KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada...

21
KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) REGROWTH RUMPUT PASPALUM DILATATUM DENGAN PEMUPUKAN ORGANIK PADA TANAH REGOSOL PUBLIKASI ILMIAH Diserahkan Guna Memenuhi Syarat yang Diperlukan untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan pada Program Studi Peternakan Oleh AZAN ADI KUSWARA B1D211038 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2018

Transcript of KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada...

Page 1: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

1

KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO)

REGROWTH RUMPUT PASPALUM DILATATUM DENGAN

PEMUPUKAN ORGANIK PADA TANAH REGOSOL

PUBLIKASI ILMIAH

Diserahkan Guna Memenuhi Syarat yang Diperlukan

untuk Mendapatkan Derajat Sarjana Peternakan

pada Program Studi Peternakan

Oleh

AZAN ADI KUSWARA

B1D211038

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2018

Page 2: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

2

Page 3: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

3

KECERNAAN BAHAN KERING (BK) DAN BAHAN ORGANIK (BO)

REGROWTH RUMPUT PASPALUM DILATATUM DENGAN

PEMUPUKAN ORGANIK PADA TANAH REGOSOL

INTISARI

Oleh

AZAN ADI KUSWARA

B1D 211 038

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan organik

dengan dosis yang berbeda terhadap Kecernaan Bahan Kering ( BK) dan Bahan

Organik ( BO ) pertumbuhan kembali (regrowth) Rumput Paspalum Dilatatum.

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rumput Paspalum Dilatatum

yang telah dipotong awal satu minggu, Tanah Regosol, Pupuk Organik dengan

dosis kotoran ternak sapi ( feses ) 80%, sisa pakan ternak 10%, abu sekam 8%,

Kapur 2%, EM-4 1 liter, molasses 1 liter dan air 20 liter. Penelitian ini yang telah

dilaksanakan di Teaching Farm Lingsar Fakultas Peternakan Universitas

Mataram pada bulan Mei sampai Juli. Analisis data menggunakan rancangan

acak kelompok ( RAK ). Terdiri dari 4 perlakuan yaitu T0 (kontrol) tanpa pupuk,

T1 5 ton/ha, T2 10 ton/ha, T3 15 ton/ha.Variabel yang diamati Variabel utama

KcBK dan KcBO. Variabel pendukung, Lemak Kasar ( SK ), Abu, Protein Kasar

(PK), Serat Kasar ( SK ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecernaan bahan

kering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula

kecernaan bahan organik T0 (44,15%) lebih tinggi dari (T3 56,85%). Begitu pula

dengan Serat Kasar T3 SK (30,20%) dengan persentasi kecernaan yang lebih

tinggi T3 BO (56,85%). Karna kecernan suatu bahan pakan ditentukan oleh

kandungan Serat Kasar.

Kata kunci : Regrowth, Rumput Paspalum dilatatum, Kecernaan Bahan

Kering (BK), Kecernaan Bahan Organik (BO), Pupuk organik, Tanah regosol.

Page 4: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

4

KECERNAAN BAHAN KERING (BK) DAN BAHAN ORGANIK (BO)

REGROWTH RUMPUT PASPALUM DILATATUM DENGAN

PEMUPUKAN ORGANIK PADA TANAH REGOSOL

ABSTRACT

by

AZAN ADI KUSWARA

B1D 211 038

This study aims to determine the effect of organic fertilization with

different doses on dry matter digestibility (BK) and organic matter (BO)

regrowth of Paspalum dilatatum grass. The material used in this study is Grass

Paspalum Dilatatum which has been cut early one week, Regosol Soil, Organic

Fertilizer with doses of cow manure 80%, remaining animal feed 10%, husk ash

8%, Cretaceous 2%, EM- 4 1 liter, molasses 1 liter and 20 liters of water. This

research was carried out in the Lingsar Teaching Farm Faculty of Animal

Husbandry, University of Mataram in May to July. Data analysis using

randomized block design (RBD). Consists of 4 treatments, namely T0 (control)

without fertilizer, T1 5 tons / ha, T2 10 tons / ha, T3 15 tons / ha. Variables

observed were the main variables KcBK and KcBO. Supporting Variables,

Coarse Fat (SK), Ash, Coarse Protein (PK), Coarse Fiber (SK). The results

showed that dry matter digestibility at T0 (40.66%) was higher than T3

(53.69%). Similarly, the organic matter digestion of T0 (44.15%) was higher than

(T3 56.85%). Likewise with T3 SK Coarse Fiber (30.20%) with a higher

percentage of T3 BO digestibility (56.85%). Because the crust of a feed

ingredient is determined by the content of Coarse Fiber.

