Kebudayaan maritim (2)

25
WAWASAN KEMARITIMAN Hasniah Email: hasniah_antrounhalu @yahoo.com

Transcript of Kebudayaan maritim (2)

Page 1: Kebudayaan maritim (2)

WAWASAN KEMARITIMAN

HasniahEmail: [email protected]

Page 2: Kebudayaan maritim (2)

KEBUDAYAAN MARITIM

KONSEP KEBUDAYAAN• Banyak ahli yang telah merumuskan defenisi

kebudayaan, salah satu diantaranya adalah Koentjaraningrat. Menurutnya, kebudayaan adalah sistem-sistem ide/gagasan, tindakan/ praktek terpola, dan karya manusia dalam rangka berkehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia melalui proses belajar.

Page 3: Kebudayaan maritim (2)

• Koentjaraningrat membagi kebudayaan kedalam tiga wujud, yaitu :

1. Wujud ideasional/ kognitif/ mental. 2. Wujud tindakan/ praktek terpola. 3. Wujud kebendaan buatan manusia.

• Ketiga wujud kebudayaan tersebut saling terkait antara satu dengan yang lainnya secara vertikal. Sifat saling keterkaitan vertikal antar ketiga sistem itu disebut hubungan sibernetik.

Page 4: Kebudayaan maritim (2)

• Dalam proses kehidupan masyarakat sehari-hari, sistem budaya (berupa gagasan, pengetahuan, keyakinan, nilai, dan norma) selalu atau seharusnya menjadi pedoman pembuatan keputusan atau bertindak (sistem sosial). Selanjutnya sistem budaya bersama sistem sosial (berupa interaksi dan organisasi sosial) mempedomani dan mewadahi praktek berkarya dengan rekayasa dan penggunaan teknik-teknik tertentu. Sebaliknya, budaya material (karya yang baik dan memuaskan) menjadi prasyarat diintensifkannya sistem sosial, yang selanjutnya menyumbang kepada pengokohan sistem budaya.

Page 5: Kebudayaan maritim (2)

• Ada tujuh unsur kebudayaan yang berlaku secara umum (cultural universal), diantaranya:

1. Sistem pengetahuan 2. Sistem bahasa 3. Sistem organisasi sosial 4. Sistem mata pencaharian hidup 5. Sistem peralatan hidup 6. Sistem religi dan kepercayaan 7. Sistem kesenian

Page 6: Kebudayaan maritim (2)

Konsep Kebudayaan Maritim

• Kebudayaan Maritim dipahami sebagai “sistem-sistem ideasional/ kognitif/ mental, perilaku/ tindakan, dan karya/ sarana dan prasarana yang digunakan oleh masyarakat pendukungnya (masyarakat maritim) dalam rangka pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan merekayasa jasa-jasa lingkungan laut bagi kehidupannya”.

Page 7: Kebudayaan maritim (2)

Unsur-unsur Kebudayaan Maritim

1. Sistem Ideasional/ Kognitif/ Mental• Ide/ Gagasan - Menangkap ikan dan hasil laut lainnya merupakan

media interaksi manusia dan lingkungan alam, makhluk gaib, hantu-hantu, tuhan atau dewa laut, yang menguasai dan menjaga sumberdaya laut pada lokasi tertentu.

- Laut yang luas dengan segala isinya tidak ada orang memilikinya, diciptakan oleh Allah untuk dimanfaatkan oleh manusia dengan doa dan usaha keras.

Page 8: Kebudayaan maritim (2)

• Sistem Pengetahuan - Pengetahuan pelayaran (tentang musim, kondisi cuaca

dan suhu, kondisi dasar, kondisi air laut, dan tanda-tanda alam) untuk menentukan waktu kegiatan pelayaran.

- Pengetahuan tentang lingkungan dan sumberdaya laut, baik hayati maupun nonhayati (terkait jenis/ spesis bernilai ekonomis dan kondisi populasi/ perilaku/ lokasi).

- Pengetahuan tentang lingkungan sosial (terkait dengan siapa mereka bertransaksi, bekerjasama, meminta jas perlindungan keamanan, sebaliknya melakukan persaingan dan konflik memperebutkan potensi sumberdaya dan jasa laut.

