralisasi.

Pengalihan itu dilakukan berbeda-beda menurut deradjat dan sifat kewenangan itu, -jakni :

a. mengenai kew enangan pada taraf Gubernur dan Residen, ke­pada :(1 ) Gubernur Kepala D aerah, bila itu bersifat eksekutif dan(2) D P R D bila itu bersifat legislatif ;

b. mengenai kew enangan pada taraf Bupati, W edana dan T ja ­mat kepada :(1 ) Bupati/W alikota Kepala Daerah, bila itu bersifat eksc-

kutif dan(2 ) D P R D bila itu bersifat legislatif.Kalau dalam bentuk dekonsentrasi dianut tatasusunan verti-

kal, sehingga atasan dapat memberi komando kepada bawahan. maka dalam bentuk desentralisasi terdapat tiga tingkat, jakni

Page 79: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

T k II T i n * T ’ PCnd.jabat Daerah T k - I dan pendjabat D aerah S o n t a l se9hinaa9a 1 terSUuSUn ates dasar Paha» otonom i-ho- berToerintah I ? t " * 9 bertu9as “ engawasi. Ia tidak mem-

K T K-f komando> te^Pi rekomandasi, dengan penqer-« W m i fang

pandang perlu atas dasar k e p e m in g a T ^ S U 13,19

P ro p in srnml°uaDiinr9^n SaSl Cia,n antar' hubungan baik pada tingkatriis ditudjukan k ep ad a^ o l^ b aa Kabupa5en/Kota- perhatian ha- mendudukkan : agaimana dimasing-masing D aerah

a. urusan personalia (,,man” )b. urusan keuangan („money” )c. urusan perlengkapan (..m aterial")d . urusan kepemimpinan (..management” )

,menIt a S l ? enaitauUL an ^ S.u,litan iaIah- bahwa tiap2 D aerah harus sing2 atas dasar hat mf ^ Persoalannja sendiri, karena ma-

' 2 n SDadiri\ dt m kea>daa° I1iIa”9eiberbe^a-^5eda!*SaSi ^■terian harus m en jesu a ik ^ d ,^ Ne9feri’ jan9 Pada tingkat Kemen- Pemerintahan Umum rlPnn 93 tj rutanla organisasi D irektorat

. tundjuk, begitupun dari n ik !^ ~ e£dlrmj a dapat diharapkan pe~ tetapi jang te t jrn e n tin a 1 \ GubernUr kcPada D aerah2 T k . II, Daerah untuk mendnrJ T J 3 3 samPai dimana kemampuan tiap2 ^ p u a n i t u l £ f k V ^ iarig dihadapiP Bahkankaran jang s u d a h ^ d i t i a l a r ^ Z h i u ^ ^ ,”mf kar diatas ke,me~ umum bermakna dan Up- a - penjerahan' pemerintahandan perkembangan Pemerinfth ^ ''™e™Pertjepat pertumbuhan ■didaerah atas otoaktivitas D a e rS ,” kepentingan rak jat

dengan PemerinTahTn^umu^^tur^21] ? ^ 33^ ”3? 3 jang dimaksud setjara materiil dialihk-m” H Dalam kenjataan, „apa jang

,,ual ' S ~ — d'k'-selesai dengan penetTnln*1 T*?e^Jera^'an pemerintahan umum tidak laksanaan. Terutania nari <.•” ,an9" dan beberapa peraturan pe- Jcat I harus d i K , £ c ^ ^ Kemeilt™ dan D aerah ting- m ecentjanakan lebih 3nd forces terlebih kemampuanbagai produk kemaripuan h ™ln3OI3 an\sa s i’ setjara djitu se

D ushino nowpr’’ oi-- " berfikir untuk menjapai dengan.Undang2 No. 6-1959.ara reVoIusioner -finishing touch” daripada

Page 80: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

U r a ia n jang berikut tidak mempretendir kemampuan dan "kelengkapan. D engan berpegang pada dasar- jang sudah dike­m u k ak an , m aka uraian selandjutnja akan bersifat membantu se d jau h mungkin langkah pelaksanaan, baik dengan. pembahas- an s in g k at setjara paragraf, maupun dengan mempergunakan B a b tersendiri untuk masalah jang agak luas.

§ 2. H al istilah.

P a d a pem ctjahan suatu masalah setjara teknis adalah sjarat rnutlak b ahw a dipergunakan bahasa jang sama dengan pengerti­an ja n g sam a pula. M engenai hal jang mendjadi persoalan, arti beberap a istilah jang dipergunakan dikemukakan dibawah ini.

■^1). D e n g a n ..dekonsentrasi” dimaksudkan, pelimpahan kewe- n an g an (oleh N e g a ra ) kepada organ bawahan didalam

tubuh N eg a ra . D alam tata-susunan ,,dekonsentrasi ter­d ap at hubungan ,,a tasan” dan „bawahan” menurut garis o rg a n isa s i m iliter” .

\ 2 ) . D e n g a n ,,d esentralisas i” dimaksudkan, pelimpahan kewe­n an g an (oleh N e g a ra ) kepada organ2, jang mempunjai ke­dudukan (otonom ) disamping N egara . Dalam tatasusunan ..d esentra lisas i” instansi a tasan melakukan pengawasan atas instansi baw ahan .

( 3 ) . . .N e g a r a ” adalah suatu „organisasi kekuasaan” dan djuga . .o rg an isasi-k em asjarak atan jang mempunjai kedudukan se­b ag a i b ad an hukum publik.

( 4 ) . P e n g e rt ia n ,,N e g e r i” ditudjukan pada lingkungan atau wi­la jah N e g a ra . K a ta ,,N e g e r i” adalah equivalent kata ,,Land" dalam b ah asa B eland a dan ,,country” dalam bahasa Inggris,

sedang „ N e g a r a ” mempunjai- arti „staat atau State”.( 5 ) . K a ta „w ila ja h ” dan ;;daerah” ban jak kali ditjampuraduk-

kan- D e n g a n ,.w ila jah ” dimaksudkan „gebied” atau ..territo- r ium ” , m isaln ja . .w ila jah” N egara , ialah lingkungan jangdiliputi atau meliputi N eg ara . D alam hal ini kata wilajah

d igu n akan dalam arti absolud.( 6 ) . D a la m arti re la tif ditemukan k ata ,,daerah", dengan mana

d im aksudkan bagian dari sesuatu ..wila jah” dalam arti „ge- b iedsdeel . B i la d ikatakan ,,daerah D jaw a Timur . maka ja n g dim aksudkan ialah lingjkungan jang diliputi Djawa- T im u r se bag a i bag ian ,.w ila jah” N egara.

'•(7 ) . L in g k u n g an D ja w a -T im u r itu dapat dilihat djuga sebagai k esa tu a n tersendiri. D alam pengertian absolut itu „daerah

Page 81: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Djawa-Timur” akan memperoleh pengertian ,.wilajah” dari" pada Djawa-Timur atau ,,wilajah Djawa-Timur”.

(8 .) Dalam pada itu harus diperhatikan bahwa kata ,.daerah" biasanja dipergunakan dengan dua pengertian, jakni :a. ..daerah” sebagai bagian dari ,.wilajah” danb. ..daerah” dalam arti daerah-otonom sebagai badan hu-

kum publik. ^Misalnja bila disebut Daerah Tk. I atau Tk. II, maka jang dimaksud dengan ,.daerah” ialah organisasi atau badan T k .I atau Tk. II itu dan bukan lagi lingkungannja.

. Atas pertimbangan praktis, maka baik sekali bila kata ,,dae­rah ditulis denqan d-ketjil dan D-besar, misalnja :a. ,.daerah administrasi” dalam arti lingkungan sebagai

bagian dari wilajah pemerintahan Negara danb. ..Daerah” bila dimaksud Daerah Tk. I atau Daerah

Tk. II sebagai badan hukum publik.

§ 3. Prinsip penjerahan.

Soal penjerahan urusan Pusat kepada Daerah bukan soal ba­ru. sebab lebih dahulu — sedjak tahun 1950 ~ telah ada 17 urusan jang dialihkan, antara lain urusan Pengadjaran Rendah, Kesehatan, Pekerdjaan Umum, Pertanian, dsb. Dalam hal ini jang diserahkan itu adalah aparat sesuatu Departemeri jang ber­sifat teknis-spesialistis, jang meliputi suatu objek-pemeliharaan tertentu.b d ^ en^ena urusan pemerintahan 'umum tampak adanja per-

pertama, bahwa jang diserahkan bukanlah aparat suatu D e­partemen, melamkan apara^ Pemerintah Pusat jang taktis berada dibawah penntah Presiden.

kedua, bahwa tidak ada objek-pemeliharaan seperti jang di- j^rf-ut'311 sesuatu Departemen dimaksud diatas, tetapi jangdialihkan oleh Pusat kepada Daerah2 adalah „tanggungdjawab Kcperintahan sedaerah” (..streekbewind - verantwoordelijkheid ) jang meliputi „penguasaan territorial” (..territoriaal hoofdschap” ) dan „pengendalian penduduk” („volkshoofdschap” )

Ketentuan dahulu menggunakan istilah „hoofd van gew este- lijk bestuur” dan ,,hoofd van plaatselijk bestuur”, jang disatukan dalam arti ..lcepala pemerintahan sedaerah”, baik pada tingkat I maupun pada tingkat II.

Setjara riil ini berarti, bahwa tanggungdjawab keperintahan daerah jang semula dipegang oleh seorang Pamong Pradja seba-

Page 82: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

gai pendjabat Pemerintah Pusat, pada saat penjerahan beralih kedalam tangan Penaerintah Daerah jang. koligial, jang terdiri dari Kepala Daerah untuk bagian eksekutif dan D PRD untuk bagian legislatif.

Dalam hubungan ini diminta perhatian terhadap pendjelasan umum Undang2, alinea 3, dan terhadap djawaban Pemerintah, jang dikemukakan pada Bab V III , babak ke-1, alinea 21 dan 38. dan babak ke-II, alinea 6.

§ 4. ’Hal penguasa untuk tugas3 jang diketjualikan.

Pada awal pasal 2 Undang3 No. 6-1959 terdapat ketentljan tentang akan adanja ,,Penguasa lain" untuk mendjalankan tugas2 jang diketjualikan. Dalam hubungan itu pada pasal 4 Undang2 ditetapkan, bahwa pegawai golongan F . V keatas serta pegawai lainnja jang ditundjuk oleh Menteri Dalam Negeri akan dike­tjualikan dari perbantuan kepada Pemerintah Daerah untuk men­djalankan tugas2 pada tingkat nasional dimaksud.

Rentjana bermula memang demikian, tetapi kemudian keten­tuan pada pasal 2 itu telah ditampung dengan pasal 14 Penpres No. 6-1959, juncto pasal 44 — Undang2 No. 18-1865, jang me­netapkan bahwa :(1) . Kepala D aerah adalah alat Pemerintah Pusat dan alat

Pemerintah D aerah;(2 ) . sebagai alat Pemerintah Pusat Kepala Daerah :

a. memegang pimpinan kebidjaksanaan politik polisionil didaerahnja, dengan mengindahkan wewenang2 jang ada pada pendjabat2 jang bersangkutan berdasarkan pera- turan-perundangan jang berlaku,

b. menjelenggarakan koordinasi antara djawatan2 Pemerin­tah Pusat didaerah dan antara djawatan2 tersebut de­ngan Pemerintah Daerah,

c. melakukan pengawasan atas djalannja pemerintahan Daerah.

Sehubungan dengan itu, maka pada Konperensi para Guber­nur Kepala D aerah di D jakarta pada permulaan tahun 1964 Men­teri Dalam Negeri, Bp. Ipik Gandamana, telah menetapkan se­bagai kebidjaksanaan beliau berdasarkan pasal 12 ajat (3) Un­dang2 No. 6-1959, bahwa semua pegawai didaerah diperbantukan kepada D aerah, termasuk golongan F . V keatas. Dipertimbangkan pula, bahwa tiap2 pengetjualian dari perbantuan akan menimbul- kan tidak-keseimbangan dalam korps Pamong Pradja. Selain itu pelaksanaan urusan Pusat senantiasa dapat ditugaskan kepada

Page 83: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

pegawai Daerah atau pegawai jang diperbantukan kepada Daerah sebagai resiprositas penugasan pegawai Pusat untuk melaksanakan tugas Daerah.

§ 5. Struktur pada tingkat Departemen.

Sampai saat berlakunja Undang2 No. 6-1959 pada Departe­men terdapat Direktorat Pemerintahan Umum, jang mendjadi organ Menteri Dalam Negeri pada menetapkan ,,directieven” atau garis kebidjaksanaan Menteri dalam hubungan dengan pe- laksanaan tugas aparatur Pamong Pradja, jang tersusun vertikal dari tingkat Gubernur sampai Tjamat.

Pertanjaan timbul sampai dimana Direktorat tersebut meng-alami perubahan tugas dan organisasi sebagai akibat penjerahanatau apakah akibat penjerahan pemerintah umum pada tingkat Departemen, i.e. pada Direktorat itu.

Dalam pada itu harus dipahami, bahwa dengan penjerahan dimaksud urusan pemerintahan umum tidak lepas sama sekali dari Departemen Dalam Negeri. Demikian oleh karena pada liap- penjerahan tugas Pusat pada Daerah berlalu prinsip, bahwa :a. jang dialihkan ditangan Daerah adalah hal3 jang mengenai

perumahtanggaan atau „huishoudelijke zaken”,b. sedang Pusat, i.e. Departemen Dalam Negeri, tetap meme-

gang kewenangan menetapkan kebidjaksanaan politik danteknik pemerintahan umum.Atas dasar itu dapat didjamin adanja persamaan garis kebi­

djaksanaan politik dan tjara pelaksanaan di Daerah2 diseluruh wilajah Negara. Pada pihak lain Daerah2 atas dasar hak otonomi mempunjai kebebasan („zelfstandigheid”), bukan kemerdekaan (..onafhankelijkheid”) untuk menentukan organisasi dan tata- susunan jang dianggapnja tepat berhubung dengan situasi dan kondisi se-Daerah.

In i b e r a r t i b a h w a M e n t e r i D a l a m N e g e r i m a s i h t e t a p m e - m e r l u k a n o r g a n s e p e r t i D i r e k t o r a t P e m e r i n t a h a n U m u m u n t u k m e n d j a d i m e d ia M e n t e r i , B a h k a n — d a la m f a s e p e r a l i h a n — o r g a n

itu haru:; lebih kuat dan le b ih m a m p u d a r i s e b e l u m n j a , o l e h k a r e n a :

a. usaha untuk mendudukkan Pamong Pradja dalam tatasusunan jang baru, jang mendjadi tugas Direktorat tsb. adalah suatu pekerdjaan jang berat dan luas, jang penjelesaiannja akan meminta beberapa tahun,

b. tatasusunan jang baru atas dasar desentralisasi agaknja lebih kompleks daripada tatasusunan dekonsentrasi. jang bersifat vertikal kebawah.

Page 84: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Diakui bahwa sesudah penjerahan pemerintahan umum, •urusan ini dimasukkan dalam wadah rumahtangga Daerah jang berada dalam pengawasan menteri, via Direktorat Desentralisasi, tetapi ini tidak mengurangi kewenangan Departemen Dalam Negeri dalam kedudukannja sebagai pihak jang menjerahkan untuk mentjampuri urusan itu teknis dan politis.

Hal ini berlaku bagi tiap2 Departemen jang telah menjerah­kan sesuatu urusan kepada Daerah. Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudajaan misalnja tetap memegang kebidjaksanaan poli­tis dan teknis tentang penjelenggaraan Sekolah Dasar oleh Da­erah.

Bagaimanapun, mengenai kelangsungan urusan pemerintahan umum ditangan Daerah2, pada Departemen Dalam Negeri harus ada organ jang tjukup mampu. jang mendjadi perentjana dan pelaksana Menteri mengenai hal2 prinsipiil.

Penjerahan ini tentu djuga berpengaruh pada organisasi Departemen mengenai bidang Biro Keuangan, Biro Pegawai dan Biro Umum/Perlengkapan.

§ 6. Struktur pada tingkat Propinsi.

Sampai dewasa ini pada tingkat Propinsi masih terdapat aparat jang terpisah dua, ialah Kantor Pamong Pradja jang

-melajani urusan pemerintahan umum dan Kantor Daerah jang ■melajani urusan otonomi. Keadaan ini rata2 terdapat di Djawa pada Daerah Tk. I dan Tk. II, dimana pada pertumbuhan organisasi pemerintahan senantiasa dipelihara suatu pemisahan jang f,idjam antara urusan Pusat dan urusan otonomi Daerah.

Lain keadaannja, misalnja di Timur Indonesia, dimana pada umumnja hanja terdapat satu Kantor Gubernur dan satu Kantor Bupati dimasing-masing Daerah. Struktur ini sesungguhnja telah memenuhi penjatuan sekertariat, seperti ditetapkari dalam pasal 18, 19 dan 20 Penpres No. 5-1960, juncto pasal 61, 62 dan 63 Undang2 No. 18-1965.

Kepada Propinsi sebagai Daerah Tk. I diperbantukan :a. para pegawai Pusat jang bertugas dikantor Gubernur,b. para Residen dan Residen-Koordinator jang bertugas didae­

rah,c. para pegawai Kantor Keresidenan/Reskor.

Bagaimana pengaturan masa peralihan, terletak pada kebi­djaksanaan Menteri Dalam Negeri, c.q Gubernur, tetapi tegas kiranja bahwa semua petugas tersebut mendjadi aparat Daerah T k . I jang pada dasarnja berkedudukan dikantor Gubernur Ke­pala Daerah.

Page 85: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Berhubung dengan itu maka perlu dibentuk unit urusan pemerintahan umum, sebagai aparat Gubernur jang mendjadi perentjana dan pelaksana kebidjaksanaan dalam bidang itu.

Dengan sendirinja tidak ditutup kemungkinan untuk me- nempatkan tenaga2 tertentu pada Bagian atau Biro dengan tugas Iain, dengan memperhatikan ketentuan dalam Peraturan Peme­rintah No. 50-1963 mengenai perlakuan terhadap pegawai2 di­perbantukan.

Jang harus diperhatikan ialah, bahwa untuk tiap2 pegawai oleh Departemen atau instansi jang diberi kewenangan untuk itu ditetapkan surat-keputusan perbantuan, kemudian atas dasar itu Gubernur Kepala Daerah menetapkan surat-keputusan untuk mempekerdjakan pegawai jang bersangkutan pada tugas jang lajak baginja.

Pada penempatan pegawai ini tak boleh dilupakan pula, bahwa sedjak berlakunja penjerahan, hubungan vertikal antara pegawai Pusat pada Kantor Gubernur dengan pegawai pada kantor Kabupaten termasuk Kewedanaan dan Ketjamatan telah putus, dalam arti bahwa ada perbedaan jang tegas antara pegawai pada Daerah Tk. I dengan jang bertugas pada Daeirah T k. II. Sedjak penjerahan itu Bagian Pegawai Kantor Gubernur hanja mengurus pegawai2 pada tingkat Propinsi, termasuk Keresiden­an jang telah dihapuskan, selain tentu penjelesaian perbantuan pada tingkat II.

Semua tindakan.ini pada waktunja harus dimasukkan dalam Anggaran Keuangan Daerah Propinsi, seperti halnja dengan dinas2 jang lain daripada Tingkat I, sehingga anggaran itu meng- gambarkan tatasusunan pegawai jang diperbantukan, baik jang ditempatkan untuk urusan pemeliharaan umum Daerah, baik jang ditempatkan pada bagian atau urusan lain.

Disamping itu ada pegawai, jang berdasarkan petundjuk Departemen, ditempatkan pada unit jang chusus bertugas dalam bidang jang diketjualikan dari penjerahan. Pegawai2 itu, seperti dikemukakan lebih dahulu, djuga berstatus pegawai diperbantu­kan pada Daerah.

§ 7. Struktur pada tingkat Kabupaten.

Djuga pada tingkat Kabupaten/Kota umumnja masih terda- pat Kantor Pamong Pradja terpisah dari Kantor Daerah Tk. II. Keadaan ini terdapat di Djawa s e d a n g dibagian Timur Indonesia, seperti diuraikan pada § 4 Bab IV Pamong Pradja telah ber- naunq dibawah sajap Pemerintah Daerah berdasarkan ketentuan pada pasal 4 Undang3 N IT tanggal 19 Desember 1949 ( S I T 1950/

Page 86: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

5). dan Peraturan Presiden I,T . tanggal 23 Desember 1949 No. 12/Pres/49 (SIT 1950/6).

Kepada Kabupaten/Kota sebdgai Daerah Tk. II diperbantu- kan :a. para, pegawai Pusat jang bertugas dikantor Kabupaten/Kota,b. para Wedana dan pegawai Pusat bawahannja,c. para Tjamat dan pegawai Pusat bawahannja.

Penarikan para Wedana dan pegawainja memerlukan waktu, mengingat soal kantor dan perumahan, tetapi sedjak saat penje­rahan, para W edana hendaknja terus dipekerdjakan dikantor Kabupaten/Kota seperti dilakukan dibeberapa Daerah, agar dja- lannja pemerintahan Ketjamatan tidak terpengaruh oleh kebiasaan atau keadaan jang lama.

Memang mendjadi pertimbangan, bagaimana mengeffektif- kan kegiatan Wredana untuk menuntun dan membina Ketjamatan jang lemah. Kegiatan itu tampaknja dapat berlangsung dari tingkat Kabupaten/Kota dengan memberi kesempatan kepada para W ’edana untuk melakukan perdjalanan dinas setjara ber- kala. Dalam hal ini wadjar apabila resort seorang Wedana meli­puti lingkungan jang lebih luas dari resort semula.

Pada Kantor Kabupaten/Kota dengan sendirinja perlu di- faentuk Bagian Pemerintahan Umum sebagai organ Daerah untuk bidang itu. Selain itu diperlukan tenaga untuk mendjalankan tugas” jang diketjualikan, jang dikendalikan oleh Bupati/Wali- kota sebagai organ Pusat. Tampaknja tugas ini dapat digabung dengan tugas Bagian Pemerintahan Umum (Daerah).

Mengenai pengaturan jang menjangkut kedudukan dan tugas pegawai pada umumnja berlaku norma seperti diuraikan pada § 6 jang menjangkut tingkat Propinsi.

§ 8 . S t r u k t u r p a d a t i n g k a t K e t j a m a t a n .

Dalam rangka pelaksanaan Undang2, maka pada tingkat Ke­tjamatan dari luar tidak segera tampak perubahan, oleh karena semua petugas, dari Tjam at sampai pegawai terendah umumnja tetap pada tempat dan tugasnja semula. Perubahan jang terdjadi memang tidak langsung mengenai struktur atau tatasusunannja. Jang berubah ialah dasar dan kedudukan organisasi Ketjamatan itu serta sumber kewenangan Tjamat sebagai petugas utama.

Kalau semula suatu Ketjamatan adalah daerah-administrasi Negara, maka sesudah penjerahan Ketjamatan itu mendjadi Ke­tjamatan Daerah, jakni Daerah sebagai badan hukum publik. Seluruh organisasi itu beralih ketangan Pemerintah Daerah T k. II.

J. W ajong - 6.

Page 87: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Melalui stelsel perbantuan, seluruh aparat didjadikan pegawai? D aerah (diperbantukan), jang tidak lagi mendjadi bawahan: 'W edana (Pusat), tetapi langsung mendjadi organ P.emerintah-. Daerah seperti halnja dengan dinas3 Daerah jang lain.

Bersamaan dengan itu kewenangan para Tjam at, berdasar-- kan pasal 2 Undang2 N o .'6-1959, dialihkan kepada Pemerintah. D aerah T k . II. Kewenangan itu pada pokoknja meliputi hak dan. kewadjiban tertulis, jang termaktub dalam peraturan-perundangan. Negara, jakni dalam Staats dan Bijbladen, Lembaran Negara- atau Tambahan Lembaran Negara. Para Tjam at kemudian melandjutkan tugasnja, tidak lagi berdasarkan kewenangan. sendiri (,,eigen bevoegdheden” ) jang diberikan langsung kepada nja oleh ketentuan dalam peraturan-perundangan, melainkan. berdasarkan pelimpahan atau perdelegasian kewenangan oleh. Pemerintah Daerah kepadanja. Kewenangan ini didjalankannja- sebagai kewenangan jang dipindjamkan (,,ontleende bevoegdhe"- den” ).

Para Tjam at selandjutnja mendjalankan tugasnja sebagai organ Daerah, dalam hal ini dibawah perintah Kepala Daerah sebagai badan eksekutif tunggal. Seperti halnja pembiajaan, baik mengenai personil maupun materiil, pada dasarnja mendjadi beban anggaran keu-angan Daerah. Menurut ketentuan dalanx Undang2 penjerahan, semua taman, bangunan, gedung dan ba- rang-tidak-bergerak lainnja diserahkan untuk dikuasai Daerah, sedang bahan perkakas perlengkapan kantor dan barang-ber- gerak lainnja diserahkan mendjadi milik Daerah.

Uraian diatas ini tidak menjangkut soal pembentukan Ketja-* matan sebagai Daerah Tk. I l l dan akan dilandjutkan pada pemi bahasan dalam Bab. tersendiri mengenai „Peranan Ketjamata.n>’\

Page 88: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

BA B V III. PERANAN KETJAM ATAN.

§ 1. Kedudukan.

Dewasa ini dengan adanja 219 Daerah Kabupaten dan 47 D aerah Kota, maka Ketjamatan sebagai daerah-administrasi atau daerah-pemerintahan berdjumlah ± 3000 dengan berpenduduk rata2 35.000 setiap Ketjamatan diantara rakjat jang berdjumlah 105.000.000 djiwa.

Dalam susunan lama menurut bentuk dekonsentrasi, Ketja- xnatan mendjadi landasan dan pelaksana empat tingkat diatasnja. Kini menurut susunan desentralisasi, Ketjamatan mendjadi bagian daripada tubuh badan-hukum publik D a e r a h Tk. II, te­tapi tetaplah itu mendjadi echelon pemerintahan terbawah, jang langsung menghubungi rakjat dengan perantara Kepala Desa,

Karena djumlahnja jang besar itu dan kedudukannja jang dekat pada rakjat, maka sebagai organ pemerintahan, Ketja- matan itu memegang peranan jang besar, luas dan penting. Lepas dari ketentuan tentang pembentukan Daerah Tk. Ill, maka pada tatasusunan sekarang peranannja itu perlu ditindjau dari bebe­rapa segi, valaupun untuk sekedar meminta perhatian terhadap organ pemerintahan, jang tak banjak kelihatan sehingga banjak terlupa itu.

Hampir tak ada Undang3 Negara, Peraturan Daerah Tk. I atau Peraturan Daerah Tk. II jang masing3 langsung menjangkut w arga Negara, warga Regional dan warga Lokal jang pada pe- laksanaannja tidak melalui Tjamat. Sebab seperti telah diurai­kan lebih dahulu (Bab V I, § 4), para Tjamat pada taraf kedu­dukannja itu mendjalankan tugas2 nasional jang diketjualikan, termasuk tugas koordinasi dinas2 Pemerintah Pusat.

Mengenai bidang Daerah Tk. I, pelaksanaan tugas peme­rintahan umum melalui Daerah Tk. Il sebagai perantara atau ..agency” Daerah Tk. I, jang kemudian ditampung oleh Tjamat. Sebagai Kepala Ketjamatan Daerah Tingkat II, maka selain urusan pemerintahan umum, para Tjamat bertanggungdjawab se­bagai penguasa territorial dan wali rakjat.

§ 2. Kewenangan dan tugas.-

Kewenangan para Tjamat pertama-tama bersumber pada ke­tentuan jang berlaku sebelum Undang2 No. 6-1959 didjalankan. Seperti telah diuraikan pada Bab II dan III buku ini, kewe­nangan ini meliputi suatu keseluruhan dalam berbagai masa jang begitu berbelit-belit, sehingga tak dapat diperintji atau di- daftarkan satu demi satu seperti niat Pemerintah semula.

Page 89: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Mau tak mau metode teliti ditinggalkan dan dipergunakan metode global. Karena itu dalam rangka penjerahan pemerin­tahan umum, jang harus mendjadi pokok pemikiran ialah „apa jang mendjadi tugas seorang Tjam at”, dengan kata lain ,,apa jang harus dikerdjakannja". Bila pertanjaan itu dititik-beratkan pada ,,fungsi”, jakni ,.apakah fungsi T jam at”, maka jang ditudju ialah sifat kegiatan, jakni „bagaimana T jap iat mendja­lankan pekerdjaan atau tugasnja”.

Atas dasar ini, maka menghadapi sesuatu persoalan nistjaja perlu diteliti apa kewenangan T jam at setjara tertulis, selain mempertimbangkan apakah ada kewenangan bebas pada T jam at untuk menjelesaikan persoalan jang dihadapi atas dasar k e b i ­

djaksanaan sendiri, jang berpangkal pada tugas atau fungsi me­nurut kedudukannja. Dalam pada itu tak boleh dilupakan, bah- wa sesudah penjerahan pemerintahan umum T jam at itu tidak lagi mempunjai kewenangan sendiri, mfclainkan kewenangan pindjaman. Jang kini memegang kewenangan itu b e r d a s a r k a n

hukum ialah Pemerintah Daerah, i.e. Kepala Daerah mengenai bidang eksekutif.

Jang mendjadi intisari tugas Pamong Pradja, seperti- diu- raika antara lain pada Bab III dengan sendirinja adalah pula tugas Ketjamatan, ialah bertanggungdjawab sebagai Kepala pe-* rakjat (..volkshoofd ) seperti diuraikan pada Bab III', § 7*

§ 3. Tugas koordinasi.

Bilamana aparatur keperintahan disuatu daerah Ketjam atan tercfapat21’ ^ S£^er^ ^itjita-tjitakan, maka didaerah itu akan

a. dinas Daerah Tk. II, misalnja Pekerdjaan Umum, K esehat-r>n ,i- j611 j i ' n ^ asar- Pertanian, Kehewanan, Perikanan, Padjak dsb;

b. dinas Daerah T k. I s e p e r t i Pekerdjaan Umum, Pengairan,osia dan dimana penjerahan kepada T ingkat II belum di-

a u an, djuga dinas Pengadjaran, Pertanian Kehutanan, Kehewanan, Perikanan, Padjak dsb.

c. dinas2 Pusat atau tegasnja Negara, a.i. Angkatan D arat, K e- po isian, Perhubungan, Penerangan, Pengadjaran, Agama, Perdagangan dsb.

Antara dinas2 itu sebagai kelompok pada suatu tingkat, bah- an antara kelompok2 itu harus ada hubungan kerdjasam a jang

merintahan sedaerah, baik setjara territorial termasuk- kekajaan aJam serta harta dan milik Pemerintah, maupun sebagai w ali

Page 90: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

berpaduan atau harmonis, harus ada koordinasi dalam pengertian seperti diuraikan pada Bab III, § 6.

Terhadap dinas Daerah Tk. II tugas itu dipegang Tjamat sebagai organ Pemerintah Daerah Tk. II dan ia bertanggung- djawab sebagai Kepala territorial dan wali rakjat. Sifat tang- gun'gdjawab inilah jang mendjamin i.e. Tjamat petugas' koordinasi, sebab pada hakikatnja tiap dinas Daerah Tk. II jang lain ber- sifajt fungsionil dan teknis spesialistis, jang —- seperti telah di- uraikan lebih dahulu — bertudjuan mendjalankan sesuatu tugas pelajanan, baik untuk kebaikan territorial maupun untuk keba- ikan rakjat, jang kedua-duanja mempunjai Tjamatnja sebagai kepala atau bapak.

Pada § 1 sudah djuga dikemukakan, bahwa koordinasi dinas2 T k . I sebagai bagian tugas pemerintahan melalui Kepala Daerah T k . II didjalankan oleh Tjamat. Mengenai dinas2 sentral-vertikal Pemerintah Pusat, ketentuan koordinasi oleh Tjamat termaktub pada pasal 3 (2) P.P. No. 50-1963, seperti djuga dikemukakan pada Bab V I, § 4.

Achirnja perlu ditandaskan, bahwa seorang koordinator bu- kanlah atasan dan kedudukannja tidak boleh ditjampur-baurkan. dengan kedudukan seorang pemimpin, jang biasanja ada seorang atasan jang dapat memerintahkan sesuatu. Seorang koordinator haruslah dilihat sebagai unsur utama antara unsur jang sama. Tetapi djelas pula bahwa koordinator itu harus mempunjai ke- lebihan dari segi kewibawaan dan pembawaan. Mengenai tugas suatu dinas jang termasuk unsur koordinasi umumnja ia kurang tahu ,,bagaimana” mengerdjakan itu. Ia tidak mempunjai peng- lihatan kedalam atau „inzicht”, tetapi ia tahu „apa jang harus dikerdjakan” dan ia harus dapat menilai tepatnja pelaksanaan usaha itu.

Dalam hubungan itu haruslah ia mempunjai pula pandangan dalam rangka keseluruhan atau „overzicht”. Semua usaha mem­punjai arah. Harus ada penglihatan kemuka, penglihatan jang menembus atau ,,doorzicht” jang harus ada pada petugas2 penting. Dikatakan bahwa hanja bila ada „inzicht” dan ,,overzicht” bisa ada ,,doorzicht”. Soal ini penting sebab seorang petugas peme­rintahan dan demikian djuga seorang ,.koordinator” harus mem­punjai pandangan kemuka. ,,Gouverner e’est prevoir”.

