kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

27
Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN (KSNPP) Oleh : Ir. Djoko Kirmanto Dipl. HE Dirjen Perumahan dan Permukiman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perumahan dan permukiman selain merupakan kebutuhan dasar manusia juga mempunyai fungsi yang strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi yang akan datang serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya kesejahteraan rakyat ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat melalui pemenuhan kebutuhan papan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Sehingga dengan demikian upaya menempatkan bidang perumahan dan permukiman sebagai salah satu sektor prioritas dalam upaya pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya adalah sangat strategis. Persoalan perumahan dan permukiman di Indonesia sesungguhnya tidak terlepas dari dinamika yang berkembang dalam kehidupan masyarakat maup un kebijakan pemerintah dalam mengelola persoalan perumahan dan permukiman yang ada. Penyusunan acuan untuk menangani persoalan perumahan dan permukiman telah dilakukan sejak Pelita V dalam bentuk Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan ( KSNP ) namun penekanannya lebih kepada lingkup perumahan saja. Dalam perkembangannya, acuan tersebut dirasakan kurang sesuai lagi dengan berbagai perkembangan permasalahan yang berkaitan dengan kebutuhan pengaturan dan penanganan perumahan dan permukiman yang lebih terintegrasi dan semakin berkembangnya kompleksitas sifat permasalahannya. Untuk itu perlu disusun suatu kebijakan dan strategi baru yang cakupannya meliputi bidang perumahan dan bidang permukiman, sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Berangkat dari pertimbangan tersebut serta berlandaskan UU No. 4 Tahun 1992 1 maka telah dikeluarkan Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) Tahun 1999 sebagai acuan dalam penyelenggaraan pembangunan bidang perumahan dan permukiman. Dalam perkembangan selanjutnya, seiring dengan perkembangan sosial politik yang ada dan tuntutan perubahan dalam paradigma penyelenggaraan pembangunan nasional, serta dalam upaya menjawab tantangan dan agenda ke depan di bidang perumahan dan

description

penjelasan tentang kebijakan dan strategi perumahan dan permukiman

Transcript of kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Page 1: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 1

KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

(KSNPP)

Oleh : Ir. Djoko Kirmanto Dipl. HE Dirjen Perumahan dan Permukiman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perumahan dan permukiman selain merupakan kebutuhan dasar manusia juga mempunyai fungsi yang strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas generasi yang akan datang serta merupakan pengejawantahan jati diri. Terwujudnya kesejahteraan rakyat ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat melalui pemenuhan kebutuhan papan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Sehingga dengan demikian upaya menempatkan bidang perumahan dan permukiman sebagai salah satu sektor prioritas dalam upaya pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya adalah sangat strategis. Persoalan perumahan dan permukiman di Indonesia sesungguhnya tidak terlepas dari dinamika yang berkembang dalam kehidupan masyarakat maupun kebijakan pemerintah dalam mengelola persoalan perumahan dan permukiman yang ada. Penyusunan acuan untuk menangani persoalan perumahan dan permukiman telah dilakukan sejak Pelita V dalam bentuk Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan ( KSNP ) namun penekanannya lebih kepada lingkup perumahan saja. Dalam perkembangannya, acuan tersebut dirasakan kurang sesuai lagi dengan berbagai perkembangan permasalahan yang berkaitan dengan kebutuhan pengaturan dan penanganan perumahan dan permukiman yang lebih terintegrasi dan semakin berkembangnya kompleksitas sifat permasalahannya. Untuk itu perlu disusun suatu kebijakan dan strategi baru yang cakupannya meliputi bidang perumahan dan bidang permukiman, sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Berangkat dari pertimbangan tersebut serta berlandaskan UU No. 4 Tahun 19921 maka telah dikeluarkan Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) Tahun 1999 sebagai acuan dalam penyelenggaraan pembangunan bidang perumahan dan permukiman. Dalam perkembangan selanjutnya, seiring dengan perkembangan sosial politik yang ada dan tuntutan perubahan dalam paradigma penyelenggaraan pembangunan nasional, serta dalam upaya menjawab tantangan dan agenda ke depan di bidang perumahan dan

Page 2: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 2

permukiman, maka dipandang perlu untuk menyempurnakan Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) yang ada.

B. Tujuan KSNPP

Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman ini dimaksudkan sebagai acauan bagi penyusunan kebijakan teknis, perencanaan, pemrograman, dan kegiatan yang berada dan/atau terkait dalam bidang penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman baik di lingkungan Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah, Masyarakat maupun Dunia Usaha.

C. Landasan Hukum

1. Arah Kebijakan

a. TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN

b. UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah

c. UU No.25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

d. UU No. 25/2000 tentang Propenas

e. PP No. 25/2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom

f. PP No. 104/2000 tentang Dana Perimbangan

2. Pengaturan Teknis

a. UU No. 4/1992 tentang Perumahan dan Permukiman

b. UU No. 16/1985 tentang Rumah Susun

c. UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang

d. PP No. 40/1994 tentang Rumah Negara

e. PP No. 44/1994 tentang Penghunian Rumah Oleh Bukan Pemilik

f. PP No. 41/1996 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian Oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia

g. PP 80/1999 tentang Kasiba dan Lisiba yang Berdiri Sendiri

h. PP No. 4/1988 tentang Rumah Susun

i. Pedoman Teknis dan SNI di bidang Perumahan dan Permukiman

1 Tentang Perumahan dan Permukiman 2 Tentang Rumah Susun 3 Tentang Penataan Ruang 4 Tentang Lingkungan Hidup 5 Tentang Pemerintah Daerah 6 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

II. TANTANGAN BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

A. Hakekat Perumahan Dan Permukiman

Page 3: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 3

Sebagai dasar untuk mendalami kebijakan dan strategi yang harus dijalankan, maka dipandang perlu untuk menyamakan persepsi mengenai hakekat perumahan dan permukiman. Hal ini penting karena persoalan penyelenggaraan perumahan dan permukiman sesungguhnya muncul dari perbedaan cara pandang para pelaku terhadap hakekat dan makna perumahan dan permukiman itu sendiri. Hal tersebut tercermin dari kebijakan dan strategi yang dipilih oleh masing-masing pelaku yang tidak terkoordinasi secara menyeluruh.

Kompleksitas dan keragaman pandangan tentang masalah perumahan dan permukiman tergambar dalam tinjauan dan sudut pandang mengenai hakekat perumahan dan permukiman, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia setelah pangan dan sandang.

Selain berfungsi sebagai pelindung terhadap gangguan alam/cuaca dan makhluk lainnya, rumah juga memiliki peran sosial budaya sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya dan nilai kehidupan, penyiapan generasi muda, dan sebagai manifestasi jatidiri. Dalam kerangka hubungan ekologis antara manusia dan lingkungan permukimannya maka terlihat jelas bahwa kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan permukiman dimana masyarakat tinggal menempatinya.

2. Pembangunan perumahan diyakini mampu mendorong lebih dari seratus

macam kegiatan industri yang berkaitan dengan bidang perumahan dan permukiman, sehingga penyelenggaraan perumahan dan permukiman sangat berpotensi dalam menggerakkan roda ekonomi dan upaya penciptaan lapangan kerja produktif. Sebaliknya kegiatan industripun semestinya dapat dilihat sebagai titik tolak untuk menangani permasalahan perumahan dan permukiman, terutama di kawasan - kawasan yang berkembang sebagai sentra atau koridor industri. Produktifitas dan efisiensi industri akan dapat ditingkatkan selaras dengan penanganan permasalahan perumahan dan permukiman bagi para pekerja industri.

3. Bagi banyak masyarakat Indonesia terutama golongan menengah kebawah,

rumah juga merupakan barang modal (capital goods), karena dengan asset rumah ini mereka dapat melakukan kegiatan ekonomi dalam mendukung kehidupan dan penghidupannya.

Karenanya, permasalahan perumahan dan permukiman tidak dapat dipandang sebagai permasalahan fungsional dan fisik semata, tetapi lebih kompleks lagi sebagai permasalahan yang berkaitan dengan semua dimensi kehidupan di dalam masyarakat yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, teknologi, ekologi maupun politik. Perbedaan-perbedaan sudut pandang yang ada sesungguhnya bukan untuk dipertentangkan, tetapi sebagai suatu upaya untuk memperkaya tinjauan agar dapat lebih memandang persoalan perumahan dan permukiman secara lebih menyeluruh. Kesadaran akan adanya keragaman tersebut penting, karena hal tersebut dapat melahirkan alternatif-alternatif strategi penyelenggaraan di bidang perumahan dan permukiman .

