kebijakan sektor industri

18
Tugas Perekonomian Indonesia Masalah Kependudukan dan Ketenagakerjaan Oleh Kelompok 6 Putu Adhi Gunawijaya (1306105102) Gede Yoga Swastika (1306105061) Putu Adi Wiguna (1306105098) Wayan Purwa Cahyadinata (1306105085) Kadek Dwitya Pranata Putra (1306105090) Putu Ryan Setiawiguna (1306105114) Daniel Thedoris (13061

description

kebijakan sektor industri

Transcript of kebijakan sektor industri

Tugas Perekonomian IndonesiaMasalah Kependudukan dan Ketenagakerjaan

Oleh Kelompok 6

Putu Adhi Gunawijaya (1306105102)Gede Yoga Swastika (1306105061)Putu Adi Wiguna (1306105098)Wayan Purwa Cahyadinata (1306105085)Kadek Dwitya Pranata Putra (1306105090)Putu Ryan Setiawiguna (1306105114)Daniel Thedoris (13061

Kata PengantarPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kependudukan dan Ketenagakerjaan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari sampah, dan juga bagaimana membuat sampah menjadi barang yang berguna. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Penulis

Denpasar ,14 Maret 2015

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPersoalan-persoalan ketenagakerjaan di Indonesia merupakan masalah nasional yang memang sangat kompleks. Namun masalah pengupahan menjadi masalah utama yang tidak pernah ada habisnya. Selama ini pemerintah memandang masalah ketenagakerjaan hanya pada bagaimana menangani masalah surpus labour ataupun masalah angkatan kerja yang semakin membludak namun kesempatan kerja yang tersedia sangatlah terbatas. Sehingga hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan, dan perbaikan kesejahteraan buruh ditinggalkan begitu saja. Termasuk masalah pengupahan yang masih jauh dari concern pemerintah, hal ini dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah belum mampu menampung dan menyelesaikan masalah pengupahan yang dihadapi buruh

B. Rumusan Masalah1. Masalah Penduduk di Indonesia ?2. Bagaimana Struktur Penduduk Indonesia ?3. Masalah pengangguran dan Penduduk usia kerja ?4. Masalah Distribusi dan Perpindahan Penduduk ?

C.Tujuan dan Manfaat1. Dapat Memahami masalah penduduk di Indonesia2. Dapat mengetahui struktur penduduk Indonesia3. Dapat mengenali masalah penganguran dan penduduk usia kerja4. Dapat memahami distribusi dan perpindahan penduduk

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Struktur Penduduk Indonesia Distribusii penduduk Indonesia sangat tidak merata, baik menurut wilayah geografis, laju pertumbuhan penduduk ( tingkat fertilitas dan mortalitas ), maupun menurut struktur usia.Informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terpusatnya penduduk di satu tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk (yang umumnya disertai dengan kemiskinan) degan pembangunan dn program-program untuk mengurangi beban kepadatan penduduk atau melakukan realokasi pembangunan di luar Jawa atau realokasi penduduk untuk bermukim di tempat lain.Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan persebaran penduduk secara georafis sejak dahulu hingga sekarang adalah persebaran atau distribusi penduduk yang tidak merata antara Jawa dan luar Jawa. Penyebab utamanya adalah keadaan tanah dan lingkungan yang kurang mendukung bagi kehidupan penduduk secara layak. Dengan kebijakan pembangunan di era Orde Baru yang terpusat di pulau Jawa, yang menyebabkan banyak penduduk yang tinggal di luar pulau Jawa bermigrasi dan menetap di pulau Jawa. Ini menyebabpkan kepadatan pulau Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan penduduk di pulau-pulau lain.

