KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER,...

88
KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA YANG MENGHAMBAT PROSES PERADILAN (CONTEMPT OF COURT) DALAM SISTEM HUKUM PIDANA INDONESIA Skripsi Diajukan untuk memenuhi Sebagai Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Ilmu Hukum Program kekhususan Hukum Pidana Diajukan oleh : Dian Rustam Aji 30301408486 PROGRAM STUDI (S.1) ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA) SEMARANG 2018

Transcript of KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER,...

Page 1: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA YANG

MENGHAMBAT PROSES PERADILAN (CONTEMPT OF COURT)

DALAM SISTEM HUKUM PIDANA INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Sebagai Persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Ilmu Hukum

Program kekhususan Hukum Pidana

Diajukan oleh :

Dian Rustam Aji

30301408486

PROGRAM STUDI (S.1) ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)

SEMARANG

2018

Page 2: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

ii

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA YANG

MENGHAMBAT PROSES PERADILAN (CONTEMPT OF COURT)

DALAM SISTEM HUKUM PIDANA INDONESIA

Diajukan oleh :

Dian Rustam Aji

30301408486

Pada tanggal, 14 Maret 2018 telah Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing :

Dr. Ira Alia Maerani, S.H., M.H

NIDN. 06.0205.7803

Page 3: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

iii

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dian Rustam Aji

NIM : 30301408486

Dengan ini saya nyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:

Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Yang Menghambat Proses

Peradilan (Contempt of Court) Dalam Sistem Hukum Pidana Indonesia

Adalah benar hasil karya saya dan penuh kesadaran bahwa saya tidak melakukan

tindakan plagiasi atau mengambil alih seluruh atau sebagian besar karya tulis

orang lain tanpa menyebutkan sumbernya. Jika saya terbukti melakukan tindakan

plagiasi, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Semarang, 27 Maret 2018

Dian Rustam Aji

Page 4: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

iv

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA YANG

MENGHAMBAT PROSES PERADILAN (CONTEMPT OF COURT) DALAM

SISTEM HUKUM PIDANA INDONESIA

Dipersiapkan dan disusun oleh

Dian Rustam Aji

30301408486

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji

Pada tanggal 23 Maret 2018

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat dan lulus

Tim Penguji

Ketua,

Dr. Hj. Sri Endah Wahyuningsih, S.H., M.Hum

NIDN : 06-2804-6401

Anggota Anggota

Andri Winjaya Laksana, S.H., M.H Dr. Ira Alia Maerani, S.H., M.H NIDN : 06-2005-8302 NIDN : 06-0205-7803

Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum UNISSULA

Prof. Dr. H. Gunarto, S.H., S.E.Akt, M.Hum

NIDN : 06-0503-6205

Page 5: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

“Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah

dilaksanakan/diperbuatnya”(Ali bin Abi Thalib)

“Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut

oleh manusia ialah menundukan diri sendiri.” (Ibu Kartini)

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

Bapak dan Ibu saya, Rustam Dermawan dan

Sulistianah, yang selalu memberi semangat dan

senantiasa mendoakan saya agar selalu semangat dalam

meraih yang saya inginkan

Adik saya Kresno Dwi Poyono yang turut mendoakan

dan membantu saya dalam mencari referensi

Keluarga besar saya yang turut mendoakan dan selalu

memberi motivasi

Almamater Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan

Agung Semarang

Page 6: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr, wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi atau penulisan hukum yang berjudul “KEBIJAKAN

HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA YANG

MENGHAMBAT PROSES PERADILAN (CONTEMPT OF COURT)

DALAM SISTEM HUKUM PIDANA INDONESIA”

Tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan

guna mendapatkan gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Islam

Sultan Agung Semarang.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini

tidak akan terwujud seperti sekarang ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada

semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Penulis ucapkan

terima kasih sebanyak-banyaknya kepada yang terhormat yaitu :

1. Bapak Ir. H. Prabowo Setiyawan, MT., Ph.D, selaku Rektor Universitas Islam

Sultan Agung Semarang.

2. Bapak Prof. Dr. H. Gunarto, S.H., S.E.Akt, M.Hum, selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Islam Sultan Agung.

3. Ibu Dr. Sri Endah Wahyuningsih, S.H., M.H, selaku Dosen Wali

Page 7: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

ix

4. Ibu Dr. Ira Alia Maerani, S.H., M.H, selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan bijaksana dan

penuh tanggung jawab kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum serta staf dan karyawan Fakultas

Hukum Universitas Islam Sultan Agung.

6. Teman-teman Cabe Gemash (Cica, Dina, Bella, Aji, Ali, Dena, Dedy, Daeng,

Bayu) yang selalu menjadi teman tergokil.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna.Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan

untuk memperbaiki kekurangan.Semoga adanya makalah ini dapat membantu

memberikan wawasan kepada pembaca.Akhir kata penulis ucapkan terimakasih

kepada semua pihak yang telah membantu dan semoga Allah SWT melimpahkan

karunia-Nya dalam setiap amal kebaikan kita dan mendapatkan balasan. Amin

Semarang, 14 Maret 2018

Penulis

Dian Rustam Aji

Page 8: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN.................. Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

ABSTRACT .......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 9

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 10

E. Metode Penelitian...................................................................................... 11

1. Metode Pendekatan ........................................................................... 11

2. Spesifikasi Penelitian ........................................................................ 11

3. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 11

4. Metode Analisis Data ........................................................................ 12

F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 15

Page 9: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

xi

A. Tinjauan Umum Tentang Kebijakan Hukum Pidana ............................ 15

1. Pengertian Kebijakan ........................................................................ 15

2. Pengertian dan Ruang Lingkup Kebijakan Hukum Pidana .......... 19

B. Tinjauan Umum Tentang Hukum Pidana dan Tindak Pidana .............. 28

1. Pengertian Hukum Pidana ................................................................ 28

2. Pembagian Hukum Pidana ............................................................... 29

3. Sumber Hukum Pidana ..................................................................... 31

4. Jenis-jenis Sanksi Pidana .................................................................. 34

5. Pengertian Tindak Pidana ................................................................. 35

C. Tinjauan Umum Tentang Contempt of Court ........................................ 38

1. Pengertian Contempt of Court ......................................................... 38

2. Jenis-Jenis Contempt of Court ......................................................... 40

3. Bentuk-Bentuk Contempt of Court.................................................. 47

4. Bentuk-Bentuk Konstitutif Contempt of Court .............................. 48

D. Contempt of Court dalam Perspektif Hukum Islam .............................. 52

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 55

A. Kebijakan Hukum Pidana terhadap Tindak Pidana yang Menghambat

Proses Peradilan (Contempt of Court) dalam Hukum Pidana Positif

saat ini......................................................................................................... 55

B. Kebijakan Hukum Pidana terhadap Tindak Pidana yang Menghambat

Proses Peradilan (Contempt of Court) dalam Kebijakan Hukum

Pidana yang akan datang .......................................................................... 64

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 73

Page 10: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

xii

A. Kesimpulan .................................................................................................. 73

B. Saran .............................................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 76

Page 11: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 Alinea IV terkandung sejumlah tujuan

negara yang dirumuskan oleh para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia,

diantaranya membentuk pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Rumusan dari tujuan negara tersebut dapat

terwujud dengan dibentuknya sejumlah lembaga negara yaitu eksekutif, legislatif,

dan yudikatif baik di pusat maupun di daerah dengan tugas, fungsi, dan

kewenangan masing-masing. Dari ketiga lembaga tersebut, semuanya berdasarkan

pada adanya aturan atau hukum yang menjadi kesepakatan bersama.

Sejalan dengan apa yang telah diuraikan di atas, telah ditegaskan dalam

Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

yang menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Sesuai dengan

semangat dan ketegasan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, jelas bahwa negara hukum yang dimaksud berarti negara

bukan hanya sebagai polisi lalu lintas atau penjaga malam saja, yang menjaga

jangan sampai terjadi pelanggaran dan menindak pada pelanggar

hukum.Pengertian negara hukum baik dalam arti formalyang melindungi seluruh

Page 12: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

2

warga dan seluruh tumpah darah, juga dalam pengertian negara hukum material

yaitu negara harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan dan kecerdasan

seluruh warganya.1

Seiring dengan kemajuan budaya dan iptek perilaku mausia di dalam hidup

bermasyarakat justru semakin kompleks. Perilaku demikian apabila ditinjau dari

segi hukum tentunya ada perilaku yang dapat dikategorikan sesuai dengan norma

(hukum) yang berlaku tidak menjadi masalah. Terhadap perilaku yang tidak sesuai

dengan norma biasanya dapat menimbulkan permasalahan di bidang hukum dan

merugikan masyarakat.

Perilaku yang tidak sesuai norma atau dapat disebut sebagai penyelewengan

terhadap norma yang telah disepakati ternyata menyebabkan terganggunya

ketertiban dan ketenteraman kehidupan manusia. Penyelewengan yang demikian

biasanya oleh masyarakat di cap sebagai suatu pelanggaran atau bahkan kejahatan.

Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala social yang akan selalu

dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara. Kenyataan telah

membuktikan bahwa kejahatan dapat dicegah atau dikurangi tetapi sulit untuk

diberantas secara tuntas.

Perkembangan dan perubahan sosial suatu masyarakat merupaka suatu hal

yang normal, justru dikatakan tidak normal jika tidak terjadi perubahan.Demikian

juga dengan hukum yang digunakan oleh suatu negara merupakan cerminan dari

kehidupan sosial masyarakatnya. Hukum ada karena masyarakat membutuhkan

alat yang dapat mengatur pergaulan masyarakat dan akan ikut berubah mengikuti

1 Kaelan, 2014, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta, hlm 221.

Page 13: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

3

perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dan akan berubah mengkuti

perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.

Perubahan dan perkembangan sosial yang terjadi dalam masyarakat akan

berubah pula mengenai kejahatan dalam hukum pidana. Hukum pidana sendiri

merupakan salah satu sarana untuk menanggulangi kejahatan. Sementara

kejahatan itu sendiri merupakan akibat dari perubahan dan perkembangan sosial.

Dalam perkembanganya perkembangan sosial mempengaruhi pola-pola tindakan

manusia salah satunya adalah perbuatan yang dianggap merendahkan dan

merongrong kewibawaan, martabat, dan kehormatan terhadap lembaga

peradilan.Perbuatan tersebut disebut sebagai tindak pidana Contempt of Court.

Reformasi hukum yang menjadi dambaan masyarakat ditujukan pada

tegaknya kewibawaan hukum yang mana kewibawaan hukum tersebut meliputi

adanya legalitas Undang-Undang tersebut serta peningkatan sumber daya manusia

aparat penegak hukum. Kewibawaan hukum itu ada jika kepercayaan masyarakat

tehadap aparat dan lembaga penegak hukum itu ada.

Untuk itu perlu semakin dimantapkan peran dan kedudukan penegakan

hukum supaya terwujud kemampuan dan kewibawaanya. Penegakan hukum

merupakan salah satu usaha untuk menciptakan tata tertib keamanan dan

ketenteraman dalam masyarakat baik itu merupakan pencegahan maupun usaha

pemberantasan atau penindakan setelah terjadinya pelanggaran hukum.

Peningkatan kemampuan penegak hukum ini penting karena kebanyakan para

penegak hukum Indonesia sudah dibiasakan dididik sebagai calon penerap hukum

bukan sebagai calon ahli hukum yang dapat memperbaharui hukum. Seringkali

Page 14: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

4

dijumpai berbagai produk hukum seperti Undang-Undang yang gagal dalam

menjerat pelaku kejahatan karena sifatnya yang memiliki celah dan ini merupakan

tantanngan bagi penegak hukum untuk terus meningkatkan moral dan

kredibilitasnya mengabdi kepada hukum sehingga keadilan dapat terwujud.

Akhir-akhir ini sering terlihat baik secara langsung ataupun melalui media,

suasana ruang sidang yang rusuh tanpa aturan. Para pengunjung sidang terlihat

berteriak-teriak, memakai atau bahkan melempar kursi ke arah majelis hakim. Tak

jarang pula terjadi perselisihan antara penasehat hukum dengan ketua majelis

hakim yang diakhiri pengusiran penasehat hukum tersebut dari ruang

persidangan.Salah satu contoh yang mewakili tindakan anarkhis tersebut adalah

peristiwa yang terjadi pada Senin 16 Oktober lalu, yaitu Ketua Pengadilan Negeri

Jambi dilempar kursi oleh pendemo.2

Seringnya terlihat gejala, baik secara individu maupun bersama-sama yang

kurang menghargai jalannya persidangan adalah contoh akibat dari hilangnya

kepercayaan terhadap aparat dan lembaga penegak hukum di Indonesia sekarang

ini. Fenomena aksi massa baik yang menyerang hakim langsung atau

mengeluarkan kata-kata kasar di ruang sidang terjadi hampir di seluruh wilayah

Negara Indonesia. Sidang-sidang peradilanpun semakin rawan dari aksi brutal.Hal

ini tidak lepas dari masalah integritas penegak hukum. Jika hakim tidak

mempunyai integritas yang baik, maka ia tidak akan dihormati.

Kewibawaan seorang hakim sangat diperlukan pada saat ia mendapatkan

perlakuan tidak pantas dari pengujun sidang. Hakim bisa bertindak menggunakan

2 https://m.detik.com/news/berita/d-3690427/wajah-ketua-pn-jambi-dilempar-kursi-ma-

pertanyakan-peran-ky, diakses pada 28 Oktober 2017 pukul 15.30WIB

Page 15: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

5

pasal-pasal Contempt of Court yang ada di dalam KUHP dan KUHAP.Dengan

demikian di Indonesia perlindungan terhadap peradilan baik secara preventif

maupun secara represif sebenarnya telah ada. Walaupun telah ada pengaturan

terhadap setiap usaha untuk mencemarkan pengadilan baik berupa gangguan

hambatan, tantagan maupun ancaman berupa KUHP dan KUHAP, namun

kenyataanya hakim hampir tidak pernah menggunakan ketentuan tersebut ketika

terjadi pelecehan terhadap dirinya maupun terhadap institusi peradilan.

Di Indonesia istilah Contempt of Court baru dikenal pada tahun 1985

dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung dalam penjelasan umum butir 4, yang disebutkan : “untuk

dapat lebih menjamin terciptanya suasana yang sebaik-baiknya bagi

penyelenggaraan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan

Pancasila, maka perlu dibuat suatu Undang-Undang yang mengatur penindakan

terhadap perbuatan, tingkah laku, sikap, dan atau ucapan yang dapat merendahkan

dan merongrong kewibawaan, martabat, dan kehormatan badan peradilan yang

dikenal sebagai Contempt of Court”.

Berdasarkan penjelasan umum butir 4 Undang-undang Nomor 14 Tahun

1985 tentang Mahkamah Agung tersebut di atas, maka pengertian Contempt of

Court adalah segala perbuatan, tingkah laku, dan atau ucapan yang dapat

merendahkan, merongrong kewibawaan, martabat, dan kehormatan badan

peradilan. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pengertiannya terutama

tertuju pada wibawa, martabat, dan kehormatan badan peradilan. Namun, karena

Page 16: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

6

suatu lembaga adalah sesuatu yang abstrak, maka ketiga hal tesebut yaitu wibawa,

martabat, dan kehormatan akan tertuju kepada :

- Manusianya yang menggerakkan lembaga tersebut

- Hasil buatan lembaga tersebut

- Proses kegiatan dari lembaga tersebut3.

Oleh karena itu apabila terdapat perbuatan-perbuatan atau tindak pidana

yang ditujukan terhadap tiga hal tersebut di atas, maka perbuatan tersebut dapat

dikategorikan sebagai tindak pidana terhadap proses peradilan (Contempt of

Court).

Adapun beberapa rumusan baru yang dikualifikasikan sebagai tindak

pidana terhadap proses peradilan (Contempt of Court) yang dimasukkan ke dalam

RUU KUHP, antara lain :4

1. Penasehat hukum yang dalam pekerjaanya memberikan bantuan hukum,

mengadakan kesepakatan dengan pihak lawan dari pihak yang dibantunya,

sedang patut diketahuinya bahwa perbuatan itu dapat merugikan kepentingan

yang dibantunya.

2. Penasehat hukum yang dalam pekerjaanya memberikan bantuan hukum untuk

memenangkan pihak yang dibantunya meminta imbalan dengan maksud

mempengaruhi secara melawan hukum saksi-saksi, saksi ahli, juru bahasa,

penyidik, penuntut umum atau hakim dalam perkara yang bersangkutan.