Keywords: Regrowth, Grass Paspalum dilatatum, Digestibility of Dry

Materials (BK), Digestion of Organic Materials (BO), Organic Fertilizer,

Regosol

Page 5: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

1

PENDAHULUAN

Hijauan pakan serat pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, khususnya

bagian yang berwarna hijau. Tidak semua hijauan pakan dapat tumbuh baik di

setiap tempat, tetapi dengan pengolahan tanah yang baik dan benar, kemampuan

tanah untuk tempat tumbuh dan berkembangnya hijauan pakan dapat tercapai

secara optimal dan akan meningkatkan produktifitas hijauan pakan tersebut.

Hijauan pakan terdiri dari rumput alam dan leguminosa.Rumput alam

(lokal) adalah jenis rumput yang sudah lama beradaptasi dengan tanah dan iklim

di Indonesia, rumput ini mempunyai produksi dan kualitas yang rendah dan

sering dijumpai di sekitar lingkungan tempat tinggal kita, contoh rumput alam

adalah rumput kawat.

Rumput unggul (introduksi) adalah rumput yang didatangkan dari luar dan

mempunyai kelebihan dibandingkan dengan rumput local terutama produksi dan

kualitasnya, salah satunya Rumput Australia (Paspalum dilatatum).Rumput

Paspalum dilatatum merupakan tanaman yang mempunyai kualitas yang baik

untuk hijauan pakan, hal ini dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan, produktifitas

hasil panen maupun nutrisi yang terkandung didalamnya.Rumput ini berasal dari

Argentina (Amerika Selatan) dan masuk ke benua Australia pada tahun 1870 dan

akhirnya disebut Rumput Australia. Rumput ini tumbuh pada jenis tanah dengan

struktur sedang sampai berat, tumbuh paling baik pada tanah berat yang basah

dan subur, dapat tumbuh dari daratan rendah sampai pegunungan (0-2000 mdpl),

curah hujan tidak kurang 900-1200 mm/tahun, ditanam dengan jarak 50 x 50 cm,

Page 6: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

2

dapat ditanam campuran dengan legum, pemotongan pertama pada umur 2 bulan

selanjutnya setiap 40 hari sekali dimusim hujan 60 hari sekali dimusim panas,

tinggi mencapai 60-150 cm, toleran terhadap kekeringan, tahan terhadap

genangan air, tahan injakan sehingga dapat menjadi rumput padang yang baik,

palatable dan memiliki nutrisi yang tinggi, pertumbuhan kembali sangat cepat

serta rata-rata produksi sebagai rumput potong mencapai 5-70 tn/ha/tahun

(Anonim, 2005).

Page 7: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

3

MATERI DAN METODE

Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rumput paspalum

dilatatum, tanah regosol, pupuk organic. Bahan-bahan yang digunakan untuk

menganalisis in-vitro KcBK dan KcBO adalah NaHC3, Na2HPO4, NaCI,

MgSO4, CaCI2, pepsin, CO2, aquades dan cairan rumen.

Alat Penelitian

Peralatan Laboratorium

Alat laboratorium yang digunakan berupa seperangkat alat untuk mengukur

kecernaan invitro bahan kering dan bahan organik :

Tabung centrifuge, 100 ml, dari plastik atau gelas, beserta raknya.

Sumbat karet yang cocok untuk tabung centrifuge, dilengkapi dengan

kelep Bunsen untuk pengeluaran gas.

pH meter.

Timbangan analitik.

Oven pengering.

Centrifuge.

Incubator atau penangas air.

Tabung CO2.