Page 4: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 4

Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu konsep tentang perumahan dan permukiman yang lebih umum, namun mampu mengakomodasikan perkembangan aspirasi yang ada. Kesamaan persepsi tersebut diperlukan agar dapat menjadi titik tolak bagi penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang lebih komprehensif dan sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing lembaga penyelenggaranya. Upaya untuk merangkum pandangan-pandangan di atas telah dirumuskan secara konseptual dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, yang menyatakan bahwa : PERUMAHAN adalah :

Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

PERMUKIMAN adalah : Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan, maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

B. Agenda Global Sektor Perumahan Dan Permukiman

Sebagai bagian dari masyarakat internasional yang turut menandatangani Deklarasi Rio de Janeiro, Indonesia selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diprakarsai oleh UNCHS (Habitat). Jelas terlihat dalam jiwa dan semangat yang tertuang dalam “Agenda 21” maupun “Deklarasi Habitat II” bahwa masalah hunian merupakan kebutuhan dasar manusia dan sebagai hak bagi semua orang untuk menempati hunian yang layak dan terjangkau ( Shelter for All ). Disamping itu dalam Agenda 21 maupun Deklarasi Habitat II tersebut juga menyatakan perlunya pembangunan perumahan dan permukiman sebagai bagian dari proses pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development) serta mengedepankan strategi pemberdayaan (Enabling Strategy) dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman. Indonesia juga telah ikut menandatangani Deklarasi “Cities Without Slums Initiative” yang mengamanatkan pentingnya upaya pewujudan daerah perkotaan yang bebas dari permukiman kumuh. Deklarasi tersebut perlu ditindaklanjuti dengan langkah konkrit dalam mewujudkan daerah perkotaan yang bebas dari permukiman kumuh dengan mengedepankan strategi pemberdayaan melalui pelibatan seluruh unsur stakeholders dengan menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama. Upaya penanganan permukiman kumuh ini adalah dalam rangka mewujudkan lingkungan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan dalam mendukung terbentuknya masyarakat yang mandiri, produktif dan berjatidiri.

Page 5: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 5

C. Perkembangan Penyelenggaraan Perumahan Dan Permukiman di Indonesia

Sampai menjelang berakhirnya abad dua puluh, pembangunan perumahan dan permukiman di Indonesia telah mencapai keberhasilan yang didukung oleh kebijakan yang menerapkan pembangunan perumahan secara masal. Pola kebijakan pembangunan ini dikenal sebagai pola pasokan. Pola masokan tersebut diawali dengan penugasan kepada Perum Perumnas dalam upaya menyediakan perumahan sederhana pada tahun 1974 yang kemudian juga dikembangkan oleh para pengembang swasta yang juga melayani masyarakat golongan berpenghasilan menengah keatas. Pada akhir abad dua puluh keterpurukan perekonomian yang melanda Indonesia tidak dapat terelakkan lagi. Termasuk pada sektor perumahan dan permukiman yang sebelumnya mengalami kemajuan yang pesat. Sebagai dampaknya adalah merosotnya kemampuan finansial pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat dalam menyelenggarakan pembangunan perumahan dan permukiman. Selanjutnya seiring dengan perubahan kondisi sosial politik yang ada yang mengamanatkan desentralisasi dalam penyelenggaraan tugas pembangunan, maka penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman mulai diterapkan pola pembangunan yang terdesentralisasi. Hal ini sebetulnya telah sejalan dengan karakteristik persoalan yang khas, serta potensi kemampuan masyarakat dalam merespon persoalan di bidang perumahan dan permukiman tersebut. Selain sesuai dengan tuntutan kebijakan pembangunan dan perundang–undangan yang baru yang menekankan pada pelaksanaan otonomi daerah secara nyata dan bertanggung-jawab, pendekatan desentralistik ini juga lebih sesuai dengan sifat persoalan perumahan dan permukiman yang sangat lokal, kontekstual, majemuk dan dinamis.

D. Isu Dan Permasalahan Perumahan Dan Permukiman Isu dan permasalahan dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman di Indonesia sesungguhnya tidak terlepas dari dinamika yang berkembang dalam kehidupan masyarakat maupun kebijakan pemerintah dalam mengelola persoalan perumahan dan permukiman yang ada. Selanjutnya cara pandang yang komprehensif sangat diperlukan dalam melihat isu dan permasalahan yang ada mengingat keragaman dan kompleksitas permasalahan perumahan dan permukiman yang dihadapi. Isu-isu perkembangan permukiman dan permukiman yang ada, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Munculnya kesenjangan antar lingkungan permukiman.

Isu ini muncul didorong oleh terabaikannya peluang untuk memperoleh pelayanan dan kesempatan berusaha di bidang perumahan dan permukiman khususnya bagi kelompok masyarakat miskin dan berpendapatan rendah. Disamping itu juga telah terjadi konflik kepentingan sebagai dampak dari adanya kebijakan yang dirasakan masih memihak kepada kepentingan suatu kelompok tertentu serta belum sepenuhnya terwujud upaya keberpihakan

Page 6: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 6

untuk kepentingan masyarakat local/setempat. Oleh karenanya ke depan perlu dikembangkan kepranataan dan instrumen pembangunan perumahan dan permukiman yang berorientasi kepada kepentingan seluruh lapisan masyarakat secara berkeadilan sosial; pengembangan dan peningkatan kemampuan profesional di bidang perumahan dan permukiman bagi aparat pemerintah pusat, daerah maupun pelaku pembangunan permukiman lainnya; dan pengembangan fungsi dan system serta jejaring informasi dan diseminasi mengenai hidup bermukim yang baik bagi seluruh lapisan masyarakat.

2. Alokasi tanah dan ruang yang kurang tepat.

Pasar tanah dan perumahan yang cenderung mempengaruhi tata ruang berimplikasi pada alokasi tanah dan ruang yang tidak tepat, yang menyebabkan penggunaan tanah atau ruang yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan pembangunan lainnya dan kondisi ekologis daerah yang bersangkutan. Disamping itu terjadinya proses marjinalisai sektor lokal oleh sector nasional dan global mengakibatkan terjadinya kemiskinan serta tersisihnya komunitas informal setempat sehingga peluang usahanya menjadi terbatas hanya kepada usaha marjinal. Urbanisasi di daerah yang tumbuh cepat merupakan tantangan bagi pemerintah ke depan adalah untuk secara positif berupaya agar pertumbuhan lebih merata, khususnya dalam upaya pemenuhan terhadap kebutuhan perumahan dan permukiman yang ada. Pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman harus memungkinkan berkembangnya prakarsa membangun dari masyarakat sendiri melalui mekanisme yang dipilihnya sendiri. Di pihak lain kemampuan membangun permukiman oleh komunitas harus direspon secara tepat oleh pemerintah, sehingga kebutuhan akan identitas tetap terjaga dalam kerangka pembangunan perumahan dan permukiman yang lebih menyeluruh.

3. Terjadinya masalah lingkungan yang serius.

Isu lingkungan pada kawasan permukiman umumnya terjadi di daerah yang mengalami tingkat urbanisasi dan industrialisasi tinggi, serta adanya eksploitasi sumber daya alam yang tidak diselenggarakan secara arif. Kelangkaan prasarana dasar dan ketidakmampuan memelihara serta memperbaiki lingkungan permukiman yang ada merupakan isu utama dari upaya perwujudan lingkungan permukiman sehat, aman, teratur, harmonis dan berkelanjutan. Masalah tersebut justru menjadi lebih besar dengan adanya orientasi pembangunan baru yang cenderung dibangun untuk kepentingan pembangunnya sendiri, dibandingkan sebagai bagian membangun permukiman secara menyeluruh bagi kepentingan publik yang luas.

Selanjutnya permasalahan secara umum di bidang perumahan dan permukiman di Indonesia yang ada pada saat ini, antara lain adalah sebagai berikut:

Page 7: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 7

1. Belum terlembaganya sistem penyelenggaraan pembangunan nasional di bidang perumahan dan permukiman.

a. Secara umum sistem penyelenggaraan pembangunan nasional di bidang perumahan dan permukiman masih belum mantap baik di lingkungan pemerintahan, dunia usaha maupun masyarakat baik dari segi kelembagaannya maupun kapasitas para pelakunya.

b. Belum mantapnya pelayanan dan akses terhadap hak atas tanah untuk perumahan khususnya bagai kelompok masyarakat miskin dan berpendapatan rendah. Kondisi ini diperparah oleh kenyataan masih lemahnya kapasitas pemerintah daerah dalam penyelenggaraan administrasi di bidang pertanahan.

c. Belum efisiennya pasar perumahan yang ditunjukkan dari penyelenggaraan proses perijinan dalam pembangunan perumahan dan sertifikasi hak atas tanah masih dirasakan berlarut – larut, mahal dan tidak transparan; belum adanya standarisasi dokumen KPR, seleksi nasabah, penilaian kredit, serta dokumen terkait lainnya; dan proses sita jaminan yang berlarut- larut. Kondisi ini menyebabkan adanya ketidakpastian di dalam pasar perumahan maupun system dan mekanisme pembiayaan perumahan. Disamping itu, dampak dari proses sertifikasi tanah yang kurang transparan tersebut menyebabkan terjadinya spekulasi harga tanah yang pada akhirnya menyebabkan sulitnya mencari lahan murah untuk perumahan dan permukiman khususnya dalam pengembangan perumahan yang bertumpu pada potensi keswadayaan masyarakat.

2. Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau.

a. Tingginya kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau di satu pihak dan rendahnya kemampuan masyarakat untuk memenuhinya di lain pihak merupakan permasalahan utama yang ada. Sebagai gambaran mengenai status kebutuhan rumah pada tahun 2000 meliputi: (i) kebutuhan rumah yang belum terpenuhi (backlog) sebanyak 4,3 juta unit rumah, (ii) pertumbuhan kebutuhan rumah baru setiap tahunnya sebesar 800 ribu unit rumah; serta (iii) kebutuhan peningkatan kualitas perumahan yang tidak memenuhi persyaratan kelayakan hunian sebanyak 13 juta unit rumah. Secara kuantitatif kubutuhan tersebut secara nasional saat ini relatif masih sangat besar.

b. Ketidakmampuan masyarakat golongan miskin dan berpenghasilan rendah untuk mendapatkan rumah yang layak dan terjangkau yang memenuhi standar lingkungan permukiman yang responsif (sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan). Hal ini disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap sumber daya kunci dan informasi, terutama bagi masyarakat golongan berpenghasilan rendah / miskin, yang berkaitan dengan hak atas tanah dan pendanaan dalam pengadaan hunian / rumah.

Page 8: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 8

c. Belum tersedianya dana jangka panjang bagi pembiayaan perumahan menyebabkan terjadinya mismatch pendanaan dalam pengadaan perumahan. Disamping itu masih belum mantapnya sistem dan mekanisme subsidi perumahan bagi kelompok masyarakat miskin dan berpengahasilan rendah baik melalui mekanisme pasar formal maupun mekanisme perumahan yang bertumpu pada keswadayaan masyarakat.

3. Menurunnya kualitas lingkungan permukiman.

a. Kondisi penyediaan dan pelayanan prasarana dan sarana lingkungan permukiman relatif masih rendah, terutama di daerah perkotaan. Hal ini disamping disebabkan oleh kurangnya keterpaduan dalam perencanaan dan pemrograman antara program perumahan dan permukiman dengan program sector lainnya, juga dipengaruhi oleh tidak seimbangnya antara kemampuan penyediaan dengan laju pertumbuhan kebutuhan yang terus berkembang diantaranya sebagai dampak negatif dari proses urbanisasi.

b. Adanya kesenjangan pelayanan prasarana dan sarana lingkungan perumahan dan permukiman antara kelompok masyarakat golongan mampu dan kurang mampu yang rentan terhadap gejolak dan konflik sosial..

c. Semakin terbatasnya daya dukung lingkungan bagi pengembangan perumahan dan permukiman terutama di perkotaan khususnya dalam penyediaan sarana dan prasarana bagi terciptanya lingkungan permukiman yang sehat, aman, terarur, harmonis dan berkelanjutan. Hal ini dipicu pula oleh belum diakomodasikan dan diselaraskannya kebutuhan lahan untuk penyediaan prasarana dan sarana perumahan dan permukiman tersebut dengan sistem prasarana dan sarana perkotaan oleh pemrakarsa pembangunan perumahan dan permukiman. Dampak dari semakin terbatas atau bahkan menurunnya daya dukung lingkungan tersebut diantaranya adalah meningkatnya lingkungan permukiman kumuh sebesar 1,73 %, per tahun, sehingga luas lingkungan permukiman kumuh pada tahun 2000 mencapai 47.500 ha yang tersebar di 10.065 lokasi.

Indikator-indikator persoalan perumahan dan permukiman tersebut lebih memperlihatkan adanya rentang dan ragam persoalan yang sangat luas namun lokal sifatnya. Keragaman tersebut, sekaligus sebenarnya menggambarkan suatu dinamika dan kemajemukan persoalan perumahan dan permukiman yang tidak saja mengikuti perubahan waktu, tetapi juga perubahan kondisi ekonomi, sosial, dan budaya. Selain itu permasalahan perumahan dan permukiman di Indonesia juga dicirikan oleh pertumbuhannya yang tidak teratur, sebagai akibat belum diterapkannya secara konsisten, transparan dan partisipatif arahan rencana tata ruang dan wilayah yang ada. Hal itu menunjukkan ketidak mampuan pengelola di dalam mengendalikan pertumbuhan untuk menampung dinamika yang ada. Pertumbuhan yang tidak teratur ini, di sisi lain, memperlihatkan

Page 9: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 9

besarnya pengaruh dan potensi masyarakat dalam mengatur dan menyelengarakan sendiri kebutuhannya akan perumahan dan permukiman. Kondisi dan karakter permasalahan di atas penting untuk dipahami dan dilihat sebagai kerangka strategi untuk menangani persoalan perumahan dan permukiman di Indonesia.

E. Kaitan Perumahan Dan Permukiman dengan Penataan Ruang

Meskipun penekanannya cenderung pada aspek fisik, tetapi pada dasarnya konsep-konsep mengenai penyelenggaraan perumahan dan permukiman ingin menggarisbawahi bahwa permasalahan perumahan dan permukiman selain menyangkut masalah “perumahan” juga terkait dengan “aspek penataan ruang”. Di dalamnya termasuk pengadaan prasarana dan sarana lingkungan, serta utilitas umum untuk menunjang kegiatan sosial ekonomi masyarakatnya. Dengan demikian diharapkan akan terwujud permukiman yang dapat mendukung perikehidupan dan penghidupan penghuninya, baik di kawasan perkotaan, kawasan perdesaan, maupun kawasan-kawasan tertentu. Secara umum perkembangan perumahan dan permukiman yang berlangsung selama ini memperlihatkan semakin perlunya pembangunan perumahan dan permukiman yang lebih berbasis wilayah bukan sektor. Oleh karenanya ke depan diperlukan upaya untuk membangun mekanisme perencanaan dan pembangunan perumahan dan permukiman yang terintegrasi dengan mekanisme perencanaan tata ruang yang disusun secara transparan dan partisipatif serta memberdayakan masyarakat sebagai pelaku utama Pentingnya memahami hubungan antara perumahan dan penataan ruang tergambar dalam fakta bahwa pemanfaat ruang terbesar dari kawasan perkotaan maupun perdesaan adalah perumahan dan permukiman. Dengan mengacu pada kondisi tersebut jelas bahwa penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman tidak bisa dilepaskan dari kerangka pembangunan perkotaan ataupun perdesaan. Diperlukan keseimbangan antara pembangunan di perkotaan dan perdesaan, agar perkembangan yang terjadi dapat tumbuh secara selaras dan saling mendukung, sekaligus dapat ikut mengendalikan terjadinya migrasi penduduk, sehingga mutu dan daya dukung kawasan / lingkungan dapat lebih terjaga.

F. Paradigma Penyelenggaraan Perumahan Dan Permukiman

Sesuai dengan hakikat dan perkembangan tuntutan paradigma pembangunan nasional dewasa ini, maka pemerintah harus lebih berperan sebagai fasilitator dan pendorong dalam upaya pemberdayaan bagi berlangsungnya seluruh rangkaian proses penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman tersebut. Selanjutnya paradigma penyelenggaraan perumahan dan permukiman adalah sebagai berikut :

Page 10: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 10

1. Mewujudkan masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau secara mandiri sebagai salah satu upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam rangka pengembangan jati diri, dan mendorong terwujudnya kualitas lingkungan permukiman yang sehat, aman, teratur, harmonis dan berkelanjutan baik di perkotaan maupun di perdesaan.

2. Membangun lembaga- lembaga penyelenggara perumahan dan permukiman yang handal dan profesional khususnya di tingkat lokal yang mampu menjadi wahana bagi pengembangan peran dan tanggung jawab masyarakat sebagai pelaku utama dalam memenuhi kebutuhannya akan hunian yang layak dan terjangkau dan lingkungan permukiman yang sehat,aman,produktif dan berkelanjutan.

3. Mendorong pertumbuhan wilayah dan keserasian lingkungan antar wilayah melalui penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang selaras, harmonis, saling mendukung dan terpadu secara sosial, ekonomi, budaya maupun ekologis baik di perkotaan maupun di perdesaan

III. VISI DAN MISI PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN

PERMUKIMAN.

Visi dan misi bagi penyelenggaraan perumahan dan permukiman disusun dan ditetapkan berdasarkan kondisi lingkungan strategis yang berkaitan dengan tantangan, isu dan permasalahan yang ada. Analisis terhadap kondisi lingkungan strategis dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman dilakukan melalui penelusuran kondisi dan permasalahan perumahan dan permukiman tersebut secara komprehensif. A VISI

Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman selain merupakan pemenuhan kebutuhan dasar manusia juga mempunyai fungsi yang strategis dalam mendukung terselenggaranya pendidikan keluarga, persemaian budaya dan peningkatan kualitas generasi yang akan datang serta mendorong pengejawantahan jati diri. Untuk itu perlu menempatkan bidang perumahan dan permukiman sebagai salah satu sektor prioritas dalam upaya pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya. Karenanya, pada tempatnyalah bila visi penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman diarahkan untuk mengusahakan dan mendorong terwujudnya suatu kondisi dimana setiap orang atau keluarga di Indonesia mampu bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan perumahannya yang layak dan terjangkau di dalam lingkungan permukiman yang sehat, aman, teratur, harmonis yang mendukung terwujudnya masyarakat dan lingkungan yang produktif, mandiri, berjati diri dan berkelanjutan. Untuk selanjutnya visi yang ditetapkan dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman, adalah sebagai berikut:

Page 11: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 11

Setiap orang (KK) Indonesia mampu memenuhi kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau pada lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan dalam upaya terbentuknya masyarakat yang berjatidiri, produktif dan mandiri.

