Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan...

24
Ekonomi Makro Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia 1 1. Kebijaksanaan Ekspansi dan Kebijaksanaan Kontraksi Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu seperti menahan inflasi serta lebih sejahtera dari sebelumnya. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan untuk mencapai kesimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan makro yaitu menjaga stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan ekonomi terganggu maka kebijakan moneter dapat digunakan sebagai tindakan stabilitas. Sedangkan, kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana – dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dana tersebut dalam melaksanakan pembangunan. Atau dengan katalain, kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran negara.dari unsur semua APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran Negara dan pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiskal. Contoh kebijakan fiskal adalah apabila perekonomian nasional mengalami inflasi, pemerintah dapat

Transcript of Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan...

Page 1: Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. 1. ... Daerah

Ekonomi MakroKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan

Ekonomi di Indonesia

1

1. Kebijaksanaan Ekspansi dan Kebijaksanaan Kontraksi

Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara

untuk mencapai tujuan tertentu seperti menahan inflasi serta lebih sejahtera dari

sebelumnya. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan untuk

mencapai kesimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,

pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca

pembayaran) serta tercapainya tujuan makro yaitu menjaga stabilitas ekonomi yang

dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran

internasional yang seimbang. Apabila kestabilan ekonomi terganggu maka kebijakan

moneter dapat digunakan sebagai tindakan stabilitas. Sedangkan, kebijakan fiskal

adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana –

dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dana

tersebut dalam melaksanakan pembangunan. Atau dengan katalain, kebijakan fiskal

adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran

negara.dari unsur semua APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran Negara

dan pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiskal. Contoh

kebijakan fiskal adalah apabila perekonomian nasional mengalami inflasi, pemerintah

dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil

pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi.

Keadaan yang ingin dicapai oleh sebuah kebijaksanaan disebut juga tujuan

kebijaksanaan. Tujuan sebuah kebijaksanaan dapat diungkapkan dalam bentuk

perubahan nilai variabel – variabel tertentu yang diingikan. Variabel – variabel yang

oleh pemerintah harapakan ini akan akan berubah sebagai hasil kebijaksanaan suatu

kebijaksanaan yang disebut variabel target. Alat untuk mecapai tujuan yang

ditetapkan dalam sebuah kebijaksanaan disebut instrument kebijaksanaan. Instrument

kebijaksanaan yang menjadi dasar pembeda untuk membedakan antara kebijakan

moneter dan fiskal adalah kebijaksanaan ekspansi dan kebijaksanaan kontraksi.

Kebijaksanaan ekspansi bertujuan untuk memperbesar kegiatan ekonomi. Dari

kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan agregat, pendapatan riil dan

Page 2: Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. 1. ... Daerah

Ekonomi MakroKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan

Ekonomi di Indonesia

2

dapat mengurangi jumlah pengangguran. Kebijakan ini diambil pada saat dalam

perekonomian negara terdapat banyak pengangguran dan kapasitas produksi belum

optimal. Kebijaksanaan ekspansi ini dapat dilakukan dalam kebijaksanaan moneter

ataupun fiskal, yang tentunya kebijakan yang diambil harus mampu memperoleh hasil

berupa peningkatan dalam pendapatan nasional dan penurunan dalam jumlah

pengangguran. Sedangkan kebijaksanaan kontraksi adalah kebijksanaan yang

bertujuan untuk kegiatan perekonomian. Dari kebijakan ini diharapkan akan terjadi

penurunan agregat, pendapatan riil, menurunkan laju inflasi dan menurunkan defisit

neraca pembayaran. Kebijakan kontraksi umumnya dilakukan pada masa

perekonomian yang sedang over-employment. Keadaan ini, permintaan agregatif

melebihi kapasitas produksi nasional. Kondisi ini biasanya ditandai dengan terjadi

inflasi yang tinggi dan defisit neraca pembayaran yang terus – menerus. Dari

pengambilan kebijaksanaan kontraksi ini, diharapakan kegiatan perekonomian

berjalan dengan kondisi tingkat inflasi dan defisit neraca pembayaran mengalami

penurunan.

2. Bekerjanya Kebijaksanaan Moneter

Tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan

nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil.  

Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI

Rate sebagai instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan

perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian inflasi.  Namun jalur atau transmisi

dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat

kompleks dan memerlukan waktu (time lag).

Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi

tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter.  Mekanisme

ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan

instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi berbagai variable

ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi.

Page 3: Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. 1. ... Daerah

Ekonomi MakroKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan

Ekonomi di Indonesia

3

Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan

sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui

berbagai jalur, diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga

aset, dan jalur ekspektasi.

Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga

deposito dan suku bunga kredit perbankan.  Apabila perekonomian sedang

mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang

ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi. 

Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan

akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat.  Penurunan suku

bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan

Page 4: Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. 1. ... Daerah

Ekonomi MakroKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan

Ekonomi di Indonesia

4

investasi.  Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga

aktifitas perekonomian semakin bergairah.  Sebaliknya, apabila tekanan inflasi

mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI

Rate untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi

tekanan inflasi.

Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar. 

Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar.  Kenaikan BI Rate, sebagai contoh,

akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga

luar negeri.  Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor

asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen keuangan di

Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat  pengembalian yang

lebih tinggi.  Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi

nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah

dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif

sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor.  Turunnya net ekspor ini

akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan

perekonomian.

Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui

perubahan harga aset.  Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti

saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang

pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi

seperti konsumsi dan investasi.

Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi

ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi).  Penurunan suku bunga yang

diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong

pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih

tinggi.  Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen

melalui kenaikan harga.

Page 5: Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. 1. ... Daerah

Ekonomi MakroKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan

Ekonomi di Indonesia

5

Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time

lag).  Time lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain.  Jalur nilai tukar

biasanya bekerja lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar

bekerja sangat cepat.  Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat

berpengaruh pada kecepatan tarnsmisi kebijakan moneter.  Apabila perbankan

melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan

suku bunga BI rate biasanya sangat lambat.  Juga, apabila perbankan sedang

melakukan konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit

dan meningkatnya permintaan kredit belum tentu direspon dengan menaikkan

penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga

belum tentu direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila

prospek perekonomian sedang lesu.  Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan,

perbankan, dan kondisi  sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau

tidaknya proses transmisi kebijakan moneter.

3. Bekerjanya Kebijaksanaan Fiskal

Dari sudut ekonomi makro maka kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi

dua yaitu Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Kebijakan Fiskal Kontraktif. Kebijakan

fiskal ekspansif adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi

perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan

pengeluaran pemerintah, pada saat munculnya kontraksional gap. Konstraksional gap

adalah suatu kondisi dimana output potensial (YF) lebih tinggi dibandingkan dengan

output Actual (Y1). Pada saat terjadi kontraksional gap ini kondisi perekonomian

ditandai oleh tingginya tingkat pengangguran dimana Uactual > Ualamiah.

Kebijakan ekspansif dilakukan dengan cara menaikkan pengeluaran

pemerintah (G) atau menurunkan pajak (T) untuk meningkatkan output (Y), adapun

mekanisme peningkatan pengeluaran pemerintah ataupun penurunan pajak (T)

terhadap output adalah sebagai berikut, pada grafik (2.1) maka dapat dijelaskan

bahwa disaat pengeluaran pemerintah (∆G) naik atau selisih pajak (∆T) turun maka

Page 6: Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. 1. ... Daerah

Ekonomi MakroKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan

Ekonomi di Indonesia

6

akan menggeser kurva pengeluaran agregat keatas sehingga pendapatan akan naik

dari (Y1) menjadi (Yf).

Kurva Kebijakan Fiskal Ekspansif

Kebijakan fiskal kontraktif adalah kebijakan pemerintah dengan cara

menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan

untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi. kebijakan pemerintah

untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik

anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang

mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. pada saat

munculnya ekpansionary gap. Ekspansionary gap adalah suatu kondisi dimana output

potensial (Yf) lebih kecil dibandingkan dengan output Actual (Y1). Adapun

mekanisme penurunan pengeluaran pemerintah (G) ataupun kenaikan pajak (T)

terhadap output (Y) adalah sebagai berikut, secara grafik kebijakan fiskal kontraktif

diagram sebagai berikut:

Page 7: Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. 1. ... Daerah

Ekonomi MakroKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan

Ekonomi di Indonesia

7

Kurva Kebijakan Fiskal Kontraktif

Pada gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah (∆G) turun

atau selisih pajak (∆T) naik maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat

kebawah sehingga Pendapatan akan turun dari (Y1) menjadi (Yf).

