KEBIJAKAN LELANGJABATAN...
Transcript of KEBIJAKAN LELANGJABATAN...
KEBIJAKAN LELANG JABATAN PENGANGKATANCAMAT DAN LURAn Dr DK! JAKARTA TAHUN 2013
DALAM RANGKA GOOD GOVERNANCE
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas IImu Sosial dan Umu PolitikUntuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleb
Dinar Annisa Susanti1110112000013
Dibawab Bimbingan
Drs. Ismadi Ananda, M.Si.NIP. 19520903198203001
PROGRAM STUDr ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERJ SYARlF RIDAYATULLAR
JAKARTA 2014
ii
-
v
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang good governance studi tentang Kebijakan
Gubernur Joko Widodo dalam lelang jabatan untuk posisi camat dan lurah di DKI
Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang
melatar belakangi kebijakan Gubernur Joko widodo dalam lelang jabatan di
Provinsi DKI Jakarta serta mengetahui lelang jabatan dalam prinsip – prinsip
good governance dan pelaksaan lelang jabatan.
Peneliti menggunakan 3 teori, yaitu Good Governance, Reformasi
Birokrasi dan Kebijakan Publik. Peneliti menemukan bahwa good governance
dalam lelang jabatan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta
terbagi menjadi 3 aspek, yaitu faktor – faktor yang melatarbelakangi lelang
jabatan, lelang jabatan sebagai bentuk good governance di DKI Jakarta dan
pelaksanaan lelang jabatan. Metodologi yang digunakan adalah kualitatif.
Penelitian dilakukan di wilayah DKI Jakarta, tepatnya di Badan Kepegawaian
Daerah (BKD), 2 kecamatan, 3 kelurahan, 1 RT. Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Dari penelitian yang dilakukan berdasarkan studi lapangan dalam bentuk
observasi dan wawancara, peneliti menemukan sistem lelang jabatan telah terjadi
dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan para camat dan lurah yang lulus ujian
lelang jabatan, dan sekarang menduduki jabatan tersebut, berdampak pada
peningkatan pemberian pelayanan publik di lingkungan kecamatan dan kelurahan
cukup menggembirakan. Pada lelang jabatan sebagai bentuk good governance ada
6 prinsip good governance, pertama adalah kompetensi. Pada tahap ini lelang
jabatan dilakukan supaya mendapat pejabat yang benar – benar mumpuni. Kedua
adalah transparansi. Transparansi pada lelang jabatan adalah agar lebih terbuka
dalam proses pemilihan camat dan lurah. Ketiga adalah akuntabilitas, lelang
jabatan harus berdasarkan hukum yang jelas supaya dapat dipertanggung
jawabkan kegagalan dan keberhasilannya. Keempat adalah partisipasi, partisipasi
masyarakat dan pemerintah harus mendukung agar berjalan dengan baik. Kelima
adalah rule of law, rule of law adalah lelang jabatan berdasarkan hukum yang
jelas. Keenam adalah social justice, sosial justice adalah lelang jabatan
menjunjung tinggi kesetaraan atau keadilan dalam pemilihan camat dan lurah.
Lelang jabatan merupakan salah satu bentuk reformasi birokrasi, sebab
dengan adanya lelang jabatan dapat meningkatkan kinerja para pejabat agar
pelayanan berjalan dengan baik. Dengan adanya lelang jabatan diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dan mutu kinerja di DKI Jakarta.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kebijakan
Lelang Jabatan Pengangkatan Camat dan Lurah di DKI Jakarta Tahun
2013 dalam Rangka Good Governance” Shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat,dan para
pengikutnya dari awal hingga akhir zaman nanti.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan di dalamnya, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak. Penulisan skripsi ini juga tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak yang telah mendukung. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Ali Munhanif, Ph.D., selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak M. Zaki Mubarak, M.Si., selaku seketaris Program Studi Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Ismadi Ananda, M.Si., selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih
telah membimbing, meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberi
nasehat dan memotivasi terus tanpa henti sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
vii
5. Bapak Olanson Girsang, selaku Staf Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah
Provinsi DKI Jakarta yang bersedia meluangkan waktunya untuk menemui
dan diwawancarai oleh penulis.
6. Bapak dan Ibu camat dan lurah yang bersedia meluangkan waktunya untuk
menemui dan diwawancarai oleh penulis.
7. Orang tua tercinta, Bapak Hadi Susanto dan Ibu Sri Sumaryati, yang telah
membantu banyak dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, dengan memberi
ide penulisan, pengetahuan, dorongan moral dan semangat yang begitu
membangun.
8. Saudara kandung tersayang, Mba Intan Yuri Susanti, Mas Widi
Hastowahyudi, Berlian. M. Hadi serta ponakan tercinta Kenzie Ahza
Hastowahyudi selaku saudara kandung yang telah memberikan semangat,
serta keluarga besar tersayang yang telah memberikan bantuan do’a,
dukungan, semangat, dan motivasi dalam setiap langkah penulis.
9. Special thanks for Dewi Pratiwi Putri Aji, Vicky Anggia, Hafidz Muzavi dan
Teddy Dwi Prasetyo yang selalu memberi semangat, masukan, dan tidak
bosan mendengarkan curahan hati penulis.
10. Teman dekat, Siti Fauziah, Kinanti Pelangi, Afini. R, Marliana, Rachma
Humairah, Bramanda Prastomo, Rama Fauzi, Rizki Dewa Ruci, Yoga Arya.
Yang selalu memberi semangat dan juga hiburan kepada penulis.
11. Teman-teman perkuliahan, Raisa, Alia, Dini A, Dewi, Ibem, Deci, Abudan
Herman, Ade, , Aris, Ismet, Imam, Aslus, Dona, Hilman, Ikhwan, Wafa,
Sofyan, Fadil, Aldy, Yosep, Maulana, Ramdan, Oye, Sandi, Ajo, Iqbal,
Camen, Indra, Aris B, Aisyah, Dini B, Adis, Lela, Lulu, Luckluck, Minah, ,
dan teman lainnya khusunya jurusan ilmu politik angkatan 2010 yang
viii
terlewat dalam penyebutan ini, terima kasih telah memberikan banyak
masukan dalam hal teknik penulisan, semangat, dan hiburan kepada penulis.
12. Seluruh pihak yang turut memberikan dukungannya yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah ikut serta memberikan semangat sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak mungkin dapat
dilaksanakan tanpa bantuan, petunjuk, bimbingan dan saran dari berbagai pihak.
Semoga Allah SWT melimpahkan karunia serta anugrah-Nya atas segala bantuan
yang telah diberikan, Amin.
Karena keterbatasan waktu, dana, data, pengetahuan, dan pengalaman
yang dimiliki, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pikiran bagi
para pembaca sekalian dan semua pihak yang berkepentingan.
Jakarta, 22 Desember 2014
Dinar Annisa Susanti
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME. ..................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ............................................... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 8
D. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 9
E. Metode Penelitian .......................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 14
BAB II KERANGKA TEORI
A. Good Governance ........................................................................... 16
B. Reformasi Birokrasi....................................................................... 22
C. Kebijakan Publik ........................................................................... 34
BAB III PROFILE DKI JAKARTA
A. Sejarah Provinsi DKI Jakarta ........................................................ 39
B. Geografis DKI Jakarta ................................................................... 42
C. Unsur Demografi DKI Jakarta....................................................... 42
1. Jumalah Penduduk .................................................................... 43
2. Tingkat Ekonomi ...................................................................... 45
3. JumlahKecamatan dan Kelurahan..............................................47
D. Struktur Pemerintahan DKI Jakarta .............................................. 48
E.Peta DKI Jakarta ........................................................................ 53
BAB IV PENERAPAN SISTIM LELANG JABATAN POSISI CAMAT
DAN LURAH DI DKI JAKARTA
A. Faktor – Faktor Lelang Jabatan ..................................................... 54
1. Keinginan Sosok Camat dan lurah yang bisa terjun ke lapangan
.................................................................. ................................ 56
2. Menghindari KKN.................................................................. .. 57
3. Menciptakan Budaya Demokratis dari Ruang Lingkup yang
Lebih Kecil .................................................................. ............ 59
B. Lelang Jabatan Sebagai Bentuk Good Governance ....................... 61
1. Prinsip Kompetensi..................................................................61
2. Prinsip Transparansi.................................................................62
x
3. Prinsip Akuntabilitas................................................................63
4. Prinsip Partisipasi................................................................ .... 65
5. Rule Of Law................................................................ ............ 66
6. Social Justice................................................................ ........... 67
C. Pelaksanaan Lelang Jabatan .......................................................... 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 77
B. Saran .............................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xiv
LAMPIRAN................................................................ ........................................ xix
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta tahun 2013......................43
Tabel 3.2 Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta tahun 2007 - 2010.........46
Tabel 3.3 Laju pertumbuhan Ekonomi di DKI Jakarta tahun 2007 - 2010....46
Tabel 3.4 Jumlah Kecamatan dan Kelurahan di DKI Jakarta tahun 2008.....47
Tabel 4.1 Tabel Pendaftar Lelang Jabatan Camat dan Lurah di DKI
Jakarta...................... ...................... ...................... .......................71
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Skema Urutan Tahapan Kebijakan Publik......................38
Bagan 3.1 Pemerintahan DKI Jakarta...................... .........................49
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Gambar Peta DKI Jakarta.................................................53
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mekanisme pengangkatan untuk jabatan Camat dan Lurah di Indonesia
menggunakan sistem tertutup, yaitu dengan cara diangkat langsung oleh Bupati atau
Walikota. Untuk calon Camat diusulkan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota
kepada Bupati atau Walikota dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menguasai
pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.1 Sedangkan untuk calon Lurah diusulkan oleh Camat kepada
Bupati atau Walikota dari PNS yang memiliki kemampuan teknis di bidang
administrasi pemerintahan dan memahami sosial budaya masyarakat setempat.2
Nama-nama calon Camat yang diajukan oleh Sekertaris Daerah
Kabupaten/Kota dan Lurah yang diajukan oleh Camat akan menjadi pertimbangan
Bupati atau Walikota untuk selanjutnya diputuskan dan mengangkatnya. Walaupun
dalam mekanisme pengangkatan jabatan tersebut Sekertaris Daerah Kabupaten/Kota
1
Peraturan Pemerintah Nomor. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/27871/node/1019/pp-no-19-tahun-2008-kecamatan
diunduh pada 3 Februari 2014 2
Peraturan Pemerintah Nomor. 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/24416/node/707/pp-no-73-tahun-2005-
kelurahan diunduh pada 3 Februari 2014
2
dan Camat berhak untuk mengajukan nama-nama calon, akan tetapi keputusan akhir
berada di tangan Bupati atau Walikota.3
Sistem pengangkatan di DKI Jakarta, kecamatan dipimpin oleh seorang
Camat dan dibantu oleh seorang Wakil Camat yang diangkat dari pegawai negeri sipil
(PNS). Camat dan Wakil Camat diangkat dan diberhentikan oleh gubernur atas usul
Bupati atau Walikota. Camat bertanggung jawab kepada Bupati atau Walikota
melalui Sekertaris Kabupaten atau Kota. Sedangkan kelurahan dipimpin oleh seorang
Lurah dan dibantu oleh Wakil Lurah yang diangkat dari pegawai negeri sipil (PNS).
Lurah dan Wakil Lurah diangkat dan diberhentikan oleh Bupati atau Walikota
berdasarkan pendelegasian wewenang Gubernur. Lurah bertanggung jawab kepada
Bupati atau Walikota melalui Camat.4
Pada pemerintahan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama sebagai
Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta menolak sistem tersebut dan membuat
terobosan baru yaitu dengan adanya seleksi terbuka (lelang jabatan). Menurut Joko
Widodo, lelang jabatan adalah suatu terobosan yang baru untuk lebih memajukan
birokrasi yang ada, dalam lelang jabatan ini menggunakan proper test pada tingkat
3
Peraturan Pemerintah Nomor. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/27871/node/1019/pp-no-19-tahun-2008-
kecamatan diunduh pada 3 Februari 2014 4 Undang – undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_29_2007.pdf diunduh pada 21 Desember 2014
3
Lurah dan Camat yaitu harus memenuhi syarat sesuai dengan aturan undang-undang
yang berlaku.5
Penerapan sistem lelang jabatan Camat dan Lurah menurut Joko Widodo
merupakan salah satu cara untuk mengatasi adanya campur tangan para politisi dalam
birokrasi pemerintahan. Sebagai seorang Gubernur yang diangkat melalui jalur
politik, Joko Widodo mengakui adanya tekanan untuk mengangkat orang-orang
tertentu dalam birokrasi. Kemudian ia menerapkan kebijakan lelang jabatan untuk
menghindari hal tersebut.6 Sistem lelang jabatan Camat dan Lurah juga merupakan
upaya untuk memberantas penyakit nepotisme dalam perekrutan jabatan pada posisi
yang startegis di Pemprov DKI Jakarta.7
Menurut Basuki Tjahaja Purnama
penerapan seleksi terbuka Camat dan Lurah didorong demi meningkatkan pelayanan
publik di Jakarta untuk kepentingan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).8
Selain itu, penerapan sistem lelang jabatan dimaksudkan agar terjadi sistem
transparansi terhadap publik dan mendapatkan pemimpin yang kompeten atau
memenuhi syarat sebagai pemimpin Camat dan Lurah. Dalam kebijakan yang
dikeluarkan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama tersebut seorang Camat
dan Lurah dapat diangkat sesuai dengan hasil ujian atau yang disebut dengan fit and
proper test, maka siapapun yang bisa mengikuti ujian berkesempatan menjadi Camat
5
http://m.sindonews.com/read/2013/02/06/16/714821/lelang-jabatan diunduh pada 30
November 2013 6 http://news.liputan6.com/read/587988/alasan-jokowi-terapkan-lelang-jabatan-camat-lurah
diunduh pada 15 April 2014 7 http://bappedajakarta.go.id/?p=1161 diunduh pada 25 April 2014
8 http://news.detik.com/read/2014/04/22/162929/2562169/10/ahok-lelang-jabatan-lurah-dan-
camat-tak-hina-uu-dan-lulusan-ipdn diunduh pada 24 April 2014
4
dan Lurah.9 Fit and proper test adalah suatu uji kelayakan dan kepatuhan, melalui uji
kelayakan dan kepatuahan ini maka seseorang dapat dikatakan layak menduduki
jabatan baik dari segi kemampuan manajerial maupun pengetahuan, serta visi dan
misi terhadap oraganisasi.10
Seleksi secara terbuka pada Camat dan Lurah adalah dalam rangka
optimalisasi penyelenggaraan tugas kecamatan dan kelurahan yang membutuhkan
seorang pejabat yang memiliki keunggulan. Sistem lelang jabatan yang dimaksud
Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama adalah menggunakan fit and proper test.
Kriteria untuk bisa mengikuti lelang jabatan tersebut adalah memiliki nilai penunjang
akademik, memiliki mental kepribadian yang baik, dan sehat jasmaninya. Selain itu,
pegawai yang ingin mengikuti lelang jabatan Camat dan Lurah juga harus memiliki
performa komunikasi yang baik, sehingga dia mampu menyampaikan programnya
kepada masyarakat.11
Dasar hukum lelang jabatan atau seleksi terbuka adalah mengacu pada Surat
Edaran (SE) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Menpan-RB) Nomor. 16 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pengisian Jabatan
Struktural Yang Lowong Secara Terbuka di Lingkungan Instansi Pemerintah, yang
9
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/10/11/1705099/Putuskan.Rantai.Nepotisme.Lela
ng.Jabatan.ala.Jokowi.Jawabannya diunduh pada 22 Februari 2014 10
http://www.bphn.go.id/data/documents/fit_and_proper_testdalam_proses_pemilihan.pdf
Zaenal Arifin, Badan Pembina Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia 2005
diundug 29 Desember 2014 11
Peraturan Gubernur No. 19 Tahun 2013 tentang Seleksi Terbuka Camat dan Lurah
http://www.jakarta.go.id/web/produkhukum/search diunduh pada 3 februari 2014
5
berdasar pada Undang-undang Nomor. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.12
Dengan rendahnya kinerja pelayanan publik dewasa ini, maka adanya
terobosan baru yang dilakukan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnam dalam
langkah-langkah reformasi birokrasi di Pemprov DKI Jakarta perlu diapresiasi dan
diharapkan membawa dampak yang positif.
Tujuan dari lelang jabatan secara terbuka yaitu13
:
Pertama, mendapatkan outcome yang positif yaitu terangkatnya PNS yang
memiliki kompetensi dan profesionalitas yang memadai sesuai dengan jabatannya
sekaligus memiliki hati nurani yang bersih atau paling tidak memiliki rekam jejak
yang baik. Bahwa kita masih mempercayai adanya PNS yang masih memiliki
ketulusan dalam pengabdiannya untuk negara maka dengan adanya promosi lelang
jabatan terbuka seperti ini kita akan mendapat pemimpin yang berkoptensi tinggi,
berkinerja baik, berintegritas dan juga sesuai dengan harapan.
Kedua, dengan adanya fit and proper test persaingan positif akan terbuka.
Ada logika yang mengatakan bahwa tidak ada kualitas yang lahir tanpa sebuah
persaingan. Tentu dengan adanya persaingan mendorong semangat bagi peningkatan
kualitas, kinerja dan disiplin PNS. Dengan adanya fit and proper test PNS dapat teruji
12
Landasan hukum Lelang Jabatan http://www.menpan.go.id/jdih/permen-kepmen/se-
menpan-rb diunduh pada 3 Februari 2014 13
Lelang Jabatan Dalam Perspektif Kebijakan Publik, Drs. Mahmun Syarif Nasution,
M.APhttp://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANPENGAJAR/vdyr1370450043.pdf diunduh pada
28 Januari 2014
6
kualitasnya, karena selama ini dinilai masih banyak yang belum berkualitas. Dengan
demikian tidak adanya lagi budaya yang mengindikasikan keterkaitan emosional
ataupun ekonomi untuk mendapatkan suatu jabatan, tetapi siapapun dapat
dipromosikan atau mendapatkan kesempatan menjabat melalui fit and proper test
secara adil.
