Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

17
Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara Oleh: Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEUI 2014 Banyak cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah, demi mensejahterakan hajat hidup rakyat bangasanya. Baik dari segi kesehatan masyarakat, ketahanan pangan, pertahanan dan keamanan negara, hingga pencerdasan warganya melalui jalur pendidikan. Dari sisi perekonomian, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memberikan insentif berupa subsidi yang diberikan baik untuk mengurangi beban konsumen dalam mengonsumsi barang tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maupun untuk mengurangi biaya produksi yang ditanggung oleh produsen dari suatu barang atau jasa. Subsidi dapat diterapkan di dalam banyak hal, seperti pendidikan dan kesehatan. Namun subsidi pada umumnya dititikberatkan pada pemberian keringanan terhadap konsumsi BBM maupun BBG karena bahan bakar merupakan salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi masyarakat. Subsidi di bidang energi dianggap secara umum sebagai upaya untuk ―memeratakan kekayaan‖. Bagi negara-negara importir seperti Indonesia, subsidi diterapkan untuk menjaga kestabilan harga ditengah tren harga bahan bakar yang terus naik. Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dilakukan berbagai negara dinilai berdampak pada pemborosan dalam konsumsi, pengurangan keamanan energi, menghambat investasi-investasi sumber daya alam ramah lingkungan, dan menghambat upaya-upaya dalam mengatasi perubahan iklim. Subsidi energi menjadi jurus suatu negara dalam membantu masyarakatnya menghadapi tekanan biaya hidup sehari-hari. Energi menjadi salah satu aspek vital dalam sendi kehidupan. Maka dari itu perannya dalam tingkat kesejahteraan sangat besar. Dampak energi pada kehidupan yang sangat penting ini membuat berbagai pemerintahan di negara manapun memberi perhatian lebih pada komoditas itu. Tingkat kemiskinan suatu negara juga ditentukan oleh faktor energi ini. Subsidi pada komoditas Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam hal ini membantu menekan naiknya harga barang dan jasa dari aspek biaya produksi. Oleh karena itu efek dari kenaikan BBM ini akan menimbulkan peningkatan kemiskinan dan pengangguran. Salah satu penyebab hal ini bisa terjadi karena penyedia lapangan kerja akan memangkas ongkos labor-nya pada saat terjadi kenaikan harga BBM dengan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) demi tetap menjaga kestabilan usaha. Pada saat itulah pengangguran dan kemiskinan mulai bermunculan.

Transcript of Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

Page 1: Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

Oleh: Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEUI 2014

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah, demi mensejahterakan hajat hidup rakyat

bangasanya. Baik dari segi kesehatan masyarakat, ketahanan pangan, pertahanan dan

keamanan negara, hingga pencerdasan warganya melalui jalur pendidikan. Dari sisi

perekonomian, salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan

memberikan insentif berupa subsidi yang diberikan baik untuk mengurangi beban konsumen

dalam mengonsumsi barang tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maupun untuk

mengurangi biaya produksi yang ditanggung oleh produsen dari suatu barang atau jasa.

Subsidi dapat diterapkan di dalam banyak hal, seperti pendidikan dan kesehatan. Namun

subsidi pada umumnya dititikberatkan pada pemberian keringanan terhadap konsumsi BBM

maupun BBG karena bahan bakar merupakan salah satu kebutuhan yang paling mendasar

bagi masyarakat. Subsidi di bidang energi dianggap secara umum sebagai upaya untuk

―memeratakan kekayaan‖. Bagi negara-negara importir seperti Indonesia, subsidi diterapkan

untuk menjaga kestabilan harga ditengah tren harga bahan bakar yang terus naik.

Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dilakukan berbagai negara dinilai berdampak pada

pemborosan dalam konsumsi, pengurangan keamanan energi, menghambat investasi-investasi

sumber daya alam ramah lingkungan, dan menghambat upaya-upaya dalam mengatasi

perubahan iklim. Subsidi energi menjadi jurus suatu negara dalam membantu masyarakatnya

menghadapi tekanan biaya hidup sehari-hari. Energi menjadi salah satu aspek vital dalam

sendi kehidupan. Maka dari itu perannya dalam tingkat kesejahteraan sangat besar.

Dampak energi pada kehidupan yang sangat penting ini membuat berbagai pemerintahan di

negara manapun memberi perhatian lebih pada komoditas itu. Tingkat kemiskinan suatu

negara juga ditentukan oleh faktor energi ini. Subsidi pada komoditas Bahan Bakar Minyak

(BBM) dalam hal ini membantu menekan naiknya harga barang dan jasa dari aspek biaya

produksi. Oleh karena itu efek dari kenaikan BBM ini akan menimbulkan peningkatan

kemiskinan dan pengangguran. Salah satu penyebab hal ini bisa terjadi karena penyedia

lapangan kerja akan memangkas ongkos labor-nya pada saat terjadi kenaikan harga BBM

dengan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) demi tetap menjaga kestabilan usaha.

