kebudayaan kalbar

download kebudayaan kalbar

of 24

description

BUDAYA

Transcript of kebudayaan kalbar

PENYEBAB PENGKLAIMAN BUDAYA INDONESIA OLEH NEGARA LAIN Rabu, Desember 21, 2011 Max-arbeta12 No comments

Keberagaman budaya yang dimiliki oleh negara Indonesia sering kali mengundang perhatian dari negara negara lain untuk ingin tahu lebih dalam tentang keunikan keunikan budaya yang kita miliki. Indonesia terkenal sebagai bangsa yang luhur. Memiliki keragaman budaya yang tersebar di pelosok-pelosok nusantara. Dari kesenian, adat-istiadat hingga makanan melekat mewarnai keragaman bangsa ini. Tidak heran jika begitu banyaknya budaya yang kita miliki, justru membuat kita tidak mengetahui apa saja budaya yang ada Indonesia. Bahkan kita sendiri pun sebagai generasi muda terkadang melupakan budaya daerah kita. Sangat ironis rasanya, orang Indonesia tetapi tidak mengenal ciri khas bangsanya sendiri. Ketertarikan budaya yang semakin meluntur juga sangat nampak pada diri generasi muda saat ini. Lantas apa saja yang menyebabkan terjadinya pengklaiman budaya oleh negara negara lain? Adapun faktor faktor penyebabnya adalah sebagai berikut : Pengklaiman budaya kita oleh Malaysia 1. Karena adanya kesamaan antara suku dan ras masyarakat indonesia dengan malaysia2. Faktor bisnis (terutama pengenalan visit malaysia kepada masyarakat dunia).3. Faktor perkembangan masyarakat yang notabene pembentuk ras melayu (jawa,minang,bugis,mandailing) yang awlnya berasal dari Indonesia lalu berimigrasi ke malaysia yang sebelumnya membawa kebudayaan asli indonesia lalu mengenalkannya ke khalayak di seluruh kawasan negara malaysia.4. Faktor pameran kesenian indonesia di malaysia yang secara tidak sengaja juga ikut mengajarkan kebudayaan indonesia secara terperinci kepada masyarakat malaysia yang tertarik kepada kebudayaan negara Indonesia.5. Keminiman budaya asli negara malaysia.6. Kesamaan ciri khas kebudayaan indonesia dengan malaysia dari faktor kesamaan alat musik nada sebuah lagu, serta adat budaya tersebut.7. Kebudayaan tradisional yang notabene telah berabad - abad ada dan tidak adanya saksi hidup pencipta kebudayaan tersebut (ex : lagu daerah memang tanpa pencipta).8. Budayawan kita yang kurang mengerti akan kebudayaan sendiri , namun budayawan malaysia mengerti dan paham akan seluk beluk kebudayaan negara indonesia (khususnya melayu).9. Penyampaian budaya sendiri (minimal:khusus daerah jawa tengah mengerti akan budaya jawa tengah) yang kurang tetapi penyampaian info di kancah internasional lebih luas dan terperinci.10. Kesamaan ras yang mungkin mengakibatkan adanya ideologi bahwa indonesia dan malaysia itu satu di mata orang - orang malaysia jadi kepemilikan budaya pun bisa di samakan (intinya antara indonesia dan malaysia itu sama semua jadi klaim mengklaim itu tidak salah di mata malasyia ).11. Faktor awal lahirnya negara indonesia dengan malaysia , malaysia beranggapan bahwa antara malaysia dengan Indonesia itu lebih tua malaysia , jadi malaysia berhak mengklaim kebudayaan Indonesia karena mereka beranggapan kebudayaan Indonesia ada karena kebudayaan malaysia jadi asal usul kebudayaan Indonesia berawal dari malaysia. Faktor pengklaiman karena globalisasi.Era globalisasi, tentu akan berpengaruh pada dinamika budaya di setiap negara. Khususnya di Indonesia, hal ini bisa dirasakan dan sangat menonjol saat ini. Begitu bebas budaya yang masuk dari berbagai arus kehidupan. Pribadi yang ramah-tamah juga sangat mendukung masuknya berbagai budaya tersebut. Ditambah lagi generasi muda kita yang terkesan bosan dengan budaya yang mereka anggap kuno. Namun, masuknya budaya dari luar justru kerap berimbas buruk bagi bangsa ini. Misalnya budaya berpakaian, gaya hidup (life style), segi iptek, maupun adat-istiadat. Kesemua itu berdampak sangat buruk dan dapat dengan mudah dapat menggeser budaya asli yang ada di Indonesia.Kita sebenarnya belum siap menerima era globalisasi. Gaya hidup kita semakin menjurus ke arah barat yang individual dan liberal. Budaya gotong-royong pun semakin memudar. Dari segi iptek, sebagian besar juga berdampak buruk bagi kita. Yakni penyalahgunaan teknologi kerap kali terjadi. Kemudian, belum ada filterisasi budaya yang masuk. Begitu mudah budaya masuk tanpa ada penyaringan kesesuaian dengan budaya asli kita. Akibatnya kita seperti berjalan mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern. Tetapi sayangnya budaya luhur yang dulu melekat dalam diri, perlahan semakin menghilang. Parahnya, budaya daerah yang ada justru kita abaikan.Dampak yang paling buruk terjadi ialah hilangnya budaya-budaya yang menjadi ciri khas di beberapa daerah. Bahkan terjadi pencurian atau sering kita dengar pengklaiman budaya nasional oleh negara lain. Sungguh disayangkan hal itu bisa dialami bangsa Indonesia. Akhir-akhir ini negara tetangga kita mengklaim begitu banyak budaya dari Indonesia. Bisa kita ambil contoh, batik, reog ponorogo, masakan rendang dari Sumatra Barat, kuda lumping, lagu rasa sayange, alat musik angklung, gamelan dari Jawa serta tari piring. Sampai yang terkini adalah tari pendet dari Bali, dan masih banyak lagi. Ini semakin menunjukkan bahwa kita lemah dalam menjaga jati diri dan mudah kecolongan oleh negara lain.

Kesadaran generasi muda yang kurang akan pentingnya budaya.Untuk mempertahankan budaya memang sangat dibutuhkan kesadaran yang kuat. Tidak hanya mengakui tetapi harus ikut serta dalam pelestarian budaya. Dari kesadaran itulah akan muncul upaya-upaya menjaga, melindungi budaya asli daerah sehingga akan tetap utuh. Sehingga, tidak mungkin akan diakui negara lain. Perpindahan penduduk menyebabkan budaya kita diakui oleh negara lain.Saat ini banyak penduduk Indonesia yang bekerja di luar negeri. Bahkan banyak pula yang telah menetap di sana menjadi warga negara tempat ia tinggal. Perpindahan tersebut tidak menutup kemungkinan akan diikuti perpindahan budaya. Budaya-budaya dari Indonesia pasti ada yang diterapkan di negara lain tempat mereka bekerja. Inilah yang menyebabkan keinginan negara lain untuk mengakui budaya Indonesia. Karena mereka menganggap budaya itu sudah biasa mereka lihat di negaranya. Pemerintah kurang perhatian terhadap kekayaan budaya nasional.Buktinya, salah satu kesenian dari Jawa Timur yaitu Reog Ponorogo sempat menjadi perdebatan kepemilikan dengan pihak Malaysia. Padahal dari namanya saja sudah jelas bahwa itu milik Indonesia. Sebenarnya hal itu bisa disiasati dengan mendaftarkan hak cipta budaya. Supaya dunia internasional mengakui atas kememilikan budaya Indonesia. Kemudian, kurangnya sarana untuk menampilkan budaya asli Indonesia kepada masyarakat luas. Ini bukan masalah yang kecil, melainkan masalah yang menyangkut ciri khas bangsa kita. Harus segera diatasi, agar tidak ada lagi budaya kita yang diambil pihak luar.Daftar Budaya Indonesia Yang Di Klaim Negara Lain berminat untuk pasang iklan diblog kami, klik pesan ini

Indonesia sangat kaya akan budaya, fakta ini tidak bisa disangkal lagi oleh siapapun. Namun dibalik kekayaan tersebut justru Pemerintah dan bangsa Indonesia sangat lemah mematenkan apa yang seharusnya menjadi hak bangsa Indonesia.