Ketiga, bagi pejabat pembina kepegawaian dan pejabat eselon I, II yang
berwenang dalam memberi mandat bagi PNS dalam jabatan tertentu, maka lelang
jabatan dapat bermanfaat untuk menghindarkan diri dari intervensi berbagai pihak
yang berusaha menempatkan “orangnya” dalam jabatan strategis di lingkungan
masing-masing. Dengan demikian atasan sangatlah berpengaruh pada posisi suatu
jabatan karena atasan yang menentukan posisi bawahan, dan dengan pola ini
diharapkan pihak atasan dapat memberikan mandat yang baik dan benar agar tidak
terjadinya intervensi dari berbagai pihak.
Keempat, memperkuat sistem managemen karir berdasarkan merit system
dimana terbuka peluang yang sama bagi setiap PNS untuk meningkatkan karir
berdasarkan kompetensi yang dimilikinya. Selama ini yang kita ketahui proses
rekrutment kurang objektif dan tidak transparan, sehingga para PNS kurang
meningkatkan prestasinya, bahkan banyak dari mereka lebih memilih kedekatannya
dengan pejabat. Dengan ini diharapkan proses rekrutmen lebih objektif dan
transparan agar mendapatkan PNS yang berkompetensi.
Kelima, peran aktif masyarakat juga menjadi faktor penting bagi peningkatan
kualitas pelayanan publik. Untuk itu, mestinya hal ini juga dibarengi dengan upaya
7
pengawasan masyarakat yang jauh lebih intens agar pejabat yang telah diseleksi lebih
fokus pada kerja pelayanan masyarakat. Dalam hal ini masyarakat perlu mengetahui
dan ikut mengawasi kinerja pejabat yang telah diseleksi agar dapat bekerja dengan
baik dan masyarakat juga mendapatkan pelayanan yang baik pula.
Provinsi DKI Jakarta sebagai sebuah Ibu Kota Negara tentunya menjadi
sebuah contoh bagi daerah-daerah yang ada di Indonesia. Sistem lelang jabatan yang
dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta bisa saja menjadi sebuah pemantik bagi
daerah-daerah lain untuk merubah sistem rekrutmen pajabat publik Lurah dan Camat
di daerahnya masing-masing dengan sistem serupa (lelang jabatan).
Berdasarkan pernyataan dan pengalaman mengenai lelang jabatan Camat dan
Lurah di DKI Jakarta yang dilaksanakan pertama kali pada 2013, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitan yang berjudul “Kebijakan Lelang Jabatan
Pengangkatan Camat dan Lurah Di DKI Jakarta Tahun 2013 dalam Rangka
Good Governance”.
Alasan peneliti memilih judul tersebut karena; Pertama, masalah lelang
jabatan Camat dan Lurah cukup menarik untuk dibahas. Kedua, masalah tersebut
masih dalam jangkauan penguasaan penulis. Ketiga, mudah dalam mengakses data.
8
B. Perumusan Masalah
Sistem pemilihan Camat dan Lurah melalui lelang jabatan merupakan
terobosan baru di Pemprov DKI Jakarta dan berbeda dengan wilayah lain di
Indonesia. Perubahan sistem rekrutmen melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh
Gubernur Joko Widodo ini merupakan hal baru dan menurut penulis menarik untuk
diteliti. Dalam penelitian skripsi ini secara umum ingin memberikan analisa terhadap
kebijakan Gubernur Joko Widodo dalam lelang jabatan posisi Camat dan Lurah di
DKI Jakarta, dengan pertanyaan peneliti sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi sistem lelang jabatan ?
2. Apakah sistem lelang jabatan Camat dan Lurah dapat mendorong terciptanya
Good Governance di DKI Jakarta ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan dari penelitian :
a. Mengetahui factor-faktor yang melatarbelakangi sistem lelangan jabatan.
b. Mengetahui proses sistem lelang jabatan Camat dan Lurah dapat
mendorong terciptanya Good Governance di DKI Jakarta.
9
2. Manfaat Penelitian :
a. Manfaat Akademis
Mengembangkan ilmu politik dalam hal Good Governance,
khususnya penerapan sistem lelang jabatan Lurah dan Camat dalam upaya
menciptakan Good Governance di DKI Jakarta.
b. Manfaat Praktis
1) Memberikan kontribusi literatur keilmuan serta menjadikan penulisan
ini sebagai literatur dalam bidang Ilmu Politik.
2) Menambah informasi bagi penulisan skripsi yang serupa di waktu
yang akan datang.
D. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, terdapat penelitian yang mengkaji mengenai Good
Governance:
1. Penelitian yang berjudul “Model Skala Prioritas Pembangunan Kota Bandung
Berbasis Good Governance” dengan nama peneliti Dewi Kurniasih jurusan
Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Komputer Indonesia Bandung. Penulis menemukan perbedaan penelitian
tersebut dengan penelitian yang penulis buat, diantaranya mengenai Good
10
Governance yang diteliti oleh peneliti Dewi Kurniasih lebih fokus pada
Pembangunan di kota Bandung yang diterapkan berbasis good governance,
sedangkan yang diteliti pada penelitian skripsi ini adalah mengenai lelang
jabatan Camat dan Lurah di DKI Jakarta yang menuju good governance.
2. Penelitian yang berjudul “Reformasi Sistem Rekrutment Pejabat dalam
Birokrasi Pemerintahan (Studi kasus rekrutment pejabat eselon II di Provinsi
Nangroe Aceh Darussalam)” dengan nama peneliti Muhammad Nasir. Pada
penelitian ini fokus pada reformasi birokrasi rekrutment khusus eselon II yang
ada di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, sedangkan yang membedakan
dengan yang peneliti tulis adalah selain wilayahnya yakni berada di DKI
Jakarta dan penelitian ini fokus pada faktor – faktor yang melatar belakangi
lelang jabatan.
3. Penelitian yang diambil dari jurnal oleh peneliti yang bernama Irwan Noor
dengan judul “Inovasi Pemerintahan Daerah : Mengapa Gagal?” pada
penelitian ini terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan penulis teliti
diantaranya adalah perbedaan dalam mewujudkan kemajuan suatu daerah atau
reformasi birokrasi suatu daerah. Pada penelitian Irwan Noor lebih kepada
berbagai daerah dalam pembenahan manajemen RSUD Banjarnegara,
pembedayaan ekonomi di Kabupaten Deli, dan Gianyar Sejahtera di
Kabupaten Sumba Timur. Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti hanya
fokus pada Kebijakan Gubernur Joko Widodo dalam Lelang Jabatan untuk
posisi Camat dan Lurah di DKI Jakarta.
11
4. Penelitian yang berjudul “Reformasi Birokrasi Pemerintah Surakarta” dengan
nama peneliti Myrna Nurbarani program studi Magister Ilmu Politik, Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro yang membahas tentang Reformasi
Birokrasi pada Pemerintahan Surakarta, dan yang membedakan dengan
penelitian yang akan penulis lakukan adalah bahwa penelitian ini hanya fokus
pada prinsip – prinsip good governance dalam kebijakan Gubernur Joko
Widodo tentang lelang jabatan pada posisi Camat dan Lurah di DKI Jakarta.
E.Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif menghasilkan prosedur analisis
dan tidak menggunakan analisis data statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Secara
prosedur menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.14
Dalam kaitan ini, metode penulisan yang digunakan penulis
dalam mengkaji permasalahan ini adalah pendekatan kualitatif. Sesuai dengan
penelitian yang akan peneliti ambil yaitu cenderung mengeksplorasi sedetail mungkin
sistem lelang jabatan yang dicetuskan oleh Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama di
tingkat kecamatan dan kelurahan Pemprov DKI Jakarta melalui pendekatan kualitatif
dengan melakukan antara lain wawancara.
14
Lexy J.Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Rosdakarya, 2006),h. 4.
12
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di wilayah DKI Jakarta, sedangkan waktu penelitian
akan dilaksanakan secara bertahap hingga selesai penelitian tersebut.
3. Tehnik Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan berupa buku-buku yang diperlukan, data-data
yang terkait dengan penelitian ini, kutipan dari gambar-gambar atau surat kabar, foto-
foto dan segala macam benda yang dapat memberikan keterangan yang bersifat
tertulis ataupun tidak. Dokumetasi diperlukan untuk mempermudah peneliti
menemukan jawaban dari permasalahan tersebut dan juga peneliti dapat menjelaskan
secara detail dan jelas terkait dengan permasalahan Good Governance di DKI Jakarta
(Studi tentang penciptaan kepemimpinan adiministrasi lokal melalui prinsip lelang
jabatan).
b. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan antara periset dan responden, di mana jawaban
responden akan menjadi data mentah. Secara khusus, wawancara adalah alat yang
baik untuk menghidupkan topik riset. Wawancara juga merupakan metode bagus
untuk pengumpulan data tentang subjek kontemporer yang belum dikaji secara
13
ekstensif dan tidak banyak literatur yang membahasnya.15
Beberapa responden yang
peneliti wawancarai adalah sebagai berikut :
1) Olanson Girsang, Staf Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah DKI
Jakarta.
2) Dian Purfanto Camat Kramatjati, Jakarta Timur.
3) H.R.M. Amien Haji Camat pasar minggu, Jakarta Selatan.
4) H.M. Delas, Sekretaris Lurah Batu Ampar , Jakarta Timur.
5) Grace Tiaramudi, Lurah Pejaten Timur, Jakarta Selatan.
6) Susan Jasmine Zulkifli, Lurah Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
7) Mursyid Hidaya, Ketua RT. 004/RW.05 Jalan Raya Margasatwa,
Pejaten Barat.
Alasan peneliti mewawancarai Badan Kepegawaian Daerah karena Badan
Kepegawaian Daerah sebagai ketua dalam tim seleksi lelang jabatan, kemudian
peneliti mewawancarai camat, lurah dan ketua RT untuk mendukung jawaban
peneliti. Peneliti hanya mendapatkan data dari camat dan lurah di Jakarta timur dan
selatan karena keterbatasan waktu.
Sumber data diperoleh dari dokumen-dokumen yang peneliti masukan serta
hasil dari observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Sebelum digunakan
dalam proses analisis, data dikelompokan terlebih dahulu sesuai dengan jenis dan
15
Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik (Jakarta: Prenada Media Group, 2007),h. 104.
14
karakteristik yang menyertainya. Berdasarkan sumber pengambilannya, data
dibedakan atas dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah
data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan dari sumber asli oleh
orang yang melakukan penelitian.16
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah
ada.17
c. Analisis Data Penelitian
Analisis data penelitian untuk mengelola data yang sudah dikumpulkan,
penulis menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian
yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara sistematis
dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu.18
F. Simtematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini peneliti menyusun pembahasan menjadi beberapa
bagian dari sistematika penelitian sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan, pada bab ini peneliti akan memaparkan permasalahan
yang melatarbelakangi pembahasan dan perumusan masalah serta tujuan terkait
dalam penelitian Kebijakan Lelang Jabatan Pengangkatan Camat dan Lurah di DKI
16
Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011),h.
146. 17
Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan, h.147. 18
Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan, 100.
15
Jakarta Tahun 2013 dalam Rangka Good Governance berdasarkan pada metode
penelitian kualitatif.
Bab II : Pada bab ini akan dipaparkan menegenai teori dan konsep yang
dipergunakan dalam pendekatan yang menjelaskan pokok permasalahan skripsi ini
yaitu Kebijakan Lelang Jabatan Pengangkatan Camat dan Lurah di DKI Jakarta
Tahun 2013 dalam Rangka Good Governance.
Bab III : Pada bab ini peneliti akan membahas tentang gambaran umum atau
profil mengenai DKI Jakarta
Bab IV : Pada bab ini merupakan bagian yang berisikan tentang permasalahan
yang peneliti angkat. Peneliti akan menjelaskan factor-faktor apa yang
melatarbelakangi sistem pelelangan jabatan, apakah sistem lelang jabatan Camat dan
Lurah dapat mendorong terciptanya good governance di DKI Jakarta dan pelaksanaan
lelang jabatan di DKI Jakarta.
Bab V : Pada bab ini peneliti akan berusaha untuk menyimpulkan
pembahasan mengenai skripsi ini sekaligus menjadi penutup pada pokok
permasalahan Kebijakan Lelang Jabatan Pengangkatan Camat dan Lurah di DKI
Jakarta Tahun 2013 dalam Rangka Good Governance. Selanjutnya di bab penutup
ini terdapat pula saran dan kritik bagi para pembaca.
16
BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN KONSEPTUAL
Kerangka teoritis dan konseptual merupakan penjelasan mendalam
mengenai teori-teori dan konsep yang akan digunakan oleh peneliti dalam
penelitian. Dalam bab ini teori-teori dan konsep akan dipaparkan secara jelas dan
rinci yaitu yang berhubungan dengan Kebijakan Lelang Jabatan Pengangkatan
Camat dan Lurah di DKI Jakarta Tahun 2013 dalam Rangka Good Governance.
A. Good Governance
Good Governance terdiri dari dua kata “good” dan “governance”.
Good yang berarti baik dan governance yang berarti pengurusan, pengelolaan,
pengarahan, pembinaan, dan penyelenggaraan pemerintahan. Menurut UNDP
governance merupakan pelaksana kewenangan atau kekuasaan dalam bidang
ekonomi, politik, dan administratife dalam mengelola berbagai urusan negara
agar terciptanya kondisi kesejahteraan, integritas dan kohesivitas sosial dalam
masyarakat.19
Good Governance merupakan proses penyelenggaraan
pemerintah dalam suatu negara dengan melibatkan bukan saja negara, tetapi
juga semua stake holder yang ada, baik itu di dunia usaha atau bisnis dan
19
Adi Sujatno, Moral Dan Etika Kepemimpinan merupakan Landasan ke Arah
Kepemerintahan yang Baik (Good Governance), (Jakarta : Team4AS, 2007) h. 41-42
17
masyarakat madani (civil society).20
Good Governance merupakan suatu
bentuk manajemen pembangunan, yang juga disebut administrasi
pembangunan. Pengelolaan perubahan masyarakat dan pengelolaan
pembangunan.21
Untuk mewujudkan good governance adalah suatu
persyaratan yang harus dilakukan bagi setiap pemerintahan, seperti Indonesia
yang sedang mengalami krisis, baik ekonomi, budaya, sosial, moral, serta
kepemimpinan. Oleh karena itu Indonesia perlu mengambil langkah yang
strategis guna mewujudkan kepemerintahan yang baik pada era reformasi saat
ini.22
a. Konsep – konsep yang terdapat dalam Good Governance23
, yaitu :
Teori Political Society terdiri dari partai politik, birokrasi dan negara
merupakan kumpulan suatu organisasi dalam masyarakat yang tujuan
pendirian dan aktifitas utamanya adalah memperoleh dan menjalankan
kekuasaan politik seperti partai politik dan lembaga-lembaga negara.
Teori Economic Society merupakan kumpulan organisasi di dalam
masyarakat yang pendirian dan aktifitas tujuan utamanya adalah untuk
memperoleh keuntungan financial seperti korporasi dan unit ekonomi
lainnya.
20
Dr. Asmawi Rewansyah MSc, Reformasi Birokrasi dalam Rangka Good Governance
(Jakarta : CV Yusaintanas Prima,2010) h. 80 21
Prof. H. Bintoro Tjoktoamidjojo, MA, Reformasi Nasional Penyelenggaraan Good
Governance dan Perwujudan Masyarakat Madani (Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, 2002) h.
61 22
Adi Sujatno, Moral Dan Etika Kepemimpinan Merupakan landasan ke arah
kepemerintahan yang baik (Good Governance), (Jakarta : Team4AS, 2007) h. 39 23
Ibid., h. 42-43
18
Teori Civil Society merupakan kumpulan organisasi di masyarakat yang
tujuan utamanya adalah non politis dan non ekonomi, inisiatif
pendiriannya datang dari bawah, menjunjung pluralitas dan
mengembangkan demokrasi egaliter.
b. Enam prinsip good governance menurut Feisal Tamim sebagai berikut24
:
1. Competence, yaitu penyelenggaraan pemerintahan suatu daerah harus
dilakukan dengan mengedepankan profesionalitas dan kompetensi
birokrasi. Maka setiap pejabat yang dipilih atau ditunjuk untuk menduduki
suatu jabatan dapat benar-benar yang memiliki kompetensi yang dilihat
dari semua aspek penilaian, baik dari pendidikan atau keahlian,
pengalaman, moralitas, dedikasi, ataupun aspek lainnya.
2. Transparancy, yaitu dalam proses pengambilan kebijakan publik dan
pelaksanaan seluruh fungsi pemerintahan harus diimplementasikan dengan
mengacu pada prinsip keterbukaan. Dengan kemudahan mengakses
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif. Hal ini merupakan
penyelenggaraan pemerintahan oleh birokrasi yang haknya harus
dijunjung tinggi.
3. Accountability, yaitu setiap tugas dan tanggung jawab dalam
pemerintahan daerah harus diselenggarakan dengan cara yang terbaik
yaitu dengan pemanfaatan sumber daya yang efisien demi keberhasilan
24
Dr. Bambang Istianto HP. M.Si. Manajemen Pemerintahan dalam Perspektif Pelayanan
Publik (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009) h. 107
19
penyelenggaraan pemerintahan di suatu daerah, karena setiap kebijakan
dan tindakan yang diambil haruslah dipertanggungjawabkan ke hadapan
publik ataupun terhadap hukum.
4. Participation, yaitu dengan adanya otonomi daerah maka magnitude dan
intensitas kegiatan suatu daerah menjadi sedemikian besar. Hal ini
dihadapkan dengan kemampuan sumber daya masing-masing daerah,
maka mau tidak mau harus ada perpaduan antara upaya pemerintah daerah
dan masyarakat. Pemerintah daerah harus mampu mendorong prakarsa,
kreativitas, dan peran serta masyarakat dalam setiap upaya yang dilakukan
pemerintah daerah dalam rangka setiap meningkatkan keberhasilan
pembangunan daerah.
