Kebijakan Penganggaran T.A.2017 dan Evaluasi Pelaksanaan ...

36
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEBIJAKAN PENGANGGARAN TA 2017 KEBIJAKAN PENGANGGARAN TA 2017 DAN EVALUASI PELAKSANAAN ANGGARAN TA 2016 DISAMPAIKAN PADA BIMBINGAN TEKNIS PENGANGGARAN KEPADA SATKER DAERAH BIMBINGAN TEKNIS PENGANGGARAN KEPADA SATKER DAERAH DENPASAR, 24 26NOVEMBER 2016 1

Transcript of Kebijakan Penganggaran T.A.2017 dan Evaluasi Pelaksanaan ...

KEMENTERIAN  KEUANGANDIREKTORAT   JENDERAL  ANGGARAN

KEBIJAKAN PENGANGGARAN TA 2017KEBIJAKAN  PENGANGGARAN  TA  2017  DAN  EVALUASI  PELAKSANAAN  ANGGARAN  TA  2016

DISAMPAIKAN  PADA  BIMBINGAN TEKNIS PENGANGGARAN KEPADA SATKER DAERAHBIMBINGAN  TEKNIS    PENGANGGARAN  KEPADA  SATKER  DAERAH

DENPASAR,  24 ‐26NOVEMBER  2016

1

POKOK BAHASAN

ARAH DAN KEBIJAKAN BELANJA TA 2017ARAH DAN KEBIJAKAN BELANJA TA 2017

SIKLUS DAN PROSES PENGANGGARAN

PERBAIKAN KUALITAS PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA

PERBAIKAN KUALITAS KPJM

EVALUASI PELAKSANAAN ANGGARAN TA 2016

2

ARAH DAN KEBIJAKAN BELANJA TA 2017

3

RKP 2017

ARAH KEBIJAKAN FISKAL 2017

Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi untuk MeningkatkanKesempatan Kerja serta Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan antarwilayah

Dimensi Pembangunan Dimensi Pembangunan Sektor Dimensi Pemerataan &

RKP 2017

Dimensi Pembangunan Manusia

Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan

Dimensi Pemerataan & Kewilayahan

Tema Kebijakan Fiskal

Pemantapan Pengelolaan Fiskal untukPeningkatan Daya Saing dan Mengakselerasi Pertumbuhan

Ekonomi yang Berkelanjutan dan Berkeadilan

Strategi

Stimulus Daya Tahan Keberlanjutan

Strategi

Pendapatan (insentif fiskal untuk kegiatan ekonomi strategis) ;Kualitas belanja (infrastruktur untuk peningkatan kapasitas produksi & daya saing);

Bantalan fiskal (fiscal buffer);Meningkatkan fleksibilitas;Mengendalikankerentanan fiskal (fiscal 

Menjaga defisit;Mengendalikan rasio utang;Mengendalikan keseimbangan primer.

Pembiayaan (utang untuk produktif). vulnerability).

4

Tantangan & Strategi APBN ke Depan

Ruang Mandatory & Non Kualitas Pembiayaa

nFiskal Terbatas

Discretionary Spending

Masih Cukup Besar

Belanja Perlu

Ditingkatka

n Anggaran

Lebih EfisienBesar n Efisien

Menggali potensi

Mengendali‐kan

Perencanaan belanja

Pemilihan jenis & timingpotensi 

perpajakanMengendali‐kan cost 

kan mandatory spendingEfisiensi 

belanja produktif (berbasis program, outcome &

& timing instrumen pembiayaan frontloading

recoveryOptimalisasi PNBP SDA Nonmigas dan

Belanja non discretionary (a.l. Operasio nal & perkan‐

outcome & output)Subsidi lebih targeted (basis 

Mendorong target pembangunan infrastrukturNonmigas dan 

K/L toran) data lebih baik)

5

Kebijakan Umum Belanja Pemerintah Pusat dan Kebijakan Belanja K/L TA 2017

B. Kebijakan Belanja K/L TA 2017 :1. Meningkatkan kinerja aparatur pemerintah 

dengan didukung kebijakan reformasi birokrasi serta melanjutkan perbaikan 

A. Kebijakan Umum Belanja Pemerintah Pusat TA 2017 :1. Mempertajam efisiensi dan efektivitas belanja 

pemerintah pusat;kesejahteraan aparatur negara;

2. Melanjutkan kebijakan efisiensi dan penajaman belanja non operasional di Kementerian Negara/Lembaga dengan tetap menjaga kualitas pelayanan kepada 

2. Mendukung pencapaian sasaran pembangunan dengan jalan, memacu pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, mengurangi pengangguran, mengendalikan inflasi;

3. Meningkatkan kualitas dan efektivitas program masyarakat; 

3. Melanjutkan dan memperkuat pembangunan infrastruktur dan konektivitas untuk memperbaiki kualitas pembangunan; 

4. Memperkuat pelaksanaan program prioritas di 

perlindungan sosial (al. KIP, KIS, PKH, Rastra, Bidik Misi) melalui perbaikan sistem dan akurasi data.

4. Meningkatkan efektivitas pelayanan dan keberlanjutan program SJSN melalui perbaikan mutu layanan dan manajemen program;

bidang pendidikan, kesehatan, kedaulatan pangan dan energi, kemaritiman dan kelautan, serta pariwisata dan industri; 

5. Mendukung penegakan hukum (penanganan perkara) serta stabilitas pertahanan dan 

j p g5. Memantapkan reformasi birokrasi  dengan menjaga 

kesejahteraan aparatur negara, melalui pemberian THR dan penyesuaian uang makan PNS dan uang lauk paukTNI/Polri;

6. Memperkuat kepastian dan penegakan hukum, stabilitas  p ) pkeamanan (alutsista dan pencegahan terorisme); 

6. Mendukung peningkatan pengembangan kulitas demokrasi dan kehidupan berpolitik.

p p p g ,pertahanan dan keamanan, serta politik dan demokrasi;

7. Mengantisipasi ketidakpastian perekonomian melalui dukungan cadangan risiko fiskal dan mitigasi bencana serta konservasi terhadap lingkungan; dan 

8. Melanjutkan kebijakan efisiensi subsidi yang lebih tepat j j y g psasaran melalui perbaikan mekanisme penyaluran dan akurasi basis data penerima.

