KEBIJAKAN UMUM -...

65

Transcript of KEBIJAKAN UMUM -...

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | DAFTAR ISI iii

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

2016

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | DAFTAR ISI iv

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ____________________________________________________________ iv

DAFTAR TABEL ________________________________________________________ v

DAFTAR GAMBAR ______________________________________________________ vi

BAB I PENDAHULUAN __________________________________________________ 1

1.1. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN ______ 1

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN ______________________________ 2

1.3. DASAR PENYUSUNAN KUA _______________________________________ 3

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH _____________________________ 8

2.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH PADA TAHUN 2014 DAN PERKIRAAN PADA TAHUN 2017. ____________________ 8

2.2. RENCANA TARGET EKONOMI MAKRO PADA TAHUN 2017. ____________ 13

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) ________ 16

3.1. ASUMSI DASAR YANG DIPERGUNAKAN DALAM APBN________________ 17

3.2. LAJU INFLASI __________________________________________________ 17

3.3. PERTUMBUHAN PDRB. __________________________________________ 18

3.4. LAIN – LAIN ASUMSI ____________________________________________ 20

BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH ____ 23

4.1. KEBIJAKAN PENDAPATAN DAERAH _______________________________ 23

4.2. KEBIJAKAN BELANJA DAERAH ___________________________________ 26

4.3. KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH ________________________________ 57

BAB V PENUTUP ______________________________________________________ 58

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | DAFTAR TABEL v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2014 ..................................................................................................... 10

Tabel 2.2 Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011-2013 (persen) ............................................................................ 11

Tabel 2.3 PDRB Per Kapita dan Pendapatan Per Kapita Kota Pekalongan Tahun 2010-2014 .......................................................................................... 12

Tabel 2.4 Laju Inflasi Kota Pekalongan Tahun 2010-2014 ............................................. 13

Tabel 3.1 Laju Inflasi Kota Pekalongan Tahun 2010-2014 ............................................. 17

Tabel 3.2 Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen) Kota Pekalongan Tahun 2010─2014 ......................................................................................... 18

Tabel 3.3 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen), Kota Pekalongan tahun 2011─2014 ...................................................................... 19

Tabel 4.1 Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Kota Pekalongan dalam Rancangan KUA-PPAS dengan Prioritas Nasional ....................................... 46

Tabel 4.2 Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Kota Pekalongan dalam Rancangan KUA-PPAS dengan Prioritas Provinsi Jawa Tengah .................. 49

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Pekalongan Tahun 2010-2014 ................................................................................................... 9

Gambar 3.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Pekalongan dengan Provinsi dan Nasional Tahun 2010-2014 ................................................... 18

Gambar 4.1 Piramida Prioritas Pembangunan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 ...... 36

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB I PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN

Rangkaian pentahapan perencanaan pembangunan sampai dengan implementasi

program dan kegiatan dalam kerangka APBD Tahun Anggaran 2017, telah diawali

dengan penyelenggaraan Musrenbang mulai dari tingkat Kelurahan sampai dengan

ditetapkannya Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2017 melalui Peraturan

Walikota Pekalongan Nomor 26 Tahun 2016. Tahapan selanjutnya adalah pengajuan

Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS)

yang akan dibahas dan disepakati bersama antara Walikota dengan Pimpinan DPRD

Kota Pekalongan. Hal ini merupakan bentuk pelaksanaan dari ketentuan yang telah

diatur dalam Pasal 310 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa “Kepala daerah menyusun KUA dan

PPAS berdasarkan RKPD dan diajukan kepada DPRD untuk dibahas bersama”.

Selanjutnya di dalam ayat (2) dan ayat (3) secara berturut-turut disebutkan “KUA serta

PPAS yang telah disepakati kepala daerah bersama DPRD menjadi pedoman Perangkat

Daerah dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Kemudian, Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja perangkat Daerah disampaikan

kepada pejabat pengelola keuangan Daerah sebagai bahan penyusunan Rancangan

Perda tentang APBD tahun berikutnya”.

Ketentuan lain yang juga menjadi pedoman adalah pasal 17 ayat (2) Undang-

Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyebutkan bahwa

“Penyusunan Rancangan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD)”. Kemudian di dalam pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional juga telah diamanatkan bahwa

“RKPD menjadi pedoman penyusunan RAPBD”.

Dengan demikian, Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas dan

Plafon Anggaran Sementara (PPAS) pada dasarnya merupakan bagian pentahapan

dalam upaya mewujudkan target-target yang telah ditetapkan dalam RKPD Kota

Pekalongan, dalam hal ini RKPD Tahun 2017. Dan selanjutnya Kebijakan Umum APBD

(KUA) ini akan menjadi pedoman dalam penyepakatan Prioritas Plafon Anggaran

Sementara (PPAS) sebelum nantinya menjadi dasar dalam penyusunan RAPBD Kota

Pekalongan Tahun 2017.

Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun

2016 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun

anggaran 2017, Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran

Sementara (PPAS) Tahun 2017 harus sinkron dengan dokumen perencanaan Daerah

yang bersangkutan. Sehingga secara terstruktur, arah kebijakan pembangunan antar

berbagai level pemerintahan akan sinkron satu dengan yang lainnya. KUA dan PPAS

Pemerintah Provinsi Tahun 2017 berpedoman pada RKPD Provinsi Tahun 2017 yang

telah disinkronisasikan dengan RKP Tahun 2017, sedangkan KUA dan PPAS

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB I PENDAHULUAN

2

Pemerintah Kabupaten/Kota berpedoman pada RKPD Kabupaten/Kota Tahun 2017 yang

telah disinkronisasikan dengan RKP Tahun 2017 dan RKPD Provinsi Tahun 2017.

Dengan demikian, pada dasarnya Kebijakan umum APBD adalah sasaran dan kebijakan

daerah dalam satu tahun anggaran yang menjadi petunjuk dan ketentuan umum yang

disepakati sebagai pedoman penyusunan R-APBD.

Rancangan KUA-PPAS APBD Tahun Anggaran 2017 pada saat sekarang ini sudah

diajukan oleh Pemerintah Kota Pekalongan kepada DPRD Kota Pekalongan melalui

surat Walikota Pekalongan nomor 050/02146 tanggal 30 Juni 2016 perihal Pengajuan

KUA-PPAS APBD Kota Pekalongan Tahun 2017. Namun, sebelum dilakukan

pembahasan, Pemerintah Pusat menerbitkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor

061/2911/SJ Tahun 2016 tentang Tindak Lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun

2016 tentang Perangkat Daerah. Dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri tersebut,

terdapat 2 (dua) point penting terkait Perencanaan dan Penganggaran, yaitu Diktum

Kedua yang mengamanatkan Pemerintah Daerah segera melakukan penyesuaian

dokumen Rencana Pembangunan Daerah sesuai Kelembagaan Perangkat Daerah yang

dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat

Daerah; dan Diktum Ketiga yang mengamanatkan agar Penyusunan KUA PPAS Tahun

2017 dilaksanakan secara paralel dengan Pembentukan Peraturan Daerah tentang

Perangkat Daerah dan dituangkan dalam Nota Kesepakatan antara Kepala Daerah dan

Pimpinan DPRD.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dilakukan penyusunan kembali

Rancangan KUA-PPAS RAPBD Tahun Anggaran 2017 setelah sebelumnya dilakukan

penyusunan kembali RKPD Kota Pekalongan tahun 2017 sesuai dengan Organisasi

Pemerintah Daerah yang baru sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota

Pekalongan Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah

Kota Pekalongan.

Disamping itu, Pemerintah Kota Pekalongan pada saat ini telah menetapkan

Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 4 Tahun 2016 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Pekalongan Tahun 2016 –

2021. Oleh karena itu, RKPD dan Kebijakan Umum APBD Tahun 2017 ini, disusun

dengan memuat sinkronisasi perencanaan tahunan dengan memperhatikan pencapaian

target-target pembangunan yang ada dalam dokumen RPJMD. Kebijakan Umum APBD

Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2017 ini memuat program-program yang akan

dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah untuk setiap urusan pemerintahan daerah yang

disertai dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan

penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN

Maksud dari penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

adalah sebagai landasan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) APBD Tahun

2017 yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah.

Adapun tujuan dari penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah memuat antara lain:

1) Memberikan arah pembangunan melalui penuangan pokok-pokok kebijakan yang

memuat sinkronisasi kebijakan Pemerintah dengan Pemerintah Daerah;

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB I PENDAHULUAN

3

2) Mengatur tentang prinsip dan kebijakan penyusunan APBD berkaitan dengan

gambaran kondisi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan

daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah dan strategi

pencapaiannya, serta kebijakan daerah lainnya;

3) Mewujudkan terciptanya sinergitas, integrasi dan keseimbangan antara pendekatan

perencanaan program pembangunan berbasis sektoral/per-bidang pembangunan,

dengan pendekatan perencanaan pembangunan berbasis kewilayahan;

4) Mewujudkan efisiensi dan efektivitas rencana alokasi sumber daya untuk optimalisasi

pembangunan daerah.

1.3. DASAR PENYUSUNAN KUA

Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017 ini berpedoman

beberapa regulasi yang berkaitan dan digunakan sebagai rujukan, antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4438);

4. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara

Tahun 2013 Nomor 232);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5679);

8. Undang – undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan

Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB I PENDAHULUAN

4

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4416) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4712);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 171, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5340);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5219);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576) sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 110, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5155);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan kepada

Partai Politik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 18,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4972);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan

Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5161);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165);

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB I PENDAHULUAN

5

21. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang

Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5179);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5272);

23. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah

Tahun 2017;

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan

Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah;

25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2015 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 564);

26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017.

27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pedoman

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017.

28. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 061/2911/SJ Tahun 2016 tentang Tindak

Lanjut Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang

Perangkat Daerah;

29. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun

2005–2025;

30. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-

2018;

31. Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Nomor 14 Tahun 2016 tentang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017;

32. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Pekalongan Tahun 2009 Nomor 10);

33. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pengelolaan

Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kota Pekalongan Tahun 2009 Nomor 11);

34. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pajak Air Tanah;

35. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 8 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan;

36. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 9 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan dan Retribusi Terminal;

37. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel;

38. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan atas

Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran;

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB I PENDAHULUAN

6

39. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pajak

Penerangan Jalan;

40. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 7 Tahun 2011 tentang Penyertaan

Modal Pemerintah Daerah Kepada Pihak Ketiga;

41. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan atas

Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;

42. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pajak Parkir;

43. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 10 Tahun 2011 tentang Pajak Sarang

Burung Walet;

44. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pajak Hiburan;

45. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame;

46. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi

Pemakaian Kekayaan Daerah;

47. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 14 Tahun 2011 tentang Retribusi

Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil dan Retribusi

Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;

48. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 15 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan dan Retribusi Ijin Gangguan;

49. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 16 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan dan Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi di Kota

Pekalongan;

50. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 21 Tahun 2011 tentang Retribusi

Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

51. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 22 Tahun 2011 tentang Retribusi

Tempat Khusus Parkir;

52. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 23 Tahun 2011 tentang Retribusi

Pengujian Kendaraan Bermotor;

53. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 24 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan dan Retribusi Izin Trayek;

54. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 25 Tahun 2011 tentang Retribusi

Tempat Rekreasi dan Olahraga;

55. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 14 Tahun 2014 tentang Perubahan atas

Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 26 Tahun 2011 tentang Retribusi

Pelayanan Kesehatan;

56. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 27 Tahun 2011 tentang

Penyelenggaraan Tempat Pelelangan Ikan dan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan;

57. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 28 Tahun 2011 tentang Rumah

Pemotongan Hewan dan Retribusi Rumah Pemotongan Hewan;

58. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 31 Tahun 2011 tentang Retribusi

Pelayanan Tera /Tera Ulang;

59. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 32 Tahun 2011 tentang Retribusi

Pelayanan Persampahan / Kebersihan;

60. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 33 Tahun 2011 tentang Retribusi

Pelayanan Pemakaman;

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB I PENDAHULUAN

7

61. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 34 Tahun 2011 tentang Retribusi

Penyedotan Kakus;

62. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 35 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin

Mendirikan Bangunan;

63. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 36 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin

Usaha Perikanan;

64. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 37 Tahun 2011 tentang Retribusi

Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;

65. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 38 Tahun 2011 tentang Retribusi

Pelayanan Pasar;

66. Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 52 Tahun 2011 tentang Tata Cara

Pelimpahan Urusan Pemerintahan Kota Pada Lurah;

67. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 30 Tahun 2011 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Pekalongan Tahun 2009-2029;

68. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan atas

Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran;

69. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan atas

Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;

70. Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan

Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah

Kota Pekalongan;

71. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perubahan

Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJP-D) Kota Pekalongan Tahun 2005-2025;

72. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 2 Tahun 2014 tentang Retribusi

Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing;

73. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan

Kedua atas Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 13 Tahun 2011 tentang

Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

74. Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 4 Tahun 2016 tentang RPJMD Kota

Pekalongan Tahun 2016-2021;

75. Peraturan daerah Kota Pekalongan Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan

dan Susunan Perangkat Daerah Kota Pekalongan;

76. Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 26 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pekalongan Tahun 2017;

77. Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 37 Tahun 2016 tentang Perubahan atas

Peraturan Walikota Pekalongan Nomor 26 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pekalongan Tahun 2017.

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

8

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

2.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH PADA

TAHUN 2015 DAN PERKIRAAN PADA TAHUN 2017.

Kondisi perekonomian dunia yang bergejolak akibat krisis ekonomi global yang

sampai sekarang masih terjadi sangat mempengaruhi kondisi ekonomi domestik

Indonesia secara umum maupun Kota Pekalongan secara khusus. Namun sejak satu

tahun terakhir, beberapa negara seperti Amerika Serikat mulai recovery dan bangkit dari

keterpurukan ekonomi global. Menguatnya mata uang Dollar Amerika terhadap mata

uang negara lainnya, termasuk Indonesia ditambah dengan harga minyak dunia yang

sempat merosot pada pertengahan tahun 2016, bahkan sempat mencapai harga

terendah sejak bulan Juli 2010 menyebabkan nilai tukar rupiah mengalami depresiasi

yang semakin kuat.

Kerjasama regional Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai 1

Januari 2016 juga perlu menjadi perhatian bagi perekonomian Indonesia dan Jawa

Tengah pada khususnya. Dengan dimulainya MEA, maka perekonomian regional akan

semakin terbuka, yang akan berimplikasi pada terbukanya arus barang dan jasa antar

negara ASEAN.

Perubahan perkembangan perekonomian dunia ini, meskipun dalam skala

nasional, namun pada akhirnya tetap berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi

masyarakat. Pelambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan inflasi akan ikut

mempengaruhi perputaran ekonomi di Daerah yang akan sangat dirasakan dampaknya

pada masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Oleh karena itu, kebijakan Pemerintah

Daerah, baik dalam mendorong penyerapan anggaran yang pada akhirnya akan ikut

menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi daerah, ataupun dalam hal penetapan sektor-

sektor pembangunan strategis yang selama ini menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi

dan penyerapan tenaga kerja, menjadi sangat dibutuhkan.

Upaya yang akan dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekalongan guna menjaga

stabilitas pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan-kebijakan pembangunan pada sektor-

sektor strategis dan juga menjadi prioritas sesuai dengan visi dan misi pembangunan

jangka menengah (RPJMD), tidak dapat dilepaskan dari kondisi keuangan Negara

karena masih tingginya ketergantungan APBD terhadap sumber pendapatan dari

Pemerintah Pusat dan juga Pemerintah Provinsi.

Pada bulan September 2016, Pemerintah Pusat sempat mengambil kebijakan

penundaan dana transfer kepada Daerah sebagai akibat rendahnya Pendapatan Negara.

Kondisi ini sempat menjadi perhatian serius, khususnya terkait dengan kebijakan

pembangunan pada tahun 2017. Namun demikian, perkembangan implementasi

kebijakan tax amnesty sampai saat ini terus menunjukkan progress yang positif,

sehingga penerimaan Negara diprediksikan akan dapat tercapai sesuai dengan target

yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, kebijakan alokasi pendapatan yang bersumber

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

9

dari dana Transfer Pemerintah Pusat diasumsikan tidak mengalami pengurangan atau

penundaan.

Perkembangan ekonomi makro Kota Pekalongan masih lebih banyak didorong oleh

peningkatan konsumsi, terutama konsumsi pemerintah (realisasi belanja APBD) dan

rumah tangga. Kinerja sektor utama masih didominasi oleh sektor perdagangan, hotel

dan restoran, serta industri pengolahan.

Pada tahun 2017, sektor-sektor ini diprediksikan akan mendorong pertumbuhan

ekonomi Kota Pekalongan. Sektor Perdagangan yang juga sejalan dengan sekotr

industry pengolahan, khususnya batik, selain akan tetap memasok kebutuhan pasar

lokal, juga akan menunjukkan trend positif sejalan dengan semakin pendeknya waktu

tempuh pemasaran ke beberapa kota seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta dan Solo.

Infrastruktur jalan, berupa pembangunan jalan tol yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat

akan berdampak positif, karena waktu tempuh ke Kota Pekalongan dari berbagai kota

akan semakin pendek.

Disamping itu, ketersediaan akomodasi perhotelan yang representative dan

menyuguhkan kenyamanan serta tumbuhnya kuliner yang menyebar ke berbagai

kawasan Kota, juga menjadi salah satu faktor pendukung. Tingginya perhatian

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten Pekalongan yang akan mengembangkan

objek wisata alam di daerah Petungkriyono secara langsung ataupun tidak langsung

akan sangat relevan dengan tumbuhnya kedua sektor ini di Kota Pekalongan.

Ketersediaan akomodasi perhotelan yang ada akan menjadi satu kesatuan paket wisata

(wisata alam dan wisata belanja) yang akan berkembang di Kota Pekalongan.