Pada saat itulah pengangguran dan kemiskinan mulai bermunculan.

Page 2: Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

Subsidi memiliki dua muka dimana itu bisa menolong sekaligus melukai konsumen. Subsidi

menjadi bersifat menolong karena membuat masyarakat memiliki daya beli lebih atas bahan

bakar. Lebih jauh lagi akan mengurangi biaya yang diperlukan untuk memasak, menerangi

rumah, bahkan menjaga harga-harga tetap pada kondisi semula. Sebagai gambaran, menurut

IMF, setiap kenaikan BBM $ 0,25 per liter akan mengurangi daya beli riil masyarakat miskin

lebih dari 5%.

Namun di sisi lain, subsidi BBM menjadi bersifat melukai karena tidak tepat sasaran. Subsidi

BBM dinikmati oleh kalangan menengah keatas dimana 20% masyarakat kelas atas

menikmati murahnya BBM bersubsidi enam kali lipat dibandingkan manfaat yang dapat

dirasakan masyarakat kelas bawah. Merujuk pada kajian sebuah lembaga penelitian

Universitas Indonesia tercatat kelompok yang tidak masuk kategori miskin mengonsumsi

BBM jenis premium 8,2 kali lebih banyak dibandingkan kelompok miskin. Sedangkan untuk

BBM jenis solar, kelompok yang tidak termasuk kategori miskin mengonsumsi 99,4 kali lebih

banyak daripada kelompok miskin.

Bagi masyarakat kelas atas, mereka menjadi pemasukan utama bagi negara dalam menutupi

besarnya subsidi BBM baik melalui pajak penghasilan maupun pajak dari kegiatan konsumsi.

Lebih jauh lagi, penggunaan BBM yang semakin masif akan semakin menurunkan kualitas

hidup masyarakat di semua level pendapatan. Kemacetan dan polusi adalah dua hal utama

yang paling disorot. Bahkan New York Times pernah menggambarkan kondisi Jakarta

sebagai kota terbesar di dunia dengan tingkat kelajuan transportasi yang sangat lambat.

Pertumbuhan ekonomi yang melambat juga merupakan efek samping dari penerapan subsidi

BBM. Bisnis biasanya menganggap bahwa tingginya harga bahan bakar akan membut mereka

kurang mampu bersaing dalam pasar global. Dalam jangka pendek hal tersebut mungkin saja

benar, namun di jangka panjang efeknya malah berbalik 180 derajat. Subsidi BBM akan

menghambat pertumbuhan dengan mengikat anggaran yang seharusnya bisa saja dipakai

untuk perbaikan human capital dan atau perbaikan infrastruktur.

Kebijakan yang Diterapkan di Indonesia

Dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2014 Republik Indonesia, dijelaskan bahwa Subsidi

merupakan alokasi anggaran yang disalurkan melalui perusahaan/lembaga yang

Page 3: Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

memproduksi, menjual barang dan jasa yang memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian

rupa, sehingga harga jualnya dapat dijangkau masyarakat. Penyediaan anggaran subsidi oleh

pemerintah dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup besar,

penyediaan anggaran subsidi ini pun tetap harus memperhatikan kemampuan keuangan

Negara.

Sedangkan, Subsidi Energi adalah alokasi anggaran yang disalurkan melalui

perusahaan/lembaga yang menyediakan dan mendistribusikan bahan bakar minyak (BBM),

bahan bakar nabati (BBN), liquefied petroleum gas (LPG) tabung 3 kilogram, dan liquefied

gas for vehicle (LGV) serta tenaga listrik sehingga harga jualnya terjangkau oleh masyarakat.

Realisasi anggaran belanja subsidi energy dalam rentang waktu 2008 – 2013 secara nominal

mengalami peningkatan sebesar Rp76,8 triliun atau tumbuh rata – rata 6,1% per tahun, yaitu

dari Rp223,0 triliun pada tahun 2008 dan sebesar Rp299,8 triliun pada APBNP tahun 2013.

Dalam rentang waktu 2008 – 2013, realisasi anggaran subsidi BBM, BBN, dan LPG tabung 3

kg secara nominal mengalami peningkatan sebesar Rp60,8 triliun atau tumbuh rata – rata

7,5% per tahun dari sebesar Rp139,1 triliun pada tahun 2008 dan sebesar Rp199,9 triliun pada

APBNP tahun 2013. Perkembangan realisasi anggaran ini disebabkan oleh meningkatnya

volume konsumsi BBM bersubsidi dan LPG tabung 3 kg bersubsidi.