6

SIKLUS DAN PROSES PENGANGGARAN

7

II. SIKLUS DAN PROSES PENGANGGARAN

Pokok-pokok Kebijakan Fiskal2 3

1. SIKLUS PENGANGGARAN

Kebijakan Fiskal,Kerangka Ekonomi

Makro dan RKP(Pertengahan Mei)

Pagu AnggaranK/L

(AkhirJuni)RKPPagu Indikatif

(Maret)

1

2 3

KMKKMK

RAPBN + NK

(Maret)SEBSEB

KMKKMKPerpresPerpres

(Agustus)

RUU RUU DIPA K/L(Desember)

47

DIPADIPA

APBN(Akhir Oktober)

Alokasi AnggaranK/L dan Rincian

APBN(N b ) UUUU

56

DIPADIPA

8

(November)PerPerprespres

UUUU

2. DOKUMEN­DOKUMEN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

Kabinet Kerjaj

RPJMN 2015­2019 Renstra K/L5 Thn

RKP Rencana Kerja­K/L1 Thn

RAPBN + NK RKA­K/L1 Thn

Perpres RincianAPBN

Dok. PelaksanaanAnggaran

9

Penyampaian SB PenyampaianPenyampaian Surat Menteri Keuangan Penetapan

3. JADWAL PENYUSUNAN PENELAAHAN RKAKL 20173. JADWAL PENYUSUNAN PENELAAHAN RKAKL 2017

Penyampaian SB Menteri 

Keuangan dan Bappenas 

tentang Pagu Indikatif(*)

Penyampaian KMK tentang Pagu Anggaran 

K/L

Awal Juli

Penyampaian Nota Keuangan dan Himpunan RKA‐K/L16 Agustus

Menteri Keuangan tentang Alokasi Anggaran K/L (S­907/MK.02/2016) Tgl. 31/10/2016

Penetapan Keppres Rincian APBNAkhir 

NovemberPenetapan UU APBN 

MarFebJan DesNopOktSepAgustJul

Penelaahan RKA‐K/L

JunMeiApr

Penelaahan RKA‐K/L(akhir Juli)

Maret Penetapan UU APBN SelambatnyaOktober**)Penelaahan 

RKAKL (Juli )

MarFebJan DesNopOktSepAgustJulJunMeiApr

Penetapan Alokasi

Anggaran

Pembahasan UU APBN- Banggar dengan Pemerintah

(Postur APBN)Pokok2 Penyusunan Pagu Anggaran

DIP

Penyempurnaan Perubahan RKA-

K/L (jika ada)

(Keppres Rincian Belanja

Pemerintah Pusat)

Penyusunan Pagu Indikatif Kebijakan Fiskal dan

RKP(Penyusunan RKA-KL Komisi

DPR dengan Mitra Kerja)Pembahasan

RKA-K/L Komisi dengan

Mitra Kerja

PA

Masa Reses

Masa Reses

Masa Sidang I(Pertengahan Agt ­ Akhir Okt)

Masa Sidang II

(Nop ­ Des)

Masa Sidang III(Awal Januari ­ Pertengahan April)

Masa ResesMasa Sidang IV(Pertengahan Mei ­ Pertengahan Juli)

Masa Reses

10

(*) Diikuti pertemuan tiga pihak(Trilateral Meeting),Bappenas‐K/L,Kemenkeu (DJA)

(**) Penelaahan RKAKL dilakukan setelah Rapat Paripurna DPR RI  dan Penetapan KMK Pagu Anggaran 

Saat Ini sedang Proses Penetapan Perpres Rincian APBN TA 2017

4.KLASIFIKASI BELANJA NEGARA

RINCIAN MENURUT JENIS RINCIAN MENURUT ORGANISASI

RINCIAN MENURUT FUNGSI

RINCIAN MENURUT JENIS BELANJA (KLASIFIKASI

EKONOMI)

(1) pelayanan umum

(2) pertahanan;

(3) ketertiban dan keamanan;

(1) belanja pegawai;

(2) belanja barang;

(3) b l j d lDisesuaikan

d (4) ekonomi;

(5) lingkungan hidup;

(6) perumahan dan fasilitas umum

(4) pembayaran bunga utang;

(5) subsidi;

(3) belanja modal;dengan susunan Kementerian

Negara/Lembaga pemerintah (7) kesehatan;

(8) pariwisata dan budaya;

(9) agama

(10) pendidikan

(5) subsidi;

(6) belanja hibah;

(7) bantuan sosial;

pemerintah pusat yang

berlaku(10) pendidikan

(11) perlindungan sosial (8) belanja lain-lain.

11

11Pengalokasian belanja dilakukan berdasarkan Bagan Akun Standar

5. HAL‐HAL YANG HARUS DIALOKASIKAN DALAM RKAKL 

No. Uraian

1 Kebutuhan  anggaran  untuk  biaya  operasional  satker  yang  sifatnya mendasar, yaitu untuk pembayaran gaji dan tunjangan (komponen 001) serta untuk operasional danuntuk pembayaran gaji dan tunjangan (komponen 001) serta untuk operasional dan pemeliharaan kantor (komponen 002). Pengalokasiannya dalam output LayananPerkantoran;

2 Kebutuhan anggaran dalam rangka memenuhi tugas dan fungsi satuan kerja. Pengalokasiannya dalam output teknis;

3 Kebutuhan  dana  pendamping  untuk  kegiatan‐kegiatan  yang anggarannya bersumber dari pinjaman dan hibah luar negeri (apabila ada); 

4 K b t h t k k i t l j t b if t t h j k ( bil d )4 Kebutuhan  anggaran  untuk  kegiatan  lanjutan  yang bersifat  tahun jamak (apabila ada) dengan mengacu pada PMK Nomor 238/PMK.02/2015 tentang Pengajuan Persetujuan Kontrak Tahun Jamak Dalam Pengadaan Barang/Jasa kepada Menkeu; 

5 Program  dan  kegiatan  yang  mendukung  pencapaian  prioritas pembangunan  nasional,  prioritas  pembangunan  bidang dan/atau prioritas  pembangunan  daerah yang tercantum dalam RKP (apabila ada);

6 Penyediaan  dana  untuk  mendukung  pelaksanaan  program/kegiatan yang sesuai dengan peraturan perundangan (apabila ada)peraturan perundangan (apabila ada).