5. Rule of law, yaitu penyelenggaraan pemerintahan daerah harus didasarkan
pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang jelas. Dengan
demikian perlu dijamin adanya kepastian dan penegakan hukum yang
merupakan persyaratan keberhasilan dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
6. Social justice, yaitu penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam
implementasinya harus menjamin penerapan prinsip kesetaraan dan
keadilan bagi setiap anggota masyarakat. Tanpa adanya hal tersebut maka
masyarakat tidak akan mendukung suatu kebijakan dan program
pemerintah daerah.
20
Menurut UNDP, prinsip-prinsip Good Governance, yang Pertama, adalah
Accountability, akuntabilitas yaitu adanya mekanisme penggantian pejabat atau
penguasa secara berkala, tidak ada usaha untuk membangun monoloyalitas secara
sistematis, definisi yang jelas terhadap pelanggaran kekuasaan di bawah kerangka
penegakan hukum. Kedua, Transparency atau keterbukaan dapat dilihat dalam
tiga aspek yaitu: adanya kebijakan yang terbuka terhadap pengawasan, adanya
akses informasi, sehingga masyarakat dapat menjangkau setiap kebijakan
pemerintah, berlakunya check and balance antara eksekutif dan legeslatif. Dalam
hal ini transparansi bertujuan untuk membangun rasa percaya antara pemerintah
dan publik dimana pemerintah memberikan informasi yang akurat kepada publik.
Ketiga, Participatory yaitu melibatkan masyarakat dalam pengambilan kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah. Keempat, Rule of Law yaitu kerangka hukum yang
diperlukan untuk menjamin hak-hak warga negara dalam menegakkan
pertanggungjawaban pemerintah.25
c. Terdapat 3 pilar dalam mewujudkan Good Governance26
:
1. Transparansi merupakan suatu upaya menciptakan kepercayaan timbal
balik antar pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai. Informasi merupakan bagian penting masyarakat untuk
25
Ibid., h.95-98 26
Adi Sujatno, Moral Dan Etika Kepemimpinan merupakan Landasan ke Arah
Kepemerintahan yang Baik (Good Governance), (Jakarta : Team4AS, 2007) h. 39-40
21
berpartisipasi dalam pengelolaan negara. Pemerintah perlu proaktif
memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang
disediakan kepada masyarakat yaitu pemerintah perlu mendayagunakan
jalur komunikasi seperti brosur, leaflet, koran, radio, dan televisi.
2. Partisipasi merupakan upaya mendorong warga negara untuk
mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses
pengambilan keputusan yang mencangkup kepentingan masyarakat, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Partisipasi yang dimaksud adalah
untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan
aspirasi rakyat.
3. Akuntabilitas merupakan suatu perwujudan kewajiban mempertanggung
jawabkan keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan misi organisasi
dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat
pertanggung jawaban secara periodik.
Untuk memenuhi persyaratan good governance diperlukan strategi
kepemimpinan yang meliputi tiga hal yaitu tujuan (end), sarana (means), dan metode
(ways). Maka dalam konteks ini yang menjadi tujuan adalah mewujudkan good
governance dan clean governance di dalam penyelenggaraan kenegaraan, kemudian
dalam rangka mewujudkan good governance dan clean governance maka sarana apa
saja yang dapat dan telah digunakan oleh kepemimpinan nasional. Selanjutnya
metode apa yang tepat digunakan dengan memperhatikan sarana yang tersedia agar
22
good governance dan clean governance dapat terwujud. Dalam PP No. 1 Tahun 2000
dinyatakan, kepemerintahan yang baik adalah: “Kepemerintahan yang
mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip Profesionalitas, Akuntabilitas,
Transparansi, Pelayanan Prima, Demokrasi, Efisiensi, Efektivitas, Supremasi hukum
dan diterima oleh seluruh masyarakat”.27
Good governance menjadi salah satu teori yang digunakan dalam lelang
jabatan karena di dalam kebijakan yang di ambil oleh gubernur dan wakil gubernur
Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama yang berdasarkan prinsip prinsip good
governance, karena prinsip – prinsip good governance adalah salah satu cara
mewujudkan good governance dalam sistem pengisisan jabatan camat dan lurah.
B. Reformasi Birokrasi
Dalam mewujudkan good governance kita perlu mengetahui terlebih dahulu
mengenai birokrasi. Birokrasi adalah alat utama dalam penyelenggaraan negara dan
pemerintahan, yang tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana pelayanan publik
melainkan bertugas dalam menerjemahkan berbagai keputusan politik ke dalam
berbagai kebijakan publik dan menjamin pelaksanaan berbagai kebijakan tersebut
secara operasional. Oleh karena itu birokrasi adalah faktor penentu keberhasilan
27
Ibid., h.45
23
keseluruhan agenda negara dan pemerintahan, dalam upaya merealisasikan sebuah
tata pemerintahan yang baik (good governance).28
Birokrasi selalu dikaitkan oleh seorang tokoh yang bernama Max Webber.
Begitu besar pengaruh pemikirannya sehingga jika bicara mengenai birokrasi maka
nama Max Weber akan muncul. Max Weber adalah salah seorang tokoh asal Jerman
yang dipandang sebagai bapak birokrasi. Birokrasi Weber membentuk sebuah
hierarki atau sebuah struktur organisasi dimana atasan memberikan tugas dan
kewajiban kepada bawahannya.29
Birokrasi yang menjadi tiang negara menjadi salah satu bagian penting dalam
membangun sebuah negara. Banyak ahli yang menyimpulkan bahwa birokrasi adalah
sebuah landasan dari keberhasilan sebuah negara, karena jika birokrasi dapat berjalan
dengan baik maka akan bisa lebih besar negara tersebut memperoleh kemakmuran
dan kesejahteraan bagi para rakyatnya. Menurut Max Weber sendiri yang dapat
dilihat pada paragraph sebelumnya bahwa Max Weber berpendapat birokrasi
sebaiknya dijalankan dengan pimpinan yang memimpin langsung bawahannya agar
dapat dijalankan dengan baik, pesan atau mandat yang disampaikan dan diinginkan
oleh atasannya tersebut sampai ke bawahan.
28
Ismadi Ananda, Pokok – Pokok Pikiran Penataan Kelembagaan (Jakarta: PT Satria Muda
Adi Ragam Terpadu, 2013), h. 3 29
Max Weber, Economy and Society, (California: University of California Press, 1978) h. 956
24
Birokrasi dibuat untuk mencapai tujuan pemerintah dalam mensejahterakan
masyarakat. Menurut Weber tujuan penyedian birokrasi pemerintah adalah sebagai
berikut:
1. Menyediakan sejumlah layanan sebagai hakikat dari tanggung jawab
pemerintah.
2. Memajukan kepentingan sektor ekonomi
3. Membuat regulasi atau aturan30
Pengertian birokrasi pada abad ke-18 yang berasal dari kata bureau yang
merupakan meja tulis dan diartikan sebagai suatu tempat para pejabat bekerja,
kemudian cracy yang berasal dari bahasa Yunani yang merupakan suatu aturan.
Istilah birokrasi pada awalnya diperkenalkan oleh Max Weber yang memandang
birokrasi sebagai unsur pokok dalam rasionalisasi dunia modern, suatu birokrasi
tentang legal rasional yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut31
:
1. Para anggota bebas staf secara pribadi bebas, hanya menjalankan tugas-
tugas impersonal jabatan (berkemampuan memisahkan urusan pribadi
dengan urusan dinas).
2. Ada hirarki atau tingkatan jabatan yang jelas (tingkat atas mempunyai
kewenangan dan mengendalikan tingkat bawah).
3. Fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara tegas (pembagian kerja yang
jelas).
4. Para pejabat diangkat berdasarkan suatu kontrak.
5. Mereka dipilih berdasarkan kualifikasi profesional, berdasarkan suatu
diploma atau ijazah yang diperoleh melalui ujian.
6. Mereka memiliki gaji berjenjang menurut kedudukan dalam hirarki dan
hak-hak pensiun pejabat dapat selalu menepati posnya serta dalam
keadaan tertentu dapat diberhentikan.
30
Ibid.,h. 959 - 963 31
Syafuan Rozi, Zaman Bergerak, Birokrasi dirombak, (IP2P LIPI. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta 2006) h. 6
25
7. Pos jabatan adalah lapangan kerjanya sendiri atau lapangan kerja pokok,
terdapat suatu struktur karir dan promosi dimungkinkan berdasarkan
senioritas ataupun keahlian (merit sistem).
8. Pejabat mungkin tidak sesuai dengan posnya ataupun dengan sumber yang
tersedia di pos tersebut.
9. Pejabat tunduk pada diliner dan kontrol yang seragam.
Merit sistem adalah salah satu alternatif sistem penggajian PNS yang dapat
memacu prestasi, penerapan merit sistem dalam manajemen PNS32
:
1. Menetapkan target prestasi kerja.
2. Mengembangkan sistem penilaian karya pegawai yang berfokus pada
kekhasan jabatan.
3. Memberikan pelatihan penilaian prestasi kerja kepada para pemimpin unit
kerja, dan pegawai umumnya terampil menilai prestasi kerja pegawainya
serta menguasai seni penyampaian umpan balik tentang kondisi nyata
prestasi kerja yang berhasil dicapai, sehingga pada masa mendatang
memungkinkan untuk dicapainya prestasi kerja pegawai yang lebih baik.
4. Memberikan penghargaan berdasarkan prestasi kerja yang berhasil dicapai
oleh setiap pegawai.
5. Menggunakan skala kenaikan penghasilan yang besar dan bernilai
signifikan.
Menurut Weber birokrasi adalah unsur terpenting dalam pertumbuhan dan
perkembangan organisasi. Organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan tertentu,
perhatian Weber tertuju pada struktur yang normatif dan mekanisme untuk
mempertahankan struktur tersebut, hal ini merupakan unsur formal yang menjadi ciri
khas dari Weber.33
Birokrasi dikembangkan dengan menggunakan konsep kontraktual yang
memiliki arti terdapat penerapan hubungan antara penyelengaraan pelayanan dengan
pengguna jasa dalam pemberian pelayanan publik. Hubungan mutualistis antara
32
Penerapan merit sistem, http://www.bkn.go.id diunduh pada 21 februari 2014 33
Syafuan Rozi, Zaman Bergerak, Birokrasi dirombak, P2P LIPI. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta 2006. H. 6
26
aparat sebagai pihak yang memiliki wewenang harus berlangsung sejalan dengan
masyarakat sebagai pihak yang memegang otoritas.34
Namun yang terjadi di
Indonesia dewasa ini pelayanan dilakukan dengan setengah hati atau karena adanya
keterpaksaan. Pemerintahan milik rakyat akan tercipta jika birokrat menjalankan
tugas dan fungsinya, tetapi selama ini banyak birokrat yang tidak menjalankan
tugasnya dengan baik dan tidak memahami secara pasti mengenai pelayanan.
Menurut Zeithaml, Parasuraman dan Berry (1990) pelayanan publik yang baik
dapat dilihat melalui indikator yang sifatnya fisik. Penyelenggaraan pelayanan publik
yang baik dapat dilihat melalui aspek fisik pelayanan yang diberikan seperti
tersedianya sebuah gedung pelayanan yang representatif, fasilitas pelayanan berupa
televisi, ruang tunggu yang nyaman, peralatan pendukung yang memiliki teknologi
canggih seperti computer, penampilan aparat yang menarik dimata pengguna jasa dan
berbagai fasilitas kantor pelayanan yang memudahkan akses pelayanan bagi
masyarakat.35
Publik berasal dari kata-kata bahasa Inggri public yang berarti umum,
masyarakat negara. Inu dan kawan-kawan mendefinisikan publik merupakan
34
Agus Dwiyanto, dkk, Reformasi Birokrasi Publik Di Indonesia,( Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 2006) h.153 35
Ibid., h.49
27
sejumlah manusia yang memiliki kebebasan berfikir, perasaan, harapan, sikap, dan
tindakan yang benar serta baik berdasakan nilai-nilai norma yang merasa memiliki.36
Reformasi birokrasi menjadi sesuatu yang mutlak harus dilakukan untuk
mewujudkan negara dan pemerintahan Indonesia yang memenuhi karakterisktik good
governance. Reformasi birokrasi menurut teori Max Weber adalah “ upaya-upaya
strategis dalam menata kembali birokrasi yang sedang berjalan sesuai prinsip-prinsip
“span of control, division of labor, line and staff, rule and regulation, and
professional staff”. Michael Dugget, Director General IIAS mendefinisikan reformasi
birokrasi adalah suatu proses yang dilakukan secara berkelanjutan untuk mendesign
ulang birokrasi yang berada di lingkungan pemerintah dan partai politik, sehingga
dapat berguna dan berhasil baik ditinjau dari segi hukum maupun politik. Reformasi
birokrasi yang dimaksud adalah adanya proses atau rangkaian kegiatan, tindakan
yang sungguh-sungguh dan rasional. Sehingga terdapat konsep dan sistem yang jelas
berlangsung terus menerus secara berkelanjutan dalam enam pekerjaan meliputi
evaluasi, penataan, penertiban, perbaikan, penyempurnaan, dan pembaruan.37
Konsep dan sistem tersebut akan dijelaskan pada delapan area penting agenda
reformasi birokrasi38
:
36
DR Lijan Poltak Sinambela, M.M.,Pd.,Dkk. Reformasi Pelayanan Publik – Teori Kebijakan
dan Implikasinya(PT. Bumi Aksara, Jakarta 2006) h. 66 37
Ismadi Ananda, Pokok – Pokok Pikiran Penataan Kelembagaan (Jakarta: PT Satria Muda
Adi Ragam Terpadu, 2013), h.5 38
Ibid., h. 5-6
28
1. Aspek kelembagaan, yaitu melahirkan organisasi yang proporsional,
efektif dan efisien.
2. Aspek tata laksana, yaitu melahirkan sistem, proses dan prosedur kerja
yang jelas, efektif, efisien, terukur dan sesuai dengan prinsip-prinsip good
governance.
3. Aspek peraturan perundang-undangan, agar melakukan regulasi yang
lebih tertib, tidak terjadi tumpang tindih dan kondusif.
4. Aspek sumber daya manusia aparatur, agar dapat melahirkan sumber daya
manusia yang berintegritas, netral, kompeten, kapabel, professional,
berkinerja tinggi dan sejahtera.
5. Aspek pengawasan, yang bertujuan agar dapat meningkatkan
penyelenggaraan pemerintah yang bersih dan bebas KKN.
6. Aspek aspek akuntabilitas, untuk meningkatkan kapasitas dan
akuntabilitas kinerja birokrasi.
7. Aspek pelayanan publik, untuk mewujudkan pelayanan yang prima sesuai
dengan kebutuhan dan harapan masyarakat.
8. Aspek mindset dan cultural set aparatur, untuk melahirkan birokrasi
dengan integritas dan kinerja yang tinggi.
Reformasi birokrasi menurut Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara
(Menpan) adalah langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih
berdayaguna dan berhasilguna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional. Reformasi birokrasi menurut Drs. Taufik Effendi, Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara menjelaskan tentang pokok-pokok reformasi
birokrasi sebagai berikut39
:
1. Kelembagaan adalah suatu organisasi yang ramping strukturnya dan
banyak fungsi, efisien, dan efektif. Suatu organisasi yang disusun
berdasaran visi, misi dan strategi yang jelas. Organisasi efisien dan efektif,
rasional, dan proporsional, ramping dalam pembidangan sesuai beban dan
39
Sekretaris Negara Republik Indonesia, Agenda Strategis Reformasi Birokrasi Menuju Good
Goverance www.setneg.go.id/index2.php diunduh pada 19 Agustus 2014
29
sifat tugas yaitu mengedepankan kompetensi dan profesionalitas dalam
pelaksanaan tugas dan menerapkan strategi pembelajaran yang cepat
beradaptasi terhadap perubahan.
2. Sumber Daya Manusia Aparatur adalah suatu SDM yang ingin dibangun
yaitu professional, netral dan sejahtera. Manajemen kepegawaian modern,
PNS yang professional, netral, sejahtera, berdayaguna, berhasilguna,
produktif, trasparan, bersih dan bebas KKN untuk dan memberdayakan
masyarakat. Jumlah dan komposisi yang ideal yaitu sesuai dengan tugas,
fungsi dan beban kerja yang ada di masing-masing instansi pemerintah.
Penerapan sistem merit dalam manajemen PNS, klasifikasi jabatan,
standar kompetensi, sistem diklat yang mantap, standar kinerja,
penyusunan pola karir PNS, pola karir terbuka, PNS sebagai perekat dan
pemersatu bangsa, membangun sistem manajemen kepegawaian unified
berbasis kinerja, dan dukungan pengembangan database kepegawaian,
sistem informasi manajemen kepegawaian, sistem remunerasi yang layak
dan adil, menuju manajemen modern.
3. Tata laksana atau manajemen yaitu ketatalaksanaan aparatur pemerintah
disederhanakan, ditandai oleh mekanisme sistem prosedur, dan tata kerja
yang tertib, efisien dan efektif. Melalui ketatalaksanaan yang sederhana
meliputi standar oprasi, sistem prosedur, mekanisme, tata kerja, hubungan
kerja dan prosedur pada proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,
evaluasi dan pengendalian, proses korporitasi dan privatisasi, pengelolaan
30
sarana dan prasarana kerja, penerapan perkantoran elektronik dan
pemanfaatan teknologi informasi dan apresiasi kearsipan. Unit organisasi
pemerintah yang mempunyai potensi penerimaan keuangan negara,
statusnya didorong menjadi unit korporatisasi dalam bentuk Badan
Layanan Umum (BLU), BHMN, BUMD, Perum, Persero, UPT, UPTD,
atau bentuk lainnya.
