Kebutuhan Dasar Masa Nifas

download Kebutuhan Dasar Masa Nifas

of 29

Transcript of Kebutuhan Dasar Masa Nifas

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kesejahteraan dan kesehatan perempuan di Indonesia saat ini masih perlu ditingkatkan, terlihat dari angka kematian ibu dan bayi yang merupakan indikator derajat kesehatan masih relatif tinggi dibandingkan dengan angka kematian ibu dan bayi di negara-negara ASEAN lainnya. Masalah kesehatan perempuan yang semakin kompleks menuntut penyelesaian yang

komprehensif dan membutuhkan penatalaksanaan perawat yang kompeten di bidangnya. Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali ke keadaan tidak hamil. Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas harus dipenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan, kebutuhan ambulasi dan kebutuhan eliminasi: BAB/BAK. Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, serta proses memproduksi ASI dan ASI tersebut akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan ambulasi juga berperan untuk mempercepat proses involusi dan juga kebutuhan eliminasi juga harus diperhatikan.

1.2. Tujuan Penulisan Tujuan umum Untuk memahami materi tentang kebutuhan dasar ibu masa nifas Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui tentang kebutuhan nutrisi dan cairan pada ibu masa nifas 2. Untuk mengetahui tentang kebutuhan ambulasi pada ibu masa nifas

1

3. Untuk mengetahui tentang kebutuhan eliminasi:BAB/BAK pada ibu masa nifas

1.3. Metode Penulisan Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penyusunan mempergunakan metode pustaka dan penalaran luar (internet). Adapun teknik yang dipergunakan pada peninjauan makalah ini adalah sebagai berikut : 1.3.1 Teknik Pustaka Pada metode ini penyusun membaca buku dan literatur-literatur yang berhubungan dengan isi atau pembahasan masalah. 1.3.2. Pranaluar Luar (Internet) Metode kedua dan terakhir yang digunakan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai masalah yang penyusun bahas pada makalah ini, adalah cara searching dan browsing internet (mencari dan menjelajahi internet).

2

BAB II ISI2.1 Kebutuhan Nutrisi dan Cairan 2.1.1 Post Partum Normal Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi.(4) Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak mengandung cairan.(5) Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, bergizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat.(7) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, (ibu harus mengkonsumsi 3 sampai 4 porsi setiap hari) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui) Pil zat besi harus diminum, untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

a. Kalori Setelah melahirkan, dianjurkan untuk makan dengan kalori sesuai dengan kebutuhan agar tidak kelebihan berat badan. Jika menyusui, maka diperlukan tambahan 400 hingga 500 kalori dari jumlah kalori yang dikonsumsi. Jika kebutuhan wanita dewasa memerlukan 1800 kalori3

perhari, maka yang diperlukan pada saat menyusui yaitu 2300 kalori. Jika menyusui bayi kembar, maka kebutuhan kalori akan menjadi dua kali lipat. Pada periode ini, ibu tidak boleh mengurangi pasokan kalori secara drastis, karena hal ini akan mengganggu proses metabolisme tubuh dan menyebabkan ASI rusak.

b. Protein Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang rusak atau mati. Dalam kondisi menyusui, membutuhkan 3 porsi protein perhari. Pada ibu menyusui 6 bulan pertama membutuhkan tambahan 16 g dan pada 6 bulan berikutnya membutuhkan tambahan 12 g. Satu protein sama dengan tiga gelas susu, dua butir telur, lima putih telur, 120 gram keju, 1 gelas yogurt, 120-140 gram ikan (seafood)/ daging (sapi, domba)/ unggas, 200-240 gram tahu, atau 5-6 sendok selai kacang.

c. Kalsium dan Vitamin D Berguna untuk pembentukan tulang dan gigi. Vitamin D dan Kalsium terserap masuk ke dalam ASI. Untuk mengatasi asupan vitamin D dan kalsium tersebut, atasilah dengan minum susu rendah kalori atau berjemur di pagi dan sore hari. Sebaiknya tingkatkan konsumsi kalsium menjadi 5 porsi perhari. Selama menyusui, ibu membutuhkan 5 porsi kalsium perhari. Satu porsi setara dengan 50-60 gram keju, satu cangkir susu krim, 11/2 13/4 brokoli, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden, atau 280 gram tahu kalsium.

d. Sayuran hijau dan buah Sedikitnya tiga porsi perhari, satu porsi setara dengan 1/8 semangka, mangga, cangkir brokoli, wortel, - cangkir sayuran hijau yang telah dimasak (tanpa kuah), satu tomat, atau paprika merah.