§ 4. Kelengkapan aparatur.

Pada uraian mengenai koordinasi diumpamakan, bahwa ke­adaan menampakkan adanja kelengkapan, baik mengenai kantor T jam at itu sendiri, maupun dinas2 teknis. Setjara minimal pada

Page 91: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

kelengkapan itu telah dipenuhi sjarat empat ”m", jakni soal': ’’man” (tenaga), "money” (gadji dan belandja barang), ,,material” (bangunan dan alat-perlengkapan lain) serta ..management” (pim- pinan).

Terpenuhinja persjaratan ini penting; sebab dalam ,,slagorde” ketentaraan, Ketjamatan merupakan Kompi jang dftempatkan- digaris-muka. Tak lain tempat Ketjamatan itu dalam tatasusunan aparat sipil, jang tudjuannja ialah memberikan pelajanan atau ..public service" pada rakjat, baik oleh Negara, maupun Tingkat I atau Tingkat II. Tidak adanja dinas sesuatu Kementerian di- suatu Ketjamatan adalah petundjuk, bahwa Kementerian itu belum atau tidak memberikan ..service” atau pelajanan pada rakjat Ketjamatan itu menurut bidang Kementerian jang ber- sangkutan.

Dengan mendjauhkan diri dari tindjauan mengenai keleng- kapan aparatur tingkat Ketjamatan, maka dalam alam dan se­suai dengan djedjak revolusi, para Tjam at harus menunaikan kewadjiban menurut tanggungdjawab jang diberikan padanja. Ini berarti, bahwa menurut sifat djabatan dan tanggungdjawab- nja itu, ia mendjadi „care-taker” (pendjaga rumah atau wali. suatu urusan) tiapa dinas-teknis jang beHim atau tidak ada di- daerahnja.

Ia urus pekerdjaan umum, pertanian, keamanan, kesehatan,. mungkin djuga mendjadi biang seperti ditjeritakan, tetapi tentii- tidak setjara teknis. Kata orang, menurut tjara Pamong Pradja,. jakni tjara „kampungan”, tetapi pasti pekerdjaan akan selesai..

Riwajat pertumbuhan pemerintahan memang dimulai dengan. adanja mula2 „algemeen burgerlijk bestuur” dipusat. Didaerah.

. aparat Pamong Pradja jang merintis, lalu menjusul dinas2 spe- sialistis. Sungguh menggembirakan susulan pada tingkat ■ atasan. jang sudah mendjadi kenjataan, tetapi garis pelajanan dari Pusat. ke rakjat tehtu tak boleh berhenti ditengah djalan. Pada taraf. sekarang penarikan tali-pelajanan itu setidaknja harus sampai di Ketjamatan, demi Amanat Penderitaan Rakjat.

Dalam pada itu organisasi Kantor Tjamat, begitupun dinas2' lain, satu demi satu atau sebagai suatu keseluruhan adalah me­dia atau alat sadja, bukan tudjuan. Jang mendjadi tudjuan adalah pelajanan rakjat, tetapi tanpa media jang mentjukupi tudjuan itu akan sukar ditjapai.

Karena itu selain kewadjiban atasan jang harus memper- hatikan soai tatasusunan dan pelengkapan, perhatian para Tjam at dan dinas3 lais djangan sadja „bekerdja” dan sekali lagi ,,be-- kerdja”, melflinkan £arus memikirkan soal organisasi aparaturnja.

Page 92: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

falah soal ,,man, material, money dan management”. Harus berani' memberi dorongan pada atasan, setidaknja membuka pengertian tentang kemutlakan perlengkapan jang memadai.

5 5. Penilaian djabatan.

Dewasa ini djabatan Tjamat dinilai dengan pangkat pada golongan D dan E. Diatasnja terdapat Wedana pada E. Ill atau F . II, Patih F. I l l dan seterasnja. Kini sampai di Kementerian gentar sekali suara untuk meningkatkan djabatan Tjamat pada F . II. Pendapat ini mempunjai hubungan dengan telah dihapusnja djabatan W edana mendjelang pembentukan Daerah Tingkat III.

Tetapi akan lebih kuat lagi landasan suara itu, bila diadakan peneropongan dari segi tanggungdjawab para Tjamat jang se- benar-benarnja, dengan melihat tugas dan kewenangannja seperti telah diuraikan lebih dahulu.

Dengan dihapusnja djabatan Wedana, maka pada ta.tadjan- djang keperiritahan para Tjamat mendjadi bawahan langsung Bupati Kepala Daerah. Faktor ini bukan sadja mempunjai pe- ugaruh jang penting, melainkan berarti suatu perubahan besar dalam tatasusunan dan djalannja pemerintahan.

Dilihat dari segi „span of control”, maka rata2 tatasusunan kebawah dari 1 Bupati, 4 Wedana dan 16 Ketjamatan, jakni

16 akan mendjadi 1—0— 16. Tanpa Wedana „span of fx>ntrflt” l ' —1.6 ini amatlah berat. Bagaimana itu berdjalan dalam

praJ<teJ< .membuka suatu persoalan. Jang tegas ialah bahwa tang- gungc/ta^’jpk para T jam at ditingkatkan.

S e ^ 'fa ® 1 tahun 1945 formil Wedana atau Kepala Distrik jang mendudukiT teRflkat terbawah, sehingga pada ketentuan2 tertulis kewenangan * Senantiasa diberikan kepada Wedana. Para Tjamat menduduki tei seba9 ai pembantu para Wedana, hal manaterwudjud dalan. ' djabatannja, jakni ..Onderdistrictshoofd"atau Assisten-W dalam arti assisten atau pembantudaripada W edana.

; Karena itu pula n t Tjam at jang dewasa ini sudah lumrahdipergunakan sampai dip. Nusantara kita ada lebih tptjok.Nama A ssisten-W edana v dihapusnja djabatan Wedanasudah kehilangan batang. K * ama Tjamat dan Ketjamatanberasal dari daerah D jaw a-Ba. '*l> -mulai dipergunakan setjara. resmi dizaman Djepang.

Penilaian djabatan T jam at , flgndirinja tidak sadjatergantung pada tanggungdjawab, tu &an k^venangannja. ak- tor jang penting adalah pula kema. Tjam at itu sebagaisubjek.

Page 93: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Hal ini menjangkut pembawaannja, jang harus dapat tahan menghadapi udjian persjaratart-pokok bagi seorang petugas Negara jang baik, ialah :a. mempunjai pendidikan jang memadai,b. mempunjai pengalaman' dibawah pimpinan jang djitu,c. mempunjai pandangan jang luas serta djiwa jang tidak ter-

tekan, c.q. djiwa jang berkembang.Bagi para pendjabat Pamong Pradja chususnja, jang men­

djadi pembimbing rakjat sebagai bapak rakjat, persjaratan umum ini tak lengkap kalau belum ditambah dengan „d. mempunjai rasa kasih terhadap sesama manusia”.

§ 6. Tjamat sebagai pemikir.

Dalam hubungan dengan persjaratan pada § 5, bahwa harus dimiliki pendidikan jang memadai, maka sudah . dibajangkan, bahwa penilaian djabatan Tjamat menudju dan meningkat ke- golongan F. II, ialah pada pangkat jang diduduki seorang jang berpendidikan sebagai sardjana.

Karena dalam praktek persjaratan ,.kemampuan” jang me- nentukan, jakni bagi mereka jang tumbuh dalam djabatan atau ..carriere”, timbul pertanjaan apa perbedaan antara seorang ,.sardjana” dan ,,bukan sardjana” dalam tjara bekerdj'a. Singkat- nja seorang sardjana mendjalankan tugasnja tidak sebagai seorang ,,machinale werker”, tidak setjara otomatis atau tidak seperti suatu mesin.

Hal ini dikemukakan mengingat bahaja, bahwa para Tjam at tjenderung meniru kegiatan Pamong Pradja golongan Indonesia dimasa djadjahan. Dimana itu tenaga asing jang. memikirkan dan menetapkan kebidjaksanaan, tenaga Indonesia jang melaksanakan. dengan tidak atau tidak usah berpikir lagi

Ini bisa terdjadi karena tenaga2 Pamong Pradja dimasa itu diberi pendidikan terbatas, misalnja dari Osvia atau CIBA jang berarti Sekolah Rendah + 4 tahun. Baru kemudian ada M O S- V IA dan satu Bestuursacademie dengan djumlah murid jang sa- ngat terbatas. Banjak pula jang diberi gelar ,,ongediplomeerd’r.

Bahkan didaerah Swapradja bertugas para Kepala Distrik (sebagai bagian Swapradja jang bisa besar dan bisa ketjil) pada kedudukan dan tugas seorang Tjamat, jang dipilih. Kebanjakan hasilnja ialah seorang patuh kepnda madjikannja, jang pern- bawaannja tidak mclcblhi pembawaan p e n d u d u k setjara rata2.

emua ini -P ,Jlc»Urut ukut’flu /nasa itu, sebab tugasnja ialah .../neniiM'bohokkan rakjat”.

Page 94: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Lainlah keadaan sekarang. Tugasnja Tjamat ialah terutama mengangkat deradjat rakjat, meningkatkan taraf hidup serta ke- mampuannja setjara fisik, mental dan spirituil. Dahulu petugas Tjamat bekerdja sendiri, sebab paling tinggi ia mempunjai dua orang pembantu. Kini menurut formasi pada Kantor Tjamat dipekerdjakan 10 pegawai selain tenaga Pagar Pradja dan te- naga-tenaga jang untuk tugas2 chusus diperbantukan.

Tjamat sebagai Kepala Ketjamatan adalah tenaga pimpinan, adalah tenaga kepala jang mempunjai tangan2 sebagai tenaga pelaksana atau pengerdja. Seorang Tjamat masuk kantor, bukan untuk mengerdjakan, tetapi untuk memimpin, mendidik, dengan sedjauh mungkin mendelegasikan tugas2 tertentu kepada para pegawai jang sudah ia didik.

Djangan sampai ia sebagai tenaga semi-akademis atau aka- demis melakukan kegiatan sebagai perakit atau tenaga kedjuruan. Kariernja atau garis-djabatannja tidak mulai, tinggal dan ber- achir di Ketjamatan, melainkan ditentukan di Ketjamatan, dimana menurut kata Plato :

..Mereka berkesempatan mengukur diri dengan kaum peda- gang, dengan oknum2 jang hati keras dan rakus, dengan orang2 pinter-busuk jang senang bertjektjok dan berkelahi: dalam ge- langgang ini mereka akan beladjar dari buku kehidupan; mereka akan melukai tangannja dan memarutkan kulit berfilsafatnja pada rialitas kasar kehidupan; mereka akan memperoleh sesuap nasi dengan keringat-lelahnja. Masa pertjobaan jang tidak me­ngenai ampun ini akan berlangsung limabelas tahun (pada kese- luruhannja). Ada tentu jang akan tenggelam pada saringan terachir”.

,,Jang tahan-udji pada achirnja akan keluar dari gelanggang perdjuangan, penuh dengan tanda2 luka : limapuluh tahun umur- nja, tenang dan penuh kepertjajaan pada diri sendiri dan di- sebabkan gosokan jang tak kenal perikemanusiaan dengan ke­hidupan, dibersihkan dari kesombongan sekolah (,,schoolsche- ijdelheid” ); mereka itu kini dipersendjatai dengan seluruh akal- budi/hikmat, jang dapat diberi bersama oleh tradisi, pengalaman, kebudajaan dan perdjuangan batin; mereka itu pada achirnja adalah orang2 jang dengan sendirinja akan mendjadi pemerintah Negara”.

§ 7. Tjamat pemakmur rakjat.

Kepala Negara pernah menjatakan : '.Pamong Pradja adalah pemakmur rakjat” (..welvaartsambtenaren” ). Dalam rangka tugas jang mulia ini, peranan Tjam at tidak ketjil, bahkan usaha mem-

Page 95: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

perlipatgandakan hasil bumi untuk mentjukupi keperluan pangaa mendjadi poros kegiatannja sehari-hari.

Tjerita jang berikut dapat kiranja mendjadi stimulans atau pendorong untuk senantiasa'memikirkan tjara2 baru untuk men- tjapai hasil2 jang lebih besar.

Konon ada suatu daerah terpentjil, kira2 sebesar suatu Ke- tjamatan, jang sangat menarik perhatian karena rakjatnja makmur, sedang keadaan alam dan iklim tidak terlalu menguntungkan. Berkat bimbingan jang bidjaksana, penduduk jang berdjumlak ± 20.000 itu tampak giat sekali dalam usaha pertanian, petcr- nakan, keradjinan tangan dan radjin pula mengikuti pendidikan, walaupun masih pada taraf jang rendah.

Chususnja dalam bidang pertanian, hasil produksi sangat memuaskan dan tiap2 petani jakin bahwa faktor2 utama adalah tenaga, air dan pupuk. Dengan segala daja upaja masing2 unsur ini ditingkatkan, baik pada penjediaan maupun pada penggunaan,. terutama mengenai pupuk.

Tingkat kemakmuran jang tinggi itu, selain menampakkan ketenteraman dan kebahagiaan, misalnja pada pesta2 rakjat, per- tandingan olahraga dan kegiatan dalam bidang kebudajaan, me- nondjolkan suatu tjiri jang chas pada penduduk dengan sifatnja jang ,,gastvrij” atau ..hospitable', jakni suka-mendjamu-orang.

Terlebih bagi tamu' dari luar-daerah, pintu terbuka dan hidangan berlimpah-limpah mendjadi tanda penghormatan dan kehormatan. Usaha balas budi dari pihak tamu dipandang me-njalahi kesopanan, tetapi ............ penduduk daerah jang makmuritu senantiasa menjesal bila tamu itu pulang tanpa meninggalkan ..sesuatu” untuk pemupukan.

Tjerita ini mengenai suatu daerah didaratan Asia. Tingkat jang ditjapai adalah hasil organ pemerintah sebagai subjek jang djuga mendjadi pelaksana. Faktor utama adalah tenaga, air dan pupuk. Dengan faktor tenaga nistjaja djuga dimaksudkan tenaga

. fikiran.

§ 8. Re-so-pim dan Ampera.

Pidato pada peringatan 17 X 17 Agustus masih segar dalam ingatan kita. Suara merdu dan gemuruh Kepala Negara kita jang melintasi gunung dan lautan menondjolkan kenjataan di­masa itu :

satu : bahwa Indonesia, djuga -sesudah merdeka sebagai Republik, akan tetap bertumbuh atas dasar Revolusi, — jaitu Revolusi (tjetusan Ampera) jang multikomplex.

dua : bahwa kehidupan Nasional didasarkan atas Pantja Sila, djelasnja Manipol/Usdek = Sosialisme Indonesia.

Page 96: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

tiga : bahwa Amanat Penderitaan Rakjat dilaksanakan di­bawah satu Pimpinan Nasional.

Kini dalam rangka orde baru sebagai tcrtib hukum baru dan berazaskan demokrasi Pantjasila kita memperbaharui dan

;memperbaiki derap langkah dalam alam Ketjamatan.Di Ketjamatan manapun kita berada di Nusantara, jang

melingkari chatulistiwa bagaikan sabuk berhias zamrud (kata Multatuli). kalau kita suka memandang akan keadaan disekitar kita. maka pasti kita akan dikagumkan lukisan alam semesta, jang indah-permai serta mesra. Manusia merasa ketjil menjaksikan kebesaran alam, tjiptaan tangan Jang Maha Kuasa.

Dalam kekaguman itu, muntjul berturut unsur Flora disusul oleh Fauna. Flora sebagai alam tumbuh-tumbuhan jang satu demi satu merupakan keindahan tersendiri, menampakkan warna, ' bentuk dan tjorak jang berbeda-beda jang dengan mulus men- djelma mendjadi suatu rangkaian sedap dipandang, senilai ke-

• esaan bangsa kita dalam kebhinekaannja.T ak lain halnja dengan alam fauna. Tiap2 mahluk hewan,

apa itu merajap, berkaki atau bersajap, perhatikanlah, tiap2 mahluk adalah wudjud tjiptaan sempurna Pentjipta Alam Se­mesta.

Dalam pengaruh keindahan dan kemesrahan alam semesta itu, serta kesempurnaan flora dan fauna tampak mahluk manusia

j'ang menondjol bobrok. Perhatikan wadjah-muka rakjat dilereng gunung dan dilembah, didesa dan* disekitar kota2. Tjahaja ke- .suraman dan kemuraman mentjerminkan tubuh jang berkeku- rangan. Perhatikan matanja sebagai djendela djiwa manusia, makcv akan terlihat tjahaja dan sinar jang sam ar, Lihat peru- mahannja. lihat pakaiannja dan bandingkan itu dengan keadaan

•penduduk kota jang sudah madju!Pertanjaan timbul, mengapa demikian ? Bukankah manusia

itu tjiptaan tersempurna Allah Jang Maha Kuasa ? Mudah datang djawaban ..karena dosa manusia", tetapi bukanlah itu dosa seseorang jang memikul derita, karena dosa itu menjangkut umat-manusia.

T ak dapat tidak, keadaan jang menondjol-bobrok itu adalah akibat rendahnja tingkat ketjerdasan, akibat belum adanja atau kurangnja pendidikan. Siapa jang harus mendjalankan itu. Nis- tjaja bukan sadja para guru, melainkan tiap2 orang jang sudah mempunjai lcelebihan haruslah memberikan atau mengamalkan karunia kelebihan itu pada sesama manusia. Dan jang berhadapan adalah pihak berkelebihan dan pihak berkekurangan pada segi mental atau akalbudi.

Page 97: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Dalam ketenteraan perintah Panglima bertingkat-tingkat me­lalui garis kebawah mentjapai tamtama sebagai echelon terbawah, jang terdidik dan terlatih didalam tugasnja. Didalam ,,slagorde” Negara dan Daerah, perintah Presiden i.e. atasan menjusur kebawah, djuga untuk menggerakkan echelon terbawah, ialah rakjat dibawah pimpinan Tjamat dan Kepala Desa.

Bila Presiden mengamanatkan sesuatu tugas, maka Peme­rintah tindis kenop, Gubernur tindis kenop dan pasti Bupati djuga tindis kenop, disusul 3000 Tjamat, kemudian 50.000 Ke­pala Desa untuk menggerakkan ± 25.000.000 tenaga tangan sebagai objek dan subjek tiap2 usaha pelajanan-oleh Pemerintah,

Tiap“ seruan tentu berguna tergantung pada eratnja tali- hubungan dari atas kebawah dan masing2 echelon pada mata- xantai itu. Sebaliknja harus ada usaha dari bawah untuk- men­tjapai perbaikan dan ini mengenai rakjat sebagai echelon pelak­sana terbawah, jang kita tahu senantiasa patuh pada perintah atasan.

Masing- akan bergerak umumnja dengan tenaga tangannja, engan „physicaJ power’nja, lepas dari ketrampilannja sebagai enaga terlatih atau terdidik. Jang pasti ialah, bahwa pada

ec e on terbawah rakjat mempunjai kemampuan badaniah, ke- mampuan fisik sebagai tenaga pengerdja. Jang kurang atau tidak a a padanja setjara^ relatif ialah tenaga pikiran, tenaga kepala a au ”mental power , jang harus memimpin kegerakannja.

jl ,, arena itu ia memerlukan pimpinan, ia memerlukan otak i.e. i ° r”nj ain’ an9 mamPu memikirkan ,,apa jang harus

er ja an dan mendidik serta melatih tenaga rakjat ,,bagai- ^ ~ la , mf"9 .crdia.kan sesuatu", seraja mendjuruskan kegiatannja ninr u Juannja. Demikian, karena pada- hakekatnja, memim- ]ajn” £rar * ”mendjalankan peranan atas djalan pikiran orang

utan .f1311115*3 dapat kita pisah dalam dua bagian jakni Iprm/r erP , 'r sebagai kegiatan kepala dan kegiatan menje-

3 3-n s 9a* kegiatan badan pada tubuh manusia. Dalam asa asing ,,denken en doen” atau „thinking and doing”,

ganisasi Ketjamatan adalah djuga suatu tubuh, dimana T ja - ma mendjadi kepala dan pemikir dan rakjat sebagai badan dan pelaksana 9an Kepala Desa diantaranja sebagai pemikir dan

Dalam rangka tema diatas dapat disimpulkan bahwa djalan- nja pe er jaan pada taraf Ketjamatan pada pokoknja tergan-

ng pada kemampuan Tjam at untuk memimpin. Sambil peker- djaan berdjalan harus ada usaha jang njata, untuk mendidik rakjat guna meningkatkan taraf hidup dan taraf kemampuan berpikir, sebab diketahui „bahwa prestasi penduduk dalam su-

Page 98: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

atu lingkungan dan didalam suatu Negarapun, dapat ditingkat- kan, djika lebih dahulu penduduk itu sudah didjadikan orang2 jang lebih baik”.

Revolusi menghendaki perbaikan dalam waktu pendek. So- sialisme berlandaskan paham, bahwa sesuatu norma atau kegiatan itu baik bila itu baik bagi orang banjak. Kepemimpinan sebagai kelebihan akalbudi adalah karunia jang harus diamalkan.

Orangtua tak dapat mendjamin penghidupan anak-anaknja sampai masa dewasa. Negara akan sukar-menghadiahkan sadja keperluan hidup kepada warganja. Bahkan Tuhan tidak akan memperbaiki nasib sesuatu bangsa, bila bangsa itu sendiri tidak berusaha memperbaiki nasibnja itu.

Karena itu benarlah bahwa ,,memerintah harus bersifat men- didik”, dengan makna ,,mendjadikan seseorang mampu untuk menjelesaikan sesuatu”, seraja menundjuk djalan dan membuka kesempatan.

Para Tjam at sebagai kepala tubuh Ketjamatan adalah organ pemerintahan jang memimpin c.q. mendidik rakjat, untuk mem- bangkitkan pada orang2 jang dipimpinnja kemungkinan” jang terpendam atau tersembunji dan oleh mereka sendiri tidak disadari.

Page 99: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

§ 1. Fungsi memerintah.

Hubungan Pamong Pradja dengan rakjat memperhadapkan Pamong Pradja sebagai subjek jang memerintah pada satu pihak dan rakjat sebagai objek jang diperintah pada lain pihak. Kata ,,memerintah” ini dalam arti „mengemudikan”, „mengendalikan atau ,,besturen” dalam kata asing digunakan dalam makna teknis.

Sesungguhnja pada kata „memerintah” itu terlekat makna jang tak enak didengar karena sifatnja jang memaksa dan me- nekan dari seorang jang berkuasa. Karena itu istilah ..pangreh jang mempunjai arti ..memerintah” dilunakkan dengan istilah ..pamong” jang bersifat „membimbing”. Dari itu timbul nama „Pamong Pradja” dalam hubungan dengan pengertian bahwa ’’Pradja" adalah negeri, kota atau daerah-pemerintahan.

Rasa bahasa dimaksud tak dapat menghindarkan bahwa kata ,,regering”, ..bestuur” dan ..government” dalam bahasa asing mempunjai kata ..pemerintah” sebagai equivalent didalam perne- xintahan Negara kita. Karena demikian alat Negara jang disebut Pamong Pradja dalam pengertian biasa mendjalankan fungsi memerintah atau ..besturen” dalatn bahasa Belanda.

Dalam pengertian jang luas ..memerintah” berarti ,,mengatur dan memelihara” atau djuga ..mengatur” setjara legislatif dan „mengurus” setjara eksekutif. Dalam arti chusus seorang jang ..memerintah” dalam makna ..memegang pemerintahan’’ memberi djurusan pada orang2 atau masjarakat jang diperintah. Dibawa pada makna „memimpin” ia mendjalankan peranan atas djalan pikiran orang lain. Seperti halnja dengan kata ,,memimpin”, maka kata ,,memerintah" senantiasa menghubungi manusia, sekumpul- an orang atau seorang, termasuk badan atau organisasi sebagai sekympulan manusia.

§ 2. Memerintah dan memimpin.

Dengan keterangan diatas, bahwa kegiatan ..m em erin tah dan ..memimpin” senantiasa menghubungi manusia, maka Per" samaan itu menimbulkan pertanjaan, apakah ada perbedaan. Demikian karena kata ,,memerintah” telah dialihkan mendjadi ..mengemong” jang berarti „membimbing” atau „memimpin • Keduanja bertudjuan mendjalankan sesuatu jang sudah dipikirkan. dengan perbedaan, bahwa „memerintah” lebih banjak bersifat mengharuskan jang didasarkan atas adanja kekuasaan, sedang ..memimpin” lebih banjak bersifat mewadjibkan atau mempenga-

Page 100: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

§ 1. Fungsi memerintah.

Hubungan Pamong Pradja dengan rakjat memperhadapkan Pamong Pradja sebagai subjek jang memerintah pada satu pihak dan rakjat sebagai objek jang diperintah pada lain pihak. Kata ,.memerintah” ini dalam arti ..mengemudikan”, ..m engendalikan” atau ..besturen” dalam kata asing digunaican dalam makna teknis.

Sesungguhnja pada kata ..memerintah” itu terlekat makna jang tak enak didengar karena sifatnja jang memaksa dan me- nekan dari seorang jang berkuasa. Karena itu istilah ..pangreh”, jang mempunjai arti ..memerintah” dilunakkan dengan istilah ,,pamong” jang bersifat ..membimbing”. Dari itu timbul nama ,,Pamong Pradja” dalam hubungan dengan pengertian bahwa "Prad ja” adalah negeri, kota atau daerah-pemerintahan.

Rasa bahasa dimaksud tak dapat menghindarkan bahwa kata ..regering”, ..bestuur” dan ..government” dalam bahasa asinq mempunjai kata ..pemerintah” sebagai equivalent didalam peme­rintahan Negara kita. Karena demikian alat Negara jang disebut Pamong Pradja dalam pengertian biasa mendjalankan funqsi memerintah atau ..besturen” dalam bahasa Belanda

Dalam pengertian jang luas ..memerintah” berarti menqatur dan memelihara” atau djuga ..mengatur” setjara legislatif dan ..mengurus” setjara eksekutif. Dalam arti chusus seoranq jar,a , .memerintah” dalam makna „memegang pemerintahan’' memberi djurusan pada orang2 atau masjarakat jang diperintah Dibawa pada makna ..memimpin ’ ia mendjalankan peranan atas d' 1 pikiran orang lain. Seperti halnja dengan kata ..memimpin” m 'k kata ..memerintah” senantiasa menghubungi manusia sek’ f an orang atau seorang, termasuk badan atau organisasi seh ~ sekumpulan manusia. °agai

§ 2. Memerintah dan memimpin.

Dengan keterangan diatas, bahwa kegiatan me dan ..memimpin” senantiasa menghubungi manusia samaan itu menimbulkan pertanjaan, apakah ad ' k PC1> Demikian karena kata „memerintah” telah dial hk pe edaan. ..mengemong” jang berarti ..membimbinq” a f J , 30 mend)adi Keduanja bertudjuan mendjalankan sesuatu hnn l ”me“ impin”.dengan perbedaan, bnhwn ..nicmariiihli" 1* l ■! ” U'P'kirknn.nu'ncjhnruskan iano (JidaM rin, , 1 bnnjak bersifat

Iduh I • 1 f f 19 n^an);l kekuasaan, sedang 1 Jenin Imnjak bersifat mcwadjibkan atau mempenqa-

Page 101: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

riihi untuk mendjalankan sesuatu. Diketahui bahwa ,,keharusan" didjalankan berdasarkan perintah dari-luar, sedang ..kewadjiban” mengikuti perintah dari dalam.

•Selandjutnja ..memerintah” dalam arti ..mengemudikan” mem? punjai makna menggunakan ,,kemudi” dan dalam arti mengen- dalikan dengan menggunakan ..kendali" sebagai alat. Sama halnja dengan Pamong Pradja jang dahulu disusun bertingkat sebagai organ untuk mentjapai rakjat jang diperintah. Kemudi atau alat itu dengan demikian dapat djuga berwudjud sekumpulan petugas jang mendjadi aparatur jang memerintah. 'Djadi urutannja ialah, bahwa ada jang berwenang memerintah, ada aparatur sebagai alat jang dipimpinnja untuk memerintah setjara langsung dan ada rakjat atau objek jang diperintah.

Jang penting pada adanja perbedaan antara kedua istilah itu ialah tjaranja, seperti dimaksud dengan penggantian nama Pang­reh Pradja mendjadi Pamong Pradja. Maknanja berbeda, tetapi tjaranja harus djuga melihat pada adanja persamaan sebagai sendi hubungan antar-manusia. Ada atasan dilihat dari bawah, tetapi dimana tiap2 atasan mempunjai atasan, maka dilihat dari atas, jang semula diatas kembali mendjadi bawahan.

§ 3. Pamong Pradja sebagai administrator.

Seorang administrator adalah penanggungdjawab adminis- trasi dalam arti ,.bestuur” atau ..pengendalian”. Menurut rumus dalam ilmu administrasi Negara, maka ,,administrasi” adalah kegiatan — jang bersifat merentjanakan, mengorganisir dan memimpin .— pada pengendalian sesuatu usaha atau organisasi agar tudjuannja tertjapai. Kegiatan administrasi setjara prinsi- piil harus dibedakan dari kegiatan tatausaha jang sebagai kom- plemen administrasi, bersifat ,,mentjatat segala sesuatu jang terdjadi didalam suatu usaha atau organisasi, untuk mendjadi bahan keterangan bagi pimpinan”.

Kata administrator adalah kombinasi kata ,,ad” dalam arti penambah dan pembantu, sedang ,,ministrator” berasal dari kata ..ministrar”, jang berarti „mc»ajani”, „mengabdikan”. ,,Dienen’\ ..bedienen” dan „to serve” dalam bahasa asing. Seorang Menteri atau ,,minister” adalah pendjabat tertinggi jang melajani rakjat. Sebagai pendjabat-politik atau ..political administrator” ia me­netapkan kebidjaksanaan politik, jakni „apa jang harus dikerdja kan”. Hal ,.bagaimana mendjalankan itu” adalah tugas pendjabat- teknik atau professional administrator, jang mendjadi pelaksana (dan djuga perentjana) kebidjaksanaan politik daripada Menteri.

Page 102: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Didaerah Tk. I dan Daerah Tk. II, Kepala Daerah (termasuk D PRD 1 dan BPH) adalah pendjabat politik, sedang staf-utama Kepala Daerah bersama para Kepala Dinas mendjadi adminis­trator Daerah. Pertanjaan timbul, dimana dan bagaimana tempat Pamong Pradja. Pada susunan aparatur Negara dahulu, dalam xnana termasuk dinas Pamong Pradja sebagai dinas vertikal, seorang Sekdjen Kementerian, Pembantu Menteri atau anggota Staf Menteri adalah administrator dalam organisasi fungsionil, sedang Gubernur adalah administrator territorial. (Pengertian ini dibahas pada Bab III, § 4). Djadi dalam pemerintahan Nega­ra ada dua golongan administrator, jakni golongan fungsionil. dan golongan territorial.

Diantara administrator2 itu, jang berkedudukan sebagai pe­tugas tertinggi („top-administrator”) langsung dibawah pendjabat- politik pada berbagai tingkatan, tentu ada perbedaan deradjat dan pangkat. Didaerah Tk. II para Staf Kepala Daerah, termasuk Kepala Bagian Pemerintahan Umum dan para Kepala Dinas, adalah administrator-fungsionil, jang bekerdja berhadapan dan bersama para Tjamat sebagai administrator-territorial.

Tadi telah dikemukaan bahwa administrator itu adalah bawah- an pendjabat politik. Sebagai bawahan ia mendjadi pelaksana kebidjaksanaan politik atasannja. Dalam pada itu, setiap bawahan adalah petugas jang -lebih ahli mengenai bidangnja jang lebih sempit daripada bidang atasannja. Karena itu, seorang bawahan,i.e. seorang administrator adalah djuga penasehat, bahkan pe- rentjana dan perumus kebidjaksanaan pendjabat politik jang mendjadi atasannja. Hubungan atasan dan bawahan menurut tatadjandjang atau „hierarchie" harus dilihat berdasarkan , .two- way traffic”, jakni menurun jang bersifat pelaksanaan dan menarik jang bersifat pelapuran dan pengadjuan pemikiran.

Terlebih kalau atasan itu adalah seorang pendjabat politik, maka untuk mengamankan keputusan atasan itu, para adminis­trator harus aktif membantu dan mengamankan tindakan atas­annja, sebagai penasehat, perentjana dan perumus, singkatnja sebagai pemikir. Bawahan mendjaga atasan dalam arti meng­amankan kebidjaksanaannja, bukanlah bahwa atasan mendjaga- djaga bawahannja-

Bila demikian halnja mengenai kedudukan dan hubungan Pamong Pradja sebagai administrator terhadap para pendjabat politik, maka tak berkelebihan kiranja ditandaskan lagi, bahwa terhadap rakjat, seorang Pamong Pradja harus menempatkan diri sebagai pelajan dan pengabdi masjarakat dalam arti sebaik- baiknja dan tidak meniru pada maksud ,,fungsi memerintah” daripada pemerintahan djadjahan.

