KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

109
KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA DALAM MENEKAN ANGKA PERCERAIAN (Studi Terhadap Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: SEKAR FEBIOLA PUTRI 11170440000053 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/ 2021 M

Transcript of KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

Page 1: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI

PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

DALAM MENEKAN ANGKA PERCERAIAN

(Studi Terhadap Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

SEKAR FEBIOLA PUTRI

11170440000053

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H/ 2021 M

Page 2: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

i

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI

PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

DALAM MENEKAN ANGKA PERCERAIAN

(Studi Terhadap Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

Sekar Febiola Putri

11170440000053

Di Bawah Bimbingan

Dr. Syahrul Adam. M.Ag

NIP. 19730504200031002

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H/ 2021 M

Page 3: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang ditujukan kepada Fakultas

Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua narasumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketetuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Juni 2021

Sekar Febiola Putri

NIM 11170440000053

Page 4: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

iii

ABSTRAK

Sekar Febiola Putri NIM 11170440000053. KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA

BOGOR MELALUI PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN

KELUARGA DALAM MENEKAN ANGKA PERCERAIAN (STUDI

TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 1 TAHUN 2019).

Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan sejauh mana penerapan kebijakan

pemerintah kota Bogor berupa Perda Bogor Nomor 1 Tahun 2019. Penelitian ini

menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode empiris dan menggunakan

pendekatan normatif-empiris. Teknik pengumpulan data adalah dengan melakukan

wawancara dan dokumen dengan memperoleh informasi untuk mendapatkan data

dari hasil penelitian. Serta metode analisis yang digunakan adalah deskriptif analisis.

Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa latar belakang diterbitkannya

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019 adalah untuk memberikan

perlindungan dan meminimalisir permasalahan keluarga di kota Bogor. Serta dapat

diketahui bahwa penerapan kebijakan Perda Bogor tersebut belum terlaksana secara

optimal. Dikarenakan tujuan diterbitkannya kebijakan tersebut yaitu meminimalisir

permasalahan keluarga belum sepenuhnya terlaksana. Hal ini dibuktikan dengan

masih tingginya angka perceraian di kota Bogor pada tahun 2018-2021 perbulan

juni. Serta data tahun 2021 perbulan juni menunjukan lebih dari 50% angka

perceraian pada tahun 2020. Selain itu, belum terbitnya peraturan wali kota yang

memfokuskan sosialisasi kepada masyarakat juga menjadi faktor yang

menyebabkan tujuan dari kebijakan tersebut belum terlaksana. Karena, untuk

mewujudkan tujuan kebijakan tersebut diperlukan peraturan wali kota yang dapat

mensosialisasikan Perda ini lebih jauh lagi kepada masyarakat dengan harapan

permasalahan keluarga dapat diminimalisir, dengan begitu ketahanan keluarga akan

tercipta dan tingginya angka perceraian yang terjadi di kota Bogor dapat ditekan.

Kata Kunci : Peraturan Daerah, Ketahanan Keluarga, Perceraian, PA

Bogor, BAPPEDA, Kota Bogor

Pembimbing : Dr. Syahrul Adam, M.Ag

Daftar Pustaka : 1974 s.d 2020

Page 5: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

iv

PEDOMAN TRANSLITERASI

Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing

(terutama Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini digunakan untuk beberapa

istilah Arab yang belum dapat diakui sebagai kata dalam bahasa Indonesia atau

lingkup penggunaannya masih terbatas.

a. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:

Arab Latin Arab Latin

Th ط A ا

Zh ظ B ب

‘ ع T ت

Gh غ Ts ث

F ف J ج

Q ق H ح

K ك Kh خ

L ل D د

M م Dz ذ

N ن R ر

W و Z ز

H ه S س

’ ء Sy ش

Y ي Sh ص

Dl ض

b. Vokal

Dalam Bahasa Arab, Vokal sama seperti Bahasa Indonesia, memiliki

vokal tunggal (monoftong) dan vokal rangkap (diftong). Untuk vokal tunggal,

ketentuan alih aksaranya sebagai berikut.

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin

Page 6: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

v

ـa

(Fathah)

ـi

(Kasrah)

ـu

(Dhammah)

c. Vokal Panjang (madd) dan Vokal Rangkap (Diftong)

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, sedangkan ketentuan alih aksara

vokal rangkap atau diftong, dilambagkan dengan ketentuan alih aksaranya

sebagai berikut.

Arab Latin Arab Latin

ا و â (a panjang) آ Aw

ا ي î (i panjang) يا Ay

û (u panjang) وا

d. Kata Sandang

Kata sandang, dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan

lam (لا), dialihaksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah

atau huruf qamariyyah, misalnya:

al-ijtihâd = الإجتهاد

al-rukhshah, bukan ar-rukhsah = الرخصة

e. Tasydid (Syaddah)

Dalam alih aksara, tasydid atau syaddah dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi hal ini

tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya:

al- syuf’ah, tidak ditulis asy-syuf’ah = الشفعة

f. Ta Marbûthah

Page 7: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

vi

Jika Ta Marbuthah terdapat pada kata yang berdiri sendiri atau diikuti

oleh kata sifat (na’at), maka Ta Marbuthah tersebut dialihaksarakan menjadi

huruf “h” (ha). Jika Ta Marbuthah diikuti dengan kata benda (ism) maka huruf

tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “t” (te). Misalkan:

No Kata Arab Alih Aksara

Syarî’ah شريعة 1

Al-Syarî’ah Al-Islâmiyyah الشريعة الإسلامية 2

Muqâranat al-madzâhib مقارنة المذاهب 3

g. Ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Huruf kapital tidak dikenal dalam tulisan Arab. Tetapi dalam

transliterasi huruf ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

dalam Disempurnakan (EYD). Perlu diketahui bahwa jika nama diri didahului

oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf

awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh: البخاري =

al-Bukhâri, tidak ditulis Al-Bukhâri.

Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih

aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia

Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kata nama

tersebut berasal dari bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis

Nûr al-Din al-Rânîri.

h. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’il), kata benda (ism) atau huruf (harf),

ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan

berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas.

No Kata Arab Alih Aksara

al-dharûrah tubîhu al-mahdzûrat الضرورة تبيح المحظورات 1

Page 8: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

vii

al-iqtishad al-islâmî الاقتصاد الإسلام ي 2

ushûl al-fiqh أصول الفقه 3

al-ashl fî al-asyyâ` al-ibâhah الأصل في الأشياء الإباح ة 4

al-mashlahah al-mursalah المصلحة المرسلة 4

Page 9: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

viii

KATA PENGANTAR

بسم الله الرهحن الرهحيم

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.

Karena berkat rahmat serta taufik dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Kebijakan Pemerintah Kota Bogor Melalui

Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga Dalam Menekan Angka

Perceraian (Studi Terhadap Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun

2019)” ini dengan baik. Tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada

Baginda Nabi Muhammad SAW. Juga kepada para keluarga, sahabat serta umatnya

yang senantiasa mengikuti jejak langkahnya hingga yaumul akhir nanti, amin.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar

Sarjana Strata Satu (S1). Maka dengan selesainya penyusunan skripsi yang penulis

buat, sudah sepatutnya penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada para pihak.

Dengan iringan doa dan ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada para pihak

yang turut membantu, terkhusus untuk yang penulis sayangi kedua orang tua

penulis, yang selalu mendukung, membimbing, serta mendoakan penulis tanpa

henti. Berkorban waktu serta tenaga untuk kebahagiaan penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan studi ini, yaitu Bapak Dwi Harto Sutoto dan Ibu Elyaningsih

Suryani.

Juga kepada adik-adik penulis yaitu Muhammad Haidar Abiyyu Putra dan

Khansa Tsabitah Sakha Putri, yang selalu memberikan warna di hidup penulis serta

memberikan support kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Dan tak lupa juga penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Amany B. Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

Page 10: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

ix

2. Dr. Tholabi Kharlie, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

3. Dr. Mesraini, M.Ag., dan Ahmad Chairul Hadi, M.A. yang masing-masing

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga yang telah

memberikan suntikan semangat, arahan serta bimbingan selama ini, semoga

Allah SWT. Memberikan kesehatan serta kebahagiaan.

4. Dr. Syahrul Adam, M. Ag selaku dosen pembimbing dan juga sebagai Wakil

Dekan Bidang Akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan sabar dan tulus

meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, koreksi, mendidik, nasihat,

dan arahan yang sangat membantu penulis dalam penulisan menyelesaikan

skripsi ini.

5. Dr. Hj. Zaitunah Subhan selaku dosen penasihat akademik yang senantiasa

membimbing penulis hingga semester akhir.

6. Seluruh Staf Pengajar/Para Dosen dan jajaran Kepala Bagian Umum,

khususnya di lingkungan Program Studi Hukum Keluarga dan umumnnya

lingkungan Fakultas Syariah dan Hukum kampus UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah membimbing, mengarahkan, menasehati, dan memberikan

ilmu-ilmu dalam perkuliahan sehingga penulis mampu di penghujung

perkuliahan untuk menulis skripsi ini.

7. Bapak Agus Yuspian, S.Ag., M.H sebagai Panitera Muda Hukum Pengadilan

Agama Bogor Kelas 1A yang telah menyempatkan waktunya di tengah-tengah

kesibukan sehingga penulis dapat permohonan data, semoga Allah SWT.

Memberikan kesehatan serta kebahagiaan.

8. Bapak Arif Wicaksono, S.P., M.Si., Ph.D sebagai Kasubid Penelitian dan

Pengembangan Sosial Budaya dan Pemerintahan yang telah menyempatkan

waktunya sehingga penulis dapat melakukan wawancara dan permohonan data,

semoga Allah SWT memberikan kesehatan serta kebahagiaan.

9. Galih Nata Permana, SH. Sebagai partner terbaik penulis, yang senantiasa

memberikan dukungan, motivasi dan menemani penulis dari awal hingga akhir

Page 11: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

x

penulisan skripsi ini, semoga Allah SWT. Memberikan kebahagiaan serta

kelancaran dalam setiap urusannya.

10. Ilham Ramdhani Rahmat, SH. Selaku senior terbaik penulis yang senantiasa

memberikan masukan, bimbingan serta motivasi kepada penulis dari awal

penulisan skripsi hingga akhir. Semoga Allah SWT. Membalas semua

kebaikannya.

11. Kepada sahabat-sahabat terbaik “KKN DESA PENARI” yang penulis sayangi

dan banggakan Nida Wahyu Eriyanti, Yovesca Ripti Armelia, Siti Salmah

Hasbullah, Sandy Ardiansyah, Muhammad Fadlan Sudrajat dan Syahzinda

Mahdy Salahuddin, yang senantiasa memberikan dukungan, kehangatan, serta

dorongan kepada penulis, juga memberikan kenangan-kenangan indah selama

kuliah, semoga Allah SWT. Memberikan kesehatan dan kemudahan dalam

menyelesaikan skripsi.

12. Kepada kawan-kawan terbaik penulis Imam Bukhori, Fuad, Erwin, Arzicha

Putty, Triva Arriva, Fauziyah, dan kawan-kawan terbaik lainnya serta HK

Boom terima kasih atas rangkulan dan kenangannya, dan Hukum Keluarga

2017 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

13. Kepada kakak-kakak dan adik-adik Islamic Astronomy Student Council (IASC),

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Syariah dan Hukum

(Komfaksy), teman-teman KKN Baja Empire 039, HMPS Hukum Keluarga

2018 & 2019, dan seluruh organisasi-organisasi yang pernah saya geluti,

terimakasih atas sgala pengalaman terbaiknya.

14. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu,

memotivasi, memberikan dukungan baik secara langsung maupun tidak

langsung, baik moril maupun materil, terima kasih yang sebesar-besarnya

penulis haturkan, semoga Allah SWT. Membalas semua kebaikan kalian

dengan berlipat ganda, amiin.

15. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in me,

For doing all this hard work, For having no days off, For never quitting, and

for just being me at all the time.

Page 12: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

xi

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini jauh dari kata sempurna, tidak

lupu dari kesalahan maupun kekurangan. Maka dari itu, penulis berharap adanya

saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan di masa yang

akan datang.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk banyak orang, dan dapat

dipahami bagi yang membacanya. Penulis memohon maaf apabila terdapat

kesalahan kata-kata yang kurang berkenan, semoga segala bantuan dan dorongan

banyak pihak mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin ya

rabbal alamiin

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 16 Juni 2021

Sekar Febiola Putri

Penulis

Page 13: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... ii

ABSTRAK ............................................................................................................ iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................... iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ........................... 5

1. Identifikasi Masalah ........................................................................... 5

2. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5

3. Rumusan Masalah .............................................................................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................. 6

1. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

2. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ................................................... 6

E. Metode Penelitian ................................................................................... 8

1. Pendekatan Penelitian ........................................................................ 8

2. Jenis Penelitian .................................................................................... 8

3. Sumber Data ........................................................................................ 8

4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 9

5. Metode Analisis Data ................................................................................ 9

6. Teknik Penulisan ..................................................................................... 10

F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 10

BAB II .................................................................................................................. 13

PERCERAIAN DI KOTA BOGOR DAN KETAHANAN KELUARGA ...... 13

A. Gambaran Umum Tentang Perceraian .............................................. 13

B. Dasar Hukum Perceraian .................................................................... 16

C. Rukun dan Syarat Perceraian ............................................................. 19

Page 14: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

xiii

D. Alasan Perceraian ................................................................................. 21

E. Kondisi Perceraian Di Kota Bogor ..................................................... 23

1. Perceraian Dalam Angka ................................................................. 24

2. Faktor-Faktor Penyebab Perceraian Di Kota Bogor ..................... 25

F. Ketahanan Keluarga ................................................................................ 31

BAB III ................................................................................................................. 43

KONSEP KEBIJAKAN PUBLIK DAN PERATURAN DAERAH KOTA

BOGOR NOMOR 1 TAHUN 2019 TENTANG PENYELENGGARAAN

PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA ............................................ 43

A. Teori Implementasi Kebijakan ............................................................ 43

B. Konsep Kebijakan Publik .................................................................... 48

C. Proses Evaluasi Kebijakan Publik ...................................................... 52

D. Gambaran Umum Peraturan Daerah Kota Bogor No. 1 Tahun 2019

tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga ................. 55

E. Tujuan dan Ruang Lingkup Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1

Tahun 2019 ....................................................................................................... 60

BAB IV ................................................................................................................. 56

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI

PENYELENGGARAAN PEMBANGUNANKETAHANAN KELUARGA

DALAM MENEKAN ANGKA PERCERAIAN ............................................... 56

A. Latar Belakang Pembentukan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor

1 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan

Keluarga ........................................................................................................... 56

B. Kebijakan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019

Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga Dalam

Menekan Angka Perceraian ........................................................................... 60

BAB V ................................................................................................................... 76

PENUTUP ............................................................................................................ 76

A. Kesimpulan ........................................................................................... 76

B. Saran-saran ........................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 79

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 85

Page 15: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan kebutuhan hidup manusia sejak zaman dahulu,

sekarang, dan masa yang akan datang. Islam memandang ikatan perkawinan

sebagai ikatan yang kuat (Mitsaqan ghaliza). 1 Menurut Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa

Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Islam begitu menghendaki kepada semua pasangan yang telah

melakukan akad perkawinan untuk senantiasa memenuhi tujuan dari

perkawinan itu sendiri, yaitu untuk senantiasa mendapatkan keluarga bahagia

yang penuh ketenangan hidup dan rasa kasih sayang. Hal ini tertulis dalam

Kitab Suci Al-Quran, yaitu Surat ar-Rum (30) ayat 21, yang artinya: “Dan di

antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri

dari jenismu sendiri, supaya kamu menemukan ketenangan padanya dan

menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada

yang demikian itu benar-benar menjadi tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.

Pada ayat di atas dijelaskan bahwa untuk mendapatkan ketenangan

dalam hidup berkeluarga bersama suami dan istri itu tidak mungkin didapatkan,

kecuali dengan jalur perkawinan. Artinya, dalam menyalurkan nafsu syahwat

untuk menjamin kelangsungan hidup umat manusia bisa saja ditempuh melalui

jalur luar perkawinan, akan tetapi ketenangan dan kasih sayang dalam

berkeluarga didapat melalui proses ‘janji suci’ atau akad perkawinan yang sah.2

1 Yayan Sopyan, Islam-Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam Dalam Hukum

Nasional, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 127

2 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqih Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), Cet. Kelima, h.47

Page 16: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

2

Ketahanan keluarga merupakan alat untuk mengukur pencapaian

keluarga dalam melaksanakan peran, fungsi dan tanggungjawabnya dalam

mewujudkan kesejahtraan anggota keluarga. Tingkat ketahanan keluarga

ditentukan oleh perilaku individu juga masyarakat. Individu dan keluarga yang

memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang ketahanan keluarga yang baik,

akan mampu bertahan dengan perubahan struktur, fungsi dan peranan keluarga

yang berubah sesuai dengan perkembangan teknologi informasi serta

komunikasi. Individu dan keluarga yang mampu bertahan dengan perubahan

lingkungan, berpotensi memiliki ketahanan keluarga yang kuat.3

Konflik-konflik yang ada dalam rumah tangga, yakni antara suami dan

istri tentu bermuara pada status keluarga mereka. Penguatan ketahanan

keluarga sangat diperlukan oleh keluarga dalam upaya menghadapi

permasalahan-permasalahan sosial yang timbul di masyarakat, salah satunya

adalah perceraian. Ketahanan keluarga merupakan gambaran kemampuan dan

kesanggupan sebuah keluarga dalam memenuhi segala kebutuhan yang

berkaitan dengan kebutuhan dasar sebuah keluarga.4

Berkaitan dengan perceraian, Indonesia sebagai negara hukum

sebagaimana Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 mengatur warga

negaranya mengenai ketentuan perkawinan dan perceraian. Hal ini dapat kita

temukan pada Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan.

Diharapkan dengan adanya Undang-Undang ini maka prosedur perceraian

diperketat dan mengharuskan perceraian dilakukan di meja pengadilan.

Dengan adanya sistem perceraian di pengadilan, maka seorang suami istri tidak

3 Mujahidatul Musfiroh, dkk. “Analisis Faktor-Faktor Ketahanan Keluarga Di Kampung

KB RW 18 Kelurahan Kadipiro Kota Surakarta”, Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya, Vol.7,

No.2, (2019), h. 62

4 Mujahidatul Musfiroh, dkk. Analisis Faktor-Faktor Ketahanan Keluarga Di Kampung KB

RW 18 Kelurahan Kadipiro Kota Surakarta, h. 61

Page 17: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

3

dapat menceraikan dengan sepihak. Namun diwajibkan untuk ditempuh

melalui Pengadilan setempat.5

Kehidupan dalam berumah tangga tidak selalu berjalan dengan baik,

terkadang muncul sebuah permasalahan yang berujung kepada perceraian.

Maka sangat dibutuhkan adanya suatu kebijakan-kebijakan yang mempunyai

dampak besar pada keutuhan dan ketahanan keluarga yang dapat

menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut sebagai upaya preventif

dalam meminimalisir angka perceraian yang terjadi di tengah-tengah

masyarakat. Hal tersebut bertujuan untuk mewujudkan kualitas keluarga dalam

memenuhi kebutuhan fisik material dan mental spiritual secara seimbang

sehingga dapat menjalankan fungsi keluarga secara optimal menuju keluarga

sejahtera.

Berdasarkan data yang penulis dapatkan, Psda tahun 2018 Pengadilan

Agama kota Bogor telah memutus perceraian sebanyak 1764 kasus, tahun 2019

sebanyak 1836, tahun 2020 sebanyak 1751 kasus perceraian dan tahun 2021

perbulan juni Pengadilan Agama Bogor telah memutus 909 kasus perceraian.6

Pemerintah Kota Bogor merupakan salah satu pemerintah tingkat kota yang

mengusung visi menjadi kota keluarga. Pemerintah Kota Bogor

menggarisbawahi agenda yang dilakukannya adalah untuk memastikan seluruh

rencana kegiatan pembangunan mengacu kepada ketahanan keluarga,

Penguatan fungsi keluarga sebagai faktor yang utama.7

Kebijakan Pemerintah Kota Bogor dalam penyelenggaran

pembangunan ketahanan keluarga, diharapkan mampu untuk meningkatkan

5 Fachrina, Sri Meyenti, Maihasni, “Upaya Pemerintah Dalam Pencegahan Perceraian

Melalui Lembaga BP4 Dan Mediasi Pengadilan Agama”, Prosiding Seminar Nasional Penelitian

dan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora, Vol. 7, No. 2, (2017). h. 276.

