Kebijakan Upah Minimum

22
KEBIJAKAN UPAH MINIMUM REGIONAL DI INDONESIA TUGAS MATAKULIAH ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI KELOMPOK VII : NUGRAHANA FITRIA RUHYANA (120720120044) ERYSTINA LELUNI LISWANTI (120720120045) SANA DAMARHITA (120720120046) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI TERAPAN

description

Upah Minimum di Indonesia

Transcript of Kebijakan Upah Minimum

Page 1: Kebijakan Upah Minimum

KEBIJAKAN UPAH MINIMUM REGIONAL

DI INDONESIA

TUGAS MATAKULIAH

ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI

KELOMPOK VII :

NUGRAHANA FITRIA RUHYANA (120720120044)

ERYSTINA LELUNI LISWANTI (120720120045)

SANA DAMARHITA (120720120046)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI TERAPAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2012

Page 2: Kebijakan Upah Minimum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hampir seluruh Negara di dunia, tidak terkecuali di Indonesia,

menghadapi masalah yang mendasar terkait dengan Ketenagakerjaan dan tingkat

upah. Di Negara-negara berkembang, tingkat upah yang rendah menjadi suatu

isu yang tidak hanya melibatkan pengusaha dan pekerja namun memerlukan

campur tangan pemerintah untuk mengatur tingkat upah tersebut. Upah

mempunyai kedudukan yang strategis, baik bagi pengusaha, pekerja, maupun

kepentingan nasional. Bagi pengusaha, upah merupakan faktor yang

mempengaruhi biaya produksi dan harga output perusahaan. Sementara bagi

pekerja, upah merupakan sarana untuk memperoleh penghidupan yang layak.

Bagi pemerintah, upah merupakan suatu upaya pemerintah agar pemerataan

pendapatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud. Oleh

karena itu, peran pemerintah sangat penting untuk membuat kebijakan yang

dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan pekerja dengan menetapkan

tingkat upah yang layak.

Upaya pemerintah yang berkaitan dengan tingkat upah adalah dengan

menetapkan kebijakan tingkat upah minimum yang ditetapkan secara sektoral

maupun regional. Penetapan upah minimum merupakan salah satu upaya

pemerataan pendapatan dan sebagai jaring pengaman agar upah yang diterima

pekerja tidak lebih rendah daripada Kebutuhan Hidup Layak (KHL).

Kenaikan tingkat upah bagi pekerja tentunya akan meningkatkan taraf

hidup dan kesejahteraan pekerja akibat meningkatnya daya beli pekerja. Namun

bagi pengusaha, kenaikan upah akan mengakibatkan biaya produksi meningkat

dan pengusaha dituntut untuk menyesuaikan tingkat upah yang mereka berikan

kepada pekerja dengan upah minimum yang ditetapkan pemerintah. Sehingga

dengan kenaikan upah minimum ini, pengusaha cenderung untuk mengurangi

jumlah tenaga kerja yang mereka gunakan dalam proses produksi yang

1

Page 3: Kebijakan Upah Minimum

mengakibatkan terjadinya pemutusan hubungan kerja dan meningkatnya

pengangguran.

Tuntutan buruh tentang pengupahan layak terus disuarakan setiap tahun

sehubungan dengan penetapan Upah Minimum Regional (UMR). UMR

merupakan indikator kesejahteraan buruh yang ditetapkan oleh Gubernur.

Pemerintah daerah pada tingkat propinsi menetapkan upah minimum untuk

setiap wilayah daerahnya, sedangkan kota/kabupaten memiliki pilihan untuk

mengikuti atau menetapkan upah minimum diatas tingkat upah minimum

propinsi tetapi tidak berada di bawah upah minimum propinsi (UMP).

Untuk mengawal besaran UMR akhir-akhir ini digunakan cara

demonstratif dengan mengatasnamakan hak mogok kerja yang telah di atur pada

UU No. 13 Tahun 2003. Hak mogok kerja ini pada akhirnya di salah artikan

menjadi pengerahan massa yang mengarah pada tindakan pemblokadean fasilitas

umum dan sarana vital lainnya yang akan memaksa pemerintah sebagai penetap

UMR untuk berpihak pada tuntutan buruh.