Untuk mendukung pertumbuhan sektor-sektor unggulan tersebut, Pemerintah Kota

Pekalongan pada waktu-waktu yang akan datang juga telah mengambil kebijakan yang

sejalan dengan kebijakan Pemerintah Pusat dan Provinsi, khususnya dalam penyediaan

infrastruktur jalan. Upaya ini diharapkan akan dapat memberikan pengaruh positif bagi

terus meningkatnya pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan.

a. Pertumbuhan Ekonomi

Sumber: BPS Kota Pekalongan, 2016

Gambar 2.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kota Pekalongan Tahun 2010-2015

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Kota Pekalongan (%) 5,51 5,49 5,61 5,91 5,48 5,00

Prov Jateng (%) 5,84 5,30 5,34 5,14 5,42 5,44

Nasional (%) 6,22 5,94 5,87 5,61 5,01 4,79

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

Kota Pekalongan (%) Prov Jateng (%) Nasional (%)

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

10

Pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan menunjukkan adanya fluktuasi selama

lima tahun sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2015. Puncak pertumbuhan

ekonomi terjadi pada tahun 2013, yaitu sebesar 5,91. Kemudian menunjukkan

penurunan sampai dengan tahun 2015, bahkan berada di bawah Provinsi Jawa

Tengah meskipun masih di atas Nasional.

b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Selama kurun waktu 2013 – 2014 nilai PDRB Kota Pekalongan mengalami

peningkatan yang cukup signifikan. Nilai PDRB pada Tahun 2013 Atas Dasar Harga

Berlaku (ADHB) sebesar Rp. 6.396,42 Milyar naik pada Tahun 2014 menjadi Rp.

7.092,78 Milyar. Nilai PDRB Atas Harga Dasar Konstan (ADHK) naik dari Rp. 5.456,19

Milyar menjadi Rp. 5.755,28 Milyar.

Sektor PDRB yang memberikan kontribusi dominan terhadap PDRB Kota

Pekalongan tahun 2014 yaitu sektor Perdagangan besar dan eceran, Reparasi Mobil

dan sepeda motor (22,14%); industri pengolahan (21,65%); serta konstruksi (14,90%).

Jika dibandingkan dengan tahun 2014, maka ketiga sektor tersebut masih menjadi

sektor dominan dalam PDRB Kota Pekalongan. Apabila dilihat dari laju pertumbuhan

PDRB pada tiap sektor tahun 2013, maka diketahui bahwa meskipun nilai laju

pertumbuhan lebih kecil dibandingkan tahun 2013, tetapi semua sektor mengalami

pertumbuhan positif.

Tabel 2.1 Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2014

No. Lapangan

Usaha

ADHB

(Milyar Rp)

ADHK

(Milyar Rp)

Laju PDRB

(%)

2014 2015 2014 2015 2014 2015

1 Pertanian,

Kehutanan dan

Perikanan

373.908,25 413.679,62 298.986,88 311,209.41 -2.06 4.09

2 Pertambangan

dan Penggalian

- - - - - -

3 Industri

pengolahan

1.539.506,40 1.677.230,21 1.252.412,45

1,302,422.46

6.33 3.99

4 Listrik Gas dan

Air Bersih

11.393,22 11.800,77 11.564,85 11,334.13 1.00 -1.99

5. Pengadaan air,

pengelolaan

sampah Limbah

dan daur ulang

8.132,85 8.732,45 7.281,29 7,465.94 2.50 2.54

6 Konstruksi 1.030.311,08 1.114.835,87 797.212,77 842,141.21 4.70 5.64

7. Perdagangan

besar dan

eceran,

Reparasi Mobil

dan sepeda

motor

1.570.212,89 1.701.476,38 1.295.313,29

1,342,161.54

5.08 3.62

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

11

No. Lapangan

Usaha

ADHB

(Milyar Rp)

ADHK

(Milyar Rp)

Laju PDRB

(%)

2014 2015 2014 2015 2014 2015

8. Transportasi

dan

Pergudangan

430.018,75 484.716,36 389.708,63 409,631.43 4.67 5.11

9. Penyediaan

Akomodasi dan

Makan Minum

350.184,06 410.713,27 270.113,24 291,125.26 6.58 7.78

10. Informasi dan

Komunikasi

277.311,93 301.972,24 268.607,64 291,659.71 10.98 8.58

11. Jasa Keuangan

dan Asuransi

413.907,82 463.133,19 322.511,27 344,739.85 6.50 6.89

12. Real Estate 184.030,96 206.759,53 160.681,83 172,688.74 7.22 7.47

13. Jasa

Perusahaan

25.651,07 29.195,11 21,190,30 22,959.19 15.81 8.35

14. Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan dan

Jaminan Sosial

Wajib

335.654,47 369.819,93 257.034,28 271,898.83 0.96 5.78

15. Jasa Pendidikan 328.179,91 351.217,68 225.893,08 236,682.22 10.20 4.78

16. Jasa Kesehatan

dan Kegiatan

Sosial

84.819,18 95.021,76 65.331,21 69,972.05 10.08 7.10

17. Jasa lainnya 129.553,75 137.967,25 111.439,25 115,003.76 8.59 3.20

PDRB 7.092.776,58 7.778.271,61 5.755.282,26 6,043,095.73 5.48 5.00

Sumber data : BPS Kota Pekalongan, 2016

Tabel 2.2 Struktur PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga

Berlaku Tahun 2011-2013 (persen)

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan

6,15 6,07 5,86 5,60 5,27 5.32

B Pertambangan dan

Penggalian

– – – – – --

C Industri Pengolahan 19,30 19,89 20,82 21,53 21,67 21.56

D Pengadaan Listrik dan

Gas

0,20 0,19 0,19 0,17 0,16 0.15

E Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

0,15 0,14 0,13 0,12 0,11 0.11

F Konstruksi 14,26 13,93 14,08 14,37 14,91 14.33

G Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor

24,02 24,61 23,55 22,98 22,14 21.87

H Transportasi dan

Pergudangan

7,24 6,79 6,41 6,10 6,14 6.23

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

12

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum

4,66 4,59 4,56 4,52 4,67 5.28

J Informasi dan Komunikasi 4,02 3,95 3,96 3,93 3,91 3.88

K Jasa Keuangan dan

Asuransi

5,59 5,50 5,71 5,78 5,84 5.95

L Real Estat 2,70 2,62 2,55 2,52 2,59 2.66

M,N Jasa Perusahaan 0,33 0,33 0,34 0,36 0,39 0.38

O Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

5,11 4,93 5,01 4,87 4,73 4.75

P Jasa Pendidikan 3,28 3,51 3,98 4,26 4,43 4.52

Q Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial

1,02 1,07 1,14 1,14 1,20 1.22

R,S,T

,U

Jasa lainnya 1,98 1,89 1,72 1,76 1,84 1.77

Produk Domestik Regional

Bruto

100 100 100 100 100 100

Sumber data : BPS Kota Pekalongan, 2016

PDRB per kapita merupakan PDRB yang dibagi dengan jumlah penduduk pada

pertengahan tahun. Pada Tahun 2014, PDRB per kapita Kota Pekalongan ADHB

mencapai Rp.24,15 juta, meningkat dibandingkan dengan tahun 2013. Sedangkan

PDRB per kapita Kota Pekalongan ADHK tahun 2014 sebesar Rp.19,60 juta, juga

meningkat dibandingkan tahun 2013. PDRB per kapita Kota Pekalongan secara

lengkap dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.3 PDRB Per Kapita dan Pendapatan Per Kapita

Kota Pekalongan Tahun 2010-2014

No Tahun PDRB Per Kapita (atas dasar

harga konstan) (Rp. Juta)

Pendapatan Per Kapita (atas

dasar harga berlaku) (Rp Juta)

1 2010 16,40 16,40

2 2011 17,12 18,18

3 2012 17,89 19,94

4 2013 18,76 21,99

5 2014 19,60 24,15

Sumber data : PDRB Kota Pekalongan Tahun 2015, diolah

c. Inflasi

Inflasi Kota Pekalongan selama tahun 2015 tercatat sebesar 3,46 %. Angka ini

lebih kecil bila dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebesar 7,82 % dan juga tahun

2013 dan 2012 yang masing-masing tercatat sebesar 7,4 % dan 3,55 %.

Untuk tingkat Nasional dan Provinsi Jawa Tengah, dibandingkan dengan kondisi

perubahan harga yang terjadi di Kota Pekalongan tidak ada perbedaan yang

mencolok. Pada tingkat nasional di tahun 2015 tercatat inflasi sebesar 3,35 %,

sementara di tingkat Provinsi Jawa Tengah inflasi sebesar 2,73 %.

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

13

Perkembangan inflasi kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan nasional

dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Tabel 2.4 Laju Inflasi Kota Pekalongan Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Kota Pekalongan (%) 3,77 2,45 3,55 7,40 7,82 3,46

Prov Jateng (%) 6,88 2,68 4,24 7,99 8,22 2,73

Nasional (%) 6,69 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35

Sumber: Kota Pekalongan Dalam Angka 2015

2.2. RENCANA TARGET EKONOMI MAKRO PADA TAHUN 2017.

Pada tahun 2017 perekonomian global diperkirakan akan tumbuh sebesar 3,5 %,

lebih tinggi dari tahun 2016. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan pertumbuhan

ekonomi di negara-negara berkembang. Faktor lain, harga komoditas, diperkirakan masih

tetap rendah. Sementara inflasi global diperkirakan cenderung stabil. Sementara itu,

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2017 diprediksi pada kisaran 5,5 hingga 5,9

%. Untuk Kota Pekalongan sendiri, Pertumbuhan Ekonomi diperkirakan mencapai 5,6 – 6

% dengan asumsi meningkatnya pertumbuhan di beberapa sektor sebagai akibat

rencana pembangunan interchange jalan tol dan rencana pembangunan jalan lingkar

PETANGLONG.

2.2.1. Tantangan Perekonomian Tahun 2017.

Kondisi perekonomian Kota Pekalongan secara langsung maupun tidak langsung

dipengaruhi oleh dinamika perubahan lingkungan strategis, baik regional Provinsi Jawa

Tengah dan Nasional serta dinamika Internasional. Perkembangan lingkungan strategis

pada tahun 2017 yang mempengaruhi perekonomian Kota Pekalongan, diperkirakan

sebagai berikut:

a. Implementasi ASEAN Economic Community (AEC) sejak awal tahun 2016 akan

semakin memberikan tantangan bagi persaingan tenaga kerja profesional;

b. Rencana pembangunan jalan tol ruas Pemalang - Batang dan Batang – Semarang,

akan banyak mempengaruhi struktur perekonomian terutama pada sektor retail dan

sikap para pelaku ekonomi lokal yang harus diantisipasi dengan berbagai kebijakan

yang akomodatif, fasilitatif tetapi tetap memperhatikan keberlanjutan pembangunan

di masa yang akan datang.

c. Ancaman bencana alam berupa genangan rob yang makin meluas di wilayah

Pekalongan Utara akan ikut memperlambat perekonomian Kota Pekalongan.

Aktivitas ekonomi masyarakat akan sangat terganggu dengan kondisi tersebut

apabila tidak dilakukan upaya antisipasi secara terpadu oleh semua komponen

Pemerintah dan Masyarakat Kota Pekalongan.

d. Meningkatnya jumlah wisatawan di Kota Pekalongan, baik pada agenda religi

tahunan ataupun pada kunjungan harian memerlukan penyikapan secara baik dan

menyeluruh sehingga akan memberikan dampak yang signifikan bagi perekonomian

Kota Pekalongan.

e. Ketergantungan bahan pangan pokok dan hasil hortikultura dari luar daerah

mengakibatkan ketersediaan dan kenaikan harga bahan pangan mudah terganggu

yang berdampak pada ketidakstabilan harga.

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

14

f. Kenaikan tarif listrik yang disebabkan oleh kenaikan tarif dasar listrik dan

berkurangnya subdisi BBM berpotensi meningkatkan inflasi dan perlambatan

pertumbuhan ekonomi.

g. Masih rendahnya kualitas SDM mengakibatkan daya saing yang rendah;

h. Tingginya permintaan produk yang berkualitas menuntut peningkatan standar

kualitas produk;

i. Dengan perkembangan wilayah sekitar Pekalongan, maka Kota Pekalongan sebagai

Pusat Kegiatan Wilayah harus mampu memberikan kontribusi sebagai pendorong

seiring dengan perkembangan tersebut.

j. Belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya alam lokal, khususnya perikanan,

ditambah lagi dengan semakin meluasnya genangan akibat rob atau air laut pasang.

Disamping itu, perikanan Kota Pekalongan yang berbasis pada perikanan tangkap

dimana kewenangan pengelolaannya akan dipindah ke Provinsi, berpotensi pada

penurunan pendapatan. Demikian juga dengan pengendalian kebijakan di bidang

perikanan tangkap yang kemudian tidak berbasis pada kebutuhan lokal.

k. Meningkatnya persaingan antar daerah dalam menarik investasi dari dunia usaha

yang relatif sulit untuk dapat dipenuhi mengingat terbatasnya lahan.

l. Regulasi perekonomian dan advokasi alokasi anggaran Provinsi Jawa Tengah dan

Pusat disesuaikan dengan peran dan kontribusi Kota Pekalongan terhadap

perekonomian Provinsi Jawa Tengah dan Pusat.

m. Perubahan kebijakan terhadap alokasi transfer dana ke Daerah oleh Pemerintah

Pusat ataupun Pemerintah Provinsi memberikan dampak terhadap strategi dan arah

kebijakan pembangunan tahunan. Hal ini juga berpengaruh terhadap aktivitas

ekonomi, khususnya yang bersumber dari dana Pemerintah.

n. Beban pemerintah dalam penyediaan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan beras

serta produk lainnya mengurangi alokasi pendanaan ke daerah. Pemerintah daerah

harus menggali sumber-sumber pendanaan melalui penggalian potensi daerah,

kemitraan dengan kalangan dunia usaha, pinjaman daerah dan swadaya

masyarakat.

Faktor-faktor internal yang berpengaruh terhadap perekonomian Kota Pekalongan

pada tahun 2017, sebagai berikut:

a. Letak strategis dan dukungan penyediaan sarana dan prasarana perekonomian yang

baik mempengaruhi tingkat efisiensi pengelolaan perekonomian dan daya tarik bagi

investasi di daerah, terutama industri kreatif dan kerajinan.

b. Menurunnya kontribusi sektor primer dan peningkatan teknologi tepat guna

berdampak pada tergesernya tenaga kerja kurang terampil/buruh.

c. Meningkatnya iklim yang kondusif dalam penanaman modal yang dibuktikan dengan

meningkatnya nilai investasi, melalui pelayanan perijinan usaha serta rendahnya

angka kriminalitas yang sangat mempengaruhi kelancaran usaha dan kegiatan

perekonomian.

Tantangan-tantangan tersebut sangat menentukan perkembangan perekonomian

Kota Pekalongan. Oleh karena itu, tantangan ini harus dapat diantisipasi secara

proporsional melalui penetapan prioritas rencana kegiatan dan pendanaan pembangunan

daerah.

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

15

2.2.2. Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2017.

Prioritas kebijakan pembangunan ekonomi Kota Pekalongan secara makro tahun

2017 adalah (1) pemantapan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dengan tujuan

utama meningkatkan penanaman modal, (2) memperluas kesempatan kerja dan

mendorong wirausaha baru, (3) meningkatkan perlindungan usaha mikro, kecil dan

sektor informal, (4) mengurangi jumlah penduduk miskin dan (5) meningkatkan pelatihan

keterampilan dan perintisan usaha.

Namun demikian, di sisi lain, keterbatasan keuangan daerah dalam pembiayaan

pembangunan daerah berimplikasi luas terhadap perekonomian daerah. Pemerintah

Kota Pekalongan diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD),

efisiensi pendanaan pembangunan dan efektivitas pengelolaan keuangan daerah.

Berkaitan dengan kondisi yang tersebut di atas maka usaha-usaha yang harus

dilakukan dalam pemantapan perekonomian daerah, adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan upaya-upaya promosi atas potensi unggulan daerah, baik dalam

bentuk produk barang berupa batik dan produk olahan lainnya, ataupun dalam

bentuk wisata budaya, wisata alam, dan wisata religi.

b. Meningkatkan jejaring dan kerja sama promosi dan usaha pariwisata dengan

berbagai pihak, baik Pemerintah Daerah lain ataupun para pelaku industri pariwisata

di seluruh Indonesia.

c. Mengantisipasi munculnya dampak-dampak ekonomi sebagai akibat peristiwa

bencana genangan rob yang semakin meluas hingga dapat melumpuhkan aktiviitas

ekonomi masyarakat.

d. Menjamin ketersediaan prasarana dan sarana perekonomian (revitalisasi pasar

tradisional, perlindungan UMKM) agar berfungsi dengan baik dan sektor-sektor lain

sebagai penunjang pertumbuhan dan distribusi barang semakin efisien.

e. Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja melalui pelatihan ketrampilan

berbasis kompetensi, kewirausahaan, teknologi tepat guna, pendidikan kecakapan

hidup (life skill) serta menyempurnakan sistem pengupahan.

f. Meningkatkan jejaring bisnis antara pengusaha Kota Pekalongan dengan pengusaha

daerah lain skala nasional maupun perluasan jejaring kerja sama bisnis dengan

Negara lain dengan fokus produk unggulan batik dan kerajinan.

g. Mewujudkan ketertiban hukum dan keamanan dalam masyarakat guna menjamin

kegiatan usaha dalam masyarakat dapat terselenggara dengan baik.

h. Meningkatkan pelayanan perijinan usaha secara terpadu melalui peningkatan

fasilitasi perijinan bagi usaha mikro, kecil serta sektor informal agar dapat menjadi

usaha formal dan mudah mengakses kredit perbankan.

i. Meningkatkan kerjasama antar daerah dan mengembangkan kemitraan usaha dan

pemberdayaan usaha mikro, kecil dan sektor informal. Melalui kerjasama kemitraan

dan program tanggung jawab sosial perusahaan (program CSR) dari dunia usaha

untuk mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan lembaga

keuangan mikro (LKM) di tingkat Rukun Warga (RW).

j. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dalam membantu pemasaran produk

unggulan daerah.

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

16

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM

PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

(RAPBD)

Efektivitas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang tertuang dalam

RKPD Tahun 2017 sebagai pelaksanaan agenda RPJMD tahun 2016-2021 di tahun

kedua, tidak terlepas dari kapasitas anggaran yang dapat terkelola oleh Pemerintah Kota

Pekalongan. Untuk itu, kebutuhan belanja pembangunan daerah akan selalu

mempertimbangkan kapasitas fiskal daerah sebagai salah satu penopang strategis

dalam implementasi RKPD, yang akan selalu berdampingan dengan sumber-sumber

pendanaan non APBD, seperti APBN, Hibah, dana kemitraan swasta, swadaya

masyarakat serta kontribusi pelaku usaha melalui Corporate Social Resposibility (CSR).