Page 4: Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

Melihat kondisi ini, Pemerintah kemudian mengambil langkah – langkah pengendalian agar

beban subsidi tidak memberatkan APBN. Kebijakan pengendalian yang dilakukan pemerintah

dari tahun 2008 – 2013 diantaranya adalah:

1. Meningkatkan program pengalihan pemakaian minyak tanah bersubsidi ke LPG

tabung 3 kg.

2. Meningkatkan pemanfaatan energi alternatif dan diversifikasi energi.

3. Melakukan pembatasan kategori pengguna BBM bersubsidi serta pembatasan volume.

4. Mengendalikan penggunaan BBM bersubsidi melalui sistem distribusi tertutup secara

bertahap dan penyempurnaan regulasi.

Dan kebijakan lain yang dilakukan pemerintah dalam periode waktu ini adalah melakukan

penyesuaian terhadap harga jual eceran BBM bersubsidi.

Di tahun 2014 ini pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan untuk melakukan pembatasan

terhadap konsumsi BBM bersubsidi. Namun, kebijakan ini hanya diperuntukkan untuk BBM

subsidi berjenis solar. Staff Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah,

menjelaskan bahwa penghapusan subsidi BBM jenis solar yang di mulai pada 1 Agustus 2014

ditargetkan bisa menghemat dua juta kilo liter. Pemerintah akan melihat efektifitas dari

kebijakan baru ini yang kemudian akan dijadikan bahan evaluasi.

Dari banyak kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dari waktu ke waktu,

volume pertambahan terhadap BBM subsidi tetap saja mengalami peningkatan. Sehingga,

Uraian 1 Jan 2006 –

23 Mei 2008

24 Mei –

Nov 2008

1 Des – 14

Des 2008

15 Des 2008 –

14 Jan 2009

15 Jan 2009 –

21 Juni 2013

22 Juni 2013 -

Sekarang

Premium 4.500 6.000 5.500 5.000 4.500 6.500

Solar 4.300 5.500 5.500 4.800 4.500 5.500

Minyak Tanah 2.000 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500

Perkembangan Harga Eceran BBM bersubsidi tahun 2006 -

sekarang

Page 5: Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

kebijakan yang telah dilakukan pemerintah dapat dikatakan tidak efektif untuk mencegah

meningkatkatnya volume penggunaan BBM bersubsidi.

Lalu siapakah yang menikmati BBM bersubsidi di Indonesia ?

Data kementerian ESDM menunjukkan proporsi BBM bersubsidi dinikmati oleh:

1) Pemilik mobil (53%) dibandingkan pemilik motor (47%);

2) Masyarakat di Jawa dan Bali (59%) dan

3) Angkutan darat (89 %).

Tercatat 25 persen rumah tangga berpenghasilan tertinggi menikmati 77 persen subsidi BBM

dibandingkan 25 persen rumah tangga berpenghasilan terendah yang hanya menikmati 15

persen subsidi BBM (Kementerian Keuangan, 2012).

Data ini menunjukan bahwa Subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh kalangan menengah

atas dibandingkah oleh mereka yang berpenghasilan rendah. Jika dibandingkan dengan

anggaran pendidikan dan kesehatan, persentase anggaran subsidi BBM ternyata jauh lebih

besar. BBM yang sebagian besar dikonsumsi untuk kebutuhan transportasi dan masalah

logistik ternyata bisa mengalahkan kebutuhan akan pendidikan yang pada APBN 2014

dianggarkan Rp368,9 triliun, bahkan anggaran kesehatan jauh lebih kecil dari subsidi BBM

dimana anggaran kesehatan pada APBN 2014 hanya dianggarkan 46,5 triliun.

Kebijakan yang Diterapkan di India

India merupakan negara besar di Asia yang populasi penduduknya menembus angka satu

miliar jiwa. Jumlah penduduk yang sangat besar ini berimplikasi pada besarnya jumlah

subsidi di bidang energi yang harus ditanggung oleh Pemerintah. India merupakan negara

dengan konsumsi bahan bakar fosil keempat terbesar di dunia, disertai dengan demand yang

terus meningkat seiring perkembangan perekonomian negara tersebut.

Subsidi energi di India meliputi subsidi terhadap produk – produk minyak bumi/gas serta

subsidi terhadap energi listrik. Produk turunan minyak bumi dan gas yang diberikan subsidi

hanyalah Solar, minyak tanah, dan LPG sehingga rakyat India menikmati harga yang lebih

rendah daripada harga di pasar internasional. Besaran harga untuk solar, minyak tanah dan

LPG itu diatur secara terpusat oleh Pemerintah India. Sedangkan untuk bensin, pemerintah

India telah melepas kendali penuh sejak tahun 2010 lalu, kemudian besaran harga bensin

Page 6: Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

diserahkan kepada Oil Marketing Company (OMC) yang penetapannya mengikuti harga

pasar. Akan tetapi, OMC hanya diperkenakan menyesuaikan harga bensin setiap dua minggu

sekali dan harus mendapat persetujuan pemerintah. Hingga akhirnya subsidi terhadap bensin

menjadi relatif sangat kecil.