6 TIMDA PTA Jabar, “Statistik Perkara Pengadilan Agama Se-Jawa Barat (Pengadilan

Agama Bogor)”, http://kabayan.pta-bandung.go.id/pengawasan_sipp/proses_stat diakses pada hari

Minggu, 20 September 2020

7 Humas Setdakot Bogor, “Wali Kota Bogor minta konsistensi seluruh jajaran untuk

program ketahanan keluarga”, https://megapolitan.antaranews.com/berita/63427/wali-kota-bogor-

minta-konsistensi-seluruh-jajaran-untuk-program-ketahanan-keluarga diakses pada hari Selasa, 22

September

Page 18: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

4

kesejahteraan dan kemandirian keluarga. Ketahanan keluarga menjadi tolak

ukur kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar dan kemampuan

keluarga untuk melakukan kegiatan yang produktif. Kota Bogor sebagai kota

ramah keluarga, alasannya ketahanan keluarga dianggap menjadi salah satu

indikator kota yang baik dan nyaman bagi masyarakat. Menjadikan Kota Bogor

sebagai kota ramah dan layak keluarga merupakan fokus utama dalam

meningkatkan ketahanan keluarga.8

Langkah pemerintah kota Bogor dalam menerbitkan Peraturan Daerah

Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan pembangunan

ketahanan keluarga bertujuan untuk meminimalisir permasalahan sosial yang

terjadi di kota Bogor, salah satunya adalah permasalahan perceraian.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mencoba

mengungkap masalah-masalah tersebut, sehingga penulis tertarik untuk

menganalisis lebih lanjut, dan analisis data perceraian tersebut berdasarkan

data yang ada di Pengadilan Agama Bogor. Dengan demikian, penulis

mengangkat judul yaitu: “Kebijakan Pemerintah Kota Bogor Melalui

Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga Dalam Menekan

Angka Perceraian (Studi Terhadap Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor

1 Tahun 2019)”.

8 Vento Saudale, “Bima Arya Targetkan Bogor Sebagai Kota Ramah Keluarga”,

https://www.beritasatu.com/feri-awan-hidayat/archive/499758/bima-arya-targetkan-bogor-sebagai-

kota-ramah-keluarga diakses pada hari Selasa, 22 September 2020

Page 19: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

5

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan beberapa permasalahan yang

berkaitan dengan tema yang dibahas. Berbagai permasalahan yang muncul

dalam latar belakang di atas, penulis akan paparkan sebagai berikut:

a. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam hal ketahanan keluarga?

b. Bagaimana peraturan perundang-undangan yang mengatur terkait

ketahanan keluarga?

c. Apa yang diharapkan dari terciptanya ketahanan keluarga?

d. Bagaimana cara untuk meningkatkan ketahanan keluarga?

e. Apa urgensi dibentuknya sebuah aturan terkait dengan ketahanan

keluarga?

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah dan memperjelas pembahasan dalam skripsi

ini, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.

Sehingga pembahasannya lebih jelas dan terarah sesuai dengan apa yang

diharapkan penulis. Oleh karena itu, dalam skripsi ini penulis hanya

membahas mengenai Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019

tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga dalam

menekan angka perceraian.

3. Rumusan Masalah

Salah satu upaya pemerintah untuk menunjang keberhasilan sebuah

Negara adalah dengan membuat peraturan-peraturan yang baik, seperti yang

dilakukan Pemerintah Kota Bogor dalam meningkatkan ketahanan keluarga.

Namun ada beberapa hal yang harus diketahui dan diteliti penulis lebih

lanjut, diantarannya:

a. Apa latar belakang dibentuknya Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1

Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan

Keluarga?

Page 20: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

6

b. Bagaimana penerapan kebijakan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1

Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan

Keluarga dalam menekan angka perceraian?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menjelaskan latar belakang dibentuknya Peraturan Daerah Kota

Bogor Nomor 1 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pembangunan

Ketahanan Keluarga.

b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa penerapan kebijakan dari

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019 tentang

Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga dalam menekan

angka perceraian.

2. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberi manfaat

sebagai berikut: Pertama, untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.

Kedua, penulis berharap penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk

mengembangkan teori maupun praktik hukum. Ketiga, semoga hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi di berbagai

kalangan. Keempat, penulis berharap skripsi ini dapat dijadikan bahan acuan

pada penelitian selanjutnya yang berkenaan dengan masalah terkait.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian terkadang terdapat tema penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang kita bahas. Penulis

menemukan karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya

sebagai berikut:

Pertama, buku yang berjudul“Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016” yang

ditulis oleh Badan Pusat Statistik dan Kementrian Pemberdayaan

Page 21: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

7

Perempuandan Perlindungan Anak. Dalam buku tersebut menjelaskan konsep

keluarga dan ketahanan keluarga serta menjelaskan mengenai upaya Negara

dan pemerintah dalam meningkatkan keutuhan dan ketahanan keluarga.

Kedua, Skripsi yang berjudul “Kebijakan Pemerintah Kota Depok Terhadap

Peningkatan Ketahanan Keluarga (Studi Terhadap Peraturan Daerah Kota

Depok Nomor 9 Tahun 2017” yang ditulis oleh Taufik Hidayat mahasiswa

Fakultas Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi

tersebut membahas mengenai upaya Pemerintah Kota Depok dalam

meningkatkan ketahanan keluarga dan latar belakang diterbitkannya Peraturan

Daerah kota Depok tentang ketahanan keluarga.

Ketiga, Jurnal yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Ketahanan Keluarga Di

Kampung KB RW 18 Kelurahan Kadipiro Kota Surakarta” yang ditulis oleh

Mujahidatul Musfiroh, dkk. Mahasiswa Program Studi Kebidanan Sarjana

Terapan Fakultas Kedokteran Universitas 11 Maret Surakarta. Dalam jurnal

tersebut membahas pentingnya ketahanan sebuah keluarga dalam

melaksanakan peran, fungsi dan tanggungjawabnya sebagai sebuah keluarga.

Dalam jurnal tersebut juga dilakukan observasi kepada keluarga yang tinggal

di wilayah RW 18 Kelurahan Kadipiro Kota Surakarta yang bertujuan untuk

mengetahui pola ketahanan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar.

Keempat, Jurnal yang berjudul “Jalan Terbaikku Adalah Bercerai Denganmu”

yang ditulis oleh Very Julianto dan Nadhifah D. Cahyani, Mahasiswa Program

Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga.

Dalam jurnal tersebut membahas mengenai dampak negatif yang ditimbulkan

akibat terjadinya perceraian, serta jurnal tersebut berusaha mengungkap

kebahagiaan yang dirasakan oleh seseorang selepas bercerai dari pasangannya

dahulu.

Penelitian terdahulu yang telah penulis paparkan tentu berbeda dengan

apa yang penulis teliti. Karena dalam skripsi yang penulis susun akan berfokus

pada hal-hal apa saja yang melatar belakangi diterbitkannya Peraturan Daerah

Kota Bogor serta implementasi Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun

Page 22: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

8

2019 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga dalam

mengatasi berbagai fenomena dalam keluarga salah satunya adalah sebagai

upaya preventif dalam menekan angka perceraian.

E. Metode Penelitian

Dalam membahas permasalahan dalam skripsi ini, diperlukan suatu

penelitian untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah-masalah

yang akan dibahas. Penulis menggunakan jenis penelitian Kualitatif. Dalam

penelitian ini, penulis akan menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah pendekatan Normatif-Empiris. Pendekatan ini merupakan

penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan adanya

penambahan berbagai unsur empiris. Dengan aspek empiris yang digunakan

adalah sosiologi hukum, serta aspek yuridis yang digunakan adalah ilmu

Perundang-undangan.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field research)

dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan permohonan data.

Data rekaman yang peneliti dapatkan akan diubah menjadi data tertulis yang

berbentuk transkip wawancara. Penelitian lapangan didukung dengan

penelitian kepustakaan (Library research) dengan cara membaca,

mempelajari, menafsirkan dan menganalisis peraturan perundang-undangan,

studi dokumen, baik dokumen hukum yang dipublikasikan melalui media

cetak maupun media elektronik serta studi catatan hukum berupa buku-buku

literatur hukum, atau bahan tertulis lainnya yang berkaitan dengan

permasalahan yang dibahas.

3. Sumber Data

a. Data yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan berupa

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019, data-data resmi dari

Page 23: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

9

instansi pemerintahan, dari peradilan, buku-buku literatur, karangan

ilmiah, makalah umum dan bacaan lain yang berkaitan dengan

permasalahan yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini.

b. data yang diperoleh melalui penelitian lapangan melalui wawancara

langsung terhadap pihak-pihak yang berkaitan dengan permasalahan

yang penulis teliti terutama dengan instansi yang terkait yaitu Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) kota Bogor,

Pemerintah Kota Bogor, dan Hakim Pengadilan Agama Kota Bogor.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara pengumpulan data yang

dibutuhkan guna menjawab rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian

ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:

a. Wawancara (Interview), metode ini seringkali dianggap sebagai metode

efektif dalam pengumpulan data primer di lapangan. Penelitian ini,

penulis melakukan wawancara langsung secara mendalam dengan

responden yang ada di tempat.

b. Studi Dokumentasi, dalam studi ini meliputi bahan hukum yang terdiri

dari bahan hukum primer dan sekunder. Selain itu, ada juga data yang

diperoleh dari referensi atau literatur yang berkaitan dengan tema

penelitian ini.

5. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif analisis, yaitu teknik analisis data dimana penulis

menjabarkan data yang telah didapatkan. Kemudian disusun secara

sistematis untuk dianalisis secara kualitatif dalam bentuk uraian agar bisa

ditarik sebuah kesimpulan mengenai permasalahan yang diteliti.

Page 24: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

10

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan penelitian ini merujuk pada pedoman penulisan

skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

di terbitkan oleh Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas

Syariah dan Hukum tahun 2017.

F. Sistematika Penulisan

Bagian ini adalah upaya untuk mempermudah pembahasan dan

penulisan skripsi, oleh karena itu penulis menyusun suatu sistematika

penulisan seperti yang dijelaskan di bawah ini:

Pada Bab I, berisikan Pendahuluan yang berhubungan erat dengan

permasalahan yang akan dibahas. Meliputi Latar belakang masakah,

identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kajian (Review) studi terdahulu, metode penelitian, dan

sistematika penelitian. Bab ini merupakan landasan dari sebuah penelitian

yang berfungsi untuk menguraikan dan menjelaskan bab-bab berikutnya.

Pada Bab II, memaparkan tentang teori atau gambaran umum

tentang Perceraian, gambaran umum tentang pengertian, tujuan, dan ruang

lingkup ketahanan keluarga.

Pada Bab III, memuat tentang gambaran umum Kota Bogor dan

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019 tentang

Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga.

Pada Bab IV, memuat hasil penelitian yang akan dipaparkan dan

dideskripsikan secara utuh, kemudian penulis memberikan analisis terhadap

hasil penelitian tersebut. Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar

belakang dibentuknya Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019

tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga serta penerpan

kebijakan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019 dalam

menekan angka perceraian.

Page 25: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

11

Pada Bab V, merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dari

hasil penelitian dan saran-saran yang bersifat membangun.

Page 26: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

13

BAB II

PERCERAIAN DI KOTA BOGOR DAN KETAHANAN KELUARGA

A. Gambaran Umum Tentang Perceraian

Perceraian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata

cerai, yang artinya pisah, putus hubungan sebagai suami istri.9 Menurut pokok-

pokok hukum perdata, perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan

putusan Hakim atau salah satu pihak dalam perkawinan.10 Menurut Agoes

Dariyo perceraian merupakan peristiwa yang sebenarnya tidak direncanakan

dan dikehendaki kedua individu yang sama-sama terikat oleh perkawinan.

Perceraian merupakan terputusnya keluarga karena salah satu atau kedua belah

pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti

melakukan kewajibannya sebagai suami istri.11 Perceraian dalam hukum islam

merupakan perbuatan atau langkah yang dilakukan oleh pasangan suami dan

istri apabila hubungan rumah tangganya tidak dapat dipersatukan kembali dan

apabila diteruskan akan menimbulkan mudharat baik bagi suami, istri, anak,

maupun lingkungannya.

1. Menurut Hukum Islam

Perceraian di dalam hukum islam atau Fiqh Munakahat dikenal dengan

istilah Talaq dan Khulu. Talaq merupakan perceraian yang inisiatifnya datang

dari suami. Sedangkan Khulu adalah perceraian yang inisiatifnya datang dari

istri. Talaq dan Khulu dipahami sebagai perbuatan melawan hukum yang

berakibat pada putusnya ikatan perkawinan antara suami dan istri dengan cara

yang ma’ruf (baik).12

9 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 164. 10 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 2003) h.42 11 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, (Jakarta: Grasindo, 2008) h.160 12 Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam (Jakarta: Rineka Cipta,1993) h.12

Page 27: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

14

Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Pengadilan Agama, baik itu

karena suami yang menjatuhkan cerai (talak) ataupun istri yang menggugat

cerai atau memohon hak talak karena sebab sighat taklik talak. Meskipun

dalam agama islam, perkawinan yang putus karena perceraian dianggap sah

apabila kata cerai diucapkan seketika oleh suami, namun harus tetap dilakukan

di depan Pengadilan. Tujuannya adalah untuk melindungi segala hak dan

kewajiban yang timbul sebagai akibat hukum dari perceraian tersebut. Dalam

hukum islam, talak merupakan sesuatu yang halal namun dibenci oleh Allah

SWT.

Perceraian baru dapat dilaksanakan apabila telah dilakukan berbagai

cara untuk mrndamaikan kedua belah pihak untuk tetap mempertahankan

rumah tangga mereka. Tetapi ternyata tidak ada jalan lain kecuali dengan jalan

perceraian. Dimana perceraian adalah jalan terakhir yang dimiliki bagi suami

istri demi kehidupan yang bahagia selepas perceraian.

2. Menurut Peraturan Perundang-undangan

Perceraian adalah suatu keadaan dimana antara suami dan istri telah

terjadi ketidakcocokan batin yang berakibat pada putusnya ikatan perkawinan

melalui jalur Pengadilan. Mengenai Perceraian, Undang-Undang Nomor 1

tahun 1974 Pasal 38 sampai 41 tentang perkawinan, menjelaskan tentang

persoalan putusnya perkawinan. 13

Dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1972 tentang

perkawinan, menjelaskan bahwa perkawinan dapat putus karena:

a. Kematian;

b. Perceraian;

c. Putusan Pengadilan;

13 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Palu: Yayasan Masyarakat Indonesia

Baru, 2002) h.908

Page 28: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

15

Putusnya perkawinan akibat perceraian diatur dalam Pasal 39 sampai

41 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam Pasal 39

dijelaskan bahwa:

a. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan, setelah

pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan

kedua belah pihak.

b. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami

dan istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri.

c. Tata cara perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam Perundang-

undangan tersendiri. 14

Sedangkan dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan menyebutkan bahwa:

a. Gugatan perceraian diajukan kepada pengadilan.

b. Tata cara mengajukan gugatan tersebut pada ayat (1), pasal ini diatur dalam

Perundang-undangan tersendiri. 15

Yang dimaksud dengan Pengadilan dalam ayat 1 pasal ini adalah

Pengadilan Agama bagi yang beragama islam, dan Pengadilan Negeri bagi

yang bukan beragama Islam, sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1 sub

b PP Nomor 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974.

Selain dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan,

Pasal 113 sampai Pasal 162 Kompilasi Hukum Islam atau KHI menjelaskan

mengenai sebab-sebab terjadinya perceraian, tata cara dan akibat hukum yang

ditimbulkan. Seperti dalam Pasal 114 KHI menjelaskan mengenai putusnya

perkawinan yang disebabkan oleh perceraian, maka dapat terjadi karena talak

atau berdasarkan gugatan cerai. Sedangkan Pasal 115 KHI menegaskan bunyi

14 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 39 15 Ibid., Pasal 40

Page 29: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

16

Pasal 39 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, yaitu:

“Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan Agama setelah

Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua

belah pihak”.16

B. Dasar Hukum Perceraian

Islam telah mensyariatkan agar perkawinan itu dilaksanakan selama-

lamanya, dengan diliputi oleh kasih sayang dan saling mencintai. Islam juga

mengharamkan perkawinan yang tujuannya untuk sementara waktu tertentu,

atau hanya sekedar untuk melepaskan hawa nafsunya saja.17

Perkawinan merupakan aspek hukum dan menyangkut perbuatan

hukum, maka tentu saja tidak semua dan selamanya perkawinan dapat

berlangsung secara abadi. Tidak sedikit kenyataanya terjadi disekitar kita

memperlihatkan contoh rapuhnya sendi-sendi suatu perkawinan yang tidak

jarang berakibat pada timbulnya perceraian. Karena perkawinan menyangkut

perbuatan hukum maka dengan sendirinya dalam perceraian terkait pula

perbuatan hukum, yang berarti bahwa ada suatu tantangan normatif yang

terkait di dalam suatu perceraian.18 Kendati di dalam al-Quran tidak terdapat

ayat-ayat yang yang menyuruh atau melarang eksistensi perceraian itu.

walaupun banyak ayat al-Quran yang thalaq, namun isinya hanya sekedar

mengatur bila thalaq mesti terjadi, meskipun dalam bentuk suruhan atau

larangan. Kalau mau menjatuhkan thalaq seharusnya sewaktu istri dalam

keadaan yang siap memasuki masa iddah, seperti yang terdapat dalam ayat al-

Quran, diantaranya adalah:

العدةاااوأحصوااالعدتنااافطل قوهناااالن ساءاااطلقتماااإذااالنباااأي هاااايا

16 Kompilasi Hukum Islam, Pasal 113-115. 17 Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Yogyakarta: Bulan

Bintang, 1993) h. 157 18 Abdurrahman Konoras, “Telaah Tingginya Perceraian Di Sulawesi Utara (Studi Kasus

Putusan Pengadilan Agama”, LPPM Bidang EkoSoBudKum, Vol.1 (2014), h. 55

Page 30: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

17

Artinnya: “Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah

kamu menceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya

yang wajar…” [QS. At-Talaq (65): 1]19

Demikian pula dalam bentuk melarang, Allah SWT berfirman dalam surah Al-

Baqarah ayat 232:

أزواجهناااي نكحناااأناات عضلوهنااافلاااأجلهناااف ب لغناااالن ساءاااطلقتماااوإذا

Artinnya: “Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis masa iddahnya,

maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan

bakal suaminya” [QS. Al-Baqarah (2): 232]

Dari ketentuan di atas, bahwa perceraian itu halal dilakukan tapi sangat dibenci

Allah SWT. Sebagaimana yang tertuang dalam hadits:

ث نااممدابناخالداعناعب يدااللهابناالوليداالوصا احد ث نااكثيابناعب يداالمصي اعنامارباحد افلااللهااااب غضاالللااىااللهاعليهاوسلماابنادثراعناعبدااللهابناعمراقالاقالارسولااللهاصلا

)رواهاابناماجه(اااالطلقArtinnya: “Dari Ibnu Umar, Bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam

bersabda: perbuatan halal yang paling dibenci Allah SWT. Adalah talak

(perceraian)” (H.R. Ibnu Majah: 2008).20

Talak tidak boleh lagi dijatuhkan sesuka hati kaum laki-laki di atas

penderitaan kaum perempuan, akan tetapi harus memiliki alasan-alasan yang

kuat di muka sidang pengadilan. Itu pun setelah pengadilan lebih dahulu

berusaha mendamaikan kedua belah pihak. Dari pada mempertahankan rumah

tangga yang terus menerus tidak harmonis, maka akan lebih baik jika

mengakhiri kehidupan keluarga itu dengan cara yang lebih baik dan terhormat.

Disinilah terletak arti penting dari kalam Allah “Fa imsakun bi ma’rufin au

19 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989) 20 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, h. 441

Page 31: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

18

tasrihun biihsan” mempertahankan rumah tangga dengan cara yang baik, atau

(kalau terpaksa) melepaskannya dengan dengan cara yang baik pula.21

Dasar hukum perceraian pada Undang-undang Perkawinan terdapat

pada Bab VIII tentang putusnya perkawinan serta akibat yang ditimbulkan pada

pasal 38 dan pasal 39. Sedangkan pada KHI terdapat pada Bab XVI tentang

putusnya perkawinan di dalam Pasal 113 sampai dengan Pasal 128.

Pada dasarnya hukum talak adalah makruh, namun hukum makruh

tersebut bisa berubah sesuai dengan ketentuan dan kondisi tertentu. Amir

Syarifuddin menjelaskan, hukum talak adalah sebagai berikut:

1. Sunah dilakukan talak dengan melihat dalam rumah tangga sudah tidak

dapat dibina dan dilanjutkan lagi. Jika dipertahankan akan menimbulkan

banyak mudharat.

2. Mubah atau boleh dilakukan talak bila memang perlu terjadi perceraian dan

tidak ada pihak-pihak yang dirugikan.

3. Wajib dilakukan talak, dilakukan oleh hakim kepada seseorang yang telah

bersumpah untuk tidak lagi menggauli istrinya, dan ia tidak ingin juga

membayar kafarat sumpah agar ia bergaul dengan istrinya.

4. Haram talak dilakukan ketika tidak ada alasan yang jelas, sedangkan istri

dalam keadaan haid atau suci, dimana istri itu sudah digauli. 22

Perceraian di luar Pengadilan bagi sebagian masyarakat sudah menjadi

hal yang terbiasa dilakukan ketika terjadi perselisihan antara keduanya,

berangkat dari pemahaman bahwa ketidak tahuan masyarakat akan adanya

hukum yang mengatur tentang kehidupan keluarga disalah satu lembaga

khusus untuk menangani persengketaan yang timbul dari keluarga, salah

satunya yaitu mengatur tentang pasca terjadinya perkawinan yang kemudian

timbul perselisihan selama perkawinan berlangsung yang berujung pada

perceraian. Kemudian apabila dilihat dari berbagai aspek terhadap akibat

mengenai hukum perceraian di luar pengadilan akan berimbas kepada keluarga

21 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, (Yogyakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004) h. 178 22 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqih Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), Cet. Kelima, h. 201

Page 32: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

19

itu sendiri. Diantaranya adalah status dari kedua belah pihak di mata hukum

yang khusus mengatur hal ini, dan kemudian ketika salah satunya akan

melaksanakan pernikahan kembali maka proses yang akan ditempuh semakin

rumit. Perceraian di depan sidang Pengadilan Agama sebagaimana terdapat

dalam ketetapan Pasal 65 UU Nomor 7 Tahun 1989 jo UU Nomor 3 Tahun

2006 tentang Peradilan Agama dan Pasal 115 KHI yang menjadi salah satu

keharusan yang dilakukan oleh keluarga atau pasangan yang memiliki masalah

keharmonisan keluarga.

