kecepatan disolusi

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk kesehatan. Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas obat- obatan. Hal ini banyak ditunjukkan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karasteriktik dari zat obat, kondisi pasien dan peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat (Effendi, 2004). Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan, tablet merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupun pasien, dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan karena disamping mudah cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebih terjamin, relatif stabil dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi oleh udara, transportasi dan distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampai kepada pemakai. 1

description

laporan disolusi tablet

Transcript of kecepatan disolusi

14

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangBidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk kesehatan. Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi sangat berperan aktif dalam peningkatan kualitas obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukkan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karasteriktik dari zat obat, kondisi pasien dan peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek farmakologis zat aktif obat (Effendi, 2004).Seperti telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan, tablet merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupun pasien, dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan karena disamping mudah cara pembuatan dan penggunaannya, dosisnya lebih terjamin, relatif stabil dalam penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi oleh udara, transportasi dan distribusinya tidak sulit sehingga mudah sampai kepada pemakai.Seorang formulator dalam industri farmasi harus bisa membuat obat dengan kelarutan yang bagus saat obat masuk ke dalam tubuh. Sehingga suatu tablet atau kapsul yang telah dirancang dan telah dibuat harus diuji terlebih dahulu sebelum dipasarkan. Terdapat beberapa uji yang harus dilakukan setelah tablet selesai dicetak. Salah satunya adalah uji disolusi tablet, dimana akan dilihat pelepasan obat yang terjadi dalam tubuh apakah baik atau tidak. Karena kelarutan obat dalam tubuh sangat mempengaruhi dalam laju absorbsi. Apabila obat tidak mudah larut maka laju absorbsi akan menjadi lambat. Dimana disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif obat dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut (Effendi, 2004). Dalam bidang farmasi, pengetahuan tentang kecepatan disolusi obat sangat penting jadi mahasiswa farmasi harus mampu memahami mengenai kecepatan disolusi suatu obat, termasuk cara-cara dalam menentukan kecepatan disolusi suatu zat, menggunakan alat kecepatan disolusi suatu zat, dan menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat.Pada praktikum kali ini akan dilihat kecepatan disolusi tablet ketokonazol yang dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu faktor pengadukan menggunakan alat disolusi kemudian dilihat absorban tiap menitnya menggunakan spektrofotometer UV-vis. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, alat uji disolusi ada dua yaitu; alat uji disolusi tipe keranjang (basket) dan alat uji disolusi tipe dayung (paddle). Namun, dalam percobaan ini yang digunakan adalah alat uji disolusi tipe dayung (paddle).1.2 Maksud dan Tujuan1.2.1Maksud PercobaanAdapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara penentuan kecepatan disolusi tablet yang dipengaruhi oleh pengadukan.1.2.2Tujuan PercobaanAdapun tujuan dari percobaan ini yaitu:1. Menentukan kecepatan disolusi tablet ketokonazol2. Menggunakan alat penentu kecepatan disolusi1.3Prinsip PercobaanPada prinsip percobaan ini adalah menentukan konstanta kecepatan disolusi tablet ketokonazol berdasarkan kadar yang terdisolusi dalam media disolusi HCl 0,1 N pada suhu 37,50C dengan menggunakan alat disolusi tipe dayung, dimana pada menit ke 5,10,15,20,25,30,35,40,45,50,55 dan 60 menit dengan pengadukan pada kecepatan 50 rpm dengan melihat absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer Uv-vis

