KEBIJAKAN PEMANFAATAN DAN PEREDARAN DAGING CELENG
Transcript of KEBIJAKAN PEMANFAATAN DAN PEREDARAN DAGING CELENG
KEBIJAKAN PEMANFAATAN DAN PEREDARAN DAGING CELENG
Oleh : Lu’lu’ Agustina
Kasubdit Keamanan Hayati
Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
REGULASI PENGELOLAAN SPESIES TSL
PP No. 13/1994PERBURUANSATWA BURU
PP No. 7/1999PENGAWETAN JENIS
TUMBUHAN DAN SATWA
PP No. 8/1999PEMANFAATAN JENIS
TUMBUHAN DAN SATWA LIAR
UNDANG-UNDANG NO.5 TAHUN 1990
SUSTAINIBILITY PRINCIPLES
Peraturan Perundangan Turunannya
BENTUK PEMANFAATAN:
• LITBANG ;
• Penangkaran;
• Perburuan;
• PERDAGANGAN;
• Peragaan ;
• Pertukaran ;
• Budidaya tanaman obat-obatan;
• Pemeliharaan untuk kesenangan.
ARAH PEMANFAATAN:Ekonomi dan Keanekaragaman
hayati; mengembangkan dan memanfaatkanperangsang ekonomi untuk melestarikan
sumberdaya alam hayati.
Prinsip kehati-hatian (precautionary principle) dan dasar-dasar ilmiah untuk mencegah
terjadinya kerusakan atau degradasi populasi (non-detriment findings)
Tindak lanjut PP No. 13 tahun 1994 tentang Perburuan Satwa Buru :
1. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.31/Menhut-II/2009 tentang Akta Buru dan Tata CaraMemperoleh Akta Buru.
2. Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 17/Menhut-II/2010 tentang Permohonan, Pemberian,dan Pencabutan Izin Pengusahaan Taman Buru.
3. Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 18/Menhut-II/2010 tentang Surat Izin Berburu dan TataCara Memperoleh Izin Berburu.
4. Peraturan Menteri kehutanan No. 19/Menhut-II/2010 tentang Penggolongan dan Tata CaraPenetapan Jumlah Satwa Buru.
5. Keputusan Menteri Kehutanan No. 460/Kpts-II/1999 tentang Musim Berburu Satwa Buru.
6. Keputusan Menteri Kehutanan No. 618/Kpts-II/1996 tentang Pengendalian PeledakanPopulasi Satwa Liar Tidak Dilindungi di Areal Buru.
7. Keputusan Menteri Kehutanan No. 617/Kpts-II/1996 tentang Pemasukan Satwa Liar keTaman Buru dan Kebun Buru.
8. Keputusan Menteri Kehutanan No. 616/Kpts-II/1996 tentang Pengawasan Perburuan.
9. Keputusan Menteri Kehutanan No. 502/Kpts-II/1996 tentang Tata Cara Permohonan IzinPengusahaan Kebun Buru
REALITAS KEGIATAN PERBURUAN
• Adanya perburuan liar untuk satwa dilindungi dan tidak dilindungi.
• Perburuan babi hutan yang tidak terkendali di beberapa wilayahmenyebabkan populasi babi hutan menurun dan berdampakberkurangnya makanan harimau sumatera, yang pada gilirannyameningkatnya konflik manusia dan harimau.
• Perburuan burung yang tidak terkendali.