4

e. Bijian utuh dan karbohidrat kompleks Ibu dalam periode masa nifas membutuhkan enam porsi perhari selama menyusui. Satu porsi setara dengan cangkir nasi, cangkir jagung pipil, satu porsi sereal atau oat, satu iris roti dari bijian utuh, kue muffin dari bijian utuh, 2-6 biskuit kering atau crackers, ankir kacangkacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau 40 gram mi/pasta dari bijian utuh.

f. Lemak Hanya butuh sedikit lemak dan harus berhati-hati memilih jenis lemak khususnya bila anda mempunyai resiko terkena penyakit jantung. Rata-rata kebutuhan lemak wanita dewasa adalah 41/2 porsi lemak (14 gram perporsi) perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga sendok makan kacang tanah atau kenari, empat sendok makan krim, secangkir es krim, buah alpukat, dua sendok makan selai kacang, 120140 gram daging tanpa lemak, sembilan kentang goreng, dua iris cake, satu sendok makan mayones atau mentega, atau dua sendok makan saus salad.

g. Garam Batasilah konsumsi garam pada ibu nifas. Hindari makanan yang dibubuhi garam seperti kacang asin, keripik kentang atau acar.

h. Cairan Sedikitnya 8 gelas cairan harus dikonsumsi oleh ibu. Minum sedikitnya 3 liter tiap hari, akan menjadi suatu hal yang sangat baik seandainya bisa dilakukan rutin, segera mengkonsumsi cairan segera setelah menyusui bayi. Cairan ini bisa diperoleh dari air putih, sari buah, susu dan sup.

5

i. Vitamin Selama menyusui ibu nifas tidak dilarang minum vitamin tambahan. Ibu nifas dapat melanjutkan mengkonsumsi vitamin setidaknya sampai 6 bulan pasca melahirkan. Selanjutnya cukup meminum mineral standar yang mengandung vitamin B12, vitamin D (ini diberikan karena selama nifas jarang terkena sinar matahari), asam folat, zat besi dan seng jika diperlukan. Sebaiknya ada juga mengkonsumsi asam folat atau tablet tambah darah selama 40 hari setelah melahirkan. Menjaga daya tahan tubuh, meningkatkan vitalitas dan

produktivitas. Zat besi tersebut dapat di dapatkan dalam daging berwarna merah, hati, makanan laut dan sayuran hijau. Sedangkan asam folat yang berguna dalam mencegah terjadinya anemia (kurangnya hemoglobin dalam darah) terdapat dalam kandungan hati ayam, bayam dan sayuran hijau. Vitamin A Vitamin A sangat penting bagi kesehatan kulit, kelenjar, serta fungsi mata. Sekalipun pada waktu lahir bayi memiliki simpanan vitamin A, ASI tetap menjadi sumber penting dari vitamin A dan karoten (zat gizi yang banyak terdapat secara alami dalam buahbuahan dan sayur-sayuran). Penelitian menunjukkan bahwa karoten dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Wanita menyusui berusia 19 tahun keatas dianjurkan mengkonsumsi 1.300 mg vitamin A per hari. Hati, telur, dan keju merupakan sumbersumber vitamin A yang baik. Vitamin A juga terdapat dalam karoten serta karotenoid lainnya. Vitamin B6 Vitamin B6 membantu penyerapan protein dan meningkatkan fungsi syaraf. Oleh karena kebutuhan protein meningkat selama menyusui, ibu masa nifas memerlukan lebih banyak vitamin B6. Asupan vitamin B6 sebesar 2.0 mg per hari dianjurkan bagi wanita

6

menyusui. Daging, hati, padi-padian, kacang polong, dan kentang adalah sumber-sumber vitamin B6 yang baik Vitamin E Berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi dari radikal bebas, meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-kacangan, minyak nabati dan gandum.

j. Zinc (Seng) Mendukung sistem kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan mendukung pertumbuhan normal. Terdapat dalam daging, telur dan gandum. Lebih dari 100 enzim yang terlibat dalam pencernaan dan metabolisme memerlukan seng. ASI rendah seng akan mengganggu selera makan dan pertumbuhan bayi. Asupan seng harian sebesar 12 mg dianjurkan bagi wanita menyusui berusia 19 tahun keatas. Seafood, hati, dan daging banyak mengandung seng

k. DHA Asam lemak dokosahexsaenoat (DHA) amat penting bagi perkembangan daya lihat dan mental bayi. Asupan DHA berpengaruh langsung pada kandungan DHA dalam air susu ibu. Para ahli riset telah menemukan hubungan erat antara kandungan DHA dalam ASI dengan daya lihat bayi. Para ahli menganjurkan asupan DHA bagi wanita hamil sebesar 300 mg perhari. Telur, otak, hati, dan ikan adalah bahan-bahan makanan kaya DHA. (1)

Ibu yang menderita urtikaria pada kehamilan atau kolestasis hati biasanya akan pulih pada saat kehamilan berakhir. Jalan hidup setelah bayi dilahirkan dapat menyebabkan ibu mengurangi asupan cairan dan mengkonsumsi makanan yang berbeda dari biasanya. Pada gilirannya hal ini dapat mempengaruhi keadaan kulit dan kondisi fisiologis secara keseluruhan. Ibu harus didorong untuk mempertahankan keseimbangan asupan cairan dan