Dalam seminggu terakhir Bangsa Indonesia dikagetkan dengan klaim Malaysia atas tarian Pendet dari Bali. Dari data yang dikumpul situs http://budaya-indonesia.org setidaknya terdapat 32 daftar artefak budaya Indonesia yang di klaim bangsa lain.

Berikut ini adalah daftar artefak budaya Indonesia yang diduga dicuri, dipatenkan, diklaim, dan atau dieksploitasi secara komersial oleh korporasi asing, oknum warga negara asing, ataupun negara lain:

1. Batik dari Jawa oleh Adidas 2. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia 3. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia 4. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia 5. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia 6. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia 7. Sambal Bajak dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Belanda 8. Sambal Petai dari Riau oleh Oknum WN Belanda 9. Sambal Nanas dari Riau oleh Oknum WN Belanda 10. Tempe dari Jawa oleh Beberapa Perusahaan Asing 11. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia 12. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia 13. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia 14. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia 15. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia 16. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia 17. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia 18. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia 19. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia 20. Kursi Taman Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Perancis 21. Pigura Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara dari Jawa Tengah oleh Oknum WN Inggris 22. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia 23. Desain Kerajinan Perak Desak Suwarti dari Bali oleh Oknum WN Amerika 24. Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat Asli Indonesia oleh Shiseido Co Ltd 25. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia 26. Kopi Gayo dari Aceh oleh perusahaan multinasional (MNC) Belanda 27. Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan oleh perusahaan Jepang 28. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia 29. Kain Ulos oleh Malaysia 30. Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia 31. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia 32. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia

Bangsa serumpun atau dikenal dengan Malaysia setidaknya mengklaim 21 artefak budaya Indonesia, dan yang terkini adalah tari Pendet dari Bali.

1. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia2. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia3. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia4. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia5. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia6. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia7. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia8. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia9. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia10. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia11. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia12. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia13. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia14. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia15. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia16. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia17. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia18. Kain Ulos oleh Malaysia19. Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia20. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia21. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia

Mungkin masih banyak lagi artefak budaya Indonesia yang diklaim negara lain, ayo bersama-sama jaga Identitas Indonesia! Perbedaan Sosial Budaya Masyarakat Kalimantan Baratsebagai Bahaya Laten Konflik Vertikal maupun HorizontalKalimantan Barat (Kal-Bar) merupakan salah satu provinsi yang ada di Pulau Kalimantan. Kal-Bar terletak pada koordinat 3 20 LS 2 30 LU 107 40 114 30 BT, Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2000 berjumlah 4.073.430 jiwa (1,85% penduduk Indonesia). Daerah Kalimantan Barat dihuni oleh Penduduk Asli Dayak dan kaum pendatang lainnya dari Sumatra dan kaum urban dari tiongkok dan daerah di Indonesia lainnya. Suku Bangsa yang Dominan Besar yaitu Dayak ,Melayu dan Tionghoa, yang jumlahnya melebihi 90% penduduk Kalimantan Barat. Selain itu, terdapat juga suku-suku bangsa lain, antara lain Bugis, Jawa, Madura, Minangkabau, Sunda, Batak, dan lain-lain yang jumlahnya dibawah 10%. Dari berbagai suku ini tentunya masing-masing memiliki adat istiadat yang berbeda-beda sehingga masing-masing suku mempunyai cara pandang kehidupan yang berbeda pula dalam aspek sosial budaya. Dari pemahaman penulis, sosial dapat berarti kemasyarakatan sedangkan budaya dapat berarti cara hidup yang dianut dalam masyarakat. Sehingga dalam paper kali ini, penulis akan membahas potensi disintegrasi yang di dasarkan pada kehidupan sosial dan budaya masyarakat, khususnya masyarakat yang ada di Kal-Bar. Kal-Bar dapat dikatakan sebagai daerah yang memiliki masyarakat yang majemuk karena masyarakatnya yang multikultural. Pada dasarnya suatu masyarakat dikatakan multikultural jika dalam masyarakat tersebut memiliki keanekaragaman dan perbedaan. Keragaman dan perbedaan yang dimaksud antara lain, keragaman struktur budaya yang berakar pada perbedaan standar nilai yang berbeda-beda, keragaman ras, suku, dan agama, keragaman ciri-ciri fisik seperti warna kulit, rambut, raut muka, postur tubuh, dan lain-lain, serta keragaman kelompok sosial dalam masyarakat. Sehingga masyarakat multikultural dapat dikatakan sebagai pola hidup dalam bermasyarakat yang menempati suatu wilayah yang terdiri atas orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dalam kesederajatan. Pada hakikatnya masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai macam suku yang masing-masing mempunyai struktur sosial dan budaya yang berbeda-beda. Dalam hal ini masyarakat multikultural tidak bersifat homogen, namun memiliki karakteristik heterogen di mana pola hubungan sosial antar individu di masyarakat berusaha untuk toleransi dan harus menerima kenyataan untuk hidup berdampingan secara damai satu sama lain dengan perbedaan yang melekat pada tiap etnisitas sosial dan budayanya. Namun kemajemukan masyarakat yang multikultural ini sangat mungkin terjadinya konflik vertikal dan horizontal yang dapat menghancurkan masyarakat tersebut. Konflik vertical dapat berarti hubungan interaksi antara suatu kelas sosial yang berbeda tingkatan akibat adanya pertentangan kepentingan ataupun kelompok sosial yang berbeda di satu pihak dengan satu kelompok di pihak lainnya. Sedangkan konflik horizontal berarti hubungan interaksi antar kelas sosial yang secara sengaja menciptakan konflik sebagai kamuflase atau cara untuk mendukung terwujudnya tujuan atau kondisi yang dikehendaki oleh beberapa pihak tertentu. Kemajemukan masyarakat yang terjadi di Kal-Bar tanpa disertai rasa toleransi dan saling menghargai antar sesama masyarakat tentunya akan menimbulkan bahaya laten yang sewaktu waktu dapat menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat. Satu diantara berbagai potensi penyebab bahaya laten yang terjadi di Kal-Bar yaitu perbedaan sosial budaya dalam masyarakat. Berbedanya cara interaksi sosial, cara pemahaman atas suatu kebudayaan masyarakat yang di sebabkan berbeda-bedanya budaya dan tingkatan pendidikan dalam masyarakat yang menyebabkan masyarakat itu sendiri susah untuk saling memahami perbedaan itu sendiri. Saat penulis mencoba untuk menilik lebih dalam bagaimana kehidupan sosial dan budaya masyarakat di Kalimantan Barat, maka penulis mencoba melihat bagaimana kehidupan sosial dan budaya penduduk asli Kal-Bar, yaitu suku Dayak dan Melayu. Ada pepatah suku Dayak di Kal-Bar berbunyi Tamu diberi makan, Melayu diberi beras. Itu artinya masyarakat Dayak sangat menghargai perbedaan sehingga jika sesama Dayak yang bertamu diberi makanan yang sama dengannya, jika Melayu (identik Islam) yang bertamu akan diberi beras supaya masak sendiri dan nanti dimakan bersama. Dan ada juga pepatah suku Melayu di Kal-Bar berbunyi Awak datang Kame sambot yang artinya siapapun yang datang untuk bertamu ataupun menetap di daerah warga Melayu akan di sambut baik oleh seluruh warga. Mungkin pepatah ini dapat sedikit menggambarkan keramahan penduduk asli Kal-Bar dalam penyambutan mereka terhadap orang yang akan bertamu maupun menetap di daerah mereka. Namun, terkadang ada sebagian dari para penduduk pendatang sering menyalah artikan keramah tamahan dari para penduduk asli. Kondisi sosial budaya yang berbeda-beda ini memang sangat riskan akan timbulnya suatu konflik dalam masyarakat, Di daerah Kal-Bar sudah sering terjadi konflik vertikal maupun horizontal baik berskala besar ataupun berskala kecil. Dan kebanyakan konflik yang terjadi di Kal-Bar selalu melibatkan etnis yang berbeda. Kita coba untuk mundur ke belakang, konflik yang terjadi di Kalimantan Barat khususnya yang melibatkan antar etnis sudah sering terjadi semenjak awal masa kemerdekaan tepatnya sejak komunis (RRC) mulai melebarkan sayap mereka masuk ke daerah-daerah di Kal-Bar. Lalu konflik di susul antara etnis Dayak dengan etnis Madura hingga akhirnya melibatkan etnis Melayu Sambas dan Pontianak ke dalam pertikaian berdarah antar etnis tersebut. Dilihat dari kurun waktu terjadinya konflik, konflik yang melibatkan etnis di Kal-Bar dapat dikatakan sebagai bahaya yang bersifat laten, khususnya daerah-daerah tempat terpusatnya konflik. Sehingga bagi warga yang tinggal di wilayah konflik terjadi hingga saat ini masih belum bisa menerima pendatang, khususnya dari warga Madura. Hal ini di karenakan warga daerah konflik masih trauma akan kembali munculnya pertikaian berdarah yang memalukan bagi warga Bumi Borne. Dikarenakan masih rentannya konflik kembali muncul maka warga dari daerah konflik terjadi menyepakati bersama untuk menolak kembalinya warga Madura agar pertikaian dapat dihindari. Konflik berbau etnis ini memang tampaknya masih belum bisa hilang dari Kal-Bar, ini terlihat dari peristiwa yang baru-baru terjadi di salah satu daerah di Kal-Bar. Peristiwa yang terjadi pada Mei 2010 ini di picu oleh keberadaa Tugu Naga dan makalah salah satu Walikota yang membahas mengenai Sekilas Melayu, Asal Usul dan Sejarahnya dianggap menghina kelompok tertentu. Masalah ini sempat membuat suasana kota menjadi mencekam selama beberapa hari, untungnya permasalahan ini dapat cepat diredam oleh para tokoh adat dan Walikota itu sendiri. Dari hal inilah penciptaan interaksi sosial yang baik di antara masyarakat dan saling memahami budaya masing-masing masyarakat akan dapat menghilangkan potensi munculnya konflik. Konflik yang terjadi di Kal-Bar dapat dicegah dan diminimalisir, apabila pemerintah mau mengambil langkah tepat dalam pengambilan kebijakan. Untuk permasalahan yang sering terjadi di Kal-Bar lebih terarah pada kebijakan transmigrasi yang di terapkan oleh Pemerintah. Ada baiknya pemerintah lebih mengutamakan kebijakan transmigrasi dengan pola transmigrasi sisipan, dari pada pola transmigrasi mengelompok. Transmigrasi sisipan terbukti lebih baik saat di terapkan di beberapa daerah, warga transmigrasi sisipan dapat lebih cepat berinteraksi dengan penduduk tujuan transmigrasi. Sedangkan pola transmigrasi mengelompok dapat menyebabkan perasaan pengkhususan diri dari kelompok transmigran tersebut di karenakan mereka tinggal secara satu kelompok daerah asal sehingga pola hubungan sosial, budaya, dan bahasa yang digunakan masih membawa asal daerah mereka. Sehingga interaksi sosial antara warga transmigran dan penduduk asli dapat terhambat dan sering menyebabkan diskomunikasi yang akan menyebabkan konflik. Selain permasalahan transmigrasi, keadilan sosial juga sebaiknya lebih diutamakan. Karena masyarakat sering merasa iri terhadap pelayanan sosial lebih baik yang diberikan kepada kelompok tertentu. Dan Pemerintah mau untuk membangun pendidikan masyarakat Kal-Bar baik masyarakat asli maupun pendatang dapat lebih ditingkatkan, agar masyarakat dapat saling memahami kebudayaan dan adat isitiadat masing-masing kelompok sehingga dapat memperlancar interaksi sosial agar dapat mencegah timbulnya benih-benih konflik dan membuat Bumi Khatulistiwa menjadi daerah yang aman dan tentram bagi seluruh masyarakat Kal-Bar.Kebudayaan Nasional : KalimantanBaratPENDAHULUAN