Page 103: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Mengenai istilah ,,guided democracy dalam arti demokrasi terpimpin”, diketahui bahwa dasar itu tanpa „demokrasi adalah diktatur, sedang tanpa ,,terpimpin” akan terdjadi „anarchie . Keduanja berlaku bergandengan, tanpa sakwasangka bahwa ,,it is a matter of like or dislike”. Jang berpikir demikian lalu men- djadi takut dan dapat mendjadi Pamong Pradja ,,kulo inggi atau ,,sumuhun dawuh” sadja. Bagi pendjabat jang berdjiwa demikian, tidak ada tempat sebagai penanggungdjawab, karena ia bekerdja ,,untuk mendjaga djabatan” sadja dan tidak dengan roh ,,mengemban ampera”. Sifat hanja mau menjelamatkan dirf sendiri itu jang menimbulkan sikap jang dikatakan „flin-flan .

Selain itu, teriebih pada keadaan dimana para pegawai eko- nomis lemah djangan dilupa, bahwa orang berani berbitjara dalam arti mengeluarkan pendapat — terutama terhadap atasan - bukan sadja karena ia pandai berpikir dan tabah hati, melainkan djuga karena kantongnja berisi. Kemampuan materiil memangr sangat memperkuat kepertjajaan pada diri sendiri.

§ 4. Jang memerintah dan jang diperintah.

Objek langsung pemerintahan adalah orang2 jang mendjadi tudjuan. Adapun orang2 jang sekarang, hanja merupakan suatu bagian daripada rangkaian keturunan jang menghubungi masa- ialu dengan masa-datang. Petugas2 pemerintahan harus menja- dari dan memperhitungkan sepenuhnja apa jang datang an masa lalu dan harus melihat orang2 jang sekarang sebagai mo a dan unsur2 hari kemudian. Semua kegiatan harus demikian, se­hingga jang sekarang dikerdjakan tidak merusak masa- atang itu. Bahkan kegiatan jang sekarang itu harus sedjauh mung in diabdikan pada hari kemudian.

Menurut pendapat Dr. Poelje dalam buku ..B estu u rsku nd e hal ini tampak sebagai perbedaan jang besar antara p etu gas jang memerintah dengan petugas teknis-spesialistis dan para seniman. Mereka itu dapat memimpikan illusi atau angan- jang tinggi an tudjuannja ialah mewudjudkan itu. Kalau ia berhasil, ia mening- galkan suatu karya jang berharga untuk hari kemudian. Peker- djaannja akan dilandjutkan orang lain, tapi dengan tjorak jang berbeda. Tugas hidupnja terkandung dan tertutup padanja sen­diri. Dengan kepuasan, ketenangan atau ketjemasan dapat ia menoleh kebelakang.

Seorang Pamong Pradja sebaliknja menjadari bahwa ia tak akan pernah melihat selesainja pekerdjaan. Ia djuga dapat me~ mimpikan hari kemudian jang lebih tjemerlang bagi keturunan manusia, tetapi ia tahu, bahwa perwudjudan mimpi itu akan ti~

Page 104: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

dak mendjadi bagiannja. Ia tidak dapat melihat tudjuan-achir,. ia hanja dapat memberikan suatu djurusan. Paling tinggi ia dapat menentukan suatu sasaran sementara.

Ia akan berterimakasih kalau pada saat ia meletakkan dja- batannja dapat ia memiliki kejakinan, bahwa djuga oleh karjanja masjarakat jang ia pimpin dan lajani telah madju setapak ke- djurusan jang ia tetapkan, setidaknja bahwa ia dengan karjanja tidak menghalangi pertumbuhan kedjurusan itu.

Dengan demikian, seraja melihat kemungkinan dihari depan jang ia tahu akan tidak ia alami, petugas'Pamong Pradja dengan bekerdja dengan orang2 jang sekarang, segera berusaha agar hubungan antara orang2 itu dalam penghidupan dan kehidupannja diperbaiki, sedjauh itu dapat dilaksanakan dengan kemungkinan jang ada.

Sifat berlainan antara jang memerintah dengan jang dipe­rintah itu, terutama dalam tjara bekerdja, dengan sendirinja menimbulkan ketegangan dan pertentangan. Para petugas peme­rintahan pad A menghadapi jang diperintah harus mendidik dan memimpin, harus menjel&mi djiwanja dan mendjundjung apa jang hidup dalam kalbunja. Pamong Pradja harus berusaha agar ter- wudjud apa jang samar2 diinginkan oleh orang2 dibawah pe- rintahnja, dengan memperhatikan chusus apa jang digambarkan dan diutjapkan oleh jang terbaik dan termadju antara merejca itu.

Inilah makna pemerintahan „semua untuk semua” jang di~ tjita-tjitakan, tetapi jang — ditengah perdjuangan ekonomi jang hebat, jang meminta kegiatan sepenuhnja setiap orang untuk kepentingannja pribadi — masih djauh mendjadi kenjataan. Kurang^ebih demikian analisa G.A. van Poelje, dalam buku „Bestuurskunde”, jang pada dasarnja perlu dimanfaatkan oleh. kita.

§ 5. Pamong Pradja sebagai sesepuh.

Seorang sesepuh adalah seorang jang diper-tua-kan. MungA kin karena fisik tua, pasti karena mental tua, tetapi terutama karena spirituil tua. Seorang panglima pada hakikinja adalah seorang jang berkelebihan fisik, jang bila perlu dapat sendiri menghadapi lawannja. Jang mendjadi pemimpin harus mempunjai kelebihan mental atau akal-btidi. Maka kemampuan rohaniah (atas dasar roh-sutji tentu) dan ini rata2 mendjadi kelebihan orang jang sudah landjut umurnja.

Page 105: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Seorang tua mengajomi Iaksana pohon beringin jang mem- beri keteduhan, keademan dan keajeman, dibawah kungkungan dahan-dahannja. Ia senantiasa teguh menghadapi gontjangan dari luar, karena ia berpengalaman hidup jang sudah menanam- kan keteguhan djiwa dan kekuatan iman, bagaikan pohon beringin jang berbatang kuat dan sudah berakar dalam.

Anggota masjarakat sedaerah berbeda-beda, berlain-lainan, bahkan terpisah-pisah, hal mana antara lain dibuktikan oleh is­tilah berlapisan dan bergolongan. Pada sifat berlapisan itu dengan garis pemisah horisontal ada lapisan bawah, ada tengah dan tentu ada lapisan atas, disebabkan perbedaan materiil, mental dan spirituil, perbedaan dalam pembawaan, kemampuan dsb. Pada perbedaan golongan kita melihat garis pemisah vertikal. misalnja karena kesukuan, agama, partai politik dan kejakinart lain.

Pertanjaan timbul siapa jang akan mempertemukan kelom­pok2 jang ber-beda2 itu. Siapa jang dapat mengharmoniir atau memperpadukan suara2 jang berbeda-beda itu dari alat jang berlainan, sampai dapat dinjanjikan lagu bersama jang merdu, bernilai dan berpaduan.

Akan tidak mudah menemukan pimpinan segolongan atau pimpinan selapisan. kalau pilihan dapat dialaskan pada perbe­daan. Jang memberi kemungkinan ialah pilihan jang didasarkan atas persamaan diantara jang berbeda-beda itu, setidaknja seorang jang dapat berdiri -diatas segala golongan dan lapisan. Kedu­dukan itu bukan djuga soal kesanggupan, melainkan kemampuan; berwudjud pengaruh jang besar karena adanja kewibawaan ber­dasarkan kewenangan dan keparibawaan berdasarkan pembawaan.

Setjara tugas atau tegasnja setjara dinas Pamong Pradjalah jang sejogjanja mendjadi sesepuh, jang dapat mendjadi penjam- buiig dan penghubung untuk mendjambatani sela2 diantara jang berbeda-beda.

Pertama, karena kedudukannja sebagai Kepala territorial dan W ali atau Bapak rakjat, jang berwenang memberi perintah dan djurusan pada masjarakat daerahnja.

Kedua, bila pendjabat itu dapat menempatkan diri diatas go­longan partai dan aliran untuk sedjauh mungkin mentjapai ho- mogenitas dalam heterogenitas itu.

§ 6. Hubungan dengan masjarakat.

Djuga di Negeri2 Barat faktor heterogenitas seperti dikemu­kakan diatas itu mendjadi salah satu sendi pemerintahan daerah

Page 106: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

oleh suatu dewan jang terdiri dari wakil2 golongan, aliran dan lapisan. Dijakinkan bahwa ada kewargaan setempat, sedaerah atau «etjar>a regional, jang tumbuh dari perasaan senasib dan sekepentingan. Tingkat berdjandjang itu dilihat sebagai tangga dan persiapan kearah pertumbuhan kewarganegaraan jang kokoh. Pada punggung wakil2 rakjat diletakkan beban mentjiptakan suasana perpaduan atau jang dikatakan ,,locaal harmonieerende taak”.

Dalam kenjataan tugas ini tak dapat ditjukupi oleh wakil2 rakjat sebagai pendjabat politik dalam pemerintahan, terlebih dengan meluasnja tugas pemerintahan dalam bidang kesedjah- teraan. Aparat pemerintahan, jang semula bersikap negatif dan hanja bersifat menghindarkan segala sesuatu jang dapat me- rusak atau mengganggu ketertiban umum, tata-susila dan kese- hatan, mendapat tugas jang positif. Tugas positif itu§ meminta keahlian. meminta pentjurahan segenap tenaga mereka, jang setjara amatir atau sebagai tugas-sambilan oleh mereka, jang mendjalankan tugas itu. Tidak lagi itu mungkin dapat dipenuhi tumbuh dalam bidang lain.

Sementara itu tak dapat dihindarkan, bahwa tugas pemerin­tahan dalam kenjataan mendjadi tanggungdjawab penuh mereka jang mendjadi pegawai. Didalam segala bidang para pegawai jambat-laun menduduki tempat sebagai de facto-pemerintah. Untuk dua faktor itu, jakni mendjadi padatnja tugas pemerintah dan beralihnja tugas pemerintahan dalam tangan pegawai. harus ada tjara menghadapi persoalan hubungan Pemerintah dengan rakjat seperti berikut.

Pertama, bagaimana dapat ditjapai bahwa para petugas pe­merintahan terus-menerus dapat menundjukkan perhatiannja pada kelompokan manusia jang dibawah perintahnja, agar petu­gas2 itu tidak terpaku sadja pad'a sifat pekerdjaaknja setjara teknis dan spesialistis dan agar mereka senantiasa menjadari fakta, bahwa mereka harus kontinu mengabdikan diri pada ma- sjarakat jang terus tumbuh, bergerak dan berubah.

Kedua, bagaimana dapat ditjapai bahwa jang diperintah itu tetap mempunjai perhatian pada aktivitas pemerintah, agar m e­reka dalam batas pengetahuan dan kemampuannja dapat menq- ikuti perkembangan pemerintahan dan menjalurkan kewenanqan ..social-control , ,,social-support” dan ..social-participation” pa­da saluran" jang sudah ditetapkan, dengan kesediaan membantu bagian tugas pemerintahan, segera dan setiap kali ada kenjataan, bahwa dengan demikian kepentingan bersama dapat terurus.

Page 107: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Dilihat dari scgi ini, persoalan hubungan antara jang me- merintah, i.e. Pamong Pradja, dengan jang diperintah pada ha- kikinja adalah sama dengan apa jang dalam bidang perusa-haan disebut ,.human relations”, jang harus mendjadi bahan studi tersendiri.

§ 7. Pe.rsjaratan bagi pegawai.

Terlebih bagi pegawai jang mempunjai tugas langsung ter- hadap penduduk, harus diperhatikan bahwa berhubung engan meningkatnja segi teknik pekerdjaan pemerintahan, mereka jan9 mendjadi tenaga ahli pada kesatuan2 jang lebih ketjil, ti a lagi melihat djalannja pekerdjaan dalam rangka hubungannja. Karena itu pada pendidikan vak dan terlebih pada pembinaan pegawai jang sudah dalam dinas, harus diberi perhatian besar pada kemampuan untuk melihat segala sesuatu pada keseluru■annja. ,

Pegawai Negeri (N egara), walaupun bekerdja pada bidang jang serba sempit, harus beladjar dapat melihat seluruh bi ang kegiatan Pemerintah. Harus mereka dibiasakan dengan soa struktur ekonomi dan sosial, baik pada tingkat Pusat, maupun didaerah. Harus ada pendidikan jang wadjar mengenai sedjara , jang mendorong mereka melihat keadaan sekarang dalam u- bungan dengan masa-lalu, tanpa menilai jang sekarang ter a u tinggi. ,

Pegawai Daerah jang bekerdja pada bidang jang ter a as harus dibiasakan mempunjai pandangan jang mengkung ungi semua segi kegiatan Pemerintah Daerah dan kepentingan ser a harapan masjarakat sedaerah itu. Dalam garis besarnja dikenalnja dinas2 dan lembaga2 jang ada dengan menge a m bagaimana itu harus dipimpin dalam hubungan kerdjasama un u mempertinggi peradaban, ketjerdasan, kesedjahteraan dan muran rakjat, selain melindungi djiwa dan harta dengan dja an mengatur dan melajani dalam arti sebaik-baiknja.

Mengenai penduduk terutama dapat dikemukakan ^jara - bahwa seluruh pendidikan harus berpokok pada pikiran, bahwa hanja dalam hubungan kerdjasama dan dalam ikatan kem asjara­katan dapat ditjapai prestasi jang tii.ggi dan mulia. Dalam hu­bungan ini belum lagi disinggung soal jang amat penting, jakni bagaimana membentuk atau menempah warga^jang b3’*- kini telah dimulai dengan peladjaran „civics” disekolah dan indoktrinasi (doktrin = adjaran = faham) pada tingkat landjutan.

Seperti telah dikemukakan pada Bab V III. § 6 pada chusus­nja, pendjabat Pamong Pradja, mulai dari Tjamat menurut eva- luasi djabatan, adalah tenaga pemikir, tenaga kepala, tegasnja

Page 108: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

tenaga pimpinan. Kepemimpinan atau ,.leadership” adalah suatu ketjakapan tetapi djuga suatu ilmu pengetahuan jang perlu di- peladjari dalam teori.

§ 8. Dialektika revolusi.

Adjaran tentang dinamika, romantika dan dialektika revolusf sedikit-banjak menampakkan gedjala masa lampau.'Pada tiga sifat itu dapat ditambahkan hal mistika revolusi, jang berkali-kali telah berwudjud dalam bentuk ,,pertolongan jang adjaib setiap kali bachtera revolusi akan karam atau tenggelam”.

Mengenai hal dialektika revolusi sebagai metode berfikir dengan memperhadapkan hal2 jang bertentangan difahami bah- wa suatu these (stelling) dapat menimbulkan antithese (stelling berlawanan), kemudian tertjapai synthese (perpaduan atau pe- njesuaian) dalam bentuk these baru (dan begitu seterusnja).

Kata dialektik berasal dari kata dialoog jang berarti pertja- kapan antara dua orang. Metode ber-dialoog itu senantiasa di- pakai oleh Plato, Tilusuf dalam bidang kenegaraan jang hidup empat abad sebelum tahun Masehi, pada menilai dan menganalisa sesuatu persoalan.

Dengan metode dialektika itu segala sesuatu dilihat seku- rang-kurangnja dari dua sudut, sehingga pandangan jang keliru dapat diimbangi. Dalam hubungan ini Einstein, jang terkenal dengan teori-relativitasnja, mengumpamakan pohon2 jang ditanam sebaris, sama djarak dan sama bar. Dilihat dari satu sudut,. jang dekat tampak besar dan berdjauhan sedang jang terletak djauh, kelihatan ketjil dan berdekatan.

Tetapi bila sudut penglihatan dipindahkan diatas misalnja,. maka didapat gambaran jang berlainan, jakni pohon2 sebaris itu sama besar dan berdiri dengan djarak-antara jang sama. Kesim- pulan : dengan memindahkan sudut penglihatan, maka hilanglah gambar keliru (,,gezichtsbedrog”) jang didapat semula.

Bila pemetjahan sesuatu persoalan hanja dilihat dari satu sudut, jakni dengan berpegang sadja pada garis-pikiran sendiri jang subjektif, maka nistjaja akan timbul perlawanan dan pe~ nentangan oleh pihak objek dan dari djurusan jang berlawanan. Selain itu, tjara berpikir subjektif dengan tidak disadari akan menimbulkan gedjala pada subjek itu sendiri, jang bersifat pe- njelewengan tanpa sadar, atau ,,ontaarding” dan „verwording”, dari tudjuan semula jang beraaksud baik.

Gedjala sehari-hari menampakkan seseorang „dipegang uang” ganti ia ,,memegang uang”. Bekerdja keras itu baik, asal djangan djadi budak pekerdjaan. Bahkan ketjintaan dapat salah - tumbuh.

Page 109: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

atau ,,ontaarden” mendjadi kebentjian, begitupun sebaliknja. Ba— njak tjontoh jang dapat disambungkan, seperti gedjala gila-sport atau sport-maniak, jang lambatlaun tidak terkendalikan. Memang, ini jang dalam agama dikatakan berpokok pada budjukan iblis.

Uraian pandjang-lebar ini adalah sekedar pendahuluan untuk menjoroti gedjala pertentangan dalam masjarakat, seperti telah kita alami pada peristiwa Gestapu/PKI jang terkutuk itu.

§ 9. Burah, tani dan nelajan,

Dalam hubungan dengan uraian diatas sebagai pendahuluan* dan bertalian dengan kewadjiban seperti dikemukakan pada Bab

V III, § 8 untuk mentjerdaskan rakjat, maka para petugas Pamong Pradja harus menjadari bahwa masjarakat jang berlapis itu dalam garis besarnja terbagi atas kaum „pekerdja kepala" („headwor- kers” ) pada satu pihak dan „pekerdja tangan” pada lain pihak,

Keadaan dalam masjarakat itu sebagai satu kesatuan, ter- gambar pada keadaan tubuh manusia, jang dengan kepala seba­gai bagian atas mempunjai kemampuan berpikir („denken" atau ..thingking” ) dan pada badannja dengan tangan sebagai alat mem­punjai kemampuan menjelenggarakan („doen” atau „doing").

Bahasa seseorang atau masjarakat jang mengedjar kemadju- an dan pendidikan untuk mempertinggi ketjerdasannja atau ke- mampuannja setjara mental adalah lajak dan wadjar, bahkan suatu kemestian. Pada usaha jang baik itu ada bahaja, bahwa tanpa disadari — karena tidak berpikir dialektis atau karena

. tidak berdialoog —■ timbul penjelewengan atau „ontaarding” jang bersifat menjalah-gunakan kemadjuan jang ditjapai, ganti mengamalkan itu.

Ini jang biasanja berwudjud ..exploitation de I’home par- rhomme” atau ..penghisapan terhadap manusia oleh manusia” dan dengan sendirinja timbul perlawanan dari pihak jang dihi- sap, jakni kaum jang belum ditjerdaskan, dalam mana tergolong kaum buruh, tani dan nelajan sebagai lapisan terbawah dan ter- besar diukur menurut tingkat ketjerdasan.

Perhatikan keadaan, terutama diantara sekumpulan manusia jang ada hubungan kerdja. Dikantor, dipelabuhan, dipabrik, pada objek2 pembangunan. Apa jang kita lihat? Lebih banjak suar- lelah ditjurahkan seseorang untuk menjelesaikan pekerdjaannja, lebih ketjil upahnja. Lebih halus pekerdjaannja, lebih tinggi upah jang dibcrikan. Akibatnja Iuas, djarak perbedaan makin hari makin besar, bahkan mendjadi djurang pemisahan.

Page 110: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Tak akan mengherankan bila timbul. perlawanan dari kaum tenaga tangan, dari kaum buruh jang berdjuang untuk persama- an, misalnja atas dasar sosialisme. Orang boleh mengadjukan pembelaan atas dasar bahwa soal upah adalah soal ,,penawaran dan persediaan” atau dengan dalih2 ekonomi lain. Tetapi jang djelas ialah, bahwa ada kelebihan — dalam hal ini kelebihan akal-budi — jang tidak diamalkan, bahkan sadar atau tidak ber- wudjud penghisapan atas sesama manusia. Setidaknja hukum Tuhan, jang senantiasa berisi kebenaran absolut, jang dilanggar.

Sorotan ini singkat, sekedar untuk menarik perhatian dan ti­dak bermaksud untuk membilang satu demi satu kedjadian atau gedjala jang dapat timbul, bila para petugas pemerintahan tidak mawas diri, tidak berintrospeksi, tidak berdialoog dengan diri- pribadinja dan tidak berpikir setjara dialektis. Tiap2 persoalan harus dilihat sekurang-kurangnja dari dua sudut, baik untuk ke- baikan subjek dan terlebih untuk kepentingan rakjat jang kita lajani dan kita kasihi.

Page 111: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

B A B X P A M O N G P R A D JA DALAM W A D A H D A ERA H .

§ 1. Pendahuluan.

U raian pada Bab ini dalam garis besarnja menjadjikan bahan orientasi, chususnja bagi para pendjabat Pamong Pradja jang dalam rangka penjerahan pemerintahan umum telah diintegrasi- kan mendjadi organ Daerah. Pengenalan terhadap hakiki Peme­rintahan D aerah, azas dan tudjuannja, organisasi serta tugas dan kew enangannja nistjaja akan merabenarkan lagi ungkapan „men- tjintai setelah mengenai”, bahkan akan menghilangkan sifat kon- frontasi, karena pandangan jang bersempit pada bidang Pamong Pradja.

Ini disebabkan beberapa faktor jang timbul dimasa lampau. T erlebih di D jaw a sampai pada saat Undang2 No. 6-1959 di- rialisir. K antor2 Pamong Pradja senantiasa terpisah dan berpisah seolah-olah dari organ Pemerintah Daerah. Pembentukan Daerah- otonom dan pergeseran tugas menimbulkan ketegangan, teruta- ma karena sifat2 tugas sebagai kepala pemerintahan sedaerah. menempatkan Pamong Pradja pada pihak bersaingan dengan Pemerintah D aerah. Dalam pada itu terutama pendidikan dimasa lampau sangat kurang berorientasi pada stelsel pemerintahan didaerah jang berdasarkan pemberian hak otonomi.

Pasal. 18 U ndang2 D asar 1945 mengubah keadaan dan stelsel1 lama setjara revolusioner. Azas demokrasi harus diwudjudkan dalam pemerintahan didaerah, dengan memandang dan meng- ingati dasar permusjawaratan. Pendjelasan pasal itu mengatakan : didaerah-daerah jang bersifat otonom akan diadakan Badan Perw akilan R ak jat oleh karena didaerahpun pemerintahan akan bersendikan permusjawaratan.

Dengan ini lontjeng sebagai djalan perwudjudan demokrasi dibunjikan keseluruh pendjuru, untuk kem bah bergema dari plosok2 N egeri kita sebagai bukti bahwa gelombang revolusi benar2 diabdikan pada tuntutan Ampera. Dengan itu djuga lon- tj'eng dibunjikan untuk mentransformir dan mendjelmakan Pamong P rad ja dari aparatur jang dipupuk dan berpikir sentralistis, mendjadi pengabdi jang jakin akan stelsel desentralisasi sebagai satu-satunja djalan untuk mempertjepat kemadjuan rakjat dida­erah.

§ 2. Dekonsentrasi dan desentralisasi.

Dalam tatasusunan lama Pamong Pradja adalah aparatur N e­gara jang dalam bentuk dekonsentrasi disusun vertikal kebawah setjara bertingkat, dimana pada masing8 tingk it Pamong Pradja

Page 112: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

itu menduduki tempat sebagai wakil Pemerintah Pusat, jang berwenang menguasai daerah-pemerintahannja dan mengendali- kan rakjat. Wilajah-hukumnja kemudian berlapis Wilajah-hu-_' kum Daerah-otonom Tk. I dan Tk. II tanpa menggetarkan petu­gas Negara itu, bahkan azas dan tudjuan pemberian otonomi itu umumnja kurang dihiraukan, karena kesibukan dalam tugasnja

. sendiri.Dalam keadaan dan alam pikiran demikian, Panitia W ongso-

negoro melaporkan hasil penindjauannja pada tahun 1954. disu- sul oleh penetapan ,,Undang2 Penjerahan Pemerintahan Umum” pada tahun 1959, jang baru dapat dinjatakan berlaku pada tahun. 1963 untuk dapat mulai dilaksanakan pada tahun 1965. Sebelas tahun diperlukan untuk mentjapai titik rialisasi penjerahan itu, jang bukan djuga titik achir, melainkan titik bertolak untuk mendudukkan Pamong Pradja dengan tugasnja jang lama pada tempatnja jang baru dalam wadah Daerah.

Bila dalam tahap2 itu seolah-olah aparat Pamong Pradja itu' jang mendjadi objek penjorotan, maka kini Pamong Pradja itu sendiri mendjadi subjek pada menempatkan diri sebaik-baiknja dalam situasi jang baru didalam wadah Daerah Tk. I dan T k. II, dan kelak didalam Daerah Tk. III. Untuk itu dan untuk mem- pertjepat proses dan prosedur itu, selain kejakinan jang akan menimbulkan otoaktivitas, maka harus ada kemampuan untuk menguasai situasi baru dan ini hanja mungkin bila ada tjukup pengertian tentang azas dan tudjuan tugas dan kewenangan serta tatasusunan Pemerintah Daerah.

Untuk itu tjara berpikir harus diubah, harus ada ,,mentale omschakeling”, karena situasi baru hanja dapat tepat dihadapi dengan alam pikiran menurut situasi baru itu.

Uraian ini tidak lagi bersifat berpolemik tentang tepat-tidak- nja penjerahan pemerintahan umum, melainkan berdasarkan ..fait accompli ’ atau hal jang sudah terdjadi itu ■— batja fet- akompli — memperkenalkan seraja mendjelaskan perumahan dan tempat penugasan jang baru daripada Pamong Pradja dalam tatasusunan desentralisasi.

Walaupun pada Bab VII, § 2, sudah dikemukakan pengerti­an tentang beberapa istilah jang bersifat teknis, maka untuk memudahkan penelitian, arti istilah2 itu dimana perlu akan di­djelaskan lagi.

Pada tatasusunan dekonsentrasi terdapat tatadjandjang ver- tikal dengan tingkat, Gubernur, Residen, Bupati, W edana dan Tjamat, masing2 sebagai petugas Negara. Menurut sifat dekon­sentrasi itu Pemerintah Pusat mendelegir kewenangan kepada petugas2 itu sebagai organ (bawahan) didalam wadah Negara.

Page 113: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Pada tatasusunan desentralisasi tidak terdapat tatadjandjang vertikal. sebab Daerah T k . I, T k . II, atau T k . I ll mempunjai kedudukan jang tidak sama dengan organ vertikal itu. M asing2 Daerah mempunjai kedudukan sebagai badan hukum publik atau ..publiekrechtelijk lichaam” seperti halnja dengan Negara. M e­nurut sifat desentralisasi itu Pemerintah Pusat mendelegir ke­wenangan kepada badan2 hukum itu sebagai organ (bawahan) disamping wadah Negara.

Djadi antara dekonsentrasi dan desentralisasi ada persa- maan dalam hubungan dengan pendelegasian atau pelimpahan kewenangan. Perbedaan terletak pada kedudukan. Jang satu sebagai daerah-administrasi jang mendjadi bawahan langsung, sedang jang lain sebagai Daerah otonom, jang mendjadi bawahan Pemerintah Pusat tetapi tidak langsung.

§ 3. Kedudukan D aerah otonom.

Kata ,,daerah” mempunjai dua pengertian, jakni :pertama : sebagai lingkungan atau ,,territorium”, jang men­

djadi bagian dari wilajah Negara, misalnja daerah-administrasi D j awa Timur.

kedua : sebagai badan jang dibentuk dengan Undang- dan berkewenangan mendjalankan keperintahan jang otonom, misal­nja Daerah T k . I Djawa Barat jang meliputi daerah-administrasi D j awa Barat.

Untuk menampakkan perbedaan, seperti djuga dikemukakan pada Bab V II, § 2, ..daerah” ' dalam pengertian bagian ditulis „daerah (pakai d ketjil), sedang dalam pengertian badan ditulis „D aerah” (pakai D besar).

Kata ,,otonom” asal dari kata Latin ,,auto” = ,,sendiri dan ,,nomos = ,.memerintah”, djadi mempunjai arti „memerintahsendiri atau ..berpemerintahan sendiri”.

Atas dasar pengertian itu didalam pemerintahan Negara kita jang berdasarkan kesatuan dibentuk pemerintahan Daerah seba­gai stelsel atau sebagai tjara untuk mendjalankan pemerintahan di-daerah. Kedaulatan atau kekuasaan rakjat ada pada Negara, sedang kepada D aerah2 diberikan otonomi seluas-luasnja. Dalam bentuk Negara Federasi, kedaulatan ada pada Negara2-bagian, jang masing2 menjerahkan kekuasaan tertentu kepada Pemerin­tah Federal sebagai Pemerintah Pusat. '

Mengenai makna ,,otonomi seluas-luasnja” ada berbagai pendapat. Ada jang mengatakan bahwa ,,otonomi jang luas” ada lebih luas daripada ,,otonomi seluas-luasnja”. Memang demiki­an, bila ukuran ,,luas” itu digantungkan pada pandangan dan

Page 114: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

kesediaan Pusat sebagai subjek pemberi otonomi. Pengukuran jang kedua dapat dialaskan djuga pada ,,kemampuan jang njata” daripada Daerah dan tidak pada kemauan Daerah sadja.

Dalam hubungan ini perlu ditegaskan bahwa kata ,,otonomi mempunjai makna ,,kebebasan” atau ,,zelfstandigheid”, bukan kemerdekaan atau ..onafhankelijkheid” jang hanja ada pada Negara. Kedudukan jang ..bebas” atau ..zelfstandig” itu adalah wudjud pemberian ,,tanggungdjawab”, ,,verantwoordelijkheid” atau ..responsibility”.

Pada pemberian ..tanggungdjawab” itu, bukan ..tanggung ba- jar” tetapi ..menanggung pemberian djawaban jang masuk akal bila diminta” terdapat dua unsur, jakni :

a. pemberian tugas dalam arti sedjumlah pekerdjaan jang harusdiselesaikan,

b. pemberian_kepertjajaan, berupa kekuasaan ataupun kewenang­an untuk memikirkan dan menetapkan .sendiri bagaimana me-njelesaikan tugas itu.

Pemberian tugas tanpa kepertjajaan tidak memberikan tang­gungdjawab, melainkan lebih bersifat mendjadikan petugas itu seorang pesuruh. <

Pemberian kebebasan dengan istilah otonomi dalam arti b er- ' tanggungdjawab atas pemerintahan Daerah mempunjai sifat ,,mendorong” atau memberi ,,incentive” untuk berusaha menum- buhkan dan mengembangkan kemampuan sendiri. Sifat itu mem- bangkitkan otoaktivitas dan mempertinggi rasa harga-diri dalam arti sebaik-baiknja.

Dengan Undang2 kepada Daerah2 diberikan hak mengatur (legislatif) dan mengurus (eksekutif) rumahtangga sendiri, de­ngan keuangan (kekajaan) sendiri, sehingga dikatakan bahwa ,,a'utonomi bersifat ,,automoney”. Tudjuannja ialah agar daerah2 (bagian wilajah Negara) dapat berkembang lebih pesat. Ini satu- satunja djalan mentjapai itu dalam keutuhan Negara Kesatuan.

Selain itu pemberian otonomi seluas-luasnja mempunjai dju­ga tudjuan politis, jakni mengimbangi idee2 federasi. Atas dasar itu pada ukuran luas ataupun seluas-luasnja seperti dikemukakan diatas harus diperhitungkan faktor ..mengimbangi” dimaksud.

Pemberian otonomi itu dalam wudjud ..kebebasan untuk me- melihara dan memadjukan kepentingan chusus sedaerah dengan keuangan sendiri” melihat pula pada adanja situasi dan kondisi sedaerah jang berbeda-beda. Keadaan demikian tak dapat diha-

Page 115: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

dapi langsung dari Pusat, mengingat pula luasnja wilajah Negara dan sulitnja perhubungan.

Latarbelakang semua itu adalah azas demokrasi, tidak sadja pada tingkat Parlemen, tetapi djuga pada tingkat regional, lokal dan' setempat suara rakjat harus diberi kesempatan dalam ben­tuk ..social control, social support dan social participation”. De­ngan demikian pemberian otonomi adalah djuga djalan perwu- djudan demokrasi pada echelon pemerintahan jang lebih rendah.

Dalam rangka metode ..demokrasi terpimpin”, maka dengan Penpres 6-1959 dan Penpres 5-1960 sudah djuga diadakan pem- bantingan stir ke ,,otonomi terpimpin”, dengan balik-stir sedikit mengenai kedudukan Ketua DPRD pada Undang2 No. 18-1965.

Mengenai peng^unaan nama seperti ,.Direktorat Otonomi dan Desentralisasi ’ dapat dikemukakan bahwa bentuk sebutan itu menondjolkan dua unsur jang bertalian. Politik desentralisasi memutlakkan pembentukan Daerah2 jang otonom. Sebaliknja pengakuan hak otonomi Daerah memutlakkan politik desentrali­sasi, dalam wudjud pementjaran kekuasaan Negara. Walaupun kedua unsur itu penting, tampaknja sebutan jang _pandjang itu dapat ditjukupi dengan nama ,,Direktorat Desentralisasi”.