7

diet yang memiliki proporsi makanan segar yang lebih besar (HEA 1999). Hal ini akan memperbaiki aktivitas gastroinstestinal dan absorbs zat besi dan mineral dan mengurangi konstipasi dan perasaan letih.(3) Ibu harus secara berkelanjutan dalam kondisi yang baik, diet yang sehat, seperti pemberian informasi saat kehamilan. Keinginan wanita biasanya ingin mengembalikan tubuh dengan sangat cepat setelah selesai melahirkan. Makanan yang kaya zat besi dan vitamin C akan menolong meningkatkan taraf hemoglobin pada perempuan yang mengalami deficiency anemia.(6) Hanya satu nasihat yang diperlukan pada ibu yang menyusui adalah untuk menghindari makanan yang yang mungkin mengganggu bayi saat bayi menyusui, seperti makanan yang pedas atau mengkonsumsi buah-buahan yang berlebihan sehingga menyebabkan diare. Intake cairan yang dikonsumsi 2.5 liter pada ibu yang menyusui atau cukup untuk memenuhi kebutuhan minum mereka.(6)

2.1.2 Postpartum Dengan Seksio Sesarea Anestesi bisa memperlambat pengambilan tonus otot dan motilitas otot saluran cerna ke keadaan normal sehingga defekasi bisa tertunda 2-3 hari, keadaan ini bisa juga karena pemberian analgesia sebelum operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua bising usus makin masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari ke-3 post operasi. Setelah pasien pasca bedah flatus, pemberian cairan perinfus dihentikan digantikan dengan makanan dan minuman per oral. Adapun makanan diberikan mulai dari bubur saring, minuman sari buah dan susu, selanjutnya bubur secara bertahap dan akhirnya makan biasa.(10)

8

Tabel 2.1 Perbandingan angka kecukupan energi dan zat gizi wanita dewasa dan tambahannya untuk ibu hamil dan menyusui No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Zat gizi Energy (kkal) Protein (g) Vitamin A (RE) Vitamin D (mg) Vitamin E (mg) Vitamin K (mg) Tiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) Vitamin B12 (mg) Asam folat (mg) Piidoksin (mg) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Seng (mg) Yodium (mg) Selenium (mg) Wanita dewasa 2200 48 500 5 8 6,5 1,0 1,2 9 1,0 150 1,6 60 500 450 26 15 150 55 Ibu hamil 285 12 200 5 2 6,5 0,2 0,2 0,1 0,3 150 0,6 10 400 200 20 5 25 15 Ibu menyusui 0-6 bulan 700 16 350 5 4 6,5 0,3 0,4 3 0,3 50 0,5 25 400 300 2 10 50 25 7-12 bulan 500 12 300 5 2 6,5 0,3 0,3 3 0,3 40 0,5 10 400 200 2 10 50 20

Sumber : Asuhan Kebidanan Nifas. 2008

9

Tabel 2.2 Menu yang dianjurkan untuk dikonsumsi ibu nifas

Waktu makan 07.00

Menu sedang yang dapat disajikan Nasi Sayur sop Ayam goreng

10.00

Puding Susu

12.00

Nasi Sayur Capcay Tempe dan Tahu goreng Jeruk

16.00

Lemper Susu

18.30

Nasi Pepes ikan Tomat

20.00

Susu Biskuit

Sumber : http://books.google.co.id/tabel_makanan_ibu_nifas

ASUHAN YANG DIBERIKAN 1. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang banyak mengandung serat 2. Menganjurkan ibu setelah persalinan untuk makan makanan dalam porsi kecil tapi sering 3. Menganjurkan ibu untuk makan makanan dengan porsi yang sama pada saat hamil atau lebih untuk membantu produksi ASI.10

4. Jika ibu akan mengkonsumsi obat sebaiknya dikonsultasikan dulu dengan bidan/tenaga kesehatan 5. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makan makanan yang mengandung zar besi

2.2 Kebutuhan Ambulasi 2.2.1 Postpartum Normal Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan berakhir (anbulasi dini/ early ambulation). Aktifitas tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru. Ambulasi dini terbukti bermanfaat untuk mengurangi insiden tromboembolisme pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat. Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas dan istirahat(2).

Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut: Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Faal usus dan kandung kemih lebih baik. Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat anaknya selama masih berada di rumah sakit. Misalnya memandikan bayo, mengganti pakaian, dan memberikan makanan. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomi). Menurut penelitian-penelitian yang seksama, early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, dan tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomy atau luka di perut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrrotexto uteri.(5)

Early ambulation tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam dan sebagainya.