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NO. 19/MENHUT-II/2010 TENTANGPENGGOLONGAN DAN TATA CARA PENETAPAN JUMLAH SATWA BURU
PENGGOLONGAN SATWA BURU JENIS SATWA LIAR
Nama Indonesia Nama Ilmiah
A. BURUNG Burung kasuari kerdilBurung merakAyam hutan merah
Casuarius bennettiPavo muticusGallus gallus
B. SATWA KECIL
KancilMusang air Musang jawaMusang barvataMusang air BiawakBiawak tanjungBiawak air tawarBiawak totol hitamBiawak kordensisBiawak air tawarLandakKelinci hutanKera ekor panjang
Tragulus sppVivera tangalungaParadoxurus hermaproditusPaguma larvataViverricula malaccensisVaranus beccariVaranus salvadoriiVaranus salvatorVaranus similisVaranus kordensisVaranus indicus kallabeckHystrix brachyuraNesolagus netscheriMacaca fasicularis
C. SATWA BESAR
Babi hutanRusaKijangKambing hutanKerbau liar Banteng Gajah sumatera
Sus sppRusa sppMuntiacus muntjakCapricornis sumatraensisBubalus bubalusBos javanicusElephas maximus sumatraensis
JENIS SATWA LIAR YANG DAPAT DITETAPKAN SEBAGAI SATWA BURU BERDASARKAN PENGGOLONGAN SATWA BURU
Jumlah satwaburu untuksetiap tempatberburu, ditetapkanberdasarkan : a. keadaanpopulasi; danb. lajupertumbuhanpopulasi.
ASPEK FILOSOFI; 1. PERBURUAN LESTARI
1. Prinsip ekologi; Kegiatan berburu tidak boleh merugikan programjangka panjang konservasi dan status dari satwa buruan
a. Mempertahankan bahkan meningkatkan keragaman jenis& habitat.
b. Mempertahankan kelimpahan populasi, distribusi, strukturpopulasi dan perilaku sesuai dengan peruntukankonservasinya.
c. Berkontribusi pada peningkatan konservasi pada kondisiyang kurang baik.
2. Prinsip Sosio-ekonomi; Kegiatan selaras dengan kepentingan sektorsosio-ekonomi lainnya yang ada di sekitar
3. Prinsip Sosio kultural; Kegiatan selaras dengan nilai nilai “budaya”setempat (pemburu tradisional)
2. DINAMIKA POPULASI (POPULATION DYNAMIC)
✓Faktor penting yang harus diperhatikan
“” How the number of individuals in a population changes over time “”
✓Kegunaan :
➢Memahami akibat dari aktifitas perburuan secara populasi
➢Menata manajemen perburuan yang berkelanjutan & berkualitas
➢Memperkirakan pola pertumbuhan sehingga terhindar dari kepunahan
Inventarisasi
Usulanjumlah/kuota
PenetapanKuota
RekomendasiLIPI
Re
kom
en
das
iKu
ota
No
n-A
pp
en
dix
CIT
ES 2
01
9
Sumber TSL Izin Dokumen
Angkut
Verifikasi Dokumen Sanksi
PEMBINAAN, PENGAWASAN & PENGENDALIAN
MEKANISME PERIZINAN PEMANFAATAN DAN PENGANGKUTAN TSL
Keputusan Menteri Kehutanan No. SK 447/Kpts-II/2003
Alam (Kuota tangkap
& kuota ekspor)
Izin
Tangkap
Izin
Pengedar
Dalam
Negeri
Peredaran Non Komersial &
Komersial:
Dalam Negeri
Luar Negeri
izin
Pengedar
Luar
Negeri
SATS-DN
SATS-LN
Health Certificate
SPE(Surat Persetujuan Ekspor)
PEB/PIB(Pemberitahuan Ekspor/Impor
Barang)
Ekspor
Administratif
Hasil Penangkaran
HILIR/BORDERHULU/POST BORDER
Karantina
Customs
AVSEC
INSW
IN/OUT
BBKSDA/BKSDA
BBKSDA/BKSDA
KEPOLISIAN
JASAANGKUTAN
JASAANGKUTAN
SATS-DN
SATS-DNSATS-LN
HCIZIN (Tangkap/
Ambil, Edar
komersil maupun
non komersil)
PEREDARAN
KOMODITAS TSL
VERIFIKASI DOKUMEN ANGKUT
PETUGAS KSDA Memeriksa kesesuaian
spesimen TSL yang akandikirim dengan dokumen
Mencatat jumlah dan jenisspesimen TSL yang dikirimpada kolom inspeksi dan
menandatanganinya pada dokumen SATS-DN/SATS-LN
PETUGAS KARANTINA
HEWAN/ TUMBUHAN/ IKAN
Memeriksa kelengkapandan kesesuaian fisik