2.2 Masalah PendudukMasalah penduduk bukan hanya masalah tingkat pertumbuhan yang akhirnya bermuara pada jumlah penduduk keseluruhan, melainkan lebih dari itu, yaknijuga menyangkut kepentingan pembangunan serta kesejahteraannya. Pertambahan penduduk Indonesia yang sekarang ini sekitar 1,2 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta orang per tahun menimbulkan aneka masalah yang serius bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Masalah yang mungkin muncul adalah perbaikan tingkat pendapatan, kesejahteraan, pendidikan, dan kesejahteraan umum seperti misalnya peningkatan kepercayaan diri, rasa hormat, harga diri ,dan kebebasan untuk memilih. Peningkatan kesejahteraan umum di sini di maksudkan kalau kita mengingat tujuan daripada pembangunan ekonomi secara utuh, di mana menyangkut jugaharga diri dan kebebasan untuk memilih. Namun kita hanya memperhatikan masalah yang paling mendasar saja, antara lain :1. Mampukah Indonesia mengatasi masalah kependudukan mengingat jumlah dan penyebaran penduduk yang ada sekarang ini? Lalu sampai seberapa jauhkah pertambahan penduduk yang telah terjadi.2. Apakah yang harus di lakukan oleh Indonesia untuk peningkatan angkatan kerja yang terjadi di masa mendatang? Apakah akan tersedia cukup banyak kesempatan kerja untuk mereka atau apakah pemerintah hanya berusaha menjaga agar tingkat pengangguran tidak meningkat, atau membiarkannya begitu saja?3. Apa sajakah implikasi dari jumlah penduduk yang besar dan distribusinya yang tidak merata ini terhadap peluang mereka untuk meringankan penderitaan hidupnya? Apakah program transmigrasi dapat memecahkan sebagian dari masalah kependudukan?

3. Analisa Masalah Pengangguran, Terbuka, dan Tersembunyi

I.Penduduk Usia Kerja dan PengangguranPenduduk yang mempunyai usia 15 tahun sampai dengan 64 tahun biasanya disebut sebagai penduduk usia kerja atau sering juga disebut sebagai penduduk yang aktif secara ekonomi. Konsep ini adalah konsep Barat (konsep negara industri), yang membedakan kegiatan ekonomi dari kegiatan-kegiatan lain. Yaitu:A. Penduduk Usia Kerja dan Angkatan KerjaPenduduk usia kerja adalah semua penduduk, laki perempuan, yang siap untuk memasuki angkatan kerja, yakni semua orang yang telah melewati wajib belajar yang ditentukan oleh negara dan belum mencapai umur pensiun. Wajib belajar biasanya berbeda dari satu negara ke negara lainnya. Indonesia, sebagai contoh, menentukan wajib belajar 9 tahun. Karena seorang anak baru diperkenankan memasuki pendidikan dasar pada umur 6 tahun, maka seseorang yang telah berumur 6 tahun ditambah 9 tahun = 15 tahun dianggap siap memasuki angkatan kerja. Di negara yang mempunyai wajib belajar yang lain, katakanlah di Australia, di mana wajib belajar adalah 11 tahun, maka seseorang baru siap untuk memasuki angkatan kerja pada saat berumur 17 tahun. Demikian juga umur pensiun, sebagai batas dari usia kerja. Di Indonesia, ada jabatan yang mengharuskan seseorang pensiun pada usia 56 tahun, ada juga pada usia 60 tahun, 65 tahun. Namun secara rata-rata dipakai usia 65 tahun sebagai batas usia kerja. Jadi di Indonesia penduduk usia kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun sampai 64 tahun, meskipun kenyataannya banyak penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun telah bekerja. Tingkat kegiatan kasar (crude activity rate) diartikan sebagai persentase jumlah penduduk yang secara ekonomi aktif dan hal ini tergantung pada dua aspek: struktur umur jenis kelamin penduduk, dan persentase yang bekerja pada setiap kelompok umur dan jenis kelamin.Perlu dimaklumi bahwa dalam konsep Barat tidak semua orang pada usia kerja itu termasuk angkatan kerja. Mereka yang berumur usia kerja tetapi terdaftar sebagai siswa/mahasiswa penuh waktu dan semua ibu rumah tangga tidak masuk pada angkatan kerja; mereka dianggap bukan angkatan kerja.