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1Teori Umum2.1.1Definisi TabletTablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kompak cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Farmakope Indonesia Ed. III; 6).2.1.2Disolusi TabletDisolusi adalah proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat dalam media pelarut. Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk padat atau semi padat yaitu tablet, kapsul dan salep. Menginformasikan bahwa bentuk sediaan tablet atau kapsul dapat mengalami disolusi, setelah kejadian ini berlangsung maka baru diserap ke dalam darah yang selanjutnya menimbulkan efek farmakologi. (Lachman, 1994).Sejumlah metode untuk menguji disolusi dari tablet dan granul secara in vitro dapat digunakan metode keranjang dan dayung. Uji hancur pada suatu tablet didasarkan pada kenyataan bahwa, tablet itu pecah menjadi partikel-partikel kecil, sehingga daerah permukaan media pelarut menjadi lebih luas, dan akan berhubungan dengan tersedianya obat dalam cairan tubuh. Namun, sebenarnya uji hancur hanya menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan. Uji ini tidak memberikan jaminan bahwa partikel-partikel itu akan melepas bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya. Oleh sebab itu, uji disolusi dan ketentuan uji dikembangkan bagi hampir seluruh produk tablet. Laju absorpsi dari obat-obat bersifat asam yang diabsorpsi dengan mudah dalam saluran pencernaan sering ditetapkan dengan laju larut obat dalam tablet (Martin, 2008).Agar diperoleh kadar obat yang tinggi di dalam darah, maka kecepatan obat dan tablet melarut menjadi sangat menentukan. Karena itu, laju larut dapat berhubungan langsung dengan efikasi (kemanjuran) dan perbedaan bioavaibilitas dari berbagai formula. Karena itu, dilakukannya evaluasi mengenai apakah suatu tablet melepas kandungan zat aktifnya atau tidak bila berada di saluran cerna, menjadi minat utama dari para ahli farmasi (Martin, 2008).Dalam USP cara pengujian disolusi tablet dan sediaan padat kapsul atau tablet terdiri dari (1) motor pengaduk dengan kecepatan yang dapat diubah, (2) keranjang baja stainless berbentuk silinder atau dayung untuk ditempelkan ke ujung batang pengaduk, (3) bejana dari gelas, atau bahan lain yang inert dan transparan dengan volume 1000 mL, bertutup sesuai dengan di tengah-tengahnya ada tempat untuk menempelkan pengaduk, dan ada lubang tempat masuk pada 3 tempat, dua untuk memimdahkan contoh dan satu untuk menempatkan termometer, dan (4) penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi (Ansel, 1989).Dengan bertambahnya perhatian pada pengujian disolusi dan penentuan bioavabilitas dari obat dengan bentuk sediaan padat menuju pada pendahuluan dari sistem yang sempurna bagi analisis dan pengujian disolusi tablet (Ansel, 1989).Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larutan dalam cairan pada tempat absorbsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung-usus. Dalam hal dimana kelarutan suatu obat tergantung dari apakah medium asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan berturut-turut dalam lambung dan dalam usus halus. Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi (Ansel, 1989).Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan dalam saluran cerna, obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer, matriks padat juga mengalami disintegrasi menjadi granul-granul, dan granul-granul ini mengalami pemecahan menjadi partikel-partikel halus. Disintegrasi, deagregasi dan disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat tersebut diberikan (Martin, 1993).Mekanisme disolusi, tidak dipengaruhi oleh kekuatan kimia atau reaktivitas partikel-partikel padat terlarut ke dalam zat cair, dengan mengalami dua langkah berturut-turut (Gennaro, 1990):a. Larutan dari zat padat pada permukaan membentuk lapisan tebal yang tetap atau film disekitar partikelb. Difusi dari lapisan tersebut pada massa dari zat cairLangkah pertama, larutan berlangsung sangat singkat. Langkah kedua, difusi lebih lambat dan karena itu adalah langkah terakhir. Adapun mekanisme disolusi dapat digambarkan sebagai berikut:

Lapisan film (h) dgn konsentrasi = CsKristalMassa larutan dengan konsentrasi = Ct