Perangkas gelas : gelas beaker, Erlenmeyer, labu ukur.

Sintered glass crucible.

Thermometer.

Desikator.

Page 8: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

4

Kain kasa.

Corong Buchner.

Metode Penelitian

Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian : penelitian akan dilaksanakan dari bulan Mei sampai bulan

Juli 2018.

Lokasi penelitian : penelitian berlokasi di Laboratorium Teaching Farm

Fakultas Peternakan Universitas Mataram, Laboratorium Hijauan Makanan

Ternak dan Manejemen Padang Pengembalaan dilanjutkan di Laboratorium

Analisa Kimia Bahan Pakan Fakultas Peternakan Universitas Mataram.

Langkah-langkah Penelitian

Reagensia

Saliva buatan McDougall. Khemikalia tersebut dibawah ini untuk 1 liter :

NaHCO3 : 9,80 g

Na2HPO .7H2O (3,71 g anhidrus) : 7,00 g

KCl : 0,57 g

NaCl : 0,47 g

MgSO4 .7H2O : 0,12 g

CaCl2 : 0,04 g

Mula – mula 5 macam khemikalia pertama dicamper dalam 500 ml air di dalam

labu ukur dan diaduk sampai larut.Tambahkan air sampai volume menjadi 1 liter

dan disimpan. Sebelum dipergunakan, larutan tersebut ditambahkan dengan

Page 9: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

5

CaCl2, kemudian ditempatkan dalam penangas air temperatur 39 C dengan dialiri

gas CO2 sampai pHnya 6,8 – 7,0.

Mercuric chloride 5% (5 g HCl2/100 ml).

1 N Na2CO3 (143 g Na2CO3.1OH2O/liter).

1 N HCl (86 ml HCl pekat/liter).air

Larutan pepsin : 2 g 1 : 10000 pepsin dan air, dilarutkan dalam 100 ml 1

N HCl/liter.

Cairan rumen yang telah disaring dengan 8 lembar kain kasa.

Pengambilan cairan rumen dilakukan pagi hari 2 jam setelah pemberian

pakan (jagan terlalu berlebihan). Cairan rumen diangkut dari kandang ke

laboratorium dengan thermos + – 39 C.

f. Cara Penetapan

Timbang + – 0,5 g sampel dan masukkan ke dalam tabung centrifuge

yang bernomor. Selain itu dikerjakan juga menimbang sampel untuk

penetapan bahan kering dan bahan organik (duplicate).

Di tambahkan 40 ml larutan bufer pada masing – masin tabung; biarkan

tabung – tabung tersebut di dalam penangas air temperature 39 C selama

15 menit; baru kemudian di tambahkan 10 ml cairan rumen. Masing –

masing tabung dialiri das CO2 selama 15 detik sebelum ditutup dengan

sumbat karet yang dilengkapi dengan kelep Bunsen. Diinkubasikan juga

tabung – tabung blanko (4 buah) yang berisi larutan bufer dan cairan

Page 10: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

6

rumen. Lama inkubasi 48 jam. Digojok pelan – pelan setelah 2, 4, 20 dan

28 jam dari permulaan inkubasi.

Setelah diinkubasikan selama 48 jam, diambil tabung centrifuge dari

penangas air, dan diukur pH larutan blanko. Kemudian masing – masing

tabung ditambahkan 1 ml HgCl2 dan 2 ml Na2CO3, lalu diputar dalam

centrifuge 2000 rpm selama 15 menit. Dibuang supernatan dengan hati –

hati. Ditambahkan 50 ml larutan pepsin-HCl dan digojok pelan – pelan.

Tabun – tabung diinkubasikan lagi tanpa sumbat karet dalam penangas air

39 C selama 48 jam. Digojok setelah 2, 4, 20 dan 28 jam inkubasi.

Setelah diinkubasikan selama 48 jam, isi masing – masing tabung

disaring lewat sintered glass crucible yang telah ditimbang beratnya,

kemudian crucible dikeringkan dlam oven 150 C selama satu malam.

Residu yang tertinggal adalah bahan yang tak dapat dicerna. Dinginkan

didalam desikator dan timbang.