B. Konsep Bekerja dan MenganggurTidak semua angkatan kerja itu mendapatkan kerja. Sebagian dari mereka mendapatkan kerja dan sebagian lagi tidak. Yang mendapatkan kerja, biasanya sebagai pekerja untuk orang lain, meskipun di negara industri sekali pun, masih banyak orang yang bekerja untuk diri sendiri (self employed). Dalam konsep Barat, siapa yang dimasukkan sebagai bekerja itu sudah jelas. Mereka pada umumnya bekerja dengan upah atau dipekerjakan oleh orang lain dan memakan waktu yang kurang lebih penuh waktu dalam seminggu. Konsep yang demikian ini sangat cocok dan memang diciptakan untuk masyarakat industri.Berbeda halnya dengan masyarakat agraris yang berlaku pada kebanyakan negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. The Internasional Labor Office (ILO) memberikan tiga aspek untuk diperhatikan sebelum kita dapat mengatakan bahwa seseorang di negara sedang berkembang itu sebagai bekerja. Ketiga aspek tersebut adalah:1. Aspek penghasilan, pekerjaan memberikan penghasilan kepada yang bekerja.2. Aspek produksi, pekerjaan memberikan output (produksi), dan3. Aspek pengakuan (recognition), pekerjaan memberikan pengkuan kepada seseorang bahwa dia terikat dengan sesuatu yang layak bagi hidupnya.Ini adalah masalah praktis, di mana seseorang mengatakan bahwa dirinya menganggur kalau dia tidak mempunyai pekerjaan tetap dengan penghasilan yang tetap dan memberikan kepastian di masa depan. Dalam keadaaan yang demikian ini, data yang diperoleh oleh kantor statistik mengenai jumlah penganggur terbuka mungkin terlalu tinggi dibandingkan dengan angka sebenarnya. Masalahnya adalah apakah seseorang tanpa pekerjaan tetap merupakan cara yang terbaik untuk menghitung sesorang itu menganggur terbuka.Aspek penghasilan. Ketika seorang buruh menjual jasa tenaga kerjanya untuk mendapatkan upah, dia akan menerima pekerjaan itu untuk satu penghasilan tertentu, dan penghasilan ini sering merupakan pertimbangan utamanya. Apa yang perlu diperhatikan oleh majikan dalam hal perusahaan yang berorientasi keuntungan adalah tingkat upah yang harus dibayarnya dibandingkan dengan harapan majikan akan hasil yang diperoleh dari menyewa buruh tersebut, tetapi dari sudut pekerja itu sendiri pertimbangannya hanyalah besarnya upah yang diperolehnya. Aspek penghasilan dari satu pekerjaan adalah menyangkut penghasilan yang diterima oleh seseorang dengan catatan ia itu bekerja. Jadi titik sentral dari aspek penghasilan dalam pekerjaan adalah syarat bahwa seseorang mendapatkan penghasilan tersebut karena bekerja, dan bukanlah pada masalah berapa besar penghasilan tersebut.Aspek produksi. Perhatikanlah nasihat lama yang mengatakan bahwa jangan perhatikan buah/hasil dari perbuatan anda. Buah itu akan mengikut dan datang sendiri. Namun pasti tidak demikian halnya bagi pekerja upahan, sebab kalau mereka tidak memikirkan hasilnya mereka pasti dipecat oleh majikannya. Pekerjaan biasanya dinilai dari hasil karyanya. Demikian juga pada umumnya tindakan ekonom, menilai pekerjaan dari hasilnya, tidak hanya untuk pekerja upahan tetapi juga bagi mereka yang bekerja untuk diri sendiri (self employed). Kasus yang sangat jelas untuk hal yang terakhir adalah dalam teori (penganggur tersembunyi = disguised unemployment). Pembicaraan terpusat pada jumlah penduduk yang dapat dipindahkan dari sektor pertanian tradisionaltanpa mempengaruhi tingkat produksi di sektor pertanian tersebut.Aspek pengakuan. Dari pekerja itu sendiri dapat mempengaruhi pilihan seseorang terhadap pekerjaan, kalau pilihan tersebut terbuka baginya. Sebagai contoh, seseorang yang lebih menyukai bekerja mandiri dibandingkan bekerja untuk orang lain sedikit banyak berkaitan dengan aspek pengakuan ini dalam arti status dan tidak suka akan diperintah oleh orang lain. Aspek khusus dalam hal ini adalah posisi wanita.