12

6. HAL‐HAL YANG DIBATASI (1/3)

Penyelenggaraan rapat, rapat dinas, seminar, pertemuan, lokakarya, peresmian kantor/proyek dan sejenisnya. Untuk peruntukan tersebut dibatasi pada hal hal yang sangat pentingperuntukan tersebut dibatasi pada hal‐hal yang sangat penting dan dilakukan sesederhana mungkin.

Pembangunan gedung baru yang sifatnya tidak langsungPembangunan gedung baru yang sifatnya tidak langsung menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi satker, seperti: mess, wisma, rumah dinas/rumah jabatan, gedung pertemuan. 

• Untuk gedung yang bersifat pelayanan umum khususnya• Untuk gedung yang bersifat pelayanan umum khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, penegakan hukum, dan gedung/ bangunan khusus dalam bidang ilmu pengetahuan, serta penanggulangan narkotika (antara lain: laboratorium), dikecualikan dari ketentuan ini.

• Jika dimungkinkan, rencana untuk pembangunan gedungbaru agar ditunda/tidak dianggarkan dulu. Gedung kantoryang sudah ada agar dimanfaatkan secara optimalyang sudah ada agar dimanfaatkan secara optimal.  

13

6.HAL‐HAL YANG DIBATASI (2/3)

Pengadaan kendaraan bermotor dibatasi, kecuali:1. Kendaraan fungsional seperti:

• Ambulans untuk rumah sakit;• Cell wagon untuk rumah tahanan; dan• Kendaraan roda dua untuk petugas lapangan.

2. Pengadaan kendaraan bermotor untuk:S tk b d h d k t t / t j M t i P d A t N d• Satker baru yang sudah ada ketetapan/persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan/atau peraturan perundangan pembentukkan satker baru tersebut, atau 

• Satker yang mendapat penambahan tugas dan/atau fungsi. Pengadaan dilakukan secara bertahap sesuai dana yang tersedia.

3 • Penggantian kendaraan dinas yang secara teknis tidak dapat dimanfaatkan lagi atau yang memerlukan3 • Penggantian kendaraan dinas yang secara teknis  tidak dapat dimanfaatkan lagi atau yang memerlukanbiaya pemeliharaan yang tinggi. 

• Pengadaan kendaraan yang merupakan penggantian kendaraan harus sama jenis  (misal: kendaraanroda dua, kendaraan roda empat) dan fungsinya (misal: kendaraan operasional, mobil dinas pejabat) dengan kendaraan yang digantikan, dapat dialokasikan dalam RKA‐K/L dengan syarat: *)

Untuk kendaraan bermotor yang telah ada Standar Barang dan Standar Kebutuhan (SBSK)‐nya, perencanaan kebutuhan BMN telah sesuai dengan SBSK tersebut, atauUntuk kendaraan bermotor yang tidak ada SBSK‐nya, kondisi kendaraan bermotor dikategorikanrusak berat dalam laporan penatausahaan BMN (SIMAK‐BMN);Untuk kendaraan bermotor pada Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku di negara setempat.

14*) Dalam PMK yang berlaku, penggantian kendaraan dinas mensyaratkan berita acara

lelang/penghapusan kendaraan dinas.

6.HAL‐HAL YANG DIBATASI (3/3)

Pengadaan kendaraan bermotor dibatasi, kecuali:

4 Kendaraan roda 4 dan atau roda 6 untuk keperluan antar jemput pegawai (dapat dialokasikan secara sangat selektif).

5 Dalam rangka efisiensi biaya pemeliharaan kendaraan bermotor, K/L dapatmenyewa kendaraan untuk keperluan dinas atauoperasional. 

6 Secara umum, dalam pengadaan bermotor agar berpedoman padap g g p pPeraturan Menteri Keuangan mengenai perencanaan kebutuhanbarang milik negara.

15

PERBAIKAN KUALITAS PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA

16

PERBAIKAN KUALITAS PENGANGGARAN BERBASIS KINERJABERBASIS KINERJA

Komponen penganggaran berbasis kinerja meliputi indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi.

Agar informasi kinerja penganggaran dapat digunakan sebagai bahan melakukan monev kinerja penganggaran, mulai RKA‐K/L 2016 dilakukan 

t it kt d i f i ki j b iki k lit i f ipenataan arsitektur dan informasi kinerja guna memperbaiki kualitas informasi kinerja dalam RKA‐K/L. 

Penataan arsitektur dan informasi kinerja dalam RKA‐K/L dilakukan dengan pendekatan top down untuk melihat benang merah bahwa sasaran kinerjapendekatan top‐down untuk melihat benang merah bahwa sasaran kinerja Eselon II merupakan turunan dari sasaran kinerja Eselon I, dan sasaran kinerjaEselon I merupakan turunan dari sasaran kinerja Menteri/Pimpinan Lembaga.

Pada tahun 2015 perbaikan informasi kinerja dalam RKA‐K/L belumPada tahun 2015, perbaikan informasi kinerja dalam RKA K/L belum sepenuhnya dapat dilakukan, sehingga dilakukan perbaikannya di tahun 2016.

Perbaikan yang dilakukan di tahun 2016 (untuk RKA‐K/L 2017) adalah perbaikan informasi kinerja dalam Form RKA‐K/L.