3 Padmo Wahyono, Contempt of Court Dalam Proses Peradlan di Indonesia, Dalam Era

Hukum No 1 Tahun 1 November 1987, hlm 22. 4 Position Paper Advokasi RUU KUHP Seri 2, Contempt of Court dalam

RancanganKUHP

Page 17: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

7

3. Seseorang yang menampilkan diri untuk orang lain sebagai peserta atau

pembantu tindak pidana, sehingga oleh karena itu dijatuhi pidana dan

menjalani pidana itu untuk orang lain

4. Seseorang yang menghina integritas hakim dalam menjalankan tugas

peradilan atau menyerang integritas atau sifat tidak memihak dari suatu

proses sidang peradilan.

5. Seseorang yang mengadakan publikasi atau memperkenankan dilakukanya

publikasi segala sesuatu yang menimbulkan akibat yang dapat mempengaruhi

sifat tidak memihak suatu proses sidang pengadilan.

6. Setiap saksi dan orang lain yang berkaitan dengan tindak pidana terorisme,

korupsi, hak-hak asasi manusia, atau pencucian uang yang menyebutkan

nama atau alamat pelapor atau hal-hal lain yang memberikan kemungkinan

dapat diketahuinya identitas pelapor dalam penyidikan dan pemeriksaan di

sidang pengadilan dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.

Sedangkan ketentuan lainnya merupakan ketentuan-ketentuan yang sudah ada

dalam KUHP yang saat ini berlaku, seperti ketentuan pasal 210, pasal 216, pasal

217, pasal 221, pasal 222, pasal 223, pasal 224, pasal 225, pasal 231, pasal 232,

pasal 233, pasal 317, pasal 417, pasal 522.5

Peradilan atau pengadilan adalah sebuah institusi yang penting dan terhormat

dalam proses penegakan hukum dan keadilan di Indonesia. Penting karena

bertugas untuk menegakkan hukum yang diharapkan selaras dengan

keadilan.Terhormat karena diisi oleh orang-orang yang dipercaya dapat menjamin

5 Hal ini dapat diketaui dari misalnya, dari Seminar tentang Contempt of Court yang

diselenggarakan oleh Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI) pada Maret 1987, hukum online, 19 Maret

2005, “Diusulkan UU Contempt of Court untuk Lindungi Hakim”.

Page 18: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

8

penegakan hukum.Namun belakangan ini institusi ini menjadi pudar bersamaan

dengan perilaku-perilaku oknum-oknum peradilan yang menyelewengkan hukum

dan rasa keadilan masyarakat.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pada saat diundangkannya Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, terdapat situasi yang

kurang kondusif dalam praktek peradilan di Indonesia yang menuntut perlunya

ketentuan khusus mengenai tindak pidana terhadap proses peradilan. Situasi ini

ditanggapi oleh para hakim dengan mengajukan ide atau usulan mengenai

perlunya dibentuk suatu Undang-Undang atau aturan khusus yang dapat

memberikan perlindungan terhadap para hakim dalam menjalankan tugasnya.

Tindakan-tindakan tersebut aturannya sudah ada, tetapi tersebar di berbagai

Undang-undang misalnya keterangan palsu, penyuapan oleh penegak hukum,

kerusuhan dan lain sebagainya. Tindakan Contempt of Court diatur khusus untuk

menghormati martabat pengadilan.Sebagaimana berdasarkan pada firman Allah

SWT dalam QS. an-Nisa’/4 ayat 59 yang berbunyi :

ر منكمأ مأ سىل وأولي ٱلأ وأطيعىا ٱلر ا أطيعىا ٱلل أيها ٱلذين ءامنى ي

سىل إن كنتمأ ت وٱلر وه إلى ٱلل ء فرد تمأ في شيأ زعأ فئن تن منىن بٱلل ؤأ

ويلا سن تأأ ر وأحأ لك خيأ خر ذ م ٱلأ يىأ ٩٥وٱلأ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat

tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul

Page 19: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

9

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.

Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Berdasarkan pada ayat tersebut, maka Contempt of Court merupakan

perbuatan yang dilarang oleh Allah karena mentaati perintah Imam adalah lebih

baik akibatnya.

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk

mengkajinya dalam skripsi yang berjudul “Kebijakan Hukum Pidana Terhadap

Tindak Pidana yang Menghambat Proses Peradilan (Contempt of Court) dalam

Sistem Hukum Pidana Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kebijakan hukum pidana terhadap tindak pidana yang

menghambat proses peradilan (Contempt of Court) dalam hukum pidana

positif saat ini?

2. Bagaimana kebijakan hukum pidana terhadap tindak pidana yang

menghambat proses peradilan (Contempt of Court) dalam kebijakan hukum

pidana yang akan datang?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kebijakan hukum pidana terhadap tindak pidana yang

menghambat proses peradilan (Contempt of Court) dalam hukum pidana

positif pada saat ini.

2. Untuk mengetahui kebijakan hukum pidana terhadap tindak pidana yang

menghambat proses peradilan (Contempt of Court) dalam kebijakan hukum

pidana yang akan datang.

Page 20: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

10

D. Manfaat Penelitian

Bagi peneliti sendiri, penelitian ini dilakukan guna memperoleh data yang

diperlukan dalam penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung

Semarang. Sekaligus penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat

baik dari segi teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi pengembangan dunia penegakan hukum pada umumnya, yang

terkait dengan perlindungan hukum terhadap tindakan Contempt of Court,

serta menambah kepustakaan dan bahan-bahan informasi ilmiah, mengingat

seringnya terjadi aksi-aksi Contempt of Court di Indonesia akhir-akhir ini.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk lebih mengembangkan daya pikir dan analisis yang akan

membentuk pola pikir dinamis penulis.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberikan

masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait

dengan masalah yang diteliti.

c. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan

perlindungan hukum terhadap hakim dari tindakan Contempt of Court..

Page 21: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

11

E. Metode Penelitian

Pengumpulan data-data dalam suatu penelitiandiperlukan suatu metode yang

tepat agar obyek yang ingin dijadikan penelitian dapat dipertanggungjawabkan

kebenaranya. Tujuan dari sebuah penelitian adalah dapat menemukan kenyataan

obyek yang sedang diteliti. Pada umunya peneliti mempunyai tujuan untuk

mengkaji atau mencari kebenaran suatu ilmu pengetahuan

1. Metode Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif. Penelitian

hukum normatif atau peneitian yuridis normatif adalah metode penelitian

hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder.6

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan

dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang

menyangkut permasalahan.

3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian Yuridis Normatif menggunakan data sekunder, terdiri dari :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan

ilmiah yang baru atau mutakhir ataupun pengertian baru tentang fakta

yang diketahui maupun mengenai gagasan atau ide. Bahan hukum

primer ini mencakup peraturan perundang-undangan antara lain, Kitab

6 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat), Rajawali pers, Jakarta, hlm: 13-14

Page 22: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

12

Undang-undang Hukum Pidana, Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana, dan Rancangan Undang-undang KUHP.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan pustaka yang berisikan informasi

tentang bahan primer, terdiri atas penjelasan Undang-Undang,

rancangan Undang-Undang KUHP dan literatur-literatur, kajian

akademik, bahan-bahan seminar.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memeberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang

berkaitan dengan penelitian ini diantaranya adalah surat kabar,

internet, kamus hukum.

4. Metode Analisis Data

Penelitian kepustakaan ini akan dianalisis oleh penulis secara kumulatif

yaitu berdasarkan hasil pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari

peraturan perundang-undangan di bidang hukum pidana khususnya tentang

Contempt of Court, buku-buku, dan rancangan KUHP yang berkaitan dengan

penelitian ini, kemudian dikualifikasikan untuk memperoleh gambaran atau

kesimpulan yang utuh.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman dalam membaca dan pencapaian

tujuan ditulisnya skripsi ini maka penulis menyusun sistematika penulisan

sebagai berikut :

Page 23: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

13

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan berisi tentang : Latar Belakang

Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan

Penelitian, Terminologi, Metode Penelitian dan Sistematika

Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas tentang tinjauan umum tentang

Pengertian Kebijakan Hukum Pidana, Hukum Pidana dan

Tindak Pidana meliputi Pengertian Hukum Pidana, Pembagian

Hukum Pidana, Sumber Hukum Pidana, Jenis-jenis sanksi

pidana, Pengertian Tindak Pidana dan Tinjauan Umum tentang

Contempt of Courtmeliputi Pengertian Contempt of Court,

Jenis-jenis Contempt of Court, Bentuk-bentuk Konstitutif

Contempt of Court, dan Contempt of Courtdalam Perspektif

Islam.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan berisi kebijakan hukum

pidana terhadap tindak pidana yang menghambat proses

peradilan (Contempt of Court) dalam sistem hukum pidana

Indonesia saat ini dan kebijakan hukum pidana terhadap tindak

pidana yang menghambat proses peradilan (Contempt of

Court) dalam sistem hukum pidana Indonesia yang akan

datang.

Page 24: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

14

BAB IV: PENUTUP

Bab penutup berisi kesimpulan dari skripsi dan saran-saran.

Urutan kesimpulan diorientasikan pada permasalahan dan

pembahasan serta dilengkapi dengan daftar pustaka dan

lampiran jika diperlukan.

Page 25: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kebijakan Hukum Pidana

1. Pengertian Kebijakan

Kata dasar kebijakan adalah “bijak” yang berarti selalu menggunakan akal

budinya; pandai, mahir. Kebijakan merupakan rangkaian konsep dan asas yang

menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,

kepemimpinan dan cara bertindak (tentang pemerintahan organisasi dan

sebagainya); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis

pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran; garis haluan.7

Kata dasar “bijak” dalam bahasa Inggris berarti; able, smart, experienced,

wise, sedangkan kebijakan berarti wisdom dan policy.8

Kata policy sebagaimana terumuskan di atas, makna aslinya terkait dengan:

1. government or polity, political wisdom or cunning,

2. wise, expedient or prudent conduct or management, conduct or

management,

3. a principle, plan, or couse of action, as pursued by a government,

organization, individual, etc. (foreign policy)9

Dengan demikian dalam pengertian kebijakan terkandung berbagai hal:

7 Ira Alia Maerani, 2017, Rekonstruksi Kebijakan Hukum Pelaksanaan Pidana Mati

Berbasis Nilai-Nilai Pancasila, Disertasi, Program Doktor Ilmu Hukum (PDIH) Fakultas Hukum

Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, hlm. 70-83. Dikutip dari Departemen

Pendidikan Nasional, 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta,

hlm. 115. 8 Ibid. Dikutip dari John M. Echols dan Hassan Shadily, 2006, Kamus Inggris Indonesia,

Cetakan XXVIII, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 79. 9 Ibid. Dikutip dari Eko Soponyono, 2010, Kebijakan Sistem Pemidanaan Yang

Berorientasi Pada Korban, Disertasi, Program Doktor Ilmu Hukum (PDIH) Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, hlm. 62-63, dikutip dari Simon and Schuster, 1997,

Webster’s New World College Dictionary, Macmillan, Inc, Cleveland, Ohio, hlm. 1045.

Page 26: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

16

1. Rangkaian konsep dan asas sebagai dasar rencana pelaksanaan suatu

pekerjaan;

2. Merupakan cara bertindak di bidang pemerintahan;

3. Sebagai pernyataan cita-cita tujuan atau prinsip;

4. Sebagai pedoman manajemen dalam usaha mencapai sasaran dan juga

merupakan garis haluan.

5. Keempat hal di atas di samping dilandasi penggunaan akal budi, juga

kemampuan atau kepandaian.10

Istilah "kebijakan" diambil dari istilah Inggris "policy” atau istilah Belanda

"politick". Dalam Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Pancasila,11

politik

diberi makna:

a. Seni mengatur dan mengurus negara dan ilmu kenegaraan;

b. Semua kebijakan/tindakan yang bermaksud mengambil bagian dalam

urusan kenegaraan/pemerintahan termasuk yang menyangkut penetapan

bentuk, tugas dan lingkup urusan negara;

c. Politik (politic) mencakup beraneka macam kegiatan dalam suatu sistem

masyarakat yang terorganisasikan (terutama negara; polity), yang

menyangkut pengambilan keputusan (decision making) baik mengenai

tujuan-tujuan sistem itu sendiri maupun mengenai pelaksanaannya.

Pengambilan keputusan mengenai tujuan sistem tersebut menyangkut

pemilihan antara beberapa alternatif dan penentuan prioritas. Keputusan

mengenai pelaksanaan menyangkut beraneka kebijaksanaan (policy)

umum maupun konkret. Untuk pelaksanannya diperlukan kekuasaan

(power) dan wewenang (authority) yang dalam pertentangan

kepentingan-kepentingan (conflict of interests) dapat memakai cara

meyakinkan (persuasion) atau bila perlu, paksaan (coercion). Dengan

demikian bagaimanapun juga, politik berhubungan dengan kekuasaan.

d. Sebagai usaha yang semata-mata membina dan menggunakan kekuasaan.

Walaupun dalam kenyataannya sering demikian, namun kekuasaan atas

manusia lain tidak boleh menjadi tujuan an sich, melainkan hanya sarana.

Pembinaan dan penggunaan kekuatan harus dinilai menurut tujuan dan

maksud yang mau dicapai dengannya dan menurut cara memperoleh serta

menggunakannya dan pula menurut apakah cara pemakaiannya sesuai

dengan kemauan orang yang bersangkutan atau tidak. Sebab seseorang

(dewasa) tidak boleh dipaksa supaya menerima apa yang dianggap orang

lain baik bagi mereka. Jadi, rakyat tidak boleh dianggap tidak tahu

menahu untuk mengetahui dan mengurus kepentingan yang sebenarnya,

10

Ibid, hlm. 63, 11

Ibid. Dikutip dari Barda Nawawi Arief, 2003, Kapita Selekta Hukum Pidana, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung, hlm. 53.

Page 27: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

17

sehingga harus ditetapkan. Kebebasan untuk menentukan nasibnya

sendiri merupakan nilai yang lebih tinggi daripada kemajuan materiil.

Perbudakan pada kemakmuran materiil kalah nilainya dibandingkan

dengan kemerdekaan biarpun dalam keterbatasan barang yang tersedia.

Maka tindakan politis harus dipertanggungjawabkan terhadap yang

mempunyai negara yaitu rakyat dan akhirnya kepada Sang Pencipta

rakyat itu. Jadi politik harus dinilai secara etis juga. Bahwa pada akhirnya

tinjauan politik sebagai kegiatan yang berhubungan dengan negara tidak

bisa lain kecuali kesejahteraan bersama seluruh rakyat.

e. Dalam arti yang lebih luas, politik diartikan sebagai cara atau

kebijaksanaan (policy) untuk mencapai tujuan tertentu.

f. Dengan demikian dalam pelaksanaannya politik melibatkan kekuasaan,

penguasa dan kekuatan. Kenyataan ini tidak boleh semata-mata menjadi

tujuan tetapi sebagai sarana yang pada akhirnya harus mendatangkan

kesejahteraan bersama seluruh rakyat. Sudarto bahkan lebih tegas

mengatakan, bahwa politik mau tidak mau adalah subjektif, tergantung

dari pandangan seseorang yang ber "politik" itu.12

Implikasi terhadap konsep kebijakan publik yang secara rinci akan

dijelaskan di bawah ini:13

Pertama, kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang sengaja

dilakukan dan mengarah pada tujuan tertentu daripada sekedar sebagai bentuk

perilaku atau tindakan menyimpang yang serba acak (at random), asal-asalan, dan

serba kebetulan melainkan tindakan yang direncanakan (by planed).

Kedua, kebijakan pada hakikatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang

saling berkait dan berpola, mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh

pejabat-pejabat pemerintah, dan bukan keputusan-keputusan yang berdiri sendiri.

Misalnya, kebijakan tidak hanya mencakup keputusan untuk membuat undang-

undang dalam bidang tertentu, melainkan diikuti dengan keputusan-keputusan /

12

Ibid. Dikutip dari Sudarto, 1983, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Sinar

Baru, Bandung. hlm. 93. 13

Ibid. Dikutip dari Solichin Abdul Wahab, 2016, Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke

Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik, Cetakan Kelima, PT. Bumi Aksara,

Jakarta, hlm. 20 -22.

Page 28: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

18

petunjuk-petunjuk teknis pelaksanaan yang lebih detail, bersangkut paut dengan

proses implementasi dan mekanisme pemaksanaan pemberlakuannya.