B. MISI

Kemampuan pemerintah untuk menyelenggarakan pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman yang ada tersebut relatif sangat terbatas. Sementara itu walaupun masalah perumahan merupakan tanggung jawab bersama, namun kewajiban untuk pemenuhan kebutuhan rumah tersebut merupakan tanggungjawab individual. Oleh karenanya sumber daya dan potensi masyarakat perlu ditumbuhkembangkan untuk dapat menyelenggarakan pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukimannya secara mandiri dengan didukung oleh upaya pemerintah dalam mendorong terciptanya iklim yang kondusif. Gambaran yang ada tentang ketidakmampuan masyarakat untuk mewujudkan perumahannya lebih sering dikarenakan situasi sosial- formal yang belum memberi ruang, kesempatan dan peluang yang memadai bagi masyarakat untuk mengembangkan kapasitasnya. Dengan mengacu pada hakekat bahwa rumah menentukan kualitas masyarakat dan lingkungannya di masa depan serta prinsip pemenuhan kebutuhan akan perumahan adalah merupakan tanggung jawab masyarakat sendiri maka upaya menempatkan peran masyarakat sebagai pelaku utama melalui strategi pemberdayaan melalui pendampingan merupakan upaya yang sangat strategis. Misi penyelenggaraan perumahan dan permukiman merupakan pertemuan antara visi, realitas dan persoalan perumahan yang ada. Maka misi yang harus dilaksanakan dalam rangka mewujudkan visi penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman yang telah ditetapkan, adalah sebagai berikut : 1. Melakukan pemberdayaan masyarakat dan para pelaku kunci dalam

penyelenggaraan perumahan dan permukiman.

Sebagaimana telah diatur didalam UU No. 4 Tahun 1992 pasal 5 bahwa setiap warga negara mempunyai kewajiban dan tanggungjawab untuk berperan serta dalam pembangunan perumahan dan permukiman; dalam pasal 29 dinyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan kesempatan yang sama dan seluas- luasnya untuk berperan serta dalam pembangunan perumahan dan permukiman, tidak terkecuali laki- laki ataupun perempuan. Oleh karenanya upaya pengarusutamaan gender dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman perlu terus didorong dan ditumbuhkembangkan. Selanjutnya untuk mengimplementasikan hak, kesempatan dan kewajiban setiap warga negara tersebut diatas dalam pembangunan perumahan dan permukiman maka misi yang akan dijalankan adalah melakukan pemberdayaan kepada masyarakat dan para pelaku kunci penyelenggara perumahan dan permukiman.

2. Memfasilitasi dan mendorong terciptanya iklim yang kondusif dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman.

Page 12: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 12

Penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman perlu didukung oleh aspek-aspek pengaturan, pembinaan dan pengawasan yang efektif dalam rangka mendorong serta menumbuhkembangkan terciptanya iklim yang kondusif dengan mengembangkan system insentif, penghargaan dan sanksi, serta mendudukkan pembangunan perumahan dan permukiman dalam sistem pembangunan nasional.

3. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya pendukung penyelenggaraan perumahan dan permukiman.

Pembangunan perumahan dan permukiman merupakan kegiatan yang diprogramkan sebagai bagian dari proses pembangunan yang berkelanjutan. Karenanya diperlukan dukungan sumber daya baik ruang dan lingkungan, sumber daya alam, kelembagaan dan pendanaan serta sumber daya manusia yang memadai. Untuk mendukung upaya tersebut maka pembangunan yang dilakukan harus mempertimbangkan keseimbangan pemanfaatan sumber daya yang ada dan keserasian lingkungan termasuk pendayagunaan sumberdaya manusia para pelakunya seperti aparat pemerintah, dunia usaha, para profesional dan masyarakat baik secara individual maupun kelompok/assosiasi yang terkait dalam penyelenggaraan permukiman perlu diselenggarakan secara bijaksana dan berkelanjutan.

IV. PENDEKATAN PENYELENGGARAAN

A. Berdasarkan Konsep TRIDAYA

Penyelenggaraan perumahan dan permukiman dilaksanakan berdasarkan konsep TRIDAYA, yang secara prinsip bertujuan mendayagunakan komponen masyarakat; usaha; ekonomi dan prasarana dan sarana lingkungannya. Pendekatan ini dilakukan dengan memadukan kegiatan-kegiatan penyiapan dan pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan kegiatan usaha ekonomi komunitas, serta pendayagunaan prasarana dan sarana lingkungan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

B. Pembangunan Yang Berkelanjutan

Pembangunan perumahan dan permukiman merupakan kegiatan yang menerus. Karenanya diperlukan dukungan sumber daya baik ruang dan lingkungannya, alam, kelembagaan dan finansial serta sumber daya pendukung yang memadai. Untuk itu pembangunan yang dilakukan perlu mempertimbangkan kelestarian dan keserasian lingkungan serta keseimbangan daya dukung lingkungannya sejak tahap perencanaan, pengelolaan dan pengembangannya, agar arah perkembangannya tumbuh selaras dan serasi sesuai prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan baik secara ekonomi, lingkungan maupun sosial dan budaya.

C. Penyelenggaraan Secara Multisektoral dan Terdesentralisasi.

Page 13: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 13

Pembangunan perumahan dan permukiman mencakup banyak kegiatan mulai penyediaan ruang, lahan, kelembagaan, teknis-teknologis, pembiayaan, sistem informasi dan lain sebagainya. Sehingga penyelenggaraan perumahan dan permukiman harus dilakukan secara multisektoral karena memerlukan koordinasi dengan berbagai bidang lain yang terkait dengan kegiatan pembangunan perumahan dan permukiman dan tidak dapat ditangani oleh satu sektor saja. Selain itu perlu diperhatikan karakter persoalan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman yang ada. Persoalan penyediaan perumahan sebenarnya merupakan masalah lokal dan kebutuhan individual. Ini dapat ditunjukkan dengan besarnya peran swadaya masyarakat dalam pengadaan perumahannya. Karenanya perlu pembatasan campur tangan pemerintah dalam penanganan persoalan lokal melalui penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang terdesentralisasi. Dengan latar belakang kompleksitas dan karakter persoalan perumahan dan permukiman, cara penanganan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini, serta potensi yang ada di masyarakat maka penanganan, penyelenggaraan perumahan dan permukiman secara terdesentralisasi merupakan sebuah keharusan.

D. Pembangunan Yang Berwawasan Kesehatan.

Sebagaimana disadari bahwa persoalan kesehatan lingkungan perumahan dan permukiman sangat mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat yang menghuninya. Selain secara fisik perumahan harus memenuhi syarat rumah sehat (kesehatan), perilaku hidup sehat dari masyarakat sangat penting dan strategis untuk terus didorong dan ditumbuh kembangkan dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman. Disamping itu pembangunan yang berwawasan kesehatan ini sangat mendukung upaya penanganan permukiman kumuh dan upaya pencegahan terjadinya lingkungan permukiman yang tidak sehat dalam rangka penciptaan lingkungan permukiman yang responsive.

E. Penyelenggaraan Melalui Pengembangan Sistem Insentif.

Persoalan perumahan dan permukiman merupakan persoalan strategis yang masih belum mendapatkan cukup perhatian dari berbagai kalangan. Karenanya untuk memacu laju pembangunan perumahan dan permukiman, perlu dikembangkan sistem insentif yang diharapkan mampu mendorong berbagai pihak baik lembaga formal maupun informal untuk terlibat secara aktif dalam penyelenggaraannya. Upaya itu dilakukan diantaranya melalui kegiatan program stimulan, dukungan pembiayaan dan bantuan teknis bagi pelaku pembangunan yang responsif dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman. Selain itu juga disediakan sarana pendukung melalui pendampingan dalam penyiapan dan pemberdayaan masyarakat.

V. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Page 14: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 14

Kebijakan dan strategi operasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman dikembangkan dengan memperhatikan faktor-faktor dari kondisi lingkungan strategis dalam mengatasi permasalahan di bidang perumahan dan permukiman. Kebijakan dan strategi ini merupakan penjabaran dari rentang persoalan yang ada, dimana penerapan dan penggunaannyapun perlu selektif dan disesuaikan dengan kondisi dan situasi khususnya di tingkat lokal. Pokok-pokok pikirannya disusun selentur/ sefleksibel mungkin dengan memperhatikan latar belakang keragaman dan dinamika persoalan yang ada. Sehingga kebijakan dan strategi yang diambil dapat menjadi panduan bagi penyiapan, penyusunan dan pengembangan rencana kegiatan/program operasional dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman sesuai persoalan-persoalan yang khas di masing-masing daerah. Pada dasarnya persoalan operasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman di Indonesia secara umum berkaitan dengan beberapa permasalahan dasar, serta pendekatan ataupun isu pembangunan yang relevan. Masalah lemahnya kelembagaan penyelenggaraan perumahan dan permukiman bukan saja karena kemampuan aparat yang belum memadai, tetapi juga karena tugas, tanggung jawab dan fungsi lembaga yang masih belum jelas dan mantap. Termasuk dalam hal ini masalah ketidakmampuan lembaga formal untuk merumuskan persoalan secara tepat akibat antara lain pendekatan yang masih sentralistik. Karena itu, upaya untuk mengembangkan potensi lokal baik secara formal maupun informal menjadi sangat strategis untuk diangkat dalam perumusan kebijakan dan strategi yang sifatnya operasional. Hal ini demikian mengingat dinamika sosial, ekonomi, budaya dan politik yang melatar belakangi persoalan perumahan dan permukiman sangat dominan dan khas sifatnya. Disamping persoalan-persoalan kelembagaan yang ada, persoalan operasional juga diwarnai dengan tuntutan akan kemampuan lembaga serta tersedianya instrumen berupa peraturan perundang-undangan termasuk kebutuhan untuk membangun suatu jaringan sistem informasi dan jejaring penyelenggaraan antar pelaku dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman yang berkelanjutan. Selanjutnya rumusan kebijakan dan strategi operasional dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman, adalah sebagai berikut:

A. Kebijakan (1) :

Melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan pelibatan masyarakat sebagai pelaku utama.

