KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI ......KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI TERKAIT...
Transcript of KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI ......KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI TERKAIT...
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI
TERKAIT PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN
INDUSTRI HASIL TEMBAKAU
Desember 2020
Ir. Ignatius Warsito, MBA
Direktur Perwilayahan Industri
Direktorat Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri
Internasional
DIREKTORAT PERWILAYAHAN INDUSTRI – DITJEN KPAII – 2020
UU NO. 3 / 2014 tentang Perindustrian
PP NO. 142 / 2015 tentang Kawasan Industri
PERMENPERIN NO. 40 / 2016 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Kawasan Industri
PP NO. 24 / 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik
PERMENPERIN NO. 45 / 2019 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha
Kawasan Industri dan Izin Perluasan
Kawasan Industri dalam Kerangka
Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik
PERMENPERIN NO. 1 / 2020 tentang Penyusunan Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Rencana Pemantauan Lingkungan
Hidup Rinci bagi Perusahaan Industri
yang Berada atau Akan Berlokasi di
Kawasan Industri
PP NO. 72 / 2008 tentang Nomor Pokok Pengusaha Barang
Kena Cukai
UU NO. 11 / 1995 tentang Cukai
KEBIJAKAN & REGULASI TERKAIT
PMK NO. 7 / 2020 tentang Penggunaan, Pemantauan, dan
Evaluasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau (DBH CHT)
R-PERMENPERIN tentang Kawasan Tertentu
(Kawasan Industri Kecil dan Menengah)
2
PMK NO. 21 / 2020 tentang Kawasan Industri Hasil Tembakau
(KIHT)
PP NO. 109 / 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Aditif Berupa Produk
Tembakau bagi Kesehatan
PERMENPERIN NO. 64 / 2014 tentang Pengawasan dan Pengendalian
Usaha Industri Rokok
PERMENPERIN NO. 72 / 2008 tentang Pendaftaran dan Pengawasan
Penggunaan Mesin Pelinting Sigaret
(Rokok) PERMENPERIN NO. 15 / 2019 PERMENPERIN NO. 30 / 2019
tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha
Industri dan Izin Perluasan dalam
Kerangka Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik
PP NO. 107 / 2015 tentang Izin Usaha Industri
DIREKTORAT PERWILAYAHAN INDUSTRI – DITJEN KPAII – 2020 3
PRINSIP PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI
KESESUAIAN TATA RUANG
Pemilihan, penetapan dan penggunaan lahan untuk Kawasan Industri harus
sesuai dan mengacu kepada ketentuan yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
INFRASTRUKTUR INDUSTRI
Mempertimbangkan ketersediaan jaringan transportasi (akses/jalan,
pelabuhan, bandara), jaringan energi dan kelistrikan, jaringan sumber daya air dan jaminan pasokan air baku, jaringan telekomunikasi, dan sanitasi
RAMAH LINGKUNGAN
Pengelola kawasan industri wajib melaksanakan pengendalian dan pengelolaan lingkungan
EFISIENSI Efisiensi dalam aspek lokasi dan infrastruktur serta aspek pelayanan
Berdasarkan: Peraturan Pemerintah No.142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri
• Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan Industri yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri
• Pembangunan kawasan Industri dilakukan oleh badan usaha swasta, badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik daerah (BUMD), atau koperasi
• Setiap kegiatan usaha Kawasan Industri wajib memiliki Izin Usaha Kawasan Industri (IUKI)