Demikian kedudukan dan makna otonomi Daerah jang kini menaungi Pamong Pradja.

§ 4. Konstelasi Urusan Daerah.

Sebelum diadakan desentralisasi, maka pelajanan kepentingan rakjat diselenggarakan hanja oleh satu-badan, jakni Negara sebagai badan hukum publik, jang selain mendjadi ,,organisasi- kekuasaan , djuga berfungsi sebagai ..organisasi kemasjarakatan dalam bentuk ..organisasi kerdja” jang memberi pelajanan kepada rakjat. Tiap- Departemen mempunjai dinas vertikal jang disusun bertingkat kebawah sebagai dinas-vertikal. Negara atas dasar dekonsentrasi.

Kemudian dibentuk Daerah Tk. I, Tk. II dan Tk. Ill, jang masing” berkedudukan sebagai badan hukum publik, dengan diberi hak otonomi, jakni kekuasaan berpemerintahan sendiri dengan keuangan sendiri. Adanja satu lapis pemerintahan Negara ini dan tiga lapis pemerintahan Daerah, mewudjudkan empat lapis badan pemerintahan, jang disebut ,,quadrupledeck structure” atau sistim rangkap empat, seperti jang digambarkan dibawah ini.

Page 116: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

HUBUNGAN D e k o n s e n t r a s i ( s i fa t v e r t ik a l)

G A R IS — —— —— D e s e n t r a l i s a s i ( s i fa t p e n g a w a s a n )

PELAJANAN K o o r d i n a s i (s ifa t sa lin g -h u b u n g a n )

Pada bagan ini njata hal2 jang berikut :

{1) Negara sebagai badan memberi pelajanan nasional pada wgrga Negara.

^2) Daerah Tk. I sebagai badan memberi pelajanan regional pada warga Daerah Tk. L

(3) Daerah Tk. II sebagai badan memberi pelajanan lokal pada warga Daerah Tk. II.

(4 ) Daerah Tk. Ill sebagai badan memberi pelajanan setempat pada warga Daerah T k. III.

(5 ) Masing2 badan itu mempunjai daerah-administrasi sebagai organisasi vertikal.

(6 ) Hubungan tatadjandjang tiap badan kebawah bersifat de­konsentrasi, jang mengikuti garis organisasi militer.

(7 ) Hubungan antara badan tingkat atas dengan tingkat bawah bersifat desentralisasi, jakni jang atas mengawasi jang bawah.

Page 117: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

(8) Antara badan dengan daerab-administrasi setingkat, koordi­nasi dilakukan oleh Gubernur, Bupati, Tjamat sebagai organ Pusat.

(9) Gambar diatas dibuat se-sederhana mungkin dalam batasusaha mendjelaskan korelasi atau garis saling-hubungan pada garis besarnja. Gambar itu dengan sendirinja dapat diperluas dengan memuat unsur2 pemerintahan jang lain dalam bidang Angkatan Bersendjata, Sosial-politik serta Ekonomi-Keuangan-Pembangunan. Dalam pada itu tak boleh dilupakan, bahwa sampai pada saat ini sudah ada 17 Dja- watan Pusat jang di-Daerahkan seperti Urusan Penjeleng- garaan Sekolah Dasar, Kesehatan, Perikanan Laut, Lalu- Lintas, Perburuhan, Sosial. Persoalan ini akan dibahas lebih landjut dalam paragraf jang berikut. '

Mengenai hubungan antara Pusat dengan Daerah2, maka D aerah2 itu harus dipandang dalam dua kedudukan, jakni pertama sebagai organ Daerah untuk penjelenggaraan tugas2 otonom termasuk jjang diserahkan dan kedua sebagai „agency” atau perantara Pemerintah Pusat untuk menjelenggarakan urusan jan9 ditugaskan oleh Pusat kepada Daerah. Dengan demikian Daerah" sebagai badan otonom mendjalankan pekerdjaan berdjenis, jakni :,a. urusan otonom, jang diselenggarakan oleh Daerah atas inisi-

,atif sendiri berdasarkan hak otonomi, seperti pekerdjaan umum, urusan pasar, usaha perbaikan lingkungan kediaman, djalan2, pembantaian dsb.

:b. urusan otonom atas dasar penjerahan „in otonomi” jang me- ’liputi 17 Djawatan Pusat diatas, termasuk ,.penjerahan peme­rintahan umum”,

*n. urusan otonom atas dasar penjerahan „m medebewind”, jan9 djuga disebut tugas pembantuan, misalnja urusan ,,Undang- Gangguan atau Hinderordonnantie, Urusan jang mengenai Undang2 Lalu-Lintas, .

rd. urusan atas dasar penugasan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah. misalnja urusan pemilihan umum, pembelian beras, $ensus, pentjatatan sipil dsb.Tiap- petugas harus mengenai perbedaan dan persamaan

antara urusan ,,otonom”, ,,medebewind” dan ,.penugasan . Urusan jang diserahkan ,,in medebewind” diintegrasikan mendjadi urus- .an otonom, jang dibiajai oleh Daerah, sedang urusan jang diker- djakan oleh Daerah karena ,.penugasan” tetap mendjadi urusan Pemerintah Pusat/ jang menanggung pembiajaannja. Urusan jang

Page 118: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

ditugaskan . itu dapat disamakan dengan jang umum dikenal se- bagai ..pekerdjaan untuk pihak ketiga” atau ..werken voor derden”. ^

Mengenai perbedaan antara sifat tugas ,.otonom penuh dengan ..medebewind”, dalam garis besarnja dapat dikemukakan, bahwa pada urusan :a. „otonomi” Pemerintah Daerah be,rkewenangan menetapkan

dasar dan tudjuan serta tjara pelaksanaan,b. ..medebewind” Pemerintah Pusat menetapkan, misalnja de­

ngan Undang2 dasar dan tudjuan, sedang Pemerintah Daerah _ diberi kewenangan mengatur lebih landjut tjara pelaksanaan snenurut situasi dan kondisi Daerah.Karena demikian, maka kegiatan Pemerintah dalam urusan

..otonomi” bersifat kreatif atau mentjipta sedang dalam urusan ■

..medebewind” ia djika mungkin dapat mengambil sikap „afwe- xend” atau menolak pemberian tugas itu. Lebih dahulu sudah' ditegaskan, bahwa tugas ..medebewind” jang sudah diserahkan, diintegrasikan dengan tugas otonomi.

§ 5. Prinsip penjerahan urusan Pusat.

Dalam hubungan dengan apa jang dikemukakan pada § 4 mengenai penjerahan urusan2 Pusat kepada Daerah, termasuk urusan Pemerintahan Umum, maka ditiap-tiap Daerah oleh para petugas harus diadakan penelitian, apakah itu urusan Pusat„ urusan Daerah Tk. I atau Daerah Tk. II, sedang mengenai jang didjalankan oleh Daerah itu apakah itu urusan jang diserahkan atau ditugaskan.

Pengetahuan ini perlu, bukan sadja untuk dapat menemukan saluran pembiajaan, melainkan djuga untuk meneliti instansi2 jang berkewenangan mentjampuri urusan itu, baik dari pihak Pusat maupun dari pihak Daerah Tk. I atau Tk. II. Dalam hubungan itu dibawah ini akan ditindjau urusan Pusat jang kini telah didaerahkan, antara lain :

I. Pertanian dengan P.P. 29-1951 mengenai Djaw a-Barat II. Kehewanan dengan P.P. 30-1951 mengenai D jaw a-Barat

III. Perikanan Darat dengan P.P. 31-1951 mengenai D jaw a- Barat

IV . Kesehatan dengan P.P. 49-1952 mengenai D jaw a-BaratV . Pekerdjaan Umum dengan P.P. 18-1953 mengenai D ja­

wa-BaratV I. Penjelenggaraan Sekolah Dasar dan Pendidikan M asja­

rakat dengan P.P. 65-1951 mengenai Djawa-Barat

Page 119: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

V II. Sosial dengan P.P. 45-1952 mengenai Djawa-BaratV III . Perindustrian Ketjil dengan P.P. 12-1954 mengenai D ja­

w a-BaratIX . Perikanan Pantai dengan U.U. 61-1958 mengenai Suma-

tera-BaratX . Pertambangan diluar Undang2 Pertambangan mengenai

Kalimantan Barat.Ketentuan tersebut diatas berlaku untuk Daerah" terten­tu. sehingga perlu meneliti ketentuan mana berlaku untuk Daerah jang tidak disebut. Ketentuan2 jang disebut di­bawah ini bersifat integral, djadi berlaku untuk semuaDaerah T k . I.

X I. Perikanan Laut, Kehutanan danKaret Rakjat berdasarkan P.P. 64-1957

X II. Bimbingan dan Perbaikan Sosial P.P. 5-1958X III . Perumahan Rakjat P P - 6-1958X IV . Lalu Lintas Djalan P-P- 16-1958X V . Kesedjahteraan Buruh dsb. P.P. 14-1958

X V I. Perusahaan Perindustrian P.P. 23-1962X V II . Pemerintahan Umum U.U. 6-1959

Sampai sekarang masih terdapat kebimbangan, sampai di mana Departemen jang semula mendjadi induk urusan JanS tliserahkan itu berwenang mentjampuri urusan itu. Ini tentu dapa diteliti dalam ketentuan penjerahan, >ang djuga tidak senantiasa tegas dalam hal ini. Selain itu sifat urusan2 jang telah diserah an memang berbeda-beda, baik politis maupun teknis. _

Kenjataan adalah bahwa urusan2 itu setjara terbagi-bagi diserahkan kepada Daerah, sedang sesudah penjerahan senantiasa diperlukan adanja kesatuan mengenai garis kebidja sanaan politik urushn itu dan mengenai pelaksanaannja setjara teknis. Urusan Penjelenggaraan Sekolah Dasar atau Urusan Kesehatan, bidang kuratif misalnja, pembinaan personil dan ma- teriil seluruhnja mendjadi beban Daerah, dengan mendapat sum- bangan seperlunja dari pihak Departemen Dalam Negeri.

Dalam hal ini dapat ditegaskan, bahwa pada tiap" penjerahan sesuatu urusan Pusat, Departemen jang bersangkutan tetap me- megang kewenangan mengenai bidang politik dan teknik urusan itu, sedang Daerah jarig menerima penjerahan bertanggu ngd jaw ab atas urusan jang bersifat perumahtanggnan (,.huishoudelijke za- ken” ). Karena itu lebih dahulu sudah djuga didjelaskan, bahwa mengenai penjerahan pemerintahan umum. Menteri Dalam Negeri

•tetap mempunjai tjampur tangan melalui Dircktorat Pemerintahan tlnfum.

Page 120: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

§ 6. Pendjabat politik dan pendjabat professional.

Pemerintahan Daerah (,.Local Government” ) sebagai stelsel didjalankan oleh Pemerintah Daerah (,,Local Authority” ) jang. terdiri dari Kepala Daerah dan DPRD. Para anggota BPH adalah pembantu Kepala Daerah dalam bidang rumahtangga Daerah. Tiga instansi ini sebagai unsur Lembaga Demokrasi Daerah tergolong pendjabat politik atau ,,political administrator”.

T jiri chas tugas mereka ialah menetapkan „apa jang harus. dikerdj akan’ ’.

Lembaga Daerah ini disertai aparatur Administrasi Daerah. jang dipimpin cvleh Staf Sekretariat Daerah dan para Kepala Dinas sebagai pendjabat2 utama eksekutif atau „top executives”, jang tergolong pendjabat professional atau professional adminis­trator’'. T jiri chas mereka ialah „bagaimana mendjalankan se­suatu pekerdjaan”.

Kurang pengertian tentang perbedaan kedudukan dan tugas antara golongan pendjabat politik dengan pendjabat professional telah sering menimbulkan suasana jang tidak sehat, sehingga hubungan kerdjasama jang mendjadi sjarat mutlak untuk ber- putarnja roda pemerintahan Daerah terganggu. Pada pihak jang satu menondjol martabat sebagai wakil pilihan rakjat, sedang pada pihak lain titikberat diletakkan pada integritas seorang jang mempunjai keachlian.

Kurang disadari pula bahwa keduanja adalah administrator dalam arti pelajan rakjat jang mengabdikan diri untuk meme- nuhi tuntutan Ampera, pula bahwa golongan jang satu tak ber-- daja tanpa golongan jang lain.

T ak salah memang bila martabat para pendjabat politik di-. bubungkan pada kedudukannja sebagai eksponen rakjat. Mereka itu adalah putera/puteri Daerah terbaik, „de beste zonen en dochteren van de Daerah”, jang diangkat pada kedudukannja atas dasar pemilihan. Mereka itu bukanlah pegawai-pilihan, se­hingga kemampuan mereka tak boleh dinilai menurut persjarat­an bagi seorang pegawai. Sebagai putera/puteri Daerah jang baik, tak dapat tidak mereka dapat mengetahui ataupun dapat merasakan apa jang baik untuk rakjat dan Daerah itu. Tugasnja ialah menetapkan ,,apa jang harus dikerdjakan”, jang nistjaja akan berwudjud „ia” bila itu seharusnja „ia” dan „tidak" bila itu seharusnja „tidak”.

Jang penting dalam hubungan ini, ialah bahwa tiap2 keputus-. an para pendjabat politik pada menetapkan kebidjaksanaan po­litik harus didasarkan pada rentjana, pemikiran atau pertim- bangan para pendjabat professional, jang diadjukan pada forum'

Page 121: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Lcmbaga Rakjat untuk mendapat keputusan. Baik itu rentjana Anggaran Keuangan, rentjana Peraturan Daerah, rentjana Ke­putusan maupun rentjana Pembangunan suatu Projek, semua itu dipersiapkan- oleh tenaga ahli, oleh para pendjabat professional atas petundjuk Kepala Daerah sebagai eksekutif tunggal.

Penjusunan rentjana2 itu didasarkan pada hasil research, ke- ahlian, pengalaman dan pada kedudukan dan tanggungdjawab sebagai pegawai jang mendjadi alat Daerah dan alat revolusi, jang harus mendjauhkan diri dari pengaruh sesuatu partai poli-

,tik. Pada penilaian rentjana2 itu oleh para wakil Rakjat sejogia- nja berpengaruh kejakinan politik, tetapi sebaiknja dengan sem- bojan : „M y loyalty to my party ends, where my loyalty to my local body begins”.

Bila jang direntjanakan itu diterima, maka atas dasar kebi­djaksanaan politik jang ditetapkan oleh DPRD, rentjana jang telah berbentuk keputusan via Kepala Daerah kembali ditangan pendjabat professional untuk dilaksanakan, jakni dengan djalan menjusun organisasi sebagai media, kemudian memimpin orga­nisasi itu agar tudjuan kebidjaksanaan politik DPRD tertjapai.

N jata disini bahwa masing2 golongan memegang peranan jang penting. Dalam pada itu tak boleh dilupakan bahwa dalam usaha dari rakjat, oleh rakjat dan untuk rakjat para anggota D PR D adalah unsur utama sebagai wakil rakjat, jang harus ditempatkan dan didjundjung pada forum jang wadjar. Dilam Negara para wakil rakjat senantiasa mempunjai hak ,,forum preveligiatum” untuk menondjolkan kedudukannja.

Para administrator-professional sebagai petugas Administrasi adalah organ petugas Pemerintahan. Tanpa mengurangi ni ai keachliannja, walaupuji dalam pengertian relatif karena tiap keahlian terbatas pada satu atau beberapa diantara ratusan atau-pun ribuan bidang keahlian — p ara adm inistrator-professionabertugas tanpa terlihat, karena tempat kerdjanja didalam kantor dan bukan forum terbuka para wakil rakjat.

§ 7. Korps Pamong Pradja Daerah.

, Dalam rangka rialisasi penjerahan pemerintahan umum. ma­ka dikalangan pendjabat2 jang bersangkutan timbul pertanjaan, bagaimana dengan Pamong Pradja sebagai Korps dimasa datang. Soal ini dihubungkan pada pemjataan Menteri Dalam Negeri pada tahun 1965, bahwa para pegawai dalam lingkungan De­partemen Dalam Negeri, jang digadji dari anggaran keuangan Departemen atau dari anggaran keuangan Daerah Tk. I Daerah T k . II termasuk dalam, Korps Pemerintahan Dalam Ne­geri”.

Page 122: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Baik sebagai pertanjaan, maupun sebagai pernjataan, kedua hal itu memerlukan pembahasan untuk menelaah kenjataan jang telah menimbulkan kesangsian seraja mentjari dasar dan patokan untuk pembangunan sesuatu jang baru.

Dalam pada itu dipegang nengertian, bahwa „Korps” sebagai badan atau tubuh, adalah pengedjawantahan perasaan sedjiwa, senasib dan sekepentingan himpunan petugas, jang atas dasar keahlian dan harga diri jang wadjar, mengikat diri untuk meme- lihara nama baik kesatuan itu. Sifat ikatan itu adalah demikian. sehingga apa jang dialami seorang anggota ikut dirasakan oleh, semua, seperti halnja dengan tusukan pada anggota badan jang menjajat seluruh tubuh.

Untuk mengukur keadaan sesuatu Korps, maka hendaknja digunakan faktor perbandingan. Sukar akan dapat melepaskan kesan, bahwa dibanding dengan keadaan pada berbagai Korps didalam Angkatan Bersendjata, golongan Pamong Pradja agak ketinggalan. Tubuhnja jang mendjalankan peranan jang begitu penting dalam pemerintahan, tampak dikerokoti musim pantja- roba dalam kedudukan dan tatasusunannja.

Harus diakui bahwa djabatan dan tempat Pamong Pradja. sedjak saat Proklamasi mendjadi tempat pengintjeran dan pen- dongkelan dengan alasan dan tudjuan jang menjampingkan dasar jang semestinja.

Kenjataan ini tak perlu mengherankan, bila diteliti apa jang dikatakan oleh Socrates tentang „seni memerintah” („the art of governing” : „No man undertakes a trade he has not learned. Yet every one thinks himself sufficiently qualified for the hardest of all trades — that of government”. Maksudnja adalah kurang lebih : „Tak seorang memulai suatu usaha jang ia tidak peladjari. Tetapi tiap2 orang menganggap dirinja tjukup ahli untuk men­djalankan jang tersukar dari semua usaha — jakni memerintah”.

Kenjataan jang kedua diungkapkan oleh Michael Stuwart (batja : Maikel Stuwert) tentang Modern Government (1959) jang berkata : ,,W hen the lawfully constituted government of a nation cannot govern, power goes to those who can command the support of the armed forces”. Artinja : „Bila pemerintah jang sah sesuatu bangsa tidak mampu memerintah, maka kekuasaan beralih kepada mereka jang dapat mengkomando bantuan kekuatan bersendjata”.

Kenjataan jang ketiga mempunjai legalitas pada Penpre3 6-1959 jang menanggalkan persjaratan jang berlaku bagi pendja­bat professional dengan mengkwalifikasi djabatan Gubernur Ke­pala Daerah dan Bupati Kepala Daerah sebagai djabatan politik. Dari 5 anak-tangga tatadjandjang Pamong Pradja jang diatas

Page 123: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

(Gubernur) dan jang ditengah (Bupati) diganti kwalitasnja de- ngan tjatatan bahwa mulai saat itu tidak sadja atau tidak semua Pamong Pradja dapat mengindjak anaktangga baru itu.

Kenjataan jang keempat merupakan puntjak perubahan, jang mendjadi pokok uraian buku ini. Undang2 No. 6-1959 melengkap! setjara legal perombakan tatasusunan dekonsentrasi jang men­djadi tulang-punggung Pamong Pradja untuk disesuaikan dengan Undang2 D asar 1945. Djabatan Residen dan Wedana dihapus- kan. Dinas Pamong Pradja jang semula tersusun vertikal, tinggal merupalcan kelompok pegawai pada tingkat Departemen, pada Kantor Daerah T k . I dan T k . II. Hanja para Tjamat (sementara) tetap pada kedudukannja sebagai pendjabat dalam „actieve bes- tuursdienst”.

Latarbelakang dan tudjuan kebidjaksanaan politik Pemerin­tah mengenai hal ini dengan uraian jang telah dikemukakan sudah djelas dan difahami sebaik-baiknja. Bahasa itu kini di- singgung lagi ialah dalam rangka usaha untuk djuga menduduk- kan Korps Pamong Pradja sesuai dengan situasi baru.

Harus diperhatikan pula bahwa para pendjabat Pamong Pra­dja seluruhnja, ketjuali jang bertugas di Departemen, dengan penjerahan pemerintahan umum itu didjadikan organ Daerah. sehingga selain perubahan dan peniadaan djabatan dalam susunan vertikal, terdjadi djuga pemisahan atau pengklompokan setjara horisontal. Djuga hal ini inempengaruhi tidak sedikit penjatuan setjara Korps. Selain itu disini-sana, tapi pasti kemudian bebe­rapa tahun akan lebih tampak lagi suatu faktor baru, jakni per- bedaan status sebagai pegawai Pusat dan sebagai pegawai Daerah, oleh karena pada pengisian lowongan sesudah Undang2 No. 6-1959 berlaku, Daerah berkewenangan mengangkat pendjabat Pamong Pradja jang berstatus pegawai Daerah.

Sampai demikian pembahasan sekitar faktor jang mempenga- ruhi Korps Pamong Pradja. Untuk sementara dapat disimpulkan bahwa mengenai hari depan Korps Pamong Pradja itu perlu suatu herorientasi jang mendalam dan ini harus dilakukan da­lam rangka perwudjudan ,.Korps Pemerintahan Dalam Negeri” seperti dimaksud diatas.

Jang harus dipersoalkan setjara pokok dalam hal ini ialah apa dan siapa jang akan ditjakup dalam arti Korps Pemerintah­an Dalam Negeri itu. Ada pendapat bahwa dalam arti sempit, Korps Pemerintahan itu hanja meliputi para pemegang kewe­nangan ,,memerintah”, jakni ,,Bestuurskorps”.

Bila dimaksudkan seluruh apargt jang bernaung dibawah Departemen Dalam Negeri, termasuk aparatur masing2 Daerah

Page 124: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Otonom Tk. I dan Tk. II, maka Korps itu akan meliputi seku- rang-kurangnja 1.000.000 (sedjuta) pegawai, termasuk 360.000 guru Sekolah Dasar, jang tersusun atas :a. para pegawai di Departemen Dalam Negeri,b . para pegawai Pamong Pradja, jang berstatus pegawai Pusat,

jang diperbantukan kepada Daerah2,c- para pegawai Daerah, jang berstatus pegawai otonom,d. para pegawai 16 urusan dari berbagai Departemen jang di­

perbantukan kepada Daerah.Para pegawai jang berbeda ,dalam status dan keahlian itu,

tersebar pula pada tingkat Departemen, 25 Daerah Tk. I dan 266 Daerah Tk. II, jang masing2 berstatus otonom, djadi tidak men­djadi bawahan langsung Menteri Dalam Negeri. Akan sukar kiranja mempersatukan conglomorat itu mendjadi satu ikatan dengan makna ,,Korps".

Kemungkinan tentu ada untuk membatasi ruang-lingkup Korps jang akan dibentuk, sehingga difiawah naungfn Depar­temen Dalam Negeri akan terdapat beberapa Korps. Dan jang penting pula ialah faktor2 jang ditetapkan sebagai bahan pengikat, jang hendaknja tak terlalu sempit tapi djuga tak terlalu luas untuk mewudjudkan suatu Korps dalam bentuk • jang wadjar untuk mentjapai tudjuannja, sebab pada hakekatnja Korps itu bukan tudjuan melainkan suatu media atau alat belaka.-

' /

Page 125: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

D A FTA R LAMPIRAN

U N D A N G -U N D A N G No. 6 TAHUN 1959. (Lampiran A).2. P E R A T U R A N P EM ER IN TA H No. 50 T A ­

H U N 1959. (Lampiran B)'3. P E R A T U R A N P R E SID E N No. 22 TAHUN

1963. (Lampiran C)4. IN S T R U K S I M E N T E R I DALAM NEGERI

No. 3/M DN/TAHUN 1964. (Lampiran D)5. P E N E T A P A N P R E SID E N No. 6 TAHUN

1959. (Lampiran E )6. P E N E T A P A N P R E SID E N No. 5 TAHUN

1960. (Lampiran F)-7. H A SIL S Y M P O SIU M KORPS KARYA-

W A N PA M O N G PRADJA.

Page 126: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

L a m p l r a n A .

U N D A N G -U N D A N G No. 6 TAHUN 1959 T EN T A N G

P E N J E R A H A N T U G A S - PEM ER IN TA H P U SA T D ALAM B ID A N G P E M E R IN T A H A N UM UM , PERBA N TU A N P E ­G A W A I N E G E R I DAN PEN JERAH AN KEU A N GA N N JA .

K E P A D A P EM ER IN TA H DAERAH.

P R E S ID E N R EPU BLIK IN DONESIA,

Menimbang : Bahwa berhubung dengan perkembangan ketata- negaraan dan sedjalan dengan pelaksanaan „Un- dang-undang tentang pokok2 Pemerintahan Dae­rah” 1956, maka perlu diatur penjerahan tugas2 Pemerintah Pusat dalam bidang pemerintahan umum-, perbantuan pegawai negeri dan penjerahan keuangannja, kepada Pemerintah Daerah;

M engingat : a. pasal-pasal l ajat (1), 89, 131 dan 132 jo. 142 Undang-undang Dasar- Sementara Republik Indonesia;

b. pasal-pasal 31, 32 dan 55 Undang-undang ten­tang pokok2 Pemerintahan Daerah 1956 (Lern- baran Negara tahun 1957 No. 6);

c. Undang-undang No. 10 tahun 1956 (Lembaran Negara tahun 1956 No. 22);

Dengan persetudjuan Dewan Perwakilan Rakjat :

M E M U T U S K A N , :

M enetapkan : U N D A N G -U N D A N G T EN TA N G PEN JER A H ­AN T U G A S 2 PEM ERIN TA H PU SA T DALAM

BID A N G PEM ERIN TA H A N UM UM , PER BA N ­T U A N PEG A W A I N EG ERI DAN PEN JER A H ­A N KEUANGANNJA, KEPADA P E M E R IN ­T A H DAERAH.

BAB I

K E T E N T U A N UM UM Pasal 1.

Jang dimaksud dalam Undang-undang ini dengan :a . ..D aerah ’ ialah : „Daerah Swatantra” dalam arti pasal 1 ajat

(1 ) Undang-undang tentang Pokok-pokok Pemerintahan D a-

Page 127: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

erah 1956, jang selandjutnja disebut : Undang-tfcidarig" No. 1 tahun 1957;

b. ,,Daerah' tingkat ke-I” ialah : Daerah dalam arti pasSi 2 ajat(1) sub a Undang-undang No. 1 tahun 1957;

c. ,.Daerah tingkat ke-II” ialah : Daerah dalam* arti pasal 2 Sjat(1) sub b Undang-undang No. 1 tahun 1957;

<d. ,,Dewan Perwakilan Rakjat Daerah” ialah : Dewan Perwa-kilan Rakjat Daerah dalam arti pasal 1 ajat (4 ), 5 dan Bab IV Bagian I Undang-undang No. 1 tahun 1957;

e. Dewan Pemerintah Daerah” ialah : Dewan Pemerintah Da­erah dimaksud dalam pasal 1 ajat (4), 5 jo. pasal 6 ajat (1 ) dan Bab IV Bagian II Undang-undang No. 1 tahun 1957.

BAB II

T EN T A N G TU G A S2 JANG DISERAHKAN KEPADA PEM ERIN TA H DAERAH.

Pasal 2.

Ketjuali tugas kewadjiban, kekuasaan dan kewenangan meng- -urus ketertiban dan keamanan umum, koordinasi antara djawatan* Pemerintah pusat didaerah dan antara djawatan2 tersebut dengaR

. Pemerintah Daerah serta mengenai pengawasan atas djalannja pemerintahan daerah, jang dengan Peraturan Pemerintah dapat diserahkan kepada penguasa lain, ditetapkan penjerahan, sepan­djang hal jang demikian itu belum terdjadi sebagai berikut :a. kepada Dewan Perwakilan Rakjat Daerah tingkat ke-1, dise­

rahkan tugas kewadjiban, kekuasaan dan kewenangan jang bersifat mengatur, jang menurut atau berdasarkan Undang- undang, algemene verordeningen, Peraturan Pemerintah danf atau peraturan perundangan setingkat ada pada Gouverneur/ Gubernur, Resident/Residen dan Hoofd van Gewestelijk Bes­tuur, jang didjalankan oleh Gouverneur/Gubernur/Kepala Daerah Istimewa Jogjakarta/Walikota' Djakarta Raya dan Resident/Residen;

b. kepada Dewan Pemerintah Daerah tingkat ke-I, diserahkan tugas2 kewadjiban, kekuasaan dan kewenangan ketjuali jang bersifat mengatur seperti dimaksud sub a jang menurut atau berdasarkan Undang-undang, algemene verordeningen, Per­aturan Pemerintah dan/atau peraturan perundangan setingkat ada pada Gouverneur/Gubernur,. Resident/Residen dan Hoofd

Page 128: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

van Gewestelijk Bestuur jang didjalankan oleh Gouverneur/ Gubernur/Kepala Daerah Istimewa Jogjakarta/Walikota D ja­karta Raya dan Resident/Residen;

/c. kepada Dewan Perwakilan Rakjat Daerah tingkat ke-II, di­serahkan tugas kewadjiban, kekuasaan dan kewenangan jang bersifat mengatur, jang menurut atau berdasarkan Undang- undang, algemene verordeningen, Peraturan Pemerintah dan/

atau peraturan-perundangan setingkat ada pada Regent/Bu- pati didjalankan oleh Regent/Bupati;

«d. kepada Dewan Pemerintah Daerah tingkat ke-II, diserahkan tugas-kewadjiban, kekuasaan dan kewenangan, ketjuali jang bersifat mengatur seperti jang dimaksud sub c jang menurut atau berdasarkan Undang-undang, algemene verordeningen, Peraturan Pemerintah dan/atau Regent/Bupati, W a lik o ta , Assistent Resident, Hoofd van Plaatselijk Bestuur, Pahh. Afdelingshoofd dan Onderafdelingshoofd, Districtshoofd/We- dana dan Onderdistricshoofd/Assisten Wedana, dengan na­ma apapun djuga.

Pasal 3.

(1) Tugas ja n g d ise ra h k a n terseb u t dalam p asa l 2 b e r d a s a r - 'lcan d an d alam k e a d a a n sep erti d im aksud dalam U n d an g -u n d an gNo. 10 tahun 1956, didjalankan oleh :a. Kepala Daerah, dalam hal Dewan Perwakilan Rakjat Daera

belum dibentuk;b. Dewan Pemerintah Daerah, dalam hal Dewan P erw a k ila n

Rakjat Daerah tidak dapat mendjalankan t u g a s kewadjiban,c . Kepala Daerah apabila dalam hal tersebut sub b, d j u g a Uewan

Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan kewadjibannja.(2) Dalam Pelaksanaan Undang-undang ini Und®n9 'u ‘'

.dang No. 10 tahun 1956 dimaksud ajat (1) dinjatakan beidaK bagi daerah dimaksud pasal 1 jang pembentukannja ti a dasarkan Undang-undang No. 22. tahun 1948.

BAB III

T E N T A N G PEN JERA H A N PEG A W A I

Pasal 4.

Pegawai Negeri dalam lingkungan Kementerian j -qeri, jang pada waktu berlakunja Undang-undang »ni, _ pada Kantor2 Pamong Pradja didaerah ketjuali mereka jang

Page 129: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

gadji menurut Peraturan Gadji Pegawai Negeri Sipil 1955 (P.G. P.N.-1955 termuat dalam Lembaran Negara tahun 1955 No. 48) golongan dan tingkatan F V keatas serta pegawai2 lainnja jang menurut keputusan Menteri Dalam Negeri ditetapkan perlu un­tuk mengisi formasi pada Kantor3 penguasa- jang mendjalankan tugas kewadjiban, kewenangan dan kekuasaan jang tidak dise­rahkan dimaksud pasal 2, dan ketjuali mereka jang bekerdja pada Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri, sedjak mulai berlakunja Undang-undang ini, diperbantukan kepada Pemerin­tah2 Daerah, dengan ketentuan2 sebagai berikut :a. kepada Pemerintah Daerah tingkat ke-I diperbantukan pega­

wai2 Negeri jang bekerdja pada Kantor2 Gubernur dan Kan­tor2 Residen jang ada dalam wilajah hukum sesuatu daerah tingkat ke-I;

b. kepada Pemerintah Daerah Kotapradja Djakarta Raya diper­bantukan pegawai2 Negeri jang bekerdja pada Kantor Kota pradja Djakarta Raya dan pada Kantor2 Pamong Pradja dalam wilajah hukum daerah tingkat ke-I Kotapradja Djakarta Raya;

c. kepada Pemerintah Daerah Istimewa Jogjakarta, diperbantu­kan pegawai2 Negeri jang bekerdja pada Kantor2 Pemerintah Daerah Istimewa Jogjakarta dan pada Kantor2 Pamong Pradja Daerah Istimewa Jogjakarta dalam wilajah hukum Daerah Istimewa Jogjakarta;

d. kepada Pemerintah Daerah tingkat ke-II Kotapradja, diper- ' bantukan pegawai2 Negeri jang bekerdja pada Kantor2 Kota­pradja serta pada Kantor2 Pamong Pradja dalam wilajah hu­kum Kotapradja masing2;

e. kepada Pemerintah Daerah tingkat ke-II lainnja, diperbantu­kan pegawai- Negeri jang bekerdja pada Kantor2 Kabupaten dan pada Kantor2 ’Wedana serta Kantor2 Asisten ^Vedana atau Kantor2 Pamong Pradja jang setingkat, jang ada dalam wilajah hukum daerah tingkat ke-II jang dimaksud masing2.