Ketiga, kebijakan itu ialah apa yang nyatanya dilakukan pemeritah dalam

bidang-bidang tertentu. Sebuah kebijakan idealnya disertai dengan tindakan-

tindakan tegas dan konkret untuk mengimplementasikannya.

Keempat, kebijakan publik mungkin berbentuk positif, mungkin pula

negatif. Dalam bentuknya yang positif, kebijakan publik mungkin akan mencakup

beberapa bentuk tindakan pemerintah yang dimaksudkan untuk memengaruhi

penyelesaian atas masalah tertentu. Sementara dalam bentuknya yang negatif, ia

kemungkinan meliputi keputusan-keputusan pejabat-pejabat pemerintah untuk

tidak bertindah, atau tidak melakukan tindakan apapun dalam masalah-masalah

dimana campur tangan pemerintah itu sebenarnya amat diperlukan.

Hasil akhir kebijakan adalah akibat-akibat atau dampak (langsung) yang

benar-benar dirasakan oleh masyarakat, baik yang diharapkan yang benar-benar

dirasakan oleh masyarakat, baik yang diharapkan (intended) maupun yang tidak

diharapkan (unintended), sebagai konsekuensi logis dari adanya tindakan atau

tidak adanya tindakan pemerintah dalam bidang-bidang atau masalah-masalah

tertentu yang ada di masyarakat. Seorang analis kebijakan publik akan berusaha

untuk meneliti apakan kebijakan publik tertentu telah berhasil mencapai apa yang

seharusnya dicapaiya dengan cara, membandingan antara tujuan formal (normatif)

dari program dengan realita, prestasi, atau kinerja yang dicapai.14

14

Solicihin Abdul Wahab, Ibid, hlm. 32-33.

Page 29: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

19

2. Pengertian dan Ruang Lingkup Kebijakan Hukum Pidana

Pengertian kebijakan atau politik hukum pidana, Sudarto, mengemukakan

definisinya:

1. Kebijaksanaan dari negara dengan perantaraan badan-badan yang berwenang

untuk menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki, yang diperkirakan

bisa digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam

masyarakat dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan;

2. Untuk bidang hukum pidana melaksanakan politik hukum pidana berarti usaha

mewujudkan peraturan perundang-undangan pidana sesuai dengan keadaan

dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang.15

Sudarto lebih lanjut mengemukakan bahwa pembentukan undang-undang

merupakan proses sosial dan proses politik yang sangat penting artinya dan

mempunyai pengaruh luas, karena ia akan memberi bentuk dan mengatur atau

mengendalikan masyarakat. Undang-undang ini digunakan oleh penguasa untuk

mencapai dan mewujudkan tujuan-tujuan tertentu. Dengan demikian dapatlah

dikatakan bahwa undang-undang mempunyai dua fungsi:

1) Fungsi untuk mengekspresikan nilai-nilai, dan

2) Fungsi instrumental.16

Berpangkal tolak dari kedua fungsi inilah sebaiknya politik hukum pidana

dijalankan tanpa mengingkari adanya fungsi lain, misalnya sifat atau pengaruh

simbolik dari undang-undang tertentu.

15

Sudarto, Loc.Cit. 16

Ibid.

Page 30: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

20

Terhadap makna politik hukum pidana sebagaimana dirumuskan Sudarto

dalam poin dua (2) di atas, Barda Nawawi Arief menegaskan bahwa dilihat

sebagai bagian dari politik hukum, maka politik hukum pidana mengandung arti

bagaimana mengusahakan atau membuat dan merumuskan suatu perundang-

undangan pidana yang baik. Bagi Marc Ancel istilah "Penal Policy" dikatakan

sebagai suatu ilmu sekaligus seni yang bertujuan untuk memungkinkan hukum

positif dirumuskan secara lebih baik. Peraturan hukum positif dalam definisi Marc

Ancel adalah peraturan perundang-undangan hukum pidana. Dengan demikian

istilah "penal policy" menurut Marc Ancel adalah sama dengan istilah kebijakan

atau politik hukum pidana.

Pengertian kebijakan atau politik hukum pidana dapat dilihat dari politik

hukum maupun dari politik kriminal. Menurut Sudarto, “Politik Hukum” adalah:

a. Usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai dengan

keadaan dan situasi pada suatu saat.17

b. Kebijakan dari negara melalui badan-badan yang berwenang untuk

menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan bisa

digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat

untuk mencapai apa yang dicita-citakan.18

Bertolak dari pengertian demikian, Sudarto, selanjutnya menyatakan

bahwa melaksanakan “politik hukum pidana” berarti mengadakan pemilihan

17

Ibid. Dikutip dari Barda Nawawi Arief, 2011, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana

(Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), Cetakan Ketiga, Kencana Prenada Media

Group, Jakarta, hlm. 26 dikutip dari Sudarto, 1981, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung,

hlm. 159. 18

Ibid, dikutip dari Sudarto, 1983, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Sinar

Baru, Bandung, hlm. 20.

Page 31: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

21

untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang paling baik dalam arti

memenuhi syarat keadilan dan daya guna.19

Dalam kesempatan lain beliau

menyatakan, bahwa melaksanakan “politik hukum pidana” berarti, “usaha

mewujudkan peraturan perundang-undangan pidana yang sesuai dengan keadilan

dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang.”20

Sementara A. Mulder mengemukakan istilah "Strafrechtspolitiek" yang

merupakan garis kebijakan untuk menentukan:

a. Seberapa jauh ketentuan-ketentuan pidana yang berlaku perlu dirubah atau

diperbaharui;

b. Apa yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya tindak pidana;

c. Cara bagaimana penyidikan, penuntutan peradilan dan pelaksanaan pidana

harus dilakukan.21

Definisi Mulder di atas bertolak dari pengertian sistem hukum pidana dan

menurut Marc Ancel, setiap masyarakat yang terorganisir memiliki sistem hukum

pidana yang terdiri:

a. Peraturan-peraturan hukum dan sanksinya;

b. Suatu prosedur hukum pidana; dan

c. Suatu mekanisme pelaksanaan (pidana).22

19

Ibid, dikutip dari Sudarto, 1981, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, hlm.161. 20

Ibid, dikutip dari Sudarto, 1983, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Sinar

Baru, Bandung, hlm. 93 dan 109. 21

Ibid. Dikutip dari Barda Nawawi Arief, 2003, Kapita Selekta Hukum Pidana, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung, hlm. 29-30. Lihat juga Barda Nawawi Arief, 2011, Bunga Rampai

Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), Cetakan Ketiga,

Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 27. 22

Ibid.

Page 32: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

22

Peraturan-peraturan hukum pidana dan sanksinya masuk dalam kategori

hukum pidana substantif, suatu prosedur hukum pidana masuk dalam kategori

hukum pidana formil dan suatu mekanisme pelaksanaan (pidana) masuk dalam

kategori hukum pelaksanaan pidana. Dengan demikian kebijakan hukum pidana

dalam arti luas mencakup ketiga kategori hukum pidana tersebut. L.H.C. Hulsman

mengatakan bahwa the sentencing sistem is the statutory rules relating to the

penal sanction and punishment.23

Dua hal yang terkait dalam definisi sistem

pemidanaan yaitu sanksi pidana dan pemidanaan.

Pemidanaan dalam arti luas merupakan proses pemberian atau penjatuhan

pidana oleh hakim. Sebagai suatu proses pemberian atau penjatuhan pidana,

maka pemidanaan pada dasarnya adalah suatu sistem. Sebagai suatu sistem, maka

sistem pemidanaan mencakup keseluruhan sistem perundang-undangan yang

mengatur bagaimana hukum pidana ditegakkan secara konkret sehingga seseorang

dijatuhi sanksi (hukum) pidana. Ini berarti bahwa semua aturan perundang-

undangan mengenai Hukum Pidana Substantif, Hukum Pidana Formal dan

Hukum Pelaksanaan Pidana dapat dilihat sebagai satu kesatuan sistem

pemidanaan.24

Dengan demikian eksistensi ketiga peraturan perundang-undangan tersebut

merupakan sub sistem dari sistem pemidanaan. Sistem pemidanaan

dioperasionalisasikan melalui suatu mekanisme Sistem Peradilan Pidana. Muladi

mengatakan bahwa di dalam Sistem Peradilan Pidana terkandung gerak sistemik

dari sub-sub sistem pendukungnya yaitu Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan

23

Ibid., hlm. 144. 24

Ibid.

Page 33: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

23

Lembaga Koreksi (Lembaga Pemasyarakatan) yang secara keseluruhan

merupakan satu kesatuan (totalitas) yang berusaha mentransformasikan masukan

(input) menjadi keluaran (out put) yang menjadi tujuan Sistem Peradilan Pidana

berupa resosialisasi pelaku tindak pidana (jangka pendek), pencegahan kejahatan

(jangka menengah) dan kesejahteraan sosial (jangka panjang).25

Secara sistematis jalinan antara sistem pemidanaan dan sistem peradilan

pidana dapat dibuat bagan sebagai berikut:

25

Ibid. Dikutip dari Muladi, 1995, Kapita Selekta Peradilan Pidana, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang, hlm. 1

Page 34: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

24

Gambar 2.1. Jalinan Keterkaitan Antara Sistem Pemidanaan dan Sistem

Peradilan Pidana26

Hukum Pidana Substantif memuat aturan-aturan yang menetapkan dan

merumuskan perbuatan-perbuatan yang dapat dipidana, aturan-aturan yang

memuat syarat-syarat untuk menjatuhkan pidana dan ketentuan mengenai

26

Ibid. Dikutip dari Eko Soponyono, 2010, Kebijakan Sistem Pemidanaan Yang

Berorientasi Pada Korban, Disertasi, Program Doktor Ilmu Hukum (PDIH) Fakultas Hukum

Universitas Diponegoro (Undip), Semarang.

SISTEM PEMIDANAAN

HUK. PID. FORMAL HUK. PELKS. PID. HUK. PID. SUBST.

SIS. PERD. PID (SPP)

PENGADILAN LEMB. PEMASY KEPOL. & KEJKS

RESOS PEL. TP.

PENCEGAHAN KEJAHATAN

KESEJAHTERAAN SOSIAL

Page 35: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

25

pidana.27

Hukum pidana formal mengatur kekuasaan negara dengan perantaraan

alat-alat perlengkapannya melaksanakan untuk mengenakan pidana.28

Hukum Pelaksanaan Pidana memuat ketentuan-ketentuan yang

memungkinkan penjatuhan sanksi pidana itu dilakukan. Peraturan perundang-

undangan pidana tidak dapat beroperasi dengan sendirinya, karena dia hanya

dapat beroperasi melalui orang. Untuk itu dibutuhkan peraturan-peraturan yang

memungkinkan undang-undang pidana itu dilaksanakan. Mengenai hal ini Sudarto

mengatakan bahwa kita belum punya undang-undang pelaksanaan pidana (Straf-

vollzuggesetz) yang ada ialah Gestichtenreglement (Staatsblad 1917-708) yang

telah mendapat perubahan dan Dwang opvoeding-regeling (staatsblad 1917-741)

dan voorzievingen betreffende Landswerkinrichtingen (Staatsblad 1936-160).

Aturan-aturan tersebut merumuskan mengenai pelaksanaan pidana penjara,

kurungan, tindakan terhadap anak yang melakukan tindak pidana di bawah umur

16 tahun dan tindakan terhadap tuna karya yang malas bekerja dan tanpa

penghasilan mengganggu ketertiban umum dengan meminta-minta dan

bergelandangan atau tindak laku yang asosial. Sudarto berasumsi, bila jenis-jenis

pidana dalam konsep KUHP baru disetujui dan ditetapkan menjadi undang-

undang dan apabila saat itu tidak sekaligus ada undang-undang pelaksanaan

pidana, maka akan timbul kekisruhan dalam pelaksanaannya dan efek yang

27

Ibid. Dikutip dari Sudarto, 1990, Hukum Pidana I, Penerbit Universitas Diponegoro,

Semarang, hlm. 10. 28

Ibid.

Page 36: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

26

dikehendaki dengan terbentuknya Undang-Undang Nasional tersebut akan sama

sekali tidak ada, bahkan mungkin akan berefek buruk.29

Kebijakan sistem pemidanaan merupakan bagian dari kebijakan hukum

pidana oleh karenanya dia juga merupakan usaha mewujudkan perundang-

undangan pidana yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan

untuk masa-masa yang akan datang. Dengan demikian kebijakan sistem

pemidanaan juga merupakan bagian dari pembaharuan hukum pidana.

Barda Nawawi Arief mengemukakan, bahwa hakikat pembaharuan

hukum pidana mengandung makna suatu upaya untuk melakukan reorientasi dan

reformasi hukum pidana yang sesuai dengan nilai-nilai sentral sosio-politik, sosio-

filosofik dan sosio-kultural masyarakat Indonesia yang melandasi kebijakan

sosial, kebijakan kriminal dan kebijakan hukum di Indonesia. Secara singkat

dapatlah dikatakan bahwa pembaharuan hukum pidana dan hakikatnya harus

ditempuh dengan pendekatan yang berorientasi pada kebijakan ("policy-oriented

approach") dan sekaligus pendekatan yang berorientasi pada nilai (''value-

oriented approach") kebijakan pemidanaan. Barda Nawawi Arief tegaskan bahwa

pembaharuan Hukum Pidana harus dilakukan dengan pendekatan kebijakan,

karena memang pada hakikatnya ia hanya merupakan bagian dari suatu langkah

kebijakan atau "policy" (yaitu bagian dari politik hukum/penegakan hukum,

politik hukum pidana, politik kriminal dan politik sosial). Di dalam setiap

kebijakan (policy) terkandung pula pertimbangan nilai. Oleh karena itu

29

Ibid, hlm. 59-60.

Page 37: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

27

pembaharuan hukum pidana harus pula berorientasi pada pendekatan nilai.30

Sudah barang tentu terhadap kebijakan sistem pemidanaan pun harus perlu

berorientasi pada pendekatan nilai. Meskipun Sudarto tidak memberikan definisi

pembaharuan hukum pidana, namun dalam salah satu tulisan beliau yang

membahas "Makna Pembaharuan Hukum Pidana" diuraikan, apabila hukum

pidana dipandang secara fungsional, dalam arti bagaimana perwujudan dan

bekerjanya hukum pidana itu dalam masyarakat, maka dapat dilihat adanya tiga

fase, ialah:

a) pengancaman pidana terhadap perbuatan (yang tidak disukai) oleh

pembentukan undang-undang;

b) penjatuhan pidana kepada seseorang (korporasi) oleh hakim atas

perbuatan yang dilakukan oleh orang (korporasi) tersebut;

c) pelaksanaan pidana oleh aparat eksekusi pidana (misalnya lembaga

pemasyarakatan) atas orang yang telah dijatuhi pidana tersebut.31

Tentang pembaharuan hukum pidana, Sudarto katakan, bahwa tidak hanya

meliputi hukum pidana materiil (substantif) saja, meskipun harus diakui, bahwa

bagian hukum pidana yang memuat pengancaman dengan pidana terhadap suatu

perbuatan orang (korporasi) merupakan bagian yang penting. Kriminalisasi

perbuatan-perbuatan yang tidak disukai masyarakat dan penentuan syarat-syarat

apa yang harus dipenuhi sebelum seseorang dapat dipidana beserta pengancaman

pidananya merupakan masalah yang sangat penting dan tidak mudah, yang

kadang-kadang tidak disadari benar oleh kebanyakan orang. Dengan demikian,

30

Ibid. Dikutip dari Barda Nawawi Arief, Op.Cit., hlm. 32. 31

Ibid. Dikutip dari Sudarto, Op.Cit., hlm. 62.

Page 38: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

28

pembaharuan hukum pidana yang menyeluruh harus meliputi pembaharuan

hukum pidana materiil (substantif), hukum pidana formil dan hukum pelaksanaan

pidana.32

B. Tinjauan Umum Tentang Hukum Pidana dan Tindak Pidana

1. Pengertian Hukum Pidana

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa hukum pidana merupakan

hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh undang-

undang beserta sanksi pidana yang dapat dijatuhkannya kepada pelaku.33

Seorang

ahli hukum lain memberikan pengertian luas terhadap hukum pidana, misalnya

Moeljatno dapat dikemukakan bahwa hukum pidana adalah sebagai berikut :

a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang

dilarang dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu

bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.

b. Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah melanggar

larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhkan pidana sebagaimana

yang telah diancamkan.

c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan

apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.