spesimen TSL yang akandiekspor dengan
dokumen SATS-LN
Memeriksa dan menerbitkan suratketerangan kesehatan spesimen
TSL yang akandiekspor/reekspor/import
PETUGAS BEA CUKAI
Memeriksa danmemverifikasi
kesesuaian spesimen TSL dengan dokumen SATS-
LN dan dokumenkepabeanan PEB/PIB
ASP
EK L
EGA
L D
AN
K
ETEL
USU
RA
N
SATS-DN
SK. Kuota Tangkap
Izin Tangkap
SK. Kuota Ekspor
Izin Edar DN
Izin Edar LNBAP Stock
EksporForm C SATS-LN
Peraturan Menteri Perdagangan No.122 Tahun 2018 tentang Ketentuan Ekspor Tumbuhan Alam dan Satwa Liar yang Tidak Dilindungi Undang-Undang dan Termasuk Dalam Daftar CITES
• Ekspor komoditi Babi Celeng dalam keadaan hidup ataupun mati (karkas dan setengah karkas, paha, bahu dan potongannya, bertulang) hanya dapat dilakukan oleh eksportir setelah mendapatkan Persetujuan Ekspor Tumbuhan Alam dan Satwa Liar (PE-TASL) dari Menteri Perdagangan.
• Salah satu persyaratan dalam penerbitan PE-TASL adalah SATS-LN dari KLHK.
• Terkait dengan peruntukan kuota Babi Celeng, maka untuk tahun 2019 KLHK tidak menerbitkan SATS-LN untuk meliput ekspor Babi Celeng
Kesimpulan
• Pemanfaatan TSL termasuk Babi Celeng dilakukan dengan prinsip kehati-hatian (precautionary principal) dan atas dasar-dasar ilmiah untuk mencegah terjadinya degradasi populasi di habitat alam. Oleh karena itu, pemanfaatan Babi Celeng dari habitat alam dilaksanakan berdasarkan kuota penangkapan yang ditetapkan setiap tahun oleh Direktur Jenderal KSDAE atas dasar rekomendasi LIPI.
• Kuota penangkapan Babi Celeng tahun 2019 telah ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal KSDAE No.SK.441/KSDAE/SET/KSA.2/12/2018 tanggal 31 Desember 2018 sebanyak 1.375 ekor dengan wilayah tangkap di Provinsi Riau (300 ekor), NTB (300 ekor), Jawa Timur (150 ekor), Bengkulu (500 ekor), Sumatera Selatan (100 ekor), dan Bawean (25 ekor).
• Kuota Babi Celeng dimaksud hanya untuk pemanfaatan di dalam negeri (perburuan, sumber pangan masyarakat tertentu, sumber pakan bagi satwa karnivora di Lembaga Konservasi, dan lain-lain) dan tidak diperuntukan untuk ekspor.
• Penangkapan Babi Celeng dilakukan berdasarkan Izin Penangkapan yang diterbitkan oleh Kepala BBKSDA/BKSDA setempat dan jumlahnya tidak boleh melebihi kuota
Kesimpulan
• Pengangkutan Babi Celeng wajib diliput dengan Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Liar Dalam Negeri (SATS-DN) yang diterbitkan oleh Kepala BBKSDA/BKSDA setempat.
• Bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.17/PERMENTAN/KR.120/5/2017 tentang Dokumen Karantina Hewan, dalam rangka pelaksanaan tindakan karantina dibutuhkan dokumen pengangkutan satwa liar dari kementerian/lembaga yang membidangi fungsi konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Dokumen pengangkutan satwa liar adalah Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Liar Luar Negeri (SATS-LN) dan SATS-DN
• Telah terdapat harmonisasi pengaturan peredaran Babi Celeng antara KLHK, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Perdagangan sesuai dengan kewenangannya masing-masing melalui sinkronisasi dokumen yang dipersyaratkan dalam peraturan-peraturan dimaksud
• Peningkatan aspek pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan yang berlaku harus dilakukan oleh semua sektor terkait
indonesianwildlife
indonesianwildlife
0813-1500-3113