Pasal 5.

Daerah wadjib menerima semua pegawai jang diperbantukan,

Pasal 6.

Dalam mengisi formasi dinas2 dan bagian2 Kantor Pemerin­tah Daerah, Pemerintah Daerah mendahulukan penempatan pe­gawai2 jang diperbantukan itu sebelum mengadakan pengang- katan pegawai baru daerah.

Page 130: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Pasal 7.(1 ) Selama diperbantukan, pegawai2 jang dimaksud pasal 4,

didjamin kedudukan hukumnja sebagai pegawai Negeri.(2) Dalam mendjamin kedudukan hukum jang dimaksud

a jat (1 ) , Pemerintah Daerah mengindahkan ketentuan2 jang di­tetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.

Pasal 8.Atas permintaan Pemerintah Daerah, Menteri Dalam Negeri

dapat memperbantukan pegawai2 jang diketjualikan dalam pasal ■4 kepada Daerah jang memadjukan permintaan.

Pasal 9.(1 ) Dalam hal seorang pegawai Negeri jang diperbantukan

menginginkannja dan Pemerintah Daerah jang bersangkutan da­pat menerimanja, ia dapat beralih mendjadi pegawai daerah.

(2 ) Sedjak beralih mendjadi pegawai daerah terhadapnja berlaku peraturan2 dan ketentuan2 daerah jang bersangkutan.

BAB IVT U G A S PEM BA N TU A N PEM ERIN TA H DAERAH.

Pasal 10.Apabila penguasa2 jang mendjalankan tugas jang tidak dise-

rahkan tersebut pasal 2, disesuatu tingkat pemerintahan tidak mempunjai tjabang djawatan dan pegawai untuk mendjalankan tugas jang dimaksud, Pemerintah Daerah jang bersangkutan wa- djib membantu seperlunja.

BAB VT E N T A N G PEMBIAJAAN PERBANTUAN.

Pasal 11.Anggaran belandja pegawai dan anggiaran belandja barang

untuk pembiajaan pegawai2 Negeri jang diperbantukan, diserah­kan kepada daerah jang bersangkutan sebagai sumbangan, chu- sus untuk pembiajaan tersebut.

BAB VI.A TU R A N PELAKSANAAN DAN PERALIHAN.

Pasal 12.(1) Pelaksanaan pasal 2 dan pasal-pasal dalam Bab III

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 131: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

(2) Kesulitan jang timbul dalam pelaksanaan Undang-un- dang ini baik mengenai tafsiran, maupun dalam hal Undang- undang ini tidak memberi kepastian, diputus oleh Menteri Dalam Negeri.

(3) Djika kesulitan dimaksud dalam ajat (2) mengenai hal jang termasuk lapang tugas kewadjiban Kementerian lain, maka hal itu diputus oleh Menteri jang bersangkutan bersama Menteri Dalam Negeri.

P E N U T U P

Pasal 13.

Segala ketentuan jang bertentangan dengan Undang-undang ini sedjak saat berlakunja Undang-undang ini, tidak berlaku lagi.

. Pasal 14.Undang-undang ini dapat disebut „Undang-undang Penje-

xahan Pemerintahan Umum”.

Pasal 15.

Undang-undang ini mulai berlaku pada hari jang akan dite­tapkan dengan Peraturan Pemerintah setjara daerah demi daerah atau setjara lain.

Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja, memerintah- kan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Djakarta pada tanggal 24 Maret 1959.

PR E SID EN R EPU BLIK IN D O N ESIA , t.t.d.

SOEKARNO.t.t.d.

DJUANDA.M E N T E R I DALAM N EG ER I.

t.t.d.SANOESI HARDJADINATA

Diundangkan pada tanggal 25 Maret 1959.M E N T E R I KEHAKIMAN,

t.t.d.G.A. MAENGKOM.LEM BA RA N NEGARA TA H U N 1959 No. 15

Page 132: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

P E N D J E L A S A N

UNDANG-UNDANG No. 6 TAHUN 1959.

Tentang

-PENJERAHAN T U G A S2 PEM ERINTAH PUSA T DALAM BIDA N G PEM ERIN TA H A N UMUM, PERBANTUAN P E ­G A W A I N EG ER I DAN PENJERAHAN KEUANGANNJA,

KEPADA PEM ERINTAH DAERAH.

I. U M U M

1. Sistim jang dianut oleh Undang-undang tentang Pokok- pokok Pemerintah Daerah 1956 (Undang-undang No. 1/1957),

-berbeda dengan sistim ,.otonomi materieel” jang digunakan oleh Undang-undang No. 22/1948 N.R.I. ■— ialah jang dalam intinja menjatakan bahwa urusan rumah tangga daerah diatur oleh Pe­merintah Daerah, sehingga segala urusan jang tidak atau belum diatur oleh Pemerintah Pusat atau Daerah tingkat atas dapa|S diatur oleh daerah.

Penjelesaian jang memuaskan ialah memang sesuatu sistim jang dapat memberikan perimbangan sehat antara tugas kepen- tingan, kemampuan dan perkembangan tenaga.

Pemetjahan masalah, dasar dan isi otonomi disandarkan ke­pada faktor2 jang rieel, pada kepentingan, kemampuan dan ke- kuatan daerah jang njata, sehingqa dengan demikian diusahakan terwudjudnja keinginan umum dalam masjarakat itu, sesuai dengan •keadaan dan susunan sewadjarnja. Dari itu sistim pemberian otonomi ini 'disebut ,,otonomi rieel”.

Dalam rangka sistim itu. pada hakekatnja, untuk mengada- Ican perintjian jang tegas - baik tentang urusan rumah tangga -daerah maupun jang termasuk tugas Pemerintah Pusat ■—- kiranja tidak mungkin, karena pertelaan setjara terperintji demikian itu sesungguhnja tidak akan sesuai dengan gaja perkembangan ke- hidupan dan kemampuan masjarakat didaerah.

2. Urusan2 Pusat — termasuk lapang pemerintahan umum -—■ dewasa ini diselenggarakan oleh aparatur tiap Kementerian. Menurut sifatnja dan sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan ,daerah, setjara lambat-laun selaras dengan djiwa Undang-undang No. 1/1957 diantara urusan2 itu banjak jang dapat dan harus diserahkan kepada daerah.

Sadar akan itu, Pemerintah menimbang sudah waktunja un­tuk lebih mempergiat usahanja karena penambahan penjerahan

Page 133: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

urusan Pemerintah Pusat untuk dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, agar Pemerintah Daerah dapat berkembang setjara luas.

3. Dilihat dari segi perkembangan ketata-negaraan di Indo-. nesia, Undang-undang No. 1/1957 itu menentukan susunan pe- merintah daerah jang baru sama sekali dengan unsur2 jang chusus.

Kewenangan umum (bestuur) ketjuali djika ditetapkan lain akan berada dalam organ pemerintahan daerah jaitu Dewan Perwakilan Rakjat Daerah atau Dewan Pemerintah Daerah jang bertindak kollegiaal dengan Ketua Dewan Pemerintah Daerah, jang didjabat oleh Kepala Daerah jang ditetapkan dengan djalan pemilihan.

Dengan demikian maka didaerah akan ada hanja satu Peme­rintah Daerah jang berarti bahwa dalam mendjalankan kekuasaan, tugas dan kewadjiban Pemerintah Daerah tidak ada wakil/' pedjabat Pemerintah Pusat jang mempunjai dan mendjalankan wewenang umum (bestuur) sehari-hari dalam bidang jang telah mendjadi kekuasaan, tugas dan kewadjiban Pemerintah Daerah, sebagaimana lazim melekat pada dan didjalankan oleh pedjabat Pamongpradja sekarang.

Dengan pokok pikiran dimaksud diatas, maka penjerahan tugas2 Pemerintah Pusat kepada Daerah tidak lagi merupakan sekedar pemberian urusan2 (funksi2) belaka kepada daerah, akan tetapi penjerahan itu bersifat memberikan pertanggungandjawab kemasjarakatan sedaerah, sehingga tanggungdjawab dari pada jang disebut „bestuurs-voering” beralih dari pedjabat/petugas Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.

Dalam mendjelang masa terlaksana sepenuhnja dasar2 pokok jang ditudju, maka dua matjam usaha harus dikerdjakan dengan penuh tanggungdjawab berdasarkan pertimbangan2 jang bidjak- sana, ialah :1. Pemberian c.q. penjerahan hak dan kewadjiban oleh Peme­

rintah Pusat kepada Daerah tingkat ke-I atau tingkat ke-II disegala lapangan jang wadjar;

2. Kedudukan Pamong Pradja pada keadaan baru disesuaikan dengan usaha2 mengisi otonomi daerah se-luas2nja;

4. Pada azasnja semua tugas kewadjiban, kekuasaan dan kewenangan Pamong Pradja, ketjuali beberapa soal jang tetap ditangan Pemerintah Pusat dengan sekaligus diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

Dalam pada itu tidak boleh dilupakan, bahwa bagi daerah2 jang kini masih dalam pertumbuhan sudah tentu sukar bahkan tidak mungkin dapat menerima dan mendjalankan dengan baik

Page 134: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

beratus-ratus tugas kewadjiban, kekuasaan dan kewenangan P a- mong Pradja tersebut, apabila ini dengan sekaligus diserahkan kepadanja. Oleh karena itu dari melihat pertumbuhan tersebut tidak akan dapat sama pesat diseluruh Negara, maka didalam Undang-undang ini perlu dimuat suatu ketentuan jang menetap­kan bahwa berlakunja ialah pada hari jang ditentukan oleh Per- •aturan Pemerintah setjara daerah demi daerah atau untuk bebe- -’rapa daerah dan pada sesuatu kesatuan daerah.

5. Untuk mendjalankan tugas2 jang diserahkan itu, maka 'sudah sewadjarnja, bahwa harus tersedia aparatur jang mampu. -Karena itu, maka semua pegawai lingkungan Kementerian Da- lam Negeri, jang sebelumnja mendjadi pelaksana dari tugas2 tersebut, ketjuali beberapa golongan tertentu, diperbantukan ke­pada Daerah2 Swatantra jang bersangkutan. Dalam Undang- undang ini dimuat beberapa pasal, jang bertudjuan mendjamin kedudukan mereka sebagai pegawai Negeri selama mereka di­perbantukan kepada Daerah Swatantra, pasal tentang kemung- kinan mereka beralih dan mendjadi pegawai daerah dan se- bagainja.

6. Dimana ditetapkan kewadjiban Pemerintah Daerah Swa- "fantra untuk menerima pega\vai jang diperbantukan itu, kewa- sdjtban untuk mempekerdjakan mereka setjara tepat guna (effi­cient) dan mendahulukan mempekerdjakan mereka sebelum Pe­merintah Daerah mengangkat pegawai baru daerah dan sebagai- nja, maka pasal 12 menentukan, bahwa anggaran belandja pegawai dan anggaran belandja barang jang dalam anggaran belandja .Kementerian Dalam Negeri tersedia untuk membiajai pegawai2 jang dengan Undang-undang ini dipergunakan kepada Pemerin­tah Daerah diserahkan sebagai sumbangan kepada daerah jang bersangkutan.

II. PEN D JELA SA N PASAL DEMI PASAL.

Pasal 1.

a. Mengenai daerah tingkat ke-I tjukup kiranja ditundjuk pada pasal2 ajat (1) sub a dan pasal 2 ajat (2) Undang-undang No. 1/1957.’

b. Mengenai daerah tingkat ke-II tjukup kiranja ditundjuk pada pasal 2 ajat (1) sub b Undang-undang No. 1/1957. Perlu disini ditjatat bahwa semua Kota Besar dan Kota Ketjil jang di-

,'bentuk berdasarkan Undang-undang No. 22/1948 N.R.I., sedjak mulai berlakunja LIndang-undang No. 1/1957 itu, mendjadi Ko­tapradja, dimaksud dalam pasal 2 Undang-undang tersebut. Pula .termasuk daerah tingkat ke-II antara lain :

Page 135: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

1. daerah2 dalam Propinsi Sulawesi jang masih berdasarkan Undang-undang Negara Indonesia Timur No. 44/1950, j°-" pasal 73 ajat (4) Undang-undang No. 1/1957.

2. Kota Makasar menurut S. 1946 ■— 17 jo. S.G.O.B.c. Tentang penetapan Daerah Istimewa ditundjuk pada pa"'

sal 1 ajat (1) dan pasal 2 ajat (2) Undang-undang No. 1/1957-

Pasal 2.Tugas kewadjiban, kekuasaan dan kewenangan Pamong P ra­

dja jang diserahkan kepada daerah tingkat ke-I dan t i n g k a t ke-II itu, menilik sifatnja dapat dibagi dalam dua golongan :a. jang bersifat mengatur,b. jang bersifat lain (pelaksanaan).

i Pasal 3.Pasal ini bersifat provisionil, agar merupakan suatu pegang-'

an, serta untuk memberi dasar hukum terutama kepada Kepala Daerah jang karena keadaan seperti termaksud, perlu melak- sanakan tugas.

Pasal 4.Semua pegawai Negeri dalam lingkungan Kementerian D a '

lam Negeri, ketjuali jang bekerdja pada kantor Pusat Kemen-' terian, dan mereka jang bekerdja diluar-Kantor Pusat Kemen­terian jang dalam P.G.P.N. 1955 digadji menurut golongan dart tingkat F V keatas dan mereka jang menurut keputusan M enteri Dalam Negeri dipekerdjakan pada penguasa2 jang mendjalankan tugas2 jang tidak diserahkan seperti jang dimaksud pasal 2!,-- diperbantukan kepada Pemerintah Daerah jang bersangkutan.

Pasal 5.Untuk kepentingan kelangsungan serta mendjamin kelan-'

tjaran penjelenggaraan tugas2 jang diserahkan dan lazim diker-' djakan oleh pegawai-Negeri jang bersangkutan, maka daerah' tidak dapat menolak menerima pegawai dimaksud sebagai pega-^ wai jang diperbantukan.

Pasal 6.Pemerintah daerah harus terlebih dahulu mempekerdjakari

semua pegawai jang diperbantukan itu dimana sadja, menempat- kan setjara efficient mungkin, dan sebelum itu tidak mengang- kat pegawai baru daerah; jang demikian itu untuk tidak mem-- beratkan anggaran belandja daerah dengan pengeluaran2 jang tidak perlu.

Page 136: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

H al ini tidak mengurangi kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan dalam pasal 53 Undang2 No. 1 tahun 1957, untuk m engatur soal2 kepegawaian daerah dalam menjusun aparatur pem erintahan daerah jang diperlukan sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 7.

Ketentuan dalam pasal ini tidak mengurangi prinsip bahwa pegaw ai jang diperbantukan itu berada dibawah. pimpinan De- -wan Pem erintah D aerah (pasal 51 Undang-undang No. 1/1957).

Pasal 8.T ju k u p djelas.

\Pasal 9.

Pasal ini memungkinkan peralihan pegawai negeri jang di­perbantukan untuk mendjadi pegawai daerah. Sedjak mendjadi pegaw ai daerah, terhadap pegawai tersebut tidak lagi berlaku peraturan- jang berlaku bagi pegawai Negeri, tetapi jang berlaku bag in ja ialah se-m ata2 peraturan2 daerah jang bersangkutan.

Pasal 10.

O leh karena tugas2 jang bersifat nasional diketjualikan dari penjerahan ini, masih ada tugas jang sampai kini didjalankan oleh Pam ongpradja jang tidak diserahkan.

M ungkin sekali diwilajah hukum sesuatu Pemerintah Daerah m isalnja pada niveau Pemerintah Daerah Swatantra tingkat II. pada niveau K antor ^Vedana atau kantor Asisten VV edana atau kantor jang setingkat penguasa2 jang mendjalankan tugas3 jang tidak diserahkan itu, tidak mempunjai aparatur. Dalam hal jang dem ikian, pemerintahan daerah jang bersangkutan dengan apa- raturn ja w adjib me'mbantu seperlunja-

Kew adjiban membantu seperlunja ini, ialah bahwa pegawai3 jang bersangkutan jang sebelum diserahkan sebagai pegawai jang diperbantukan kepada daerah mendjalankan tugas jang tidak diserahkan itu, akan tetapi dapat diserahi mendjalankan tugas itu untuk Pemerintah Pusat.

M isaln ja para polisi Pamongpradja jang akan diperbantukan kepada daerah dengan setahu Dewan Pemerintah Daerah dapat diw adjibkan untuk memberi bantuannja dibidang keamanan dan ketertiban umum,

T ja ra w adjib membantu itu dapat dipandang dan diperguna­kan sebagai persiapan2 mendjelang daerah mempunjai kewenang­an itu.

Page 137: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Pasal 11.Seperti diterangkan dalam pendjelasan umum, maka peiife-

rahan anggaran belandja pegawai dan anggaran belandja barangv jang tersedia bagi pembiajaan pegawai2 jang dengan berlakunja Undang-undang ini mendjadi pegawai jang diperbantukan, adalah perlu bagi Pemerintah Daerah untuk dapat mentjukupi pembiaja- an mereka.

Pasal 12.Tjukup djelas.

Pasal 13.Tjukup djelas.

Pasal 14.Tjukup djelas.

Pasal 15.Dapat difahami, bahwa diperlukan persiapan2 jang tjermat

untuk melaksanakan dengan lantjar Undang-undang ini, jang membawa akibat2 jang begitu Iuas itu dalam daerah2 jang de­wasa ini dalam taraf perkembangan jang beraneka-warna. Karena. itu ditetapkan ketentuan2 dalam pasal ini, jang pendjelasannja sudah diuraikan dalam pendjelasan umum diatas.

Diketahui : M E N T E R I K EH A K IM A N

t.t.d.G.A. M A EN G K O M .

Termasuk Lembaran-Negara No. 15 tahun 1959.

Page 138: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Lampiran B.

P E R A T U R A N P E M E R IN T A H N O . 50 TA H U N 1963T E N T A N G

a ?r BER LA K U N JA DAN PELAKSANA­A N U N D A N G -U N D A N G PEN JER A H A N PEM ERIN TA H A N

U M U M .

P R E S ID E N R E P U BLIK INDONESIA-

Menimbang . a- bahwa berhubung dengan perkembangan ke- tatanegaraan, chususnja mengenai Pemerintah­an Daerah dianggap perlu segera menetapkan pernjataan mulai berlakunja dan pelaksanaan Undang-undang Penjerahan Pemerintahan U- mum (Undang-undang No. 6 tahun 1959, Lembaran Negara tahun 1959 No. 15) untuk seluruh wilajah Negara Repiiblik Indonesia;

b. bahwa pelaksanaan Undang-undang itu perlu lsesuaikan dengan ketentuan-ketentuan da-

Jam Ketetapan M .P.R .S. No. II/MPRS/1960, enetapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disem­

purnakan) dan Penetapan Presiden No. 5 ta- un 1960 (disempurnakan) beserta peraturan

peraturan pelaksanaannja dan Penetapan Pre­siden No. 2 tahun 1961;

Mengingat . 1. pasal 5 ajat 2 Undang-undang Dasar;2. pasal 2, 12 ajat (1) dan 15 „Undang-undang

Penjerahan Pemerintahan Umum" (Undang- undang No- 6 tahun 1959, Lembaran Negara tahun 1959 No. 15);

l 3. ,,Undang-undang tentang Pokok-pokok Peme­rintahan Daerah 1956” (Undang-undang No.1 tahun 1957, Lembaran Negara tahun 1957 No. 6) jang sedjak itu telah diubah, berhu- bungan dengan Penetapan-penetapan Presi­den No. 6 tahun 1959 (disempurnakan) ,No. 5 tahun 1960 (disempurnakan), dan No. 2 tahun 1961 (berturut-turut dimuat dalam Lembaran Negara tahun 1959 No. 94, tahun 1960 No. 6 dan tahun 1961 No. 274);

4- Ketetapan M P .R .S . No. II/MPRS/1960 (Lem­baran Negara tahun 1960 No. 152);

Page 139: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Mendengar : Menteri Pertama, Wakil Menteri Pertama Bidang Dalam Negeri dan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah;

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN PEM ERIN TAH T EN T A N G PERNJATAAN MULAI BERLAKUN JA DAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG P E N JE ­RAHAN PEM ERINTAHAN UM UM .

BAB I.

PERN JA TA A N MULAI BERLAKUNJA UNDANG-UNDANG PENJERAH AN PEM ERIN TA H U M UM .

• Pasal 1.

Undang-undang Penjerahan Pemerintahan Umum (Undang- undang No. 6 tahun 1959, Lembaran Negara tahun 1959 No. 15) berlaku untuk seluruh wilajah Negara Republik Indonesia mulai pada hari diundangkannja Peraturan Pemerintah ini.

BAB II.^ i

PELAKSAN AAN PENJERAHAN TU G A S2 P EM ER IN T A H P U SA T DALAM BIDANG PEM ERIN TA H A N U M U M .

BAGIAN I.Tugas2 jang diserahkan.

Pasal 2.(1 ) Kepala Daerah tingkat I bersama-sama Dewan Perwa-

kilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Daerah tingkat I men­djalankan tugas kewadjiban, kekuasaan dan kewenangan, jang bersifat mengatur, jang menurut atau berdasarkan 'Undang- undang, algemeene verordeningen, Peraturan Pemerintah dan/atau peraturan-perundangan setingkat ada pada Gouverneur/Gubernur, Resident/Residen dan Hoofd van Gewestelijk Bestuur, jang di- djalankan oleh Gouverneur/Gubernur/Kepala Daerah Istimewa Jogjakarta/Kepala Daerah, Chusus Ibukota Djakarta Raya darr Resident/Residen.

(2) Kepala Daerah tingkat I mendjalankan tugas kewadjib­an. kekuasaan dan kewenangan, ketjuali jang bersifat mengatur,

Page 140: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

seperti dimaksudkan pada ajat (1) pasal ini, jang menurut atau berdasarkan Undang-undang, algemeene verordeningen, Pera-' .turan Pemerintah dan/atau. peraturan-perundangan setingkat ada pada Gouverneur/Gubernur, Resident/Residen dan Hoofd van Gewestelijk Bestuur jang didjalankan oleh Gouverneur/Gu- bernur/Kepala Daerah Istimewa Jogjakarta/Kepala Daerah chusus Ibu-kota Djakarta Raya dan Resident/Residen.

(3) Kepala Daerah tingkat II ber-sama2 dengan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Daerah tingkat II mendjalankan tugas kewadjiban, kekuasaan dan kewenangan, jang bersifat mengatur jang menurut atau berdasarkan Undang- undang, algemeene verordeningen, Peraturan Pemerintah dan/ atau peraturan-perundangan setingkat ada pada Regent/Bupati didjalankan oleh Regent/Bupati.

(4 ) Kepala Daerah tingkat II mendjalankan tugas kewa­djiban kekuasaan dan kewenangan, ketjuali jang bersifat mengatur, seperti jang dimaksudkan pada ajat (3) pasal ini, jang menurut atau berdasarkan Undang-undang, algemeene verordeningen, Peraturan Pemerintah dan/atau peraturan-perundang an setingkat ada pada Regent/Bupati, W alikota, Assistent Resident, Hoofd van Plaatselijk Bestuur, Patih, Afdelingshoofd dan Onderafde- Iingd. Disrictshoofd/Wedana dan Onderdistrictshoofd/Assistent W edana atau pendjabat2 setingkat dengan sebutan lain dari' padanja-

BAGIAN II.

Tugas2 jang diketjualikan.

Pasal 3.(1 ) Dengan tidak mengurangi tugas kewadjiban, kekuasaan

dan kewenangan Kepala Daerah tingkat I dan Kepala Daerah tingkat II berdasarkan pasal 14 ajat (2) Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disempurnakan) dan peraturan perundangan lain jang berlaku, maka tugas2 jang diketjualikan sebagaimana di-- maksudkan dalam pasal 2 ,,Undang-undang Penjerahan Perne-- rintahan Umum jang hingga pada saat mulai berlakunja Per-- aturan Pemerintah ini :a. masih didjalankan oleh Residen, beralih pada dan didjalan--

kan oleh Kepala Daerah tingkat I jang bersangkutan dalam kedudukannja sebagai alat Pemerintah Pusat,

b. masih didjalankan oleh Patih dan Wedana atau pendjabat setingkat dengan sebutan2 lain dari padanja, beralih pada dan didjalankan oleh Kepala Daerah tingkat II jang bersangkutan. dalam kedudukannja sebagai alat Pemerintah Pusat.

Page 141: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

(2) Dengan tidak mengurangi ketentuan2 lain dalam P ef" aturan Pemerintah ini dan dengan mengingat ketentuan d a l a m pasal 4 sub f, sebelum ada ketentuan lain, maka tugas kewadjiban, kekuasaan dan kewenangan jang melekat pada djabatan A s s is te n Wedana/Tjamat atau pendjabat setingkat dengan sebutan2 lain dari padanja tetap didjalankan oleh pendjabat termaksud.

BAGIAN III.

PER BA N TU A N PEG A W A I N EG ERI KEPADA P E M E R IN ­TAH DAERAH.

Pasal 4.

Pegawai Negeri dalam lingkungan Departemen P e m e rin ta h - a n Umum dan Otonomi Daerah jang pada waktu mulai b e r la k u ­nja Peraturan Pemerintah ini bekerdja :a- pada kantor Kepala Daerah tingkat I, diperbantukan kepada

Pemerintah Daerah tingkat I jang bersangkutan;!>• pada kantor Kepala Daerah Chusus Ibu-kota Djakarta R aya,

dan pada kantor Pamong Pradja dalam wilajah Daerah Chu­sus'Ibu-kota Djakarta Raya, diperbantukan kepada Pemerin­tah Daerah Chusus Ibu-kota Djakarta Raya;

c. pada kantor Kepala Daerah Istimewa Jogjakarta, diperban- lukan kepada Pemerintah Daerah Istimewa Jogjakarta;

d. pada kantor Residen dalam wilajah sesuatu Daerah tingkat I, diperbantukan kepada Pemerintah Daerah tingkat I jang ber­sangkutan;

e. pada kantor Kepala Daerah tingkat II, pada kantor W ed ana dan pada kantor Asisten Wedana/Tjamat atau kantor P a­mong Pradja jang setingkat dalam wilajah Daerah tingkat II, diperbantukan kepada Pemerintah Daerah tingkat II jang bersangkutan, dengan ketentuan bahwa para Asisten W ed a­na/Tjamat atau para pendjabat setingkat dengan sebutan lain, dan para pegawai pada kantor2 tersebut tetap berkedu- dukan ditempatnja masing2.

Pasal 5.

(1) Perbantuan pegawai negeri pada Pemerintah Daerah termaksud dalam pasal 4 dilakukan dengan surat keputusan M en­teri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah atau pendjabat jang ditundjuknja.

(2) Atas dasar surat-keputusan termaksud pada ajat ( I ) Kepala Daerah jang bersangkutan menetapkan surat-keputusan untuk mempekerdjakan pegawai tersebut dengan mengindahkan petundjuk Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah.

Page 142: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

(3 ) Penempatan dan pemindahan pegawai negeri jang di- perbantukan pada Pemerintah Daerah dalam wilajah Daerah, diselenggarakan menurut peraturan jang berlaku.

(4 ) M enteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah da­pat memindahkan pegawai negeri jang diperbantukan. pada Peme­rintah D aerah ke Daerah lain dengan mendengar pertimbangan Kepala D aerah jang bersangkutan.

(5 ) Penetapan dan/atau kenaikan pangkat pegawai. negeri fang diperbantukan diselenggarakan oleh Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah atau pendjabat jang ditundjuknja dengan memperhatikan pertimbangan Kepala. Daerah jang ber­sangkutan.

(6 ) Kenaikan gadji berkala, pemberian istirahat, baik istira­hat tahunan dan istirahat besar, maupun istirahat karena sakit dan sebagainja dari pada pegawai negeri jang diperbantukan di­tetapkan oleh Kepala Daerah menurut peraturan jang berlaku bagi pegawai Negeri dan diberitahukan kepada Menteri Peme­rintahan Umum dan Otonomi Daerah.

BA GIAN IV .Harta ben da.

Pasal 6.

(1 ) M ulai saat pelaksanaan penjerahan Pemerintahan U- mum, taman, bangunan, gedung dan barang tidak bergerak lainnja, ja n g sampai pada saat tersebut dikuasai dan dipergunakan untuk kepentingan penjelenggaraan urusan Pemerintahan Umum jang m endjadi urusan Daerah, diserahkan kepada Daerah untuk di­kuasai dan dipergunakan Daerah guna kepentingan penjeleng- g a ra a n urusan tersebut oleh Menteri Pemerintahan Umum dan O tonom i D aerah atau pendjabat jang ditundjuknja, bila per u sete lah memperoleh persetudjuan Departemen lain jang bersang­kutan.

(2 ) Bahan, perkakas, perlengkapan kantor d a n barang ber­gerak lainnja jang ada pada saat pelaksanaan p e n je r a h a n an dipergunakan untuk kepentingan penjelenggaraan urusan e m e - rintahan Umum jang mendjadi urusan Daerah d is e r a h k a n epa a D aerah untuk mendjadi miliknja.

Pasal 7.(1 ) Mulai saat pelaksanaan penjerahan P e m e r in t a h a n U-

jnum semua hutang-piutang jang bersangkutan dengan urusan jang diserahkan kepada Pemerintah Daerah m endjadi tanggung-

Page 143: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

an dan diselesaikan oleh Daerah jang bersangkutan, dengan ke­tentuan, bahwa soal2 jang timbul dapat diadjukan kepada Depar­temen Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah untuk znen- dapat penjelesaian-

(2) Hutang-piutang jang belum atau sedang dalam penje­lesaian Departemen Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah tetap mendjadi beban dan diselesaikan oleh Departemen.

BAGIAN V.

Ketentuan pelaksanaan penjerahan

Pasal 8.

■'(1) Pelaksanaan penjerahan Pemerintahan Umum bagi se­suatu Daerah dilakukan dengan Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah atas usul Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Daerah tingkat I jang bersangkutan.

(2) Pelaksanaan penjerahan termaksud dalam ajat (1) harus sudah selesai selambat-lambatnja pada achir tahun 1965.

BAGIAN VI.

Ketentuan Peralihan.

Pasal 9.

Peraturan2 dan Keputusan2 dengan segala akibat hukumnja mengenai Pemerintahan Umum jang mendjadi urusan Daerah, jang dahulu ditetapkan oleh penguasa2 berwenang didaerah, mu- lai saat pelaksanaan penjerahan termaksud dalam. pasal 8 berlaku terus sebagai peraturan dan keputusan Pemerintah Daerah jang bersangkutan, sepandjang tidak bertentangan dengan peraturan3 jang berlaku, hingga diubah, ditambah, ditjabut atau ditethpkan kembali oleh Pemerintah Daerah termaksud. %

BAB III.

K ETEN TU A N PEN U TU P.

Pasal 10.

Dengan tidak mengurangi ketentuan2 jang ditetapkan dalam pasal 12 ajat^(2) dan (3) ,,Undang-undang Penjerahan Pemerin­tahan Umum”, maka kesulitan2 jang timbul dalam melaksanakan peraturan ini diputus oleh Menteri Pemerintahan Umum dan -Otonomi Daerah.

Page 144: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Pasal 11.

Dalam hal melaksanakan segala ketentuan dalam Undang- undang No. 6 tahun 1959 dan Peraturan Pemerintah ini, untuk Daerah Chusus Ibukota Djakarta Raya perkataan Menteri Peme­rintahan Umum dan Otonomi Daerah dibatja Menteri Pertama.

Pasal 12.

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada hari diundang- kannja.

Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja memerintah- kan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatau dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Djakarta pada anggal 25 September 1963.

P R E SID E N R EPU BLIK IN DO N ESIA, .ttd.

SU KA RN O

Diundangkan di Djakarta pada tanggal 25 September 1963.

S E K R E T A R IS NEGARA, ttd.

m o h d . i c h s a n .

'LEM BA RA N NEGARA TA H U N 1963 No. 96

Page 145: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

P E N D J E L A S A N

A TA S

P E R A T U R A N PEM ER IN TA H No. 50 TA H U N 1963

T EN TA N G

PER N JA T A A N M U LA I BERLA KUN JA dan PELAKSAN AAN U N D A N G -U N D A N G PEN JERAH AN PEM ER IN TA H A N

UM UM .

U M U M .