11

Penambahan kegiatan dengan early ambulation harus secara bertahap, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah melahirkan melakukan kegiatan mencuci, memasak dan sebagainya. Wanita setelah melahirkan secara spontan biasanya hampir seketika bangun dari tempat tidur untuk ke toilet dan mandi. Mereka mungkin memerlukan bantuan di langkah awal dikarena beberapa wanita masih rasa pusing atau pingsan ketika mereka bangun pertama kali setelah melahirkan. Early ambulation mengurangi resiko dari kelainan thromboembolic dan kebanyakan ibu memperoleh ketenangan perasaan dari aktivitas awal ini. Untuk beberapa perempuan asia, bagaimanapun kebutuhan untuk tinggal di dalam satu kamar (In rooming) dengan bayi mereka untuk istirahat dan proses penyembuhan setelah kelahiran bayi. Pada konsep postnatal dengan ibu yang mengalami kekhawatiran setelah melahirkan, mereka mungkin tidak dapat menerima dan diharapkan pada ambulansi di langkah awal ini. Etnisitas dan sikap budaya bersikap setelah melahirkan mempertimbangkan kebutuhan bayinya (Wcollett dan Dosanjh Matwala, 1990). (6)

2.2.2 Postpartum Dengan Seksio Sesarea Mobilisasi bertahap sangat berguna untuk membantu penyembuhan. Miring kanan-miring kiri dimulai sejak 6-10 jam setelah pasien sadar. Latihan nafas dilakukan sedini mungkin sambil tidur, pada hari kedua pasien dapat didudukkan selama 5 menit sambil nafas dalam disertai batuk-batuk kecil guna melonggarkan pernafasan.(10) Anestesi pre operasi mengakibatkan depresi syaraf pernafasan sehingga akan terjadi penurunan kesadaran. Selain itu juga dapat terjadi penurunan tonus uterus yang akan menyebabkan adanya perdarahan.(10) Untuk mengetahui ada tidaknya deep vein trombosis maka dilakukan tes Homans Sign, yaitu positif deep vein trombosis bila calf muscle nyeri bila kaki di dorsi fleksikan dan posisi knee ekstensi. (Polden, 1990).

12

Teknik latihan fisioterapi yang dilakukan adalah Terapi Latihan, yang dalam pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerak tubuh, baik secara aktif maupun pasif. Terapi latihan meliputi pencegahan disfungsi dengan pengembangan, peningkatan, perbaikan atau pemeliharaan kekuatan dan daya tahan otot, kemampuan kardiovaskuler, mobilitas dan fleksibilitas jaringan lunak stabilitas relaksasi koordinasi, keseimbangan dan kemampuan

fungsional. (Kisner, 1996). Mobilisasi dan gerakan-gerakan sederhana sudah dapat dimulai selagi ibu tinggal di klinik atau di rumah sakit, supaya involusi tubuh berjalan dengan baik dan otot-otot mendapatkan tonus, elastisitas, dan fungsinya kembali. Latihan dilakukan secsara teratur, intensif, dan makin lama makin diperberat dengan meningkatkan frekwensi latihan-latihan lebih efesien jika dipadukan dengan pernafasan.(10) Tujuan terapi latihan yang diberikan pada penderita pasca sectio caesarea adalah: 1. Mengurangi nyeri; 2. Mencegah terjadinya deep vien trombosis; 3. Memelihara kekuatan otot perut; 4. Meningkatakan kemampuan aktivitas fungsional. Modalitas terapi untuk penanganan pada kondisi pasca operasi sectio caesarea adalah terapi latihan berupa post natal exercise. 1. Teknik terapi latihan yang digunakan a. Assisted active movement Merupakan gerakan yang terjadi adanya otot yang bersangkutan melawan pengaruh gravitasi, dalam melawan gravitasi kerjanya kekuatan dari luar. Seperti latihan duduk, berdiri dan berjalan serta jongkok berdiri.

13

b. Free active movement Merupakan gerakan aktif dimana pasien melakukan sendiri melawan gravitasi guna peningakatan kekuatan dan daya tahan otot. Gerakan yang dirangkai tersebut dapat mencegah trombosis, melancarkan sirkulasi darah, meningkatkan elastisitas otot perut dan mengurangi nyeri dengan melibatkan semua anggota gerak tubuh bagian atas dan bawah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara latihan bahu, siku dan jari-jari, latihan lutut dan kaki, latihan otot-otot tungkai, serta mobilisasi lengan. c. Static Contraction Static contraction yaitu suatu kontraksi dari otot secara isometric didalam melawan suatu kekuatan atau mempertahankan suatu kestabilan tetapi tidak diikuti adanya gerakan. Seperti mengkontraksikan perut dan pantat serta otot dasar panggul yang di tahan 5 detik kemudian rileksasi. d. Breathing Exercise Suatu latihan pernapasan yaitu penderita menarik nafas dalam melalui hidung hingga rongga dada mengembang dan penahanan pada akhir inspirasi. Teknik yang digunakan adalah manuver inspirasi yaitu inspirasi yang dirangasang selama mungkin kemudian ekspirasi dilakukan tetapi tidak sampai habis. Intinya, menarik nafas dalam dan penguranagan fase ekspirasi. Tujuan dari pemberian latihan ini adalah untuk memelihara dan meningkatkan volume paru pada kasus pasca operasi, selain itu juga bertujuan untuk rileksasi menghilangkan rasa nyeri pada saat latihan. Breathing exercise diberikan pada awal latihan, selingan, dan akhir latihan. 2. Edukasi Menjelaskan pada ibu tentang manfaat latihan penguatan alat-alat perut dan aktivitas perawatan diri. Setelah sampai dirumah, pasien diberi pengarahan untuk supaya tetap berlatih dengan dosis yang terus bertambah dan dilarang untuk aktivitas mengangkat beban yang terlalu berat, karena akan