• Dibangun dengan luas lahan paling sedikit 50 (lima puluh) hektar dalam satu hamparan
• Dalam hal Kawasan Industri diperuntukkan bagi Industri Kecil dan Industri Menengah dapat dibangun dengan luas lahan paling sedikit 5 (lima) hektar dalam satu hamparan
DIREKTORAT PERWILAYAHAN INDUSTRI – DITJEN KPAII – 2020 4
TAHAPAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI
1
Perencanaan
FS, Masterplan, Studi
AMDAL, DED, Tata Tertib
Perizinan
NIB (Akta & NPWP), Izin Lokasi, Izin
Lingkungan, IMB, IUKI
1 2 3
Pembebasan Lahan
Jual Beli, Perjanjian
Kerjasama, Sertifikasi
Pembangunan
Pematangan Lahan dan
Pembangunan Infrastruktur*
4 6
IUKI efektif
(OSS - SIINas)
Pengelolaan
Pelayanan Tenan (infrastruktur, perizinan, dll),
Pengelolaan Lingkungan, CSR / CSV
Permohonan Fasilitas Fiskal
Penilaian Standar KI
8
5
9
Perolehan Status
Permohonan OVNI,
Permohonan KI Halal, dsb
Akreditasi**
Jual / Sewa Lahan
7
Penjualan
PMK No 105 Tahun 2016
Bentuk fasilitas PMK 105/2016:
Pengurangan PPh Penanaman Modal atau PPh Badan
Pembebasan PPN Impor mesin, dan peralatan pabrik
Pembebasan Bea Masuk
BAP oleh unsur pemerintahan di
bidang industri dapat melibatkan
pekerjaan umum, dan/atau
pertanahan
* ) Pasal 11 PP 142/2015, Infrastruktur yang wajib dibangun adalah infrastruktur dasar, namun Perusahaan Kawasan Industri dapat membangun infrastruktur penunjang dan/atau sarana penunjang
** ) Pasal 44 PP 142/2015, Perusahaan Kawasan Industri wajib memenuhi standar Kawasan Industri. Namun belum diterapkan karena regulasi masih dalam tahap pembahasan
DIREKTORAT PERWILAYAHAN INDUSTRI – DITJEN KPAII – 2020 5
ILUSTRASI KAWASAN INDUSTRI
Lahan sesuai Tata
Ruang
dan klaster tematik
Infrastruktur dasar: Jalan,
Penerangan Jalan,
Drainase, IPAL, IPAB, kantor
pengelola
Sarana penunjang antara lain hotel dan
restoran, sarana olahraga, sarana ibadah,
sarana perbankan, kantor pos dan sarana
penunjang lainnya sesuai dengan
kebutuhan.
Keamanan dan Stabilitas Sosial
OVNI diberikan kepada Kawasan
Industri
Infrastruktur Industri:
Energi (Gas, Listrik), Air,
dan utilitas lainnya
Sistem Logistik
Akses Transportasi: Darat (Jalan
dan Rel Kereta Api), Laut
(Pelabuhan), Udara (Bandara)
DIREKTORAT PERWILAYAHAN INDUSTRI – DITJEN KPAII – 2020 6
PENGECUALIAN INDUSTRI DI KAWASAN INDUSTRI
Bahan Baku Khusus* industri yang bersifat ekstraktif menggunakan bahan baku langsung
dari hasil pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, pertambangan
mineral, gas dan batu bara
Bersifat bulky (bervolume besar) sehingga
menimbulkan biaya yang besar untuk proses pengangkutannya;
Cepat rusak sehingga membutuhkan penanganan dan pengolahan yang cepat;
Menimbulkan pencemaran lingkungan pada saat proses penangkutannya;
Berbobot besar dengan kandungan unsur yang
rendah sehingga dapat merusak infrastruktur pada proses pengangkutannya; dan
Berpotensi terhadap masalah keselamatan, keamanan, dan kesehatan
Lokasi Khusus* memiliki kriteria hanya dapat dikerjakan di lokasi tertentu baik dari proses produksi maupun proses pengangkutan peralatan produksi, bahan baku dan produk jadi
DIREKTORAT PERWILAYAHAN INDUSTRI – DITJEN KPAII – 2020 7
INDUSTRI HASIL TEMBAKAU (IHT)
Sebagian besar IHT terkonsentrasi diJawa (Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat)
•Industri Besar di Jawa Timur: Gudang Garam, HM Sampoerna, Bentoel, Japan Tobacco International, KT&G, GeloraDjaya.
•Industri Besar di Jawa Tengah: Djarum, Nojorono, Djambu Boel, Djitoe, GentongGotri.