Bahan Bakar Harga

Pasar

Harga

Ditetapkan

Total Subsidi

INR US$

Solar (dalam liter) 46,42 33,47 34.706 7.614

LPG (per 14,2 kg) 721,58 373,43 23.746 5.210

Minyak tanah (per

liter) 42,31 12,99 20.415 4.479

Bensin - - 2.227 489

Total 81.094 17.792

Sumber: International Institute for Sustainable Development

*Kalkulasi diatas menggunakan asumsi harga pada Januari 2012

Total subsidi yang ditanggung oleh India pada tahun 2011 sesuai jumlah dalam tabel diatas

memiliki proporsi 1,02 % terhadap PDB India. Di sisi lain, belanja pemerintah di bidang

kesehatan sebesar 1,27% terhadap PDB dan untuk belanja pemerintah di bidang pendidikan

sebesar 2,98% terhadap PDB.

Besaran subsidi untuk setiap satuan hitung di masing – masing jenis bahan bakar

menunjukkan angka yang sangat tinggi. Bahkan besaran subsidi mencapai dua per tiga dari

harga pasar. Artinya untuk setiap pembelian, pemerintah membayar lebih besar daripada

rakyat yang membeli.

Page 7: Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

Berikut tabel di bawah ini akan menggambarkan perbandingan besaran subsidi, harga pasar,

beserta harga yang ditetapkan pemerintah untuk setiap jenis bahan bakar mulai tahun 2004

hingga 2012.

Sumber: IMF

Dari grafik di atas tergambar bahwa terjadi tren kenaikan besaran subsidi bahan bakar di India

untuk minyak tanah, LPG, dan solar semenjak kuartal IV tahun 2008, setelah sebelumnya

mengenai penurunan yang sangat tajam. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga minyak

internasional yang terus terjadi hingga sekarang.

Untuk menutupi subsidi bahan bakar yang sangat besar ini, terdapat tiga komponen yang

―bertanggung jawab‖ dalam artian menanggung subsidi tersebut, diantaranya

Penanggung subsidi Total

INR US$ Millions

Government 43.905 9.632

Upstream oil company 30.297 6.647

Page 8: Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

Oil marketing companies 6.893 1.512

Sumber : international institute for sustainable development

*Data dalam tabel diatas adalah besaran subsidi yang ditanggung pada tahun anggaran 2010-

2011

Tak berbeda jauh dengan Indonesia, pihak yang paling merasakan manfaat dari subsidi bahan

bakar adalah kelompok penduduk yang berpendapatan menengah keatas. Mereka adalah

kelompok masyarakat yang menggunakan bahan bakar dalam jumlah yang paling besar.

Penikmat Subsidi:

1. LPG

Dalam kurun waktu 2007-2008, 76% pengguna LPG sebagai bahan bakar utama untuk

memasak adalah masyarakat perkotaan, dan sekiar 40% penggunaan LPG dinikmati

oleh 6,75% penduduk terkaya India. Data tersebut berdasarkan studi yang dilakukan

oleh The Energy and Resources Institute.

2. Solar

Hampir 60% dari total penggunaan solar di India adalah untuk transportasi, dimana

54%nya adalah untuk transportasi jalan raya. Dan penggunaan ini menunjukkan tren

yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya kepemilikan atas kendaraan

pribadi, sehingga subsidi pun akan dinikmati oleh orang – orang yang memiliki

pendapatan mencukupi.

3. Minyak Tanah

Subsidi minyak tanah ditargetkan untuk meningkatkan aksesibiltas masyarakat miskin

terhadap bahan bakar minyak. Minyak tanah bukan hanya digunakan untuk memasak

akan tetapi juga untuk bahan bakar pencahayaan di dalam rumah. Sekitar 39% dari

masyarakat perkampungan menggunakan minyak tanah untuk bahan bakar

pencahayaan dan hanya 1,3 % yang menggunakannya untuk memasak. Sedangkan di

masyarakat perkotaan, 5,1% menggunakan minyak tanah untuk pencahayaan dan 8%

menggunakannya untuk memasak.