Hukum pidana dapat didefinisikan sebagai aturan hukum, yang

mengikatkan kepada suatu perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu suatu

akibat yang berupa pidana. Jadi pada dasarnya Hukum Pidana berpokok pada 2

(dua) hal :

32

Ibid. Dikutip dari Sudarto, Ibid, hlm. 63 dan 107. 33

BambangWaluyo, 2004, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 6.

Page 39: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

29

a. Perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu.

Perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu dengan “perbuatan yang

memenuhi syarat-syarat tertentu” itu dimaksudkan perbuatan yang dilakukan

oleh orang, yang memungkinkan adanya pemberian pidana. Perbuatan

semacam itu dapat disebut “perbuatan yang dapat dipidana” atau disingkat

“perbuatan jahat” (Verbrechen atau crime). Oleh karena dalam “perbuatan

jahat” ini harus ada orang yang melakukanya maka persoalan tentang

“perbuatan tertentu” itu diperinci menjadi dua, ialah perbuatan yang dilarang

dan orang yang melanggar larangan itu.

b. Pidana

Yang dimaksud dengan pidana ialah penderitaan yang sengaja dibebankan

kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat

tertentu itu. Di dalam hukum pidana modern, pidana ini juga meliputi apa

yang disebut “tindakan tata tertib” (tuchtmaatregel, masznahme). Di dalam

ilmu pengetahuan hukum adat, Ter Haar memakai istilah (adat) reaksi. Di

dalamKUHP yang sekarang berlaku jenis-jenis pidana yang dapat diterapkan

tercantum dalam pasal 10 KUHP dst.34

2. Pembagian Hukum Pidana

Hukum Pidana dapat dibagi sebagai berikut :35

a. Hukum Pidana Materiil

34

Sudarto, 2009, HukumPidana I, YayasanSudarto d/a FakultasHukumUndip, Semarang,

hlm 14. 35

SitiSoetami, 2007, Pengantar Tata Hukum Indonesia, PT RefikaAditama, Bandung,

hlm 63.

Page 40: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

30

Hukum Pidana Materiil mengatur apa, siapa, dan bagaimana orang dapat

dihukum. Dapat dikatakan Hukum Pidana Materiil mengatur rumusan dari

kejahatan dan pelanggaran serta syarat-syarat bila seseorang dapat dihukum.

Hukum Pidana Materiil memuat aturan-aturan yang menetapkan dan

merumuskan perbuatan-perbuatan yang dapat dipidana, aturan-aturan yang

memuat syarat-syarat untuk dapat menjatuhkan pidana dan ketentuan

mengenai pidana. KUH Pidana memuat aturan-aturan hukum Pidana

Materiil.36

b. Hukum Pidana Formil

Hukum Pidana Formil atau disebut juga Hukum Acara Pidana, memuat

peraturan-peraturan tentang bagaimana memelihara dan mempertahankan

Hukum Pidana Materiil.

c. Hukum Pelaksanaan Pidana

Hukum pelaksanaan pidana atau hukum penitensier adalah keseluruhan

ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang berisi tentang cara

bagaimana melaksanakan putusan hakim terhadap seseorang yang memiliki

status sebagai terhukum. Hukum penitensier adalah hukum yang berkenaan

dengan tujuan daya kerja dan organisasi dari lembaga-lembaga pemidanaan.

Secara harfiah hukum penitensier itu dapat diartikan sebagai suatu

keseluruhan dari norma-norma yang mengatur masalah pidana dan

pemidanaan. Tujuanya adalah apa yang ingin dicapai orang dengan

36

Sudarto, 2009, HukumPidana I, YayasanSudarto d/a FakultasHukumUndip, Semarang,

hlm 15.

Page 41: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

31

pemidanaanya itu yaitu melalui suatu organisasi.37

Sumber hukum penitensier

(pasal 10 KUHP) yang berbunyi pidana terdiri atas :38

- Pidana pokok (pidana mati, penjara, kurungan, denda)

- Pidana tambahan (pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang

tertentu, pengumuman putusan hakim)

3. Sumber Hukum Pidana

Sumber hukum pidana di Indonesia terdiri dari :

a. Tertulis

1) KUHP (beserta Undang-Undang yang merubah dan menambahya)

2) Undang-Undang Pidana di luar KUHP

3) Ketentuan pidana dalam peraturan perundang-undangan non-pidana

b. Tidak Tertulis

1) Hukum Pidana Adat. Untuk beberapa daerah masih diperhitungkan juga

2) MvT (Memorie van Toelicting) = Memori Penjelasan KUHP.

Sumber hukum yang merupakan asal atau tempat untuk mencari dan

menemukan hukum. Menurut Soedarto sumber hukum pidana Indonesia adalah

sebagai berikut:39

37 http://bukupidana.blogspot.co.id/2013/11/hukum-penitensier.html diakses pada 26

Februari 2018 pukul 20:14 WIB 38 https://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-penitensier/ diakses pada

26 Februari 2018 pukul 20:14 WIB 39

Ibid, hlm.23 – 27.

Page 42: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

32

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Sumber utama hukum pidana Indonesia adalah hukum yang tertulis

Induk peraturan hukum pidana positif adalah KUHP, yang nama aslinya

adalah Wetboek van Strafrecht voor nederlandsch indie (W.v.S), sebuah Titah

Raja (Koninklijk Besluit) tanggal 15 Oktober 1915 No. 33 dan mulai berlaku

sejak tanggal 1 Januari 1918. KUHP atau W.v.S.v.N.I. KUHP ini merupakan

turunan dari Wetboek van Strafrecht Negeri Belanda, yang selesai dibuat

tahun 1881 dan mulai berlaku pada tahun 1886 tidak seratus persen sama,

melainkan diadakan penyimpangan-penyimpangan menurut kebutuhan dan

keadaan tanah jajahan Hindia Belanda dulu, akan tetapi asas-asas dan dasar

filsafatnya tetap sama. KUHP yang sekarang berlaku di Indonesia setelah

Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17-8-1945 mendapat perubahan-perubahan

yang penting berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1942, Pasal 1

berbunyi:

“Dengan menyimpang seperlunya dari Peraturan Presiden RI

tertanggal 10 Oktober 1945 No. 2 menetapkan, bahwa peraturan hukum

pidana yang sekarang berlaku ialah peraturan-peraturan hukum pidana

yang ada pada tanggal 8 Maret 1942”.

Berarti bahwa teks resmi (yang sah) untuk KUHP kita adalah Bahasa

Belanda. Sementara itu Pemerintah Hindia Belanda yang pada tahun 1945

kembali lagi ke Indonesia, setelah mengungsi selama zaman pendudukan

Jepang (1942-1945) juga mengadakan perubahan - perubahan terhadap W.v.S.

v.N.I. (KUHP), misalnya dengan Staat-blad 1945 No. 135 tentang ketentuan-

ketentuan sementara yang luar biasa mengenai hukum pidana Pasal 570.

Sudah tentu perubahan-perubahan yang dilakukan oleh kedua pemerintahan

Page 43: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

33

yang saling bermusuhan itu tidak sama, sehingga hal ini seolah-olah atau pada

hakekatnya telah menimbulkan dua buah KUHP yang masing-masing

mempunyai ruang berlakunya sendiri-sendiri. Jadi boleh dikatakan ada

dualisme dalam KUHP (peraturan hukum pidana). Guna melenyapkan

keadaan yang ganjil ini, maka dikeluarkan UU No. 73 Tahun 1958 yang antara

lain menyatakan bahwa UU RI No. 1 Tahun 1946 itu berlaku untuk seluruh

wilayah Indonesia. Dengan demikian perubahan-perubahan yang diadakan

oleh Pemerintah Belanda sesudah tanggal 8 Maret 1942 dianggap tidak

ada.KUHP itu merupakan kodifikasi dari hukum pidana dan berlaku untuk

semua golongan penduduk, dengan demikian di dalam lapangan hukum

pidana telah ada unifikasi. Sumber hukum pidana yang tertulis lainnya adalah

peraturan-peraturan pidana yang diatur di luar KUHP, yaitu peraturan-

peraturan pidana yang tidak dikodifikasikan, yang tersebar dalam peraturan

perundang-undangan hukum pidana lainnya.

2. Hukum pidana adat

Di daerah-daerah tertentu dan untuk orang-orang tertentu hukum pidana

yang tidak tertulis juga dapat menjadi sumber hukum pidana. Hukum adat

yang masih hidup sebagai delik adat masih dimungkinkan menjadi salah satu

sumber hukum pidana, hal ini didasarkan kepada Undang-Undang Darurat No.

1 Tahun 1951 (L.N. 1951-9) Pasal 5 ayat (3) sub b. Dengan masih berlakunya

hukum pidana adat (meskipun untuk orang dan daerah tertentu saja) maka

sebenarnya dalam hukum pidana pun masih ada dualisme, namun harus

disadari bahwa hukum pidana tertulis tetap mempunyai peranan yang utama

Page 44: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

34

sebagai sumber hukum. Hal ini sesuai dengan asas legalitas yang tercantum

dalam Pasal 1 KUHP.

3. Memorie van Toelichting (Memori Penjelasan KUHP)

MvT adalah penjelasan atas rencana undang-undang pidana, yang

diserahkan oleh Menteri Kehakiman Belanda bersama dengan Rencana

Undang-Undang itu kepada Parlemen Belanda. RUU ini pada tahun 1881

disahkan menjadi UU dan pada tanggal 1 September 1886 mulai berlaku. MvT

masih disebut-sebut dalam pembicaraan KUHP karena KUHP ini adalah

sebutan lain dari WvS untuk Hindia Belanda. WvS Hindia Belanda

(W.v.S.N.I.) ini yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 1918 itu adalah copy

dari Wvs Belanda tahun 1886. Oleh karena itu MvT dari WvS Belanda tahun

1886 dapat digunakan pula untuk memperoleh penjelasan dari pasal-pasal

yang tersebut di dalam KUHP yang sekarang berlaku.

4. Jenis-jenis Sanksi Pidana

Hukum pidana Indonesia mengenal 2 (dua) jenis sanksi pidana yang diatur

dalam Pasal 10 KUHP yakni :

a. Pidana Pokok;

1) Pidana mati

2) Pidana penjara

3) Pidana kurungan

4) Pidana denda

b. Pidana Tambahan;

1) Pencabutan hak-hak tertentu

Page 45: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

35

2) Perampasan barang-barang tertentu

3) Pengumuman putusan hakim

Menurut Tolib Setiady perbedaan pidana pokok dan pidana tambahan adalah

sebagai berikut:40

1. Pidana tambahan hanya dapat ditambahkan kepada pidana pokok, kecuali

dalam hal perampasan barang-barang tertentu terhadap anak-anak yang

diserahkan kepada pemerintah. (Pidana tambahan ini ditambahkan bukan

kepada pidana pokok melainkan pada tindakan).

2. Pidana tambahan tidak mempunyai keharusan sebagaimana halnya pidana

pokok, sehingga sifat dari pidana tambahan ini adalah fakultatif (artinya

bisa dijatuhkan maupun tidak). (Hal ini dikecualikan terhadap kejahatan

sebagaimana tersebut tersebut dalam ketentuan Pasal 250, 261 dan Pasal

275 KUHP menjadi bersifat imperatif atau keharusan).

5. Pengertian Tindak Pidana

Dalam bahasa Belanda straafbaarfeit terdapat dua unsur pembentuk kata,

yaitu straafbaar dan feit. Perkataan feit dalam bahasa Belanda diartikan

sebagian dari kenyataan, sedang strafbaar berarti dapat dihukum, sehingga

secara harfiah perkataan strafbaarfeit berarti sebagian dari kenyataan yang

dapat dihukum.41

40

Tolib Setiady, 2010, Pokok-Pokok Hukum Penitensier Indonesia, Alfabeta, Bandung,

hlm. 77. 41

EviHartanti, 2012, TindakPidanaKorupsiEdisiKedua, SinarGrafika, Jakarta, hlm 5.

Page 46: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

36

Pengertian dari perkataan strafbaarfeit:

1. Simons

Dalam rumusanya strafbaarfeit itu adalah “Tindakan melanggar

hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan

sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas

tindakannya dan oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan

yang dapat dihukum.”42

Menurut Sudarto unsur-unsur straafbarfeit

adalah :43

a. Perbuatan manusia (positif atau negatif; berbuat atau tidak berbuat

atau membiarkan),

b. Diancam dengan pidana (stratbaar gesteld)

c. Melawan hukum (onrechtmatig)

d. Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband staand)

e. Oleh orang yang mampu bertanggug jawab (toerekeningsvatbaar

person).

2. E. Utrecht

Menerjemahkan strafbaarfeit dengan istilah peristiwa pidana yang

sering ia sebut delik, karena peristiwa itu suatu perbuatan handelen atau

doen positif atau suatu melalaikan nalaten-negatif maupun akibatnya

(keadaan yang ditimbulkan karena perbuatan atau melalaikan itu).44

42

Ibid, hlm 5 43

Sudarto, 2009, HukumPidana I, YayasanSudarto d/a FakultasHukumUndip, Semarang,

hlm 68. 44

EviHartanti, 2012, TindakPidanaKorupsiEdisiKedua, SinarGrafika, Jakarta, hlm 6

Page 47: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

37

Tindak pidana merupakan suatu pengertian dasar dalam Hukum

Pidana. Tindak pidana adalah suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan

istilah “perbuatan jahat” atau “kejahatan” yang bisa diartikan secara yuridis

hukum atau secara kriminologis.

Pengertian dari tindak pidana tidak ada kesatuan pendapat di antara

para sarjana. Di Indonesia, sesudah Perang Dunia II persoalan ini di angkat

oleh Muljatno, guru besar Hukum Pidana Universitas Gajah Mada dalam

pidato beliau pada dies natalis universitas tersebut pada tahun 1955 yang

berjudul “perbuatan pidana dan pertanggungan jawab dalam hukum pidana”.

Beliau membedakan dengan tegas “ dapat dipidananya perbuatan” ( de

straafbarheid van heit feit atau het verboden zijr van het feit). Dan “dapat

dipidananya orangnya” ( straffbarheid van den persoon), dan sejalan dengan

ini beliau memisahkan antara pengertian “perbuatan pidana” ( criminal act )

dan “pertanggunganjawab pidana” ( criminal responsibility atau criminal

liability). Dalam pidato dies natalis tersebut di atas beliau memberi arti

kepada “perbuatan pidana” sebagai “perbuatan yang dilarang dan diancam

dengan pidana, barangsiapa melanggar larangan tersebut”. Untuk adanya

perbuatan pidana harus ada unsur-unsur :

1. Perbuatan (manusia)

2. Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (ini merupakan syarat

formil), dan

Page 48: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

38

3. Bersifat melawan hukum (ini merupakan syarat materiil).45

Syarat formil harus ada karena adanya asas legalitas dalam Pasal 1

KUHP. Syarat materiil harus pula ada, karena perbuatan harus pula betul-

betul dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tidak boleh atau

tidak patut dilakukan, karena bertentangan dengan atau menghambat akan

tercapainya tata dalam pergaulan masyarakat yang dicita-citakan oleh

masyarakat itu.

Soedarto berpendapat untuk memungkinkan adanya pemidanaan

secara wajar, apabila diikuti pendirian Moeljatno, maka tidak cukup apabila

seseorang itu telah melakukan perbuatan pidana belaka, di samping itu pada

orang tersebut harus ada kesalahan dan kemampuan bertanggung jawab.46

C. Tinjauan Umum Tentang Contempt of Court

1. Pengertian Contempt of Court

Berdasarkan penjelasan umum butir 4 Undang-undang Nomor 14 Tahun

1985 tentang Mahkamah Agung tersebut di atas, maka pengertian Contempt of

Court adalah segala perbuatan, tingkah laku, dan atau ucapan yang dapat

merendahkan, merongrong kewibawaan, martabat, dan kehormatan badan

peradilan. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pengertiannya terutama

tertuju pada wibawa, martabat, dan kehormatan badan peradilan. Namun, karena

suatu lembaga adalah sesuatu yang abstrak, maka ketiga hal tesebut yaitu wibawa,

martabat, dan kehormatan akan tertuju kepada :

45

Sudarto, 2009, HukumPidana I, YayasanSudarto d/a FakultasHukumUndip, Semarang,

hlm 72 46

Ibid, hlm 73

Page 49: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

39

- Manusianya yang menggerakkan lembaga tersebut

- Hasil buatan lembaga tersebut

- Proses kegiatan dari lembaga tersebut47

.