•Industri Besar di Jawa Barat: Philip Morris Indonesia / HM Sampoerna
•Industri Besar di Sumatera Utara: Sumatera Tobacco
Trading Company (STTC)
DIREKTORAT PERWILAYAHAN INDUSTRI – DITJEN KPAII – 2020 8
UPAYA PENATAAN IHT MELALUI KIHT (1)
Pengenaan cukai terhadap hasil tembakau (sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan
tembakau lainnya), ternyata belum optimal untuk menekan produksi dan peredaran produk hasil tembakau ilegal
Berdasarkan hasil survei, produk ilegal menyasar rokok golongan II dan III, yang harga jualnya lebih terjangkau
oleh pasar
Oleh karenanya, upaya Pemerintah (DJBC) melalui pembentukan KIHT yang diperuntukkan bagi IKM (pabrikan
rokok kecil dan menengah) diharapkan dapat mengurangi praktek ilegal tersebut dan memudahkan
pengawasannya
Keberadaan KIHT, akan memberikan sejumlah kemudahan bagi pengusaha rokok kecil, mulai dari tempat
produksi, perizinan, penundaan bayar pemesanan pita cukai, serta dapat memproduksi rokok jenis sigaret kretek mesin (SKM) tanpa harus membeli mesin karena akan disediakan mesin di KIHT dengan sistem sewa. Mesin yang
dimiliki pengusaha kawasan dapat digunakan bersama dengan perusahaan rokok lain yang juga berada di KIHT
Empat kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kawasan industri hasil tembakau, yaitu:
Pertama, mengelola dan mengembangkan kawasan industri hasil tembakau yang dapat dilakukan oleh pengusaha Kawasan
Kedua, menghasilkan Barang Kena Cukai (BKC) berupa hasil tembakau dalam bentuk batangan yang dilakukan oleh pengusaha pabrik
Ketiga, mengemas BKC berupa hasil tembakau dalam kemasan untuk penjualan eceran dan pelekatan pita cukai batangan oleh pengusaha pabrik
Keempat, menghasilkan barang selain BKC dan/atau jasa penunjang industri hasil tembakau yang dapat dilakukan oleh pengusaha penunjang industri hasil tembakau. Pengusaha yang mengusahakan kawasan industri hasil tembakau juga dapat merangkap sebagai pengusaha pabrik
Untuk itu, upaya sinergis di bidang perindustrian terkait KIHT adalah mendorong pembentukan kawasan tertentu
yang dominan dengan aktivitas produksi tembakau olahan dan produksi rokok, dimana diprioritaskan untuk pengembangan IKM. Berdasarkan peruntukannya tersebut, dikategorikan sebagai kawasan industri dengan
batasan paling sedikit memiliki luas 5 (lima) ha dalam satu hamparan
DIREKTORAT PERWILAYAHAN INDUSTRI – DITJEN KPAII – 2020 9
UPAYA PENATAAN IHT MELALUI KIHT (2)
Kawasan tertentu tersebut menyediakan infrastruktur dasar serta sarana penunjang yang mendukung proses / aktivitas produksi
tembakau olahan dan produksi rokok dan yang mendukung proses pengawasan Barang Kena Cukai (BKC)
Sarana penunjang yang dimaksud diatas dapat diantaranya:
laboratorium uji tar dan nikotin
tempat pembuangan sampah (TPS) sementara
pemasangan pembatas permanen dengan ketinggian paling rendah 2 (dua) meter
pemasangan tanda nama perusahaan
penyediaan ruangan, tempat, sarana kerja, dan/atau fasilitas kerja yang layak bagi Pejabat Bea dan Cukai
penyediaan serta pendayagunaan closed circuit television (cctv) yang dapat diakses secara langsung (real time) dan daring (online) dengan kemampuan media penyimpan data rekaman paling sedikit 7 (tujuh) hari
Pembangunan kawasan meliputi infrastruktur dasar dan sarana penunjang tersebut didorong dilakukan oleh Pemerintah Daerah
melalui penggunaan DBH CHT. Sesuai dengan PP 142/2015 “Dalam hal tertentu, Pemerintah memprakarsai pembangunan kawasan Industri (melakukan investasi langsung untuk membangun kawasan Industri) pada kondisi saat pihak swasta tidak berminat atau
belum mampu untuk membangun Kawasan Industri, sementara Pemerintah perlu mempercepat industrialisasi di wilayah tersebut
Disamping pembangunan kawasan, perlu adanya pembentukan kemitraan kerjasama petani dan IKM untuk:
kepastian usaha dan kepastian pasar bagi petani
panduan baku teknik budidaya tembakau dari pabrikan bagi petani, untuk mendapatkan hasil panen yang sesuai dengan kualitas yang dikehendaki pabrikan sesuai jumlah, mutu, dan harga hasil panen yang disepakati
kemitraan juga dapat dijalankan dengan menggunakan pemanfaatan teknologi dan internet (digitalisasi proses bisnis)
DIREKTORAT PERWILAYAHAN INDUSTRI – DITJEN KPAII – 2020 10
ILUSTRASI KAWASAN INDUSTRI UNTUK IKM (min. 5 Ha)
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 64 Tahun 2016 tentang Besaran Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Investasi untuk Klasifikasi Usaha Industri
Kawasan Industri Kecil dan Menengah* adalah seluruh atau sebagian dari Kawasan Industri yang dirancang dengan sistem dan fasilitas
untuk mengembangkan industri dengan klasifikasi kecil dan menengah
DIREKTORAT PERWILAYAHAN INDUSTRI – DITJEN KPAII – 2020 11
T E R I M A K A S I H
DIREKTORAT PERWILAYAHAN INDUSTRI
LANTAI 14 GEDUNG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
JL. JEND. GATOT SUBROTO KAV. 52-53 JAKARTA SELATAN TELP/FAX: 021 5252741 | https://bit.ly/WAKawasan