4. Penerapan Kurva IS-LM

Ekuilibrium Pasar Uang Dan Pasar Barang

Kurva IS adalah kurva yang menghubungkan tingkat-tingkat pendapatan

nasional dengan berbagai tingkat bunga dimana dipenuhi syarat keseimbangan di

pasar barang. Kurva LM adalah kurva yang menghubungkan tingkat-tingkat

Page 8: Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. 1. ... Daerah

Ekonomi MakroKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan

Ekonomi di Indonesia

8

pendapatan nasional dengan berbagai tingkat bunga dimana dipenuhi syarat

keseimbangan di pasar uang.

Keseimbangan pasar uang dan pasar barang bisa dijelaskan secara grafis pada

Gambar berikut :

LM0 dan IS0 adalah keseimbangan pasar uang dan pasar barang. Pada suku

bunga i1 ekuibrium antara jumlah uang yang beredar dan permintaan akan uang

terjadi pada tingkat pendapatan Y1, sedangkan ekuilibrium antara permintaan dan

penawaran barang terjadi pada tingkat pendapatan Y2. Hanya ada satu suku bunga i0,

dimana pasar uang dan pasar barang berada dalam keseimbangan pada tingkat

pendapatan Y0. Suku bunga ini ditentukan oleh titik perpotongan antara kurva IS dan

LM.

Perubahan Pengeluaran Pemerintah Dan Perpajakan (Kebijakan Fiskal)

Perubahan dalam pengeluaran pemerintah atau pajak-pajak juga menyebabkan

pergeseran dalam skedul (kurva) IS . Misalnya dalam gambar, kenaikan pengeluaran

pemerintah menggeser skedul IS ke kanan sebesar keΔG. Tetapi, perubahan tingkat

pendapatan ekuilibrium adalah kurang dari keΔG (yaitu sebesar Y0 ke Y1, bukan Y0

ke Y2). Bila tingkat pendapatan naik, jumlah permintaan uang untuk keperluan

transaksi meningkat, dan hanya tersisa sedikit untuk motif spekulasi. Hal ini akan

menaikkan suku bunga, yang selanjutnya dapat mengurangi volume investasi dan

Page 9: Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. 1. ... Daerah

Ekonomi MakroKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan

Ekonomi di Indonesia

9

karena itu menghilangkan sebagian pengaruh yang mendorong kenaikan pengeluaran

pemerintah.

Perubahan Jumlah Uang Beredar (Kebijakan Moneter)

Kurva LM bergeser sebagai akibat dari perubahan (1) permintaan akan uang

untuk motif transaksi, (2) permintaan akan uang untuk motif spekulasi, dan (3)

jumlah uang. Dalam bagian ini kita melihat pergeseran kurva LM yang disebabkan

oleh adanya perubahan jumlah uang beredar. Dalam Gambar di atas, kurva LM

bergeser ke kanan sebesar ΔM(1/k) sebagai akibat dari kenaikan jumlah uang beredar.

Kenaikan tingkat pendapatan dari Y0 menjadi Y1 adalah lebih kecil dari Y2 – Y0

(yaitu pergeseran kurva LM).

Page 10: Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. 1. ... Daerah

Investasi netto

Stock Kapasitas Nasional

Kapasitas Produksi Nasional

Pertumbuhan Ekonomi

Ekonomi MakroKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan

Ekonomi di Indonesia

10

A. Kurva IS Hipotetis Perekonomian Indonesia

Kurva IS untuk perekonomian tertutup tanpa kebijakan fiskal diturunkan

dengan salah satu rumus:

I (r) = S(Y) atau Y = C (Y) + I (r)

Keterangan:

I = fungsi investasi

S = fungsi saving

C = fungsi konsumsi

Y = pendapatan nasional

Kurva IS untuk perekonomian Indonesia yang terbuka diturunkan dengan

rumus:

Y= C (Y) + I (r) + G + X – Z (Y)

Keterangan:

X = ekspor

Z = fungsi impor

Asas pembangunan ekonomi:

Investasi dilakukan oleh pemerintah dan terutama oleh sektor swasta.