Oleh karena itu apabila terdapat perbuatan-perbuatan atau tindak pidana yang

ditujukan terhadap tiga hal tersebut di atas, maka perbuatan tersebut dapat

dikategorikan sebagai tindak pidana terhadap proses peradilan (Contempt of

Court).

Adapun beberapa rumusan baru yang dikualifikasikn sebagai tindak

pidana terhadap proses peradilan (Contempt of Court) yang dimasukkan ke dalam

RUU KUHP, antara lain :48

a. Penasehat hukum yang dalam pekerjaanya memberikan bantuan hukum,

mengadakan kesepakatan dengan pihak lawan dari pihak yang dibantunya,

sedang patut diketahuinya bahwa perbuatan itu dapat merugikan kepentingan

yang dibantunya.

b. Penasehat hukum yang dalam pekerjaanya memberikan bantuan hukum untuk

memenangkan pihak yang dibantunya meminta imbalan dengan maksud

mempengaruhi secara melawan hukum saksi-saksi, saksi ahli, juru bahasa,

penyidik, penuntut umum atau hakim dalam perkara yang bersangkutan.

c. Seseorang yang menampilkan diri untuk orang lain sebagai peserta atau

pembantu tindak pidana, sehingga oleh karena itu dijatuhi pidana dan

menjalani pidana itu untuk orang lain

47

Padmo Wahyono, Contempt of Court Dalam Proses Peradlan di Indonesia, Dalam Era

Hukum No 1 Tahun 1 November 1987, hlm 22. 48

Position Paper Advokasi RUU KUHP Seri 2, Contempt of Court dalam

RancanganKUHP

Page 50: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

40

d. Seseorang yang menghina integritas hakim dalam menjalankan tugas

peradilan atau menyerang integritas atau sifat tidak memihak dari suatu

proses sidang peradilan.

e. Seseorang yang mengadakan publikasi atau memperkenankan dilakukanya

publikasi segala sesuatu yang menimbulkan akibat yang dapat mempengaruhi

sifat tidak memihak suatu proses sidang pengadilan.

f. Setiap saksi dan orang lain yang berkaitan dengan tindak pidana terorisme,

korupsi, hak-hak asasi manusia, atau pencucian uang yang menyebutkan

nama atau alamat pelapor atau hal-hal lain yang memberikan kemungkinan

dapat diketahuinya identitas pelapor dalam penyidikan dan pemeriksaan di

sidang pengadilan dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.

2. Jenis-Jenis Contempt of Court

c. Civil Contempt

Yaitu ketidakptuhan terhadap putusan atau perintah pengadilan, jadi

merupakan perlawanan terhadap pelaksanaan hukum (an offence against the

enforcement of justice), misal : menolak untuk mematuhi perintah pengadilan

(dalam perkara perdata) untuk menghentikan gangguan, untuk membayar

kerugian dan sebagainya. Civil contempt digunakan untuk menggamarkan

contempt yang disebabkan ketidakpatuhan terhadap perintah yang diberikan

oleh pengadilan dalam masalah perdata. Pelanggaran dalam civil contempt ini

disebabkan oleh kegagalan dari salah satu pihak yang berperkara untuk

melakukan atau melaksanakan perintah pengadilan agar mendapatkan

manfaat atau keuntungan dari pihak lainnya. Jadi maksud dari uraian di atas

Page 51: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

41

adalah tindakannya bukan melawan martabat pengadilan, tetapi juga

merugikan pihak yang lain, yang karena atas permintaan oleh pihak yang

dirugikan, maka pengadilan mengeluarkan perintah atau penetapan agar

supaya pihak yang menolak tersebut melaksanakan perintah pengadilan

tersebut dapat melakukan kewajibannya. Sanksi terhadap civil contempt ini

bersifat paksaan (coercive nature).49

d. Criminal Contempt

Yaitu perbuatan-perbuatan yang bertujuan mengganggu atau merintangi

penyelenggaraan peradilan pidana, jadi merupakan bentuk perlawanan

terhadap penyelenggaraan peradilan (an offence against the administration of

justice). Sanksi terhadap criminal contempt ini bersifat pidana (punitive

nature).50

Blacks Law Dictionary mendefinisikan criminal contempt sebagai

perbuatan atau tingkah laku yang tidak menghormati pengadilan dan proses

peradilannya yang bertujuan untuk merintangi, menghalangi, mengganggu

jalannya peradilan atau cenderung menyebabkan pengadilan tidak

dihormati.51

Dalam hal ini criminal contempt merupakan pelanggaran yang

terjadi atau tertuju pada pengadilan dan proses peradilannya. Berkaitan

dengan hal ini, Muladi menyebutkan bahwa criminal contempt merupakan

segala perbuatan yang cenderung untuk menghalangi proses administrasi

49

Barda Nawawi Arief, 2011,Perbandingan Hukum Pidana, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, hlm. 92. 50

Ibid, hlm. 92. 51

Position Paper Advokasi RUU KUHP Seri #2, Contempt of Court dalam Rancangan

KUHP.

Page 52: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

42

peradilan atau proses peradilan. Perbuatan tersebut dianggap menentang

lembaga yang sangat penting dalam memperjuangkan kepentingan umum.

Sanksi yang dapat djatuhkan terhadap pelaku criminal contempt adalah

sanksi yang bersifat menghukum (punitive). Di negara-negara common law,

pelaku yang melakukan contempt of court dapat dijatuhi pidana denda atau

pidana penjara. Tujuan dari pemidanaan pelaku criminal contempt adalah

untuk membuat dan memberi efek jera kepada pelaku dan agar orang lain

tidak melakukan pebuatan yang sama. Pentingya pemidanaan terhadap pelaku

criminal contempt adalah untuk melindungi kekuasan peradilan, martabat,

dan wibawa pengadilan yang dalam hal ini, negara, pemerintah, pengadilan,

dan masyarakat yang mempunyai kepentingan terhadap terselenggaranya

peradilan yang seharusnya (the due administration of justice).

Dalam literatur-literatur common law, criminal contempt secara singkat

sering disebut sebagai “offence against the administration of justice”. Barda

Nawawi Arief mengklasifikasikan bentuk-bentuk atau ruang lingkup criminal

contempt sebagai berikut:52

1) Gangguan di muka atau di dalam ruang sidang pengadilan

Contempt jenis ini biasa disebut sebagai contempt in the face of

court, direct contempt atau contempt in facie. Contempt jenis ini terjadi

secara langsung dalam ruang sidang pengadilan pada saat proses

peradilan sedang berlangsung. Dalam hal ini perbuatan yang terjadi di

muka atau di dalam ruang pengadilan saat persidangan sedang

52

Ibid

Page 53: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

43

berlangsung dapat terjadi pada setiap jenis peradilan, baik yang

dilakukan oleh para pihak, pengunjung atau penonton sidang, media atau

pers, atau bahkan aparat penegak hukumnya sendiri. Dalam criminal

contempt jenis ini, yang dilindungi adalah proses peradilannya karena

proses peradilan yang lancar diperlukan untuk melindungi hak-hak

masyarakat umum dengan diberikannya jaminan bahwa penyelenggaraan

peradilan tidak akan terganggu.

Perbuatan-perbuatan yang dapat digolongkan sebagai gangguan di

muka atau di dalam ruang sidang pengadilan, antara lain:

a. Menghina atau mengucapkan kata-kata yang menghina hakim saat

proses peradilan sedang berlangsung.

b. Setiap orang yang melakukan penyerangan langsung kepada saksi

yang sedang memberikan kesaksian dalam proses persidangan.

c. Saksi yang menolak menjawab pertanyaan saat proses peradilan.

2) Perbuatan-perbuatan untuk mempengaruhi proses peradilan yang tidak

memihak

Perbuatan-perbuatan yang termasuk criminal contempt jenis ini

terjadi di luar pengadilan, dan sering disebut sebagai contempt out of

court atau indirect contempt atau contempt ex facie. Perbuatan yang

tergolong dalam contempt jenis ini dantaranya melakukan ancaman,

intimidasi, penyuapan atau mencoba mempenaruhi dengan cara lain

tehadap hakim, juri, dan saksi, seperti:

Page 54: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

44

a) Melakukan komunikasi pribadi dengan hakim untuk mempengaruhi

putusannya.

b) Mengomentari di surat kabar, majalah, televisi mengenai suatu kasus

yang sedang berlangsung atau dalam proses persidangan.

c) Mempublikasikan sesuatu yang sifatnya memihak atau untuk

mempengaruhi proses peradilan yang sedang berlangsung atau yang

akan datang.

3) Perbuatan yang memalukan atau menimbulkan skandal bagi pengadilan

Scandalizing the court sebenarnya termasuk contempt out of court,

tetapi lebih khusus ditujukan untuk menurunkan wibawa, martabat hakim

atau pengadilan. Dalam scandalizing the court, terdapat prinsip mengenai

masalah pencemaran nama baik pengadilan dan untuk memelihara

suasana kehormatan pengadilan serta untuk melindungi masyarakat dari

percobaan yang berusaha untuk mengubah pengadilan menjadi hina atau

mempunyai citra yang buruk di mata masyarakat. Contempt by

scandalizing dinyatakan sebagai pemberitaan yang menugurangi

kekuasaan dan mempengaruhi tujuan peradilan.

Pemberitaan yang dipandang untuk mengurangi kepercayaan

masyarakat terhadap keputusan pengadilan karena materi yang

dipublikasikan bertujuan untuk mrendahkan kekuasaan pengadilan secara

keseluruhan atau hakim dengan menimbulkan perasaan was-was atas

integritas hakim dan kesusilaan, kehormatan, dan ketidakberpihakan

yang dilaksanakan oleh pengadilan. Contoh perbuatan yang termasuk

Page 55: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

45

scandalizing the court, misalnya menuduh hakim telah menyalahgunakan

jabatannya, telah berpihak atau telah mendapat tekanan-tekanan dari

pihak lain. Dalam hukum pidana positif Indonesia, tidak ada ketentuan-

ketentuan yang mengatur mengenai scandalizing the court kecuali kalau

menjurus ke masalah penghinaan atau fitnah.

4) Mengganggu pejabat pengadilan

Ketertiban hukum dapat tercapai dengan bebas dan mandirinya

kekuasaan peradilan termasuk para pejabat pengadilan. Masyarakat yang

berkepentingan terhadap keseimbangan dalam tatanan sosialnya,

mengharapkan pengadilan sebagai salah satu sarana untuk menjaga

keseimbangan dan ketertiban hukum dalam masyarakat. Oleh karena itu,

para pejabat pengadilan harus mendapat perlindungan dari hal-hal yang

dapat mengganggu tugas-tugasnya. Gangguan tersebut bisa berasal dari

para pihak yang terlibat di pengadilan atau dari pihak yang tidak terlibat

secara langsung.

5) Pembalasan terhadap perbuatan-perbuatan yang dilakukan selama proses

peradilan berjalan

Contempt jenis ini biasanya ditujukan terhadap saksi-saksi.

Pembalasan dendam ini dilakukan oleh pihak-pihak yang dijatuhi

hukuman oleh pengadilan atau oleh pihak yang tidak puas dengan

putusan pengadilan. Hal ini terjadi disebabkan pihak-pihak tersebut

mengira bahwa mereka dijatuhi hukuman karena laporan dan atau

pernyataan saksi-saksi yang mereka berikan memberatkan selama proses

Page 56: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

46

persidangan berlangsung. Perbuatanya biasanya berupa penyerangan

terhadap sakisi, mengancam, atau mengintimidasi saksi-saksi agar tidak

memberikan keterangan yang memberatkan sehingga membuat dijatuhi

hukuman lebih berat.

6) Pelanggaran kewajiban oleh pejabat pengadilan

Kekuasaan hukum berkenaan dengan kegiatan pemberian keadilan,

yang dalam hal ini dilaksanakan oleh pengadilan. Dalam setiap negara

hukum, setiap orang berhak mendapatkan keadilan apabila terjadi

penuntutan terhadapnya. Oleh karena itu, setiap pejabat peradilan harus

bersikap sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pelangaran kewajiban

oleh “king officer” merupakan “the oldest form of contempt”. Perbuatan-

perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran jenis ini

misalnya, petugas lembaga pemasyarakatan yang menahan dokumen atau

surat dari narapidana yang dikirimkan kepada pengacaranya. Secara

teoritis, pelanggaran ini dapat dilakukan oleh hakim, tapi sampai

sekarang belum pernah ada hakim yang disalahkan karena contempt of

court.

7) Pelanggaran oleh pengacara

Dalam melaksanakan tugasnya, pengacara tersebut terikat oleh

peraturan-peraturan dan etika profesi. Oleh karena itu, seorang pengacara

sebagai seorang professional harus selalu bertanggung jawab agar selalu

menhormati dan bersikap benar serta bersikap baik terhadap pejabat

Page 57: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

47

pengadilan, klien. Maupun lembaga peradilan itu sendiri. Contoh

contempt of court yang dilakukan oleh pegacara (advokat) adalah :

a) Mengadakan kesepakatan dengan pihak lawan dari pihak yang

dibantunya, sedangkan patut mengetahui bahwa perbuatan tersebut

dapat merugikan kepentingan dari pihak yang dibantunya; atau

b) Berusaha memenangkan pihak yang dibantunya, meminta imbalan

dengan maksud untuk mempengaruhi saksi, juru bahasa, penyidik,

penuntut umum, atau hakim dalam perkara yang bersangkutan.

3. Bentuk-Bentuk Contempt of Court

Selain pembagian criminal contempt dan civil contempt, contempt of court dalam

praktek sehari-hari dapat dibedakan menjadi :

a. Direct Contempt

Contempt of court jenis ini dilakukan para pihak yang hadir di pengadilan

dan terjadi di muka pengadilan dan pada saat sidang pengadilan sedang

berlangsung. Direct contempt adalah perbuatan yang dilakukan secara langsung

di hadapan atau di sekitar lingkungan pengadilan untuk mengganggu jalannya

proses peradilan yang berlangsung tertib.

b. Indirect Contempt

Indirect Contempt merupakan contempt of court yang terjadi di luar

pengadilan. Perbuatanya biasanya adalah ditujukan untuk menentang

administrasi peradilan dengan jalan melakukan perbuatan atau tidak berbuat

suatu tindakan. Indirect contempt dapat didefinisikan sebagai perbuatan yang

dilakukan tidak di depan pengadilan atau di sekitar pengadilan, tetapi

Page 58: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

48

bermaksud untuk merintangi atau menggagalkan administrasi peradilan dan

biasanya para pihak berkenaan dengan melalaikan atau penolakan para pihak

untuk mematuhi perintah yang sah, keputusan atau surat keputusan pengadilan

yang di berikan kepada para pihak untuk melaksanakan kewajibannya atau

tidak melakukan sesuatu sesuai dengan keputusan atau surat keputusan dari

pengadilan.

4. Bentuk-Bentuk Konstitutif Contempt of Court

Selain pembedaan seperti yang telah disebutkan di atas, terdapat juga bentuk-

bentuk konstitutif dari perbuatan pidana Contempt of Court, yaitu :53

a. Misbehaving in court

Ketentuan ini berkaitan dengan perbuatan atau tingkah laku yang secara

tidak tertib, memalukan, merugikan, menggaggu jalannya proses peradilan

yang seharusnya dari pengadilan. Pelanggaran jenis ini termasuk pelanggaran

terhadap hakim, terdakwa yang melakukan pemukulan kepada saksi, tidak

menghormati majelis hakim saat memasuki ruang sidang dengan cara berdiri

saat majelis hakim memasuki ruangan, ataupun penasehat hukum yang tidak

menunjukkan sikap hormat terhadap pengadilan. Dengan demikian,

misbehaving in court merupakan suatu pelanggaran ataupun gangguan terhadap

pelaksanaan dari proses peradilan.

Berkenaan dengan misbehaving in court, hakim ketua yang mempunyai

kewenangan untuk menjaga ketertiban persidangan memiliki kekuasaan untuk

memperingatkan orang yang melakukan perbuatan yang tidak sopan

53

Oemar Seno Adjie, Contempt of Court(Suatu pemikiran), Bahan Prasarana dalam

seminar tentang Contempt of Court, IKAHI 24 Maret 1987 hlm 125, BPHN, Naskah Akademis

Peraturan Perundang-Undangan Tentang Contempt of Court, tahun 1989/1990, hlm 31-33.