17

j /

PENATAAN ADIK DALAM RKA‐KL DILAKUKAN DENGAN PENDEKATAN TOP DOWNDENGAN PENDEKATAN TOP‐DOWN

PrioritasNasional

Sasaranstrategis

Output Strategis

Nawacita/ 

Direktif Presiden/ 

Money Follow Nasional strategis Strategis

Program  Sasaran Output 

Money Follow Program

gprioritas K/L Program

pProgram

S OKegiatanPrioritas

Sasarankegiatan

Output Kegiatan

18

OUTPUT STRATEGIS, OUTPUT PROGRAM, danOUTPUT KEGIATAN

Output strategis merupakan penterjemahan dari sasaran strategis dalam dok men/aplikasi Renja K/L O t t St t i l di F I

OUTPUT KEGIATAN

dalam dokumen/aplikasi Renja K/L. Output Strategis muncul di Form I aplikasi ADIK, sebagai payung untuk menurunkan Output Program di 

Form II.

Output program merupakan penterjemahan dari sasaran program dalam dokumen/aplikasi Renja K/L. Output Program muncul di Form II 

lik i ADIK b i t k k O t t K i t diaplikasi ADIK, sebagai payung untuk menurunkan Output Kegiatan di Form III.

Output kegiatan merupakan penterjemahan dari sasaran kegiatan dalam dokumen/aplikasi Renja K/L. Output kegiatan muncul di Form III 

aplikasi RKA‐K/L.Output Kegiatan semestinya memiliki kontribusi h d i S P d S S iterhadap pencapaian Sasaran Program dan Sasaran Strategis.

19

STANDARISASI OUTPUT GENERIK DALAM RKA‐K/L 2017RKA‐K/L 2017

Dalam rangka perbaikan kualitas rumusan output dalam RKA‐K/L 2017 terhadapDalam rangka perbaikan kualitas rumusan output dalam RKA K/L 2017, terhadap output generik dilakukan standarisasi sebagai berikut:

Output‐output berkarakteristik input seperti Pengadaan Kendaraan Bermotor (kode 995) Pengadaan Perangkat Pengolah Data Komunikasi (kode 996)(kode 995), Pengadaan Perangkat Pengolah Data Komunikasi (kode 996), Pengadaan Peralatan Fasilitas Perkantoran (kode 997), dan Gedung dan Bangunan (kode 998) digabung menjadi satu output baru: Layanan Internal (Overhead) – kode 951, dengan volume: 1 (satu) layanan.

Satuan output generik adalah “layanan” dengan volume: 1 (satu) Layanan.

Satuan output generik seperti: “dokumen”, “laporan” dilebur menjadi 1 (satu) output Layanan kecuali untuk “LHP” dari BPKoutput Layanan, kecuali untuk LHP  dari BPK.

20

STANDARDISASI OUTPUT GENERIK (1)

UNITKODE 

OUTPUTOUTPUT GENERIK

KOMPONEN DESKRIPSI

OUTPUT KESEKRETARIATAN ESELON II(MISAL: SETDITJEN

994 Layanan Perkantoran

001. Pembayaran Gaji dan Tunjangan 994. Layanan Perkantoran ‐ 001. Pembayaran Gaji dan Tunjangan

002. Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran

994. Layanan Perkantoran ‐ 002. Belanja Operasional dan Pemeliharaan Kantor

951 Layanan I t l

Pengadaan Kendaraan Bermotor  *) 995. Pengadaan Kendaraan BermotorSETDITJEN, SEKRETARIAT ITJEN, SEKRETARIAT BADAN)

Internal (Overhead)

Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi

996. Pengadaan Perangkat Pengolah Data Komunikasi

Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 997. Pengadaan Peralatan Fasilitas Perkantoran

Pembangunan dan Renovasi Gedung dan Bangunan  *)

998. Gedung dan Bangunang )

xxx. Pembinaan Internal xxx. Pembinaan Internalxxx. Perencanaan dan Anggaran Internal xxx. Perencanaan dan Anggaran Internal

xxx. Monev Internal xxx. Monev Internalxxx. Dukungan Internal Lainnya xxx. Dukungan Internal Lainnya

*) D t j E l I*) Dengan persetujuan Eselon I

Catatan: • Kendaraan bermotor, perangkat pengolah data dan komunikasi, peralatan dan fasilitas perkantoran,

dan gedung/bangunan yang semula diperlakukan sebagai output, diubah menjadi komponen,

21

dan gedung/bangunan yang semula diperlakukan sebagai output, diubah menjadi komponen, digabungkan dalam output baru: Layanan Internal (Overhead).

• Untuk menjaga tersedianya data series Kendaraan bermotor dan gedung bangunan (baru), volume kendaraan bermotor dan gedung bangunan dicantumkan dalam Halaman IV DIPA.

STANDARDISASI OUTPUT GENERIK (2)

UNITKODE 

OUTPUTOUTPUT GENERIK

KOMPONEN DESKRIPSIOUTPUT GENERIK

BIDANG PERENCANAAN 

952 Layanan Perencanaan 

Penyusunan Rencana Program Reviu Renstra, Reviu Baseline, Dokumen Renja, Koordinasi Perencanaan, Trilateral Meeting, dll

Penyusunan Anggaran Penyusunan RKA‐KL, Revisi Anggaran, APBN‐P, PNBP, Belanja Operasional

xxx ...                                                            (Komponen Perencanaan Lainnya)

Dalam hal terdapat komponen yang relevan, selain tersebut di atas

953 Layanan Pemantauan dan Evaluasi

Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Monev Bulanan, Triwulanan, Tahunan, dan E‐Monitoring

Penyusunan Laporan Kemajuan Penyusunan Laporan Bulanan Triwulan Tahunandan Evaluasi Penyusunan Laporan Kemajuan Penyusunan Laporan Bulanan, Triwulan, Tahunan, E‐Monitoring

Penyusunan Laporan Pencapaian Kinerja

Laporan Kinerja

xxx ...                                                            Dalam hal terdapat komponen yang relevan, (Komponen Pemantauan dan Evaluasi Lainnya)

selain tersebut di atas

Catatan: • Untuk Output Generik satuan akan distandarkan menjadi: “1 (satu) Layanan” Tidak diperkenankan

22

• Untuk Output Generik, satuan akan distandarkan menjadi: 1 (satu) Layanan . Tidak diperkenankan menggunakan satuan: Dokumen, Laporan.