4. Akuntabilitas Kinerja Aparatur, pemahaman tentang akuntabilitas harus
ditingkatkan dan diupayakan agar tercipta suatu kinerja instansi
pemerintah yang berkualitas tinggi, akuntabel dan bebas KKN yang
ditandai dengan adanya sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
(SAKIP) yang efekti, sistem dan lingkungan kerja yang kondusif
berdasarkan peraturan dan tertib administrasi. Terlaksananya sistem
akuntabilitas instansi yang berguna sebagai sarana penilaian kinerja
instansi dan individu oleh stake holder (atasan, masyarakat dan pihak lain
yang berkepentingan) yang didukung oleh sistem informasi dan
pengolahan data elektonik yang terpadu secara nasional dan diterapkan di
semua lembaga/departemen di bidang perncanaan dan penganggaran.
5. Pengawasan, diharapkan terbangun sistem pengawasan nasional dengan
elemen-elemen pengawasan fungsional, pengawasan internal, pengawasan
eksternal, dan pengawasan masyarakat yang ditandai dengan sistem
pengendalian dan pengawasan yang tertib. Terbentuknya sistem
pengawasan yang mendukung pelaksanaan tindak lanjut, serta jumlah dan
31
kualitas auditor profesional yang memadai, intensitas tindak lanjut
pengawasan dan penegakan hukum secara adil dan konsisten.
6. Pelayanan publik, sebagai barometer transparansi dan akuntabilitas dan
diharapkan dapat mendorong terwujudnya pelayan publik yang prima
dalam arti pelayanan publik yang cepat, tepat, efisien, transparan dan
akuntabel yaitu ditandai dengan pelayanan yang tidak berbelit-belit,
informatif, akomodatif, konsisten, cepat, tepat, efisien, transparan dan
akuntabel, menjamin rasa aman, nyaman, tertib, kepastian dan tidak
dijumpai pungutan tidak resmi.
7. Budaya kerja produktif, efisien dan efektif : penumbuh kembangan
budaya kerja produktif, efisien dan efektif harus didorong agar
terbangunnya kultur birokrasi pemerintah yang produktif, efisien dan
efektif. Terciptanya iklim kerja yang berorientasi pada etos kerja dan
produktifitas yang tinggi. Melalui pengembangan budaya kerja yang
mengubah mindset, pola piker, sifat dan prilaku serta motivasi kerja,
menemukan kembali karakter dan jati diri, membangun birokrat berjiwa
entrepreneur, dengan pengembangan budaya kerja yang tinggi (terbentuk
pola piker, sikap, tindak dan perilaku, serta budaya kerja pegawai etis,
bermoral, profesional, disiplin, hemat, hidup sederhana, jujur, produktif,
menghargai waktu, menjadi panutan dan teladan, serta mendapat
kepercayaan masyarakat).
32
8. Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi: perlu ditingkatkan koordinasi
program dan pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, pengawasan dan
pengendalian program pendayagunaan aparatur negara. Koordinasi
dilakukan sejak penyusunan program kerja dan anggaran, institusi atau
unit kerja yang secara fungsional berwenang dan bertanggungjawab atas
sesuatu masalah dan pelaksanaan tugas. Program kerja instansi atau
organisasi yang jelas (memperlihatkan keserasian kegiatan unit-unit kerja)
di bidang pendayagunaan aparatur negara.
9. Best practice yaitu mengamati contoh keberhasilan beberapa pemerintah
daerah dalam melaksanakan reformasi birokrasi dan meningkatkan
kualitas pelayanan publik.
Selain itu dengan sangat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi
informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan strategis menuntut birokrasi
pemerintahan untuk direformasi dan disesuaikan dengan dinamika tuntutan
masyarakat. Oleh karena itu harus segera diambil langkah-langkah yang bersifat
mendasar, komprehensif, dan sistematik, sehingga tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Reformasi di sini merupakan
proses pembaharuan yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, sehingga
tidak termasuk upaya dan/atau tindakan yang bersifat radikal dan revolusioner.40
40
Reformasi Birokrasi http://www.menpan.go.id/reformasi-birokrasi/makna-dan-tujuan
diunduh pada 19 Agustus 2014
33
Salah satu agenda reformasi pemerintahan dalam rangka mewujudkan
kepemerintahan yang baik (good governance) : reformasi dalam bidang administrasi
publik yang perlu diarahkan pada peningkatan profesionalisme birokrasi pemerintah
dalam rangka meningkatkan pengabdian umum, pengayoman, dan pelayanan publik.
Dalam hal ini perlu ditopang dengan sistem karier dan prestasi kerja yang jujur dan
adil. Reformasi yang juga strategis dalam menciptakan pemerintahan yang bersih
terdiri dari41
:
1. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dari praktek-praktek korupsi,
kolusi, kronisme, dan nepotisme (KKKN)
2. Disiplin penerimaan dan penggunaan uang atau dana rakyat, agar tidak
lagi mengutamakan pola deficit founding dan menghapuskan sama sekali
adanya dana public non budgeter.
3. Penguatan sistem pengawasan dan akuntabilitas publik aparatur negara,
baik yang dilakukan secara fungsional oleh perangkat pengawasan internal
dan BPKP, ataupun oleh BPK dan DPR/DPRD serta peran aktif
masyarakat madani dalam mengawasi praktek pemerintahan.
Reformasi birokrasi yang juga menjadi salah satu teori yang digunakan dalam
sistem lelang jabatan di posisi camat dan lurah. Reformasi birokrasi yang merupakan
perbaikan birokrasi. Sistem lelang jabatan yang berkaitan dengan aspek reformasi
birokrasi yang diharapkan dapat berjalan dengan baik dan mewujudkan pemerintahan
yang baik.
41
Adi Sujatno, Moral Dan Etika Kepemimpinan merupakan Landasan ke Arah
Kepemerintahan yang Baik (Good Governance), (Jakarta : Team4AS, 2007) h. 53
34
C. Kebijakan Publik
Secara umum istilah “kebijakan” atau “policy” digunakan untuk menunjuk
perilaku seorang aktor yaitu seorang pejabat, suatu kelompok, suatu lembaga
pemerintah ataupun sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Menurut
Anderson kebijakan adalah arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan
oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu
persoalan.42
Kebijakan pemerintahan adalah suatu pilihan terbaik dalam usaha memproses
nilai pemerintahan yang bersumber pada kearifan pemerintahan dan mengikat secara
formal, etik, dan moral yang diarahkan guna menempati pertanggung jawaban aktor
pemerintah di dalam lingkungan pemerintahan.43
Kebijakan Publik adalah tindakan
yang dibuat dan diimplementasika oleh badan pemerintah yang memiliki kewenangan
hukum, politis dan financial untuk melakukannya.44
Kebijakan menurut Samuel P
Huntington yaitu pola-pola kegiatan pemerintahan yang secara sadar terbentuk untuk
mempengaruhi distribusi keuntungan dalam masyarakat.45
Menurut Anderson konsep kebijakan publik memiliki beberapa implikasi,
yaitu, Pertama, titik perhatian dalam membicarakan kebijakan publik berorientasi
42 Prof. Dr. Budi Winarno, MA, Kebijakan Publik Teori dan Proses , (Yogyakarta: Media
Pressindo, 2007) h. 16 43
Taliziduhu Ndraha, Kybernology ( Ilmu Pemerintahan Baru) 2, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2003) h. 498 44
Edi Suharto, PhD, Analisis Kebijakan Publik, ( Bandung : Alfabeta, 2005) h. 44 45
Toni Andrianus pito, dkk, Mengenal Teori – Teori Politik,( Jakarta : Nuansa, 2006) hal 45.
35
pada maksud dan tujuan dan bukan perilaku secara serampangan, melainkan
kebijakan publik secara luas dalam sistem politik modern. Hal ini bukan sesuatu yang
terjadi begitu saja tetapi direncanakan oleh actor-aktor yang terlibat di dalam sistem
politik. Kedua, kebijakan adalah arah atau pola tindakan yang dilakukan oleh pejabat
-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan tersendiri, tetapi suatu
kebijakan yang mencakup tidak hanya keputusan untuk menetapkan undang-undang
mengenai suatu hal melainkan keputusan-keputusan beserta pelaksanaannya. Ketiga,
kebijakan merupakan apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah dalam
mengatur perdagangan, mengendalikan inflasi, atau mempromosikan perumahan
rakyat dan bukan apa yang diinginkan oleh pemerintah. Keempat, kebijakan publik
dalam bentuknya bersifat positif atau negatif. Secara positif kebijakan mencakup
bentuk-bentuk tindakan pemerintah yang jelas untuk memengaruhi suatu masalah
tertentu. Secara negatif, kebijakan mencakup suatu keputusan oleh pejabat-pejabat
pemerintah, namun tidak untuk mengambil tindakan dan tidak untuk melakukan
sesuatu mengenai suatu persoalan yang memerlukan keterlibatan pemerintah.46
Dalam kebijakan publik terdapat suatu proses yang berkesinambungan antara
tahap satu dengan tahap lainnya. Tahap-tahap kebijakan publik meliputi beberapa
kegiatan, yaitu47
:
46
Prof. Dr. Budi Winarno, MA, Kebijakan Publik Teori dan Proses , (Yogyakarta: Media
Pressindo, 2007) h. 20-21 47
Ibid., h. 32-34
36
1. Tahap penyusunan agenda.
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali atau ditunda dalam
waktu yang lama, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus
pembahasan.
2. Tahap formulasi kebijakan.
Para pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah.
Alternatif kebijakan melihat perlunya membuat perintah eksekutif,
keputusan peradilan, dan tindakan legislative. Pada tahap ini masing –
masing aktor akan “bermain” untuk mengusulkan pemecahan masalah
terbaik.
3. Tahap adopsi kebijakan.
Alternatif kebijakan yang diadopsi dengan dukungan dari mayoritas
legislatif, konsensus diantara direktur lembaga atau keputusan peradilan.
4. Tahap implementasi kebijakan.
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika
program tersebut tidak diimplementasikan. Kebijakan yang telah diambil
dan dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan
sumberdaya financial dan manusia. Pada tahap implementasi berbagai
kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan
mendapat dukungan dari para pelaksana, namun beberapa yang lain
mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.
37
5. Tahap evaluasi kebijakan.
Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau
dievaluasi, untuk melihat sejauhmana kebijakan yang dibuat telah mampu
memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk
memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu,
ditentukanlah ukuran-ukuran yang menjadi dasar untuk menilai apakah
kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.
38
Bagan 2.1
Skema Urutan Tahapan Kebijakan Publik
Tahap penyusunan agenda,
Tahap formulasi kebijakan,
Adopsi kebijakan,
Implementasi kebijakan,
Evaluasi kebijakan,
Sumber : William N. Dunn dalam Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori dan
Proses, hlm 34
39
BAB III
PROFILE DKI JAKARTA
A. Sejarah Provinsi DKI Jakarta
Pada Abad ke-14 Jakarta bernama Sunda Kelapa sebagai pelabuhan Kerajaan
Pajajaran, 22 Juni 1527 oleh Fatahilah, diganti nama menjadi Jayakarta (tanggal
tersebut ditetapkan sebagai hari jadi kota Jakarta keputusan DPR kota sementara No.
6/D/K/1956). Pada 4 Maret 1621 oleh Belanda untuk pertama kali bentuk pemerintah
kota bernama Stad Batavia. Pada 1 April 1905 berubah nama menjadi 'Gemeente
Batavia'. Kemudian pada 8 Januari 1935 berubah nama menjadi Stad Gemeente
Batavia. Pada 8 Agustus 1942 oleh Jepang diubah namanya menjadi Jakarta Toko
Betsu Shi. Pada September 1945 pemerintah kota Jakarta diberi nama Pemerintah
Nasional Kota Jakarta. Tanggal 20 Februari 1950 dalam masa Pemerintahan. Pre
Federal berubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia. Pada 24 Maret 1950 diganti
menjadi Kota Praj'a Jakarta. Pada 18 Januari 1958 kedudukan Jakarta sebagai Daerah
swatantra dinamakan Kota Praja Djakarta Raya. Tahun 1961 dengan PP No. 2 tahun
1961 jo UU No. 2 PNPS 1961 dibentuk Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Raya. Pada 31 Agustus 1964 dengan UU No. 10 tahun 1964 dinyatakan Daerah
Khusus Ibukota Jakarta Raya tetap sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia
dengan nama Jakarta. Tahun1999, melalaui uu no 34 tahun 1999 tentang pemerintah
provinsi daerah khusus ibukota negara republik Indonesia Jakarta, sebutan
40
pemerintah daerah berubah menjadi pemerintah provinsi dki Jakarta, dengan
otoniminya tetap berada ditingkat provinsi dan bukan pada wilyah kota, selain itu
wiolyah dki Jakarta dibagi menjadi 6 (5 wilayah kotamadya dan satu kabupaten
administratif kepulauan seribu).48
DKI Jakarta yang merupakan kota dengan banyak peran, yaitu sebagai pusat
pemerintahan, pusat kegiatan perekonomian, pusat perdagangan, pusat jasa perbankan
dan keuangan, dan juga sebagai gerbang utama wisatawan manca negara.
Pembangunan di wilayah DKI Jakarta mempunyai potensi yang besar, tantangan dan
permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan daerah lain. Untuk
mengembangkan potensi-potensi dan menangani tantangan serta permasalahan
tersebut diperlukan suatu perencanaan pembangunan yang terarah, terpadu, dan
menyeluruh dengan memperhatikan 4 (empat) pilar pembangunan yaitu pilar
Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Hidup yang didukung oleh pilar Aparatur atau
Birokrasi.49
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi DKI
Jakarta pada Tahun 2013-2017 adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah 5
(lima) tahunan yang menjabarkan visi, misi dan program gubernur terpilih pada
Pemilihan Gubernur (Pilgub) Tahun 2012. Tujuan dari pemerintah melaksanakan
pembangunan daerah sesuai visi, misi dan program tersebut dapat dijabarkan melalui
48
Sejarah DKI Jakarta http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-
daerah/provinsi/detail/31/dki-jakarta diunduh pada 21 Desember 2014 49
Wilajyah DKI Jakarta http://www.jakarta.go.id/v2/news/2013/11/latar-belakang-2013-2017
diunduh pada 16 Desember 2014
41
strategi pembangunan daerah yang berupa kebijakan dan program pembangunan,
serta kerangka pendanaan pembangunan dapat terlaksana sesuai rencana.50
Persoalan yang menonjol yang memerlukan perhatian sangat serius di DKI
Jakarta adalah yang berkaitan dengan prasarana dan sarana publik yang meliputi:
Pertama, belum berhasilnya penanganan pemukiman kumuh melalui ressetlemenent.
Kedua, banjir yang terus terjadi setiap tahun di sejumlah lokasi meskipun sifatnya
hanya genangan sementara. Ketiga, belum tertanganinya persoalan sampah dengan
teknologi yang modern. Keempat, Kemacetan sebagai akibat pertumbuhan jumlah
kendaraan yang cukup signifikan dan belum memadainya fasilitas jalan dan trotoar.
Kelima, belum optimalnya penataan ruang dan peruntukan penggunaan lahan.
Keenam, masih buruknya prasaranan dan sarana pelayanan publik.51
Untuk mencapai tujuan dalam penyelenggaraan pemerintahan Daerah, DKI
Jakarta diberikan kekhususan dalam penyelenggaraan otonomi hanya pada tataran
Provinsi dan bukan pada wilayah kota. Wilayah DKI Jakarta di bagi menjadi enam
wilayah administrasi yaitu lima wilayah kotamadya dan satu wilayah administrasi
kepulauan seribu.
50
Ibid., 51
Badan Pengelola Lingkungan Hidup bplhd.jakarta.go.id diunduh pada 5 September 2014
42
B. Geografis DKI Jakarta
DKI Jakarta yang terletak pada 6o 12’ Lintang Selatan dan 106 48’ Bujur
Timur. DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian 7 meter diatas
permukaan laut, Keputusan Gubernur Nomor 1227 Tahun 1989, luas wilayah
Provinsi DKI Jakarta adalah 7.659,02 km2 yang terdiri dari dataran seluas 661,52
km2, termasuk 110 pulau di Kepualauan Seribu, dan lautan seluas 6.997,50 km252
.
Berdasarkan posisi geografisnya, DKI Jakarta memiliki batas-batas wilayah
sebagai berikut :
Sebelah Timur : Kabupaten/Kota Bekasi
Sebelah Selatan : Kabupaten Tangerang dan Kota Depok
Sebelah Barat : Kota Tangerang
sebelah Utara : Laut Jawa
C. Unsur Demografi DKI Jakarta
Jakarta memiliki peran penting dalam peta politik Indonesia mengingat posisi
Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia, maka Jakarta menjadi barometer daerah
lain di Indonesia. Jakarta tidak saja pusat pemerintahan tetapi juga menjadi pusat
pertumbuhan perekonomian Indonesia. Jakarta meiliki jumlah penduduk sebesar
9.988.329 jiwa pada tahun 2013, tetapi pada waktu siang hari penduduk Jakarta
52
Geografis DKI Jakarta Jakarta.go.id diunduh pada 16 Desember 2014
43
meningkat dikarenakan terjadi migrasi penduduk dari luar kota yang bekerja di
Jakarta. Banyak orang menggantungkan hidupnya pada kota Jakarta, dan kota Jakarta
menjadi penarik bagi banyak orang.53
Terlihat dari gambar pada tabel berikut :
1. Jumlah penduduk.
Berikut dipaparkan mengenai jumlah penduduk berdasarkan kelamin di DKI
Jakarta.
Table 3.1
Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta tahun 2013
Kabupaten/Kota
Adm.