India yang notabene adalah sebuah negara berkembang dengan masih banyaknya penduduk

miskin sering dikomparasikan dengan kondisi di Indonesia. Pada tahun 2010, Pemerintah

India mengumumkan untuk menderegulasi sektor energi dengan mencabut subsidi BBM jenis

premium. Deregulasi ini berdampak naiknya harga BBM jenis premium dan meningkatkan

Page 9: Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

inflasi India yang saat itu sudah dua digit. Dengan dicabutnya subsidi BBM jenis premium,

Harga premium akan langsung mengacu kepada harga pasar dunia yang fluktuatif. Tujuan

utama pencabutan bertujuan mengurangi defisit anggaran belanja melalui mencabut subsidi

yang dibayar Pemerintah India ke BUMN migasnya. Walaupun sudah mengurangi subsidi

untuk BBM berjenis premium, subsidi untuk energi lainnya masih besar. Sumnber energi

yang masih disubsidi India antara lain, Diesel atau Solar, LPG, LSD Kerosene, dan Natural

Gas. Hal ini dimaksudkan agar anggaran subsidi lebih tepat sasaran dimana solar dan LPG

lebih banyak digunakan oleh penduduk yang berpenghasilan rendah.

Untuk solusi dari mahalnya harga BBM premium yang jika mengikuti harga pasar dapat

mencapai sekitar Rp11.500-12.000, pemerintah India melakukan kebijakan konversi BBG

memasang catalytic converter kit di mobil untuk mengalihkan bahan bakar antara gas dan

BBM. Jika BBM mahal maka gas yang akan dipakai. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah

India lebih memikirkan solusi dengan mendayagunakan sumber energi alternatif, yaitu bahan

bakar murah CNG (Compressed Natural Gas). Selain itu, Produsen mobil India seperti Tata

Motors yang umumnya menjadi produk mobil yang digunakan di India juga sudah

mengembangkan teknologi untuk memfasilitasi energi terbarukan. Hal ini sebenarnya dapat

ditiru oleh pemerintah Indonesia, alih-alih mengalokasikan anggaran subsidi BBM yang

sangat besar, Pemerintah Indonesia seharusnya juga fokus pada pengembangan industri yang

memfasilitasi energi terbarukan dan fokus pada bidang penelitian. Contohnya dalam mobil

listrik, Pemerintah Indonesia menganggap era mobil listrik masih jauh karena keterbatasan

infrastruktur di dalam negeri. Sementara pemerintah India terlihat agresif karena sudah

memiliki rencana terkait mobil listrik yang mereka sebut National Electric Mobility Mission

2020 dengan program mensubsidi mobil listrik.

Komparasi Strategi Pengendalian terhadap Konsumsi BBM Indonesia dan India

Indonesia India

Page 10: Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

1. Meningkatkan program pengalihan

pemakaian minyak tanah bersubsidi ke

LPG tabung 3 kg

2. Meningkatkan pemanfaatan energi

alternatif dan diversifikasi energi

3. Melakukan pembatasan kategori

pengguna BBM bersubsidi serta

pembatasan volume

4. Mengendalikan penggunaan BBM

bersubsidi melalui sistem distribusi

tertutup secara bertahap dan

penyempurnaan regulasi.

5. Melakukan penyesuaian terhadap harga

jual eceran BBM bersubsidi.

6. Melakukan pembatasan terhadap harga

BBM subsidi berjenis solar

1. Pemerintah India mengumumkan untuk

menderegulasi sektor energi dengan

mencabut subsidi BBM jenis premium

2. Pemerintah India melakukan kebijakan

konversi BBG memasang catalytic

converter kit di mobil untuk mengalihkan

bahan bakar antara gas dan BBM

3. Produsen mobil India seperti Tata Motors

yang umumnya menjadi produk mobil

yang digunakan di India juga sudah

mengembangkan teknologi untuk

memfasilitasi energi terbarukan

Penikmat Subsidi BBM

Indonesia India

1. Pemilik mobil (53%) dibandingkan

pemilik motor (47%);

2. Masyarakat di Jawa dan Bali (59%) dan

3. Angkutan darat (89 %)

Tercatat 25 persen rumah tangga

berpenghasilan tertinggi menikmati 77 persen

subsidi BBM dibandingkan 25 persen rumah

tangga berpenghasilan terendah yang hanya

menikmati 15 persen subsidi BBM

1. LPG

Pada tahun 2007-2008, 76% pengguna

LPG sebagai bahan bakar utama untuk memasak

adalah masyarakat perkotaan, dan sekiar 40%

penggunaan LPG dinikmati oleh 6,75% penduduk

terkaya India.

2. Solar

Hampir 60% dari total penggunaan solar

di India adalah untuk transportasi, dimana

54%nya adalah untuk transportasi jalan raya. Dan

penggunaan ini menunjukkan tren yang terus

meningkat seiring dengan meningkatnya

kepemilikan atas kendaraan pribadi, sehingga

subsidi pun akan dinikmati oleh orang – orang

Page 11: Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

yang memiliki pendapatan mencukupi.

3. Minyak Tanah

Minyak tanah bukan hanya digunakan untuk

memasak akan tetapi juga untuk bahan bakar

pencahayaan di dalam rumah. Sekitar 39% dari

masyarakat perkampungan menggunakan minyak

tanah untuk bahan bakar pencahayaan dan hanya

1,3 % yang menggunakannya untuk memasak.