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun

anggaran, yang terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah

(penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah). Untuk pendapatan daerah

bersumber dari: 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari Pajak Daerah,

Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-Lain

Pendapatan Asli Daerah yang Sah; 2) Dana Perimbangan terdiri dari Bagi Hasil

Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus; 3) Lain-lain

Pendapatan Daerah yang Sah meliputi Pendapatan Hibah, Dana Bagi Hasil Pajak dari

Provinsi, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus dan Bantuan Keuangan dari Provinsi

atau pemerintah daerah lainnya. Selanjutnya untuk penerimaa pembiayaan bersumber

dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran sebelumnya (SiLPA), Pencairan

Dana Cadangan dan Penerimaan kembali investasi pemerintah. Sedangkan pengeluaran

pembiayaan terdiri dari Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan Modal (Investasi)

Pemerintah Daerah dan Pembayaran Pokok Utang. Selain dana dari penerimaan daerah

tersebut, daerah menerima dana yang bersumber dari Pemerintah Pusat berupa dana

dekonsentrasi, dana tugas pembantuan dan urusan bersama, yang dialokasikan untuk

menunjang program dan kegiatan pembangunan yang dilakukan berdasarkan prioritas

dan bersifat penugasan kepada perangkat daerah.

Kondisi perekonomian daerah yang stabil diharapkan tetap terjaga pada tahun

2017 melalui sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter nasional yang didukung dengan

kebijakan fiskal daerah serta penguatan kelembagaan keuangan mikro dan sektor riil.

Harapan dan keyakinan terhadap kondisi tersebut didasarkan pada proyeksi optimis

perbaikan perekonomian nasional seiring dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi

dunia, meskipun tetap harus diwaspadai gejolak ekonomi global. Dengan pertimbangan

berbagai kondisi ekonomi tersebut, maka perhitungan perencanaan APBD Tahun 2017

dihitung berdasarkan berbagai asumsi sebagai berikut :

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

17

1. Asumsi Dasar yang Digunakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);

2. Laju Inflasi; 3. Pertumbuhan PDRB; dan 4. Lain-lain asumsi.

3.1. ASUMSI DASAR YANG DIPERGUNAKAN DALAM APBN

Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan dokumen

yang memuat kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan serta asumsi yang

mendasarinya untuk periode satu tahun. Didalam menyusun APBD tentunya mengacu

pada kebijakan pemerintah dalam penganggaran nasional yang tertuang dalam Rencana

Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2017, yang selanjutnya akan menjadi acuan dalam

penyusunan APBN Tahun 2016. Sebagaimana asumsi yang digunakan dalam

penyusunan RKP 2016, Pertumbuhan ekonomi nasional akan terus meningkat dan

diprediksi tahun 2017 sekitar 5,5 – 5,9 % dipengaruhi oleh pertumbuhan ekspor hingga

mencapai 4,5 – 5,0 %, membaiknya iklim investasi dan peluang pasar domestik yang

luas sehingga ikut mendorong investasi tumbuh 6 – 6,6 % yang didukung oleh

kemudahan perijinan berinvestasi melalui deregulasi dan harmonisasi peraturan pusat

dengan daerah, percepatan pembangunan infrastruktur untuk peningkatan daya saing

usaha, serta peningkatan peran daerah dalam menarik investasi. Sementara itu, tingkat

inflasi diperkirakan stabil pada kisaran 4,0 % diharapkan akan meningkatkan daya beli

masyarakat sehingga pada akhirnya akan mendorong konsumsi masyarakat dapat

tumbuh 5,4 – 5,5 %. Konsumsi pemerintah diperikarakn tumbuh 6,7 % dengan didorong

oleh penyerapan anggaran yang merata dan berkualitas dengan program-program

pembangunan yang semakin efisien.

3.2. LAJU INFLASI

Inflasi Kota Pekalongan selama tahun 2015 tercatat sebesar 3,46 %. Angka ini

lebih kecil bila dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebesar 7,82 % dan juga tahun

2013 dan 2012 yang masing-masing tercatat sebesar 7,4 % dan 3,55 %. Untuk tingkat

Nasional dan Provinsi Jawa Tengah, dibandingkan dengan kondisi perubahan harga

yang terjadi di Kota Pekalongan tidak ada perbedaan yang mencolok. Pada tingkat

nasional di tahun 2015 tercatat inflasi sebesar 3,35 %, sementara di tingkat Provinsi

Jawa Tengah inflasi sebesar 2,73 %.

Perkembangan inflasi kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan nasional dapat

dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Laju Inflasi Kota Pekalongan Tahun 2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Kota Pekalongan (%) 3,77 2,45 3,55 7,40 7,82 3,46

Prov Jateng (%) 6,88 2,68 4,24 7,99 8,22 2,73

Nasional (%) 6,69 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35 Sumber: Kota Pekalongan Dalam Angka 2015

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

18

3.3. PERTUMBUHAN PDRB.

Pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan menunjukkan adanya fluktuasi selama

lima tahun sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2015. Puncak pertumbuhan ekonomi

terjadi pada tahun 2013, yaitu sebesar 5,91. Kemudian menunjukkan penurunan sampai

dengan tahun 2015, bahkan berada di bawah Provinsi Jawa Tengah meskipun masih di

atas Nasional.

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010-2014

Gambar 3.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Pekalongan

dengan Provinsi dan Nasional Tahun 2010-2015

Struktur Ekonomi

Struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Kota Pekalongan tidak bergeser

dari lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reperasi Mobil dan Sepeda Motor

ke lapangan usaha ekonomi lainnya, yang terlihat dari peranan setiap tahunnya terhadap

pembentukan PDRB Kota Pekalongan. Peranan terbesar pada struktur perekonomian

tahun 2015 adalah pada lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor (21,87 %), kemudian diikuti lapangan usaha Industri

Pengolahan (21,56 %) dan lapangan usaha Konstruksi (14,33 %). Struktur ekonomi ini

adalah gambaran dari nilai PDRB atas dasar harga berlaku.

Tabel 3.2 Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen) Kota

Pekalongan Tahun 2010─2015

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan

6,15 6,07 5,86 5,60 5,27 5.32

B Pertambangan dan

Penggalian

– – – – – --

C Industri Pengolahan 19,30 19,89 20,82 21,53 21,67 21.56

D Pengadaan Listrik dan

Gas

0,20 0,19 0,19 0,17 0,16 0.15

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Kota Pekalongan (%) 5,51 5,49 5,61 5,91 5,48 5,00

Prov Jateng (%) 5,84 5,30 5,34 5,14 5,42 5,44

Nasional (%) 6,22 5,94 5,87 5,61 5,01 4,79

-

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

Kota Pekalongan (%) Prov Jateng (%) Nasional (%)

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

19

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

E Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

0,15 0,14 0,13 0,12 0,11 0.11

F Konstruksi 14,26 13,93 14,08 14,37 14,91 14.33

G Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor

24,02 24,61 23,55 22,98 22,14 21.87

H Transportasi dan

Pergudangan

7,24 6,79 6,41 6,10 6,14 6.23

I Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum

4,66 4,59 4,56 4,52 4,67 5.28

J Informasi dan Komunikasi 4,02 3,95 3,96 3,93 3,91 3.88

K Jasa Keuangan dan

Asuransi

5,59 5,50 5,71 5,78 5,84 5.95

L Real Estat 2,70 2,62 2,55 2,52 2,59 2.66

M,N Jasa Perusahaan 0,33 0,33 0,34 0,36 0,39 0.38

O Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

5,11 4,93 5,01 4,87 4,73 4.75

P Jasa Pendidikan 3,28 3,51 3,98 4,26 4,43 4.52

Q Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial

1,02 1,07 1,14 1,14 1,20 1.22

R,S,T

,U

Jasa lainnya 1,98 1,89 1,72 1,76 1,84 1.77

Produk Domestik Regional

Bruto

100 100 100 100 100 100

Sumber : BPS Kota Pekalongan Tahun 2015

Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi

Laju pertumbuhan PDRB Kota Pekalongan tahun 2015 mencapai 5,00 persen,

lebih lambat dibandingkan tahun 2014 dengan pertumbuhan 5,48 persen. Pertumbuhan

ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 8,58

persen. Sedangkan lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas merupakan satu-

satunya lapangan usaha yang mengalami kontraksi 1,99 persen. Pertumbuhan ekonomi

ini merupakan gambaran dari nilai PDRB atas dasar harga konstan.

Tabel 3.3 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Menurut Lapangan Usaha

(persen), Kota Pekalongan tahun 2011─2015

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan

3,81 2,29 1,09 -2,06 4,09

B Pertambangan dan Penggalian – – – – –

C Industri Pengolahan 7,39 11,26 10,48 6,33 3,99

D Pengadaan Listrik dan Gas 6,40 10,47 7,31 1,00 -1,99

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

20

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

E Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang

2,17 1,88 0,25 2,50 2,54

F Konstruksi 2,58 5,89 6,33 4,70 5,64

G Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

6,32 1,49 2,85 5,08 3,62

H Transportasi dan Pergudangan

4,14 3,56 3,17 4,67 5,11

I Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

5,05 5,47 6,19 6,58 7,78

J Informasi dan Komunikasi 8,21 10,36 9,02 10,98 8,58

K Jasa Keuangan dan Asuransi 4,32 5,73 6,15 6,50 6,89

L Real Estat 5,07 6,56 7,09 7,22 7,47

M,N Jasa Perusahaan 6,65 8,77 4,49 15,81 8,35

O Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

4,24 0,53 2,75 0,96 5,78

P Jasa Pendidikan 9,54 13,55 8,71 10,20 4,78

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,58 9,95 5,29 10,08 7,10

R,S,

T,U

Jasa lainnya 2,53 0,30 8,93 8,59 3,20

Produk Domestik Regional Bruto 5,49 5,61 5,91 5,48 5,00

Sumber : BPS Kota Pekalongan Tahun 2015

Laju pertumbuhan tertinggi kedua yaitu lapangan usaha Informasi dan Komunikasi

sebesar 10,98 persen, diikuti lapangan usaha Jasa Pendidikan tumbuh sebesar 10,20

persen, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial tumbuh sebesar 10,08 persen, Jasa

Lainnya tumbuh sebesar 8,59 persen, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

tumbuh sebesar 7,33 persen, Real Estate tumbuh sebesar 7,22 persen, Jasa Keuangan

dan Asuransi tumbuh sebesar 6,50 persen, Industri Pengolahan tumbuh sebesar 6,23

persen, Konstruksi tumbuh sebesar 6,01 persen, diikuti lapangan usaha lain yang

mengalami pertumbuhan dibawah 5 persen.

3.4. LAIN – LAIN ASUMSI

Asumsi-asumsi lain yang turut berpengaruh dalam penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah kota Pekalongan Tahun Anggaran 2017, antara lain:

1. Kebijakan tax amnesty yang menunjukkan keberhasilan pada periode I (akhir bulan

September 2016) akan memberikan dampak positif bagi penerimaan pendapatan di

tahun 2017. Bahkan dimungkinkan akan dapat menaikkan besaran dana transfer dari

Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Namun demikian, untuk mencegah

terjadinya ketidakstabilan penganggaran, maka pada penyusunan APBD Tahun

Anggaran 2017 diasumsikan tetap sebagaimana pendapatan pada APBD Tahun

Anggaran 2016.

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

21

2. Pendapatan lain (selain Bagi Hasil Pajak) yang bersumber dari Pemerintah Pusat

adalah DAK dan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). Kedua

pendapatan dari pos mata anggaran ini diasumsikan sama dengan usulan.

Kerangka kebijakan pengalokasian dana transfer Pemerintah Pusat mengalami

perubahan yang signifikan terkait dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana

Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) yang dilaksanakan mengikuti

perubahan ketentuan sebagaimana juga telah dilaksanakan pada tahun 2016.

Kebijakan DAK terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu DAK Non Fisik dan DAK

Fisik. DAK Non Fisik bersifat given, diperuntukkan seperti Bantuan Operasional

Sekolah / BOS dan Bantuan Operasional Kesehatan / BOK) dan DAK Fisik.

Sedangkan DAK Fisik Tahun 2017 diterapkan berdasar pada proposal based (usulan

daerah) dan prioritas nasional dengan memperhatikan perubahan kewenangan dari

kabupaten/kota ke provinsi. Disamping itu, terdapat 3 bidang DAK regular Fisik yang

tidak dialokasikan namun pada tahun 2017, yaitu DAK bidang Kehutanan, bidang

Prasarana Pemerintahan Daerah, dan bidang Transportasi.

Terkait dengan kewajiban pendampingan DAK, Pemerintah telah mengeluarkan

kebijakan berupa tidak perlunya penyediaan dana pendamping atas alokasi DAK

yang diberikan kepada daerah yang bersangkutan.

Sedangkan untuk Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT), kebijakan

penggunaannya masih mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor

28/PMK.07/2016 tentang Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi DBHCHT yang

penggunaannya sebagai berikut : (a) paling sedikit 50% untuk mendanai

program/kegiatan : (1) peningkatan kualitas bahan baku; (2) pembinaan industri; (3)

pembinaan lingkungan sosial; (4) sosialisasi ketentuan di bidang cukai; dan/atau (5)

pemberantasan barang kena cukai ilegal; dan (b) paling sedikit 50% untuk mendanai

prohram/kegiatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah.

3. Pemerintah Kota Pekalongan juga masih mengandalkan pendapatan dari

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Oleh karena itu, berbagai kebijakan yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi, juga akan mempengaruhi besarnya alokasi

pendapatan yang bersumber dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

4. Upaya percepatan pembangunan jalan tol yang diprediksikan akan sampai di wilayah

Pemalang pada tahun 2017, disamping akan berdampak negative berupa semakin

tingginya kemacetan arus lalu lintas dalam kota, namun di sisi lain akan

meningkatkan aktivitas perekonomian di Kota Pekalongan. Oleh karena itu,

Pemerintah Kota Pekalongan akan memprioritaskan pembangunan infrastruktur

yang akan sejalan dengan dinamika pembangunan tersebut.

5. Implementasi pembagian kewenangan penyelenggaraan urusan pemerintahan

sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah akan dimulai pada Tahun 2017. Sebagai tahun awal, akan

terjadi beberapa penyesuaian-penyesuaian yang harus disikapi oleh Pemerintah

Daerah, seperti pengalokasian anggaran untuk Pendidikan Menengah yang pada

tahun 2017 akan menjadi kewenangan penuh Pemerintah Provinsi.

Hal ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor

061/2911/SJ Tahun 2016 tentang Tindak Lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 18

Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, dimana penyusunan Kebijakan Umum

Anggaran APBD Tahun Anggaran 2017 mengacu pada pembagian kewenangan

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

22

penyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Namun demikian, hal ini masih dikecuallikan untuk urusan Kesatuan Bangsa, dimana

sesuai dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomor : 100/2215/SJ tentang

Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Umum, masih dilaksanakan oleh Pemerintah

Daerah sambil menunggu ketentuan lebih lanjut.

6. Tahun 2017 merupakan tahun kedua dari tahapan implementasi Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Pekalongan Tahun 2016-

2021. Orientasi atas penanaman pondasi bagi upaya pencapaian target-target

sasaran pembangunan jangka menengah juga menjadi prioritas dalam

pembangunan tahun 2017.

7. Kota Pekalongan sebagai salah satu anggota Kota Kreatif UNESCO merupakan

posisi strategis. Hal ini akan memacu keterlibatan berbagai pihak, baik Pemerintah

Pusat, Pemerintah Provinsi, para pelaku usaha, pengrajin, komunitas, ataupun

masyarakat secara luas, untuk ikut berperan secara aktif. Potensi ini harus didorong

dengan mengkolaborasikan melalui berbagai program dan kegiatan yang juga akan

menjadi prioritas pembangunan di Tahun 2017.

8. Perubahan iklim yang semakin tinggi dampaknya terhadap bencana rob di wilayah

utara Kota Pekalongan menjadi salah satu perhatian Pemerintah Kota Pekalongan.

Berbagai upaya untuk meminimalisir dampak bencana tersebut akan terus dilakukan

di waktu-waktu yang akan dating. Disamping itu, Pemerintah Kota Pekalongan juga

terus aktif mengajak peran serta Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi untuk

ikut membantu menangani permasalahan tersebut.

9. Tahun 2017 adalah tahun penerapan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016

tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Pekalongan

sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016

tentang Perangkat Daerah. Penyesuaian-penyesuaian dalam penganggaran

dilakukan dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017, khususnya bagi Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mengalami penggabungan atau pemecahan

ke dalam Organisasi Perangkat Daerah baru.

10. Dalam penyusunan kebijakan umum APBD Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2017

juga memperhatikan saran, perbaikan, dan rekomendasi dari DPRD Kota

Pekalongan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Menindaklanjuti hasil pembahasan Rancangan Perubahan APBD Tahun Anggaran

2016 dimana Pemerintah Kota Pekalongan diminta untuk lebih mencermati kembali

penganggaran dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi sehingga lebih sesuai

dengan pagu definitive yang diberikan, maka khusus pengalokasian anggaran

bersumber dari DAK dan Bantuan Keuangan APBD Provinsi dilakukan dengan

memperhatikan alokasi pada tahun anggaran 2016.

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

23

BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA

DAN PEMBIAYAAN DAERAH

Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 sebagaimana dalam

penyusunan KUA tahun-tahun sebelumnya, dilakukan sesuai kaidah dalam perencanaan

pembangunan yang terdiri atas sumber-sumber pendapatan daerah, pengeluaran belanja

daerah, dan ketersediaan pembiayaan anggaran. Selain mempertimbangkan asumsi

dasar ekonomi makro dan penetapan berbagai besaran dalam Rincian APBN Tahun

Anggaran 2017 sebagaimana tertuang dalam RKP Tahun 2017, kebijakan penyusunan

APBD Tahun 2017 juga memperhatikan kebutuhan untuk penyelenggaraan

pemerintahan daerah, berbagai kebijakan yang akan dilakukan terkait pelaksanaan

pembangunan melalui berbagai program, dan juga perkembangan realisasi APBD pada

tahun-tahun sebelumnya. Kebijakan penganggaran daerah yang tercermin dalam postur

APBD, sangat berpengaruh dalam pembangunan daerah, karena APBD merupakan

implementasi dari kebijakan fiskal dan sekaligus mencerminkan gambaran tahapan

berbagai program pemerintah daerah guna mewujudkan visinya. Dari sisi kebijakan

fiskal, APBD berperan sebagai salah satu instrumen untuk memfasilitasi pertumbuhan

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dari sisi operasionalisasi pelaksanaan program-

program pemerintah, alokasi belanja APBD dapat diarahkan untuk penyediaan sarana

dan prasarana pelayanan publik, penyediaan barang dan jasa, dan penyediaan lapangan

kerja bagi masyarakat. Reformasi yang dilakukan dalam kebijakan pengelolaan

keuangan daerah, telah berjalan sesuai kaidah yang menjamin dilakukannya pengelolaan

dengan semangat efisiensi dan efektivitas anggaran, transparansi dan akuntabilitas

publik, rasa keadilan masyarakat, serta pencapaian kinerja yang optimal. Hal ini

merupakan salah satu aspek penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan sejalan dilaksanakannya kebijakan Otonomi Daerah, maka semangat

desentralisasi, demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas mewarnai proses

penyelenggaraan pemerintahan, khususnya dalam proses pengelolaan keuangan

daerah.