Jenis kelamin
Laki laki Perempuan Jumlah/Total
Kepulauan Seribu 12.480 12.067 24.547
Jakarta Selatan 539.183 523.577 1.062.760
Jakarta Timur 858.499 822.080 1.680.579
Jakarta Pusat 1.168.167 1.117.409 2.285.576
Jakarta Barat 1.068.393 1.033.742 2.102.135
53
Badan Pusat Statistik
http://jakarta.bps.go.id/index.php?bWVudT0yMjAwJnBhZ2U9cHVibGlrYXNpJmlkPTU3
diunduh pada 1 September 2014
44
Jakarta Utara 1.443.353 1.389.397 2.832.732
Jumlah/Total 5.090.075 4.898.254 9.988.329
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan sipil - Badan Statistik Pusat 2013
Dari table jumlah penduduk DKI Jakarta tersebut dapat dilihat jumlah
penduduk paling banyak yaitu di Jakarta Utara sebanyak 2.832.732 jiwa. Kemudian
Jakarta Pusat 2.285.576 jiwa, Jakarta Barat 2.102.135 jiwa, Jakarta Timur 1.680.760
jiwa, Jakarta Selatan 1.062.760 jiwa dan Kepulauan Seribu 24.547 jiwa. Sebagai
Ibukota Negara, pembangunan banyak bertumpu di Jakarta. Pembangunan fisik di
Jakarta yang begitu pesat, gedung perkantoran yang begitu menjulang tinggi, pusat-
pusat kesehatan, hiburan dan wisata tumpah ruah menghiasi wajah kota Jakarta. Hal
ini yang menjadikan kota Jakarta sebagai kota megapolitan di Indonesia dan Asia.
Tentunya tanggung jawab yang dipikul oleh pemerintah provinsi sangat besar dalam
mengelola kota Jakarta.
Persoalan kependudukan di DKI Jakarta yang pada dasarnya jumlah
penduduknya terlalu besar jika dibanding dengan daya tampung wilayah dan
pelayanan yang biasa diberikan oleh kota. Tingginya jumlah penduduk antara lain
disebabkan oleh tingginya angka kelahiran serta banyaknya pendatang dari luar
daerah ke Provinsi DKI Jakarta. Hal ini menjadi masalah di DKI Jakarta ketika kota
tidak mampu untuk menyediakan fasilitas yang layak bagi penduduk baik pendatang
maupun keluarga kurang mampu dengan angka kelahiran yang tinggi. Sehingga
mereka harus tinggal di pemukiman yang padat dengan kualitas lingkungan yang
45
tidak sehat. Masalah ketenagakerjaan yang muncul adalah pengangguran dan kualitas
tenaga kerja yang belum memadai atau tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan
pekerjaan yang tersedia. Permasalahan seperti ini menjadi kendala dalam
pembangunan Provinsi DKI Jakarta yang dituntut untuk memiliki sumber daya
manusia yang produktif dan efektif dalam bekerja. Beberapa masalah yang menonjol
sebagai berikut54
:
a. Tingginya tingkat pengangguran.
b. Pencari kerja yang melebihi ketersediaan lapangan kerja.
c. Ketidaksesuaian antara kualitas angkatan kerja dengan persyaratan
lapangan kerja.
d. Penduduk Provinsi DKI Jakarta kurang berminat menjadi TKI.
e. Ketaatan terhadap peraturan ketenaga kerjaan masih rendah.
2. Tingkat Ekonomi
Berikut di paparkan jumlah penduduk miskin dan laju pertumbuhan ekonomi
di DKI Jakarta tahun 2007 – 2010.
54
Badan Pengelola Lingkungan Hidup bplhd.jakarta.go.id diunduh pada 5 September 2014
46
Tabel 3.2
Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta tahun 2007 - 2010
NO Tahun Penduduk miskin %
1 2007 4,48
2 2008 4,29
3 2009 3,62
4 2010 3,48
5 2011 3,75
6 2012 3,69
Sumber : http://www.jakarta.go.id/v2/news/2013/07/tingkat-kemiskinan-di-dki-jakarta-
maret-2013 diunduh pada 29 Desember 2014
Tabel 3.3
Laju pertumbuhan Ekonomi di DKI Jakarta tahun 2007 - 2010
No Tahun Laju perekonomian %
1 2007 6,44
2 2008 6,22
3 2009 5,01
4 2010 6,51
5 2011 6,70
47
6 2012 6,50
Sumber : BI,BPS DKI Jakarta
Dari data diatas dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa jumlah penduduk
miskin di DKI Jakarta tidak stabil tetapi jumlah penduduk miskin terdapat pada tahun
2007. Dengan demikian Laju perekonomian di DKI Jakarta tiap tahun berdampak
tidak stabil tetapi laju perekonomian paling tinggi pada tahun 2011.
3. Jumlah Kecamatan dan Kelurahan.
Berikut dipaparkan jumlah kecamatan dan kelurahan berdasarkan wilayah di
DKI Jakarta.
Tabel 3.4
Jumlah Kecamatan dan Kelurahan di DKI Jakarta tahun 2008
No Wilayah Jumlah
Kecamatan
Jumlah
Kelurahan
Kepulauan
1 Wilayah administrasi
Jakarta Selatan
10 65
2 Wilayah administrasi
Jakarta Timur
10 64
3 Wilayah administrasi
Jakarta Barat
8 56
48
4 Wilayah administrasi
Jakarta Utara
6 31
5 Wilayah administrasi
Jakarta Pusat
8 44
6 Wilayah administrasi
Kabupaten Kepulauan
Seribu
4 105
Sumber : http://www.organisasi.org/1970/01/daftar-nama-kelurahan-kecamatan-kotamadya-di-dki-
jakarta-jumlah-masing-masing-wilayah.html diunduh pada tanggal 18 Desember 2014
D. Struktur Pemerintahan DKI Jakarta.
Sumber: http://birokrasi.kompasiana.com/2012/10/02/pejabat-pemda-dki-yang-pertama-
bakal-diganti-498065.html diunduh pada16 Desember 2014
49
Menurut Undang–Undang Nomor 29 tahun 2007 tentang pemerintahan
Provinsi daerah khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Otonomi Provinsi DKI Jakarta diletakkan pada tingkat Provinsi,
pelaksanaan pemerintahan Provinsi DKI Jakarta menurut asas otonomi, asas
dekonsentrasi, asas tugas pembantuan dan kekhususan sebagai Ibukota Negara
Kesatuan Repubik Indonesia. Pemerintahan DKI Jakarta dipimpin oleh satu orang
gubernur dan dibantu oleh satu orang wakil gubernur yang dipilih secara langsung
melalui pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah. DPRD memiliki
fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat
daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah, DPRD Provinsi DKI
Jakarta memberikan pertimbangan terhadap calon walikota/bupati yang diajukan oleh
gubernur. Gubernur dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah dan kepala
daerah Provinsi DKI Jakarta yang diberikan kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan
tanggung jawab dalam kedudukan DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang di bantu sebanyak empat Deputi yang terdiri dari55
:
1. Deputi bidang tata ruang dan lingkungan hidup
2. Deputi bidang pengendalian kependudukan dan pemukiman
3. Deputi bidang industri, perdagangan dan transportasi
4. Deputi bidang budaya dan pariwisata.
55
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/27871/node/1019/pp-no-19-tahun-2008-kecamatan
diunduh pada 21 Desember 2014
50
Deputi diangkat dari pegawai negeri sipil (PNS) yang memenuhi persyaratan,
deputi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul gubernur. Sekertaris
daerah provinsi dipimpin oleh Sekertaris daerah diangkat dari pegawai negeri sipil
(PNS) yang memenuhi persyaratan. Sekertaris daerah juga di angkat dan
diberhentikan oleh presiden atas usul gubernur. Tugas sekertaris daerah adalah
membantu gubernur dalam menyusun kebijakan dan mengoordinasikan perangkat
daerah karena kedudukan sekertaris daerah nertugas sebagai Pembina pegawai negeri
sipil di daerahnya. Sekretariat DPRD yang merupskan unsur pelayanan terhadap
DPRD. Sekretaris DPRD dipimpin oleh sekertaris DPRD, sekretaris DPRD diangkat
dari pegawai negeri sipil (PNS) yang memenuhi syarat. Sekretaris DPRD diangkat
dan diberhentikan oleh gubernur. Tugas sekretaris DPRD secara teknis operasional
berada di bawah dan tanggung jawab pimpinan DPRD dan secara teknis administratif
bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah.56
Dinas daerah merupakan unsur pelaksanaan otonomi daerah, dinas daerah
yang dipimpin oleh kepala dinas yang diangkat dari pegawai negeri sipil (PNS) yang
memenuhi syarat. Kepala dinas diangkat dan diberhentikan oleh gubernur sesuai
dengan ketentuan peraturan undang – undang. Kepala dinas bertanggung jawab
kepada gubernur melalui sekretaris daerah. Lembaga teknis adalah unsur pendukung
tugas gubernur dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat
spesifik yang berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum ataupun rumah sakit
56
Ibid.,
51
khusus daerah (RSUD/RSKD). Badan , kantor atau RSUD/RSKD dipimpin oleh
seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh gubernur dari pegawai negeri
sipil (PNS). Kepala bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris daerah.57
Kota administrasi atau kabupaten administrasi yang dipimpin oleh walikota
atau bupati. Walikota atau bupati diangkat oleh gubernur atas pertimbangan DPRD
provinsi DKI Jakarta dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat. Walikota atau
bupati diberhentikan oleh gubernur. Walikota atau bupati bertanggung jawan kepada
gubernur, walikota atau bupati memiliki seorang wakil walikota atau wakil bupati
dalam melaksanakan tugas yang diangkat dari pegawai negeri sispil yang memenuhi
syarat. Wakil walikota atau wakil bupati diangkat dan diberhentikan oleh gubernur.
Wakil walikota bertanggung jawa kepada walikota atau bupati.58
Perangkat pada tingkat kota administrasi atau kabupaten administrasi,
secretariat kota administrasi atau secretariat kabupaten administrasi dipimpin oleh
sekretaris kota atau sekretaris kabupaten yang diangkat dari pegawai negeri sipil yang
memenuhi syarat. Sekretaris kota atau sekretaris kabupaten diangkat dan
diberhentikan oleh guebernur atas usul walikota atau bupati. Kepala suku dinas dan
kepala lemabaga teknis daerah pada tingkat kota atau kabupaten diangkat dari
pegawai negeri sipil (PNS). Kepala suku dinas dan kepala lembaga teknis daerah
57
Ibid., 58
Ibid.,
52
provinsi diangkat dan diberhentikan oleh gubernur atas usul kepala dinas atau kepala
lembaga teknis daerah provinsi dengan pertimbangan walikota atau bupati.59
Kecamatan dipimpin oleh seorang camat, dibantu oleh seorang wakil camat.
Camat dan wakil camat diangkat dari pegawai negeri sipil (PNS). Camat dan wakil
camat diangkat dan diberhentikan oleh gubernur atas usul walikota atau bupati.
Camat bertanggung jawab kepada walikota atau bupati melalui sekretaris kota atau
sekretaris kabupaten. Kelurahan dipimpin oleh lurah, dibantu oleh soerang wakil
lurah lurah dan wakil lurah diangkat dari pegawai negeri sipil (PNS). Lurah dan
wakil lurah diangkat dan diberhentikan oleh walikota atau bupati berdasarkan
pendelegasian wewenang gubernur. Lurah bertanggung jawab kepada walikota atau
bupati melalui camat.60
59
Ibid., 60
Ibid.,
53
E. Peta DKI Jakarta
sumber : wikimedia.org/wikipedia/id/2/28/Peta_Jakarta.gif diunduh pada 29 Desember
2014
54
BAB IV
PENERAPAN SISTEM LELANG JABATAN
POSISI CAMAT DAN LURAH
DI DKI JAKARTA
A. Faktor-Faktor Lelang Jabatan
Sistem pengangkatan jabatan Camat dan Lurah di Jakarta yang di tunjuk atau
dapat dikatakan tertutup karena prosesnya tidak diketahui oleh masyarakat, yaitu
dengan dengan diangkat langsung seorang camat oleh gubernur atas usulan
walikota/bupati. Lurah diangkat oleh walikota/bupati berdasarkan pendelegasian
wewenang gubernur dan para calon yang diusulkan harus dari pegawai negeri sipil
(PNS).
Menurut Agus Dwiyanto dalam bukunya yang berjudul mengembalikan
kepercayaan publik melalui reformasi birokrasi, menilai banyak kecurangan dan
perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para PNS yang ingin mendapatkan posisi
jabatan. Para PNS yang ingin menduduki posisi jabatan-jabatan tersebut banyak yang
menjilat atasan, memberikan informasi laporan kerja yang asal bapak senang (ABS),
dan menunjukan loyalitas secara berlebihan kepada atasan. Dedikasi dan loyalitas
yang mereka berikan kepada atasan secara berlebihan bertujuan agar atasan dapat
memberikan keistimewaan kepada bawahan dan mereka yakin bahwa yang dapat
55
menentukan nasib mereka dalam berkarir adalah atasannya. Dalam hal ini pimpinan
memiliki kewenangan dalam mengambil keputusan dan bawahan cenderung
diposisikan dalam pelaksananya saja, sehingga mengakibatkan terabaikannya
masyarakat dalam kegiatan pemerintahan dan pelayanan publik.61
Selain itu, ada budaya yang dimiliki sebagian pegawai seperti memberikan
informasi atau laporan kerja ABS kepada atasan bisa memunculkan promosi atas
dasar pertimbangan hubungan subjektif. Ketika bawahan memiliki kepentingan untuk
memperoleh penilaian yang baik dari atasan dan kemudian menunjukan sikap ABS
atau prilaku yang tidak wajar, begitu pula pejabat atasan yang berkeinginan
mempromosikan bawahan atas dasar pertimbangan subjektif.62
Hal ini mengakibatkan
mereka yang menempati posisi seperti Camat ataupun Lurah bukanlah orang-orang
yang berkompeten, sehingga, roda pemerintahan di kecamatan dan kelurahan tidak
berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.
Berbeda dengan wilayah lain, Gubernur DKI Jakarta membuat terobosan baru,
yang menolak sistem lama dengan menerapkan sistem yang baru yaitu sistem lelang
jabatan. Para Camat dan Lurah harus mengikuti test yang disebut dengan fit and
propertest.
61
Agus Dwiyanto, “Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi”
(Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2011), h. 60-61 62
Ibid., h.68
56
Faktor-faktor yang melatarbelakangi perubahan sistem ini adalah sebagai
berikut :
1. Keinginan sosok Camat dan Lurah yang bisa terjun ke lapangan.
Salah satu keinginan pemerintah dan masyarakat adalah dengan adanya
sosok Camat dan Lurah yang dapat terjun langsung di masyarakat yaitu sosok
yang mengetahui masalah lapangan dan kebutuhan warga. Dengan diadakannya
seleksi terbuka ini peserta dapat diketahui kemampuannya untuk menguasai
masalah yang berkaitan denga pelayanan masyarakat. Beberapa tes yang
dilakukan peserta menyangkut pengetahuan dan kemampuannya.
Menurut pendapat Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta,
seleksi terbuka ini dilatarbelakangi antara lain sudut pandang masyarakat yang
menginginkan adanya sosok Camat dan Lurah yang bisa turun langsung ke
masyarakat. Karena bagi para atasan di pemerintah provinsi DKI Jakarta camat
dan lurah adalah posisi yang penting yaitu sebagai garda terdepan pelayanan
masyarakat. Bagi banyak lembaga atau masyarakat bahwa pelayanan di
masyarakat sangat membutuhkan terobosan baru yaitu metode dalam menentukan
pemilihan pejabat. Harapan dari BKD yaitu tiga hal yang paling penting dengan
diadakannya seleksi terbuka yakni objektifitas, transparansi dan kompetisi.63
Menurut Lurah Lentang Agung (Ibu Susan) dengan diadakannya seleksi terbuka
63 Wawancara dengan Bapak Olanson Girsang, Staf Sekretariat Badan Kepegawaian
Daerah, tanggal 07 Oktober 2014
57
para pejabat yang menduduki posisi Camat dan Lurah harus mementingkan
kepentingan masyarakat dan tidak merugikan masyarakat lainnya.64
“Seleksi terbuka ini dilatarbelakangi dari sudut pandang masyarakat
yang menginginkan adanya sosok camat dan lurah yang benar – benar bisa
terjun langsung ke masyarakat. Bagi atasan pemerintah provinsi DKI
Jakarta, bahwa selama ini camat dan lurah itu punya peran dan posisi yang
penting di garda terdepan pelayanan masyarakat, bagi banyak lembaga –
lembaga atau masyarakat luas atau publik bahwa berfikir selama ini
pelayanan – pelayanan di masyarakat butuh terobosan atas latar belakang
tersebut kita butuh suatu metode menentukan pemilihan para pejabat. Kita
berharap tiga hal yang paling tidak, kita ingin meningkatkan rapat pleno,
objektifitas, transparansi dan kompetisi untuk dibuka kesempatan bagi
para calon pejabat yang memenuhi persyaratan dengan metode seleksi
terbuka.”65
“Dengan adanya revolusi mental dan mainsetnya kendalanya harus
bisa memilah bagaimana kepentingan kepentingan masyarakat tanpa
merugikan masyarakat yang lain.”66
2. Menghindari dari KKN
Pada periode Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama yang
merupakan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, mengeluarkan
kebijakan yang merupakan terobosan baru mengenai lelang jabatan atau
seleksi terbuka bagi Camat dan Lurah di DKI Jakarta. Seleksi terbuka Camat
dan Lurah tersebut berbeda dengan daerah lain di Indonesia. Hal ini
64
Wawancara dengan Susan Jasmine Zulkifli, Lurah Lenteng Agung, tanggal 11 September
2014 65
Wawancara dengan Bapak Olanson Girsang, Staf Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah,
tanggal 07 Oktober 2014 66
Wawancara dengan Susan Jasmine Zulkifli, Lurah Lenteng Agung, tanggal 11 September
2014
58
dimaksudkan agar terjadi sistem yang transparan terhadap publik dan
mendapatkan pemimpin yang kompeten atau memenuhi syarat sebagai
pemimpin Camat dan Lurah. Sistem seleksi terbuka Camat dan Lurah ini juga
merupakan salah satu upaya memberantas nepotisme dalam perekrutan
jabatan pada posisi yang startegis di Pemprov DKI Jakarta.67
Menurut pendapat ibu Grace, Lurah Pejaten Barat, bahwa seleksi
terbuka ini lebih fair karena jauh dari Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Ia
juga berharap agar seleksi terbuka ini dapat dipertahankan menjadi sistem
tetap di pemerintahan dan bersifat positif.68
Hal senada disampaikan bahwa
lelang jabatan yang merupakan terobosan baru dalam sistem pemerintahan di
DKI Jakarta ini dilakukan agar terhindarkan dari nepotisme.69
Menurut
pendapat Mursyid Hidayat dengan adanya lelang jabatan ini merupakan suatu
hal yang baik, karena semua pihak di lingkungan pemerintahan Provinsi DKI
Jakarta sesuai persyaratan, berkesempatan untuk mendaftarkan diri mengikuti
tes seleksi terbuka.