C. Rukun dan Syarat Perceraian

Dalam mengerjakan suatu perkara tentu ada hal-hal yang perlu

diperhatikan, supaya apa yang dikerjakan menjadi sah. Suatu perkara yang

dikerjakan harus memenuhi syarat serta rukunnya. Syarat adalah segala sesuatu

yang diperlukan dan diharuskan sebelum melakukan atau mengerjakan suatu

ibadah. Apabila syarat yang diwajibkan tidak semuanya terpenuhi maka ibadah

yang dikerjakan pun tidak sah. Sedangkan rukun adalah suatu bagian atau

pokok yang wajib dikerjakan dalam suatu ibadah. Apabila tidak terpenuhi

maka ibadah tersebut tidak sah.

Begitupun dengan Talak, ada beberapa unsur yang harus terpenuhi agar

terjadi suatu Talak. Amir Syarifuddin menjelaskan mengenai rukun dan syarat

talak, sebagai berikut:

1. Suami yang menjatuhkan talak

1. Suami yang melakukan talak harus orang yang telah dewasa. Artinya,

anak-anak yang masih dibawah umur tidak sah dalam menjatuhkan

talak, yang dimaksud dewasa menurut fiqih adalah orang yang telah

mimpi melakukan hubungan kelamin dan mengeluarkan mani.

2. Suami yang melakukan talak harus orang yang sehat akalnya. Artinya,

orang gila, pingsan, epilepsi, tidur, mabuk atau meminum sesuatu yang

merusak akal sedang ia tidak mengetahui hal itu, maka ia tidak sah

menjatuhkan talak.

Page 33: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

20

3. Suami yang melakukan talak berbuat dalam keadaan sadar dan atas

kemauan sendiri artinya tidak dipaksa oleh pihak manapun. Apabila

talak dilakukan dalam keadaan tidak sadar atau dalam keadaan terpaksa

dengan ancaman maka tidak bisa jatuh talak.

2. Istri yang dijatuhkan talak oleh suaminya

Istri yang ditalak adalah orang yang berada dalam kekuasaan suami

yang menjatuhkan talak, yaitu istri yang masih terikat hubungan perkawinan

yang sah dengan suaminya. Begitu juga dengan istri yang masih dalam talak

Raj’I dan istri yang masih dalam masa iddah, maka status hukumnya seperti

istri yang utuh. Hal ini mengandung arti bahwa istri yang bukan dalam

kekuasaan suaminya tidak sah untuk dijatuhkan talak karena tidak terikat

hubungan perkawinan.

3. Shigat atau ucapan talak.

Jatuhnya sebuah talak apabila terdapat suatu maksud untuk mentalak,

baik itu diucapkan secara jelas (Sharih) maupun dilakukan melalui sindiran

(kinayah) dengan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Ucapan talak secara mutlak adalah suami mengucapkan lafal talak dengan

tidak mengkaitkan dengan sesuatu apapun, seperti ucapan: “Engkau saya

talak”. Dari segi ucapan, talak dibagi menjadi dua, yaitu Sharih dan kinayah.

Lafal Sharih adalah lafal talak yang diucapkan suami kepada istri secara

jelas dan terbuka makna dan maksudnya, seperti: “Aku telah menjatuhkan

talak untuk engkau”. Sedangkan lafal kinayah adalah lafal talak yang

diucapkan suami kepada istrinya yang sebenarnya tidak digunakan untuk

talak, tetap dapat dipakai untuk menceraikan istri, seperti: “Kau boleh

pulang ke rumah orang tua mu”.

2. Ucapan talak yang digantungkan kepada sesuatu. Talak dalam bentuk ini

dinamai talak mu’allaq, seperti ungkapan: “Aku talak engkau, bila engkau

tidak shalat” atau “Aku talak engkau, bila Allah menghendaki”.

Page 34: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

21

3. Ucapan talak dapat dilakukan dengan lisan maupun tulisan, karena kekuatan

penyampaian talak lewat tulisan sama kuat dengan dengan penyampaian

penyampaian talak lewat tulisan, dengan ketentuan-ketentuan tertentu.

Para ulama Ahli Sunah menetapkan 3 rukun untuk jatuhnya suatu talak,

sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Akan tetapi, berbeda dengan

golongan ulama Syi’ah Imamiyah, bahwa rukun yang keempat yaitu kehadiran

saksi. Artinya kehadiran saksi menjadi salah satu rukun jatuhnya talak, dan bila

saksi tidak ada atau tidak hadir maka talak tidak sah. Adapun syarat dari saksi

adalah:

a. Jumlahnya 2 (dua) orang.

b. Keduanya harus laki-laki, tidak boleh perempuan atau laki-laki dengan

perempuan (campuran).

c. Bersifat adil. 23

D. Alasan Perceraian

Setiap perceraian pasti memiliki latarbelakang permasalahan yang

terjadi dalam perkawinan. Dalam Fiqih tidak disebutkan secara terperinci

alasan-alasan yang menyebabkan perceraian, akan tetapi dijelaskan beberapa

tindakan yang dapat menyebabkan perceraian seperti ‘ila, nusyuz, zhihar,

syiqaq dan li’an. Dalam mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan, harus

disertai dengan alasan-alasan yang cukup sesuai dengan alasan-alasan yang

telah ditentukan dalam Undang-Undang Perkawinan. 24 Alasan perceraian

menurut hukum perdata, dapat terjadi berdasarkan alasan-alasan yang telah

23 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqih Munakahat

Dan Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014) Cet. Kelima, h.

201-214 24 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, (Yogyakarta:

Cetakan Keenam, Liberty, 2007) h.129

Page 35: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

22

ditentukan oleh Undang-Undang dan pelaksanaanya harus dilakukan di depan

persidangan.25

Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974, menyebutkan alasan

terjadinya perceraian, sebagai berikut:

1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi,

dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

2. Salah satu pihak (baik suami atau istri) meninggalkan salah satu pihak

selama 2 (dua) tahun yang sah terkait dengan kewajiban memberi nafkah

lahir dan batin.

3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman

yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak lain.

5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak

dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri.

6. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran

dan tidak ada harapan hidup rukun lagi dalam rumah tangga

Selain pasal 19 PP Nomor 9 tahun 1975 tersebut, terdapat penambahan

alasan perceraian bagi yang beragama islam, disebutkan dalam Pasal 116

Kompilasi Hukum Islam sebagai berikut:

1. Suami melanggar Taklik Talak.

2. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan

dalam rumah tangga.26

25 Yahya Harahap, Beberapa Permasalahan Hukum Acara Pada Peradilan Agama,

(Jakarta: Al-Hikmah, 1975) h.133 26 Kompilasi Hukum Islam, Pasal 116

Page 36: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

23

Dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan, dijelaskan bahwa putusnya perkawinan dapat terjadi karena salah

satu pihak meninggal dunia, karena perceraian dan karena putusan pengadilan.

Kemudian dalam Pasal 39 ayat (2) disebutkan bahwa untuk melaksanakan

perceraian, suami istri harus memiliki alasan yang cukup karena menimbulkan

putusnya hubungan antara kedua belah pihak. Berdasarkan yang telah

ditentukan pada Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 dan Pasal

116 Kompilasi Hukum Islam, dapat disimpulkan bahwa perceraian tidak dapat

dilakukan dengan sesuka hati.

Maka dari itu, perceraian hanya dapat dilakukan apabila telah

memenuhi alasan yang telah ditentukan dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam, dengan kata lain

peraturan tersebut sesuai dengan asas dasar perkawinan yaitu mempersulit

perceraian.

Dengan melihat alasan-alasan diperbolehkannya perceraian tersebut,

ditambah dengan adanya ketentuan bahwa perceraian harus dilakukan di depan

persidangan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya pada

dasarnya perceraian itu tidak dilarang. Namun baik suami atau istri tidak boleh

begitu saja memutus hubungan perkawinan tanpa alasan yang kuat. Jadi, pada

dsarnya, adanya Undang-Undang Perkawinan mempersulit terjadinya

perceraian. Hal ini sesuai dengan tujuan perkawinan bahwa perkawinan itu

pada dasarnya untuk selama-lamanya. 27

E. Kondisi Perceraian Di Kota Bogor

Permasalahan dalam keluarga yang beraneka ragam baik permasalahan

kecil sampai permasalahan yang terbesar dapat mengakibatkan kekacauan

yang berakhir pada perceraian karena ketidak selarasan antar pasangan. Hal ini

27 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, (Yogyakarta:

Cetakan keenam, Liberty, 2007), h.130.

Page 37: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

24

membuat keluarga memiliki strategi bagaimana mempertahankan atau menjaga

keluarganya untuk tetap utuh dan harmonis.

Perceraian merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan oleh

pasangan manapun. Karena pada dasarnya pernikahan adalah usaha yang

dilakukan oleh pasangan laki-laki dan perempuan dalam hal membangun dan

membentuk sebuah keluarga yang utuh dan harmonis sampai kapanpun tanpa

adanya konflik yang berujung kepada perceraian. Dalam perceraian

menyangkut beberapa aspek seperti ekonomi dan sosial. Di dalam masyarakat,

perceraian dianggap gagal dalam membina sebuah keluarga yang utuh.28

Begitu juga dengan permasalahan perceraian yang terjadi di kota Bogor.

angka perceraian di kota Bogor terbilang cukup tinggi, yang mana disebabkan

oleh beberapa aspek yang dapat menghancurkan keutuhan keluarga. Di sini

penulis membatasi hanya membahas angka perceraian di Pengadilan Agama

Kota Bogor. Yang artinya penulis hanya meneliti angka perceraian penduduk

kota Bogor yang beragama islam, diketahui mayoritas penduduk kota Bogor

adalah beragama islam dengan persentase sebesar 93,16%. maka dari itu

penulis memaparkan kondisi angka perceraian di kota Bogor beserta faktor-

faktor yang menimbulkan perceraian.

1. Perceraian Dalam Angka

Penulis mendapatkan data mengenai tingginya angka perceraian di kota

Bogor dari Pengadilan Agama Bogor dari tahun 2018 sampai 2021 per bulan

juni. Penulis menguraikannya sebagai berikut:

a. Angka Perceraian Pada Tahun 2018 – 2021 perbulan juni

Berdasarkan data dari Laporan Tahunan Pengadilan Agama Bogor

Tahun 2018-2021 perbulan juni dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2018

PA Bogor telah memutus kasus perceraian sebanyak 1764 perkara. Dengan

28 Debby Anggara Kumara, dkk. “Strategi Mempertahankan Keutuhan Keluarga Sopir Truk

Berbasis Modal Sosial Di Surakarta”, Journal of Development and Social Change, Vol.3 No.1

(2020), h. 83

Page 38: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

25

rincian, perkara cerai gugat sebanyak 1265 dan cerat talak sebanyak 499

perkara.29 Pada tahun 2019 PA Bogor telah memutus perkara perceraian

sebanyak 1836 kasus dengan rincian 1428 cerai gugat dan 408 cerai talak.30

Sedangkan sepanjang tahun 2020 PA Bogor telah memutus perkara

perceraian sebanyak 1751 kasus perceraian, dengan rincian cerai gugat

sebanyak 1352 dan cerai talak sebanyak 399 kasus.31 Dan pada tahun 2021

perbulan juni PA Bogor telah memutus perkara perceraian sebanyak 909

kasus dengan rincian cerai talak sebanyak 200 dan cerai gugat sebanyak 709

perkara, dan diperkirakan angka ini terus meningkat. 32

No Nama Perkara Tahun

2018

Tahun

2019

Tahun 2020 Tahun

2021

1 Cerai Talak 499 408 399 200

2 Cerai Gugat 1265 1428 1352 709

Jumlah Total 1764 1836 1751 909

2. Faktor-Faktor Penyebab Perceraian Di Kota Bogor

Permasalahan dalam rumah tangga sulit untuk dipecahkan dan tidak

jarang berimbas pada hancurnya hubungan suami dan istri. Faktor penyebab

retaknya ikatan suami dan istri seperti kurangnya pendewasaan antara kedua

belah pihak, faktor ekonomi, keluarga yang dirasa kurang mendukung, sering

terjadi kesalahpahaman pemikiran antara suami dan istri serta faktor-faktor

sosial lainnya.33 Seperti yang dikatakan oleh Agus Yuspian selaku Panitera

Muda Pengadilan Agama Bogor, beliau mengatakan bahwa:

“… di kota Bogor penyebab utama Perceraian adalah bukan masalah

ekonominya, tapi pertengkaran terus menerus. Berbeda dengan daerah-

29 Pengadilan Agama Bogor, Laporan Tahunan Pengadilan Agama Bogor Kelas IA Tahun

2018. (Bogor: PA Bogor, 2018) h. 76-78 30 Pengadilan Agama Bogor, Laporan Tahunan Pengadilan Agama Bogor Kelas IA Tahun

2019. (Bogor: PA Bogor, 2019), h. 14-15 31 Pengadilan Agama Bogor, Laporan Tahunan Pengadilan Agama Bogor Kelas IA Tahun

2019. (Bogor: PA Bogor, 2019), h. 32 TIMDA PTA Jabar, “Statistik Perkara Pengadilan Agama Se-Jawa Barat (Pengadilan

Agama Bogor)”, http://kabayan.pta-bandung.go.id/pengawasan_sipp/proses_stat diakses pada 16

Juni 2021 33 Badruddin Nasir, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perceraian Di Kecamatan Sungai

Kunjang Kota Samarinda”, Jurnal Psikostudia Universitas Mulawarman, Vol.1 No.1 (2021), h.34

Page 39: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

26

daerah lain yang mungkin faktor utama perceraian nya adalah masalah

ekonomi”. 34

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, penulis menjabarkan faktor-

faktor yang menyebabkan perceraian di kota Bogor selama 3 tahun terakhir

yaitu 2018, 2019, dan 2020. Kemudian, penulis akan menganalisis faktor-

faktor yang menyebabkan perceraian di kota Bogor, sebagai berikut:

a. Faktor Penyebab Perceraian Tahun 2018

Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari TIMDA PTA JABAR

(Tim Daerah Pengadilan Tinggi Agama Jawa Barat) pada pengadilan

agama Bogor ditahun 2018. 35 Terdapat beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya perceraian di kota Bogor, sebagai berikut:

Tabel 2.4 Faktor Penyebab Percearain Di Kota Bogor Tahun 2018

No Faktor Penyebab Perceraian Tahun 2018 Jumlah

Perkara

1 Perselisihan dan pertengkaran terus menerus 759

2 Ekonomi 404

3 Meninggalkan salah satu pihak 167

4 Kekerasan Dalam Rumah Tangga 31

5 Poligami 13

6 Mabuk 4

7 Judi 4

8 Murtad 4

9 Kawin Paksa 2

10 Zina 1

11 Dihukum Penjara 1

Jumlah Total 1390

Gambar 3.1 Diagram Faktor Perceraian Di Kota Bogor Tahun 2018

34 Agus Yuspian, Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Bogor Kelas 1A, Interview

Pribadi, Bogor, 24 Mei 2021 35 TIMDA PTA Jabar, “Statistik Perkara Pengadilan Agama Se-Jawa Barat (Pengadilan

Agama Bogor)”, http://kabayan.pta-bandung.go.id/pengawasan_sipp/proses_stat diakses pada 16

Juni 2021

Page 40: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

27

Dari data dan diagram di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor utama yang menyebabkan perceraian di kota Bogor adalah

“Pertengkaran terus menerus” dengan persentase sebesar 54,6%,

kemudian disusul oleh faktor ekonomi sebesar 29%.

b. Faktor Penyebab Perceraian Pada Tahun 2019

Berdasarkan data dari TIMDA PTA (Tim Daerah Pengadilan

Tinggi Agama) Jabar pada tahun 2019 36 di Pengadilan Agama Kota

Bogor terdapat faktor-faktor yang menyebabkan terjadainya perceraian,

penulis menguraikan sebagai berikut:

Tabel 2.5 Faktor Penyebab Perceraian di Kota Bogor Tahun 2019

No Faktor Penyebab Perceraian Tahun 2019 Jumlah Perkara

1 Perselisihan dan pertengkaran terus menerus 1013

2 Ekonomi 345

3 Meninggalkan salah satu pihak 140

4 Kekerasan Dalam Rumah Tangga 29

5 Murtad 8

6 Poligami 5

7 Mabuk 5

8 Dihukum Penjara 2

36 TIMDA PTA Jabar, “Statistik Perkara Pengadilan Agama Se-Jawa Barat (Pengadilan

Agama Bogor 2019)”, http://kabayan.pta-bandung.go.id/pengawasan_sipp/proses_stat diakses

pada 16 Juni 2021

54,6%29%

12%

2,2% 0,9% 0,2 0,2 0,2 0,1% 0,07%0,07%Pertengkaran terus menerus

Ekonomi

Meninggalkan satu pihak

KDRT

Poligami

Mabuk

Judi

Murtad

Kawin Paksa

Zina

Page 41: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

28

9 Cacar Badan 1

Jumlah Total 1548

Gambar 3.2 Diagram Faktor Perceraian di Kota Bogor Tahun 2019

Dari data dan diagram di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor utama yang menyebabkan perceraian di kota Bogor pada tahun

2019 adalah “Pertengkaran terus menerus” dengan persentase sebesar

65,4%, kemudian disusul oleh faktor ekonomi sebesar 22%.

c. Faktor Penyebab Perceraian di Kota Bogor Tahun 2020

Berdasarkan data dari TIMDA PTA (Tim Daerah Pengadilan

Tinggi Agama) Jabar pada tahun 2020 37 di Pengadilan Agama Kota

Bogor terdapat faktor-faktor yang menyebabkan terjadainya perceraian,

penulis menguraikan sebagai berikut:

Tabel 2.6 Faktor Perceraian di Kota Bogor Tahun 2020

No Faktor Penyebab Perceraian Tahun 2020 Jumlah

Perkara

1 Perselisihan dan pertengkaran terus menerus 820

37 TIMDA PTA Jabar, “Statistik Perkara Pengadilan Agama Se-Jawa Barat (Pengadilan

Agama Bogor 2020)”, http://kabayan.pta-bandung.go.id/pengawasan_sipp/proses_stat diakses

pada 16 Juni 2021

65,4%

22,2%

9%

1,8% 0,5% 0,3% 0,3% 0,10,06%

Perselisihan Terus Menerus

Ekonomi

Meninggalkan salah satu pihak

KDRT

Murtad

Poligami

Mabuk

Penjara

Cacat Badan

Page 42: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

29

2 Ekonomi 349

3 Meninggalkan salah satu pihak 172

4 Kekerasan Dalam Rumah Tangga 8

5 Murtad 6

6 Mabuk 4

7 Cacat Badan 3

8 Madat 3

9 Zina 3

10 Poligami 2

11 Judi 2

12 Kawin Paksa 1

13 Dihukum Penjara 1

Jumlah Total 1374

Gambar 3.3 Diagram Faktor Perceraian di Kota Bogor Tahun 2020

Dari data dan diagram di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor utama yang menyebabkan perceraian di kota Bogor pada tahun

2020 adalah “Pertengkaran terus menerus” dengan persentase sebesar

59,6%, kemudian disusul oleh faktor ekonomi sebesar 25,4%.

59,6%

25,4%

12,3%

0,5%

0,4%0,2% 0,2% 0,2% 0,2% 0,1% 0,1% 0,07% 0,07%Perselisihan terus menerus

Ekonomi

Meninggalkan salah satu pihak

KDRT

Murtad

Mabuk

Cacat Badan

Madat

Zina

Poligami

Judi

Kawin paksa

Page 43: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

30

3. Analisis

Jika melihat kepada data perceraian di kota Bogor tersebut (2018-

2020), penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

Gambar 3.4 Faktor Perceraian di Kota Bogor (2018-2020)

Dari faktor-faktor penyebab terjadinya perceraian di kota Bogor

selama 3 tahun terakhir (2018-2020) dapat ditarik kesimpulan bahwa

terdapat 4 faktor utama yang mendominasi terjadinya perceraian di kota

Bogor. Diantaranya adalah 1). Perselisihan terus menerus, 2). Faktor

ekonomi, 3). Meninggalkan salah satu pihak, dan yang terakhir 4). Faktor

kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Dari ke empat faktor tersebut,

terdapat satu faktor yang paling banyak memicu perceraian di kota Bogor,

yaitu faktor perselisihan dan pertengkaran terus menerus.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian seperti

yang disebutkan di atas harus menjadi perhatian khusus terutama bagi

masyarakat kota Bogor. Maka dari itu, Pemerintah kota Bogor

menerbitkan Perda Nomor 1 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan

pembangunan ketahanan keluarga untuk memperkuat ketahanan

keluarga sebagai upaya untuk menekan angka perceraian yang terjadi di

kota Bogor.