STANDARISASI INPUT (1)No. Komponen Detail

1 Gaji dan Tunjangan(kode: 001)

• gaji pokok;• tunjangan yang melekat pada gaji;• tunjangan kinerja (remunerasi);• honorarium (antara lain honorarium: mengajarhonorarium (antara lain honorarium: mengajar 

guru tidak tetap, kelebihan jam mengajar, ujian dinas, mengajar (disediakan antara lain untuk tenaga pengajar luar biasa yang tarifnya telah 

d j M i K )mendapat persetujuan Menteri Keuangan); • uang lembur; • uang lauk pauk TNI/Polri;• uang makan PNS;g ;• honor non PNS;• tunjangan ikatan dinas; dan• tunjangan lain yang sah.

23

STANDARISASI INPUT (2)No. Komponen Detail

2 Operasional dan • Kebutuhan sehari‐hari perkantoran (antara lain: alat tulis kantor, pemeliharaan kantor(kode: 002)

barang cetak, alat kebersihan, perlengkapan fotokopi/ komputer, langganan surat kabar/ berita/majalah, honor satpam, honor cleaning service, honor sopir, honor pramubakti (yang dipekerjakan secarakontraktual), pengurusan sertifikat tanah, pembayaran PBB);

• Langganan daya dan jasa (antara lain: listrik, telepon, air, gas, jasa posdan giro, telex, internet, bandwith, komunikasi (khusus diplomat), sewa kantor/gedung, sewa kendaraan dinas, sewa mesin fotokopi);

• Pemeliharaan kantor (antara lain pemeliharaan: bangunan/gedung, instalasi jaringan sarana prasarana kantor kendaraan dinasinstalasi jaringan, sarana prasarana kantor, kendaraan dinas, pengurusan pajak kendaraan dinas); dan

• Pembayaran terkait operasional kantor (antara lain: honor terkaitoperasional kantor, bahan makanan, penambah daya tahan tubuh(hanya diberikan kepada pegawai yang bekerja di tempat dengan(hanya diberikan kepada pegawai yang bekerja di tempat dengankondisi atau suhu tidak normal), pemeriksaan kesehatan pegawai, keprotokoleran (termasuk pas dan jasa tol tamu), operasionalpimpinan, pelantikan/pengambilan sumpah jabatan/pegawai, pakaiandinas, pakaian kerja, perjalanan dinas dalam rangkak l /k d )konsultasi/koordinasi). 

24

STANDARISASI INPUT (3)No. Komponen Detail

3 Dukungan operasional • Belanja pegawai (tunjangan khusus);3 Dukungan operasionalpertahanan dan keamanan(kode: 003)

Belanja pegawai (tunjangan khusus); • Belanja barang Operasional lainnya; • Belanja langganan daya dan jasa; • Belanja pemeliharaan (gedung/alutsista); dan• Belanja perjalanan dinas biasa/tetap

4 Dukungan operasional • Bantuan Operasional Sekolah (BOS);4 Dukungan operasionalpenyelenggaraan pendidikan(kode: 004)

• Bantuan Operasional Sekolah (BOS);• Tunjangan profesi guru/dosen Non ASN; • Tunjangan kehormatan profesor Non ASN; • Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BO PTN); dan• Bantuan Operasional Pendidikan Anak Usia Dini (BO PAUD).

5 Dukungan penyelenggaraan • Belanja barang pengadaan bahan makanan narapidana/tahanan;5 Dukungan penyelenggaraantugas dan fungsi unit(kode: 005)

• Belanja barang pengadaan bahan makanan narapidana/tahanan; • Belanja jasa pelayanan dokter; • Belanja barang pengadaan obat‐obatan; • Belanja barang pengadaan bahan medis habis pakai; • Belanja barang pengadaan bahan makanan pasien; • Belanja barang pengadaan bahan baku SIM;Belanja barang pengadaan bahan baku SIM; • Belanja barang pengadaan buku Paspor; • Belanja barang pengadaan buku Nikah; • Belanja barang pemeliharaan kapal; • Belanja barang pemeliharaan jaringan transmisi; • Belanja barang pemeliharan peralatan operasional meteorologi, klimatologi 

dan geofisika umum; dan• Belanja barang sejenis lainnya.

25

PERBAIKAN KUALITASPERBAIKAN KUALITAS KERANGKA PENGELUARAN JANGKA MENENGAH

26

DASAR PENYEMPURNAAN KUALITAS KPJM

Memperkuat pelaksanaan KPJM dan PBK melalui penerapan kerangka berpikir logis(logical framework) termasuk deskripsi output standar dan anggaran bergulir

DASAR PENYEMPURNAAN KUALITAS KPJM

(logical framework) termasuk deskripsi output standar dan anggaran bergulir(rolling budget ‐ prakiraan maju anggaran tiga tahun menjadi baseline dan prakiraananggaran tahun berikutnya)

Menyusun prakiraan anggaran menjadi lebih mudah dan tepat waktu sehinggad h d l k l bil k t ( i l )mempermudah dalam keperluan pengambilan keputusan (mis. resource envelope)

Meningkatkan transparansi dalam alokasi/realokasi anggaran (mis. dalam revisiRKA‐KL)

Meningkatkan efisiensi dalam proses penyusunan anggaran melalui penggunaanMeningkatkan efisiensi dalam proses penyusunan anggaran melalui penggunaanaplikasi Teknologi Informasi sehingga memberikan lebih banyak waktu dalammelakukan analisis

Memberikan perkiraan yang lebih cermat dan andal sehingga mendukungpelayanan yang berkesinambungan

Dibangun berdasarkan proses dan aplikasi yang sudah ada, menuju proses penganggaran berbasis KPJM yang lebih sederhana, tepat waktu dan efektif

27

EVALUASI PELAKSANAAN ANGGARAN TA 2016

28

ARAHAN PRESIDEN PERBAIKAN KUALITAS BELANJA

Efisiensi dan Efektifitas BelanjaEfisiensi dan Efektifitas Belanja•Perhatikan dan kendalikan belanja operasional. Belanja barang juga agar ditekan dan dialihkankepada belanja modal (Ratas 28 April 2016)

•Belanja barang yang tidak prioritas dan belanja modal yang tidak produktif seperti membeli mobil•Belanja barang yang tidak prioritas dan belanja modal yang tidak produktif seperti membeli mobildinas harus dihindari. Prioritaskan pada hal‐hal lain yang langsung berkaitan dengan pelayanankepada publik/masyarakat  (RKP 8 April 2016).