Page 59: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

49

(misbehaving in court). Di samping itu, apabila perbuatan tidak sopan itu

merupakan perbuatan pidana, maka terhadap pelakunya dapat dianggap

melakukan perbuatan pidana contempt of court.

b. Disobeying a Court Order

Ketentuan ini mengatu mengenai pemidanaan terhadap setiap orang yang

tidak mentaati perintah pengadilan. Disobeying a court order (tidak mematuhi

perintah pengadilan) dirumuskan sebagai suatu perbuatan atau tingkah laku

yang tidak mentaati perintah yang dapat merendahkan kekuasaan, kewibawaan,

dan kehormatan pengadilan. Perbuatan yang dikualifikasi sebagai disobeying a

court order terjadi apabila perbuatan yang seharusnya dilakukan atau tidak

dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang yang diperintahkan atau diminta

oleh pengadilan dalam menjalankan fungsinya tidak dapat dipenuhi oleh

seseorang yang diperintahkan itu.

c. The Sub Judice Rule

The sub judice rule ialah salah suatu aturan umum (general rule) yang

menyatakan bahwa tidak diperbolehkan pubikasi untuk mencampuri peradilan

yang bebas dan tidak memihak untuk suatu kasus yang sedang atau akan

diperiksa di pengadilan. The sub judice rule dilaksanakan berdasarkan the

prejudgement prnciple, yaitu prinsip untuk melindungi kekuasaan mandiri dari

pengadilan dalam memutuskan masalah-masalah atau perkara yang diperiksa

di pengadilan dan the pressure principle, yaitu prinsip untuk melindungi

warga masyarakat untuk memasuki sistem hukum tanpa rintangan.

Page 60: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

50

Di negara-negara yang menganut sistem common law yang peradilannya

menggunakan sistem juri, the sub judice rule dilaksanakan berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan bahwa :

1) Juri mudah terpengaruh dengan pemberitaan-pemberitaan mengenai

jalannya peradilan dimana mereka menjadi anggota panel.

2) Beberapa pemberitaan harus dibatasi untuk memaksimalkan resiko bahwa

mereka (juri) mungkin akan dibelokkan (dialihkan) dari tugas mereka

untuk menentukan semata-mata menurut hukum dan bukti-bukti yang

dihadapkan di ruang pengadilan.

Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa pemberitaan-pemberitaan akan

mempengaruhi putusan akhir dari juri, yang pada akhirnya akan menurunkan

kualitas keputusan yang diambil dan mengurangi kepercayaan masyarakat

terhadap lembaga peradilan.

Pelanggaran the sub judice rule ini dapat dihindari apabila dalam

mengadakan pemberitaan atau komentar itu dilakukan secara wajar dan tidak

memihak yang merupakan hasil investigasi yang akurat (fair and accurate

reporting). Oleh karena itu, untuk menghindari adanya trial by the press

dalam pemberitaan dan komentarnya, media massa tidak seharusnya

membuat berita yang sifatnya mendahului (prejudicial) atau memberikan

ilustrasi yang menggambarkan bahwa tersangka atau terdakwa tidak

mempunyai kesalahan sama sekali sebelum adanya keputusan yang pasti. The

sub judice rule ialah suatu aturan umum (general rule) yang menyatakan

bahwa tidak diperbolehkan publikasi untuk mencampuri peradilan yang

Page 61: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

51

bebas dan tidak memihak untuk uatu kasus yang sedang atau akan di periksa

di pengadilan.

d. Obstructing Justice

Jenis perbuatan pidana contempt of court ini merupakan suatu perbuatan

yang ditujukan ataupun yang mempunyai efek memutarbalikkan,

mengacaukan fungsi yang seharusnya dalam suatu proses peradilan.

Obstructing justice (megganggu proses peradilan) merupakan gangguan

terhadap proses peradilan dimana terdapat usaha untuk mengurangi kebaikan

(fairness) ataupun efisiensi dari proses peradian maupun terhadap lembaga

peradilan. Perbutan pidana contempt of court ini dapat berbentuk

penentangan terhadap perintah pengadilan secara terbuka maupun penyuapan

terhadap saksi atau mengancam saksi agar tidak memberikan keterangan

ataupun memberikan keterangan palsu saat dimintai keterangannya dalam

proses peradilan.

e. Scandalizing the Court

Contempt by scandalizing the court dinyatakan sebagai pemberitaan yang

cenderung untuk mengurangi kekuasaan dan mempunyai tujuan untuk

mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pengadilan dan keputusan

pengadilan karena masalah publikasi yang bertujuan untuk merendahkan atau

menurunkan kekuasaan pengadilan secara keseluruhan atau menyatakan

keraguan atas integritas, kehormatan dan imparsialitas hakim dalam

menjalankan tugasnya.

Page 62: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

52

D. Contempt of Court dalam Perspektif Hukum Islam

Dalam ajaran Islam diyakini bahwa hukum bersumber pada Al-qur’an dan

Hadist. Segala persoalan hukum yang timbul hendaknya dapat diselesaikan

dengan dengan merujuk pada kedua sumber tersebut. Untuk menyampaikan

aturan-Nya itu Allah mengutus Rasul.Setelah Rasul wafat, urusan hukum dan

peradilan diserahkan pada penguasa (ula-al-amri). Peranan para mujtahid ini

begitu besar karena telah menjadi pembuat hukum atau pemberi keputusan dalam

masalah-masalah hukum yang baru dan tidak pernah dijelaskan ketentunnya

dalam Al-qur’an dan Hadist. Hakim sebagai orang yang melakukan ijtihad

disyaratkan harus memiliki pengetahuan yang luas untuk memahami apa yang

dinyatakan Allah dalam Al-qur’an dan yang dijelaskan Rasul-Nya.

Dalam ajaran islam diyakini Allah SWT, adalah satu-satunya yang berhak

menetapkan hukum. Sedangkan kedudukan manusia sebagai hakim hanyalah

sebagai pelaksana dari sebagian tugas yang ditetapkan Allah dalam bidang hukum

dan peradilan. Dengan demikian, jika Islam menempatkan kedudukan hakim

sebagai jabatan terhormat. Ia bukan saja sebagai orang yang dipercaya oleh

pemguasa di dunia, tetapi ia juga dipercaya oleh Allah untuk bertindak sebagai

wakil-Nya di muka bumi dalam bidang hukum dan peradilan.

Dengan kedudukanya yang demikian, seorang hakim harus memiliki

wibawa dan kharisma di mata orang lain terutama para pencari keadilan.

Sebaliknya, setiap pencari keadilan juga harus menghormati lembaga pengadilan (

sebagai tempat dilaksanakannya hukum Allah dan Sunnah Rasul-Nya) dan hakim.

Sikap tidak menghormati hakim dan merendahkannya berati juga tidak

Page 63: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

53

menghormati kepala negara dan sekaligus tidak menghormati Allah sebagai

pembuat aturan hukum.54

Sebagaimana berdasarkan firman Allah SWT dalam QS.

An-Nisa’/4 Ayat 59 yang berbunyi :

ر منكمأ مأ سىل وأولي ٱلأ وأطيعىا ٱلر ا أطيعىا ٱلل أيها ٱلذين ءامنى ي

منىن بٱلل سىل إن كنتمأ تؤأ وٱلر وه إلى ٱلل ء فرد تمأ في شيأ زعأ فئن تن

ويلا سن تأأ ر وأحأ لك خيأ خر ذ م ٱلأ يىأ ٩٥وٱلأ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),

dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang

sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),

jikakamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian

itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”55

Berdasarkan pada ayat tersebut, maka contempt of court merupakan

perbuatan yang dilarang oleh Allah karena mentaati perintah Imam adalah lebih

baik akibatnya.

Dalam Islam dikenal adanya prinsip peradilan bebas, prinsip ini berkaitan

erat dengan prinsip keadilan dan persamaan. Dalam nomokrasi Islam, seorang

hakim memiliki kewenangan yang bebas dalam makna setiap putusan yang dia

ambil tidak terpengaruh oleh siapapun. Hakim wajib menerapkan prinsip keadilan

dan persamaan terhadap siapapun. Seorang yuris Islam terkenal Abu Hanifah

berpendapat bahwa kekuasaan kehakiman harus memiliki kebebasan dari segala

54

Faturrahman Djamil, “Tinjuan Hukum Islam terhadap Masalah Contempt of Court”

Mimbar Hukum, No. 151994 hlm 54-55. 55

QS. An-Nisa’ /4 Ayat 59, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang.

Page 64: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

54

macam bentuk tekanan dan campur tangan kekuatan eksekutif, bahkan kebebasan

tersebut mencakup pula wewenang hakim untuk menjatuhkan putusannya pada

seorang penguasa apabila ia melanggar hak-hak rakyat. Prinsip peradilan bebas

dalam Nomokrasi Islam bukan hanya sekedar ciri bagi suatu negara hukum tetapi

dia juga merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan bagi setiap hakim.

Peradilan bebas merupakan syarat bagi tegaknya prinsip keadilan dan persamaan

hukum. Dalam Nomkrasi Islam, hakim memiliki kedudukan yang bebas dari

pengaruh siapapun. Hakim bebas pula menentukan da menetapkan putusannya

bahkan dia memiiki suatu kewenangan untuk melakukan ijtihad dalam

menegakkan hukum.

Prinsip peradilan bebas dalam Nomokrasi Islam tidak boleh bertentangan

dengan tujuan Hukum Islam, jiwa Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam melaksanakan

prinsip peradilan bebas, hakim wajib memperhatikan juga prinsip amanah, karena

kekuasaan kehakiman yang berada di tangannya adalah pula suatu amanah dari

rakyat kepada hakim yang wajib di jaga dan dipelihara sebaik- baikya. Sebelum

hakim membuat dan menetapkan putusannya wajib bermusyawarah dengan

koleganya agar dapat dicapai putusan yang seadil-adilnya. Putusan yang adil

merupakan tujuan utama dari kekuasan kehakiman yang bebas.

Page 65: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

55

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kebijakan Hukum Pidana terhadap Tindak Pidana yang Menghambat

Proses Peradilan (Contempt of Court) dalam Hukum Pidana Positif saat

ini

Apabila dilihat keberadaan Contempt of Court di Indonesia terdapat dalam

penjelasan umum butir 4 UU No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung yang

menyebutkan: “Untuk dapat lebih menjamin terciptanya suasana yang sebaik-

baiknya bagi penyelenggaraan peradilan guna penegakkan hukum dan keadilan

berdasarkan Pancasila, maka perlu dibuat suatu undang-undang yang mengatur

penindakan terhadap perbuatan, tingkah laku, sikap dan atau ucapan yang dapat

merendahkan kewibawaan, martabat dan kehormatan badan peradilan yang

dikenal sebagai Contempt of Court.

Dalam hukum pidana Indonesia dikenal adanya kitab undang - undang

hukum pidana (KUHP) yang berfugsi sebagai ketentuan materil. Sedangkan

dalam pelaksanaanya didasarkan pada ketentuan yang terkandung dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) merupakan induk dari kitab hukum pidana yang hingga kini tetap

berlaku sebagai hukum positif di Indonesia. Dari bentuk aslinya, Wetboek Van

Strafrechts mulai berlaku di Belanda pada tahun 1886, kemudian tanggal 15

Oktober 1915 lewat titah raja Belanda diusulkan diberlakukan di Indonesia. Di

Page 66: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

56

Indonesia dikenal dengan namaWetboek Van Strafrechts Voor Netherlandesch

Indie.

Kaitannya dengan tindakan Contempt of Court, maka harus melihat

sejarah dari Contempt of Court.Dalam sejarahnya, Contempt of Court muncul dari

negara common law yang kebanyakan menganut adversary system. Adversary

system adalah modus untuk menemukan kebenaran adalah melalui argumentasi

dari pihak-pihak yang berperkara di pengadilan dengan bukti-bukti yang mereka

ajukan untuk mendukung argumentasi tersebut. Kata adversary berarti pihak-

pihak tidak dalam satu persekutuan (ally) tapi dalam posisi yang berlawanan

(opponent).56

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa penyelesaian suatu

perkara sampai pada putusan harus melalui proses terlebih dahulu. Jadi

tekanannya adalah pada proses bukan hasil atau putusan yang dalam prosesnya

kedua belah pihak yang berperkara mempesentasikan semaksimal mungkin “best

case-nya”. Artinya pihak-pihak mengajukan bukti-bukti dan argumentasi hukum

tanpa ada pembatasan. Selanjutnya para pihak tersebut menyerahkan pada

sesorang yang tidak memihak manapun atau seorang yang netral yang dalam

sistem ini adalah hakim atau juri untuk memeriksa fakta-fakta dan hukumnya dari

yang disampaikan oleh pihak pihak yang berperkara. Selama proses persidangan

yang aktif adalah kedua belah pihak, hakim hanya bersifat pasif dan hanya akan

memfokuskan pada tata tertib persidangan utamanya apabila ada keberatan dari

salah satu pihak. Ciri-ciri dari pengadilan yang menganut adversary model ini

adalah :

56

Position Paper Advokasi RUU KUHP Seri #2, Contempt of Court dalam Rancangan

KUHP hlm 21 – 22.

Page 67: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

57

1. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak yan berperkara

2. Adanya aturan-aturan yang melindungi terdakwa selama proses dari

kesewenang-wenangan kekuasaan

3. Adanya proses yang mengendalikan penyalahgunaan kekuasaan

4. Adanya praduga tak bersalah

Sedangkan negara civil law termasuk Indonesia menganut non adversary

system. Secara harfiah non adversary system adalah tidak berlawanan atau

sebaliknya dari adversary, jadi para pihak di pengadilan itu adalah sekutu. Non

adversary system adalah satu modus untuk menemukan kebenaran materiil dari

suatu perkara pidana melalui proses penyidikan yang dilakukan agak tertutup

yang kemudian pembuktian kasusnya dilakukan agak tertutup yang kemudian

pembuktian kasusnya dilakukan di pengadilan dengan cara terpimpin. 57

Dengan

demikian pengadilan akan menentukan fakta-fakta hukum yang dianggap terbukti

dan menentukan hukum yang dianggap terbukti dan menentukan hukum yang

dapat diterapkan terhadap fakta itu. Oleh karena proses terpimpin, maka dalam

sistem ini dengan sendirinya tidak dikenal pihak yang netral dalam mengambil

keputusan seperti dalam non adversary system. Dalam non adversary system,

semua aspek dari pengadilan itu menjadi tanggung jawab hakim. Kedua belah

pihak, dalam hal ini jaksa dan penasehat hukum, dapat saja mengajukan bukti-

bukti tapi semua bukti-bukti itu tidak dengan sendirinya mengikat hakim. Dalam

persidangan, kedua belah pihak mengajukan pertanyaan hanya melalui

perantaraan hakim. Bahkan hakim dapat menolak pertanyaan yang di ajukan

57

Position Paper Advokasi RUU KUHP Seri#2, Contempt of Court dalam Rancangan

KUHP hlm 22-23.

Page 68: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

58

dengan alasan pertanyaan itu tidak relevan atau memerintahkan mengganti dengan

pertanyaan yang lain.

Dalam sistem ini, untuk sampai pada putusan pengadilan tidak

memperkenalkan adu argumetasi dari kedua belah pihak tapi hakim cukup

mencari ada dua alat bukti saja ditambah keyakinan dari hakim. Dengan begitu

seseorang sudah dapat dinyatakan bersalah dan kemudian dihukum. Dibandingkan

dengan adversary system yang menekankan pada due process, maka non

adversary system menekankan pada crime control, proses pengadilannya adalah :

1. Mengabaikan pengawasan hukum (disregard legal control)

2. Secara diam-diam berpraduga bersalah

3. Dengan hukuman tinggi

4. Dukungan pada polisi

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem peradilan yang dianut

Indonesia adalah mengikuti non adversary system.

Upaya perlindungan terhadap pengadilan sehingga dapat mencegah

(preventif) atau menghukum (represif) setiap usaha untuk merendahkan

kewibawaan pengadilan sudah ada pengaturanya yaitu dalam KUHP. Adapun

ketentuan dari pasal-pasal yang sudah ada dalam KUHP yang saat ini berlaku,

seperti dalam ketentuan :

1. Pasal 210 KUHP :

Contempt of Court dalam pasal ini, yaitu menyuap hakim

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:

Page 69: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

59

1. barang siapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang hakim

dengan maksud untuk mempengaruhi putusan tentang perkara yang

diserahkan kepadanya untuk diadili;

2. barang siapa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seorang yang

menurut ketentuan undang-undang ditentukan menjadi penasihat atau

adviseur untuk menghadiri sidang atau pengadilan, dengan maksud

untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diherikan

berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk

diadili.