Difusi layer model (theori film)Pada waktu suatu partikel obat mengalami disolusi, molekul-molekul obat pada permukaan mula-mula masuk ke dalam larutan menciptakan suatu lapisan jenuh obat-larutan yang membungkus permukaan partikel obat padat. Lapisan larutan ini dikenal sebagai lapisan difusi. Dari lapisan difusi ini, molekul-molekul obat keluar melewati cairan yang melarut dan berhubungan dengan membran biologis serta absorbsi terjadi. Jika molekul-molekul obat terus meninggalkan larutan difusi, molekul-molekul tersebut diganti dengan obat yang dilarutkan dari permukaan partikel obat dan proses absorbsi tersebut berlanjut (Martin, 1993).Jika proses disolusi untuk suatu partikel obat tertentu adalah cepat, atau jika obat diberikan sebagai suatu larutan dan tetap ada dalam tubuh seperti itu, laju obat yang terabsorbsi terutama akan tergantung pada kesanggupannya menembus menembus pembatas membran. Tetapi, jika laju disolusi untuk suatu partikel obat lambat, misalnya mungkin karena karakteristik zat obat atau bentuk dosis yang diberikan , proses disolusinya sendiri akan merupakan tahap yang menentukan laju dalam proses absorbsi. Perlahan-lahan obat yang larut tidak hanya bisa diabsorbsi pada suatu laju rendah, obat-obat tersebut mungkin tidak seluruhnya diabsorbsi atau dalam beberapa hal banyak yang tidak diabsorbsi setelah pemberian ora, karena batasan waaktu alamiah bahwa obat bisa tinggal dalam lambung atau saluran usus halus (Martin, 1993).Pemikiran awal dilakukannya uji hancurnya tablet didasarkan pada kenyataan bahwa tablet itu pecah menjadi lebih luas dan akan berhubungan dengan tersedianya obat di dalam cairan tubuh. Namun sebenarnya uji hancur hanya waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya partikel melalui saringan. Uji ini tidak memberi jaminan bahwa partikel-partilkel tersebut akan melepas bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya. Untuk itulah sebabnya uji disolusi dan ketentuan uji dikembangkan bagi hampir seluruh produk tablet (Martin, 1993).Diperkirakan bahwa pelepasan paling langsung obat dari formula tablet diperoleh dengan mengukur bioavaibilitas in vivo. Ada berbagai alasan mengapa penggunaan in vivo menjadi sangat terbatas, yaitu lamanya waktu yang diperlukan untuk merencanakan, melakukan, dan mengitepretasi; tingginya keterampilan yang diperlukan bagi pengkajian pada manusia; ketepatan yang rendah serta besarnya penyimpangan pengukuran; besarnya biaya yang diperlukan; pemakaian manusia sebagai obyek bagi penelitian yang nonesensial; dan keharusan menganggap adanya hubungan yang sempurna antara manusia yang sehat dan tidak sehat yang digunakan dalam uji. Dengan demikian, uji disolusi secara in vitro dipakai dan dikembangkan secara luas, dan secara tidak langsung dipakai untuk mengukur bioavabilitas obat, terutama pada penentuan pendahuluan dari faktor-faktor formulasi dan berbagai metoda pembuatan yang tampaknya akan mempengaruhi bioavaibilitas. Seperti pada setiap uji in vitro, sangat penting untuk menghubungkan uji disolusi dengan tes bioavaibilitas in vitro (Ansel, 1989).2.1.3Faktor faktor yang Mempengaruhi Kecepatan DisolusiTerdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan disolusi suatu zat, antara lain (Prasetya dkk., 2012):1. SuhuMeningkatnya suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan (Cs) suatu zat yang bersifat endotermik serta memperbesar harga koefisien difusi zat. Menurut Einstein, koefisien difusi dapat dinyatakan melalui persamaan sebagai berikut :

Dimana:D : koefisien difusik : konstanta Boltzman (13,8 x 10 -24 J/atom K)T : suhur: jari-jari molekul : viskositas pelarut

2. ViskositasTurunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan disolusi suatu zat. Hal ini sesuai dengan persamaan Einstein. Meningkatnya suhu juga menurunkan viskositas dan memperbesar kecepatan disolusi.3. pH PelarutKelarutan zat aktif yang bersifat asam lemah dan basa lemah dipengaruhi oleh pH pelarut. Suatu senyawa asam lemah akan memiliki kelarutan yang lebih besar pada pelarut dengan pH tinggi. Demikian dengan senyawa basa lemah akan memiliki kelarutan yang lebih besar dalam pelarut dengan pH rendah. Hal ini sesuai dengan persamaan untuk masing-masing senyawa, yaitu :1) Asam lemah

Jika (H+) kecil atau pH besar maka kelarutan zat akan meningkat sehingga kecepatan disolusi zat juga meningkat.2) Basa lemah