759

1013

820

404345 349

167 140 172

31 29 80

200

400

600

800

1000

1200

Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020

Perselisihan terus menerus Ekonomi Meninggalkan satu pihak KDRT

Page 44: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

31

F. Ketahanan Keluarga

Keluarga merupakan sebuah konsep yang memiliki pengertian dan

cakupan yang luas dan beragam. Keluarga dalam konteks sosiologi dianggap

sebagai sebuah institusi sosial yang sekaligus menjadi sistem sosial yang ada

disetiap kebudayaan. Sebagai institusi sosial terkecil, keluarga merupakan

kumpulan dari sekelompok orang yang mempunyai hubungan atas dasar

pernikahan, keturunan atau adopsi serta tinggal bersama dalam sebuah rumah

tangga.

Keluarga sebagai sebuah unit terkecil dalam sistem sosial mempunyai

peranan penting dalam mencapai kesejahtraan masyarakat. Keluarga

mempunyai peran dalam memperkenalkan cinta kasih, moral keagamaan,

sosial budaya, dan sebagainya. Keluarga juga menjadi pertahanan utama yang

dapat menangkal berbagai pengaruh negatif dari dinamika sosial yang ada.

Hanya keluarga dengan tingkat ketahanan keluarga tinggi yang dapat

menyaring pengaruh negatif dinamika sosial. Keluarga mempunyai posisi

strategis untuk dijadikan unit pelayanan berbagai kebutuhan dan penanganan

masalah yang ada di masyarakat, karena masalah dalam keluarga saling

berkaitan dan saling berpengaruh diantara anggota keluarga, yang pada

akhirnya juga berpengaruh terhadap keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Pentingnya penguatan ketahanan merupakan salah satu unsur

pembangunan nasional. Secara yuridis, Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992

tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera

menyebutkan bahwa ketahanan keluarga berfungsi sebagai alat untuk

mengukur seberapa jauh keluarga telah melaksanakan peranan, fungsi, tugas-

tugas dan tanggung jawabnya dalam mewujudkan kesejahtraan keluarga.

Dalam konteks Peraturan Perundang-undangan, yakni di dalam

Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga menjelaskan bahwa, keluarga didefinisikan

sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari:

Page 45: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

32

1. Suami dan istri.

2. Suami, istri dan anak.

3. Ayah dan anak.

4. Ibu dan anak.38

Selain itu, Keluarga memiliki 8 (delapan) fungsi seperti yang dijelaskan

dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1994 yang mencakup

fungsi pemenuhan kebutuhan fisik dan non fisik, diantaranya:

1. Fungsi keagamaan.

2. Fungsi sosial dan budaya.

3. Fungsi cinta kasih.

4. Fungsi perlindungan.

5. Fungsi reproduksi.

6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan.

7. Fungsi ekonomi, dan

8. Fungsi pembinaan lingkungan. 39

Fungsi utama keluarga juga dijelaskan dalam resolusi Majelis Umum

PBB bahwa fungsi utama keluarga adalah “Sebagai wahana untuk mendidik,

mengasuh dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh

anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di lingkungan masyarakat

dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna

tercapainya keluarga sejahtera”. 40

38 Badan Pusat Statistik, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016, (Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak, 2016), h.5 39 Ibid., h. 6 40 Ujianto Singgih Prayitno, dkk. Ketahanan Keluarga Untuk Masa Depan Bangsa (Jakarta:

Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, 2016) h. v

Page 46: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

33

1. Pengertian Ketahanan Keluarga

Ketahanan keluarga merupakan alat untuk mengukur pencapaian

sebuah keluarga dalam melaksanakan peran, fungsi dan tanggung jawabnya

dalam mewujudkan kesejahtraan anggota. Tingkat ketahanan keluarga

ditentukan oleh perilaku individu dan masyarakat. Individu dan keluarga yang

memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang ketahanan keluarga yang baik,

akan mampu bertahan dengan perubahan struktur, fungsi, dan peranan keluarga

yang berubah sesuai dengan perkembangan teknologi, informasi dan

komunikasi. Individu dan keluarga yang mampu bertahan dengan perubahan

lingkungan, berpotensi memiliki ketahanan keluarga yang kuat. 41

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kedudukan dan Pembangunan Keluarga dalam Pasal 1 ayat 11 menjelaskan

bahwa Ketahanan dan Kesejahtraan Keluarga adalah kondisi keluarga yang

memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik

materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluargannya untuk

hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahtraan kebahagiaan lahir dan

batin.42 Sementara, suatu keluarga akan memiliki ketahanan dan kemandirian

yang tinggi apabila keluarga tersebut dapat berperan secara optimal dalam

mewujudkan seluruh potensi yang dimilikinya. Lebih jauh lagi, ketahanan

keluarga diindikasikan sebagai kecukupan dan kesinambungan akses terhadap

pendapatan dan sumber daya setidaknya untuk memenuhi kebutuhan dasar,

termasuk didalamnya adalah kecukupan akses terhadap pangan, air bersih,

pelayanan kesehatan, kesempatan pendidikan, perumahan, waktu untuk

41 Mujahidatul Musfiroh, dkk. “Analisis Faktor-Faktor Ketahanan Keluarga Di Kampung KB

RW 18 Kelurahan Kadipiro Kota Surakarta”, Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya, Vol.7, No.2,

(2019), h. 62 42 Jdih.Kemenpppa.go.id. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan

Kedudukan dan Pembangunan Keluarga. h. 5

Page 47: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

34

berpartisipasi di masyarakat, dan integrasi sosial. Dengan demikian, ketahanan

keluarga merupakan konsep yang mengandung aspek multidimensi. 43

Menurut Frankenberger dalam buku Ketahanan Keluarga 2016

menjelaskan bahwa Ketahanan Keluarga (Family Strength atau Family

Resilence) merupakan kondisi kecukupan dan kesinambungan akses terhadap

pendapatan dan sumber daya untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar,

antara lain: pangan, air bersih, pelayanan kesehatan, kesempatan pendidikan,

perumahan, waktu untuk berpartisipasi di masyarakat dan integrasi sosial.

Sedangkan menurut Walsh dalam Buku Pembangunan Ketahanan Keluarga

2016 menjelaskan bahwa ketahanan keluarga merupakan kemampuan untuk

bertahan dan beradaptasi terhadap berbagai kondisi yang senantiasa berubah

secara dinamis serta memiliki sifat positif terhadap berbagai tantangan

kehidupan berkeluarga.44

Ketahanan keluarga juga mengandung maksud sebagai kemampuan

keluarga guna mengembangkan dirinya untuk hidup secara harmonis, sejahtera

dan bahagia lahir batin. Ketahanan keluarga mencakup kemampuan keluarga

untuk mengelola sumber daya dan masalah untuk mencapai kesejahtraan,

kemampuan untuk beradaptasi terhadap berbagai kondisi yang senantiasa

berubah secara dinamis serta memiliki sifat positif terhadap berbagai tantangan

kehidupan keluarga. Dari sudut pandang yang lain, ketahanan keluarga

didefinisikan sebagai kemampuan keluarga untuk menangkal atau melindungi

diri dari berbagai permasalahan atau ancaman kehidupan baik yang datang dari

dalam keluarga itu sendiri maupun dari luar keluarga seperti lingkungan,

komunitas, masyarakat, maupun negara.45

43 Badan Pusat Statistik, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016, (Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak, 2016), h.2 44 Badan Pusat Statisti, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016, (Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak, 2016), h. 6 45 Euis Sunarti, Pembangunan Ketahanan Keluarga, (Bogor: Kementerian Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anaka, 2016)

Page 48: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

35

Dari sudut pandang yang lain, ketahanan keluarga didefinisikan sebagai

kemampuan keluarga untuk menangkal atau melindungi diri dari berbagai

permasalahan atau ancaman kehidupan baik yang datang dari keluarga itu

sendiri maupun dari luar keluarga seperti lingkungan, komunitas, masyarakat,

maupun negara. Ada 5 (lima) indikasi yang menggambarkan tingkat ketahanan

keluarga: (1) adanya sikap saling melayani sebagai tanda kemuliaan, (2)

adanya keakraban antara suami dan istri menuju kualitas perkawinan yang baik,

(3) adanya orang tua yang mengajar dan melatih anak-anaknya dengan

berbagai tantangan kreatif, pelatihan yang konsisten dan mengembangkan

keterampilan, (4) adanya suami dan istri yang memimpin seluruh anggota

keluarganya dengan penuh kasih sayang, (5) adanya anak-anak yang mentaati

dan menghormati orang tuanya. 46

Dalam kaitannya dengan Peraturan Perundang Undangan yang berlaku

di Indonesia, ketahanan keluarga mengandung berbagai aspek yang bertujuan

untuk pengembangan individu di dalam keluarga maupun keluarga tersebut

secara keseluruhan. Konsep ketahanan keluarga memiliki makna yang berbeda

dengan konsep kesejahtraan keluarga, namun keduanya saling berkaitan erat.

Keluarga dengan tingkat kesejahtraan yang lebih tinggi berpotensi memiliki

ketahanan keluarga yang kuat. Konsep tersebut dirumuskan dalam Undang-

Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga, yaitu pada Pasal 1 ayat 11. Pada ayat tersebut

dijelaskan ketahanan dan kesejahtraan keluarga sebagai kondisi keluarga yang

memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik

materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk

hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahtraan dan kebahagaiaan lahir dan

batin.

46 Badan Pusat Statisti, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,

Pembangunan Ketahanan Keluarga 2016, (Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak, 2016), h. 7

Page 49: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

36

Sejalan dengan Undang-Undang tersebut maka ketahanan keluarga

dapat diukur menggunakan pendekatan sistem (sumber daya fisik dan non

fisik), proses menajemen keluarga (permasalahan keluarga dan mekanisme

penanggulangannya), dan output (terpenuhinya kebutuhan fisik dan psiko

sosial). Atas dasar pendekatan ini, maka ketahanan keluarga merupakan ukuran

kemampuan keluarga dalam mengelola masalah yang dihadapinya berdasarkan

sumber daya yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan

demikian, keluarga dikatakan memiliki tingkat ketahanan keluarga yang tinggi

apabila memenuhi beberapa aspek, yaitu: (1) ketahanan fisik yaitu

terpenuhinya sandang, pangan, perumahan, pendidikan dan kesehatan, (2)

ketahanan sosial yaitu berorientasi pada nilai agama, komunikasi yang efektif,

dan komitmen keluarga yang tinggi, (3) ketahanan psikologis meliputi

kemampuan penanggulangan masalah non fisik, pengendalian emosi secara

positif, konsep diri positif, dan kepedulian suami terhadap istri.47

Ketahanan keluarga yang lemah selalu berkaitan dengan kurang

optimalnya dari pelaksanaan fungsi-fungsi keluarga, sehingga melahirkan

keluarga bermasalah. Diantaranya adalah: Pertama, keluarga prasejahtera.

Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang tidak dapat memenuhi salah satu

dari 6 indikator penentu, yaitu sandang, pangan, papan, penghasilan, kesehatan

dan pendidikan. Kedua, keluarga renan. Keluarga renran adalah keluarga yang

dalam berbagai aspeknya tidak atau kurang mendapatkan kesempatan untuk

mengembangkan potensinya sebagai akibat dari keadaan fisik dan nonfisiknya.

Keluarga sebagai struktur terkecil dalam masyarakat memegang

peranan penting bagi lahirnya masyarakat berkualitas. Menjadikan keluarga

yang berkualitas sangat bergantung pada keberdayaan unsur-unsur anggota

keluarga sebagai suatu sistem organisasi terkecil dalam menjalankan fungsi-

fungsi keluarga dengan baik dan benar mengacu pada nilai-nilai agama dan

kebudayaanya.

47 Ibid., h. 8

Page 50: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

37

Dalam keluarga sebagai suatu organisasi terkecil, terdapat seorang

pemimpin yang biasanya diletakan pada seorang suami sebagai kepala keluarga,

dan seorang istri sebagai manajer rumah tangga serta anak-anak yang sejak

dilahirkan harus mendapatkan pendidikan dan pengasuhan, baik dalam

pembentukan karakter, keagamaan dan sosial budaya. Dalam pengasuhan

inilah terjadi proses pemberdayaan dalam internal anggota keluarga yang

dilandasi nilai kasih sayang. Sehingga terjadi transformasi nilai pendidikan

dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menjadi keluarga

yang sejahtera.

Page 51: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

43

BAB III

KONSEP KEBIJAKAN PUBLIK DAN PERATURAN DAERAH KOTA

BOGOR NOMOR 1 TAHUN 2019 TENTANG PENYELENGGARAAN

PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

A. Teori Implementasi Kebijakan

Salah satu tahapan penting dalam sebuah kebijakan adalah tahap

implementasi. Karena pada tahap ini kebijakan diterapkan dan diukur sejauh

mana kebijakan tersebut dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dan

mencapai tujuan-tujuan kebijakan yang diinginkan. 48 Implementasi berasal

dari bahasa inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan.49

Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang

menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan

untuk menimbulkan dampak atau akibat yang berupa sebuah undang-undang,

peraturan pemerintah, keputusan peradilan atau kebijakan yang dibuat oleh

lembaga-lembaga pemerintahan dalam kehidupan kenegaraan.

Menurut Nurdin Usman, implementasi adalah bermuara pada aktivitas,

aksi, tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan

sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai

tujuan kegiatan.50 Menurut Purwanto dan Sulistyastuti, implementasi intinya

adalah kegiatan untuk mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy

output) yang dilakukan oleh para implementor kepada kelompok sasaran atau

target group sebagai upaya untuk mewujudkan kebijakan.51

48 Ratih Anggraeni, dkk. “Evaluasi Kebijakan Publik (Evaluasi terhadap proses pengadaan

anjungan mandiri kepegawaian berdasarkan Perpres No.54 Tahun 2010 di Badan Kepegawaian

Daerah Kota Malang), Jurnal Administrasi Publik, Vol.1, No.1, h.121 49 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,

2013), h. 56 50 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Grasindo, 2002), h.

70 51 Purwanto dan Sulistyastuti, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan,

(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 21

Page 52: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

44

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang, untuk

mengimplementasikan kebijakan publik. Terdapat dua pilihan langkah yang

ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui

formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.

Rangkaian implementasi kebijakan dapat diamati dengan jelas yaitu dimulai

dari program, ke proyek dan ke kegiatan. Model tersebut mengadaptasi

mekanisme yang lazim dalam menajemen, khususnya menajemen sektor

publik. Kebijakan yang diturunkan berupa program-program yang kemudian

diturunkan menjadi proyek-proyek, dan akhirnya berwujud pada kegiatan-

kegiatan. Baik yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, maupun

kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat.

Alasan mengapa implementasi kebijakan diperlukan mengacu pada

pandangan para pakar bahwa setiap kebijakan yang telah dibuat harus

diimplementasikan. Oleh karena itu, implementasi kebijakan diperlukan

karena berbagai alasan atau perspektif. Sebagaimana yang diperkenalkan oleh

Edwards III, implementasi kebijakan diperlukan karena adanya masalah

kebijakan yang perlu diatasi dan dipecahkan. Edwars III memperkenalkan

pendekatan masalah implementasi dengan mempertanyakan faktor-faktor apa

saja yang mendukung dan menghambat keberhasilan implementasi

kebijakan. 52 T.B Smith mengakui bahwa ketika kebijakan telah dibuat,

kebijakan tersebut harus diimplementasikan dan hasilnya sedapat mungkin

sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan. Tujuan

implementasi kebijakan diformulasi ke dalam program aksi dan proyek tertentu

yang dirancang dan dibiayai.

Menurut pandangan Edward III implementasi kebijakan dipengaruhi

empat variable, diantaranya adalah:

1. Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar

implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang menjadi

52 Haedar Akib, “Implementasi Kebijakan: Apa, Mengapa, dan Bagaimana”, Jurnal

Administrasi Publik, Vol. 1, Nomor 1 (2010), h. 3

Page 53: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

45

tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran

(Target Group) sehingga akan mengurangi distorsi implementasi.

Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan

kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggungjawab dalam

pencapaian tujuan kebijakan.

Kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan perlu dikomunikasikan secara tepat

dengan para pelaksana. Konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan

tujuan perlu dikomunikasikan sehingga implementor mengetahui secara

tepat ukuran maupun tujuan kebijakan itu.

2. Sumberdaya, meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan

konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk

melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya

tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, misalnya kompetensi

implementor dan sumber daya finansial.

3. Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor,

seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor

memiliki disposisi yang baik, maka implementor tersebut dapat

menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh

pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif

yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi

kebijakan juga menjadi tidak efektif.

4. Struktur Birokrasi, struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan

kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi

kebijakan. Aspek dari struktur kebijakan adalah SOP dan fragmentasi.

Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan

pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang

rumit dan kompleks, yang menjadikan aktivitas organisasi tidak fleksibel. 53

Keberhasilan implementasi menurut Marilee S. Grindle dipengaruhi

oleh dua variable besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan

53 Subarsono, Analisis Kebijakan Publik (Konsep. Teori dan Aplikasi), (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2011), h. 90-92

Page 54: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

46

implementasi (context of implementation). Variable tersebut mencakup

sejauhmana kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi

kebijakan, jenis manfaat yang diterima target group, sejauhmana perubahan

yang diinginkan dari sebuah kebijakan, apakah letak sebuah program sudah

tepat, apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan

rinci, dan apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai.54

Variable isi kebijakan ini mencakup:

1. Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran termuat dalam isi kebijakan.

2. Jenis manfaat yang diterima oleh target group.

3. Sejauh mana perubahan yang diinginkan sebuah kebijakan.

4. Apakah letak sebuah program sudah tepat.

Keberhasilan implementasi kebijakan atau program juga dapat dikaji

berdasarkan proses implementasi (perspektif proses) dan hasil yang dicapai

(perspektif hasil). Pada perspektif proses, program pemerintah dapat dikatakan

berhasil jika pelaksanaanya sesuai dengan petunjuk dan ketentuan pelaksanaan

yang dibuat oleh pembuat program yang mencakup antara lain tata cara atau

prosedur pelaksanaan, agen pelaksana, kelompok sasaran dan manfaat program.

Sedangkan pada perspektif hasil, program dinilai berhasil manakala

programnya membawa dampak seperti yang diinginkan. Suatu program

mungkin saja berhasil dilihat dari sudut proses, tetapi boleh jadi gagal ditinjau

dari dampak yang dihasilkan, atau sebaliknya. Dengan kata lain, implementasi

kebijakan dapat dianggap berhasil ketika telah nampak konsistensi antara

proses yang dilalui dengan hasil yang dicapai.55

Menurut Sunggono implemenasi kebijakan mempunyai beberapa faktor

penghambat, yaitu:

1. Isi kebijakan

54 Subarsono, Analisis Kebijakan Publik (Konsep. Teori dan Aplikasi), (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2011), h.93 55 Haedar Akib, “Implementasi Kebijakan: Apa, Mengapa, dan Bagaimana”, Jurnal

Administrasi Publik, Vol. 1, Nomor 1 (2010), h. 7

Page 55: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

47

Implementasi kebijakan bisa gagal karena masih samarnya isi kebijakan,

maksudnya apa yang menjadi tujuan tidak cukup terperinci, sarana-sarana

dan penerapan prioritas, atau program-program kebijakan terlalu umum atau

sama sekali tidak ada. Atau karena kurangnya ketetapan internal maupun

eksternal dari kebijakan yang dilaksanakan.

2. Informasi

Implementasi kebijakan publik mengasumsikan bahwa para pemegang

peran yang terlibat langsung mempunyai informasi yang perlu atau sangat

berkaitan untuk dapat memainkan perannya dengan baik. Informasi ini

justru tidak ada, misalnya ada gangguan komunikasi.

3. Dukungan

Pelaksanaan suatu kebijakan publik akan sangat sulit apabila pada

pengimplementasiannya tidak cukup dukungan untuk pelaksanaan

kebijakan tersebut.

4. Pembagian potensi

Sebab musabab yang berkaitan dengan gagalnya suatu implementasi

kebijakan publik juga ditentukan aspek pembagian potensi diantara para

pelaku yang terlibat dalam implementasi. Dalam hal ini berkaitan dengan

diferensiasi tugas dan wewenang organisasi pelaksana. Struktur organisasi

pelaksanaan dapat menimbulkan masalah-masalah apabila pembagian

wewenang dan tanggung jawab kurang disesuaikan dengan pembagian

tugas atau ditandai oleh adanya pembatasan-pembatasan yang kurang

jelas.56

Korten menyatakan bahwa suatu program akan berhasil dilaksanakan

jika terdapat kesesuaian dari tiga unsur implementasi program. Pertama,

kesesuaian antara program dengan pemanfaat, yaitu kesesuaian antara apa yang

ditawarkan oleh program dengan apa yang dibutuhkan oleh pemanfaat atau

kelompok sasaran. Kedua, kesesuaian antara program dengan organisasi

pelaksana, yaitu kesesuaian antara tugas yang dipersyaratkan oleh program

56 Bambang Sunggono, Hukum dan Kebijakan Publik, (Jakarta: PT. Karya Unipress, 1994),

h.149

Page 56: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

48

dengan kemampuan organisasi pelaksana. Ketiga, kesesuaian antara kelompok

pemanfaat dengan organisasi pelaksana. Yaitu, keseuaian antara syarat yang

diputuskan organisasi untuk dapat memperoleh output program dengan apa

yang dapat dilakukan oleh kelompok sasaran program.