Sedangkan di masyarakat perkotaan, 5,1%

menggunakan minyak tanah untuk pencahayaan

dan 8% menggunakannya untuk memasak

Dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2014 Republik Indonesia, Pemerintah telah memberikan

arah kebijakan subsidi BBM yang dapat dilakukan dalam periode 2015—2017, sebagai

berikut

Menata ulang kebijakan subsidi agar makin adil dan tepat sasaran

Menyusun sistem seleksi yang ketat dalam menentukan sasaran penerima subsidi

Menggunakan metode perhitungan subsidi yang didukung basis data yang transparan

Menata ulang sistem penyaluran subsidi agar lebih akuntabel

Mengendalikan anggaran subsidi BBM jenis tertentu, LPG tabung 3 kg dan LGV

Serta arah kebijakan subsidi listrik melalui

Pengendalian volume konsumsi BBM bersubsidi;

Peningkatan penggunaan energi alternatif seperti gas, panas bumi, bahan bakar nabati

(biofuel), dan batubara untuk pembangkit listrik (sebagai pengganti BBM).

Arah kebijakan yang diberikan masih bersifat normatif, untuk hal yang bersifat teknis

pemerintah Indonesia bisa berkaca dari strategi yang dilakukan oleh negara India.

Kebijakan yang Diterapkan di Rusia

Rusia sebagai salah satu negara maju juga menerapka subsidi energi bagi warganya. Rusia

menduduki peringkat ke-3 dunia dalam pemberian subsidi terhadap penggunaan BBM bagi

Page 12: Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

masyarakatnya. Iran menduduki posisi pertama dengan subsidi tahunan mencapai sekitar $49

miliar dollar US dan pada tahun 2010 dan mencapai $65 miliar dollar US pada tahun 2012.

Pada posisi kedua, terdapat negara Arab yang memberikan subsidi sebanyak $44 miliar dollar

US untuk sektor perminyakan saja. kemudian diikuti dengan Russia sebesar $39,3 miliar

dollar US untuk sektor perminyakannya dan diikuti oleh India dan China.

Subsidi yang diberikan oleh pemerintah Rusia pada tahun 2009 untuk bahan bakar fosil

mencapai sebesar $34 miliar dollar US, sedangkan subsidi bahan bakar fosil secara global

pada saat itu adalah sebesar $312 miliar dollar US. Hal ini memiliki arti bahwa subsidi yang

diberikan oleh pemerintah Rusia cukup besar, yang mencapai lebih dari 10% subsidi dunia.

Dalam memberikan subsidi terhadap bahan bakar fosil, pemerintah Rusia memberikannya

dalam beberapa bentuk. Pertama, pemerintah Rusia memberikannya dalam bentuk subsidi

migas bagi perusahaan yang bergerak padak bidang produksi bahan bakar fosil di laut Arktik.

Pemerintah Rusia memberikan insentif bagi produsen – produsen ini untuk dapat berproduksi

terus menerus, sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan menghasilkan tenaga listrik yang

cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan negaranya. Contohnya adalah seperti yang

diberikan kepada Yamal Liquified Natural Gas, salah satu produsen LNG di Rusia.

Pemerintah Rusia memberikan bantuan dalam bentuk investasi dalam perusahaan tersebut

sebesar $5,75 miliar dollar US, padahal perusahaan tersebut hanya menghasilkan return

sebesar $4,35 miliar dollar US. Selain itu, pemerintah Rusia juga memberikan subsidi kepada

Prirazlomnoe Projects yang menghasilkan return sebesar $22,34 miliar dollar US, atau setara

dengan 53% kepemilikan perusahaan tersebut. Kedua, pemerintah juga menyalurkan bantuan

kredit terhadap perusahaan produsen bahan bakar fosil yang membutuhkan pinjaman sebesar

$3 miliar dollar US hingga $8 miliar dollar US untuk setiap proyeknya. Dan rata – rata

pinjaman ini banyak diberikan kepada listrik termal serta minyak dan gas. Hal ini

dimaksutkan oleh pemerintah Rusia untuk mencegah pengambil alihan kepemilikan oleh

pihak asing. Serta hal ketiga yang dilakukan oleh pemerintah Rusia adalah dengan

membebaskan pajak properti serta jaringan pipa yang sangat dibutuhkan oleh setiap

perusahaan minyak dan gas. Beberapa bentuk insentif inilah yang diberikan oleh pemerintah

Rusia kepada pihak produsen dari minyak dan gas yang terdapat disana. Sebetulnya,

pemerintah Rusia memberikan insentif – insentif tersebut bukan hanya untuk memberikan

kemudahan bagi pengusaha dan masyarakatnya saja, melainkan dengan maksud untuk

Page 13: Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

mendapatkan hasil yang lebih banyak lagi yang berasal dari pasar modal atas berdirinya

perusahaan – perusahaan tersebut.