Di masa lalu, mereka pada umumnya enggan menerima pekerjaan di luar rumah, sedangkan di lain pihak, pekerjaan wanita di dalam rumah biasanya tidak dianggap sebagai bekerja, dan cerita seorang laki-laki yang mengawini tukang masaknya (pembantunya), akan berakibat menurunkan jumlah penghasilan nasional dan jumlah angkatan kerja. II. Pengangguran Terbuka dan Tersembunyi

Pengangguran Terbuka. Di negara maju yang dianggap penganggur terbuka adalah mereka yang sedang mencari kerja, mereka secara aktif mencari pekerjaan. Untuk menunjukkan bahwa mereka secara aktif mencari kerja mereka mendaftarkan diri di kantor tenaga kerja (employment office). Dalam mendaftarkan dirinya di kantor tenaga kerja mereka harus menerangkan, antara lain, data pribadi, pendidikan dan jenis pekerjaan yang diinginkannya. Di samping itu mereka juga harus aktif melamar kerja dengan menunjukkan surat lamaran kerja yang telah dibuatnya setiap minggu. Mereka yang mendaftar ke kantor tenaga kerja dibayar biaya hidup yang disebut dole, yang jumlahnya lebih kecil daripada upah kalau ia bekerja. Kalau kantor tenaga kerja mengetahui ada lowongan kerja yang sesuai, maka mereka dipanggil dan diwawancarai apakah dia cocok dengan lowongan yang tersedia. Kalau dianggap cocok, maka dia dipekerjakan, namanya dihapus dari daftar pencari kerja dan dolenya distop. Jumlah mereka yang terdaftar di kantor tenaga kerja pada satu hari tertentu dianggap jumlah penganggur terbuka, dan kalau dibagi dengan jumlah angkatan kerja, maka diperoleh persentase penganggur terbuka pada hari tersebut. Sudah tentu jumlah ini berubah dari hari ke hari, namun angka pada satu hari tertentu dianggap mewakili jumlah/persentase penganggur terbuka untuk tahun bersangkutan. Dalam keadaan normal angka yang diperoleh sekitar 5-6 persen; dalam keadaan krisis ekonomi seperti sekarang ini persentase pengangguran terbuka (Agustus 2009),sebagai contoh di Amerika Serikat mencapai 11 persen (dari VoA).Pemerintah Indonesia harus menciptakan sendiri cara menghitung penganggur terbuka ynag dianggap lebih manggambarkan keadaan sebenarnya. Cara yang dipilih adalah dengan mengadakan survei (survei angkatan kerja = sakernas) yang dilaksanakan pada waktu tertentu. Salah satu pertanyaan dalam survei tersebut adalah untuk menentukan apakah seseorang itu sedang aktif mencari kerja (penganggur terbuka) atau tidak.Pertanyaannya adalah:Apakah anda selama seminggu sebelum Minggu survei bekerja setidak-tidaknya satu jam sehari untuk memperoleh penghasilan keluarga? Jika tidak apakah anda aktif mencari kerja?Kalau jawaban yang diperolehnya adalah tidak bekerja dan aktif mencari pekerjaan, maka responden dimasukkan sebagai penganggur terbuka, sedangkan apabila jawaban yang diperoleh adalah tidak bekerja dan tidak aktif mencari kerja maka responden dimasukkan ke dalam kelompok penganggur sukarela. Penganggur Tersembunyi. Dalam hal penganggur tersembunyi, jumlah jam kerja mereka mungkin sekali berada di bawah penuh waktu (35 jam per Minggu), namun kalau mereka dipindahkan dari tempat kerjanya sekarang, jumlah produksi tidak menurun. Ini berarti pada penganggur tersembunyi, produk marjinal penganggur tersebut adalah nol (atau MPL = 0).