Rencana APBN khusus untuk pengeluaran meliputi:

a) Pengeluaran rutin

b) Pengeluaran pembangunan

Pengaruh G dan I terhadap kurva IS adalah:

a) Harus dilakukan dengan pengeluaran pemerintah dan investasi (hanya dalam

negeri) yang meningkat menyebabkan kurva IS bergeser ke kanan atas. Komponen

Page 11: Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. 1. ... Daerah

Ekonomi MakroKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan

Ekonomi di Indonesia

11

G dan I yang dilakukan diluar negeri disebut kebocoran (leakage) aliran

pendapatan dan menyebabkan kurva IS kekiri.

b) Tidak perlu melakukan G dan I baik dalam negeri maupun LN. Hal ini berarti G

dan I dibiayai oleh bantuan dan atau pinjaman LN, sehingga kurva IS tidak

bergeser.

Nilai variabel G ditentukan oleh pemerintah, sehingga dianggap variabel eksogen.

Nilai I ditentukan oleh bunga, sehingga dianggap sebagai variabel terikat.

Dalam rangka meningkatkan investasi, maka pemerintah harus:

a) Penyediaan bantuan kredit yang murah

b) Pengembangan kewirausahaan dengan berbagai penyuluhan, pelatihan dan

pendidikan serta mempromosikan produk-produk UKM ke dalam negeri dan LN

Gambar tersebut menunjukkan:

a) Kurva ID ID menunjukkan kurva I tanpa ada kredit murah

b) Tiingkat bunga kredit murah ditetapkan oleh pemerintah sebesar rm, maka

permintaan kredit murah untuk investasi bagi sektor swasta sebebsar rmC. Dalam

kenyataan pemerintah harus tetap selektif dalam memberikan kredit murah dan

untuk menghindari M yang terlalu banyak di masyarakat, sehingga sebagian

Page 12: Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. 1. ... Daerah

LM

LTR

IRCR

Bentuk kurva LM mencakup 3 bagian:Daerah klasik (classical range)Daerah jerat likuiditas (Liquidity trap range)Daerah tengah (Intermediate range)

Ekonomi MakroKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan

Ekonomi di Indonesia

12

masyarakat hanya memperoleh kredit sebesar OIm dan sebagian yang lain harus

mengambil kredit dengan bunga mekanisme pasar.

Dengan asumsi distribusi tinggi rendahnya marginal efficiency of investment

(MEI) bagi sebagian masyarakat yang memperoleh kredit murah sama dengan

MEI masyarakat yang tidak memperoleh kredit murah, maka kurva permintaan

investasi menjadi ABCID

MEI adalah hubungan negatif antara investasi (I) dan tingkat bunga (r)

c) Pada tingkat bunga setinggi ID, maka tidak ada yang mengambil kredit dan

masyarakat yang berinvestasi hanya yang memperoleh kredit murah.

d) Pada tingkat bunga antara rm sampai ID, masyarakat yang memperoleh kredit

murah akan berinvestasi sebesar OIm dan masyarakat (yang tidak memperoleh

kredit murah) harus mengambil kredit dengan bunga bebas, jika ingin melakukan

investasi.

e) Jika tingkat bunga setinggi P, maka masyarakat yang tidak memperoleh kredit

murah akan mengambil kredit sebanyak RT atau QS. Dengan tingkat bunga

setinggi P, maka masyarakat akan mengambil kredit sebanyak PT

f) Jika tingkat bunga dibawah rm, maka tidak ada masyarakat yang mengambil

kredit murah dan mengabil kredit dengan tingkat bunga sebesar rm dan kurva

permintaan investasi yang berlaku adalah CID

g) Dengan demikian kurva permintaan investasi adalah ABCID

B. Kurva LM Hipotetis Perekonomian Indonesia

Page 13: Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. 1. ... Daerah

L1 M

L1M2M1

L2

r r

Y

Y

M ML2

Y2Y1

M2M1

LM1 LM2

Ekonomi MakroKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan

Ekonomi di Indonesia

13

Masyarakat Indonesia masih belum berbudaya untuk menyimpan uangnya dalam

bentuk surat-surat berharga, sehingga permintaan uang untuk spekulasi masih kecil

(kurva L2 berimpit dengan sumbu r ) dan sebagian besar untuk transaksi dan berjaga-

jaga.