Jika (H+) besar atau pH kecil maka kelarutan zat akan meningkat sehingga kecepatan disolusi juga meningkat.4. Kecepatan pengadukanKecepatan pengadukan mempengaruhi kecepatan disolusi beberapa jenis zat. Pada zat yang mudah menggumpal setelah menjadi partikel, maka kecepatan pengadukan yang tinggi akan mencegah terjadinya agregat sehingga pengukuran konsentrasi terdisolusi akan lebih baik. Kecepatan pengadukan juga mempengaruhi tebal lapisan disolusi (h). Pengadukan yang cepat menyebabkan tipisnya lapisan difusi sehingga kecepatan disolusi akan meningkat.5. Ukuran PartikelUkuran partikel juga mempengaruhi kecepatan disolusi. Semakin kecil ukuran partikel zat maka luas permukaan efektif semakin besar sehingga kecepatan disolusi meningkat.6. PolimorfismeKelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme. Struktur internal zat yang berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan yang berbeda juga. Kristal meta stabil umumnya lebih mudah larut daripada bentuk stabilnya, sehingga kecepatan disolusinya besar.7. Sifat Permukaan ZatPada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat sifatnya hidrofob. Adanya surfaktan di dalam pelarut menyebabkan tegangan permukaan antar partikel zat dengan pelarut akan menurun sehingga zat mudah terbasahi. Akibatnya, kecepatan disolusinya bertambah.2.1.4Teori Kecepatan DisolusiLaju dimana suatu padatan melarut di dalam suatu pelarut setelah diajukan dalam batasan-batasan kuantitatif. Oleh Noyes dan Whitney pada tahun 1897 dan telah dikerjakan dengan teliti oleh peneliti-peneliti lain, persamaan tersebut bisa dituliskan sebagai berikut (Martin,1993):

= (c3-t)Atau:

= (C3-C)

Dimana M adalah massa terlarut yang dilarutkan pada waktu t. adalah koefisien laju disolusi dari massa tersebut (massa/waktu) D adalah koefisien difusi dari zat terlarut dalam larutan.h ketebalan lapis difusi, C3 kelarutan dari zat padat, yakni konsentrasi larutan jenuh dari senyawa tersebut pada temperature percobaan. Dan C adalah konsentrasi zat terlarut pada waktu t. Besarnya adalah laju disolusi dan K adalah volume larutan.Laju disolusi bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan ke dalam beaker yang berisi air atau dimasukkan ke dalam saluran cerna (saluran gastrointestinum), obat tersebut mulai masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer. Matriks dapat juga mengalami disintegrasi menjadi granul-granul. Dan granul-granul ini mengalami pemecahan menjadi partikel-partikel yang halus. Disintegrasi dengan segala dan disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat tersebut diberikan. Tahapan-tahapan ini dipisahkan agar lebih jelas seperti dapat dilihat pada gambar (Martin,1993).

TABLETATAU KAPSUL

Disintegrasi

OBAT LARUT DALAM LARUTAN (in vitro atau in vivo)OBAT DALAM DARAH, CAIRAN TUBUH LAINNYA DAN JARINGANGRANUL ATAU AGREGAT Absorbsi

(in vivo)

Deagregasi

PARTIKEL-PARTIKEL HALUS

2.2Uraian Bahan1. Alkohol (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995)Nama resmi:AethanolumNama lain: EtanolRM/BM: C2H6O/46,07Rumus struktur: H H

HH HCC H OH

Pemerian:Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, baunya khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78 C. Mudah terbakar.Kelarutan:Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik.Khasiat: Zat tambahanKegunaan:Membersihkan alat yang akan digunakan dari jamur, bakteri, air maupun minyak yang menempel.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api2. HCL (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995).Nama resmi: Acidum HydrochloridumNama lain: Asam kloridaBM / RM: 36,46 g/mol/ HClPemerian: Cairan tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asao dan bau hilang.Kegunaan:Sebagai reagen (pereaksi)Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat3. Ketokonazol (Martindale, 539 ; Dirjen POM, 486) Nama Resmi :KetokonazolumNama lain:Ketokonazole, ketokonaksoli, ketokonazolasRM/BM:C26H28Cl2N202 / 531,44Rumus Struktur:

Pemerian :Berupa serbuk putih berupa abu-abuKelarutan :Praktis tidak larut dalam air, ketokonazole mempunyai Pka 2,0 hingga 5,6: larut dalam atau kloroform. Sedikit llarut dalam alkohol, mudah larut dalam diclorometana, larut dalam metil alkohol.Stabilitas:Ketokonazole harus dilindingi dari kelembabanInkompatibilitas:Ketokonazole tidak kompatibel dengan obat-obat yang dapat menguragi keasaman lambung, seperti antimuskarinitas, antasida, histamn H2 antagonis, dan inhibitor pompa proton karena dapat mengurangi penyerapan ketokonazole. Penyerapan ketokonazole juga mungkin dikuranggi dengan sukralfat, obat-oat enzim yang menghambat rimpafisi, ketokonazole menghambat enzim oksidasi tertentu terutama itrakonazole.Kegunaan:Sebagai zat aktifPenyimpanan:Dalam wadah tertutup baik

BAB IIIMETODE KERJA3.1Alat dan Bahan3.1.1 Alat1. Botol vial2. Disposeble3. Gelas kimia4. Gelas ukur5. Labu disolusi6. Lap halus7. Lap kasar8. Stirer tipe dayung9. Spektrofotometer Uv-Vis10. Waterbath3.1.2 Bahan1. Air bebas CO22. Alkohol 70%3. Alumunium foil4. HCl 0,1 N5. Tablet ketokonazol6. Tissue 3.2Cara Kerja3.2.1 Pembuatan Air Bebas CO21. Dimasukkan air sebanyak 1000 mL kedalam gelas kimia2. Ditutup dengan aluminium foil3. Dipanaskan menggunakan penangas air hingga mendidih4. Setelah itu didinginkan3.2.2 Pembuatan Larutan Baku HCl 0,1 N1. Dilarutkan 3,647 g HCl dalam 1000 mL air bebas CO22. Didinginkan larutan hingga suhu kamar

3.2.3 Proses Penetapan Kadar1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2. Diisi labu disolusi dengan 900 mL air bebas CO2.3. Diatur waterbath pada temperatur 37,5C.4. Dimasukkan tablet ketokonazol 294 mg 5. Dijalankan motor penggerak dengan kecepatan 50 rpm.6. Diambil sebanyak 10 mL dari labu disolusi menggunakan disposeble setiap selang waktu 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55 dan 60 menit pada saat pengadukan. Setiap selesai pengambilan sampel segera diganti dengan 10 mL air.7. Dimasukkan 10 mL sampling ke dalam botol vial8. Diukur absorban menggunakan spektrofotometer Uv-vis

BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil PengamatanppmA

100,396

200,463

300,646

a= 0,25b= 0,012r = 0,966

y= 0,012x + 0,25tAXSebelum DikoreksixSesudah DikoreksiKonsentrasi Maksimum% Kadar Terdisolusi

510,0812,5812,5222 mg27,3%

104,007313,08322,108222 mg62,9%

154,173326,9339,0588222 mg65,5%

204,465351,25366,6678222 mg60,5%

253,697287,25306,1795222 mg72,5%

303,866301,3323,102222 mg68,7%

354,207329,75354,565222 mg62,5%

404,198329357,1125222 mg62,1%

455,013396,9428,3025222 mg51,8%

503,714288,7324,0715222 mg68,5%

553,812296,83335,0885222 mg66,2%

6010,0812,5853,7268222 mg26%

Keterangan : A= absorbant= waktux= konsentrasi

66,2%68,5%72,5%68,7%62,5%62,9%65,5%

60,5%62,1%

51,8%

27,3%

26%

Gambar 4.1.5 Persentase Kecepatan Disolusi4.1.1 Perhitungan x sebelum koreksi1. C1 = t5 y = bx + a10,0 = 0,012x + 0,02510,0-0,25 = 0,012x9,75= 0,012x

x= x= 812,5 2. C2 = t10 y = bx + a4,007 = 0,012x + 0,0254,007-0,25 = 0,012x3,757= 0,012x

x= x= 313,08

3. C3 = t15 y = bx + a4,173 = 0,012x + 0,0254,173-0,25 = 0,012x3,923= 0,012x

x= x= 326,9 4. C4 = t20 y = bx + a4,465 = 0,012x + 0,0254,465-0,25 = 0,012x4,215= 0,012x

x= x= 351,25 5. C5 = t25 y = bx + a3,697 = 0,012x + 0,0253,697-0,25 = 0,012x3,447= 0,012x