Kebijakan dibidang ketenagakerjaan (employment policy) di Indonesia,

baik pada tingkat lokal maupun nasional dirasakan kurang mengarah pada

upaya-upaya proteksi (social protection). Employment policy justru mengarah

pada upaya menjadikan pekerja/buruh sebagai bagian dari mekanisme pasar dan

komponen produksi yang memiliki nilai jual (terkait upah murah )untuk para

investor.

Oleh karena itu, masalah kebijakan pemerintah dalam menetapkan upah

minimum merupakan topik yang menarik untuk dibahas. Tujuan peningkatan

kesejahteraan pekerja melalui pengaturan tingkat upah minimum menimbulkan

dilema bagi pemerintah, karena disatu sisi dapat mengurangi penyerapan tenaga

kerja dan meningkatkan pengangguran. Namun disisi yang lain, pemerintah

bertanggung jawab untuk mewujudkan kesejahteraan buruh melalui penetapan

tingkat upah yang layak.

2

Page 4: Kebijakan Upah Minimum

1.2 Perumusan Masalah

Kebijakan penetapan upah minimum yang terjadi di saat pertumbuhan

ekonomi yang tinggi akan mendorong peningkatan upah. Pertumbuhan ekonomi

akan mendorong penciptaan lapangan kerja yang lebih besar daripada yang

hilang karena kebijakan upah minimum. Tingkat upah minimum yang

ditetapkan diatas tingkat upah rata-rata yang diperoleh pekerja akan

menyebabkan pengusaha mengurangi penggunaan tenaga kerja sehingga

penyerapan tenaga kerja akan berjurang dan meninmbulkan pengangguran. Oleh

karena itu, pemerintah perlu menetapkan suatu kebijakan yang mengatur tentang

upah minimum bagi pekerja untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja namun

tetap memperhatikan kelangsungan hidup perusahaan.

3

Page 5: Kebijakan Upah Minimum

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Upah Minimum

Upah Minimum merupakan suatu penerimaan bulanan minimum

(terendah) sebagai imbalan dari pengusaha kepada karyawan untuk suatu

pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan dan dinyatakan atau dinilai

dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan

perundang-undangan serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara

pengusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik karyawan itu sendiri

maupun untuk keluarganya (dikutip dari Pratomo & Adi Saputra, 2011).

Upah Minimum terbagi atas dua komponen yaitu Upah tetap dan

Tunjangan Tetap. Namun dalam peraturan pemerintah yang diatur secara jelas

hanya upah pokoknya saja dan tidak termasuk tunjangan, sehingga seringkali

menimbulkan kontroversi bagi pengusaha dan pekerja. Tunjangan tetap sendiri

adalah tunjangan yang diberikan secara tetap tanpa melihat tingkat kehadiran

pekerja ataupun output, seperti misalnya tunjangan keluarga tetap dan tunjangan

yang berdasar pada senioritas. Awalnya, Kebijakan upah minimum ditetapkan

berdasarkan besaran biaya Kebutuhan Fisik Minimum (KFM). Dalam

perkembangannya, penentuan besaran tingkat upah minimum didasarkan atas

beberapa pertimbangan berikut :

1. biaya Kebutuhan Hidup Minimum (KHM)

2. Indeks Harga Konsumen (IHK)

3. tingkat upah minimum antar daerah

4. kemampuan, pertumbuhan, dan keberlangsungan perusahaan

5. kondisi pasar kerja

6. pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita

Pada kenyataanya, hanya sedikit perusaha yang secara sadar dan sukarela

terus menerus berusaha meningkatkan penghidupan karyawannya, terutama

4

Page 6: Kebijakan Upah Minimum

pekerja golongan yang paling rendah. Di pihak lain, karyawan melalui serikat

pekerja dan/atau dengan mengundang pemerintah selalu menuntut kenaikan

upah. Tuntutan seperti itu yang tidak disertai dengan peningkatan produktivitas

kerja akan mendorong pengusaha untuk : (a) mengurangi penggunaan tenaga

kerja dengan menurunkan produksi ; (b) menggunakan teknologi yang lebih

padat modal ; dan/atau (c) menaikkan harga jual barang yang kemudian justru

akan mendorong inflasi (Sumarsono, dikutip dari Pratomo & Adi Saputra,

2011).