Kebijakan yang Diterapkan di Amerika Serikat

Dalam Pittsburgh Summit di bulan September 2009, negara-negara yang tergabung dalam G-

20 sepakat untuk menghapuskan setahap demi setahap dan merasionalisasi subsidi BBM-nya.

Kesepakatan ini bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di atmosfer. Tidak lama

setelah itu, Amerika Serikat di bawah pemerintahan Obama mengajukan pengeliminasian

pajak preferensi untuk produksi minyak dan gas dalam anggaran tahun 2010.

Kesepakatan G-20 dan pengajuan anggaran tahun 2010 tersebut menimbulkan pertanyaan

akan efek yang dapat ditimbulkan dari perubahan kebijakan yang bersangkutan, terutama

pada industri minyak dan gas Amerika Serikat, harga konsumen, dan sekuritas energi. Bagi

negara-negara di luar Organisation for Economic Co-opretaion and Development (OECD),

menghilangkan subsidi BBM dapat menjadi signifikan. Subsidi BBM pada 20 negara non-

OECD terbesar kebanyakan ditujukan langsung kepada harga konsumen, berjumlah sekitar

USD 310 milyar pada 2007 (IEA 2008). Subsidi BBM di Amerika Serikat sendiri memiliki

total sekitar USD 5,5 milyar pada tahun 2007, di mana mayoritasnya berbentuk keringanan

pajak bagi produsen (IEA 2007).

Jika dibandingkan dengan beberapa negara anggota G-20, subsidi minyak dan gas di Amerika

Serikat dapat dikatakan relatif kecil. Untuk estimasi 9 tahun periode dari 2011 hingga 2019,

pemerintahan Obama memproyeksikan kenaikan dalam pendapatan pajak sebesar USD 31,5

milyar. Dalam periode yang sama, perhitungan berdasarkan proyeksi US Energy Information

Administration (EIA) mengindikasikan produksi minyak dan gas domestik akan

menghasilkan pendapatan sebesar sekitar USD 3,4 triliun.

Tabel . Estimasi Pendapatan Pajak dari Penghapusan Pajak Preferensi Minyak dan Gas

Page 14: Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

(Sumber: US Office and Management Budget 2009)

Penutup

Memang kita tidak dapat membandingkan kebijakan subsidi yang dilakukan pemerintahan

Indonesia dengan pemerintahan Rusia atau Amerika Serikat. Indonesia saat ini masih masuk

dalam kategori negara berkembang dan juga Indonesia kini sudah tidak lagi menjadi negara

eksportir minyak, namun satu hal yang dapat dijadikan masukan berharga bagi Indonesia

adalah subsidi yang sangat besar yang dilakukan baik oleh Rusia maupun Amerika Serikat

tidak ditujukan bagi konsumen untuk melakukan kegiatan konsumsi melainkan bagi produsen

yang mana tentu saja akan sangat berdampak bagi pendapatan negara.

Besarnya subsidi BBM yang diberikan pemerintah bagi warganya untuk melakukan kegiatan

konsumsi seharusnya dialihkan ke sektor lain yang lebih vital yang lebih mampu

menyejahterkan masyarakat kelas bawah. Masyarakat kelas bawah problemnya adalah

masalah kesehatan, pendidikan, dan pangan. Oleh karena itu, ketiga sektor itulah yang perlu

disubsidi pemerintah.

Page 15: Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

Alasan lain adalah subsidi BBM menimbulkan ekstenalitas negatif, maksudnya subsidi BBM

memberi dampak buruk (langsung atau tidak langsung) bagi sektor lain di sekitarnya.

Eksternalitas negatif ini misalnya: berkurangnya minyak bumi di dunia, polusi asap kendaraan

bermotor, kemacetan, dll. Dalam ilmu ekonomi barang yang memiliki eksternalitas negatif

hendaknya dikurangi atau dimusnahkan. Di negara maju, pemerintah sering tidak cukup untuk

menutupi eksternalitas yang diciptakan dari mengemudi. Situasi yang lebih gawat muncul di

negara berkembang. Banyak pemerintahan yang tidak hanya tidak cukup memberikan pajak

namun juga mengeluarkan biaya pendapatan untuk menyubsidi bahan bakar dan menjaga

harga gas tetap rendah. Akibatnya, pemerintah secara harfiah, membayari masyarakat untuk

mengemudi.

Menurut sebuah studi baru-baru ini IMF, pada 2011,sebanyak $ 480 milyar dihabiskan untuk

subsidi bahan bakar. Ini setara dengan 0,3 persen dari GDP global, atau 0,9 persen dari

pendapatan pemerintah di seluruh dunia, secara harfiah dihabiskan menjadi asap.