Page 9: Kebudayaan maritim (2)

• Sistem Nilai Berfungsi sebagai pedoman bagi setiap

individu atau kelompok dalam menentukan sikap, tindakan, dan memaknai segala hal yang dianggap baik atau layak dalam hubungan manusia dengan lingkungan, berkehidupan bersama, berekonomi, beragama, berteknologi, berkesenian, dll

Page 10: Kebudayaan maritim (2)

• Sistem Norma/ Aturan Berfungsi mengatur secara khusus perangkat-

perangkat tindakan kelompok atau individu dalam semua bidang kehidupan.

- Norma perkreditan, pemasaran, dan penentuan harga

- Penetapan aturan bagi hasil - Hak penguasaan wilayah/lokasi penangkapan - Larangan penggunaan bom dan pukat harimau - Peraturan kuota - Peraturan keselamatan pelayaran

Page 11: Kebudayaan maritim (2)

2. Bahasa

• Bahasa yang digunakan masyarakat maritim banyak berbeda dengan masyarakat di darat meskipun berasal dari suku bangsa yang sama. Perbedaannya dalam hal perbendaharaan dan pemaknaan kata-kata yang diucapkan sehari-hari untuk menamai :

- unsur-unsur dan gejala alam fisik dan flora fauna yang dimanfaatkan

- lingkungan sosial untuk bergaul dan bekerjasama - sektor kerja dan teknologi yang diterapkan - dll

Page 12: Kebudayaan maritim (2)

• Contoh beberapa kata dalam bahasa pelaut : - Musim : timo’ (musim timur), bare’ (musim barat),

jenne’ kebo’ (musim pancaroba) dll. - Lokasi SDA : taka, pasi’, bungin, pulau, dll. - Jenis-jenis karang : batu karang, karang bunga, k.

pute, k. tinggi, k. keriting, dsb. - Kondisi air laut : pasang, meti, dll - Jenis-jenis ikan karang : sunu, kerapu, katamba,

laccukang, sarisi, lamuru, tenggiri, baronang, dsb. - Perahu : lepa-lepa, sampan, jarangka’, katinting,

jolloro, pinisi, bodi, dsb.

Page 13: Kebudayaan maritim (2)

- Alat tangkap : pancing labu, bubu, puka’, rumpong, bagang, kompresor, dll.

- Kata pengganti nama binatang yang pemali diucapkan di laut : toriwai/ torije’ne (buaya), todapo’ (kucing), dan totakke (monyet).

- Ungkapan dalam mantra : nurung ri wae nama sebenarmu hai lautan, nabi nuhung nabimu hai perahu, berjiwa besarlah, kita menjelajah samudra luas, mencari rezeki dan kita segera kembali sebelum hari yang ketujuh.

Page 14: Kebudayaan maritim (2)

3. Organisasi sosial

• Contoh kelompok kerjasama nelayan dan pelayar : - schipper-bemanning (Belanda) - juragan-pandega (Jawa) - tanase wasanae (Maluku) - ponggawa-sawi (Bugis, Makassar, Bajo)• Fungsi utama Organisasi sosial : 1. Meringankan pekerjaan berat dan rumit di laut. 2. Mekanisme perolehan modal dan pemasaran. 3. Wadah dan media pembelajaran pengetahuan, ketrampilan kerja,

dan kepribadian kebaharian. 4. Lembaga dan media tolong menolong dan sekuritas sosial. 5. Mekanisme distribusi risiko.

Page 15: Kebudayaan maritim (2)

4. Sistem Teknologi Kebaharian

• Berbagai tipe perahu tradisional milik kelompok suku bangsa di Indonesia :

- perahu patorani (Makassar) - lambo (Mandar) - pinisi, bagang (Bugis) - lambo (Buton) - janggolan, perahu jarring (Madura) - mayang, jukung (Jawa) - nade (Sumatra)

Page 16: Kebudayaan maritim (2)

• Teknologi penangkapan ikan di Indonesia, ada 5 kategori :

1. Net 2. Pancing 3. Bubu 4. Alat tusuk (tombak, panah) 5. Teknik lainnya

Page 17: Kebudayaan maritim (2)
Page 18: Kebudayaan maritim (2)
Page 19: Kebudayaan maritim (2)

5. Sistem Ekonomi Kebaharian

• Sistem ekonomi kebaharian terdiri dari : - sektor-sektor perikanan (perikanan tangkap, budidaya) - jasa (pelayaran/pengangkutan, pengamanan wilayah

laut, pendidikan, pemerintahan, pengerukan dasar laut kawasan pelabuhan dan pemukiman, pembangunan pemukiman pantai)

- perdagangan (lewat laut, hasil laut ke darat, usaha modal)

- industri (hasil laut, pertambangan, pembuatan garam, pembuatan perahu/kapal dan alat tangkap, industri jasa pariwisata dan barang kerajinan hasil laut).