4. Analisa Masalah Distribusi dan Perpindahan PendudukInformasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terpusatnya penduduk di beberapa pulau terutama Jawa memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk, dengan pembangunan dan program-program untuk mengurangi beban kepadatan penduduk atau melakukan realokasi pembangunan di luar Jawa atau realokasi penduduk untuk bermukim di tempat lain. Di mana-mana di dunia ini, tidak hanya di Indonesia, perpindahan penduduk (migrasi) dari satu tempat ke tempat lainnya tidak bisa dihindarkan, baik yang bersifat antar negara maupun internal dalam satu negara (Indonesia). Analisis dan perkiraan besaran dan arus migrasi merupakan hal yang penting bagi terlaksananya pembangunan manusia seutuhnya. Apalagi kalau analisis mobilitas tersebut dilakukan pada satu wilayah administrasi yang lebih rendah daripada tingkat provinsi. Karena justru tingkat mobilitas penduduk baik yang permanen maupun yang tidak permanen akan tampak lebih nyata terlihat pada satuan unit administrasi yang lebih kecil seperti kabupaten, kecamatan dan desa atau kelurahan. Pada dasarnya migrasi penduduk merupakan refleksi perbedaan kesejahteraan ekonomi dan kurang meratanya fasilitas pembangunan antara satu negara/daerah dengan negara/daerah lain. Penduduk dari negara/daerah yang tingkat kemakmuran ekonominya kurang akan bergerak menuju ke negara/daerah yang mempunyai tingkat kemakmuran ekonomi yang lebih tinggi.Faktor pendorong dan penarik migrasi. Migrasi dipengaruhi oleh daya dorong (push factors) satu wilayah dan daya tarik (pull factors) wilayah lainnya. Daya dorong wilayah menyebabkan orang pergi ke tempat lain, misalnya karena di daerah itu tidak tersedia sumber daya yang memadai untuk memberikan jaminan kehidupan bagi penduduknya. Pada umumnya, hal ini tidak lepas dari persoalan kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di wilayah tersebut.Adapun faktor-faktor pendorong (push factors), antara lain, adalah:1. Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu, atau bahan dari pertanian.2. Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya tanah untuk pertanian di wilayah pedesaan yang makin menyempit).3. Adanya tekanan-tekanan seperti politik, agama, dan suku, sehingga mengganggu hak asasi penduduk di daerah asal.4. Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan.5. Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.Sedangkan daya tarik wilayah adalah jika satu wilayah mampu atau dianggap mampu menyediakan fasilitas dan sumber-sumber penghidupan bagi penduduk, baik penduduk di wilayah itu sendiri maupun penduduk di sekitarnya dan daerah-daerah lain. Adapun faktor-faktor penarik (pull factors), antara lain, adalah:1. Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup atau kesejahteraannya.2. Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.3. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.4. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar.Perpidahan penduduk dengan berbagai alasan diistilahkan sebagai migrasi. Secara luas migrasi diartikan sebagai perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari satu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari satu daerah (negara) ke daerah (negara) lain.Migrasi dalam dimensi spasial dan dimensi waktu. Migrasi dikelompokkan berdasarkan dua dimensi penting, yaitu dimensi ruang/daerah (spasial) dan dimensi waktu. Dalam dimensi ruang/daerah atau dimensi spasial dikenal migrasi internasional dan migrasi internal (dalam satu negara). Migrasi internasional merupakan perpindahan penduduk dari satu negara ke negara lain lomba mencari daerah baru di benua Amerika, Amerika Latin, Afrika dan juga sampai ke Asia (termasuk Indonesia). Migrasi internasional ini terdapat juga di Indonesia, baik yang masuk ke Indonesia maupun yang ke luar dari Indonesia. Migrasi yang ke luar Indonesia pun tidak kalah jumlahnya dari yang disponsori oleh pemerintah sampai yang gelap (tidak resmi). Migrasi ke luar Indonesia yang resmi disponsori oleh pemerintah, misalnya untuk TKW (tenaga kerja wanita) yang dikirim ke Timur Tengah, Arab Saudi, Singapura dan Malaysia. Sekarang ini, banyak orang Indonesia (dari Bali) yang mencari pekerjaan di Amerika Serikat dan Eropa untuk bekerja di kapal pesiar.Migrasi internal Indonesia yang penting meliputi perpindahan penduduk:1. Antar provinsi/kabupaten antar pulau yang dikenal dengan istilah transmigrasi atau antar provinsi/kabupaten dalam satu pulau, dan2. Dari wilayah pedesaan ke wilayah perkotaan yang disebut urbanisasi, atau sebaliknya dari kota ke pinggir kota dan pedesaan (deurbanisasi).