“Seleksi terbuka ini lebih fair, karna jauh dari KKN semoga
terus di pertahankan dan bersifat positif.”70
“Lelang jabatan ini lebih baik karena dengan adanya lelang
jabatan itu berarti semua pihak di lingkungan di Pemprov Jakarta yang
sesuai syarat yang dibutuhkan, diberi kesempatan untuk melamar
67
http://jakarta.kompasiana.com/layanan-publik/2013/04/07/lelang-kursi-camat-dan-lurah-
ala-jokowi-543830.html diunduh pada 25 April 2014 68
Wawancara dengan Grace Tiaramudi, Lurah Pejaten Timur, tanggal 02 September 2014 69
Wawancara dengan Mursyid Hidayat, Ketua RT 004 RW 05 Jalan Raya Margasatwa,
tanggal 11 Desember 2014 70
Wawancara dengan Grace Tiaramudi, Lurah Pejaten Timur, tanggal 02 September 2014
59
pekerjaan sebagai pejabat di lingkungan pemprov dengan begitu
peluang bisa di dapat dari semua pihak yang mempunyai kompeten
dalam jabatan itu. Lelang jabatan juga merupakan terobosan untuk
memperbaiki sistem pemerintahan di Jakarta dan juga untuk
menghindari terjadinya nepotisme.”71
3. Menciptakan budaya demokratis dari ruang lingkup lebih kecil
Rekrutmen Camat dan Lurah di Indonesia selama ini menggunakan
sistem tertutup, yaitu dengan diangkat langsung oleh Bupati atau Walikota.
Untuk calon Camat diusulkan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten atau Kota
kepada Bupati atau Walikota dari PNS yang menguasai pengetahuan teknis
pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.72
Dengan diadakannya seleksi terbuka untuk Camat dan Lurah
yang merupakan sistem terobosan di DKI Jakarta ini, maka bagi PNS yang
berminat ingin mengikuti seleksi Camat dan Lurah dapat mendaftarkan diri
melalui online. Hal ini berbeda dengan sistem pemilihan Camat dan Lurah
yang lama, dimana seleksi terbuka ini dilakukan melalui tes secara bersama-
sama dalam arti peserta seleksi terbuka berkompetisi untuk mendapatkan
posisi Camat atau Lurah secara demokratis. Harapan dari seleksi terbuka ini
agar mendapatkan Camat dan Lurah yang benar-benar kompeten.
Menurut BKD calon pejabat yang pernah menajdi Camat dan Lurah di
beri kesempatan untuk mendaftar dalam seleksi terbuka tersebut, karena hal
71
Wawancara dengan Mursyid Hidayat, Ketua RT 004 RW 05 Jalan Raya Margasatwa,
pejaten barat tanggal 11 Desember 2014 72
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2008 http://www.bkn.go.id/in/profil/unit-
kerja/organisasi-deputi-kinerja-dan-perundangan/direktorat-peraturan-perundang-undangan/kumpulan-
peraturan/viewcategory/60.html?site=2&start=10 diunduh pada 5 februari 2014
60
ini tidak menutup kesempatan bagi mereka yang pernah menjabat sebagai
Camat dan Lurah73
. Menurut Ibu Susan, Lurah Lenteng Agung, bahwa dirinya
setuju dengan adanya seleksi terbuka, karena ia dan PNS lainnya
mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjadi Camat atau Lurah, yang
mana sebelumnya kesempatan hanya dari IPDN yang dinilai memiliki
kepamongan memimpin.74
“Bagi para calon pejabat yang pernah menjadi camat dan lurah
diberi kesempatan untuk mendaftar seleksi terbuka, ini tidak menutup
kesempatan bagi mereka yang pernah menjadi camat dan lurah.”75
“Saya setuju dengan program pemerintahan jadi setiap pns
mempunyai kesempatan untuk memimpin karena dulu lurah atau
camat dari IPDN yang mempunyai kepamongan memimpin.”76
Tiga faktor yang melatarbelakangi perubahan sistem yang dilakukan oleh
Gubernur DKI Jakarta mengenai lelang jabatan agar dapat terus diterapkan dan
harapan masyarakat akan pemerintahan yang akuntabel, terhindar dari KKN
dapat berjalan dengan baik. Lelang jabatan adalah salah satu langkah dan arah
dalam upaya mewujudkan tata pemerintahan yang baik.
73
Wawancara dengan Bapak Olanson Girsang, Staf Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah,
tanggal 07 Oktober 2014 74
Wawancara dengan Susan Jasmine Zulkifli, Lurah Lenteng Agung, tanggal 11 September
2014 75
Wawancara dengan Bapak Olanson Girsang, Staf Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah,
tanggal 07 Oktober 2014 76
Wawancara dengan Susan Jasmine Zulkifli, Lurah Lenteng Agung, tanggal 11 September
2014
61
B. Lelang Jabatan Sebagai Bentuk Good Governance di DKI Jakarta
Pada dasarnya setiap Negara memiliki cita – cita untuk membuat suatu
kebijakan publik pemerintahan yang ideal, seperti yang tertuang pada Good
Governance, yang berarti tata kelola pemerintahan yang baik. Menurut Feisal
Tamim, ada 6 prinsip dasar dari Good Governance, yaitu Kompetensi,
Transparansi, akuntabel, Partisipasi, Rule of Law, Kesetaraan dan Keadilan bagi
setiap masyarakat atau Social Justice. Kaitannya dengan 8 aspek area agenda
reformasi birokrasi menurut Ismadi Ananda, Reformasi birokrasi yang dilakukan
pemerintahan DKI Jakarta dibawah kepemimpinan Joko Widodo dan Basuki
Tjahaja Purnama merupakan suatu langkah menuju Good Governance, Lelang
jabatan merupakan suatu perubahan yang mengindikasikan mengarah kepada
Good Governance. Keenam prinsip dasar Good Governance dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Prinsip Kompetensi
Kompetensi adalah suatu penyelenggaraan yang dilakukan pemerintahan
suatu daerah dengan mengedepankan profesionalitas dan kopetensi di dalam
birokrasi yang meliputi aspek penilaian, baik dari pendidikan atau keahlian,
pengalaman, moralitas, dedikasi, ataupun aspek lainnya. Dengan diadakannya
lelang jabatan yang meliputi beberapa tes yang diselenggarakan oleh tim
seleksi terbuka, dengan demikian di harapkan seleksi terbuka tersebut dapat
menghasilkan camat atau lurah yang professional dan berkompeten.
62
Kaitannya dalam reformsi birokrasi adalah dalam aspek sumber daya manusia
(SDM) aparatur yaitu dapat mendapatkan melahirkan sumber daya manusia
yang berintegrasi, netral, berkompeten, kapabel, professional,berkinerja tinggi
dan sejahtera. Tujuan dari diadakannya lelang jabatan adalah dapat
mewujudkan aspek suber daya manusia (SDM).
BKD Provinsi DKI Jakarta bapak Olan menjelaskan bahwa seleksi
terbuka dilakukan agar mendapatkan pejabat yang benar-benar mumpuni,
yaitu dengan melihat kompetensi yang dimiliki dari pendaftar seleksi
terbuka.77
Menurut penjelasan lurah pejaten timur ibu Grace Tiaramudi
bahwa seleksi terbuka sangat menunjang kompetensi dengan adanya berbagai
tes yang harus dilakukan peserta.78
“Tujuan dari seleksi terbuka adalah untuk mendapatkan potret
kompetensi, kalau pejabat yang mumpuni artinya mau dilihat apakah
kompetensi yang dimiliki pribadi tersebut.”79
“Kalau untuk menunjang kompetensi yang sekarang lebih baik
soalnya bisa menjaring kompetensi nya dengan adanya materi
manajerial, tes potensi akademik, psikotes dan diskusi visi dan misi.”80
2. Prinsip Transparansi
Transparansi adalah suatu upaya menciptakan rasa percaya atau timbal
balik antara pemerintah dengan masyarakat yaitu dengan menyediakan
77
Wawancara dengan Bapak Olanson Girsang, Staf Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah,
tanggal 07 Oktober 2014 78
Wawancara dengan Grace Tiaramudi, Lurah Pejaten Timur, tanggal 02 September 2014 79
Wawancara dengan Bapak Olanson Girsang, Staf Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah,
tanggal 07 Oktober 2014 80
Wawancara dengan Grace Tiaramudi, Lurah Pejaten Timur, tanggal 02 September 2014
63
informasi dan menjamin kemudahan dalam memeperoleh informasi. Dalam
seleksi terbuka Camat dan Lurah, peserta melakukan pendaftaran melalui
online yang dapat diakses dimana saja sesuai dengan jadwal pendaftaran.
Masyarakat dapat mengetahui proses seleksi terbuka dengan melalui media
televisi ataupun internet dan informasi yang diberikan tidak bersifat tertutup.
Dengan diadakannya seleksi terbuka menurut BKD Provinsi DKI
Jakarta bapak Olan, harapan dalam seleksi terbuka adalah meningkatkan tiga
hal yaitu objektifitas, transparansi dan kompetisi. Sementara, Camat
Kramatjati bapak Dian Purfanto berpendapat bahwa seleksi terbuka ini jauh
lebih adil karena tidak adanya kepentingan pribadi di lingkungan Camat atau
Lurah.
“Kita berharap tiga hal yang paling tidak, kita ingin
meningkatkan rapat pleno, objektifitas, transparansi dan kompetisi untuk
dibuka kesempatan bagi para calon pejabat yang memenuhi persyaratan
dengan metode seleksi terbuka.”81
“banyaknya kepentingan untuk menjadi camat dan lurah, dengan
adanya seleksi jabatan akan lebih fair.”82
3. Prinsip Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah suatu kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan
harus dipertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalannya di dalam
81
Wawancara dengan Bapak Olanson Girsang, Staf Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah,
tanggal 07 Oktober 2014 82
Wawancara dengan Dian Purfanto, Camat Kramatjati, tanggal 20 Oktober 2014
64
hukum maupun publik. Kaitannya dengan reformasi birokrasi adalah untuk
meningkatkan kapasitas dan akutabilitas kinerja birokrasi. Dengan
dikeluarkannya peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomo.r 19 tahun
2013 tentang Seleksi Terbuka Camat dan Lurah, maka pemerintahah DKI
Jakarta harus bertanggungjawab atas kebijakan gubernur yang dibuat dan
telah menjadi peraturan pemilihan Camat dan Lurah melalui seleksi terbuka di
hadapan hukum ataupun publik dalam proses pelaksaan seleksi terbuka baik
keberhasilannya ataupun kegagalannya.
BKD Provinsi DKI Jakarta bapak Olan, menjelaskan bahwa seleksi
terbuka berdasarkan Undang-undang Nomor. 43 tahun 1999 sebagai
perubahan atas undang-undang tentang pokok kepegawaian pejabat yang
berdasarkan kompetensi agar terpenuhi dalam seleksi terbuka tersebut.
Rancangan bentuk reformasi birokrasi yang baik adalah terdapat pada
Peraturan Presiden, Peraturan Menpan dan Peraturan Parlemen untuk
melakukan seleksi terbuka.83
“Undang - undang Nomor. 43 tahun 1999 sebagai perubahan atas
undang – undang tentang pokok kepegawaian pejabat itu dapat dipenuhi
berdasarkan kompetensinya salah satunya agar terpenuhi yaitu seleksi terbuka.
Grand design reformasi birokrasi ada peraturan presidennya ada peraturan
menpannya ada juga parlemen tentang reformasi birokrasi tingkat nasional
83
Wawancara dengan Bapak Olanson Girsang, Staf Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah,
tanggal 07 Oktober 2014
65
yaitu tentang penataan sumberdaya, diantaranya untuk melakukan seleksi
terbuka bagi para pesaing.”84
4. Prinsip Partisipasi
Partisipasi adalah setiap individu di daerah masing-masing mau tidak
mau harus ada perpaduan antara upaya pemerintah dan masyarakat. Dengan
adanya seleksi terbuka tidak hanya para Camat dan Lurah yang ikut
berpartisipasi, namun pemerintah dan masyarakat juga ikut berpartisipasi. Hal
ini dimaksudkan agar lelang jabatan tersebut berjalan dengan baik dan
transparan. Kaitannya dengan reformasi birokrasi adalah melalui aspek
pengawasan yang bertujuan agar penyelenggaraan pemerintahan dapat
berjalan bersih dan tidak adanya KKN. Sangat dibutuhkan pengawasan dari
pemerintah ataupun masyarakat dalam lelang jabatan ini.
Menurut pendapat ibu Susan Jasmine Zulkifli, Lurah Lenteng Agung,
dengan ia mengikuti seleksi terbuka ia mendapatkan kesempatan untuk naik
jabatan.85
Sedangkan pendapat Lurah Pejaten Timur Ibu Grace Tiaramudi,
dirinya merasa bangga dengan mengikuti seleksi terbuka dan lulus, tetapi ia
masih memerlukan pembekalan karena ia merasa kurang pengetahuan di
84
Wawancara dengan Bapak Olanson Girsang, Staf Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah,
tanggal 07 Oktober 2014 85
Wawancara dengan Susan Jasmine Zulkifli, Lurah Lenteng Agung, tanggal 11 September
2014
66
bidang kelurahan, yang mana sebelumnya Ibu Grace ini berada di lingkungan
Puskesmas.86
“Saya mengikuti seleksi terbuka ini karena ada kesempatan
untuk saya dapat naik jabatan.”87
“Kalau dari satu sisi saya bangga karna lulus sebelumnya saya
bekerja di Puskesmas dan saya perlu pembekalan lebih untuk menjadi
lurah.”88
Pada pelaksanaan lelang jabatan yang diselenggarakan oleh
pemerintahan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama tahun 2013 terdapat
sebanyak 1.156 orang yang mendaftar dan yang lulus sebanyak 415 orang.
Dari jumlah pendaftar dapat dilihat antusiasme para pendaftar untuk
berkompetisi dalam lelang jabatan tersebut. Partisipasi para peserta
merupakan suatu langkah dalam memajukan reformasi birokrasi dan
pencapaian good governance, karena semakin banyak partisipasi peserta maka
semakin banyak pendukung lelang jabatan.
5. Rule of Law
Rule of law adalah suatu penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
harus didasarkan pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang jelas.
Seleksi terbuka harus dilandaskan pada hukum yang jelas dan sesuai dengan
86
Wawancara dengan Grace Tiaramudi, Lurah Pejaten Timur, tanggal 02 September 2014 87
Wawancara dengan Susan Jasmine Zulkifli, Lurah Lenteng Agung, tanggal 11 September
2014 88
Wawancara dengan Grace Tiaramudi, Lurah Pejaten Timur, tanggal 02 September 2014
67
peraturan undang-undang yang berlaku. Kaitannya dengan reformasi birokrasi
adalah dalam aspek peraturan undang-undang yaitu dengan peraturan yang
jelas, lebih tertib dan tidak tumpang tindih. Oleh karena itu, seleksi terbuka
harus sesuai undang-undang yang jelas, agar tidak terjadi tumpang tindih
dengan peraturan lain yang dibuat.
Dasar hukum lelang jabatan atau seleksi terbuka mengacu pada Surat
Edaran (SE) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Menpan-RB) Nomor. 16 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pengisian
Jabatan Struktural yang Lowong secara Terbuka di Lingkungan Instansi
Pemerintah, yang berdasarkan Undang-undang Nomo.r 43 Tahun 1999
tentang perubahan atas Undang-undang Nomor. 8 Tahun 1974 tentang
Pokok- pokok Kepegawaian.89
6. Social justice
Social justice adalah upaya pemerintahan daerah dalam
implementasinya harus menjamin penerapan prinsip kesetaraan dan keadilan
bagi setiap anggota masyarakat. Dengan diadakannya seleksi terbuka jauh
lebih fair, para pendaftar seleksi terbuka berkompetensi secara adil. Kaitannya
dengan reformasi birokrasi adalah melalui aspek mindset dan curtural set
aparatur yaitu dengan melahirkan birokrasi dengan integritas dan kinerja yang
89
Landasan hukum Lelang Jabatan http://www.menpan.go.id/jdih/permen-kepmen/se-
menpan-rb diunduh pada 3 februari 2014
68
tinggi. Lelang jabatan dilakukan agar dapat mendapatkan calon pejabat camat
dan lurah yang memiliki integritas dan kinerja yang tinggi.
Menurut BKD bahwa dalam seleksi terbuka hal yang paling dijunjung
tinggi adalah prinsip trasparansi, objektifitas dan keadilan. Dengan demikian
para calon pejabat Camat dan Lurah diberi kesempatan mendaftar seleksi
terbuka. Hal ini tidak menutup kesempatan bagi Camat dan Lurah untuk
mendaftar lagi. Tetapi, bagi mereka yang tidak lolos dalam seleksi terbuka
harus menerima dengan lapang dada.
“Prinsip-prinsip yang dijunjung tinggi dalam seleksi terbuka
ini yaitu adalah transparansi, objektifitas, dan keadilan. Artinya bagi
para calon pejabat yang pernah menjadi camat dan lurah diberi
kesempatan untuk mendaftar seleksi terbuka, ini tidak menutup
kesempatan bagi mereka yang pernah menjadi camat dan lurah.