14

membahayakan bekas jahitan. Selain itu ditambah dengan penjagaan sikap tubuh dan perawatan payudara.(10) Pada hari pertama latihan-latihan yang dapat dilakukan antara lain: 1) Latihan pernafasan perut atau abdominal breathing exercise Sikap berbaring terlentang kedua tangan di samping badan, kedua kaki ditekuk pada lutut dan santai. Bentuk latihan pernapasan perut (1) letakkan tangan kiri di atas perut, (2) lakukan pernafasan diafragma, yaitu tarik nafas melalui hidung, tangan kiri naik ke atas mengikuti dinding perut yang menjadi naik, (3) lalu hembuskan nafas melalui mulut. Frekuensi latihan adalah 12-14 per menit. Lakukan gerakan pernafasan ini sebanyak 8 kali dengan interval 2 menit.

Gambar 2.1 Latihan pernapasan perut 2) Latihan untuk bahu, siku dan jari-jari. Untuk bahu, posisi tidur telentang, pasien diminta menggerakkan bahunya secara aktif ke arah fleksi, ekstensi (mengangkat lengan ke depan dan ke belakang), abduksi-adduksi (mengangkat lengan ke samping badan), sircumduksi secara bergantian kanan dan kiri. Untuk siku, posisi tidur terlentang, pasien diminta untuk menekuk dan meluruskan sikunya secara bergantian kanan dan kiri.

15

Untuk

jari-jari,

posisi

tidur

terlentang,

pasien

diminta

untuk

menggerakkan jari-jari tangannya, genggam lemas, dan semua gerakan diatas diulang sampai 3x 8 hitungan. 3) Positioning Tujuan : Melatih transfer dari telentang ke miring.

Pelaksanaannya : Pasien diminta untuk berubah posisi dari terlentang ke posisi miring kanan dan kiri secara bergantian dalam waktu 15 menit kemudian ganti posisi. Hari ke kedua Latihan-latihan yang diberikan pada hari pertama diulang dengan penambahan intensitas latihan, ditambah latihan untuk kaki dan lutut, posisi pasien berbaring terlentang kedua tungkai lurus, kemudian pasien diminta menekuk dan meluruskan pergelangan kaki (dorsi fleksi dan plantar fleksi), gerakan memutar ke dalam dan ke luar (inversi dan eversi) dan gerakan memutar pergelangan kaki kedalam dan keluar (sirkumduksi), dilanjutkan dengan menekan lutut ke bawah secara bergantian kanan dan kiri. Semua gerakan diatas dilakukan sebanyak 3x8 hitungan.

Gambar 2.2 Bentuk latihan aktif pada kaki16

Hari Ketiga Gerakan-gerakan yang dilakukan pada hari sebelumnya tetap dilakukan, ditambah dengan latihan : 1) Latihan untuk otot-otot tungkai. Posisi pasien berbaring terlentang, kedua tungkai lurus, lalu salah satu tungkai ditekuk dan diluruskan kembali secara bergantian kanan dan kiri, diulang sampai 3x8 hitungan.

Gambar 2.3 Latihan aktif otot-otot tungkai 2) Latihan penguatan otot dasar panggul. Pada pasian pasca sectio caesaria tetap harus diberikan latihan penguatan otot dasar panggul meskipun proses pengeluaran janin tidak melalui pintu panggul (pervaginam), karena selama kehamilan otot-otot dasar panggul teregang seiring dengan makin membesarnya janin dalam uterus.

Pelaksanaannya: posisi pasien terbaring terlentang, kedua lengan disamping badan, dan kedua tungkai ditekuk. Pasien diminta untuk menggerakan atau mengkontraksikan otot-otot disekeliling lubang anus (gluteal) bersama-sama seperti menahan BAK atau BAB, ditahan sampai hitungan kelima, lalu kendorkan, diulang sampai 8 kali hitungan. Tujuan dari latihan ini yaitu untuk mengencangkan otot-otot dasar panggul dan mencegah prolaps uteri.

17

Gambar 2.4 Latihan penguatan otot dasar panggul Kemudian latihan mengangkat pinggul sampai badan dan kedua tungkai atas membentuk sudut dengan lantai yang ditahan oleh kedua kaki dan bah. Turunkan pelan-pelan, diulang sampai 8 kali hitungan. 3) Latihan penguatan otot perut. Pelaksanaannya: berbaring terlentang, gerakan mengangkat kepala dan mengkontraksikan otot-otot perut. Angkat kepala, dagu didekatkan ke dada tahan sejenak (3 hitungan), lalu dikendurkan dan diulangi sampai 8 hitungan. 4) Latihan duduk Bila pasien tidak ada keluhan dapat dilanjutkan dengan latihan duduk. Dari posisi tidur terlentang ke posisi duduk dilakukan dengan cara kedua tungkai dirapatkan, salah satu lutut sedikit di tekuk, kemudian tubuh diputar miring bersamaan dengan kedua tungkai kesisi tempat tidur. Kedua tungkai bawah diturunkan dari Bed sambil mendorong tubuh ke posisi duduk dengan menggunakan dorongan kedua tangan, kemudian terapis harus menanyakan kepada pasien apabila pusing atau mual serta dapat dilihat pada wajah pasien apakah pucat atau tidak.