4.1. KEBIJAKAN PENDAPATAN DAERAH

Penyusunan anggaran tahun 2017 ini secara umum disusun secara rasional

dengan memperhatikan kondisi keuangan daerah dan skala prioritas pembangunan

Daerah, dalam hal ini belanja daerah tidak akan melampaui kemampuan pendapatan dan

pembiayaan daerah. Prinsip dalam pengelolaan keuangan maka pendapatan daerah

diproyeksikan pada besaran pendapatan yang optimis tercapai, sedangkan pada sisi

belanja adalah merupakan batas tertinggi yang dapat dibelanjakan.

Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran

2017 merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta

dasar hukum penerimaannya.

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

24

1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pada tahun 2017 Pendapatan Asli Daerah diasumsikan naik 11,19%

dibandingkan dengan APBD Tahun Anggaran 2016. Asumsi kenaikan ini masih di

atas target yang diitetapkan dalam RPJMD Kota Pekalongan Tahun 2016-2021, yaitu

sebesar 9,70%. Namun jika dibandingkan dengan target Perubahan APBD Tahun

Anggaran 2016 hanya naik berkisar 0,3%. Selanjutnya dalam penganggaran

Pendapatan Asli Daerah akan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah :

1) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang

berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah;

2) Data potensi pajak daerah dan retribusi daerah dengan memperhatikan

realisasi penerimaan tahun-tahun sebelumnya.

3) Pajak Daerah diasumsikan naik 7,92% dan Retribusi Daerah diasumsikan

turun 3,07% dibandingkan dengan target perubahan tahun 2016.

b. Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan didasarkan

pada realisasi penerimaan tahun sebelumnya. Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang dipisahkan diasumsikan turun 50,26% dibandingkan dengan target

perubahan tahun 2016.

c. Penganggaran Lain-lain PAD yang Sah diperoleh proyeksi dari pendapatan

bunga atau jasa giro, pendapatan BLUD dan penerimaan lain-lain. Lain-lain PAD

yang Sah diasumsikan naik 2,18% dibandingkan dengan target perubahan tahun

2016.

2) Dana Perimbangan

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH) terdiri dari :

1) Pendapatan dari DBH-Pajak yang terdiri atas DBH-Pajak Bumi dan Bangunan

(DBH-PBB) Pertambangan, Perkebunan dan Perhutanan (PBB P3) dan DBH-

Pajak Penghasilan (DBH-PPh) yang terdiri dari DBH-PPh Pasal 25 dan Pasal

29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21

dianggarkan sesuai Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun

Anggaran 2016. Dana Bagi Hasil Pajak dianggarkan sesuai dengan pagu

definitif Dana Bagi Hasil Pajak Tahun 2017;

2) Pendapatan dari DBH-Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT) dianggarkan sesuai

Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atau

Peraturan Menteri Keuangan mengenai Rincian DBH-CHT menurut

provinsi/kabupaten/kota Tahun Anggaran 2016. DBH-Cukai Hasil Tembakau

(DBH-CHT) dianggarkan sesuai dengan usulan DBHCHT;

3) Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA), yang terdiri

dari DBH-Kehutanan, DBH-Pertambangan Mineral dan Batubara, DBH-

Perikanan, DBH-Minyak Bumi, DBH-Gas Bumi, dan DBH-Pengusahaan

Panas Bumi dianggarkan sesuai Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN

Tahun 2016. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA) dianggarkan

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

25

sesuai dengan pagu definitif Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Tahun

2017.

b. Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU) :

Penganggaran DAU diasumsika sama masih sesuai dengan Peraturan Presiden

mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016.

c. Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK):

Rencana DAK dianggarkan sesuai dengan pagu definitif DAK Tahun Anggaran

2017, turun sebesar 30,95% dibandingkan dengan pagu DAK tahun 2016.

3) Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-Lain Pendapatan

Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Penerimaan pendapatan hibah APBN Murni dari Pemerintah Pusat dalam

rangka penguatan program SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) guna

mewujudkan pencapaian target 100 % akses air bersih pada tahun 2019;

b. Penganggaran pendapatan kabupaten/kota yang bersumber dari Bagi Hasil

Pajak Daerah yang diterima dari pemerintah provinsi didasarkan pada Surat

Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Tengah tentang prakiraan alokasi Bagi Hasil

Pajak Daerah Tahun Anggaran 2016 dengan tetap memperhatikan realisasi

penerimaan tahun-tahun sebelumnya.

c. Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok dialokasikan paling sedikit 50%

untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat sebagaimana diamanatkan

dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah;

d. Tahun 2017 Kota Pekalongan memperoleh Dana Penyesuaian dan Otonomi

Khusus yang berasal dari Dana Insentif Daerah (DID) sebagai penghargaan

(reward) kepada Daerah yang mempunyai kinerja baik, dengan Kriteria Utama :

Opini BPK terhadap LKD Wajar Tanpa Pengecualian, penetapan Perda APBD

tepat waktu dan Kriteria Kinerja : Kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan

daerah, pelayanan dasar publik, ekonomi dan kesejahteraan

e. Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan dari pemerintah

provinsi diasumsikan sesuai dengan usulan tahun 2017, akan tetapi didalam

pelaksanaan nantinya tetap akan mengacu pada pagu definitif dari Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah.

Dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah, khususnya Pendapatan

Asli Daerah (PAD), maka kebijakan Pendapatan Daerah dalam APBD Tahun 2017

diuraikan sebagai berikut :

1. Optimalisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah melalui Intensifikasi

penagihan, sosialisasi dan peningkatan basis data;

2. Validasi dan up date Wajib Pajak dan Wajib Retribusi Daerah;

3. Melakukan evaluasi dan revisi Peraturan Daerah Pendapatan Asli Daerah;

4. Meningkatkan pelayanan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesadaran

masyarakat dalam membayar pajak daerah dan retribusi daerah.

5. Meningkatkan koordinasi antar SKPD dalam bidang Pendapatan Daerah;

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

26

6. Memberikan reward and punishment, dan kebijakan stimulus fiscal kepada

Wajib Pajak Daerah;

7. Memperkuat penggunaan IT untuk mendukung system, prosedur dan

pelayanan;

8. Mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana serta Sumber Daya

Manusia yang ada;

9. Mengintensifkan pendapatan melalui peningkatan kerjasama dengan pihak

terkait;

10. Meningkatkan pengelolaan aset dan keuangan daerah lebih efisien;

11. Meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam upaya

meningkatkan keuntungan agar meningkatkan kontribusi Pendapatan Daerah;

12. Optimalisasi pelayanan Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD) melalui branch

image;

13. Optimalisasi manajemen kas daerah dengan memanfaatkan idle cash dalam

bentuk deposito;

14. Meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait dalam optimalisasi penerimaan

DBH Pajak/Bukan Pajak melalui koordinasi dengan DJPK, Provinsi dan KPP

Pratama;

4.2. KEBIJAKAN BELANJA DAERAH

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, belanja daerah digunakan

untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah

yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan.

Belanja daerah tersebut diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan wajib

terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan minimal serta

berpedoman pada standar teknis dan harga satuan regional sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Sedangkan belanja daerah untuk urusan pemerintahan

wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar, serta belanja daerah untuk urusan

pemerintahan pilihan berpedoman pada standar harga satuan regional.

Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi: (a)

pendidikan, (b) kesehatan, (c) pekerjaan umum dan penataan ruang, (d) perumahan

rakyat dan kawasan permukiman, (e) ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan

masyarakat, dan (f) sosial. Sementara urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan

dengan pelayanan dasar meliputi: (a) tenaga kerja, (b) pemberdayaan perempuan dan

perlindungan anak, (c) pangan, (d) pertanahan, (e) lingkungan hidup, (f) administrasi

kependudukan dan pencatatan sipil, (g) pemberdayaan masyarakat dan desa, (h)

pengendalian penduduk dan keluarga berencana, (i) perhubungan, (j) komunikasi dan

informatika, (k) koperasi, usaha kecil, dan menengah, (l) penanaman modal, (m)

kepemudaan dan olahraga, (n) statistik, (o) persandian, (p) kebudayaan, (q)

perpustakaan, dan (r) kearsipan. Sedangkan urusan pemerintahan pilihan meliputi: (a)

kelautan dan perikanan, (b) pariwisata, (c) pertanian, (d) perdagangan, dan (e)

perindustrian.

Disamping urusan wajib dan pilihan sebagaimana diuraikan di atas, terdapat

urusan penunjang yang juga diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014,

yang meliputi : a) perencanaan, b) keuangan, c) kepegawaian serta pendidikan dan

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

27

pelatihan, d) penelitian dan pengembangan, dan juga e) fungsi lain sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Terkait dengan RKPD Kota Pekalongan Tahun 2017, Pemerintah Kota Pekalongan

menetapkan target capaian kinerja setiap belanja, sesuai dalam konteks Kota

Pekalongan, satuan kerja perangkat daerah, maupun program dan kegiatan, yang

bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas

efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran. Selanjutnya, program dan kegiatan akan

disertai dengan memberikan informasi yang jelas dan terukur dan memiliki korelasi

langsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan.

4.2.1. Kebijakan terkait dengan perencanaan belanja daerah meliputi total

perkiraan belanja daerah

Kebijakan dan alokasi anggaran belanja diarahkan antara lain untuk menunjang

kelancaran kegiatan penyelenggaraan operasional pemerintahan dan pelayanan kepada

masyarakat, mendukung stabilitas dan kegiatan ekonomi daerah dalam memacu

pertumbuhan ekonomi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja, serta mengurangi

kemiskinan.

Pada dasarnya Anggaran Tahun 2017 sudah merupakan tahun kedua periodisasi

RPJM-D Tahun 2016-2021. Hal ini sejalan dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah

Nomor 4 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Kota Pekalongan Tahun 2016-2021. Sehingga, sesuai dengan Instruksi Menteri

Dalam Negeri Nomor 061/2911/SJ Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, telah dilakukan

Perubahan RKPD Tahun 2017. Demikian juga dengan KUA-PPAS yang telah diajukan

kepada Ketua DPRD, dilakukan pengajuan kembali dengan menyesuaikan terhadap

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sebagaimana telah ditetapkan dengan Peraturan

Daerah Kota Pekalongan Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah Kota Pekalongan.

Total perkiraan belanja pada tahun 2017 sebesar Rp 962.599.549.000,- dengan

estimasi 42,12% (Rp. 405.451.869.000,-) untuk belanja tidak langsung dan 57,88% (Rp

557.147.680.000,-) untuk belanja langsung. Belanja Tidak Langsung (BTL) meliputi

belanja pegawai, hibah, bantuan sosial, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak

terduga. Sedangkan Belanja Langsung (BL) adalah belanja yang terkait langsung dengan

pelaksanaan program dan kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan bidang

pemerintahan dan diukur dengan capaian kerja.

4.2.2. Kebijakan belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,

belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga

a. Belanja Pegawai

1) Asumsi penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil

Daerah (PNSD) disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

serta memperhitungkan rencana pemberian gaji ke-13 beserta tunjangannya

dan gaji pokok ke-14 sebagaimana dialokasikan pada tahun 2016, kenaikan

tunjangan PNSD termasuk di dalamnya tunjangan kinerja, perhitungan accress

serta penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan Calon

PNSD sesuai formasi pegawai Tahun 2017;

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

28

2) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala Daerah/Wakil

Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD dibebankan pada

APBD Tahun Anggaran 2017 dengan mempedomani Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden

Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden

Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

3) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan kematian bagi

Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta Pimpinan dan Anggota DPRD,

dibebankan pada APBD disesuaikan dengan yang berlaku bagi pegawai

Aparatur Sipil Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

4) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan kematian bagi

PNSD dibebankan pada APBD dengan mempedomani Peraturan Pemerintah

Nomor 70 Tahun 2015 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan

Kematian Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara.

5) Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara

Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

6) Tunjangan profesi guru PNSD dan Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD

yang bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2017 melalui DAK dianggarkan

dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota pada kelompok belanja tidak

langsung, jenis belanja pegawai, obyek belanja gaji dan tunjangan, dan rincian

obyek belanja sesuai dengan kode rekening berkenaan.

b. Belanja Hibah dan Bantuan Sosial

Implementasi pengaturan tentang Belanja Hibah dan Bantuan Sosial dilaksanakan

sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016 dimana

didalamnya memberikan definisi tersendiri penerima hibah kepada Lembaga dan

Badan. Sedangkan persyaratan "berbadan hukum Indonesia” hanya untuk

Organisasi Kemasyarakatan berbentuk yayasan dan/atau perkumpulan. Disamping

itu, pengaturan Belanja Hibah dan Bantuan Sosial juga mengacu pada Peraturan

Walikota Pekalongan nomor 33 tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan

Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah Kota Pekalongan.

c. Belanja Bagi Hasil Pajak

1. Penganggaran dana Bagi Hasil Pajak Daerah yang bersumber dari pendapatan

pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota mempedomani

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

Tata cara penganggaran dana bagi hasil pajak daerah tersebut

memperhitungkan rencana pendapatan pajak daerah pada Tahun Anggaran

2017, sedangkan pelampauan target Tahun Anggaran 2016 yang belum

direalisasikan kepada pemerintah kabupaten/kota ditampung dalam Perubahan

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

29

APBD Tahun Anggaran 2017 atau dicantumkan dalam LRA bagi Pemerintah

Daerah yang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2017.

2. Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari retribusi daerah provinsi

dilarang untuk dianggarkan dalam APBD Tahun 2017 sebagaimana maksud

Pasal 94 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 dan Pasal 18 ayat (2)

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005.

3. Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf c dan ayat (3) Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Pasal 97 Peraturan

Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pemerintah

kabupaten/kota menganggarkan belanja bagian dari Hasil Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah kepada pemerintah desa paling sedikit 10% (sepuluh per

seratus) dari pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota.

4. Dari aspek teknis penganggaran, Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah dari

pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota dan Belanja Bagi Hasil

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dari pemerintah kabupaten/kota kepada

pemerintah desa dalam APBD harus diuraikan ke dalam daftar nama

pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah desa selaku penerima sebagai

rincian obyek penerima bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah sesuai

kode rekening berkenaan.

d. Belanja Bantuan Keuangan

Bantuan keuangan kepada partai politik dialokasikan dalam APBD Tahun Anggaran

2017 dan dianggarkan pada jenis belanja bantuan keuangan, obyek belanja

bantuan keuangan kepada partai politik dan rincian obyek belanja nama partai

politik penerima bantuan keuangan. Besaran penganggaran bantuan keuangan

kepada partai politik berpedoman kepada Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun

2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik dan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2014 tentang Pedoman Tatacara Perhitungan,

Penganggaran dalam APBD dan Tertib Administrasi Pengajuan, Penyaluran dan

Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik.

e. Belanja Tidak Terduga

Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasional dengan

mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2016 dan kemungkinan adanya

kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi sebelumnya, diluar kendali

dan pengaruh pemerintah daerah. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk

mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadi berulang,

seperti kebutuhan tanggap darurat bencana, penanggulangan bencana alam dan

bencana sosial, kebutuhan mendesak lainnya yang tidak tertampung dalam bentuk

program dan kegiatan pada Tahun Anggaran 2017, termasuk pengembalian atas

kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya.

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

30

4.2.3. Arah Kebijakan Nasional Tahun 2017

Arah kebijakan pembangunan nasional Tahun 2017 diarahkan untuk “Memacu

Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja serta

Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan Antarwilayah”.

Sasaran Pokok RKP Tahun 2017 adalah sebagai berikut :

1) Pertumbuhan ekonomi sebesar 7,1 % dengan angka realisasi dan angka

penyesuaian target antara 5,5 – 5,9 %).

2) Pengangguran sebesar 5,0 – 5,3 % dengan angka realisasi dan angka penyesuaian

target antara 5,1 – 5,4 %).

3) Angka Kemiskinan sebesar 8,5 – 9,5 % dengan angka realisasi dan angka

penyesuaian target antara 9,5 – 10,5 %).

4) Gini Ratio sebesar 0,38.

5) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 75,7.

Sedangkan Prioritas Pembangunan Nasional sesuai dengan Rencana Kerja

Pembangunan Nasional Tahun 2017 adalah sebagai berikut :

1. Pembangunan Manusia dan Masyarakat

a. Revolusi Mental, dengan Program Prioritas :

1) Reformasi Birokrasi Pemerintahan

2) Penegakan Hukum Dan Kelembagaan Politik

3) Kemandirian Ekonomi Dan Daya Saing Bangsa

4) Peneguhan Jati Diri Dan Karakter Bangsa

5) Penguatan Daya Rekat Sosial Dalam Kemajemukan

b. Kesehatan, dengan Program Prioritas :

1) Penguatan upaya promotif dan preventif dengan “Gerakan Masyarakat

Hidup Sehat”

2) Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan

3) Perbaikan gizi masyarakat

4) Peningkatan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

c. Pendidikan, dengan Program Prioritas :

1) Penyediaan guru dan dosen yang berkualitas dan penempatan yang

merata;

2) Peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan.

3) Penyediaan bantuan pendidikan yang efektif.

4) Pengembangan pembelajaran yang berkualtias.

5) Peningkatan pendidikan agama dan pendidikan karakter.

6) Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana yang berkualitas.

7) Penguatan kelembagaan perguruan tinggi.

8) Peningkatan kapasitas IPTEK, Inovasi dan Daya Saing pergurutan tinggi.

9) Peningkatan relevansi pendidikan.

d. Perumahan dan Permukiman, dengan Program Prioritas :

1) Fasilitasi penyediaan hunia layak baru.

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

31

2) Fasilitasi peningkatan kualitas hunian dan penataan kawasan permukiman

(termasuk kawasan kumuh).