Berdasarkan pola pikir Korten, dapat dipahami bahwa jika tidak

terdapat kesesuaian antara tiga unsur implementasi kebijakan maka kinerja

program tidak akan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Jika output

program tidak sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran maka jelas

outputnya tidak dapat dimanfaatkan. Jika organisasi pelaksana program tidak

memiliki kemampuan melaksanakan tugas yang disyaratkan oleh program,

maka organisasinya tidak dapat menyampaikan output program dengan tepat.

Atau, jika syarat yang ditetapkan organisasi pelaksana program tidak dapat

dipenuhi oleh kelompok sasaran maka kelompok sasaran tidak mendapatkan

output program. Oleh karena iti, keseuaian antara tiga unsur implementasi

kebijakan mutlak diperlukan agar program berjalan sesuai dengan rencana

yang telah dibuat.57

B. Konsep Kebijakan Publik

Kebijakan publik diciptakan untuk mencapai perkembangan, dan

perkembangan bukanlah tentang masalah semata yang disebut sebagai masalah

karena sudah ada sebelumnya, tentu saja kebijakan publik adalah tentang

memecahkan masalah, melakukan perkembangan untuk masyarakat yang ideal.

Hadirnya kebijakan publik adalah karena suatu kondisi atau situasi yang

menimbulkan ketidakpuasan dikalangan rakyat sehingga membutuhkan solusi

yang segera. Fredickson dan Hart mengemukakan bahwa kebijakan adalah

suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang,

kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan adanya

57 Haedar Akib, “Implementasi Kebijakan: Apa, Mengapa, dan Bagaimana”, Jurnal

Administrasi Publik, Vol. 1, Nomor 1 (2010), h. 9

Page 57: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

49

hambatan-hambatan tertentu sambil mencari peluang-peluang untuk mencapai

tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.58

Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang

diusulkan oleh seseorang, kelompok, ataupun pemerintah dalam lingkungan

tertentu. Sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya

mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran

yang diinginkan.

Kebijakan publik merupakan suatu aturan-aturan yang dibuat oleh

pemerintah dan merupakan bagian dari keputusan politik untuk mengatasi

berbagai persoalan dan isu-isu yang ada dan berkembang di masyarakat.

Kebijakan publik juga merupakan keputusan yang dibuat oleh pemerintah

untuk melakukan pilihan tindakan tertentu untuk tidak melakukan sesuatu

maupun untuk melakukan suatu tindakan.

Easton mendefinisikan bahwa kebijakan publik sebagai pengalokasian

nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaanya bersifat

mengikat. Dalam pengertian ini hanya pemerintah yang dapat melakukan

sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk

dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari

pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.

Dalam kehidupan masyarakat yang ada di wilayah hukum suatu negara

sering terjadi berbagai macam permasalahan. Negara yang memegang penuh

tanggung jawab pada kehidupan rakyatnya harus mampu menyelesaikan

permasalahan-permasalahan tersebut. Kebijakan publik yang dibuat dan

dikeluarkan oleh negara diharapkan dapat menjadi solusi akan permasalahan-

permasalahan tersebut. Kebijakan publik adalah suatu keputusan yang

dimaksudkan untuk tujuan mengatasi permasalahan yang muncul dalam suatu

58 Fredickson dan Hart, Kebijakan Publik dan Formulasi, (Jakarta: Sinar Harapan, 2003),

h.19

Page 58: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

50

kegiatan tertentu yang dilakukan oleh instansi pemerintah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintah.59

Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai whatever goverments

choose to do or not to do yaitu segala sesuatu atau apapun yang dipilih oleh

pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Ia juga memaknai kebijakan

publik sebagai upaya untuk mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan oleh

pemerintah. Mengapa pemerintah melakukannya, dan apa yang menyebabkan

pemerintah melakukannya. Dye juga mengatakan bahwa jika pemerintah

memilih untuk melakukan sebuah tindakan, maka tindakan tersebut harus

memiliki tujuan. Berdasarkan stratifikasinya, kebijakan publik dapat dilihat

dari tiga tingkatan, yaitu kebijakan umum (strategi), kebijakan manajerial, dan

kebijakan teknis operasional. Selain itu, dari sudut menajemen, proses kerja

dari kebijakan publik dapat dipandang sebagai serangkaian kegiatan sebagai

berikut:

1. Pembuatan kebijakan.

2. Pelaksanaan dan pengendalian.

3. Evaluasi kebijakan.60

Setiap kebijakan publik yang dirumuskan memang akan selalu dimulai

dari adanya sutu masalah publik yang mendapat perhatian luas yang menuntut

tindakan pemerintah untuk memecahkan masalah tersebut melalui sebuah

kebijakan. Kebijakan publik merupakan alat untuk mewujudkan nilai yang

diidealkan masyarakat seperti keadilan, persamaan dan keterbukaan.

Kebijakan publik untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat,

seperti kemiskinan, pengangguran, dan lain-lain. Kebijakan publik juga untuk

memanfaatkan peluang baru bagi kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat.

Miriam Budiarjo menjelaskan bahwa kebijakan publik adalah suatu

kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik,

59 Id.Tesis.com, “Teori Kebijakan Publik Menurut Para Ahli”, https://idtesis.com/teori-

kebijakan-publik-menurut-para-ahli/, diakses pada 10 Juni 2021 60 Id.Tesis.com, “Teori Kebijakan Publik Menurut Para Ahli”, https://idtesis.com/teori-

kebijakan-publik-menurut-para-ahli/, diakses pada 10 Juni 2021

Page 59: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

51

dalam usaha memilih tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut. 61 Tanpa

disadari kebijakan publik sangat penting untuk dicermati dan dipelajari.

Kebijakan publik dipelajari dengan maksud memperoleh pengetahuan yang

lebih mendalam mengenai hakikat dan asal mula kebijakan publik. Harapannya

agar mampu mendeskripsikan isi kebijakan, menganalisis, dan menjelaskan

sebab akibat dari berbagai kebijakan.

Kebijakan publik itu penting karena kebijakan publik digunakan untuk

memecahkan masalah-masalah sosial sehari-hari. Di dalam kehidupan sehari-

hari, kehidupan memang telah dikepung oleh segala sesuatu yang berhubungan

dengan kebijakan publik. Hadirnya kebijakan publik di tengah kehidupan lewat

tindakan pembuatan keputusan kebijakan publik itu berdampak langsung pada

kehidupan individu, kelompok dan masyarakat. Artinya dalam kehidupan

tersebut kebijakan publik telah menjadi penyebab timbulnya peristiwa tersebut

dan kemudian memberikan warna tertentu terhadap berbagai aspek kehidupan

yang dijalani sehari-hari. Kebijakan publik memastikan dirinya untuk

memainkan perannya dalam mengatur, mengarahkan, dan mempengaruhi

kehidupan sehari hari, baik secara langsung maupun tidak langsung.62 Tidak

semua kebijakan akan berjalan dengan lancar dan berhasil mencapai tujuan

yang telah ditentukan. Banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan ataupun

kegagalan kebijakan. Untuk mengetahui penyebab kegagalan dalam mencapai

tujuan serta untuk mengantisipasi kegagalan yang sama dimasa mendatang,

maka perlu dilakukan evaluasi kebijakan.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa kebijakan adalah suatu

tindakan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan kebijakan

mengenai Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan

pembangunan ketahanan keluarga dalam menekan angka perceraian, adalah

sebuah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kota Bogor sebagai upaya

61 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2008) 62 Abdul Wahab, Analisis Kebijakan Dari Formulasi Ke Penyusunan Model-Model

Implementasi Kebijakan Publik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), h.5

Page 60: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

52

untuk meningkatkan ketahanan keluarga sehingga angka perceraian di kota

Bogor dapat ditekan

C. Proses Evaluasi Kebijakan Publik

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau

dievaluasi, hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat

telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat

untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini, memecahkan masalah

yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau

kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik

telah meraih dampak yang diinginkan. Evaluasi kebijakan publik menurut

Muhadjir adalah suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan

publik dapat membuahkan hasil, yaitu dengan membandingkan antara hasil

yang diperoleh dengan tujuan atau target kebijakan publik yang ditentukan.63

Menurut Dunn, evaluasi memberikan informasi yang valid dan dapat

dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai,

dan kesempatan yang telah dicapai melalui kebijakan publik. Evaluasi

memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang

mendasari pemilihan tujuan dan target. Evaluasi juga memberi sumbangan

pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan

masalah dan rekomendasi. Jadi, meskipun berkenaan dengan keseluruhan

proses kebijakan, evaluasi kebijakan ini lebih berkenaan pada kinerja dari

kebijakan, khusunya pada implementasi kebijakan publik

Menurut Lester dan Stewart, evaluasi dilakukan karena tidak semua

program kebijakan publik meraih hasil yang diinginkan. Seringkali terjadi

kebijakan publik gagal meraih maksud atau tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dengan demikian, evaluasi kebijakan ditujukan untuk melihat

sebab-sebab kegagalan suatu kebijakan atau untuk mengetahui apakah

kebijakan publik yang telah dijalankan meraih dampak yang diinginkan. Dalam

63 Ratih Anggraeni, dkk. “Evaluasi Kebijakan Publik (Evaluasi terhadap proses pengadaan

anjungan mandiri kepegawaian berdasarkan Perpres No.54 Tahun 2010 di Badan Kepegawaian

Daerah Kota Malang), Jurnal Administrasi Publik, Vol.1, No.1, h.121

Page 61: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

53

bahasa yang lebih singkat, evaluasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk

menilai manfaat suatu kebijakan. Evaluasi kebijakan memiliki tugas untuk

menentukan konsekuensi-konsekuensi apa saja yang ditimbulkan oleh suatu

kebijakan dengan cara menggambarkan dampak dan menilai keberhasilan atau

kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan standar atau kriteria yang telah

ditetapkan sebelumnya.64

Menurut Brian dan White, evaluasi kebijakan pada dasarnya harus bisa

menjelaskan sejauh mana kebijakan publik dan implementasinya mendekati

tujuan. Pengertian evaluasi kebijakan yang dikemukakan oleh Brian dan White

mengarahkan penilaian terhadap evaluasi kebijakan dapat dilakukan pada

tahap implementasi, dan implementasi dapat dinilai dari sejauh mana dampak

dan konsekuensi-konsekuensi yang dihasilkan. Evaluasi bertujuan untuk

memberikan informasi kepada pembuat kebijakan mengenai program-program

yang sedang berlangsung. Serta menunjukan faktor-faktor apa saja yang dapat

dimanipulasi agar diperoleh pencapaian hasil yang lebih baik, untuk kemudian

memberikan alternatif kebijakan baru atau sekedar cara implementasi lain. 65

Berdasarkan penjelasan evaluasi di atas, informasi yang didapat dari

evaluasi kebijakan dapat digunakan untuk memperbaiki program yang sedang

berjalan, bahkan juga memberikan informasi faktor-faktor yang dapat

dimanipulasi. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk menghindari program

yang dapat merugikan masyarakat dan menentukan keberlanjutan program

dimasa mendatang. Jika hasil evaluasi menunjukan bahwa program tersebut

ada hal-hal yang perlu dilakukan perubahan, maka para pengambil keputusan

sebaiknya bisa menanggapi dengan serius. Artinya mereka harus memiliki ide

baru guna memperbaiki program, sehingga program tersebut dapat terhindar

dari kegagalan dan dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan. Sementara itu,

Winarno menyebutkan bahwa tujuan evaluasi kebijakan adalah agar

64 Budi Winarno, Teori Dan Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2002),

h. 165 65 Samodra Wibawa, Kebijakan Publik: Proses dan Analisis, (Jakarta: Intermedia, Cet. 1,

1994), h. 13-14

Page 62: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

54

mengetahui apa yang ingin dicapai dari suatu kebijakan tertentu, bagaimana

melakukannya, dan apakah telah mencapai tujuan yang diinginkan seperti yang

telah ditetapkan sebelumnya.66

Evaluasi yang baik memerlukan langkah yang sistematis, terarah dan

konsisten. Untuk itu perlu ditentukan lebih dulu hal-hal sebagai berikut:

1. Tujuan program

Yang dimaksud dengan tujuan program adalah tujuan akhir atau apa yang

diharapkan sebagai hasil akhir suatu pembangunan program, dan terkait

dengan tujuan yang telah direncanakan semula.

2. Kegiatan yang menjadi pendukung program

Proyek yang menjadi pendukung program adalah sarana dan prasarana yang

merupakan variable penunjang dalam rangka mencapai sasaran.

3. Bagaimana prosedur pelaksanaanya

Prosedur pelaksanaan adalah organisasi yang didesain secara efisien, efektif,

dan konsisten untuk melaksanakan program, yang meliputi

pengorganisasian, ketenagakerjaan, dan peraturan pengundangan.

4. Hasil yang diharapkan dari masing-masing proyek

Hal lain yang perlu ditentukan adalah menetapkan Output dari masing-

masing proyek yang bersangkutan yang merupakan variable penunjang agar

sasaran program keseluruhan dapat tercapai.

5. Memperkirakan effect dan impact suatu program yang bersangkutan

Memperkirakan effect dan impact suatu program mungkin yang paling sulit

ditentukan. Tapi, dengan melakukan survei, wawancara dengan masyarakat,

dan evaluasi data dapat diketahui effect dan impact nya.

Evaluasi kebijakan memegang peranan penting dalam tahapan

kebijakan publik. Mengingat banyaknya masalah-masalah yang ada di dalam

masyarakat, yang tentunya juga membutuhkan pemecahan masalah yang tepat

dan sesuai untuk kondisi masyarakat yang berbeda.

66 Budi Winarno, Teori Dan Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Media Pressindo,

2002), h.170

Page 63: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

55

D. Gambaran Umum Peraturan Daerah Kota Bogor No. 1 Tahun 2019

tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga

Peraturan daerah atau Perda adalah peraturan perundang-undangan

yang dibentuk oleh kepala daerah provinsi maupun kabupaten/ kota, dalam

ranah pelaksanaan penyelenggaraan otonomi daerah yang menjadi legalitas

perjalanan eksekusi pemerintah daerah.67 Peraturan daerah merupakan wujud

nyata dari pelaksanaan otonomi daerah yang dimiliki oleh pemerintah daerah

dan pada dasarnya, peraturan daerah penjabaran lebih lanjut dari peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi, dengan melihat kepada ciri khas dari

masing-masing daerah. Dalam hal ini peraturan daerah kota Bogor Nomor 1

Tahun 2019 tentang penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga

memiliki peraturan yang lebih tinggi, yaitu Peraturan Gubernur Jawa Barat

Nomor 55 Tahun 2018 tentang peraturan pelaksanaan penyelenggaraan

pembangunan ketahanan keluarga.

Tujuan utama dari peraturan daerah adalah memberdayakan masyarakat,

mewujudkan kemandirian daerah, dan pembentukan daerah harus didasari oleh

asas pembentukan peraturan perundang-undangan antara lain: memihak pada

kepentingan rakyat, menjunjung tinggi hak asasi manusia, berwawasan

lingkungan dan budaya. 68 Menurut UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, dijelaskan bahwa peraturan

daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD

dengan persetujuan Kepala Daerah. Prinsip dasar penyusunan peraturan daerah

adalah:

1. Transparansi/ keterbukaan.

2. Partisipasi.

67 Maria Farida Indriati, Ilmu Perundang-Undangan, (Yogyakarta: Cet. 7, Kanisius, 2007),

h.202 68 Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara

Langsung, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, Cet.1, 2005), h.131

Page 64: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

56

3. Koordinasi dan keterpaduan.

Rancangan peraturan daerah yang telah disetujui bersama oleh DPRD

dan kepala daerah selanjutnya disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada

kepala daerah untuk ditetapkan menjadi peraturan daerah. Penyampaian

rancangan peraturan daerah tersebut dilakukan dalam jangka waktu paling

lambat 7 hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama. Penetapan

rancangan peraturan daerah tersebut dilakukan oleh kepala daerah dengan

menandatangani dalam jangka waktu paling lambat 30 hari sejak adanya

rancangan peraturan daerah tersebut. Isi materi muatan peraturan daerah harus

mengandung asas-asas sebagai berikut:

1. Asas pengayoman, harus berfungsi memberikan perlindungan dalam

rangka menciptakan ketentraman masyarakat.

2. Asas kemanusiaa, mencerminkan perlindungan dan penghormatan hak-

hak asasi manusia.

3. Asas kebangsaan, mencerminkan sifat dan watak bangsa indonesia yang

pluralistik.

4. Asas kekeluargaan, mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat

dalam setiap mengambil keputusan.

5. Asas bhineka tunggal ika, memperhatikan keragaman penduduk, suku,

serta agama dan budaya masyarakat indonesia.

6. Asas keadilan, mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap

warga negara tanpa terkecuali.

7. Asas kesamaan dalam hukum dan pemerintahan, isi perda tidak boleh

membedakan latar belakang, suku, ras serta agama atau status sosial.

8. Asas ketertiban dan kepastian hukum, setiap isi perda harus menimbulkan

ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian hukum.

Page 65: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

57

9. Asas keseimbangan, keserasian dan kelarasan, isi perda harus

mencerminkan keseimbangan, keserasian serta kelarasan antara

kepentingan individu dan masyarakat.

10. Asas lain sesuai dengan substansi perda yang bersangkutan.

Peraturan daerah kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019 tentang

penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga menjelaskan bahwa,

keluarga memiliki peran penting dalam memperkenalkan cinta kasih, moral

keagamaan, sosial dan budaya. Ketahanan keluarga merupakan kemampuan

sebuah keluarga dalam mengembangkan dirinya untuk hidup harmonis,

sejahtera dan bahagia lahir batin. Sebuah keluarga memiliki ketahanan

keluarga yang kuat apabila keluarga tersebut dapat menangkal berbagai macam

permasalahan keluarga yang dapat menghancurkan keutuhan keluarga

sehingga terjadi perceraian. Maka dari itu, perda Bogor Nomor 1 Tahun 2019

adalah salah satu upaya yang dikeluarkan pemerintah kota Bogor dalam

meningkatkan ketahanan keluarga dan angka perceraian di kota Bogor dapat

ditekan.

Pada tahun 2019, tepatnya pada tanggal 22 mei 2019, Pemerintah Kota

Bogor telah mengeluarkan sebuah kebijakan berupa aturan terkait dengan

ketahanan keluarga berupa Peraturan Daerah Kota Bogor/ Perda No.1 Tahun

2019 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga. yang mana

peraturan daerah tersebut terdiri dari XI (sepuluh) bab. Diantaranya adalah, bab

I (satu) membahas mengenai ketentuan umum, bab II (dua) membahas

mengenai ruang lingkup, bab III (tiga) membahas mengenai perencanaan, bab

IV (empat) membahas mengenai pelaksanaan, bab V (lima) membahas

mengenai Kerja sama, bab VI (enam) membahas mengenai sistem informasi,

bab VII (tujuh) membahas mengenai pembinaan, pengawasan dan

pengendalian, bab VIII (delapan) membahas mengenai penghargaan, bab X

(sembilan) membahas mengenai pembiayaan, dan bab XI (sepuluh) membahas

mengenai ketentuan penutup.

Page 66: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

58

Perda No.1 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan pembangunan

ketahanan keluarga dibentuk berdasarkan beberapa hal yang termuat dalam

konsideran, diantaranya adalah:

1. Bahwa hak berkeluarga merupakan amanat Undang-Undang Dasar 1945,

sehingga diperlukan peningkatan penyelenggaraan pembangunan ketahanan

keluarga.

2. Bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat harus dibina dan

dikembangkan untuk menjadi keluarga sejahtera dan berkualitas melalui

penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga.

3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan

huruf b, perlu menjadikan keluarga sebagai basis kebijakan publik dan

membentuk peraturan daerah tentang penyelenggaraan pembangunan

ketahanan keluarga.

Adapun dasar hukum dibentuknya Perda Bogor No.1 tahun 2019

tentang penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga adalah sebagai

berikut:

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

1945.

2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-

Daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah,

Jawa Barat, dan dalam Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang Pengubahan

Undang-Undang Nomor 16 dan 17 Tahun 1950 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 551).

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3019).

Page 67: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

59

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606).

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419).

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421).

7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahtraan Sosial

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967).

8. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5080).

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015

tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5679).

10. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan

Pembangunan Keluarga Sejahtera (Lembaran Negara Republik Indonesia

Page 68: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

60

Tahun 1994 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3553).

11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Kesejahtraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294).

12. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan

Sistem Informasi Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 319, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5614).

13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga (Lembaran Daerah

Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 Nomor 9 Seri E, Tambahan Lembaran

Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 169).

14. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pembangunan

Jangka Panjang Daerah Kota Bogor Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah

Kota Bogor Tahun 2009 Nomor 3 Seri E).

15. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan

dan Susunan Perangkat Daerah Kota Bogor (Lembaran Daerah Kota Bogor

Tahun 2016 Nomor 1 Seri D).

16. Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2017 tentang

Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Kota

Bogor Tahun 2017 Nomor 2 Seri E).

E. Tujuan dan Ruang Lingkup Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1

Tahun 2019

Peraturan daerah kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019 tentang

Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga berdasarkan Pasal 3

memiliki tujuan untuk:

Page 69: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

61

1. Mewujudkan ketahanan keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik,

ekonomi, sosial, psikologis, dan spiritual secara seimbang menuju

kesejahtraan lahir dan kebahagiaan batin.