Sebagai upaya untuk mendukung pelaksanaan misi pemberdayaan yang akan dikembangkan, maka diperlukan keberadaan lembaga penyelenggara perumahan dan permukiman yang tangguh, handal dan profesional. Pelembagaan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman tersebut perlu dilakukan kepada seluruh unsur pelaku pembangunan yaitu baik pemerintah, dunia usaha dan masyarakat di bidang perumahan dan permukiman baik di tingkat nasional, regional maupun lokal.

Strategi (1) :

Page 15: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 15

Pengembangan peraturan perundang-undangan dan pemantapan kelembagaan dibidang perumahan dan permukiman serta fasilitasi pelaksanaan penataan ruang kawasan permukiman yang transparan dan partisipatif, melalui strategi operasional sebagai berikut : 1. Penyusunan dan pengembangan berbagai produk peraturan

perundang-undangan dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman termasuk sosialisasinya, yang meliputi : a. Undang-undang dan peraturan pemerintah, b. Standar, pedoman dan petunjuk teknis.

Berbagai produk pengaturan dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman harus mampu mendukung upaya peningkatan peran masyarakat dan peran pemerintah daerah sesuai dengan tuntutan otonomi daerah. Dalam upaya fasilitasi penataan ruang dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman, maka ke depan diperlukan upaya untuk membangun mekanisme perencanaan dan pembangunan perumahan dan permukiman yang terintegrasi dengan mekanisme perencanaan tata ruang yang disusun secara transparan dan partisipatif serta memberdayakan masyarakat sebagai pelaku utama. Penyusunan dan pengembangan produk pengaturan dalam mendukung penyelenggaraan di bidang perumahan dan permukiman merupakan upaya untuk mengoptimalkan fungsi, kewajiban dan peran lembaga perumahan dan permukiman di semua tingkatan, terutama di tingkat kota dan masyarakat. Produk pengaturan yang dihasilkan di tingkat pusat diharapkan akan dapat menjadi acuan bagi penyusunan ketentuan-ketentuan sejenis di tingkat lokal. Secara substansi peraturan yang dihasilkan pemerintah pusat lebih menekankan pada peraturan, pedoman dan standar teknis, yang memayungi upaya pengaturan terhadap berbagai persoalan perumahan dan permukiman secara nasional. Sementara itu peraturan di tingkat lokal lebih bersifat operasional dan teknis, serta lokal jangkauannya.

Selanjutnya dalam upaya pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional

perumahan dan permukiman di daerah, maka penjabaran kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang telah disesuaikan dengan kondisi daerah yang bersangkutan, perlu dikukuhkan dalam peraturan daerah yang akan menjadi acuan dalam penyusunan dokumen program pembangunan daerah (propeda) maupun sebagai acuan dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman secara lebih luas. Disamping itu perlunya pengaturan terhadap perijinan mendirikan bangunan dan pembangunan perumahan dan permukiman skala besar sesuai dengan arahan tata ruang kaidah penataan lingkungan permukiman dalam rangka pengendalian peruntukan lahan dan daya dukung lingkungannya.

2. Pemantapan kelembagaan dengan mendorong terbentuknya lembaga perumahan dan permukiman yang handal dan responsif di lingkungan kelembagaan, meliputi : a. Pemerintah (Pusat, Propinsi, Kab/Kota),

Page 16: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 16

b. Badan Usaha (BUMN, BUMD, Swasta), c. Masyarakat,

Pemantapan kelembagaan ini adalah upaya untuk mendukung pelembagaan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dalam rangka menjawab tantangan dan permasalahan temasuk penyelenggaraan koordinasi antar pelaku pembangunan yang ada di bidang penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman. Dengan semakin mengakarnya lembaga perumahan di tingkat lokal dan didukung oleh masyarakat diharapkan akan lebih mampu menangkap aspirasi berbagai pihak terkait. Selanjutnya terselenggaranya koordinasi yang efektif akan menjadi kunci penting dalam pelembagaan sistem penyelenggaraan dan pemantapan lembaga perumahan dan permukiman yang handal dan responsif. Disamping aspek kelembagaan, hal lain yang perlu diperhatikan adalah peningkatan kapasitas sumberdaya manusianya, khususnya di tingkat lokal. Dengan terwujudnya kemampuan sumberdaya manusia di tingkat lokal yang memadai diharapkan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan perumahan di daerah akan lebih efektif. Pemantapan kelembagaan perlu pula dilakukan dengan mengembangkan fungsi dan kapasitas lembaga yang ada, baik lembaga formal maupun informal, tanpa harus membangun lembaga baru. Pengembangan lembaga seperti koperasi atau usaha kecil dan menengah serta lembaga keswadayaan masyarakat lainnya misalnya dapat ditingkatkan kapasitasnya melalui kegiatan apresiasi, diseminasi dan pelatihan program untuk dapat terlibat secara nyata dalam berbagai bentuk kegiatan dan program penyelenggaraan perumahan dan permukiman. Dengan demikian maka peran dan kapasitas masyarakat akan semakin meningkat dalam menjawab tantangan dan isu serta permasalahan dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang mengedepankan strategi pemberdayaan masyarakat. Pemantapan kelembagaan pada badan usaha khususnya pada Badan Usaha Milik Negara di bidang perumahan dan permukiman perlu diarahkan untuk melakukan reformasi di bidang kelembagaan agar tercipta badan usaha yang efisien efektif dan akuntable; pengembangan manajemen strategis khususnya dalam aspek pengusahaan; serta peningkatan kapasitas dan profesionalisme para pelakunya, khususnya kepada para direksi pada lembaga tersebut. Upaya ini perlu pula dilakukan di lingkungan kelembagaan badan usaha baik milik pemerintah daerah maupun masyarakat yang berkiprah di bidang perumahan dan permukiman. Sebagaimana telah diketahui bahwa lembaga badan usaha milik negara yang selama ini mendapat tugas utama untuk mendukung pengembangan perumahan dan permukiman di Indonesia diantaranya adalah Bank Tabungan Negara (BTN) dan Perum Perumnas. Reformasi sasaran kelembagaan pada BTN diarahkan agar lembaga ini dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pasar perumahan khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, melalui upaya : (i) memfokuskan kembali kegiatan BTN pada orientasi kegiatan semula, yaitu peningkatan pelayanan kredit pembiayaan pengadaan rumah

Page 17: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 17

sederhana bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan pembiayaan kredit konstruksi bagi pengembang untuk pengadaan rumah sederhana yang pengembaliannya diperhitungkan sebagai/ menjadi kredit pemilikan rumah; (ii) mengurangi peran BTN secara bertahap sebagai lembaga koordinator KPR bersubsidi, setelah program pengembangan subsidi yang baru dapat berjalan; (iii) secara berangsur-angsur mengurangi perlakuan istimewa pemerintah terhadap BTN dalam penyediaan dana KPR bersubsidi yang selanjutnya akan diganti dengan penerbitan obligasi, dan mengijinkan BTN untuk berperan sebagai lembaga perbankan komersial seara penuh dalam pembiayaan kredit perumahan sebagaimana lembaga perbankan lainnya. Selanjutnya reformasi sasaran kelembagaan Perum Perumnas, diarahkan untuk memfokuskan kembali orientasi kegiatan Perum Perumnas sebagai National Urban Development Corporation (NUDC) dengan kegiatan utama antara lain :(i) melaksanakan tugas kegiatan yang sifatnya pioneering seperti pembangunan rumah sewa (termasuk Rusunawa) di kota metropolitan/besar dan kawasan industri, dan penyediaan Rumah Sederhana bagi masyarakat berpenghasilan rendah di kota-kota sedang/kecil serta kegiatan di bidang perumahan dan permukiman lainnya yang bersifat sosial maupun kegiatan lainnya yang belum menarik untuk dikembangkan oleh badan usaha milik swasta; (ii) membentuk anak perusahaan sebagai pengembangan jasa usaha komersial yang mengelola penyediaan lahan dan prasarana perumahan dan permukiman (KASIBA) sesuai dengan pengembangan kawasan perkotaan di kota metropolitan/besar; serta (iii) berperan sebagai kepanjangan pemerintah sebagai agen pemberdayaan (enabling agent) dalam pengembangan perumahan dan permukiman secara nasional. Sebagai badan usaha Perumnas tetap dituntut untuk dapat menghasilkan keuntungan.

3. Pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan, yang meliputi : a. Validasi dan penyusunan peraturan perundang – undangan, standar,

pedoman dan petunjuk teknis keselamatan bangunan, khususnya di tingkat daerah.

b. Penguatan kelembagaan pengawasan dan keselamatan bangunan khususnya di tingkat daerah.