1. Sesudah diadakan perobahan2 dibidang PemerintahanDaerah sebagaimana termaktub dalam Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disempurnakan) dan No. 5 tahun 1960 (disempur­nakan), maka kini dipandang tibalah saatnja untuk melaksanakan penjerahan tugas2 Pemerintah Pusat dalam bidang Pemerintahan Umum, sebagai jang dimaksudkan dalam Undang-undang No. 6 tahun 1959 (Lembaran Negara tahun 1959 No. 15). ,

2. Pada hakekatnja pelaksanaan Undang-undang No. 6 ta­hun 1959 itu merupakan suatu tindakan dalam bidang politik dekonsentrasi dan desentralisasi menudju ke pemberian otonomi jang riil dan luas kepada Daerah2, seperti jang ditandaskan dalam Pendjelasan Umum Penetapan Presiden No. 6/1959 (disempurna­kan).

Disamping itu djuga menurut Ketetapan M .P .R S- No. II/ MPRS/1960, Undang-undang No. 6 tahun 1959 harus didjalan- kan dengan seksama (Lampiran A, ad III, § 395, angka 18)

3. Dalam pada itu pelaksanaan Undang-undang No. 6 tahun1959 dengan sendirinja harus disesuaikan dengan perobahan2 dibidang Pemerintahan Daerah seperti dikemukakan diatas pada angka 1.

Oleh karena itu, maka jang dimaksudkan dengan Pemerintah Daerah dalam Peraturan Pemerintah ini ialah Pemerintah Daerah menurut Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disempurnakan), demikian djuga Dewan Perwakilan Rakjat Daerah harus diar- tikan sebagai Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong sebagaimana dimaksudkan dalam Penetapan Presiden No. 5 tahun1960 (disempurnakan).

4. Selandjutnja Ketetapan M .P.R.S. No- II/MPRS/1960 me­ngenai bidang Pemerintahan Daerah, antara lain menghendaki :

Page 146: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

a- isi otonomi harus riil dan luas. Mengenai Otonomi Daerah hendaknja diberi otonomi jang se~luas2nja sesuai dengan Un- dang-undang No. 1 tahun 1957, menurut kemampuan tiap2 D aerah (Lampiran A, ad. I l l § 393, angka 4);

b . politik otonomi dan desentralisasi harus stabil dengan mem- beri lebih banjak kepertjajaan pada Daerah2 (Lampiran A, ad. Ill, § 395, angka 19);

5. Dalam hendak mendjalankan dengan seksama penjerah- an Pemerintahan llmum kepada Daerah, maka perlu diindahkan h al2 jang berikut :a . Kepala D aerah adalah alat Pemerintah Pusat dan alat Peme­

rintah D aerah, pasal 14 ajat (1) Penetapan Presiden No- 6 tahun 1959 (disempurnakan);

b . sebagai alat Pemerintah Pusat Kepala Daerah mendjalankan tugas seperti dimaksudkan pada pasal 14 ajat (2) sub a, b, c dan d Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disempurnakan), dan dengan demikian sudah ada penetapan tentang alat-per- lengkapan jang mendjalankan tugas2 jang diketjualikan ter- maksud pada pasal 2 Undang-undang No. 6 tahun 1959;

c- sebagai alat Pemerintah Daerah Kepala Daerah mendjalankan kekuasaan eksekutif jang tidak bersifat koligial akan tetapi djuga tidak meninggalkan dasar permusjawaratan (pasal 14 a ja t (3 ) Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disempurna­k an );

d . anggota2 Badan Pemerintah Harian adalah pembantu2 Kepala D aerah dalam Urusan-urusan dibidang rumah tangga Daerah (otonomi) dan tugas pembantuan dalam pemerintahan (pasal 16 Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disempurnakan);

c . Kepala D aerah ber-sam a2 dengan Dewan Perwakilan Rakjat D aerah Gotong Rojong mendjalankan kekuasaan, tugas dan kewadjiban Pemerintah Daerah dibidang legislatif (Pasal 13

- Penetapan P r e s i d e n No. 5 ta h u n 1960 ( d is e m p u rn a k a n ) .

6. Berhubung dengan itu, ketentuan pasal 2 ,,Undang-undang P e n je r a h a n Pemerintahan Umum" tentang penentuan instansi jang menerima p e n je r a h a n tugas Pemerintahan Umum perlu disesuai-- k a n sehingga berbunji sebagai jang termaktub dalam pasal 2 P e r a t u r a n Pemerintah ini.

7. Kekuasaan, tugas dan kewadjiban Kepala Daerah sebagai alat Pemerintah Pusat termaktub dalam pasal 14 ajat (2) Pene­tapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disempurnakan), ialah jang

Page 147: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

menurut peraturan-perundangan jang berlaku dilakukan oleh Gubernur untuk Daerah tingkat I dan oleh Bupati/Walikota untuk Daerah tingkat II/Kotapradja.

Dengan demikian perlu diadakan pengaturan lebih landjut tentang jang mendjalankan tugas kewadjiban, kekuasaan dan kewenangan termaksud jang melekat pada Residen, Patih, W e ­dana dan Tjamat.

Tugas2 jang :a. masih didjalankan oleh Residen, beralih dan didjalankan oleh

Kepala Daerah tingkat I jang bersangkutan dalam keduduk­annja sebagai alat Pemerintah Pusat;

b. masih didjalankan oleh Patih dan W edana atau pendjabat setingkat dengan sebutan2 lain dari padanja, beralih dan di­djalankan oleh Kepala Daerah tingkat II jang bersangkutan, dalam kedudukannja sebagai alat Pemerintah Pusat-

8. Adapun mengenai tugas kewadjiban, kekuasaan dan ke­wenangan termaksud diatas jang melekat pada Asisten-Wedana/ Tjam at atau pendjabat setingkat dengan sebutan2 lain dari pada- jang dikehendaki oleh Ketetapan M .P .R S, No. II/MPRS/196G § 392, sampai ada peraturan lebih landjut, tetap didjalankan oleh pendjabat termaksud.

Tugas2 Asisten-Wedana/Tjamat jang berdasarkan pasal 2 Undang-undang No. 6 tahun 1959 harus diserahkan kepada Daerah, jang diatur lebih landjut dalam pasal 2 Peraturan Pe- merintah ini, oleh Kepala Daerah tingkat II kemudian dapat ditugaskan kembali kepada para Asisten-Wedana/Tjamat.

Dengan demikian para Tjamat melandjutkan tugas2 itu ber­dasarkan kewenangan sendiri berdasarkan peraturan jang ber­sangkutan.

Selandjutnja jang dimaksudkan dengan pegawai negeri da­lam lingkungan Departemen Pemerintahan Umum dan Otortomi Daerah jang bekerdja pada kantor Kepala Daerah Chusus Ibu- kota Djakarta Raya dan kantor Pamong Pradja dalam wilajah Daerah Chusus Ibu-kota Djakarta Raya, jalah para pegawai negeri dalam lingkungan Departemen Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah jang sekarang tidak lagi dalam lingkungannja, melainkan berada dalam lingkungan Menteri Pertama sesuai dengan Penetapan Presiden No. 2. tahun 1961.

PA SA L D E M I PASAL.

Pasal 1. Tjukup djelas.

Page 148: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Pasal ini adalah penjesuaian sebagai termaksud dalam pen­djelasan umum ad- 5 dan 6.

Dengan demikian maka tugas kewadjiban, kekuasaan dan. kewenangan jang bersifat mengatur, sesuai dengan ketentuan2 dalam pasal 13 Penetapan Presiden No. 5 tahun 1960 (disem­purnakan) didjalankan oleh Kepala Daerah ber-sama2 dengan D ew an Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong dan jang tidak bersifat mengatur, seperti dimaksud diatas, didjalankan oleh Kepala Daerah sebagai alat Pemerintah Daerah.

Pasal 3.A jat (1) pasal ini mengatur pengalihan tugas2 Nasional jang

diketjualikan, dari Residen kepada Kepala Daerah tingkat I dan dari Patih dan W edana kepada Kepala Daerah tingkat II. ada- pun tugas2 Nasional jang melekat pada pendjabat Gubernur dan Bupati/W alikota adalah tugas Kepala Daerah tingkat I dan ting- lcat II berdasarkan pasal 14 ajat (2) Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disempurnakan).

Selandjutnja mengenai ajat (2) pasal ini, lihat uraian dalam. pendjelasan umum ad. 8.

Pasal 4,Sebagaimana diketahui Undang-undang No. 6 tahun 1959

adalah didasarkan pada Undang-undang No. 1 tahun 1957, se­dang berhubung dengan perkembangan ketatanegaraan sekarang pelaksanaan dari penjerahan Pemerintahan Umum ini harus di- s e s u a ik a n dengan Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disem­purnakan).

Oleh karena itu perketjualian dalam hal penjerahan pegawai -Jang bekerdja pada kantor2 Pamong Pradja didaerah sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 4 Undang-undang No. 6 tahun 1959 ditiadakan.

Dalam hubungan ini hanjalah para Asisten Wedana/Tjamat atau para pendjabat jang setingkat dengan sebutan2 lain dari padanja dan para pegawai pada kantor2 tersebut tetap bekerdja atau berkedudukan ditempatnja masing2.

Pasal 5 s/d. 7. Tjukup djelas-Pasal 8. ' - .

Dengan pelaksanaan penjerahan dalam pasal ini dimaksudkan penjerahan riil.

Agar penjerahan riil ini dapat dilakukan dengan seksama, maka diperlukan lebih dahulu penjelesaian hal2 teknis adminis- tratif jang berhubungan dengan pelaksanaan ketentuan2 dalam

Page 149: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Peraturan Pemerintah ini, antara lain penetapan surat-keputusan perbant-uan pegawai, mengenai penjerahan keuangan, harta benda. dan penjelenggaraan pembentukan Ketjamatan2 di Daerah2, jang sebelumnja tidak mengenai adanja Ketjamatan.

Berhubung dengan itu dalam pasal ini ditentukan bahwa penjerahan riil termaksud diatur dengan keputusan Menteri Pe~ merintahan Umum dan Otonomi Daerah jang dikeluarkan setjara ber-angsur2, Daerah demi Daerah atau untuk beberapa Daerah dengan mengingat keinginan, kesanggupan serta kemampuan masing2 Daerah dan se-lambat2nja pada achir tahun 1965 harus telah terlaksana penjerahan riil itu untuk seluruh Negara.

Pasal 9 dan 10. Tjukup djelas.

Pasal 11.Sesuai dengan Penetapan Presiden No. 2 tahun 1961 jang

menetapkan bahwa Daerah Chusus Ibu-kota Djakarta Raia di- tempatkan langsung dibawah Presiden melalui Menteri Pertama, maka perkataan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah dibatja Menteri Pertama.

Pasal 12. Tjukup djelas.

TAM BAH AN LEM BARAN NEGARA No. 2591.

Page 150: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Lampiran C.

P E R A T U R A N PRESID EN REPLIBLIK INDONESIA NO. 22 TA H U N 1963

TEN TA N G PEN G H A P U S A N K ERESID EN AN DAN KEW EDANAAN.

PR ESID EN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa berhubung dengan berlakunja Undang-undang Penjerahan Pemerintahan Umum (un­dang-undang No. 6 tahun 1959, Lembaran Ne­gara tahun 1959 No- 15) dan sesuai dengan per­kembangan ketatanegaraan, dianggap perlu untuk menghapuskan Keresidenan dan Kewedanaan;

M engingat ; 1. pasal 4 ajat 1 Undang-undang Dasar;2. Undang-undang Penjerahan Pernerintahan

Umum (Undang-undang No. 6 tahun 1959, Lembaran Negara tahun 1959 No. 15); Ketetapan M .P.R .S. No. II/MPRS/1960 (Lembaran Negara tahun 1960 No. 152);

Penetapan Presiden No. 2 tahun 1961 (Lem baran Negara tahun 1961 No. 274); Peraturan Pemerintah No- 50 tahun 1963 ten­tang Pernjataan mulai berlakunja dan Pelak­sanaan Undang-undang Penjerahan Pemerin­tahan Umum (Lembaran Negara tahun 1963 No. 9 6 ) ;

M enteri Pertama, W akil Menteri Pertama Bidang Dalam Negeri dan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah;

M E M U T U S K A NP E R A T U R A N P R E SID EN TENTANG P E N G H A PU SA N KERESIDEN AN DAN KE­W ED A N A A N .

Pasal 1.

JMendengar

M enetapkan

3.

4.

5.

M ulai saat Peraturan Presiden ini diundangkan, semualviujtn oaaL i ciunuciu it jl esiueii ini aiuiiutiijy^cxii, ------ Kfr*Tesidenan dan Kewedanaan atau wilajah Pemerintahan jang se­tingkat, dengan nama apapun djuga, diseluruh wilajah Indonesia dinjatakan hapus.

Page 151: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Pasal 2.

(1) Pelaksanaan Penghapusan dalam wilajah suatu Daerah sebagaimana dimaksudkan pada pasal 1, atas usul Dewan Per­wakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Daerah tingkat I jang bersangkutan, dilakukan dengan Keputusan Menteri Pemerintah­an Umum dan Otonomi Daerah, ketjuali bagi Daerah Chusus Ibu-kota Djakarta Raya dilakukan dengan Keputusan Menteri Pertama.

(2) Pelaksanaan Penghapusan dimaksudkan pada ajat (1 } dari pasal ini harus sudah selesai se-lambat2nja pada achir tahun 1965.

Pasal 3.

Segala peraturan-perundangan dan keputusan2 jang masih- berlaku mengenai pembentukan Keresidenan dan Kewedanaan atau wilajah Pemerintahan jang setingkat, dengan nama apapun djuga, mulai saat pelaksanaan penghapusan sebagaimana dimak^ sudkan pada pasal 2 tidak berlaku lagi.

Pasal 4.Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada hari diundangkan^Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja memerintah-

Ican pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Djakarta pada tanggal 25 Oktober 1963.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,, ttd.

S U K A R N O

Diundangkan di Djakarta pada tanggal 25 Oktober 1963.

SEK R ETA R IS NEGARA, ttd.

MOHD. ICHSAN

LEM BARAN NEGARA TAHUN 1963 No. 104.

Page 152: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

p e n d j e l a s a n

ATASPER A T U R A N PRESIDEN

TEN T A N G PEN G H A PU SA N K ERESID EN A N DAN KEW EDANAAN

I. U M U M .

1. Berhubung dengan berlakunja Undang-undang Penjerahan Pemerintahan Umum (Undang-undang No- 6 tahun 1959 Lembaran Negara tahun 1959 No. 15) jaitu dengan diundang- kannja Peraturan Pemerintah tentang Pernjataan mulai ber­lakunja dan pelaksanaan Undang-undang Penjerahan Peme­rintahan Umum (Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 1963. Lembaran Negara tahun 1963 No. 96), maka dengan diserah- kannja tugas kewadjiban, kekuasaan dan wewenang para Pendjabat Pamong Pradja antara lain penjerahan tugas kewa­djiban, kekuasaan dan wewenang para Residen dan Wedana masing2 kepada Pemerintah Daerah/Kepala Daerah tingkat I dan kepada Pemerintah Daerah/Kepala Daerah tingkat II, maka dianggap perlu untuk menghapuskannja wilajah Kere­sidenan dan Kewedanaan.

2. Disamping itu djuga menurut Ketetapan M.P.R.S- No. II/ M PRS/l 960, Keresidenan supaja dihapuskan (Lampiran B, ad III, § 392 angka 1).Setjara formil, maka dengan diundangkannja Peraturan Pre­siden ini semua Keresidenan dan Kewedanaan atau wilajah Pemerintahan jang setingkat, dengan nama apapun djuga, diseluruh wilajah Indonesia dinjatakan hapus.Tetapi setjara riil pelaksanaan penghapusan itu setjara Dae­rah demi Daerah dilakukan dengan Keputusan Menteri Pe­merintahan Umum dan Otonomi Daerah atas usul Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong Daerah tingkat I jang bersangkutan, sebagaimana termaktud dalam pasal 2- Hal ini adalah sesuai dengan prosedur penjerahan riil jang ditempuh dalam hal melaksanakan Undang-undang Penje­rahan Pemerintahan Umum (Undang-undang No. 6 tahun 1959, Lembaran Negara tahun 1959 No. 15) jaitu jang diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 1963 (Lembaran N egara tahun 1963 No. 96), akan tetapi pelaksanaan peng­hapusan itu harus sudah selesai se-Iamb'at2nja pada achir tahun 1965-

Page 153: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

3. Penghapusan Keresidenan dan Kewedanaan ini tidak hanja membawa akibat djauh terhadap pendjabat2 Departemen Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah serta wewenang- nja,. tetapi meliputi pula dan membawa akibat jang sama'ter- hadap pekerdjaan2 dari pendjabat2 Departemen2 lain dalam wilajah itu.Dengan hapusnja Keresidenan dan Kewedanaan tersebut, maka perlu susunan pekerdjaan masing2 Departemen disela- raskan dengan situasi jang baru ini-

4. Sesuai dengan Penetapan Presiden No. 2 tahun 1961 jang menetapkan bahwa Daerah Chusus Ibu-kota Djakarta Raya ditempatkan langsung dibawah Presiden melalui -Menteri Pertama, maka pelaksanaan penghapusan sebagaimana dimak­sudkan dalam pasal 2 dilakukan dengan Keputusan Menteri Pertama.

II. PASAL D EM I PASAL. .Pasal 1 s/d 4 tjukup djelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA NO. 2596.

\

Page 154: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Lampiran D.

IN STRU K SI M E N T E R I DALAM NEGERI No. 3/M D N /T A H U N 1964.

T E N T A N G PELAKSAN AAN PEN JER A H A N TUGAS2 PEM ERINTAH PU SAT DALAM BIDANG PEM ERIN TAH AN UMUM SE­BAGAI JANG D IM AKSUD DALAM UNDANG-UNDANG

N O . 6 TA H U N 1959.

Untuk melaksanakan penjerahan tugas2 Pemerintah ^ ljsa dalam bidang pemerintahan umum sebagai jang dimaksud a am Undang-undang No. 6 tahun 1959 (Lembaran Negara ta un1959 No, 15) jang telah ditetapkan berlaku dengan Pemerintah No. 50 tahun 1963 (Lembaran Negara tahun 19 No. 96), jo Peraturan Presiden No. 22 tahun 1963 (Lembaran Negara tahun 1963 No. 104), dengan memperhatikan hasil Konperensi Gubernur Kepala Daerah se-Indonesia di Sala pada tanggal 20 sampai dengan 24 Djanuari 1963 dan di Djakarta pada tanggal 16 sampai dengan 17 Desember 1963, kami ins- truksikan sebagai berikut :

A. HAL PEN G A LIH A N TU G A S DAN K EW EN A N G A N .

1. Berdasarkan pasal 8 Peraturan Pemerintah No- 50 tahun 1963, D P R D -G R Daerah tingkat I jang bersangkutan mengadakan sidang untuk membitjarakan pelaksanaan penjerahan tugas-tugas Pemerintah Pusat dalam bidang pemerintahan umum untuk Daerahnja.

2. D P R D -G R tingkat I mengadjukan usul kepada Menteri Dalam Negeri, baik bagi Daerah tingkat I maupun bagi D aerah2 tingkat II dalam wilajahnja, bilamana pelaksana­an penjerahan tugas2 Pemerintah Pusat dalam bidang pemerintahan umum itu sudah dapat didjalankan.

3. Atas usul tersebut, Menteri Dalam Negeri, dengan surat ' keputusan, menetapkan tanggal pelaksanaan penjerahan.

4. Dalam surat keputusan itu, Menteri Dalam Negeri me- netapkan :a- tanggal mulai berlakunja surat keputusan,b. bahwa mulai saat berlakunja surat keputusan e se"

but, tugas dan kewenangan jang dimaksud dalam Undang-undang No. 6 tahun 1959, telah beralih kepada Pemerintah Daerah jang bersangkutan.

Page 155: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

c. bahwa dengan berlakunja surat keputusan tersebut, maka telah diperbantukan semua pegawai dan telah beralih semua harta-benda serta segala hutang pi- utang kepada Daerah, sebagaimana dimaksudkan pa­da pasal 4, 6 dan 7 Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 1963.

5. Berdasarkan surat keputusan dimaksud, Gubernur Kepa­la Daerah menjelenggarakan „Upatjara Peresmian Penje­rahan” bertempat di ibukota Daerah tingkat I, jang dihadiri oleh :a- Gubernur Kepala Daerah dan W akil Gubernur,b. W akil ketua D PRD -G R Daerah tingkat I,c. Para Anggota D PRD -G R Daerah tingkat I,d. Para Anggota BPH Daerah tingkat I,e. Para Residen,f. Para Bupati/Walikota Kepala Daerah,g. W akil Ketua D PRD -G R masing2 Daerah tingkat II,.h. Para undangan lain-

6 . Upatjara peresmian itu dihadiri oleh Menteri DalanrNegeri atau oleh Pendjabat jang ditundjuknja.

7. M ata-atjara pokok pada upatjara ialah :a. Pembatjaan surat keputusan Menteri Dalam Negeri,.vb. Pembatjaan berita atjara serah-terima,c. Penanda-tanganan naskah berita atjara serah-terima, d- Kata sambutan Menteri Dalam Negeri,e. Kata sambutan Gubernur Kepala Daerah.

8. Sebagai kelandjutan upatjara peresmian itu, Kepala D ae­rah tingkat II mengadakan pertemuan di-ibukota Daerah nja untuk mengumumkan dan mendjelaskan terselengga- ranja penjerahan tugas2 Pemerintah Pusat dalam bidang pemerintahan umum kepada Daerah-

9. Pertemuan itu dihadiri oleh :a. W akil Ketua D PRD -GR Daerah tingkat II,b. Para Anggota DPRD -GR Daerah tingkat II,c. Para Anggota BPH Daerah tingkat II,d. Para Wedana,e. Para Tjamat,f. Para undangan lain.

Page 156: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

10. Di-ibukota Ketjamatan, Tjamat mengadakan dan memim- pin pertemuan jang bersifat sama, menurut petundjuk2' Bupati/Walikota Kepala Daerah.

B . H A L PEN G ALIH A N TUGAS DAN KEW EN A N G A N M E N G U R U S K ETER TIBA N DAN KEAMANAN U M U M K O O R D IN A SI ANTARA DJAW ATAN- PEM ERIN TA H P U S A T DIDAERAH DAN ANTARA DJAW ATAN 2 T E R S E B U T D EN G A N PEM ERINTAH DAERAH SER TA P E - N G A W A SA N A TA S DJALANNJA PEM ERIN TAH AN D A E R A H .

1. T iga tugas dan kewenangan jang diketjualikan dari pe­njerahan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 3 Un­dang-undang No. 6 tahun 1959, jaitu tugas dan kewe­nangan mengurus ketertiban dan keamanan umum, koordi­nasi antara Djawatan2 Pemerintah Pusat didaerah dan antara Djawatan2 tersebut dengan Pemerintah Daerah- serta pengawasan atas djalannja pemerintah daerah, ber- alih kepada Kepala Daerah tingkat I atau kepada Kepala Daerah tingkat II sebagai alat Pemerintah Pusat, berda­sarkan ketentuan dalam :a. Pasal 14 ajat (2) Penetapan Presiden No. 6 tahun

1959 (disempurnakan); b- Pasal 3 ajat (1) Peraturan Pemerintah No. 50 tahun

1963.2. Untuk mendjalankan tiga tugas dan kewenangan itu

Kepala Daerah tingkat I dan Kepala Udiperbantukan kepada Daerah, ditambah seperlunja ae- ngan pegawai2 Daerah jang memiliki kctjakupan dan e- ahlian dalam bidang itu.^ara Pegawai termaksud diatas ditetapkan pada tugas pe­kerdjaan mereka masing2 dengan surat keputusan Kepala Daerah jang bersangkutan.

C . H A L P E R B A N T U A N PEG A W A I.

1. Dengan berlakunja surat keputusan Menteri Dalam Ne- geri termaksud pada huruf A angka 3 dan 4 para pegawai termaksud dalam pasal 4 dan 5 Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 1963 telah mendjadi pegawai jang diper-

» bantukan kepada Pemerintah Daerah.2 . Perbantuan termaksud diatas ditetapkan dengan surat ke­

putusan M enteri Dalam Negeri atau Pedjabat jang di- kuasakan olehnja.

Page 157: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

D.

3. Kepala Daerah jang bersangkutan mempekerdjakan pe­gawai2 jang telah diperbantukan kepada Daerah-

-4. Dalam mempekerdjakan pegawai2 tersebut oleh Daerah, diperhatikan dasar2 dan tata-tjara mengenai penempatan dan sebagainja, sebagaimana termaktub dalam Undang- undang No. 6 tahun 1959 dan dalam Peraturan Pemerin­tah No. 50 tahun 1963.

5. Kebidjaksanaan para Kepala Daerah dalam menempatkan atau mempekerdjakan pegawai2 Pamong Pradja jang di­perbantukan, didasarkan atas azas2 jang tidak merugikan pegawai2 tersebut.

^ tudJuan para Kepala Daerah membentuk se-uah panitia jang antara lain beranggotakan wakil2 para

pegawai Pamong Pradja jang bersangkutan.

7. Dalam menempatkan para pegawai diperhatikan sjarat3o je tip, antara lain mengenai pendidikan, pengalaman

er ja, masa kerdja serta sjarat2 menurut Panitia Retoo- ing paratur Negara dan ketjuali dalam hal jang tersebut

a L L t , MU i angka 2, dengan tidak mempersoalkan j - t ™ereka itu pegawai Daerah ataupun pegawai jang p f. arl u an kepada Daerah termasuk pegawai Pamong Pradja jang diperbantukan-

Dekprrfia^311! f e0j 3n9 pegawai kebidang atau lingkungan semula f 1” 1 ,a.r ^*dang atau lingkungan pekerdjaan lakukan ^ dang pertanian, kesehatan dsb., di-

engan mendengar pertimbangan pedjabat atasan Jangsung dan pada pegawai jang bersangkutan.

p ^ angU a n g a n - h a k t a BEN D A D A N H U T A N G -

1. a.

b.

d a n ^ tanaan Penie ra han a n g g a ra n b elan d ja p e g a w a i n a„ i belandja b aran g , d ilakukan m en u ru tpasal U n d an g-u n dan g No- 6 tahun 1959.

DelakQa berhubung dengan persjaratan anggaran,lenaaa ! f T but sub a diatas belum dapat dise-pp . alam tahun pertama penjerahan tugas2itu mat 3 USf t ^a am bidang pemerintahan umumi ' a Pe^9eluaran belandja pegawai dan belandja

g un uk tahun pertama itu dibiajai langsung dan Anggaran Pemerintah Pusat.

Page 158: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

2. Semua harta-benda, baik jang berupa barang jang tidak bergerak maupun jang bergerak, demikian djuga hutang- piutang, mulai saat berlakunja surat keputusan Menteri Dalam N egeri termaksud pada huruf A angka 3 dan 4, beralih kepada Daerah, sesuai dengan ketentuan pasal 6 dc*n 7 Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 1963.

E . H A L P E L A K S A N A A N PEN G H A PU SA N KERESID EN ­A N D A N K E W E D A N A A N .

1. Prosedur pelaksanaan penghapusan Keresidenan dan Ke­wedanaan dilakukan menurut tjara jang sama seperti jang ditempuh dalam hal melaksanakan penjerahan tugas2 Pe­merintah Pusat dalam bidang pemerintahan umum.

2- U ntuk sementara waktu para Residen dan bekas Wedana - tetap bertempat-kedudukan ditempatnja semula, masing2 sebagai Pembantu/Penghubung Kepala Daerah tingkat I dan Pembantu/Penghubung Kepala Daerah tingkat II, dengan tugas sebagaimana ditetapkan oleh Kepala Dae­rah jang bersangkutan, sampai dikeluarkan instruksi lebih landjut oleh M enteri Dalam Negeri.

F - K E T E N T U A N P E N U T U P .

1. Instruksi ini berlaku sedjak tanggal ditetapkan.2 . Segala sesuatu jang belum diatur dalam Instruksi ini,

akan diatur kemudian.

Ditetapkan di Djakarta pada tanggal, 17 Pebruari 1964. M E N T E R I DALAM NEGERI,

IP IK GANDAMANA-

Page 159: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

2 .

'Lampiran E.

PEN ET A P A N PR E SID E N R E P U B L IK IN D O N E SIA No. 6 TA H U N 1959

T E N T A N G P EM ER IN TA H DAERAH

(D ISEM PU R N A K A N ).

PR E SID EN R EPU BLIK IN D O N ESIA .

Tvlenimbang : 1. bahwa sebagai landjutan dari Dekrit Presiden/ Panglima Tertinggi Angkatan Perang tertanggal5 Djuli 1959 tentang kembali kepada Undang- undang Dasar 1945 perlu segera ditetapkan bentuk dan susunan serta kekuasaan, tugas dan kewadjiban Pemerintah Daerah. bahwa keadaan ketatanegaraan jang membaha- jakan persatuan dan keselamatan Negara, Nusa dan Bangsa serta merintangi pembangunan se­mesta untuk mentjapai masjarakat jang adil dan makmur perlu dihadapi baik dibidang peme­rintahan pusat maupun dibidang pemerintahan daerah;Dekrit Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang tertanggal 5 Djuli 1959 juncto pasal 18 Undang-undang Dasar 1945;Musjawarah Kabinet Kerdja pada tanggal 1 September 1959;Musjawarah Dewan Pertimbangan Agung Se- mentara pada tanggal 20 Oktober 1959;

M E M U T U S K A N :Menetapkan : PEN ETA PA N P R E SID E N T E N T A N G P E M E ­

RIN TA H DAERAH (D ISE M P U R N A K A N ).BAB I.

B E N T U K DAN SU SU N A N P E M E R IN T A H D A ERA H

BAGIAN I K E T E N T U A N U M U M .

Pasal 1.Pemerintah Daerah terdiri dari Kepala Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakjat Daerah.

TVIengingat : 1.

Mendengar : a-

b.

Page 160: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Pasal 2.Dalam mendjalankan tugasnja Kepala Daerah dibantu olek

•sebuah Badan Pemerintah Harian.

Pasal -3.D engan Kepala Daerah dimaksud djuga Kepala Daerah Is­

timewa Jogjakarta, ketjuali apabila ditentukan lain.

BA G IA N II.

K E P A L A D AERAH .

Pasal 4.(1 ) Kepala D aerah diangkat dan diberhentikan oleh :

a. Presiden bagi Daerah tingkat I danb. M enteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dengan

persetudjuan Presiden bagi Daerah tingkat II.-.(2) Kepala D aerah tingkat I diangkat oleh Presiden dari antara

tjalon-tjalon jang diadjukan oleh Dewan Perwakilan Rakjat D aerah jang bersangkutan.Apabila dari pentjalonan itu tidak ada tjalon jang memenuhi sjarat untuk diangkat mendjadi Kepala Daerah, maka Dewan Perw akilan R akjat Daerah jang bersangkutan diminta oleh M enteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atas nama Presiden untuk mengadjukan pentjalonan jang kedua. Apabila. djuga pada pentjalonan jang kedua ini tidak ada tjalon jang memenuhi sjarat, maka Presiden mengangkat seorang Kepala Daerah diluar pentjalonan.

(3 ) Kepala D aerah tingkat II diangkat oleh Menteri Dalam N egeri dan Otonomi Daerah dengan persetudjuan Presiden dari antara tjalon-tjalon jang diadjukan oleh Dewan Per­wakilan R akjat Daerah jang bersangkutan.Apabila dari pentjalonan itu tidak ada tjalon jang memenuhi sjarat untuk diangkat mendjadi Kepala Daerah oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dengan persetudjuan Presiden, maka Dewan Perwakilan Rakjat Daerah jang ber­sangkutan diminta oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah untuk mengadjukan pentjalonan jang kedua- Apabila djuga pada pentjalonan jang kedua ini tidak ada tjalon jang memenuhi sjarat untuk diangkat mendjadi Kepala D aerah oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dengan persetudjuan Presiden, maka Presiden mengangkat seorang Kepala Daerah diluar pentjalonan.

Page 161: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

(4 ) Pengangkatan Kepala Daerah tersebut pada ajat (2) dan (3) pasal ini dilakukan dengan mengingat sjarat-sjarat pen­didikan dan pengalaman dalam,pemerintahan jang ditetapkan dalam Peraturan Presiden.

(5 ) Kepala Daerah adalah pegawai Negara, jang nama djabatan dan gelarnja, kedudukannja dan penghasilannja diatur lebih landjut dalam Peraturan Presiden.

(6 ) Kepala Daerah diangkat untuk suatu djabatan jang sama dengan masa duduk Dewan Perwakilan Rakjat Daerah jang bersangkutan, tetapi dapat diangkat kembali setelah masa djabatannja berachir.

(7) Kepala Daerah tidak dapat diberhentikan karena sesuatu keputusan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah.

'Pasal 5.Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah mengatur penen-

tuan pendjabat jang' mewakili Kepala Daerah apabila Kepala Daerah berhalangan.

' Pasal 6.(1 ) Kepala Daerah Istimewa diangkat dari keturunan keluarga

jang berkuasa mendjalankan pemerintahan didaerah itu di- zaman sebelum Republik Indonesia dan jang masih berkuasa mendjalankan pemerintahan didaerahnja, dengan memper- hatikan sjarat-sjarat ketjakapan, kedjudjuran, kesetiaan pada Pemerintah Republik Indonesia serta adat istiadat dalam daerah itu dan diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

(2 ) Untuk Daerah Istimewa Jogjakarta dapat diadakan seorang W akil Kepala Daerah Istimewa, jang diangkat dan diber­hentikan oleh Presiden dengan memperhatikan sjarat-sjarat tersebut dalam ajat (1) pasal ini-

Pasal 7.Kepala dan W akil Kepala Daerah Istimewa Jogjakarta me-

nerima gadji, uang djalan dan uang penginapan serta segala penghasilan lainnja jang sah jang bersangkutan dengan djabatan­nja jang ditetapkan dengan Peraturan Presiden.