Crucible beserta residu diabukan dalam tanur 500 C selama 3 jam untuk

penetapan kadar abu. Berat yang hilang dari residu bahan kering setelah

pengabuan adalah residu bahan organik.

Perhitungan

Kecernaan bahan kering in vitro (KBKIV)

KBKIV, % = BK sampel – (BK residu – BK residu blanko) x 100

BK sampel

Page 11: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

7

Kecernaan bahan organik in vitro (KBOIV)

KBOIV, % = BO sampel – (BO residu – BO residu balnko) x 100

BO sampel

Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis statistik (analisis varians)

atas dasar Rancangan Acak Kelompok (RAK), menggunakan 4 perlakuan (t = 4)

dan 4 kelompok (k = 4) dan apabila terdapat perbedaan yang nyata diantara

perlakuan maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncans (Steel and

Torrie, 1989).

Page 12: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang didapat dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1.Rataan KcBK dan KcBO Regrowth Rumput Paspalum dilatatum yang

diberi level pupuk berbeda.

Variabel Perlakuan

T0 T1 T2 T3

KcBK 40,66 d

47,53 c

49,69 b

53,69 a

KcBO 44,15 d

51,51 c

54,62 b

56, 85 a

Keterangan :abcd

Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang sangat nyata ( P< 0,01 ).

Kecernaan Bahan Kering (KcBK)

Rata-rata perhitungan pengukuran kecernaan bahan kering.Selama penelitian dari

masing-masing perlakuaan dapat dilihat pada Tabel 1diatas. Kecernaan merupakan

perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan pakan dalam alat pencernaan. Mikroba

dalam rumen menyebabkan pakan mengalami perombakan sehingga sifat-sifat fisik

berubah yaitu menjadi partikel kecil dan sifat kimianya berubah secara fermentatif

menjadi senyawa lain yang berbeda dengan nutrien asalnya (Sutardi, 1980).

Rata rata KcBK rumput paspalum dilatatum yang diberi level pupuk

berbeda tertinggi diperoleh pada perlakauan T3 (53,69 %), dan terendah

diperoleh pada perlakuan T1 (40,66 %). Hasil analisis varians menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata ( P< 0,01 ) terhadap KcBK

regrowth rumput paspalum dilatatum dengan dosis pupuk yang berbeda.

Berdasarkan tabel 1 di atas, kecernaan BO pada rumput Paspalum dilatatum

paling rendah terdapat pada T0, sedangkan pada T1, T2, dan T3 adalah :

Page 13: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

9

Gambar 2.Kecernaan bahan kering dan bahan organik regrowth rumput

Paspalum dilatatum dengan pemupukan organik pada tanah regosol.

Uji jarak lanjut berganda Duncan menunjukkan bahwa KcBK semakin

meningkat secara nyata (P <0,05) sejalan dengan semakin meningkatnya dosis

pupuk yang ditambahkan.Lebih tingginya KcBK perlakuan T3 jika dibandingkan

dengan perlakuan lainnya disebabkan oleh lebih rendahnya kandungan SK dari

T3 dibandingkan dengan yang lainnya.

Menurut peneliti sebelumnya ( Taufik, 2018 ) kecernaan suatu bahan

pakan ditentukan oleh kandungan serat kasar. Dibuktikan dengan data yang

sudah diolah dan dirata-ratakan T0 ( SK 30,20%), T1 ( SK 29,08% ), T2 ( SK

27,79% ) dan T3 ( SK 26,28% ). Dengan persentasi kecernaan T0 ( BO 44,15%

), T1 ( BO 51,51 ), T2 ( BO 54,62% ) dan T3 ( BO 56,85%), semakin tinggi

persentase serat kasar pada suatu bahan, semakin rendah nilai kecernaan dari

0

10

20

30

40

50

60

T0 T1 T2 T3

%KcBK

%KcBO

Page 14: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

10

bahan pakan tersebut. Lebih lanjut dikatakan oleh Tillman et al., (1998), bahwa

daya cerna pakan berhubungan erat dengan komposisi kimiawinya, terutama kandungan

serat kasarnya, demikian juga Anggorodi (1994) menambahkan bahwa semakin

banyak serat kasar yang terdapat dalam suatu bahan pakan, semakin tebal dan

semakin tahan dinding sel dan akibatnya semakin rendah daya cerna bahan pakan

tersebut. Sebaliknya bahan pakan dengan serat kasar yang rendah pada umumnya

akan lebih mudah dicerna, karena dinding sel dari bahan tersebut tipis sehingga

mudah ditembus oleh getah pencernaan.