Bidang perumahan dan permukiman saat ini semakin berkembang tingkat kompleksitasnya sehingga kebutuhan akan pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan merupakan aspek penting dan perlu mendapat perhatian khususnya dalam pembangunan perumahan dan permukiman. Demikian pula sistem pengawasan dan keselamatan bangunan gedung, perlu didukung oleh mekanisme dan kelembagaan pengawasan yang handal baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Selanjutnya dengan meletakkan mekanisme dan tanggung jawab sebagian tugas pembangunan kepada masyarakat, maka pemerintah memegang peran strategis dalam pengendalian kualitas teknis demi keselamatan bangunan umum. Hal ini sangat penting mengingat perumahan dan permukiman menyangkut kepentingan umum dan kebutuhan orang banyak.. Oleh karena itu diperlukan kegiatan pengembangan validasi produk pengaturan serta penguatan dan pengembangan kelembagaan di bidang pengawasan

Page 18: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 18

konstruksi dan keselamatan bangunan, terutama di tingkat lokal. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya peningkatan kapasitas dan kemampuan para pelakunya baik secara kelembagaan maupun individual terutama di tingkat lokal dalam kegiatan pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan khususnya di bidang perumahan dan permukiman.

B. Kebijakan (2) :

Mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan (papan) bagi seluruh lapisan masyarakat, sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Mengingat bahwa rumah/papan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, maka diperlukan berbagai upaya dan komitmen dari semua pihak untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan rumah/papan yang dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat yang ada, terutama masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah. Strategi (2) :

Pemenuhan kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah, melalui strategi operasional sebagai berikut :

1. Pengembangan sistem pembiayaan dan pemberdayaan pasar

perumahan (pasar primer dan pasar sekunder), yang meliputi :

a. Peningkatan kualitas pasar primer melalui upaya-upaya penyederhanaan perijinan dalam pembangunan perumahan, sertifikasi hak atas tanah ; standarisasi penilaian kredit, dokumentasi kredit ; dan pengkajian ulang Uundang-undang hak tanggungan.

b. Pelembagaan pasar sekunder melalui upaya-upaya pelembagaan SMF

( Secondary Mortgage Facilities ), biro kedit, asuransi kredit, kustodian, lembaga pelayanan dokumentasi kredit ; dan pemantaapan lembaga sita jaminan.

Salah satu permasalahan yang menghambat dalam upaya pemenuhan akan kebutuhan perumahan adalah aspek harga rumah di pasar primer yang relatif tidak terjangkau, khususnya bagi masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah. Tingginya harga perumahan salah satunya dipicu oleh belum efisiennya mekanisme serta proses dalam pembangunan perumahan baik yang berkaitan dengan perijinan, sertifikasi tanah, dan standarisasi sistem pembiayaan perumahan. Berbagai kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab belum optimalnya kinerja pasar primer perumahan, terutama dalam menjangkau semua lapisan masyarakat. Oleh karenanya diperlukan berbagai upaya untuk menyederhanakan prosedur dan ketentuan perijinan dalam pembangunan perumahan dan permukiman; sertifikasi hak atas tanah; standarisasi penilaian kredit perumahan,

Page 19: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 19

dokumentasi kredit perumahan; dan perlunya pengkajian ulang Undang-undang hak tanggungan Disamping itu mahalnya harga perumahan dipengaruhi oleh penggunaan dana jangka pendek dalam sistem pembiayaan perumahan seperti deposito, tabungan dan sebagainya, yang tidak diperuntukkan bagi keperluan dana jangka panjang. Untuk mendorong kelangsungan pembangunan perumahan yang layak dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, maka perlu diupayakan pengembangan pemupukan dana jangka panjang dalam pembangunan perumahan. Karena itu penting untuk membangun berbagai sistem penggalangan dana jangka panjang untuk mendukung pasar perumahan yang efisien, termasuk dalam rangka melembagakan pasar sekunder dalam sistem pembiayaan perumahan.

2. Pengembangan pembangunan perumahan yang bertumpu kepada keswadayaan masyarakat, yang meliputi :

a. Pelembagaan pembangunan perumahan yang bertumpu pada

kelompok (P2BPK). b. Pengembangan dan pendayagunaan potensi swadaya masyarakat. c. Pemberdayaan para pelaku kunci perumahan swadaya. d. Pengembangan akses pembiayaan perumahan swadaya.

Sebagaimana diketahui bahwa upaya pemenuhan kebutuhan perumahan

dengan mekanisme pasar formal hanya mencapai 15%, sedangkan sisanya harus dipenuhi oleh masyarakat sendiri secara swadaya melalui meknisme informal. Berkaitan dengan hal tersebut, maka upaya yang menekankan pada peran masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan huniannya melalui pembangunan perumahan, baik yang berupa pembangunan baru maupun peningkatan kualitas (pemugaran dan perbaikan) yang mengandalkan potensi keswadayaan masyarakat menjadi sangat penting dan strategis. Penyelenggaraan pembangunan perumahan swadaya secara individual sering kurang optimal dalam memenuhi kebutuhan perumahan yang dilengkapi prasarana dasar lingkungan perumahan yang memadai. Dengan membentuk kelompok, maka masyarakat akan dapat menggalang kemampuan secara bersama untuk mengatur rencana pemenuhan kebutuhan perumahan dan pembangunan prasarana lingkungannya. Selain itu dengan membangun kelompok maka kemampuan dasarnya akan semakin besar dan akses kepada sumber daya kunci bidang perumahan seperti akses kepada pengurusan hak atas tanah, perijinan serta akses pembiayaan perumahan akan relatif lebih mudah. Oleh karenanya segala upaya untuk menyediakan kemudahan akses yang terkait dengan bidang perumahan dan permukiman ini perlu terus dikembangkan.

Peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat dalam pengembangan

perumahan swadaya ini perlu didukung oleh kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pendampingan yang berkelanjutan. Dengan demikian penyediaan kebutuhan tenaga pendamping dan pemberdayaan para pelaku kunci dalam perumahan swadaya ini perlu dikembangkan

Page 20: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 20

secara sistematik dengan berbasis kepada keswadayaan masyarakat dan perlu didukung oleh seluruh pelaku pembangunan. Disamping itu perlunya pengarusutamaan gender menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan merupakan sebuah langkah strategis dalam mendukung keberhasilan kegiatan peningkatan dan pengembangan perumahan swadaya ini

3. Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi perumahan,

yang meliputi : a. Pengembangan pengaturan subsidi perumahan. b. Pengembangan subsidi pembiayaan perumahan. c. Pengembangan subsidi prasarana perumahan.

Bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, misalnya pegawai / karyawan instansi pemerintah / swasta / perusahaan yang penghasilannya teratur namun masih tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan rumahnya karena rendahnya tingkat kemampuan daya beli mereka maka diperlukan bantuan pemerintah dalam bentuk subsidi perumahan. Demikian juga bagi kelompok masyarakat lainnya seperti petani, nelayan dan masyarakat miskin yang bekerja di sektor informal yang tidak mempunyai penghasilan tetap perlu difasilitasi dengan skema subsidi perumahan yang dapat secara mudah diakses oleh mereka. Disamping itu perlunya pengarusutamaan gender menjadi bagian penting yang perlu mendapatkan perhatian dalam mendukung keberhasilan pengembangan sistem dan mekanisme subsidi perumahan. Bentuk subsidi ini dapat berbentuk subsidi pembiayaan; subsidi prasarana dan sarana lingkungan perumahan dan permukiman; ataupun kombinasi dari kedua bentuk subsidi tersebut. Pada dasarnya subsidi pembiayaan perumahan ini dapat dikembangkan baik untuk kepemilikan rumah baru, perbaikan dan pemugaran rumah maupun untuk hunian dengan sistem rumah sewa. Sedangkan subsidi prasarana perumahan dapat dikembangkan untuk mendukung penyediaan prasana dan sarana dasar perumahan dan permukiman seperti jalan lingkungan, saluran drainase dan lain sebagainya. Subsidi perumahan juga dapat berupa dukungan penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana / fasilitas sosial dan fasilitas umum lainnya. Sistem dan mekanisme subsidi perumahan tersebut harus diatur dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga esensi dan ketepatan sasaran subsidi yang memenuhi rasa keadilan sosial dapat dicapai semaksimal mungkin. Dalam kaitan pengembangan dan pengaturan subsidi perumahan tersebut, maka seluruh pelaku perumahan khususnya di tingkat lokal perlu mengembangkan sistem dan mekanisme subsidi yang lebih sesuai dengan potensi dan kemampuan daerah masing-masing.

4. Pemberdayaan usaha ekonomi komunitas masyarakat miskin, yang meliputi :

a. Pemberdayaan masyarakat miskin dalam mengembangkan kemampuan usaha dan hidup produktif.

b. Penyediaan kemudahan akses kepada sumber daya.

Page 21: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 21

c. Penyediaan prasarana dan sarana usaha bagi keluarga miskin. d. Pelatihan yang berkaitan dengan teknologi tepat guna dan

pengembangan kewirausahaan, serta keterampilan pendukung lainnya.