Pasal 8-(1 ) Sebelum memangku djabatannja, Kepala Daerah, Kepala

dan W akil Kepala Daerah Istimewa Jogjakarta mengangkat sumpah atau mengutjapkan djandji dalam suatu sidang De­wan Perwakilan Rakjat Daerah dihadapan Menteri Dalam

Page 162: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Negeri dan Otonomi Daerah atau pendjabat jang ditundjuk olehnja.

(2 ) Susunan kata-kata sumpah atau djandji jang dimaksud da- lam ajat (1) pasal ini ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.

BAGIAN III.BADAN PEM ER IN TA H HARIAN

Pasal 9.Badan Pemerintah Harian terdiri dari sekurang-kurangnja

3 dan sebanjak-banjaknja 5 orang anggota, ketjuali dalam hal jang tersebut dalam pasal 19.

Pasal 10-(1 ) Anggota-anggota Badan Pemerintah Harian diangkat dan

diberhentikan menurut peraturan jang ditetapkan oleh M enteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.

(2 ) Anggota-anggota Badan Pemerintah Harian termaksud pada a jat (1) pasal ini sedapat-dapatnja diangkat dari tjalon- tjalon jang diadjukan oleh Dewan Perwakilan Rakjat Daerah jang bersangkutan dari anggota atau diluar anggota Dewan tersebut.

Pasal 11.'1 ) Sebelum memangku djabatannja, anggota-anggota Badan

Pemerintah Harian mengangkat sumpah atau mengutjapkan djandji dihadapan Kepala Daerah-

2 ) Susunan kata-kata sumpah (djandji) ditetapkan oleh Men­teri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.

Pasal 12.Anggota-anggota Badan Pemerintah Harian menerima uang

xhormatan, uang djalan, uang penginapan dan penghasilan lain- ija jang sah jang bersangkutan dengan djabatannja menurut >eraturan jang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Oto- lomi Daerah.

BAGIAN IV.D E W A N PERW A KILA N RAKJAT DAERAH

Pasal 13.Untuk sementara waktu pembentukan Dewan Perwakilan

lak jat Daerah dilaksanakan berdasarkan peraturan-perundang- m jang berlaku.

Page 163: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

KEKUASAAN, TUGAS DAN KEW ADJIBAN PEM ERIN TA HDAERAH.

BAGIAN I.

KEPALA DAERAH.

Pasal 14.

(1) Kepala Daerah adalah :a. alat pemerintah pusat; b- alat pemerintah daerah.

(2) Sebagai alat pemerintah pusat Kepala Daerah :a. mengurus ketertiban dan keamanan umum didaerah;b. menjelenggarakan koordinasi antara djawatan-djawatan

pemerintah pusat didaerah dan antara djawatan-djawat­an tersebut dengan pemerintah daerah;

c. melakukan pengawasan atas djalannja pemerintahan da­erah;

d. mendjalankan Iain-lain kewenangan umum jang terletak dalam bidang urusan pemerintah pusat;

a sampai dengan d menurut peraturan-perundangan jang berlaku, jang hingga saat ini dilakukan oleh Gubernur untuk Daerah tingkat I dan oleh Bupati/Walikota untuk Daerah tingkat II.

(3 ) Sebagai alat pemerintah daerah Kepala Daerah memberi pertanggungan djawab kepada Dewan Perwakilan Rakjat Daerah, baik dibidang urusan rumah-tangga daerah (oto­nomi) maupun dibidang tugas pembantuan dalam pemerin­tahan, dalam arti bahwa Kepala Daerah tidak dapat diber­hentikan karena sesuatu keputusan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah.

Pasal 15.

(1) Kepala Daerah tingkat I mempunjai kekuasaan untuk mem- pertangguhkan keputusan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah tingkat I dan keputusan Pemerintah Daerah tingkat II, apa­bila dipandangnja bertentangan dengan garis-garis besar daripada haluan Negara, kepentingan umum atau peraturan- perundangan jang lebih tinggi tingkatnja.

Page 164: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

*{2) Kepala Daerah Tingkat II mempunjai kekuasaan untuk mempertangguhkan keputusan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Tingkat II, apabila dipandangnja bertentangan de­ngan garis-garis besar daripada haluan Negara, kepentingan umum atau peraturan-perundangan jang lebih tinggi tingkat- nja.

-^3) Dengan tidak mengurangi kekuasaannja untuk memper­tangguhkan dan/atau membatalkan keputusan Pemerintah Daerah tingkat I dan Pemerintah Daerah tingkat II. jang olehnja sendiri dipandang bertentangan dengan garis-garis besar daripada haluan Negara, kepentingan umum atau peraturan-perundangan jang lebih tinggi tingkatnja, Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah mengambil keputusan terhadap keputusan-keputusan jang ditangguhkan menurut ajat (1) dan (2) pasal ini.

BAGIAN II

BADAN PEM ER IN TA H HARIAN.Pasal 16.

■■{I) Anggota-anggota Badan Pemerintah Harian adalah pemban- tu-pembantu Kepala Daerah dalam urusan-urusan dibidang rumah-tangga daerah (otonomi) dan tugas pembantuan da­lam pemerintahan.

,(2 ) Anggota-anggota Badan Pemerintah Harian :a. memberikan pertimbangan kepada Kepala Daerah, baik

diminta maupun tidak;b. mendjalankan bidang pekerdjaan jang tertentu jang ditu-

gaskan kepadanja oleh Kepala Daerah dan terhadap itu mereka bertanggung-djawab pada Kepala Daerah.

■;<3) Apabila dipandang perlu Kepala Daerah dapat menugaskan kepada seorang anggota Badan Pemerintah Harian untuk atas namanja memberikan keterangan dihadapan Dewan Per­wakilan Rakjat Daerah mengenai bidang pekerdjaannja.

BAGIAN III.

D E W A N PER W A K ILA N RAKJAT DAERAH.

Pasal 17-Dewan Perwakilan Rakjat Daerah mendjalankan kekuasaan

tugas dan kewadjiban pemerintah daerah menurut peraturan- perundangan jang berlaku, selama tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Penetapan Presiden ini.

Page 165: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

KETEN TU A N -PERA LIH A N .Pasal 18. ,

(1 ) Dewan Perwakilan Rakjat Daerah jang ada mendjadi Dewan- Perwakilan Rakjat Daerah menurut Penetapan Presiden in i' dengan ketentuan, bahwa anggota-anggota mengangkat sum- pah atau mengutjapkan djandji dihadapan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atau pendjabat jang ditundjuk olehnja.

(2 ) Terhadap sumpah atau djandji termaksud dalam ajat (1 J ' pasal ini berlaku ketentuan tersebut dalam pasal 2 ajat (2 )-

Pasal 19.Dewan Pemerintah Daerah jang ada dibubarkan dan bekas- anggota Dewan tersebut dapat diangkat mendjadi anggota Badan Pemerintah Harian, ketjuali mereka jang menjatakan tidak bersedia untuk diangkat mendjadi anggota Badan Pe­merintah Harian.

Pasal 20.i i ) Dalam waktu selambat-lambatnja tiga bulan terhitung mulai

berlakunja Penetapan Presiden ini, maka harus sudah d ilak-, sanakan berlurut-turuta. pengambilan sumpah atau pengutjapan djandji anggota-

anggota Dewan Perwakilan Rakjat Daerah dimaksud dalam pasal 18;

b. pengangkatan Kepala Daerah menurut ketentuan dalanrpasal 4; aa

c- pembubaran Dewan Pemerintah Daerah jang ada, pem­bentukan Badan Pemerintah Harian serta penjumpahan.’ atau pengutjapan djandji anggota-anggota Badan Peme­rintah Harian jang bersangkutan seperti dimaksud dalam pasal 19.

j(2) Kepala Daerah, Dewan Perwakilan Rakjat Daerah dan Dewan Pemerintah/Dewan Daerah jang ada pada saat mulai berlakunja dan tersusun Pemerintah Daerah menurut Pene­tapan Presiden ini.

BAB IV.K ETEN TU A N P EN U TU P

Penjelenggaraan pemerintahan daerah dibidang urusan rumah-. tangga daerah (otonomi) dan tugas pembantuan dalam pem e-

Page 166: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

rintahan tetap dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang No. 1 tahun 1957, ketjuali apabila bertentangafic dengan sesuatu ketentuan dalam Penetapan Presiden ini

Pasal 22.

Kesulitan-kesulitan jang timbul sebagai akibat pelaksanaan. Penetapan Presiden ini diselesaikan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.

Pasal 23.Penetapan Presiden ini mulai berlaku pada hari ditetapkan

• dan mempunjai daja surut mulai tanggal 7 September 1959.Agar supaja setiap orang mengetahuinja, memerintahkan.

pengundangan Penetapan Presiden ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

D ITETA PK A N DI Bogor. pada tanggal 7 Nopember 1959

P R E SID EN REPU BLIK IN DONESIA S U K A R N O

Diundangkan di Djakartapada tanggal 16 Nopember 1959

M E N T E R I M U D A KEHAKIMAN,SA H A RD JO

-LEM BARAN NEGARA TAH UN 1959 No. 129

Page 167: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

P E N D J E L A S A N

A TA SPEN ET A P A N PR E SID EN REPU BLIK IN D O N ESIA No. 6

TA H U N 1959 T EN TA N G

PEM ER IN T A H DAERAH. (D ISEM PU RN A KA N ).

1. U M U M.

1- Dengan berlakunja lagi Undang-undang Dasar 1945 berda­sarkan Dekrit Presiden tanggal 5 Djuli 1959, maka negara: dan bangsa Indonesia telah memasuki alam baru dalam se- djarah ketata-negaraannja.Kembali ke Undang-undang Dasar 1945 berarti meninggal- kan sistim demokrasi-liberal, jang dianut oleh Undang-Un- dang Dasar Sementara, jang ternjata telah membawa revolu­si bangsa Indonesia jang belum selesai kesuatu arah jang, membahajakan kesatuan negara dan persatuan bangsa Indo­nesia. Revolusi ketata-negaraan harus berdjalan tidak sadja dibidang horizontal mengenai pemerintahan pusat di Djakarta, tetapi djuga harus berlangsung vertikal mengenai pemerin­tahan daerah.Selandjutnja kembali ke Undang-Undang Dasar 1945 berarti pula melaksanakan sistim demokrasi terpimpin; dalam sistim itu kebidjaksanaan pemerintahan sedjak tanggal 5 Djuli 1959' dalam keseluruhannja dipertanggung-djawabkan oleh Presiden kepada Madjelis Permusjawaratan Rakjat.

2. Oleh karena itu badan-badan pemerintahan sebagai alat untuk: menjelamatkan revolusi harus disesuaikan dengan ketentuan- ketentuan dalam Undang-undang Dasar 1945 dalam rangka pelaksanaan demokrasi terpimpin Penjesuaian ini harus dilak- sanakan dengan Penetapan Presiden sebagai pelaksanaan Dekrit Presiden tanggal 5 Djuli 1959 dan sebagai satu-satunja djalan untuk meluaskan arus Revolusi ketata-negaraan sam­pai dapat dinikmati oleh Rakjat diseluruh wilajah Republik Indonesia-

3. Dalam pada itu harus diperhatikan dua masalah jang penting, jaitu :a. bahwa politik dekonsentrasi dan desentralisasi berdjalan

terus dengan mendjundjung faham desentralisasi territo­rial.

Page 168: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

b. bahwa untuk kepentingan Rakjat, untuk keutuhan Peme­rintah Daerah dan untuk kelantjaran administrasi, dua- lisme dalam pimpinan pemerintahan didaerah harus di- hapuskan.

4. Melandjutkan politik dekonsentrasi dan desentralisasi berarti melandjutkan pemberian hak kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah-tangganja sendiri, dengan mengingat kemampuan dan kesanggupan daerah masing-masing. Dengan demikian urusan-urusan jang kini termasuk kewe- nangan Pemerintah Pusat semakin lama akan semakin banjak beralih mendjadi kewenangan Pemerintah Daerah, sesuai de­ngan ketentuan dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mendjundjung sifat Negara Republik Indonesia sebagai N egara Kesatuan, politik dekonsentrasi dan desentralisasi jang demikian itu harus disertai suatu ketentuan, jang men- djamin hubungan jang erat antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, sesuai dengan djiwa dan semangat ne- gara Kesatuan Republik Indonesia dan Konstitusi Prokla- masi.

5- Pimpinan pemerintahan didaerah kini bersifat dualistis, dalam arti kata bahwa ada dua pimpinan jang berdiri terpisah me­ngenai dua bidang pekerdjaan jang pada hakekatnja sangat erat hubungannja satu sama lain.Dua bidang itu ialah :a. bidang pemerintahan umum Pusat didaerah ditangan pa­

mong Pradja danb. bidang otonomi dan tugas pembantuan dalam pemerintah

(medebewind) ditangan Pemerintah Daerah.Pimpinan kedua bidang ini perlu diletakkan dalam satu tangan.

6. Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas, maka untuk men­tjapai daja-guna jang sebesar-besarnja, Pemerintah Daerah diberi bentuk dan susunan serta kekuasaan, tugas dan ke­wadjiban jang pokoknja adalah sebagai berikut : a- pimpinan dalam bidang pemerintahan umum Pusat di­

daerah dan pimpinan dalam bidang Pemerintah Daerah diletakkan ditangan seorang Kepala Daerah,

b . kekuasaan eksekutif jang didjalankan oleh Kepala Dae­rah tidak bersifat kolegial, akan tetapi sebaliknja djuga tidak meninggalkan dasar permusjawaratan dalam sistim pemerintahan.

Page 169: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

c . anggota-anggota Badan Pemerintah Harian merupakan pembantu-pembantu Kepala Daerah dan harus bebas dari keanggotaan partai politik, hal mana diatur berdasarkan Peraturan Presiden No. 2 tahun 1959.

d. Kepala Daerah adalah pegawai Negara, jang tidak dapat diberhentikan karena sesuatu keputusan Dewan Perwa­kilan Rakjat Daerah,

t<e.. Kepala Daerah mempunjai kekuasaan untuk memper-

tangguhkan keputusan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah jang bersangkutan dan keputusan Pemerintah Daerah bawahannja, jang dianggapnja bertentangan dengan garis- garis besar daripada haluan negara, kepentingan umum atau peraturan-perundangan dengan jang lebih tinggi tingkatnja.

f. Dewan Perwakilan Rakjat Daerah berwenang dalam bi- dang-bidang legislatif, anggaran pendapatan dan belan­dja serta pembangunan didaerah.

7- Soal-soal jang timbul dalam masa peralihan setelah Penetapan Presiden ini berlaku, sebagian diatur dalam Penetapan Presiden ini, misalnja mengenai Dewan Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah jang sekarang ada, dan sebagian lagi diatur atau diselesaikan oleh Menteri Dalam. Negeri dan Otonomi Daerah (pasal 22).

8- Dalam pada itu perlu dikemukakan, bahwa Penetapan Pre­siden ini bertudjuan dalam waktu jang sesingkat-singkatnja menertibkan pemerintahan daerah sesuai dengan djiwa dan semangat Undang-undang Dasar 1945 dan demokrasi terpim- pin.Perubahan-perubahan dimasa datang, misalnja sebagai akibat pelaksanaan politik dekonsentrasi dan desentralisasi, akan diatur !dan diselesaikan dalam waktu jang singkat berdasarkan peraturan-perundangan jang ada, umpamanja pelaksanaan Undang-undang No. 6 tahun 1959 atau jang akan diadakan.

PA SA L D EM I PASAL.

Pasal 1.

Dengan kata Daerah dimaksud daerah-daerah jang berhak mengatur dan mengurus rumah-tangganja sendiri berdasarkan Undang-undang No. 1 tahun 1957,

Page 170: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Pasal 2.M engingat pentingnja tugas Kepala Daerah ia perlu dibantu

oleh orang-orang jang memiliki keachlian dalam bidang peme­rintahan daerah.

Pasal 3.Tjukup djelas.

Pasal 4.Berhubung dengan pentingnja kedudukan Kepala Daerah se­

bagai pemusatan pekerdjaan baik bidang pemerintahan pusat ma­upun pada bidang pemerintahan daerah, Kepala Daerah diangkat oleh Pemerintah Pusat dan diberi kedudukan sebagai pegawai N egara; pengangkatan itu dilakukan dengan memperhatikan perimbangan-perimbangan dari instansi-instansi sipil (misalnja Ba­dan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara) dan instansi-instansi militer (misalnja Penguasa Perang/Darurat dalam masa keadaan bahaja (Perang/darurat).

S jarat-sjarat pendidikan, ketjakapan dan pengalaman dalam pemerintahan dipentingkan, karena seorang Kepala Daerah ha­nja dapat menunaikan tugasnja dengan baik, djika ia memenuhi sjarat-sjarat tertentu.

Karena Kepala Daerah tidak bertanggung-djawab kepada Dewan Perwakilan Rakjat Daerah, ia tidak dapat diberhentikan karena sesuatu keputusan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah.

Pasal 5-Karena p en tin g n ja kedudukan Kepala Daerah, maka penen-

tuan pendjabat jang mewakili Kepala Daerah, apabila ia berha- langan, perlu diatur oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi JDaerah.

Pasal 6.Dalam ketentuan ini tidak dimaksudkan lagi unsur pentja-

lonan.

Pasal 7,Tjukup djelas.

Pasal 8.Pengangkatan sumpah atau pengutjapan djandji dihadapan

M enteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah atau pendjabat jang ditundjuk olehnja dilangsungkan dengan persaksian anggota-

Page 171: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

anggota Dewan Perwakilan Rakjat Daerah, karena hubungan kerdja antara Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah merupakan unsur penting untuk kelantjaran djalannja pemerintah daerah.

Pasal 9.

Djumlah ini ditetapkan dengan pertimbangan bahwa djum- lah anggota Badan Pemerintah Harian sedapat-dapatnja terbatas.

Pasal 10.

Dengan mengadjukan tjalon-tjalon anggota Badan Pemerin­tah Harian maka Dewan Perwakilan Rakjat Daerah dapat turut serta menjumbangkan pertimbangannja dalam pengangkatan ang- gota-anggota Badan tersebut, sesuai dengan alam demokrasi terpimpin.

Pasal 11.Tjukup djelas.

Pasal 12.Tjukup djelas.u Pasal 13.

Selama belum ada ketentuan baru tentang pembentukan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah, maka pembentukan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah didjalankan berdasarkan peraturan- perundangan jang berlaku.

Pasal 14-

Dengan meletakkan pimpinan dua bidang-pemerintahan da­lam satu tangan, maka hapuslah adanja dualisme dalam pimpinan pemerintahan didaerah.,

Selandjutnja ditundjuk pada pendjelasan umum.

Pasal 15.Dalam pasal ini antara lain ditetapkan bahwa :

a. Kepala Daerah mempunjai kekuasaan mempertangguhkan keputusan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah jang ber­sangkutan,

b. kekuasaan untuk membatalkan keputusan Pemerintah: Daerah, baik Daerah tingkat I maupun Daerah tingkat II adalah ditangan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.

Page 172: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Pasal 16.Anggota-anggota Badan Pemerintah Harian adalah pembantu-

pembantu Kepala Daerah sebagaimana halnja dengan Menteri- snenteri Negara adalah pembantu-pembantu Presiden sesuai de­ngan semangat Undang-undang Dasar 1945.

Karena tugas anggota-anggota Badan Pemerintah Harian ber­sifat membantu Kepala Daerah, maka Kepala Daerah berkewe- nangan menetapkan tjara bekerdja, begitupun luasnja tugas ang- gota-anggota tersebut-

Hubungan antara para anggota Badan Pemerintah Harian dengan Kepala Daerah ini adalah sesuai dengan hubungan antara Menteri-menteri Negara dengan Presiden.

Pasal 17.Mengingat kekuasaan, tugas dan kewadjiban Dewan Perwa­

kilan Rakjat Daerah maka anggota-anggota Dewan tersebut da­pat membatasi kegiatannja diluar sidang-sidangnja (pleno, baha- gian, seksi), seperti misalnja mengadakan penindjauan setempat, menghubungi langsung Kepala-kepala dan pegawai-pegawai dja­watan daerah jang bersangkutan dan lain-lain sebagainja. Segala kegiatan termaksud sejogianja disalurkan liwat Kepala Daerah, untuk melantjarkan roda pemerintahan dan menghemat keuangan daerah.

Pasal 18.Apabila seseorang anggota Dewan Perwakilan Rakjat Daerah

tidak atau tidak bersedia mengangkat sumpah atau mengutjapkan djandji seperti dimaksud dalam pasal ini dalam waktu jang diten- tukan pada pasal 20, maka keanggotaannja dalam Dewan Per­wakilan Rakjat Daerah itu gugur.

Pasal 19.Kepala Daerah, jang dalam rangka pelaksanaan Penetapan

Presiden ini tidak diangkat sebagai Kepala Daerah, diangkat pula sebagai anggota Badan Pemerintah Harian berdasarkan pasal ini, apabila ia menjatakan kesediaannja.

Ketentuan ini didasarkan atas pertimbangan bahwa Kepala Daerah itu semula karena djabatannja djuga mendjadi anggota Dewan Pemerintah Daerah.

Pasal 20.Penetapan djangka waktu pada ajat (1) dimaksudkan untuk

segera mewudjudkan ketentuan-ketentuan dalam Penetapan Pre­siden ini.

Page 173: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Ketentuan pada ajat (2) diadakan untuk menghindarkan kekosongan dalam pemerintahan daerah.

Pasal 21.Tjukup djelas.

Pasal 22.

Bila dalam melaksanakan Penetapan Presiden ini timbul kesulitan-kesulitan, maka Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah berkewadjiban untuk menjelesaikannja. Kesulitan-kesu­litan dapat timbul misalnja kalau tjalon-tjalon Kepala Daerah jang diadjukan oleh Dewan Perwakilan Rakjat Daerah tidak memenuhi sjarat-sjarat tersebut dalam pasal 4 ajat (4 ).

Pasal 23.Tidak memerlukan pendjelasan.

Page 174: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

lam piran F .

P E N E T A P A N P R E SID E N REPU BLIK INDONESIA N O. 5 TA H U N 1960( D I S E M P U R N A K A N )

T E N T A N G

D E W A N P ER W A K ILA N R A K JA T DAERAH GOTONG- R O JO N G DAN SE K R E T A R IA T DAERAH.

P R E SID E N R EPU BLIK INDONESIA.

Menimbang : a. bahwa Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959(disempurnakan), jang menghilangkan dualis me dalam pimpinan pemerintahan didaerah, perlu dilengkapkan dengan ketentuan- ten­tang Dewan Perwakilan Rakjat Daerah dan Sekretariat Daerah bentuk baru;

b. bahwa untuk mentjapai keseragaman dalam pemerintahan dipusat dan didaerah perlu di- bentuk Dewan2 Perwakilan Rakjat Daerah dengan berpedoman pada Penetapan Pre­siden No.4 tahun 1960 tentang Dewan Per­wakilan Rakjat Gotong Rojong;

c. bahwa keadaan-ketata-negaraan jang menje- babkan dikeluarkannja Penetapan Presiden. No- 6 tahun 1959 (disempurnakan) menje- babkan pula dikeluarkannja peraturan per- lengkapan ini;

M engingat : 1. Pasal 18 Undang-Undang Dasar;2. Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 (Lem­

baran Negara tahun 1959 No. 129, Tambah an Lembaran Negara No. 1896) tentang Pemerintah Daerah (disempurnakan);

M endenqar : a. Musjawarah Kabinet Kerdja tanggal 14 Sep­tember 1960;

b. Menteri/Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung dan Menteri Dalam Negeri dan Oto­nomi Daerah;

M enetapkan : PEN ETA PA N PRESID EN TEN TA N G D E ­W A N PERW A KILA N RAKJAT DAERAH G O TO N G ROJO N G DAN SEK R ETA R IA T DAERAH (DISEM PURN A KA N ).

Page 175: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

K E T E N T U A N -K E T E N T U A N U M U M .

Pasal 1.

(1 ) Jang dimaksud dengan „Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong-Rojong” selandjutnja disebut DPRD -GR, ialah de­wan perwakilan rakjat didaerah jang disusun berdasarkan Penetapan Presiden ini, dan jang diadakan selama belum. terbentuk Dewan Perwakilan Rakjat Daerah menurut Uu- dang-Undang sebagaimana dimaksud pada pasal 18 U n- ' dang-Undang Dasar.

(2) Jang dimaksud dengan ,,djumlah anggota D PRD -G R ” ialah djumlah2 termaksud dalam pasal 7 ajat (1) dan ajat (2 ) Undang-Undang No. 1 tahun 1957 (Lembaran Negara ta­hun 1957 No. 6, Tambahan Lembaran Negara No. 1143) tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah.

(3 ) Jang dimaksud dengan „Dewan Perwakilan Rakjat Daerah” selandjutnja disebut DPRD, ialah :a- Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Peralihan, jang tjara

penjusunannja didasarkan atas Undang-Undang No. 14 tahun 1956.

b. Dewan Perwakilan Rakjat Daerah, jang tjara penjusun­annja didasarkan atas Peraturan Pemilihan Daerah jang bersangkutan

c. Dewan Perwakilan Rakjat Daerah, jang tjara penjusunan­nja didasarkan atas Undang-Undang No. 19 tahun 1956 serta telah dialihkan statusnja mendjadi D PRD baru berdasarkan Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 tentang Pemerintah Daerah (disempurnakan.

(4 ) Jang dimaksud dengan ,,instansi atasan) ialaha. Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah bagi D a­

erah tingkat I,b. Kepala Daerah Tingkat I bagi Daerah tingkat II.

(5 ) Jang dimaksud dengan „Kepala Daerah” ialah Kepala Dae­rah berdasarkan Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 ten­tang Pemerintah Daerah (disempurnakan).

Page 176: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

K EA N G G O TA A N D E W A N PER W A K ILA N RAKJAT DAERAH G O T O N G RO JO N G .

Pasal 2.

(1) Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah memperbaharui ■ semua Dewan Perwakilan Rakjat Daerah jang ada.

(2 ) Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah mengusahakan pembentukan D PRD -G R disemua Daerah tingkat I dan tingkat II, jang terdiri atas wakil2 dari golongan2 politik dan wakil2 dari golongan2 karya, berdasarkan pembagian dalam djumlah wakil2 jang sama bagi masing2 golongan dan dengan majoritas daripada wakil2 dari golongan2 karya apabila djumlah anggota D PR D -G R merupakan bilangan tidak genap.

(3) Dengan keputusan Presiden djumlah anggota DPRD-GR jang dimaksud pada pasal 1 ajat (2) dapat ditambah.

TPasal 3.

Dengan memperhatikan ketentuan pada pasal 4 maka jang dapat diangkat mendjadi anggota D PR D -G R ialah warga-negara Republik Indonesia jang :a. memenuhi sjarat2 keanggotaan D PRD sebagaimana di­

tetapkan dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1957 tentang pokok2 Pemerintahan Daerah;

b. menjetudjui Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indone­sia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin dan Kepri- badian Indonesia;

C. setudju dan bersedia turut-serta melaksanakan Manifesto Po­litik Republik Indonesia tertanggal 17 Agustus 1959.

Pasal 4.

Anggota2 dan bekas anggota partai/organisasi jang dinja- takan dibubarkan/terlarang oleh jang berwadjib berdasarkan Penetapan Presiden No. 7 tahun 1959 jis Peraturan Presiden No. 13 tahun 1960 dan Peraturan Presiden No. 25 tahun 1960 tidak diperkenankan duduk sebagai anggota DPRD-GR. ketjuali mereka jang dengan perkataan dan perbuatan menjatakan per- setudjuannja terhadap sjarat2 tersebut pada pasal 3 huruf b dan c menurut penilaian Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dan disetudjui oleh Presiden.

Page 177: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Pasal 5.

Kepala Daerah mengadjukan kepada instansi atasan nama- tjalon2 jang diadjukan oleh masing2 golongan untuk diangkat sebagai anggota D PRD -G R didaerahnja sebanjak dua kali djum- lah jang diperlukan, setjara terperintji menurut masing2 golongan sebagaimana termaksud pada pasal 2 ajat (2 ). .

Pasal 6.

Dengan memperhatikan ketentuan2 pada pasal 1 ajat (2) dan pasal 2 ajat (2) dan (3) maka instansi atasan mengangkat anggota2 D PRD -G R dengan mengingat imbangan djumlah hasil pemilihan umum/daerah jang Ialu, dengan sedapat mungkin m e- ngikuti urutan2 jang diadjukan oleh masing2 golongan.

Pasal 7.

Apabila karena sesuatu hal Kepala Daerah berdasarkan Pe~ netapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disempurnakan) belum di­angkat maka pembentukan D PRD -G R didaerah jang bersang­kutan ditangguhkan sampai Kepala Daerah itu sudah diangkat.

Pasal 8.

Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah mengatur deng­an persetudjuan Presiden hal2 apabila anggota2 D PRD -GR berhenti atau diperberhentikan serta tjara pengisian lowongan keanggotaan D PRD -G R.

BAB III.

P IM PIN A N D E W A N PER W A K ILA N RA KJA T DAERAH G O T O N G RO JO N G .

Pasal 9.

(1 ) Pimpinan D PR D -G R terdiri atas seorang Ketua dibantu oleh seorang ^Vakil Ketua.

(2 ) Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dengan per­setudjuan Presiden dan kenjataan daerah masing2.

(3 ) Kepala Daerah karena djabatannja adalah Ketua bukan ang­gota D PRD -G R.

(4 ) Kepala Daerah mengadjukan kepada instansi atasan nama tjalon2 W akil Ketua jang dipilih oleh dan diantara anggota2 D PR D -G R .

Page 178: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

>5) Instansi atasan mengangkat W akil Ketua DPRD-GR dian- tara tjalon2 tersebut pada ajat (4) pasal ini.

(6 ) M enteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah mengatur tjara pelaksanaan Pimpinan D PRD -G R dalam hal Kepala Daerah ' Ketua D P R D -G R berhalangan.

Pasal 10.Pimpinan D P R D -G R diangkat untuk suatu masa-djabatan.

jang sama dengan masa duduk D PRD -G R jang bersangkutan jcrrsebut pada pasal 16.

Pasal 11.

(3 ) Sebelum mem^ngku djabatannja Ketua, W akil Ketua dan Anggota D P R D -G R mengangkat sumpah (djandji) menurut tjara agamanja (kepertjajaannja) masing2 dihadapan instansi jang berwenang mengangkatnja atau pendjabat jang dikua- sakan untuk itu.

(2 ) Rumusan sumpah (djandji) termaksud pada ajat (1) pasal ini ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.

Pasal 12.Kedudukan dan' kedudukan keuangan" Ketua. W akil Ketua

dan Anggota D PR D -G R diatur oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.

BAB IV. KEKUASAAN, TUGAS DAN KEWADJIBAN DEWAN PERW AKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG.

Pasal 13.Kepala Daerah ber-sama2 dengan DPRD-GR mendjalankan

kekuasaan, tugas dan kewadjiban Pemerintah Daerah dibidang legislatif.

Pasal 14.<1) D P R D -G R menetapkan peraturan tata-tertibnja dengan mc-

ngingat petundjuk2 Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, jang dalam hal ini berpedoman pada Peraturan Presiden No. 28 tahun 1960 tentang Peraturan Tatatertib Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong.

<2) Selama Peraturan Tatatertib DPRD-GR termaksud pada ajat (1 ) pasal ini belum ditetapkan, maka Peraturan Tatatertib

Page 179: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

D P R D dipergunakan sebagai pedoman, selama tidak bertentangan dengan ketentuan2 dalam peraturan per- undangan jang berlaku.

Pasal 15.*Ketentuan2 dalam peraturan-perundangan jang berlaku bagi

D P R D berlaku bagi D PRD -G R , selama tidak bertentangan de­ngan ketentuan2 dalam atau berdasarkan Penetapan Presiden ini.

BAB V.M A SA D U D U K D E W A N P ER W A K ILA N R A K JA T

D A ERA H G O TO N G R O JO N G .Pasal 16-

M asa duduk D PRD -G R berlangsung terhitung mulai tanggal pelantikannja sampai dilantik D PRD jang baru, jang dibentuk berdasarkan Undang-Undang termaksud pada pasal 18 Undang- Undang Dasar.

Pasal 17.Dengan tidak mengurangi ketentuan2 pada pasal 4 ajat (6)

Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disempurnakan) dan pasal5 sub b Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No. 8 tahun 1959, maka masa djabatan Kepala Daerah dan ang­gota Badan Pemerintah Harian disesuaikan dengan masa duduk D P R D -G R termaksud pada pasal 16 Penetapan Presiden ini.

BAB VI.SE K R E T A R IA T DAERAH.

Pasal 18.

(1 ) Penjelenggaraan administrasi jang berhubungan dengan se­luruh tugas Pemerintah Daerah dilaksanakan oleh Sekretariat Daerah, jang susunannja dan pembiajaannja diatur oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.