18

Hari Keempat Gerakan-gerakan pada hari sebelumnya (pertama, kedua, dan ketiga) tetap dilakukan, dilanjutkan dengan: 1) Latihan berdiri Untuk latihan berdiri dimulai dari urutan latihan duduk sampai pasien sudah duduk di tepi Bed dengan kaki menggantung, dilanjutkan pasien menggeser pantat dan tubuhnya ke salah satu sisi tangannya untuk menapakkan salah satu kakinya di lantai, hal ini dilakukan dengan kedua tungkai tetap merapat. Setelah menapak lalu berdiri tegak dan tetap harus ditanyakan oleh terapis pada pasien adakah keluhan pusing dan mual. Jika tidak ada keluhan dapat dilanjutkan dengan latihan berjalan di sekitar Bed. 2) Latihan relaksasi Tidur terlentang, kedua tungkai lurus dan sedikit terbuka, kedua lengan rileks di samping badan. Dibawah lutut dan kepala diganjal bantal. Tutup mata, lemaskan seluruh tubuh, tenang, dilakukan pernafasan teratur dan berirama.

Gambar 2.5 Latihan relaksasi

19

Hari Kelima Gerakan-gerakan sebelumnya tetap dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan: 1) Latihan jongkok-berdiri Posisi awal berdiri tegak, kaki terbuka selebar bahu, tangan berpegangan pada tepi bed, dilakukan gerakan jongkok dengan tangan masih berpegangan dan berdiri kembali perlahan-lahan. Pada latihan ini sebatas toleransi pasien, sehubungan dengan masih adanya nyeri

Gambar 2.6 Latihan jongkok berdiri 2) Latihan pembentukan sikap tubuh yang benar. Posisi berdiri tegak kemudian dilakukan sikap membawa berat badan langsung di atas lekukan kaki dan ratakan semua jari kaki di atas lantai, tekankan lutut ke belakang secara perlahan. Otot-otot panggul

dikencangkan, otot-otot perut ditarik ke dalam, rongga dada dikembangkan, tarik kepala ke atas, luruskan tengkuk. Pertahankan sikap ini sampai 8 hitungan kemudian rileks. Diulang hingga 8 kali.

20

Gambar 2.7 Latihan pembentukan sikap tubuh yang benar Hari Keenam Gerakan atau latihan hari sebelumnya diulang dengan intensitas latihan, dosis latihan ditingkatkan. (10) Anastesi Epidural Pemasukan anestesi lokal ke dalam ruang epidural di lumbal dapat memberikan efek analgesia (bebas dari nyeri) maupun anestesia (penurunan sensasi). Pada anstesi epidural posisi pasien lateral dekubitus atau duduk membungkuk, dilakukan punksi antara vertebra L2-L5 (umumnya L3-L4) dengan jarum/trokard. Ruang epidural dicapai dengan perasaan hilangnya tahanan pada saat jarum menembus ligamentum flavum. Komplikasi yang paling umum anestesi tulang belakang adalah sakit kepala yang disebabkan oleh bocornya cairan ini. Wanita yang pada saat proses persalinannya menggunakan anastesi epidural, persalinan traumatis atau operasi caesarea dia mungkin biasanya bangun dari tempat tidur setelah 12 jam, tapi dalam melakukannya harus sangat hati-hati. Setiap perempuan harus dikaji secara individu.(12)

21

Anastesi Umum Anestesi umum dilakukan untuk memblok pusat kesadaran otak dengan menghilangkan kesadaran, menimbulkan relaksasi dan hilangnya rasa sakit. Pada umumnya metoda yang digunakan untuk pemberiannya adalah dengan inhalasi dan intravena. Efek samping yang serius anestesi umum jarang terjadi pada orang-orang yang sehat. Tetapi karena anestesi umum mempengaruhi seluruh tubuh, itu lebih cenderung menyebabkan efek samping dari anestesi lokal atau regional. Untungnya, kebanyakan efek samping anestesi umum yang ringan dan dapat dengan mudah dikelola. Anestesi umum menekan refleks normal tenggorokan yang mencegah aspirasi, seperti menelan, batuk, atau muntah. Aspirasi terjadi ketika suatu benda atau cairan dihirup ke saluran pernafasan (di tenggorokan atau paruparu). Tindakan penekanan trikoid yang efektif sangat penting bagi klien yang beresiko mengalami aspirasi. Apabila dilakukan dengan benar dapat mencegah regurgitasi dan aspirasi isi lambung selama induksi dan intubasi. Penerapan tekanan harus dimulai sewaktu klien sadar. Apabila penekanan tidak dilakukan secara konstan maka dapat terjadi aspirasi. Untuk mengurangi risiko ini, orang biasanya diperintahkan untuk tidak makan atau minum apa pun untuk jumlah tertentu jam sebelum anestesi sehingga perut kosong.(11)

ASUHAN YANG DIBERIKAN 1. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan mobilisasi di tempat tidur (miring kiri/miring kanan/ duduk) sebelum bangun dari tempat tidur jika setelah persalinan ibu merasa sangat lemah dan pusing. 2. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi miring kanan-kiri di tempat tidur setelah 6-10 jam post seksio sesarea.