Dalam berbagai pengalaman nyata terlihat bahwa kualitas perumahan dan lingkungan permukiman pada umumnya meningkat seiring dengan tingkat keswadayaan dan kemampuan ekonomi masyarakatnya. Namun upaya pemenuhan kebutuhan hunian bagi kelompok masyarakat miskin merupakan suatu hal yang relatif kompleks. Hal ini terjadi karena pada umumnya masalah hunian bagi masyarakat miskin belum menjadi kebutuhan dasar dan mendesak pemenuhannya, karena bagi mereka yang mendesak adalah masalah program dan sandang. Oleh karenanya untuk kelompok masyarakat ini perlu diupayakan kegiatan untuk memberdayakan kemampuan ekonomi masyarakat yang berbasis kepada keswadayaan masyarakat melalui penciptaan usaha ekonomi produktif dengan berbagai upaya fasilitasi pendampingan masyarakat secara berkelanjutan. Untuk mendukung upaya tersebut perlu dikembangkan upaya penyediaan prasarana dan sarana usaha ekonomi produktif bagi keluarga miskin serta kegiatan pelatihan yang berkaitan dengan teknologi tepat guna dan pengembangan kewirausahaan, serta keterampilan pendukung lainnya. Disamping itu dipandang perlu memberikan akses kepada berbagai sumber daya serta perlunya upaya mengedepankan pengarusutamaan gender untuk pengembangan usaha ekonomi produktif. Diharapkan dari keberhasilannya dalam pengembangan kegiatan ekonomi produktif ini akan memberikan keleluasaan dalam mereka dalam menjangkau berbagai kebutuhan dasar lainnya, termasuk perumahan dan sekaligus meningkatkan kualitas permukimannya.

5. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman dampak bencana alam dan kerusuhan sosial, yang meliputi : a. Penanganan tanggap darurat. b. Rekonstruksi dan rehabilitasi prasarana dan sarana fisik perumahan

dan permukiman. c. Permukiman kembali pengungsi. Sesuai kebijakan nasional yang ada dalam upaya penanganan pengungsi dampak, bencana alam dan kerusuhan sosial terdiri dari beberapa alternatif yakni pemulangan, pemberdayaan dan pengalihan (relokasi). Penanganan tanggap darurat merupakan upaya pertama yang harus dilakukan dalam penganan pengungsi ini. Dalam penanganan pengungsi ini perlu diupayakan untuk dapat dilakukan pemulangan kembali pengungsi ke tempat lingkungan perumahan dan permukimannya semula masing-masing. Dengan demikian diperlukan upaya rekonsiliasi sosial untuk mendukung terciptanya suasana yang kondusif sehingga kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan dan prasarana dan sarana permukiman yang mengalami kerusakan dapat berjalan dengan baik, berhasilguna dan berdayaguna secara berkelanjutan.

Page 22: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 22

Apabila upaya tersebut tidak dapat sepenuhnya berjalan maka upaya pemberdayaan pengungsi di tempat penampungan perlu dilakukan agar mereka mampu menjalankan kehidupannya di tempat yang baru tersebut secara mandiri tanpa ada ketergantungan kepada pemerintah. Selanjutnya apabila upaya pemulangan dan pemberdayaan ini tidak mungkin dilakukan maka pilihan terakhir adalah alternatif pengalihan ( relokasi). Bentuk dari upaya pengalihan ini berupa kegiatan pemukiman kembali pengungsi ke tempat yang baru baik secara sisipan maupun terkonsentrasi di daerah perkotaan maupun perdesaan. Apapun upaya yang dilakukan, penerapan konsep TRIDAYA yang meliputi penyiapan aspek sosial kemasyarakatan, aspek pemberdayaan usaha ekonomi komunitas serta pendayagunaan prasarana dan sarana lingkungan hunian bagi mereka perlu menjadi acuan dalam pelaksanaannya. Di samping itu perlunya perhatian terhadap azas kesetaraan dalam perlakuan antara pengungsi dengan masyarakat lokal untuk menghindari terjadinya eskalasi permasalahan dan konflik sosial yang tidak diharapkan

6. Pengelolaan gedung dan rumah negara, yang meliputi : a. Pembinaan teknis penyelenggaraan gedung dan rumah negara. b. Pengelolaan asset gedung dan rumah negara.

Kegiatan pembinaan teknis pengelolaan gedung dan rumah negara yang dimaksud disini meliputi bimbingan teknis dan administratif ; pengaturan; penerapan standar dan pendanaan pengelolaan; pemanfaatan; pengalihan fungsi; dan penghapusan bangunan baik yang berkaitan dengan teknis penyelenggaraan maupun pengelolaan asset gedung dan rumah negara. Diharapkan melalui pengelolaan gedung dan rumah negara ini akan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mendukung peningkatan kualitas pengelolaan gedung dan rumah negara kaitannya dalam upaya pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau.

C. Kebijakan (3) :

Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, teratur,harmonis dan berkelanjutan guna mendukung pengembangan jatidiri, produktivitas dan kemandirian masyarakat. Untuk mendukung terwujudnya produktifitas serta kemandirian masyarakat yang berjatidiri maka diperlukan komitmen dan upaya nyata dari seluruh pelaku untuk mewujudkan permukiman yang sehat, aman, teratur, harmonis dan berkelanjutan baik untuk peningkatan kualitas permukiman yang ada maupun pembangunan baru. Strategi (3) : Perwujudan kondisi lingkungan permukiman yang sehat, aman, teratur, harmonis dan berkelanjutan, melalui strategi operasional sebagai berikut :

Page 23: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 23

1. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, khususnya

permukiman kumuh, yang meliputi : a. Penataan dan rehabilitasi kawasan permukiman kumuh. b. Perbaikan prasarana dan sarana lingkungan permukiman. c. Pengembangan rumah susun sewa sederhana (rusunawa) di

perkotaan.

Peningkatan kualitas lingkungan permukiman selama ini telah dikembangkan melalui program perbaikan lingkungan permukiman seperti KIP, pemugaran serta peremajaan lingkungan perumahan dan permukiman kumuh.. Pada dasarnya kegiatan perbaikan prasarana dan sarana lingkungan permukiman bertujuan untuk menjaga kapasitas fungsi prasarana dan sarana lingkungan tersebut agar tetap dapat berfungsi sesuai kebutuhannya. Untuk mendukung maksud tersebut perlu didayagunakan potensi keswadayaan masyarakat agar dapat mengembangkan peran aktifnya dalam upaya perbaikan dan pemeliharaan prasarana dan sarana di lingkungan huniannya masing-masing melalui penerapan konsep TRIDAYA. Selanjutnya pada proses peningkatan kualitas lingkungan melalui kegiatan penataan dan rehabilitasi kawasan permukiman kumuh diperlukan pelibatan seluruh pelaku pembangunan dengan masyarakat sebagai pelaku termasuk perlunya perhatian terhadap pengarusutamaan gender. Penempatan masyarakat sebagai pelaku utama adalah sangat penting dan strategis guna mendukung terciptannya proses transformasi lingkungan kumuh menjadi permukiman yang sehat, aman, produktif, dan berkelanjutan yang mampu mendukung pengembangan jatidiri masyarakatnya.

Disamping itu penataan dan rehabilitasi lingkungan permukiman kumuh

juga dilakukan untuk tujuan peningkatan kapasitas hunian pada kawasan permukiman kumuh tersebut. Peningkatan kapasitas hunian tersebut dapat dilakukan melalui pembangunan dan pengembangan rumah susun sederhana (rusuna) termasuk pembangunan rumah susun sewa sederhana (rusunawa). Pembangunan rusuna/rusunawa tersebut harus tetap memberikan prioritas bagi masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah yang tinggal lingkungan permukiman kumuh tersebut untuk dapat mengakses hunian tersebut dengan penciptaan berbagai kemudahan tertentu bagi mereka. Mengingat pertimbangan latar belakang yang ada, maka prioritas pengembangan hunian di daerah perkotaan yang padat penduduk diarahkan pada pengembangan rusunawa. Dengan demikian sasaran peningkatan kualitas permukiman kumuh sekaligus penyediaan perumahan yang layak dan terjangkau di dalam lingkungan yang aman, sehat dan teratur bagi masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah dapat tercapai.

2. Pengembangan penyediaan prasarana dan sarana lingkungan

permukiman, yang meliputi : a. Pengembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap

bangun (Lisiba).