Emm,, bicara mengenai kebudayaan memang banyak sekali mengandung arti yang berbeda. Namun menurut saya, budaya itu sendiri mengandung arti yaitu sebuah ciri khas, perilaku, atau identitas yang sangat melekat erat dalam suatu keluarga, wilayah, suku bangsa, maupun negara. Semuanya memiliki nilai kebudayaan yang sangat unik dan itu perlu dijaga dan dilestarikan. Namun kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali melupakan bahkan menyelewengkan kebudayaan-kebudayaan yang ada. Saya ambil salah satu contoh yang paling dekat dengan kita, yaitu kebudayaan yang ada dalam negeri kita sendiri. Karena makin maraknya kebudayaan-kebudayaan yang datang dari luar sehingga kita begitu saja meninggalkan atau melupakan kebudayaan dari nenek moyang kita sendiri. Oleh karena itu, tidak sedikit dari aset kebudayaan yang kita miliki itu diambil oleh orang atau negara lain, karena kita kurang menjaga dan melestarikannya. Namun ketika semua sudah terlanjur terjadi, barulah kita berteriak-teriak mengakui bahkan menentang keras kalau kebudayaan yang diambil orang itu adalah milik kita. Dan juga barulah kita bergegas berupaya mencari jalan untuk mendapatkan kembali kebudayaan itu, bahkan dengan jalan perang sekalipun. Sungguh aneh tapi nyata, namun itulah yang kita alami beberapa waktu ini. Seharusnya dari awal, kalau kita selalu memakai atau dengan kata lain menghidupkan aneka kebudayaan Indonesia yang sebegitu maha agung dan maha indahnya yang kita miliki, maka niscaya kebudayaan kita tidak akan pernah dirampas oleh pihak manapun. Tapi sekarang nasi telah menjadi bubur, semuanya sudah terlanjur terjadi dan saran saya jangan sampai ada perang antar suku, wilayah, bahkan negara terjadi, karena perang itu tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah (yang ada malah bikin banyak masalah ) dan bukan satu-satunya jalan. Kita masih punya 1001 jalan untuk menyelesaikan masalah ini. Perang itu adalah jalan paling terakhir ketika semua jalan yang mungkin sudah kita lakukan namun belum juga berhasil (kata Pak SBY ). Saya percaya, kita, khususnya generasi muda, masih mampu untuk terus menjaga dan melestarikan kebudayaan yang ada di alam Indonesia ini. Jangan pernah terpengaruh akan orang lain yang mengatakan, Hari gini masih jaman pakai Kebaya? Masih jaman pakai baju batik? Masih jaman belajar tari jaipong? Masih jaman nonton Ondel-ondel? dan lain sebagainya. Kalau saya boleh berbalik melontarkan kata-kata kepada mereka, saya akan berkata, Hari gini masih jaman pake baju udelnya kliatan? Masih jaman pake rok mini? Masih jaman makan burger? Masih jaman nonton barongsai? Masih jaman nonton, baca, ngoleksi Naruto, Batman, Twilight, dll. Masih jaman ngikut-ngikut kebudayaan orang lain?! Mana identitas loe sebagai anak bangsa?! Haha.. Maaf kalau banyak diantara anda yang merasa tersinggung. Saya bukannya sama sekali melarang anda untuk mengkonsumsi sebagian dari kebudayaan luar ya. Saya sendiri tidak munafik, karena saya juga suka menggunkan produk luar . Tapi setidaknya lebih baik kita banyak menggunakan produk dalam negeri hasil kebudayaan sendiri, mencintai kebudayaan itu dengan menyukai tarian, baju adat, hasil karya seni yang berciri khas kebudayaan tanah air, dll. Contoh kecil saja, yaitu kita memiliki atau membiasakan menggunakan batik, tidak hanya baju, bisa berupa taplak meja yang kita pakai, sarung, alas kaki, ukiran bangku/meja, dll. Itu bisa menjadikan nilai lebih untuk mengangkat citra kebudayaan bangsa kita. Kalau kita sendiri tidak mau mengagumi bahkan mengakui kebudayaan kita, bagaimana bangsa lain mau menghargai kebudayaan kita? Yang ada malah dicuri!Kalau saya boleh berkata jujur, saya amat kagum dengan negara Jepang yang masih kental dan oriental dengan baju adat Kimono-nya, pedang samurainya, bentuk rumah adatnya, gaya ninjanya, dll yang sering saya jumpai mulai dari game console, komik, film (kartun maupun movie), super hero, merk produk-produk telekomunikasi, multimedia, sampai kendaraan bermotor (suzuki, honda, kawasaki, mitsubishi, nisan, dll), itu semua masih menonjolkan kebudayaannya. Walaupun jaman semakin hi-tech, namun Jepang tetap membubuhi identitasnya, sehingga orang sangat mengenal, mana produk buatan Jepang, mana yang buatan Amerika atau yang lainnya. Itulah mengapa saya sangat kagum akan negara Jepang. Mungkin saya sudah berkhayal terlalu jauh, namun tetap saya tidak patah semangad untuk mneghimbau anda semua, khususnya teman-teman muda untuk terus bisa menjaga, melestarikan, dan mengangkat nama kebudayaan Indonesia. Jangan mau kalah!! Kita sesungguhnya lebih banyak memiliki aneka ragam kebudayaan untuk bisa dijadikan icon. Jadi, mulai sekarang coba berkaryalah dengan hasil karya sendiri, dengan memberikan unsur kebudayaan tanah air agar dapat dipandang oleh seluruh dunia bahwa Indonesia bisa!

Untuk lebih membangkitkan rasa nasionalisme kita, saya mengajak anda untuk mengenal kebudayaan dari suatu daerah atau wilayah di Indonesia, yaitu Kalimantan Barat. Mengapa saya memilih Kalbar? Karena secara kebetulan saya dibebani oleh satu tugas mata kuliah yang diharuskan untuk melakukan studi banding atau terjun ke lapangan untuk mencari tahu asal usul suatu kebudayaan di Indonesia. Dan secara kebetulan juga saya bersama teman satu tim mengunjungi salah satu anjungan yang terdapat diTaman Mini Indonesia Indah, tepatnya anjungan Kalimantan Barat. Di sana saya melihat beberapa rumah adat, busana daerah, dan bermacam-macam kesenian, seperti tarian, musik, ukiran,dll. Di situ saya juga melakukan wawancara bersama guide dan para pengunjung sekitar. Berdasarkan hasil wawancara yang saya lakukan dan dari berbagai sumber informasi yang saya dapat, inilah yang bisa saya tuliskan untuk menjadi bahan referensi bagi anda masyarakat Indonesia yang cinta akan kebudayaan tanah air.Tulisan yang saya buat ini akan mencoba menunjukkan bagaimana pentingnya kebudayaan itu dilestarikan. Terlebih pada era globalisasi di Indonesia ini kebudayaan nampaknya semakin memudar. Salah satunya yang sudah mulai tidak nampak lagi dalam kehidupan masyarakat adalah kebudayaan yang berasal dari Kalimantan, khususnya Kalimantan Barat yang saya ambil sebagai titik sorot untuk saya jadikan sebagai bahan tulisan dan juga untuk memenuhi nilai tugas suatu mata kuliah yang saya ambil (karna saya masih kuliah ).KEBUDAYAAN KALIMANTAN BARAT1. Rumah Adat Kalbar

Ini adalah rumah adat khas Kalimantan barat, namanya Rumah Betang. Wuih megahnya, gede pula.. . Uniknya rumah adat ini berada ditengah-tengah danau atau perairan, karena rumah Betang ini biasanya terdapat di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak, dimana sungai merupakan jalur transportasi utama bagi suku Dayak untuk melakukan berbagai aktifitas kehidupan sehari-hari seperti pergi bekerja ke ladang, atau melakukan aktifitas perdagangan (jaman dulu suku Dayak biasanya berdagang dengan menggunakan system barter yaitu dengan saling menukarkan hasil ladang, kebun maupun ternak).Bentuk dan ukuran Rumah Betang ini bermacan-macam diberbagai tempat. Ada yang mencapai panjang 150 meter dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang di bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari tanah. Tingginya bangunan rumah Betang ini saya perkirakan untuk menghindari datangnya banjir pada musim penghujan yang mengancam daerah-daerah di hulu sungai di Kalimantan. Beberapa unit pemukiman bisa memiliki rumah Betang lebih dari satu buah tergantung dari besarnya rumah tangga anggota komunitas hunian tersebut. Setiap rumah tangga (keluarga) menempati bilik (ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah Betang yang besar tersebut, di samping itu pada umumnya suku Dayak juga memiliki rumah-rumah tunggal yang dibangun sementara waktu untuk melakukan aktivitas perladangan, hal ini disebabkan karena jauhnya jarak antara ladang dengan tempat pemukiman penduduk.

2. Busana Daerah

Ini merupakan baju adat khas Kalimantan Barat. Wauw, unik ya.. . Suku Dayak di Kalimantan Barat ini mulai mengenal pakaian yang disebut king baba (king = cawat; baba = laki-laki) untuk laki-laki, dan king bibinge untuk perempuan (bibinge = wanita). Pakaian tersebut terbuat dari kulit kayu yang diproses hingga menjadi lunak seperti kain. Kulit kayu yang bisa difungsikan sebagai kain untuk membuat cawat, celana, baju, clan selimut itu disebut kapua atau ampuro.Masyarakat Dayak pun mengenal teknik menenun untuk membuat busana. Bahkan hingga kini masyarakat Dayak dikenal sebagai penenun yang terampil. Dulu, yang ditenun adalah serat benang yang dihasilkan dari kulit pohon tengang. Warna dasar serat yang kuat yang dihasilkan adalah warna coklat muda. Untuk memperoleh warna hitam atau merah hati, warna yang dominan pada tenunan tradisional Dayak, serat tengang itu dicelup dengan getah pohon yang dilarutkan dalam air. Tenunan yang beredar sekarang dengan warna-warna kuning, merah muda, putih, dsb, dibuat dari benang kapas yang diperoleh dari luar daerah. Kini telah sangat jarang dijumpai tenunan yang dibuat dari serat tengang sehingga busana adat masyarakat Taman pun menggunakan tenunan benang kapas.