2. Terciptanya harmonisasi dalam pembangunan Ketahanan Keluarga yang

diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, Kota, keluarga, masyarakat, serta

dunia usaha.

3. Menjadikan keluarga sebagai basis kebijakan publik dan mencegah dampak

negatif pembangunan terhadap ketahanan dan kualitas keluarga.

Adapun ruang lingkup Perda Bogor Nomor 1 Tahun 2019 tentang

Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga berdasarkan Pasal 4

memiliki ruang lingkup sebagai berikut:

1. Perencanaan.

2. Pelaksanaan.

3. Kerja sama.

4. Sistem informasi.

5. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.

6. Penghargaan.

7. Pembiayaan.

Page 70: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

62

Page 71: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

56

BAB IV

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI

PENYELENGGARAAN PEMBANGUNANKETAHANAN KELUARGA

DALAM MENEKAN ANGKA PERCERAIAN

A. Latar Belakang Pembentukan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1

Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan

Keluarga

Keluarga menjadi pertahanan utama yang dapat menangkal berbagai

pengaruh negatif dari dinamika sosial yang ada. Pengaruh negatif yang

diakibatkan oleh adanya interaksi antara dinamika eksternal dan internal dalam

komunitas yang bersentuhan dengan sistem sosial lainnya diharapkan dapat

ditangkal oleh sebuah keluarga yang memiliki ketahanan keluarga yang

tangguh. Ketahanan keluarga adalah kondisi dinamik suatu keluarga yang

memiliki keuletan dan ketangguhan, serta mengandung kemampuan fisik

materil dan psikis mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan

diri serta keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahtraan

lahir dan kebahagiaan batin. 69

Kota Bogor memiliki visi menjadi kota yang ramah keluarga. kota

ramah keluarga adalah kota yang di setiap aspek kehidupannya itu menguatkan

ketahanan keluarga, menguatkan kebersamaan, dan memberikan rasa aman dan

nyaman bagi keluarga. 70 Dalam konteks mewujudkan kota yang ramah

keluarga, salah satu hal yang penting diperhatikan adalah bagaimana kota

memiliki daya dukung terhadap kehidupan keluarga yang dapat diukur salah

69 Konsideran Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan

Pembangunan Ketahanan Keluarga 70 Husnul Khatimah, Bima Arya Ingin Wujudkan Kota Bogor Ramah Keluarga,

https://m.ayobogor.com/read/2019/02/06/2465/bima-arya-ingin-wujudkan-kota-bogor-ramah-

keluarga, diakses pada 30 Mei 2021

Page 72: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

57

satunya dengan melihat seberapa besar ketahanan keluarga yang tinggal dalam

lingkungan kota tersebut.71

“Visi tersebut dibuat karena semua aspek kehidupan berujung kepada keluarga,

kita hidup di kota yang memberikan kenyamanan bagi keluarga. jadi,

kebutuhan dasar manusia itu berasal dari keluarga” 72

Hak berkeluarga merupakan amanat dari Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, sehingga diperlukan peningkatan

penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga. keluarga sebagai unit

terkecil di dalam masyarakat harus dibina dan dikembangkan untuk menjadi

keluarga yang sejahtera dan berkualitas melalui penyelenggaraan

pembangunan ketahanan keluarga. maka dari itu, perlu menjadikan keluarga

sebagai basis kebijakan publik dan membentuk peraturan daerah tentang

penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga.73

“Perda itu dibuat untuk mengatur, jadi Perda ini dibuat sebagai

turunan dari Visi Kota Bogor, yaitu menjadi kota yang ramah keluarga. untuk

mewujudkan visi tersebut perlu adanya peraturan yang bersifat mengikat. Visi

itukan bersifat global, hanya menjadikan kota bogor yang ramah keluarga, apa

itu ramah keluarga? bagaimana cara kota Bogor menjadi ramah keluuarga?

Untuk melaksanakan visi tersebut perlu diadakannya Perda. Selain itu Perda

juga bersifat menguatkan, jadi ketika ingin bergerak harus sesuai dengan

Perda, tidak perlu ada kekhawatiran karena tidak memiliki dasar hukum” 74

Kota Bogor memiliki cita-cita untuk menjadi kota yang ramah keluarga,

hal ini diwujudkan dengan penerbitan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1

Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga. hal

tersebut akan tercapai apabila keluarganya memiliki ketahanan keluarga yang

kokoh. Perlu ditekankan bahwa keluarga yang memiliki ketahanan keluarga

yang kokoh bukan berarti keluarga tersebut tidak memiliki masalah. Setiap

71 Wali Kota Bogor Jawa Barat, “Rancangan Perda Kota Bogor Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2019-2024” 72 Agus Yuspian, Panitera Muda Pengadilan Agama Bogor Kelas IA, Interview Pribadi,

Bogor, 24 Mei 2021 73 Konsideran Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019 Tentang

Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga 74 Arif Witjaksono, Sekretaris Bidang Pengembangan dan Penelitian BAPPEDA Kota

Bogor, Interwiew Pribadi, Bogor, 26 April 2021

Page 73: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

58

keluarga pasti memiliki masalah dan tidak sedikit yang berujung pada

perceraian, namun hal ini tergantung dari ketahanan keluarga yang dimiliki

oleh suami ataupun istri, hanya saja mereka kuat dalam menghadapi

permasalahan yang ada, mereka tangguh mempertahankan keluarga mereka.

Setiap keluarga memiliki kondisi yang berbeda-beda, tentunya

permasalahan yang dihadapi juga berbeda, sehingga perlu solusi yang berbeda-

beda pula. Meskipun demikian, berbagai masalah keluarga sebenarnya dapat

diminimalisir ketika setiap pasangan memiliki perencanaan keluarga yang baik

untuk mewujudkan ketahanan keluarga. Tidak ada kata terlambat untuk

melakukan perencanaan, termasuk dalam perencanaan keluarga. ketahanan

keluarga akan dicapai melalui perencanaan keluarga yang baik, tentunya

perencanaan keluarga tersebut mengacu pada 8 fungsi keluarga demi

mewujudkan ketahanan keluarga.75 sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7

ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem

Informasi Keluarga, ada delapan fungsi ketahanan keluarga yaitu fungsi

keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan,

fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi dan

fungsi pembinaan lingkungan.

Dalam proses membangun ketahanan keluarga, perlu diperhatikan

menajemen sumber daya manusia dan pengelolaan masalah-masalah yang

timbul dalam keluarga. keluarga juga perlu memperhatikan komunikasi yang

baik antar anggota keluarga. Ketahanan keluarga justru menuntut pembagian

yang jelas mengenai peran dan fungsi ibu dan ayah. Ketahanan keluarga yang

rapuh dapat mempengaruhi kekuatan sebuah negeri. Keluarga adalah tempat

pertama setiap individu dibekali nilai-nilai kehidupan terutama nilai agama.

Dari keluarga yang kokoh akan lahir generasi yang tangguh, aset pembangunan

masa depan bangsa.

75 Reyhan Diandri Chivarianto, Jaga Ketahanan Keluarga Dengan Memahami 8 Fungsi

Keluarga Ini, https://news.detik.com/berita/d-5196018/jaga-ketahanan-keluarga-dengan-

memahami-8-fungsi-keluarga-ini, Diakses pada 1 Juni 2021

Page 74: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

59

Diundangkannya Peraturan Daerah Kota Bogor No.1 Tahun 2019

tentang penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga, bertujuan untuk:

1. Mewujudkan ketahanan keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik,

ekonomi, sosial, psikologis dan spiritual secara seimbang menuju

kesejahtraan lahir dan kebahagiaan batin.

2. Terciptanya harmonisasi dalam pembangunan ketahanan keluarga yang

diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Kota, keluarga, masyarakat serta

dunia usaha.

3. Menjadikan keluarga sebagai basis kebijakan publik dan mencegah dampak

negatif pembangunan terhadap ketahanan dan kualitas keluarga.76

Pemerintah Kota Bogor mengeluarkan kebijakan berupa perda

ketahanan keluarga, bukan berarti Perda ini dibuat hanya untuk menekan angka

perceraian. Akan tetapi, juga bertujuan untuk meminimalisir permasalahan-

permasalahan sosial yang berasal dari keluarga. seperti yang diketahui, Perda

merupakan sebuah aturan yang besifat melindungi. Artinya, Perda Bogor

tentang ketahanan kelaurga ini hadir sebagai pedoman untuk melindungi

keluarga dari kehancuran yang menimbulkan akibat hukum perceraian. Dapat

disimpulkan bahwa ketika sebuah keluarga memiliki ketahanan keluarga yang

kuat maka keluarga tersebut sudah siap jika dihadapi dengan masalah keluarga

yang dapat menimbulkan hancurnya ketahanan keluarga, dengan demikan

angka perceraian di kota Bogor dapat ditekan.

Maka dari itu, untuk mengatasi permasalahan-permasalahan keluarga

sampai menakan angka perceraian di kota Bogor, maka diperlukan sebuah

aturan untuk mengikat banyak pihak agar mau bersama sama mengkokohkan

ketahanan keluarga. Aturan tersebut berupa Peraturan Daerah Kota Bogor

Nomor 1 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan

Keluarga, yang mana Perda tersebut merupakan salah satu kebijakan yang

dikeluarkan Pemerintah Kota Bogor untuk mengkokohkan ketahanan keluarga.

karena ketika ketahanan keluarganya dikokohkan, fungsi keluarga dikokohkan,

76 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan

Pembangunan Ketahanan Keluarga, Pasal 3

Page 75: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

60

akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dapat

meminimalisir permasalahan-permasalahan sosial. Ketahanan keluarga

merupakan kemampuan keluarga untuk menggunakan sumber daya yang

dimiliki keluarga dalam mencapai kemandirian dan kesejahtraan. Pola

ketahanan keluarga yang baik dan optimal menjadikan keluarga lebih siap dan

kuat dalam menyelesaikan masalah dan kesulitan yang dihadapi keluarga.

B. Kebijakan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019 Tentang

Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga Dalam Menekan

Angka Perceraian

Perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus

diberikan oleh aparat penegak hukum kepada masyarakat untuk memberikan

rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai

ancaman dari pihak manapun terhadap subjek hukum yang mengalami

tindakan sewenang-wenang. 77 Perlindungan secara hukum terhadap warga

Negara merupakan hal yang wajib dilakukan bagi sebuah Negara baik secara

jasmani maupun rohani. Begitu juga mengenai perlindungan terhadap keluarga

yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009

tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Pasal 4

UU Nomor 52 Tahun 2009 menjelaskan bahwa pembangunan keluarga

bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman,

tentram dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan

kesejahtraan lahir dan kebahagiaan batin. Dijelaskan juga di dalam Pasal 5

huruf h disebutkan bahwa setiap keluarga memiliki hak untuk mendapatkan

perlindungan, mempertahankan keutuhan, ketahanan dan kesejahtraan

keluarga.

Begitu juga upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor dalam

melindungi keutuhan keluarga agar keluarga tersebut tidak bercerai, dengan

jalan menerbitkan peraturan daerah kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019 tentang

Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga.

77 Dr. Kusbianto, dkk.” Perlindungan dan Aturan Hukum Keluarga Terhadap Perempuan dan

Anak Dalam Perkawinan”, Jurnal Ilmiah Advokasi, Vol.7 No.1 (2019), h.4

Page 76: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

61

Berbicara mengenai kebijakan, Miriam Budiarjo menyatakan bahwa

kebijakan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku

atau kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai

tujuan tersebut. Pemangku kebijakan beranggapan bahwa setiap masyarakat

mempunyai tujuan bersama. Maka dari itu, perlu ditentukan rencana-rencana

yang mengikat dan dituang ke dalam kebijakan oleh pihak yang berwenang,

dalam hal ini adalah Pemerintah. Tidak dapat dipungkiri bahwa hadirnya

kebijakan dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Terkait dengan kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan

ketahanan keluarga dalam menekan angka perceraian, Pemerintah kota Bogor

mengeluarkan sebuah peraturan yang memuat kepentingan bagi masyarakat

maupun pemerintah. Kebijakan tersebut berupa peraturan daerah kota Bogor

No.1 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga.

Dalam kebijakan tersebut, terdapat pasal-pasal yang membahas mengenai

penguatan ketahanan keluarga, yang diharapkan dengan adanya pasal-pasal

tersebut, tingginya angka perceraian di kota Bogor dapat ditekan, diantaranya

sebagai berikut:

Dalam Pasal 3 disebutkan bahwa tujuan penyelenggaraan

pembangunan ketahanan keluarga adalah mewujudkan ketahanan keluarga

dalam memenuhi kebutuhan fisik, ekonomi, sosial, psikologi dan spiritual

secara seimbang menuju kesejahtraan lahir dan kebahagiaan batin. Pasal 8 ayat

3 dijelaskan bahwa salah satu fasilitas yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bogor

adalah motivator ketahanan keluarga, yang memiliki tugas mengidentifikasi

potensi dan masalah keluarga, memberikan motivasi, mediasi, mendidik,

merencanakan dan mengadvokasi. Pasal 9 huruf d menjelaskan pemerintah

kota Bogor memfasilitasi pembangunan penyelenggaraan ketahanan keluarga

dengan cara memberdayakan keluarga rentan melalui perlindungan dan/ atau

fasilitas untuk mengembangkan diri agar setara dengan keluarga lain. Lebih

jelasnya lagi di dalam Pasal 10 fasilitas yang dilakukan pemerintah kota Bogor

berupa bimbingan teknis, pelatihan workshop, sosialisasi dan kegiatan lain

yang sejenis.

Page 77: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

62

Selanjutnya dalam Pasal 12 huruf b setiap anggota keluarga berhak

mendapat perlindungan dari pemerintah kota Bogor untuk menjaga keutuhan,

keharmonisan, keselamatan, dan perlindungan agar terbebas dari paparan, dan

promosi perilaku sosial dan seksual menyimpang. Pasal 14 dijelaskan bahwa

setiap pasangan yang ingin menikah berhak mendapatkan informasi,

bimbingan, dan bentuk jenis lainnya terkait dengan perkawinan,

pengembangan kualitas diri, dan fungsi keluarga. agar pasangan calon

pengantin mengetahui hak dan kewajibannya dalam rumah tangga sehingga

terhindar dari permasalahan keluarga yang berdampak hancurnya ketahanan

keluarga. Dan pasal 22 Perda Bogor Nomor 1 Tahun 2019 menjelaskan bahwa

dalam penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga, pemerintah kota

Bogor membentuk Tim Pembina Ketahanan Keluarga. Yang bertugas

merencanakan, mengkoordinasikan, mengevaluasi dan melaporkan

pelaksanaan kegiatan pembinaan pembangunan ketahanan keluarga.78

Adanya pasal-pasal tersebut penulis menarik kesimpulan bahwa

pemerintah kota Bogor adalah pemerintah yang care atau peduli terhadap

pembangunan ketahanan keluarga di kota Bogor. Pasal-pasal tersebut

diharapkan dapat menciptakan dampak baik dalam meminimalisir

permasalahan keluarga sehingga angka perceraian di kota Bogor dapat ditekan

“Kesuksesan keluarga salah satunya adalah tidak bercerai. Bagaimana

implementasi perda ini diarahkan agar keluarga tidak bercerai, salah satunya

adalah dengan kebijakan yang dikeluarkan pemkot ini yaitu perda ketahanan

keluarga. Kita harus hati-hati dalam menafsirkan meningkatnya angka

perceraian di kota bogor ini karena adanya pandemi. Jika kita lihat di media,

hampir seluruh kabuaten atau kota mengalami peningkatan perceraian. Bisa

jadi karena faktor ekonomi atau bisa juga karena adanya faktor pandemi,

bukan karena Perda ini tidak mampu ya, tapi karena adanya faktor lain”.79

Kebijakan merupakan suatu peraturan untuk menyelesaikan masalah,

yang dibuat dan disetujui oleh pemerintah guna mengatur masyarakatnya atau

target group. Kebijakan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai.

78 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan

Pembangunan Ketahanan Keluarga 79 Arif Witjaksono, Sekretaris Bidang Pengembangan dan Penelitian BAPPEDA Kota Bogor,

Interwiew Pribadi, Bogor, 26 April 2021

Page 78: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

63

Pemerintah kota Bogor terus berkomitmen untuk mewujudkan visi kota Bogor

yaitu menjadikan kota Bogor yang ramah keluarga. Tujuan pemerintah kota

Bogor dalam menerbitkan Perda Bogor Nomor 1 Tahun 2019 ini adalah untuk

melindungi keluarga dari permasalahan-permasalahan sosial yang

menyebabkan hancurnya ketahanan sebuah keluarga. Dengan diterbitkannya

kebijakan ini artinya pemerintah kota Bogor serius dalam menjaga keutuhan

keluarga dengan cara membuat kebijakan yang diharapkan dapat memberi hasil

yang baik agar terciptanya keutuhan keluarga sehingga angka perceraian di

kota Bogor dapat ditekan, serta dengan adanya Perda tersebut masyarakat

merasa aman dan dilindungi oleh Pemerintah kota Bogor. seperti yang

disebutkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Disebutkan bahwa kewajiban yang dimiliki daerah salah satunya melindungi

masyarakat.

“Seperti yang disebutkan tadi, fungsi perda selain mengatur itu ya melindungi.

Jadi Perda itu dibuat untuk melindungi, sama dengan Perda Bogor ini,

tujuannya untuk melindungi keluarga agar keluarganya tidak rapuh, merasa

mendapatkan perlindungan dari pemerintah. Khusunya pemerintah kota Bogor.

jadi dengan hadirnya perda ini masyarakat merasa terlindungi, kami pun juga

bisa bergerak sesuai dengan peraturan. Ini menandakan kalau kami serius

dalam membangun ketahanan keluarga di kota Bogor. ya memang ada

program-program pemerintah kota bogor tentang ketahanan keluarga, tapi

kan perlu juga aturan yang lebih tinggi, yang langsung di keluarkan oleh

pemerintah bogor itu sendiri”.80

Menurut penulis, tujuan ini sudah tercapai, karena dengan hadirnya

Perda ini masyarakat bisa mendapatkan perlindungan lebih dari pemerintah

setempat, sehingga keluarga diharapkan dapat memiliki ketahanan yang baik

dan terhindar dari faktor-faktor yang dapat merapuhkan ketahanan keluarga.

Tujuan lain mengapa perda ini diterbitkan adalah untuk meminimalisir

permasalahan yang berasal dari keluarga. dengan diminimalisirnya

permasalahan keluarga tersebut, maka tingginya angka perceraian dapat

ditekan. Melihat kepada data yang penulis peroleh dari Pengadilan Agama Kota

80 Imam Santoso, Bidang Pengembangan dan Penelitian BAPPEDA Kota Bogor, Interwiew

Pribadi, Bogor, 26 April 2021

Page 79: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

64

Bogor, selama tahun 2018 sampai tahun 2021 perbulan juni data tersebut

menunjukan tingginya angka perceraian yang terjadi di kota Bogor. Pada tahun

2018 data di kota Bogor menunjukan angka 1764 kasus perceraian, pada tahun

2019 sebanyak 1836 kasus, tahun 2020 sebanyak 1751 kasus dan tahun 2021

perbulan juni 909 kasus perceraian.

Dari data tersebut terlihat tingginya angka perceraian di kota Bogor dan

tidak mengalami penurunan yang signifikan. Dibuktikan pada data tahun 2021

perbulan juni terlihat sudah lebih dari 50 persen angka perceraian dari tahun

2020, dan pada tahun 2020 percereraian di kota Bogor mengalami penurunan

yang tidak signifikan. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh faktor musibah

pandemi yang melanda di seluruh dunia termasuk Indonesia, yang

mengharuskan tempat yang menimbulkan kerumunan ditutup sementara,

termasuk PA Bogor. Menurut informasi yang penulis dapatkan, bahwa

pelayanan administrasi perkara di PA Bogor ditiadakan selama beberapa bulan.

” Di kota Bogor sendiri, selama kurun waktu 3 tahun terakhir yakni 2018, 2019

dan 2020 terus mengalami peningkatan. Tidak hanya di Bogor ya, mungkin

angka perceraian di seluruh indonesia ini kondisinya sama, terus meningkat

setiap tahunnya, apalagi di masa Pandemi Covid 19 seperti sekarang ini. Jadi

menurut saya ya tidak mungkin Pengadilan-pengadilan di indonesia ini

mengalami penurunan angka perceraian apalagi di kondisi yang seperti ini.”81

Penulis menarik kesimpulan bahwa tujuan tersebut belum tercapai.

Karena cukup sulit untuk membenahi permasalahan sosial terutama

permasalahan yang berasal dari keluarga. Tujuan tersebut dapat tercapai

apabila pemerintah kota Bogor konsisten mengadakan sosialisai kepada

masyarakat, penguatan program ketahanan keluarga, serta pemantauan secara

berkala. Permasalahannya adalah belum terbitnya peraturan wali kota atau

Perwali dari Perda Nomor 1 Tahun 2019 tentang ketahanan keluarga ini yang

memfokuskan sosialisasi kepada masyarakat.