Page 24: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 24

b. Pengembangan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri (Lisiba). Untuk memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman jangka pendek, menengah dan panjang yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat perlu diusahakan pengembangan kawasan permukiman skala besar melalui penyediaan tanah siap bangun dan kaveling tanah matang yang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Daerah Kabupaten dan Daerah Kota serta Rencana induk Pengembangan dan Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D). Pengembangan kawasan permukiman skala besar ini ditujukan pula meningkatkan efisiensi dalam penyediaan dan pemanfaatan tanah, prasarana dan sarana lingkungan, serta utilitas umum dalam sistem penyediaan kebutuhan perumahan dan permukiman. Pembangunan berskala besar yang meliputi penyelenggraan Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) tersebut perlu mengacu kepada kaidah tata lingkungan yang telah ditetapkan serta dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi dengan program pembangunan daerah Berdasarkan ketentuan yang berlaku penyelenggaraan pengelolaan Kasiba dan Lisiba dilakukan dalam rangka pembangunan kawasan skala besar, yang meliputi pengelolaan, penetapan lokasi dan penyediaan tanah, pemberian hak atas dan pendaftarannya, penyelenggaraan, pengendalian, dan pembinaan. Penyelenggaraan Kasiba dan Lisiba juga dimaksudkan untuk mengarahkan agar pengembangan dan pertumbuhan kota membentuk struktur lingkungan kota yang efektif dan efisien sesuai dengan arahan tata ruang dan daya dukung lingkungan yang ada dan pada gilirannya akan menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih tertata, produktif, dan berjatidiri. Dengan demikian penyelenggaraan kasiba dan lisiba tersebut dapat berfungsi pula sebagai instrumen untuk mengendalikan tumbuhnya kawasan dan lingkungan perumahan dan permukiman yang tak teratur yang cenderung mendorong munculnya permukiman kumuh. Dengan penyelenggaraan kasiba dan lisiba diharapkan semua lapisan masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah dapat memperoleh kesempatan untuk menikmati sarana dan prasarana perumahan dan permukiman yang memadai dengan harga yang relatif terjangkau melalui pengembangan sistem subsidi silang. Mengingat aspek positifnya maka pengembangan lisiba dan kasiba perlu didukung oleh berbagai upaya secara lebih komprehensif dan melibatkan semua sektor dan pelaku yang terkait dengan kegiatan pengembangan kawasan perumahan dan permukiman. Dalam pelaksanaan pembangunan Kasiba dan Lisiba kaitannya dengan pengelolaan tataguna tanah, maka diusulkan untuk dibentuk Bank Tanah terutama untuk mencegah terjadinya spekulasi harga tanah.

3. Penerapan tata lingkungan permukiman, yang meliputi : a. Revitalisasi lingkungan permukiman strategis. b. Pelestarian bangunan yang dilindungi dan lingkungan permukiman

tradisional. c. Pengembangan dan penataan lingkungan permukiman. d. Pemantapan standar pelayanan minimal lingkungan permukiman.

Page 25: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 25

e. Pelembagaan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman di daerah (RP4D).

Upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman mencakup kegiatan perancangan tata lingkungan, tapak dan kapling. Ini dilakukan agar tercapai kualitas permukiman yang layak, nyaman, sehat, selaras, produktif, lestari dan berjati diri. Kondisi lingkungan perumahan dan permukiman akan berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan penghuninya oleh karena itu diperlukan permukiman yang memenuhi berbagai kebutuhan masyarakatnya. Dalam kaitannya dengan penatagunaan tanah dan sumber daya air untuk pembangunan perumahan dan permukiman, sebaiknya pemerintah daerah tidak hanya berorientasi kepada usaha peningkatan pendapatan daerah, namun juga perlu mempertimbangkan arahan tata ruang, daya dukung dan keserasian lingkungan dalam rangka mendukung upaya pelestarian lingkungan. Kepada para pelaku pembangunan perumahan dan permukiman perlu didorong adanya keberpihakan kepada kelompok masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah dalam sistem penyediaan perumahan dan permukiman termasuk di dalamnya untuk menghindarkan semaksimal mungkin upaya penataan kawasan perkotaan dengan mengorbankan lahan perumahan dan permukiman dengan kegiatan penggusuran. Dalam kondisi tertentu dimana upaya penataan kawasan tersebut membawa dampak diperlukannya relokasi perumahan dan permukiman penduduk, maka perlu diantisipasi sedini mungkin upaya penanganannya dengan tetap mengacu kepada azas keberpihakan kepada masyarakat yang terkena dampak. Khusus bagi masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah yang memiliki aktivitas usaha ekonomi di sekitar kawasan yang peruntukannya bukan untuk perumahan dan permukiman, misalnya di sekitar bantaran sungai, maka pola huniannya perlu diantisipasi melalui pengembangan tipologi hunian yang sesuai dengan kebutuhannya termasuk pola pembangunan dan pola pembiayaannya . Dengan demikian perlu dikembangkan pola pengelolaan perumahan dan permukiman di perkotaan yang didasarkan pada tipologi dan fungsi kota, khususnya untuk menngantidsipasi terjadinya permukiman kumuh. Penanganan lingkungan permukiman lama yang memiliki nilai budaya tertentu perlu dikembangkan untuk mendukung upaya pelestarian budaya melalui kegiatan pelestarian bangunan bersejarah dan revitalisasi lingkungan permukiman strategis sesuai dengan kapasitas dan potensinya. Upaya-upaya pemanfaatan bangunan bersejarah dan lingkungan lama tersebut harus tetap memenuhi standar teknis penataan permukiman yang ada. Pengembangan dan penerapan tata lingkungan permukiman perlu diarahkan untuk mendukung keserasian hubungan antara sistem penyediaan prasaran dan sarana perumahan dan permukiman dengan sistem pengembangan prasarana dan sarana perkotaan, dan hal ini perlu menjadikan perhatian bagi seluruh pelaku pembangunan di bidang perumahan dan permukiman. Untuk itu perlu dilaksanakannya secara konsisten kegiatan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Page 26: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 26

dan/atau Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)/Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) serta Upaya Pengelolaan Lingkungan (UPL)/Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL), Untuk mendukung pembangunan perumahan dan permukiman dari sisi penataan ruang, maka diperlukan perencanaan tata ruang wilayah nasional, propinsi, dan kabupaten/kota yang disusun secara transparan dan partisipatif serta dengan pengendalian pemanfaatan ruang yang jelas dan konsisten. Diharapkan dalam pelaksanaannya rencana tata ruang tersebut dapat berlaku dalam jangka periode waktu antara 10 hingga 30 tahun. Dalam kaitan ini diperlukan upaya untuk membangun mekanisme perencanaan dan pembangunan perumahan dan permukiman yang terintegrasi dengan mekanisme perencanaan tata ruang yang disusun secara transparan dan partisipatif serta memberdayakan masyarakat sebagai pelaku utama. Disamping itu pertimbangan kapasitas daya dukung lingkungan sangat penting dalam rangka mewujudkan keserasian lingkungan termasuk di dalamnya dalam upaya pencegahan terhadap bahaya banjir. Rencana pembangunan perumahan dan permukiman daerah (RP4D) perlu disusun sebagai acuan dalam mengakomodasikan kegiatan pembangunan perumahan dan permukiman baru, peningkatan kualitas lingkungan yang ada termasuk dalam rangka penanganan lingkungan permukiman kumuh serta penanganan masalah perumahan bagi masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah. Dengan memperhatikan arahan tata ruang dan daya dukung lingkungan yang ada serta untuk menampung berbagai kebutuhan perumahan dan permukiman yang berkembang dari berbagai lapisan masyarakat, maka dalam penyusunan RP4D, apabila diperlukan dapat dilakukan konversi fungsi lahan. Namun proses tersebut harus dilakukan dengan pertimbangan yang matang melalui mekanisme yang transparan dan melibatkan semua pihak terkait. Diharapkan dengan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman yang mengacu pada RP4D secara konsisten akan terwujud lingkungan permukiman yang sehat, aman, teratur, produktif yang mampu mendukung pengembangan jatidiri masyarakat penghuninya.

VI. PENUTUP Sebagai tindak lanjut dari ditetapkannya Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) ini adalah perlunya pelaksanaan KSNPP sebagai pedoman bagi penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman secara nasional oleh para pelaku baik pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. A. Prinsip-prinsip penyelenggaraan pembangunan perumahan dan

permukiman

1. Perlunya komitmen dari para pelaku yang bersangkutan untuk selalu mengacu pada KSNPP dalam mengembangkan pembangunan perumahan dan permukiman.

2. Perlunya penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman yang berorientasi pada pencapaian visi dan misi sebagaimana telah diuraikan dalam KSNPP.

Page 27: kebijakan dan strategy perumahan dan permukiman

Kebijakan Dan Strategi Perumahan dan Permukiman (KSNPP) 27

3. Perlunya penyelengaraan pembangunan perumahan dan permukiman yang bersifat multi sektoral yang saling bersinergi melalui koordinasi lintas sektoral baik secara vertikal maupun horisontal.

4. Perlunya pengembangan seluruh potensi sumber daya yang ada dengan pelibatan masyarakat sebagai pelaku utama dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman nasional.

B. Pengaturan di Daerah 1. Untuk pengaturan di Daerah, pedoman pelaksanaan penyelenggaraan

pembangunan perumahan dan permukiman di Daerah, yang meliputi :

a. Pelembagaan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman; b. Rencana induk pengembangan dan pembangunan perumahan dan

permukiman di Daerah (RP4D); c. Penyusunan program dan kegiatan penyelenggaraaan perumahan dan

permukiman di daerah sesuai dengan kondisi masing – masing daerah, sesuai dengan KSNPP yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri ini ditetapkan dengan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala Daerah, atau sebagai hasil kesepakatan para pelaku pembangunan perumahan dan permukiman di Daerah.

2. Dalam hal Daerah belum mempunyai pengaturan yang dimaksud tersebut di

atas, maka terhadap pelaksanaan penyelenggaraan perumahan dan permukiman di Daerah diberlakukan ketentuan-ketentuan dalam Keputusan Menteri ini.

3. Daerah yang telah mempunyai Peraturan Daerah tentang penyelenggaraan

perumahan dan permukiman sebelum Keputusan Menteri ini diterbitkan, harus menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam Keputusan Menteri ini.