2.2 UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Menurut Undang Undang No 13 tahun 2003 disebutkan bahwa upah

minimum hanya ditujukan bagi pekerja dengan masa kerja 0 (nol) sampai

dengan 1 (satu) tahun. Dari definisi tersebut, terdapat dua unsur penting dari

upah minimum yaitu adalah: a) Upah permulaan adalah upah terendah yang

harus diterima oleh buruh pada waktu pertama kali dia diterima bekerja. b)

Jumlah upah minimum haruslah dapat memenuhi kebutuhan hidup buruh secara

minimal yaitu kebutuhan untuk sandang, pangan dan keperluan rumah tangga

(Sumarsono, dikutip dari Pratomo & Adi Saputra, 2011 ).

Pemerintah menetapkan upah berdasarkan kebutuhan hidup layak (KHL)

dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Sehingga

Upah minimum diarahkan kepada pencapaian kebutuhan hidup layak.

Upah Minimum dapat diterapkan:

a) berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;

b) berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota. Upah

minimum sektoral dapat ditetapkan untuk kelompok lapangan usaha beserta

pembagiannya menurut klasifikasi lapangan usaha Indonesia untuk

kabupaten/kota, provinsi, beberapa provinsi atau nasional dan tidak boleh

lebih rendah dari upah minimum regional daerah yang bersangkutan.

Komponen dan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

didasarkan pada :

5

Page 7: Kebijakan Upah Minimum

1. Permenaker No. 17/MEN/VIII/2005 tentang Komponen dan Tahapan

Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (KHL), dimana Jumlah jenis kebutuhan

terdiri dari 46 komponen KHL

2. PERMENAKERTRANS NO.13 Tahun 2012 sebagai acuan KHL 2013,

dimana jenis kebutuhan yang semula berjumlah 46 komponen menjadi 60

komponen KHL. Perubahan komponen kebutuhan antara lain kompor

minyak 16 sumbu dan minyak tanah 10 liter, diubah menjadi: 1).Kompor gas

dan perlengkapannya : a. Kompor gas 1 (satu) tungku, volume 1/24 b.

Selang dan Regulator, volume 1/24 c. Tabung gas 3 kg, volume 1/60 2) Gas

elpiji 2 tabung @ 3 kg.

Berikut ini disajikan data Kebutuhan Hidup Layak (KHL) setiap provinsi

dan upah minimum pada tahun 2013 :

Jaw

a Ti

mur

Jaw

a Te

ngah

DI Y

ogya

kart

aJa

wa

Bara

tSu

law

esi T

e...

Lam

pung

Bant

enSu

law

esi T

e...

Beng

kulu

Kalim

anta

n S.

..Su

law

esi U

tara

Sum

ater

a U

...Ja

mbi

Nus

a Te

ngga

...Su

law

esi S

el...

Sum

ater

a B.

..Ke

pula

uan

...Ka

liman

tan

B...

Sula

wes

i Bar

atN

usa

Teng

ga...

Rata

- Ra

taRi

auAc

ehG

oron

talo

Bang

ka B

eli..

.M

aluk

u U

tara

Mal

uku

Kalim

anta

n ...

Sum

ater

a Se

...Ka

liman

tan

...DK

I Jak

arta

Papu

aBa

liPa

pua

Bara

t0.00

500000.00

1000000.00

1500000.00

2000000.00

2500000.00

Gambar 1. Kebutuhan Hidup Layak Per Provinsi Tahun 2013

Sumber : Pusdatinaker Kementerian Tenaga Kerja

6

Page 8: Kebijakan Upah Minimum

Jaw

a Te

ngah

Jaw

a Ba

rat

Jaw

a Ti

mur

DI Y

ogya

k...

Sula

wes

i ...

Nus

a Te

ng...

Kalim

anta

n...

Nus

a Te

ng...

Sula

wes

i ...

Lam

pung

Sula

wes

i B...

Bant

enG

oron

talo

Bali

Beng

kulu

Mal

uku

U...

Bang

ka B

el...

Mal

uku

Rata

- Ra

taJa

mbi

Kalim

anta

n...