3) Penyediaan akses air minum dan sanitasi.

4) Peningkatan ketersediaan air baku.

2. Pembangunan Sektor Unggulan

a. Kedaulatan Pangan, dengan Program Prioritas :

1) Peningkatan mutu pangan, kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat.

2) Peningkatan produksi padi dan pangan lain.

3) Kelancaran distribusi pangan dan akses pangan masyarakat

4) Peningkatan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat.

5) Penanganan gangguan terhadap produksi pangan

b. Maritim dan Kelautan, dengan Program Prioritas :

1) Konektivitas (tol) laut dan industri maritim

2) Peningkatan industri perikanan dan hasil laut

3) Tata Ruang Laut, konservasi dan rehabilitasi pesisir dan laut, serta wisata

bahari

4) Kesejahteraan nelayan, pembudidaya ikan dan petambak garam

5) Penanggulangan dan penyelesaian Illegal, Unreported, Unregulated (IUU)

Fishing dan keamanan laut

6) Penetapan batas laut, penamaan pulau, dan pengelolaan pulau-pulau kecil

c. Kedaulatan Energi, dengan Program Prioritas :

1) Peningkatan peranan energi baru dan energi terbasukan dalam bauran

enerti

2) Peningkatna aksesibilitas energi.

3) Pengembagnan cadangan energi

4) Penyediaan energi primer.

5) Efisiensi dan konservasi energi.

6) Pengelolaan subsidi energi yang lebih efisien, transparan dan tepat

sasaran.

d. Pembangunan Pariwisata, dengan Program Prioritas :

1) Promosi wisata Indonesia

2) Pengembangan 10 destinasi wisata.

3) SDM dan kelembagaan pariwisata

4) Layanan kemudahan wisman masuk.

5) Penciptaan ekonomi lokal dan sikap masyarakat.

6) Jaminan keselamatan kebersihan, keamanan dan ketertiban destinasi

wisata.

e. Percepatan Pertumbuhan Industri Dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK),

dengan Program Prioritas :

1) Pengembangan kawasan industri / KEK;

2) Penumbuhan populasi industri.

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

32

3) Penguatan pertumbuhan ekonomi kreatif.

4) SDM industri yang kompeten dan disiplin.

5) Produktivitas dan daya saing industri.

6) Ketersediaan infrastruktur dan energi.

7) Ketersediaan dan kualitas bahan baku bagi industri.

8) Hubungan industrial yang harmonis.

9) Pemberiaan insentif fiskal yang harmonis,

10) Pembiayaan dengan akses dan biaya yang kompetitif.

3. Pemerataan dan Kewilayahan

a. Antar Kelompok Pendapatan, dengan Program Prioritas :

1) Pencipataan lapangan kerja dan keahlian tenaga kerja.

2) Perhatian khsusu kepada usaha mikro, kecil dan koperasi.

3) Pengembangan kewirausahaan.

4) Perkuatan basis perekonomian perdesaan.

5) Perluasan pelayanan dasar.

6) Pengurangan beban penduduk miskin dan rentan.

b. Reforma Agraria, dengan Program Prioritas :

1) Penguatan kerangka regulasi dan penyelesaian konflik agraria.

2) Penataan penguasaan dan pemilikan tanah obyek reforma agraria.

3) Kepastian hukum dan legalisasi hak atas tanah obyek refroma agraria.

4) Pemberdayaan masyarakat dalam penggunaan, pemanfaatan dan produksi

atas Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA); dan

5) Kelembagaan pelaksana reforma agraria pusat dan daerah.

c. Daerah Perbatasan, dengan Program Prioritas :

1) Pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu;

2) Pembangunan 10 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) sebagai pusat

pengembangan perbatasan negara.

3) Membuka isolasi lokpri, peningkatna sarpras, peningkatna SDM dan

penguatan sosial ekonomi serta penyediaan air baku.

4) Pengamanan sumber daya dan batas wilayah darat, laut dan udara

5) Peningkatan kualitas diplomasi kerja sama sosial- ekonomi.

d. Daerah Tertinggal, dengan Program Prioritas :

1) Prioritas pengembangan ekonomi lokal.

2) Peningkatan aksesibilitas.

3) Pemenuhan pelayanan dasar publik.

4) Peningkatan SDM dan IPTEK.

e. Desa dan Kawasan Perdesaan, dengan Program Prioritas :

1) Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum di Desa termasuk Kawasan

Transmigrasi

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

33

2) Penanggulangan Kemiskinan dan Pengembangan Usaha Ekonomi

Masyarakat Desa termasuk di Kawasan Transmigrasi

3) Pembangunan SDM, Pemberdayaan, dan Modal Sosial Budaya Masyarakat

Desa termasuk di Kawasan Transmigrasi

4) Penguatan Pemerintahan Desa

5) Pengawalan Implementasi UU Desa secara Sistematis, Konsisten, dan

Berkelanjutan

6) Pengembangan Ekonomi Kawasan termasuk Kawasan Transmigrasi untuk

Mendorong Pusat Pertumbuhan dan Keterkaitan Desa-Kota

7) Pengelolaan Sumber Daya Alam Desa dan Kawasan termasuk Kawasan

Transmigrasi dan Sumber Daya Hutan.

f. Perkotaan, dengan Program Prioritas :

1) Mewujudkan sistem perkotaan;

2) Pemenuhan standar pelayanan perkotaan (SPP)

3) Mengembangkan kota hijau yang berketahanan iklim dan bendana

4) Mengembangkan kota cerdas yag berdaya saing dan berbasis TIK.

5) Meningkatkan kapasitas pengelolaan kota.

g. Konektivitas, dengan Program Prioritas :

1) Pembangunan dan pengembangan transportasi laut.

2) Pembangunan dan pengembangan jalan untuk aksesibiltas dan daya saing

wilayah.

3) Pembangunan dan pengembangan kapasitas bandara pengumpul dan

pengumpan.

4) Pembangunan dan pengembangan pita lebar dan penyiaran.

5) Pembangunan dan pengembangan transportasi perkeretaapian.

6) Pembangunan dan pengembangan jaringan sabung penyebarangan serta

angkutan sungai dan danau (Inland Waterway).

7) Pembangunan dan pengembangan transportasi umum massal perkotaan.

8) Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM transportasi.

4. Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan, Dan Keamanan, meliputi :

a. Reformasi Regulasi, Kepastian Dan Penegakan Hukum, terdiri dari :

1) Reformasi Regulasi, dengan Program Prioritas :

a) Otonomi Daerah.

b) Perizinan dan Ivestasi.

c) Penataan Ruang

2) Kepastian dan penegakan hukum, dengan Program Prioritas :

a) Penegakan hukum yang berkualitas.

b) Pencegahan dan pemberantasan korupsi efektif.

c) Penghormatan, perlindungan dan pemenuhan akan atas kehadilan.

b. Stabilitas Keamanan dan Ketertiban, dengan Program Prioritas :

1) Deteksi dini dan bebas ancaman terorisme

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

34

2) Keselamatan dan keamanan laut yang terkendali

3) Lingkungan bersih penyalahgunaan narkoba

4) Pelayanan prima kepolisian

5) Postur pertahanan berdaya gentar tinggi dan wilayah perbtasan yang aman

6) Keamanan data dan informasi (keamanan cyber)

c. Konsolidasi Demokrasi Dan Efektivitas Diplomasi, dengan Program Prioritas :

1) Penguatan lembaga demokrasi

2) Peningkatan akses dan kualitas informasi publik

3) Pemenuhan kebebasan sipil dan hak-hak politik

4) Pencegahan konflik sosial politik dan penanggulangan terorisme

5) Pemeliharaan stabilitas keamanan kawasan.

6) Perlindungan WNI/BHI di luar negeri.

7) Penguatan diplomasi ekonomi dan kerjasama pembangunan

8) Pemantapan peran di ASEAN

9) Penguatan diplomasi soft power.

d. Reformasi Birokrasi, dengan Program Prioritas :

1) Pelaksanaan road map reformasi birokrasi 2015-2019.

2) Penerapan standar pelayanan publik dan sitem informasi perijinan

3) Peningkatan disiplin dan pengawasan kinerja dan administrasi keuangan.

5. Pembangunan Ekonomi, meliputi :

a. Perbaikan Iklim Investasi dan Iklim Usaha, dengan Program Prioritas :

1) Peningkatan kemudahan berusaha.

2) Pelaksanaan deregulasi dan harmonisasi regulasi perizinan investasi pusat

dan daerah.

3) Pengembangan layanan perizinan terpadu.

4) Peningkatan persaingan usaha yang sehat.

5) Percepatan fasilitasi penyelesaian masalah investasi.

6) Pembenahan iklim ketenagakerjaan dan hubungan industri yang harmonis.

7) Pengembangan infrastruktur pendukung kawasan strategsi.

b. Peningkatan Ekspor Non Migas, terdiri dari :

1) Sisi produksi, dengan Program Prioritas :

a) Peningkatan kualitas dan standar produk ekspor.

b) Peningkatna realisasi investasi berorientasi ekspor

c) Peningkatan ekspor produk koperasi, usaha mikro, kecil, dan

menengah.

d) Pengembangan industri pengolahan sumber daya alam berorientasi

ekspor

2) Sisi permintaan, dengan Program Prioritas :

a) Pengembangan fasilitasi ekspor

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

35

b) Peingkatan efektivitas kerjasama perdagangan internasional (market

access).

c) Penguatan market invelligence, promosi, dan asistenesi ekspor.

c. Reformasi Fiskal, terdiri dari :

1) Pengoptimalan pendapatan Negara, dengan Program Prioritas :

a) Pengoptimalan perpajakan

b) Dukungan regulasi

c) Pengoptimalan PNBP

d) Penguatan institusi

2) Peingkatan kualitas Belanja Negara, dengan Program Prioritas :

a) Perbaikan pelaksanaan anggaran.

b) Peningkatan efektivitas dan efisiensi belanja produktif.

c) Peningkatan efektivitas dan efisienasi transfer ke daerah dan dana

desa.

d) Belanja subsidi dan bantuan sosial yang tepat sasaran.

4.2.4. Arah Kebijakan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017

Tahun 2017 yang merupakan tahun keempat RPJMD, menjadi tahun yang strategis

untuk melihat ketercapaian pembangunan daerah jangka menengah Jawa Tengah.

Memperhatikan hasil kinerja pembangunan tahun sebelumnya, dengan berbagai

permasalahan dan isu strategis, maka upaya pencapaian target pembangunan daerah

tahun 2017 dilakukan melalui berbagai strategi dan kebijakan yang diarahkan untuk

“Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Energi Berkelanjutan Serta Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran Guna Mewujudkan Kesejahteraan

Masyarakat dan Kemandirian Wilayah”.

Guna percepatan pencapaian tujuan pembangunan daerah tahun 2017 tersebut,

ditetapkan prioritas pembangunan daerah tahun 2017, meliputi:

1) Peningkatan ketahanan pangan dan energi melalui pembangunan pertanian dalam

arti luas serta pengembangan dan pemanfaatan energi secara berkelanjutan;

2) Percepatan penanggulangan kemiskinan secara terpadu melalui upaya pengurangan

beban pengeluaran masyarakat miskin, peningkatan pendapatan masyarakat miskin,

dan pemberdayaan ekonomi mikro dan kecil untuk masyarakat miskin;

3) Peningkatan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia diberbagai bidang dan

layanan sosial dasar masyarakat secara berkelanjutan;

4) Penguatan potensi ekonomi kerakyatan berbasis komoditas lokal, industri kreatif dan

sentra/klaster untuk pengurangan pengangguran;

5) Pemantapan pembangunan infrastruktur dengan memperhatikan keberlanjutan

sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta pengurangan risiko bencana;

6) Pemantapan implementasi reformasi birokrasi menuju penyeleng- garaan tata kelola

pemerintahan yang bersih dan baik.

Prioritas pembangunan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 diarahkan terutama

untuk mendukung perwujudan ketahanan pangan dan energi serta percepatan

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

36

pengurangan angka kemiskinan dan pengangguran. Prioritas pembangunan daerah

tahun 2017 lebih ditujukan pada upaya-upaya antara lain:

1) Peningkatan produktivitas kedelai dan garam;

2) Program pembangunan 1000 embung melalui peningkatan kuantitas dan kualitas

embung/tampungan air;

3) Peningkatan jaringan irigasi;

4) Pengembangan energi baru terbarukan;

5) Pemberian bantuan siswa miskin untuk pendidikan menengah dan khusus;

6) Pembiayaan kesehatan masyarakat miskin non kuota apbn;

7) Peningkatan kualitas rumah tidak layak huni;

8) Penanganan infrastruktur pendukung pariwisata dan pengurangan kemiskinan;

9) Penanganan lahan kritis.

Prioritas pembangunan ini dapat digambarkan sebagaimana gambar berikut.

Gambar 4.1 Piramida Prioritas Pembangunan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017

Prioritas pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2017 tersebut

dijabarkan lebih rinci dalam fokus pembangunan, yaitu sebagai berikut:

1) Peningkatan ketahanan pangan dan energi melalui pembangunan pertanian dalam

arti luas serta pengembangan dan pemanfaatan energi secara berkelanjutan,

dengan fokus pada :

a. Peningkatan produksi dan produktivitas pertanian dalam arti luas melalui

pengembangan bibit unggul bersertifikat tahan perubahan iklim dan OPT,

pengembangan induk dan benih ikan unggul, pengembangan pakan ikan

mandiri/pakan lokal, rekayasa dan pemanfaatan teknologi pertanian dan

perikanan; Validasi RDKK dan pengendalian distribusi pupuk bersubsidi;

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

37

Menjamin ketersediaan BBM bersibsidi untuk nelayan; Pengendalian hama

terpadu; Pengendalian alih fungsi lahan persawahan/ pertanian; Peningkatan

populasi ternak dengan penyediaan bibit unggul dan pencegahan pemotongan

betina produktif; Pemanfaatan lahan hutan dibawah tegakan; Pembangunan

dan peningkatan sarpras pelabuhan perikanan; Pengembangan alat tangkap

ikan ramah lingkungan; Peningkatan kualitas mutu dan perbaikan sistem

penyimpanan dan pendistribusian garam rakyat.

b. Peningkatan dan produktivitas kedelai antara lain melalui fasilitasi sarana

produksi, optimalisasi pemanfaatan lahan dan peningkatan kapasitas petani

dengan pelatihan.

c. Peningkatan ketersediaan air baku utamanya dengan memperbanyak

pembangunan embung/tampungan air sebagai bagian dari “program

pembangunan 1.000 embung” serta mendorong dukungan Nasional,

Kabupaten/kota dan masyarakat/swasta terhadap program tersebut.

d. Peningkatan kondisi jaringan irigasi yang tersinkronisasi dengan

Kabupaten/kawasan utama penghasil padi dan sawah LP2B serta mendorong

peninngkatan partisipasi masyarakat.

e. Peningkatan daya saing produk pangan lokal melalui pengembangan sertifikasi

pangan organik, Prima 3 serta penyediaan pangan yang Beragam, Bergizi

Seimbang dan Aman.

f. Revitalisasi Balai Perbenihan pertanian, peternakan, perkebunan dan

perikanan.

g. Peningkatan diversifikasi, distribusi dan aksesibilitas pangan melalui

pengembangan pemanfaatan pekarangan; pengembangan diversifikasi

pengolahan pangan berbasis sumber daya lokal; penguatan Lembaga Distribusi

Pangan Masyarakat (LDPM); peningkatan kemandirian dan penanganan

kerentanan pangan masyarakat, pengembangan lumbung pangan masyarakat,

peningkatan ketersediaan dan cadangan pangan masyarakat serta

pengembangan cadangan pangan Provinsi Jawa Tengah.

h. Peningkatan kapasitas petani melalui pelatihan, akses teknologi, sumber-

sumber pembiayaan, informasi harga dan akses pasar.

i. Peningkatan pelayanan jaringan listrik melalui pembangunan jaringan listrik

perdesaan, EBT, sambungan listrik murah, fasilitasi perijinan dan jaringan

pelayanan dan akses listrik kepada PLN, fasilitasi dukungan pembangunan

PLTU Batang dan Cilacap serta mendorong upaya-upaya untuk hemat energi.

2) Percepatan penanggulangan kemiskinan secara terpadu melalui pengurangan beban

pengeluaran masyarakat miskin, peningkatan pendapatan masyarakat miskin serta

pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil bagi masyarakat miskin, dengan

fokus pada :

a. Pengurangan beban pengeluaran masyarakat miskin, antara lain dengan:

1) Pola sharing program dan pendanaan antara Pemerintah Pusat, Provinsi

dan Kabupaten/Kota, yaitu :

- Akses layanan pendidikan melalui pemberian Bantuan Siswa Miskin

(BSM) dengan pola sharing yaitu Pemerintah Provinsi untuk Pendidikan

Menengah dan Khusus, sedangkan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk

Pendidikan Dasar.

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

38

- Akses kesehatan melalui Jamkesda/pembiayaan kesehatan

masyarakat miskin non kuota APBN, dengan sharing pembiayaan

Pemerintah Provinsi sebesar 40% dan Kabupaten/Kota sebesar 60%.

Catatan : Apabila seluruh pembiayaan kesehatan masyarakat miskin

sudah ditangani Pemerintah Pusat (universal coverage), maka alokasi

anggaran dari APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota hanya untuk

pembiayaan buffer/cadangan.

- Akses infrastruktur pada perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH),

dengan pola sharing penanganan Pemerintah Pusat sebesar 20%,

Pemerintah Provinsi sebesar 30% dan Kabupaten/Kota sebesar 50%.

Catatan : Apabila proporsi Pusat kurang atau lebih dari 20%, maka

penanganan kekurangan perbaikan RTLH akan diperhitungkan secara

proporsional antara Provinsi dan Kabupaten/Kota

2) Peningkatan pemenuhan kecukupan pangan, akses pelayanan dan

infrastruktur dasar, diutamakan pada Kabupaten/Kecamatan/Desa dengan

tingkat kemiskinan tinggi.

3) Pengembangan pasar lelang dan sistem resi gudang serta fasilitasi

penyelenggaraan pasar murah menjelang lebaran.

4) Peningkatan pembinaan dan fasilitasi kelompok rentan dan PMKS dengan

peningkatan jumlah PSKS, pembinaan kelompok binaan PMKS non Panti,

dan fasilitasi pemenuhan dokumen kependudukan bagi kelompok rentan.