Mereka tidak pernah ada masalah karena ada persyaratan yang di
tentukan jika tidak lulus mereka harus legowo.”90
C. Pelaksanaan Lelang Jabatan Camat dan Lurah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor. 19 tahun 2008 tentang persyaratan
Camat, mekanisme pengangkatan untuk jabatan Camat diangkat oleh Bupati atau
Walikota atas usul Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota dari pegawai negeri sipil yang
menguasai penegtahuan teknis pemerintah dan memenuhi persyaratan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. serta memiliki pangkat atau golongan minimal III/d
90
Wawancara dengan Bapak Olan, Staf Sekretariat Badan Kepegawaian Daerah, tanggal 07
Oktober 2014
69
dan masa kerja satu periode selama lima Tahun, Kecamatan merupakan perangkat
daerah kabupaten/kota sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang memiliki wilayah
kerja tertentu dan dipimpin oleh seorang Camat. Camat berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada bupati/walikota melalui sekertaris daerah. Tugas umum
Camat meliputi : Pertama, mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Kedua, mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban
umum. Ketiga, mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan. Keempat, mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas
pelayanan umum. Kelima, mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintah
di tingkat kecamatan. Keenam, memebina penyelenggaraan pemerintahan desa atau
kelurahan. Ketujuh, melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya dan yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.
Camat juga memiliki kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati atau
Walikota untuk menangani sebagaian urusan otonomi daerah yaitu perizinan,
rekomendasi, koordinasi, pembinaan, pengawasan, fasilitasi, penetapan,
penyelenggaraan, dan kewenangan lain yang dilimpakan oleh Bupati atau Walikota.91
Sementara untuk Lurah, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor. 73 tahun 2005
tentang kedudukan dan tugas kelurahan. Lurah merupakan perangkat daerah
kabupaten atau kota yang berkedudukan di wilayah kecamatan. Kelurahan dipimpin
91
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/27871/node/1019/pp-no-19-tahun-2008-kecamatan
diunduh pada 3 Februari 2014.
70
oleh Lurah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati atau
Walikota melalui Camat. Lurah diangkat oleh Bupati atau Walikota atas usul Camat
dari pegawai negeri sipil. Syarat menjadi lurah yaitu PNS pangkat atau golongan
minimal (III/c), masa kerja minimal 10 tahun, kemampuan teknis di bidang
administrasi pemerintahan dan memahami sosial budaya masyarakat setempat. Tugas
pokok Lurah ialah Pertama, pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan. Kedua,
pemberdayaan masyarakat. Ketiga, pelayanan masyarakat. Keempat,
penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum. Kelima, pemeliharaan prasarana
fasilitas pelayanan umum. Keenam, pembinaan kelembagaan masyarakat.92
Pada saat pemerintahan Gubernur Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama
sistem pengangkatan Camat dan Lurah tidak lagi seperti peraturan di atas tetapi
dengan sistem dikeluarkan oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama yaitu
sistem lelang jabatan yang merupakan terobosan baru di DKI Jakarta. Berikut tabel
pendaftar lelang jabatan Camat dan Lurah di DKI Jakarta ;
92 Peraturan Pemerintah Nomor. 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/24416/node/707/pp-no-73-tahun-2005-
kelurahan diunduh pada 3 Februari 2014
71
Tabel VI.1
Pendaftar Lelang jabatan camat dan Lurah
No. Jenis Jabatan April 2013
08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1. Camat 128 192 220 237 252 254 259 277 288 300 311 328 330 331 346
2. Lurah 306 466 555 606 641 647 654 689 716 736 748 773 775 781 810
Jumlah 434 658 775 843 893 901 913 966 1004 1036 1059 1101 1105 1112 1156
Sumber: http://bkddki.jakarta.go.id/ tanggal 6 Januari 2014
72
Menurut sumber yang ditampilkan oleh BKD pada tabel diatas bahwa dari
total jumlah Camat dan Lurah yang mendaftar pada tanggal 8 April 2013 hingga 22
April 2013 terdapat peningkatan yang cukup signifikan dan terlihat antusiasme
pendaftar Camat maupun pendaftar Lurah yang tertarik untuk menjadi Camat atau
Lurah di DKI Jakarta.
Seleksi terbuka calon Camat dan Lurah pendaftarannya dibuka pada tanggal 8
April 2013 tepat pada pukul 10.00 WIB, dan pendaftaran ini menggunakan sistem
online. Maka bagi PNS yang berminat ingin menikuti seleksi terbuka Camat dan
Lurah dapat membuka halaman yang tersedia di jakarta.go.id. Pendaftaran dibuka
selama lima belas hari mulai dari tanggal 8 April 2013 – 22 April 2013 tanpa
dipungut biaya. Syarat yang harus dipenuhi bagi para peserta yaitu batas usia
maksimal 52 tahun, kecuali bagi pejabat definitif. Untuk jabatan Camat pangkat
paling rendah yakni Golongan III/d, menduduki jabatan Eselon IV.a atau Eselon III.b
kecuali yang menduduki jabatan fungsional, dan pendidikan paling rendah S1.93
Sementara untuk jabatan Lurah, pangkat terendah yakni Golongan III/c dan
paling tinggi III/d serta pendidikan paling rendah S1. Jabatan Camat deawasa ini
ditetapkan sebagai jabatan struktural Eselon III.a, sedangkan lurah adalah jabatan
strukutural Eselon IV.a. Sebagaimana dimaklumi bahwa berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 100
93
http://www.jakarta.go.id/v2/news/2013/04/pendaftaran-lelang-jabatan-dimulai-hari-
ini#.VJvBqW5BA diunduh pada 24 Desember 2014
73
Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural.
Jabatan struktural adalah jabatan manajerial bagi pegawai negeri yang kuat dengan
kewenangan dan kepemimpinan. Bagi pemegang jabatan inikepadanya diberikan
wewenang yakni gradasi dalam jabatan struktural yang terendah eselon V.a. dan yang
tertinggi eselon I.a. yang terdiri dari 9 hirarki. Syarat lainnya untuk Camat dan Lurah
yaitu unsur penilaian kerja paling kurang bernilai baik dalam waktu 2 tahun terakhir,
bebas narkoba, serta merupakan pejabat fungsional yang berasal dari rumpun
pendidikan dan rumpun kesehatan. Proses seleksi terbuka Camat dan Lurah sendiri
memakan waktu selama dua bulan. Kadidat yang lolos akan dilantik pada 21 Juni
2013.94
Dalam proses seleksi terbuka Camat dan Lurah pihak panitia berkerja sama
dengan sekolah-sekolah di Jakarta dalam bentuk laboratorium komputer untuk
memfasilitasi para peserta/kandidat dalam mengikuti ujian pengetahuan sebagai
rangkaian seleksi.95
Tim seleksi terdiri dari Pengarahan, Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta
dan Asisten Pemerintahan, yang bertugas mengarahkan kebijakan umum seleksi
terbuka Camat dan Lurah. Ketua, Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
Provinsi DKI Jakarta yang bertugas mengarahkan perencanaan pelaksanaan,
mengkoordinasikan kegiatan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan seleksi
94
Ibid., 95
Proses lelang jabatan http://www.jakarta.go.id/v2/news/2013/04/pendaftaran-lelang-
jabatan-dimulai-hari-ini diunduh pada 13 Agustus 2014
74
terbuka Camat dan Lurah. Sekretaris, Kepala Bidang Pengembangan Badan
Kepegawaian Daerah Provinsi DKI Jakarta, yang memiliki tugas membantu ketua
dalam pelaksanaan kegiatan seleksi terbuka Camat dan Lurah. Sub Tim Pemantauan,
Inspektur Provinsi DKI Jakarta yang bertugas melakukan pemantauan/pengawasan
pelaksanaan kegiatan seleksi. Sub Tim Seleksi Administrasi/Sekretariat adalah
Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah Provinsi DKI Jakarta. Sub Tim Penyusunan
Materi & Pengolahan Hasil Ujian, Kepala Biro Tata Pemerintahan Setda. Sub tim
Kehumasan dan Sistem, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan.
Tugas sub tim melakukan tugas sesuai dengan bidangnya masing-masing.96
Menurut Ketua BKD DKI Jakarta, bagi para peserta seleksi terbuka yang
tidak lolos, maka mereka tetap memiliki nilai lebih, karena setidaknya dari mereka
sudah dapat dilihat kemampuannya. Hasil dari nilai yang tidak lolos disimpan dan di
akumulasi dengan rekam jejak mereka dan hasilnya dapat digunakan untuk naik
golongan. Sedang bagi Camat dan Lurah definitif yang tidak lolos/ tidak terpilih lagi,
mereka akan tetap ditempatkan di posisi yang sesuai dan yang masih kosong.
“Mereka yang ikut seleksi ini memiliki nilai lebih. Karena mereka
setidaknya sudah mengikuti berbagai tahapan dan diketahui kemampuannya.
Untuk yang tidak lulus, nilai mereka akan disimpan dan diakumulasikan dengan
rekam jejak masing-masing peserta. Bisa saja nanti nilai tersebut digunakan untuk
naik tingkat golongan. Untuk lurah dan camat definitif yang tidak terpilih
96
Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 493 Tahun 2013 Tentang Pembentukan
Tim Seleksi pengisian jabatan camat dan lurah secara terbuka. www.jakarta.go.id/web/produkhukum/.../493.pdf diunduh pada 21 Desember 2014
75
kembali, akan ditempatkan ke posisi yang sesuai yang saat ini kosong. Nantinya
akan dilihat dari hasil tes yang diikuti.”97
Lelang jabatan Camat dan Lurah dilaksanakan baru satu kali di DKI Jakarta,
tetapi dengan adanya sistem terobosan baru dalam pemilihan yang cukup adil dalam
penetuan jabatan ini, maka Kepala Sekolah dan Kepala Puskesmas di DKI Jakarta
juga melakukan seleksi terbuka serupa untuk mendapatkan hasil yang kompeten dan
juga adil serta dapat diikuti siapa saja yang memenuhi syarat dan ketentuan.98
Jumlah peserta seleksi terbuka Camat dan Lurah yang mendaftar dari tanggal
8 s/d 22 April 2013 sebanyak 1.156 orang yang terdiri dari 346 Camat dan 810
Lurah. Dari hasil seleksi terbuka Camat dan Lurah tersebut, menurut data Bappeda
DKI Jakarta yang lulus sebanyak 415 orang terdiri dari 78 orang pejabat eselon III
dan 337 orang eselon IV, untuk menduduki jabatan sebanyak 44 Camat dan 267
Lurah. Dari sejumlah yang lulus tersebut sebanyak 93 orang diantaranya sebelumnya
telah menjabat sebagai Camat (17 orang) dan Lurah (76 orang) difinitif. 99
Dari beberapa responden yang penulis temui, bagi yang lulus lelang jabatan
umumnya mereka setuju dengan adanya sistim tersebut, karena memberikan
kesempatan yang sama bagi PNS untuk menduduki jabatan Camat dan Lurah. Di sisi
lain ada pula responden yang tidak setuju dengan sistim tersebut dengan alasan
97
Respon kepala BKD http://beritajakarta.com/profil/detail/2/199/I_Made_Karmayoga
diunduh pada 9 Desember 2014 98
http://beritajakarta.com/read/1198/Dilantik_Jokowi_Kepala_Puskesmas_Hasil_Lelang_Terh
aru#.VJO90W5BA diunduh pada tangga 19 Desember 2014 99 Jumlah yang lolos seleksi terbuka camat dan lurah http://bappedajakarta.go.id/?p=1161
diunduh 6 februari 2014
76
bahwa sistim lelang jabatan dianggap tidak adil, khusunya bagi PNS yang karirnya
secara reguler dan sudah waktunya secara otomatis bisa menduduki jabatan Camat
dan Lurah, namun dengan melalui sistim lelang jabatan terbuka PNS tersebut belum
tentu lulus. Hal ini terungkap dari pernyataan H. M. Delas, Sekretaris Lurah
Batuampar, Jakarta Timur.
“Saya tidak setuju dengan seleksi terbuka ini karena saya memulai
karir saya dari bawah , seharusnya pemilihan camat atau lurah berdasarkan
jenjang karir karena jauh lebih adil. Seharusnya seleksi jabatan ini di lakukan
pada tingkatan tingkatan tertentu dan tidak langsung melompat dari tingakan
bawah ke tinggatan yg lebih tinggi 2 tingkat dari posisi sebelumya. tetapi
dengan diadakannya seleksi terbuka siapa saja dapat mengikuti asal kan
memenuhi golongan yg di persyaratkan”.100
Dengan demikian seleksi terbuka merupakan perubahan sistem yang sangat
mengedepankan prinsip good governance. Dengan adanya lelang jabatan dapat
menghasilkan kandidat Camat dan Lurah yang selektif, ditambah dengan proses
seleksi yang sangat ketat akhirnya mendapatkan pemimpin yang berkompeten dan
berkarakter pelayan masyarakat.. Hal tersebut merupakan harapan pemerintah dan
masyarakat agar pelayanan publik dapat tertangani dengan cepat dan tepat.
100
Wawancara langsung dengan Bapak H.M. Delas, Sekretaris Lurah Batu Ampar tanggal 23
Oktober 2014
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian berdasarkan observasi mengenai good governance
kebijakan Gubernur Joko Widodo dan Wakil Gubernur Basuki Tjahja Purnama,
posisi Camat dan Lurah di DKI Jakarta, telah mendapatkan jawaban atas
pertanyaan awal dari penelitian ini :
1. Terdapat 3 faktor yang melatarbelakangi adanya lelang jabatan, yaitu
keinginan sosok Camat dan Lurah yang bisa terjun ke lapangan, menjauhi dari
KKN, menciptakan budaya demokratis di ruang lingkup lebih kecil. Pada
keinginan sosok Camat dan Lurah yang bisa terjun ke lapangan, BKD (Badan
Kepegawaian Daerah) berupaya membenahi suatu birokrasi melalui level
yang paling bawah karena Camat dan Lurah adalah garda terdepan yang dapat
mendengarkan aspirasi masyarakat. Sangat dibutuhkan sosok Camat dan
Lurah yang dapat terjun langsung ke lapangan dengan melihat, mendengar
dan melayani rakyat dengan baik. Menjauhi dari KKN, seleksi terbuka adalah
suatu bentuk terobosan reformasi birokrasi untuk mengurangi terjadinya
KKN, karena dengan sistem yang digunakan yaitu melalui seleksi terbuka
dapat diikuti siapapun dengan syarat dan ketentuan secara ketat, agar
mendapatkan Camat dan Lurah yang benar-benar berkompeten. Menciptakan
78
budaya demokratis di ruang lingkup lebih kecil, dengan adanya seleksi
terbuka tersebut merupakan bentuk perbaikan sistem, maka siapa saja dapat
berkompetisi untuk mendapatkan posisi Camat dan Lurah.
2. Good governance pada kebijakan gubernur mengenai posisi Camat dan Lurah
di DKI Jakarta memiliki 6 prinsip, yaitu prinsip Kompetensi, prinsip
Transparansi, prinsip Akuntabel, prinsip Partisipasi, prinsip Rule of Law, dan
prinsip Kesetaraan dan Keadilan bagi setiap masyarakat atau Social Justice.
Prinsip kompetensi yaitu lelang jabatan dilakukan agar mendapat pemimpin
yang benar benar berkompeten dan mumpuni karena dalam lelang jabatan
peserta melewati beberapa test. Prinsip transparansi yaitu lelang jabatan
merupakan satu langkah reformasi birokrasi karena selama proses lelang
jabatan media dapat meliput proses yang dilakukan para peserta yang
bertujuan untuk menanamkan rasa percaya masyarakat terhadap pemerintah.
Prinsip akuntabel pada pengambilan kebijakan pemerintah harus
mempertanggung jawabkan keberhasilan dan kesuksesan lelang jabatan di
hadapan hukum maupun publik. Prinsip partisipasi adalah keikutsertaan
masyarakat dan pemerintah dalam mengawasi dan mendukung kebijakan
lelang jabatan. Prinsip rule of law yaitu berlandaskan hukum yang diambil
dalam kebijakan lelang jabatan, karena suatu kebijakan yang diputuskan harus
berdasarkan hukum yang jelas. Prinsip keadilan dengan adanya seleksi
terbuka siapapun yang memenuhi syarat dapat mengikuti lelang jabatan,
79
peserta berkompetisi dalam memperebutkan jabatan melalui kemampuan dan
pengetahuan yang mereka miliki.
3. Hasil dari pelaksanaan lelang jabatan berjalan dengan baik meskipun masih
ada pro dan kontra terhadap lelang jabatan tersebut, tetapi sejauh ini dengan
lelang jabatan yang dilakukan banyak yang setuju, karena adanya perubahan
sistem pengangkatan Camat dan Lurah di Provinsi DKI Jakarta. Dan
diharapkan dapat berjalan terus dan banyak institusi yang mengikuti sistem
lelang jabatan DKI Jakarta akan dijadikan model percontohan daerah lain
dalam mengisi jabatan publik seperti Camat dan Lurah.
B. Saran
Lelang jabatan yang merupkan perubahan sistem jika dikelola dengan serius akan
mendapatkan hasil yang jauh lebih baik. Karena lelang jabatan merupakan suatu
hal yang baru, berbeda dengan sistem sebelumnya, maka disarankan :
1. Bagi Camat dan Lurah, yang telah lulus seleksi masih memerlukan diklat atau
penataran tentang pemerintahan, karena sebagian dari mereka ada yang bukan
berlatar belakang pendidikan/lingkungkan Camat dan Lurah.
2. Lelang jabatan yang dipelopori oleh pasangan Joko Widodo dan Basuki
Tjahaja Purnama menjadi contoh daerah lain dalam rangka mengisi jabatan
strategik di bidang pelayanan publik, diikuti di Provinsi DKI Jakarta. Sistem
lelang jabatan yang diikuti oleh seluruh PNS dalam berbagai bidang agar
supaya lelang jabatan berikutnya lebih spesifik sesuai dengan bidang dan
keahliannya.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Ananda, Ismadi Pokok – Pokok Pikiran Penataan Kelembagaan. Jakarta: PT
Satria Muda Adi Ragam Terpadu, 2013.
Dwiyanto, Agus. Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi
Birokrasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2011.
Dwiyanto, Agus. Reformasi Birokrasi Publik Di Indonesia, Yogyakarta : Gajah
Mada University Press, 2006.
Fathurahman, Pupuh. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia,
2011.
Harrison, Lisa. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Prenada Media Group,
2007.
Istianto, Bambang. Manajemen pemerintahan dalam perspektif pelayanan
publik. Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Rosdakarya, 2006.