Alasan terakhir adalah kausalitas klasik BBM yaitu jika BBM masih murah maka orang-orang

tidak akan tertarik untuk menggunakan transportasi publik sebab mereka cenderung lebih

memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi yang lebih nyaman dan memakan biaya

murah. Harga BBM yang murah membuat masyarakat cenderung boros, over consumption,

dan tentu efeknya buruk, seperti anggaran negara yang semakin terbebani, polusi dan lainnya.

Sedangkan jika dialihkan ke infrastruktur atau pendidikan, apakah kondisi over infrastruktur

atau over pendidikan jelek dampaknya? Tentu tidak, efeknya jauh lebih bagus. Serupa tapi tak

sama, energi terbarukan pun tidak akan mungkin tercipta apabila masyarakat terus

mengandalkan BBM seperti premium dan solar. Jika BBM menjadi mahal, implikasinya

adalah kurangnya minat masyarakat untuk mengonsumsi BBM sehingga mereka akan mulai

‗melirik‘ energi lain yang lebih murah, dan tentunya transportasi publik akan laku sebab biaya

transportasi akan lebih murah dibandingkan biaya menggunakan kendaraan pribadi. Ini adalah

kunci sesungguhnya untuk mencapai masyarakat yang inovatif dan green-thinking.

Sumber referensi:

http://www.bps.go.id/getfile.php?news=1070

http://www.iisd.org/gsi/sites/default/files/ffs_india_review_february2014.pdf

http://www.iisd.org/gsi/sites/default/files/ffs_indonesia_review_i1v1.pdf

Page 16: Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

http://jakartagreater.com/haruskah-bbm-subsidi-dihapus/

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/06/18/0746006/Hitunghitungan.Subsidi.BBM.

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/02/10/anggaran-subsidi-energi-indonesia-

532932.html

http://oilprice.com/Energy/Gas-Prices/Why-Fuel-Subsidies-are-Bad-for-Everyone.html

http://oto.detik.com/read/2014/07/22/173658/2645056/1207/india-saja-ingin-beri-subsidi-

mobil-listrik-indonesia-kapan?

http://www.bappenas.go.id/files/4513/6508/2376/apakah-persoalannya-pada-subsidi-bbm---

oleh-hanan-nugroho__20081123135217__19.pdf

http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Pembatasan%20Subsidi%20Bahan%20Bakar%

20Fosil%20dan%20Efisiensi%20Energi.pdf

http://m.kompasiana.com/post/read/491270/2/pengurangan-subsidi-bbm-kebijakan-yang-

mengawali-sebuah-kebijaksanaan.html

http://bisnis.liputan6.com/read/2089030/subsidi-bbm-lebih-tepat-untuk-pengembangan-

infrastruktur

http://www.lihat.co.id/2013/05/7-negara-dengan-subsidi-bbm-terboros-

di.html#axzz3Ah6QlEjE

http://www.jaringnews.com/ekonomi/umum/12894/soal-subsidi-bbm-indonesia-kalah-cerdas-

dibanding-brasil-dan-india

http://blogs.wsj.com/indiarealtime/2014/07/07/this-is-why-india-has-to-shrink-the-subsidy-

raj/

http://www.iisd.org/sites/default/files/publications/india_fuel_subsidies_fact_sheet.pdf

http://www.equitymaster.com/5MinWrapUp/detail.asp?date=05/19/2011&story=4&title=The-

real-culprit-behind-high-fuel-prices-in-India

http://www.antaranews.com/berita/447707/pembatasan-bbm-bersubsidi-bukan-pencabutan

http://www.imf.org/external/pubs/ft/wp/2013/wp13128.pdf

http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/NK%202014.pdf

http://news.nationalgeographic.com/news/energy/2012/06/pictures/120618-large-fossil-fuel-

subsidies/

http://www.ictsd.org/bridges-news/biores/news/opinion-the-high-cost-of-cheap-energy-

russia%E2%80%99s-fossil-fuel-subsidies

http://www.iisd.org/gsi/sites/default/files/ffs_awc_russia_yamalprirazlomnoe_en.pdf

http://www.odi.org/sites/odi.org.uk/files/odi-assets/publications-opinion-files/8668.pdf

http://www.earthtrack.net/blog/fossil-fuel-producer-subsidies-russia-first-look

Page 17: Kebijakan Pengendalian Subsidi BBM di Beberapa Negara

http://rff.org/RFF/Documents/RFF-IB-09-10.pdf

http://sumutpos.co/2014/08/83386/pembatasan-solar-subsidi-cuma-kebijakan-konyol

Government Support to Upstream Oil & Gas in Russia : Lars Petter Lunden & Daniel

Fjaertoft, 2014