3. Kesenian Tradisional

Tari Ajat Temuai Datai (aneh banget namanya ), diangkat dari bahasa Dayak Mualang, yang tidak dapat diartikan secara langsung, karena terdapat kejanggalan jika di diartikan kata per kata. Tetapi maksudnya adalah Tari menyambut tamu, yang bertujuan untuk penyambutan tamu yang datang atau tamu agung (diagungkan). Awal lahirnya kesenian ini yakni dari masa pengayauan/masa lampau, diantara kelompok-kelompok suku Dayak. Mengayau, berasal dari kata me ngayau, yang berarti musuh (bahasa Dayak Iban). Tetapi jika mengayau mengandung pengertian khusus yakni suatu tindakan yang mencari kelompok lainnya (musuh) dengan cara menyerang dan memenggal kepala lawannya.

Tari Gong, adalah seni tari yang menceritakan kemolekan seorang gadis yang menari dengan gemulai diatas sebuah gong, dimana gadis tersebut akan diperebutkan oleh 2 orang Pemuda Dayak yang gagah perkasa. Kedua pemuda tersebut akan bertarung secara ksatria, sampai dengan salah satu diantaranya kalah. Dan akhirnya sang pemenang akan kembali bersama si gadis. Weleh-weleh ampe segitunya.. .4. Beberapa jenis alat musik tradisional Kalimantan Barat

Sampek adalah alat musik tradisional Suku Dayak, terbuat dari berbagai jenis kayu ( kayu arrow, kayu kapur, kayu ulin). Dibuat secara tradisional. Proses pembuatan bisa memakan waktu berminggu minggu. Dibuat dengan 3 senar, 4 senar dan 6 senar. Biasanya sampek akan diukir sesuai dengan keinginan pembuatnya, dan setiap ukiran memiliki arti. Mendengarkan bunyi sampek yang mendayu dayu, seolah memiliki roh/kekuatan. Di Pampang banyak warga yang amat mahir memainkan sampek. Bunyi sampek biasa digunakan untuk mengiringi sebuah tarian, atau memberikan semangat bagi para pasukan perang.Alat musik tradisional lainnya :

KESIMPULAN :Ini hanya sebagian info yang dapat saya bagikan bagi anda dari hasil studi banding yang saya lakukan bersama teman satu kelompok di Taman Mini Indonesia Indah. Anjungan Kalimantan Barat yang saya kunjungi yang dihiasi replika-replika rumah adat, baju adat, sampai alat musik dan juga tariannya memang mirip sekali seperti aslinya. Saya sangat takjub dengan kebudayaan yang Indonesia miliki ini. Ingat, ini asli milik Indoneisa lho! . Dan saya sangat yakin sekali Indonesia akan naik derajatnya di mata dunia, kalau saja (salah satunya) kita bisa menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan ini. Mungkin dengan mendemonstrasikannya ke khalayak ramai atau di hadapan para turis agar mereka melihat betapa uniknya dan indahnya kebudayaan yang kita miliki ini. Jangan pernah merasa minder atau malu mempertunjukkan kebudayaan kita ini kepada dunia!! I believe we can do it. This is our culture, Indonesia.