Ndraha, Taliziduhu. Kybernology ( Ilmu Pemerintahan Baru) 2. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2003.
Pito, Toni Andrianus. Mengenal Teori – Teori Politik. Jakarta : Nuansa, 2006.
Rewansyah, Asmawi. Reformasi Birokrasi dalam Rangka Good Governance.
Jakarta : CV Yusaintanas Prima, 2010.
xv
Rozi, Syafuan. Zaman Bergerak, Birokrasi dirombak. IP2P LIPI. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta 2006.
Sinambela, Lijan Poltak . Reformasi Pelayanan Publik – Teori Kebijakan dan
Implikasinya. PT. Bumi Aksara, Jakarta 2006.
Suharto, Edi. Analisis Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta, 2005.
Sujatno, Adi. Moral Dan Etika Kepemimpinan Merupakan landasan ke arah
kepemerintahan yang baik (Good Governance). Jakarta : Team4AS,
2007.
Tjoktoamidjojo, Bintoro Reformasi nasional Penyelenggaraan Good Governance
dan Perwujudan Masyarakat Madani. Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara, 2002.
Webber, Max. Economy and Society. California: University of California Press,
1978.
Winarno, Budi. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta: Media
Pressindo, 2007.
Internet :
Badan Pengelola Lingkungan Hidup bplhd.jakarta.go.id diunduh pada 5
September 2014
Badan Pusat Statistik diunduh pada 1 September
2014http://jakarta.bps.go.id/index.php?bWVudT0yMjAwJnBhZ2U9cHV
ibGlrYXNpJmlkPTU3
xvi
Geografis DKI Jakarta diunduh pada 16 Desember 2014 Jakarta.go.id
Landasan hukum Lelang Jabatan diunduh 3 Februari 2014
http://www.menpan.go.id/jdih/permen-kepmen/se-menpan-rb diunduh
pada
Mahmun Syarif Nasution, “Lelang Jabatan Dalam Perspektif Kebijakan Publik”
diunduh pada 28 Januari 2014
http://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANPENGAJAR/vdyr13704500
43.pdf
Peraturan Gubernur No. 19 Tahun 2013 tentang Seleksi Terbuka Camat dan Lurah
diunduh pada 3 februari 2014
http://www.jakarta.go.id/web/produkhukum/search
Peraturan Pemerintah Nomor. 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan diunduh pada 3
Februari 2014
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/27871/node/1019/pp-no-
19-tahun-2008-kecamatan
Peraturan Pemerintah Nomor. 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan diunduh pada 3
Februari 2014
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/24416/node/707/pp-no-73-
tahun-2005-kelurahan
Penerapan merit sistem, diunduh pada 21 februari 2014 http://www.bkn.go.id
Reformasi Birokrasi diunduh pada 23 April 2014
http://www.menpan.go.id/reformasi-birokrasi/makna-dan-tujuan
xvii
Sejarah DKI Jakarta diunduh pada 21 Desember 2014
http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/provinsi/detail/31/dki-
jakarta
Sekretaris Negara Republik Indonesia, Agenda Strategis Reformasi Birokrasi
Menuju Good Goverance diunduh pada 19 Agustus 2014
www.setneg.go.id/index2.php
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2007 tentang
Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota
Negara Kesatuan Republik Indonesia diunduh pada 21 Desember 2014
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/27871/node/1019/pp-no-
19-tahun-2008-kecamatan
Wilajyah DKI Jakarta diunduh pada 16 Desember 2014
http://www.jakarta.go.id/v2/news/2013/11/latar-belakang-2013-2017
http://www.bphn.go.id/data/documents/fit_and_proper_testdalam_proses_pemilih
an.pdf Zaenal Arifin, Badan Pembina Hukum Nasional Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia 2005 pdf.
http://m.sindonews.com/read/2013/02/06/16/714821/lelang-jabatan diunduh pada
30 November 2013
http://news.liputan6.com/read/587988/alasan-jokowi-terapkan-lelang-jabatan-
camat-lurah diunduh pada 15 April 2014
http://bappedajakarta.go.id/?p=1161 diunduh pada 25 April 2014
xviii
http://news.detik.com/read/2014/04/22/162929/2562169/10/ahok-lelang-jabatan-
lurah-dan-camat-tak-hina-uu-dan-lulusan-ipdn diunduh pada 24 April
2014
http://megapolitan.kompas.com/read/2013/10/11/1705099/Putuskan.Rantai.Nepoti
sme.Lelang.Jabatan.ala.Jokowi.Jawabannya diunduh pada 22 Februari
2014
xix
LAMPIRAN
Wawancara dengan Bapak Olanson Girsang ( Staf Sekretariat Badan
Kepegawaian Daerah)
1. Mengapa lelang jabatan ini di lakukan , apa tujuan dari lelang
jabatan ini ?
Tujuan seleksi terbuka camat dan lurah adalah untuk mendapatkan potret
kompetensi, kalau pejabat yang mumpuni artinya mau dilihat apakah
kompetensi yang dimiliki pribadi tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan
potensi yang dibutuhkan pejabat tertentu.
2. Mengapa menggunakan sistem lelang jabatan sebagai
alternatifpemilihan jabatan? Apakah tidak ada cara lain dalam
menentukan lurah/camat yang sesuai dengan warga Jakarta?
Seleksi terbuka dilatarbelakangi dari sudut pandang masyarakat yang ada
sosok lurah dan camat yang benar – benar bias terjun langsung ke
masyarakat. Bagi atasan pemerintah provinsi DKI Jakarta, bahwa selama
ini lurah dan camat itu punya peran dan posisi yang penting di garda
terdepan pelayanan masyarakat, bagi banyak lembaga – lembaga atau
masyarakat luas atau publik bahwa berfikir selama ini pelayanan –
pelayanan di masyarakat butuh terobosan atas latar belakang tersebut kita
butuh suatu metode menentukan pemilihan para pejabat. Kita berharap tiga
hal yang paling tidak, kita ingin meningkatkan rapat pleno, objektifitas,
transparansi dan kompetisi untuk dibuka kesempatan bagi para calon
pejabat yang memenuhi persyaratan dengan metode seleksi terbuka.
xx
3. Apa dasar hukum dari lelang jabatan?
Dasar hukumnya adalah adanya surat edaran menpan tentang pengisian
jabatan struktural pada seleksi terbuka, adanya undang – undang 43 tahun
1999 sebagai perubahan atas undang – undang tentang pokok kepegawaian
pejabat itu dapat dipenuhi berdasarkan kompetensinya salah satunya agar
terpenuhi yaitu seleksi terbuka. Grand design reformasi birokrasi ada
peraturan presidennya ada peraturan menpannya ada juga parlemen
tentang reformasi birokrasi tingkat nasional yaitu tentang penataan
sumberdaya, diantaranya untuk melakukan seleksi terbuka bagi para
pesaing.
4. Menurut anda Apakah lelang jabatan efisien?berikan alasan.
Efisien, karena kita tidak perlu mendata satu persatu seperti yang di
lakukan metode lama peper load yang mengeluarkan anggaran lebih
banyak. Mengunakan computer lebih efektif. Tes di lakukan disekolah
sekolah negeri dan kita tidak butuh dana khusus untuk anggaran tes.
5. Jika camat dan lurah didasarkan atas lelang jabatan, bagaimana
dengan mereka yang lebih senior dan mampu? Apa dampak dari
merit sistem?
Perinsip yang di junjung tinggi dalam seleksi terbuka ini adalah
transparansi, objektifitas, dan keadilan. Artinya bagi para calon pejabat
yang pernah menjadi camat dan lurah di beri kesempatan untuk mendaftar
seleksi terbuka, ini tidak menutupi kesempatan bagi mereka yang pernah
xxi
menjadi camat dan lurah. Mereka tidak pernah ada masalah karena ada
persyaratan yang di tentukan jika tidak lulus mereka harus legowo.
6. Dengan adanya lelang jabatan ini, apakah ada alokasi dana
tersendiri?atau menambah anggaran?
Agaran dana yang di keluarkan pemerintah tidak jauh dari anggaran
pemilihan camat dan lurah sebelumnya tetapi anggaran seleksi terbuka
memang lebih banyak pengeluaran dananya.
xxii
Wawancara dengan Bapak Dian Purfanto (Camat Kramatjati, Jakarta Timur)
1. Sejak kapan bapak/ibu menjadi camat/lurah?
Sejak seleksi terbuka pertama.
2. Sebelum menjadi camat/lurah ditugaskan dimana?
Sebelumnya saya di tugaskan di kampung makasar.
3. Apa visi misi bapak/ibu dalam mengikuti lelang jabatan ini ?
Pelayanan masyarakat simple dan mempermudah masyarakat.
4. Dengan hasil seleksi lelang jabatan apakah bapak/ibu jauh lebih
percaya diri?
Saya jauh lebih pecaya diri karena kita tidak mempunyai beban moril.
5. Bagaimana pelaksanaan lelang jabatan di DKI Jakarta? Apakah
prosesnya rumit dan menyita banyak waktu?
Tidak lebih rumit dari yang terdahulu, untuk tidak ada ikatan – ikatan
primordial.
6. Apakah bapak setuju jika pemilihan lurah/camat seperti ini
menjadi sistem tetap dalam penentuan di Jakarta?
Saya setuju dengan seleksi terbuka ini karena siapa pun bisa mengikuti
seleksi terbuka ini untuk kalangan PNS dan semua boleh bertarung
bebas dalam mengikuti seleksi terbuka
7. Menurut bapak apa kekurangan dari lelang jabatan?
Kurangnya seleksi terbuka ini bagi para camat atau lurah yang terpilih
yang sebelumnya bukan berada di lingkungan camat dan lurah tidak
mengetahui banyak tentang sistem yang ada di kecamatan dan
xxiii
kelurahan maka dibutuhkan pelatihan dan pendidikan yang lebih
banyak.
8. Strategi apa saja yang bapak terapkan agar reformasi birokrasi
dapat berjalan dengan baik ?
Setrategi pegawai pegawai yang tidak kompeten tidak usah di beri
jabatan karena sama saja memberi warisan apabila tidak kompeten di
berikan jabatan.
9. Apakah bapak atau ibu mengetahui faktor faktor apa yang
meatarbelakangi pemilihan camat dan lurah di DKI Jakarta ?
Faktor – faktornya ialah banyaknya kepentingan untuk menjadi camat
dan lurah dengan adanya seleksi jabatan akan lebih fair
xxiv
Wawancara dengan Bapak H.R.M. Amien Haji (Camat pasar minggu, Jakarta
Selatan)
1. Sejak kapan bapak/ibu menjadi camat/lurah?
Sejak 11 januari 2012
2. Sebelum menjadi camat/lurah ditugaskan dimana?
Sebelumnya saya di tugaskan di kecamatan pasar minggu juga.
3. Apa visi misi bapak/ibu dalam mengikuti lelang jabatan ini ?
Tentunya karna mengikuti kebijakan Gubernur sebagai pemerintah
wilayah kita juga mengikuti dengan test propertes.
4. Dengan hasil seleksi lelang jabatan apakah bapak/ibu jauh lebih
percaya diri?
Yang pasti lebih percaya diri di tes dan lulus dengan baik dan dilantik
oleh Gubernur semacam legitimasi.
5. Bagaimana pelaksanaan lelang jabatan di DKI Jakarta? Apakah
prosesnya rumit dan menyita banyak waktu?
Sistem sebelumnya melalui proses usulan usulan dewan Berpajakari
kemudian di sidangkan di tingkat kota kemudian kemudian
menyangkut eselon 3 itu di bawah eselon 4 mengenai lurah dengan 3
keatas itu sidang berperjakari terus keluar putusan putusan terus
sesudah dilantik.
6. Apakah bapak setuju jika pemilihan lurah/camat seperti ini
menjadi sistem tetap dalam penentuan di Jakarta?
xxv
Setuju,dan harus dilengkapi juga dengan tredrecord dengan adanya
kompetensi tertentu.
7. Menurut bapak apa kekurangan dari lelang jabatan?
Kekurangannya adalah seharusnya ada diklat dan lebih sering
memberikan pengarahan , perhatian dan harus lebih sering di
kordinasi.
8. Apa kendala yang bapak alami setelah terpilihnya bapak menjadi
camat atau lurah ?
peraturan yang mengikuti peraturan lama yang harus di revisi agar
masyarakat bisa mengikuti.
xxvi
Wawancara dengan Ibu Susan Jasmine Zulkifli (Lurahan Lenteng Agung, Jakarta
Selatan)
1. Sejak kapan bapak/ibu menjadi camat/lurah?
Sejak pelantikannya 27 juni
2. Sebelum menjadi camat/lurah ditugaskan dimana?
Sebelumnya di kelurahan senen sebagai kepala seksi
3. Mengapa bapak/ibu megikuti lelang jabatan ini ?
Saya mengikuti seleksi terbuka ini karna ada kesempatan untuk saya
dapat naik jabatan.
4. Apa visi misi bapak/ibu dalam mengikuti lelang jabatan ini ?
Visi misi saya pelayanan kemasyarakatan lingkungan di perhatikan
dan dipantau.
5. Dengan hasil seleksi lelang jabatan apakah bapak/ibu jauh lebih
percaya diri?
Saya jauh lebih percaya diri.
6. Apakah bapak/ibu setuju jika pemilihan lurah/camat seperti ini
menjadi sistem tetap dalam penentuan di Jakarta?
Saya setuju dengan program pemerintahan jadi setiap pns mempunyai
kesempatan untuk memimpin karena dulu lurah atau camat dari IPDN
yang mempunyai kepamongan mempin.
7. Menurut bapak apa kekurangan dari lelang jabatan?
Kekurangannya tidak ada, saya merasa sudah cukup
xxvii
8. Strategi apa saja yang bapak terapkan agar reformasi birokrasi
dapat berjalan dengan baik ?
Kita lebih menginginkan bawahanya bekerja lebih giat
9. Apa kendala yang bapak alami setelah terpilihnya bapak menjadi
camat atau lurah ?
Dengan adanya revolusi mental dan mainsetnya kendalanya harus bisa
memilah bagaimna kepentingan kepentingan masyarakat tanpa
merugikan masyarakat yang lain.
xxviii
Wawancara dengan Ibu Grace Tiaramudi (Lurah Pejaten Timur,Jakarta selatan)
1. Sejak kapan bapak/ibu menjadi camat/lurah?
Sejak pelantikannya 27 juni
2. Sebelum menjadi camat/lurah ditugaskan dimana?
Sebelumnya saya bekerja di puskesmas dan saya perlu pembekalan
lebih untuk menjadi lurah.
3. Dengan hasil seleksi lelang jabatan apakah bapak/ibu jauh lebih
percaya diri?
Kalau dari satu sisi saya bangga karna lulus.
4. Bagaimana pelaksanaan lelang jabatan di DKI Jakarta? Apakah
prosesnya rumit dan menyita banyak waktu?
Saya tidak merasa kesulitan karna tidak mempunyai beban.
5. Apakah bapak/ibu setuju jika pemilihan lurah/camat seperti ini
menjadi sistem tetap dalam penentuan di Jakarta?
Saya setuju karenanlelang jabatan ini lebih fair, karna jauh dari KKN
semoga terus di pertahankan dan bersifat positif.
6. Menurut bapak apa kekurangan dari lelang jabatan?
Untuk melakukan tugas harus ada pembekalan dalam orientasi yaitu
dengan diadakannya diklat lebih sering.
7. Apa perbedaan lelang jabatan dengan sistem sebelumnya?
Kalau untuk sistem yang dulu belum menunjang kompetensi , kalau
sekarang bisa menjaring kompetensi nya agar lebih baik dengan materi
manajerial dan tes potensi akademik psikotes dan diskusi visi misi.
xxix
Wawancara dengan Bapak Mursyid Hidayat (RT Jalan Raya Margasatwa RT 004
RW 05)
1. Menurut ibu/bapak perlu atau tidak camat dan lurah terjun
langsung ke masyarakat?
Sangat perlu karena dengan terjun langsung lurah dan camat ke
lingkungan masyarakat, mereka akan tau betul bagaimana keadaan
masyarakat tersebut.
2. Pendapat bapak/ibu tentang lelang jabatan? Lebih baik atau
tidak?
Lebih baik, karena dengan adanya lelang jabatan itu berarti semua pihak
di lingkungan pemprov Jakarta yang sesuai syarat yang dibutuhkan, diberi
kesempatan untuk melamar pekerjaan sebagai pejabat di lingkungan
pemprov. Dengan begitu peluang bisa didapatkan oleh semua pihak yang
memang mempunyai kompeten dalam jabatan itu. Karena lelang jabatan
juga bisa dijadikan terobosan untuk memperbaiki sistem pemerintahan
pemprov.
3. Menurut pendapat bapak/ibu sosok pemimpin camat dan lurah
yang baik untuk masyarakat yang seperti apa?
Sosok yang mau terjun langsung kelapangan atau ke masyarakat dan yang
mau melihat keadaan masyarakat secara langsung atau istilahnya yang
lebih popular “blusukan”.
xxx
4. Harapan masyarakat dengan diadakannya lelang jabatan?
Mampu menjadikan sistem pemerintahan provinsi DKI Jakarta menjadi
lebih baik, dan terpenting mampu melayani masyarakat dengan adil sesuai
dengan tugasnya tanpa mempersulit masyarakat.
xxxi
Wawancara dengan H. M. Delas (Sekretaris Lurah Batuampar, Jakarta Timur)
1. Bagaimana pendapat Bapak tentang lelang jabatan?
Saya tidak setuju dengan seleksi terbuka ini karena saya memulai karir saya
dari bawah , seharusnya pemilihan camat atau lurah berdasarkan jenjang karir
karena jauh lebih adil. Seharusnya seleksi jabatan ini di lakukan pada
tingkatan tingkatan tertentu dan tidak langsung melompat dari tingakan
bawah ke tinggatan yg lebih tinggi 2 tingkat dari posisi sebelumya. tetapi
dengan diadakannya seleksi terbuka siapa saja dapat mengikuti asal kan
memenuhi golongan yg di persyaratkan
xxxii