5) Pemenuhan layanan kebutuhan dasar PMKS yang tidak produktif dengan

pelibatan Pemerintah Daerah, Dasa Wisma (Dawis) serta Dunia Usaha dan

Industri (DUDI) didukung dengan data pemetaan dan penyebaran PMKS.

6) Peningkatan pelayanan adminduk bagi kelompok miskin melalui unit

layanan penduduk miskin sebagai upaya mempermudah dalam

mendapatkan layanan dasar.

b. Peningkatan pendapatan melalui pemberdayaan masyarakat miskin antara lain :

1) Peningkatan kemampuan berusaha dengan pemberdayaan ekonomi

masyarakat berbasis potensi sumber daya lokal; pembangunan karakter

dan jiwa berusaha bagi pemuda; jaminan dan kepastian usaha serta

kepastian harga jual/produk; pengembangan Usaha Kecil Menengah;

peningkatan kewirausahaan perempuan melalui optimalisasi kelompok

Dawis; dan pelibatan DUDI untuk menumbuhkan kesempatan berusaha.

2) Membangun sinergitas dengan dunia usaha, masyarakat dan para

pemangku kepentingan untuk berpartisipasi aktif dalam penanganan

kemiskinan.

c. Pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil bagi masyarakat miskin, antara

lain dengan :

1) Pengembangan wirausaha baru berbasis Usaha Kecil Menengah.

2) Fasilitasi perluasan akses permodalan, pasar dan jaminan harga.

3) Fasilitasi kepengurusan sertifikat hak atas tanah kerjasama dengan BPN

sehingga bisa digunakan sebagai agunan pengajuan kredit usaha.

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

39

3) Peningkatan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia diberbagai bidang dan

layanan sosial dasar masyarakat secara berkelanjutan, dengan fokus pada :

a. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, kesetaraan dan kepastian

dalam penyelenggaraan pendidikan melalui optimalisasi pengelolaan

pendidikan menengah dan pendidikan khusus dengan pemberian BOSDA

Dikmen dan Diksus; peningkatan sarpras pendidikan pendidikan guna

memenuhi SPM dan SNP utamanya peningkatan ketersediaan SMA/SMK di

wilayah kecamatan yang belum memiliki satuan pendidikan menengah;

pengembangan kurikulum muatan lokal dengan penambahan substansi

kewirausahaan khususnya untuk pendidikan menengah; peningkatan kualifikasi

dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dengan studi lanjut ke S1/D4

dan pelatihan kompetensi teknis guru dan tendik; pengembangan potensi siswa

dan peningkatan mutu lulusan dengan fasilitasi lomba-lomba dan karya ilmiah;

optimalisasi peran swasta dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

dengan program CSR dan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan

pendidikan.

b. Peningkatan minat dan budaya baca masyarakat melalui peningkatan sarana

prasarana dan pengembangan layanan perpustakaan daerah; serta

pengembangan jaringan kemitraan.

c. Peningkatan akses serta mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan melalui

peningkatan sarana prasarana pelayanan kesehatan; optimalisasi pelaksanaan

Bintek, Diklat dan Workshop bagi Tenaga Medis dan Non Medis; optimalisasi

peran Dokter dan Bidan PTT; stimulan pemberian bantuan jamban keluarga di

kab/kota; Peningkatan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit

menular di 35 kab/kota; serta Peningkatan partisipasi dan pemberdayaan

masyarakat di bidang kesehatan.

4) Penguatan potensi ekonomi kerakyatan berbasis komoditas lokal, industri kreatif dan

sentra/klaster dalam rangka percepatan pengurangan pengangguran, dengan fokus

pada :

a. Peningkatan produktivitas dan daya saing koperasi dan UMKM melalui

pengembangan Produk Unggulan Daerah berbasis Sumber Daya Lokal melalui

Pendekatan One Village One Product; penguatan kapasitas dan kelembagaan

Koperasi; perluasan akses pembiayaan dengan pendampingan manajemen dan

usaha; peningkatan kualitas sumber daya manusia pengurus/pengelola

koperasi dan UMKM dengan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi,

bimbingan teknis, magang serta PKL; serta perluasan pangsa pasar bagi

produk koperasi dan UMKM dengan pameran dan promosi.

b. Pengembangan klaster industri yang berbasis potensi lokal yang menyerap

tenaga kerja.

c. Peningkatan penguasaan akses dan informasi pasar, promosi,

kemitraan/kerjasama usaha dengan mengoptimalkan perkuatan jejaring antar

sentra/klaster industri dan mendorong penerapan standar mutu produk lokal.

d. Peningkatan kualitas dan kompetensi tenaga kerja; perluasan dan

pengembangan kesempatan bekerja; perbaikan usaha iklim serta penguatan

hubungan industrial ketenagakerjaan.

e. Peningkatan kemampuan dan produktivitas kerja serta peningkatan etos kerja

untuk meningkatkan kondisi kerja yang kompetitif; perluasan dan

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

40

pengembangan kesempatan bekerja; program magang kerja; perbaikan iklim

serta penguatan hubungan industrial ketenagakerjaan

f. Peningkatan realisasi dan persebaran investasi di Jawa Tengah dengan

pemberian kemudahan perizinan melalui PTSP, pengembangan klaster industri

yang berbasis potensi lokal yang menyerap tenaga kerja, peningkatan promosi,

membangun citra positif potensi dan peluang investasi Jawa Tengah.

g. Pembangunan pariwisata sesuai potensi lokal daerah untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat melalui peningkatan daya tarik destinasi wisata,

penyediaan infrastruktur pendukung, peningkatan kualitas dan kapasitas SDM

Pariwisata, serta optimalisasi pemasaran pariwisata.

5) Pemantapan pembangunan infrastruktur dengan memperhatikan keberlanjutan

sumberdaya alam dan lingkungan hidup, dengan fokus pada :

a. Peningkatkan kualitas dan kapasitas jalan dan jembatan menuju Jawa Tengah

bebas lubang dengan ruas tuntas utamanya pada ruas-ruas jalan strategis serta

menjaga kondisi baik meningkat dari tahun 2016.

b. Peningkatan penanganan banjir pada Wilayah Sungai Bodri Kuto dan Pemali-

Comal utamanya di S. Bodri, Kendal, Blukar, Damar, Sibulanan, Meduri, Bremi,

Pemali, Comal serta mendorong pada Wilayah Sungai kewenangan Pusat

utamanya di Sungai Bengawan Solo, BKT, Serang, Juwana, Lusi, Wulan,

Kabuyutan, Cisanggarung, Gelis, Piji, Logung, Mangkang, progo, Wawar, Tipar,

Serayu, Citanduy, Cibereum, Cikonde, Luk Ulo dan sabuk pantai di wilayah

Pantura.

c. Memfasilitasi percepatan penyelesaian dan operasionalisasi pembangunan

infrastruktur strategis di Jawa Tengah diantaranya Jalan Tol (Bawen-Solo,

Pejagan-Semarang); JJLS; Bandara Internasional A. Yani Semarang;

Pelabuhan Tanjung Emas; Waduk (Logung, Pidekso, Gondang, Kuningan); DI

Slinga Purbalingga; Reaktifasi KA; Jalan Nasional (antara lain Pelebaran

Klampok - Banjarnegara, Wangon-Temanggung, Tegal - Purwokerto).

d. Peningkatan cakupan pelayanan air bersih utamanya percepatan penyelesaian

dan operasionalisasi pengembangan SPAM Regional (Bregas, Keburejo);

pelibatan peran swasta dan masyarakat dalam penyediaan serta pengelolaan

air bersih.

e. Peningkatan pelayanan transportasi publik dan keselamatan utamanya

percepatan operasionalisasi Angkutan massal anglomerasi Kedungsapur

(koridor Semarang - Bawen); keselamatan lalu lintas angkutan jalan dan

fasilitasi percepatan rencana Bandara Wirasaba Purbalingga.

f. Menurunkan beban pencemaran akibat pembuangan air limbah melalui

Program Penilaian Kinerja Perusahaan dan Program Kali Bersih, Pembangunan

IPAL di sentra-sentra IKM dan Peningkatan kapasitas pelaku usaha UMKM.

g. Peningkatan mitigasi dan penanganan pasca bencana melalui Peningkatan dan

pemeliharaan saluran air; rehabilitasi dan konservasi Daerah Aliran Sungai

termasuk lahan kritis dan kawasan pesisir; Penangan darurat pasca

banjir/longsor.

h. Percepatan pembangunan Tempat Pembuangan Akhir sampah (TPA Regional).

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

41

6) Pemantapan implementasi reformasi birokrasi menuju penyelenggaraan tata kelola

pemerintahan yang bersih dan baik, dengan fokus pada :

a. Perbaikan kinerja birokrasi yang mencakup 8 area perubahan, yaitu :

1) Penataan organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran antara lain melalui

penyusunan produk hukum daerah bidang kelembagaan, fasilitasi usulan

pengembangan kapasitas kelembagaan perangkat daerah dan UPT, dan

penataan Lembaga Non Struktural.

2) Penataan Tatalaksana meliputi Sistem, proses dan prosedur kerja yang

jelas, efektif efisien, terukur dan sesuai prinsip-prinsip good governance

melalui Penerapan sistem tata kerja birokrasi berbasis teknologi informasi;

Peningkatan sarana PTSP; penanganan pengaduan masyarakat berbasis

pada teknologi informasi; Pelaksanaan survei kepuasan masyarakat (SKM)

pelayanan publik.

3) Penataan peraturan perundang-undangan yang lebih tertib, tidak tumpang

tindih dan kondusif, serta selaras melalui Penerapan kebijakan peraturan

perundang-undangan; pengawasan dan penanganan terhadap pelanggaran

peraturan daerah; Pemantauan dan evaluasi efektivitas Perda/Perkada

secara periodik.

4) Peningkatan kapasitas SDM Aparatur yang berintegritas, netral, kompeten,

capable, profesional, berkinerja tinggi dan sejahtera melalui penghitungan

kebutuhan pegawai dengan analisis jabatan dan ABK, penyusunan peta

jabatan, penetapan nomenklatur jabatan fungsional umum, pengadaan

pegawai dengan selesi/tes CAT dan sistem permbinaan karier yang terbuka.

5) Peningkatan Pengawasan pelaksanaan pembangunan yang bebas KKN

melalui Pengimplementasian aksi PPK yang difokuskan pada peningkatan

kemudahan berusaha, transparansi perencanaan dan penganggaran;

penerapan SPIP, pembangunan Zona Integritas, transparansi pengadaan

barang/jasa pemerintah, penanganan pengaduan masyarakat melalui

berbagai media,

6) Peningkatan Akuntabilitas dengan kapasitas dan kapabilitas kinerja birokrasi

melalui Reformasi Birokrasi Berbasis Kompetensi; pengembangan Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; Peningkatan efektivitas dan

efisiensi penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan keuangan,

optimalisasi pemberdayaan aset daerah, serta kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan

7) Peningkatan Pelayanan publik dengan Pelayanan prima sesuai kebutuhan

dan harapan masyarakat melalui Peningkatan kualitas pelayanan berupa

kecepatan, kemudahan dan kepastian serta transparansi proses perizinan;

Peningkatan sarana penanganan pengaduan masyarakat berbasis pada

teknologi informasi; penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) dan

Sertifikasi ISO 9001:2008; Optimalisasi fungsi SPIP sebagai media

pengawasan.

8) Pembentukan mindset dan cultural set aparatur yang memiliki integritas dan

kinerja tinggi melalui peningkatan prioritas perubahan cara pandang dan

perilaku dari birokrat menjadi pelayan publik dan pengembangan budaya

kerja.

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

42

b. Peningkatan partisipasi masyarakat terutama dalam setiap pengambilan

kebijakan dan kehidupan berdemokrasi.

c. Pemantapan kondusivitas wilayah dari gangguan resiko sosial dan antisipasi

dampak pelaksanaan Pilkada.

d. Peningkatan pemanfaatan dan pengelolaan aset daerah.

e. Gerakan revolusi mental guna mengembalikan nilai-nilai luhur Pancasila melalui

pengembangan seni, budaya daerah dan olahraga serta menghidupkan kembali

budaya gotong royong dan handarbeni.

f. Penataan administrasi kependudukan guna optimalisasi pembangunan berbasis

administrasi kependudukan melalui fasilitasi dan sosialisasi masyarakat;

Sebagai suatu kesatuan wilayah, sektor dan sistem pembangunan di Jawa Tengah,

selain hal tersebut di atas diharapkan pula dukungan dari Kabupaten/Kota untuk dapat

memprioritaskan program/kegiatan pembangunan pada Tahun 2017 yaitu :

1. Meningkatakan kondisi baik prasarana jalan dan jembatan utamanya di Kabupaten

Magelang, Kendal, Sukoharjo, Batang, Grobogan, Banyumas, Kudus, Jepara, Blora,

Klaten, Semarang, Wonogiri, Cilacap, Kebumen, Pati, Karanganyar, Rembang,

Purworejo, Tegal dan Kota Magelang.

2. Meningkatan kondisi baik jaringan irigasi utamanya di Kabupaten Blora, Grobogan,

Tegal, Banyumas, Batang, Purbalingga, Semarang, Brebes, Jepara, Cilacap, Kota

Semarang dan Salatiga.

3. Dapat mendukung “Program Pembangunan 1.000 Embung” dengan

membangun/revitalisasi embung/tampungan air sesuai kewenangan Kabupaten/Kota

utamanya untuk mendukung air baku pertanian dan air minum masyarakat di wilayah

rawan kekeringan.

4. Dukungan dan fasilitasi untuk percepatan pembangunan infrastruktur starategis di

Provinsi Jawa Tengah.

5. Dukungan untuk mendorong petani menanam kedelai.

6. Meningkatkan upaya-upaya untuk pengendalian pemanfaatan ruang dan alih fungsi

lahan pertanian ke non pertanian utamanya di sawah LP2B.

7. Usulan Bantuan Keuangan Provinsi Kepada Kabupaten/Kota dan Desa pada Tahun

2017 diharapkan untuk diprioritaskan pada :

a. Pembangunan/revitalisasi embung/tampungan air, peningkatan infrastruktur

jalan, jembatan, irigasi dan penanggulangan banjir.

b. Penanganan infrastruktru desa utamanya pada desa miskin dengan katagori

kuning dan merah.

c. Merupakan kewenangan Kabupaten/Kota atau Desa (Bantuan Keuangan

Kepada Pemerintah Desa), sudah siap secara teknis dan dapat diselesaikan

pada tahun berkenaan serta tidak duplikasi anggaran dengan sumber dana

lainnya.

4.2.5. Arah Kebijakan Pembangunan Kota Pekalongan Tahun 2017

Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah tahun

anggaran 2017 disusun dengan pendekatan anggaran berbasis kinerja yang berorientasi

pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. Kebijakan perencanaan belanja

daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun anggaran 2017 sebagai berikut:

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

43

1. Pengalokasian anggaran pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar yang

meliputi Jenjang Pendidikan PAUD, TK/RA, SD/MI dan SMP/MTs baik Negeri

ataupun Swasta, diberikan melalui pemberian Fasilitasi Operasional Pendidikan

(FOP) dan pemberian beasiswa miskin, pengalokasian dana untuk peningkatan

kualitas sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan Standard Nasional

Pendidikan (SNP) serta pemberian bantuan kesra bagi Guru dan Tenaga

Kependidikan Non PNS baik pada Sekolah Negeri ataupun Sekolah / Madrasah

Swasta

2. Dalam upaya untuk tetap mendorong kemampuan masyarakat dalam mengakses

layanan pendidikan menengah dan tinggi, dimana mulai tahun 2017 akan

dipindahkan kewenangannya kepada Pemerintah Provinsi (khususnya pendidikan

menengah), maka dialokasikan pembiayaan pendidikan bagi siswa yang berasal dari

keluarga miskin (BSM)

3. Melanjutkan upaya pembangunan mental dan spiritual keagamaan dalam rangka

meningkatkan religiusitas masyarakat melalui peningkatan bantuan transport guru

TPQ/Madin

4. Melanjutkan upaya meringankan beban masyarakat miskin dalam mengakses

layanan kesehatan, baik melalui pembayaran premi kepada Penerima Bantuan Iuran

kepada BPJS Kesehatan maupun layanan langsung kepada pasien dari masyarakat

miskin dengan memperbaiki mekanisme penerbitan SKTM dalam rangka

pengendalian penggunaan anggaran.

5. Penyiapan pemberian layanan kesehatan di Puskesmas sampai dengan pukul 21.00

WIB masing-masing 1 (satu) Puskesmas pada tiap Kecamatan (Puskesmas Tirto,

Puskesmas Jenggot, Puskesmas Noyontaan, dan Puskesmas Dukuh) melalui

penyediaan alat kesehatan dan penunjangnya serta tenaga kesehatan sesuai

standar.

6. Penataan kembali terhadap Puskesmas dengan rasio pelayanan yang melebihi

kapasitas, baik melalui perluasan bangunan ataupun upaya lain berupa relokasi

dengan tetap memperhatikan jangkauan akses masyarakat yang dilayani.

7. Melanjutkan upaya-upaya untuk menurunkan kemiskinan dengan menggunakan

basis data terpadu serta koordinasi intensif dengan berbagai stakeholder guna

mengefektifkan implementasi program dan kegiatan pembangunan.

8. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana layanan perkotaan serta kawasan

strategis kota sesuai dengan amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kota Pekalongan Tahun 2016-2021 untuk meningkatkan kualitas

dan daya dukung bagi daya tarik wisatawan sehingga akan memberikan pengaruh

positif bagi pertumbuhan ekonomi di Kota Pekalongan secara bertahap dan

berkelanjutan

9. Penyiapan jalan akses sesuai dengan rencana pembangunan jalan tol dan jalan

lingkar PETANGLONG serta peningkatan kualitas jalan kota lainnya

10. Melanjutkan upaya-upaya penanganan dan penanggulangan genangan, baik

sebagai akibat pasang air laut (rob), luapan air sungai, ataupun limbah domestik,

dengan mendorong peran serta Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat dan juga

koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten sekitar, sesuai dengan kewenangannya

masing-masing.