Transmigrasi. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk dari pulau Jawa, Madura, dan Bali ke pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua Barat, dan bahkan Timor Timur. Meskipun ada juga transmigrasi swakarsa, pada umumnya transmigrasi yang sudah dilaksanakan sampai sekarang ini adalah atas sponsor pemerintah. Dalam perspektif pembangunan nasional, transmigrasi dapat dikatakan sebagai derivatif dari cita-cita kemerdekaan dalam mengelola dan mengembangkan sumber daya bangsa yang berorientasi pada pengembangan wilayah yang diintegrasikan dengan penataan penyebaran penduduk.Urbanisasi. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk ke wilayah perkotaan dari wilayah pedesaan di sekitarnya, lain provinsi, atau lain pulau. Urbanisasi itu sendiri telah ada sejak berkembangnya kota kecil menjadi pusat-pusat perdagangan, pendidikan, dan pemerintah. Aliran perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke kota sangat dirasakan pada masa/setelah revolusi Industri di Inggris pada pertengahan abad 19. Aliran penduduk yang menuju kota-kota di Inggris dan negara-negara Eropa lainnya begitu besar, sehingga pada tahun 1954 W. Arthur Lewis dalam bukunya mengatakan yang berjudul Economic Growth with Unlimited Supply of Labour bahwa industri di kota bisa mendapatkan buruh dengan upah yang murah dalam jumlah yang tidak terbatas, sehingga tidak mengakibatkan kenaikan upah buruh di kota dan industri berkembang dengan pesat. Aliran tenaga kerja dari pedesaan ini merupakan buruh tidak terdidik dan dianggap sebagai penganggur tersembunyi dalam arti bahwa keberangkatan mereka ke kota tidak mengakibatkan turunnya produksi pertanian di daerah asalnya. Keadaan di Indonesia hampir sama dengan keadaan di Inggris dan Eropa Barat setelah revolusi industri, bahwa masyarakat pedesaan berbondong-bondong datang ke kota besar. Keadaan demikian ini mulai terasa sejak awal Orde Baru.Kriteria migrasi. Masalah lain yang juga penting dalam hal perpindahan penduduk adalah apa kriteria seorang agar dia bisa disebut sebagai migran. Dalam hal ini dekenal migrasi seumur hidup, migrasi risen, dan migrasi total.Disebut migrasi seumur hidup (life time migration) kalau seorang bertempat tinggal pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggal pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu mereka lahir. Migrasi risen (ricent migration) adalah apabila tempat tinggal seseorang pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu lima tahun sebelumnya. Sedangkan migrasi total (total migration) adalah apabila seseorang pernah bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal pada waktu pengumpulan data.Kriteria migrasi risen (recent migration) lebih mencerminkan dinamika spasial penduduk antar daerah daripada migrasi seumur hidup (life time migration) yang relatif statis. Sedangkan migrasi total tidak memasukkan batasan waktu antara tempat tinggal sekarang (waktu pencacahan) dan tempat tinggal terakhir sebelum tempat tinggal sekarang. Akan tetapi migrasi total biasa dipakai untuk menghitung migrasi kembali (return migration). Selanjutnya untuk perhitungan angka migrasi, penduduk yang ada yang dihitung atau dicacah adalah penduduk usia lima tahun atau lebih. Penduduk usia 0-4 tahun tidak dimasukkan, karena kelompok penduduk ini merupakan kelompok penduduk yang lahir pada periode antar dua survei/sensus. Namun demikian, angka-angka migrasi sangat sulit diperoleh, baik untuk migrasi internasional, migrasi antar pulau (transmigrasi), apalagi urbanisasi.