Sum

ater

a ...

Kepu

laua

n ...

Sum

ater

a ...

Riau

Sula

wes

i S...

Aceh

Sula

wes

i U...

Kalim

anta

...Su

mat

era

...Pa

pua

Papu

a Ba

rat

Kalim

anta

...DK

I Jak

arta

0.00

500000.00

1000000.00

1500000.00

2000000.00

2500000.00

Gambar 2. Upah Minimum Provinsi tahun 2013

Sumber : Pusdatinaker Kementerian Tenaga Kerja

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat disparitas Kebutuhan Hidup

Layak (KHL) dan Upah Minimum Provinsi (UMP) untuk setiap provinsi di

Indonesia. UMP tertinggi berada pada wilayah DKI Jakarta sementara KHL

tertinggi ada di wilayah Papua Barat. UMP DKI juga nampak jauh lebih tinggi

dibanding daerah lainnya di Indonesia. Hal ini tentu akan memberikan dampak

bagi perekonomian khususnya bagi kawasan sekitar DKI Jakarta seperti Jawa

Barat dan Banten yang memiliki UMP jauh dibawah UMP DKI Jakarta misalnya

mendorong terjadinya mobilitas tenaga kerja yang tinggi di kawasan tersebut

yang memerlukan penanganan dan kebijakan tepat dari pemerintah.

2.3 Kebutuhan Hidup Layak dan Upah Minimum Provinsi DKI Jakarta

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menaikkan upah minimum provinsi

sebesar 44 %, yang semula Rp 1,5 juta menjadi Rp 2,2 juta pada awal tahun

2013 ini. Hal tersebut merupakan jawaban atas demo buruh yang terjadi secara

7

Page 9: Kebijakan Upah Minimum

besar-besaran di Jakarta pada akhir tahun 2012 yang lalu. Adapun perbandingan

KHL dan UMP DKI Jakarta dapat dilihat pada tabel berikut :

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

KHL

746749

759953

831996

991988

1055276

1314059

1317710

1401000

1497838

1978789

UMP

671550

771843

819100

900560

972605

1069865

1118009

1290000

1529150

2200000

250,000

750,000

1,250,000

1,750,000

2,250,000

Gambar 3. KHL dan UMP DKI JakartaTahun 2004 - 2013

Rupi

ah

Sumber : Pusdatinaker Kementerian Tenaga Kerja

Dari grafik di atas, terlihat perkembangan KHL dan UMP DKI Jakarta

kecenderungannya mencerminkan tingkat upah (UMP) yang lebih rendah dari

KHL, kecuali untuk tahun 2013. Hal ini mengindiasikan bahwa kehidupan

pekerja formal masih belum tercukupi secara memadai akibat upah yang masih

berada dibawah living cost minimal. Dengan demikian tingkat kesejaheraan

tenaga kerja di DKI Jakarta sulit untuk bisa beranjak menjadi lebih baik.

Terlebih lagi bagi mereka yang berkeja di sektor informal yang tidak tercover

oleh kebijakan UMP tentu akan lebih sulit mencapai standar hidup yang lebih

baik lagi.

8

Page 10: Kebijakan Upah Minimum

Adapun jika UMP DKI Jakarta dibandingkan dengan inflasi yang terjadi

antara tahun 2008 hingga 2013 sebagaimana terlihat pada Tabel 2, maka

pertumbuhan UMP menjadi jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi yang

terjadi. Namun demikian karena yang menjadi acuan utama dalam penetapan

UMP adalah KHL, dimana dalam PERMENAKERTRANS NO.13 Tahun 2012

yang menjadi acuan KHL 2013, terjadi penambahan jenis kebutuhan dari 46

komponen menjadi 60 komponen KHL. Oleh karena itu persentase kenaikan

UMP manjadi jauh lebih tinggi dari inflasi.