(2) Jika pemberian atau janji dilakukan dengan maksud supaya dalam perkara

pidana dijatuhkan pemidanaan, maka yang bersalah diancam dengan

pidana penjara paling lama sembilan tahun.

(3) Pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1- 4 dapat dijatuhkan.

2. Pasal 216 KUHP :

Contempt of Court dalam pasal ini, yaitu menghalang-halangi penyidikan.

(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang

dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi

sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi

kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula

barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau

menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan undang- undang

yang dilakukan oleh salah seorang pejabat tersebut, diancam dengan

pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda

puling banyak sembilan ribu rupiah.

(2) Disamakan dengan pejahat tersebut di atas, setiap orang yang menurut

ketentuan undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu

diserahi tugas menjalankan jabatan umum.

(3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya

pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka

pidananya dapat ditambah sepertiga.

3. Pasal 217 KUHP :

Contempt of Court dalam pasal ini, yaitu menimbulkan kegaduhan dalam

sidang.

Barang siapa menimbulkan kegaduhan dalam sidang pengadilan atau di tempat

di mana seorang pejabat sedang menjalankan tugasnya yang sah di muka

umum, dan tidak pergi sesudah diperintah oleh atau atas nama penguasa yang

berwenang, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga minggu atau

pidana denda paling banyak seribu delapan ratus rupiah.

Page 70: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

60

4. Pasal 221 KUHP :

Contempt of Court dalam pasal ini, yaitu menyembunyikan tersangka.

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana

denda paling banyak empat rihu lima ratus rupiah:

1. barang siapa dengan sengaja menyembunyikan orang yang melakukan

kejahatan atau yang dituntut karena kejahatan, atau barang siapa memberi

pertolongan kepadanya untuk menghindari penyidikan atau penahanan

oleh penjahat kehakiman atau kepolisian, atau oleh orang lain yang

menurut ketentuan undang - undang terus - menerus atau untuk sementara

waktu diserahi menjalankan jabatan kepolisian;

2. barang siapa setelah dilakukan suatu kejahatan dan dengan maksud untuk

menutupinya, atau untuk menghalang - halangi atau mempersukar

penyidikan atau penuntutannya, menghancurkan, menghilangkan,

menyembunyikan benda - benda terhadap mana atau dengan mana

kejahatan dilakukan atau bekas-bekas kejahatan lainnya, atau menariknya

dari pemeriksaan yang dilakukan oleh pejabat kehakiman atau kepolisian

maupun olsh orang lain, yang menurut ketentuan undang-undang terus -

menerus atau untuk sementara waktu diserahi menjalankan jabatan

kepolisian.

(2) Aturan di atas tidak berlaku bagi orang yang melakukan perbuatan tersebut

dengan maksud untuk menghindarkan atau menghalaukan bahaya penuntutan

terhadap seorang keluarga sedarah atau semenda garis lurus atau dalam garis

menyimpang derajat kedua atau ketiga, atau terhadap suami/istrinya atau

bekas suami/istrinya.

5. Pasal 222 KUHP :

Contempt of Court dalam pasal ini, yaitu menghalangi otopsi.

Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau

menggagalkan pemeriksaan mayat forensik, diancam dengan pidana penjara

paling lama Sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima

ratus rupiah.

6. Pasal 223 KUHP :

Contempt of Court dalam pasal ini, yaitu meloloskan atau membantu

meloloskan terpidana.

Barang siapa dengan sengaja melepaskan atau memberi pertolongan ketika

meloloskan diri kepada orang yang ditahan atas perintah penguasa umum, atas

putusan atau ketetapan hakim, diancam dengan pidana penjara paling lama dua

tahun delapan bulan.

Page 71: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

61

7. Pasal 224 KUHP :

Contempt of Court dalam pasal ini, yaitu tidak memenuhi panggilan.

Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang -

undang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang - undang

yang harus dipenuhinya, diancam:

1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;

2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan.

8. Pasal 225 KUHP :

Contempt of Court dalam pasal ini, yaitu tidak memenuhi surat perintah untuk

menyerahkan surat-surat yang dianggap palsu atau dipalsukan.

Barang siapa dengan sengaja tidak memenuhi perintah undang-undang untuk

menyerahkan surat-surat yang dianggap palsu atau dipalsukan, atau yang harus

dipakai untuk dibandingkan dengan surat lain yang dianggap palsu atau

dipalsukan atau yang kebenarannya disangkal atau tidak diakui, diancam:

1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;

2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan;

9. Pasal 231 KUHP :

Contempt of Court dalam pasal ini, yaitu menarik suatu barang yang disita serta

menghancurkan dan merusak barang yang disita sehingga tidak dapat dipakai.

(1) Barang siapa dengan sengaja menarik suatu barang yang disita berdasarkan

ketentuanundang-undang atau yang dititipkan atas perintah hakim, atau

dengan mengetahui bahwa barang ditarik dari situ, menyembunyikannya,

diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

(2) Dengan pidana yang sama, diancam barang siapa dengan sengaja

menghancurkan, merusak atau membikin tak dapat dipakai barang yang disita

berdasarkan ketentua undang - undang.

(3) Penyimpan barang yang dengan sengaja melakukan atau membiarkan

dilakukan salah satu kejahatan itu, atau sebagai pembantu menolong

perbuatan itu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

(4) Jika salah satu perbuatan dilakukan karena kealpaan penyimpan barang,

diancam dengan pidana kurungan paling lama satu bulan atau pidana denda

paling banyak seribu delapan ratus rupiah.

10. Pasal 232 KUHP :

Contempt of Court dalam pasal ini, yaitu merusak penyegelan suatu benda.

(1) Barang siapa dengan sengaja memutus, membuang atau merusak penyegelan

suatu benda oleh atau atas nama penguasa umum yang berwenang, atau

dengan cara lain menggagalkan penutupan dengan segel, diancam dengan

pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan.

Page 72: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

62

(2) Penyimpan barang yang dengan sengaja melakukan atau membiarkan

perbuatan tersebut, atau sebagai pembantu menolong perbuatan itu, diancam

dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

(3) Jika perbuatan dilakukan karena kealpaan penyimpan barang, diancam dengan

pidana kurungan paling lama satu bulan atau pidana denda paling banyak

seribu delapan ratus rupiah.

11. Pasal 233 KUHP :

Contempt of Court dalam pasal ini, yaitu menghancurkan atau menghilangkan

barang–barang yang digunakan.

Barang siapa dengan sengaja menghancurkan, merusak, membikin tak dapat

dipakai, menghilangkan barang-barang yang digunakan untuk meyakinkan atau

membuktikan sesuatu di muka penguasa yang berwenang, akta - akta, surat-surat

atau daftar - daftar yang atas perintah penguasa umum, terus-menerus atau untuk

sementara waktu disimpan, atau diserahkan kepada seorang pejabat, ataupun

kepada orang lain untuk kepentingan umum, diancam dengan pidana penjara

paling lama empat tahun.

12. Pasal 317 KUHP :

Contempt of Court dalam pasal ini, yaitu melakukan pengaduan atau

pemberitahuan palsu tentang seseorang.

(1) Barang siapa dengan sengaja mengajukan pengaduan atau pemberitahuan

palsu kepada penguasa, baik secara tertulis maupun untuk dituliskan, tentang

seseorang sehingga kehormatan atau nama baiknya terserang, diancam karena

melakukan pengaduan fitnah, dengan pidana penjara paling lama empat

tahun,

(2) Pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No, 1 - 3 dapat dijatuhkan.

13. Pasal 417 KUHP :

Contempt of Court dalam pasal ini, yaitu menggelapkan, menghancurkan barang

sehingga tidak dapat dipakai lagi.

Seorang pejabat atau orang lain yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan

umum terus - menerus atau untuk sementara waktu yang sengaja menggelapkan,

menghancurkan. merusakkan atau membikin tak dapat dipakai barang-barang

yang diperuntukkan guna meyakinkan atau membuktikan di muka penguasa yang

berwenang, akta - akta, surat-surat atau daftar-daftar yang dikuasai nya karena

jabatannya, atau memhiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan,

merusakkan atau memhikin tak dapat di pakai barang- barang itu, atau menolong

sebagai pembantu dalam melakukan perbuatan itu, diancam dengan pidana

penjara paling lama lima tahun enam bulan.

Page 73: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

63

14. Pasal 522 KUHP :

Contempt of Court dalam pasal ini, yaitu tidak memenuhi panggilan sebagai

saksi, ahli atau juru bahasa.

Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru

bahasa, tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda

paling banyak sembilan ratus rupiah.

Saya akan memberikan contoh kasus tentang Contempt of Court dan

penerapan pasalnya dalam kasus tersebut. Kasus Frederich Yunadi (Pengacara

Setya Novanto) dan dokter Bimanesh Sutarjo. Keduanya diduga telah melanggar

Pasal 21 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dalam UU

Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, jo Pasal

216 KUHP. Ketika Setnov mengalami kecelakaan, Fredrich masih menjadi kuasa

hukum mantan Ketua Umum Partai Golkar itu. Fredrich dan Bimanesh diduga

memanipulasi data medis agar Setnov bisa dirawat untuk menghindari

pemeriksaan KPK pada pertengahan November 2017 lalu. Berarti dapat diduga

bahwa mereka berniat untuk menghalang-halangi penyidikan yang akan dilakukan

oleh KPK terhadap Setya Novanto dalam kasus KTP elektonik. Kuasa hukum

Fredrich Yunadi, Sapriyanto Refa mengatakan, surat panggilan untuk kliennya

telah dikirim KPK pada Selasa (9/1) sore. Selain itu, pihaknya juga telah

menerima Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) dari KPK.

"Setelah kami terima SPDP dan surat panggilan, untuk menghadap pada hari

Jumat tanggal 12 Januari, (diperiksa) sebagai tersangka," kata Refa.58

Fredrich

dan dokter Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Bimanesh Sutarjo telah resmi

ditetapkan sebagai tersangka kasus menghalangi penyidikan perkara korupsi e-

58

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180111080115-12-268051/fredrich-yunadi-

jadi-tersangka-kpk-siapkan-pemeriksaan

Page 74: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

64

KTP yang telah menjerat Setnov. Hingga saat ini kasus tersebut sedang diperiksa

oleh pengadilan.

B. Kebijakan Hukum Pidana terhadap Tindak Pidana yang Menghambat

Proses Peradilan (Contempt of Court) dalam Kebijakan Hukum Pidana

yang akan datang

Pada masa yang akan datang pemerintah sedang merumuskan KUHP

nasional milik Indonesia sendiri yang didasarkan pada upaya pembangunan dalam

bidang hukum terkait dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, Bab

IV.1.3 tentang Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025 yang antara

lain menyebutkan : “....pembangunan hukum diarahkan pada makin terwujudnya

Sistem Hukum Nasional yang mantap bersumber pada Pancasila dan UUD 1945,

yang mencakup pembangunan materi hukum, struktur hukum, termasuk aparat

hukum, sarana dan prasarana hukum”.59

Dalam RUU KUHP ketentuan mengenai contempt of court ini terdapat

dalam Bab VI Tindak Pidana terhadap Proses Peradilan. Dari ketentuan yang

terdapat dalam bab tindak pidana terhadap proses peradilan tersebut diketahui

bahwa pengaturan secara khusus Contempt of Court. Dalam uraian mengenai

tindak pidananya, RUU KUHP tersebut menggabungkan pasal-pasal yang

dikualifikasikan sebagai Tindak Pidana Terhadap Proses Peradilan menjadi satu

59

Ira Alia Maerani, “Implementasi Ide Keseimbangan Dalam Pembangunan Hukum

Pidana Indonesia Berbasis Nilai-Nilai Pancasila” , Jurnal Pembaharuan Hukum, Vol II No 2 Mei

– Agustus 2015, hlm 332. Dikutip dari Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional

(BAPENAS), UU RI No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Tahun 2005-2025, hlm. 59

Page 75: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

65

bab khusus, pasal-pasal yang sebelumnya tersebar menjadi satu dan terdapat pula

ketentuan-ketentuan baru.

Adapun beberapa rumusan baru yang dikualifikasikan sebagai tindak

pidana terhadap proses peradilan (Contempt of Court) yang dimasukkan ke dalam

RUU KUHP, antara lain :60

1. Penasehat hukum yang dalam pekerjaanya memberikan bantuan hukum,

mengadakan kesepakatan dengan pihak lawan dari pihak yang dibantunya,

sedang patut diketahuinya bahwa perbuatan itu dapat merugikan kepentingan

yang dibantunya.

2. Penasehat hukum yang dalam pekerjaanya memberikan bantuan hukum untuk

memenangkan pihak yang dibantunya meminta imbalan dengan maksud

mempengaruhi secara melawan hukum saksi-saksi, saksi ahli, juru bahasa,

penyidik, penuntut umum atau hakim dalam perkara yang bersangkutan.

3. Seseorang yang menampilkan diri untuk orang lain sebagai peserta atau

pembantu tindak pidana, sehingga oleh karena itu dijatuhi pidana dan

menjalani pidana itu untuk orang lain

4. Seseorang yang menghina integritas hakim dalam menjalankan tugas

peradilan atau menyerang integritas atau sifat tidak memihak dari suatu

proses sidang peradilan.

5. Seseorang yang mengadakan publikasi atau memperkenankan dilakukanya

publikasi segala sesuatu yang menimbulkan akibat yang dapat mempengaruhi

sifat tidak memihak suatu proses sidang pengadilan.

60

Position Paper Advokasi RUU KUHP Seri 2, Contempt of Court dalam

RancanganKUHP

Page 76: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

66

6. Setiap saksi dan orang lain yang berkaitan dengan tindak pidana terorisme,

korupsi, hak-hak asasi manusia, atau pencucian uang yang menyebutkan

nama atau alamat pelapor atau hal-hal lain yang memberikan kemungkinan

dapat diketahuinya identitas pelapor dalam penyidikan dan pemeriksaan di

sidang pengadilan dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.

Sebagian kalangan mendukung usulan para hakim ini dengan alas an bahwa

dalam menjalankan tugasnya para hakim ini perlu mendapat perlindungan yang

layak sehingga dapat menghasilkan kualitas yang baik. Sedangkan yang lain

menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan mengenai contempt of court ini sudah

ada dalam peaturan perundang-undangan Indonesia, walaupun tidak disebut

sebagai contempt of court.61

Pendapat lain lagi menyatakan bahwa keinginan megenai perlunya ketentuan

khusus mengenai tindak pidana terhadap peradilan (contempt of court) ini dilatar

belakangi oleh adanya kepentingan untuk melindugi hakim semata sebagai salah

satu pihak yang paling berperan dalam proses peradilan.62

Kalangan ini

berpendapat bahwa keinginan mengenai perlunya ketentuan khusus mengenai

perlunya ketentuan khusus mengenai tindak pidana terhadap peradilan ini

merupakan reaksi atas kritik yang mengemuka terhadap peradilan dan pejabat

peradilan yang ditanggapi dengan kemarahan oleh pejabat pejabat

peradilan.Padahal kritikan dari kalangan ini didasari oleh buruknya sistem

61

Seperti Oemar Seno Adjie yang menyatakan bahwa delik-delik Contempt of Court yang

berhubungan dengan “rechspleging” (jalannya peradilan) meliputi beberapa ketentuan pidana

dalam KUHP.www.pemantauperadilan.com di akses pada 11 Februari 2018 pukul 10.00WIB 62

Luhut MP Pangaribuan, “Contempt of Court atau Contempt of Power : Satu Catatan

Kritis dari Perspektif Konsep Peradilan. www.pemantauperadilan.com diakses pada 11 Februari

2018.

Page 77: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

67

peradilan dan pejabat peradilan di Indonesia, menurut kalangan ini sampai saat ini

tidak ada perbaikan yang mendasar yang dilakukan untuk memperbaiki buruknya

peradilan dan pejabat peradilan ini.63

Adapun ketentuan yang ada di dalam Rancangan KUHP 2015 sebagai

berikut :

Bagian Kesatu

Gangguan dan Penyesatan Proses Peradilan

Pasal 329

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan yang

mengakibatkan terganggunya proses peradilan, dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV.