22

3. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan mobilisasi untuk mempercepat proses involusi. 4. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat tapi pekerjaan ibu rumah tangga boleh dilakukan.

2. 3. Kebutuhan Eliminasi : BAB/BAK 2.3.1 Buang air kecil (BAK) Setelah selesai proses persalinan, kemungkinan ibu akan mengalami penurunan privasi, sehingga mereka akan sulit memberikan informasi mengenai masalah fungsi kandung kemih. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan masalah ini akan terjadi pada sebagian besar ibu (karena mereka baru saja melahirkan) dan bahwa masalah ini bersifat unik bagi mereka. Ibu mungkin tidak dapat menceritakan kepada bidan mengenai masalah ini kecuali jika masalah tersebut memang cukup berat daripada yang mereka bayangkan. Hambatan psikologis dan sosiologis ini dapat menyebabkan ibu mengalami masalah perkemihan yang serius selama bertahun-tahun setelah persalinan (McArhur et al 1991, WHO 1998). Dengan mempertimbangkan kembali aspek rentang fungsi normal setelah melahirkan, ibu harus diyakinkan bahwa dalam beberapa hari pertama setelah persalinan, gangguan minor pada system perkemihan dan pencernaan merupakan hal yang normal terjadi. Hal ini berupa retensi atau inkontinensia urine. Bidan menggunakan keterampilan asuhan kebidanan untuk mencoba

mengeksplorasi kemungkinan penyebab hal tersebut dan memutuskan apakah masalah tersebut dapat sembuh sendiri atau memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.(3) Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen

23

yang bersifat menahan air akan memgalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu. Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan ektraseluler 50%. Setelah melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai urine. Umumnya pada partus lama yang kemudian diakhiri dengan ektraksi vakum atau cunam, dapat mengakibatkan retensio urine. Bila perlu, sebaiknya dipasang dower catheter untuk memberi istirahat pada otot-otot kandung kencing. Dengan demikian, jika ada kerusakan-kerusakan pada otot-otot kandung kencing, otot-otot cepat pulih kembali sehingga fungsinya cepat pula kembali. (7) Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine) pada postpartum adalah: a. Berkurangnya tekanan intraabdominal. b. Otot-otot perut masih lemah. c. Edema pada uretra d. Dinding kandung kemih kurang sensitif. (5)

2.3.2 Buang air besar (BAB) Tipe penurunan tonus otot dan motilitas traktus intestinal berlangsung hanya beberapa waktu stelah persalinan. Penggunaan analgetik dan anastesi yang berlebihan dapat memperlambat pemulihan kontraksi dan motilitas otot. Pengosongan usus secara spontan terhambat sehingga 2-3 hari setelah perslinan. Ini disebabkan oleh penurunan kontraksi otot (ileus tidak dinamis) pada intestinal selama proses persalinan dan awal nifas, diare sebelum proses persalinan atau penggunaan enema sebelum kelahiran bayi, kekurangan makan, dehidrasi atau pembengkakan perineal yang disebabkan oleh episiotomi, luka dan hemoroid. Kebiasaan mengosongkan usus secara regular perlu dilatih kembali untuk merangsang pengosongan usus. Sistem pencernaan pada wanita nifas membutuhkan waktu yang berangsur-angsur untuk kembali normal. Pola makan ibu nifas tidak akan

24

seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut mendukung konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama. Suppositoria dibutuhkan untuk membantu eliminasi pada ibu nifas. Postpartum Normal Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 3-4 jam postpartum. Jika dalam waktu lebih dari 6 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc maka dilakukan kataterisasi. (4) Kadang-kadang vesika urinaria mengalami cedera atau tekanan

selama melahirkan, dan perlu dilakukan pengosongan. Vesika urinaria dapat berisi sejumlah urine bahkan ketika otot sphincter tak dapat bekerja maka pengeluaran urine tidak dapat dikendalikan. Kondisi kondisi ini dinamakan dengan retensio urine. Pada kondisi ini kateterisasi mungkin perlu dilakukan. Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah melahirkan karena enema prapersalinan, diet cairan, obat-obatan analgesik selama persalinan dan perineum yang sakit, serta penurunan motilitas usus, atau akibat tindakan operatif pada saat persalinan.(6) Jika setelah hari ketiga belum juga buang air besar, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per rectal. Jika setelah pemberian obat pencahar belum bisa buang air besar, maka dilakukan klisma (huknah). Memberikan asupan cairan yang cukup, diet yang tinggi serat serta ambulasi secara teratur dapat membantu untuk mencapai regulasi BAB.