”harus ada peraturan wali kotanya untuk menjelaskan lebih jauh lagi

tentang pasal pasalnya, karena peraturan wali kota ini belum terbit tentang

perda ini, bisa dikatakan perda ini masih tahap sosialisasi. Sampai kapan

81 Agus Yuspian, Panitera Muda Pengadilan Agama Bogor Kelas IA, Interview Pribadi, Bogor,

24 Mei 2021

Page 80: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

65

waktunya? sampai adanya peraturan wali kota yang mengatur tentang

pelaksanaan perda ini. Kenapa sampai sekarang belum juga terbit? karena

terkendala covid. Tetapi masih ada lembaga pendukung sosialisasi ketahanan

keluarga itu. contoh, sekolah ibu”.82

Kebijakan berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai. Kebijakan

yang dihasilkan atau direncanakan bertujuan untuk memberikan efek perbaikan

terhadap masalah-masalah sosial. Menurut Anderson, dampak diadakannya

kebijakan lebih merujuk pada akibat yang ditimbulkan bagi masyarakat, baik

yang diinginkan atau tidak diinginkan oleh masyarakat, yang berasal dari

adanya tindakan atau tidak adanya tindakan pemerintah. Penulis

menyimpulkan bahwa tujuan dari diadakannya kebijakan pemerintah kota

Bogor berupa Perda Nomor 1 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan

pembangunan ketahanan keluarga belum sepenuhnya tercapai. Tetapi

pemerintah kota Bogor terus berkomitmen dalam membangun ketahanan

keluarga di kota Bogor, sehingga diharapkan keluarga di kota Bogor memiliki

ketahanan keluarga yang kuat sehingga terhindar dari hancurnya ketahanan

keluarga berupa perceraian. Keseriusan pemerintah kota Bogor dalam

meminimalisir permasalahan keluarga dibuktikan dengan adanya Program-

program yang berkaitan dengan ketahanan keluarga.

Implementasi kebijakan merupakan hal yang penting untuk dilakukan.

Karena implementasi kebijakan adalah proses dimana kebijakan yang telah

dibuat akan dijalankan. Jika tidak ada implementasi maka akan sia-sia

kebijakan yang telah dibuat karena kebijakan tersebut tidak pernah

terealisasikan dan tidak menghasilkan sesuatu yang diharapkan (output).

Menurut Samudra wibawa, implementasi adalah aktivitas yang terlihat setelah

dikeluarkan pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya

mengelola input untuk menghasilkan output bagi masyarakat.

George C. Edward III menjelaskan ada 4 variable yang mempengaruhi

suatu kebijakan dapat diimplementasikan, dan keempat variable tersebut saling

berhubungan satu sama lain. Sebagai berikut:

82 Arif Witjaksono, Sekretaris Bidang Pengembangan dan Penelitian BAPPEDA Kota Bogor,

Interwiew Pribadi, Bogor, 26 April 2021

Page 81: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

66

1. Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar

implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi

tujuan dan sasaran kebijakan yang harus di transmisikan kepada kelompok

target/ masyarakat.

2. Sumberdaya, sumberdaya tersebut dapat berupa sumber daya manusia dan

finansial.

3. Disposisi, watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti

komitmen, kejujuran, dan sifat demokrasi.

4. Struktur birokrasi, yang bertugas mengimplementasikan kebijakan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.

Menurut penulis, dari teori yang disebutkan di atas, Pemerintah kota

Bogor belum memenuhi semua yang tertera pada teori tersebut. Hal ini dapat

dilihat dari komponen pertama, yaitu komunikasi. Walaupun sudah terdapat

perda Bogor tentang ketahanan keluarga namun kurangnya komunikasi

menjadi penyebab penghambat berjalannya Perda. Seperti kurangnya

komunikasi pemerintah kota Bogor dengan masyarakat. Seperti yang sudah

penulis jelaskan di atas, bahwa terdapat faktor yang menghambat komunikasi

tersebut, yaitu belum terbitnya peraturan wali kota yang diharapkan mampu

mensosialisasikan perda tersebut kepada masyarakat luas. Kebijakan publik

dalam bentuk undang-undang atau peraturan daerah adalah jenis kebijakan

publik yang memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering

diistilahkan sebagai peraturan pelaksana.83

”Lalu apa yang harus dilakukan pemerintah kota Bogor? sosialisasi.

Sosialisasi terus menerus, program nya di tekankan lagi. Kalau perceraian,

sosialisasikan dengan PA, apa faktor utama yang menyebabkan perceraian,

apa yang harus di perbaiki atau dikuatkan lagi programnya. Pemerintah kita

care loh sama keluarga, buktinya visi kota Bogor, menciptakan kota Bogor

yang ramah keluarga”.84

83 Rian Nugroho, Public Policy, (Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2012), h.674 84 Agus Yuspian, Panitera Muda Pengadilan Agama Bogor Kelas IA, Interview Pribadi,

Bogor, 24 Mei 2021

Page 82: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

67

Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah

yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau

melalui formulasi kebijakan derivat atau turnan dari kebijakan publik tersebut.

Pasal 24 Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019 tentang

penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga menjelaskan bahwa

pemerintah daerah kota menyelenggarakan sistem informasi pembangunan

ketahanan keluarga yang terencana dan terintegrasi. Sistem informasi

pembangunan ketahanan keluarga paling sedikit mencakup informasi hasil

sensus, survei, dan pendataan keluarga. survei yang dimaksud dalam pasal

tersebut adalah program Indeks Ketahanan Keluarga (IKK) kota Bogor.

Dinas Komunikasi dan Informasi (DISKOMINFO) kota Bogor

bekerjasama dengan Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen IPB

melaksanakan survey ketahanan keluarga dalam upaya memperoleh gambaran

profil ketahanan keluarga kota Bogor. Data profil ketahanan keluarga yang

diperoleh akan bermanfaat sebagai salah satu landasan dalam penyusunan

kebijakan pembangunan ketahanan keluarga di kota Bogor untuk mendukung

visi kota Bogor sebagai kota yang ramah keluarga. Indeks Ketahanan Keluarga

(IKK) meupakan amanat dari RPJMD atau Rancangan Pembangunan Jangka

Menengah Daerah kota Bogor yang harus dilaksanakan. Di dalam RPJMD kota

Bogor memiliki target nilai untuk ketahanan keluarga 74 sampai tahun 2024

tetapi sebelum tahun 2024 tepatnya pada tahun 2020 kota Bogor mendapatkan

nilai 85 untuk ketahanan keluarga. Penulis berpendapat bahwa nilai tersebut

tidak sejalan dengan kondisi ketahanan keluarga di kota Bogor, dibuktikan

dengan tingginya angka perceraian di kota Bogor, dan permasalahan keluarga

di kota Bogor belum dapat diminimalisir.

”Dinas komunikasi dan informasi, mereka mengerjakan indeks ketahanan

keluarga, dimana indeks ketahanan keluarga ini merupakan amanat dari

RPJMD kota bogor yang harus dilaksanakan. Di dalam RPJMD kota bogor

kita memiliki target nilai 74 sampai dengan tahun 2024. Sebelum tahun 2024,

kota bogor telah mencapai nilai 85, kami melakukan rencana induk

pembangunan ketahanan keluarga, disini kami mengidentifikasi dan

mengevaluasi mengenai pelaksanaan ketahanan keluarga di masing-masing

Page 83: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

68

dinas lalu kita ambil kira kira apa yang bisa mendongkrak indeks ketahanan

keluarga”.85

Walaupun begitu pemerintah kota Bogor terus berkomitmen dalam

penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga di kota Bogor sehingga

angka perceraian dapat ditekan. Melalui program yang diterbitkan pemerintah

kota Bogor sebagai upaya penguatan ketahanan keluarga, seperti sekolah ibu.

Sekolah ibu didirikan dengan tujuan untuk menciptakan ketahanan

keluarga. berangkat dari maraknya permasalahan-permasalahan sosial di

tengah-tengah masyarakat, yaitu tingginya angka perceraian, kekerasan dalam

rumah tangga (KDRT), serta permasalahan sosial remaja seperti tawuran, dan

lain-lain. Permasalahan tersebut berasal dari keluarga yang merupakan

lingkungan pertama yang mempengaruhi seseorang. Lalu, kenapa harus ibu?

dikarenakan ibu merupakan sosok utama yang mampu melakukan banyak hal

untuk kebutuhan anggota keluarga sehingga memberikan keseimbangan dalam

sebuah keluarga. Sekolah Ibu merupakan suatu bentuk kepedulian terhadap

maraknya permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu

Sekolah Ibu bertujuan mendidik kaum ibu agar mampu memegang peran

penting dalam menjadikan keluarga yang berkualitas.86

Sekolah ibu adalah kegiatan pembelajaran secara berkala dengan

sasaran perempuan yang sudah menikah yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan dan pengetahuan seorang ibu dalam melaksanakan perannya

dalam rumah tangga. Sekolah Ibu didirikan untuk membekali ibu dalam

menghadapi permasalahan rumah tangga, tumbuh kembang anak, psikologis

keluarga, sosial kemasyarakatan, hingga permasalahan kesejahteraan keluarga,

agar keluarga menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anggotanya.

85 Arif Witjaksono, Sekretaris Bidang Pengembangan dan Penelitian BAPPEDA Kota

Bogor, Interwiew Pribadi, Bogor, 26 April 2021 86 Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, “Proposal Sekolah Ibu:

Percepatan Peningkatan Ketahanan Keluarga melalui Pendidikan Non Formal Berjenjang bagi

Kaum Ibu”, (Bogor: TP-PKK Kota Bogor, 2017), h. 2.

Page 84: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada rumusan dan pembahasan pada bab-bab di atas, maka

penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Peraturan Daerah Kota Bogor No.1 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan

pembangunan katahanan keluarga diciptakan dengan tujuan memperkokoh

ketahanan keluarga. Kota Bogor memiliki cita-cita untuk menjadi kota yang

ramah keluarga, hal ini diwujudkan dengan penerbitan Peraturan Daerah Kota

Bogor Nomor 1 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pembangunan

Ketahanan Keluarga. hal tersebut akan tercapai apabila keluarganya memiliki

ketahanan keluarga yang kokoh. Yang perlu ditekankan adalah Perda Bogor

No.1 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan pembangunan ketahanan keluarga

di ciptakan bukan hanya untuk mengatur mengenai perceraian tetapi juga

permasalahan-permasalahan sosial lainnya yang bermuara kepada keluarga.

seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kekerasan anak dan

perempuan, eksploitasi anak, sampai terjadinya perceraian. Pemerintah Kota

Bogor mengeluarkan kebijakan berupa perda ketahanan keluarga, bukan

berarti Perda ini dibuat hanya untuk menekan angka perceraian. Akan tetapi,

juga bertujuan untuk meminimalisir permasalahan-permasalahan sosial yang

berasal dari keluarga.

b. Berdasarkan pembahasan tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa

penerapan kebijakan pemerintah kota Bogor berupa Peraturan Daerah kota

Bogor Nomor 1 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan pembangunan

ketahanan keluarga belum sepenuhnya terlaksana. Hal ini dibuktikan dengan

kurang terpenuhinya tujuan dari kebijakan tersebut, yaitu meminimalisir

permasalahan keluarga. dengan diminimalir permasalahan keluarga

diharapkan keluarga memiliki ketahanan keluarga yang kuat dan perceraian

Page 85: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

77

dapat ditekan. kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan

yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah. Padahal

kebijakan berkaitan erat dengan tujuan sebagai upaya menyelesaikan

permasalahan dimasyarakat. Faktor lain yang menyebabkan kebijakan

tersebut belum dikatakan optimal adalah belum terbitnya peraturan wali kota

yang memfokuskan sosialisasi kepada masyarakat. Begitu juga implementasi,

kebijakan tersebut belum dapat diimplementasikan karena dari komponen

komunikasi belum terlaksana secara optimal. Karena sangat kurangnya

komunikasi serta sosialisasi kepada masyarakat.

B. Saran-saran

Adapun bentuk saran yang terangkum dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Kepada pemerintah kota Bogor agar terus mensosialisasikan Perda Bogor

No.1 Tahun 2019 kepada masyarakat luas agar terciptanya dampak positif

terhadap penyelesaian permasalahan sosial yang terjadi di tengah-tengah

masyarakat kota Bogor, terutama darurat perceraian. Serta pemerintah Kota

Bogor diharapkan agar segera menerbitkan Peraturan Walikota sebagai

penyempurna Peraturan Daerah Kota Bogor No.1 Tahun 2019 tentang

Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga. dan sebaiknya

pemerintah kota Bogor melakukan koordinasi dengan instansi yang

berwenang seperti PA Bogor dalam upaya tingginya angka perceraian,

dengan melihat kepada sebab-sebab terjadinya perceraian di kota Bogor.

2. Kepada lembaga ketahanan keluarga kota Bogor agar terus berupaya

meminimalisir permasalahan yang terjadi di kota Bogor terutama

meminimalisir angka perceraian yang terjadi di kota Bogor.

3. kepada masyarakat kota Bogor agar senantiasa memperhatikan dampak-

dampak yang ditimbulkan dari perceraian, dengan adanya sosialisasi

pemerintah kota Bogor serta lembaga ketahanan keluarga kota Bogor

mengenai Perda No.1 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan pembangunan

ketahanan keluarga, diharapkan masyarakat kota Bogor akan memiliki

Page 86: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

78

ketahanan keluarga yang kokoh, serta lebih memikirkan masa depan

keluarga agar tidak mudah percerai.

Page 87: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

79

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abdullah, Rozali. Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah

Secara Langsung, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, Cet.1, 2005.

Ali, Zainuddin. Hukum Perdata Islam di Indonesia, Palu: Yayasan Masyarakat

Indonesia Baru, 2002

Asmayani, Nurul. Perempuan Bertanya, Fiqh Menjawab. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2002

Dariyo, Agoes. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, Jakarta: Grasindo, 2008

Erwan, Agus, Ratih dan Dyah S, Implementasi Kebijakan Publik, Konsep dan

Aplikasinya di Indonesia, Yogyakarta: Gava Media, 2015.

Fauzi, Ahmad Dodi. Mengatasi Problem Keluarga, Jakarta: EDSA Mahkota, 2006.

Harahap, Yahya. Beberapa Permasalahan Hukum Acara Pada Peradilan Agama,

Jakarta: Al-Hikmah, 1975

Hart, dan Fredickson. Kebijakan Publik dan Formulasi, Jakarta: Sinar Harapan,

2003.

Indriati, Maria Farida. Ilmu Perundang-Undangan, Yogyakarta: Cet. 7, Kanisius,

2007.

Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak. Pembangunan

Ketahanan Keluarga. Jakarta: KEMENPPPA, 2016.

Mukhtar, Kamal. Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Yogyakarta: Bulan

Bintang, 1993

Mulyadi, Deddy. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik, Bandung: Alfabeta,

2016

Mulyasa, E. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Bumi

Aksara, 2013

Nasional, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:

Pusat Bahasa, 2008.

Page 88: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

80

Nugroho, Rian. Public Policy, Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2012.

Prayitno, Singgih Ujianto, dkk. Ketahanan Keluarga Untuk Masa Depan Bangsa

Jakarta: Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, 2016

Rahman, Abdul. Perkawinan Dalam Syari’at Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1996

Sopyan, Yayan. Islam Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam Dalam

Hukum Nasiomal. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011

Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan,

Yogyakarta: Cetakan Keenam, Liberty, 2007

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2003

Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1993

Suma, Amin Muhammad. Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, Yogyakarta:

Raja Grafindo Persada, 2004

Sunarti, Euis. Pembangunan Ketahanan Keluarga, Bogor: Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2016

Subarsono, Analisis Kebijakan Publik (Konsep. Teori dan Aplikasi), Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2011.

Sulistyastuti, Purwanto. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Sunggono, Bambang. Hukum dan Kebijakan Publik, Jakarta: PT. Karya Unipress,

1994.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh

Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Kencana

Prenadamedia Group, Cetakan kelima, 2014.

Usman, Nurdin. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, Jakarta: Grasindo,

2002.

Page 89: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

81

Wahab, Abdul. Analisis Kebijakan Dari Formulasi Ke Penyusunan Model-Model

Implementasi Kebijakan Publik, Jakarta: Bumi Aksara, 2017.

Wibawa, Samodra. Kebijakan Publik: Proses dan Analisis, Jakarta: Intermedia, Cet.

1, 1994

Winarno, Budi. Teori Dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media Pressindo,

2002.

JURNAL DAN SKRIPSI

Akib, Haedar. Implementasi Kebijakan: Apa, Mengapa, dan Bagaimana. Jurnal

Administrasi Publik, Vol. 1, Nomor 1, 2010

Amalia, Maulida Rizqi, dkk. Ketahanan Keluarga dan Kontribusinya Bagi

Penanggulangan Faktor Terjadinya Perceraian. Jurnal Al-Azhar Indonesia

Seri Humaniora, Volume 4, Nomor 2, 2017

Anggraeni, Ratih, dkk. “Evaluasi Kebijakan Publik (Evaluasi terhadap proses

pengadaan anjungan mandiri kepegawaian berdasarkan Perpres No.54 Tahun

2010 di Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang), Jurnal Administrasi

Publik, Vol.1, No.1

Dr. Kusbianto, dkk.” Perlindungan dan Aturan Hukum Keluarga Terhadap

Perempuan dan Anak Dalam Perkawinan”, Jurnal Ilmiah Advokasi, Vol.7,

No.1, 2019

Fachrina, dkk, Upaya Pemerintah Dalam Pencegahan Perceraian Melalui Lembaga

BP4 Dan Mediasi Pengadilan Agama. Prosiding Seminar Naional dan

Penellitian PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora, Volume 7, Nomor 2, 2017

Hidayat, Taufik. “Kebijakan Pemerintah Kota Depok Terhadap Peningkatan

Ketahanan Keluarga (Studi Terhadap Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 9

Tahun 2017)”, Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2019

Page 90: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

82

Iqbal, Muhammad. Psikologi Ketahanan Keluarga, Jurnal Ilmu Ketahanan

Keluarga, Vol. 3 No. 9 2017

Konoras, Abdurrahman. “Telaah Tingginya Perceraian Di Sulawesi Utara (Studi

Kasus Putusan Pengadilan Agama”, LPPM Bidang EkoSoBudKum, Vol.1

2014

Kumara, Anggara Debby, dkk. “Strategi Mempertahankan Keutuhan Keluarga

Sopir Truk Berbasis Modal Sosial Di Surakarta”, Journal of Development and

Social Change, Vol.3 No.1 2020

Musfiroh, Mujahidatul, dkk. Analisis Faktor-Faktor Ketahanan Keluarga di

Kampung KB RW 18 Kelurahan Kadiptiro Kota Surakarta. Jurnal Ilmiah

Kesehatan dan Aplikasinya, Volume 7, Nomor 2, 2019

Nasir, Badruddin. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perceraian Di Kecamatan

Sungai Kunjang Kota Samarinda”, Jurnal Psikostudia Universitas

Mulawarman, Vol.1 No.1 2021

Neagara, Sulthon Muhammad. “Implementasi Perda Nomor 5 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Sampah dan Kebersihan”, Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat, UIN Sunan Ampel, 2018

Nelwan, Immanuel Oktavianus. “Akibat Hukum Perceraian Suami dan Istri

Ditinjau Dari Sudut Pandang Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974”, Jurnal

Lex Privatum, Volume VII, Nomor 3, 2019

Permana, Nata Galih. “Kontribusi Program Ketahanan Keluarga Terhadap

Pencegahan Perceraian (Studi Pelaksanaan Sekolah Ibu di Kota Bogor)”,

Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2020

Puspitawati, Herien, dkk. Relasi Gender, Ketahanan Keluarga dan Kualitas

Pernikahan Pada Keluarga Nelayan dan Buruh Tani “Brondol” Bawang

Merah, Jurnal Ilmu Keluarga dan Konseling, Vol.12 No.1, 2019

Page 91: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

83

Rahmalia. Syifa. “Pernikahan Perempuan Usia Muda Dan Ketahanan Keluarga

(Studi di Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok)”, Skripsi

S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018

Wollanda, Doni. “Implementasi Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2009 Tentang

Penjualan dan Pengawasan Minuman Beralkohol di Kabupaten Empat

Lawang (Studi Kasus Peredaran Minuman Keras di Kecamatan Tebing

Tinggi)”, Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Raden Fatah

Palembang, 2018.

DOKUMEN-DOKUMEN

Bogor, Kota Bapeda. ”Laporan Akhir: Penyusunan Layanan Persampahan Kota

Bogor”, Bogor: Bapeda Kota Bogor, 2018

Bogor. Kota Wali, “Rancangan Peraturan Daerah Kota Bogor Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2019-2024”

Badan Pusat Statistik Kota Bogor, ”Kota Bogor Dalam Angka, Bogor City in

Figures 2018”, Bogor: BPS Kota Bogor, 2018

Bogor, Pengadilan Agama. Laporan Tahunan Pengadilan Agama Bogor Kelas 1A

Tahun 2018. Bogor: PA Bogor, 2018.

Bogor, Pengadilan Agama. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengadilan Agama

Bogor Kelas 1A Tahun 2019. Bogor: PA Bogor, 2019.

Bogor, Pengadilan Agama. Laporan Pengadilan Agama Bogor Tahun 2020 (Per-

September). Bogor: PA Bogor, 2020.