•Kepala Daerah agar melihat komposisi APBD secara detail mulai dari persentase belanja rutinKepala Daerah agar melihat komposisi APBD secara detail mulai dari persentase belanja rutin,belanja operasional, belanja barang dan belanja modal. Politik anggaran agar dipegang KepalaDaerah, dan hindari kegiatan yang bersifat rutin dan monoton (RKP 8 April 2016).

•Lakukan efisiensi pada program‐program non prioritas nasional. Efisiensi dapat dilakukan padap p g p g p p pbelanja – belanja operasional dan belanja barang. Anggaran harus ditekan saat menyiapkan RAPBNdan lebih memprioritaskan belanja modal. Selama ini kapasitas produksi negara tidak terlihat,karena K/L melakukan pembelian pada hal‐hal yang tidak produktif atau tidak menimbilkanproduktifitas (Sidang Kabinet Paripurna 3 Agustus 2016)

29

REALISASI ANGGARAN BELANJA K/L  NASIONAL 2015 ‐ 2016

100,0%800.000,0

70,0%

80,0%

90,0%

600.000,0

700.000,0

40,0%

50,0%

60,0%

300.000,0

400.000,0

500.000,0

dalam miliar rup

iah

10,0%

20,0%

30,0%

100.000,0

200.000,0

d

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

2015 11.678,4 32.683,0 67.151,8 108.471,4 148.030,9 195.292,9 261.647,1 320.246,6 383.980,1 453.786,5 537.614,1 732.204,6

2016 15.133,6 40.214,4 82.728,7 128.240,8 179.573,4 262.789,4 304.631,7 364.478,4 428.585,9 481.024,3 530.650,8

% 2015 1,4% 3,9% 8,0% 13,0% 17,7% 23,4% 31,3% 38,3% 46,0% 54,3% 64,4% 87,7%

% 2016 1,9% 5,1% 10,6% 16,4% 22,9% 33,5% 38,9% 46,5% 54,7% 61,4% 67,7%

0,0%0,0

Realisasi Belanja K/L TA 2016 secara nasional s.d. November 2016 mencapai 67,7%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama TA 2016 64,4%

30

REALISASI ANGGARAN BELANJA K/L  PROVINSI BALI 2015 ‐2016100,0%10.000,0

70,0%

80,0%

90,0%

7.000,0

8.000,0

9.000,0

h

40,0%

50,0%

60,0%

4.000,0

5.000,0

6.000,0

dalam miliar rup

iah

10,0%

20,0%

30,0%

1.000,0

2.000,0

3.000,0

d

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

2015 238,1 645,2 1.113,5 1.608,0 2.151,3 2.806,1 3.787,6 4.527,3 5.350,1 6.146,9 7.223,7 9.139,8

2016 297,7 734,6 1.264,6 1.920,8 2.506,8 3.679,6 4.328,8 5.086,2 5.762,0 6.418,4 7.083,4

% 2015 2,4% 6,5% 11,2% 16,1% 21,5% 28,1% 37,9% 45,3% 53,6% 61,6% 72,4% 91,5%

0,0%0,0

Realisasi Belanja K/L TA 2016 PROVINSI Bali s.d. November 2016 mencapai 78,0%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama TA 2016 sebesar 72,4%, dan lebih tinggi dari rata‐rata nasional yang hanya mencapai 64 4%

% 2016 3,3% 8,1% 13,9% 21,2% 27,6% 40,5% 47,7% 56,0% 63,5% 70,7% 78,0%

31

dan lebih tinggi dari rata‐rata nasional yang hanya mencapai 64,4%

20 PROVINSI DENGAN % REALISASI TERBESAR 2015 ‐2016

PAGU REALISASI % PAGU REALISASI %DIPA 2016DIPA 2015

NO LOKASI PAGU REALISASI % PAGU REALISASI %1 22 BALI  9.983.477,3 9.139.804,0 91,5% 9.079.987,6 7.069.329,9 77,9%2 12 LAMPUNG  9.724.681,6 9.080.476,8 93,4% 8.403.559,0 6.451.232,8 76,8%3 14 KALIMANTAN TENGAH  6.487.786,9 6.036.561,0 93,0% 6.053.725,5 4.600.976,6 76,0%4 30 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG  2.790.850,4 2.542.077,4 91,1% 2.575.917,7 1.953.333,8 75,8%5 34 SULAWESI BARAT 4.171.738,9 3.814.272,7 91,4% 3.194.479,7 2.421.368,8 75,8%