2.4 Dampak Bagi Buruh, Pengusaha dan Pemerintah

Hasil penelitian World Bank menunjukan bahwa kenaikan upah

minimum sebesar 10 persen secara rata-rata, akan berkaitan dengan penurunan

sebesar 1 persen pada lapangan kerja sektor formal dan industri (Perkembangan

Triwulanan Perekonomian Indonesia, Desember 2012, h: 27). Artinya

kesempatan kerja di sektor formal bagi kaum buruh mungkin akan berkurang

jika upah terus mengalami kenaikan. Bagi buruh, kenaikan upah juga akan

meningkatkan permintaan pasar akibat bertambahnya pendapatan yang jika tidak

diimbangi kenaikan penawaran di pasar akan menyebabkan kenaikan harga

barang dan jasa (demand pull inflation). Pada awal kenaikan UMR, buruh bisa

menikmati penambahan pendapatan pada periode lag atas penyesuaian harga di

pasar, namun setelah periode lag tersebut, buruh akan kembali mengalami

penurunan konsumsi akibat kenaikan harga yang juga akan dirasakan

masyarakat secara umum.

Bagi pengusaha, kenaikan upah minimum regional merupakan suatu

keniscayaan karena telah diatur oleh undang-undang. Kenaikan upah minimum

yang “wajar” dan terprediksi disertai dengan jaminan kondusivitas iklim

berusaha merupakan keinginan sebagian besar pengusaha. Sebagai respon

terhadap kenaikan biaya tenaga kerja pengusaha dapat saja mengurangi jumlah

pegawai, namun pesangon di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di

wilayah Asia Tenggara, sehingga dengan demikian pengurangan tenaga kerja

9

Page 11: Kebijakan Upah Minimum

menjadi opsi yang mahal. Upaya memasukkan biaya tenaga kerja menjadi fixed

cost dengan menggunakan tenaga kontrak maupun alih daya (outsorcing)

dibatasi oleh regulasi yang ketat sehingga kenaikan upah minimum sebagai

kenaikan biaya produksi yang bisa disiasati dengan :

Menekan biaya produksi, bisa berdampak pada penurunan kualitas produk

atau pengurangan jumlah karyawan. Menurunkan kualitas produk di tengah

persaingan global tentu bisa merugikan perusahaan, karena itu pilihan yang

akan diambil adalah mengurangi jumlah karyawan atau mensubstitusi tenaga

kerja dengan mesin. Apalagi jika kenaikan upah dipandang tidak sebanding

dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja.

Menaikan harga produk, bisa menyebabkan kenaikan harga barang di pasar

secara kumulatif (cost push inflation)

Bagi pemerintah, kenaikan UMR menjadi pilihan dilematis antara

memenuhi tuntutan kaum buruh dan pengusaha, dengan konsekuensi terjadinya

peningkatan pengangguran dan inflasi serta menurunnya daya beli dan standar

hidup masyarakat secara umum, terlebih bagi mereka yang bekerja di sektor

informal yang tidak tercover dengan UMR.

Selain hal tersebut diatas ada kekhawatiran bahwa kenaikan upah

minimum digunakan sebagai acuan bagi kenaikan gaji dan upah secara

keseluruhan, yang akan meningkatkan biaya tenaga kerja di Indonesia. Hal ini

dapat terlihat dari penelitian World Bank, dimana kenaikan upah minimum

berkaitan dengan kenaikan upah rata-rata karyawan. Analisis regresi pada

periode 1993 sampai 2007 menunjukkan bahwa peningkatan upah minimum

sebesar 10 persen berkaitan dengan kenaikan sebesar 3 persen pada rata-rata

upah untuk seluruh pekerja penerima upah dan gaji pada tahun yang sama

(World Bank, Indonesia Jobs Report, 2010). Kenaikan upah minimum yang

ekstrim

Kenaikan upah minimum yang ekstrim dan tak terprediksi akan

mempengaruhi daya saing Indonesia dan dapat menghambat investasi pada

industri-industri padat tenaga kerja, seperti manufaktur terutama jika

10

Page 12: Kebijakan Upah Minimum

dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Timur, seperti terlihat pada

gambar berikut.

Gambar 5. Tingkat upah minimum (dolar AS),di beberapa negara Asia Timur

Catatan: Upah minimum Indonesia menggunakan upah DKI Jakarta (dengan asumsi nilai tukar USD tahun 2013 adalah Rp 9.500), negara lainnya berdasarkan upah minimum dikota besar atau ibukota, tidak disesuaikan dengan produktivitas

Sumber: Doing Business, 2013, dan pers dan peraturan 2013

Dengan mempertimbangkan berbagai efeknya, kebijakan penentuan

besaran upah minimum yang tepat oleh pemerintah harus dapat memberikan

insentif bagi semua pihak, baik pekerja, pengusaha maupun pemerintah sendiri.