x= x= 287,25 6. C6 = t30 y = bx + a3,866 = 0,012x + 0,0253,866-0,25 = 0,012x3,616= 0,012x

x= x= 301,3 7. C7 = t35 y = bx + a4,207= 0,012x + 0,0254,207-0,25 = 0,012x3,957= 0,012x

x= x= 329,75 8. C8 = t40 y = bx + a4,198= 0,012x + 0,0254,198-0,25 = 0,012x3,948= 0,012x

x= x= 329 9. C9= t45 y = bx + a5,013 = 0,012x + 0,0255,013-0,25 = 0,012x4,763= 0,012x

x= x= 396,9 10. C10 = t50 y = bx + a3,714 = 0,012x + 0,0253,714-0,25 = 0,012x3,464= 0,012x

x= x= 288,7 11. C11 = t55 y = bx + a3,812 = 0,012x + 0,0253,812-0,25 = 0,012x3,562= 0,012x

x= x= 296,83 12. C12 = t60 y = bx + a10,0 = 0,012x + 0,02510,0-0,25 = 0,012x9,75= 0,012x

x= x= 812,54.1.2 Perhitungan x sesudah koreksi (faktor koreksi)1. t = 5 menitx1 = C1x1 = 812,5 2. t = 10 menit

x2 = C2 +

x2= 313,08 + x2= 313,08 + (9,028)x2= 322,108 3. t = 15 menit

x3 = C3 +

x3= 326,9 + x3= 313,08 + (9,028 + 3,1308)x3= 339,0588 4. t = 20 menit

x4 = C4 + +

x4= 351,25 + x4= 351,25 + (9,028 + 3,1308 + 3,269)x4= 366,6678 5. t = 25 menit

x5 = C5 + +

x5= 287,25 + +

x5= 287,25 + (9,028 + 3,1308 + 3,269 + 3,5125)x5= 306,1795 6. t = 30 menit

x6 = C6 + +

X6= 301,3 + +

x6= 287,25 + (9,028 + 3,1308 + 3,269 + 3,5125 + 3,5125)x6= 323,102 7. t = 35 menit

x7 = C7 + +

x7= 329,75 + +

x7= 329,75 + (9,028 + 3,1308 + 3,269 + 3,5125 + 3,5125 + 2,8725)x7= 354,565 8. t = 40 menit

x8 = C8 + +

+

X8= 329 + +

X8= 329 + (9,028 + 3,1308 + 3,269 + 3,5125 + 3,5125 + 2,8725 + 3,2975)X8= 357,1125 9. t = 45 menit

x9 = C9 + +

+

X9= 396,9 + +

X9= 396,9 + (9,028 + 3,1308 + 3,269 + 3,5125 + 3,5125 + 2,8725 + 3,2975 + 3,29)X9= 428,3025 10. t = 50 menit

x10 = C10 + +

+

X10= 288,7 + +

X10= 288,7 + (9,028 + 3,1308 + 3,269 + 3,5125 + 3,5125 + 2,8725 + 3,2975 + 3,29 + 3,969)X10= 324,0715 11. t = 55 menit

x11 = C11 + +

+

X11= 296,83 + +

X11= 288,7 + (9,028 + 3,1308 + 3,269 + 3,5125 + 3,5125 + 2,8725 + 3,2975 + 3,29 + 3,969 + 2,887)X11= 335,0885 12. t = 60 menit