NO LOKASI

5 34 SULAWESI BARAT  4.171.738,9 3.814.272,7 91,4% 3.194.479,7 2.421.368,8 75,8%6 09 RIAU  7.117.823,0 6.531.155,9 91,8% 6.317.626,5 4.786.223,4 75,8%7 15 KALIMANTAN SELATAN  8.649.819,2 7.626.661,8 88,2% 7.891.293,2 5.956.183,4 75,5%8 19 SULAWESI SELATAN  23.197.349,8 21.035.796,1 90,7% 20.058.494,3 15.005.709,0 74,8%9 28 MALUKU UTARA  6.213.315,6 5.873.872,6 94,5% 4.569.727,5 3.413.124,2 74,7%10 23 NUSA TENGGARA BARAT  8.784.019,6 8.258.465,0 94,0% 7.714.338,3 5.747.674,6 74,5%11 04 DI YOGYAKARTA  8.410.779,8 7.711.417,9 91,7% 8.672.881,0 6.461.478,9 74,5%12 05 JAWA TIMUR  42.207.802,2 38.460.510,7 91,1% 38.965.518,1 28.842.377,2 74,0%13 02 JAWA BARAT  42.231.158,1 37.615.864,5 89,1% 41.163.451,1 30.384.356,6 73,8%14 10 JAMBI  6.251.559,0 5.738.504,2 91,8% 5.598.333,9 4.132.033,3 73,8%15 18 SULAWESI TENGAH  8.976.329,7 8.173.430,5 91,1% 6.606.479,6 4.815.524,6 72,9%16 13 KALIMANTAN BARAT  11.241.543,1 10.507.826,3 93,5% 9.489.586,1 6.912.501,0 72,8%17 26 BENGKULU  4.705.068,8 4.182.114,6 88,9% 4.317.701,3 3.123.935,2 72,4%18 20 SULAWESI TENGGARA  8.290.267,6 7.732.388,6 93,3% 6.219.744,1 4.479.453,3 72,0%19 06 ACEH  13.460.505,1 12.510.819,7 92,9% 12.495.539,4 8.986.396,6 71,9%20 03 JAWA TENGAH  37.885.734,9 33.334.011,0 88,0% 34.669.163,1 24.819.632,0 71,6%

LOKASI LAINNYA 564 478 577 9 486 298 599 4 86 2% 539 985 322 2 347 206 314 1 64 3%

% Realisasi Belanja K/L TA 2016 Provinsi Bali s.d. November 2016 menduduki peringkat pertama

LOKASI LAINNYA 564.478.577,9 486.298.599,4 86,2% 539.985.322,2 347.206.314,1 64,3%Total 835.260.189 732.204.207 87,7% 784.042.869 527.569.110 67,3%

32

p g p

20 SATKER DENGAN % REALISASI TERTINGGI DI PROV. BALI TA 2016

PAGU REALISASI %DIPA 2016

NO K/L  SATKER

1 018  KEMENTAN 229049  DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN & HORTIKULTURA KABUPATEN TABANAN 6.197,3 6.053,5 97,7%2 029  KEMEN LHK 449871  BALAI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE WILAYAH I 1.901,0 1.852,1 97,4%3 006  KEJAKSAAN 008678  KEJAKSAAN TINGGI BALI 44.077,3 42.924,8 97,4%4 054  BPS 429213  BADAN PUSAT STATISTIK KAB. TABANAN 6.811,5 6.621,4 97,2%5 054  BPS 429222  BADAN PUSAT STATISTIK KAB. GIANYAR 8.698,3 8.442,6 97,1%6 033  KEMEN PU & PERA 498248  SNVT PELAKSANAAN  JARINGAN PEMANFAATAN AIR  BALI‐PENIDA 85.845,4 83.318,0 97,1%7 005  MA 402732  PENGADILAN AGAMA NEGARA 3.165,8 3.068,5 96,9%8 029 KEMEN LHK 427046 BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN BALI DAN NUSA TENGGARA 1 947 2 1 887 1 96 9%8 029  KEMEN LHK 427046  BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN BALI DAN NUSA TENGGARA 1.947,2 1.887,1 96,9%9 054  BPS 429187  BADAN PUSAT STATISTIK KAB. BULELENG 8.379,6 8.074,7 96,4%10 005  MA 402726  PENGADILAN AGAMA BANGLI 2.513,2 2.407,8 95,8%11 025  KEMENAG 568529  KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA DENPASAR 890,3 851,7 95,7%12 054  BPS 429244  BADAN PUSAT STATISTIK KAB. BANGLI 3.982,0 3.803,6 95,5%13 018  KEMENTAN 229034  DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN BULELENG 4.142,5 3.953,7 95,4%14 025  KEMENAG 660600  MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI BANYUBIRU 2.531,3 2.415,8 95,4%15 025 KEMENAG 419890 MADRASAHALIYAHNEGERI NEGARA KAB. JEMBRANA 7.103,8 6.765,7 95,2%15 025  KEMENAG 419890  MADRASAH ALIYAH NEGERI NEGARA KAB. JEMBRANA 7.103,8 6.765,7 95,2%

15 059  KEMENKOMINFO 613476  BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO KELAS II DENPASAR 26.517,3 8.940,7 33,7%14 076  KPU 658152  KPU  KABUPATEN BADUNG 10.401,2 3.035,8 29,2%13 032  KEMEN KP 229058  DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI 3.233,6 879,0 27,2%12 044  KEMEN KOP & UKM 418685  DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN KOPERASI KABUPATEN JEMBRANA 950,0 249,6 26,3%11 032  KEMEN KP 229053  DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI 1.673,6 431,5 25,8%10 032  KEMEN KP 229111  DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI 1.000,0 243,3 24,3%9 055  KEMENPPN/BAPPENA220060  Bappeda Provinsi Bali 976,3 230,2 23,6%8 032  KEMEN KP 452935  BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT 92.500,8 16.165,1 17,5%7 090  KEMENDAG 352450  Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian Kab. Buleleng 5.977,9 692,5 11,6%6 076  KPU 658091  KPU  KABUPATEN BULELENG 43.069,5 4.046,6 9,4%5 032  KEMEN KP 220344  DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KAB. KLUNGKUNG 2.250,0 210,2 9,3%4 032 KEMEN KP 401610 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KAB BADUNG 1 600 0 132 8 8 3%

% Realisasi Belanja K/L TA 2016 Provinsi Bali s.d. November 2016 menduduki

4 032  KEMEN KP 401610  DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KAB. BADUNG 1.600,0 132,8 8,3%3 042  KEMENRISTEK & PT 400144  POLITEKNIK NEGERI BALI 11.725,4 670,3 5,7%2 090  KEMENDAG 220447  DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN GIANYAR 46.877,7 554,1 1,2%1 010  KEMENDAGRI 220075  BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI BALI 380,4 0,0 0,0%