Serat kasar yang tinggi biasanya diikuti dengan kandungan lignin yang

tinggi sehingga dapat menurunkan kecernaan (Tillman et al.,1998).Semakin

tinggi lignin maka semakin rendah nilai kecernaanya begitupun sebaliknya.Hasil

analisis komposisi dinding sel masing-masing perlakuan menunjukkan bahwa

kandungan lignin pada T3 lebih rendah jika dibandingkan yang lainnya.Jafar dan

Hasan (1960) menyatakan bahwa persentase lignin dalam dinding sel (selulosa

dan hemiselulosa) mempengaruhi kecernaan pakan, semakin tinggi persentase

lignin dalam dinding sel maka kecernaan pakan juga semakin rendah demikian

juga sebaliknya. Hal yang sama juga diperoleh pada penelitian Amrin (2014)

yang menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi lignin dalam dinding sel

tanaman maka kecernaanya semakin rendah.

Tingginya KcBK juga disebabkan karena KcBOnya juga tinggi. Hal ini

dengan pendapat Reksohadiprodjo (1985) yang menyatakan bahwa

meningkatnya KcBO disebabkan karena meningkatnya KcBK sebab secara

Page 15: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

11

proporsional laju keluarnya bahan kering selalu diikuti oleh keluarnya bahan

organik, sehingga dengan meningkatnya KcBK akan meningkatkan KcBO.

Kecernaan Bahan Organik (KcBO)

Rata-rata KcBO.Selama penelitian dari masing-masing perlakuan dapat

dilihat pada tabel 1. Rata-rata KcBO regrowth rumput paspalum dilatatum

dengan pemupukan organik yang berdeda-beda adalah T0 ( 44,15% ) kontrol

tanpa pupuk, T1 ( 51,51% ), T2 ( 54,62% ) dan T3 ( 56,85% ). Kecernaan BO

tertinggi diperoleh pada T3 ( 56,85% ) dan terendah terdapat pada T0 ( 44,15% ).

Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat

nyata ( P< 0,01 ) yang dimana KcBO T3 lebih tinggi dibandingkan dengan T2,

T2 lebih tinggi dibandingkan dengan T1, T1 lebih tinggi dibandingkan dengan

T0. Tingginya KcBO pada perlakuan T3 jika dibandingkan dengan lainnya

diduga disebabkan oleh rendahnya kandungan SK pada T3, jika dibandingkan

dengan yang lainnya. Hasil penelitian Nining Ariani (2014) dan Rahmatunnazila

(2013) menunjukkan bahwa lebih rendahnya kandungan serat kasar akan

meningkatkan nilai kecernaan. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Nur

Hidayah (1999) bahwa kandungan serat kasar yang rendah pada bahan pakan jika

diberikan kepada ternak, maka dengan mudah ternak akan dapat mencernanya

sehingga dapat meningkatkan kecernaan.

Kandungan SK berkaitan dengan nilai NDF (Neutral Detergent Fiber) dan

ADF (Acid Detergen Fiber), tingginya kandungan NDF dan ADF maka mikroba

pencerna serat dalam rumen kesulitan dalam mencerna pakan. Haris (1970)

Page 16: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

12

menyatakan semakin tinggi ADF, maka daya cerna hijauan makanan ternak

semakin rendah begitupun sebalinya.

Tingkat kecernaan bahan organik relatif lebih tinggi daripada kecernaan

bahan kering pada semua perlakuan, sebagian besar bahan organik meningkat

akan meningkatkan bahan kering begitu juga sebaliknya. Sutardi (1980)

menyatakan bahwa bahan organik berkaitan erat dengan bahan kering karna

bahan organik merupakan bagian dari bahan kering.Lebih lanjut dinyatakan

Sutardi degradasi bahan organik erat kaitannya dengan degradasi bahan kering,

karena sebagian bahan kering terdiri dari bahan organik.