{2) Sekretariat Daerah dikepalai oleh seorang Sekretaris Daerah jang melakukan pekerdjaannja dibawah pimpinan Kepala Daerah jang bersangkutan.

Pasal 19.(1 ) Sekretaris Daerah dipilih dan diangkat oleh D PR D -G R

diantara tjalon2 jang diadjukan oleh Kepala Daerah.

Page 180: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

'(2) Kedudukan dan kedudukan keuangan serta sjarat* untuk diangkat mendjadi Sekretaris Daerah ditetapkan dalam per- aturan daerah dengan mengikuti petundjuk2 jang diberikan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.

\3) Peraturan Daerah jang dimaksud pada ajat (2) pasal ini tidak berlaku sebelum disahkan oleh instansi atasan.

Pasal 20.Segala ketentuan mengenai Sekretaris Daerah dalam pera-

turan-perundangan jang ada tidak berlaku lagi mulai saat ber- iakunja peraturan2 baru mengenai hal jang sama berdasarkan: Penetapan Presiden ini-

BAB VII. KETENTUAN2 PERALIHAN DAN PENUTUP.

Pasal 21.Anggota2 DPRD termaksud pada pasal 1 ajat (3) berhenti

dari djabatannja terhitung mulai tanggal pelantikan DPRD-GR didaerah jang bersangkutan, ketjuali mereka jang berhenti atau dianggap berhenti terlebih dahulu.

* Pasal 22.Pelaksanaan dan kesulitan2 jang timbul sebagai akibat pe­

laksanaan Penetapan Presiden ini diatur oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.

Pasal 23.Penetapan Presiden ini mulai berlaku pada hari ditetapkan. Agar supaja setiap orang dapat mengetahuinja memerintah-

kan pengundangan Penetapan Presiden ini dengan penempatan• dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Djakarta pada tanggal 10 Pebruari 1961

PRESID EN REPUBLIK INDONESIA ttd.

SUKARNO.Diundangkan di Djakarta

pada tanggal 14 Pebruari 1961 SE K R E T A R IS NEGARA,

ttd.MOH. ICHSAN.LEM BARAN NEGARA TAHUN 1961 No. 6

Page 181: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

I J E N D J E L A S A N

ATASP EN ETA PA N PRESID EN REPUBLIK IN DONESIA.

NO. 5 TAH UN 1960 (DISEM PURNAKAN)

TEN TA N GD E W A N PERW A KILA N RAKJAT DAERAH G O TO N G

RO JO N G DAN SEK R ETA R IA T DAERAH.

I. U M U M.

1. Semendjak Undang-undang Dasar 1945 berlaku lagi ber-- dasarkan Dekrit Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia tertanggal 5 Djuli 1959, maka dengan Pene­tapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disempurnakan) dilakukan langkah pertama untuk menjesuaikan keadaan Pemerintah Da­erah dengan keadaan Pemerintah Pusat, jang disusun menurut sistim demokrasi terpimpin.

2. Titik berat dalam usaha tersebut diatas diletakkan pada perubahan pimpinan pemerintahan daerah jang ada pada waktu. itu dan jang bersifat dualistis, dengan meletakkan pimpinan ter­sebut dalam satu tangan, jaitu pada Kepala Daerah.

3. Soal2 jang timbul dalam masa peralihan setelah Penetap­an Presiden No. 6 tahun 1959 (disempurnakan) berlaku, misalnja mengenai Dewan Perwakilan Rakjat Daerah jang ada pada wak­tu itu, sementara itu diatur untuk sebagian dalam Penetapan Presiden tersebut sendiri dan diatur atau diselesaikan untuk sebagian lagi oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.

4. Setelah Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disempur­nakan) dilaksanakan, maka kini tibalah saatnja untuk melandjut­kan usaha penjesuaian Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat, dengan melakukan langkah kedua, jang mengenai D PRD dan Sekretariat Daerah.

5. Seperti diketahui, maka dengan Penetapan Presiden No.1 tahun 1959, Dewan Perwakilan Rakjat jang ada pada waktu Dekrit Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia tertanggal 5 Djuli 1959 dinjatakan diserahi tugas D e- wan Perwakilan Rakjat menurut Undang-Undang Dasar 1945.

Page 182: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Selandjutnja dengan Penetapan Presiden No. 3 tahun 1960 pelaksanaan tugas dan pekerdjaan Anggota3 Dewan Perwakilan R akjat tersebut dihentikan serta diusahakan pembaruan Dewan Perwakilan Rakjat berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 da- 3am waktu jang singkat.

Kemudian dengan Penetapan Presiden No- 4 tahun 1960 ditetapkan bahwa „sementara Dewan Perwakilan Rakjat belum ^ersusun menurut Undang-Undang sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ajat (1) Undang-Undang Dasar, maka susunan Dewan Perw akilan Rakjat jang dimaksud dalam Penetapan Presides N o. 1 tahun 1959 diperbaharui dengan menjusun Dewan Per- •wakilan Rakjat Gotong Rojong. jang mendjalankan tugas dan pekerdjaan Dewan Perwakilan Rakjat menurut Undang-undang D asar 1945.”

6. Sesuai dengan tindakan pada tingkat Pemerintah Pusat itu, maka pada tingkat Pemerintah Daerah kini perlu diusahakan pembentukan Dewan2 Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong untuk :a . memperbaharui Dewan-Dewan Perwakilan Rakjat Daerah jang

ada sekarang;b. mengisi kekosongan didaerah2 jang belum ada Dewan Per­

wakilan Rakjat Daerah.

7. Pembaharuan Dewan-Dewan Perwakilan Rakjat Daerah jang ada sekarang dilakukan dengan mengingat imbangan djum­lah hasil pemilihan umum/daerah jang lalu.

Disamping itu kiranja sudah tibalah saatnja — sepandjang keadaan keamanan mengidjinkan —■ untuk membentuk Dewan- Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong didaerah2 jang belum mempunjai Dewan Perwakilan Rakjat Daerah, agar supaja didaerah-daerah termaksud terdapat djuga ,.bentuk susunan pemerintahan daerah dengan memandang dan mengingati dasar perm'usjawaratan dalam sistim pemerintahan Negara”, sebagai­mana ditcntukan dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar.

8. HaP penting mengenai Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong, jang perlu diperhatikan dalam menjusun Dewan-Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong ialah :

. a. sjarat2 utama keanggotaan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong, jaitu menjetudjui U SD EK serta setudju dan bersedia turut serta melaksanakan Manifesto-Politik Republik Indo­nesia tertanggal 17 Agustus 1959;

J . W ajo n g - 12

Page 183: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

b. pembagian Anggota2 Dewan Perwakilan Rakjat Gotong- Rojong dalam golongan2 politik dan golongan2 karya, jang menurut Amanat Presiden tanggal 12 Djuli 1960 No. 2292f HK/60 disederhanakan pula mendjadi :(1 ) 4 golongan politik (Nasionalis, Islam, Kristen dan Ko-

minis) ;•(2) 1 g o l o n g a n k a r y a , j a n g d a p a t dibagi p u la d a l a m 4 s u b

* g o l o n g a n (Angkatan B e r s e n d j a t a , Kerohanian, Pemba-ngunan Spirituil dan Pembangunan Materiil);

dengan memberikan majoritas kepada golongan karya :c. pengangkatan/pemberhentian Anggota dan Pimpinan Dewan

Perwakilan Rakjat Gotong Rotong oleh Presidend. perumusan dan pengambilan sumpah (djandji) Anggota dan.

Pimpinan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong;e- peraturan tata-tertib Dewan Perwakilan Rakjat Gotbng Ro­

jong, jang ditetapkan dengan Peraturan Presiden No. 28 tahun1960 dengan mengingat sendi „kerakjatan (demokrasi) jang dipimpin oleh hikmah kebidjaksanaan dalam permusjawara- tan/perwakilan”, sebagaimana ditentukan dalam ,,pembukaan’' (preambule) Undang-Undang Dasar 1945;

{, kedudukan dan kedudukan keuangan Anggota dan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong, jang diatur de­ngan Peraturan Presiden;

g. pemberhentian dengan hormat Anggota2 Dewan Perwakilan Rakjat jang dimaksud dalam Penetapan Presiden No. 1 tahun. 1959, terhitung mulai tanggal pelantikan Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong oleh Presiden.

9. Pokok2 tersebut pada angka 8 diatas diperhatikan dalam Penetapan Presiden No. 5 tahun 1960 (disempurnakan) untuk mentjapai keseragaman antara Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong dan Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong serta memperoleh keseragaman dalam bentuk Dewan-Dewan Perwakilan Rakjat Gotong Rojong sekal'pun dalam hal inf diperhatikan pula soal* chusus jang terdapat di-masing2 daerah.

10- Dengan Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disem­purnakan), jang terutama mengatur soal Kepala Daerah dan Badan Pemerintah Harian, serta Penetapan Presiden No. 5 tahun1960 (disempurnakan) ini, jang mengatur soal Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong dan Sekretariat Daerah diharap-

Page 184: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

lengkaplah aparatur untuk melaksanakan tjita8 Revolusi Nasional dibidang ketata-negaraan sampai pada taraf Pemerintah Daerah tingkat I dan II.

Dengan terbentuknja Pemerintah Daerah jang baru diharap pula diperoleh djaminan jang lebih kuat akan tertjapainja tjita* Revolusi Nasional di-bidang2 lain, jang akan diperdjuangkan ber­dasarkan Pembangunan Nasional Semesta Berentjana dan lain* rentjana pembangunan menudju masjarakat adil dan makmur.

II. P A SA L D E M I PA SA L.

Pasal 1. Tjukup djelas.

Pasal 2.

(1 ) Untuk mentjapai keseragaman sedjauh mungkin maka perht diadakan satu tjara pembentukan DPRD jang serupa dise- mua Daerah tingkat I dan II diseluruh Indonesia. Berhubung dengan itu maka Dewan-Dewan Perwakilan Rak­ja t D aerah jang ada sekarang perlu diperbaharui.

(2 ) Untuk mentjapai persesuaian sedjauh mungkin dalam per­wakilan rakjat pada tingkat Negara dan pada tingkat Daerah, maka Dewan-Dewan Perwakilan Rakjat Daerah perlu diberf sifat Gotong Rojong, sebagaimana djuga halnja dengan DPR- G R sekarang.B e r h u b u n g d e n g a n i tu m a k a D P R D - G R d j u g a t e r d i r i a t a s w a k i l 2 d a r i g o l o n g a n 2 p o l i t i k d a n w a k i l 2 d a r i g o l o n g a n - g o - l o n g a n k a r y a , d e n g a n m a j o r i t a s d a r i p a d a w a k i l 2 d a r i g o ­

l o n g a n 2 k a r y a , s e s u a i d e n g a n k e a d a a n d i D P R - G R .

Pasal 3

A gar supaja anggota D PRD -G R dapat menunaikan tugasnja se~baik2nja, maka ia harus memenuhi sjarat2 jang bersifat umum, maka terdapat dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1957 tentang Pokok2 Pemerintahan Daerah.

Disamping itu ia harus memenuhi pula sjarat2 jang bersifat chusus, agar supaja ia menunaikan tugasnja sebagaimana diha-. rapka dari padanja oleh zaman sekarang; sjarat2 chusus itu ialah berdjiwa U SD E K dan pelaksana Manifesto Politik Republik Indonesia tertanggal 17 Agustus 1959.

P asal 4Sesuai dengan ketentuan pada pasal 9 Penetapan Presiden

No- 7j 1959 tentang ,,Sjarat2 dan penjederhanaan kepartaian” jis pasal 9 Peraturan Presiden No. 13 tahun 1960 dan Peraturan

Page 185: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Presiden No. 25 tahun 1960, maka sebagai akibat pembubaran/ pelarangan sesuatu partai seorang anggota partai itu tidak dapat duduk sebagai anggota D P R D -G R , ketjuali mereka jang dengan perkataan dan perbuatan menjatakan persetudjuannja terhadap sjarat2 tersebut pada pasal 3 hurup b dan c menurut penilaian M enteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dan disetudjui oleh Presiden.

P asal 5 dan 6.

Dalam menjusun D P R D -G R Kepala Daerah dan instansi atasan memperhatikan Pengumuman Presiden tentang D P R -G R tertanggal 27 M aret 1960, jang menerangkan bahwa D P R D -G R terdiri atas wakil2 dari :

A . Golongan2 politik, jang terbagi atas anggota2 :

1. Partai Nasional Indonesia (P N I)2. Partai Nahdatul Ulama (N U )3. Partai Komunis Indonesia (PK I)4. Partai Kristen Indonesia (Parkindo)5- Partai Katolik6. Partai Sjarikat Islam Indonesia (P S II)7. Partai, Persatuan Tarbijah Islamijah (Perti).8. Partai Murba dan9. Partai Indonesia (Partindo)

(Partai2 tersebut No. 1, 8 dan 9 golongan N a s i o n a l i s , N o .2, 6 dan 7 golongan Islam, No. 4 dan 5 golongan Kristen danNo. 3 golongan Komunis);

B . Golongan2 karya, jang terbagi atas anggota dari golongan :

1. Angkatan Bersendjata, jang terdiri dari :a. Angkatan Darat,b. Angkatan Laut,c. Angkatan Udara,d. Kepolisian Negara dane. O .KD ./O .P.R.;

2. Veteran :(golongan No. 1 dan 2 kemudian mendjadi sub golonaan Angkatan Bersendjata);

Page 186: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

3. Alim Ulama, jang terdiri dari :a. Islamb. Kristen,c. Katolik dand. Hindu Bali;(golongan No. 3 kemudian mendjadi sub golongan Ke- rohanian);

4. Tjendekiawan/Pendidik;5. Pemuda6. W anita;7. Angkatan '45;8. Seniman dan9. W artaw an;

(golongan2 No- 4 s/d 9 kemudian mendjadi sub golongan Pembanqunan Spirituil);

10. T ani;1 1 . B u r u h ;

12. Kooperasi dan13. Pengusaha Nasional;

(golongan2 No. 10 s/d 13 kemudian mendjadi sub go­longan Pembangunan M ateriil).

Dengan sendirinja susunan tersebut diatas tidak mengikat dalam penjusunan Dewan-Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Gotong Rojong dan dapat diubah dengan mengingat keadaan di-masing2 daerah, misalnja :A. Golongan politik dapat :

I- dikurangi dengan partai2 jang tidak mempunjai wakil dalam D PRD dahulu atau tidak terdapat didaerah itu;

II- ditambah dengan partai2 Iain jang dianggap perlu (ka­rena banjak pengikutnja, pengaruhnja dsb. didaerah itu, asal bukan partai jang dibubarkan/terlarang sebagai­mana dimaksudkan pada pasal 4 ) ;

B. Golongan karya dapat:I- dikurangi dengan golongan2 jang tidak terdapat atau

tidak besar djumlahnja/pengaruhnja didaerah itu;II- ditambah dengan golongan2 lain jang besar djumlahnja/

pengaruhnja didaerah itu, asal bukan organisasi jang dibubarkan/terlarang sebagaimana dimaksudkan pada pasal 4.

Page 187: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Kepala Daerah minta pertimbangan partai/organisasi jang- bersangkutan dan sedapat mun^kin mengikuti urutan2 tjalon jang diadjukan oleh masing2 golongan-

Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah mengatur lebih landjut pelaksanaan ketentuan dalam pasal2 ini.

Pasal 7.Oleh karena segala kegiatan dalam membentuk suatu DPRD-

G R dipimpin oleh Kepala Daerah, maka dengan sendirinja usaha tersebut tidak dapat dilaksanakan apabila Kepala Daerah itu belum diangkat.

Pasal 8.Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dengan per—

setudjuan Presiden mengatur soal :a. pemberhentian anggota DPRD -GR misalnja karena :

1. permintaan sendiri,2. karena menghalangi djalannja pemerintahan daerah,3. akibat pembubaran dll. sesuatu partai berdasarkan Pene­

tapan Presiden No. 7/1959;b. tjara pengisian lowongan keanggotaan DPRD-GR.

Dengan sendirinja peraturan2 Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah termaksud tidak boleh menjimpang dari ke­tentuan2 dalam Penetapan Presiden No. 5 tahun 1960 (disem­purnakan) ini.

Pasal-pasal 9 dan 10.

Ketentuan2 mengenai pimpinan DPRD -GR ini adalah selaras dengan ketentuan pada pasal 13 mengenai kekuasaan, tugas dan kewadjiban DPR-GR.

Dalam pada itu perlu dikemukakan bahwa :a. sebagai kelandjutan daripada Penetapan Presiden No. 6 tahun

1959 (disempurnakan). jang menghilangkan dualisme dalam- pimpinan Pemerintah Daerah, maka Kepala Daerah menge- tuai djuga DPRD-GR;

b. dengan persetudjuan Presiden, Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dapat meriambah djumlah W akil Ketua D PR D -G R menurut keperluan dan kenjataan daerah masing2;'

c. pengangkatan W akil Ketua/Wakil2 Ketua D PRD -G R dila­kukan oleh instansi atasa.n;

d. pengangkatan W akil Ketua termaksud dilakukan berdasar­kan pemilihan oleh dan diantara anggota D PRD -GR;

Page 188: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

e. pimpinan D P R D -G R tidak dapat diperhentikan karena sesu-• atu keputusan D PR D -G R .

M enteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah mengatur^ lebih landjut tjara pelaksanaan pimpinan D PRD -G R dalam hal Kepala Daerah/Ketua D P R D -G R berhalangan, misalnja djika berhenti, sakit, berfstirahat dsb.

Pasal 11.

Pengangkatan sumpah (djandji) perlu dilakukan karena DPR D -G R dipandang sebagai badan baru, jaitu :a. untuk memperbaharui Dewan-Dewan Perwakilan Rakjat Da­

erah jang ada sekarang;b. untuk mengisi kekosongan di-daerah2 jang belum mempunjai

D P R D .Sesuai dengan ketentuan pada pasal 4 Penetapan Presiden

No. 4 tahun 1960 tentang ,,Susunan D P R D -G R ” maka pengang­katan sumpah Ketua, W akil Ketua dan Anggota D PRD -G R itu dilakukan dihadapan :a . M enteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah untuk DPRD-

G R tingkat I danb. Kepala D aerah tingkat I untuk D PR D -G R tingkat II.

Namun demikian, instansi2 tersebut dapat mengusahakan pen­djabat lain untuk pengangkatan sumpah/djandji itu.

Rumusan sumpah/djadji termaksud dalam Penetapan Presiden No. 5 tahun 1960 (disempurnakan) ini, jang ditetapkan oleh M enteri Dalam Negeri dan ©tonomi Daerah, dengan sendirinja agak berlainan dengan rumusan sumpah tersebut dalam Undang- Undang No. 1 tahun 1957, karena masing2 dibuat dalam alam U ndang-U ndang D asar 1945 dan alam Undang-Undang Dasar Sem entara 1950.

Pasal 12.Ketentuan d a la m p asa l ini a d a la h sesuai pula deng an k e te n ­

tuan p a d a p a s a l 7 P e n e ta p a n Presiden No. 4 tahu n 1960 tentang- „Susunan D P R -G R ”.

Pengaturan kedudukan (misalnja aturan preseance dsb.) dan kedudukan keuangan Ketua, W akil Ketua dan Anggota D PRD - G R oleh M enteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dimaksud­kan pula untuk mentjapai keseragaman dalam hal ini diseluruh Indonesia, sekalipun keadaan chusus jang terdapat di-masing: daerah (misalnja perbedaan dalam biaja hidup dan sebagainja) tidakf akan diabaikan.

Page 189: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Pasal 13.

Pasal 5 ajat (1) Undang-undang Dasar menentukan bahwa Presiden memegang kekuasaan membentuk Undang-undang de­ngan persetudjuan DPR.

Menurut pasal 18 Undang-undang Dasar ma-ka bentuk susun­an Pemerintahan Daerah harus ditetapkan dengan memandang dan mengingati dasar permusjawaratan dalam sistim Pemerin­tahan Negara.

Mengingat ketentuan2 konstitusionil tersebut diatas maka da- Jam pasal 13 ini ditandaskan bahwa Kepala Daerah ber-sama2 dengan DPRD -GR mendjalankan kekuasaan, tugas dan kewa- djiban Pemerintah Daerah dibidang legislatif- Selaras dengan po­kok pikiran diatas maka Kepala Daerah didjadikan Ketua D PRD - GR, sehingga Kepala Daerah mendjadi suatu bagian jang tak dapat dipisahkan dari DPRD-GR. dalam mendjalankan tugas legislatif.

Dengan demikian maka tertjapailah kesatuan kebidjaksanaan antara badan2 legislatif dan eksekutif didaerah.

Selandjutnja Pendjelasan atas pasal 17 Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disempurnakan) berlaku djuga bagi pasal 13 Penetapan Presiden No. 5 tahun 1960 (disempurnakan).

Pasal 14.

Dalam menetapkan Peraturan Tata-Tertib DPRD-GR, perlu ditjantumkan beberapa essensialia dari Peraturan Tata-Tertib D P R -G R sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Presiden No. 28 tahun 1960, misalnja ketentuan tentang tjara pengam- bilan sesuatu keputusan.

Pasal 15. Tjukup djelas.

Pasal 16.

Pasal 8 Penetapan Presiden No. 4 tahun 1960 menentukan bahwa anggota- DpRD diberhentikan dengan hormat dari dja- batannja terhitung mulai tanggal pelantikan D PR D -G R oleh Pre-

■ siden.Sesuai dengan ketentuan tersebut diatas maka dalam pasal

36 Penetapan Presiden No. 5 tahun 1960 (disempurnakan) ini dinjatakan bahwa masa-duduk D PRD -G R berlangsung mulai tang­gal pelantikannja sampai dilantiknja D PRD jang baru.

Jang dimaksud dengan DPRD jang baru itu ialah D PRD jang dibentuk berdasarkan Undang-undang termaksud pada pasal 18 Undang-undang Dasar-

Page 190: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Pasal 17.D engan sendirinja masa-djabatan Kepala Daerah dan para-

Anggota Badan Pemerintah Harian berhubung dengan pemba-. haruan D P R D perlu disesuaikan dengan masa-duduk DPRD-GR tersebut pada pasal 16 Penetapan Presiden No. 5 tahun I960 (disempurnakan) ini.

D engan tidak mengurangi ketentuan dalam pasal 4 ajat (6) Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 (disempurnakan) dan pasal5 sub b Peraturan M enteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah. No. 8 tahun 1959. Kepala Daerah serta Anggota Badan Peme­rintah H arian jang sudah ada pada saat berlakunja Penetapan Presiden No. 5 tahun 1960 (disempurnakan) ini mendjalankan terus tugas kewadjibannja.

Pasalpasal 18, 19 dan 20.D engan pembentukan satu Sekretariat Daerah maka diha-

puskanlah dualisme dalam pimpinan jang terdapat selama ini dengan adanja satu Sekretariat untuk urusan Otonomi dan satu Sekretariat untuk urusan Pemerintahan Umum' Pusat, jang ma­sing-5 dipimpin oleh seorang Sekretaris tersendiri.

Sekretaris D aerah jang dimaksud dalam Penetapan Presiden- N o. 5 tahun 1960 (disempurnakan) ini diadakan untuk meng- hilangkan dualisme itu.

Dalam hubungan ini hal jang' perlu diatur lebih landjut oleh M enteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah ialah funksi Se­kretaris D aerah dengan melepaskan masalah statusnja. ketjuali bahw a ia adalah seorang pendjabat jang mendjalankan tugas kewadjiban N egara sebagai alat Daerah dan Pusat.

M e n g i n g a t p e n t i n g n j a d j a b a t a n in i m a k a s u d a h s e w a d j a r n j a - l a h d j a b a t a n i n i d i d u d u k i o i e h o r a n g 3 j a n g t j a k a p .

Pasal 21.

K e t e n t u a n in i a d a l a h s e s u a i p u l a d e n g a n k e t e n t u a n p a d a p a ­sal 18 P e n e t a p a n Presiden No. 4 t a h u n 1960 t e n t a n g , .S u s u n a n D P R -G R ”, d a n d i a d a k a n u n t u k m e n h i n d a r k a n , ,v a k u m ” d e m o krasi d i d a e r a h .

Anggota2 D PR D jang berhenti atau dianggap berhenti terle- bih dahulu ialah misalnja mereka jang mengundurkan diri dan m ereka jang partainja terkena ketentuan dalam pasal 9 Penetapan Presiden No- 7 tahun 1959 jo pasal 9 Peraturan Presiden No. 13 tahun 1960.

Pasal 22 dan 23. Tjukup djelas.

Tambahan Lembaran Negara No. 2145.

Page 191: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

K E D U D U K A N D A N T J I G A S P A M O N G P R A D J A

I S I B U K U Halaman.

K A TA P E N G A N T A R M E N T E R I U TA M A SA N U SI H A R D JA D IN A TA ................................................. ............... 3

K A TA SA M BU T A N M E N T E R I IPIK' GANDAM ANA .5

K A TA SA M BU T A N SE K R E T A R IS D JE N D ER A L D E ­P A R T E M E N DALAM N EG ER I, SO EM A RM A N SH' . . . 7

PE R PU ST A K A A N ..................... ;....................................................... 9%K A TA PEN D A H U LU A N P EN U LIS ............................. 11

BA B I RIA LISA SI PEN JERA H A N P E M E R IN T A H ­AN U M U M .............................................................. 17

„ II PEM ERIN TA H A N U M U M DALAM S E - .D JA R A H .................................. .................................... 25

„ III PAM ONG PRADJA SED JA K PRO KLA M A SI 37

„ IV PRO LO O G U N D A N G 2 N O. 6-1959' ........... 45

.. V K ETER A N G A N P E M E R IN T A H D IFO R U MPA R LEM EN ............................................................. 52

„ V I K E T E N T U A N PELAKSAN AAN .................. 65

V II A SPEK RIA LISA SI PEN JERA H A N ............ 73

„ V III PERA N A N K ET JA M A TA N ............................. 83

„ IX PA M O N G PRA D JA DAN R A K JA T .......... 94

„ X PA M O N G PRA D JA DALAM W A D A H D A - ’ERA H ........................................................................... 105

LA M PIRA N A T E K S U N D A N G 2 N O. 6-1959 ............. 121

LA M PIRA N B T E K S P ER A T U R A N P E M E R IN T A HNO. 50-1963 .............................................. 133

Page 192: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

LA M P IR A N C T E K S P E R A T U R A N P R E S ID E N N O .22-1963 ............................................ ................... 145

LA M PIR A N D IN S T R U K S I M E N T E R I D A LA M N E ­G E R I N O . 3/M DN/TAHUN 1964 ........ 149

L A M P IR A N E T E K S P E N E T A P A N P R E S ID E N NO-6-1959 ................................................................... 154

LA M P IR A N F T E K S P E N E T A P A N P R E S ID E N N O.5-1960 1 6 9 ’

Page 193: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

I C H T I S A R B U K U

Halamair

KA TA PENGAN TAR M EN TERI UTA M A SA N U SIHARDJADINATA ................... ............ ........................... 3-

KA TA SAM BUTAN M EN TERI IPIK GANDAMANA ... 5

KATA SAM BUTAN SEKRETA RIS D JEN D ERA L D E ­PA RTEM EN DALAM N EGERI, SOEM ARM AN SH ...................................................... ; ........ 7

PERPUSTAKAAN ................................. ........... ............... 9

KA TA PENDAHULUAN PEN U LIS ................... ................ 11

BA B I RIALISASI PENJERAHAN PEM ER IN TA H ­AN UMUM ............................................................... 17

1 7§ 1 Djawa-Barat merintis ............ ....... ............

2 Keputusan tentang penjerahan ............... 7

3 Amanat Menteri Dalam Negeri .......... ^

4 Sambutan Gubernur Kepala Daerah ...... IS

5 Pernjataan W akil Ketua D PRD -G R ... 20o 1

6 P e n g a r u h p e n j e r a h a n ...............................................

7 Pendjabat2 jang berkepentingan ........... 21

8 Penjerahan Daerah demi Daerah .......... 22

9 Saat Undang2 berlaku/didjalankan . . . . . . 22

10 Langkah landjutan .......... .......................... 23

Page 194: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

BA B II PEM ERIN TA H A N UM UM DALAM SE-DJARAH ........................................................ 25

§ 1 Persoalan ............................................................ 25

2 Pengaruh pembentukan dinas2 spesialistis 26

3 Pemerintahan masa kompeni ..................... 27

4 Perubahan dimasa Daendels dan Raffles 27

5 Reorganisasi oleh Komisi Djendral .... 29

6 Masa "regeeringsreglement” 1854 .... 30

7 Masa Undang2 Desentralisasi tahun 1903 32

8 Organisasi achir zaman djadjahan........ 339 Ichtisar dan "rumus pemerintahan umum” 34

BAB III PAM ONG PRADJA SEDJAK PROKLAMASf 37

§ 1 Dasar hukum ..........................................— 38

2 Penetapan 8 Propinsi .............................. 383 Penetapan 12 Departemen .................... * 39

4 Hubungan organisasi territorial dan fung­sionil .............................................................. 40

5 Kedudukan terhadap Departemen DalamNegeri .............................................................. 41

6 Hubungan koordinasi ................................. 42

7 Hubungan dengan penduduk .................... 43

BA B I V PROLOOG UNDANG- No. 6-1959 ............ 45

§ 1 Puntjak perdebatan ............................... 45

2 Ketentuan dasar ......................................... 4 5

3 Latarbelakang dan tudjuan ..................... 48

4 Kebidjaksanaan Pemerintah ................... 50

\

Page 195: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

KETERANGAN PEMERINTAH DIFORUM PARLEMEN ............................................... 52

§ 1 Umum2 Babak ke-I

— Tugas2 jang diketjualikan— Desentralisasi territorial— Ketertiban dan keamanan umum— Koordinasi.— Pengawasan— Penempatan petugas Pusat— Hal Pegawai— Pengangkatan— Djaminan hukum

3 Babak ke-II— Desentralisasi fiingsionil— Desentralisasi territorial— Ketertiban dan keamanan umum— Pedoman pelaksana •— Pengawasan•— Penundjukan penguasa lain —■ Tugas pengawasan— Hubungan dengan penguasa Pusat .— Tugas Residen

Koordinasi— Kedudukan Pamong Pradja— Pedoman 5 Desember 1957 -— Perbantuan pegawai-— Pengisian lowongan .— Penempatan pegawai— Pembajaran gadji— Kepolisian pentjegahan dan Polisi Pa­

mong Pradja— Petugas kepolisian■— Kesimpulan Pemerintah

Page 196: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

B A B V I K E T E N T U A N P E L A K S A N A A N ...................................... 65

§ 1 Umum2 Saa t berlakunja U ndang2 N o. 6 -1959

3 Pengalihan tugas legislatif dan eksekutif (P asal 2)

4 Kew enangan m endjalankan tugas2 jang diketjualikan (P asa l 3 )

5 Kedudukan para pegaw ai diperbantukan.

6 Prosedur pcrbantuan

7 Penjelesaian urusan keuangan

8 Pem biajaan perlengkapan baru

BA B V II A S P E K R IA L IS A S I P E N JE R A H A N ................ 73

§ 1 M asalah pokok

2 H al istilah

3 Prinsip penjerahan

4 H al penguasa untqk tugas2 jang diketju­alikan

5 Struktur pada, tingkat D epartem en

6 Struktur pada tingkat Propinsi

7 Struktur pada tingkat Kabupaten/Kota8 Struktur pada tingkat K etjam atan

BA B V III P E R A N A N K E T JA M A T A N .................................. S 35 1 Kedudukan

2 Kewenangan dan tugas3 T ugas koordinasi4 Kelengkapan aparatur5 Penilaian djabatan

6 T jam at sebagai pemikir

7 T jam at pemakmur rakjat

, 8 Re-so-pim dan Ampera

Page 197: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

B A B IX PAM ONG PRADJA DAN RAKJAT ............. 94§ 1 Fungsi memerintah

2 Memerintah dan memimpin3 Pamong Pradja sebagai administrator4 Jang memerintah dan jang diperintah5 Pamong Pradja sebagai sesepuh6 H u b u n g a n d e n g a n m a s j a r a k a t

7 P e r s j a r a t a n b a g i p e g a w a i

8 D i a l e k t i k a r e v o l u s i

9 B u r u h , • t a n i d a n n e l a j a n

B A B X PAM ONG PRADJA DALAM W A D A H DA ­ERAH .............................................................. 105§ 1 P e n d a h u lu a n

2 D e k o n s e n t r a s i d a n d e s e n t r a l i s a s i

3 K e d u d u k a n D a e r a h o to n o m

4 K o n s t e l a s i u r u s a n D a e r a h

5 Prinsip penjerahan urusan Pusat6 Pendjabat politik dan pendjabat profes­

sional7 Korps Pamong Pradja Daerah

LA M PrRA N A TEK S UNDANG2 NO. 6-1959

B T EK S PERATURAN P E M E R IN T A H NO. 50-1963

C T E K S PERATURAN PR E SID E N N O. 22-1963

D IN STRUKSI M EN TER I DALAM N E ­G ERI NO. 3/MDN/TAHUN 1964

^ T E K S PENETAPAN P R E SID EN NO..6-1959

F T E K S PENETAPAN PR E SID EN N O. 5-1960 ' •

Page 198: KEDUDUKAN DAN TUGAS PAMONG PRADJA

Perpustakaan