9.079.987,6 7.069.330,3 77,9%

33

% Realisasi Belanja K/L TA 2016 Provinsi Bali s.d. November 2016 menduduki peringkat pertama

SATKER DENGAN BLOKIR ANGGARAN DI PROV. BALI TA 2016

BLOKIRNO K/L SATKER

DIPA 2016

PAGUBLOKIR 

ANGGARAN %1 010  KEMENDAGRI 220075  BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK PROVINSI BALI 380,4 380,4 100,00%2 090  KEMENDAG 220447  DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN GIANYAR 46.877,7 46.191,1 98,54%3 032  KEMEN KP 401610  DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KAB. BADUNG 1.600,0 1.114,8 69,68%4 032  KEMEN KP 229058  DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI 3.233,6 2.199,8 68,03%5 032  KEMEN KP 220344  DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KAB. KLUNGKUNG 2.250,0 1.509,9 67,11%6 010  KEMENDAGRI 229068  SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI BALI 1.023,6 628,0 61,36%7 024  KEMENKES 229004  DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 5.060,2 2.852,4 56,37%

NO K/L  SATKER

8 059  KEMENKOMINFO 613476  BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO KELAS II DENPASAR 26.517,3 14.193,9 53,53%9 019  KEMENPERIND 229233  DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN BALI 650,0 341,2 52,49%10 018  KEMENTAN 229099  DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI 32.165,2 16.534,0 51,40%11 055  KEMENPPN/BAPPENAS 220060  Bappeda Provinsi Bali 976,3 489,5 50,14%12 090  KEMENDAG 352450  Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian Kab. Buleleng 5.977,9 2.821,9 47,21%13 032  KEMEN KP 220629  DINAS PETERNAKAN  PERIKANAN KAB. BANGLI 600,0 280,7 46,78%14 018  KEMENTAN 229067  DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN PROVINSI BALI 8.465,4 3.657,0 43,20%15 024  KEMENKES 229002  DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI 5.338,4 2.257,3 42,28%

0 0 0 00,0 0,00,0 0,00,0 0,0

15 025  KEMENAG 419883  KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. BULELENG. 36.239,6 45,3 0,12%14 025  KEMENAG 419905  KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. TABANAN 38.633,1 40,0 0,10%13 025  KEMENAG 568532  KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA DENPASAR 23.429,2 17,9 0,08%12 025  KEMENAG 419929  KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB. KARANGASEM 29.494,0 9,1 0,03%11 012  KEMENHAN 344349  MAKODAM IX/UDY 331.622,0 44,3 0,01%10 012  KEMENHAN 344357  HUBDAM IX/UDY 27.338,5 1,8 0,01%9 012  KEMENHAN 344354  ZIDAM IX/UDY 28.819,3 1,8 0,01%8 012  KEMENHAN 344356  PALDAM IX/UDY 36.256,1 1,8 0,01%7 012  KEMENHAN 344355  BEKANGDAM IX/UDY 47.088,0 1,8 0,00%6 012  KEMENHAN 344367  RINDAM IX/UDY 70.450,1 1,8 0,00%5 012  KEMENHAN 344358  KESDAM IX/UDY 107.017,9 1,8 0,00%4 012  KEMENHAN 344370  KOREM‐163 WSA DAM IX/UDY 197.436,6 2,4 0,00%3 012  KEMENHAN 344368  KOREM‐161 DAM IX/UDY 243.286,8 2,4 0,00%2 012  KEMENHAN 344369  KOREM‐162 DAM IX/UDY 247.682,2 2,4 0,00%1 012 KEMENHAN 344371 BRIGIF 21/KOMODO DAM IX/UDY 127 932 9 0 6 0 00%

Anggaran yang dibloikir mencapai Rp432,4 miliar (4,76%) dari Pagu DIPA Rp9.079,9 Miliar

Dalam Anggaran yang diblokir tersebut termasuk anggaran yangdihemat sesuai Inpres 6/2016

1 012  KEMENHAN 344371  BRIGIF 21/KOMODO DAM IX/UDY 127.932,9 0,6 0,00%JUMLAH SATKER YANG ADA BLOKIR 6.536.591,7 432.428,8 6,62%JUMLAH SATKER YANG TIDAK ADA BLOKIR 2.543.396,0 0,0 0,00%TOTAL 9.079.987,6 432.428,8 4,76%

34

Dalam Anggaran yang diblokir tersebut termasuk anggaran yangdihemat sesuai Inpres 6/2016, sesuai ketentuan UU APBN 2017 terhadap kontrak yang dihemat dalam TA 2016 dapat diluncurkan ke Tahun 2017

MONITORING REALISASI DAN CAPAIAN KINERJA ANGGARAN

1. Dalam rangka percepatan realisasi anggaran dan upaya peningkatan efisiensi danefektifitas belanja yang dapat diukur melalui capaian kinerja, Ditjen Anggaran telahmemfasilitasi dengan aplikasi berbasis web yaitu SISTEMMONITORINGDAN EVALUASIg p yKINERJA TERPADU (SMART) ATAS PELAKSANAAN (RKA‐K/L) (PMK 249/MK.02/2011)

2. Aplikasi SMART :a. 3  (tiga) layer user K/L yaitu (i) layer Satker (pelaksana program), (ii) LayerUnit  

Eselon  I  (Penanggungjawab  program),  (iii)  layer  Menteri/Pimpinan Lembaga (Pengguna Anggaran), dan

b. 1  (satu)  layer  user  Kementerian  Keuangan  Cq  Ditjen  Anggaran  (monev kinerja seluruh K/L)

c. Data untuk keperluan pengukuran dan evaluasi kinerja , meliputi antara lain data program dan kegiatan, pagu dan realisasi anggaran, dan target output sudah tersedia dalam aplikasi monev anggaran.

Direktorat Jenderal Anggaran

KEMENTERIAN  KEUANGANDIREKTORAT   JENDERAL  ANGGARAN

Terima kasihTerima [email protected]@g

36