Pembinaan Kebudayaan Di Wilayah Kalimantan Barat

Latar BelakangKebijaksanaan pembinaan kebudayaan nasional bertujuan tercapainya manusia dan masyarakat Indonesia yang bermutu, hidup dalam suasana tenteram dan sejahtera lahir batin, dengan tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan Pancasila. Tatanan masyarakat yang hendak diwujudkan ini pada dasarnya merupakan pencerminan suatu peradaban nasional yang dapat menampung segenap hasrat masyarakat. Pembinaan itu melandasi kegiatan pembangunan nasional dalam segala aspeknya. Hakikat pembinaan kebudayaan nasional adalah upaya yang terarah dan konsepsional untuk mengembangkan kebudayaan nasional ke arah terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat Indonesia yang dicita-citakan. Untuk pengembangan kebudayaan nasional telah dicanangkan Dasawarsa Pengembangan Kebudayaan Indonesia. Pencanangan ini lahir sebagai pencerminan dari pencanangan Deklarasi Dunia tentang Dasawarsa Kebudayaan 1988-1997 yang diprakarsai oleh UNESCO. Penerapan kebijaksanaan Dasawarsa Pengembangan kebudayaan ini diharapkan dapat mencapai sasaran sasaran: 1. terwujudnya kesadaran masyarakat dalam arti pentingnya pelestarian dan pengembangan kebudayaan bangsa, 2. meluasnya cakrawala kebudayaan sehingga sikap dan pola tingkah laku manusia Indonesia mencerminkan kebudayaan Indonesia, 3. terciptanya iklim kerja sama kebudayaan antarbangsa, baik regional maupun internasional, melalui hubungan kerjasama yang dilandasi oleh saling memahami, dan saling menghargai. Keseluruhan upaya dan pendekatan tersebut diarahkan untuk: 1. meningkatkan kesadaran wawasan budaya dalam pembangunan, 2. memperkokoh dan memperkaya identitas kebudayaan, 3. memperluas peran serta masyarakat dalam kegiatan kebudayaan 4. meningkatkan kerja sama internasional di bidang kebudayaan, 5. meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kebahagiaan manusia, 6. memajukan kreativitas seni, dan 7. memajukan industri kebudayaan. Kebijaksanaan Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan di Daerah Kalimantan BaratPola Dasar Pembangunan Daerah Kalimantan Barat untuk Repelita V (1989-1994) Bidang Kebudayaan1. Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, rasa dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian pembangunan nasional merupakan pembangunan yang berbudaya. 2. Kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa, harus terus dipelihara, dibina dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengamalan Pancasila, meningkatkan kualitas hidup, memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional, memperkokoh jiwa persatuan dan kesatuan bangsa serta mampu menjadi penggerak bagi perwujudan cita cita terbukanya peluang bagi masyarakat luas untuk berperan aktif dalam proses pengembangan kebudayaan nasional dan dalam menikmati hasil-hasilnya. 3. Dalam rangka upaya mengembangkan kebudayaan bangsa yang berkepribadian dan berkesadaran nasional, perlu ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk mengangkat nilai-nilai sosial budaya daerah yang luhur serta menyerap nilai-nilai dari luar yang positif dan yang diperlukan bagi pembaharuan dalam proses pembangunan. Dalam pada itu perlu dicegah sikap-sikap feodal dan kedaerahan yang sempit serta pengaruh kebudayan asing yang negatif. 4. Dalam rangka melaksanakan pembangunan nasional perlu terus diciptakan suasana yang mendorong tumbuh dan berkembangnya rasa tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial, disiplin nasional serta sikap budaya yang mampu menjawab tantangan pembangunan seperti sikap mandiri dalam kebersamaan, tenggang rasa, musyawarah untuk mufakat, berwawasan masa depan, kerja keras, jujur dan satria, hemat, cermat, sederhana, tertib, menghargai waktu serta penuh pengabdian. Khususnya perlu ditumbuhkan sikap budaya yang mendukung upaya pembaharuan termasuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan pranata-pranata sosial yang dapat mendukung proses pemantapan budaya bangsa. 5. Usaha-usaha pembauran bangsa perlu dilanjutkan di segala bidang kehidupan, baik di bidang ekonomi maupun sosial dan budaya, dalam rangka usaha memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta memantapkan ketahanan nasional. 6. Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia perlu terus ditingkatkan, serta penggunaannya secara baik, benar dan penuh kebanggaan perlu makin dimasyarakatkan, sehingga menjadi wahana komunikasi sosial dan ilmu pengetahuan yang mampu memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mendukung pembangunan bangsa. Di samping itu, dalam rangka memperkaya bahasa dan kesusasteraan Indonesia, perlu dirangsang penulisan karya karya sastra. 7. Bahasa daerah perlu terus dibina dan dilestarikan dalam rangka mengembangkan serta memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia dan khazanah kebudayaan nasional sebagai salah satu unsur kepribadian bangsa. Dalam pada itu bahasa daerah perlu terus dipelihara agar tetap mampu menjadi ungkapan budaya masyarakat yang mendukung kebhinnekaan budaya sebagai unsur kreativitas dan sumber kekuatan bangsa. Sejalan dengan itu, perlu ditingkatkan penelitian, pengkajian dan pengembangan bahasa dan sastra daerah. 8. Pengembangan kesenian sebagai ungkapan budaya perlu diusahakan agar mampu menampung dan menumbuhkan daya cipta rasa seniman, meningkatkan apresiasi seni masyarakat, memperluas kesempatan masyarakat untuk menikmati seni budaya bangsa serta membangkitkan semangat dan gairah membangun. Dalam hubungan ini kesenian daerah perlu dipelihara dan dikembangkan untuk melestarikan dan memperkaya keanekaragaman budaya bangsa Indonesia. Bagi para budayawan termasuk seniman yang berprestasi perlu diberikan penghargaan. 9. Tradisi dan peninggalan sejarah yang memberi corak khas kepada kebudayaan bangsa serta hasil-hasil pembangunan yang mempunyai nilai perjuangan bangsa, kebanggaan dan kemanfaatan nasional perlu dipelihara dan dibina untuk menumbuhkan kesadaran sejarah, semangat perjuangan dan cinta tanah air serta memelihara kelestarian budaya dan kesinambungan pembangunan bangsa. Kebijaksanaan Kepala Kantor Wilayah Depdikbud Propinsi Kalimantan Barat untuk tahun pertama Pelita V di bidang Kebudayaan1. Melanjutkan usaha pembenahan dan pemantapan data kesenian, kesejarahan, kepurbakalaan, dan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Peningkatan pelayanan museum, perpustakaan wilayah maupun perpustakaan-perpustakaan umum di daerah, serta peningkatan perannya sebagai salah satu sumber belajar. 3. Peningkatan fungsi dan peran Taman Budaya sebagai pusat latihan dan pagelaran seni. 4. Menggalakkan minat apresiasi masyarakat terhadap kesenian, dengan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pagelaran seni, lomba dan festival seni, dengan memperhatikan kemampuan yang ada. 5. Memantapkan koordinasi dengan sekolah-sekolah dalam rangka pengembangan dan pemasyarakatan kesenian rakyat/tradistional sebagai bagian dari kurikulum muatan lokal, di kalangan siswa. 6. Peningkatan kemampuan profesional karyawan dan petugas museum, Taman Budaya maupun perpustakaan perpustakaan, melalui berbagai kesempatan latihan dan kesempatan pendidikan yang ada. 7. Melanjutkan usaha-usaha dokumentasi dan inventarisasi berbagai aspek kebudayaan dalam rangka penyelamatan dan pelestariannya. 8. Penambahan jumlah Penilik Kebudayaan serta Pengisian lowongan jabatan di dalam lingkungan Taman Budaya maupun penambahan tenaga tenaga teknis yang diperlukan oleh UPT Museum. 9. Menumbuhkan apresiasi masyarakat terhadap proses kebudayaan pada pembangunan nasional. Kebijaksanaan Tahun 1992/19931. Program program pembinaan dan pengembangan kesenian yang bertujuan untuk meningkatkan apresiasi seni di kalangan masyarakat, yang telah dibuat dan dilaksanakan oleh bidang Kesenian dan jajarannya di daerah akan terus dilanjutkan, disempurnakan dan ditingkatkan pelaksanaannya. 