Pasal 330

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda

paling banyak Kategori IV bagi setiap orang yang secara melawan hukum:

a. menampilkan diri untuk orang lain sebagai peserta atau sebagai pembantu

tindak pidana, yang karena itu dijatuhi pidana dan menjalani pidana tersebut

untuk orang lain;

b. tidak mematuhi perintah pengadilan yang dikeluarkan untuk kepentingan

proses peradilan;

c. menghina hakim atau menyerang integritas atau sifat tidak memihak hakim

dalam sidang pengadilan; atau

d. mempublikasikan atau membolehkan untuk dipublikasikan segala sesuatu

yang menimbulkan akibat yang dapat mempengaruhi sifat tidak memihak

hakim dalam sidang pengadilan.

63

Luhut MP Pangaribuan dalam Focus Group Discussion “Tindak Pidana terhadap

Proses Peradilan (contempt of court) yang diselenggarakan Lembaga Studi dan Advokasi

Masyarakat (ELSAM) 6 September 2005

Page 78: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

68

Pasal 331

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda

paling banyak Kategori IV bagi advokat yang dalam menjalankan pekerjaannya

secara melawan hukum:

a. mengadakan kesepakatan dengan pihak lawan dari pihak yang dibantunya,

sedangkan patut mengetahui bahwa perbuatan tersebut dapat merugikan

kepentingan pihak yang dibantunya; atau

b. berusaha memenangkan pihak yang dibantunya, meminta imbalan dengan

maksud mempengaruhi terhadap saksi, juru bahasa, penyidik, penuntut

umum, atau hakim dalam perkara yang bersangkutan.

Bagian Kedua

Menghalang-halangi Proses Peradilan

Pasal 332

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda

paling banyak Kategori IV setiap orang yang secara melawan hukum:

a. dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan atau dengan

mengintimidasi penyelidik, penyidik, penuntut umum advokat, atau hakim

sehingga proses peradilan terganggu;

b. menyampaikan alat bukti palsu atau mempengaruhi saksi dalam

memberikan keterangan di sidang pengadilan;

c. mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara langsung atau tidak

langsung proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang

pengadilan;

d. melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan kepada pejabat yang sedang

bertugas dalam proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang

pengadilan; atau

e. merusak alat bukti atau barang bukti.

Pasal 333

(1) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana

denda paling banyak Kategori IV, setiap orang yang :

a. menyembunyikan orang yang telah melakukan tindak pidana atau orang

yang dituntut karena melakukan tindak pidana;

b. memberikan pertolongan kepada orang sebagaimana dimaksud dalam

huruf a untuk menghindari penyidikan atau penahanan oleh pejabat yang

berwenang melakukan penyidikan atau penahanan; atau

c. setelah terjadi suatu tindak pidana, dengan maksud untuk menutupi atau

menghalang-halangi atau mempersulit penyidikan atau penuntutan,

menghancurkan, menghilangkan, menyembunyikan benda-benda yang

menjadi sasaran atau sarana melakukan tindak pidana atau bekas - bekas

Page 79: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

69

tindak pidana lainnya atau menariknya dari pemeriksaan yang dilakukan

pejabat yang berwenang melakukan penyidikan atau penuntutan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku jika perbuatan

tersebut dilakukan dengan maksud untuk menghindarkan dari penuntutan

terhadap keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus derajat kedua atau

dalam garis menyamping derajat ketiga atau terhadap istri atau suami atau

bekas istri atau suaminya.

Pasal 334

(1) Setiap orang yang mencegah, menghalang-halangi, atau menggagalkan

pemeriksaan jenazah untuk kepentingan peradilan, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak

Kategori II.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi setiap

orang yang karena alasan tertentu dilarang oleh kepercayaan dan

keyakinannya.

Pasal 335

Setiap orang yang melepaskan atau memberi pertolongan ketika seseorang

meloloskan diri dari penahanan yang dilakukan atas perintah pejabat yang

berwenang melakukan penahanan atau meloloskan diri dari pidana perampasan

kemerdekaan berdasarkan putusan hakim, dipidana dengan pidana penjara paling

lama 3 (tiga) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV.

Pasal 336

Setiap orang yang secara melawan hukum tidak datang pada saat dipanggil

sebagai saksi, ahli, atau juru bahasa, atau tidak memenuhi suatu kewajiban yang

harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan, dipidana

dengan:

a. pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak

Kategori II, bagi perkara pidana; atau

b. pidana denda paling banyak Kategori II, bagi perkara lain.

Pasal 337

(1) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun atau pidana

denda paling banyak Kategori IV, setiap orang yang:

a. melepaskan barang dari sitaan berdasarkan peraturan perundang-undangan

atau melepaskan barang dari simpanan atas perintah hakim atau

menyembunyikan barang tersebut, padahal diketahui bahwa barang

tersebut berada dalam sitaan atau simpanan; atau

b. menghancurkan, merusak, atau membuat tidak dapat dipakai suatu barang

yang disita berdasarkan ketentuan peraturan perundang - undangan.

Page 80: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

70

(2) Penyimpan barang yang melakukan, membiarkan dilakukan, atau membantu

melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak

Kategori IV.

(3) Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terjadi karena kealpaan

penyimpan maka pembuat tindak pidana dipidana dengan pidana penjara

paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori II.

Pasal 338

Setiap orang yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang - undangan harus

memberikan keterangan di atas sumpah atau keterangan tersebut menimbulkan

akibat hukum, memberikan keterangan palsu di atas sumpah, baik dengan lisan

maupun tulisan, olehnya sendiri atau oleh kuasanya yang khusus ditunjuk untuk

itu yang diberikan dalam pemeriksaan perkara di sidang pengadilan dan

merugikan pihak lawan, maka pembuat tindak pidana dipidana dengan pidana

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori

V.

Pasal 339

Setiap orang yang menjadi saksi atau orang lain yang berkaitan dengan tindak

pidana terorisme, korupsi, hak asasi manusia, atau pencucian uang yang

menyebutkan nama atau alamat pelapor atau hal lain yang memberikan

kemungkinan dapat diketahuinya identitas pelapor dalam penyidikan dan

pemeriksaan di sidang pengadilan dipidana dengan pidana penjara paling lama 1

(satu) tahun atau pidana denda paling banyak Kategori II.

Bagian Ketiga

Perusakan Gedung, Ruang Sidang dan Alat Perlengkapan

Sidang Pengadilan

Pasal 340

(1) Setiap orang yang merusak gedung, ruang sidang pengadilan, atau alat - alat

perlengkapan sidang pengadilan yang mengakibatkan hakim tidak dapat

menyelenggarakan sidang pengadilan, dipidana dengan pidana penjara

paling lama 7 (tujuh) tahun.

(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada saat

sidang pengadilan sedang berlangsung yang menyebabkan sidang

pengadilan tidak dapat dilanjutkan, dipidana dengan pidana penjara paling

lama 9 (sembilan) tahun.

Page 81: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

71

(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan

aparat penegak hukum yang sedang menjalankan tugasnya mengalami luka-

luka, dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun.

(4) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan

matinya aparat penegak hukum yang sedang menjalankan tugasnya atau

saksi saat memberikan kesaksiannya, dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun.

Pasal 341

Setiap orang yang melakukan penyerangan langsung kepada saksi saat

memberikan kesaksiannya, atau aparat penegak hukum dan petugas pengadilan

yang sedang menjalankan tugasnya yang mengakibatkan saksi tidak dapat

memberikan kesaksiannya, atau aparat penegak hukum dan petugas pengadilan

tidak dapat menjalankan tugasnya, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7

(tujuh) tahun.

Pasal 342

(1) Setiap orang yang memaksakan kehendaknya dengan menggunakan

kekerasan atau cara tertentu, yang menyebabkan saksi dan/atau korban tidak

memperoleh perlindungan hukum sehingga saksi dan/atau korban tidak

memberikan kesaksiannya pada setiap tahap pemeriksaan, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak

Kategori II.

(2) Setiap orang yang melakukan pemaksaan kehendak sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) sehingga menimbulkan luka berat pada saksi dan/atau korban,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda

paling banyak Kategori III.

(3) Setiap orang yang melakukan pemaksaan kehendak sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) sehingga mengakibatkan matinya saksi dan/atau korban,

dipidana dengan pidana penjara paling lama seumur hidup dan pidana denda

paling banyak Kategori III.

Pasal 343

Setiap orang yang menghalang-halangi saksi dan/atau korban secara melawan

hukum sehingga saksi dan/atau korban tidak memperoleh perlindungan atau

hak-hak lain berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai Perlindungan

Saksi dan Korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun

dan pidana denda paling banyak Kategori III.

Page 82: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

72

Pasal 344

Setiap orang yang menyebabkan saksi dan/atau korban atau Keluarganya

kehilangan pekerjaan karena saksi dan/atau korban tersebut memberikan

kesaksian yang benar dalam proses peradilan, dipidana dengan pidana penjara

paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Kategori III.

Pasal 345

Setiap orang yang menyebabkan dirugikannya atau dikuranginya hak saksi

dan/atau korban berdasarkan Undang-Undang yang mengatur mengenai

Perlindungan Saksi dan Korban padahal saksi dan/atau korban memberikan

kesaksian yang benar dalam proses peradilan, dipidana dengan pidana penjara

paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Kategori III.

Pasal 346

Setiap orang yang secara melawan hukum memberitahukan keberadaan Saksi

dan/atau korban yang sedang dilindungi dalam suatu tempat kediaman sementara

atau tempat kediaman baru berdasarkan Undang-Undang yang mengatur

mengenai Perlindungan Saksi dan Korban, dipidana dengan pidana penjara paling

lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak Kategori III.

Page 83: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

73

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari uraian yang telah di paparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa pranata

Contempt of Court merupakan pranata yang tumbuh dan berkembang di

negara-negara yang menganut sistem common law dan sistem peradilan yang

dianutnya adalah adversary system. Sedangkan Indonesia adalah negara yang

menganut sistem Civil Law dan sistem peradilan yang di anutnya adalah non

adversary system. Kebijakan hukum pidana terhadap tindak pidana yang

menghambat proses peradilan (Contempt of Court) dalam sistem hukum

pidana Indonesia saat ini sudah diatur dalam pasal-pasal yang ada di dalam

KUHP. Pasal-pasal yang mengatur perbuatan tersebut keberadaanya terpisah.,

yaitu dalam pasal 210, 216, 217, 221, 222, 223, 224, 225, 231, 232, 233, 317,

417, 522.

2. Kebijakan hukum pidana terhadap tindak pidana yang menghambat proses

peradilan (Contempt of Court) dalam sistem hukum pidana Indonesia yang

akan datang yaitu akan diatur dalam RUU KUHP. Dalam RUU KUHP 2015

Contempt of Court di atur dalam satu bab khusus yaitu Bab IV Tindak Pidana

Terhadap Proses Peradilan. Adapula ketentuan-ketentuan baru yang di atur

dalam RUU KUHP, antara lain :

a. Penasehat hukum yang dalam pekerjaanya memberikan bantuan hukum,

mengadakan kesepakatan dengan pihak lawan dari pihak yang dibantunya,

Page 84: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

74

sedang patut diketahuinya bahwa perbuatan itu dapat merugikan

kepentingan yang dibantunya.

b. Penasehat hukum yang dalam pekerjaanya memberikan bantuan hukum

untuk memenangkan pihak yang dibantunya meminta imbalan dengan

maksud mempengaruhi secara melawan hukum saksi-saksi, saksi ahli, juru

bahasa, penyidik, penuntut umum atau hakim dalam perkara yang

bersangkutan.

c. Seseorang yang menampilkan diri untuk orang lain sebagai peserta atau

pembantu tindak pidana, sehingga oleh karena itu dijatuhi pidana dan

menjalani pidana itu untuk orang lain

d. Seseorang yang menghina integritas hakim dalam menjalankan tugas

peradilan atau menyerang integritas atau sifat tidak memihak dari suatu

proses sidang peradilan.

e. Seseorang yang mengadakan publikasi atau memperkenankan dilakukanya

publikasi segala sesuatu yang menimbulkan akibat yang dapat

mempengaruhi sifat tidak memihak suatu proses sidang pengadilan.

f. Setiap saksi dan orang lain yang berkaitan dengan tindak pidana terorisme,

korupsi, hak-hak asasi manusia, atau pencucian uang yang menyebutkan

nama atau alamat pelapor atau hal-hal lain yang memberikan kemungkinan

dapat diketahuinya identitas pelapor dalam penyidikan dan pemeriksaan di

sidang pengadilan dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)

tahun.

Page 85: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

75

B. Saran

1. Saran yang dapat penulis berikan yaitu, permasalahan Contempt of Court

saat ini di Indonesia masih menjadi sekedar wacana saja karena selama ini

belum ada tindakan yang tegas dari para hakim terhadap para pelaku yang

perbuatan dapat dikategorikan sebagai perbuatan Contempt of Court,

padahal pasal-pasal yang tersebar di dalam KUHP dapat dipergunakan dan

untuk menjaga agar lembaga peradilan tetap terhormat dan berwibawa.

Hakim hendaknya menindak tegas bagi pelaku yang hendak mencemarkan

harkat martabat dan wibawa lembaga peradilan bukan hanya sekedar

peringatan.

2. Tim perumus RUU KUHP harus memperhatikan hal-hal, perbuatan yang

sekiranya dapat merendahkan badan peradilan untuk dimasukkan

rumusannya ke dalam RUU KUHP agar martabat dan kewibawaan

pengadilan dapat terjaga

Page 86: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

76

DAFTAR PUSTAKA

A. Al Qur’an

Al – Quran dan Terjemahannya, PT. Karya Toha Putra, Semarang.

B. Buku-buku:

Bambang Waluyo, 2004, Pidana dan PemidanaaN, Sinar Grafika, Jakarta.

Barda Nawawi Arief, 2011, Perbandingan Hukum Pidana, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta

Evi Hartanti, 2012, Tindak Pidana Korupsi, Edisi Kedua, Sinar Grafika,

Jakarta.

Kaelan, 2014, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, Edisi Ketiga, Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka, Jakarta.

Siti Soetami, 2007, Pengantar Tata Hukum Indonesia, PT Refika Aditama,

Bandung.

Sudarto, 2009, Hukum Pidana I, Yayasan Sudarto d/a Fakultas Hukum

Undip, Semarang

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif

(Suatu Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta.

Tolib Setiady, 2010, Pokok-Pokok Hukum Penitensier Indonesia, Alfabeta,

Bandung

C. Peraturan Perundang–undangan ;

Undang-Undang Dasar Negara Republik Tahun 1945

Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Page 87: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

77

Konsep (RUU) KUHP Tahun 2015

D. Jurnal :

Faturrahman Djamil, “Tinjuan Hukum Islam terhadap Masalah Contempt of

Court” Mimbar Hukum, No. 151994

Ira Alia Maerani, “Implementasi Ide Keseimbangan Dalam Pembangunan

Hukum Pidana Indonesia Berbasis Nilai-Nilai Pancasila” , Jurnal

Pembaharuan Hukum, Vol II No 2 Mei – Agustus 2015

Oemar Seno Adjie, Contempt of Court (Suatu pemikiran), Bahan Prasarana

dalam seminar tentang Contempt of Court, IKAHI 24 Maret 1987

hlm 125, BPHN, Naskah Akademis Peraturan Perundang-Undangan

Tentang Contempt of Court, tahun 1989/1990

Padmo Wahyono, Contempt of Court Dalam Proses Peradlan di Indonesia,

Dalam Era Hukum No 1 Tahun 1 November 1987

Position Paper Advokasi RUU KUHP Seri #2, Contempt of Court dalam

Rancangan KUHP

E. Disertasi :

Ira Alia Maerani, 2017, Rekonstruksi Kebijakan Hukum Pelaksanaan Pidana Mati

Berbasis Nilai-Nilai Pancasila, Disertasi, Program Doktor Ilmu Hukum

(PDIH) Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung (Unissula)

Semarang

F. Internet :

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180111080115-12-268051/fredrich-

yunadi-jadi-tersangka-kpk-siapkan-pemeriksaan

https://m.detik.com/news/berita/d-3690427/wajah-ketua-pn-jambi-dilempar-kursi-

ma-pertanyakan-peran-ky

www.hukumonline.com

Page 88: KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …repository.unissula.ac.id/11690/1/FILE 1 COVER, DLL.pdf · KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr, wb Segala puji dan syukur penulis

78

http://bukupidana.blogspot.co.id/2013/11/hukum-penitensier.html

https://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-penitensier/