11. Melanjutkan pembangunan sarana dan prasarana dalam rangka mendukung upaya

pencapaian target nasional 100-0-100 dalam penataan kawasan kumuh, yaitu 100 %

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

44

terpenuhinya akses air minum, 0 % bebas kawasan kumuh, dan 100% akses sanitasi

sehat pada tahun 2019. Upaya ini antara lain diwujudkan melalui sinergi

penyelenggaraan pembangunan masyarakat yang terpadu seperti Program NUSP

(Neighborhood Upgrading Shelter Sector Project) dan P2KKP (Program Peningkatan

Kualitas Kawasan Permukiman) / KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh)

12. Peningkatan kualitas pelayanan publik baik dalam pengertian luas ataupun dalam

rangka layanan yang ramah bagi masyarakat berkebutuhan khusus sebagai bagian

menyeluruh dari upaya-upaya pelayanan umum yang menjadi tugas dan tanggung

jawab Pemerintah Kota Pekalongan

13. Belanja pembangunan peningkatan sarana prasarana umum dan pengelolaan

kebersihan kota guna meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat, bersih, aman

dan nyaman

14. Mendorong perluasan dan kesempatan bekerja dan berusaha melalui peningkatan

iklim investasi, peningkatan kualitas layanan perijinan, penguatan promosi produk

unggulan daerah, dan juga peningkatan kualitas tenaga kerja

15. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana perdagangan untuk mendorong majunya

pasar tradisional sehingga akan menyentuh secara langsung sendi-sendi

perekonomian masyarakat menengah ke bawah.

Peningkatan upaya perlindungan konsumen melalui layanan kemetrologian sejalan

dengan pelimpahan kewenangan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

Kabupaten/Kota.

16. Meningkatkan kualitas pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan dalam upaya

peningkatan pendapatan asli daerah serta meningkatkan produksi perikanan, baik

perikanan tangkap ataupun perikanan budidaya

17. Mempertahankan dan meningkatkan prestasi olahraga melalui peningkatan kualitas

sarana dan prasarana keolahragaan yang diawali dengan kajian secara menyeluruh

terhadap sarana dan prasarana yang ada di Kota Pekalongan

18. Peningkatan kapasitas kelembagaan legislatif melalui Pembinaan Teknis (Bintek),

pelatihan ESQ, ataupun forum koordinasi antar kelembagaan legislatif di Indonesia.

Mengalokasikan belanja tidak langsung yang meliputi gaji dan tunjangan PNS, serta

penyediaan dana BPJS kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan sesuai ketentuan

yang berlaku

19. Peningkatan gaji bagi tenaga kontrak minimal sebesar Upah Minimum Kota serta

penyediaan dana BPJS kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan sesuai ketentuan

yang berlaku.

20. Penganggaran guna menindaklanjuti kesepakatan kerjasama antara Pemerintah

Kota Pekalongan dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Perguruan Tinggi

serta lembaga lainnya dibidang pendidikan tinggi dan menengah, lingkungan hidup,

pariwisata dan budaya, penguatan sistem inovasi daerah

21. Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, maka pelaksanaan

percepatan pembangunan diupayakan melalui program Sistem Inovasi Daya Saing

Daerah dengan memanfaatkan teknologi informasi, antara lain melalui pembangunan

e-development Kota Pekalongan, penguatan integrasi SIM perencanaan dan

Keuangan, Pekalongan Broadband City, pengembangan SIM keuangan daerah

berbasis akrual, Pengembangan SIM Barang Daerah ( SIMBADA) dan SIM Rujukan

terpadu

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

45

22. Penyusunan belanja daerah diprioritaskan untuk menunjang efektivitas pelaksanaan

tugas dan fungsi Perangkat Daerah, dalam rangka melaksanakan urusan

pemerintahan daerah yang menjadi tanggung jawabnya. Peningkatan alokasi

anggaran belanja yang direncanakan oleh setiap Perangkat Daerah harus bersifat

inovatif yang diikuti dengan peningkatan kinerja pelayanan dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat

23. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana perkantoran berupa bangunan gedung,

pengadaan peralatan dan perlengkapan gedung, ataupun sarana mobilitas, baik

untuk penyesuaian terhadap dinamika perubahan Perangkat Daerah ataupun secara

lebih luas dalam upaya peningkatan kualitas layanan publik.

24. Dalam rangka pengendalian dan efektifitas penganggaran, kebijakan penganggaran

perjalanan dinas dan belanja Alat Tulis Kantor tetap diarahkan pada pemusatan di

kegiatan yang berada di bawah Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

25. Melanjutkan penguatan manajemen aset daerah baik melalui penguatan SDM

Pengelola Barang Daerah ataupun melalui pemanfaatan Teknologi Informasi dalam

rangka mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

26. Belanja Tak Langsung khusus belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja

bantuan keuangan dianggarkan dengan prinsip proporsional, pemerataan, dan

penyeimbang akan dilakukan secara selektif, akuntabel, transparan dan berkeadilan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta kemampuan

keuangan daerah

27. Penguatan transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dan

pelaksanaan pembangunan dengan terus meningkatkan akses masyarakat dalam

suatu perspektif check and balance dari kebijakan pembangunan daerah

28. Proyeksi penyediaan belanja tidak terduga akan dilakukan secara rasional dengan

mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2015 dan estimasi kegiatan-kegiatan

yang sifatnya tidak dapat diprediksi dan belum tertampung dalam bentuk program

kegiatan pada tahun 2017

29. Penyesuaian kegiatan serta alokasi anggaran yang bersumber dari DAK dan dana

transfer lainnya dari Pemerintah Pusat.

30. Penyusunan plafon belanja program kegiatan prioritas tambahan atau “waiting list”

yang akan dipertimbangkan sebagai usulan plafon belanja tambahan.

4.2.6. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Kota Pekalongan dengan Prioritas

Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prioritas pembangunan Kota

Pekalongan dilaksanakan dalam rangka menyelesaikan berbagai permasalahan

pembangunan dan sejalan tujuan sasaran pembangunan sesuai dengan RPJPD Kota

Pekalongan Tahap III, serta memperhatikan arah kebijakan Provinsi Jawa Tengah tahun

2017 dan arah kebijakan nasional tahun 2017, maka Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah

Kota Pekalongan dengan Prioritas Nasional dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017

ditunjukkan dalam tabel-tabel berikut.

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

46

Tabel 4.1 Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Kota Pekalongan dalam Rancangan KUA-PPAS

dengan Prioritas Nasional

NO PRIORITAS

PEMBANGUNAN NASIONAL

URAIAN ALOKASI ANGGARAN BELANJA DALAM RANCANGAN APBD

PROGRAM

BELANJA PEGAWAI, BUNGA SUBSIDI, HIBAH, BANSOS,

BAGI HASIL, BANKEU, BELANJA TDK TERDUGA

PROGRAM (Rp)

BELANJA PEGAWAI, BUNGA SUBSIDI, HIBAH, BANSOS,

BAGI HASIL, BANKEU, BELANJA TDK TERDUGA

JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7=5+6

1. PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT

Pendidikan Program Pendidikan Anak Usia Dini

3.147.458.000 3.147.458.000

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

18.870.546.000 18.870.546.000

Program Pendidikan Non Formal

441.855.000 441.855.000

Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

15.518.700.000 15.518.700.000

Program Manajemen Pelayanan Pendidikan

1.566.984.000 1.566.984.000

Hibah FOP SD/MI Swasta 1.478.940.000 1.478.940.000

Hibah FOP SMP/MTs Swasta 3.466.560.000 3.466.560.000

Kesehatan Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

1.641.817.000 1.641.817.000

Program Perbaikan Gizi Masyarakat

1.067.745.000 1.067.745.000

Program pelayanan kesehatan penduduk miskin

12.800.000.000 12.800.000.000

Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat

Program pengembangan wawasan kebangsaan

537.500.000 537.500.000

Program pendidikan politik masyarakat

81.000.000 81.000.000

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

47

NO PRIORITAS

PEMBANGUNAN NASIONAL

URAIAN ALOKASI ANGGARAN BELANJA DALAM RANCANGAN APBD

PROGRAM

BELANJA PEGAWAI, BUNGA SUBSIDI, HIBAH, BANSOS,

BAGI HASIL, BANKEU, BELANJA TDK TERDUGA

PROGRAM (Rp)

BELANJA PEGAWAI, BUNGA SUBSIDI, HIBAH, BANSOS,

BAGI HASIL, BANKEU, BELANJA TDK TERDUGA

JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7=5+6

Perumahan dan Permukiman

Program Pengembangan Perumahan

19.568.000.000 19.568.000.000

2. PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN

Pangan Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)

676.000.000 676.000.000

Kelautan dan Perikanan

Program pengembangan budidaya perikanan

1.820.000.000 1.820.000.000

Program pengembangan perikanan tangkap

2.460.000.000 2.460.000.000

Pariwisata Program pengembangan pemasaran pariwisata

170.250.000 170.250.000

Program pengembangan destinasi pariwisata

1.276.900.000 1.276.900.000

Program pengembangan Kemitraan

234.975.000 234.975.000

Industri Program pengembangan sentra industri dan Kluster Industri

8.000.000.000 8.000.000.000

Program pengembangan industri kecil dan menengah

407.000.000 407.000.000

3. PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN

Ketenagakerjaan Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

4.117.898.000 4.117.898.000

Program Peningkatan Kesempatan Kerja

705.821.000 705.821.000

Sosial Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

240.600.000 240.600.000

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

48

NO PRIORITAS

PEMBANGUNAN NASIONAL

URAIAN ALOKASI ANGGARAN BELANJA DALAM RANCANGAN APBD

PROGRAM

BELANJA PEGAWAI, BUNGA SUBSIDI, HIBAH, BANSOS,

BAGI HASIL, BANKEU, BELANJA TDK TERDUGA

PROGRAM (Rp)

BELANJA PEGAWAI, BUNGA SUBSIDI, HIBAH, BANSOS,

BAGI HASIL, BANKEU, BELANJA TDK TERDUGA

JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7=5+6

Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

1.226.250.000 1.226.250.000

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Program pembangunan jalan dan jembatan

46.486.612.000 46.486.612.000

Program Pemanfaatan Ruang 3.225.000.000 3.225.000.000

4. PEMBANGUNAN POLITIK, HUKUM, PERTAHANAN DAN KEAMANAN

Fungsi Lainnya Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat

105.000.000 105.000.000

Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan

721.900.000 721.900.000

5. PEMBANGUNAN EKONOMI

Penanaman Modal Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi

211.010.000 211.010.000

Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

476.590.000 476.590.000

Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana, dan prasarana daerah

40.350.000 40.350.000

Perdagangan Program Pengembangan Ekspor

90.000.000 90.000.000

Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri

4.909.740.000 4.909.740.000

Fungsi Lainnya Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah

1.118.000.000 1.118.000.000

JUMLAH 153.961.501.000 4.945.500.000 158.907.001.000

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

49

Tabel 4.2 Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Kota Pekalongan dalam Rancangan KUA-PPAS dengan Prioritas Provinsi Jawa Tengah

NO PRIORITAS PROVINSI JAWA

TENGAH

URAIAN ALOKASI ANGGARAN BELANJA DALAM RANCANGAN APBD

PROGRAM BELANJA

LANGSUNG BELANJA TIDAK

LANGSUNG JUMLAH

1 2 3 5 6 7=5+6

1. Peningkatan ketahanan pangan dan energi melalui pembangunan pertanian dalam arti luas serta pengembangan dan pemanfaatan energi secara berkelanjutan

Pangan Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)

676.000.000 676.000.000

Kelautan dan Perikanan Program pengembangan budidaya perikanan 1.820.000.000 1.820.000.000

Program pengembangan perikanan tangkap 2.460.000.000 2.460.000.000

Pertanian Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan 1.340.000.000 1.340.000.000

Program Peningkatan Prasarana Produksi Peternakan 165.760.000 165.760.000

Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan

37.500.000 37.500.000

2. Percepatan penanggulangan kemiskinan secara terpadu melalui upaya pengurangan beban pengeluaran masyarakat miskin, peningkatan pendapatan masyarakat miskin, dan pemberdayaan ekonomi mikro dan kecil untuk masyarakat miskin

Pendidikan 1.478.940.000 1.478.940.000

3.466.560.000 3.466.560.000

Kesehatan Program pelayanan kesehatan penduduk miskin 12.800.000.000 12.800.000.000

Perumahan dan Permukiman Program Pengembangan Perumahan 19.568.000.000 19.568.000.000

Sosial Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial 240.600.000 240.600.000

Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial

1.226.250.000 1.226.250.000

Koperasi dan UKM Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah

362.500.000 362.500.000

Program penciptaan iklim usaha Usaha Kecil Menengah yang konduksif

938.850.000 938.850.000

3. Peningkatan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia diberbagai bidang dan layanan sosial dasar masyarakat secara berkelanjutan

Pendidikan Program Pendidikan Anak Usia Dini 3.147.458.000 3.147.458.000

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

50

NO PRIORITAS PROVINSI JAWA

TENGAH

URAIAN ALOKASI ANGGARAN BELANJA DALAM RANCANGAN APBD

PROGRAM BELANJA

LANGSUNG BELANJA TIDAK

LANGSUNG JUMLAH

1 2 3 5 6 7=5+6

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun 18.870.546.000 18.870.546.000

Program Pendidikan Non Formal 441.855.000 441.855.000

Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

15.518.700.000 15.518.700.000

Program Manajemen Pelayanan Pendidikan 1.566.984.000 1.566.984.000

Kesehatan Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/ puskemas pembantu dan jaringannya

1.710.000.000 1.710.000.000

Perpustakaan Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan

914.750.000 914.750.000

4. Penguatan potensi ekonomi kerakyatan berbasis komoditas lokal, industri kreatif dan sentra/klaster untuk pengurangan pengangguran

Industri Program pengembangan sentra industri dan Kluster Industri

8.000.000.000 8.000.000.000

Program pengembangan industri kecil dan menengah 407.000.000 407.000.000

Perdagangan Program Pengembangan Ekspor 90.000.000 90.000.000

Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri 4.909.740.000 4.909.740.000

Ketenagakerjaan Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja

4.117.898.000 4.117.898.000

Program Peningkatan Kesempatan Kerja 705.821.000 705.821.000

Penanaman Modal Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi 211.010.000 211.010.000

Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

476.590.000 476.590.000

Program penyiapan potensi sumberdaya, sarana, dan prasarana daerah

40.350.000 40.350.000

Pariwisata Program pengembangan pemasaran pariwisata 170.250.000 170.250.000

Program pengembangan destinasi pariwisata 1.276.900.000 1.276.900.000

Program pengembangan Kemitraan 234.975.000 234.975.000

Fungsi Lainnya Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah

1.118.000.000 1.118.000.000

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

51

NO PRIORITAS PROVINSI JAWA

TENGAH

URAIAN ALOKASI ANGGARAN BELANJA DALAM RANCANGAN APBD

PROGRAM BELANJA

LANGSUNG BELANJA TIDAK

LANGSUNG JUMLAH

1 2 3 5 6 7=5+6

5. Pemantapan pembangunan infrastruktur dengan memperhatikan keberlanjutan sumberdaya alam dan lingkungan hidup serta pengurangan risiko bencana

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Program pembangunan jalan dan jembatan 46.486.612.000 46.486.612.000

Program Pemanfaatan Ruang 3.225.000.000 3.225.000.000

Program Pengendalian Banjir 15.909.600.000 15.909.600.000

Perhubungan Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan

750.000.000 750.000.000

Program pengendalian dan pengamanan lalu lintas 1.592.900.000 1.592.900.000

Lingkungan Hidup Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

4.215.500.000 4.215.500.000

Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

809.550.000 809.550.000

Program peningkatan pengendalian polusi 1.453.600.000 1.453.600.000

5. Pemantapan implementasi reformasi birokrasi menuju penyeleng- garaan tata kelola pemerintahan yang bersih dan baik

Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

Program Pendidikan Kedinasan 165.300.000 165.300.000

Program pembinaan dan pengembangan aparatur 1.751.830.000 1.751.830.000

Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 1.024.490.000 1.024.490.000

Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat

Program pengembangan wawasan kebangsaan 537.500.000 537.500.000

Sosialisasi Penanganan Konflik Sosial 15.500.000 15.500.000

Perencanaan Pembangunan Program perencanaan pembangunan daerah 1.805.000.000 1.805.000.000

Administrasi Kependudukan dab Catatan Sipil

Program Penataan Administrasi Kependudukan 1.052.900.000 1.052.900.000

Fungsi Lainnya Program mengintensifkan penanganan pengaduan masyarakat

105.000.000 105.000.000

Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan 721.900.000 721.900.000

JUMLAH 187.186.469.000 4.945.500.000 192.131.969.000

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

52

4.2.7 Kebijakan Belanja berdasarkan urusan Pemerintahan Daerah (Urusan

Wajib dan Urusan Pilihan) dan SKPD.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah setelah

mengatur secara rinci tentang pembagian kewenangan Urusan Pemerintahan,

khususnya terkait dengan Urusan Konkuren, yaitu Urusan Pemerintahan yang dibagi

antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Dalam Pasal

11 ayat (1) disebutkan bahwa“Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan

Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan.

Selanjutnya dalam ayat (2), disebutkan bahwa “Urusan Pemerintahan Wajib terdiri atas

Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan

Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Undang-undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah juga telah merinci Pembagian urusan

pemerintahan konkuren antaraPemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah

kabupaten/kota dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang ini.

Namun demikian, serah terima personel, pendanaan, sarana dan prasarana,

serta dokumen sebagai akibat pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah

Pusat, Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota yang diatur berdasarkan Undang-

Undang ini dilakukan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak diundangkan (Pasal

404). Hal yang hampir sama, dapat dilihat di dalam Lampiran Peraturan Menteri

Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016, yang

menyebutkan bahwa “Dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan setelah

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 ditetapkan, pemerintah daerah

menyelesaikan secara seksama inventarisasi P3D antar tingkatan/susunan

pemerintahan sebagai akibat pengalihan urusan pemerintahan konkuren paling

lambat tanggal 31 Maret 2016 dan serah terima Personel, Sarana dan Prasarana

serta Dokumen (P2D) paling lambat 2 Oktober 2016 sebagaimana dimaksud Surat

Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 120/253/SJ tanggal 16 Januari 2015 tentang

Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Setelah Ditetapkannya Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014. Dengan demikian, penyelenggaraan kewenangan urusan

Pemerintahan konkuren secara efektif akan dilaksanakan mulai Tahun 2017. Atau

dengan kata lain, pengaturan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah yang

ada dalam Kebijakan Umum Anggaran (KUA) ini masih mengacu pada Peraturan

Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 dengan tetap memberikan peluang terhadap

terjadinya perubahan-perubahan sebagai akibat dinamika Pemerintahan yang ada.