2. Fungsi Taman Budaya sebagai pusat kegiatan olahseni dan pemasyarakatan seni budaya akan terus ditingkatkan. Dalam hubungan ini dituntut kreativitas pimpinan dan personil, serta kemampuanr untuk menjalin kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak. 3. Keberhasilan pembinaan seni budaya juga tergantung pada kemampuan dan keterampilan pembinanya di lapangan, termasuk para penilik kebudayaan, maka akan terus diusahakan peningkatan kemampuan para pembina, melalui berbagai cara dan forum pertemuan pembinaan. 4. Dalam meningkatkan hasil guna dan daya guna museum sesuai dengan fungsinya sebagai salah satu alternatif sumber belajar, sebagai pelestarian khasanah budaya daerah mampu sebagai salah satu unsur penunjang kepariwisataan berkenaan dengan kegiatan yang bersifat promotif dan kegiatan kegiatan yang menunjang, perlu ditingkatkan kemampuan dan kreativitas staf museum. 5. Dalam rangka inventarisasi kebudayaan, kegiatan pengumpulan informasi, dokumentasi dan studi tentang berbagai aspek kesejahteraan, dan kebudayaan akan terus dilanjutkan dan ditingkatkan dalam batas-batas kemungkinan akan diusahakan bantuan dan dukungan pihak ketiga. 6. Meningkatkan fungsionalisasi Balai Kajian dan Sejarah dan Nilai Tradisional serta meningkatkan hubungan dengan instansi instansi terkait yang ada di wilayah Balai Kajian Jarahnitra Pontianak. 7. Pelaksanaan inventarisasi, klasifikasi dan kompilasi musik lagu-lagu daerah Kalimantan Barat akan merupakan kegiatan yang mendapat perhatian. Demikian juga jenis tari-tarian yang berkembang dan masih hidup memperoleh pendukung di kalangan masyarakat. 8. Perlu ditingkatkan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan daerah melalui bimbingan, penyuluhan, ceramah, penelitian, penulisan, penulisan sastra dalam rangka peringatan bulan bahasa dan Sumpah Pemuda. 9. Perlu ditingkatkan pembinaan kesenian peninggalan sejarah dan purbakala melalui kegiatan pemeliharaan dan pengamanan situs, pemugaran konservasi perwujudan UU Cagar Budaya, penelitian serta peningkatan pemanfaatan peninggalan sejarah dan purbakala serta menunjang program pendidikan dan pariwisata. 10. Peran serta kebudayaan dalam menunjang program diplomasi kebudayaan dasawarsa pengembangan kebudayaan yang sudah berjalan perlu digalakkan dan ditingkatkan. Pelaksanaan Program Rutin dan Pembangunan Bidang KebudayaanProgram RutinTugas-tugas pembinaan dan pengembangan bidang kebudayaan di lingkungan Kanwil Depdikbud Provinsi Kalimantan Barat menjadi tanggung jawab dua bidang pembinaan yaitu Bidang Kesenian dan Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan, di samping oleh empat Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang ada, yaitu UPT Museum Negeri Kalimantan Barat, UPT Taman Budaya, UPT Balai Kajian Sejarah dan Balai Tradisional dan UPT Perpustakaan Wilayah. Kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Seni Budaya dalam Pelita V dititik beratkan pada: Investasi dokumentasi, dan upaya pelestariaan berbagai jenis kegiatan rakyat yang ada di daerah ini. Pembinaan dan peningkatan apresiasi seni di kalangan siswa, remaja, dan masyarakat. Penyebarluasan hasil-hasil kesenian melalui pagelaran dan pameran kesenian. Pembinaan tradisi, peninggalan sejarah dan permuseuman. Program pembinaan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Maha Esa. Upaya mengadakan dan melengkapi peralatan menunjang kegiatan kesenian di samping penyelenggaraan bimbingan dan latihan latihan berbagai jenis kesenian. Kegiatan pembinaan yang menjadi tanggung jawab Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan meliputi: Inventarisasi dan dokumentasi peninggalan sejarah dan kepurbakalaan yang ada. Perawatan dan penjagaan situs situs kesejarahan dan kepurbakalaan. Penyuluhan kepada masyarakat mengenai arti penting pemeliharaan, peninggalan sejarah dan kepurbakalaan, serta penyuluhan dalam rangka pencegahan perdagangan liar benda benda bernilai sejarah. Peningkatan kegiatan pendataan, termasuk upaya pendataan terhadap organisasi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan para Penganutnya. Program PembangunanDapat diutarakan di sini bahwa selama Pelita IV tersedia dana sebesar Rp.1.896.505.000,00 untuk pengembangan kebudayaan. Dana tersebut dipergunakan baik pembangunan fisik bangunan atau pengadaan sarana maupun untuk kegiatan yang non fisik yaitu kegiatan penelitian, pencetakan naskah hasil perekaman kebudayaan daerah, latihan penyuluhan dan sebagainya. Adapun tujuh proyek penting dalam pembangunan kebudayaan, yaitu Inventarisasi dan Pembinaan Nilai nilai Budaya, Pembinaan Permuseuman, Pelestarian atau Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Pembinaan Kesenian, Pembinaan Perpustakaan, OPF Kebudayaan dan penelitian. Evaluasi Pelaksanaan Pembinaan Kesenian Prioritas prioritas kegiatan yang diprogramkan dalam pembinaan kesenian adalah: Penyebarluasan karya seni (dalam rangka peningkatan apresiasi seni di kalangan masyarakat); penggalian, inventarisasi dan dokumentasi kesenian rakyat atau tradisional dan senimannya; peningkatan mutu seni; pengadaan. sarana dan prasarana serta pemeliharaan dalam rangka pembinaan seni. Sekalipun demikian, prioritas kegiatan dalam pembinaan kesenian, walaupun didukung kerja keras staf Taman Budaya, pencapaian sasaran yang ditetapkan untuk tiga tahun pertama pelita V, baru sekitar 70%. Kurangnya tenaga profesional di bidang kesenian daerah, juga merupakan hambatan dalam penggalian dan inventarisasi kesenian rakyat atau tradisional. Mulai tahun ketiga Pelita V, telah dilakukan usaha yang cukup serius untuk menggali dan menginventarisasi musik tradisional yang ada di Kalimantan Barat. Sasaran usaha ini adalah terwujudnya dokumentasi lengkap musik tradisional, untuk bahan kajian dan pengembangan Pelestarian dan Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan. Kegiatan kegiatan yang berada dalam lingkup sub program ini adalah pemeliharaan dan perawatan peninggalan sejarah serta pelaksanaan studi kelayakan terhadap peninggalan sejarah yang ada di daerah ini, dengan sasaran 100 situs selama 5 tahun. Untuk kegiatan pemugaran, seperti terhadap Istana Kadariah Pontianak, dilakukan secara bertahap sejak Pelita IV. Sedangkan pelaksanaan studi kelayakan peninggalan sejarah yang untuk Pelita V ditargetkan meliputi 7 lokasi, melihat perkembangannya hanya akan tercapai sekitar 43% dan diarahkan pada studi kelayakan peninggalan sejarah Kerajaan Matan/Tanjungpura untuk dipersiapkan langkah ke arah pemugarannya. Inventarisasi Kebudayaan Dua kegiatan terdapat dalam program ini, yaitu (1) Inventarisasi dan Pembinaan Nilai Budaya; (2) Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, serta penyuluhan Bahasa Indonesia. Sasaran-sasaran utama kegiatan Inventarisasi dan Pembinaan Nilai Budaya untuk daerah Kalimantan Barat meliputi perekaman dan penganalisisan aspek kebudayaan daerah, dan penerbitan hasil-hasil penelitian. Pembinaan Permuseuman Kegiatan kegiatan dalam Program ini bertujuan untuk menunjang fungsi dari Museum Negeri Kalimantan Barat. Sasaran proyek ini untuk Pelita V adalah: pengadaan koleksi, perawatan koleksi Museum, penyelenggaraan pameran pengadaan sarana dan prasarana penunjang, pemberian bantuan kepada Museum Daerah, penerbitan naskah koleksi dan publikasi lainnya. Target Pelita V untuk pengadaan koleksi, diperhitungkan akan terpenuhi, hanya jenisnya tidak meliputi semua jenis yang diharapkan. Untuk peningkatan dan penyempurnaan lingkungan, target akan dipenubi, bahkan sebelum tahun terakhir Pelita V. Hal ini disebabkan karena adanya penunjangan dana dan kegiatan yang dialokasikan dalam proyek Operasi dan Perawatan Fasilitas Kebudayaan. Operasi dan Perawatan Fasilitas Kebudayaan Program ini yang selama 4 tahun pertama Pelita V memperoleh alokasi dana sebesar Rp 199.946.000,00 merupakan program penunjang dari program program yang telah ada. Program ini terutama dirasakan manfaatnya yang besar bagi perawatan sarana dan prasarana kebudayaan; yang sebelum Pelita V dirasakan agak terlantar karena tiadanya alokasi dana. Walaupun terlihat faedah untuk menunjang kegiatan Operasional Penilik Kebudayaan, hasil yang optimal belum dicapai, mengingat dana yang kecil, sedangkan wilayah operasional Penilik cukup luas, dengan kegiatan yang beraneka ragam. Masalah-Masalah yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Pembinaan dan Pengembangan Kegiatan Kebudayaan di Kalimantan Barat Ketenagaan Terbatasnya kuantitas dan kualitas tenaga teknis kebudayaan. Dari segi kuantitas, jumlah tenaga pembina kebudayaan belum memadai. Hampir di semua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Negeri, Taman Budaya, Balai Kajian dan Perpustakaan Wilayah, kuantitas dan kualitasnya belum memadai. Tenaga tenaga Penilik Kebudayaan di kecamatan dan guru kesenian di SLTP dan SLTA juga kurang. Di Kantor Kabupaten dan di Kantor Kecamatan Depdikbud Kalbar tenaga yang ada umumnya tenaga administratif dan kurang berkemampuan teknis. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang ada boleh dikatakan belum memadai. Hal ini baik di kantor Kabupaten, Kandepdikbud Kecamatan, UPT UPT (Museum Negeri, Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, Taman budaya, Perpustakaan Wilayah) maupun pada Bidang Kesenian dan Bidang Musjarah Kanwil Depdikbud Provinsi Kalimantan Barat. Peralatan yang ada umumnya sudah tua dan kurang mampu menunjang kegiatan operasional yang makin meningkat akhir-akhir ini. Dana Operasional Akhir akhir ini, di mana makin laju upaya pembinaan dan pengembangan kebudayaan, sangat dirasakan bahwa dana operasional belum memadai dibandingkan volume kegiatan yang diselenggarakan. Saat ini saja, dana operasional yang disediakan bagi Penilik Kebudayaan sungguh pun telah ada, dibanding dengan keperluan masih belum memadai. Melihat kondisi Kalimantan Barat dengan luas bidang pembinaannya, sementara transportasi belum lancar, berakibat belum semua rencana yang tersusun dapat terlaksana, sungguhpun sudah diupayakan dengan berbagai usaha pemecahannya. Kelembagaan Untuk mendukung pembinaan dan pengembangan baik pada UPT UPT yang ada maupun di tingkat kabupaten serta kecamatan secara umum ada struktur untuk melancarkan tugas pembinaan. Pada tingkat kecamatan perlu kelompok fungsional kebudayaan yang mampu mengelola dan membina kebudayaan bahasa dan sastra, permuseuman, kepurbakalaan, kesenian, sejarah dan nilai tradisional dan termasuk penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada tingkat kabupaten/kotamadya struktur yang ada masih memerlukan pembenahan. Selain itu. dari sisi masyarakat belum ada kesadaran tentang perlunya pemeliharaan dan pelestarian warisan budaya dan warisan sejarah dari leluhurnya. Pada UPT Museum Negeri ada seorang Kepala Museum dan seorang Kepala Tata. Usaha yang langsung membawahi karyawan administrasi maupun teknis. Secara Teknis harus dibina kelompok konservasi/preporasi, odokasi kultural dan penyajian. Pada UPT Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak struktur yang ada seharusnya masih memerlukan tenaga fungsional serta dukungan DIP untuk kegiatan kegiatannya. Mengingat wilayah kerjanya mencakup Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, mekanisme kerja dengan Kanwil Depdikbud masing-masing harus jelas, mengingat UPT Balai Kaiian Sejarah dan Nilai Tradisional ini adalah UPT Dirjen Kebudayaan. Secara jujur harus dikemukakan bahwa tugas pembinaan kebudayaan di daerah ini belum mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan. Masalah utama yang menjadi penyebabnya adalah kondisi tenaga pembina di lapangan. Banyak di antara para pembina yang kurang mengerti serta memahami hal-hal yang berkaitan dengan seni budaya dan kurang cinta profesinya. Pembinaan Kebudayaan di Wilayah Kalimantan BaratDengan memperhatikan pluralitas etnis yang bermukim di sini, oleh Pemerintah disusun program yang berkaitan dengan budaya Dayak, Melayu, Cina, dan suku suku lainnya . Sejak Pemerintah Orde Baru, program pembangunan kebudayaan nasional mencakup: 1. Pengembangan Inventarisasi dan pembinaan nilai nilai budaya. 2. Pengembangan Kebahasaan, kesusastraan, dan perpustakaan. 3. Pengembangan Kesenian. 4. Pengembangan tradisi, peninggalan sejarah dan purbakala. 5. Pengembangan pembinaan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Semua kegiatan tersebut secara konkret memajukan kebudayaan Daerah. Sebagai ilustrasi bahwa sejumlah besar koleksi di Museum Negeri Kalimantan Barat di antaranya merekam budaya Dayak di Kalimantan Barat, misalnya Rumah Panjang, tenun ikat, kegiatan berburu, menangkap ikan, berladang, naik dango, koleksi perdukunan perangkat doa pada arwah, dan alat hidup sehari hari. Dengan demikian sudah jelas bahwa pembangunan kebudayaan Indonesia menampilkan sosok budaya suku bangsa di berbagai daerah. Dalam memajukan kebudayaan suku suku bangsa diperlukan peran serta aktif masyarakat. Untuk memajukan kebudayaan Dayak di Kalimantan Barat dan juga Provinsi Kalimantan lainnya dituntut upaya terpadu dalam hal ini. Cukup banyak warisan budaya berupa tradisi lisan, teknologi, bahasa, sastra dan daur hidup lainnya belum terungkap dan ditulis untuk diwariskan dan ditransformasikan ke generasi yang ada sekarang. Peluang pembinaan dan pengembangan Sanggar Sanggar Kesenian Dayak, Dayakologi, Dewan Adat, Upacara Naik Dango atau jenis kegiatan lain dapat memberi gerak untuk memajukan kebudayaan Dayak. Pertanyaan yang dapat diajukan, apakah kebudayaan Dayak dengan beberapa aspeknya yang telah dikembangkan selama ini akan berhenti di situ saja. Semuanya itu merupakan tantangan pendukung budaya ini di samping tugas-tugas Pemerintah secara umum. Kegiatan budaya yang telah dikembangkan dengan dukungan pemerintah antara. lain: hukum adat, rumah adat, gawe, upacara naik dango, tarian, lagu dan syair lagu daerah suku Dayak, ragam hias berupa ukiran tanduk, ukiran mandau, ukiran sarana sumpit, tenun adat atau tenun manik manik, anyaman, siaran bahasa daerah Than dan Kanayatn (Kendayan), pengurus adat/ dewan adat. Kegiatan budaya yang telah dikembangkan secara intern oleh orang Dayak misalnya: gotong royong, berladang/berhuma (Kanayatn: balale, maluang, nyorong gare, timako, ngalatiatn, ngara, pengobatan tradisional misalnya bagi penderita sakit pinggang/ginjal, sakit kuning, sakit patah tulang, demam, sakit mata dan lain lain), nyangahatn, perbintangan. Kegiatan budaya yang telah langka, seperti: pemberian gundal (undangan tradisional), upacara baliatn, totokng, tradisi lisan, petuah/nasehat/pantangan, legenda. Sedangkan yang aktual berkaitan dengan kegiatan lain atau berhubungan dengan masyarakat lainnya yaitu ukir ukiran, ragam hias, tenunan adat, teknologi traditional, tradisi lisan, penyusunan kamus, lagu daerah, alat alat musik traditional, upacara ritual, arsitektur tradisional dan makanan khas. Dalam mengantisipasi keadaan mendatang dengan memperhatikan kemajuan orang Dayak, pengaruh globalisasi dan akibat perkawinan campur serta faktor-faktor lain, dirasakan semakin memerlukan kegiatan untuk menggali, merekam, menganalisis, mendokumentasikan dan mempublikasikan budaya Dayak yang tidak mudah. Pekerjaan ini adalah pekerjaan besar. Suku Dayak perlu hidup berdampingan dan sejajar dengan bangsa lain, apabila budaya Dayak diinginkan tetap berkembang. Kemajuan kebudayaan Dayak adalah tanggung jawab moril seluruh masyarakat Dayak, khususnya kalangan tokoh dan pengurus adat, pembina sanggar dan yayasan kebudayaan. Untuk itu keterpaduan dan kerjasama masyarakat dengan lembaga Pemerintah yang ada sangat dibutuhkan guna mengembangkan kebudayaan Dayak tersebut. Daya Tangkal terhadap Kebudayaan AsingIlmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi juga telah mempengaruhi budaya Dayak. Untuk itu para pendukung budaya ini perlu menyadaribahwa arus globalisasi sedang dan bahkan semakin kuat di masa yang akan datang. Pemantapan kesenian daerah memerlukan kreativitas dan daya cipta para seniman, dan kegiatan intensif untuk mempromosikannya. Mempromosikan radio dan televisi serta perannya dalam pengembangan sikap budaya. Dalam kebudayaan Dayak, seperangkat tradisi, atau adat istiadat yang masih relevan ditumbuhkembangkan dan sebaliknya ada yang harus dibuang. Rumah rumah panjang yang masih ada, yang dianggap dapat mewakili sebagian keutuhan budaya Dayak, perlu dipelihara terus dan dilestarikan. Dalam melestarikannya ini perlu dijaga keaslian bahan, arsitektur, dan nilai sejarahnya. Herculanus Aten