2.3.3 Postpartum Dengan Seksio Sesarea. Anestesi pre operasi mengakibatkan depresi syaraf pernafasan sehingga akan terjadi penurunan kesadaran. Selain itu juga dapat terjadi penurunan tonus uterus yang akan menyebabkan adanya perdarahan. Akibat anestesi yang lain adalah depresi pada syaraf genitourinaria yang

25

mengakibatkan penurunan otot saluran kemih, sehingga terjadi perubahan eliminasi urin atau retensi urin. Dengan analgesia spinal, sensasi kandung kencing mungkin dilumpuhkan dan pengosongan kandung kencing terganggu selama beberapa jam setelah persalinan. Akibatnya, distensi kandung kencing sering merupakan komplikasi masa nifas, terutama kalau telah dan masih diberikan volume cairan intravena yang banyak.(11) Setelah persalinan, biasanya dilakukan kateterisasi 24-48 jam pertama. Setelah itu, anjurkan berkemih setiap 4 jam sampai 6 jam bila mungkin. Berikan teknik untuk mendorong berkemih sesuai kebutuhan. Jelaskan prosedur perawatan perineal per kebijakan rumah sakit. Palpasi abdomen bawah bila pasien melaporkan distensi kandung kemih dan ketidakmampuan untuk berkemih. Anjurkan ibu untuk ambulasi sesuai toleransi. kesulitan dalam buang air kecil tetapi pembentukan urin oleh ginjal meningkat Nyeri yang berhubungan dengan kondisi pasca operasi serta kerusakan perfusi jaringan kardiopulmoner dan perifer yang berhubungan dengan interupsi aliran sekunder terhadap imobilitas pasca operasi. Resiko terhadap perubahan pola eliminasi perkemihan dan/atau konstipasi yang berhubungan dengan manipulasi dan/atau trauma sekunder terhadap sectio caesaria. defekasi umumnya mengalami sembelit pada hari pertama setelah persalinan. Ibu yang mengalami seksio sesarea akan defekasi dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan. (8)

ASUHAN YANG DIBERIKAN 1. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAK jika perineum ibu dijahit. 2. Memberitahu ibu minum minimal 12 gelas sehari untuk melancarkan perkemihan. 3. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang berserat untuk memperlancar proses defekasi. 4. Menganjurkan ibu untuk membiasakan defekasi secara teratur selama periode postnatal.

26

5. Sesulit apapun masalah menegani defekasi, hal ini harus didiskusikan agar memudahkan dalam pemberian asuhan. 6. Jika masalah defekasi ini berlanjut, maka diajadikan catatan tersendiri bagi bidan untuk menentukan asuhan selanjutnya. 7. Apapun obat yang akan diberikan harus sesuai dengan petunjuk dari tenaga kesehatan. 8. Jika masalah defekasi ini tidak tercpecahkan, bidan harus segera melakukan rujukan.

27

BAB III KESIMPULANPada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, bergizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah persalinan berakhir (anbulasi dini/ early ambulation). Aktifitas tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paruparu. Ambulasi dini terbukti bermanfaat untuk mengurangi insiden

tromboembolisme pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat. Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc maka dilakukan kataterisasi. Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari setelah melahirkan karena enema prapersalinan, diet cairan, obatobatan analgesik selama persalinan dan perineum yang sakit. Jika setelah hari ketiga belum juga buang air besar, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per rectal. Jika setelah pemberian obat pencahar belum bisa buang air besar, maka dilakukan klisma (huknah). Memberikan asupan cairan yang cukup, diet yang tinggi serat serta ambulasi secara teratur dapat membantu untuk mencapai regulasi BAB.

28

DAFTAR PUSTAKA

1.

Ami, Marmi. 2009. Diakses tanggal 8 Februari 2010 jam 10.30. http://bidankusholihah.blogspot.com/kebutuhan-dasar-ibu-nifas-danmenyusui.html.

2.

Bobak, Irene M, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

3. 4.

Fraser & Cooper.2002. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC Retna, Eny; Wulandari, Diah. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia.

5.

Saleha, Siti.2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

6. 7.

Sweet, Betty R. 1997. Mayes Midwifery. London: Bailliere Tindall. Zie. 2008. Diakses tanggal 8 Februari 2010 jam 10.30.

http://tutorialkuliah.blogspot.com/nifas/kebutuhan-dasar-ibu-nifas.html. 8. 9. Allen, Carol Vestal, (1998) Memahami Proses Keperawatan. Jakarta: EGC. Johnson, Ruth, dkk. 2005. Skills fosr midwifery practice. London: Elsevier

10. Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC 11. http://medlinux.blogspot.com/2007/09/penatalaksanaan_anastesi-pada _sc.html 12. Sellers. Pauline McCall. 1993. Midwifery volume 1. Africa : Creada Press, Solan Road, Cape Town.

29