Page 20: Kebudayaan maritim (2)

a. Sistem Produksi Laut yang luas dengan kekayaan sumberdaya hayati dan

nonhayati yang dikandungnya merupakan faktor produksi dari sektor ekonomi kebaharian utama seperti perikanan dan industri maritim.

Terdapat 5 bentuk pemilikan/penguasaan wilayah dan sumberdaya laut yang dipraktekkan oleh nelayan diberbagai tempat di dunia, yaitu :

1. Pemilikan/penguasaan bersama komunitas 2. Pemilikan/penguasaan individual/keluarga 3. Pemilikan/penguasaan privat 4. Pemilikan/penguasaan negara 5. Penguasaan dan pemanfaatan secara bebas/terbuka

Page 21: Kebudayaan maritim (2)

Modal usaha merupakan faktor produksi terpenting dalam suatu usaha perikanan, baik skala besar dan modern maupun skala kecil tradisional. Modal usaha perikanan ini terinvestasi dalam alat-alat produksi (kapal/perahu,, mesin, alat-alat tangkap dan perlengkapan).

Tenaga kerja juga merupakan faktor produksi menentukan dalam usaha ekonomi perikanan laut, dengan mempertimbangkan jenis kelamin dan kondisi fisik, asal usul, pendidikan, dan usia.

Pengolahan dan pengawetan hasil tangkapan merupakan tahap kegiatan transisi antara sistem produksi dan sistem pemasaran.

Page 22: Kebudayaan maritim (2)

b. Sistem Pemasaran Masyarakat nelayan di dunia ketiga yang masih

banyak dikuasai oleh kelas pengusaha modal atau rentenir lokal/dari luar, pola jaringan pemasaran komoditas lautnya kebanyakan mengikuti jaringan sumber perolehan modalnya.

Sebaliknya di negara maju yang nelayannya mempunyai posisi tawar yang kuat, pemasaran hasil lautnya diatur menurut mekanisme pasar bebas dan kebijakan pemerintah hingga batas-batas tertentu.

Page 23: Kebudayaan maritim (2)

b. Sistem Konsumsi Sistem konsumsi dalam ekonomi nelayan adalah

daftar kebutuhan, kondisi penghasilan, dan pola penjatahan pendapatan ekonominya.

Daftar kebutuhan pokok nelayan sama saja dengan masyarakat di darat, meliputi sandang, pangan, papan, perabot rumah tangga, kesehatan, pendidikan, sosial religius (perkawinan, hajatan, menunaikan ibadah haji, kematian) pengembangan usaha dan biaya produksi, dll.

Page 24: Kebudayaan maritim (2)

6. Seni Kebaharian

• Kebudayaan maritim juga tidak luput dari unsur kesenian, terutama seni arsitektur/konstruksi kapal/perahu dan layar, ukir dan gambar dengan motif dan warna cet, lagu dan musik. Perahu-perahu Jawa dan Bali, India dan Cina banyak dicirikan dengan ukiran dan gambar binatang dengan kombinasi warna cet. Ukiran dan gambar tersebut, selain berfungsi seni, juga memuat makna akan gagasan dunia dan keyakinan religius.

Page 25: Kebudayaan maritim (2)

7. Sistem Religi dan Keyakinan

• Kebanyakan nelayan Bugis, Bajo, Makassar, dan Madura yang beragama Islam sangat percaya pada kekuasaan Allah dan takdir-Nya. Sedikit banyaknya hasil yang diperoleh senantiasa dikembalikan pada ketentuan takdir. Rintangan arus dan ombak, dalamnya laut, berbahaya dan angkernya tempat yang kaya sumberdayanya, dan ancaman raksasa laut, semuanya dihadapi dan dilawan atau dihindari dengan keyakinan religius dan praktek ritual.