Jika uang yang beredar OM1, maka kurva LM adalah Y1 LM1 dan OM2, maka kurva

LM adalah Y2LM2.

Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga dipengaruhi oleh pendapatan

nasional dan tingkat bunga.

L1 = kY dan k = f (r). Semakin tinggi tingkat bunga, maka semakin kecil k dan

sebaliknya.

Page 14: Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. 1. ... Daerah

COR

Qm2

H

Y

Y=Q

K

K2K1

Qm1

Y1 Y2

Ekonomi MakroKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan

Ekonomi di Indonesia

14

C. Penawaran Agregatif

Hubungan antara investasi dan kapasitas produksi nasional dapat dijelaskan

sebagai berikut.

Sumbu horisontal menunjukkan kapasitas produksi nasional dan sumbu

vertical menunjukkan stok kapasitas nasional.

Pada periode 1, besarnya stok kapasitas nasional sebesar k1 dan kapasitas

produksi nasional Qm1

Page 15: Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. 1. ... Daerah

Ekonomi MakroKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan

Ekonomi di Indonesia

15

Investasi neto sebesar k1k2, maka jumlah stok kapasitas nasional sebesar k2,

sehingga kapasitas produksi nasional meningkat menjadi Qm2.

Dengan memperhatikan:

Jumlah penduduk terus meningkat (angkatan kerja meningkat)

Stok capital perkapita rendah (sumber daya modal masih rendah), sehingga

jumlah TK lebih besar dari stok capital

Tingkat harga terus menaik maka variable agregat perekonomian kita adalah

kapasitas produksi nasional (OQm).

D. Pendekatan IS-LM untuk Pembangunan Indonesia

Penjelasan gambar tersebut sebagai berikut:

a) Jika pemerintah akan meningkatkan kapasitas produksi nasional dari tahun Y1

sebesar OY1 menjadi tahun Y2 sebesar OY2, maka pemerintah harus berhasil

melakukan investasi neto sebesar K1K2 yang dapat berbentuk penggalakan

Page 16: Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan ... Web viewKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan Ekonomi di Indonesia. 1. ... Daerah

Ekonomi MakroKebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan

Ekonomi di Indonesia

16

investasi oleh sektor swasta dan pengeluaran pembangunan pemerintah, sehingga

kurva IS bergeser ke kanan. Jika dalam perekonomian tidak terjadi pergeseran IS,

maka terjadi deflationary gap (recessionary gap) yaitu situasi dimana pendapatan

nasional aktual lebih kecil dari pendapatan potensial.

b) Permintaan agregatif (OY1) dengan Y ekilibrium yang ditunjukkan dengan

perpotongan antara kurva IS-LM

c) Deflationary gap berarti kepasitas produksi nasional tidak dimanfaatkan secara

maksimal, sehingga dikatakan sebagai pemborosan (potensi pertumbuhan tidak

dimanfaatkan secara maksimal)

d) Pergeseran IS yang terlalu kekanan juga berdampak negatif yakni menimbulkan

inflasi dengan segala pengaruhnya baik positif maupun negatif.

e) Kurva LM yang inelastis menunjukkan meningkatnya penawaran agregatif harus

disertai dengan peningkatan M. Semakin tidak elastik kurva LM, maka semakin

besar M yang dibutuhkan

f) Peningkatan penawaran agregatif juga menimbulkan peningkatan permintaan

agregatif, sehingga kurva IS dan LM bergeser kekanan.

g) Jika peningkatan permintaan agregatif hanya dilakukan dengan menggeser IS

kekanan tanpa dibarengi pergeseran kurva LM kekanan, maka tingkat bunga akan

naik, sehingga mengurangi investasi sektor swasta.

DAFATAR PUSTAKA

Soediyono. 1997. Analisa IS-LM dan Permintaan Agregatif. Liberty : Yogyakarta.