x12 = C12 + +

+

X12= 812,5 + +

X12= 812,5 + (9,028 + 3,1308 + 3,269 + 3,5125 + 3,5125 + 2,8725 + 3,2975 + 3,29 + 3,969 + 2,887 + 2,9683)X12= 853,7268

4.1.4 Perhitungan Konsentrasi Maksimum

x 1000 mL = 222 mg4.1.5 Perhitungan Kadar Terdisolusi (%)1. t = 5 menit

% terdisolusi = x 100% = 27,3%2. t = 10 menit

% terdisolusi = x 100% = 62,9%

3. t = 15 menit

% terdisolusi = x 100% = 65,5%4. t = 20 menit

% terdisolusi = x 100% = 60,5%5. t = 25 menit

% terdisolusi = x 100% = 72,5%6. t = 30 menit

% terdisolusi = x 100% = 68,7%

7. t = 35 menit

% terdisolusi = x 100% = 62,6%8. t = 40 menit

% terdisolusi = x 100% = 62,1%9. t = 45 menit

% terdisolusi = x 100% = 51,8%10. t = 50 menit

% terdisolusi = x 100% = 68,5%11. t = 55 menit

% terdisolusi = x 100% = 66,2%12. t = 60 menit

% terdisolusi = x 100% = 26%

4.2PembahasanDisolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat penting artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Laju disolusi adalah jumlah zat aktif dalam sediaan padat yang melarut dalam waktu tertentu (Ansel, 1989).Kecepatan disolusi sediaan sangat berpengaruh terhadap respon klinis dari kelayakan sistem penghantaran obat. Disolusi menjadi sifat sangat penting pada zat aktif yang dikandung oleh sediaan obat tertentu, dimana berpengaruh terhadap kecepatan dan besarnya ketersediaan zat aktif dalam tubuh. Jika disolusi makin cepat, maka absorbsi makin cepat (Anief, 1997).Pada percobaan ini diggunakan tablet ketokonazol 294 mg. Digunakan tablet ketokonazol 294 mg karena masih memenuhi syarat keseragaman bobot dari tablet ketokonazol. Pemerian ketokonazol berupa serbuk putih berupa abu-abu dan memiliki Kelarutan praktis tidak larut dalam air, ketoconazole mempunyai pka 2,0 hingga 5,6: larut dalam atau kloroform. Sedikit larut dalam alkohol, mudah larut dalam diklorometana, larut dalam metil alcohol (Dirjen POM, 1995). Menurut Jurnal Sadeghnia dan Khayyat, medium disolusi tablet ketokonazol menggunakan alat disolusi tipe 2 (dayung), kecepatan rotasi 50 rpm dalam 900 ml HCl 0,1 N, dengan suhu 37 0,5 C. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Jarak antara daun dan dasar labu disolusi adalah 25 mm 2 mm. Digunakan tipe 2 karena tablet ketokonazol memiliki berat jenis yang tinggi sehingga tidak memerlukan alat keranjang untuk menahan agar tablet tidak mengapung ke atas. Kecepatan rotasi 50 rpm menggambarkan gerakkan lambung yang terjadi setiap menitnya. Menurut Lachman, et al. 1994, pengadukan di atas 100 rpm tidak menghasilkan data yang dapat dipakai untuk membeda-bedakan hasil kecepatan melarut. Bilamana ternyata bahwa kecepatan pengadukan perlu lebih dari 100 rpm maka lebih baik untuk mengubah medium daripada menaikkan rpm. Walaupun 4% penyimpangan masih diperbolehkan, sebaiknya dihindarkan dan 900 ml HCl 0,1 N menggambarkan kondisi lingkungan lambung dengan pH asam 1,2. Tahap pertama adalah pembuatan kurva kalibrasi ketokonazol. Kurva baku dibuat dengan mengukur absorbansi larutan ketokonazol dengan konsentrasi 10, 20, dan 30 ppm pada. Hal ini dikarenakan pada rentang konsentrasi tersebut memberikan absorbansi antara 0,2 hingga 0,8. Tujuan kalibrasi adalah untuk meminimalkan kesalahan pengukuran karena didalam tablet ketokonazol terdiri dari bahan tambahan lain sehingga kemugkinan akan mengganggu pembacaan konsentrasi zat aktif ketokonazol. Hasil pengukuran dapat dikaitkan atau ditelusur sampai ke standar yang lebih teliti atau tinggi (standar primer nasional atau internasional) melalui rangkaian perbandingan yang tidak terputus, dalam artian standar ukur itu akan lebih baik apabila berupa standar yang rantainya mendekati SI sehingga tingkat ketidakpastian (error) makin kecil. Berdasarkan data yang diperoleh, pada konsentrasi 10 ppm absorbansinya sebesar 0,396, konsentrasi 20 ppm absorbansinya sebesar 0,463, dan konsentrasi 30 ppm absorbansinya