Semakin tinggi kecernaan bahan kering maka semakin tinggi pula peluang

nutrisi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak untuk pertumbuhannya (Afriant,

2008).Kecernaan bahan organik menggambarkan ketersediaan nutrient dari

pakan.Kecernaan bahan organik dalam saluran pencernaan ternak meliputi

kecernaan zat-zat makanan berupa komponen bahan organik seperti karhohidrat,

protein, dan lemak.

Page 17: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

13

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jadi lebih banyak dosis pupuk yang diberikan terhadap rumput tersebut

maka semakin bagus pertumbuan dan semakin tinggi pula kecernaan pada

rumput tersebut.

2. Penambahan dosis pupuk organik yang terbaik terhadap KcBK dan KcBO

regrowth rumput paspalum dilatatum adalah 15 ton/ha.

Saran

Untuk para petani sebaiknya penggunaan dosis pupuk organik dari 15

ton/ha lebih ditingkatkan lagi supaya mendapatkan pertumbuhan yang sangat

bagus dan cepat terhadapat rumput paspalum dilatatum.

Page 18: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

14

DAFTAR PUSTAKA

Afandie R., Nasih Wadya Y.m, 2002. Ilmu kesuburan Tanah. Penerbit

Kanisius.Yogyakarta.

Anggorodi, R. 1998. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan Ke-5. Gramedia,

Jakarta.

Anonim, 2011.Jenis Tanah, Persebaran dan Pemanfaatannya di Indonesia.

Jakarta.

Anonim, 2005.Hijauan Makanan Ternak.Penerbit Kanisisus Jakarta.

Anonim, 2015.Rumput Paspalum Dilatatum, Hijauan Pakan Ternak yang Lahan

Kekeringan dan

TahanGenangan.Blogspot.com/2015/07/jenisdankarakteristik rumput

pakan.html#ixzz4uhwch7qj.

Balai Penelitian Ternak. 2003. Perkebunan Kelapa Sawit Dapat Menjadi Basis

Pengembangan Sapi Potong. Bogor.

Church, D.C. dan W.G. Pond. 1998. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd ed

Jhon Willey and Sons. New York.

Ginting, S. P. 1992. Konsumsi dan Kecernaan. Bul. PPSKI. Tahun VIII (37) : 23

– 27.

Haryadi, S.S. 1996. Pengantar agronomi. Gramedia Jakarta.

Hidayah, N., 1999, Kecernaan In Vitro Bahan Kering dan Bahan Organik Ampas

Kecap yang Mengalami Perendaman. Skripsi Fakultas Peternakan

Universitas Mataram.

Karmada, Hasniati, Yahya Mugiono, I Nenga Sujana dan Esra P. Batubara, 1983.

Landasan Astrologi (Himpunana Catatan Kuliah) Fakultas Peternakan

Universitas Mataram.

Kristanto, B.A. dan Karno, 1991. Pertumbuhan Kembali Rumput Raja

(Pennisetum purpuphoides) pada beberapa tinggi pemotongan dan

pemupukan nitrogen . Laporan Penelitian Fakultas Peternakan. Universitas

Diponogoro.

Lubis, A. M., 1988. Kumpulan Istilah Ilmu Tanah. Badan Penerbit Universitas

Lampung.

Page 19: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

15

Mastur, 2007.Pembuatan Pupuk Organik dan Cara Pemanfaatannya. Makalah

Materi Pelatihan Kelompok Petani Peternak Se- NTB. Kerjasama

Pemerintah Provinsi (Gerbang Emas) dengan Fakultas Peternakan UNRAM

di Lingsar Lombok Barat.

McIllroy, 1976.Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradnya Paramita,

Jakarta. (Diterjemahkan oleh Susetyo, S, Soedarmadi, L. Kismono dan S.

Harini).

Mul Mulyani, S., Dahlan, Ni Wayan Dwiani, IP., Silabawa dan Tatang. 1987.