DISKOMINFO Kota Bogor, Departemen Ilmu Keluarga dan Ilmu Konsumen IPB,

“Laporan Visualisasi Data Survei Ketahanan Keluarga Kota Bogor Tahun

2020”

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Tahun 2017: DPPKB Kota Bogor

Page 92: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

84

Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga, “Proposal Sekolah Ibu:

Percepatan Peningkatan Ketahanan Keluarga melalui Pendidikan Non

Formal Berjenjang bagi Kaum Ibu”, Bogor: TP-PKK Kota Bogor, 2017

WAWANCARA PRIBADI

Interwiew Pribadi dengan Arif Witjaksono, Sekretaris Bidang Pengembangan dan

Penelitian BAPPEDA Kota Bogor, Bogor, 26 April 2021

Interwiew Pribadi dengan Agus Yuspian, Panitera Muda Pengadilan Agama Bogor

Kelas IA, Bogor, 24 Mei 2021

PERATURAN-PERATURAN

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Penyelenggaraan

Pembangunan Ketahanan Keluarga

Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum

Islam (KHI)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Jdih.Kemenpppa.go.id, Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang

Perkembangan Kedudukan dan Pembangunan Keluarga

WEBSITE/ BERITA

2016, Kota Bogor Diskominfostandi. “Bima-Dedie Paparkan Visi Misi 2019-2024”

https://kotabogor.go,id/index.php/show_post/detail/11986, diakses pada 9

Maret 2021

Antara, Agregasi. Bogor Punya Sekolah Ibu, Apa itu?,

https://google.com/amp/s/news.okezone.com/amp/2018/07/17/65/1923452/b

ogor-punys-sekolah-ibu-apa-itu, Diakses Pada 11 Juni 2021

Page 93: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

85

Chivarianto, Reyhan Diandri. Jaga Ketahanan Keluarga Dengan Memahami 8

Fungsi Keluarga Ini, https://news.detik.com/berita/d-5196018/jaga-

ketahanan-keluarga-dengan-memahami-8-fungsi-keluarga-ini, Diakses pada

1 Juni 2021

Dewantara, Rizky. “Tiga Misi Baru Bima Arya-Dedie di Bogor’’

https://m.medcom.id/amp/4KZ6B0K-tiga-misi-baru-bima-arya-dedie-di-

bogor. diakses pada 10 maret 2021.

Harmadi, Hary B Sonny. Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi.

https://mediaindonesia.com/opini/323946/ketahanan-keluarga-di-masa-

pandemi. Diakses pada 10 Mei 2021

Humas Setdakot Bogor, “Wali Kota Bogor minta konsistensi seluruh jajaran untuk

program ketahanan keluarga”,

https://megapolitan.antaranews.com/berita/63427/wali-kota-bogor-minta-

konsistensi-seluruh-jajaran-untuk-program-ketahanan-keluarga diakses pada

hari Selasa, 22 September 2020

Id.Tesis.com, “Teori Kebijakan Publik Menurut Para Ahli”,

https://idtesis.com/teori-kebijakan-publik-menurut-para-ahli/, diakses pada

10 Juni 2021

Jabar, Pemerintah Provinsi,” Profil Daerah Kota Bogor”,

http://www.kotabogor.go.id diakses pada 28 Februari 2021

Jabar, TIMDA PTA. “Statistik Perkara Pengadilan Agama Se-Jawa Barat

(Pengadilan Agama Bogor)”, http://kabayan.pta-

bandung.go.id/pengawasan_sipp/proses_stat diakses pada hari Minggu, 20

September 2020

Khatimah, Husnul. Bima Arya Ingin Wujudkan Kota Bogor Ramah Keluarga,

https://m.ayobogor.com/read/2019/02/06/2465/bima-arya-ingin-wujudkan-

kota-bogor-ramah-keluarga, diakses pada 30 Mei 2021

Page 94: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

86

Papua, Provinsi BKKBN. 4 Langkah Menjaga Ketahanan Ekonomi Keluarga,

http://papua.bkkbn.go.id/?p=1242#:~:text=Ketahanan%20Ekonomi%20Kel

uarga%20adalah%20benteng,ketahanan%20ekonomi%20keluarga%20yang

%20baik. Diakses pada 10 Mei 2021

Pidie, Kabupaten BAPPEDA. “Istilah Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah”

http://bappeda.pidiekab.go.id/berita/kategori/bidang-perencanaan-

infrastruktur-dan-kewilayahan/beberapa-istilah-dalam-perencanaan-

pembangunan-daerah, diakses pada 3 Mei 2021

Saudale, Vento. “Bima Arya Targetkan Bogor Sebagai Kota Ramah Keluarga”,

https://www.beritasatu.com/feri-awan-hidayat/archive/499758/bima-arya-

targetkan-bogor-sebagai-kota-ramah-keluarga diakses pada hari Selasa, 22

September 2020

Page 95: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

85

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 96: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

86

HASIL WAWANCARA DENGAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)

KOTA BOGOR

Nama : Arif Wicaksono, S.P., M.Si., Ph.D & Imam Santoso

Jabatan : Kasubid Penelitian dan Pengembangan Sosial

Budaya dan Pemerintahan

Tanggal

Wawancara

: 26 April 2021

Tempat

Wawancara

: Ruang Rapat BALITBANG BAPPEDA Kota

Bogor

1. Mengenai topik penelitian yang saya sedang teliti tentang ketahanan

keluarga, sejauh ini apa saja kebijakan pemerintah kota bogor dalam

membangun ketahanan keluarga?

Kebijakannya, karena kami bekerja di organisasi pemerintah daerah

atau dinas. Jadi kami bekerja sesuai dengan RPJMD nya. Selain itu dalam masa

pemerintahan bpk bima arya, bogor memiliki visi menjadi bogor kota yang

ramah keluarga, jadi visi kedepannya ini adalah bagaimana caranya kota bogor

mendukung sebagai kota yang ramah keluarga. berangkat dari visi tersebut,

pada tahun 2020 kemarin di kota bogor ada dua dinas yang mengerjakan

berkaitan dengan keluarga.

pertama dinas komunikasi dan informasi, mereka mengerjakan indeks

ketahanan keluarga, dimana indeks ketahanan keluarga ini merupakan amanat

dari RPJMD kota bogor yang harus dilaksanakan. Di dalam RPJMD kota bogor

kita memiliki target nilai 74 sampai dengan tahun 2024. Sebelum tahun 2024,

kota bogor telah mencapai nilai 85.

Yang kedua, BAPPEDA, kami melakukan rencana induk pembangunan

ketahanan keluarga, disini kami mengidentifikasi dan mengevaluasi mengenai

pelaksanaan ketahanan keluarga di masing-masing dinas lalu kita ambil kira

kira apa yang bisa mendongkrak indeks ketahanan keluarga, sebenarnya di

Page 97: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

87

pemerintah kota sudah banyak program, tapi kami mencoba mengidentifikasi

dari program ketahanan keluarga mana mana saja yang sudah berjalan di

masyarakat. Itu adalah salah satu dari pengaruh ketahanan keluarga yang ada

di masyarakat, hasil dari rencana induk pembangunan ketahanan ini sudah

kami buat matriks rencana induk dan sekarang sedang tahap sinkronisasi

dengan revisi RPJMD karena RPJMD ini harus di revisi. Kenapa di revisi?

karena semenjak 2020 kita mengalami covid, dalam covid ini ada penanganan

bencana maka dari itu berubah semua target indikator sistem kinerja, maka dari

itu kami sedang merumuskan ketahanan keluarga itu masuk kepada RPJMD

yang baru.

2. Bagaimana kondisi ketahanan keluarga di kota bogor?

Jika kita melihat kepada Indeks Ketahanan Keluarga atau IKK, Setalah

di ukur oleh IPB nilainya 83. Artinya kota Bogor memiliki ketahanan keluarga

yang cukup baik ya, walaupun sudah mendapat nilai baik, kami (BAPPEDA)

akan terus mengevaluasi dan bekerja sama agar kedepannya masyarakat kita

ini memiliki ketahanan keluarga yang baik, karena ketika sebuah keluarga

memiliki ketahanan keluarga yang kuat, berarti keluarga itu tidak mudah goyah

dan tidak akan runtuh. Didalam IKK terdapat dimensi-dimensi seperti sosial

psikologi, sosial budaya, ekonomi. Tetapi karena adanya faktor pandemi,

dimensi ekonomi ini turun cukup rendah jadi hanya 70 persen, dan kami

menduga nya karena covid.

3. Apa yang melatar belakangi dibentuknya perda Bogor Nomor 1 Tahun 2019

tentang Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga?

perda itukan dibuat untuk mengatur. Jadi perda ini dibuat sebagai

turunan dari visi kota bogor, yaitu kota bogor yang ramah keluarga, untuk

mewujudkan visi tersebut perlu adanya sebuah peraturan yang bersifat

mengikat seperti contoh misal kota bogor harus menjadi kota yang bebas asap

rokok, bagaimana cara mewujudkannya? harus dibuat sebuah peraturan tentang

bebas asap rokok. Maka dari itu, perda ini dibuat untuk mendukung visi kota

bogor tersebut. Visi itukan sifatnya global, hanya sebatas menjadikan kota

Page 98: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

88

bogor yang ramah keluarga, apa itu ramah keluarga? bagaimana caranya bisa

menjadi rama keluarga? nah untuk melaksanakannya itu dibutuhkan perda

Selain itu, perda bersifat menguatkan. Jadi jika kita ingin bergerak kita harus

sesuai dengan perda jadi tidak ada kekhawatiran karena tidk memiliki dasar

hukum.

4. Apa urgensi dibentuknya Perda Bogor Nomor 1 Tahun 2019 tentang

Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga? dan kenapa

ketahanan keluarga itu harus masuk ke dalam Perda?

ya jelas, karena kami berbicara visi, karena selama 2019 sampai 2024 ini kami ingin

membuat kota bogor menjadi ramah keluarga. seperti apa sih ramah keluarga itu?

artinya pemerintahnya perduli sama keluarga, pemerintahnya care, mau melindungi

ketahanan keluarga masyarakatnya, maka dari itu kami perlu pedoman untuk

membuat kota bogor yang ramah keluarga. (Lihat pasal 3)

5. Tentang Perda Bogor Nomor 1 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan

Pembangunan Ketahanan Keluarga, bisa dikatakan Perda tersebut baru

disahkan. Lalu apakah ada masa sosialisasi Perda ketahanan keluarga

tersebut? Jika ada berapa lama masa sosialisasinya? Dan bagaimana

langkah sosialisasi perda penyelenggaraan pembangunan ketahanan

keluarga kepada masyarakat luas?

harus ada peraturan wali kotanya untuk menjelaskan lebih jauh lagi

tentang pasal pasalnya, karena peraturan wali kota ini belum terbit tentang

perda ini, bisa dikatakan perda ini masih tahap sosialisasi. Sampai kapan

waktunya? sampai adanya peraturan wali kota yang mengatur tentang

pelaksanaan perda ini. Kenapa sampai sekarang belum juga terbit? karena

terkendala covid. Tetapi masih ada lembaga pendukung sosialisasi ketahanan

keluarga itu. contoh, sekolah ibu. Perda ini kan dibuat salah satunya untuk

menekan angka perceraian apalagi karena terdampak covid, di masyarakat ada

sosialisasi mengenai peningkatan ekonomi, dan diharapkan dengan adanya

sosialisasi tersebut ekonomi menjadi lebih baik dan angka perceraian di kota

bogor dapat ditekan.

Page 99: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

89

6. Seperti yang diketahui, Perda Bogor Nomor 1 Tahun 2019 tentang

Penyelenggaraan Pembangunan Ketahanan Keluarga ini terbentuk

karena adanya permasalahan ketahanan keluarga yang terjadi di kota

bogor, salah satu permasalahan ketahanan keluarga yang saya ambil

adalah tentang meningkatnya angka perceraian yang terjadi di kota bogor.

Lalu, bagaimana keefektivitasan Perda Bogor Nomor 1 Tahun 2019

tentang penyelenggaraan ketahanan keluarga dalam menekan angka

perceraian?

Pasal 9.

Kesuksesan keluarga salah satunya adalah tidak bercerai. Bagaimana

implementasi perda ini diarahkan agar keluarga tidak bercerai salah satunya

adalah dengan program sekolah ibu, karena yang saya dengar dari Bu Tin dan

ibu wali kota semenjak adanya sekolah ibu angka perceraian berkurang sedikit.

Maka dari itu, kami, pemkot bogor dan PKK bekerja sama mengadakan

sekolah ibu, dengan harapan alumni2 sekolah ibu dapat mencegah perceraian

dengan cara meningkatkan kualitas keluarga. begitu juga dengan perda ini,

perda ini dikeluarkan bukan hanya mengatur tentang perceraian, tetapi

ketahanan keluarga, ketika kita berbicara ketahanan keluarga apa yang ada di

fikiran kita? Keluarga nya kuat, keluarga nya bisa menghadapi masalah, dari

situ angka perceraian dapat ditekan. Mungkin untuk berapa pastinya angka

perceraian yang ada di kota Bogor bisa tanyakan kepada yang berwenang, yaitu

PA Bogor. yang saya tegaskan adalah Kita harus hati-hati dalam menafsirkan

meningkatnya angka perceraian di kota bogor ini karena adanya pandemi. Jika

kita lihat di media, hampir seluruh kabuaten atau kota mengalami peningkatan

perceraian. Bisa jadi karena faktor ekonomi atau bisa juga karena adanya faktor

pandemi. Takutnya nanti di klaim bahwa perda ini ga bisa menekan angka

perceraian, jadi harus di garis bawahi karena adanya pandemi.

7. Ada Perda Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

Pembangunan Ketahanan Keluarga, mengapa di Bogor harus dibuat lagi

Perda yang mengatur tentang Ketahanan Keluarga juga?

Page 100: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

90

lihat pasal 5 perda jawa barat.

Jika dilihat provinsi atau kementerian membuat peraturan kan bersifat

nasional. Jadi gubernur itu bersifat memberikan dukungan, penghargaan,

bantuan, jadi dia bersifat membantu kabupaten kota di bawahnya. Jika dilihat

perda bogor ini sudah sangat detail, sedangkan perda jawa barat hanya bersifat

umum, maka dari itu perda bogor menjelaskan mengenai perda jawa barat.

Maka dari itu, bogor harus membuat perda yang berkaitan dengan oeningkatan

ketahanan keluarga karena peraturannya berbeda. Bisa juga karena adanya

perbedaan budaya dan karakter, makanya di daerah itu sifatnya lebih detail.

8. Sejauh mana tujuan Perda Bogor ini tercapai?

Seperti yang disebutkan tadi, fungsi perda selain mengatur itu ya

melindungi. Jadi Perda itu dibuat untuk melindungi, sama dengan Perda Bogor

ini, tujuannya untuk melindungi keluarga agar keluarganya tidak rapuh, merasa

mendapatkan perlindungan dari pemerintah. Khusunya pemerintah kota Bogor.

jadi dengan hadirnya perda ini masyarakat merasa terlindungi, kami pun juga

bisa bergerak sesuai dengan peraturan. Ini menandakan kalau kami serius

dalam membangun ketahanan keluarga di kota Bogor. ya memang ada

program-program pemerintah kota bogor tentang ketahanan keluarga, tapi kan

perlu juga aturan yang lebih tinggi, yang langsung di keluarkan oleh

pemerintah bogor itu sendiri yakni walikota Bogor. tercapai dong berarti,

karena masyarakat sudah punya aturan yang melindungi, tinggal kami

sosialisasinya. Jika berbicara sampai sejauh mana, dinilai dari sosialisasinya

sudah sampai sejauh mana, tapi kan balik lagi, Perwalnya belum terbit. Tapi

kami sebisa mungkin menguatkan program-program ketahanan keluarga yang

ada, agar terciptanya keutuhan keluarga.

Page 101: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

91

HASIL WAWANCARA DENGAN

PENGADILAN AGAMA BOGOR KELAS IA KOTA BOGOR

Nama : Agus Yuspian, S.Ag., M.H

Jabatan : Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama

Bogor Kelas IA Kota Bogor

Tanggal Wawancara : 24 Mei 2021

Tempat Wawancara : Ruang Tunggu Pengadilan Agama Bogor Kelas

IA

1. Bagaimana pak kondisi perceraian di kota Bogor?

Di kota Bogor sendiri, selama kurun waktu 3 tahun terakhir yakni 2018,

2019 dan 2020 terus mengalami peningkatan. Tidak hanya di Bogor ya,

mungkin angka perceraian di seluruh indonesia ini kondisinya sama, terus

meningkat setiap tahunnya, apalagi di masa Pandemi Covid 19 seperti sekarang

ini. Jadi menurut saya ya tidak mungkin Pengadilan-pengadilan di indonesia

ini mengalami penurunan angka perceraian apalagi di kondisi yang seperti ini.

Yang perlu kamu ketahui, di kota Bogor penyebab utama Perceraian adalah

bukan masalah ekonominya, tapi pertengkaran terus menerus. Berbeda dengan

daerah-daerah lain. Selama 3 tahun terakhir ini, cerai gugat atau yang di ajukan

oleh perempuan itu mengalami sedikit penurunan, kalau cerai talak 3 tahun

terakhir ini stabil. Perkara yang masuk di Kota bogor tidak mungkin semuanya

di cabut kan, ada yang di terima, ada yang di tolak, ada juga yang gugur atau

tidak serius. Jika kita melihat angka atau data statistik yang ada di kota bogor

mengapa ada penurunan ya karena memang ada hubungannya dengan

ketahanan keluarga. apa hubungannya? karena pemerintah kota bogor itu care,

peduli dengan ketahanan keluarga.

2. Bagaimana pendapat Bapak mengenai keefektivitasan Perda Bogor dalam

menekan angka perceraian pak?

Menurut saya perda bogor merupakan salah satu cara atau kebijakan

yang di keluarkan oleh pemerintah kota bogor dalam membantu meminimalisir

Page 102: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

92

atau menekan angka perceraian, bisa juga untuk memberikan pedoman tentang

ketahanan keluarga. kan semua itu bermuara pada keluarga ya, kalau keluarga

nya rusak, runtuh, runtuh dalam artian di sini adalah bercerai ya berarti

ketahanan keluarga nya tidak kuat kan, maka dari itu, pemkot bogor mensahkan

Perda Bogor untuk memberikan aturan tentang ketahanan keluarga. Mungkin

kalau tidak efektiv tidak akan diadopsi oleh jawa barat, tapi ini kan diadopsi

berarti Perda Bogor ini efektif. Ada istilah yang disebut Smart City, Smart City

adalah pemerintah yang care dengan ketahanan keluarga, visi wali kota bogor

itu ingin menjadikan bogor kota ramah keluarga, dengan adanya visi tersebut

bisa dikatakan bahwa bogor adalah Smart City, adanya Perda ketahanan

keluarga, program yang lain seperti sekolah ibu juga menjadikan kota bogor

adalah Smart City.

3. Pandanga Bapak mengenai ketahanan keluarga, atau Bapak mengartikan

ketahanan keluarga itu seperti apa pak?

Ketahanan keluarga adalah sebuah tantangan ya terutama bagi

pemerintah dan keluarga itu sendiri, bagaimana cara membuat keluarga

menjadi kuat, tidak mudah runtuh, tidak mudah loh, minimal ada ilmunya,

diedukasi. Makanya seperti yang saya bilang tadi semua itu kembali kepada

keluarga, kalau mau ketahanan keluarga nya bagus, kuat, di lihat dulu

kerjasama antar anggota keluarga, ayah, ibu harus menjalankan perannya

masing-masing, begitupun dengan anak-anak. Kalau bisa, satu keluarga punya

hewan ternak seperti ayam, punya kebun, jadi ketika kita ingin makan kita bisa

ambil dari ternak atau kebun, itu yang disebut dengan ketahanan pangan, biar

keluarganya bertahan. Itu yang disebut juga dengan ketahanan keluarga.

4. Menurut Bapak apakah yang harus dilakukan dalam meminimalisir

permasalahan keluarga di kota Bogor?

Penguatan ketahanan keluarga adalah tanggung jawab bersama, bukan

hanya tanggung jawab pemerintah kota Bogor atau instansi lain. Tapi tanggung

jawab bersama-sama, tanggung jawab anggota keluarga, masyarakat sekitar

juga, mahasiswa juga harusnya ikut andil. Jadi jangan sudah kita pasrah saja,

Page 103: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

93

kan ada pemerintah yang atur, tidak bisa seperti itu, memang pemerintah itu

memberikan fasilitas, seperti bimbingan pra nikah. Itu kan berhubungan

dengan ketahanan keluarga, dengan adanya bimbingan pra nikah itu calon

pengantin jadi tau apa hak nya, kewajibannya, fungsi keluarga seperti apa. bisa

kan keluarga itu dapat terhindar dari perceraian.

Lalu apa yang harus dilakukan pemerintah kota Bogor? sosialisasi.

Sosialisasi terus menerus, program nya di tekankan lagi. Kalau perceraian,

sosialisasikan dengan PA, apa faktor utama yang menyebabkan perceraian, apa

yang harus di perbaiki atau dikuatkan lagi programnya. Pemerintah kita care

loh sama keluarga, buktinya visi kota Bogor, menciptakan kota Bogor yang

ramah keluarga.

Page 104: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

94

Page 105: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

95

Page 106: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

96

Page 107: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

97

Page 108: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

98

Page 109: KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BOGOR MELALUI …

99

Foto peneliti dengan Arif Wicaksono, S.P., M.Si., Ph.D dan Bapak Imam

BAPPEDA Kota Bogor pada tanggal 26 April 2021