sebesar 0,646. Dengan demikian semua hasil absorbansi ketokonazol yang diperoleh telah memenuhi syarat Hukum Lambert-Beer (Absorbansi= 0,2 0,8). Sehingga diperoleh persamaan garis lurusnya adalah y = 0,012x 0,25 dengan r = 0,966.Tahap kedua adalah pembuatan medium disolusi dari tablet ketokonazol. Dilarutkan 3,647 mg HCl 0,1 N dalam 1000 mL air bebas CO2. Tahap terakhir adalah pengujian disolusi. Uji ini dilakukan dengan memasukkan 900 mL HCl 0,1 sebagai media disolusi ke dalam labu disolusi dan suhu diatur pada 37. Setelah temperatur stabil, tablet ketokonazol dimasukkan pada labu disolusi, dan alat uji disolusi dijalankan dengan kecepatan 50 rpm. Diambil 10 mL pada menit ke 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55 dan 60. Setiap pengambilan, volume yang terambil digantikan dengan medium yang baru yang sama. Hal ini dimaksudkan agar pengujian disolusi berada di bawah kondisi sink atau kondisi pengujian tanpa adanya pengaruh gradien konsentrasi. Pengambilan dilakukan dengan menggunakan spoid yang dihubungkan dengan filter holder. Filter holder bertujuan untuk menghindari molekul-molekul ketokonazol yang tidak larut ikut terambil yang dapat mempengaruhi hasil pengujian karena konsentrasinya dapat berubah. Kemudian larutan yang diambil tersebut diukur kadarnya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan persentase kecepatan disolusi dari tablet ketokonazol adalah pada menit ke-5 27,3%, menit ke-10 62,9%, menit ke-15 65,5%, menit ke-20 60,5%, menit ke-25 72,5%, menit ke-30 68,7%, menit ke-35 62,5%, menit ke-40 62,1%, menit ke-45 51,8%, menit ke-50 68,5%, menit ke-55 66,2% dan menit ke-60 26%. Persentase kecepatan disolusi tablet ketokonazol mengalami naik turun pada menit ke 5 hingga menit ke 60. Persentase kecepatan disolusi maksimum terjadi pada menit ke 25 dan dimenit berikutnya mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan konsentrasi larutan ketokonazol telah jenuh. Larutan jenuh adalah larutan yang telah mengandung zat terlarut dalam jumlah maksimal, sehingga tidak dapat ditambahkan lagi zat terlarut. Pada keadaan ini terjadi kesetimbangan antara solut yang larut dan yang tak larut atau kecepatan pelarutan sama dengan kecepatan pengendapan. Dimana Pada saat melarutnya zat padat di sekelilingnya akan terbentuk lapisan tipis dari larutan jenuhnya, dari lapisan ini akan terjadi difusi ke bagian sisi larutan di sekitarnya (Lachman, et al, 1994).Namun menurut The United State Pharmacopeial, waktu yang diperlukan untuk menguji disolusi tablet ketokonazol adalah selama 30 menit. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa kesalahan pada saat praktikum diantaranya: pemipetan yang salah, pengambilan cuplikan ditempat yang berbeda-beda dan waktu pengambilan yang tidak tepat dan seharusnya setiap akan mengganti sampel dengan konsentrasi yang berbeda, kuvet hendaknya dibilas dengan pelarut sampel agar tidak ada sisa sampel yang sebelumnya yang dapat mempengaruhi nilai dari absorbansi.BAB VPENUTUP5.1KesimpulanBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan persentase kadar terdisolusi tablet ketokonazol diperoleh: pada menit ke-5 27,3%, menit ke-10 62,9%, menit ke-15 65,5%, menit ke-20 60,5%, menit ke-25 72,5%, menit ke-30 68,7%, menit ke-35 62,5%, menit ke-40 62,1%, menit ke-45 51,8%, menit ke-50 68,5%, menit ke-55 66,2% dan menit ke-60 26%. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan tween 80 1% dapat meningkatkan kelarutan tablet ketokonazol setelah dilakukan uji disolusi.5.2SaranV.2.1 LaboratoriumUntuk laboratorium diharapkan agar peralatan praktikum lebih dilengkapi, seperti penyediaan neraca analitik, gelas ukur dan lain-lain.V.2.3PraktikanDiharapkan agar selalu fokus dan lebih berhati-hati dalam praktikum agar bisa mendapatkan hasil yang optimal, tidak ribut dan selalu menjaga fasilitas dalam laboratarium agar tidak rusak.

1