Kajian Tanah Blerang Pada Berbagai Jenis Tanah di Lombok. Universitas

Mataram.

Nitis, I. M.,2000. Kebutuhan Pakan Ternak Dikawasan Timur

Indonesia.BKSPTN INTIM Makasar.

Nuraini Y., 2002. Pengaruh Bahan Organik Dalam Memperbaiki Kesuburan

Tanah. Materi Pelatihan Dosen-Dosen PTN dan PTS Se Indonesia Bidang

Lingkungan.Kerjasama Bagian Proyek Peningkatan Kemampuan SDM

DIKTI – DEPDIKNAS Dengan LPPM Universitas Widya Gama Malang.

Osuji, P.O., IV, Nashlai and H. Khalili. 1993. Feed Evaluation. International

Livestick Centre For Africa. Addis Ababa.

Parakkasi, A. 1995.Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Penerbit

Universitas Indonesia, Jakarta.

Parakkasi, A., 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas

Indonesia Press. Jakarta.

Pinus Lingga dan Marsono, 2000.Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penerbit PT.

Penebar Swadaya. Cimanggis Depok.

Ranjhan, S.K. 1980. Animal Nutrion and Feeding Practice In India. New Delhi.

Vikan Pub. House P.U.T. Ltd.

Ranjhan, S.K. and N.N, Pathak. 1979. Management and Feeding of Buffaloes.

Vikas Publishing House PVT LTD. New Delhi.

Reinjtjes, C., Bertus Harverkort dan Waters-Bayer. “Pertanian Masa Depan”

Pengantar Untuk Pertanian Berkelanjutan Dengan Input Luar Rendah.

Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Page 20: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

16

Reksohadiprodjo, S. 1985. Produksi Hijauan Makanan Ternak Tropik.

BPFE.Yogyakarta.

Rinsema, W.T., 1983. Bomesting en Meststoffen. Diterjemahkan oleh M.

Saleh.PT. Bhratara Karya Aksara.

Rukmana, R., H., 2009. Rumput Unggulan Makanan Ternak.Penerbit Kanisius

Yogyakarta.

Sariep, S., 1989.Ilmu Tanah Pertanian. Penerbit Pustaka Buana Bandung.

Sarwono Hardjowigeno, 1992. Ilmu Tanah.PT. melton Putra. Jakarta.

Soetrisno, D. 1983. Defoliasi dan Harvesting . Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta.

Soepraptohardjo, M., 1987.Sistim Klarifikasi Tanah Di Balai Penyelidikan

Tanah KNIT I Bogor.

Sri Setyati, 1979.Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta.

Subagjo, 1970.Taksonomi Tanah.Penerbit Angkasa Bandung.

Suryatna, R., 1987. Ilmu Tanah.Lembaga Penelitian Tanah Bogor.

Susetyo, S. 1980. Padang Penggembalaan. Departemen Ilmu Tanaman Makanan

Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Susetyo, Kismono dan Bedjo Soewardi, 1969.Hidjauan Makanan Ternak.

Direktorat Peternakan Rakjat. Direktoral Djenderal Peternakan

Departemen Pertanian. Djakarta.

Sutejo, 2008.Pupuk dan Cara Memupuk.Rineka Cipta. Jakarta.

Tilley, JMA and Terry RA. 1963. A two-stage technique for the in vitro digestion

of forage crops. J Br Grassl Soc 18:104-109.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo,S. Prawirokusumo dan S.

Lendosoekodjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Kedua

Peternakan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Tillman, A.D, H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S.

Lebdosoekojo.1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada

University Press.Yogyakarta.

Page 21: KECERNAAN BAHAN KERING (BK) BAHAN ORGANIK (BO) …eprints.unram.ac.id/8173/1/jurnal.pdfkering pada T0 (40,66%) lebih tinggi dari T3 (53,69%). Demikian pula kecernaan bahan organik

17

Isbandi, 1985.Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jurusan Budidaya

Pertanian . Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Wodzicka-Tomaszewska, M., T.D. Chaniago, and I.K. Sutama. 1988.

Reproduction in Relation to Animal Production in Indonesia. Bogor:

Institut Pertanian Bogor-Australia Project.