Selanjutnya Kebijakan Belanja berdasarkan urusan Pemerintahan Daerah

(Urusan Wajib dan Urusan Pilihan) dan SKPD dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

53

Tabel 4.2 Kebijakan Belanja berdasarkan urusan Pemerintahan Daerah

KODE URUSAN / BIDANG / SKPD PELAKSANA PLAFON 2017

1 2 3

11 URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR

360.469.144.000

11.01 PENDIDIKAN 59.685.386.000

11.01.110101 DINAS PENDIDIKAN 52.108.278.000

11.01.30050306 BAGIAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 7.560.108.000

11.01.3130050605 KELURAHAN PANJANG BARU 17.000.000

11.02 KESEHATAN 154.809.223.000

11.02.110201 DINAS KESEHATAN 54.657.696.000

11.02.110202 RSUD BENDAN 100.130.527.000

11.02.30050306 BAGIAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 21.000.000

11.03 PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG 103.132.788.000

11.03.110301 DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG 103.132.788.000

11.04 PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN 26.691.255.000

11.04.110401 DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN 26.691.255.000

11.05 KETENTRAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

12.856.892.000

11.05.110501 SATUAN POLISI PAMONG PRAJA 8.121.920.000

11.05.110502 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH 2.709.645.000

11.05.110503 KANTOR KESATUAN BANGSA DAN POLITIK 1.588.600.000

11.05.300506 KECAMATAN PEKALONGAN UTARA 128.200.000

11.05.300507 KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN 67.727.000

11.05.300508 KECAMATAN PEKALONGAN BARAT 90.800.000

11.05.300509 KECAMATAN PEKALONGAN TIMUR 150.000.000

11.06 SOSIAL 3.293.600.000

11.06.110601 DINAS SOSIAL, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA

2.839.270.000

11.06.30050306 BAGIAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 454.330.000

12 URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG TIDAK BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR

82.088.036.000

12.01 TENAGA KERJA 6.292.047.000

12.01.120101 DINAS PERINDUSTRIAN DAN TENAGA KERJA 6.292.047.000

12.02 PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK 2.351.000.000

12.02.120201 DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

2.351.000.000

12.03 PANGAN 1.489.600.000

12.03.120301 DINAS PERTANIAN DAN PANGAN 1.489.600.000

12.04 PERTANAHAN 9.240.000.000

12.04.110301 DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG 9.240.000.000

12.05 LINGKUNGAN HIDUP 15.230.389.000

12.05.120501 DINAS LINGKUNGAN HIDUP 15.230.389.000

12.06 ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL 2.813.800.000

12.06.120601 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL 2.813.800.000

12.07 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA 6.421.100.000

12.07.120201 DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

1.509.980.000

12.07.300506 KECAMATAN PEKALONGAN UTARA 117.950.000

12.07.30050601 KELURAHAN KANDANG PANJANG 165.120.000

12.07.30050602 KELURAHAN PANJANG WETAN 196.290.000

12.07.30050603 KELURAHAN DEGAYU 112.850.000

12.07.30050604 KELURAHAN BANDENGAN 85.210.000

12.07.30050606 KELURAHAN KRAPYAK 307.480.000

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

54

KODE URUSAN / BIDANG / SKPD PELAKSANA PLAFON 2017

1 2 3

12.07.30050607 KELURAHAN PADUKUHAN KRATON 199.950.000

12.07.3130050605 KELURAHAN PANJANG BARU 154.570.000

12.07.300507 KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN 145.696.000

12.07.30050701 KELURAHAN JENGGOT 123.330.000

12.07.30050702 KELURAHAN BUARAN KRADENAN 138.370.000

12.07.30050703 KELURAHAN KURIPAN KERTOHARJO 97.290.000

12.07.30050704 KELURAHAN KURIPAN YOSOREJO 132.970.000

12.07.30050705 KELURAHAN SOKO DUWET 118.570.000

12.07.30050706 KELURAHAN BANYURIP 151.610.000

12.07.300508 KECAMATAN PEKALONGAN BARAT 112.024.000

12.07.30050801 KELURAHAN MEDONO 198.410.000

12.07.30050802 KELURAHAN PODOSUGIH 116.450.000

12.07.30050803 KELURAHAN TIRTO 112.210.000

12.07.30050804 KELURAHAN SAPURO KEBULEN 169.760.000

12.07.30050805 KELURAHAN BENDAN KERGON 247.330.000

12.07.30050806 KELURAHAN PASIRKRATONKRAMAT 238.790.000

12.07.30050807 KELURAHAN PRINGREJO 253.810.000

12.07.300509 KECAMATAN PEKALONGAN TIMUR 94.400.000

12.07.30050901 KELURAHAN KAUMAN 270.360.000

12.07.30050902 KELURAHAN PONCOL 167.170.000

12.07.30050903 KELURAHAN KLEGO 138.650.000

12.07.30050904 KELURAHAN GAMER 85.210.000

12.07.30050905 KELURAHAN NOYONTAANSARI 162.090.000

12.07.30050906 KELURAHAN SETONO 187.630.000

12.07.30050907 KELURAHAN KALI BAROS 109.570.000

12.08 PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA 1.837.740.000

12.08.110601 DINAS SOSIAL, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA

1.837.740.000

12.09 PERHUBUNGAN 7.040.713.000

12.09.120901 DINAS PERHUBUNGAN 7.040.713.000

12.10 KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 8.132.034.000

12.10.121001 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 7.198.334.000

12.10.30050309 BAGIAN HUMAS DAN PROTOKOL 933.700.000

12.11 KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH 7.499.740.000

12.11.121101 DINAS PERDAGANGAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH

7.499.740.000

12.12 PENANAMAN MODAL 1.761.380.000

12.12.121201 DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

1.761.380.000

12.13 KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA 3.195.370.000

12.13.121301 DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA

3.195.370.000

12.13.30050306 BAGIAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 0

12.14 STATISTIK 105.000.000

12.14.121001 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 105.000.000

12.15 PERSANDIAN 40.000.000

12.15.121001 DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 40.000.000

12.16 KEBUDAYAAN 2.549.573.000

12.16.121301 DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA

2.549.573.000

12.17 PERPUSTAKAAN 5.666.550.000

12.17.121701 DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN 5.666.550.000

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

55

KODE URUSAN / BIDANG / SKPD PELAKSANA PLAFON 2017

1 2 3

12.18 KEARSIPAN 422.000.000

12.18.121701 DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN 422.000.000

20 URUSAN PEMERINTAHAN PILIHAN 28.120.178.000

20.01 KELAUTAN DAN PERIKANAN 7.195.333.000

20.01.200101 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN 7.195.333.000

20.02 PARIWISATA 2.657.125.000

20.02.121301 DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA

2.657.125.000

20.03 PERTANIAN 1.213.500.000

20.03.120301 DINAS PERTANIAN DAN PANGAN 1.213.500.000

20.06 PERDAGANGAN 8.064.720.000

20.06.121101 DINAS PERDAGANGAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH

8.064.720.000

20.07 PERINDUSTRIAN 8.989.500.000

20.07.120101 DINAS PERINDUSTRIAN DAN TENAGA KERJA 8.989.500.000

30 URUSAN PENUNJANG 86.470.322.000

30.01 PERENCANAAN PEMBANGUNAN 4.673.612.000

30.01.300101 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

4.143.200.000

30.01.300506 KECAMATAN PEKALONGAN UTARA 30.000.000

30.01.30050601 KELURAHAN KANDANG PANJANG 15.000.000

30.01.30050602 KELURAHAN PANJANG WETAN 15.000.000

30.01.30050603 KELURAHAN DEGAYU 15.000.000

30.01.30050604 KELURAHAN BANDENGAN 15.000.000

30.01.30050606 KELURAHAN KRAPYAK 15.000.000

30.01.30050607 KELURAHAN PADUKUHAN KRATON 15.000.000

30.01.3130050605 KELURAHAN PANJANG BARU 15.000.000

30.01.300507 KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN 33.950.000

30.01.30050701 KELURAHAN JENGGOT 15.000.000

30.01.30050702 KELURAHAN BUARAN KRADENAN 15.000.000

30.01.30050703 KELURAHAN KURIPAN KERTOHARJO 15.000.000

30.01.30050704 KELURAHAN KURIPAN YOSOREJO 15.000.000

30.01.30050705 KELURAHAN SOKO DUWET 15.000.000

30.01.30050706 KELURAHAN BANYURIP 15.000.000

30.01.300508 KECAMATAN PEKALONGAN BARAT 35.212.000

30.01.30050801 KELURAHAN MEDONO 15.000.000

30.01.30050802 KELURAHAN PODOSUGIH 15.000.000

30.01.30050803 KELURAHAN TIRTO 15.000.000

30.01.30050804 KELURAHAN SAPURO KEBULEN 15.000.000

30.01.30050805 KELURAHAN BENDAN KERGON 15.000.000

30.01.30050806 KELURAHAN PASIRKRATONKRAMAT 15.000.000

30.01.30050807 KELURAHAN PRINGREJO 15.000.000

30.01.300509 KECAMATAN PEKALONGAN TIMUR 26.250.000

30.01.30050901 KELURAHAN KAUMAN 15.000.000

30.01.30050902 KELURAHAN PONCOL 15.000.000

30.01.30050903 KELURAHAN KLEGO 15.000.000

30.01.30050904 KELURAHAN GAMER 15.000.000

30.01.30050905 KELURAHAN NOYONTAANSARI 15.000.000

30.01.30050906 KELURAHAN SETONO 15.000.000

30.01.30050907 KELURAHAN KALI BAROS 15.000.000

30.02 KEUANGAN 13.081.750.000

30.02.110401 DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN 75.000.000

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

56

KODE URUSAN / BIDANG / SKPD PELAKSANA PLAFON 2017

1 2 3

30.02.121101 DINAS PERDAGANGAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH

60.000.000

30.02.121201 DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

108.030.000

30.02.300201 BADAN KEUANGAN DAERAH 12.838.720.000

30.02.30050301 BAGIAN TATA PEMERINTAHAN 0

30.03 KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN 4.290.245.000

30.03.300301 BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH

4.290.245.000

30.04 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1.569.890.000

30.04.300101 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

1.569.890.000

30.05 FUNGSI LAINNYA 62.854.825.000

30.05.30050301 BAGIAN TATA PEMERINTAHAN 1.406.315.000

30.05.30050302 BAGIAN HUKUM 1.490.425.000

30.05.30050303 BAGIAN ORGANISASI 1.344.822.000

30.05.30050304 BAGIAN PEREKONOMIAN 1.692.300.000

30.05.30050305 BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN 1.124.300.000

30.05.30050306 BAGIAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 464.310.000

30.05.30050307 BAGIAN UMUM DAN KEUANGAN 4.577.770.000

30.05.30050308 BAGIAN RUMAH TANGGA DAN PERLENGKAPAN 9.828.924.000

30.05.30050309 BAGIAN HUMAS DAN PROTOKOL 235.380.000

30.05.300504 SEKRETARIAT DPRD 24.872.742.000

30.05.300505 INSPEKTORAT 1.978.570.000

30.05.300506 KECAMATAN PEKALONGAN UTARA 3.934.555.000

30.05.30050601 KELURAHAN KANDANG PANJANG 105.000.000

30.05.30050602 KELURAHAN PANJANG WETAN 106.000.000

30.05.30050603 KELURAHAN DEGAYU 101.880.000

30.05.30050604 KELURAHAN BANDENGAN 116.000.000

30.05.30050606 KELURAHAN KRAPYAK 124.700.000

30.05.30050607 KELURAHAN PADUKUHAN KRATON 144.540.000

30.05.3130050605 KELURAHAN PANJANG BARU 114.400.000

30.05.300507 KECAMATAN PEKALONGAN SELATAN 1.926.889.000

30.05.30050701 KELURAHAN JENGGOT 114.600.000

30.05.30050702 KELURAHAN BUARAN KRADENAN 132.100.000

30.05.30050703 KELURAHAN KURIPAN KERTOHARJO 121.900.000

30.05.30050704 KELURAHAN KURIPAN YOSOREJO 136.220.000

30.05.30050705 KELURAHAN SOKO DUWET 132.100.000

30.05.30050706 KELURAHAN BANYURIP 133.000.000

30.05.300508 KECAMATAN PEKALONGAN BARAT 1.755.700.000

30.05.30050801 KELURAHAN MEDONO 117.720.000

30.05.30050802 KELURAHAN PODOSUGIH 102.000.000

30.05.30050803 KELURAHAN TIRTO 117.600.000

30.05.30050804 KELURAHAN SAPURO KEBULEN 122.500.000

30.05.30050805 KELURAHAN BENDAN KERGON 135.080.000

30.05.30050806 KELURAHAN PASIRKRATONKRAMAT 140.000.000

30.05.30050807 KELURAHAN PRINGREJO 143.280.000

30.05.300509 KECAMATAN PEKALONGAN TIMUR 2.878.445.000

30.05.30050901 KELURAHAN KAUMAN 156.703.000

30.05.30050902 KELURAHAN PONCOL 102.000.000

30.05.30050903 KELURAHAN KLEGO 101.880.000

30.05.30050904 KELURAHAN GAMER 114.600.000

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH

57

KODE URUSAN / BIDANG / SKPD PELAKSANA PLAFON 2017

1 2 3

30.05.30050905 KELURAHAN NOYONTAANSARI 137.475.000

30.05.30050906 KELURAHAN SETONO 135.500.000

30.05.30050907 KELURAHAN KALI BAROS 134.600.000

JUMLAH BELANJA LANGSUNG 557.147.680.000

Sumber : Aplikasi SIMRAL

4.3. KEBIJAKAN PEMBIAYAAN DAERAH

Pembiayaan merupakan transaksi keuangan yang dimaksudkan untuk menutupi

defisit anggaran atau penggunaan dari surplus anggaran. Pembiayaan terdiri atas

penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

4.3.1. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah

Kebijakan Penerimaan Penerimaan pembiayaan pada tahun 2017 diasumsikan

bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun anggaran sebelumnya

(SiLPA), dengan memperhitungkan kemungkinan terjadinya kelebihan penerimaan

(over-target). Selain itu, SiLPA ini juga mengasumsikan adanya efisiensi yang akan

terjadi pada pelaksanaan APBD 2016 yaitu perkiraan selisih positif antara

pengeluaran riil dengan anggaran yang disediakan.

4.3.2. Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan

Untuk kebijakan pengeluaran pembiayaan pada APBD Kota Pekalongan Tahun

Anggaran 2017 adalah pembiayaan untuk penyertaan modal bagi Perusahaan

Daerah Kota Pekalongan dan Bank Jateng, serta penyertaan modal dari penerusan

hibah APBN Murni kepada PDAM. Penyertaan Modal kepada Perusahaan Daerah

ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah dan sesuai dengan kajian analisis

keuangan Perusahaan Daerah.

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB V PENUTUP

58

BAB V PENUTUP

Kebijakan Umum APBD (KUA) Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2017,

merupakan bagian dari pentahapan perencanaan pembangunan yang diawali dari

Penyusunan Dokumen Perencanaan Jangka Pendek (RKPD) Kota Pekalongan Tahun

2017 serta KUA dan PPAS itu sendiri. Selanjutnya KUA Tahun 2017 ini akan menjadi

pedoman dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) sebelum

akhirnya kedua dokumen tersebut (KUA dan PPAS) akan digunakan sebagai dasar

dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2017. Penyusunan KUA Tahun Anggaran

2017 merupakan formulasi kebijakan anggaran yang menjadi acuan dalam perencanaan

operasional anggaran, dimana di dalamnya memuat arah dan kebijakan sebagai

penjabaran dari kebijakan pemerintah daerah, serta aspirasi masyarakat. KUA Tahun

Anggaran 2017 memuat komponen-komponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang

diharapkan pada setiap bidang kewenangan pemerintah daerah yang akan dilaksanakan

dalam satu tahun anggaran. Komponen dan kinerja pelayanan yang diharapkan tersebut

disusun, disamping berdasarkan aspirasi masyarakat, juga mempertimbangkan kondisi

dan kemampuan daerah, termasuk kinerja pelayanan yang telah dicapai dalam tahun-

tahun anggaran sebelumnya. Selanjutnya KUA Tahun Anggaran 2017 dalam

pelaksanaannya diperlukan strategi atau cara tertentu yang diharapkan dapat

memperlancar atau mempercepat pencapaian Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun

Anggaran 2017 karena adanya keterbatasan kemampuan pemerintah daerah, terutama

dalam sumber daya, maka disusun strategi dan prioritas sesuai kemampuan pemerintah

daerah.

Asumsi-asumsi yang mendasari penyusunan KUA merupakan asumsi kondisi pada

saat penyusunan yang disesuaikan pula dengan peraturan perundangan yang

mendasarinya. Dinamika pelaksanaan pembangunan pemerintahan sangat

dimungkinkan akan memunculkan terjadinya perubahan kondisi yang tidak sesuai

asumsi. Selain itu pendapatan–pendapatan yang bersumber dari dana perimbangan

(DAK, DAU dan Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak), dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang

Sah, sangat bergantung pada kebijakan pemerintah yang lebih tinggi (Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Provinsi), oleh karena itu disepakati pengaturan sebagai berikut:

1. Dalam hal terjadi pergeseran asumsi yang melandasi penyusunan KUA akibat

adanya kebijakan pemerintah maupun pemerintah daerah, dapat dilakukan

penambahan atau pengurangan estimasi pendapatan daerah, maupun program dan

kegiatan serta pagu anggaran indikatifnya;

2. Penambahan program dan kegiatan dilakukan dengan mempertimbangkan usulan

program kegiatan dan plafon prioritas tambahan yang disampaikan dalam PPAS

sesuai dengan tingkat urgenitas dan kebutuhan;

3. Penambahan atau pengurangan estimasi pendapatan daerah, maupun program dan

kegiatan serta pagu anggaran indikatif tersebut dilakukan ketika proses pembahasan

RAPBD tanpa melakukan perubahan Nota Kesepakatan KUA dan Nota Kesepakatan

PPAS.

Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 | BAB V PENUTUP

59

Demikianlah Kebijakan Umum APBD Kota Pekalongan Tahun Anggaran 2017,

yang dibuat untuk menjadi pedoman dalam penyusunan PPAS dan RAPBD Tahun

Anggaran 2017.

Pekalongan, November 2016

WALIKOTA PEKALONGAN

PEKALONGAN

ACHMAD ALF ARSLAN DJUNAID, SE