11

Page 13: Kebijakan Upah Minimum

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan fakta dan data yang telah diuraikan pada bagian

sebelumnya, kami mengemukakan kesimpulan dari permasalahan UMR ini

sebagai berkut :

1. Sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan bahwa

penetapan upah didasarkan pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL) bertujuan

agar tenaga kerja di Indonesia dapat mencapai standar hidup yang layak.

Usaha yang selama ini ditempuh pemerintah adalah dengan menetapkan

kebijakan upah minimum. Namun demikian, kebijakan upah minimum saat

ini masih belum dapat mengangkat kehidupan kaum buruh ketika Kebutuhan

Hidup Layak (KHL) masih berada di atas upah minimum.

2. Kebijakan upah minimum seringkali menambah kompleksitas persoalan

perburuhan di negeri ini akibat perbedaan kepentingan pengusaha dan kaum

buruh. Karena itu diperlukan peran pemerintah yang tepat dalam mengatasi

problem ketenagakerjaan di Indonesia.

3.2 Saran-saran

Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan dalam menyikapi

problematika seputar UMR adalah sebagai berikut :

1. Kebijakan penetapan UMR seharusnya menjadi insentif bagi semua pihak

pekerja, pengusaha maupun pemerintah dengan tujuan meningkatkan

kehidupan yang layak khususnya bagi para pekerja, tetapi tanpa merugikan

kelangsungan hidup perusahaan yang bisa mengancam keberlanjutan kondisi

ekonomi dan produktivitas nasional maupun daerah.

12

Page 14: Kebijakan Upah Minimum

2. Penetapan UMR setiap tahun memiliki banyak eksternalitas negatif jika

masih diikuti dengan cara-cara demonstratif dan merugikan publik. Perlu

dikaji tentang periode penetapan UMR dalam jangka waktu yang lebih

panjang

3. Penghitungan UMR harus tetap memperhatikan iklim investasi dengan

mempertimbangkan indikator ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi dan

inflasi. Sehingga pengusaha dapat memperkirakan dan mengambil strategi

terkait kenaikan biaya tenaga kerja.

4. Secara normatif permasalahan UMR dan problem ketenagakerjaan muncul

ketika peran pemerintah dalam menjamin kebutuhan dasar masyarakat masih

sangat minim. Kebutuhan sandang, pangan, perumahan, pendidikan,

kesehatan dan keamanan sangat tergantung pada kemampuan ekonomi setiap

individu rakyat yang tanggung jawabnya dibebankan pemerintah kepada

pihak pengusaha untuk mencukupi kebutuhan karyawannya.

5. Sesuai amanat konstitusi negara, pada pasal 27 ayat 2 dan pasal 33 ayat 3,

maka negara harus memfasilitasi lapangan kerja yang layak bagi setiap

warga negara dengan mengoptimalkan segala sumber daya yang ada untuk

menjamin kemakmuran rakyat.

13

Page 15: Kebijakan Upah Minimum

Dafar Pustaka

BPS DKI Jakarta, berbagai terbitan

Pusdatinaker Kementerian Tenaga Kerja. Upah Minimum Provinsi di Indonesia

Tahun 2005-2013. Diakses melalui

http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id/katalog/xdownload.php?f=378 tanggal

15 Maret 2013

Pratomo, Adi Saputra. Kebijakan Upah Minimum untuk Perekonomian yang

Berkeadilan: Tinjauan UUD 1945. Journal of Indonesian Applied Economics. Vol. 5

No. 2 Oktober 2011, 269-285

Sholeh, Maimun. Dampak Kenaikan Upah Minimum Propinsi Terhadap

Kesempatan Kerja (Studi Kasus Provinsi Jawa Tengah). Jurnal Ekonomi &

Pendidikan, Volume 2 Nomor 2, Desember 2005.

World Bank. Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia, Menyoroti

Kebijakan. Desember 2012

14